Anda di halaman 1dari 6

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

“PERBEDAAN KARAKTERISTIK INDIVIDU ANAK SMP”

Oleh:

Preti Wianesti (06101182328001)

Bunga Nadia Saputri (06101182328006)

Adea Amanda Marsel (06101282328021)

Ranti Oktaviani (06101282328038)

Nabila Aprillia Putri (06101182328054)

Maritza Aurelia Siregar (06101182328061)

Dosen Pengampu:

Eka Ad’hiya, S.Pd., M.Pd

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2024
Hasil Diskusi Kelompok

Meninggalkan jenjang SD, bukan berarti seorang anak akan langsung menjadi
pribadi yang mandiri. Para orang tua dan pengajar serta pendidik perluj senantiasa
berperan aktif dan bekerja sama dalam proses perkembangan karakter anak di jenjang
berikutnya yaitu, SMP. Beranjak ke jenjang SMP, anak-anak di usia ini rata-rata berkisar
antara usia 12-15 tahun di mana mereka sedang mengalami masa peralihan menuju usia
dewasa.

Anak-anak di usia ini pada umumnya tidak mau diperlakukan seperti anak kecil,
meski dalam cara berpikir masih mengalami perkembangan. Dalam perjalanan usianya,
mereka yang masih di usia SMP sedang memulai petualangan mencari jati diri. Dari segi
fisik dan psikis juga mereka mengalami perubahan dan perkembangan yang signifikan.
Biasanya, anak-anak usia SMP memperlihatkan berbagai karakter perubahan dari aspek
fisik, cara berpikir, emosi yang menjadi labil, adanya perkembangan sosial, moral dan
juga kepribadian.

Perbedaan karakteristik anak SMP adalah sebagai berikut:

 Anak SMP sedang mengalami masa puber, yaitu perubahan fisik dan hormon yang
mempengaruhi perkembangan seksual dan reproduksi.
 Anak SMP juga mengalamij ambivalensi, yaitu perasaan galau antara ingin sendiri
dan berkelompok. Mereka mulai mencari identitas diri dan mencoba berbagai peran.
 Anak SMP cenderung membandingkan diri mereka dengan norma dan kaidah yang
berlaku di masyarakat. Mereka ingin diterima dan dihargai oleh teman sebaya.
 Anak SMP sering skeptis terhadap hal-hal yang berkaitan dengan agama dan Tuhan.
Mereka mulai meragukan kebenaran dan kewajiban yang diajarkan oleh orang tua
dan guru.
 Anak SMP memiliki emosi yang labil, yaitu mudah berubah-ubah dan sulit
dikendalikan. Mereka sering marah, sedih, cemburu, atau bahagia tanpa alasan yang
jelas.

Nah berdasarkan ciri ciri tersebut, kami menghubbungkannya dengan kasus yang
kami temukan dari kompas.com mengenai Kasus Perundungan Di Cilacap, Jawa Tengah.
Polresta Cilacap menetapkan dua siswa SMP Negeri 2 Cimanggu berinisial MK (15) dan
WS (14) sebagai tersangka kekerasan dalam kasus bullying atau perundungan terhadap
FF (14).Sebelumnya, peristiwa penganiayaan siswa SMP itu terekam dalam video yang
viral di media sosial.

Dalam video tersebut, terdapat beberapa anak sekolah yang sedang berkumpul.
Namun, penganiayaan dan perundungan itu paling banyak dilakukan oleh seorang siswa
yang menggunakan topi hitam.Pelaku menganiaya korban dengan memukul, menyeret,
menginjak, dan menendang berkali-kali hingga tersungkur. Sementara korban tidak
melawan sekali pun. Dia tampak tidak berdaya dan merintih kesakitan.

Beberapa temannya yang mencoba memisahkan bahkan mendapat ancaman oleh


pelaku dengan menggunakan Bahasa Sunda, agar tidak ikut campur. Namun, ada pula
temannya yang menertawakan, bahkan ikut menampar korban. Polresta Cilacap
mengungkap kondisi pelajar SMP Negeri di Cimanggu, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah
(Jateng) yang menjadi korban perundungan dan dianiaya teman-teman sekolahnya,
Korban mengalami luka lebam di sekujur tubuh, mulai dari kepala hingga badan, tulang
rusuk yang patah, serta nyeri pada ulu hati.

Kasus perundungan siswa SMP di Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Cilacap,


Jawa Tengah (Jateng) ini semakin menambah rentetan kasus bullying di lingkungan
pendidikan di Indonesia. Ternyata, banyak faktor yang menyebabkan bullying sering
terjadi, mulai dari adanya ketidakseimbangan antara pelaku dan korban hingga sifat
remaja yang haus validasi. Pakar Psikolog dari RS Elisabeth Semarang, Probowatie
Tjondronegoro, mengatakan bullying kerap terjadi karena sifat anak-anak yang
cenderung ingin eksis dan diakui oleh lingkungan sosialnya. Selain itu, perkembangan
teknologi juga memengaruhi pola pikir dan pengambilan tindakan oleh para remaja.
“Remaja itu punya kecenderungan ingin diakui. Ingin menajadi jagoan. Mereka
melakukan bullying kebanyakan tak sadar melakukan perbuatan salah. Nah, cara mereka
untuk diakui, dihargai ini salah,” kata Probowatie.

Hal ini berhubungan dengan keterangan yang beredar bahwa sosok pelaku
merupakan seorang jawara silat. Alih alih menggunakan kemampuan silatnya untuk
kebaikan, pelaku justru menghajar adik kelasnya sendiri. Selain itu, ketidakseimbangan
antara pelaku dan korban juga menjadi penyebabnya. Bahkan, hal ini disinyalir menjadi
penyebab bullying kurang mendapat perhatian sehingga jatuh korban. Hal ini juga sesuai
dengan pernyataan pelaku bahwa ia mengakui telah dikeluarkan beberapa kali dari
sekolah sebelumnya. Sebelum masuk SMP, pelaku pernah menimba ilmu agama di
sebuah pondok pesantren yang berlokasi di Tasikmalaya, Jawa Barat. Setelah itu, ia
masuk ke SMP 4 Majenang, namun berakhir dikeluarkan karena berkelahi dengan siswa
disana, sebelum akhirnya pindah masuk ke SMP Negeri 2 Cimanggu. Pelaku merupakan
siswa yang problematik. Sering bersikap semena mena dan kerap melakukan kekerasan
pada siswa lain dengan geng nya. Sementara korban yang merupakan siswa biasa,
cenderung introvert, yang mengalami sedikit kesalahpahaman dengan pelaku. Karena
terbiasa melakukan kekerasan, pelaku pun menghajar korban dengan brutal.

Jadi berdasarkan contoh studi kasus ini, bahwa Untuk mendidik anak SMP, ada
beberapa karakter yang perlu ditanamkan bagi anak anak usia SMP dalam perkembangan
karakternya, antara lain:

 Mengatasi Konflik
Konflik memang akan selalu ada, namun mengatasi konflik menjadi sebuah seni
yang harus diajarkan bagi anak-anak dalam perkembangan karakter mereka.
Biasanya manajemen konflik perlu diajarkan bagi anak-anak di usia SMP. Anda
bisa mulai mengajarkan anak-anak untuk mengatasi konflik dengan bijaksana.
Arahkah anak-anak dengan pandangan bahwa mengalah itu bukan artinya kalah.
Mencari perdamaian adalah dan merangkul perbedaan adalah sebuah inti dari
lingkungan sosial.
 Berikan stimulus untuk senantiasa memikirkan solusi dan jalan keluar terbaik,
win-win solution dan menghasilkan keputusan yang baik serta bijak untuk semua
pihak.
 Optimisme
Sikap optimis dan pantang menyerah sangat penting diajarkan apalagi saat anak
di usia SMP.Anak-anak tentu pernah mengalami kegagalan dan akan mengalami
kegagalan di lain kesempatan, namun sikap optimisme inilah yang membuat
mereka tidak takut untuk gagal dan menghadapi risiko yang ada dengan mental
yang semakin kuat.
 Belajar Sabar dan Hati-Hati
Di usia SMP, anak-anak mulai diliputi dengan emosi yang labil. Dalam
menanggulanginya, belajar bersabar menjadi salah satu kunci untuk membangun
karakter mereka semakin baik. Dari sabar mengantre, sabar untuk mendapat
giliran dan bertindak hati-hati dalam mengerjakan tugas, hal-hal itu bisa
membangun karakter mereka.
 Memberikan dukungan dan pengertian terhadap perubahan yang dialami oleh
anak SMP. Jangan mengejek, menghina, atau memaksa mereka untuk berubah.

 Memberikan kebebasan dan tanggung jawab yang sesuai dengan usia dan
kemampuan anak SMP. Jangan terlalu memanjakan atau melindungi mereka, tapi
juga jangan terlalu mengekang atau menyalahkan mereka.
 Memberikan bimbingan dan nasihat yang bijak dan positif terkait dengan
masalah-masalah yang dihadapi oleh anak SMP. Jangan menghakimi, mengkritik,
atau memaksakan pendapat kita kepada mereka.
 Memberikan contoh dan teladan yang baik dan inspiratif bagi anak SMP. Jangan
berperilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai yang ingin kita tanamkan
kepada mereka.
 Memberikan kesempatan dan fasilitas untuk anak SMP mengembangkan bakat
dan minat mereka. Jangan membatasi, menghalangi, atau memaksa mereka untuk
mengikuti keinginan kita.

Selanjutnya, adapun beberapa karakteristik cara belajar anak SMP yang


dapat membantu dalam memaksimalkan hasil belajar mereka adalah :
 Memprioritaskan materi yang dipelajari: Anak SMP mempelajari banyak materi
yang berbeda, dan seringkali sulit untuk memahami semuanya. Oleh karena itu,
penting bagi mereka untuk memprioritaskan materi yang paling penting dan
memfokuskan waktu dan energi mereka pada materi tersebut.
 Menggunakan teknik belajar yang efektif: Ada banyak teknik belajar yang efektif
yang dapat membantu anak SMP memahami dan mengingat materi dengan lebih
baik. Beberapa teknik yang berguna antara lain membuat catatan, membuat
diagram, dan mengulang materi.
 Menggunakan sumber daya yang tersedia: Anak SMP dapat menggunakan
berbagai sumber daya untuk membantu mereka memahami materi yang
dipelajari, seperti buku teks, video pembelajaran, dan situs web pendidikan.
 Menggunakan waktu dengan bijak: Anak SMP memiliki jadwal yang padat, dan
seringkali sulit untuk menemukan waktu untuk belajar. Oleh karena itu, penting
bagi mereka untuk menggunakan waktu mereka dengan bijak dan
memaksimalkan waktu yang tersedia.
 Membuat jadwal belajar: Membuat jadwal belajar yang teratur dapat membantu
anak SMP memaksimalkan waktu mereka dan memastikan bahwa mereka
memiliki waktu yang cukup untuk mempelajari semua materi yang diperlukan.
 Belajar secara kolaboratif: Belajar secara kolaboratif dengan teman sekelas dapat
membantu anak SMP memahami materi dengan lebih baik dan mempersiapkan
diri untuk ujian.

Anda mungkin juga menyukai