Disusun oleh :
1. Muhammad Nabiel Ardhika (22101020001)
2. Galuh Setia Wardhani (22101020019)
3. Dewi Puspa Rani (22101020033)
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kodifikasi Al-Qur’an
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kodifikasi adalah himpunan berbagai
peraturan menjadi undang-undang; hal penyusunan kitab perundang-undangan.
Untuk menyatukan persepsi tentang istilah kodifikasi atau pengumpulan al-Qur’an,
setidaknya ada dua pengertian yang terakomodasi di dalamnya. Kedua pengertian itu
merujuk kepada kandungan makna jam’u al-Qur’an (pengumpulan al-Qur’an), yaitu:
Pertama : Kata pengumpulan dalam arti penghafalannya di dalam lubuk hati,
sehingga orang-orang yang hafal al-Qur’an disebut jumma’u al-Qur’an atau huffadz
al-Qur’an.
Kedua : Kata pengumpulan dalam arti penulisannya, yakni perhimpunan seluruh al-
Qur’an dalam bentuk tulisan, yang memisahkan masing-masing ayat dan surah, atau
hanya mengatur susunan ayat-ayat al-Qur’an saja dan mengatur susunan semua ayat
dan surah di dalam beberapa shahifah yang kemudian disatukan sehingga menjadi
suatu koleksi yang merangkum semua surah yang sebelumnya telah disusun satu
demi satu.
Pada masa pemerintahan Khalifah abu bakar kondifikasi Al-Qur’an belum mencapai tahap
pengumpulan al-Qur`an untuk ditulis dalam satu mushhaf, tetapi sekedar mengumpulkan
lembaran-lembaran yang Telah ditulis di hadapan Rasulullah saw ke dalam satu tempat.
Lembaran-lembaran al-Qur`an ini tetap terjaga bersama Abu Bakar selama
Hidupnya. Kemudian berada pada Umar bin al-Khaththab selama hidupnya.
Kemudian bersama Ummul Mu`minin Hafshah binti Umar ra sesuai wasiat Umar.
Sedangkan Pada masa Khalifah Utsman bin Affan proses kondifikasi Al-Qur’an sangat
berkembang.Khalifah Utsman mengumpulkan dan menugaskan 4 sahabat yang unggul
dalam bacaan dan hafalan Al-Qur’an untuk menyempurnakan bacaan yang tertulis dalam
mushaf Abu Bakar. serta menyalinnya menjadi beberapa naskah untuk dibagikan ke
beberapa wilayah islam.tetapi,Penulisan AlȬQuran tersebut belum diberi tandaȬ tanda
perbedaan huruf berupa titikȬtitik (titik satu, dua, dan tiga baik di atas ataupun di bawah)
dan berupa syakl (tandaȬtanda bunyi; seperti fathah, kasrah, dhammah, saknah dan lain
sebagainya), dan juga tanpa pemisah satu ayat dengan ayat lainnya, dan lainȬlain tanda
baca seperti yang telah sempurna dalam mushafȬmushaf AlȬQuran yang ada sekarang ini.