DISUSUN OLEH :
hikmah yang terkandung dalam hal diturunkannya al-Qur’an secara berangsur-angsur, antara lain adalah:
1.Memantapkan hati Nabi ketika menyampaikan dakwah, Nabi kerapkali berhadapan dengan para
penentang. Maka, turunnya wahyu yang berangsur-angsur itu merupakan dari bagian dakwah.
3. Orang orang mukmin antusias dalam menerima Al Qur’an dan giat mengamalkannya.
Di antara contoh yang turunnya lebih akhir daripada hukumnya adalah ayat tentang “wudhu”, sebagaimana
diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari, dari Aisyah, ia berkata, “Kalungku pernah jatuh di tanah lapang, dan kami
sedang memasuki kota Madinah. Rasulullah saw. turun dan memasukkan untanya, kemudian meletakkan
kepalanya ke pangkuanku sambil tidur. Pada saat itu Abu Bakar datang dan memukulku dengan pukulan yang
keras dan ia berkata, ‘Kamu menahan orang banyak karena kalungmu?’ Kemudian Nabi saw. bangun dan Subuh
pun telah tiba, maka Rasulullah saw. mencari air, tetapi tidak mendapatkannya, maka turunlah: ‘Yaa
ayyuhalladziina aamanu idzaa qum tum ilashshalaati ...’ hingga ‘la’allakum tasykuruun’ (QS. al-Ma’idah: 6).” Ayat
ini berdasarkan Ijmak ulama Madaniyyah, tetapi wudhu itu diwajibkan di Makkah bersamaan dengan
diwajibkannya shalat.
Ibnu Abdil Bar berkata, “Telah dimaklumi menurut seluruh ahli sejarah perang bahwa Rasulullah saw. belum
pernah shalat kecuali dengan wudhusejak di wajibkannya shalat, dan tidak ada yang menolak demikian itu
kecuali orang bodoh dan yang menentang.” Ibnu Abdil Bar berkata, “Hikmah diturunkannya ayat wudhu,
sementara pelaksanaannya didahulukan, agar diwajibkannya wudhu diiringi dengan turunnya ayat.”
Ulama lain mengatakan, “Bisa jadi pada awal ayat diturunkan terlebih dahulu bersamaan dengan diwajibkannya
wudhu, kemudian selebihnya diturunkan, yaitu penyebutan tayamum dalam kisah ini.”