Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi Islam 3
Disusun oleh :
10050019073/Kelas B
Fakultas Psikologi
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2021
A. Ayat dan Hadis yang Terkait dengan Kesehatan Mental
ِ ۗ س َوالثَّ َم ٰر
ت َوبَ ِّش ِر ِ ُال َوااْل َ ْنف ِ ف َو ْالج ُْو
ٍ ع َونَ ْق
ِ ص ِّم َن ااْل َ ْم َو ِ َولَنَ ْبلُ َونَّ ُك ْم بِ َش ْي ٍء ِّم َن ْال َخ ْو
صبِ ِري َْن ّ ٰ ال
155. Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira
kepada orang-orang yang sabar.
Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah kata żikr mulanya mengucapakan dengan lidah
dan berkembang menjadi “mengingat”, dalam ayat di atas dipahami arti menyebut nama
Allah yang agung. Kontek ayat ini tentang żikrullāh yang melahirkan ketentraman hati
yang mencakup keangungan, larangan dan perintah, dan Allah sebagai penolong dan
pelindung (Shihab, M. Q., 2002)
3. Implikasi al-Qur’ān terhadap kesehatan mental dapat dilihat dari peranannya bagi
kehidupan manusia, yang dapat dikemukakan bahwa Islam dalam alQur’ān memberikan
tugas dan tujuan bagi hidup dan kehidupan manusia di dunia dan akhirat. Al-Qur'ān
menyebutkan untuk beribadah kepada Allah, firmannya Allah Q.S. Al-Żariyat (51): 56
Manusia mempunyai beban amanat dari Allah untuk melaksanakan syariat-Nya untuk
beribadah. Kesehatan mental dalam pandangan al-Qur’ān adalah pengembangan dan
pemanfaatan potensi-potensi jiwa dengan niat ikhlas beribadah
4. Dari sisi psikis, ibadah puasa berguna untuk mengobati perasaan berdosa dan
menghilangkan kegundahan. Rasulullah menyatakan dalam sabdanya:
“Barang siapa yang menunaikan puasa ramadhan dilandasi dengna iman dan
ikhlas mengharap ridha Allah maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR.
Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, An-Nasa‟i dan Imam Ahmad)
5. Rasulullah SAW senantiasa mengerjakan shalat ketika ditimpa masalah yang membuat
dirinya menjadi tegang. Diriwayatkan oleh Hudzaifah RA bahwa ia berkata;
“Jika Nabi Shallallahu „Alaihi Wasallam merasa gundah karena sebuah perkara,
maka beliau menunaikan shalat (HR. Abu Dawud. Hal ini tentu mengisyaratkan
pentingnya ritual shalat untuk menciptakan rasa tenang dan tentram pada jiwa seseorang.
Semenjak pandemi sudah mulai memasuki tahun kedua. Belakangan ini saya merasakan
adanya perubahan terkait kondisi kesehatan mental disekitar lingkungan saya terutama
teman-teman saya. Mereka jadi lebih peduli terhadap perasaan atau emosi yang dialami.
Karantina di rumah dalam jangka waktu panjang dan kekhawatiran akan virus covid-19 ini
membuat teman-teman saya menjadi gampang stres, jenuh, atau capek. Hal tersebut yang
memungkinkan mereka jadi lebih sadar akan pentingnya peran kesehatan mental.
Mereka menjadi tidak segan untuk jujur pada kesehatan mental mereka dan
mempertanyakan emosi yang mereka rasakan, seperti “kenapa ya aku suka ngerasa capek
banget padahal gak ngapa-ngapain” “kenapa ya aku selalu mikirin hal-hal yang belum tentu
bakal terjadi (overthinking)”
Menurut saya kondisi tersebut menggambarkan kondisi yang sehat mental karena mereka
sudah mempunyai bentuk kepedulian terhadap diri atau yang biasa disebut sebagai self-
awareness. Dengan begitu, mereka akan lebih mudah untuk memahami dan mengontrol diri.
Ketika kita sudah self awareness maka kita akan mudah mengenali diri dan tau apa yang
menjadi penyebab akan gejala-gejala yang timbul dalam diri kita sendiri sehingga kita dapat
menjaga kesehatan mental dengan baik.