Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu saja kepada bayi selama enam

bulan pertama kehidupan bayi tanpa memberikan makanan atau cairan lain, kecuali

vitamin, mineral, dan obat yang telah diizinkan (WHO, 2010). ASI eksklusif adalah

pemberian ASI secara eksklusif pada bayi sejak lahir hingga bayi berumur enam

bulan dan dianjurkan dilanjutkan sampai anak berusia 2 tahun (Depkes, 2005).

Pentingnya pemberian ASI terutama ASI Eksklusif untuk bayi sangat luar biasa. Bagi

bayi, ASI eksklusif adalah makanan dengan kandungan gizi yang paling sesuai untuk

kebutuhan bayi, melindungi bayi dari berbagai penyakit seperti diare dan infeksi

saluran pernafasan akut (Kementerian Kesehatan RI, 2010). The Lancet

Braestfeeding Series tahun 2016 telah melaporkan bahwa pemberian ASI eksklusif

dapat menurunkan angka kematian karena infeksi sebanyak 88% pada bayi yang

berusia kurang dari 3 bulan (Kemenkes RI, 2017).

World Health Organizatian (WHO), United Nation Children’s Fund

(UNICEF), dan American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan

pemberian ASI secara eksklusif pada bayi selama 6 bulan sebagai sumber makanan
satu-satunya dan dilanjutkan hingga berusia 2 tahun dengan makanan tambahan

(Lowdermilk, 2013). Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif pasal 1 ayat 2, “Air Susu

Ibu Eksklusif yang selanjutnya disebut ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan

kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 bulan, tanpa menambahkan dan/atau

mengganti dengan makanan atau minuman lain”. Kemudian pada pasal 6 dinyatakan

“Setiap ibu yang melahirkan harus memberikan ASI Eksklusif kepada bayi yang

dilahirkannya” (Peraturan Pemerintah Nomor 33, 2012).

Pemberian ASI Eksklusif sangat direkomendasikan karena hal tersebut

memberikan banyak manfaat bagi bayi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Azizeah dan Merryana (2013) menyatakan bahwa terdapat perbedaan status gizi

antara bayi dengan pemberian ASI Eksklusif (bayi memiliki status gizi normal) dan

Non-ASI Eksklusif (bayi memiliki status gizi kurang). Penelitian yang dilakukan

Maki, Andrian, Amatus (2017) menyatakan bahwa terdapat perbedaan kejadian diare

antara bayi usia 6-12 bulan dengan pemberian ASI Eksklusif (bayi memiliki riwayat

diare tidak berulang) dan susu formula (bayi memiliki riwayat diare berulang).

Meskipun pemerintah sudah menghimbau pemberian ASI Eksklusif dan

beberapa penelitian sudah menyatakan manfaat pemberian ASI Eksklusif. Namun,

keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan berfluktuatif setiap

tahunnya. Cakupan ASI eksklusif di Indonesia pada tahun 2018 sebesar 37,3%, angka

ini menurun dibandingkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013.
Angka tersebut belum mencapai target nasional karena standar pencapaian ASI

eksklusif yang ditargetkan dalam pembangunan nasional sebesar 80%. Salah satu

provinsi di Indonesia dengan cakupan ASI eksklusif rendah adalah Provinsi Jawa

Barat.

Data Riskesdas tahun 2018 menunjukkan Jawa Barat berada di urutan ke-14

sebagai provinsi kategori rendah dari 34 provinsi. Cakupan ASI eksklusif di Jawa

Barat sebesar 37%. Sebanyak 61 % ibu menyusui di Jawa Barat memberikan air susu

ibu secara eksklusif sampai bayinya berusia tiga bulan (Dinkes Jawa Barat, 2016).

Berdasarkan data Profil Kesehatan Jawa Barat tahun 2017 menunjukkan dari 24

kabupaten/kota Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Bandung memiliki cakupan ASI

eksklusif paling rendah.

Berdasarkan data Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung tahun 2018,

jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif di Kabupaten Bandung hanya 6.231 dari

30.000 atau sebesar 20.3%. Selain itu, salah satu pedesaan di Kabupaten Bandung

yang memiliki angka pemberian ASI eksklusif posisi rendah berada di Desa

Mekarrahayu. Data menunjukkan dari 1.242 bayi yang berusia 0-6 bulan hanya 561

bayi yang diberikan ASI eksklusif atau sebesar 45,17 %.

Beberapa hasil riset menunjukkan bahwa berbagai dampak buruk dapat terjadi

pada bayi bila tidak mendapat ASI eksklusif. Adapun dampaknya yaitu memiliki

risiko kematian karena mengalami diare 3,94 kali lebih besar dibandingkan bayi yang

mendapat ASI eksklusif (Kemenkes, 2010). Selain itu, Rendahnya pemberian ASI
merupakan ancaman bagi tumbuh kembang anak yang akan berpengaruh pada

pertumbuhan dan perkembangan kualitas SDM secara umum. 80% perkembangan

otak anak dimulai sejak dalam kandungan sampai usia 3 tahun yang dikenal dengan

periode emas, sehingga sangat penting untuk mendapatkan ASI yang mengandung

protein, karbohidrat, lemak dan mineral yang dibutuhkan bayi, oleh karena itu

diperlukan pemberian ASI ekslusif selama enam bulan dan dapat dilanjutkan hingga

dua tahun (Budiharja, 2011).

Beberapa penelitian telah dilakukan terkait dengan pemberian ASI Eksklusif.

Penelitian yang dilakukan oleh Atikah, Djoko, Siti (2017) menyatakan bahwa

terdapat hubungan perilaku ibu dalam pemberian ASI Eksklusif sehingga

mempengaruhi angka cakupan ASI Eksklusif. Kemudian pada penelitian yang

dilakukan oleh Cicih (2011) ditemukan bahwa perilaku ibu mempunyai pengaruh

yang signifikan dengan status kesehatan balita, salah satunya melalui pemberian ASI

Eksklusif.

Salah satu teori yang membahas tentang perilaku kesehatan yaitu teori

Snehandu B.Kar. Teori ini adalah salah satu bingkai konseptual yang digunakan

dalam penelitian perilaku kesehatan. Teori Snehandu B. Kar mencoba menganalisis

perilaku kesehatan dengan bertitik-tolak bahwa perilaku itu fungsi dari niat orang

terhadap objek kesehatan, ada atau tidaknya dukungan dari masyarakat sekitarnya,

ada atau tidaknya informasi tentang kesehatan, kebebasan dari indivindu untuk
mengambil keputusan/bertindak, dan situasi yang memungkinkan ia

berperilaku/bertindak atau tidak berperilaku/tidak bertindak.

Sehingga dengan diketahuinya faktor tersebut di masyarakat diharapkan dapat

membantu dalam penyusunan program kesehatan yang tepat sasaran dan efektif dalam

mengubah perilaku ibu untuk memberikan ASI eksklusif bagi bayi nya.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusuan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

“Bagaimana latar belakang perilaku ibu terhadap pemberian ASI eksklusif

pada bayi sesuai teori Snehandu B. Kar di Desa Mekarrahayu Kecamatan Margaasih

Kabupaten Bandung ?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui latar belakang perilaku ibu terhadap pemberian ASI

eksklusif pada bayi sesuai teori Snehandu B. Kar di Desa Mekarrahayu Kecamatan

Margaasih Kabupaten Bandung.

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Mengetahui karakteristik ibu berdasarkan usia pernikahan, jumlah anak, status

pendidikan, dan pekerjaan.

b. Mengetahui faktor niat (behavior intention) pada perilaku ibu terhadap

pemberian ASI eksklusif pada bayi.

c. Mengetahui faktor dukungan sosial (social support) pada perilaku ibu terhadap

pemberian ASI eksklusif pada bayi.

d. Mengetahui faktor akses informasi (accessibility information) pada perilaku ibu

terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi.

e. Mengetahui faktor otonomi pribadi (personal autonomy) pada perilaku ibu

terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi.

f. Mengetahui faktor situasi (action situasi) pada perilaku ibu terhadap pemberian

ASI eksklusif pada bayi.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

a. Sebagai bahan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan ibu

dan bayi.

b. Sebagai referensi perpustakaan tentang persepsi ibu terhadap pemberian ASI

eksklusif pada bayi.

1.4.2 Kegunaan Praktis

a. Bagi Peneliti Selanjutnya


Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta referensi mengenai

gambaran perilaku ibu mengenai pemberian ASI eksklusif, untuk penelitian yang

akan dilakukan selanjutnya.

b. Bagi Ibu

Peneliti berharap dari penelitian ini ibu lebih memahami mengenai ASI

eksklusif, agar manfaat dari pemberian ASI eksklusif ini dapat dirasakan.

c. Bagi Tenaga Kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta ilmu yang terbaru

mengenai ASI eksklusif, yang dapat dijadikan sebagai masukan dalam menetapkan

kebijakan dan upaya-upaya agar cakupan ASI eksklusif meningkat. Serta sebagai

bahan pertimbangan untuk mengadakan promosi kesehatan tentang pentingnya ASI

eksklusif pada bayi.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN PREPOSISI TEORETIK

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Teori Snehandu B. Kar

2.1.2 ASI Eksklusif

a. Pengertian ASI Eksklusif

Menurut WHO (2006), definisi ASI eksklusif adalah bahwa bayi

hanya menerima ASI dari ibu, atau pengasuh yang diminta memberikan ASI

dari ibu, tanpa penambahan cairan atau makanan padat lain, kecuali sirup

yang berisi vitamin, suplemen mineral atau obat.

ASI eksklusif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun

2012 adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam

bulan, tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau

minuman lain (kecuali obat, vitamin, dan mineral).

b. Manfaat ASI Eksklusif


1. Manfaat ASI Eksklusif Bagi Bayi

a) Mengandung Zat Gizi Penting Bagi Bayi

Kandungan zat gizi ASI meliputi karbohidrat, protein, lemak, vitamin,

hingga mineral. Air susu ibu atau ASI yang pertama kali diberikan kepada

bayi bernama kolostrum. Kolostrum adalah cairan ASI pertama yang memang

dipersiapkan sebagai asupan paling awal untuk bayi. Berbeda dengan warna

ASI yang putih seperti susu pada umumnya, warna cairan kolostrum tidaklah

demikian. Warna khas ASI pertama ini adalah bening tetapi agak kekuningan.

Kolostrum kaya akan kadar protein, lemak, vitamin, mineral,

antioksidan, antiglobulin, sel darah putih, dan immunoglobulin.

Imunoglobulin di dalam kolostrum adalah antibodi yang didapat bayi dari ibu

dan memberikan imunitas pasif pada bayi. Imunitas pasif ini mampu

melindungi bayi dari bahaya penyakit yang disebabkan oleh bakteri maupun

virus. Kandungan kolostrum juga bertugas untuk meningkatkan sistem

kekebalan tubuh bayi. Bahkan, sifat kolostrum adalah laksatif sehingga dapat

membantu melancarkan kerja sistem pencernaan bayi.

b) Memenuhi Seluruh Kebutuhan Nutrisi Bayi

Manfaat ASI telah mencukupi semua kebutuhan energi dan zat gizi

yang diperlukan bagi bayi selama masa awal kehidupan hingga berusia 6

bulan. Dengan begitu, sebenarnya pemberian selain ASI seperti susu formula,
minuman, maupun makanan tambahan sebelum usia 6 bulan belum

diperlukan. Itulah mengapa kebutuhan gizi bayi setiap harinya tetap dapat

tercukupi dengan baik meski hanya diberikan ASI. Bahkan, memberikan air

putih selama kurun waktu 6 bulan pertama juga tidak dianjurkan untuk bayi

karena dapat menggagalkan pemberian ASI eksklusif. ASI juga mampu

mencukupi setengah dari kebutuhan harian usia 6-12 bulan.

c) Meningkatkan Kecerdasan Bayi

ASI dapat membantu perkembangan sensorik dan kognitif pada otak

bayi. Sebuah penelitian yang dimuat dalam Journal of Korean Medical

Science, menyebutkan bahwa perkembangan kecerdasan otak bayi yang

diberikan ASI lebih baik dibandingkan bayi yang tidak mendapatkan ASI.

Dikutip dari laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ASI juga dapat

memengaruhi perkembangan kemampuan intelektual anak.

d) Meningkatkan Daya Tahan Tubuh Bayi

Manfaat termasuk ASI eksklusif, yakni dapat membantu menguatkan

sistem imun atau daya tahan tubuh bayi dari serangan penyakit. Karena di

dalam ASI terdapat sejumlah antibodi, sel darah putih, dan imunoglobulin A

(IgA), khususnya cairan pertama ASI atau kolostrum. Kolostrum ASI

mengandung kandungan imunoglobulin A (IgA) serta beberapa jenis antibodi

lainnya bagi bayi. IgA berperan untuk memberi lapisan pada saluran
pencernaan agar kuman, bakteri, serta virus pembawa penyakit tidak dapat

masuk ke dalam aliran darah. Selain itu, manfaat IgA di dalam ASI juga dapat

membentuk lapisan pelindung pada hidung dan tenggorokan.

Sementara manfaat antibodi di dalam ASI bagi bayi bertugas untuk

melawan serangan virus, bakteri, kuman, maupun patogen penyebab penyakit

lainnya. Manfaat sel darah putih di dalam ASI bagi bayi yakni mengandung

sel-sel penting seperti fagosit untuk membasmi berbagai kuman penyakit. Hal

ini tentu akan membantu melindungi bayi sampai sistem imun pada tubuhnya

bisa berfungsi secara optimal. Bayi yang mendapatkan ASI setiap harinya

memiliki saluran pencernaan yang banyak dihuni oleh

bakteri Bifidobacteria dan Lactobacillus. Keduanya adalah bakteri baik yang

bisa membantu mencegah perkembangan organisme pembawa bibit penyakit.

Oleh karena itu, ASI dapat membuat sistem kekebalan tubuh bayi semakin

kuat.

e) Mencegah Obesitas Pada Bayi

Meski bayi selalu menyusu setiap waktu, Anda tak perlu khawatir ASI

tidak membuat bayi jadi obesitas. Sebaliknya, ASI eksklusif dapat membantu

menjaga berat badannya sehingga mencegah peningkatan berat badan

berlebih. Hal ini bisa disebabkan oleh perkembangan bakteri usus yang

berbeda. Jumlah bakteri usus pada bayi yang mendapatkan ASI lebih tinggi
dan dapat memengaruhi proses penyimpanan lemak, menurut penelitian dalam

jurnal Clinical Medicine.

Manfaat ASI bagi bayi juga terlihat karena memiliki banyak leptin di

dalam tubuhnya. Leptin merupakan hormon yang bertugas untuk mengatur

nafsu makan sekaligus penyimpanan lemak di dalam tubuh sehingga

penambahan berat badan bayi tidak langsung melonjak naik. Atas dasar inilah,

ASI memiliki manfaat yang begitu penting bagi bayi.

2. Manfaat ASI Eksklusif Bagi Ibu

Ibu yang menyusui bayinya saat pertama kali akan membuat uterus

berkontraksi, plasenta keluar dengan cepat dan mengurangi terjadinya

perdarahan (UNICEF, 2010). Isapan bayi dapat meningkatkan kadar oksitosin

yang berfungsi untuk menutup pembuluh darah sehingga perdarahan setelah

melahirkan akan lebih cepat berhenti (Dewi & Sunarsih, 2011).

Berat badan ibu yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya akan

menurunkan berat badan yang disebabkan oleh kehamilan. Produksi ASI

membutuhkan energi 500 kkal/hari. Energi tersebut diperoleh dari asupan

nutrisi dan sisanya diambil dari simpanan lemak selama hamil yang disiapkan

tubuh untuk menyusui. Energi yang diambil dari simpanan lemak sekitar 170

kkal/hari sehingga berat badan ibu bisa terkontrol (Kristiyanti, 2013).

Pemberian ASI eksklusif dapat menunda kehamilan karena hormon

prolaktin pada ibu yang menyusui akan meningkat sehingga menekan


produksi hormon estrogen dan progesteron yang dapat mencegah kehamilan

(Sitopu, 2013).

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif

Pemberian ASI eksklusif dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan

faktor eksternal (Wahyuningsih, 2012).

1. Faktor internal, yaitu faktor-faktor yang terdapat di dalam diri individu itu sendiri,

meliputi:

a) Faktor Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin mudah untuk

menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang

dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat sikap

terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan, termasuk mengenai ASI

eksklusif (Wahyuningsih, 2012).

Tingkat pendidikan ibu yang rendah mengakibatkan kurangnya

pengetahuan Ibu dalam menghadapi masalah, terutama dalam pemberian ASI

eksklusif. Pengetahuan ini diperoleh baik secara formal maupun informal. Ibu

yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi, umumnya terbuka

menerima perubahan atau hal-hal guna pemeliharaan kesehatannya.

Pendidikan juga akan membuat seseorang terdorong untuk ingin tahu mencari
pengalaman sehingga informasi yang diterima akan menjadi pengetahuan.

Tingkat pendidikan dalam keluarga khususnya Ibu dapat menjadi faktor yang

mempengaruhi status gizi anak dalam keluarga. Semakin tinggi pendidikan

orang tua maka pengetahuannya akan gizi akan lebih baik dari yang

berpendidikan rendah.

b) Faktor Pengetahuan

Pengetahuan yang rendah tentang manfaat dan tujuan pemberian ASI

eksklusif bisa menjadi penyebab gagalnya pemberian ASI eksklusif pada bayi.

(Wahyuningsih, 2012).

c) Faktor Sikap/Perilaku

Menciptakan sikap yang positif mengenai ASI dan menyusui dapat

meningkatkan keberhasilan pemberian ASI secara esklusif. Niat erat

kaitannya dengan motivasi, yaitu dorongan yang timbul dalam diri seseorang

secara sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Niat

untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku dipengaruhi oleh dua

penentu dasar yaitu sikap dan norma subjektif (Roesli, 2013). Seseorang akan

memiliki niat yang kuat jika informasi yang dimilikinya cukup kuat untuk

meyakinkannya bahwa perilaku tersebut layak untuk dilakukan. Niat yang

sudah dimiliki seseorang, hendaknya diperkuat dengan menambah

pengetahuan mengenai ASI baik keunggulan, komposisi, manfaat, dan


keutamaannya. Pengetahuan diperlukan untuk memantapkan niat ibu untuk

memberikan ASI (Nuraini dan Nurhidayat, 2013).

d) Faktor Psikologis

1) Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita (estetika).

2) Adanya anggapan para ibu bahwa menyusui akan merusak penampilan dan

khawatir akan tampak menjadi tua.

3) Tekanan batin, ada sebagian kecil ibu mengalami tekanan batin di saat menyusui

bayi sehingga dapat mendesak ibu untuk mengurangi frekuensi dan lama menyusui

bayinya, bahkan mengurangi menyusui (Roesli, 2013).

e) Faktor Fisik Ibu

Ibu yang tidak menyusui bayinya sering beralasan karena ibu sakit,

baik sebentar maupun lama, sebenarnya jarang sekali ada penyakit yang

mengharuskan ibu untuk berhenti menyusui. Sangat berbahaya jika memberi

bayi berupa makanan buatan daripada membiarkan bayi menyusu dari ibunya

yang sakit (Roesli, 2013).

f) Faktor Emosional

Faktor emosi mampu mempengaruhi produksi air susu ibu. Aktivitas

sekresi kelenjar-kelenjar susu itu senantiasa berubah-ubah oleh pengaruh

psikis/kejiwaan yang dialami oleh ibu. Perasaan ibu dapat menghambat

/meningkatkan pengeluaran oksitosin. Perasaan takut, gelisah, marah, sedih,


cemas, kesal, malu atau nyeri hebat akan mempengaruhi refleks oksitosin,

yang akhirnya menekan pengeluaran ASI. Perasaan ibu yang berbahagia,

senang, perasaan menyayangi bayi, memeluk, mencium, dan mendengar

bayinya yang menangis, perasaan bangga menyusui bayinya akan

meningkatkan pengeluaran ASI (Roesli, 2013).

2. Faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang dipengaruhi oleh lingkungan, maupun

dari luar individu itu sendiri, meliputi:

a) Dukungan Suami

Menurut Roesli (2009) dalam Wahyuningsih (2012) dukungan bagi

ibu menyusui berupa dukungan suami adalah dukungan yang paling berarti

bagi ibu. Suami dapat berperan aktif dalam keberhasilan pemberian ASI

khususnya ASI eksklusif dengan cara memberikan dukungan secara

emosional dan bantuan-bantuan yang praktis. Membesarkan seorang bayi,

masih banyak yang dibutuhkan selain menyusui seperti menyendawakan bayi,

menggendong dan menenangkan bayi yang gelisah, mengganti popok,

memandikan bayi, membawa bayi jalan-jalan di taman, memberikan ASI

perah, dan memijat bayi. kecuali menyusui semua tugas tadi dapat dikerjakan

oleh ayah.

Dukungan suami sangat penting dalam suksesnya menyusui, terutama

untuk ASI eksklusif. Dukungan emosional suami sangat berarti dalam


menghadapi tekanan luar yang meragukan perlunya ASI. Ayah yang menjadi

benteng pertama saat ibu mendapat godaan yang datang dari keluarga

terdekat, orang tua atau mertua. Kondisi ibu yang sehat dan suasana yang

menyenangkan akan meningkatkan kestabilan fisik ibu sehingga produksi ASI

lebih baik. Ayah juga ingin berdekatan dengan bayinya dan berpartisipasi

dalam perawatan bayinya, walau waktu yang dimilikinya terbatas (Roesli,

2008 dalam Wahyuningsih, 2012).

b) Perubahan Sosial Budaya

1) Pekerjaan Ibu

Pekerjaan terkadang mempengaruhi keterlambatan ibu untuk

memberikan ASI secara eksklusif. Secara teknis hal itu dikarenakan

kesibukan ibu sehingga tidak cukup untuk memperhatikan kebutuhan ASI.

Hakekatnya pekerjaan tidak boleh menjadi alasan ibu untuk berhenti

memberikan ASI secara eksklusif. Ibu bekerja dapat melakukan berbagai

siasat seperti pemberian ASI perah selama ibu tidak dirumah, bayi

mendapatkan ASI perah yang telah diperoleh satu hari sebelumnya. Secara

ideal tempat kerja yang mempekerjakan perempuan hendaknya memiliki

tempat penitipan bayi/anak, dengan demikian ibu dapat membawa bayinya ke

tempat kerja dan menyusui setiap beberapa jam. Kondisi yang tidak

memungkinkan maka ASI perah/pompa adalah pilihan yang paling tepat.

Tempat kerja yang memungkinkan karyawatinya berhasil menyusui bayinya


secara eksklusif dinamakan tempat kerja sayang ibu (Roesli, 2008 dalam

Wahyuningsih, 2012).

2) Meniru Kerabat Untuk Memberikan Susu Formula

Persepsi masyarakat akan gaya hidup mewah, membawa dampak

terhadap kesediaan ibu untuk menyusui, bahkan adanya pandangan bagi

kalangan tertentu, bahwa susu botol sangat cocok buat bayi dan merupakan

makanan yang terbaik. Kondisi ini dipengaruhi oleh gaya hidup yang selalu

berkeinginan untuk meniru orang lain (Roesli, 2008 dalam Wahyuningsih,

2012).

3) Merasa Ketinggalan Zaman Jika Menyusui Bayinya

Budaya modern dan perilaku masyarakat yang meniru negara barat,

mendesak para ibu untuk segera menyapih anaknya dan memilih air susu

buatan sebagai jalan keluarnya (Roesli, 2008 dalam Wahyuningsih, 2012).

c) Faktor Kurangnya Petugas Kesehatan

Kurangnya petugas kesehatan didalam memberikan informasi

kesehatan, menyebabkan masyarakat kurang mendapatkan informasi atau

dorongan tentang manfaat pemberian ASI. Penyuluhan kepada masyarakat

mengenai manfaat dan cara pemanfaatannya (Roesli, 2008 dalam

Wahyuningsih, 2012).
d) Meningkatnya Promosi Susu Formula Sebagai Pengganti ASI

Peningkatan sarana komunikasi dan transportasi yang memudahkan

periklanan distribusi susu buatan menimbulkan pergeseran perilaku dari

pemberian ASI ke pemberian susu formula baik di desa maupun perkotaan.

Distribusi iklan dan promosi susu buatan berlangsung terus, dan bahkan

meningkat tidak hanya di televisi, radio dan surat kabar melainkan juga di

tempat-tempat praktek swasta dan klinik-klinik kesehatan masyarakat di

Indonesia. Iklan menyesatkan yang mempromosikan bahwa susu suatu pabrik

sama baiknya dengan ASI, sering dapat menggoyahkan keyakinan ibu,

(Roesli, 2008 dalam Wahyuningsih, 2012).

e) Pemberian Informasi Yang Salah

Pemberian informasi yang salah, justru datangnya dari petugas

kesehatan sendiri yang menganjurkan penggantian ASI dengan susu kaleng.

Penyediaan susu bubuk di Puskesmas disertai pandangan untuk meningkatkan

gizi bayi, seringkali menyebabkan salah arah dan meningkatkan pemberian

susu botol. Promosi ASI yang efektif haruslah dimulai pada profesi

kedokteran, meliputi pendidikan di sekolah-sekolah kedokteran yang

menekankan pentingnya ASI dan nilai ASI pada umur 2 tahun atau lebih

(Roesli, 2008).
2.2 Kerangka Pemikiran

Uma Sekaran dalam bukunya Business Research (1992) mengemukakan

bahwa, kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang

penting (Sugiyono, 2019).

Kerangka pemikiran disebut juga dengan kerangka konsep. Kerangka konsep

penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu

terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang satu dengan variabel yang

lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2018). Adapun kerangka

pemikiran pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Karakteristik ibu :
1. Usia pernikahan
2. Jumlah anak

3. Status pendidikan
4. Pekerjaan
Niat

Dukungan Sosial
Perilaku Ibu
terhadap pemberian
Akses Informasi ASI eksklusif pada
bayi

Otonomi Pribadi

Situasi

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian

2.3 Preposisi Teoretik

Preposisi adalah dugaan sementara dari sebuah penelitian terhadap fenomena

yang terjadi. Berdasarkan kerangka berpikir tersebut, maka preposisi penelitian ini

adalah “Perilaku Pemberian ASI Eksklusif Dipengaruhi Oleh Faktor Niat, Dukungan

Sosial, Akses Informasi, Otonomi Pribadi dan Situasi”.


BAB III

Subjek dan Metodologi penelitian

3.1 Subjek Penelitian

3.1.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

(Sugiyono, 2009). Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi

usia 6-12 bulan di Desa Mekarrahayu Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung

sebanyak 325 orang.

3.1.2 Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini diambil menggunakan teknik non probability

sampling dengan metode purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik

pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2019).

Sampel pada penelitian ini sebanyak 5 ibu yang mempunyai bayi usia -12 bulan dan

memenuhi kriteria penelitian. Kriteria yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi :

1. Ibu yang mempunyai bayi usia 6-12 bulan


2. Ibu yang hanya memberikan ASI (Air Susu Ibu) tanpa tambahan makanan dan

minuman lain selama 0-6 bulan.

3. Berada di wilayah Desa Mekarrahayu Kecamatan Margaasih Kabupaten

Bandung.

4. Bersedia mengikuti penelitian dengan mengisi lembar persetujuan (informed

consent).

b. Kriteria Eksklusi :

1. Ibu yang mempunyai bayi usia kurang dari 6 bulan.

2. Ibu yang memberikan MPASI selama 0-6 bulan.

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi yang bertujuan ingin

memahami atau menggali kenyataan yang dialami atau perilaku tertentu individu atau

kelompok individu serta aspek-aspek yang mendasari suatu perasaan, pendapat,

kejadian, hubungan, dan lain-lain. Dalam penelitian ini, desain fenomenologi untuk

mengungkap suatu fenomena yaitu persepsi ibu terhadap pemberian ASI eksklusif

pada sekelompok individu yang menjadi sampel penelitian.

3.2.2 Identifikasi Variabel

a. Variabel dependen
Variabel dependen adalah variabel yang menjadi pusat perhatian peneliti

(Ferdinand, 2006). Dalam analisis, masalah tercermin dalam variabel dependen.

b. Variabel independen

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel

dependen, baik yang pengaruhnya positif maupun yang pengaruhnya negatif

(Ferdinand, 2006). Dalam analisis, akan terlihat bahwa variabel yang menjelaskan

mengenai jalan atau cara sebuah masalah dipecahkan tidak lain adalah variabel-

variabel independen.

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen (X) adalah variabel

Perilaku ibu. Sedangkan yang menjadi variabel dependen (Y) adalah Pemberian

ASI eksklusif pada bayi.

3.2.3 Definisi Konseptual

Definisi konseptual yaitu suatu definisi yang masih berupa konsep dan

maknanya masih sangat abstrak walaupun secara intuitif masih bisa dipahami

maksudnya (Azwar dalam Munadhiroh, 2011). Adapun definisi konseptual pada

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Definisi Konseptual

No. Variabel Definisi Konseptual


1. Perilaku ibu Persepsi ibu tentang ASI eksklusif adalah segala

tentang ASI pemikiran dan pemahaman yang diketahui oleh ibu

eksklusif tentang ASI eksklusif.

2. Pemberian ASI Pemberian ASI eksklusif adalah memberikan ASI saja

eksklusif kepada bayi oleh ibunya selama enam bulan, tanpa

memberikan makanan dan minuman lain, kecuali obat

dan vitamin.

3.2.4 Tata Cara Kerja Dan Teknik Pengumpulan Data

a. Tata Cara Kerja

Pada tahap kerja penelitian, peneliti membagi dalam beberapa tahapan yaitu :

1. Tahap Persiapan

a) Persiapan Lapangan

Peneliti meminta persetujuan kepada calon pastisipan yang bersedia dilibatkan

dalam penelitian, peneliti mendatangi rumah masing-masing informan dengan tujuan

membangun kepercayaan (trust) dan membuat kesepakatan waktu dan tempat

wawancara.

b) Persiapan Metode dan Alat

Pengumpulan data menggunakan metode wawancara mendalam dengan

mengajukan pertanyaan terbuka yang mana memberikan kesempatan kepada

informan untuk menjelaskan sepenuhnya pengalaman tentang fenomena yang sedang


diteliti. Alat pengumpul data merupakan sarana penting yang membantu peneliti

untuk menghimpun data penelitian. Peneliti menggunakan alat perekam suara

(recorder) dan pedoman wawancara semi terstrustur sebagai instrumen wawancara.

Instrumen penelitian lain yang diperlukan dalam mengumpulkan data adalah lembar

persetujuan informan (informed consent), diri peneliti, buku catatan lapangan (field

note), dan alat tulis.

2. Tahap Pelaksanaan

Langkah pertama pada tahap pelaksanaan, peneliti mempersiapkan

lingkungan untuk memungkinkan terjadinya wawancara yang terbuka dan mendalam,

juga mengantisipasi hal-hal yang mungkin mengganggu pada saat wawancara seperti

situasi lingkungan yang ramai. Secara umum posisi wawancara dilakukan berhadapan

atau duduk bersebelahan namun tetap mempertahankan kontak mata sehingga peneliti

tetap dengan leluasa mengobservasi komunikasi non verbal yang ditampilkan oleh

informan.

Langkah kedua pada tahap pelaksanaan yaitu mengingatkan kembali kontrak

atau kesepakatan yang telah dibuat untuk melakukan wawancara. Langkah ketiga

adalah tahap pelaksanaan wawancara mendalam kepada informan yang telah dibuat

peneliti.

3. Tahap Penutup

Peneliti mengakhiri wawancara dengan menyimpulkan dan mengklarifikasi

informasi yang kurang jelas. Setelah semua topik terjawab peneliti memberikan
ucapan terimakasih kepada informan atas partisipasinya serta membuat kontrak untuk

melakukan validasi yang telah didapatkan.

b. Pengumpulan Data

1. Jenis Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini tidak hanya mengambil dari satu

sumber, namun dari berbagai sumber yang relevan, meliputi data dari sumber

referensi dan data yang diambil secara langsung. Untuk lebih jelasnya, berbagai

sumber data yang digunakan untuk keperluan penelitian dibedakan menjadi 2 data :

a) Primer

Data primer diperoleh dari informan melalui wawancara mendalam.

b) Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari data profil dinas kesehatan Kabupaten Bandung tahun

2018.

2. Pengumpulan data

Studi kualitatif yang didasarkan pada pendekatan fenomenologi membutuhkan

pengumpulan data dengan wawancara mendalam terhadap informan untuk

mengetahui satu fenomena yang dipilih dan akan dipahami secara mendalam yang

terjadi di lingkungan penelitian. Proses penelitian ini menggunakan prosedur

pengumpulan data wawancara kualitatif (indepth interview), peneliti melakukan

wawancara berhadap-hadapan dengan partisipan, yang bertujuan untuk memperoleh

informasi terhadap persepsi ibu terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi di Desa

Mekarrahayu, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung. Peneliti melakukan


wawancara semi terstruktur dengan pertanyaan terbuka dan dirancang sesuai dengan

pedoman atau panduan wawancara berdasarkan kebutuhan untuk memunculkan

pandangan dan opini dari para partisipan dengan rentang waktu rata-rata 10 sampai

dengan 15 menit.

3.2.5 Pengolahan Dan Analisis Data

Analisis data kualitatif dilakukan secara terus-menerus sampai tuntas,

sampai datanya jenuh. Kegiatan yang di lakukan dalam analisis yaitu :

a. Reduksi Data

Reduksi data merupakan tahap dari teknik analisis data kualitatif. Reduksi

data merupakan penyederhanaan, penggolongan, dan membuang yang tidak perlu

data sedemikian rupa sehingga data tersebut dapat menghasilkan informasi yang

bermakna dan memudahkan dalam penarikan kesimpulan. Banyaknya jumlah data

dan kompleksnya data, diperlukan analisis data melalui tahap reduksi. Tahap reduksi

ini dilakukan untuk pemilihan relevan atau tidaknya data dengan tujuan akhir.

b. Penyajian Data

Penyajian data merupakan tahap dari teknik analisis data kualitatif. Penyajian

data merupakan kegiatan saat sekumpulan data disusun secara sistematis dan mudah

dipahami, sehingga memberikan kemungkinan menghasilkan kesimpulan. Bentuk

penyajian data kualitatif bisa berupa teks naratif (berbentuk catatan lapangan),

matriks, grafik, jaringan ataupun bagan. Melalui penyajian data tersebut, maka

nantinya data akan terorganisasikan dan tersusun dalam pola hubungan, sehingga

akan semakin mudah dipahami.


c. Kesimpulan dan Verifikasi

Tahap ini merupakan tahap penarikan kesimpulan dari semua data yang telah

diperoleh sebagai hasil dari penelitian. Penarikan kesimpulan atau verifikasi adalah

usaha untuk mencari atau memahami makna/arti, keteraturan, pola-pola, penjelasan,

alur sebab akibat atau proposisi. Sebelum melakukan penarikan kesimpulan terlebih

dahulu dilakukan reduksi data, penyajian data serta penarikan kesimpulan atau

verifikasi dari kegiatan-kegiatan sebelumnya. Sesuai dengan pendapat Miles dan

Huberman, proses analisis tidak sekali jadi, melainkan interaktif, secara bolak-balik

diantara kegiatan reduksi, penyajian dan penarikan kesimpulan atau verifikasi selama

waktu penelitian. Setelah melakukan verifikasi maka dapat ditarik kesimpulan

berdasarkan hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk narasi. Penarikan

kesimpulan merupakan tahap akhir dari kegiatan analisis data. Penarikan kesimpulan

ini merupakan tahap akhir dari pengolahan data.

3.3 Tempat Dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di Desa Mekarrahayu Kecamatan Margaasih

Kabupaten Bandung. Waktu penelitian dimulai pada tanggal 25 hingga 31 Oktober

2021.

3.4 Aspek Etik Penelitian

Etika penelitian artinya subyek penelitian dan yang lainya harus dilindungi.

Beberapa prinsip dalam pertimbangan etik meliputi: bebas eksploitasi, bebas


kerahasiaan, bebas penderitaan, bebas menolak menjadi responden, dan perlu surat

persetujuan. Etika membantu manusia untuk melihat atau menilai secara kritis

moralitas yang dihayati dan dianut oleh masyarakat. Perilaku penelitian atau peneliti

dalam menjalankan tugasnya hendaknya memegang teguh pada etika penelitian.

Meskipun penelitian yang dilakukan tidak merugikan atau membahayakan bagi

subjek penelitian. Secara garis besar, dalam penelitian ada beberapa prinsip yang

harus dipegang teguh yakni, sebagai berikut :

a. Informed Consent (Lembar Persetujuan)

Informed Consent merupakan lembar persetujuan yang diedarkan sebelum

penelitian dilaksanakan agar informan mengetahui maksud dan tujuan penelitian,

serta dampak atau risiko yang akan terjadi selama dalam proses penelitian. Informan

akan mengisi lembar persetujuan untuk pelaksanaan penelitian, jika informan

menolak maka peneliti tidak akan memaksa karena hak asasi informan. Tetapi jika

informan menerima untuk dilakukannya penelitian, maka informan tersebut akan

menandatangani lembar persetujuan.

b. Anonymity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan informan, didalam format data penelitian terdapat

pilihan “Nama/ Kode”, jika informan tidak mau menyebutkan namanya maka peneliti

akan memberi kode sehingga privasi responden tetap terjaga dan responden merasa

nyaman walaupun sebagai responden penelitian.


c. Confidentiality (Kerahasiaan)

Dalam penelitian, peneliti harus menjaga kerahasiaan jawaban dan hasil dari

informan, hanya data tertentu yang akan di publikasikan pada hasil riset.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Analisa

4.1.1 Gambaran Karakteristik Subjek Penelitian’

4.1.2 Gambaran Perilaku Ibu Terhadap Pemberian ASI eksklusif

a. Niat

Pengertian ASI eksklusif

Alasan memberikan ASI eksklusif

Pentingnya ASI eksklusif

b. Dukungan sosial

Sikap orang terdekat

Peran orang terdekat

Tindakan yang diberikan orang terdekat’

4.2 Pembahasan

Anda mungkin juga menyukai