NAMA : MUSDALIFAH
NIM : 859494756
UNIVERSITAS TERBUKA
2022
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia. Semua
manusia atau warga suatu negara memiliki hak yang sama dalam memperoleh pendidikan.
Seperti yang tertuang dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional ayat 1 Pasal 4 yang berbunyi “pendidikan diselenggarakan secara demokratis
dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan
kemajemukan bangsa”. Hal ini jelas bahwa setiap warga negara Indonesia berhak
mendapatkan pendidikan, tak terkecuali bagi anak-anak. Anak-anak usia sekolah berhak
untuk mendapatkan pendidikan formal. Salah satu lembaga pendidikan formal tempat
anak-anak memperoleh pendidikan adalah Sekolah Dasar. Sekolah Dasar merupakan
lembaga pendidikan formal yang memungkinkan siswanya untuk mengembangkan
berbagai kemampuan. Seperti halnya yang tertuang dalam Permendiknas Nomor 23 Tahun
2006 bahwa Sekolah Dasar bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut.
Hal ini tentunya menggambarkan bahwa tidak hanya aspek pengetahuan saja yang
diutamakan dalam pembelajaran, akan tetapi aspek afektif dan psikomotorpun menjadi hal
yang tidak kalah pentingnya. Salah satu aspek afektif dalam pembelajaran adalah percaya
diri. Percaya diri menjadi hal yang penting dalam setiap pembelajaran untuk menunjang
keterlaksanaan kegiatan belajar dan mengajar dalam kelas. Hal ini tidak terbatas pada mata
pelajaran maupun materi tertentu, namun disetiap mata pelajaran dan materi apapun
percaya diri menjadi hal yang penting bagi siswa.
Salah satu mata pelajaran yang ada di sekolah dasar adalah Bahasa Indonesia,
menurut KTSP 2006 (Depdiknas, 2006:317), secara mendasar Bahasa Indonesia
merupakan pelajaran yang diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik yang
berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun
tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan Indonesia. Dalam
bahasa Indonesia juga akan mempelajari segala hal tentang bahasa mulai dari bagaimana
pembentukan suatu kata, pengucapan kata yang benar, tata kalimat, juga lainnya.
Percaya diri ini menjadi hal yang penting karena dengan percaya diri siswa dapat
mengikuti pembelajaran dengan baik dan dapat berperan aktif di dalamnya. Seperti yang
dikemukakan (Lie, n.d.) bahwa dengan percaya diri, seseorang merasa dirinya berharga
dan mempunyai kemampuan menjalani kehidupan, mempertimbangkan berbagai pilihan
dan membuat keputusan sendiri. Rasa percaya diri pada siswa hendaknya ada dalam
pembelajaran. Siswa harus yakin dengan apa yang menjadi keputusannya maupun segala
sesuatu yang dilakukannya dalam pembelajaran. Rasa percaya diri tentunya harus
dilatihkan kepada siswa sejak dini. Pembentukan percaya diri pada siswa tidak akan lepas
dari lingkungannya. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Hendra Surya (2007: 2) yang
menyatakan bahwa terbentuknya percaya diri merupakan suatu proses belajar bagaimana
merespon berbagai rangsangan dari luar dirinya melalui interaksi dengan lingkungannya.
Jadi pembentukan percaya diri pada seseorang perlu mendapat campur tangan dari orang
lain. Lingkungan harus menyediakan iklim yang kondusif agar percaya diri seseorang
dapat berkembang. Hal ini juga berlaku dalam dunia pendidikan terutama di sekolah, sikap
percaya diri pada siswa juga harus mendapatkan campur tangan dari guru. Sebagaimana
kita ketahui bahwa guru lah yang paling memegang peran penting dalam proses
pembelajaran. Guru harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang dapat
mengembangkan dan meningkatkan kepercayaan diri siswa. Guru tidak hanya sebagai
pengajar yang memberikan asupan pengetahuan kepada siswa namun juga berperan
sebagai pendidik yang mampu mengarahkan dan membentuk sikap mulia pada siswanya.
Tidak hanya guru yang berperan dalam pengembangan percaya diri siswa,
lingkungan sekolah yang lain seperti kepala sekolah, staf, maupun pihak-pihak yang
terlibat dalam sekolah harus turut serta mengembangkan percaya diri siswa. Seperti halnya
yang terlihat di SD Negeri NO 03 Mosso. SD Negeri No 03 Mosso sebenarnya sudah
berusaha dalam mengembangkan percaya diri siswa, baik itu percaya diri batin maupun
percaya diri lahir. Seperti halnya menjadikan siswa sebagai petugas upacara. Hal ini
tentunya akan melatih percaya diri siswa terutama dalam hal berani tampil di depan umum.
Guru secara umum juga telah menerapkan kedisiplinan pada siswa, serta mengajari anak
dengan lembut dan perhatian. Akan tetapi, belum banyak terlihat apresiasi maupun
penguatan yang diberikan guru pada siswa.
Penelitian ini difokuskan pada pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas V. Hal ini
dikarenakan siswa kelas V SD Negeri NO 03 Mosso cenderung kurang percaya diri pada
mata pelajaran tersebut, walaupun pada mata pelajaran lain yang siswa anggap sulit juga
menunjukkan hal yang tidak jauh berbeda. Akan tetapi, pada mata pelajaran Bahasa
indonesia kepercayaan diri siswa terlihat kurang jika dibandingkan dengan mata pelajaran
lain. Pembelajaran Bahasa Indonesia yang lebih banyak menuntut siswanya untuk tampil
kedepan kelas seringkali membuat siswa tidak yakin dalam menyampaiakan segala hal
dalam pembelajaran. Siswa cenderung malu-malu dalam mengungkapkan hasil
pemikirannya dikarenakan takut apabila jawabannya salah atau tidak sesuai.
Berdasarkan hasil observasi yang di lakukan pada tanggal 18, 20, 21 april 2022
dapat dilihat bahwa siswa kelas V SD Negeri NO 03 Mosso cenderung malu-malu dalam
mengungkapkan pendapatnya. Ketika siswa selesai mengerjakan tugas tidak ada satupun
diantara mereka yang memiliki inisiatif sendiri untuk mempresentasikan hasil kerjanya.
Saat guru meminta salah satu siswa untuk maju sekedar menceritakan atau membacakan
hasil kerjanya maka akan terjadi saling tunjuk antar siswa. Siswa terlihat enggan untuk
maju dikarenakan sikap malu yang ada pada diri siswa. Siswa harus menunggu ditunjuk
oleh guru baru mereka mau maju untuk mempresentasikan atau sekedar membacakan hasil
kerjanya. Ketika siswa membaca di depan kelas suara yang mereka keluarkan juga masih
pelan. Mereka cenderung tidak menggunakan kualitas suara yang seharusnya. Hal ini
menunjukkan ada keraguan dalam diri siswa ketika harus mempresentasikan hasil
pekerjaannya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa yang dilakukan pada tanggal
19 april terungkap bahwa mereka malu-malu dan kurang inisiatif untuk mempresentasikan
hasil kerjanya dikarenakan mereka takut salah akan jawaban yang mereka utarakan,
mereka tidak yakin akan jawabannya dan adanya ketakutan akan mendapatkan nilai jelek
apabila salah dalam menjawab. Adanya kecenderungan diolok-olok oleh teman sekelasnya
ketika salah mengungkapkan jawaban juga menjadi salah satu penyebabnya.
Hasil wawancara dengan guru kelas pada bulan April juga menunjukkan data yang
tidak jauh berbeda. Menurut penuturan guru kelas, siswa memang kurang memiliki
kepercayaan diri. Siswa terlihat tidak yakin akan kemampuan yang mereka miliki.
Salah satu faktor penyebab kurangnya percaya diri siswa dalam pembelajaran
Bahasa indonesia adalah penggunaan metode mengajar yang kurang bervariasi. Guru
hanya mengikuti langkah pembelajaran yang ada dalam buku dan belum menambahkan
variasi metode pembelajaran. Penggunaan metode ceramah dan diskusi kelompok besar
juga masih mendominasi kegiatan pembelajaran Bahasa indonesia. Guru juga
mengimplentasikan pembelajaran scientific sesuai dengan pemahaman mereka. Ada
beberapa kegiatan pembelajaran yang menuntut siswa untuk melakukan percobaan atau
praktik tidak dilaksanakan. Guru mengungkapkan bahwa hal ini disebabkan terbatasnya
waktu dan harus mengejar materi pembelajaran berikutnya.
Model pembelajaran yang digunakan juga masih terfokus pada apa yang ada dalam
buku. Guru belum terlalu banyak menggunakan model pembelajaran yang bervariasi. Salah
satu model pembelajaran yang belum diterapkan guru dalam kelas adalah model
pembelajaran kooperatif tipe think pair share.
Think pair share menyajikan iklim pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk
menunjukkan dan mengembangkan kemampuan pribadinya, dimana pada awal
pembelajaran siswa dituntut memikirkan secara individu terkait pertanyaan atau materi
yang disajikan guru. Anak usia SD adalah makhluk yang sedang berkembang, melalui
model pembelajaran kooperatif tipe think pair share ini siswa dapat mengembangkan
kemampuan pribadinya.
Model pembelajaran kooperatif tipe think pair share juga menuntut siswa untuk
dapat bekerja berpasangan atau kelompok. Model pembelajaran kooperatif tipe think pair
share juga menawarkan pembelajaran yang menyenangkan karena dalam pembentukan
kelompok atau pasangannya dapat dilakukan dengan permainan.
Melalui pembelajaran kooperatif tipe think pair share ini diharapkan kepercayaan
diri pada siswa kelas V SD Negeri No 03 Mosso dalam pembelajaran bahasa indonesia
akan meningkat. Oleh karena itu akan dilakukan penelitian dengan judul “Peningkatan
Percaya Diri Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share pada
Pembelajaran bahasa indonesia Siswa Kelas V SD Negeri No 03 Mosso”
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirimuskan permasalahan sebagai
berikut “ bagaimana peningkatan percaya diri melalui model pembelajaran kooperatif tipe
think pair share pada pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas V SD Negeri NO 03
Mosso”.
C. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana peningkatan percaya diri
melalui model pembelajaran kooperatif tipe think pair share pada pembelajaran bahasa
Indonesia siswa kelas V SD Negeri No 03 Mosso
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat bagi sekolah
Penelitian ini dapat membantu pihka sekolah untuk memberikan informasi tentang
hasil penelitian dan dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk mengembangkan
kualitas proses dan hasil pembelajaran.
A. Landasan teori
1. Pengertian Think share pair
Salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif adalah Think-pair share. Think
pair share merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang 35 untuk
mempengarui pola interaksi siswa (Trianto, n.d.). Model ini memberikan
kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi pendapat tentang apa yang telah
mereka pikirkan sebelumnya untuk dikomunikasikan dengan pasangannya. Strategi
ini pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman di University of Maryland dan
diadopsi oleh banyak penulis pembelajaran kooperatif pada tahun-tahun
selanjutnya (miftahul 2013). Pembelajaran dalam kelas memang sudah banyak
menerapkan diskusi, namun Think pair share hadir dalam kemasan yang berbeda.
(abdul 2013) menyatakan bahwa Think pair share merupakan cara yang efektif
untuk mengubah pola diskursus di dalam kelas. Pembelajaram kooperatif tipe think
pair share memberikan suatu kegiatan thinking, pairing, dan sharing pada siswa.
Darryn Kruse (2009: 32) berpendapat bahwa: think pair share is a question
and answer process that potentially involves all students actively engaging with a
question. Typically, the teacher proses a question, students think individually, then
discuss their answer with a partner and finally share some of the answer with the
class.
Pendapat di atas mengungkapkan bahwa think pair share merupakan
sebuah proses tanya jawab yang berpotensi untuk melibatkan siswa secara aktif
dalam pertanyaan. Guru akan memberikan pertanyaan kemudian siswa berpikir
secara individu. Hasil pemikiran secara indidu tersebut kemudian didiskusikan
dengan pasangan dan akhirnya berbagi jawaban dengan kelas. Pendapat yang
hampir sama dikemukakan oleh (daryanto 2014) yang mengungkapkan bahwa
model pembelajaran kooperatif think pair share merupakan tipe yang sederhana
dengan banyak keuntungan karena dapat meningkatkan partisipasi siswa dan
pembentukan pengetahuan oleh siswa. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat
dinyatakan bahwa Thinkpair share merupakan salah satu jenis pembelajaran
kooperatif yang dapat mempengari pola interaksi siswa dimana dalam
pembelajarannya terdapat langkah thinking, pairing, dan sharing.
4. Kerangka fikir
Latar belakang yang telah dipaparkan dalam bab sebelumnya telah
menjelaskan bahwa terdapat kepercayaan diri yang kurang pada siswa-siswi kelas
V di SD Negeri No 03. Mosso dalam pembelajaran Bahasa indonesia. Terdapat
sebagian siswa yang masih masuk dalam kategori percaya diri sedang. Hal ini
ditunjukkan dengan masih malu-malunya siswa dalam mengungkapkan gagasan
atau hasil kerjanya, suara yang dikeluarkan siswa juga masih pelan dalam
membacakan hasil kerjanya, dalam kegiatan pembelajaran mereka terlihat lesu dan
kurang memperhatikan. Berdasarkan penuturan guru dan siswa sendiri, siswa
tidak percaya diri dikarenakan tidak yakinnya akan hasil kerja atau pengetahuan
yang mereka miliki sendiri. Mereka takut salah dan takut mendapatkan nilai jelek
apabila salah mengungkapkan pendapat. Siswa juga menuturkan bahwa mereka
takut diolok-olok oleh temannya apabila salah menjawab soal atau kurang tepat
dalam jawaban presentasi di depan kelas. Model pembelajaran yang kurang
berfariasi juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi.
Salah satu model yang dirasa tepat dalam meningkatkan kepercayaan diri
siswa dalam pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif tipe think pair
share. Melalui pembelajaran kooperatif tipe think pair share ini siswa SD akan
mengalami tahapan-tahapan pembelajaran seperti pembentukan pasangan,
penyampaian topik inti materi, thinking/ pemberian waktu untuk berpikir, pairing/
berpasangan mengutarakan hasil pemikiran, sharing/ presentasi, penyampaian
pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa,
simpulan, dan penutup. Berbagai pengkondisian tersebut akan melatih siswa untuk
lebih percaya diri dalam pembelajaran.
Adanya pemberian kesempatan kepada siswa untuk berpikir akan
memfasilitasi siswa dalam mengembangkan rasa ingin tahunya, keinginan untuk
belajar serta realitisnya. Hal ini sesuai dengan salah satu karakteristik anak kelas
tinggi dimana mereka ingin tahu, ingin belajar, dan realistis. Tahapan pairing dan
sharing dalam kegiatan pembelajaran juga sesuai dengan karakteristik anak kelas
tinggi, dimana mereka dihadapkan pada situasi kelompok untuk menyampaikan
atau mendiskusikan hasil pemikirannya. Sebagaimana telah diungkapkan pada sub
bab sebelumnya bahwa anak kelas tinggi salah satu ciri atau karakteristiknya adalah
siswa suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama.
Tahapan berpasangan dan berbagi merupakan sebuah penghargaan yang secara
tidak langsung dapat memupuk keyakinan siswa bahwa mereka dihargai.
Pembelajaran Bahasa Indonesia akan berjalan dengan lancar dengan didukung
sikap percaya diri siswa dan antusiasmenya dalam mengikuti pembelajaran.
Kerangka berpikir tersebut dapat digambarkan dalam bagan sebagai
berikut
5. Hipotesis
Berdasarkan uraian kerangka berpikir di atas maka dapat dirumuskan
hipotesis tindakan sebagai berikut: Model pembelajaran kooperatif tipe think pair
share dapat meningkatkan percaya diri siswa kelas V SD Negeri No 03. Mosso
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Penelitian ini adalah peneilitian tindak kelas yang meliputi empat tahap yaitu
perencanaan, pelaksanaan, observasi/evaluasi dan refleksi.
2) Sampel
Adapun sampel penelitian ini ialah kepala sekolah, peserta didik dan guru
yang akan diteletiti. Karena siswa terlalu banyak maka peneliti hanya mengambil
kelas V SD Negeri No 03 Mosso.
Pelaksanaan penelitian ini di SD Negeri No 03 Mosso, Adapun yang
menjadi subjek penelitian adalah seluruh peserta didik kelas V semester genap
tahun ajaran 2021/2022 yang berjumlah 20 orang, laki laki 9 dan perempuan 11
orang.
D. Prosedur penelitian
1. Gambaran Umum Siklus I
a) Tahap Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah sebagai berikut:
(2) Menetapkan materi yang akan diajarkan pada peserta didik kelas V SD Negeri No 03.
Mosso.
(3) Menyusun dan mengembangkan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
(4) Menetapkan materi yang akan diajarkan pada peserta didik kelas V SD Negeri No 03.
Mosso.
(5) Menyusun dan mengembangkan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
digunakan yaitu model pembelajaran tipe think pair share yaitu lembar kerja berisis soal
dan jawaban yang diacak susunannya untuk diselesaikan dengan diskusi kelompok.
(7) Mempersiapkan lembar observasi untuk mengamati keaktifan peserta didik dalam
mengikuti proses belajar mengajar seperti kesungguhan peserta didik dalam mengikuti
pertanyaan.
(8) Mempersiapkan alat evaluasi sebagai informasi untuk mengukur ketercapaian hasil
b) Tahap Pelaksanaan
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah melaksanakan proses belajar
mengajar yang telah direncanakan yang berisi tentang tindakan yang telah ditetapkan
kognitif dan afektif, kemudian pendidik menyajikan materi pembelajaran secara klaksikal
dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya tentang materi yang belum
dimengeri dan memberi kesempatan untuk peserta didik menjawab pertanyaan apabila
mampu. Peserta didik digabung dalam kelompok yang terdiri dari 4 – 5 peserta didik untuk
mendiskusikan materi atau tugas yang telah diberikan yang berisi kartu soal dan jawaban
yang memiliki skor tertinggi yang ditentukan dari keaktifan peserta didik dalam bertanya
menjawab pertanyaan dan menyimpulkan jawaban. Kelompok yang mendapat skor yang
tertinggi deberikan penghargaan agar menjadi acuan dan motivasi bagi peserta didik setelah
Selama proses pembelajaran berlangsung, penulis dibantu oleh ketua kelas sebagai
observer menentukan keaktifan peserta didik pada pertemuan pertama sampai pertemuan
terakhir yang meliputi keaktifan peserta didik dalam mengerjakan soal, aktif saat berdiskusi,
E. Instrumen penelitian
Menyusun kisi-kisi instrument hasil tes belajar bahasa Indonesia 25 soal dan
adapun bentuk soal yang digunakan adalan multiple choice, selanjutnya hasil tes siswa akan
diuji validasikan. Selanjutnya dilakukan uji coba instrument kepada peserta didik kelas V
untuk melihat apakah tes kemampuan ini layak atau tidak untuk digunakan atau dengan
kata lain tes kemampuan ini valid dan dapat dipercaya.
1. Teknik interview (wawancara) yaitu suatu cara penelitian dengan jalan peneliti langsung
mengadakan Tanya jawab dengan informan yang dianggap banyak mengetahui masalah yang
dibahas. Dalam hal ini penulis mengadakan wawancara dengan kepala sekolah, guru dan siswa
2. Observasi, dalam hal ini peneliti mengamati objek yang diteliti di SD Negeri No 03. Mosso
kecamatan malunda kabupaten Majene dengan mencatat data- data yang diperlukan dalam
penelitian.
3. Angket, instrumen pengumpulan data yang terdiri dari seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tentang sesuatu yang terkait erat dengan masalah yang akan diselidiki sehingga diperoleh
pendapat dari responden. Adapun yang akan diberikan ialah guru, dan siswa.
4. Metode dokumentasi yaitu penulis mengumpulkan data dari dokumen atau catatan-catatan