Anda di halaman 1dari 126

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Menurut Arifin (1988) evaluasi mengacu pada suatu tindakan atau proses untuk
menentukan nilai sesuatu. Sedangkan menurut Witherington dalam Arifin (1988)
mengatakan bahwa an evaluation is a declaration that some things has or does
not have value. Sehingga dalam hal ini evaluasi menentukan apakah sesuatu itu
mempunyai atau tidak mempunyai nilai. Jadi kedua rumusan diatas dianalisis lebih
lanjut, maka ada dua hal pokok yang harus diperhatikan, yaitu:
Pertama, bahwa evaluasi merupakan suatu tindakan. Tindakan yang dimaksud
adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang evaluator terhadap suatu peristiwa
atau kejadian. Tindakan ini mengandung maksud untuk memberikan arti atau
makna dari kejadian itu sehingga dapat diproses lebih lanjut.
Kedua, bahwa evaluasi dimaksudkan untuk menentukan nilai sesuatu, sehingga
dari hasil evalusi kita dapat menentukan apakah sesuatu itu mempunyai nilai atau
tidak.
Perbedaan antara penilaian dan pengukuran, pengukuran merupakan suatu proses
untuk melakukan penilaian. Evalusi bertujuan untuk mengetahui apakah suatu
pengajaran efektif atau tidak serta untuk mengetahui apakah pengajaran sudah
tercapai atau belum. Fungsi evaluasi yaitu untuk: memberi umpan balik pada guru
mengenai

program

pengajaran

yang

dilaksanakan,

untuk

menentukan

keberhasilan/kemajuan belajar siswa, untuk menempatkan siswa dalam situasi


belajar mengajar yang tepat sesuai minat dan kemampuan siswa, untuk
mengetahui latar belakang kesulitan belajar siswa
B. Rumusan Masalah
1.

Apa yang dimaksud Evaluasi ?

2.

Apa Tujuan Evalusai ?

3.

Sejauh mana Kedudukan Evaluasi Dalam Proses Pendidikan?

BAB II
PEMBAHASAN
A.

Pengertian Evaluasi
Kata evaluasi merupakan pengindonesiaan dari kata evaluation dalam

bahasa inggris, yang lazim diartikan dengan penaksiran atau penilaian. Kata
kerjanya adalah evaluate yang berarti menaksir atau menilai. Sedangkan orang
yang menilai atau menaksir disebut sebagai evaluator (Echols, 1975).[1]
Secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris Evaluation; dalam bahasa
Arab: al-taqdir; dalam bahasa Indonesia berarti: penilaian. Asal katanya adalah
value; dalam Babasa Arab ; al-qimah; dalam bahasa Indonesia berarti; nilai.
Dengan demikian secara harfiah, evaluasi pendidikan (educationnal evaluation =
al-Taqdir al-Tarbawiy) dapat diartikan sebagai penilaian-penilaian dalam (bidang)
pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan
pendidikan.
Beberapa tentang pengertian evaluasi pendidikan, di tanah air kita, lembaga
administrasi negara mengemukakan batasan mengenai Evaluasi Pendidikan
sebagai berikut:
1.

Proses/kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan, dibanding

tujuanyang telah ditentukan;


2.

Usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan balik (feed back) bagi

penyempurnaan pendidikan
Secara teminologis, evaluasi dikemukak oleh para ahli sebagai berikut:
1.

Nurkancana (1983) menyatakan bahwa evaluasi dilakukan berkenaan

dengan proses kegiatan untuk menentukan nilai sesuatu.


2.

Raka Joni (1975) mengartikan evaluasi sebagai berikut: suatu proses dimana

kita mempertimbangkan sesuatu barang atau gejala dengan mempertimbangkan


patokan-patokan tertentu, patokan-patokan mana mengandung pengertian baik

tidak baik, memadai tidak memadai, memenuhi syarat tidak memenuhi symat
dengan perkataan lain kita menggunakan Value Judgement.
Berdasarkan pengertian pengertian diatas, sangatlah jelas bahwa evaluasi adalah
suatu proses menentukan nilai seseorang dengan menentukan patokan-patokan
tertentu untuk mencapai suatu Tujuan. Evaluasi hasil belajar pembelajaran adalah
suatu proses menentukan nilai prestasi belajar pembelajar dengan menentukan
patokan patokan tertentu guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditentukan
sebelumnya.
B. Tujuan Evaluasi
Tujuan evaluasi dapat dilihat dari dua segi, yaitu Tujuan Umum dan tujuan khusus.
L. Pasaribu dan Simanjuntak, menegaskan bahwa :
1. Tujuan Umum dari Evaluasi adalah ;
a) Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan murid
dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
b) Memungkinkan pendidik/guru menilai aktivitas/pengalaman yang
didapat.
c) Menilai metode mengajar yang dipergunakan
2. Tujuan Khusus adalah ;
a) Merangsang kegiatan siswa
b) Menemukan sebab-sebab kemajuan/kegagalan
c) Memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan, perkembangan
dan bakat siswa yang bersangkutan.
d) Memperoleh bahan laporan tentang perkembangan siswa yang
diperlakukan orang tua dan lembaga pendidikan.

e)

Memperbaiki mutu pelajaran/cara belajar dan metode mengajar.

Depdiknas (2003:6) mengemukakan tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk:


1.

Melihat produktivitas dan efektivitas kegiatan belajar mengajar.[2]

2.

Memperbaiki dan menyempurnakan kegiatan guru.

3.

Memperbaiki, menyempurnakan dan mengembangkan program belajarmengajar.

4.

Mengetahui kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi oleh siswa selama


kegiatan belajar dan mencarikan jalan keluarnya.

5.

Menempatkan siswa dalam situasi belajar-mengajar yang tepat sesuai


dengan kemampuannya.

C. Jenis-jenis Evaluasi
1. Evaluasi Formatif
a.

Fungsi Evaluasi Formatif yaitu untuk memperbaiki proses belajar mengajar

kearah yang lebih baik, memperbaiki program satuan pelajaran yang telah
digunakan.
b.

Tujuannya adalah untuk mengetahui hingga dimana penguasaan murid

tentang bahan yang telah diajarkan dalam suatu program satuan pelajaran.
c.

Aspek-aspek yang dinilai yaitu yang berkenaan dengan hasil kemajuan belajar

murid meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap dan penguasaan terhadap bahan


pelajaran yang telah disajikan.
d. Waktu pelaksanaan yaitu setiap pelaksanaan satuan program belajar mengajar
2. Evaluasi Sumatif
a.

Fungsi Evaluasi Sumatif yaitu untuk menentukan angka nilai murid setelah

mengikuti program pengajaran dalam satu catur wulan, semester akhir tahun atau

akhir dari suatu program bahan pengajaran dari suatu unit pendidikan. Dan untuk
memperbaiki situasi proses beljar mengajar kearah yang lebih baik serta untuk
kepentingan penilaian selanjutanya.
b.

Tujuannya untuk mengetahui taraf hasil belajar yang dicapai oleh murid

setelah menyelesaikan program bahan pengajaran dalam satu catur wulan,


semester, akhir tahun atau akhir suatu program bahan pengajaran pada suatu unit
pendidikan tertentu.
c.

Aspek-aspek yang dinilai adalah kemajuan belajar yang meliputi pengetahuan,

keterampilan, sikap dan pengasaan murid tentang materi pelajaran yang sudah
diberikan.
3. Evaluasi Placement (Penempatan)
a.

Fungsi dari Evaluasi Placement adalah untuk mengetahui keadaan anak

termasuk keadaan seluruh pribadinya agar anak tersebut dapat ditempatkan pada
posisinys ysng tepat.
b.

Tujuannya yaitu untuk menempatkan anak didik pada kedudukan yang

sebenarnya, berdasarkan bakat, minat, kemampuan, kesanggupan serta keadaankeadaan lainnya, sehingga anak tidak mengalami hambatan dalam mengikuti
setiap program/bahan yang disajikan guru.
c.

Aspek-aspeknya

yaitu

mengenai

keadaan

fisik,

psikis,

bakat,

kemampuan/pengetahuan, keterampilan sikap dan lain-lain serta aspek yang


dianggap perlu bagi kepentingan pendidikan nak selanjutnya.
d.

Penilaian ini sebaiknya dilaksanakan sebelum anak mengikuti proses belajar

mengajar yang permulaan atau anak tersebut baru akan mengikuti pendidikan
disuatu tingkat tertentu
4.

Evaluasi Diagnostik

a.

Fungsi Evaluasi Diagnostik ini berfungsi untuk mengetahui masalah-masalah

apa yang diderita atau yang mengganggu anak didik, sehingga ia mengalami
kesulitan, hambatan atau gangguan ketika mengikuti program tertentu dan
bagaimana usaha untuk memecahkannya.

b.

Tujuan dari evaluasi diagnostik ini untuk mengatasi / membantu pemecahan

kesulitan/hambatan yang dialami anak didik waktu mengikuti kegiatan belajar


mengajar pada suatu bidang studi/keseluruhan program pengajaran.
c.

Aspek-aspek dari evaluasi ini yaitu dari hasil belajar, latar belakang

kehidupan anak, keadaan keluarga lingkungan dan lain-lain.


d.

Pelaksanaannya dapat dilaksanakan setiap saat sesuai dengan kebutuhan.

D. Fungsi Evaluasi
1. Fungsi evaluasi adalah sebagai berikut:
a.

Secara psikologis, peserta didik perlu mengetahui prestasi belajarnya,

sehingga peserta didik merasakan kepuasan dan ketenangan.


b.

Secara sosiologis, untuk mengetahui apakah peserta didik sudah cukup

mampu untuk terjun ke masyarakat. Mampu dalam arti dapat berkomunikasi dan
beradaptasi dengan seluruh lapisan masyarakat dengan segala karakteristiknya,
c.

Secara didaktis-metodis, evaluasi berfungsi untuk membantu guru dalam

menempatkan peserta didik pada kelompok tertentu sesuai dengan kemampuan


dan kecakapannya masing-masing.
d.

Untuk mengetahui kedudukan peserta didik diantara teman-temannya,

apakah ia termasuk anak yang pandai, sedang atau kurang.


e.

Untuk mengetahui taraf kesiapan peserta didik dalam menempuh program

pendidikannya.
f.

Untuk membantu guru dalam memberikan bimbingan dan seleksi, baik

dalam

rangka

menentukan

jenis

pendidikan,

jurusan

maupun

kenaikan

tingkat/kelas.
g.

Secara administratif, evaluasi berfungsi untuk memberikan laporan tentang

kemajuan

peserta

didik

kepada

pemerintah,

pimpinan/kepala

sekolah,

guru/instruktur, termasuk peserta didik itu sendiri.[3]


2. Fungsi evaluasi dapat dilihat berdasarkan jenis evaluasi itu sendiri, yaitu :

a.
yaitu

Formatif,
memberikan

feed

back

bagi

guru/instruktur

sebagai

dasar

untuk

memperbaiki proses pembelajaran dan mengadakan program remedial bagi


peserta didik yang belum menguasai sepenuhnya materi yang dipelajari.
b.

Sumatif,

yaitu mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran,


menentukan angka (nilai) sebagai bahan keputusan kenaikan kelas dan laporan
perkembangan belajar, serta dapat meningkatkan motivasi belajar.
c.

Diagnostik,

yaitu dapat mengetahui latar belakang peserta didik (psikologis, fisik, dan
lingkungan) yang mengalami kesulitan belajar.
d.

Evaluasi Placement (Penempatan)

yaitu hasil evaluasi dapat dijadikan dasar untuk menyeleksi dan menempatkan
peserta didik sesuai dengan minat dan kemampuannya.
E. Kedudukan Evaluasi Dalam Proses Pendidikan
Kedudukan evaluasi dalam belajar dari pembelajaran sungguh sangat penting, dan
bahkan

dapat

dipandang

sebagai

bagian

yang

tak

terpisahkan

dengan

keseluruhan proses belajar dan pembelajaran. Penting karena dengan evaluasi


atom diketahui apakah belajar dan pembelajaran tersebut telah mencapai tujuan
ataukah belum. Dengan evaluasi juga akan diketahui faktor-faktor apa saja yang
menjadikan penyebab belajar dan pembelajaran tersebut berhasil dart faktorfaktor apa saja yang menjadikan penyebab belajar dan pembelajaran tidak atau
belum berhasil. Tidak hanya itu, dengan evaluasi juga diketahui dimanakah letak
kegagalan dan kesuksesan belajar dan pembelajaran.
Evaluasi

juga

punya

kedudukan

yang

tak

terpisahkan

dari

belajar

dan

pembelajaran secara keseluruhan, karena strategi belajar dan pembelajaran,


proses belajar dan pembelajaran menempatkan evaluasi sebagai salah satu
langkahnya. Hampir semua ahli prosedur sistem instruksional menempatkan

evaluasi

ini

sebagai

langkah-langkahnya.

Perhatikan

pula

langkah-langkah

pembelajaran yang dikemukakan oleh para ahli berikut, pasti kita akan tahu
betapa tidak dapat terpisahkan evaluasi tersebut dengan keseluruhan proses
belajar dan pembelajaran.

BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Kata evaluasi merupakan pengindonesiaan dari kata evaluation dalam bahasa
inggris, yang lazim diartikan dengan penaksiran atau penilaian.
Tujuan Umum dan tujuan khusus
a)

Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan murid dalam

mencapai tujuan yang diharapkan.


b)

Memungkinkan pendidik/guru menilai aktivitas/pengalaman yang didapat.

Tujuan khusus
a)

Merangsang kegiatan siswa

b) Menemukan sebab-sebab kemajuan/kegagalan


c)

Memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan,


perkembangan dan bakat siswa yang bersangkutan.

d) Memperoleh bahan laporan tentang perkembangan siswa


yang diperlakukan orang tua dan lembaga pendidikan.

e)

Memperbaiki mutu pelajaran/cara belajar dan metode


mengajar.

Kedudukan evaluasi dalam belajar dari pembelajaran sungguh sangat penting,


dan bahkan dapat dipandang sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan
keseluruhan proses belajar dan pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
Juniarari, Makalah-kedudukan-evaluasi-dalam-proses , dalam
http://juniarari.blogspot.com/2011/11/makalah-kedudukan-evaluasi-dalamproses.html, diakses pada hari sabtu 04 Oktober 2014
Bundafarida,

Makalah-evaluasi-pendidikan-Islam

, dalamhttp://bundarafida.blogspot.com/2012/12/makalah-evaluasi-pendidikan-

islam.html, diakses pada hari kamis 09 Oktober 2014

Pengertian Evaluasi (Penilaian), Pengukuran, Tes,dan Asesmen

Kali

ini

blog ptk

(penelitian

pembelajaran kembali

mengangkat

tindakan
topik

kelas)

dan

penilaian,setelah

model-model

sebelum

menulis

tentang Prinsip-Prinsip Penilaian, kemudian tentang Penilaian Afektif, dan juga


Penilaian Psikomotor. Topik kali ini bersifat mendasar sekali, yaitu tentang
pengertian evaluasi, pengertia penilaian, pengertian pengukuran, pengertian tes,
dan pengertian asesmen. Topik ini tampaknya sangat menarik dan perlu untuk
dibahas karena begitu simpang siurnya definisi istilah-istilah tersebut di internet.
Setelah melakukan kajian terhadap berbagai definisi tentang evaluasi, penilaian,
tes, pengukuran, hingga asesmen, maka dapatlah dibuat artikel ini yang tujuannya
untuk mendudukkan kembali semua istilah itu pada tempatnya yang tepat. Pada
tulisan ini kami hanya mengambil definisi-definisi dari para ahli yang telah diakui
kredibilitasnya di bidang pendidikan dan psikologi pendidikan.
Pengertian Evaluasi (Penilaian) Menurut Para Ahli
Sudiono, Anas (2005) mengemukakan bahwa secara harfiah kata evaluasi berasal
dari bahasa Inggris evaluation, dalam bahasa Indonesia berarti penilaian. Akar
katanya adalah value yang artinya nilai. Jadi istilah evaluasi menunjuk pada suatu
tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.
Frey, Barbara A., and Susan W. Alman. (2003): Evaluation The systematic process
of collecting, analyzing, and interpreting information to determine the extent to
which pupils are achieving instructional objectives. (Artinya: Evaluasi adalah
proses sistematis

pengumpulan,

analisis,

dan

interpretasi

informasi

untuk

menentukan sejauh mana siswa yang mencapai tujuan instruksional).


Mardapi,

Djemari

(2003),

penilaian

adalah

kegiatan

menafsirkan

atau

mendeskripsikan hasil pengukuran.


Zainul, Asmawi dan Noehi Nasution (2001), mengartikan penilaian adalah suatu
proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang
diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun
nontes.
Kesimpulan Tentang Pengertian Evaluasi:

Evaluasi berasal dari akar kata bahasa Inggris value yang berarti nilai, jadi istilah
evaluasi sinonim dengan penilaian.
Evaluasi merupakan proses sistematis dari mengumpulkan, menganalisis, hingga
interpretasi (menafsirkan) data atau informasi yang diperoleh.
Data

atau

informasi

diperoleh

melalui

pengukuran

(measurement)

hasil

belajar.melalui tes atau nontes.


Evaluasi bersifat kualitatif.
Pengertian Pengukuran (Measurement) Menurut Para Ahli
Alwasilah et al.(1996), measurement (pengukuran) merupakan proses yang
mendeskripsikan performa siswa dengan menggunakan suatu skala kuantitatif
(sistem angka) sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif dari performa siswa
tersebut dinyatakan dengan angka-angka
Arikunto dan Jabar (2004) menyatakan pengertian pengukuran (measurement)
sebagai kegiatan membandingkan suatu hal dengan satuan ukuran tertentu
sehingga sifatnya menjadi kuantitatif.
Cangelosi, James S. (1995), pengukuran adalah proses pengumpulan data secara
empiris yang digunakan untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan
tujuan yang telah ditentukan.
Sridadi (2007) pengukuran adalah suatu prose yang dilakukan secara sistematis
untuk memperoleh besaran kuantitatif dari suatu obyek tertentu dengan
menggunakan alat ukur yang baku.
Kesimpulan Tentang Pengertian Pengukuran:
Kegiatan pengukuran dilakukan dengan membandingkan hasil belajar dengan
suatu ukuran tertentu.
Dilakukan dengan proses sistematis.
Hasil pengukuran berupa besaran kuantitatif (sistem angka).
Pengukuran menggunakan alat ukur yang baku.

Pengertian Asesmen Menurut Para Ahli


Angelo T.A.(1991): Classroom Assessment is a simple method faculty can use to
collect feedback, early and often, on how well their students are learning what
they are being taught. (Artinya: asesmen Kelas adalah suatu metode yang
sederhana dapat digunakan untuk mengumpulkan umpan balik, baik di awal
maupun setelah pembelajaran tentang seberapa baik siswa mempelajari apa yang
telah diajarkan kepada mereka.)
Kizlik, Bob (2009): Assessment is a process by which information is obtained
relative to some known objective or goal. Assessment is a broad term that includes
testing. A test is a special form of assessment. Tests are assessments made under
contrived circumstances especially so that they may be administered. In other
words, all tests are assessments, but not all assessments are tests. (Artinya :
asesmen adalah suatu proses dimana informasi diperoleh berkaitan dengan tujuan
pembelajaran. Asesmen adalah istilah yang luas yang mencakup tes (pengujian).
Tes adalah bentuk khusus dari asesmen. Tes adalah salah satu bentuk asesmen.
Dengan kata lain, semua tes merupakan asesmen, namun tidak semua asesmen
berupa tes)
Overton, Terry (2008): Assesment is a process of gathering information to monitor
progress and make educational decisions if necessary. As noted in my definition of
test, an assesment may include a test, but also include methods such as
observations, interview, behavior monitoring, etc. (Artinya: sesmen adalah suatu
proses pengumpulan informasi untuk memonitor kemajuan dan bila diperlukan
pengambilan keputusan dalam bidang pendidikan. Sebagaimana disebutkan dalam
definisi saya tentang tes, suatu asesmen bisa saja terdiri dari tes, atau bisa juga
terdiri dari berbagai metode seperti observasi, wawancara, monitoring tingkah
laku, dan sebagainya).
Palomba and Banta(1999), Assessment is the systematic collection , review , and
use of information about educational programs undertaken for the purpose of
improving

student

learning

and

development (Artinya:

asesmen

adalah

pengumpulan, reviu, dan penggunaan informasi secara sistematik tentang

program pendidikan dengan tujuan meningkatkan belajar dan perkembangan


siswa).
Kesimpulan Tentang Pengertian Asesmen:
Asesmen merupakan metode dan proses yang digunakan untuk mengumpulkan
umpan balik tentang seberapa baik siswa belajar.
Dapat dilakukan di awal, di akhir (sesudah), maupun saat pembelajaran sedang
berlangsung.
Asesmen dapat berupa tes atau nontes.
Asesmen berupa nontes misalnya penggunaan metode observasi, wawancara,
monitoring tingkah laku, dsb.
Hasilnya dapat digunakan untuk pengambilan keputusan.
Bertujuan meningkatkan belajar (pembelajaran) dan perkembangan siswa.
Pengertian Tes Menurut Para Ahli
Wayan Nurkencana (1993), tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian
yang berbentuk suatu tugas yang harus dikerjakan anak atau sekelompok anak
sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak
tersebut yang kemudian dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anakanak lain atau standar yang telah ditetapkan
Overton, Terry (2008): test is a method to determine a students ability to
complete certain tasks or demontstrate mastery of a skill or knowledge of content.
Some types would be multiple choice tests or a weekly spelling test. While it
commonly used interchangeably with assesment, or even evaluation, it can be
distinguished by the fact that a test is one form of an assesment. (Tes adalah
suatu metode untuk menentukan kemampuan siswa menyelesaikan sejumlah
tugas tertentu atau mendemonstrasikan penguasaan suatu keterampilan atau
pengetahuan pada suatu materi pelajaran. Beberapa tipe tes misalnya tes pilihan
ganda atau tes mengeja mingguan. Seringkali penggunaannya tertukar dengan
asesmen, atau bahkan evaluasi (penilaian), yang mana sebenarnya tes dapat

dengan mudah dibedakan berdasarkan kenyataan bahwa tes adalah salah satu
bentuk asesmen.)
Kesimpulan Tentang Pengertian Tes:
Tes adalah cara atau metode untuk menentukan kemampuan siswa menyelesaikan
tugas tertentu atau mendemonstrasikan penguasaan suatu keterampilan atau
pengetahuan.
Beberapa tipe tes misalnya tes pilihan ganda atau tes mengeja mingguan.
Tes adalah salah satu bentuk asesmen
Diagram Kedudukan Istilah Evaluasi, Penilaian, Pengukuran, Asesmen, dan Tes.
Perhatikan Gambar berikut, yang merupakan diagram kedudukan istilah evaluasi,
penilaian, pengukuran, asesmen, dan tes yang seringkali membingungkan.
Diagram

dibuat

berdasarkan

induksi

dari

pengertian

evaluasi

(penilaian),

penegertian pengukuran, pengertian asesmen, dan pengertian tesmenurut para


ahli di atas.

PENGERTIAN, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI


EVALUASI DALAM PENDIDIKAN ISLAM

A. Pengertian Evaluasi Pendidikan


Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti tindakan atau
proses untuk menentukan nilai sesuatu atau dapat diartikan sebagai tindakan atau
proses untuk menentukan nilai segala sesuatu yang ada hubungannya dengan
pendidikan. Dalam bahasa Arab evaluasi dikenal dengan istilah imtihan yang
berarti ujian. Dan dikenal pula dengan istilah khataman sebagai cara menilai hasil
akhir dari proses pendidikan.]
Dari segi istilah evaluasi dapat diartikan sebagai proses membandingkan situasi
yang ada dengan kriteria terentu karena evaluasi adalah proses mendapatkan
informasi

dan

menggunakannya

untuk

menyusun

penilaian

dalam

rangka

membuat keputusan.
Jika kata evaluasi tersebut dihubungkan dengan kata pendidikan, maka dapat
diartikan sebagai proses membandingkan situasi yang ada dengan kriteria
tertentu terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan pendidikan.
Namun demikian, pada umumnya evaluasi pendidikan lebih diarahkan pada upaya
untuk mengetahui dengan jelas obyektif terhadap hasil belajar yang dilakukan
oleh suatu lembaga pendidikan.
Selain istilah evaluasi, terdapat pula istilah lainnya yang hampir berdekatan, yaitu
pengukuran

dan

penilaian.

Sementara

orang

memang

lebih

cenderung

mengartikan ketiga kata tersebut sebagai suatu pengertian yang sama, sehingga
dalam memaknainya hanya tergantung dari kata mana yang siap untuk
diucapkan. Tetapi, sementara yang lain, membedakan ketiga istilah tersebut.
B. Kedudukan Evaluasi Pendidikan
Evaluasi pendidikan memiliki kedudukan yang amat strategis, karena hasil dari
kegiatan evaluasi dapat digunakan sebagai input untuk melakukan perbaikan
kegiatan pendidikan.

Ajaran islam juga menaruh perhatian yang besar terhadap evaluasi tersebut. Allah
SWT, dalam berbagai firman-Nya dalam kitab suci Al-Quran memberitahukan
kepada kita, bahwa pekerjaan evaluasi terhadap manusia didik adalah merupakan
suatu tugas penting dalam rangkaian proses pendidikan yang telah dilaksanakan
oleh pendidik.
C. Fungsi Evaluasi
Evaluasi dalam proses belajar mengajar merupakan komponen yang penting dan
tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan proses. Kepentingan evaluasi tidak hanya
mempunyai makna bagi proses belajar siswa, tetapi juga memberikan umpan balik
terhadap program secara keseluruhan. Oleh karena itu, inti evaluasi adalah
pengadaan

informasi

bagi

pihak

pengelola

proses

belajar-mengajar

untuk

membuat macam-macam keputusan. Dalam hubungan ini A. Tabrani Rusyan dan


kawan-kawan, mengatakan bahwa evaluasi mempunyai berbagai fungsi, yaitu :
1. Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan intruksional secara komprehensif
yang meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan tingkah laku.
2. Sebagai umpan balik yang berguna bagi tindakan berikutnya dimana segi-segi
yang sudah dapat dicapai lebih ditingkatkan lagi dan segi-segi yang dapat
merugikan sebanyak mungkin dihindari.
3. Bagi pendidik, evaluasi berguna untuk mengukur keberhasilan proses belajar
mengajar; bagi peserta didik berguna untuk mengetahui bahan pelajaran yang
diberikan dan dikuasainya; dan bagi masyarakat untuk mengetahui berhasil atau
tidaknya program-program yang dilaksanakan.
4. Untuk memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki
proses belajar mengajar dan mengadakan program remidial bagi murid.
5. Untuk menentukan angka kemajuan atau hasil belajar.
6. Untuk menempatkan murid dalam situasi belajar mengajar yang tepat.
7. Untuk mengenal latar belakang murid yang mengalami kesulitan-kesulitan
belajar.

D. Prinsip Evaluasi
Dalam pelaksanaan evaluasi perlu diperhatikan beberapa prinsip sebagai dasar
pelaksanaan penilaian. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut :
1. Evaluasi hendaknya didasarkan atas hasil pengukuran yang komprehensif. Yaitu
pengukuran yang meliputi aspek kognitif, efektif, dan psikomotorik.
2. Evaluasi harus dibedakan antara penskoran dengan angka dan penilaian dengan
kategori. Penskoran berkenaan dengan aspek kuantitif (dapati dihitung), dan
penilaian berkenaan dengan aspek kualitatif (mutu).
3. Sedangkan yang kedua berkenaan dengan penempatan.
4. Pemberian nilai hendaknya merupakan bagian intergral dari proses belajarmengajar.
5. Penilaian hendaknya bersifat komparabel artinya dapat dibandingkan antara
satu tahap penilaian dengan tahap penilaian lainnya.
6. Sistem penilaian yang dipergunakan hendaknya jelas bagi siswa dan bagi
pengajar sendiri, sehingga tidak membingungkan.
Penilaian tersebut dapat berhasil jika dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip
berikut :
a. Prinsip kesinambungan (kontinuitas); penilaian hendaknya dilakukan secara
berkesinambungan.
b. Prinsip menyeluruh, maksudnya penilaian harus mengumpulkan data mengenai
seluruh aspek kepribadian.
c. Prinsip obyektif, penilaian diusahakn agar seobyektif mungkin.
d. Prinsip sistematis, yakni penilaian harus dilakukan secara sistematis dan teratur.
E. Sasaran Evaluasi
Pada umumnya ada tiga sasaran pokok evaluasi, yakni :

1. Segi tingkah laku, artinya segi-segi yang menyangkut sikap, minat, perhatian,
keterampilan murid sebagai akibat dari proses belajar-mengajar.
2. Segi pendidikan, artinya penguasaan materi pelajaran yang diberikan oleh guru
dalam proses belajar-mengajar.
3. Segi-segi yang menyangkut proses belajar mengajar dan mengajar itu sendiri,
yaitu bahwa proses belajar-mengajar perlu diberi penilaian secara obyektif dari
guru. Sebab baik tidaknya proses belajar-mengajar akan menentukan baik
tidaknya hasil belajar yang dicapai oleh murid.
F. Ciri-ciri Evaluasi dalam Pendidikan
Ciri pertama dari evaluasi dalam pendidikan, yaitu bahwa penilaian dilakukan
secara tidak langsung. Dalam contoh ini, akan mengukur kepandaian melalui
ukuran kemampuan mengerjakan soal.
Berkenaan dengan tanda-tanda anak yang pandai atau intelegen, seorang ahli
ilmu jiwa pendidikan bernama Carl Witherington, mengemukakan pendapatnya
bahwa anak yang intelegen (cerdas) adalah anak yang mempunyai :
1. Kemampuan untuk bekerja dengan bilangan.
2. Kemampuan untuk menggunakan bahasa dengan baik.
3. Kemampuan

untuk

menangkap

sesuatu

yang

baru

(cepat

mengikuti

pembicaraan orang lain).


4. Kemampuan untuk mengingat-ingat.
5. Kemampuan untuk memahami hubungan (termasuk menangkap kelucuan).
6. Kemampuan untuk berfantasi.
Ciri kedua dari evaluasi pendidikan yaitu penggunaan ukuran kuantitatif. Penilaian
pendidikan bersifat kuantitatif artinya menggunakan simbol bilangan sebagai hasil
pertama pengukuran. Setelah itu lalu diinterpresentasi ke bentuk kualitaitif.
Ciri

ketiga

dari

evaluasi

pendidikan,

yaitu

bahwa

evaluasi

pendidikan

menggunakan unit-unit atau satuan-satuan yang tetap, karena IQ 105 termasuk

anak normal. Anak lain yang hasil pengukuran IQ-nya 80, menurut unit ukurannya
termasuk anak dungu.
Ciri keempat dari penilaian pendidikan adalah bersifat relatif artinya tidak sama
atau tidak selalu tetap dari satu waktu ke waktu yang lain.
Ciri

kelima

dalam

penelitian

pendidikan

adalah

bahwa

dalam

penilaian

pendidikakn itu sering terjadi kesalahan-kesalahan.


G. Prosedur Evaluasi
Prosedur dalam mengadakan evaluasi dapat dibagi kepada beberapa langkah.
Langkah-langkah tersebut diatasnya :
1. Perencanaan
2. Pengumpulan data
3. Verivikasi data
4. Analisa data, dan
5. Penafsiran data.
Masalah pertama yang harus dilakukan dalam langkah perencanaan ini ialah
merumuskan tujuan evaluasi yang hendak dilaksanakan dalam suatu proses
belajar-mengajar yang didasarkan atas tujuan yang hendak dicapai dalam program
belajar-mengajar tersebut.
Setelah diketahui tujuan intruksional yang akan dicapai, maka masalah yang
kedua adalah menetapkan aspek-aspek yang harus dinilai.
Masalah ketiga ialah menentukan metode evaluasi yang akan dipergunakan.
Metode ini ditentukan oleh aspek yang akan dinilai. Untuk menilai sikap, misalnya,
dipergunakan checklist.
Masalah keempat ialah memilih atau menyusun alat-alat evaluasi yang akan
dipergunakan. Alat-alat evaluasi ditentukan oleh metode evaluasi yang kita
pergunakan. Apabila alat-alat yang akan dipergunakan cukup tersedia, maka
tinggal memilih salah satu dari alat tersebut.

Masalah kelima ialah menentukan kriteria yang dipergunakan. Setelah alat-alat


evaluasi dipilih dan disusun serta telah ditetapkan kriterianya, maka selanjutnya
ditentukan frekuensi evaluasi.

Kedudukan Evaluasi Dalam Pendidikan

Secara

formal,

pendidikan

diselenggarakan

di

sekolah.

Penyelenggaraan

pendidikan di sekolah itu sering lebih dikenal dengan pengajaran dimana terjadi
proses belajar-mengajar yang melibatkan banyak factor, baik pengajar, pelajar,
bahan/materi, fasilitas maupun lingkungan. Pengajaran dilaksanakan tidak hanya
untuk kesenangan atau bersifat mekanis saja tetapi mempunyai misi/tujuan
tertentu yang dicita-citakan untuk dicapainya. Sehingga dalam usaha untuk
mencapai misi/tujuan itu semua kegiatan, fasilitas/dana dan daya diorientasikan
untuk pencapaian misi/tujuan yang dicita-citakan itu. Sehingga dalam usaha
mencapai misi/tujuan itu perlu diketahui apakah usaha yang dilakukan sudah
sesuai/searah dengan tujuan? Jika ya, sudah sejauuh mana ditempuh? Adakah
factor-faktor yang menghambat usaha itu serta bagaimana mengatasinya? Upaya
itu menunjuk kepada evaluasi.

Dalam usaha memperoleh pemahaman yang benar tentang evaluasi, perlu ditinjau
terlebih dahulu keberadaan evaluasi dalam keseluruhan pendidikan/pengajaran,

hakikat evaluasi yang mencngkup pengertian, dasra, tujuan dan fungsinya,


prinsip-prinsip yang mendasari beserta persyaratan yang harus dipenuhi serta
pendekatan-pendekatan dlam evaluasi pendidikan. Secara singkat dari bab ini
akan diperoleh pemahaman yang dimaksud.

A. Sistem Pengajaran/Instruksional
Kurikulum sekolah sekarang ini menggunakan pendekatan yang berorientasi
kepada pencapaian tujuan sehingga tercapainya tujuan merupakan hal yang
penting. Oleh karena itu situasi belajar mengajar dipandang dan diperlakukan
sebagai suatu system pengajaran yang terkecil dan selanjutnya itulah yang
dimaksud dengan system pengajaran/intruksional.

Komponen-komponen

dari

suatu

system

pengajaran

dalam

keadaan

yang

bagaimanapun juga sekurang-kurangnya ialah:


1.Tujuan, yaitu kemampuan dan kelakuan yang diharapkan dikuasai siswa secara
langsung setelah selesainya setiap interaksi belajar-mengajar.
2.Bahan atau materi pengajaran yang perlu diberikan atau digumuli bersama
untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan.
3.Metode dan alat perlengkapan yang akan digunakan.
4.Alat dan prosedur evaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari program
bagi tercapainya tujuan-tujuan yang telah dirumuskan.

Semua hal di atas merupkan bagian-bagian integral yang tak terpisahkan satu
sama lain. Komponen-komponen itu terorganisasi sebagai kesatuan di dalam
system. System itulah yang dihasilkan sesuai dengan tingkat saling hubungannya.
Tujuan dari system juga merupakan tujuan dari setiap komponen itu, masingmasing tidak mempunyai tujuan sendiri-sendiri. Hanya kalau semuanya bekerja
sama secara harmonis barulah tujuan yang diinginkan dapat dicapai.

Disamping

keempat

komponen

diatas,

didalam

pelaksanaannya,

system

intruksional yang pengelolaannya tergantung kepada factor guru tentulah


mencakup pula kedua hal ini, yaitu:
1.Guru atau pengajar yang mengelola system intruksional. Bersama-sama dengan
keempat komponen terdahulu, guru merupakan komponen masukan yang
deprogram secara intruksional bagi tercapainya tujuan dal;am rangka system yang
sifatnya diwarnai oleh factor guru sebagai pribadi yang menentukan (misalnya
pada system intruksional dari PPSI).
2.Siswa yang diharapkan mengalami transformasi sehingga mencapai tujuan
pendidikan. Ia tak diharapkan untuk lepas sekolah (drop out) sebelum menjadi
hasil yang baku sebagai komponen keluaran (output) yang sebenarnya dari
pengajaran sebagai system.

B. Pengertian Evaluasi Pendidikan


Evaluasi merupakan bagian dari kegiatan kehidupan manusia sehari-hari. Disadari
atau tidak, orang sering melakukan evaluasi, baik terhadap dirinya sendiri,
terhadap lingkungan sosialnya atau lingkungan fisiknya. Mulai dari ia berpakaian,
ia melihat diri di hadapan kaca untuk mengetahui apakah ia menampilkan diri
dalam keadaan yang wajar atau tidak.

Demikian pula halnya dalam peristiwa pendidikan sebagai usaha yang disengaja
untuk memungkinkan sesorang siswa mengalami perkembangan melalui proses
belajar-mengajar. Program pengajaran dirancang dan dilaksanakan untuk tujuan
tertentu. Tujuan itu ialah supaya siswa mengalami perubahan yang positif.
Penilaian berarti usaha untuk mengetahui sejauh mana perubahan itu telah terjadi
melalui kegiatan bbelajar mengajar. B.S. Bloom yang dikutip oleh W. Gulo,
menyatakan bahwa evaluation, as we see it, is the systematic collection of
evidence to determine wether in fact certain changes are taking place in the learns

as well as to determine the amount or degree of change in individual students.


(B.S. Bloom, et al., 1971). Sesuai dengan pengrtian ini maka cirri pertama dari
evaluasi ialah mengukur perubahan. Jika hal ini dihubungkan dengan tujuan
pengajaran, maka perubahan yang diinginkan oleh program pengajaran ialah
peningkatan kemampuan, baiki kemampuan kognitif-intelektual, sosio-emosional,
maupun kemampuan ketrampilan-motorik. Tujuan pengajaran ialah penguasaan
perangkat kemampuan yang direncanakan. Cirri kedua dari evaluasi ialah adanya
bukti-bukti yang dikumpulkan sebagai dasar penilaian dan evaluasinya. Bukti-bukti
ttersebut perlu dideskripsikan secara jelas. Cirri ketiga ialah pengukuran terhadap
bukti-bukti yang dideskripsikan itu. Pengukuran ini bersifat kuantitatif. Hasil
pengukuran ini disebut skor (score). Yang dimaksud dengan sifat kuantitatif ialah
sesuatu yang menampakkan dirinya dalam besaran tertentu.

Selanjutnya Roestiyah N.K. dkk. dalam bukunya Masalah-Masalah Ilmu Keguruan


menyebutkan empat pengertian evaluasi menurut deskripsinya, (Roestiyah: 1982)
berikut ini.
1.Evaluasi adalah proses memahami atau memberi arti, mendapatkan dan
mengkomunikasikan

suatu

informasi

bagi

petunjuk

pihak-pihak

pengambil

keputusan.
2.Evaluasi ialah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam-dalamnya,
yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa, guna mengetahui sebab-akibat dan
hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan
belajar.
3.Dalam rangka pengembangan system intruksional, evaluasi merupakan suatu
kegiatan untuk menilai seberapa jauh program telah berjalan seperti yang telah
direncanakan.
4.Evaluasi adalah suatu alat untuk menentukan apakah tujuan pendidikan dan
apakah proses dalam pengembbangan ilmu telah berada dijalan yang telah
diharapkan.

Dari batasan tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian evaluasi
ialah:
1.Merupakan suatu kegiatan yang direncanakan dengan cermat;
2.Kegiatan yang dimaksud merupakan bagian integral dari pendidikan, sehingga
arah dan tujuan evaluasi harus sejalan dengan tujuan pendidikan;
3.Evaluasi

harus

memiliki

dan

berdasarkan

criteria

keberhasilan,

yaitu

keberhasilan dari:
a. Belajar murid
b. Mengajar guru dan
c. Program pengajaran;
4.Evaluasi merupakan suatu tes, maka evaluasi dilaksanakan sepanjang kegiatan
program pendidikan dan pengajaran;
5.Evaluasi bernilai positif, yaitu mendorong dan mengembangkan kemampuan
belajr

siswa,

kemampuan

mengajar

guru

sert

menyempurnakan

program

pengjaran;
6.Evaluasi merupakan alat (the means) bukan tujuan (the end), yang digunakan
untuk menilai apakah proses perkembangan telah berjalan semestinya? Dan
apakah tujuan pendidikan telah tercapai dengan program dan kegiatan-kegiatan
yang telah dilakukan?
7.Evaluasi adalah bagian yang sangat penting dalam suatu system yaitu system
pengajaran untuk mengetahui apakah system itu baik atau tidak.

C. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan


Sesuai dengan pengertian evaluasi diatas, maka dalam pelaksanaanya, evaluasi
harus mempunyai dasar yang kuat dan tujuan yang jelas. Dasar yang dimaksud
adalah prinsip ilmiah yang melandasi penyusunan dan pelaksanaan evaluasi
yangmencakup tujuh konsep berikut:

1. Filsafat
Masalah-masalah yang merupakan dasar dalam pendekatan sisyem dalam
evaluasi adalah:
a. Apakah evaluai itu
b. Mengapa evaluasi perlu diberikan,
c. Bagaimana cara memberikannya, dan sebagainya,

2. Psikologi
Dalam evalusi haruslah mempertimbangkan dasar-dasar psikologinya. Evaluasi
dilaksanakan dengan mempertimbangkan:
a)Tingkat kesukaran bahan dengan tingkat perkembangan siswa;
b)Tingkat kemampuan yang dimiliki siswayang bersangkutan,
c)Teori-teori yang dianut dalam pendidikan/pengajaran.

3. Komunikasi
Evaluasi dilaksanakan secara langsung atau tidak langsung atau tidak langsung
kepada siswa.

4. Kurikulum
Isi evaluasi harus sesuai dengan materi yang diajarkan seperti tercantum di dalam
kurikulum, yang telah ada dan dilksanakan.

5. Manajemen
Evaluasi perlu diorganisasikan pelaksanaannya, apakah secara individual atau
kelompok dan bagiman pengelolaaannya.

6. Sosiologi anthropologi
Evaluasi

harus

sesuai

dan

berguna

dalam

masyarakat/kebudayaan,

untuk

mencapai suatu kemajuan.

7. Evaluasi measurement
Dalam evaluasi sering menggunakan prosedur, jenis dan diambil keputusan yang
bertanggung jawab.

D. Tujuan dan Fungsi Evaluasi


Tujuan dan fungsi evaluasi ini dikaitkan dengan perencanaan, pengelolaan, proses
dan tindak lanjut pengajaran/pendidikan, baik yang menyangkut perorangan
(siswa secara individu) maupun kelembagaan. Tujuan dan fungsi evaluasi
diarahkan kepada keputusn-keputusan yang menyangkut (1) pengajaran, (2) hasil
belajar, (3) diagnosa dan usaha perbaikan, (4) penempatan, (5) seleksi, (6)
bimbingan dan penyuluhan, (7) kurikulum, dan (8) penilaian kelembagaan
(thorndike, et all, 1977).

Sehubungan dengan tujuan dan fungsi evaluasi ini. R. Soebagijo menyebutkan:


1.Untuk

mengetahui

apakah

siswa

telah

menguaai

keterampilan

atau

pengetahuan dasar tertentu. Evaluasi yang berfungsi demikian ini disebut mastery
test.

2.Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan dan kelemahan siswa dalam belajar.


Evaluasi yang berperan seperti ini disebutdiagnostik test.
3.Untuk

mengetahui

hasil

belajar

siswa.

Evaluasi

semacam

ini

disebut achievement test.


4.Sebagai feed back.

Sehubungan dengan fungsinya itu, kurikulum 1975 mengenal empat jenis


penilaian, yaitu:
1.Penilaian formatif yaitu penilaian yang ditujukan untuk memperbaiki proses
belajar mengajar;
2.Penilaian sumatif yaitu penilaian yang ditujukan untuk menentukan angka
kemajuan/hasil belajar siswa;
3.Penilaian penempatan (placement) yaitu penilaian yang bertujuan untuk
menempatkan siswa dalam situsi belajar mengajar yang tepat; dan
4.Penilaian diagnostic yaitu penilaian yang bertujuan untuk memberi bantuan
kepada siswa dalam memecahkan keulitan-kesulitan belajar yang dilaminya.

Atas uraian di atas dapatlah diketahui bahwa evaluasi dilaksanakan untuk:


1.Memperoleh informs yang diperlukan untuk meningkatkan produktivitas serta
efektivits belajar siswa,
2.Memperoleh bahan feed back,
3.Memperoleh

informasi

yang

digunakan

untuk

memperbaiki

dan

menyempurnakan kegiatan mengajar guru,


4.Memperoleh informasi yang diperlukan untuk memperbaiki, menyempurnakan
serta mengembangkn program,

5.Mengetahui kesukaran-kesukaran apa yang dialami siswa selama belajar dan


bagaimana mencari jalan keluarnya.

Dalam keseluruhan proses pendidikan. Secara garis besar evaluasi berfungsi


untuk:
1.Mengetahui kemajuan kemampuan belajar murid,
2.Mengetahui stastus akademis seseorang siswa dalam kelompok/kelasnya.
3.Mengetahui penguasaan, kekuatan dan kelemahan seseorang siswa atas suatu
unit pelajaran,
4.Mengetahui efisiensi metode mengajar yang digunakan guru,
5.Menunjang

pelaksanaan

bimbingan

dan

penyuluhan

di

sekolh

yang

bersangkutan,
6.Memberi laporan kepada siswa dan orang tuanya, selain itu,
7.Hasil evaluasi dapat digunakan untuk keperluan promosi siswa,
8.Hasil evaluasi dapat digunakan untuk keperluan pengurusan (streaming),
9.Hasil evaluasi dapat digunkan untuk keperluan perencanaan pendidikn, serta
10.Memberi informasi kepada masyarakat yang memerlukan, dan
11.Merupakan bahan feed back bagi siswa, guru dan program pengajaran,
12.Sebagai alat motivasi belajar-mengajar.

Bagi guru, fungsi evaluasi perlu diperhatikan secara sungguh-sungguh agar


evaluasi yang diberikan betul-betul mengenai sasaran yang diharapkan.

E. Prinsip-prinsip Evaluasi

1. Prinsip keterpaduan
Evaluasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari dan didalam program
penngajarn.

Evaluasi

berinteraksi

dengan

adalah

satu

komponen

komponen-komponen

dalam

lainnya

program

(tujuan,

yang

materi,

saling
strategi

intruksional, kegiatan, siswa, guru, sarana). Perencanaan evaluasi harus dilakukan


bersamaan dengan perencanaan satuan program pengajaran. banyak terjadi
bahan evaluasi direncanakan dan dilaksanakan beberapa lama setelah program
pengajaran selesai dilksanakan, sehingga evaluasi dilakukan bukan terhadap apa
yang direncanakan, tetpi terhadap apa yang telah dilakukan. Hl ini tidak sesuai
dengan prinsip Pendidikan Berdasarkan Kompetensi.

Bahkan

disarankan

supaya

sebelum

pelajaran

dimulai,

dilaksanakan

penilaian/evaluasi awal (pre test) yang akan dibandingkan kemudian dengan


penilaian/evaluasi akhir (post test). Penilaian yang direncanakan sebelumnya itu
sekaligus merupakan paduan pula dalam melaksanakan program kegiatan belajarmengajar.

2. Prinsip Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)


Hakikat dari CBSA ialah keterlibatan iswa secara mmental, antusias, dan asyik
dalam kegiatan belajar mengajar. Demikian pula halnya dengan evaluasi, evaluasi
menuntut keterlibatan yang demikian dari siswa. Siswa seharusnya tidak
merasakan evaluasi sebagai sesuatu yang menekan dan cenderung untuk
dihindari, Karen jika demikian hal ini menunjukkan bahwa prinsip ini tidak terdapat
dalam evaluasi. Prinsip ini dapat diibaratkan dengan olah raga. Seseorang yang
telah melatih dirinya dalam cabang olah raga tertentu akan merasa sangat
terttekan jika ia tidak diikutsertakan dalam pertandingan. Kalah atau menang
bukan soal utama baginya.

3. Prinsip kontinuitas

Pada dasarnya evaluasi berlangsung selama proses kegiatan belajar mengajar


berjalan. Evaluasi tidak hanya terdapat pada awal atau pada akhir pengajaran
saja, tetapi juga selama proses belajar-mengajar berlangsung, misalnya dalam
bentuk pengamatan, tanya jawab, atau dialog. Hal ini dilakukan dalam rangka
pemantapan program.

4. Prinsip koherensi
Sebagai akibat dari prinsip keterpaduan, maka evaluasi harus konsisten dengan
kemampuan yang didukung oleh tujuan pengajaran. Sering terjadi, kemampuan
yang didukung oleh tujuan ialah sikap (afektif) tetapi evaluasi ditujukan kepada
pengetahan. Evaluasi harus benar-benar hasil yang diperoleh dari kegiatan belajar
mengajar, baik kegiatan tatap muka maupun kegiatan terstruktur.

5. Prinsip diskriminalitas
Dari psikologi diketahui bahwa setiap individu mempunyai perbedan denggan
individu lain. Individu adalah suatu person yang unik. Bahkan walaupun dua
individu mempunyai pendapat yang sama, tetapi jalan pikiran untuk sampai pada
pendapat yang sama itu tidaklah sama. Sesuai dengan hakikat individu ini,
evaluasi harus pula mampu menunjukkan perbedaan di kalangan siswa secara
individual. Apabila suatu kelas menunjukkan skor yang sama, maka evaluasi
tersebut perlu dipertanyakan.

6. Prinsip keseluruhan
Perubahan tingkah laku yang sudah ditetapkan sebagai tujuan yang hendak
dicapai bersifat utuh. Karena itu evaluasi yang akan dilakukan hendaknya bersifat
utuh pula, yaitu meliputi seluruh segi tujuan pendidikan.

7. Prinsip pedagogis

Seluruh kegiatan evaluasi haruslah diketahui dan dirasakan oleh siswa tidak hanya
sebagai rekaman hasil belajarnya saja, melainkan juga sebagai upaya perbaikan
dan peningkatan perilaku dan sikapya itu, sehingga hasil evaluasi harus
dinyatakan dan dapat dirasakan sebagai penghargaan bagi yang berhasil dan
sebaliknya merupakan hukuman (bagi yang belum berhasil) yang menantang
untuk belajar lebih giat/baik. Dengan demikian evaluasi akan ikut membentuk
perilku dan sikap yang positif.

8. Prinsip akuntabilitas (accountability)


Accountability adalah salah satu ciri dari pendidikan berdasar kompetensi. Pada
akhirnya pendidikan dan pengajaran harus dapat dipertangguang jawabkan
kepada lembaga pendidikan itu sendiri, kepada masyarakat pemakai tenaga
lulusan, dan kepada kelompok professional. Pertanggung jawaban kepada ketiga
kelompok ini merupakan hal yang harus dipertimbangkan dalam evaluasi. Dengan
kata lain, melalui evaluasi kita mempertanggung jawabkan hasil pendidikan yang
kita selenggarakan kepada ketiga pihak tersebut. Akreditasi terhadap sekolah
termasuk dalam pertanggung jawaban tersebut.

F. Syarat-syarat Evaluasi
Amat

sulit

menemukan

syarat-syarat

yang

memuaskan

yang

memuaskn

kebutuhan dari tujuan evaluasi. Mengingat demikian pentingnya peranan/fungsi


evaluasi, maka dikemukakan 8 syarat tersebut ialah:

1. Sahih (valid)
Evaluasi diktakan valid apabila mengukur apa yang sebenarnya diukur. Apabila
yang diukur adalah sikap, tetapi evaluasi mengukur pengetahuan, maka evaluasi
tersebut tidak valid. Kesahihan evaluasi biasanya diukur dalam prosentasi atau
dalam derajat tertentu dengan alat ukur tertentu.

2. Terandalkan (reliable)
Evaluasi diktakan terandalkan jika alat evaluasi yang sama dilakukan terhadap
kelompok siswa yang sama beberapa kali dalam waktu yang berbeda-beda atau
situasi yang berbeda-beda, akan memberikan hasil yang sama.

3. Obyektif
Evaluasi dikatakan obyektif jika tidak mendapt pengaruh subyektif dari pihak
penilaian.

4. Seimbang
Keseimbangan ini meliputi keseimbangan bahan, keseimbangan kesukaran, dan
keseimbangan tujuan. Bahan harus seimbang diantara berbagai pokok bahasan.

5. Membedkan
Suatu evaluasi harus dapat membedakan (discriminble) prestase individual di
antara kelompok siswa. Evaluasi harus dapat membedakan siswa yang sangat
berhasil, cukup berhasil, kurang berhasil, gagal dan sebagainya.

6. Norma
Evaluasi yang baik, hasilnya harus mudah ditafsirkan. Hal ini menyangkut tentang
adanya ukuran atau norma tertentu untuk menafsirkan hasil evaluasi dari setiap
siswa.

7. Fair

Evaluasi yang fair mengemukakan persoalan-persoalan dengan wajar, tidak


bersifat jebakan, dan tidak mengandung kata-kata yang bersifat menjebak. Di
samping itu terdapat keadilan untuk setiap siswa yang dievaluasi.

8. Praktis
Baik ditinjau dari segi pembiayaan maupun dari segi pelaksanaanya, evaluasi
harus efisien dan mudah dilaksanakan.

G. Pendekatan Evaluasi
1. Penilaian dengan Ukuran Mutlak
Dalam pendekatan ini guru terlebih dahulu menentukan criteria keberhasilan siswa
secara mutlak. Misalnya siswa dikatakan berhasil baik, apabila dia dapat
mengerjakan semua soal penilaian dengan benar. Atau dapat dipertimbangkan,
beberapa persenkah tingkat keberhasilan siswa tersebut dibandingkan dengan
jumlah nilai yang harus diperoleh, apabila dia dapat menjawab semua soal
penilaian dengan benar. Prosentase semacam itu biasa disebut sebagai tingkat
keberhasilan atau tingkat penguasaan bahan (mastery level). Tingkat penguasaan
ini kemudian dapat dijadikan cara pula untuk menentukan nilai dalam skal
tertentu, misalnya skala 0 - 10, atau 0 100 dan sebagainya.

2. Penilaian dengan Ukuran Relatif.


Dalam penilaian dengan pendekatan ini, criteria keberhasilan tidak ditetapkan
sebelumnya, tetapi bergaantung pada keberhasilan umum dan kelompok siswa
yang sedang dinilai. Jadi keberhasilan ditentukan oleh gambaran umum dari
kelompok yang bersangkutan. Dengan perkataan lain keberhasilan itu ditentukan
oleh rata-rata keberhasilan kelompok. Untuk menentukan keberhsilan tersebut,
maka guru melaksanakan penilaian terlebih dahulu, kemudian melihat atau
menghitung

rata-rata yang diperoleh setiap anggota kelompok. Dari nilai

kelompok, atau nilai rata-rata itu kemudian dihitung berapa besar pnyimpangan
nilai setiap siswa dari nilai kelompok itu, yaitu penyimpangan lebih kecil, sama
atau lebih besar dibandingkn dengan nilai kelompok itu. Ukuran untuk menghitung
penyimpangan itu disebut ukuran penyebaran.

3. Penilaian dengan ukuran Self Performance.


Pendekatan ini didasarkan pada performance siswa yang dilakukan sebelumnya,
misalnya jika seminggu yang lalu Adi dappat meloncat setinggi 1,60 meter dan
sekarang dapat meloncat 1,68 meter, ini merupakan kemajun (keberhasilan)
baginya, dan dapat dinyatakan lulus. Guru mengambil keputusan lulus itu tanpa
memperhatikan ukuran mutlak setinggi berap meter, juga tidak memperhatikan
prestasi loncat rata-rata kelompoknya.

Agar dapat diambil keputusan sebaik baiknya dalam pendekatan ini, perlu
ditentukan tiga tahap perbuatan (status) seperti berikut ini:
a) Status siswa sebelum mengikuti pelajaran,
b) Status siswa selama mengikuti pelajaran,
c) Status potensi siswa pada masa yang akan datang.

Pengembangan pembelajaran merupakan hal yang harus terus dilakukan oleh


setiap tenaga pendidik agar para peserta didiknya dapat mengikuti setiap proses
pembelajaran dengan baik. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa saat ini
berbagai perangkat teknologi telah banyak beredar di pasaran yang dengannya
menyita banyak waktu setiap orang tak terkecuali bagi para peserta didik.

Terkadang memang kehadiran perangkat-perangkat teknologi tersebut dapat


memberikan dampak positif dan dapat digunakan untuk menunjang terciptanya
proses pembelajaran yang baik, namun tak jarang juga kehadiran perangkat
teknologi tersebut memberikan dampak yang buruk karena para peserta didik
kurang mendapatkan pembelajaran

yang maksimal, atau bisa juga telah

mendapatkan pembelajaran yang baik namun kurang memanfaatkan perangkat


teknologi sehingga membuat para peserta didik kurang dapat beradaptasi saat
mereka menjalani hidup di dunia yang semakin modern. Dan untuk itulah demi
terciptanya sebuah pembelajaran yang optimal maka seorang tenaga pendidik
penting untuk melakukan proses evaluasi hasil pembelajaran

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Evaluasi merupakan subsistem yang sangat penting dan sangat di butuhkan


dalam setiap sistem pendidikan, karena evaluasi dapat mencerminkan seberapa
jauh perkembangan atau kemajuan hasil pendidikan. Dengan evaluasi, maka maju
dan mundurnya kualitas pendidikan dapat diketahui, dan dengan evaluasi pula,
kita dapat mengetahui titik kelemahan serta mudah mencari jalan keluar untuk
berubah menjadi lebih baik ke depan, tanpa evaluasi kita tidak bisa mengetahui
seberapa jauh keberhasilan siswa, dan tanpa evaluasi pula kita tidak akan ada
perubahan menjadi lebih baik, maka dari itu secara umum evaluasi adalah suatu

proses sistemik untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu program. Evaluasi


pendidikan dan pengajaran adalah proses kegiatan untuk mendapatkan informasi
data mengenai hasil belajar mengajar yang dialami siswa dan mengolah atau
menafsirkannya menjadi nilai berupa data kualitati atau kuantitati sesuai dengan
standar tertentu. Hasilnya diperlukan untuk membuat berbagai putusan dalam
bidang pendidikan dan pengajaran.
Ditjen Dikdasmen Depdiknas (2003 : 1) secara eksplisit mengemukakan bahwa
antara

evaluasi

dan

penilaian

mempunyai

persamaan

dan

perbedaan.

Persamaannya adalah keduanya mempunyai pengertian menilai atau menentukan


nilai sesuatu.

Adapun

perbedaannya

penggunaannya. Penilaian (assessment) digunakan

terletak

pada

dalam

konteks

konteks
yang

lebih

sempit dan biasanya dilaksanakan secara internal, yakni oleh orang-orang


yang menjadi bagian atau terlibat dalam sistem yang bersangkutan, seperti guru
menilai hasil belajar murid, atau supervisor menilai guru. Baik guru maupun
supervisor adalah orang-orang yang menjadi bagian dari sistem pendidikan.
Adapun

evaluasi

digunakan

dalam

konteks yang

lebih luas dan

biasanya

dilaksanakan secara eksternal, seperti konsultan yang disewa untuk mengevaluasi


suatu program, baik pada level terbatas maupun pada level yang luas.
Fungsi Evaluasi Pendidikan sangat diperlukan dalam pendidikan antara lain
memberi informasi yang dipakai sebagai dasar untuk membuat kebijaksanaan dan
keputusan, menilai hasil yang dicapai para pelajar, menilai kurikulum, memberi
kepercayaan kepada sekolah, memonitor dana yang telah diberikan, memperbaiki
materi dan program pendidikan. Pendidikan menjadi tanggung jawab semua pihak,
dimana tujuan pendidikan adalah memanusiakan manusia. membentuk SDM yang
berkualitas, namun sayang kebijakan pendidikan yang ada sampai sekarang masih
jauh dari harapan.
Dalam setiap pembelajaran, pendidik harus berusaha mengetahui hasil dari proses
pembelajaran yang ia lakukan. Hasil yang dimaksud adalah baik, tidak baik,
bermanfaat, atau tidak bermanfaat, dll. Pentingnya diketahui hasil ini karena ia
dapat menjadi salah satu patron bagi pendidik untuk mengetahui sejauh mana
proses pembelajran yang dia lakukan dapat mengembangkan potensi peserta
didik. Artinya, apabila pembelajaran yang dilakukannya mencapai hasil yang baik,

pendidik tentu dapat dikatakan berhasil dalam proses pembelajaran dan demikian
pula sebaliknya. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui hasil
yang telah dicapai oleh pendidik dalam proses pembelajaran adalah melalui
evaluasi. Evaluasi yang dilakukan oleh pendidik ini dapat berupa evaluasi hasil
belajar dan evaluasi pembelajaran.

B.

Rumusan Masalah

1.

Apa pengertian evaluasi ?

2.

Fungsi fungsi evaluasi ?

3.

Apa manfaat evaluasi ?

4.

Tujuan dari evaluasi ?

5.

Apa Cangkupan Evaluasi ?

6.

Jelaskan Persamaan dan Perbedaan Evaluasi dengan Penilaian ?

7.

Jelaskan Hubungan Antara Evaluasi dan Pengukuran ?

C.

Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah :


1.

Untuk Mengetahui dan Memahami Arti dari Evaluasi

2.

Untuk Mengetahui dan Memahami Fungsi, Manfaat dan Tujuan Evaluasi

3.

Untuk Mengetahui Persamaan dan Perbedaan Evaluasi dan Pendidikan

D.

Manfaat Penulisan

Penulisan makalah ini di harapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak
baik secara langsung maupun secara tidak langsung dalam upaya meningkatkan
kualitas pendidikan pada umumnya.

BAB II
PEMBAHASAN

A.

Pengertian Evaluasi

Evaluasi mempunyai arti yang berbeda untuk guru yang berbeda. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, evaluasi berarti penilaian (KBBI, 1996:272). Nurgiyantoro
(1988:5) menyebutkan bahwa evaluasi adalah proses untuk mengukur kadar
pencapaian tujuan. Ia lebih lanjut menjelaskan bahwa evaluasi yang bersinonim
dengan penilaian tidak sama konsepnya dengan pengukuran dan tes meskipun
ketiga

konsep

ini

sering

didapatkan

ketika

masalah

evaluasi

pendidikan

dibicarakan. Dikatakannya bahwa penilaian berkaitan dengan aspek kuantitatif


dan kualitatif, pengukuran berkaitan dengan aspek kuantitatif, sedangkan tes
hanya merupakan salah satu instrumen penilaian. Meskipun berbeda, ketiga
konsep ini merupakan satu kesatuan dan saling memerlukan. Hal senada juga
disampaikan oleh Nurgiyantoro (1988) dan Sudijono (2006).
Selanjutnya,

ada

juga

para

ahli

evaluasi

pendidikan,

seperti

Sudijono,

menyebutkan bahwa evaluasi adalah (1) proses/kegiatan untuk menentukan


kemajuan pendidikan, dibandingkan dengan tujuan yang telah ditentukan, (2)
usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan balik (feed back) bagi
penyempurnaan pendidikan (Sudijono, 2006:2). Hampir sama dengan Sudijono,
Dimyati dan Mujiono menyebutkan bahwa evaluasi adalah suatu proses untuk
menentukan nilai belajar dan pembelajaran yang dilaksanakan (2006:192). Selain
istilah evaluasi, terdapat juga istilah penilaian, pengukuran, dan tes.

Evaluasi merupakan proses yang menentukan kondisi, dimana suatu tujuan telah
dapat dicapai. Definisi ini menerangkan secara langsung hubungan evaluasi
dengan tujuan suatu kegiatan yang mengukur derajat dimana suatu tujuan dapat
dicapai. Definisi lain yang berkaitan evaluasi adalah evaluasi merupakan peroses
penilaian pertumbuhan siswa dalam proses belajar mengajar. Evaluasi juga
merupakan

proses

memahami,

memberi

arti,

mendapatkan,

dan

mengkomunikasikan suatu informasi bagi keperluan pengambil keputusan.


Dalam evaluasi selalu mengandung proses, prises evaluasi harus tepat terhadap
tipe tujuan yang biasanya dinyatakan dalam bahasa perilaku. Dikarenakan tidak
semua perilaku dapat dinyatakan dalam bahasa perilaku, dikarenakan tidak semua
perilaku dapat dinyatakan dengan alat evaluasi yang sama, maka evaluasi
menjadi salah satu hal yang sulit dan menantang, yang harus disadari oleh para
guru. Menurut undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 57 ayat (1), evaluassi dilakukan dalam rangka
pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas
penyelenggaraan

pendidikan

kepada

pihak-pihak

yang

berkepentingan,

diantaranya terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan. Beberapa


tingkah laku yang sering muncul serta menjadi perhatian para guru adalah tingkah
laku yang dapat dikelompokan menjadi tiga ranah, yaitu pengetahuan intelektual
(cognitives), keterampilan (skills)yang menghasilkan tindakan, dan bentuk lain
adalah values dan attitudes atau yang dikatagorikan ke dalam affective domain.
Evaluasi

harus

dilakukan

secara

sistematis

dan

kontinu

agar

dapat

menggambarkan kemampuan para siswa yang dievaluasi. Kesalahan utama yang


sering terjadi diantara para guru adalah bahwa evaluasi hanya dilakukan pada
saat tertentu, seperti pada akhir unit, pertengahan, dan atau akhir suatu program
pengajaran. Akibat yang terjadi adalah minimnya informasi tentang para siswa
sehingga menyebabkan banyaknya perlakukan prediksi guru menjadi biasa dalam
menentukan posisi mereka dalam kegiatan kelasnya. Dalam pengembangan
intruksional, evaluasi hendaknya dilakukan semaksimal mungkin dalam suatu
kegiatan, dianjurkan karena untuk mendapatkan informasi yang banyak tentang
kegiatan

siswa

di

kelas

dan

kemudian

digunakan

keterlaksanaan program seperti yang direncanakan.

untuk

menilai

tingkat

Evaluasi sebaiknya dikerjakan setiap hari dengan skedul yang sistematis dan
terancang. Ini dapat dilakukan oleh seorang guru dengan menempatkan secara
integral evaluasi dalam perencanaan dan implementasi satuan pelajaran materi
pembelajaran. Bagian penting lainnya yang mesti diperhatikan oleh seorang guru
adalah perlunya melibatkan siswa dalam evaluasi sehingga mereka secara sadar
dapat

mengenali

perkembangan

pencapaian

hasil

pembelajaran

mereka.

Pencapaian perkembangan siswa perlu diukur, baik posisi siswa sebagai individu
maupun posisinya didalam kegiatan kelompok. Hal yang demikian perlu disadari
oleh seorang guru karena pada umumnya siswa masuk kelas dengan kemampuan
yang bervariasi. Ada siswa yang cepat menangkap materi pelajaran, tetapi ada
pula yang tergolong memiliki kecepatan biassa dan ada pula yang tergolong
lambat. Guru dapat mengevaluasi pertumbuhan kemampuan siswa dengan
mengetahui apa yang mereka kerjakan pada awal sampai akhir belajar.
Pencapaian

belajar

ini

dapat

dievaluasi

dengan

melakukan

pengukuran

(measurement). Pencapaian belajar siswa dapat diukur dengan dua cara yaitu :
1.

Diukur dengan mengetahui tingkat ketercapaian standar yang ditentukan

2.

Melalui tugas-tugas yang dapat diselesaikan siswa secara tuntas

Mengukur

pencapaian

hasil

belajar

dapat

melibatkan

pengukuran

secara

kuantitatif yang menghasilkan data kuantitatif misalnya tes dan skor, dan dapat
pula mengukurdengan data kualitatif yang menghasilkan deskripsi tentang subjek
atau objeek yang diukur, misalnya rendah, medium,dan tinggi. Jadi, kegiatan
mengukur atau biasa disebut pengukuran tidak lain adalah bagian evaluasi yang
memiliki tujuan untuk menghasilkan data, baik secara kuantitatif maupun
kualitatif. Kegiatan evaluasi dapat mencakup deskripsi tingkah laku, baik secara
kuantitatif maupun kualitatif. Data kuantitatif dilengkapi dengan pengukuran, yang
digunakan untuk menentukan perkembangan dan pertumbuhan sisiwa, disamping
itu evaluasi kuantitatif juga diperlukan untuk menempatkan posisi seorang siwa
dalam kelompok atau kelasnya.
Ada kecendrungan bahwa sebagian guru melengkapi laporan evaluasinya dangan
evaluasi kualitatif yang didalamnya lebih banyak berisi informasi kualitatif.
Evaluasi kualitatif tidak selalu tepat, karena adanya faktor judgment atau

pertimbangan subjektivitas yang dibuat oleh guru. Judgment tersebut biasanya


bisa bervariasi dari waktu kewaktu karena dipengaruhi oleh banyak faktor, baik
yang berasal dari internal guru, misalnya empati, rasa iba, dan kedekatan
hubungan dengan peserta didik maupun faktor eksternal guru, seperti kebijakan
sekolah, faktor kolegial sesama guru atau atas nama citra lembaga. Ada
pengaman agar penilaian kualitatif dapat dilakukan dengan baik, diantaranya
adalah gunakan secara proporsional dengan tidak mengabaikan informasi yang
berupa angka,dismping itu, gunakan pula secara sistematis pertimbangan orang
lain atau mitra bestari untuk menilai evaluasi kualitatif.

B.

Karakteristik dan Fungsi Evaluasi

Kegiatan

evaluasi

dalam

proses

belajar

mengajar

mempunyai

beberapa

karakteristik penting, diantaranya adalah sebagai berikut :


1.

Memiliki implikasi tidak langsung terhadap siswa yang dievaluasi. Hal ini

terjadi misalnya seorang guru melakukan penilaian terhadap kemampuan yang


tidak tampak dari siswa. Apa yang dilakukan ia lebih banyak menafsir melalui
beberapa aspek penting yang diizinkan seperti melalui penampilan, keterampilan,
atau reaksi mereka terhadap suatu stimulus yang diberikan secara terencana.
2.

Lebih bersifat tidak lengkap. Dikarenakan evaluasi tidak dilakukan secara

kontinu maka hanya merupakan sebagian fenomena saja, atau dengan kata lain,
apa yang dievaluasi hanya sesuai dengan pertanyaan item yang direncanakan
oleh seorang guru.
3.

Mempunyai sifat kebermaknaan relatif, ini berarti hasil penilaian tergantung

pada tolok ukur yang digunakan oleh guru. Disamping itu, evaluasi pun tergantung
dengan tingkat ketelitian alat ukur yang digunakan. Sebagai conto, jika kita
mengukur objek dengan penggaris yang mempunyai ketelitian setengah milimeter
akan memperoleh hasil pengukuran yang kasar. Sebaliknya, jika seorng guru
mengukur dengan menggunakan alat mikrometer yang biasanya mempunyai
ketelitian 0,2 milimeter maka hasil pengukuran yang dilakukan akan memperoleh
hasil ukur yang lebih teliti.

Disamping karakteristik, evaluasi juga mempunyai fungsi yang bervariasi didalam


proses belajar mengajar. Menurut Cronbach (1963 : 236) menjelaskan evaluation
used to improved the course while it is still fluid contributes more to improvement
of education than evaluation used to appraise a product already on the
market. Cronbach

nampaknya

lebih

menekankan fungsi evaluasi untuk perbaikan, sedangkan Scriven (1967)


membedakan fungsi evaluasi menjadi dua macam, yaitu fungsi formatif dan fungsi
sumatif. Fungsi formatif dilaksanakan apabila hasil yang diperoleh dari kegiatan
evaluasi diarahkan untuk memperbaiki bagian tertentu atau sebagian besar
bagian

kurikulum

yang

sedang

dikembangkan.

Sedangkan

fungsi

sumatif

dihubungkan dengan penyimpulan mengenai kebaikan dari sistem secara


keseluruhan. Fungsi ini baru dapat dilaksanakan jika pengembangan program
pembelajaran telah dianggap selesai. Fungsi evaluasi memang cukup luas,
bergantung kepada dari sudut mana kita melihatnya. Bila kita lihat secara
menyeluruh, fungsi evaluasi adalah :
1.

Secara psikologis, peserta didik selalu butuh untuk mengetahui hinggamana

kegiatan yang telah dilakukan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Peserta
didik adalah manusia yang belum dewasa. Mereka masih mempunyai sikap dan
moral yang heteronom, membutuhkan pendapat orang-orang dewasa (seperti
orang

tua

dan

guru)

sebagai

pedoman

baginya

untuk

mengadakan

orientasi pada situasi tertentu. Dalam menentukan sikap dan tingkah


lakunya, mereka pada umumnya tidak berpegang kepada pedoman yang
berasal dari dalam dirinya, melainkan mengacu kepada norma-norma yang berasal
dari luar dirinya. Dalam pembelajaran, mereka perlu mengetahui prestasi
belajarnya, sehingga ia merasakan kepuasan dan ketenangan.
2.

Secara sosiologis, evaluasi berfungsi untuk mengetahui apakah peserta

didik sudah cukup mampu untuk terjun ke masyarakat. Mampu dalam arti peserta
didik dapat berkomunikasi dan beradaptasi terhadap seluruh lapisan masyarakat
dengan segala karakteristiknya. Lebih jauh dari itu, peserta didik diharapkan dapat
membina dan mengembangkan semua potensi yang ada dalam masyarakat. Hal
ini penting, karena mampu-tidaknya peserta didik terjun ke masyarakat akan

memberikan ukuran tersendiri terhadap institusi pendidikan yang bersangkutan.


Untuk itu, materi pembelajaran harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
3.

Secara didaktis-metodis, evaluasi berfungsi untuk membantu guru dala

menempatkan peserta didik pada kelompok tertentu sesuai dengan

kemampuan dan kecakapannya masing-masing serta membantu guru dalam


usaha memperbaiki proses pembelajarannya.
4.

Evaluasi berfungsi untuk mengetahui kedudukan peserta didik dalam

kelompok, apakah ia termasuk anak yang pandai, sedang atau kurang pandai. Hal
ini berhubungan dengan sikap dan tanggung jawab orang tua sebagai pendidik
pertama

dan

utama

di

lingkungan

keluarga.

Anda

dan

orang

tua

perlu mengetahui kemajuan peserta didik untuk menentukan langkah-langkah


selanjutnya.
5.
m

Evaluasi berfungsi untuk mengetahui taraf kesiapan peserta didik dala


menempuh program pendidikannya. Jika peserta didik sudah dianggap

siap (fisik dan non-fisik), maka program pendidikan dapat dilaksanakan.


Sebaliknya, jika peserta didik belum siap, maka hendaknya program
pendidikan tersebut jangan dulu diberikan, karena akan mengakibatkan

hasil

yang kurang memuaskan.


6.

Evaluasi berfungsi membantu guru dalam memberikan bimbingan dan

seleksi, baik dalam rangka menentukan jenis pendidikan, jurusan, maupun


kenaikan kelas. Melalui evaluasi, Anda dapat mengetahui potensi peserta
didik, sehingga dapat memberikan bimbingan sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Begitu juga tentang kenaikan kelas.
Jika

peserta

didik

menguasai kompetensi yang ditentukan, maka peserta didik tersebut

belum
jangan

dinaikkan ke kelas berikutnya atau yang lebih tinggi. Kegagalan ini merupakan
hasil keputusan evaluasi, karena itu Anda perlu mengadakan bimbingan yang lebih
profesional.

7.

Secara administratif, evaluasi berfungsi untuk memberikan laporan

tentang kemajuan peserta didik kepada orang tua, pejabat pemerintah yang
berwenang, kepala sekolah, guru-guru dan peserta didik itu sendiri.
Hasil
evaluasi dapat memberikan gambaran secara umum tentang semua hasil
usaha yang dilakukan oleh institusi pendidikan.
Sementara itu, Stanley dalam Oemar Hamalik (1989 : 6) mengemukakan secara
spesifik tentang fungsi tes dalam pembelajaran yang dikatagorikan ke dalam tiga
fungsi yang saling berinterelasi, yakni fungsi instruksional, fungsi administratif,
dan fungsi bimbingan.
1.

Fungsi intruksional

a.

Proses konstruksi suatu tes merangsang Anda untuk menjelaskan dan

merumuskan kembali tujuan-tujuan pembelajaran (kompetensi

dasar)

yang

bermakna. Jika Anda terlibat secara aktif dalam perumusan tujuan pembelajaran
(kompetensi dasar dan indikator), maka Anda akan terdorong untuk memperbaiki
program

pengalaman

belajar

bagi

peserta

didik, di samping akan memperbaiki alat evaluasi itu sendiri. Anda juga akan
merasakan bahwa kompetensi dasar dan indikator yang telah dirumuskan itu akan
bermakna bagi Anda dan peserta didik, sehingga akan memperkaya berbagai
pengalaman belajar.
b.

Suatu tes akan memberikan umpan balik kepada guru. Umpan balik

yang bersumber dari hasil tes akan membantu Anda untuk memberikan
bimbingan belajar yang lebih bermakna bagi peserta didik. Tes yang
dirancang dengan baik dapat dijadikan alat untuk mendiagnosis diri peserta
didik, yakni untuk meneliti kelemahan-kelemahan yang dirasakannya sendiri.
c.

Tes-tes yang dikonstruksi secara cermat dapat memotivasi peserta didik

melakukan kegiatan belajar. Pada umumnya setiap peserta didik ingin berhasil
dengan baik dalam setiap tes yang ditempuhnya, bahkan ingin lebih baik dari
teman-teman sekelasnya. Keinginan ini akan mendorongnya belajar lebih baik dan

teliti. Artinya, ia akan bertarung dengan waktu guna menguasai materi pelajaran
yang akan dievaluasi itu.
d.

Ulangan adalah alat yang bermakna dalam rangka penguasaan atau pe

mantapan belajar (overlearning).


bentuk review

latihan,

Ulangan ini dilaksanakan dalam

pengembangan

keterampilan

dan

konsep-konsep.

Pemantapan, penguasaan dan pengembangan ingatan (retention) akan

lebih

baik jika dilakukan ulangan secara periodik dan kontinu. Kendatipun peserta didik
dapat

menjawab

semua

pertanyaan

dalam

tes,

tetapi

ulangan

ini

tetap besar manfaatnya, karena penguasaan materi pelajaran akan bertambah


mantap.

2.

Fungsi administratif

a.

Tes merupakan suatu mekanisme untuk mengontrol kualitas suatu

sekolah atau suatu sistem sekolah. Norma-norma lokal maupun norma-norma


nasional

menjadi

dasar

untuk

melihat

untuk

menilai

keampuhan

dan kelemahan kurikuler sekolah, apalagi jika daerah setempat tidak memiliki
alat yang dapat dipergunakan untuk melaksanakan evaluasi secara periodik.
b.

Tes

berguna

untuk mengevaluasi program dan melakukan penelitian.

Keberhasilan suatu program inovasi dapat dilihat setelah diadakan pengukuran


terhadap

hasil

program

sesuai

dengan

tujuan

khusus

yang

telah ditetapkan. Percobaan metode mengajar untuk menemukan cara belajar


efektif dan efisien bagi para peserta didik, baru dapat dilaksanakan setelah
diadakan

serangkaian kegiatan eksperimen, selanjutnya dapat

diukur

keberhasilannya dengan tes.


c.

Tes dapat meningkatkan kualitas hasil seleksi. Seleksi sering dilakukan untuk

menentukan bakat peserta didik dan kemungkinan berhasil dalam studinya pada
suatu

lembaga

pendidikan.

Apakah

seorang

calon

memilih

keterampilan dalam mengemban tugas tertentu, apakah peserta didik


tergolong anak terbelakang, dan sebagainya. Hasil seleksi sering digunakan untuk
menempatkan

dan

mengklasifikasikan

peserta

didik

dalam

rangka

program bimbingan. Anda juga dapat menggunakan hasil tes untuk


menentukan apakah peserta didik perlu dibimbing, dilatih, diobati, dan diajari.
d.

Tes berguna sebagai alat untuk melakukan akreditasi, penguasaan

(mastery), dan sertifikasi. Tes dapat dipergunakan untuk mengukur kompetensi


seorang

lulusan.

Misalnya,

seorang

calon

guru

sudah

dapat

dikatakan memiliki kompetensi yang diharapkan setelah dia mampu


mendemonstrasikan

kemampuannya

di

dalam

kelas.

Untuk

mengetahui

tingkat penguasaan kompetensi, kemudian memberikan sertifikat,

diperlukan

pengukuran dengan alat tertentu, yaitu tes.

3.

Fungsi bimbingan

Tes sangat penting untuk mendiagnosis bakat-bakat khusus dan kemampuan


(ability) peserta didik. Bakat skolastik, prestasi, minat, kepribadian,
merupakan aspek-aspek penting yang harus mendapat perhatian dalam proses
bimbingan.

Informasi

dari

hasil

tes

standar (standarized

test)

dapat

membantu kegiatan bimbingan dan seleksi ke sekolah yang lebih tinggi,


memilih

jurusan/program

studi,

mengetahui

kemampuan,

dan

sebagainya.

Untuk memperoleh informasi yang lengkap sesuai dengan kebutuhan


bimbingan, maka diperlukan alat ukur yang memadai, seperti tes. Berdasarkan
penjelasan di atas, maka fungsi evaluasi pembelajaran adalah :
Pertama,

untuk perbaikan dan pengembangan sistem pembelajaran.

Sebagaimana Anda ketahui bahwa pembelajaran sebagai suatu sistem memiliki


berbagai komponen, seperti tujuan, materi, metoda, media, sumber belajar,
lingkungan, guru dan peserta. Dengan demikian, perbaikan dan pengembangan
pembelajaran harus diarahkan kepada semua komponen pembelajaran tersebut.
Kedua, untuk akreditasi. Dalam UU.No.20/2003 Bab 1 Pasal 1 Ayat 22 dijelaskan
bahwa akreditasi adalah kegiatan penilaian kelayakan program dalam satuan
pendidikan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Salah satu komponen
akreditasi adalah pembelajaran. Artinya, fungsi akreditasi dapat dilaksanakan jika

hasil

evaluasi

pembelajaran

digunakan

sebagai

dasar

akreditasi

lembaga

pendidikan. Sedangkan fungsi penilaian hasil belajar adalah :


1.

Fungsi formatif, yaitu untuk memberikan umpan balik

(feedback) kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran


dan mengadakan program remedial bagi peserta didik.
2.

Fungsi sumatif, yaitu untuk menentukan nilai (angka) kemajuan/hasil

belajar peserta didik dalam mata pelajaran tertentu, sebagai bahan untuk
memberikan laporan kepada berbagai pihak, penentuan kenaikan kelas dan
penentuan lulus-tidaknya peserta didik.
3.

Fungsi diagnostik, yaitu untuk memahami latar belakang (psikologis, fisik

dan lingkungan) peserta didik yang mengalami kesulitan belajar, dimana


hasilnya dapat digunakan sebagai dasar dalam memecahkan kesulitankesulitan tersebut.
4.

Fungsi penempatan, yaitu untuk menempatkan peserta didik dalam situasi

pembelajaran yang tepat (misalnya dalam penentuan program spesialisasi) sesuai


dengan tingkat kemampuan peserta didik.

C.

Prinsip-prinsip Umum Evaluasi

Untuk memperoleh hasil evaluasi yang lebih baik, Anda harus memperhatikan
prinsip-prinsip umum evaluasi sebagai berikut :
1.

Kontinuitas

Evaluasi tidak boleh dilakukan secara insidental, karena pembelajaran


sendiri

adalah

Anda

harus

melakukan evaluasi secara kontinu. Hasil evaluasi yang diperoleh pada

suatu

waktu

waktu

harus

suatu

proses

senantiasa

yang

kontinu.

dihubungkan

Oleh

dengan

sebab

itu,

itu

hasil-hasil

pada

sebelumnya, sehingga dapat diperoleh gambaran yang jelas dan berarti

tentang perkembangan peserta didik. Perkembangan belajar peserta didik tidak


dapat dilihat dari dimensi produk saja tetapi juga dimensi proses bahkan dari
dimensi input.
2.

Komprehensif, Dalam melakukan evaluasi terhadap suatu objek, Anda harus

mengambil seluruh objek itu sebagai bahan evaluasi. Misalnya, jika objek evaluasi
itu

adalah peserta didik, maka seluruh aspek kepribadian peserta didik itu

harus dievaluasi, baik yang menyangkut kognitif, afektif maupun psikomotor.


Begitu juga dengan objek-objek evaluasi yang lain.
3.

Adil dan objektif Dalam melaksanakan evaluasi, Anda harus berlaku adil

tanpa

pilih

kasih.

Semua peserta didik harus diperlakukan sama tanpa pandang bulu.

Anda

juga hendaknya bertindak secara objektif, apa adanya sesuai dengan kemampuan
peserta didik. Sikap like and dislike, perasaan, keinginan, dan prasangka yang
bersifat negatif harus dijauhkan. Evaluasi harus didasarkan atas kenyataan (data
dan fakta) yang sebenarnya, bukan hasil manipulasi atau rekayasa.
4.

Kooperatif, Dalam kegiatan evaluasi, Anda hendaknya bekerjasama dengan

semua pihak, seperti orang tua peserta didik, sesama guru, kepala sekolah,
termasuk dengan peserta didik itu sendiri. Hal ini dimaksudkan agar semua pihak
merasa puas dengan hasil evaluasi, dan pihak-pihak tersebut merasa dihargai.
5.

Praktis, Praktis mengandung arti mudah digunakan, baik bagi Anda sendiri

yang menyusun alat evaluasi maupun orang lain yang akan menggunakan alat
tersebut. Untuk itu, Anda harus memperhatikan bahasa dan petunjuk
mengerjakan soal.
Dalam konteks hasil belajar, Depdiknas (2003 : 7) mengemukakan prinsipprinsip umum penilaian adalah mengukur hasil-hasil belajar yang telah ditent
ukan dengan jelas dan sesuai dengan kompetensi serta tujuan pembelajaran
mengukur sampel tingkah laku yang representatif dari hasil belajar dan bahanbahan

yang

tercakup dalam pengajaran

mencakup jenis-

jenis instrumen penilaian yang


paling sesuai untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan direncanakan
sedemikian rupa agar hasilnya sesuai dengan yang digunakan secara khusus

dibuat dengan reliabilitas yang sebesar-besarnya dan harus ditafsirkan secara


hati-hati, dan dipakai untuk memperbaiki proses dan hasil belajar. Dalam penilaian
hasil belajar, Anda harus memperhatikan pula hal-hal sebagai berikut :
1.

Penilaian hendaknya dirancang sedemikian rupa, sehingga jelas abilitas yang

harus dinilai, materi yang akan dinilai, alat penilaian dan interpretasi hasil
penilaian.
2.

Penilaian harus menjadi bagian integral dalam proses pembelajaran.

3.

Untuk memperoleh hasil yang objektif, penilaian harus menggunakan

berbagai alat (instrumen), baik yang berbentuk tes maupun non-tes.


4.

Pemilihan alat penilaian harus sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan.

5.

Alat penilaian harus mendorong kemampuan penalaran dan kreatifitas

peserta didik, seperti : tes tertulis esai, tes kinerja, hasil karya peserta didik,
proyek, dan portofolio.
6.

Objek penilaian harus mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap

dan nilai-nilai.
7.

Penilaian harus mengacu kepada prinsip diferensiasi, yaitu memberikan

peluang kepada peserta didik untuk menunjukkan apa yang diketahui, apa yang
dipahami dan apa yang dapat dilakukan.
8.

Penilaian tidak bersifat diskriminatif. Artinya, guru harus bersikap adil dan

jujur kepada semua peserta didik, serta bertanggung jawab kepada semua pihak.
9.

Penilaian harus diikuti dengan tindak lanjut.

10. Penilaian harus berorientasi kepada kecakapan hidup dan bersifat mendidik.

D.

Jenis dan Cangkupan Evaluasi Pembelajaran

1.

Jenis-Jenis Evaluasi Pendidikan

Dilihat dari pengertian, karakteristik, fungsi, dan prisip evaluasi pembelajaran,


maka pada hakikatnya pembelajaran adalah suatu program. Artinya, evaluasi yang
digunakan dalam pembelajaran adalah evaluasi program, bukan penilaian
hasil belajar. Penilaian hasil belajar hanya merupakan bagian dari evaluasi
pembelajaran. Sebagai suatu program, evaluasi pembelajaran dibagi menjadi lima
jenis, yaitu :
1.

Evaluasi perencanaan dan pengembangan. Hasil evaluasi ini sangat

diperlukan untuk mendisain program pembelajaran. Sasaran utamanya


adalah memberikan bantuan tahap awal dalam penyusunan program
pembelajaran. Persoalan yang disoroti menyangkut tentang kelayakan dan
kebutuhan. Hasil evaluasi ini dapat meramalkan kemungkinan implementasi
program dan tercapainya keberhasilan program pembelajaran. Pelaksanaan
evaluasi dilakukan sebelum program sebenarnya disusun dan dikembangkan.
2.

Evaluasi monitoring, yaitu untuk memeriksa apakah program pembelajaran

mencapai sasaran secara efektif dan apakah program pembelajaran terlaksana


sebagaimana mestinya. Hasil evaluasi ini sangat baik untuk mengetahui
kemungkinan pemborosan sumber-sumber dan waktu pelaksanaan
pembelajaran, sehingga dapat dihindarkan.
3.

Evaluasi dampak, yaitu untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh

suatu program pembelajaran. Dampak ini dapat diukur berdasarkan kriteria


keberhasilan sebagai indikator ketercapaian tujuan program pembelajaran.
4.

Evaluasi efisiensi-ekonomis, yaitu untuk menilai tingkat efisiensi program

pembelajaran. Untuk itu, diperlukan perbandingan antara jumlah biaya,


tenaga dan waktu yang diperlukan dalam program pembelajaran dengan
program lainnya yang memiliki tujuan yang sama.
5.

Evaluasi program komprehensif, yaitu untuk menilai program pembelajaran

secara menyeluruh, seperti pelaksanaan program, dampak program, tingkat


keefektifan dan efisiensi.Sedangkan penilaian proses dan hasil belajar, dapat

dibagi menjadi empat jenis, yaitu penilaian formatif, penilaian sumatif, penilaian
diagnostik, dan penilaian penempatan.

2.

Cangkupan Evaluasi Pembelajaran

Tiga cangkupan penting yaitu evaluasi pembelajaran, evaluasi program, dan


evaluasi sistem. Hal ini sesuai dengan Pasal 57 ayat 2, UURI No. 20 Tahun 2003,
evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan pada
jalur formal dan nonformal untuk semua jenjang satuan dan jenis pendidikan.
Evaluasi pembelajaran merupakan inti bahasan evaluasi yang kegiatannya dalam
lingkup proses belajar mengajar. Evaluasi pembelajaran kegiatannya termaksut
kegiatan evaluasi yang dilakukan oleh seorang guru dalam menyampaikan materi
pembelajaran kepada siswa. Bagi seorang guru, evaluasi pembelajaran adalah
media yang tidak terpisahkan dari kegiatan mengajar, karena melalui evaluasi
seorang guru akan mendapatkan informasi tentang pencapaian hasil belajar.
Disamping itu, dengan evaluasi seorang guru juga akan mendapatkan informasi
tentang materi yang telah ia gunakan.
Evaluasi program mencakup pokok bahasan yang lebih luas, cangkupan bisa
dimulai dari evaluasi kurikulum sampai pada evaluasi program dalam suatu bidang
studi. Sesuai dengan cangkupan yang lebih luas maka yang menjadi objek
evaluasi program juga dapat bervariasi,termaksut diantaranya kebijakan program,
implementasi program, dan efektivitas program.
Evaluasi sistem merupakan evaluasi dibidang yang paling luas. Macam-macam
kegiatan yang termaksut evaluasi sistem diantaranya evaluasi diri, evaluasi
internal, evaluasi eksternal, dan evaluasi kelembagaan untuk mencapai tujuan
tertentu suatu lembaga, sebagai contoh evaluasi akreditas lembaga pendidikan.
Secara garis besar evaluasi pembelajaran dibedakan menjadi tiga macam luasan,
yaitu pencapaian akademik, kecakapan (aptitude) dan penyesuaian personal
sosial.

E.

1.

Kedudukan dan Tujuan Evaluasi

Kedudukan Evaluasi

Proses pendidikan merupakan proses pemanusiaan manusia, dimana di dalamnua


terjadi proses membudayakan dan memberadapkan manusia. Agar terbentuk
manusia yang berbudaya dan beradab, maka diperlukan transformasi kebudayaan
dan peradaban. Masukan dalam proses pendidikan adalah siswa dengan segala
karakteristik dan keunikannya. Untuk memastikan karakteristik dan keunikan siswa
yang akan masuk dalam transformasi, diperlukan evaluasi terhadap masukakan.
Tranformasi dalam proses pendidikan adalah proses untuk membudayakan dan
memberadabkan siswa. Keberhasilan transformasi untuk menghasilkan keluaran
seperti yang diharapakan dipengaruhi dan atau ditentukan oleh bekerjabya
komponen/usur yang ada didalam lembaga pendidikan. Unsur-unsur transformasi
dalam proses pendidikan meliputi :
a.

Pendidikan dan Personal Lainya

b.

Isi Pendidikan

c.

Teknik

d.

System Evaluasi

e.

Sarana Pendidikan

f.

System Administrasi

Untuk mengetahui efesiensi dan efektivitas transformasi dalam proses pendidikan


perlu dilaksanakan evaluasi terhadap bekerjanya unsure-unsur transformasi.
Keluaran dalam proses pendidikan adalah siswayang semakin berbudaya dan
beradap sesuai dengan tujuan yang ditatapkan. Umpan balik dalam proses

pendidikan adalah segala informasi yang berhasil diperoleh selama proses


pendidikan yang digunakan sebagai badan pertimbangan untuk perbaikan
masukan dan transformasi yang ada dalam proses. Adanya umpan balik yang
akurat sebagai hasil evaluasi yang akurat pula, akan memudahkan kegiatan
perbaikan proses pendidikan.
Apabila kita perhatikan uraian sebelumnya, kita melihat bahwa setiap unsure yang
ada pada proses transformasi pendidikan membutuhkan kegiatan evaluasi.
Dengan demikian jelaslah bahwa kedudukan evaluasi dalam proses pendidikan
bersifat integrative. Artinya setiap ada proses pendidikan pasti ada evaluasi mulai
sejak siswa akan memasuki proses pendidikan, selama proses pendidikan, dan
berfikir pada satu tahap proses pendidikan. Untuk mengetahui dan menetapkan
siswa apakah sudah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan lembaga
pendidikan atau belum, diperlukan juga kegiatan evaluasi. Sehingga dengan
adanya evaluasi tersebut juga akan dihasilkan umpan balik, yang mana maksud
dari umpan balik ini adalah segala informasi yang berhasil diperoleh selama proses
pendidikan

yang

digunakan

sebagai

bahan

petimbangan

untuk

perbaikan

masukan dan transformasi yang ada dalam proses. Dimana umpan balik ini
berfungsi

sebagai

bahan

pertimbangan

untuk

perbaikan

masukan

dan

transformasi yang ada dalam proses. Dari penjelasan tersebut dapat kita ketahui
bahwa kedudukan evaluasi dalam pendidikan sangatlah penting, karena dalam
setiap proses pendidikan memerlukan kegiatan evaluasi untuk tujuannya masingmasing.

2.

Tujuan Pendidikan

Dari uraian sebelumnya, tentunya kita mendapatkan gambaran mengenai tujuan


evaluasi dalam
pendidikan

pendidikan. Jadi

adalah

untuk

tujuan utama

mendapatkan

melakukan evaluasi dalam

informasi

yang

akurat

mengenai

pencapaian tujuan instruksional oleh siswa, sehingga dapat diupayakan tindak


lanjutnya yang merupakan fungsi dari evaluasi. Selain itu juga ada beberapa
tujuan evaluasi yaitu sebagai berikut :
a.

Menilai ketercapaian tujuan.

Ada keterkaitan antara tujuan belajar, metode evaluasi, dan cara belajar siswa.
Cara evaluasi biasanya akan menentukan cara belajar siswa, sebaliknya tujuan
evaluasi akan menentukan metode evaluasi yang digunakan oleh seorang guru.
b.

Mengukur macam-macam aspek pelajaran yang bervariasi.

Belajar dikategorikan sebagai kognitif, afektif, dan psikomotorik. Batasan tersebut


umumnya dikaitak sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai. Semua tipe
belajar sebaiknya dievaluasi dalam proporsi yang tepat. Jika guru menyatakan
proporsi sama maka siswa dapat menekankan dalam belajar dengan proporsi yang
digunakan guru dalam mengevaluasi sehingga mereka dapat menyesuaikan dalam
belajar. Guru memilih sarana evaluasi pada umumnya sesuai dengan tipe tujuan.
Proses ini menjadikan lebih mudah dilaksanakan, jika seorang guru menyatakan
tujuan dan merencanakan evaluasi secara berkaitan.
c.

Memotivasi belajar siswa.

Evaluasi juga harus dapat memotivasi belajar siswa. Guru harus menguasai
bermacam-macam teknik memotivasi, tetapi masih sedikit di antara guru-guru
yang mengetahui teknik motivasi yang berkaitan dengan evaluasi. Dari penelitian
menunjukkan bahwa evaluasi memotivasi belajar siswa sesaat memang betul,
tetapi untuk jangka panjang masih diragukan, Hasil evaluasi menstimulasi
tindakan siswa. Rating hasil evaluasi yang baik dapat menimbulkan semangat atau
dorongan

untuk

meningkatkan

atau

mempertahankannya

yang

akhirnya

memotivasi belajar siswa secara kontinu.


d.

Menjadikan hasil evaluasi sebagai dasar perubahan kurikulum.

Keterkaitan evaluasi dengan instruksional adalah sangat erat. Hal ini karena
evaluasi merupakan bagian dari instruksional. Di samping itu, antara instruksional
dengan kurikulum saling berkaitan. Beberapa guru seringkali mengubah prosedur
evaluasi dan metode mengajar yang menurut mereka penting dan cocok,
perubahan itu akan tepat, jika memang didasarkan pada hasil evaluasi secara
luas.
e.

Menentukan tindak lanjut hasil penilaian.

Yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan


dan pengajaran serta strategi pelaksanaannya. Kegagalan para siswa dalam hasil
belajar yang dicapainya hendaknya tidak dipandang sebagai per pada diri siswa
semata-mata, tetapi juga bias disebabkan oleh kesalahan strategi dalam
melaksanakan program pengajaran. Misalnya kekurangtepatan dalam memilih
metode dan alat bantu mengajar.

F.

Metode Evaluasi

Pada situasi kelas yang sebenarnya,di mana seorang guru misalnya memiliki 24
siswa atau lebih,perlu melakukan evaluasi dengan cara yang baik untuk mencapai
tujuan itu,perlu meguasai macam-macam metode untuk melakukan evaluasi yang
relevan.secara garis besar,metode evaluasi dalam pendidikan dapat dibedakan
menjadi dua,yaitu tes objektif dan tes esai. Tes objektif pada umumnya disebut
juga sebagai alat evaluasi gunamengungkap atau menghafal kembali dan
mengenal materi yang di berikan.
Pertanyaan esai pada umumnya dapat di bedaakan ke dalam dua jawaaban
berbeda,yaitu jawaban terbatas dan jawaban luas.biasannya digunakan untuk
menerangkan, mengontrasikan, menunjukan hubungan memberikan pembuktian,
menganalisis perbedaan,menarik kesimpulan, dan menggenerelisasi pengetahuan
peserta didik.

G.

Tiga Batasan Penting Dalam Evaluasi

Ada tiga batasan dalam evaluasi yang memiliki makna berbeda, tetapi sering
diartikan sama oleh sebagian guru. Tiga batasan tersebut, yaitu evaluasi,
pengukuran, dan tes.

Pertama, evaluasi menurut Cross (1973) diartikan sebagai evaluasi merupakan


proses yang menentukan keadaan dimana tujuan dapat dicapai, sedangkan Good
(1973) memberikan batasan seperti berikut evaluation is a process of making an
assessment of a students grown. Batasan ini sering digunakan sama dengan arti
evaluasi adalah assessment is a process by whichas many data as possible are
gathered and used to evaluate a person more a accurately
Kedua, batasan lain yang juga penting dalam pembahasan evaluasi yaitu batasan
tentang pengukuran (measurement), pengukuran merupakan batasan luas,
pengukuran ini lebih spesifik cangkupanya, yaitu testing dan scaling. Pada proses
pengukuran, fenomena dari objek ditransfer kedalam satuan angka, agar para
guru dapat memberikan makna yang relevan. Dalam pengukuran perilaku
digunakan alat ukur yang berbeda dengan para guru pendidikan teknologi
kejuruan, dimana objek yang diukur mungkin benda konkret yang mempunyai
bentuk teratur. Dalam kaitannya dengan perubahan perilaku atau penguasaan
hasil belajar guru menggunakan salah satu cara yaitu dengan melakukan testing.
Ketiga, tes yang merupakan prosedur sistematis yang direncanakan oleh evaluator
guna membandingkan perilaku dua orang siswa atau lebih. Dalam kenyataannya
tes pada umumnya terdiri atas sekumpulan pertanyaan atau tugas yang harus
dijawab oleh para peserta didik. Tujuan testing lebih lanjut dikatakan bahwa tes
adalah untuk menghasilkan pertanyaan yang mewakili karakteristik siswa yang
hendak direncanakan untuk diukur, peristiwa ulangan dalam proses pembelajaran
pada umumnya merupakan penggunaan dari tes dimana pada unit-unit silabus
yang telah direncanakan guru yang memberikan tes untuk dijawab oleh para
siswa.

H.

Langkah-Langkah Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran

Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran yaitu :

a.

Langkah Perencanaan

Tidak akan berlebihan kiranya kalau diketahui di sini bahwa, sukses yang akan
dapat dicapai oleh suatu program evaluasi telah turut ditentukan oleh memadai
atau tidaknya langkah-langkah yang dilaksanakan dalam perencanaan ini. Sukses
atau tidaknya suatu program evaluasi pada hakikatnya turut menentukan oleh
baik tidaknya perencanaan. Makin sempurna kita melakukan langkah pokok
perencanaan ini makin sedikitlah kesulitan-kesulitan yang akan kita jumpai dalam
melaksanakan langkah-langkah berikutnya.

b.
Soal

Langkah Pengumpulan Data


pertama

yang

kita

hadapi

dalam

melakukan

langkah

ini

ialah

menentukandata apa saja yang kita butuhkan untuk melakukan tugas evaluasi
yang kita butuhkan untuk melakukan tugas evaluasi yang kita hadapi dengan baik.
Kalau kita rangkumkan kembali uraiannya maka kita dapat jalan pikiran yaitu
rumusan tentang tugas kita sebagai seorang pengajar dalam suatu usaha
pendidikan menghasilkan ketentuan-ketentuan tentang tujuan yang harus kita
capai dengan materi yang kita ajarkan.

c.

Langkah Penelitian Data

Data yang telah terkumpul harus disaring lebih dahulu sebelum diolah lebih lanjut,
proses penyaringan ini kita sebut penelitian data atau verifikasi data dan
maksudnya ialah untuk memisahkan data yang baik yang akan dapat
memperjelas gambaran yang akan kita peroleh mengenai individu yang sedang
kita evaluasi, dari data yang kurang baik yang hanya akan merusak atau
mengaburkan gambaran yang akan kita peroleh apa bila turut kita olah juga. Oleh
karna itu kita selalu menyadari baik buruknya setiap data yang kita pergunakan
untuk memperoleh data langsung dari orang yang bersangkutan oleh karena itu

dalam evaluasi yang baik, kkita selalu berusaha untuk hanya mempergunakan
alat-alat yang sebaik-baiknya yang tersedia bagi kita.

d.

Langkah-Langkah Pengolahan Data

Langkah pengolahan data dilakukan untuk memberikan makna terhadap data


yang pada kita. Jadi hal ini berarti bakwa tanpa kita olah, dan diatur lebih dulu
data itu sebenarnya tidak dapat menceritakan suatu apapun kepada kita. Sering
sekali seorang memiliki data yang cukup lengkap tentang seorang murid atau
sekelompok murid yang sedang dievalusinya tetapi karena ia kurang pandai
mengolah data yang dimilikinya tadi tidak banyaklah arti atau makna yang dapat
dikeluarkannya dari datanya. Fungsi pengolahan data dalam proses evaluasi yang
perlu disadari benar-benar pada tarafmemperoleh gambaran yang selengkaplengkapnya tentang diri orang yang sedang di evaluasi.

e.

Langkah Penafsiran Data

Kalau kita perhatikan segenap uraian yang telah di sajikan mengenai langkah data
tadi akan segera tampak pada kita bahwa memisahkan langkah penafsiran dari
langkah pengolahan sebenarnya merupakan suatu pemisahan yang terlalu dibuatbuat. Memang dalam praktek kedua langkah ini tidak dipisah-pisahkan kalau kita
melakukan suatu pengolahan terhadap sekumpulan data, dengan sendirinya kita
akan memperoleh tafsir makna data yang kita hadapi.

f.

Langkah Meningkatkan Daya Serap Peserta Didik

Hasil pemikiran memiliki fungsi utama untuk memperbaiki tingkat penguasaan


peserta didik. Hasil pengukuran secara umum dapat dikatakan bisa membantu,
memperjelas tujuan instruksional, menentukan kebutuhan peserta didik, dan
menentukan keberhasilan peserta didik dalam suatu proses pembelajaran.

g.

Laporan Hasil Penelitian


Pada akhir penggal waktu proses pembelajaran, antara lain akhir catur wulan,

akhir semester, akhir tahun ajaran, akhir jenjang per sekolahan, diperlukan suatu
laporan kemajuan peserta didik, yang selanjutnya merupakan laporan kemajuan
sekolah. Laporan ini akan memberikan bukti sejauh mana pendidikan yang
diharapkan oleh anggota masyarakat khususnya orang tua peserta didik dapat
tercapai.

I.

Persamaan dan Perbedaan Evaluasi Dengan Penilaian

Persamaan

evaluasi

dengan

penilaian

adalah keduanya mempunyai pengertian menilai atau


menentukan nilai sesuatu. Di samping itu, alat yang digunakan untuk
mengumpulkan datanya juga sama. Sedangkan perbedaannya terletak pada ruang
lingkup (scope) dan pelaksanaannya. Ruang lingkup penilaian lebih sempit dan
biasanya hanya terbatas pada salah satu komponen atau aspek saja, seperti
prestasi belajar peserta didik. Pelaksanaan penilaian biasanya dilakukan dalam
konteks

internal,

yakni

orang-orang

yang

menjadi

bagian

atau terlibat dalam sistem pembelajaran yang bersangkutan. Misalnya,


guru menilai prestasi belajar peserta didik, supervisor menilai kinerja

guru,

dan sebagainya. Ruang lingkup evaluasi lebih luas, mencakup semua komponen
dalam

suatu

sistem

(sistem

pendidikan,

sistem

kurikulum,

system

pembelajaran) dan dapat dilakukan tidak hanya pihak internal (evaluasi


internal) tetapi juga pihak eksternal (evaluasi eksternal), seperti konsultan
mengevaluasi suatu program. Evaluasi dan penilaian lebih bersifat komprehensif
yang

meliputi

pengukuran,

sedangkan tes merupakan salah satu alat (instrument) pengukuran.


Pengukuran lebih membatasi kepada gambaran yang bersifat kuantitatif
(angka-angka) tentang kemajuan belajar peserta didik (learning progress) ,

sedangkan evaluasi dan penilaian lebih bersifat kualitatif. Di samping itu, evaluasi
dan penilaian pada hakikatnya merupakan suatu proses membuat keputusan
tentang nilai suatu objek. Keputusan penilaian (value judgement) tidak hanya
didasarkan

kepada

hasil

pengukuran (quantitative

description)

tetapi dapat pula didasarkan kepada hasil pengamatan dan wawancara


(qualitative description).

J.

Hubungan Antara Evaluasi dan Pengukuran

Hubungan antara evaluasi pengukuran, dan tes adalah sangat erat, saling
mendukung

dalam

usaha

seorang

pendidik

memperoleh

informasi

yang

komprehensif terhadap peserta didik. Evaluasi pendidikan merupakan proses


dimana seorang guru menggunakan informasi yang diturunkan dari beberapa
sumber informasi agar dapat mencapai tingkat pengambilan keputusan dengan
benar.

Informasi

mungkin

diperoleh

dari

hasil

pengukuran

menggunakan

instrumen untuk menghasilkan data kuantitatif. Teknik lain yang termaksut teknik
alat pengumpulan informasi diantaranya ceklis-observasi,angket-wawancara, dan
dokumentasi. Teknik tersebut, selain menghasilkan data yang tanpa pengukuran,
juga mampu memberikan informasi penting sebagai materi yang hendak dijadikan
landasan terpercaya dalam pengambilan keputusan tentang peserta didik.
Evaluasi bisa dilakukan baik melalui pengukuran maupun tanpa pengukuran,
dimana siswa memiliki sifat yang diindentifikasi dan dimodifikasi sebagai hasil
pengalaman pendidikan. Keberadaan alat pengukuran yang baik, dapat membantu
guru dalam pengambilan keputusan. Evaluasi merupakan proses inklusif dari
pengukuran, sedangkan pengukuran hanyalah bagian dari evaluasi, walaupun
demikian, pengukuran merupakan bagian yang sangat substantial dari evaluasi.
Keberadaan pengukuran melengkapi informasi yang lebih pasti, karena simbol
fenomena peserta didik diungkapkan dalam bentuk kuantitas sehingga lebih
mudah dipahami oleh yang bersangkutan.

BAB III
PENUTUP

A.

Kesimpulan

Dari

pembahasan

diatas

dapat

disimpulkan

bahwa Evaluasi

pembelajaran

sangatlah penting dikalangan para calon pendidik, karena evaluasi termasuk


sangat penting bagi pendidik untuk mengetahui kemampuan dari siswa yang di
ajar.
Pada dasarnya peserta didik memiliki tiga ranah keluaran belajar, yaitu ranah
kognitif, afektif, danpsikomotor. Dalam setiap pembelajaran, ranah ini diharapkan
oleh pendidik dapat berkembang dengan baik. Untuk mengetahui perkembangan
ketiga ranah itu, dilakukanlah kegiatan evaluasi. Hal ini tentu saja bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran telah dicapai oleh peserta didik.
Selain itu, evaluasi tentu saja dapat membantu pendidik untuk mengetahui
kemampuan-kemampuan

yang

dimiliki

kemampuan-kemampuan

siswa

tersebut,

oleh

siswa.

pendidik

Dengan

dapat

mengetahui

mengetahui

dan

sekaligus membimbing peserta didik yang masih kurang mampu memahami


materi pelajaran yang telah mereka ajarkan.
Kegiatan evaluasi tentu saja tak dapat dilakukan tanpa prosedur yang jelas. Ada
prinsip-prinsip evaluasi yang sepatutnya diterapkan oleh peserta didik. Tanpa
mengikuti prinsip ini dikhawatirkan hasil evaluasi tidak akan valid, tidak
reliabilitas, tidak objektif, dan tidak praktis menggambarkan kemampuan belajar
peserta didik.

B.

Saran

Hendaknya seorang pendidik dapat mengaplikasikan evaluasi terhadap kegiatan


belajar mengajar yang dilakukan di suatu lembaga pendidikan karena dengan
adanya evaluasi ini akan dapat menunjang kualitas dan mutu pendidikan
kita. Sebagaimana evaluasi hasil belajar dan pembelajaran yang telah diuraikan
diatas sangatlah penting karena dengan adanya hal tersebut kita dapat belajar
bagaimana cara mengevalausi dari kegiatan belajar mengajar

apakah sudah

dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA

Nurkancana,

Wayan

dan

Sumartana,

P.P.N.

1983. Evaluasi

Pendidikan.

Surabaya: Usaha Nasional.


Arifin, Zaenal. 2010. Evaluasi Pembelajaran. PT Remaja Rosdakarya : Bandung.
Sukardi, 2009. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, Bumi Aksara :
Jakarta.

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang

Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah evaluasi
pembelajaran. Kompetensi ini sejalan dengan tugas dan tanggung jawab guru
dalam pembelajaran, yaitu mengevaluasi pembelajaran. Termasuk di dalamnya
melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar. Kompetensi tersebut sejalan pula
dengan instrumen penilaian kemampuan guru, yang salah satu indikatornya
adalah melakukan evaluasi pembelajaran. Hal ini menunjukan bahwa pada semua
model kompetensi dasar guru selalu menggambarkan dan mensyaratkan adanya
kemampuan

guru

dalam

mengevaluasi

pembelajaran.

Sebab

kemampuan

melakukan evaluasi pembelajaran merupakan kemampuan dasar yang mutlak


harus dimiliki oleh setiap guru dan calon guru.
Pemaparan ini menurut kami sangat penting terutama bagi kita yang benar-benar
diorientasikan untuk menjadi seorang guru. Sebelum mengenal lebih jauh dan
mendalam tentang evaluassi pembelajaran, alangkah baiknya kita mengetahui
tentang konsep dasar evaluasi pembelajaran. Nah kami mencoba menyusun
makalah yang berisikan konsep dasar pembelajaran agar bisa membantu dalam
memahami tugas kita sebagai calon guru.

B.

Rumusan Masalah

Dari uraian di atas kami dapat menyederhanakan dalam bentuk pertanyaanpertanyaan yang menjelaskan isi dari pembahasan makalah ini
1.

Sebutkan

beberapa

pengertian

dari

evaluasi

( assesment) dan pengukuran ( measurement)?

evaluation),

penilaian

2.

Apa tujuan dari evaluasi pembelajaran?

3.

Adakah fungsi dari evaluasi pembelajaran itu sendiri?

4.

Apa sajakah prinsip-prinsip dari evaluasi pembelajaran?

5.

Dan

bagaimana

kedudukan

evaluasi

pembelajaran

dalam

proses

pembelajaran itu?
6.

Meliputi apa sajakah ruang lingkup dari evaluasi pembelajaran itu?

7.

Bagaimana peranan evaluasi pembelajaran dalam proses pembelajaran?

BAB II
PEMBAHASAN
Konsep Dasar Evaluasi Pembelajaran

A.

Pengertian Evaluasi, Penilaian dan Pengukuran

Ada tiga istilah yang digunakan dan perlu disepakati pemakainannya, sebelum
disampaikan

uraian

lebih

jauh

tentang

evaluasi

program,

yaitu

Evaluasi (evaluation) Pengukuran (measurement) dan Penilaian (assesment).


Adapun beberapa penjelasan ketiga hal tersebut di atas adalah sebagai berikut :

1.

Evaluasi

Evaluasi

berasal

dari

kata evaluation,

kata

tersebut

diserap

kedalam

pembendaharaan istilah bahasa Indonesia dengan tujuan mempertahankan kata


aslinya dengan sedikit penyesuaian lafal Indonesia menjadi Evaluasi.

Menurut kamus Oxford Advanced Learners Dictionary of Current English[1] ( AS


Hornby, 186) evaluasi adalah to find out, decide the amount or value yang artinya
suatu upaya untuk menentukan nilai atau jumlah. Dari kalimat itu menunjukan
bahwa kegiatan evaluasi harus dilakukan secara hati-hati, bertanggung jawab,
menggunakan strategi, dan dapat dipertanggungjawabkan.
Suchman ( 1961 dalam Anderson, 1975 ) memandang evaluasi sebagai sebuah
proses

menentukan

hasil

yang

telah

dicapai

beberapa

kegiatan

yanng

direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan[2].


Worthen dan Sanders ( 1973 dalam Anderson, 1971 ) evalusi adalah kegiatan
mencari sesuatu yang berharga tentang sesuatu, dalam mencari sesuatu tersebut,
juga termassuk mencari informasi yang bermanfaat dalam menilai keberadaan
suatu program, produksi, prosedur, serta alternatif strategi yang diajukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan[3].
Stufflebeam ( 1971, dalam Fernandes 1984 ) evalusi merupakan proses
penggambaran, pencarian, dan pemberian informasi yang sangat bermanfaat bagi
pengambil keputusan dalam menentukan alternatif keputusan[4].
Dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 ayat 21
dijelaskan

bahwa

evaluasi

pendidikan

adalah

kegiatan

pengendalian,

penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen


pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk
pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan.
Evaluation is a process which determines the extent to which objectives have
been achieved.[5](Evaluasi merupakan proses yang menentukan kondisi, dimana
suatu tujuan telah dapat dicapai.).
Definisi ini menerangkan secara langsung hubungan evaluasi dengan tujuan suatu
kegiatan yang mengukur derajat, dimana suatu tujuan bisa dicapai.
Menurut Grondlund dan Linn[6] Mengatakan bahwa evaluasi pembelajran
adalah suatu proses mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasi informasi
secaras

sistematik

pembelajaran.

untuk

menetapkan

sejauh

mana

ketercapaian

tujuan

Carl H. Whiterington (1952)


an evaluation is a declaration that shomething has or does not have value[7]
Wand and Brown ( 1957)
.....refer

to

the

act

or

procces

to

determining

the

value

of

something menegaskan pentingnya value (nilai) dalam evaluasi. Padahal dalam


evaluasi bukan hanya berkaitan dengan nilai akan tetapi juga arti atau makna.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah
kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu yang
selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat
dalam mengambil sebuah keputusan.
Dalam evaluasi selalu mengandung proses. Proses evaluasi harus tepat terhadap
tipe tujuan yang biasanya dinyatakan dalam bahasa perilaku. Dikarenakan tidak
semua perilaku dapat dinyatakan dengan alat evaluasi yang sama, maka evaluasi
menjadi salah satu hal yang sulit dan menantang yang harus disadari oleh para
guru.

2.

Pengukuran

Pengukuran adalah pemberian angka pada suatu atribut atau karakteristik tertentu
yang dimiliki oleh orang atau objek lain menurut aturan atau formulasi yang jelas.
Karakteristik dari pengukuran adalah penggunaan angka atau skala tertentu dan
penggunaan aturan atau formula tertentu[8]. Misalnya, untuk mengukur berat
atau tinggi badan seseorang kita akan dengan mudah melakukannya karena alat
ukur dan formulasinya telah diketahui secara umum.
Pengukuran menjadi kompleks dan rumit bila kita dihadapkan pada pengukuran
tentang

kecepatan

cahaya,

ketinggian

puncak

gunung,

daya

penglihatan,

kemampuan pendengaran, kecerdasan, kematangan, dan kepribadian seseorang.


Alat ukur dan formulasinya sangat khusus dan hanya orang yang ahli di bidangnya
yang bisa melakukannya. Dengan kata lain, tidak semua orang bisa melakukan
pengukuran dalam semua bidang dengan baik. Demikian juga halnya dengan

pengukuran dalam dunia pendidikan, yang pada umumnya hanya bisa dilakukan
oleh orang-orang ahli di bidang pendidikan.
Kemampuan ini merupakan kemampuan profesional guru. Tanpa melakukan
pengukuran, seorang guru tidak akan mengetahui kemajuan proses belajar
mengajar yang dikelolanya. Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui ada dua
karakter pengukuran, yakni pemakaian angka atau skala tertentu, dan pemakaian
aturan atau formula tertentu.
Ahman dan Glock dalam S. Hamid Hasan ( 1988) menjelaskan in the last
analysis measurement is only a part, although a very substansial part of
evaluation.

It

provides

information

upon

which

an

evaluotion

can

be

based...Education measurement is the process that attemps to obtain a quantified


representation of the degree to which a trait is possessed by a pupil.[9]
Pengukuran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitaas
sesuatu. Kata sesuatu bisa berarti peserta didik, guru, gedung sekolah, meja
belajar,dan sebagainya.
3.

Penilaian

Istilah

penilaian

merupakan

alih

istilah assessment Depdikbud[10] mengemukakan

bahasa

Penilaian

dari

adalah

suatu

kegiatan untuk memberikan berbagai informasi secara berkesinambbungan dan


menyeluruh tentang proses dan hasil yang telah dicapai siswa.
Menurut Hamid Hasan sebagai proses sistematik untuk menentukan hasil
belajar peserta didik, dalam bidang pendidikan assesment sering dikaitkan dengan
pencapaian kurikulum dan digunakan untuk mengumpulkan informasi berkenaan
dengan proses pembelajaran dan hasilnya, dengan demikian assesment dapat
diartikan

sebagai

proses

pembelajaran

yang

dilakukan

secara

sistematis,

digunakan untuk mengungkapkan kemampuan siswa secara individu untuk


menentukan pencapaian hasil belajar dalam rangka pencapaian kurikulum.
Penilaian adalah penentuan harga berdassarkan pengumpulan informasi yaitu
untuk membandingkan hasil pengukuran/pengujian dengan tolok ukur ( norma
atau kriteria ). Hasil penilaian berupa gambaran yang menunjukan jumlah atau

deskripsi kualitatif. Penilaian dilaksanakan pada saat proses akhir kegiatan secara
terpadu.
Penilaian merupakan suatu proses pengumpulan, pelaporan dan pengggunaan
informasi tentang hasil belajar siswa ( perorangan atau kelompok ) yang diperoleh
melalui pengukuran. Penilaian bertujuan untuk menganalisis atau menjelaskan
unjuk kerja/prestasi siswa dalam mengerjakan tugas-tugas yang terkait dan
mengefektifkan

penggunaan

informasi

tersebut

untuk

mencapai

tujuan

pendidikan.

Evaluasi lebih luas ruanglingkupnya daripada penilaian, sedangkan penilaian lebih


terfokus pada aspek tertentu saja yang merupakan bagian dari ruang lingkup
tersebut. Jika hal yang ingin dinilai adalah sistem pembelajaran, maka ruang
lingkupnya adalah semua komponen pembelajaran, dan istilah yang tepat untuk
menilai sistem pembelajaran adalah evaluasi, bukan penilaian.
Jika yang ingin dinilai satu atau beberapa bagian atau komponen pembelajaran,
misalnya hassil belajar maka istilah yang tepat digunakan adalah penilaian, bukan
evaluasi. Kalau evaluasi dan penilaian bersifat kualitatif, maka pengukuran bersifat
kuantitatif yang diperoleh dengan menggunakan alat ukur atau instrumen yang
standar (baku).

B.

Syarat dan Tujuan Evaluasi Pembelajaran

Suatu

evaluasi

perlu

memenuhi

beberapa

syarat

sebelum

diterapkan

kepada siswa yang kemudian direfleksikan dalam bentuk tingkah laku. Evaluasi
yang baik harus mempunyai syarat-syarat seperti berikut :
Valid
Andal
Objektif
Seimbang

Membedakan
Norma
Fair
Praktis

Disamping kedelapan persyaratan yang perlu ada dalam kegiatan evaluasi ada
beberapa tujuan mengapa evaluasi dilakukan oleh setiap guru. Selain untuk
melengkapi penilaian, secara luas evaluasi dibatasi sebagai alat penilaian
terhadap faktor-faktor penting suatu program termasuk situasi, kemampuan,
pengetahuan, dan perkembangan tujuan. Minimal ada 6 tujuan evaluasi dalam
kaitannnya dengan belajar mengajar.
Menilai ketercapaian ( attainment) tujuan. Ada keterkaitan antara tujuan
belajar, metode evaluasi, dan cara belajar siswa, sebaliknya tujuan evaluasi akan
menentukan metode evaluasi yang digunakan oleh seorang guru.
Mengukur macam-macam aspek belajar yang bervariasi. Belajar dikategorikan
sebagai kognitif, psikomotor dan afektif. Guru menyatakan proporsi sama maka
siswa dapat menekankan dalam belajar dengan proporsi yang digunakan guru
dalam mengevaluasi sehingga mereka dapat menyesuaikan dalam belajar.
Sebagai Sarana ( means ) untuk mengetahui apa yang siswa telah ketahui
Memotivasi belajar siswa. Evaluasi juga harus dapat memotivasi belajar siswa.
Guru harus menguasai berbagai teknik motivasi,
Menyediakan Informasi Untuk tujuan Bimbingan dan Konseling. Informasi yang
berkaitan dengan problem pribadi seperti data kemampuan, kualitas pribadi,
adaptasi sosial, kemampuan membaca, dan skor hasil belajar. Guru perlu
mengetahui informasi pribadi untuk kemudian guru mengambil keputusan
terbaiknya. Proses yang berkaitan dengan informasi pribadi tersebut dapat
dilakukan dengan memberikan quasionir, atau alat ratting untuk membantu
membuat keputusan.

Menjadikan hasil evaluasi sebagai dasar perubahan kurikulum. Keterkaitan


evaluasi dengan intruksional adalah sangat erat. Hal ini karena evaluasi
merupakan salah satu bagian dari intruksional.
Secara umum, tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui efektivitas
proses

pembelajaran

yang

telah

dilaksanakan. Secara

khusus,

tujuan

evaluasi adalah untuk :


Mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah
ditetapkan.
Mengetahui Kesulitan-kesulitan yang dialami peserta didik dalam proses
belajar,
sehingga dapat dilakukan diagnosis dan kemungkinan memberikan remedial
teaching, dan
Mengetahui efisiensi dan efektifitas strategi pembelajaran yang digunakan
guru, baik yang menyangkut metode, media maupun sumber-sumber belajar.

Sedangkan menurut Depdiknas[11] mengemukakan tujuan evaluasi pembelajaran


adalah untuk :
a.

Melihat produktivitas dan efektivitas kegiatan belajar-mengajar.

b.

Memperbaiki dan menyempurnakan kegiatan guru.

c.

Memperbaiki, menyempurnakan dan mengembangkan program belajar-

mengajar.
d.

Mengetahui kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi oleh siswa selama

kegiatan belajar dan mencarikan jalan keluarnya, dan


e.

Menempatkan siswa dalam situasi belajar-mengajar yang tepat sesuai

dengan kemampuannya.
Menurut sumber lain evaluasi secara umum bertujuan untuk memberikan
penghargaan terhadap pencapaian dan memperbaiki program dalam kegiatan

pembelajaran. Menekankan pencapaian hasil belajar siswa sekaligus mencakup


sseluruh

pembelajaran,

karakteristik

siswa,

pencapaian

kurikulum

dan

administrasi.
Kemajuan belajar siswa secara individual dalam mencapai kompetensi.
Kegiatan belajar lebih lanjut baik terhadap masing-masing siswa maupun
seluruh kelas.
Penetapan tingkat kemampuan, tingkat kesulitan atau kemudahan untuk
melaksanakan kegiatan remedial, pendalaman atau pengayaan yang harus
diketahui oleh guru dan siswa.
Kemajuan dan motivasi siswa untuk melakukan usaha pemantapan atau
perbaikan.
Kemajuan

semua

aspek

setiap

siswa

sehingga

guru

dapat

membantu

pertumbuhannya secara efektif untuk menjadi anggota masyarakat dan pribadi


yang utuh.
Bimbingan yang tepat untuk memilih sekolah atau yang sesuai dengan
keterampilan,minat dan kemampuannya.
Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui keefektifan dan efisiensi
sistem

pembelajaran,baik

yang

menyangkut

tentang

tujuan,materi,metode,media,sumber belajar, lingkungan maupun sistem penilaian


itu sendiri.
Tujuan

khusus

evaluasi

pembelajaran

disesuaikan

dengan

jenis

evaluasi

pembelajaran itu sendiri. Seperti evaluasi perencanaan dan pengembangan,


evaluasi monitoring, evaluasi dampak, evaluasi efisiensi-ekonomis, dan evaluasi
program komprehensip.
Gilbert Sax (1980) mengemukakan tujuan evaluasi pengukuran adalah untuk
selection,placement,diagnosis and remediation, feedback, norm-referenced and
criterion referenced interpretation, motivation and guidance of learning, program
and curriculum improvement : formative and summative evaluation and theory
development[12]

Perlu diketahui bahwa evaluasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan
kegiatan, antara lain dalam kegiatan bimbingan dan penyuluhan, supervisi, seleksi
dan pembelajaran. Setiap bidang atau kegiatan tersebut memiliki tujuan yang
berbeda.
Sementara itu Chittenden (1944) mengemukakan tujuan evaluasi ( assesment
purpose) Adalahkeeping track, checking-up, Finding-out, Summing-up[13].
Keeping track, yaitu untuk menelusuri dan melacak proses belajar peserta didik
sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Checking-up, untuk mengecek ketercapaian kemampuan peserta didik dalam
proses pembelajaran dan kekurangan-kekurangan peserta didik dalam mengikuti
pembelajaran.
Finding

Out,

untuk

mencari,

menemukan

dan

mendeteksi

kekurangan,

kesalahan, atau kelemahan peserta didik dalam proses pembelajaran.


Summing-up, untuk menyimpulkan tingkat penguasaan peserta didik terhadap
kompetensi yang telah ditetapkan.
C.

Fungsi Evaluasi Pembelajaran

Cronbach (1963) menjelaskan evaluation used to improved the course while it is


still fluid contributes more to improvement of education than evaluation used to
appraise a product already on the market[14]
Menurut Scriven (1967) fungsi evaluasi dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu
fungsi formatif dan fungsi sumatif. Fungsi formatif dilaksanankan apabila hasil
yang diperoleh dari kegiatan evaluassi diarahkan untuk memperbaiki bagian
tertentu atau sebagian besar bagia kurikulum yang sedang dikembangkan.
Sedangkan fungsi sumatif dihubungkan dengan penyimpulan mengenai kebaikan
dari sistem secara keseluruhan, dan fungsi ini dapat dilaksananakan apabila
pengembangan suatu kurikulum telah dianggap selesai.
Fungsi

evaluasi

melihatnya :

memang

cukup

luas,

bergantung

dari

sudut

mana

kita

a.

Secara psikologis, peserta didik selalu butuh untuk mengetahui sejauh mana

kegiatan yang telah di lakukan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
b.

Secara sosiologis, evaluasi berfungsi untuk mengetahui apakah peserta didik

sudah cukup mampu untuk terjun ke masyarakat.


c.

Secara didaktis-metodis, evaluasi berfungsi untuk membantu guru dalam

menempatkan peserta didik pada kelompok tertentu sesuai dengan kemampuan


dan

kecakapannya

masing-masing

serta

membantu

guru

dalam

usaha

memperbaiki proses pembelajarannya.


d.

Evaluasi

berfungsi

untuk

mengetahui

kedudukan

peserta

didik

dala

kelompok, apakah dia termasuk anak yang pandai, sedang atau kurang pandai.
e.

Evaluasi berfungsi untuk mengetahui taraf kesiapan peserta didik dala

menempuh program pendidikan.


f.

Evaluasi berfungsi membantun guru dalam memberikan bimbingan dan

seleksi, baik dalam rangka menetukan jenis pendidikan, jurusan, mauapun


kenaikan kelas.
g.

Secara administratif, evaluasi berfungsi untuk memberikan laporan tentang

kemajuan peserta didik kepada orangtua, pejabat pemerintah yang berwenang,


kepala sekolah, guru-guru, dan peserta didikitu sendiri.
Dengan demikian, perbaikan dan pengembangan dan pembelajaran bukan hanya
terhadap proses dan hasil belajra melaimkan harus diarahkan pada semua
kompoen pembeljaran tersebut.

D.

Prinsip Prinsip Evaluasi Pembelajaran

Prinsip tidak lain adalah pernyataan yang mengandung kebenaran hampir


sebagian besar, jika tidak dikatakan benar untuk semua kasus. Hal ini sesuai
dengan pendapat Cross yang mengatakan bahwa a principle is a statment that
holds in most, if not all cases. Keberadaan prinsip bagi seorang guru mempunyai
arti penting karena dengan memahami prinsip evaluasi dapat menjadi petunjuk

atau keyakinan bagi dirinya atau guru lain guna merealisasi evaluasi dengan cara
benar.
Evaluasi harus masih dalam kisi-kisi kerja tujuan yang telah ditentukan.
Evaluasi sebaiknya dilaksanakan secara komprehensif.
Evaluasi diselenggarakan dalam proses yang kooperatif antara guru dan
peserta didik.
Evaluasi dilaksanakan dalam proses kontinu
Evaluasi harus peduli dan mempertimbangkan nilai-nilai yang berlaku.
Sedangkan menurut Slameto ( 2001: 16) evaluasi harus mempunyai minimal tujuh
prinsip berikut :
1.

Terpadu

2.

Menganut cara belajar siswa aktif

3.

Kontinuitas

4.

Koherensi dengan tujuan

5.

Menyeluruh

6.

Membedakan ( diskriminasi )

7.

Pedagogis.

Dalam suber lain disebutkan hasil evaluasi yang lebih baik, maka kegiatan
evaluasi harus beritik tolak dari prinsip-prinsip umum sebagai berikut :
a.

Continuenitas

Evaluasi tidak boleh dilakukan secara insidental karena pembelajaran itu sendiri
adalah suatu proses yang continue. Oleh sebab itu evaluasi pun harus dilakukan
secara continue.

b.

Komprehensif

Dalam melakukan evaluasi terhadap suatu objek, guru harus mengambil seluruh
objek itu sebagai bahan evaluasi. Misalkan jika objek evaluasi itu adalah peserta
didik, maka seluruh aspek kepribadian peserta didik yang menyangkut koognitif,
afektif maupun psikomotor.
c.

Adil dan Obejektif

Dalam melaksanakan evaluasi, guru harus berlaku adil tanpa pilih kasih. Guru juga
hendaknya bertindak secara objektif, apa adanya sesuai dengan kemampuan
peserta didik.
d.

Kooperatif

Dalam kegiatan evaluasi guru hendaknya bekerja sama dengan semua pihak,
seperti orang tua peserta didik, sesama guru, kepala sekolah, termasuk dengan
peserta didik itu sendiri. Hal ini dimaksudkan agar semua pihak merasa puas
dengan hasil evaluasi dan pihak-pihak tersebut merasa dihargai
e.

Praktis

Mengandung arti mudah digunaka, baik oleh guru itu sendiri yang menyusun alat
evaluasi maupun orang lain yang akan menggunakan alat tersebut. Untuk itu
harus diperhatikan bahasa dan petunjuk mengerjakan soal.

Dalam UU No 20/2003 Bab 1 Pasal 1 ayat 22 dijelaskan bahwa akreditasi adalah


kegiatan penilaian kelayakan program dalam suatu pendidikan berdasarkan
kriteria

yang

telah

ditetapkan.

Salah

satu

komponen

akreditasi

adalah

pembelajaran. Artinya fungsi akreditasi dapat dilaksanakan apabila hasil evaluasi


pembelajaran digunakan sebagai dasar akreditasi lembaga pendidikan.

Fungsi Penilaian hasil belajar adalah sebagai berikut

Fungsi Formatif, yaitu untuk memberikan umpan balik (feedback) kepada guru
sebagai dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran peserta didik
Fungsi Sumatif, yaitu untuk menentukan nilai ( angka) kemajuan atau hasil
belajar peserta didik dalam mata pelajaran tertentu, sebagai bahan untuk
memberikan laporankepada berbagai pihak, penentuan kenaikan kelas dan
penentuan lulus tidaknya peserta didik.
Fungsi Diagnostik, yaitu untuk memahami latar belakang peserta didik yang
mengalami kesulitan belajar, yang hasilnya dapat digunakan sebagai dasar dalam
memcahkan kesulitan-kesulitan masalah.
Fungsi penempatan, yaitu untuk menempatkan peserta didik dalam situasi
pembelajaran yang tepat sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik.

E.

Kedudukan Evaluasi Pembelajaran

Berdasarkan kedudukan evaluasi dalam kurikulum dan proses pembelajaran


tersebut, evaluasi memiliki empat fungsi sebagai berikut. Untuk mengetahui
kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan siswa setelah mengalami atau
melakukan proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Hasil evaluasi
digunakan untuk memperbaiki cara belajar siswa (formatif) yang dilanjutkan
dengan kegiatan remediasi atau pengayaan. Selain itu dapat digunakan pula untuk
menentukan keputusan naik/tidak naik kelas atau lulus/tidak lulusnya siswa
tersebut (fungsi sumatif) dari lembaga pendidikan tertentu.

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pembelajaran, yang meliputi


seluruh komponen pembelajaran (tujuan, materi/bahan, metode, alat/media, serta
alat dan prosedur evaluasi itu sendiri).

Untuk keperluan bimbingan dan konseling. Hasil evaluasi dapat digunakan


untuk membuat diagnosis mengenai kelemahan dan kelebihan siswa yang

bersangkutan, untuk mengetahui bantuan apa yang paling tepat diberikan kepada
siswa, sebagai dasar penanganan kasus-kasus yang dialami siswa, untuk acuan
melayani kebutuhan bimbingankarier.

Untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum sekolah yang


bersangkutan. Proses pembelajaran dan evaluasi merupakan dua hal yang
memiliki hubungan yang sangat istimewa. Mehrens dan Lehmann[15]embuat
ungkapan yang berbunyi to teach without testing is unthinkable mengajar tanpa
melakukan tes adalah tidak masuk akal. Ungkapan ini menyiratkan betapa erat
hubungan

antara

mengungkapakan

pembelajaran
pengukuran

dan

adalah

tes.

Tokoh

langkah

pendidikan

awal

yang

pembelajaran.

lain
Tanpa

pengukuran tidak terjadi penilaian. Tanpa penilaian tidak akan terjadi evaluasi.
Tanpa evaluasi tidak akan terjadi umpan balik. Tanpa umpan balik, tidak akan
diperoleh pengetahuan yang baik tentang hasil. Tanpa pengetahuan tentang hasil,
tidak dapat terjadi perbaikan sistem pembelajaran.

F.

Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran.

Ruang lingkup evaluasi berkaitan dengan cakupan objek evaluasi itu sendiri. Jika
objek evaluasi itu tentang pembelajaran, maka semua hal yang berkaitan dengan
pembelajaran menjadi ruang lingkup evaluasi pembelajaran. Ruang lingkup
evaluasi pembelajaran ditinjau dari berbagai perspektif, yaitu domain hasil belajar,
sistem pembelajaran, proses dan hasil belajar, dan kompetensi.
Hal ini dimaksudkan agar guru betu-betul dapat membedakan antara evaluasi
pembelajaran dengan penilaian hasil belajar sehingga tidak terjadi kekeliruan atau
tumpang tindih dalam penggunaannya.
1.

Ruang lingkup evaluasi pembelajaran dalam perspektif Domain Hasil Belajar.

Menurut Benyamin S. Bloom (1956) hasil belajar dapat dikelompokan ke dalam


tiga domain, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor[16]. Setiap domain disusun
menjadi bebarapa jenjang kemampuan. Mulai dari hal yang sederhana sampai

dengan hal yang komplek, mulai daari hal yang mudah sampai dengan hal yang
sukar, dan mulai dari hal yang kongkrit sampai dengan hal yang abstrak.
a.

Domain kognitif

Pengetahuan ( knowledge), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta


didik untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, prinsip, fakta atau
istilah tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya.
Pemahaman ( comprehension ) yaitu jenjang kemampuan yang menuntut
peserta didik untuk memahami atau mengerti tentang materi pelajaran yang
disampaikan guru dan dapat memanfaatkannya tanpa harus menghubungkannya
dengan hal-hal lain.
Penerapan ( application ) yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta
didik untuk menggunakan ide-ide umum , tata cara atau metode umum dalam
situasi baru yang kongkrit.
Analisis yaitu jenjang kemampuan menuntut peserta didik untuk menguraikan
suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau komponen
pembentukannya.
Sintesis yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk
menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara menggabungkan berbagai faktor.
Evaluasi. Jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk dapat
mengevaluasi suatu situasi, keadaan, pernyataan atau konsep berdasarkan kriteria
tertentu.
b.

Domain Afektif,

yaitu internalisasi sikap yang menunjuk ke arah pertumbuhan batiniah dan terjadi
bila pesreta didik menjadi sadar tentang nilai yang diterima,kemudian mengambil
sikap sehingga menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan
menentukan tingkah laku.
Kemampuan menerima ( receiving)
Kemampuan menanggapi/menjawab ( responding)

Menilai (valuing)
Organisasi (Organization) kemampuan yang menuntut peserta didik untuk
menyatukan nilai-nilai yang berbeda, memecahkan masalah membentut suatu
sistem nilai.
c.

Domain Psikomotor,

yaitu kemampuan peserta didik yang berkaitan dengan gerakan tubuh atau
bagian-bagiannya. Mulai dari gerakan yang sederhana sampai denggan gerakan
yang kompleks.
Muscular or motor skill, meliputi : mempertontonkan gerak,menunjukan hasil,
melompat, menggerakan, menampilkan.
Manipulations of materials or objects, meliputi : mereparasi, menyusun,
membersihkan, menggeser, memindahkan, membentuk.
Neuromuscular

coordination, meliputi

mengamati,

menerapkan,

menghubungkan, menggunakan.

2. Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran dalam Perspektif Sistem Pembelajaran.


a. Program pembelajaran
b. Proses Pelaksanaan pembelajaran
c. Hasil Pembelajaran
G.

Karakteristik Evaluasi Pembelajaran

Kegiatan

Evaluasi

dalam

proses

belajar

mengajar

mempunyai

beberapa

karakteristik penting, antara lain sebagai berikut


Memiliki implikasi secara tidak langsungterhadap siswa yang dievaluasi
Hal ini terjadi misalnya seorang guru melakukan penilaian terhadap kemampuan
yang tidak tampak dari siswa. Apa yang dilakukan adalah ia lebih banyak menafsir
melalui beberapa aspek penting yang diijinkan seperti melalui penampilan,

keterampilan, atau reaksi mereka terhadap suatu stimulus yang diberikan secara
terencana.
Lebih bersifat tidak lengkap
Dikarenakan evaluasi dilakukan secara kontinu maka hanya merupakan sebagian
fenomena saja. Atau dengan kata lain, apa yang dievaluasi hanya sesuai dengan
pertanyaan item yang direncanakan oleh seorang guru.
Mempunyai sifat kebermaknaan Relatif. Hasil penilaian sesuai dengan tolok ukur
yang digunakan oleh guru.

H.

Peranan Evaluasi Pembelajaran

Ada tiga faktor yang perlu difahami oleh seorang guru dalam proses pembelajaran.
Tiga faktor ini memiliki posisi yang strategis guna membawa siswa dapat
mencapai satu tahapan mampu melakukan perubahan prilaku.
Dilihat dari aspek fungsi evaluasi pendidikan yang dilaksanakan dalam proses
belajar mengajar, pada prinsipnya dapat dikelompokan menjadi dua macam, yaitu
Membantu guru dalam menentukan derajat tujuan pengajaran agar dapat
dicapai
Membantu guru mengetahui keadaan yang benara dari para siswanya.
Tugas guru dalam melakukan evaluasi adalah membantu siswa dalam mencapai
tujuan umum dari pendidikan yang telah ditetapkan. Agar tercapai tujuan
pendidikan yang dimaksud. Seorang guru perlu bertindak secara aktif dalam
membantu setiap langkah dalam proses pembelajaran.
Tujuan pendidikan yang telah ditetapkan untuk dicapai sebaiknya ditunjukan sejak
dalam perencanaan, implementasi dan evaluasi pengajaran. Siswa yang telah
memahami dan menguasai materi yang diajarkan dengan mereka yang belum,
hendaknya dapat dibedakan dalam kaitan dengan adanya penunjukan perubahan
prilaku. Bentuk prilaku siswa dapat diidentifikasi dalam suatu fenomena atau
indikator, misalnya pengetahuan, pemahaman, sikap, penghargaan atau apresiasi.

BAB III
PENUTUP

A.

Simpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan menjadi bebrapa butir penting berikut,
Evaluasi merupakan proses yang menentukan kondisi dimana suatu tujuan
telah dapat dicapai.
Pencapaian belajar di kelas dapat dilakukan dengan cara mengukur melalui dua
cara, yaitu tingkat ketercapaian standar yang telah ditentukan, dan melalui tugastugas yang dapat diselesaikan siswa dengan tuntas.
Evaluasi Pembelajaran mempunyai beberapa karakteristik penting, memiliki
implikasi tidak langsung kepada siswa, lebih bersikap tidak lengkap, memiliki sikap
yang berarti relatif.
Fungsi evaluasi belajar, sebagai alat guna mengetahui apakah peserta didik
telah menguasai pengetahuan atau keterampilan yang telah diberikan oleh
seorang guru.
Ada minimal 6 tujuan evaluasi pembelajaran, menilai ketercapaian tujuan,
mengukur berbagai macam aspek belajar yang bervariasi dan lain sebagainya.

B.

Saran

Kita yang benar-benar diorientasikan menjadi seorang guru alangkah baik nya
memahami

materi

ini

sehingga

bisa

menguasai

teori

tentang

evaluasi

pembelajaran, sebagai bekal ketika kelak kita terjun di lapangan langsung.n


Nah nanti setelah terjun langsung evalusi alangkah baiknya dikerjakan apabila
mungkin setiap hari dengan skedul yang sistematis dan terencana sehingga kita
dapat memperoleh informasi yang lengkap terhadap kemampuan siswa dalam
kegiatan kelas.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, zaenal, ( 1991) Evaluasi Intruksional, Prinsip teknik Prosedur,


Cetakan ke-3, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Arifin, Zaenal, (2009) Evaluasi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Arikunto, S, dan Jabar, C. S. A, ( 2007) Evaluasi Program Pendidikan, Cetakan
ke-2, Jakarta: Bumi Aksara
Farida, Y.T. 2000. Evaluasi Program. Jakarta: Rineka Cipta
Hasan, S. Hamid, (1988) Evaluasi Kurikulum, Jakarta: P2LPTK-Ditjen-DiktiDepdikbud.
Slameto. 2001. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Sukardi.

2004. Evaluasi

Pendidikan

Prinsip&Operasionalnya, Jakarta:

Bumi

Aksara
Yunita, 2011. Evaluasi Pembelajaran Kimia, Bandung: Universitas Islam Negeri
Sunan Gunung Djati Bandung.

http://hilman.web.id/posting/blog/827/pengertian-fungsi-dan-prosedur-evaluasipembelajaran.html

A.

Pendahuluan

Ada tiga istilah yang sering digunakan dalam evaluasi, yaitu tes, pengukuran, dan
penilaian. (test, measurement, and assessment). Tes adalah salah satu cara untuk
menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui
respons seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan (Djemari Mardapi, 2008:
67). Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk
mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Objek ini bisa berupa
kemampuan peserta didik, sikap, minat, maupun motivasi. Respons peserta tes
terhadap sejumlah pertanyaan menggambarkan kemampuan dalam bidang
tertentu. Tes merupakan bagian tersempit dari evaluasi.
Pengukuran (measurement) dapat didefinisikan sebagai the process by which
information about the attributes or characteristics of thing are determinied and
differentiated(Oriondo,1998:

2).

Guilford

mendefinisikan

pengukuran

dengan assigning numbers to, or quantifying, things according to a set of


rules (Griffin & Nix, 1991: 3). Pengukuran dinyatakan sebagai proses penetapan
angka terhadap individu atau karakteristiknya menurut aturan tertentu (Ebel &
Frisbie. 1986: 14). Allen & Yen mendefinisikan pengukuran sebagai penetapan
angka dengan cara yang sistematik untuk menyatakan keadaan individu (Djemari
Mardapi, 2000: 1). Dengan demikian, esensi dari pengukuran adalah kuantifikasi
atau penetapan angka tentang karakteristik atau keadaan individu menurut
aturan-aturan tertentu. Keadaan individu ini bisa berupa kemampuan kognitif,
afektif dan psikomotor. Pengukuran memiliki konsep yang lebih luas dari pada tes.
Kita dapat mengukur karakateristik suatu objek tanpa menggunakan tes, misalnya
dengan pengamatan, skala rating atau cara lain untuk memperoleh informasi
dalam bentuk kuantitatif.

Penilaian (assessment) memiliki makna yang berbeda dengan evaluasi. Popham


(1995: 3) mendefinisikan asesmen dalam konteks pendidikan sebagai sebuah
usaha secara formal untuk menentukan status siswa berkenaan dengan berbagai
kepentingan pendidikan. Boyer & Ewel mendefinisikan asesmen sebagai proses
yang menyediakan informasi tentang individu siswa, tentang kurikulum atau
program, tentang institusi atau segala sesuatu yang berkaitan dengan sistem
institusi. Processes that provide information about individual students, about
curricula or programs, about institutions, or about entire systems of institutions
(Stark

&

Thomas,1994:

46).

Berdasarkan

berbagai

uraian

di

atas

dapat

disimpulkan bahwaassessment atau penilaian dapat diartikan sebagai kegiatan


menafsirkan data hasil pengukuran. Evaluasi memiliki makna yang berbeda
dengan

penilaian,

pengukuran

maupun

tes.

Hal

tersebut

sesuai

dengan

pernyataan bahwa,
Evaluation is the process of delineating, obtaining, and providing descriptive and
judgmental information about the worth and merit of some objects goals, design,
implementation, and impact in order to guide decision making, serve needs for
accountability,

and

promote

understanding

of

the

involved

phenomena (Stufflebeam dan Shinkfield. 1985: 159).


Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan
sebagai pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa (the worth and merit)
dari tujuan yang dicapai, desain, implementasi dan dampak untuk membantu
membuat

keputusan,

membantu

pertanggung

jawaban

dan

meningkatkan

pemahaman terhadap fenomena. Menurut rumusan tersebut, inti dari evaluasi


adalah penyediaan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dalam mengambil keputusan.
Komite Studi Nasional tentang Evaluasi (National Study Committee on Evaluation)
dari UCLA (Stark & Thomas, 1994: 12), menyatakan bahwa : Evaluation is the
process of ascertaining the decision of concern, selecting appropriate information,
and collecting and analyzing information in order to report summary data useful to
decision makers in selecting among alternatives. Evaluasi merupakan suatu proses
atau kegiatan pemilihan, pengumpulan, analisis dan penyajian informasi yang
sesuai untuk mengetahui sejauh mana suatu tujuan program, prosedur, produk

atau

strategi

yang

dijalankan

telah

tercapai,

sehingga

bermanfaat

bagi

pengambilan keputusan serta dapat menentukan beberapa alternatif keputusan


untuk program selanjutnya.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan
proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan, mendeskripsikan,
mengintepretasikan dan menyajikan informasi untuk dapat digunakan sebagai
dasar membuat keputusan dan atau menyusun kebijakan. Adapun tujuan evaluasi
adalah untuk memperoleh informasi yang akurat dan objektif tentang suatu
program.

Informasi

tersebut

dapat

berupa

proses

pelaksanaan

program,

dampak/hasil yang dicapai, efisiensi serta pemanfaatan hasil evaluasi yang


difokuskan untuk program itu sendiri, yaitu untuk mengambil keputusan apakah
dilanjutkan, diperbaiki atau dihentikan. Selain itu, juga dipergunakan untuk
kepentingan penyusunan program berikutnya maupun penyusunan kebijakan yang
terkait dengan program.

B.

Penilaian

Istilah penilaian sebagai terjemahan dari Evaluation jika dalam kepustakaan lain
digunakan istilah assesmen, appraisal, sebagai panduan akan digunakan sebuah
definisi yang berasall dari Benjamin S. Bloom dalam bukunya Handbook or
Formative

and

Summative

Evaluation

of

Student

Learning dikatakan

bahwa Evaluation, as we see it, is the systimatic collection of evidence to


determine whither infact certain changes are taking place in the learns as well as
to determine the a mount or degree of change in individual students. Dari definisi
di atas yang perlu diperhatikan, bahwa dalam melakukan penilaian harus yakin
bahwa pendidikan dapat membawa perubahan pada diri anak didik karena ada
dua hal yang harus dilakukan yaitu : mengumpulkan bukti-bukti yang cukup untuk
kemudian dijadikan dasar penetapan ada tidaknya perubahan, dan derajat
perubahan yang terjadi. Bukti-bukti yang dikumpulkan dapat bersifat kuantitatif,
membagi hasil pengukuran berbentuk angka misalnya dari testing, pemberian
tugas penampilan (performance), kertas kerja, laporan tugas lapangan dan lainlain.

Bukti dapat pula bersifat kualitatif, tidak berbentuk bilangan, melainkan hanya
menunjukkan kualifikasi hasil belajar seperti baik sekali, sedang, rajin, cermat dan
lain-lain. Bukti-bukti kuantitatif maupun kualitatif yang dikumpulkan, seharusnya
memenuhi persyaratan tertentu agar dijadikan dasar pengambilan keputusan
adanya perubahan perilaku dan derajat perubahannya secara adil dan objektif.
Pengambilan keputusan selalu dipengaruhi oleh value judgment, karena itu peran
bukti-bukti penilaian tersebut tidak bisa diabaikan, demi kepentingan semua
siswa.
Penilaian adalah hasil pengukuran dan penentuan pencapaian hasil belajar,
sementara evaluasi adalah penentuan nilai suatu program dan penentuan
pencapaian tujuan suatu program. Adapun tujuan penilaian meliputi: 1) menilai
kemampuan

individual

melalui

tugas

tertentu,

2)

menentukan

kebutuhan

pembelajaran, 3) membantu dan mendorong siswa, 4) membantu dan mendorong


guru untuk mengajar yang lebih baik, 5) menentukan strategi pembelajaran, 6)
akuntabilitas lembaga, dan 7) meningkatakan kualitas pendidikan
Depdiknas (2004:23) mengemukakan penilaian adalah suatu proses sistematis
yang mengandung pengumpulan informasi, menganalisis dan menginterpretasi
informasi tersebut untuk membuat keputusan keputusan. Menegaskan pendapat
di atas, Hamalik (2003:210) mengemukakan bahwa penilaian adalah suatu proses
berkelanjutan tentang pengumpulan dan penafsiran informasi untuk menilai
(assess) keputusan-keputusan yang dibuat dalam merancang suatu sistem
pengajaran. Sedangkan Arikunto (1997:3) mengemukakan bahwa penilaian dalam
pendidikan adalah kegiatan menilai yang terjadi dalam kegiatan pendidikan atau
sekolah. Guru ataupun pengelola pengajaran mengadakan penilaian dengan
maksud melihat apakah usaha yang dilakukan melalui pengajaran sudah mencapai
tujuan. Sementara itu, menurut Angelo (1991): Classroom Assessment is a simple
method faculty can use to collect feedback, early and often, on how well their
students are learning what they are being taught (artinya: asesmen Kelas adalah
suatu metode yang sederhana dapat digunakan untuk mengumpulkan umpan
balik, baik di awal maupun setelah pembelajaran tentang seberapa baik siswa
mempelajari apa yang telah diajarkan kepada mereka.)

Kizlik, Bob (2009): Assessment is a process by which information is obtained


relative to some known objective or goal. Assessment is a broad term that includes
testing. A test is a special form of assessment. Tests are assessments made under
contrived circumstances especially so that they may be administered. In other
words, all tests are assessments, but not all assessments are tests (artinya :
asesmen adalah suatu proses di mana informasi diperoleh berkaitan dengan
tujuan pembelajaran. Asesmen adalah istilah yang luas yang mencakup tes
(pengujian). Tes adalah bentuk khusus dari asesmen. Tes adalah salah satu bentuk
asesmen. Dengan kata lain, semua tes merupakan asesmen, namun tidak semua
asesmen berupa tes)
Overton, Terry (2008): Assesment is a process of gathering information to monitor
progress and make educational decisions if necessary. As noted in my definition of
test, an assesment may include a test, but also include methods such as
observations, interview, behavior monitoring, etc, (artinya: sesmen adalah suatu
proses pengumpulan informasi untuk memonitor kemajuan dan bila diperlukan
pengambilan keputusan dalam bidang pendidikan. Sebagaimana disebutkan dalam
definisi saya tentang tes, suatu asesmen bisa saja terdiri dari tes, atau bisa juga
terdiri dari berbagai metode seperti observasi, wawancara, monitoring tingkah
laku, dan sebagainya).
Palomba and Banta(1999), Assessment is the systematic collection , review , and
use of information about educational programs undertaken for the purpose of
improving

student

learning

and

development (Artinya:

asesmen

adalah

pengumpulan, reviu, dan penggunaan informasi secara sistematik tentang


program pendidikan dengan tujuan meningkatkan belajar dan perkembangan
siswa). Sebagai

salah

satu

bagian

yang

penting

dalam

rangkaian

proses

pendidikan dan pengajaran, dapat dikatakan semua kegiatan pendidikan dan


pengajaran baik tidaknya di tentukan oleh penilaian, dan tentunya di dalam
prakteknya tidak melihat hasil baiknya saja tetapi juga harus melihat kriteria atau
hal-hal yang perlu di perhatikan dalam penilaian, antara lain :
Penilaian harus mencakup tiga aspek kemampuan, yaitu pengetahuan dan sikap.

Menggunakan berbagai cara penilaian pada waktu kegiatan belajar sedang


berlangsung
Pemilihan alat dan jenis penilaian berdasarkan rumusan tujuan pembelajaran
Mengacu

pada

tujuan

dan

fungsi

penilaian,misal

pemberian

umpan

balik,memberikan laporan pada orang tua,dan pemberian informasi pada siswa


tentang tingkat keberhsilan belajarnya.
Alat penilaian harus mendorong kemapuan penalaran dan kreativitas siswa,
misalnya tes tertulis uraian, portofolio, hasil karya siswa,observasi dan lain-lain.
Penilaian dapat dilakukan melalui tes dan non tes.
Mengacu pada prinsip diferensiasi,yakni memberikan peluang kepada siswa untuk
menunjukkan apa yang diketahui, yang dipahami, dan mampu dilakukannya.
Tidak bersifat diskriminasi, yakni untuk memilih-milih mana siswa yang berhasil
dan mana yang gagal dalam menerima pembelajaran (Depdiknas,2003 : 37)
Ahli lain mengatakan bahwa penilaian adalah suatu kegiatan untuk membuat
keputusan

tentang

hasil

pembelajaran

dari

masing-masing

siswa,

serta

keberhasilan siswa dalam kelas secara keseluruhan. Penilaian juga merupakan


indikator keberhasilan guru dalam proses pembelajaran (Supratiningsih dan
Suharja, 2006).
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penilaian dapat
diartikan sebagai proses sistematis untuk menentukan nilai sesuatu (tujuan,
kegiatan, keputusan, unjuk-kerja, proses, orang, objek, dan yang lain). Alat
penilaian

yang

baik

adalah

yang

mampu

mengukur

keberhasilan

proses

pendidikan secara tepat dan akurat. Berikut ini dipaparkan syarat-syarat alat
penilaian yang baik.
1.

Kesahihan (validity)

Kesahihan (validity) adalah ketepatan alat penilaian dalam mengukur tingkat


keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Kesahihan suatu alat penilaian
dapat ditinjau dari empat sisi, yaitu (a) kesahihan isi (content validation), (b)

kesahihan konstruksi (construction validity), (c) kesahihan yang ada sekarang


(concurrent validity), dan (d) kesahihan prediksi (prediction validity) (Arikunto,
1990). Penentuan kesahihan suatu alat penilaian juga dipengaruhi oleh faktor
penskoran, faktor respon siswa, dan faktor pengadministrasiannya.
2.

Keterandalan (reliability)

Keterandalan (reliability) biasanya disebut juga dengan keajegan atau konsistensi.


Keterandalan suatu alat penilaian penting untuk diperhatikan. Faktor yang
mempengaruhi tingkat reliabilitas suatu alat penilaian: (1) jika alat penilaian yang
diberikan kepada siswa terlalu mudah, terlalu sukar, atau tidak jelas, maka akan
berpeluang memberikan skor yang tidak handal, (2) jika siswa peserta penilaian
tersebut memiliki karakteristik yang terlalu beragam, maka hal ini juga berpeluang
memberikan skor yang tidak handal, (3) jika standar penilaian yang digunakan
guru pada masing-masing pelaksanaan kegiatan penilaian tidak seragam, maka
skor yang dihasilkan pun tidak handal, (4) jika jumlah soal yang digunakan untuk
mengukur kemampuan siswa terlalu sedikit, maka hal ini berpeluang memberikan
skor yang tidak handal. Alasannya, jumlah soal yang tersedia tidak mampu
menjaring secara lengkap pengetahuan siswa.
3.

Kepraktisan

Kepraktisan dalam menyusun suatu alat penilaian penting untuk diperhatikan. Alat
penilaian yang praktis dapat membantu guru dalam menyiapkan, menggunakan,
dan menginterpretasikan hasil penilaian. Kepraktisan ini dipengaruhi oleh sejumlah
faktor, yaitu penskoran, kemudahan dalam mengadministrasikan, waktu, dan
bentuk alat penilaian.

C.

Jenis Penilaian

Penilaian kompetensi dasar dilakukan berdasarkan indikator-indikator pencapain


kompetensi

yang

memuat

satu

ranah

atau

lebih

(kognitif,

afektif,

dan

psikomotorik). Berkaitan dengan ranah kognitif yaitu kemampuan berpikir, yang


mencakup kemampuan intelektual, mulai dari kemampuan mengingat sampai
dengan kemempuan memecahkan masalah. Taxonomy Cognitive Bloom (Bloom,

Englehert, furst, Hill, kwathwohl 56 ) menjelaskan bahwa ada enam tingkat


kognitif berpikir yaitu :
Pengetahuan (Knowledge) kemampuan mengingat misalanya : nama ibu kota,
rumus.
Pemahaman (Comprehension), kemampuan memahami misalnya :menyimpulkan
suatu paragraph.
Aplikasi (Aplication), kemampuan penerapan misalnya : menggunakan suatu
informasi / pengetahuan yang diperolehnya untuk memecahkan suatu masalah.
Analisis (Analysis) kemampuan menganalisis suatu informasi yang luas menjadi
bagian-bagian kecil.
Sintesis (Synthesis) kemampuan menggabungkan beberapa informasi menjadi
suatu kesimpulan
Evaluasi (Evaluation) kemampuan mempertimbangkan mana yang baik dan mana
yang buruk dan memutuskan untuk mengambil tindakan tertentu. (Mulyasa,
2004:25).
Adapun penilaian dalam kurikulum 2006 yang seringkali dipakai saat ini yaitu
penilaian portofolio. Terdapat tiga pengertian portofolio, yaitu sebagai wujud
benda fisik, proses sosialpedagogis, dan sebagai adjective. Sebagai wujud benda
fisik, portofolio berati kumpulan hasil pekerjaansiswa yang disimpan dalam suatu
bandel, seperti hasil pre test, tugas-tugas, catatan, piagam-piagam penghargaan,
hasil post test dan sebagainya. Sebagai proses social pedagogis, portofolio
berarti collection of learning experiences yang terdapat dalam diri siswa baik
berupa

pengetahuan,

sebagai adjective, portofolio

ketrampilan,
biasa

maupun

diartikan

nilai.

Sedangkan

sebagi portofolio

based

learning dan portofolio based assessment.


Portofolio dalam KTSP dapat diartikan sebagai kumpulan hasil karya seorang siswa,
sebagai hasil pelaksanaan tugas kinerja, yang ditentukan oleh guru atau oleh
siswa bersama guru, sebagai bagian dari usaha mencapai tujuan belajar, atau
mencapai

kompetensi

yang

ditentukan

dalam

kurikulum.

Portofolio

dapat

digunakan sebagai instrumen penilaian atau salah satu komponen dari instrumen
penilaian untuk menilai kompetensi siswa, atau menilai hasil belajar siswa.
Sebagai instrumen penilaian. portofolio difokuskan pada dokumen tentang kerja
siswa yang produktif, yaitu bukti tentang apa yang dapat dilakukan oleh siswa,
bukan apa yan tidak dapat dikerjakan (dijawab atau dipecahkan) oleh siswa. Bagi
guru, portofolio menyajikan wawasan tentang banyak segi perkembangan siswa
dalam

belajarnya:

cara

berpikirnya,

pemahaman

atas

pelajaran

yang

bersangkutan, kemampuannya mengungkapkan gagasan-gagasannya, sikapnya


terhadap mata pelajaran yang bersangkutan, dan sebagainya. Portofolio penilaian
bukan sekedar kumpulan hasil kerja siswa, melainkan kumpulan hasil siswa dari
kerja

yang

disengaja

diperbuat

siswa

untuk

menunjukkan

bukti

tentang

kompetensi, pemahaman dan capaian siswa dalam mata pelajaran tertentu.


Portofolio juga merupakan kumpulan informasi yang perlu diketahui oleh guru
sebagai bahan pertimbangan dlam menentukan langkah-langkah perbaikan
pembelajaran, atau peningkatan belajar siswa.
Berkaitan dengan ranah afektif, hasil belajar menurut Bloom (1976) mencakup
prestasi belajar, kecepatan belajar, dan hasil afektif. Anderson (1981) sependapat
dengan Bloom bahwa karakteristik manusia meliputi cara yang tipikal dari berpikir,
berbuat dan perasaan. Tipikal berpikir berkaitan degan ranah kognitif, tipikal
berbuat berkaitan dngan ranah psikomotorik, dan tipikal perasaan berkaitan
dengan ranah afektif. Ketiga ranah tersebut merupakan karakteristik manusia dan
dalam

bidang

pendidikan

ketiga

ranah

tersebut

merupakan

hasil

belajar

(Depdiknas, 2004:30).
Untuk mencapai hasil belajar yang optimal, guru dalam merancang program
pembelajaran dan pengalaman belajar peserta didik harus memperhatikan
karakteristik afektif peserta didik.
1.

Peringkat Ranah Afektif

Menurut Krathwohl (1961) bila ditelusuri hampir semua tujuan kognitif mempunyai
komponen afektif. Dalam pembelajaran sains misalnya didalamnya ada komponen
sikap

ilmiah.

Sikap

ilmiah

adalah

komponen

afektif

(Depdiknas,

Selanjutnya Kwathwohl membagi peringkat ranah afektif meliputi:

2004:7).

a.

Peringkat Receiving

Pada peringkat receiving atau attending, peserta didik memiliki keinginan


memperhatikan suatu fenomena khusus atau stimulus , misalnya kelas, kegiatan,
musik, buku, dll. Tugas guru adalah mengarahkan perhatian peserta didik pada
fenomena yang menjadi objek pembelajaran afektif (Depdiknas, 2004:12).
Misalnya guru mengarahkan peserta didik agar senang membaca buku, senang
bekerjasama, dan sebagainya, kesenangan ini akan menjadi kebiasaan.
c.

Peringkat Responding

Responding merupakan partisipasi aktif peserta didik, yaitu sebagai bagian dari
perilakunya. Pada peringkat ini peserta didik tidak saja memperhatikan fenomena
khusus tetapi ia juga bereaksi. Hasil pembelajaran pada daerah ini menekankan
pada pemerolehan respons, atau kepuasan dalam memberi respon. Peringkat yang
tinggi pada kategori ini adalah minat, yaitu hal-hal yang menekankan pada
pencarian hasil dan kesenangan pada aktifitas khusus. Misalnya membaca buku,
sengan bertanya, senang membantu, dan sebagainya.
c.

Peringkat Valuing

Valuing melibatkan penentuan nilai, keyakinan atau sikap yang menunjukkan


derajad internalisasi dan komitmen. Derajad rentangnnya mulai dari menerima
suatu nilai, misalnya keinginan untuk meningkatkan ketrampilan, sampai pada
tingkat tingkat komitmen. Valuing atau penilaian berbasis pada internalisasi dari
seperangkat nilai yang spesifik. Hasil belajar pada peringkat ini berhubungan
dengan perilaku yang konsisten dan stsbil agar nilai dikenal secara jelas. Dalam
tujuan pembelajaran, penilaian ini diklasifikasikan sebagai sikap dan apresiasi.
d.

Peringkat organisasi

Pada peringkat ini, nilai satu dengan nilai yang lain dikaitkan dan konflik antar nilai
diselesaikan, dan mulai membangun sistem nilai internal yang konsisten. Hasil
pembelajaran pada peringkat ini berupa konseptualisasi nilai atau organisasi
sistem nilai, misalnya pengembangan filsafat hidup.
e.

Peringkat Characterization

Peringkat ranah afektif yang apaling tinggi adalah characterization nilai. Pada
peringkat ini peserta didik memilik sistem nilai mengendalikan perilaku sampai
pada suatu waktu tertentu hingga terbentuk gaya hidup. Hasil pembelajaran pada
peringkat ini berkaitan dengan pribadi, emosi, sosial.
2.

Karakteristik ranah afektif

Ada lima tipe karakteristik afektif yaitu ;


a.

Sikap

Sikap menurut Fishbein dan Ajzen (1975) adalah suatu predisposisi yang dipelajari
untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep
atau orang. Objek sekolah adalah sikap peserta didik terhadap sekolah dan mata
pelajaran, ranah sikap ini penting untuk dikembangkan (Depdiknas, 2004: 16).
b.

Minat

Menurut Getzel (1966) minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui
pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus,
aktivitas,

pemahaman,

dan

ketrampilan

untuk

tujuan

perhatian

atau

pencapaian(Depdiknas, 2004:16). Hal penting pada minat adalah intensitasnya,


secara umum minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi.
c.

Konsep diri

Menurut Smith konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap
kemampuan dan eklemahan yang dimilikinya. Target, arah, dan intensitas konsep
diri pada dasarnya seperti ranah afektif lainnya (Depdiknas, 2004:17).
d.

Nilai

Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan yang dalam tentang
perbuatan, tindakan atau perilaku, yang diannggap baik dan jelek. Sikap mengacu
pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi,
sedangkan nilai mengacu pada keyakinan (Depdiknas, 2004:17) Target nilai
cenderung menjadi ide, target juga dapat berupa sesuatu seperti sikap dan

perilaku. Arah nilai dapat positif dan dapat negatif, sedangkan intensitas nilai
dapat dikatakan tinggi atau rendah tergantung pada situasi dan nilai yang diacu.
e.

Moral

Piaget dan Kohlberg banyak membahas tentang perkembangan moral anak,


namun mengabaikan masalah hubungan antara judgment moral dan tindakan
moral. Moral berkaitan dengan perasaan salah satu atau benar terhadap
kebahagiaan orang lain. Perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri,
moral juga sering dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang.
Berkaitan dengan psikomotorik menurut Sax Mardapi ketrampilan psikomotorik
ada

enam

peringkat

yaitu

gerakan

refleks,

gerakan

dasar,

kemampuan

konseptual,gerakan fisik, gerakan trampil dan komunikasi nondiskursif. Gerakan


refleks adalah respon motor atau gerak tanpa sadar yang muncul ketika bayi lahir.
Gerakan dasar adalah gerakan yang mengarah pada ketrampilan komplek yang
khusus. Kemampuan perceptual adalah kombinasi kemampuan kognitif dan motor
atau gerak. Kemampuan fisik adalah kemampuan untuk mengembangkan gerakan
yang paling terampil. Gerakan terampil adalah gerakan yang memerlukan belajar.
Komunikasi nondiskursip adalah kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan
gerakan.
Dave (1967) mengatakan bahwa hasil belajar psikomotor dapat dibedakan menjadi
lima perangkat yaitu : imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi
(Depdiknas, 2004:9). Imitasi adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana
dan sama persis dengan yang dilihat atau diperhatikan sebelumnya. Manipulasi
adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana yang belum pernah dilihatnya
berdasarkan pada pedoamn atau petunjuknya. Kemampuan tingkat presisi adalah
kemampuan melakukan kegiatan yang akurat sehingga mampu menghasilkan
produk kerja yang presisi. Kemampuan pada tingkat artikulasi adalah kemampuan
melakukan kegiatan komplek dan presisi sehingga produk kerjanya merupakan
sesuatu yang utuh. Kemampuan pada tingkat naturalisai adalah kemampuan
melakukan kegiatan secara refleks, yakni kegiatan yang melibatkan fisik saja
sehingga efektifitas tinggi.
3.

Pembelajaran psikomotorik

Menurut Ebel (1972) ada kaitan erat antara tujuan yang akan dicapai, metode
pembelajaran, dan evaluasi yang akan dilaksanakan (Depdiknas,2004:12). Oleh
karena ada sedikit perbedaan titik berat tujuan pembelajaran psikomotorik dan
kognitif maka strategi pembelajarannya juga sedikit berbeda. Pembelajaran
ketrampilan akan efektif bila dilakukan dengan menggunakan prinsip belajar
sambil mengerjakan (learning by doing).
4.

Evaluasi hasil belajar psikomotorik

Menilai hasil belajar psikomotorik / hasil belajar ketrampilan itu dapat diukur
melalui (1) pengamatan langsung serta penilaian tingkah laku sisiwa selama
proses belajar mengajar praktik berlangsung, (2) sesudah mengikuti pelajaran,
yaitu dengan jalan memberikan tes kepada siswa untuk mengukur pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap, dan (3) beberapa waktu sesudah pelajaran selesai dana
kelak dalam lingkungan kerjanya.
Sementara itu Leghbody (1968) berpendapat bahwa dalam melakukan penilaian
hasil belajar ketrampilan sebaiknya penilaian itu mencakup : (1) kemampuansiswa
menggunakan alat dan sikap kerja, (2) kemampuan siswa menganalisis suatu
pekerjaan, menyususn urut-urutan pengerjaan, (3) kecepatan siswa dalam
mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya, (4) kemampuan siswa dalam
membaca gambar dan simbol, dan (5) keserasian bentuk dengan yang diharapkan
dan atau ukuran yang telah ditentukan.
5.

Jenis instrumen psikomotor

Untuk melakukan pengukuran hasil belajar ranah psikomotor, ada dua hal yang
perlu dilakukan oleh guru yaitu: (1) membuat soal, dan (2)membuat instrumen
untuk mengamati jawaban siswa.
6.

Konstruksi instrumen

Sama halnya dengan soal untuk ranah kognitif, soal untuk ranah psikomotor juga
harus mengacu pada standar kompetensi yang sudah dijabarkan menjadi
kompetensi dasar.stiap butir standar kompetensi dijabarkan menjadi 3 sampai 6
butir kompetensi dasar, setiap butir kompetensi dasar dapat dibarkan menjadi 3
sampai 6 indikator, dan setiap indikator harus dapat dibuat lebih dari satu butir

soal. Namun ada kalanya satu butir soal ranah psikomotor terdiri dari beberapa
indikator.
7.

Penyusunan rancangan penilaian

Sebaiknya guru merancang secara tertulis rapi system penilaian yang akan
dilakukan selama satu semester. Rancangan penilaian ini sifatnya terbuka,
sehingga guru lain dan kepala sekolah bias atau boleh melihatnya.
8.

Penilaian ranah psikomotor

Penilaian dapat dibedakan menjadi dua yaitu penilai nkelas dan penilaian berkala.
Penilaian kelas adalah penilain yang dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan
pembelajaran. Dengan demikian untuk ranah psikomotorik penilaian ini dilakukan
dengan cara mengamati siswa setiap mereka belajar, mengerjakan tugas dan
menjawab ujian harian.
Penilain berkala adalah penilaian yang dilakukan secara berkala tidak terus
menerus. Penilaian ini dilakukan setelah siswa belajar sampai dengan penguasaan
kompetensi dasar, dengan demikian ada kemungkinan pelaksanaan tes blok mata
pelajaran tertentu tidak bersamaan waktunya dengan tes blok mata pelajaran
lainnya. Oleh kerana itu, hasil laporan hasil belajar siswa harus dinyatakan dalam
ketiga ranah tersebut Laporan hasil belajar siswa dapat berupa raport dan hasil
belajar siswa sebaiknya juga dilaporkan ke masyarakat, yang dapat berupa
laporan pengembangan prestasi akademik sekolah yang ditempelkan ditempat
pengumuman sekolah. Untuk itu terdapat beberapa jenis penilaian yang perlu
diberikan sesuai dengan kompetensi yang akan dinilai (Depdiknas,2003 : 10 ).
1.

Penilaian unjuk kerja

Merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik


dalam

melakukan

sesuatu.

Penilaian

ini

cocok

digunakan

untuk

menilai

ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik menunjukkan unjuk kerja,


misal kemampuan berbicara, peserta didik dapat diamati dengan cara diskusi,
bercerita dan melakukan wawancara.
2.

Penilaian sikap

Merupakan penilaian yang dilakukan dengan melihat ekspresi dari nilai-nilai yang
dimiliki oleh seseorang. Misalnya penilaian sikap peserta didik terhadap materi
pelajaran, terhadap proses pembelajaran, dan penilaian sikap yang berhubungan
dengan kompetensi afektif lintas kurikulum yang relevan dengan mata pelajaran.
3.

Penilaian tertulis

Penilaian ini dilakukan dengan tes tertulis yaitu dimana soal dan jawaban yang
diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Misal dengan soal yang
memilaih jawaban (pilihan ganda, benar salah, menjodohkan).dan dengan
mensuplai jawaban (isian, soal uraian).
4.

Penilaian proyek

Merupakan penilaian terhadap sutu tugas yang harus diselesaikan dalam periode
tertentu. Misal kemampuan peserta didik dalam memilih topik dan mencari
informasi serta dalam mengelola waktu pengumpulan data dan penulisan laporan.
5.

Penilaian produk

Penilaian terhadap keterampilan dalam membuat suatu produk tersebut. Misal


kemampuan peserta didik dalam membuat produk teknologi dan seni seperti hail
karya seni dan lain-lain.
6.

Penilaian portofolio

Merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi


yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode
tertentu. Misalnya hasil pekerjaan dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik
oleh peserta didiknya, hasil tes (bukan nilai).
7.

Penilaian diri

Penilaian dimana subjek yang ingin dinilai diminta untuk menilai dirinya sendiri
berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang
dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu. Penilaian ini dapat digunakan dalam
menilai berbagai aspek yang berkaitan dengan kompetensi kognitif, afektif dan
psikomotor.

Dalam

penilaian

aspek

kognitif

misalnya,

peserta

didik

diminta

untuk

menilaipenguasan pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai hasil belajar


dalam mata pelajaran tertentu. Dalam penilaian aspek afektif misalnya, peserta
didik diminta untuk membuat tulisan yang memuat curahan perasaannya
terhadap suatu obyek sikap tertentu. Dan dalam penilaian pada aspek psikomotor
misalnya, peserta didik diminta untuk menilai kecakapan / keterampilan yang
telah dikuasainya sebagi hasil belajar berdasarkan acuan / kriteria yang telah
disiapkan.
Selain jenis penilaian diatas Nurhadi (2004:162 ) mengemukakan bahwa jenis
penilaian dibagi menjadi lima yaitu :
Penilaian kelas, Penilaian yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui kemajuan
dan hasil belajar siswa, mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan umpan balik /
perbaikan proses belajar mengajar, dan penentuan kenaikan kelas. Penilaian kelas
terdiri atas ulangan harian, pemberian tugas dan ulangan umum.
Tes kemampuan dasar, dilakukan untuk mengetahui kemampuan membaca,
menulis, dan berhitung yang diperlukan dalam rangka memperbaiki program
pembelajaran.
Penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi, dilakukan untuk mendapatkan
gambaran secara utuh pencapaian ketuntasan belajar siswa dalam satuan waktu
tertentu
Benchmarking, penilaian terhadap proses dan hasil untuk menuju ke suatu
keunggulan yang memuaskan.
Penilaian program, dilakukan secara berkala dan terus menerus oleh Departemen
Pendidikan Nasional, dan Dinas Pendidikan, untuk mengetahui kesesuaian
kurikulum

dengan

dasar,

fungsi,

dan

tujuan

pendidikan

nasional,

serta

kesesuaiannya dengan tuntutan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat.


Sedangkan mengenai jenis penilaian Hamalik (2003:212) juga menyatakan bahwa
jenis penilaian ada empat yaitu :

Penilaian sumatif yakni untuk menentukan angka kemajuan hasil belajar para
siswa.
Penilaian penempatan yaitu menempatkan para siswa dalam situasi belajar
mengajar yang serasi.
Penilaian diagnostik untuk membantu para siswa mengatasi kesulitankesulitan
belajar yang mereka hadapi.
Penilaian formatif yang berfungsi untuk memperbaiki proses belajar mengajar.

D.

Tujuan Penilaian

Sebagaimana tersebut di muka, kita mengenal tujuan umum evaluasi secara


umum, ialah untuk mengetahui ada atau tidaknya perubahan pada diri siswa,
serta tingkat perubahan yang dialaminya. Tetapi sebenarnya hal tersebut baru
merupakan sebagian tujuan penilaian. Tujuan atau fungsi penilaian siswa di
sekolah pada dasarnya dapat digolongkan ke dalam empat kategori :
Untuk mendapatkan umpan balik (feed back) kepada guru sebagai dasar untuk
memperbaiki proses belajar-mengajar dan mengadakan remidial program bagi
siswa.
Untuk menemukan angka kemajuan atau hasil belajar masing-masing siswa yang
antara lain diperlukan untuk pemberian laporan kepada orang tua, penentuan
kenaikan kelas dan penentuan lulustidaknya siswa.
Untuk menempatkan siswa dalam situasi belajar mengajar yang tepat sesuai
dengan kemampuan atau karakteristik lainnya yang dimiliki siswa.
Untuk mengenal latar belakang (psikologi, fisik dan lingkungan) siswa yang
mengalami kesulitankesulitan belajar, yang hasilnya dapat digunakan sebagai
dasar dalam memecahkan kesulitan-kesulitan tersebut.
Sehubungan dengan ke empat tujuan tersebut maka selanjutnya penilaian siswa di
sekolah dapat dibedakan menjadi empat jenis yaitu :

Penilaian Formatif : yang ditujukan untuk memperbaiki proses belajarmengajar


(fungsi pertama).
Penilaian Sumatif : ditujukan untuk keperluan menentukan angka kemajuan aat
hasil belajar siswa (fungsi kedua).
Penilaian Penempatan (placement) : ditujukan untuk menempatkan siswa dalam
situasi belajar-mengajar atau program pendidikan yang sesuai (fungsi ketiga).
Penilaian Diagnostik : guna membantu memecahkan kesulitan-kesulitan belajar
yang dialami oleh siswa-siswa tertentu (fungsi ke empat).
Jenis penilaian formatif dan penilaian sumatif menjadi tanggung jawab guru,
sedangkan penilaian penempatan dan penilaian diagnostik lebih merupakan
tanggung jawab petugas bimbingan dan penyuluhan. Depdiknas (2003:9) merinci
tujuan penilaian menjadi tujuh yaitu:
Mengetahui tingkat pencapaian kompetensi
mengukur pertumbuhan dan perkembangan siswa
Mendiagnosis kesulitan belajar siswa
Mengetahui hasil pembelajaran
Mengetahui pencapaian kurikulum
Mendorong siswa belajar
Mendorong guru untuk mengajar lebih baik
Selain tujuan penilaian di atas ada pendapat lain yang mengemukakan tujuan
penilaian, yaitu menurut Arikunto (1997:9) bahwa tujuan penilaian ada empat
yaitu :
Tujuan selektif, yaitu untuk memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu,
untuk memilih siswa yang dapat naik ke kelas atau tingkat berikutnya, untuk
memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa, untuk memilih siswa yang
sudah berhak meninggalkan sekolah.

Tujuan diagnostik, guru mengadakan diagnosa kepada siswa tentang kebaikan dan
kelemahannya, dengan diketahui sebab- sebab kelemahan ini maka akan lebih
mudah mencari cara untuk mengatasinya.
Tujuan penempatan, Dengan keterbatasan sarana dan tenaga, pendidikan, yang
bersifat individual kadang-kadang sukar sekali dilaksanakan, maka dengan
pendekatan ini akan dapat melayani perbedaan kemampuan dengan pengajaran
secara kelompok, untuk menentukan dengan pasti dikelompok mana seseorang
siswa harus ditempatkan maka digunakan suatu penilaian.
Tujuan mengukur keberhasilan, yaitu untuk mengetahui sejauh mana suatu
program berhasil diterapkan.
Dalam hubungannya dengan penilaian pendidikan dilakukan untuk :
Mengetahuai status siswa. Agar diketahui status siswa saat tertentu berada,
apakah memperpleh kemajuan atau tidak dalam mengikuti pembelajaran dan hasil
evaluasi oleh guru yang bias menjawabnya.
Mengadakan seleksi. Hasil penilaian bertujuan untuk memilih siswa yang dapat
mewakili sekolah dalam suatu lomba.
Mengetahui prestasi siswa. Agar diketahui prestasi atau pengetahuan yang dicapai
siswa guru haruslah mengadakan penilaian.
Mengetahui kelemahan dan kesulitan siswa. Atas dasar penilaian yang dilakukan
guru, maka akan diketahiui latar belakang siswa yang mengalami kelemahan dan
kesulitan belajar.
Mengadakan pengelompokan. Siswa dikelompokkan dalam kelompok-kelompok
kecil yang homogen agar memudahkan dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
Umumnya pengelompokamn ini didasarkan pada tingkat kemampuan dan
keterampilan, usia, jenis kelamin, dan minat.
Memberi motivasi siswa, Dengan demikian diketahui hasil belajar yang dicapi dan
sikap siswa akan menjadi pendorong terhadap siswa itu untuk belajar lebih giat.

Penempatan siswa. Untuk menempatkan siswa dalam situasi pembelajaran yang


tepat dan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswa.
Memberikan data pada pihak tertentu/ Dengan memberikan data itu pada sekolah
atau lembaga pendidikan dapat melaporkan hasil belajar siswa pada orang tua
murid dan juga masyarakat yang memerlukan keterangan.laporan ini dengan
berbentuk rapor, STTB, dan sebagainya (Depdiknas,2004 : 6).
Prinsip-prinsip penilaian dalam KTSP adalah prinsip penilaian hasil belajar berbasis
kompetensi.

Prinsip

belajar

tuntas

(mastery

learning)

untuk

pencapaian

kompetensi sangat efektif untuk meningkatkan kinerja akademik (Depdiknas,


2004: 24). Siswa tidak diperkenankan mengerjakan tugas berikutnya sebelum
mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar dan hasil yang
baik. Jika siswa dikelompokkan berdasarkan tingkat kemampuannya untuk
beberapa mata pelajaran, dan diajar sesuai dengan karakteristiknya maka
sebagian besar dari mereka akan mencapai ketuntasan. Adapun nilai ketuntaan
standar kompetensi ideal yaitu 100, namun standar nilai ini disesuaikan dengan
tiap sekolah dengan berbagai alasan yang melatarbelakanginya. Guru dan sekolah
dapat menetapkan nilai ketuntasan minimum secara bertahap dan terencana agar
memperoleh nilai ideal. Siswa yang belum tuntas harus mengikuti program
remedial. Depdiknas (2004 : 7) menyatakan bahwa prinsip atau kriteria penilaian
yaitu:
Validitas. Menilai apa yang seharusnya dinilai dan alat penilaian yang digunakan
sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan isinya mencakup semua
kompetensi yang terwakili secara proporsional.Dalam pelajaran bahasa misalnya,
guru menilai kompetensi berbicara, penilaian valid jika menggunakan tes lisan, jika
menggunakan tes tertulis tidak valid.
Reliabilitas. Penilaian yang reliable memungkinkan perbandingan yang reliable dan
menjamin konsistensi.Misal, guru menilai dengan proyek penilaian akan reliabel
jika hasil yang diperoleh itu cenderung sama bila proyek itu dilakukan lagi dengan
kondisi yang relatif sama, untuk menjamin penilaian yang reliabel petunjuk
pelaksanaan priyek dan penskorannya harus jelas.

Terfokus pada kompetensi. Dalam pelaksanaan KTSP, penilaian harus terfokus


pada pencapaian kompetensi rangkaian kemampuan), bukan pada penguasaan
materi (pengetahuan).
Keseluruhan

atau

komprehensif. Penilaian

harus

menyeluruh

dengan

menggunakan beragam cara dan alat untuk menilai beragam kompetensi atau
kemampuan peserta didik, sehingga tergambar profil kemampuan peserta didik.
Objektivitas. Penilaian harus dilaksanakan secara obyektif, untuk itu penilaian
harus adil, terencana, berkesinambungan, menggunakan bahasa yang dapat
dipahami peserta didik dan menerapkan kriteria yang jelas dalam pembuatan
keputusan atau pemberian angka.
Mendidik. Penilaian dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran bagi guru
dan meningkatkan kualitas belajar bagi peerta didik.
Selain prinsip penilaian di atas Nurhadi (2004:164) merinci prinsip penilaian
menjadi delapan yaitu :
Menyeluruh. Penilaian

dapat

di

lakukan

dengan

berbagai

teknik

termasuk

mengumpulkan berbagai bukti bagi hasil belajajar siswa. Penilaian meliputi


pengetahuan (kognitif), ketrampilan (psikomotor), sikap (afektif).
Berkesinambungan. Pelaksanaan penilaian dilakukan dengan berencana, bertahap,
dan terus-menerus untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan belajar
siswa.
Valid. Penilaian harus memberikan informasi yang akurat tentang hasil belajar
siswa, misalnya apabila pembelajaran menggunakan pendekatan eksperimen
maka kegiatan melakukan eksperimen harus menjadi salah satu obyek yang di
nilai.
Terbuka. Proses dari hasil penilaian harus bersifat terbuka dan diterima semua
pihak terkait yaitu siswa, guru, sekolah, orang tua, dan masyarakat.
Bermakna. Penilaian hendaknya mudah di pahami, mempunyai arti, berguna, dan
bisa di tindak lanjuti oleh semua pihak. Makna bagi guru, hasil penilaian dapat
bermakna untuk meningkatkan prestasi siswa, memberikan hasil kemajuan siswa

dan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan belajar mengajar pada masa
yang akan datang.
Mendidik. Hasil penilaian harus dapat membina dan memberi dorongan kumparan
siswa untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Berorientasi pada kompetensi. Penilaian harus menilai pencapaian kompetensi
yang dimaksud dalam kurikulum.
Adil. Penilaian harus adil terhadap semua siswa dengan tidak membedakan latar
belakang sosial-ekonomi, budaya, bahasa dan kelamin.
Sementara menurut Depdiknas (2004:8) dalam prinsip penilaian kelas yaitu guru
sehaharusya:

a)

memandang

penilaian

dan

KBM

itu

secara

terpadu,

b)

mengembangkan strategi yang mendorong dan memperkuat penilaian sebagai


cermin diri, c) melakukan berbagai strategi penilaian didalam program pengajaran
untuk menyediakan berbagai jenis informasi tentang hasil belajar peserta didik, d)
mempertimbangkan

berbagai

kebutuhan

khusus

peserta

didik,

e)

mengembangkan dan menyediakan system pencatatan yang bervariasi dalam


pengamatan kegitan belajar peserta didik, dan (f) menggunakan cara dan alat
penilaian yang bervariasi dalam rangka mengumpulkan informasi untuk membuat
keputusan tentang tingkat pencapaian peserta didik (Depdiknas, 2004:8).
E.

Kriteria Penilaian

Sudah

Anda

ketahui,

bahwa

evaluasi

merupakan

kegiatan

yang

meliputi

pengumpulan bukti-bukti yang kemudian dijadikan dasar pengambilan keputusan


tentang keberhasilan siswa mengikuti pelajaran. Agar pengambilan keputusan
tidak merupakan perbuatan yang subjektif, makaa diperlukan patokan pedoman,
aat kriteriaa tertentu, kriteria tersebut dapat digunakan sebagai ukuran, apakah
seseorang siswa telah memenuhi persyaratan untuk dikategorikan berhasil, naik,
lulus, atau tidak. Kriteria ini disebut orientasi penilaian atau standar penilaian.
Standar penilaian ada tiga yaitu :
Standar yang mutlak : Dinamakan demikian karena kriteria ini bersifat tetap (tidak
bisa ditawar) dan tidak dipengaruhi oleh prestasi sesuatu kelompok. Misalkan

dalam mata pelajaran IPS, mungkin standar tersebut dapat dirumuskan sebagai
berikut : untuk dapat dinyatakan lulus siswa harus dapat menjawab pertanyaanpertanyaan dengan betul paling sedikit 70% dari soalsoal yang diberikan. Ini
berarti bahwa siswa yang menjawab dengan benar kurang dari 70% jumlah soal
yang diberikan tidak dapat dinyatakan berhasil, apapun yang terjadi.
Standar yang relatif, pada standar yang relaatif ini keberhasilan seorang siswa
ditentukan oleh posisinya diantara kelompok siswa yang mengikuti evaluasi. Dapat
juga

dikatakan

bahwa

keberhasilan

dipengaruhi

oleh

tempat

relatifnya

dibandingkan dengan prestasi (rata-rata) kelompok.


Standar perbuatan sendiri. Jika Anda menggunakan kriteria ini keberhasilan siswa
didasarkan pada performance yang dilakukan sebelumnya, misalnya seminggu
yang lalu, Kholid mampu meloncat 1,05 meter dan sekarang dapat meloncat
setinggi 1,10 meter, ini merupakan kemajuan (keberhasilan) baginya, dan dapat
dinyatakan lulus.
F.

Prinsip Dasar Penilaian

Setiap orang akan selalu belajar, artinya bahwa aktivitas belajar tidak berhenti.
Tetapi akan terus berkelanjutan. Begitu juga para siswa yang sedang belajar akan
terus belajar sampai mencapaai hasil yang diharapkan. Dalam hal ini tidak ada
istilah gagal, tetapi hanya belum mencapainya. Pada saatnya nanti akan dapat
mencapai hasil belajar yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan konsep belajar
tuntas dan belajar berkelanjutan.
Kurikulum berbasis kompetensi dan kemampuan dasar sangat cocok dengan
prinsip belajar berkelanjutan, begitu juga kegiatan penilaiannya, berupa sistem
penilaian yang berkelanjutan. Jadi selain prinsip menyeluruh, penilaian untuk mata
pelajaran

pengetahuan

sosial

juga

perlu

dikembangkan

sistem

penilaian

berkelanjutan. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran yang utuh


mengenai perkembangan hasil belajar siswa sebagai dampak langsung (main
effect)

maupun

dampak

pembelajaran. Sistem

tidak

penilaian

langsung
pada

mata

(naturant

effect)

pelajaran

mengikuti prinsip-prinsip penilaian yang berlaku umum yaitu :

dari

pengetahuan

proses
sosial

Menyeluruh. Penguasaan kompetensi dalam mata pelajaran pengetahuan sosial


hendaknya menyeluruh baik menyangkut standar kompetensinya, kompetensi
dasar,

indikator,

pencapaian,

maupun

aspek-aspek

intelektual,

sikap

dan

tindakannya, beserta keseluruhan proses dalam upaya penguasaan kompetensi


tersebut.
Berkelanjutan. Sistem

penilaian

berkelanjutan

menagih

pencapaian

semua

kompetensi dasar yang telah dipelajari yaitu dalam bentuk ujian. Selanjutnya hasil
ujian dianalisis untuk mengetahui kompetensi dasar yang telah dicapai dan yang
belum mencapai diminta mengikuti program remedial, dan bila sudah siap diuji
lagi. Bagi yang telah mencapai kompetensi dasar diberi program pengayaan.
Strategi pembelajaran yang dilakukan sebelumnya, agar siswa tidak bosan. Jadi
pada sistem penilaian berkelanjutan semua kompetensi dasar diujikan, hasilnya
dianalisis untuk menentukan strategi pembelajaran berikutnya hingga semua
siswa diharapkan mencapai kompetensi dasar yang diharapkan.
Berorientasi pada indikator. Berorientasi pada indikator ketercapaian hasil belajar
sistem penilaian dalam pembelajaran pengetahuan sosial harus mengacu pada
indikator ketercapaian hasil kemampuan dasar yang sudah ditetapkan dari setiap
standar kompetensi dengan demikian hasil penilaian memberikan gambaran
mengenai perkembangan pencapaian kompetensi dasar pengetahuan sosial telah
dikuasai oleh siswa.
Sesuai dengan pengalaman belajar. Sistem penilaian dalam pengetahuan sosial
harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses
pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas
kunjungan

lapangan

maka

evaluasi

harus

diberikan

baik

pada

proses

(keterampilan proses) misalnya teknik wawancara, maupun produk atau hasil


melakukan kunjungan lapangan yang berupa informasi yang dibutuhkan.
Sistem penilaian berbasis kompetensi dasar adalah sistem penilaian yang
berkelanjutan dengan kriteria tercapaian kompetensi tertentu. Tercapainya suatu
kompetensi ditandai dengan tampilnya indikator tertentu setelah menempuh
pengalaman belajar tertentu seluruh indikator dikembangkan menjadi butir-butir
soal kemudian diaplikasikan dengan menggunakan berbagai teknik penilaian baik

pada ujian formatif, pertanyaan lisan, kuis di kelas, ulangan harian, tugas,
pekerjaan rumah, maupun ujian sumatif yang tidak harus bersamaan dengan akhir
semester atau ulangan umum kenaikan.
Penentuan teknik penilaian yang digunakan didasarkan pada kompetensi dasar
yang dinilai, dan harus ditelaah oleh sejawat dalam mata pelajaran yang sama.
Hasilnya dianalisis guna menentukan kompetensi dasar yang telah dan yang
belum dikuasai, serta kesulitan. Kesulitan yang dialami siswa, sehigga dapat
ditentukan tindak lanjut yang sesuai dengan kesulitannya apabila sebagian besar
siswa belum menguasai suatu kompetensi dasar, maka dilakukan program
pembelajaran ulang. Untuk seluruh siswa tentang kompetensi dasar tersebut. Bila
yang belum mengusai hanya sebagian kecil, maka remedi dilakukan secara
individual atau kelompok yang bersangkutan saja. Bagi siswa yang telah mengusai
kompetensi dasar tertentu diberi tugas untuk pengayaan.
Ujian sumatif dapat diselenggarakan untuk setiap standar kompetensi atau
sekelompok kompetensi dasar yang merupakan satu kebulatan dalam bentuk
kemampuan tertentu. Oleh karena itu dalam sistem penilaian berkelanjutan, guru
harus mengembangkan kisi-kisi soal ujian secara menyeluruh untuk satu semester
dengan teknik penilaian yang tepat. Kisi-kisi sistem penilaian berbasis kompetensi
berisi rancangan sistem penilaian. Penilaian merupakan langkah terakhir untuk
menentukan sejauh mana tujuan pembelajaran bisa tercapai. Melalui penilaian,
keberhasilan anak dan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dapat
diukur.
Penilaian hendaknya memiliki prinsip objektif, artinya dalam melakukan suatu
penilaian, hendaknya guru bertindak adil dan tidak pandang bulu Penilaian
hendaknya

memiliki

prinsipkejelasan,

artinya

dalam

melakukan

penilaian

hendaknya guru memahami semuanya dengan jelas.


Penilaian hendaknya dikerjakan dengan seksama, artinya semua komponen untuk
menilai siswa sudah disiapkan oleh guru secara cermat dan seksama.
Penilaian hendaknya menggunakan prinsip representatif, artinya dalam menilai
hendaknya guru mampu melakukannya secara menyeluruh. Semua materi yang

telah disampaikan dalam kegiatan pembelajaran di kelas harus dapat dinilai


secara representatif.
Penilaian hendaknya dilaksanakan dengan menggunakan prinsip terbuka, artinya
apa pun bentuk soal yang dibagikan kepada siswa, hendaknya model penilaiannya
diinformasikan secara terbuka kepada siswa. Model penilaian yang dimaksud
antara lain meliputi bobot skor masing-masing soal, kejelasan maksud soal, serta
hal-hal lain yang perlu mendapat perhatian dari siswa ketika menjelang
pelaksanaan penilaian.

G.

Penyusunan Instrumen

1.

Jenis Penilaian (Tagihan)

Penilaian atau tagihan merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk
menunjukkan hasil belajar yang telah dicapainya. Jenis tagihan yang dapat
digunakan dalam sistem penilaian berbasis kompetensi pada mata pelajaran
pengetahuan sosial antara lain : 1) Kuis, bentuknya berupa isian singkat dan
menanyakan hal-hal yang bersifat prinsip. Biasanya dilakukan sebelum pelajaran
dimulai kurang lebih 15 menit. Kuis dilakukan untuk mengungkap kembali
penguasaan pelajaran oleh siswa, 2) Pertanyaan lisan di kelas, pertanyaanpertanyaan yang diucapkan oleh guru dengan tujuan memperkuat pemahaman
terhadap konsep dan prinsip, 3) Ulangan harian, 4) Tugas individu, 5) Tugas
kelompok, 6) Ujian sumatif, ujian yang dilaksanakan setiap standar kompetensi
atau beberapa satuan kompetensi dasar, 7) Ujian akhir, yaitu ujian yang
dilaksanakan pada akhir program persekolahan.
2.

Bentuk Instrumen (Soal)

Bentuk soal uraian : Soal uraian bebas Soal uraian terbatas Soal uraian
terstruktur
Bentuk soal objektif : Isian singkat Benar-salah Menjodohkan Pilihan
ganda : Melengkapi pilihan Hubungan antar hal Tinjauan kasus Asosiasi

pilihan ganda Membaca diagram (Bentuk-bentuk soal ini semua Anda sudah
sangat familier, sehigga tidak perlu disajikan contoh)
3.

Bentuk-Bentuk Instrumen Nontes

Pengukuran dengan teknik nontes meliputi :


a.

Pengamatan atau observasi

Observasi dapat dilakukan secara langsung pada saat siswa melakukan aktivitas
belajar.

Kemampuankemampuan

yang

muncul

menggambarkan

tingkat

kemampuan yang muncul menggambarkan tingkat kemampuan yang berhasil


dikuasai. Jika Anda bermaksud untuk melakukan pengamatan, hendaknya
dipersiapkan lembar observasi baik berupa daftar cek (check list) maupun catatan
biasa, untuk lembar observasi dalam bentuk check list :
Observasi

biasanya

digunakan

untuk

menilai

perbuatan,

terutama

aspek

psikomotor atau keterampilan tertentu, yang berkaitan dengan proses. Dalam


mata pelajaran pengetahuan sosial misalnya keterampilan wawancara,berdiskusi,
membuat peta dan sebagainya.
b

Dokumentasi

Penilaian dilakukan dengan cara melihat kerja siswa yang diperoleh selama
kegiatan pembelajaran. Dokumen hasil karya siswa berupa kesimpulankesimpulan
diskusi kelompok, kliping dan sebagainya.
c.

Penugasan. Pemberian tugas dapat secara individual atau kelompok.

d.

Portofolio

Portofolio adalah kumpulan hasil karya siswa dalam satu periode tertentu yang
menggambarkan perkembangan dalam aspek atau satu bidang tertentu. Portofolio
cocok untuk mengetahui perkembangan kompetensi siswa.
H.

Penskroran

Untuk menentukan keberhasilan siswa dalam sistem penilaian ini dilakukan


penskroran dan penentuan kriteria keberhasilan belajar. Secara umum sistem

penilaian pengetahuan sosial menggunakan prinsip Belajar Tuntas (Mastery


Learning) dimana siswa dikatakan berhasil bila telah mencapai kriteria 75%
penguasaan (mastery). Namun secara khusus sistem penilaian pengetahuan sosial
perlu

memperhatikan

keterkaitannya

dengan

ranah-ranah

kognitif,

afektif,

psikomotor dimana masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda.


I.

Pemanfaatan dan Pelaporan hasil Penilain Kelas

Penilaian kelas yang menghasilkan informasi tentang kemajuan pencapaian


kompetensi menyeluruh setiap peserta didik dengan menggunakan berbagai
tehnik bermanfaat untuk : (a) perbaikan/remidial bagi anak yang kurang
berprestasi, (b) pengayaan bagi peserta didik cepat, (c) perbaikan program dan
proses pembelajaran, (d) pelaporan dan (e) penentuan kenaikan kelas.
Pelaporan

hasil

belajar

yang

dilakukan

oleh

guru

atas

perkembangan

pembelajaran siswa berupa raport. Raport adalah laporan kemajuan belajar


peserta didik dalam kurun waktu satu semester. Laporan prestasi mata pelajaran
berisi informasi tentang pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan dalam
kurikulum. Laporan disajikan dalam bentuk yang lebih rinci agar orangtua dapat
mengetahui hasil belajar anaknya dalam menguasai kompetensi mata pelajaran.
Disamping itu, ada catatan guru tentang pencapaian kompetensi tertentu sebagai
masukan kepada anak dan orang tuanya untuk membantu kinerjanya.
Nilai pada raport merupakan gambaran kemampuan peserta didik karena itu
kedudukan atau bobot nilai harian dan nilai sumatif (nilai akhir semester) sama.
Nilai sumatif merupakan kumpulan nilai harian yang terdiri dari standar
kompetensi, kompetensi dasar, serta indikator-indikator hasil belajar. Nilai laporan
hasil belajar per semester merupakan nilai kumulatif dari hasil pencapaian standar
kompetensi dan kompetensi dasar selama siswa mngikuti pembelajaran pada
semester yang terkait yang diperoleh melalui ujian lisan, tertulis, wawancara, kuis,
praktik, tugas-tugas dan lainnya serta hasil remidial.
J.

Pengembangan Alat Penilaian dalam Bentuk Tes dan Non-Tes

Alat penilaian dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu dengan teknik tes dan
teknik non-tes. Pembahasan mengenai pengembangan alat penilaian pada kedua
teknik tersebut dapat Anda baca pada berikut.
1.

Pengembangan Alat Penilaian dengan Teknik Tes

Teknik tes merupakan salah satu alat, cara, dan langkah-langkah yang sistematik
untuk digunakan dalam mengukur sejumlah perilaku tertentu siswa. Berdasarkan
cara pelaksanaannya, teknik tes dikelompokkan sebagai berikut. Tes tertulis, yaitu
alat penilaian yang bentuk dan pelaksanaanya dilakukan secara tertulis. Tes lisan,
yaitu alat penilaian yang bentuk dan pelaksanaanya dilakukan secara lisan. Tes
perbuatan, yaitu alat penilaian yang baik pertanyaan maupun jawabannya
dilakukan secara tertulis maupun lisan, seperti praktek di laboratorium, praktik
kesenian, simulasi, dan deklamasi.
2.

Pengembangan Alat Penilaian dengan Teknik Non-Tes

Teknik

non-tes

adalah

alat

penilaian

yang

prosedurnya

tidak

sistematis

sebagaimana teknik tes. Akan tetapi, teknik non tes ini dapat dilakukan untuk
memperoleh gambaran mengenai karakteristik minat, sikap, atau kepribadian
siswa. Berdasarkan cara pelaksanaannya, teknik non-tes dikelompokkan sebagai
berikut.
a.

Skala sikap

yaitu alat penilaian yang digunakan untuk mengungkapkan sikap siswa melalui
tugas tertulis. Sikap artinya pendirin seseorang terhadap suatu peristiwa atas
obyek. Skala sikap alat penialain yang mengukur pendirian seseorang seperti
sangat setuju, ragu-ragu, setuju dan sangat tidak setuju
b.

Check list

yaitu alat penilaian yang pengisiannya dilakukan oleh guru atas dasar pengamatan
terhadap perilaku siswa. Dalam tes pengamatan, siswa tidak perlu selalu
diberitahu

sebelumnya

bahwa

perilaku

mereka

sedang

dimaksudkan untuk menjaga kealamiahan perilaku siswa


c.

Quesioner

diamati.

Hal

ini

yaitu alat penilaian yang penyajian maupun pengerjaannya dilakukan dengan cara
tertulis. Penyusunan angket diarahkan untuk menyaring infomasi mengenai
berbagai faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar.
d.

Catatan harian

yaitu suatu catatan mengenai perilaku siswa yang dipandang mempunyai kaitan
dengan perkembangan kepribadiannya. Misalnya, catatan mengenai siswa yang
memperlihatkan perilaku khusus seperti, suka terlambat, mengambil milik teman,
suka mengganggu, atau membuat gaduh
e.

Portofolio

yaitu

penilaian

dikembangkan

berdasarkan
oleh

koleksi

siswa/guru,

atau

berfungsi

kumpulan
untuk

bahan

menelaah

pilihan
proses,

yang
usaha,

perbaikan, dan pencapaian kinerja siswa secara objektif. Ada beberapa prinsip
yang perlu Anda perhatikan dalam penggunaan portofolio, yaitu (1) saling percaya
antara guru dan siswa (mutual trust), (2) milik bersama antara guru dan siswa
(joint

ownership),

(3)

keberhasilan

bersama

antara

guru

dan

siswa

(confidentiality), (4) kepuasan (satisfaction), serta (5) kesesuaian (relevance).


K.

Pengukuran

Pengukuran

adalah

penentuanbesaran,

dimensi,

atau

kapasitas,

biasanya

terhadap suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas
pada kuntlitas fisik, tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur hampir semua
benda yang bisa dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastianatau kepercayaan
konsumen. Pengukuran adalah proses pemberian angka-angka atau label kepada
unit

analisis

untuk

merepresentasikan

atribut-atribut

konsep.

Proses

ini

seharusnya cukup dimengerti orang walau misalnya definisinya tidak dimengerti.


Hal ini karena antara lain kita sering kali melakukan pengukuran.
Menurut Cangelosi (1995) yang dimaksud dengan pengukuran (measurement)
adalah suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk
mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan.
Dalam hal ini guru menaksir prestasi siswa dengan membaca atau mengamati apa
saja yang dilakukan siswa, mengamati kinerja mereka, mendengar apa yang

mereka katakan, dan menggunakan indera mereka seperti melihat, mendengar,


menyentuh, mencium, dan merasakan. Menurut Zainul dan Nasution (2001)
pengukuran memiliki dua karakteristik utama yaitu: 1) penggunaan angka atau
skala tertentu; 2) menurut suatu aturan atau formula tertentu.
Pengukuran adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk mengidentifikasi besar
kecilnya obyek atau gejala (Hadi, 1995). Pengukuran dapat dilakukan dengan dua
cara; 1) menggunakan alat-alat yang standar, 2) menggunakan alat-alat yang
tidak standar. Suryabrata (1984) mendefinisikan secara sederhana bahwa
pengukuran terdiri atas aturan-aturan untuk mengenakan bilangan-bilangan
kepada sesuatu obyek untuk mempresentasikan kuantitas atribut pada obyek
tersebut. Cronbach yang dikutip oleh Mehren (1973) mendefinisikan pengukuran
sebagai suatu prosedur yang sistematis untuk mengamati perilaku seseorang dan
menggambarkannya dengan bantuan skala numerik atau sistem pengkategorian.
Hamalik (1989), menyatakan bahwa kualitas dan kuantitas hasil pengukuran itu
banyak bergantung pada jenis dan mutu alat ukur yang digunakan. Menegaskan
pendapat tersebut, menurut Umar (1991) pengukuran adalah suatu kegiatan
untuk mendapatkan informasi data secara kuantitatif. Hasil dari pengukuran dapat
berupa informasiinformasi atau data yang dinyatakan dalam berntuk angka
ataupun uraian yang sangat berguna dalam pengambilan keputusan, oleh karena
itu mutu informasi haruslah akurat.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pengukuran
adalah suatu prosedur yang sistematis untuk memperoleh informasi data
kuantitatif baik data yang dinyatakan dalam bentuk angka maupun uraian yang
akurat, relevan, dan dapat dipercaya terhadap atribut yang diukur dengan alat
ukur yang baik dan prosedur pengukuran yang jelas dan benar.
Pengukuran menurut guilford (1982) yaitu sistem penetapan angka pada satu
tanda-tanda menurut aturan spesifik. Pengukuran pendidikan berbasis kompetensi
menurut pada klasifikasi observasi unjuk kerja atau kekuatan peserta didik
gunakan

satu

standar.

Pengukuran

bisa menggunakan

tes

serta

nontes. Measurement (pengukuran) merupakan proses yang mendeskripsikan


performance siswa dengan menggunakan suatu skala kuantitatif (system angka)
sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif dari performance siswa tersebut

dinyatakan dengan angka-angka (Alwasilah et al.1996). Pernyataan tersebut


diperkuat dengan pendapat yang menyatakan bahwa pengukuran merupakan
pemberian angka terhadap suatu atribut atau karakter tertentu yang dimiliki oleh
seseorang, atau suatu obyek tertentu yang mengacu pada aturan dan formulasi
yang jelas. Aturan atau formulasi tersebut harus disepakati secara umum oleh
para ahli (Zainul & Nasution, 2001).
Dengan demikian, pengukuran dalam bidang pendidikan berarti mengukur atribut
atau karakteristik peserta didik tertentu. Dalam hal ini yang diukur bukan peserta
didik tersebut, akan tetapi karakteristik atau atributnya. Senada dengan pendapat
tersebut, Secara lebih ringkas, Arikunto dan Jabar (2004) menyatakan pengertian
pengukuran (measurement) sebagai kegiatan membandingkan suatu hal dengan
satuan ukuran tertentu sehingga sifatnya menjadi kuantitatif.
Pengukuran merupakan proses yang mendeskripsikan performance siswa dengan
menggunakan suatu skala kuantitatif (system angka) sedemikian rupa sehingga
sifat kualitatif dari performance siswa tersebut dinyatakan dengan angka-angka
(Alwasilah et al.1996). Menurt Ign. Masidjo (1995: 14) pengukuran sifat suatu
objek adalah suatu kegiatan menentukan kuantitas suatu objek melalui aturanaturan tertentu sehingga kuantitas yang diperoleh benar-benar mewakili sifat dari
suatu objek yang dimaksud.
Menurut Cangelosi (1991) pengukuran adalah proses pengumpulan data melalui
pengamatan

empiris.

Pengertian

yang

lebih

luas

mengenai

pengukuran

dikemukakan oleh Wiersma & Jurs (1990) bahwa pengukuran adalah penilaian
numeric pada fakta-fakta dari objek yang hendak diukur menurut criteria atau
satuan-satuan

tertentu.

Jadi

pengukuran

bisa

diartikan

sebagai

proses

memasangkan fakta-fakta suatu objek dengan fakta-fakta satuan tertentu (Djaali


& Pudji Muljono, 2007). Sedangkan menurut Endang Purwanti (2008: 4)
pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk
memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda, sehingga
hasil pengukuran akan selalu berupa angka.
Dari pendapat ahli beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pengukuran
adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menentukan fakta kuantitatif yang

disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu sesuai dengan objek yang akan


diukur. Alwasilah et al.(1996), measurement (pengukuran) merupakan proses yang
mendeskripsikan performa siswa dengan menggunakan suatu skala kuantitatif
(sistem angka) sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif dari performa siswa
tersebut dinyatakan dengan angka-angka Arikunto dan Jabar (2004) menyatakan
pengertian pengukuran (measurement) sebagai kegiatan membandingkan suatu
hal dengan satuan ukuran tertentu sehingga sifatnya menjadi kuantitatif.
Cangelosi, James S. (1995), pengukuran adalah proses pengumpulan data secara
empiris yang digunakan untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan
tujuan yang telah ditentukan. Sridadi (2007) pengukuran adalah suatu prose yang
dilakukan secara sistematis untuk memperoleh besaran kuantitatif dari suatu
objek tertentu dengan menggunakan alat ukur yang baku.

L.

Evaluasi

Evaluasi dalam bahasa Inggris dikenal dengan istila Evaluation. Gronlund (1985)
berpendapat evaluaasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan
atau membuat keputusan, sampai sejauh mana tujuan proram telah tercapai.
Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Wrightstone, dkk (1956) yang
mengemukakan

bahwa

evaluasi

pendidikan

adalah

penaksiran

terhadap

pertumbuhan dan kemajuan siswa kearah tujuan atau nilai-nilai yang telah
ditetapkan dalam kurikulum (Djaali & Pudji Muljono, 2007).
Sedangkan Endang Purwanti (2008: 6) Berpendapat bahwa evaluasi adalah proses
pemberian makna atau penetapan kualitas hasil pengukuran dengan cara
membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu.
Sudiono, Anas (2005) mengemukakan bahwa secara harfiah kata evaluasi berasal
dari bahasa Inggris evaluation, dalam bahasa Indonesia berarti penilaian. Akar
katanya adalah value yang artinya nilai. Jadi istilah evaluasi menunjuk pada suatu
tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.
Frey, Barbara A., and Susan W. Alman. (2003): Evaluation The systematic process
of collecting, analyzing, and interpreting information to determine the extent to

which pupils are achieving instructional objectives. (Artinya: Evaluasi adalah


proses sistematis

pengumpulan,

analisis,

dan

interpretasi

informasi

untuk

menentukan sejauh mana siswa yang mencapai tujuan instruksional). Mardapi,


Djemari (2003), penilaian adalah kegiatan menafsirkan atau mendeskripsikan hasil
pengukuran. Zainul, Asmawi dan Noehi Nasution (2001), mengartikan penilaian
adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi
yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes
maupun nontes.

M.

Tahapan pelaksanaan evaluasi

Tahapan pelaksanaan evaluasi proses pembelajaran adalah penentuan tujuan,


menentukan desain evaluasi, pengembangan instrumen evaluasi, pengumpulan
informasi/data, analisis dan interpretasi dan tindak lanjut.
1.

Menentukan tujuan

Tujuan evaluasi proses pembelajaran dapat dirumuskan dalam bentuk pernyataan


atau pertanyaan. Secara umum tujuan evaluasi proses pembelajaran untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: (1) Apakah strategi pembelajaran yang
dipilih dan dipergunakan oleh dosen efektif, (2) Apakah media pembelajaran yang
digunakan oleh dosen efektif, (3) Apakah cara mengajar dosen menarik dan sesuai
dengan pokok materi sajian yang dibahas, mudah diikuti dan berdampak
mahasiswa mudah mengerti materi sajian yang dibahas, (4) Bagaimana persepsi
mahasiswa terhadap materi sajian yang dibahas berkenaan dengan kompetensi
dasar yang akan dicapai, (5) Apakah mahasiswa antusias untuk mempelajari
materi sajian yang dibahas, (6) Bagaimana mahasiswa mensikapi pembelajaran
yang dilaksanakan oleh dosen, (7) Bagaimanakah cara belajar mahasiswa
mengikuti pembelajaran yang dilaksanakan oleh dosen.
2.

Menentukan desain evaluasi

Desain evaluasi proses pembelajaran mencakup rencana evaluasi proses dan


pelaksana evaluasi. Rencana evaluasi proses pembelajaran berbentuk matriks
dengan kolom-kolom berisi tentang: No. Urut, Informasi yang dibutuhkan,

indikator, metode yang mencakup teknik dan instrumen, responden dan waktu.
Selanjutnya

pelaksana

evaluasi

proses

adalah

dosen

mata

kuliah

yang

bersangkutan.
3.

Penyusunan instrumen evaluasi

Instrumen evaluasi proses pembelajaran untuk memperoleh informasi deskriptif


dan/atau informasi judgemental dapat berwujud (1) Lembar pengamatan untuk
mengumpulkan informasi tentang kegiatan belajar mahasiswa dalam mengikuti
pembelajaran yang dilaksanakan oleh dosen dapat digunakan oleh dosen sendiri
atau oleh mahasiswa untuk saling mengamati, dan (2) Kuesioner yang harus
dijawab

oleh

mahasiswa

berkenaan

dengan

strategi

pembelajaran

yang

dilaksanakan dosen, metode dan media pembelajaran yang digunkan oleh dosen,
minat, persepsi maha-siswa tentang pembelajaran untuk suatu materi pokok
sajian yang telah terlaksana.
4.

Pengumpulan data atau informasi

Pengumpulan data atau informasi dilaksanakan secara obyektif dan terbuka agar
diperoleh informasi yang dapat dipercaya dan bermanfaat bagi peningkatan mutu
pembelajaran. Pengumpulan data atau informasi dilaksanakan pada setiap akhir
pelaksanaan

pembelajaran

untuk

materi

sajian

berkenaan

dengan

satu

kompetensi dasar dengan maksud dosen dan mahasiswa memperoleh gambaran


menyeluruh dan kebulatan tentang pelaksanaan pembelajaran yang telah
dilaksanakan untuk pencapaian penguasaan satu kompetensi dasar.
5.

Analisis dan interpretasi

Analisis dan interpretasi hendaknya dilaksanakan segera setelah data atau


informasi terkumpul. Analisis berwujud deskripsi hasil evalusi berkenaan dengan
proses pembelajaran yang telah terlaksana; sedang interpretasi merupakan
penafsiran terhadap deskripsi hasil analisis hasil analisis proses pembelajaran.
Analisis dan interpretasi dapat dilaksanakan bersama oleh dosen dan mahasiswa
agar hasil evaluasi dapat segera diketahui dan dipahami oleh dosen dan mahasiswa sebagai bahan dan dasar memperbaiki pembelajaran selanjutnya.
6.

Tindak lanjut

Tindak lanjut merupakan kegiatan menindak lanjuti hasil analisis dan interpretasi.
Dalam evaluasi proses pembelajaran tindak lanjut pada dasarnya berkenaan
dengan

pembelajaran

yang

akan

dilaksanakan

selanjutnya

dan

evaluasi

pembelajarannya. Pembelajaran yang akan dilaksanakan selanjutnya merupakan


keputusan tentang upaya perbaikan pembelajaran yang akan dilaksanakan
sebagai upaya peningkatan mutu pembelajaran; sedang tindak lanjut evaluasi
pembelajaran berkenan dengan pelaksanaan dan instrumen evaluasi yang telah
dilaksanakan

mengenai

tujuan,

proses

dan

instrumen

evaluasi

proses

pembelajaran.
Evaluasi Hasil Belajar antara lain mengunakan tes untuk melakukan pengukuran
hasil belajar.Tes dapat didefinisikan sebagai seperangkat pertanyaan dan/atau
tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait, atribut
pendidikan, psikologik atau hasil belajar yang setiap butir pertanyaan atau tugas
tersebut

mempunyai

jawaban

atau

ketentuan

yang

dianggap

benar. Pengukuran diartikan sebagai pemberian angka pada status atribut atau
karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau obyek tertentu menurut
aturan atau formulasi yang jelas. Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil
keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran
hasil belajar baik yang menggunakan instrumen test maupun non-test. Penilian
dimaksudkan untuk memberi nilai tentang kualitas hasil belajar Secara klasik
tujuan

evaluasi

hasil

belajar

adalah

untuk

membedakan

kegagalan

dan

keberhasilan seorang peserta didik.


Dalam perkembangannya evaluasi dimaksudkan untuk memberikan umpan balik
kepada peserta didik maupun kepada pembelajar sebagai pertimbangan untuk
melakukan perbaikan serta jaminan terhadap pengguna lulusan sebagai tanggung
jawab institusi yang telah meluluskan. Tes, pengukuran dan penilaian berguna
untuk : seleksi, penempatan, diagnosis dan remedial, umpan balik, memotivasi
dan membimbing belajar, perbaikan kurikulum dan program pendidikan serta
pengembangan ilmu. Tahapan Evaluasi Tahapan pelaksanaan evaluasi hasil belajar
adalah penentuan tujuan, menentukan desain evaluasi, pengembangan instrumen
evaluasi, pengumpulan informasi/data, analisis dan interpretasi serta tindak lanjut.

Menentukan tujuan. Tujuan evaluasi hasil belajar yaitu untuk mengetahui capaian
penguasaan kompetensi oleh setiap mahasiswa sesuai rencana pembelajaran
yang disusun oleh guru mata pelajaran atau guru kelas. Kompetensi yang harus
dikuasai oleh siswa mencakup koginitif, psikomotorik dan afektif.
Menentukan Rencana Evaluasi. Rencana evaluasi hasil belajar berwujud kisi-kisi,
yaitu

matriks

yang

menggambarkan

keterkaitan

antara behavioral

objectives (kemampuan yang menjadi sasaran pembelajaran yang harus dikuasai


siswa) dan course content (materi sajian yang dipelajari siswa untuk mencapai
kompetensi)

serta

teknik

evaluasi

yang

akan

digunakan

dalam

menilai

keberhasilan penguasaan kompetensi oleh siswa.


Penyusunan

Instrumen

Evaluasi. Instrumen

evaluasi

hasil

belajar

untuk

memperoleh informasi deskriptif dan/atau informasi judgemantal dapat berwujud


tes maupun non-test. Tes dapat berbentuk objektif atau uraian; sedang non-tes
dapat berbentuk lembar pengamatan atau kuesioner. Tes objektif dapat berbentuk
jawaban singkat, benarsalah, menjodohkan dan pilihan ganda dengan berbagai
variasi : biasa, hubungan antar hal, kompleks, analisis kasus, grafik dan gambar
tabel. Untuk tes uraian yang juga disebut dengan tes subjektif dapat berbentuk tes
uraian bebas, bebas terbatas, dan terstruktur. Selanjutnya untuk penyusunan
instrumen tes atau nontes, guru harus mengacu pada pedoman penyusunan
masing-masing jenis dan bentuk tes atau non tes agar instrumen yang disusun
memenuhi syarat instrumen. yang baik, minimal syarat pokok instrumen yang
baik, yaitu valid (sah) dan reliabel (dapat dipercaya).
4. Pengumpulan data atau informasi. Pengumpulan data atau informasi dalam
bentuknya adalah pelaksanaan testing/penggunaan instrumen evaluasi harus
dilaksanakan secara obyektif dan terbuka agar diperoleh informasi yang sahih dan
dapat dipercaya sehingga bermanfaat bagi peningkatan mutu pembelajaran.
Pengumpulan data atau informasi dilaksanakan pada setiap akhir pelaksanaan
pembelajaran untuk materi sajian berkenaan dengan satu kompetensi dasar
dengan maksud dosen dan mahasiswa memperoleh gambaran menyeluruh dan
kebulatan tentang pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan untuk
pencapaian penguasaan satu kompetensi dasar

Analisis dan interpretasi. Analisis dan interpretasi hendaknya dilaksanakan segera


setelah data atau informasi terkumpul. Analisis berwujud deskripsi hasil evalusi
berkenaan dengan hasil belajar mahasiswa, yaitu penguasaan kompetensi; sedang
interpretasi merupakan penafsiran terhadap deskripsi hasil analisis hasil belajar
mahasiswa. Analisis dan interpretasi didahului dengan langkah skoring sebagai
tahapan penentuan capaian penguasaan kompetensi oleh setiap siswa. Pemberian
skoring terhadap tugas dan/atau pekerjaan siswa harus dilaksanakan segera
setelah pelaksanaan pengumpulan data atau informasi serta dilaksanakan secara
objektif. Untuk menjamin keobjektifan skoring guru harus mengikuti pedoman
skoring sesuai dengan jenis dan bentuk tes/instrumen evaluasi yang digunakan.
Tindak lanjut. Tindak lanjut merupakan kegiatan menindak lanjuti hasil analisis dan
interpretasi. Sebagai rangkaian pelaksanaan evaluasi hasil belajar tindak lanjut
pada

dasarnya

berkenaan

dengan

pembelajaran

yang

akan

dilaksanakan

kelanjutnya berdasarkan hasil evaluasi pembelajaran yang telah dilaksanakan dan


berkenaan dengan pelaksanaan evaluasi pemebelajaran itu sendiri.
Tindak lanjut pembelajaran yang akan dilaksanakan selanjutnya merupakan
pelaksanaan keputusan tentang usaha perbaikan pembelajaran yang akan
dilaksanakan sebagai upaya peningkatan mutu pembelajaran. Tindak lanjut
berkenaan dengan evaluasi pembelajaran menyangkut pelaksanaan evaluasi
dengan instrumen evaluasi yang digunakan meliputi tujuan, proses dan instrumen
evaluasi hasil belajar.
Evaluasi dalam bidang pendidikan ditinjau dari sasarannya dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu evaluasi yang bersifat makro dan yang mikro. Evaluasi yang
bersifat makro sasarannya adalah program pendidikan pada umumnya, yaitu
program yang direncanakan untuk memperbaiki bidang pendidikan.

Evaluasi

mikro sering digunakan di tingkat kelas. Jadi sasaran evaluasi mikro adalah
program pembelajaran di kelas (Djemari Mardapi. 2000: 2).
Guru mempunyai tanggung jawab untuk menyusun dan melaksanakan program
pembelajaran di kelas, sedangkan pimpinan sekolah mempunyai tanggung jawab
untuk mengevaluasi program pembelajaran yang telah disusun dan dilaksanakan
oleh guru.

M.

Perbedaan Evaluasi, Penilaian, dan Pengukuran

Berdasarkan pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa penilaian adalah


suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang
diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun
nontes. Pengukuran adalah membandingkan hasil tes dengan standar yang
ditetapkan. Pengukuran bersifat kuantitatif. Sedangkan menilai adalah kegiatan
mengukur

dan

mengadakan

membanding-bandingkan

dan

estimasi
tidak

terhadap
sampai

hasil
ke

pengukuran
taraf

atau

pengambilan

keputusan.Penilaian bersifat kualitatif.


Agar lebih jelas perbedaannya maka perlu dispesifikasi lagi untuk pengertian
masing-masing :
Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan nilai,
kriteria-judgment atau tindakan dalam pembelajaran.
Penilaian dalam pembelajaran adalah suatu usaha untuk mendapatkan berbagai
informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan
hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik
melalui program kegiatan belajar.
Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk
menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat
kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian. Dalam dunia
pendidikan, yang dimaksud pengukuran sebagaimana disampaikan Cangelosi
(1995: 21) adalah proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris.
Dari pengertian di atas istilah evaluasi dan penilaian hampir sama, bedanya dalam
evaluasi berakhir dengan pengambilan keputusan sedangkan penilaian hanya
sebatas memberikan nilai saja. Berdasarkan pengertian antara istilah pengukuran,
penilaian dan evaluasi yang dikemukakan diatas, maka jelaslah sudah bahwa
pengukuran, penilaian dan evaluasi merupakan tiga konsep yang berbeda. Namun
demikian, dalam prakteknya dalam dunia pendidikan, ketiga konsep tersebut
sering dipraktikkan dalam satu rangkaian kegiatan

DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, et al. 1996. Glossary of educational Assessment Term. Jakarta: Ministry
of Education and Culture.
Alwasilah, et al. 1996. Glossary of educational Assessment Term. Jakarta: Ministry
of Education and Culture.
Anas sudiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta:PT.Grafindo persada, 2001.
Angelo, T.A., 1991. Ten easy pieces: Assessing higher learning in four dimensions.
In Classroom research: Early lessons from success. New directions in teaching and
learning(#46), Summer, 17-31.
Arikunto, S & Jabar. 2004. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Arikunto, S & Jabar. 2004. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek, Jakarta:
Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi. 1984. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Yogyakarta: Bina
Aksara.
Borg, W.R. & Gall, M.D. 1983. Educational research: An Introduction. NewYork &
London:
Calongesi, J.S. 1995. Merancang Tes untuk Menilai Prestasi Siswa. Bandung : ITB
Calongesi, James S. 1995. Merancang Tes untuk Menilai Prestasi Siswa. Bandung :
ITB
Darsono, Max, Prof, DR, dkk, 2000, Belajar dan Pembelajaran, Semarang : CV IKIP
Semarang Press
Depdiknas. 2003, Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian, Jakarta :
Depdiknas
Depdiknas. 2004, Cara Pengisian Laporan Hasil Belajar Siswa SMA, Jakarta :
Depdiknas

Depdiknas. 2004, KTSP SMA Pedoman Pengembangan Instrumen dan Penilaian


Ranah Afektif, Jakarta : Depdiknas
Depdiknas. 2004, KTSP SMA Pedoman Pengembangan Instrumen dan Penilaian
Ranah Psikomorik. Jakarta : Depdiknas
Depdiknas. 2004, KTSP SMA Pedoman Pengembangan Portofolio untuk Penilaian.
Jakarta : Depdiknas
Depdiknas. 2004, Kurikulum 2004 Kerangka Dasar, Jakarta : Depdiknas
Depdiknas. 2004, Panduan Penilaian, Penjurusan, Kenaikan Kelas dan Pindah
Sekolah di SMA, Jakarta : Depdiknas
Depdiknas. 2004, PedomanPenilaian Kelas, Jakarta : Depdiknas
Depdiknas. 2004. Modul Pembelajaran, Rembang : Sekda Pemkab Rembang
Djahiri, Ahmad Kosasih. 1992. Menelusuri Dunia Affective, Nilai Moral dan
Pendidikan Nilai Moral. Bandung: LPPMP IKIP Bandung.
Feczel, J. D. 1985. Towaed A Confluent Taxono My of Cognitive, and Psychomotor
Abilities in Communication, 34.
Frey, Barbara A., and Susan W. Alman. 2003. Formative Evaluation Through Online
Focus Groups, in Developing Faculty to use Technology, David G. Brown (ed.),
Anker Publishing Company: Bolton, MA.
Hamalik, Oemar, Penelitian Pendidikan, Bandung : Remaja Rosdakarya
Hamalik, Oemar. 2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.
Jakarta : Bumi Aksara
Imam Ghozali & Fuad. 2005. Structural equation modeling: Teori, konsep dan
aplikasi dengan program Lisrel 8,54. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro
Joreskog, K. & Sorbom, D. 1996. Lisrel 8: User reference guide. Chicago. Scientific
Software International.

Kirkpatrick, D.L. 1998. Evaluating training programs, The four levels (2nd ed.). San
Francisco: Berrett-Koehler Publisher, Inc
Kizlik, Bob. 2009. Measurement, Assessment, and Evaluation in Education.
Online :http://www.adprima.com/measurement.htm diakses tanggal 20-01-2013.
Kumano, Y. 2001. Authentic Assessment and Portfolio Assessment-Its Theory and
Practice. Japan: Shizuoka University.
Lehmann, H. 199). The Systems Approach to Education. Special Presentation
Conveyed in The International Seminar on Educational Innovation and Technology
Manila. Innotech Publications-Vol 20 No. 05.
Longman Djemari Mardapi. 2000. Evaluasi pendidikan. Makalah disampaikan pada
Konvensi Pendidikan Nasional tanggal 19 23 September 2000 di Universitas
Negeri Jakarta.
Mardapi, Djemari. 2003. Desain Penilaian dan Pembelajaran Mahasiswa. Makalah
Disajikan dalam Lokakarya Sistem Penjaminan Mutu Proses Pembelajaran tanggal
19 Juni 2003 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Masrukhi, Drs, Mpd, Makalah Model Pembelajaran Berbasis Portofolio. Bandung :
Rosdakarya
Mathew B. Miles dan A. Michael Huberman , 1992, Analisis Data Kualitatif , Jakarta :
UI Press
Mulyasa, E, 2004, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung : Rosdakarya
Nurhadi, 2004. Kurikulum 2004. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia
Overton, Terry. 2008. Assessing Learners with Special Needs: An Applied Approach
(7th Edition). University of Texas Brownsville
Palomba, Catherine A. And Banta, Trudy W. 1999. Assessment Essentials: Planning,
Implementing, Improving. San Francisco: Jossey-Bass
Plomp,

T.

1997. Development

Netherlands: Twente University.

research

on/in

educational

development.

Ruminiati, 2001. Pengembangann model penilaian PKn SD. Malang: Jurnal Sekolah
DasarTahun 10, Nomor 1, Mei 2001
Solimun. 2002. Structural equation modeling (SEM) Lisrel dan Amos. Malang:
Fakultas MIPA Universitas Brawijaya
Sridadi. 2007. Diktat Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran Penjas. Yogyakarta: FIK
UNY.
Stiggins, R.J. 1994. Student-Centered Classroom Assessment. New York : Macmillan
College Publishing Company
Stufflebeam, D.L. & Shinkfield, A.J. 1985. Systematic evaluation. Boston: Kluwer
Nijhof Publishing.
Sudiyono, A. 2003. Pengantar evaluasi pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Tayibnapis, F.Y. 2000. Evaluasi Program. Jakarta: Rineka Cipta
Wahab, Abdul Azis. 1993. Evaluasi Hasil Belajar PMP, Bandung: Jurusan PMP/Kn.
Wayan Nurkencana. (1993). Evaluasi Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional.
Winataputra, Udin Syarifudin.1991. Model Belajar Mengajar Bidang Studi PMP dan
Pendidikan IPS. Jakarta: Depdikbud.
Yusuf A.Muri. 2005. Evaluasi Pendidikan. Padang: Universitas Negeri Padang
Zainul & Nasution. 2001. Penilaian Hasil belajar. Jakarta: Dirjen Dikti
Zainul, Asmawi dan Noehi Nasution. 2001. Penilaian Hasil Belajar. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional

Anda mungkin juga menyukai