MAKALAH
KEIMIGRASIAN
POLITEKNIK IMIGRASI
TAHUN 2023
FASE LANJUT USIA
Dapat disimpulkan bahwa fase usia lanjut atau sering disebut sebagai usia
senja adalah periode dalam kehidupan seseorang yang di mana usianya telah
mencapai batas tertentu, namun belum mencapai batas kematian. Meskipun tidak
ada definisi pasti mengenai kapan seseorang dapat dikategorikan sebagai lanjut
usia, umumnya fase ini dimulai pada usia 60 tahun atau lebih.
Pada fase usia lanjut, terjadi perubahan-perubahan pada fisik, kognitif, dan
emosional. Beberapa contoh perubahan fisik pada usia lanjut adalah menurunnya
kemampuan sensorik, penurunan daya tahan tubuh, dan peningkatan risiko
terjadinya penyakit kronis. Sedangkan perubahan kognitif pada usia lanjut dapat
meliputi penurunan kemampuan memori, kesulitan dalam mengambil keputusan,
dan penurunan kemampuan belajar. Sementara perubahan emosional pada usia
lanjut bisa meliputi peningkatan kecemasan, kesepian, dan depresi.
C. PERKEMBANGAN KOGNITIF
-Trestiati Lutfiyah Khanza-
1. Perkembangan Kognitif
pada Anak Usia Dini Secara sederhana, perkembangan kognitif terdiri atas dua
bidang, yakni logika matematika dan sains. Oleh karena itu, cara meningkatkan
perkembangan kognitif pada anak usia dini juga berkutat seputar dua bidang
pelajaran tersebut, yakni logika matematika dan sains. Beberapa langkah berikut ini
bisa dilakukan untuk meningkatkan perkembangan kognitif pada anak usia dini.
c. Faktor kematangan, tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan matang
jika telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.
e. Faktor minat dan bakat, minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan
dan merupakan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik lagi. f.
Faktor kebebasan, kebebasan yaitu keleluasaan manusia untuk berpikir
divergen (menyebar) yang berarti bahwa manusia dapat memilih
metodemetode terntentu dalam memecahkan masalah-masalah, juga bebas
dalam memilih masalah sesuai kebutuhannya.
Semua orang akan mengalami proses menjadi tua, dan masa tua merupakan
masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami
kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat
melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Ketika memasuki masa tua tersebut, sebagian
para lanjut usia dapat menjalaninya dengan bahagia, namun tidak sedikit mereka
yang mengalami hal sebaliknya, masa tua dijalani dengan rasa ketidakbahagiaan,
yang disebabkan karena tidak bisa menerima dirinya.(Hurlock, 1997)
Hal ini menjadi gejolak batin tersendiri bagi para lansia yang tinggal di panti sosial.
Disamping harus menerima perubahan yang terjadi dalam diri mereka, para lansia
juga harus hidup terpisah dari keluarga mereka. Sering sekali timbul di benak para
lansia yang tinggal di panti sosiaperasaan diasingkan, ditolak, tidak disayang oleh
anak dan sengaja dibuang oleh keluarga dan ditelantarkan. Tidak mudah untuk bisa
menerima diri terutama para lansia yang harus tinggal di panti sosial, tetapi hidup
tetap berjalan terus, lansia mau tidak mau harus bisa menerima dirinya.
Menurut Chaplin (1999) penerimaan diri atau self acceptance adalah sikap
yangmerupakan cerminan dari perasaan puas terhadap diri sendiri, dengan kualitas-
kualitas dan bakat-bakat diri serta pengakuan akan keterbatasan yang ada pada diri.
Sedangkan menurut Maslow dalam Helmi (1998) berpendapat bahwa penerimaan
diri adalah kemampuan individu untuk hidup dengan segala kekhususan diri yang
didapat melalui pengenalan secara utuh.
Salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan diri adalah tidak adanya
gangguan emosional yang berat. Menurut Hurlock (1999) Gangguan emosi yang
berat adalah tekanan terus menerus seperti di rumah maupun di lingkungan kerja
akan mengganggu seseorang dan menyebabkan ketidakseimbangan fisik dan
psikologis. Secara fisik akan mempengaruhi kegiatannya dan secara psikis akan
mengakibatkan individu malas, kurang bersemangat, dan kurang bereaksi dengan
orang lain. Dengan tidak adanya tekanan yang berarti pada individu, akan
memungkinkan individu untuk bersikap santai pada saat tegang. Kondisi yang
demikian akan memberikan kontribusi bagi terwujudnya penerimaan diri.
Dengan memiliki kecerdasan emosi yang baik maka lansia di panti sosial dapat
menjaga keselarasan emosi mereka, memiliki pengendalian diri yang lebih baik,
mampu memotivasi diri dan berempati pada sesama lansia di panti sosial tersebut.
Namun selain adanya kecerdasan emosi yang baik lansia harus memiliki
pengetahuan yang memadai tentang perubahan yang terjadi ketika masuk pada
masa lansia.(Goleman,2004)
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosi sangat
diperlukan oleh para lansia. Kecerdasan emosi yang baik akan membantu lansia
untuk bisa menerima perubahan-perbahan yang terjadi pada diri mereka, terutama
perubahan sosial yang dialami para lansia yang harus hidup di panti sosial
E. Perkembangan Sosial
F. Perubahan Bahasa
Anas Alfaridza Suharjo
Kemampuan pengertian bahasa sedang yaitu dimana seseorang mengalami
keterlambatan dalam bicara atau bahasa dan mengalami gangguan penggunaan dan
pengenalan simbol-simbol (Sidiarto, 2009). Kemampuan pengertian bahasa adalah
sejauh mana seorang individu menguasai simbol dan arti bahasa. Bahasa pada
hakikatnya adalah ucapan pikiran dan perasan manusia secara teratur, yang
mempergunakan bunyi sebagai alatnya (Depdiknas, 2012). Kemampuan pengertian
berbahasa adalah kemampuan seseorang dalam mengutarakan maksud atau
berkomunikasi tertentu secara tepat dan runtut sehingga pesan yang disampaikan
dapat dimengerti oleh orang lain (Hendra, 2009). Gangguan kemampuan pengertian
bahasa dapat disebabkan karena cedera otak salah satunya yaitu stroke. Penyebab
cedera otak pada umumnya disebabkan oleh kelainan pada pembuluh darah.
Kelainan tersebut juga dinamakan perdarahan otak atau stroke. Stroke atau
gangguan lainnya yang menyebabkan terganggunya system aliran darah diotak
yang lambat laun sel-sel diotak dibagian tersebut juga akan mengalami kematian.
Di dalam otak terdapat berbagai bagian dengan fungsi yang berbeda-beda.
Kebanyakan orang bagian untuk kemampuan menggunakan bahasa terdapat pada
sisi kiri otak, jika terjadi cedera maka pada bagian bahasa di otak akan terjadi
gangguan kemampuan pengertian bahasa (Najamudin, 2010). yang mengalami
kemampuan pengertian bahasa sedang adalah mereka mengalami gangguan dalam
hal keterlambatan dalam bicara atau bahasa dan mengalami gangguan penggunaan
dan pengenalan simbol-simbol, hal ini menunujukan lansia yang mengalami
gangguan kemampuan pengertian bahasa adalah lansia yang mengalami penyakit
stroke, terjadi karena adanya kelainan pembuluh darah diotak. Gangguan
kemampuan pengertian bahasa tidak hanya terjadi pada jenis kelamin perempuan
atau laki-laki saja tetapi tergantung dari bagaimana kemampuan fungsi otak
seseorang untuk melakukan proses dan memahami bahasa, baik bahasa lisan
maupun bahasa tulisan. Lansia pada usia 51-80 tahun rentan mengalami gangguan
kemampuan pengertian bahasa karena pada usia ini dimana organisme telah
mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan
kemundurun sejalan dengan waktu, sehingga dengan bertambahnya usia maka
permasalahan kesehatan yang terjadi akan semakin kompleks. Gangguan
kemampuan pengertian bahasa terjadi pada lansia yang berpendidikan akhir SD,
SMP, SMA dan Perguruan Tinggi, hal ini dikarenakan semakin rendah tingkat
pendidikan seseorang maka kemampuan otak untuk terus memproses bahasa lisan
maupun tulisan berkurang sehingga pada saat seseorang memasuki usia lanjut akan
semakin mengalami penurunan hal ini didukung dengan hasil penelitian sebanyak
30 lansia (32,6%) dengan pendidikan terakhir SMP, sebanyak 26 lansia (28,3%)
dengan pendidikan SD. Semakin tinggi tingkat pendidikan lansia maka orang
tersebut akan memiliki banyak tujuantujuan hidup yang akan dicapainya, sehingga
tidak memperhatikan kesehatan fisiknya. Lansia akan mudah terserang penyakit,
penyakit yang sering dialami salah satunya adalah stroke yang dapat
mengakibatkan gangguan kemampuan pengertian bahasa. Gangguan kemampuan
pengertian bahasa yang dialami oleh lansia seringkali menimbulkan salah
pengertian sehingga apa yang lansia sampaikan tidak dimengerti oleh penerima atau
pendengar, jika kita ingin berkomunikasi dengan lansia yang mengalami
kemampuan pengertian bahasa kita dapat menggunakan cara meluangkan waktu
khusus untuk percakapan kita, duduk tenang dan buat kontak mata, jika merasa
tidak yakin dengan percakapan tersebut dapat mengulanginya mulai dengan sesuatu
yang sederhana, bicaralah dengan tenang dan menggunakan kalimatkalimat pendek
dan berikan penekanan pada kata-kata yang penting. Upaya meningkatkan
kemampuan pengertian bahasa pada lansia dengan cara mencari informasi kepada
dokter, perawat atau bekerjasama dengan tim terapi khususnya dalam hal terapi
wicara yang berfokus pada belajar kembali dan mempraktekkan kembali
kemampuan berbahasa dan menggunakan alternatif atau tambahan metode
komunikasi. Anggota keluarga juga harus berpartisipasi dalam proses terapi dan
berfungsi sebagai mitra komunikasi bagi penderita dengan gangguan kemampuan
pengertian bahasa.
G. Perubahan Moral-Agama
Lanjut usia adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa
ini adalah suatu masa dimana seseorang telah beranjak jauh dari masamasa
sebelumnya. Pada usia ini seseorang akan suka mengingat-ingat masa lalunya, dan
biasanya dibarengi dengan penuh rasa penyesalan. Usia 40-an pada umumnya
dianngap sebagai garis pemisah antara usia madya dengan usia lanjut. Pada
dasarnya kronologis usia tidak bisa dipastikan secara spesifik karena setiap orang
memiliki perbedaan waktu saat usia lanjutnya dimulai. Tahap terakhir dalam
rentang kehidupan ini dibagi menjadi dua fase, yaitu: usia lanjut dini (kurang lebih
antara 60-70 tahun) dan usia lanjut (70 tahun keatas sampai tutup usia).
Adapun ciri-ciri kejiwaan yang biasa terjadi pada lanjut usia antara lain:
1. Memerlukan waktu yang lama dalam belajar dan sulit mengintegrasikan jawaban
atas pertanyaan.
2. Terjadi penurunan kecepatan dalam berpikir dan lambat dalam menarik
kesimpulan.
3. Terjadi penurunan daya pikir kreatif.
4. Cenderung lemah dalam mengingat hal-hal yang baru saja dipelajari maupun
yang lama.
5. Kecenderungan untuk mengenang sesuatu yang terjadi pada masa lalu.
6. Berkurangnya rasa humor.
7. Menurunnya perbendaharaan kata, karena lebih konstan mereka menggunakan
kata-kata yang pernah dipelajari pada masa kanak-kanak dan remaja.
8. Kekerasan mental meningkat dan tidak mampu mengontrol diri (egois).
9. Merasa dirinya kurang atau bahkan tidak berharga.
https://jurnal.stikesbaptis.ac.id/index.php/STIKES/issue/view/7
ICA OKTAVIA CINTYA DEVI (2019) GAMBARAN PENATALAKSANAAN
HIPERTENSI PADA LANSIA HIPERTENSI DI DUSUN MODINAN
DESA BANYURADEN WILAYAH PUSKESMAS GAMPING II
SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN 2019. Diploma thesis, Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta.
Mohd. Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, Cet. II, Bandung: Yayasan
Bhakti Winaya, 2003, hal. 56
Ratna Wilis Dahar, Theories Belajar dan Pembelajaran, Cet. V, Jakarta: Erlangga,
2011, hal. 34
Rozali, Y. A. (2010). Penyesuaian Pribadi Dan Sosial Usia Lanjut. Forum Ilmiah,
7(3), 151–155.
Satrianawati. (2015). Masa tua bahagia adalah suatu harapan dan impian semua
orang. Pada masa tua banyak faktor yang dapat meningkatkan kebahagiaan
seseorang . Nasional, Seminar Ipa, Pendidikan Semarang, V I, April.