PENDAHULUAN
ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu saja kepada bayi selama enam
bulan pertama kehidupan bayi tanpa memberikan makanan atau cairan lain, kecuali
vitamin, mineral, dan obat yang telah diizinkan (WHO, 2010). ASI eksklusif adalah
pemberian ASI secara eksklusif pada bayi sejak lahir hingga bayi berumur enam
bulan dan dianjurkan dilanjutkan sampai anak berusia 2 tahun (Depkes, 2005).
Pentingnya pemberian ASI terutama ASI Eksklusif untuk bayi sangat luar biasa. Bagi
bayi, ASI eksklusif adalah makanan dengan kandungan gizi yang paling sesuai untuk
kebutuhan bayi, melindungi bayi dari berbagai penyakit seperti diare dan infeksi
Braestfeeding Series tahun 2016 telah melaporkan bahwa pemberian ASI eksklusif
dapat menurunkan angka kematian karena infeksi sebanyak 88% pada bayi yang
pemberian ASI secara eksklusif pada bayi selama 6 bulan sebagai sumber makanan
satu-satunya dan dilanjutkan hingga berusia 2 tahun dengan makanan tambahan
(Lowdermilk, 2013). Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif pasal 1 ayat 2, “Air Susu
Ibu Eksklusif yang selanjutnya disebut ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan
mengganti dengan makanan atau minuman lain”. Kemudian pada pasal 6 dinyatakan
“Setiap ibu yang melahirkan harus memberikan ASI Eksklusif kepada bayi yang
memberikan banyak manfaat bagi bayi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Azizeah dan Merryana (2013) menyatakan bahwa terdapat perbedaan status gizi
antara bayi dengan pemberian ASI Eksklusif (bayi memiliki status gizi normal) dan
Non-ASI Eksklusif (bayi memiliki status gizi kurang). Penelitian yang dilakukan
Maki, Andrian, Amatus (2017) menyatakan bahwa terdapat perbedaan kejadian diare
antara bayi usia 6-12 bulan dengan pemberian ASI Eksklusif (bayi memiliki riwayat
diare tidak berulang) dan susu formula (bayi memiliki riwayat diare berulang).
keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan berfluktuatif setiap
tahunnya. Cakupan ASI eksklusif di Indonesia pada tahun 2018 sebesar 37,3%, angka
ini menurun dibandingkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013.
Angka tersebut belum mencapai target nasional karena standar pencapaian ASI
eksklusif yang ditargetkan dalam pembangunan nasional sebesar 80%. Salah satu
provinsi di Indonesia dengan cakupan ASI eksklusif rendah adalah Provinsi Jawa
Barat.
Data Riskesdas tahun 2018 menunjukkan Jawa Barat berada di urutan ke-14
sebagai provinsi kategori rendah dari 34 provinsi. Cakupan ASI eksklusif di Jawa
Barat sebesar 37%. Sebanyak 61 % ibu menyusui di Jawa Barat memberikan air susu
ibu secara eksklusif sampai bayinya berusia tiga bulan (Dinkes Jawa Barat, 2016).
Berdasarkan data Profil Kesehatan Jawa Barat tahun 2017 menunjukkan dari 24
jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif di Kabupaten Bandung hanya 6.231 dari
30.000 atau sebesar 20.3%. Selain itu, salah satu pedesaan di Kabupaten Bandung
yang memiliki angka pemberian ASI eksklusif posisi rendah berada di Desa
Mekarrahayu. Data menunjukkan dari 1.242 bayi yang berusia 0-6 bulan hanya 561
Beberapa hasil riset menunjukkan bahwa berbagai dampak buruk dapat terjadi
pada bayi bila tidak mendapat ASI eksklusif. Adapun dampaknya yaitu memiliki
risiko kematian karena mengalami diare 3,94 kali lebih besar dibandingkan bayi yang
mendapat ASI eksklusif (Kemenkes, 2010). Selain itu, Rendahnya pemberian ASI
merupakan ancaman bagi tumbuh kembang anak yang akan berpengaruh pada
otak anak dimulai sejak dalam kandungan sampai usia 3 tahun yang dikenal dengan
periode emas, sehingga sangat penting untuk mendapatkan ASI yang mengandung
protein, karbohidrat, lemak dan mineral yang dibutuhkan bayi, oleh karena itu
diperlukan pemberian ASI ekslusif selama enam bulan dan dapat dilanjutkan hingga
Penelitian yang dilakukan oleh Atikah, Djoko, Siti (2017) menyatakan bahwa
dilakukan oleh Cicih (2011) ditemukan bahwa perilaku ibu mempunyai pengaruh
yang signifikan dengan status kesehatan balita, salah satunya melalui pemberian ASI
Eksklusif.
Salah satu teori yang membahas tentang perilaku kesehatan yaitu teori
Snehandu B.Kar. Teori ini adalah salah satu bingkai konseptual yang digunakan
perilaku kesehatan dengan bertitik-tolak bahwa perilaku itu fungsi dari niat orang
terhadap objek kesehatan, ada atau tidaknya dukungan dari masyarakat sekitarnya,
ada atau tidaknya informasi tentang kesehatan, kebebasan dari indivindu untuk
mengambil keputusan/bertindak, dan situasi yang memungkinkan ia
membantu dalam penyusunan program kesehatan yang tepat sasaran dan efektif dalam
mengubah perilaku ibu untuk memberikan ASI eksklusif bagi bayi nya.
pada bayi sesuai teori Snehandu B. Kar di Desa Mekarrahayu Kecamatan Margaasih
Kabupaten Bandung ?”
eksklusif pada bayi sesuai teori Snehandu B. Kar di Desa Mekarrahayu Kecamatan
c. Mengetahui faktor dukungan sosial (social support) pada perilaku ibu terhadap
f. Mengetahui faktor situasi (action situasi) pada perilaku ibu terhadap pemberian
dan bayi.
gambaran perilaku ibu mengenai pemberian ASI eksklusif, untuk penelitian yang
b. Bagi Ibu
Peneliti berharap dari penelitian ini ibu lebih memahami mengenai ASI
eksklusif, agar manfaat dari pemberian ASI eksklusif ini dapat dirasakan.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta ilmu yang terbaru
mengenai ASI eksklusif, yang dapat dijadikan sebagai masukan dalam menetapkan
kebijakan dan upaya-upaya agar cakupan ASI eksklusif meningkat. Serta sebagai
hanya menerima ASI dari ibu, atau pengasuh yang diminta memberikan ASI
dari ibu, tanpa penambahan cairan atau makanan padat lain, kecuali sirup
2012 adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam
hingga mineral. Air susu ibu atau ASI yang pertama kali diberikan kepada
bayi bernama kolostrum. Kolostrum adalah cairan ASI pertama yang memang
dipersiapkan sebagai asupan paling awal untuk bayi. Berbeda dengan warna
ASI yang putih seperti susu pada umumnya, warna cairan kolostrum tidaklah
demikian. Warna khas ASI pertama ini adalah bening tetapi agak kekuningan.
Imunoglobulin di dalam kolostrum adalah antibodi yang didapat bayi dari ibu
dan memberikan imunitas pasif pada bayi. Imunitas pasif ini mampu
melindungi bayi dari bahaya penyakit yang disebabkan oleh bakteri maupun
kekebalan tubuh bayi. Bahkan, sifat kolostrum adalah laksatif sehingga dapat
Manfaat ASI telah mencukupi semua kebutuhan energi dan zat gizi
yang diperlukan bagi bayi selama masa awal kehidupan hingga berusia 6
bulan. Dengan begitu, sebenarnya pemberian selain ASI seperti susu formula,
minuman, maupun makanan tambahan sebelum usia 6 bulan belum
diperlukan. Itulah mengapa kebutuhan gizi bayi setiap harinya tetap dapat
putih selama kurun waktu 6 bulan pertama juga tidak dianjurkan untuk bayi
diberikan ASI lebih baik dibandingkan bayi yang tidak mendapatkan ASI.
Dikutip dari laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ASI juga dapat
sistem imun atau daya tahan tubuh bayi dari serangan penyakit. Karena di
dalam ASI terdapat sejumlah antibodi, sel darah putih, dan imunoglobulin A
lainnya bagi bayi. IgA berperan untuk memberi lapisan pada saluran
pencernaan agar kuman, bakteri, serta virus pembawa penyakit tidak dapat
masuk ke dalam aliran darah. Selain itu, manfaat IgA di dalam ASI juga dapat
lainnya. Manfaat sel darah putih di dalam ASI bagi bayi yakni mengandung
sel-sel penting seperti fagosit untuk membasmi berbagai kuman penyakit. Hal
ini tentu akan membantu melindungi bayi sampai sistem imun pada tubuhnya
bisa berfungsi secara optimal. Bayi yang mendapatkan ASI setiap harinya
Oleh karena itu, ASI dapat membuat sistem kekebalan tubuh bayi semakin
kuat.
Meski bayi selalu menyusu setiap waktu, Anda tak perlu khawatir ASI
tidak membuat bayi jadi obesitas. Sebaliknya, ASI eksklusif dapat membantu
berlebih. Hal ini bisa disebabkan oleh perkembangan bakteri usus yang
berbeda. Jumlah bakteri usus pada bayi yang mendapatkan ASI lebih tinggi
dan dapat memengaruhi proses penyimpanan lemak, menurut penelitian dalam
jurnal Clinical Medicine.
Manfaat ASI bagi bayi juga terlihat karena memiliki banyak leptin di
penambahan berat badan bayi tidak langsung melonjak naik. Atas dasar inilah,
Ibu yang menyusui bayinya saat pertama kali akan membuat uterus
Berat badan ibu yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya akan
nutrisi dan sisanya diambil dari simpanan lemak selama hamil yang disiapkan
tubuh untuk menyusui. Energi yang diambil dari simpanan lemak sekitar 170
(Sitopu, 2013).
1. Faktor internal, yaitu faktor-faktor yang terdapat di dalam diri individu itu sendiri,
meliputi:
a) Faktor Pendidikan
eksklusif. Pengetahuan ini diperoleh baik secara formal maupun informal. Ibu
Pendidikan juga akan membuat seseorang terdorong untuk ingin tahu mencari
pengalaman sehingga informasi yang diterima akan menjadi pengetahuan.
Tingkat pendidikan dalam keluarga khususnya Ibu dapat menjadi faktor yang
orang tua maka pengetahuannya akan gizi akan lebih baik dari yang
berpendidikan rendah.
b) Faktor Pengetahuan
eksklusif bisa menjadi penyebab gagalnya pemberian ASI eksklusif pada bayi.
(Wahyuningsih, 2012).
c) Faktor Sikap/Perilaku
kaitannya dengan motivasi, yaitu dorongan yang timbul dalam diri seseorang
secara sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Niat
untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku dipengaruhi oleh dua
penentu dasar yaitu sikap dan norma subjektif (Roesli, 2013). Seseorang akan
memiliki niat yang kuat jika informasi yang dimilikinya cukup kuat untuk
d) Faktor Psikologis
2) Adanya anggapan para ibu bahwa menyusui akan merusak penampilan dan
3) Tekanan batin, ada sebagian kecil ibu mengalami tekanan batin di saat menyusui
bayi sehingga dapat mendesak ibu untuk mengurangi frekuensi dan lama menyusui
Ibu yang tidak menyusui bayinya sering beralasan karena ibu sakit,
baik sebentar maupun lama, sebenarnya jarang sekali ada penyakit yang
bayi berupa makanan buatan daripada membiarkan bayi menyusu dari ibunya
f) Faktor Emosional
a) Dukungan Suami
ibu menyusui berupa dukungan suami adalah dukungan yang paling berarti
bagi ibu. Suami dapat berperan aktif dalam keberhasilan pemberian ASI
perah, dan memijat bayi. kecuali menyusui semua tugas tadi dapat dikerjakan
oleh ayah.
benteng pertama saat ibu mendapat godaan yang datang dari keluarga
terdekat, orang tua atau mertua. Kondisi ibu yang sehat dan suasana yang
lebih baik. Ayah juga ingin berdekatan dengan bayinya dan berpartisipasi
1) Pekerjaan Ibu
siasat seperti pemberian ASI perah selama ibu tidak dirumah, bayi
mendapatkan ASI perah yang telah diperoleh satu hari sebelumnya. Secara
tempat kerja dan menyusui setiap beberapa jam. Kondisi yang tidak
Wahyuningsih, 2012).
kalangan tertentu, bahwa susu botol sangat cocok buat bayi dan merupakan
makanan yang terbaik. Kondisi ini dipengaruhi oleh gaya hidup yang selalu
2012).
mendesak para ibu untuk segera menyapih anaknya dan memilih air susu
Wahyuningsih, 2012).
d) Meningkatnya Promosi Susu Formula Sebagai Pengganti ASI
Distribusi iklan dan promosi susu buatan berlangsung terus, dan bahkan
meningkat tidak hanya di televisi, radio dan surat kabar melainkan juga di
susu botol. Promosi ASI yang efektif haruslah dimulai pada profesi
menekankan pentingnya ASI dan nilai ASI pada umur 2 tahun atau lebih
(Roesli, 2008).
2.2 Kerangka Pemikiran
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang
penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu
terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang satu dengan variabel yang
lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2018). Adapun kerangka
Karakteristik ibu :
1. Usia pernikahan
2. Jumlah anak
3. Status pendidikan
4. Pekerjaan
Niat
Dukungan Sosial
Perilaku Ibu
terhadap pemberian
Akses Informasi ASI eksklusif pada
bayi
Otonomi Pribadi
Situasi
yang terjadi. Berdasarkan kerangka berpikir tersebut, maka preposisi penelitian ini
adalah “Perilaku Pemberian ASI Eksklusif Dipengaruhi Oleh Faktor Niat, Dukungan
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
(Sugiyono, 2009). Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi
Sampel pada penelitian ini sebanyak 5 ibu yang mempunyai bayi usia -12 bulan dan
a. Kriteria Inklusi :
Bandung.
consent).
b. Kriteria Eksklusi :
memahami atau menggali kenyataan yang dialami atau perilaku tertentu individu atau
kejadian, hubungan, dan lain-lain. Dalam penelitian ini, desain fenomenologi untuk
mengungkap suatu fenomena yaitu persepsi ibu terhadap pemberian ASI eksklusif
a. Variabel dependen
Variabel dependen adalah variabel yang menjadi pusat perhatian peneliti
b. Variabel independen
(Ferdinand, 2006). Dalam analisis, akan terlihat bahwa variabel yang menjelaskan
mengenai jalan atau cara sebuah masalah dipecahkan tidak lain adalah variabel-
variabel independen.
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen (X) adalah variabel
Perilaku ibu. Sedangkan yang menjadi variabel dependen (Y) adalah Pemberian
Definisi konseptual yaitu suatu definisi yang masih berupa konsep dan
maknanya masih sangat abstrak walaupun secara intuitif masih bisa dipahami
dan vitamin.
Pada tahap kerja penelitian, peneliti membagi dalam beberapa tahapan yaitu :
1. Tahap Persiapan
a) Persiapan Lapangan
wawancara.
Instrumen penelitian lain yang diperlukan dalam mengumpulkan data adalah lembar
persetujuan informan (informed consent), diri peneliti, buku catatan lapangan (field
2. Tahap Pelaksanaan
juga mengantisipasi hal-hal yang mungkin mengganggu pada saat wawancara seperti
situasi lingkungan yang ramai. Secara umum posisi wawancara dilakukan berhadapan
atau duduk bersebelahan namun tetap mempertahankan kontak mata sehingga peneliti
tetap dengan leluasa mengobservasi komunikasi non verbal yang ditampilkan oleh
informan.
atau kesepakatan yang telah dibuat untuk melakukan wawancara. Langkah ketiga
adalah tahap pelaksanaan wawancara mendalam kepada informan yang telah dibuat
peneliti.
3. Tahap Penutup
informasi yang kurang jelas. Setelah semua topik terjawab peneliti memberikan
ucapan terimakasih kepada informan atas partisipasinya serta membuat kontrak untuk
b. Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini tidak hanya mengambil dari satu
sumber, namun dari berbagai sumber yang relevan, meliputi data dari sumber
referensi dan data yang diambil secara langsung. Untuk lebih jelasnya, berbagai
sumber data yang digunakan untuk keperluan penelitian dibedakan menjadi 2 data :
a) Primer
b) Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari data profil dinas kesehatan Kabupaten Bandung tahun
2018.
2. Pengumpulan data
mengetahui satu fenomena yang dipilih dan akan dipahami secara mendalam yang
informasi terhadap persepsi ibu terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi di Desa
pandangan dan opini dari para partisipan dengan rentang waktu rata-rata 10 sampai
dengan 15 menit.
a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan tahap dari teknik analisis data kualitatif. Reduksi
data sedemikian rupa sehingga data tersebut dapat menghasilkan informasi yang
dan kompleksnya data, diperlukan analisis data melalui tahap reduksi. Tahap reduksi
ini dilakukan untuk pemilihan relevan atau tidaknya data dengan tujuan akhir.
b. Penyajian Data
Penyajian data merupakan tahap dari teknik analisis data kualitatif. Penyajian
data merupakan kegiatan saat sekumpulan data disusun secara sistematis dan mudah
penyajian data kualitatif bisa berupa teks naratif (berbentuk catatan lapangan),
matriks, grafik, jaringan ataupun bagan. Melalui penyajian data tersebut, maka
nantinya data akan terorganisasikan dan tersusun dalam pola hubungan, sehingga
Tahap ini merupakan tahap penarikan kesimpulan dari semua data yang telah
diperoleh sebagai hasil dari penelitian. Penarikan kesimpulan atau verifikasi adalah
alur sebab akibat atau proposisi. Sebelum melakukan penarikan kesimpulan terlebih
dahulu dilakukan reduksi data, penyajian data serta penarikan kesimpulan atau
Huberman, proses analisis tidak sekali jadi, melainkan interaktif, secara bolak-balik
diantara kegiatan reduksi, penyajian dan penarikan kesimpulan atau verifikasi selama
kesimpulan merupakan tahap akhir dari kegiatan analisis data. Penarikan kesimpulan
2021.
Etika penelitian artinya subyek penelitian dan yang lainya harus dilindungi.
persetujuan. Etika membantu manusia untuk melihat atau menilai secara kritis
moralitas yang dihayati dan dianut oleh masyarakat. Perilaku penelitian atau peneliti
subjek penelitian. Secara garis besar, dalam penelitian ada beberapa prinsip yang
serta dampak atau risiko yang akan terjadi selama dalam proses penelitian. Informan
menolak maka peneliti tidak akan memaksa karena hak asasi informan. Tetapi jika
pilihan “Nama/ Kode”, jika informan tidak mau menyebutkan namanya maka peneliti
akan memberi kode sehingga privasi responden tetap terjaga dan responden merasa
Dalam penelitian, peneliti harus menjaga kerahasiaan jawaban dan hasil dari
informan, hanya data tertentu yang akan di publikasikan pada hasil riset.
BAB IV
a. Niat
b. Dukungan sosial
4.2 Pembahasan