1, Januari 2016
Abstrak
Sejak awal abad ke-17 Batavia yang dahulu dikenal dengan nama Sunda Kelapa lalu menjadi
Jayakarta kemudian menjadi Batavia sudah berkembang menjadi sebuah pelabuhan dagang yang
menjalankan aktivitas perniagaan. Batavia merupakan pusat kota pemerintahan Hindia Belanda
sejak tahun 1619–1942. Sepanjang sejarah kolonial, administrasi dan daftar statistik pemerintah
kolonial membagi-bagi penduduk menurut bangsanya dan secara khusus memisahkan masyarakat
Cina dan Arab dari golongan pribumi.Batavia memiliki lokasi geografis sangat strategis, Batavia
sangat cocok untuk dijadikan pusat kegiatan ekonomi di Asia. Selain sebagai tempat berkumpulnya
kapal-kapal, Batavia selanjutnya juga berfungsi sebagai salah satu kota pelabuhan utama dalam
jaringan perdagangan Asia.
Dalam beberapa catatan sejarah bahwa golongan Arab dan Cina masuk wilayah Nusantara dan
berasimilasi dengan masyarakat pribumi hingga menjadi ‘peranakan’ atau orang-orang keturunan
yang lahir di Nusantara, namun oleh pemerintah dipaksakan dengan alasan untuk ‘melindungi’
kaum pribumi. Khususnya pedagang; tetapi pasti juga dengan alasan politik dan ekonomi.
Kebanyakan dari para pedagang ini membentuk sebuah mata rantai atau jaringan perdagangan
yang terjalin antar sesama komunitas. Sudah sejak lama masyarakatArab meninggalkan tanah air
mereka di Hadhramaut (Yaman Selatan) yang tandus,untuk memperbaiki hidup.Mereka
berdiaspora ke berbagai belahan dunia, termasuk ke Nusantara. Untuk berdagang dan
menyebarkan agama Islam kepada penduduk setempat.
Kata Kunci : Arab, Hadhramaut, Jaringan Ekonomi, Perdagangan, Batavia, 1900-1942.
Abstract
Since the beginning of 17th century, Batavia which was known as Sunda Kelapa then Jayakarta
then Batavia, had been a trading city which manykinds of trading activities were there. Batavia was
a centre of dutch east indies government since 1619-1942. Along the colonial history,
administration and statistic data of colonial government categorized their people based on their
nations and, specifically, separated the Chinese and Arabs from the natives.Batavia had a strategic
geography, Batavia was the best site for economic activites in Asia. Not only as a site for ships to
anchor, Batavia was also functioning as one of the main port towns in Asia trading network.
Depend on historical records the Chinese and Arabs kept entering the Nusantara and assimilated
theirselves with the natives as ‘offspring’ or descendants who were born in Nusantara, however the
government forced them to be separated with reason to protect the natives.Especially the traders,
which the other political and economic reasons were included as well. Majority of the traders
created trader cycles or networks which were consolidated within the community. Since a long time
ago the Arabs left their hometowns in the dry Hadhramaut (South Yemen), including to Nusantara
to make livings. They went overseas diasporically. They did trading and teaching religions to
natives.
Keywords: Arabs, Hadhramaut, Networking Economy, Trade, Batavia, 1900-1942.
1
Pusat Studi Indonesia-Arab (PSIA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, akhmad.yusuf@uinjkt.ac.id
Al-Turāṡ Vol. XXII No.1, Januari 2016 99
meskipun para pendirinya sudah Arab mencapai 5 juta, yang 4 juta paling
mengundurkan diri. Bahkan dalam hukum tidak adalah milik masyarakat Arab yang
Islam sama sekali tidak mengatur bermukim di Singapura.21
perusahaan-perusahaan yang menggunakan Meskipun demikian, sebagian besar
nama kolektif dan mengenai status sosial orang Arab yang memiliki bangunan tetap
dari rumah dagang pada umumnya. meminati perdagangan dan menggunakan
Meskipun mengakui sejumlah jenis sebagian dari modalnya untuk dipinjamkan
asosiasi dagang, setiap pedagang melakukan sebagai modal kepada rekan dagangnya,
usahanya dan menandatangani atas namanya orang Cina dan Pribumi. Dahulu sebelum
sendiri dan bila berada dalam asosiasi, atas memasuki abad ke-20 ini, mereka suka juga
nama rekan usahanya.20 Ciri pribadi di membeli kapal-kapal besar, namun cara
dalam usaha itu bertentangan dengan investasi itu sekarang sudah kurang
pendirian usaha dagang yang eksistensinya menguntungkan. Mereka yang masih
legal di luar para pemiliknya. Ciri tersebut memilikinya berusaha melepaskannya tanpa
merupakan syarat utama agar sebuah rumah terlalu banyak merugi.
dagang diakui dan dapat bertahan lama. Masyarakat Arab di Nusantara, dikenal
Mengenai modal tak bergerak di dalam sebagai sosok pedagang dan pekerja keras.
perdagangan yang sebenarnya, masyarakat Dapat dikatakan bahwa komunitas ini
Arab lebih suka menginvestasikan pada merupakan salah satu pesaing kuat golongan
gedung-gedung atau mereka membelinya Cina dalam menguasai pasar apapun, meski
untuk kemudian dikontrakkan. Pada pada awal kedatangannya mereka lebih
wilayah-wilayah Nusantara termasuk banyak berdagang rempah dan persewaan
Batavia yang berada di bawah kekuasaan properti, namun seiring waktu banyak pula
pemerintah Hindia Belanda, kaum Pribumi masyarakat Arab yang menekuni bidang-
lazimnya hanya mempunyai hak memiliki bidang lainnya, terutama garmen dan
warisan dalam bentuk ladang yang hanya meubel.
dapat dijual kepada orang sebangsanya. Awal abad ke-19 merupakan puncak
Karena itu, investasi di desa hanya dapat perdagangan masyarakat Arab di Nusantara,
dijual kepada orang sebangsa. Akibatnya, dimana mereka memiliki hubungan dagang
investasi oleh orang Arab di desa dapat dengan Maskat dan Mekkah.22 Tak hanya
dikatakan dilarang. Nilai semua gedung menguasai pasar-pasar besar, wilayah
milik orang Arab di daerah jajahan Belanda perdagangan mereka bahkan menembus
sekitar 11 juta gulden. Di Batavia 2,5 juta, desa-desa hingga pernah mendapatkan
Semarang sekitar 1 juta, Surabaya sekitar 3 larangan dari Pemerintah Kolonial bagi
juta, Palembang sekitar 2,5 juta dan orang Arab untuk berdagang di pedesaan.
Pontianak kurang lebih 2 juta. Di daerah Komoditi utama dalam perdagangan
jajahan Inggris, diperkirakan gedung milik Arab adalah cita katun (bazz) dan katun
India (qumāsy) yang diimpor dari Eropa.
20
Perdagangan cita itu jauh melampaui
Pada tahun-tahun terakhir ini, dua atau tiga kali perdagangan komoditi lain yang dilakukan
seorang notaris di Batavia membujuk klien Arabnya
untuk menandatangani kontrak perusahaan, supaya oleh golongan Arab. Dimana-mana terdapat
mempunyai status sosial. Yang terjadi mereka,
21
menggunakan sebuah nama untuk rekan-rekan yang L.W.C van den Berg,Orang Arab di Nusantara,
berusaha bersama, misalnya “empat saudara al- terj. Rahayu Hidayat, (Jakarta: Komunitas Bambu,
Habsyi”, “keluarga dari al-Baghdadi”, dan 2010), h. 124.
sebagainya. Tentu saja, hakikat sosialnya tetap tidak 22
Lihat antara lain P.J. Veth, Borneo’s
berubah. Westerafdeling, Jil.I, hlm.371.
Al-Turāṡ Vol. XXII No.1, Januari 2016 103
oleh Eropa. Baru tahun-tahun terakhir abad Ketakutan akan pengeluaran sesaat membuat
ke-19 orang Arab dan Cina mulai turut mereka buta bahwa tanahnya memberikan
ambil bagian, namun masih dalam skala bunga sesuai apa yang dipinjamkannya.
yang sangat kecil. Kapal-kapal api Arab ini Maka tanah-tanah orang Arab pada
di antaranya melayani rute Singapura- umumnya memberi kesan kurang subur.27
Jeddah khususnya mengangkut para jama’ah Berikut ini adalah gambaran penghasilan
haji, para pemilik kapal-kapal itu memiliki dari sektor pertanian di Nusantara pada
agen-agen mereka di beberapa pelabuhan tahun 1926.
Nusantara yang diambil dari para pedagang
Arab.26 Pengahasilan Pertanian, 192628
Pertanian Arab terbatas dalam koloni- Kelas Persen Penghasilan
koloni di Batavia, Pontianak dan Singapura. rakyat (f.)
Kecuali keturunanya yang berdarah Pemilik
campuran, jarang ada orang Arab yang tanah: 2,5 1.090,49
memegang sektor ini. Sama halnya dengan Kaya 19,8 299,83
aristokrat Pribumi, orang Arab di Nusantara Biasa 27,1 147,65
tampaknya menganggap kerja tani tidak Miskin 3,4 118,75
sesuai dengan harkat mereka. Pada Penyewa 12,4 101,36
Keresidenan Batavia sejumlah masyarakat Buruh 19,6 120,32
Arab memiliki tanah luas yang disesuaikan Tani
oleh pemerintah khususnya pada awal abad Meijer Ranneft, Belastingdruk, hal. 10.
ke-19 dengan syarat pemiliknya menjamin
kepada penduduk Pribumi kepemilikan Profesi pengrajin yang sebenarnya
ladang, kebun dan tempat tinggal mereka hampir tidak masuk hitungan. Pekerjaan itu
secara turun-temurun. Meskipun demikian, hampir seluruhnya digeluti oleh masyarakat
kepemilikan turun-temurun disesuaikan Arab campuran. Di sekitar Batavia, terdapat
dengan keuntungan pemiliknya, untuk sebuah lembaga litografi milik sayid Uṣman
menjadi sumber penghasilan yang utama. bin Abd Allah bin Yahya. Di Palembang,
Pemilik Arab hampir tidak mengurusi untuk sayid yang lain memiliki sebuah percetakan.
keperluannya sendiri. Kemudian, di Nusantara ada lima ahli jam,
Di samping tuan-tuan tanah itu, masih tiga pengrajin perak, empat tukang kayu,
ada beberapa masyarakat Arab di Batavia seorang tukang jahit, seorang pembuat limun
yang memiliki kavling-kavling kecil untuk dan seorang masinis di kapal api milik
mengelola lahan pertanian tersebut atas pemerintah di kerajaan landak (pantai barat
persetujuan petani pemilik tanah dengan Borneo) beberapa Arab campuran berprofesi
sistem bagi hasil. Pada umumnya, di dalam pencari intan. Dari Pasuruan, Bangil,
pengaturan dan pengelolaan tanah-tanah Buleleng (Bali) dan Aceh dilaporkan bahwa
mereka, seperti juga dalam perdagangan, beberapa Arab campuran bahkan menjadi
sikap pelit mereka selalu jadi hambatan. penggotong mayat. Di dekat Batavia seorang
Hampir semua berusaha mengambil Arab kelahiran Hadhramaut memiliki pabrik
keuntungan sebesar-besarnya dari tanah bata (mīfā) yang cukup besar dan dua atau
mereka, tanpa berpikir untuk menjaga mutu
tanah dengan cara-cara yang ilmiah. 27
Van den Berg, Orang Arab di Nusantara, h. 135-
137.
28
J.S. Furnivall, Hindia Belanda Studi tentang
26
Van den Berg,Orang Arab di Nusantara, h. 127- Ekonomi Majemuk, terj. Samsudin Berlian, (Jakarta:
134-135. Freedom Institute, 2009), hal. 422.
Al-Turāṡ Vol. XXII No.1, Januari 2016 105
30
http://media-kitlv.nl/all-
media/indeling/detail/form/advanced/start/6?q_search
_beschrijving=arabieren&q_facet_beginjaar=1900-
1942diakses pada tanggal : 24 Desember 2014.
29 31
http://media-kitlv.nl/all- Seminar Sejarah Nasional IV, Sub Tema
media/indeling/detail/form/advanced/start/2?q_search DinamikaPertumbuhan Ekonomi Bangsa Indonesia.
_beschrijving=arabieren&q_facet_beginjaar=1900- (Jakarta: DEPDIKBUD Direktorat Sejarah dan Nilai
1942diakses pada tanggal : 24 Desember 2014. Tradisional, 1991), h. 192-193.
106 Al-Turāṡ Vol. XXII No.1, Januari 2016
antara imigran-imigran baru yang telah Pusat perdagangan yang besar dari
dipengaruhi oleh nasionalisme abad ke-20 golongan Arab di Nusantara adalah Batavia,
yang menarik perhatian sejumlah besar Semarang, Surabaya dan Singapura. Di
masyarakat Cina kelahiran Indonesia32. tempat-tempat itulah mereka membeli
barang dalam jumlah besar atau kecil
komoditi impor kemudian dijual eceran di
dalam toko mereka kepada pedagang Arab,
Cina, atau Pribumi yang tidak memiliki
kredit pada rumah dagang Eropa.
Data sensus penduduk tahun 1930 dugaan bahwa pada awal abad ke-20
menunjukkan bahwa 57,7 persen orang Cina mayoritas imigran Arab memiliki uang atau
hidup dari perdagangan dan 20,8 persen hubungan keluarga di Nusantara.
berkecimpung di dunia industri. Sedangkan Kontak usaha dagang bersama di antara
72,7 persen orang Arab bermata pencaharian masyarakat Arab lazimnya dilakukan secara
dari berdagang dan hanya 10,6 persen yang lisan dan modal yang ditanamkan dalam
hidup di sektor industri.36 Walaupun setiap perusahaan selalu sangat kecil.
mempunyai karakteristik serta latar belakang Misalnya, modal 100.000 gulden dibagi di
yang berbeda, mereka bisa disebut sebagai antara 20 sampai 30 perusahaan. Jadi mitra
“minoritas pedagang” (trading minorities) usahanya paling-paling penjaja keliling atau
atau “minoritas perantara” (middlemen pemilik toko kecil. Tidak ada orang Arab
minorities).37 yang mau berisiko menanamkan modal
Pola hidup pedagang Arab ini besar di dalam satu perusahaan.39
kemungkinan terpelihara dengan baik Dapat dikatakan bahwa kekurangan
sampai abad ke-20. Catatan yang dihimpun modal merupakan kelemahan terbesar dalam
dari periode 1912 sampai 1919 perdagangan Arab. Kelemahan itu ditambah
menunjukkan bahwa meskipun terjadi lagi dengan mudahnya rumah-rumah dagang
kekacauan yang disebabkan Perang Dunia Eropa memberikan kredit kepada siapapun
Pertama, orang Arab baru yang datang dan yang mengenakan sorban. Saat mengenal
mengajukan permohonan izin masuk ke masyarakat Arab yang sebenarnya tidak
Jawa berjumlah total 1.121 jiwa. Sekitar 75 memiliki apapun, mampu setiap bulan
persen adalah pedagang yang saat membeli barang dagangan seharga 20.000
kedatangannya di Nusantara memiliki antara gulden secara kredit. Jika usahanya maju, ia
seratus dan seribu lima ratus gulden tunai mampu membayar cicilannya, namun jika
dengan cara menjual barang (terutama yang mereka hanya dapat menjual barangnya
terkenal madu Daw’an) senilai seratus dengan merugi, mereka berusaha meminta
sampai seribu dua ratus gulden. 18 persen penangguhan pembayaran kredit, dengan
lebih jauh menjamin dukungan anggota harapan harga barang itu akan segera naik.
keluarga yang telah tinggal di Nusantara, Jika harapan itu kandas, mereka berupaya
melalui siapa mereka mendapat akses modal memperpanjang tunggakan, dengan
dagang hanya 7 persen yang datang tanpa membayar para kreditor yang paling
modal berarti.38 Gambaran ini memperkuat mendesak dengan barang dagangan dibeli
secara kredit di tempat lain. Cara seperti itu
sama dengan gali lubang tutup lubang dan
36
Didi Kwartanada, “Dari ‘Timur Asing’ ke ‘Orang akan berakhir dengan pailit.
Indonesia’: Pemuda Tionghoa dan Arab dalam
Pergerakan Nasional (1900-1942)”, Prisma Vol. 30, Pailit orang Arab yang cukup khas dapat
No. 2 (2011), hlm. 42-43. diketahui bahwa di Hadhramaut tidak ada
37
Charles A. Coppel, “Arab and Chinese Minority buku catatan yang teratur dan tentu saja di
Groups in Java”, dalam kumpulan karangannya, sana tidak dikenal rekening orang yang
Studying Ethnic Chinese in Indonesia (Singapore: digunakan dalam perdagangan Eropa. Perlu
Singapore Society of Asian Studies, 2002), h. 98-99.
Seperti di kutip Suratmin dan Didi Kwartanada, pula ditambahkan bahwa perdagangan di
Biografi A.R. Baswedan Membangun Bangsa dan Hadhramaut yang cukup berhasil jarang
Merajut keindonesiaan, (Jakarta: PT. Kompas Media berpindah tempat, sedangkan sebagian besar
Nusantara, 2014), h. 15.
38
Directore of Justice to Governor General, 26 April,
39
1919, mr. 1015/19, terdapat dalam vb. 26 Juni 1919, Van den Berg,Orang Arab di Nusantara, h. 127-
no. 16, MK, ARA. 128.
108 Al-Turāṡ Vol. XXII No.1, Januari 2016
orang Arab di Nusantara adalah suku, bin Shahab yang masih ada hubungan darah
golongan menengah kecil atau Sayid, artinya dengan Ali Menteng.42 Mereka di Batavia
orang-orang yang tidak mengenal bidang bisa tinggal bersama kerabat, bisa pula di
usaha. Jadi jelas mengapa perdagangan Arab luar kampung Arab. Pemerintah kolonial
ditandai oleh ketidaktahuan akan peraturan telah menghapus wijken stelsel dan
perdagangan seperti pengguna buku catatan passenstelsel pada 1919. Shahab bersaudara
dagang. memilih tinggal di Sawah Besar sembari
Menurut van den Berg di Batavia, menjalankan bisnis di Sumatera. Mereka
kiranya tidak lebih dari lima atau enam juga membeli sebidang tanah untuk gedung
orang Arab yang buku catatannya memenuhi pentas, rombongan mereka tampil secara
syarat. Karena tahu apabila mengalami pailit teratur dan permanen di gedung itu.
mereka harus menunjukkan buku catatan Faktor-faktor yang mendorong etnis
dagang. Mereka membuatnya sebisanya Cina menjadi pedagang antara lain adalah
dengan bantuan catatan mereka, apabila adanya peraturan-peraturanyang dikeluarkan
mereka melihat bahwa kebangkrutan tak oleh pemerintah Hindia Belanda yang pada
terhindarkan atau mereka hanya menyusun prinsipnya menghalang-halangi kontak antar
catatan biasa yang tidak mungkin disusun masyarakat Cina dan memusatkan mereka di
neracanya, kecuali pailitnya. Karena daerah-daerah tertentu sama halnya dengan
sembilan diantara sepuluh pengusaha yang orang Arab atau Timur Asing lainnya yang
pailit tidak mampu menyusun buku catatan harus memiliki passen stelsel untuk
dagang secara Eropa, sangat sulit bagi bepergian keluar kota dan aturan-aturanyang
pengadilan untuk memutuskan apakah ada memaksa untuk mereka bertempat tinggal di
penyelewengan atau tidak. Akibatnya daerah-daerah tertentu. Dalam kenyataannya
ancaman hukuman yang tertera di dalam pemukiman mereka di Jawa disebut
kitab hukum pidana terhadap kebangkrutan, “Pecinan”. Daerah pemukiman itu kemudian
biasanya tidak berdaya guna.40 berkembang menjadi pusat perdagangan
Masyarakat Arab punya tradisi bisnis di yang besar pengaruhnya terhadap kehidupan
perantauannya, begitu pun dengan mereka ekonomi pasar.43
yang ada di Batavia. Tiga bersaudara
keturunan Arab dari Padang, Sumatera
Barat, tiba di Batavia pada 1920-an.
Semuanya pengusaha, harta mereka
berlimpah hasil warisan orang tua dan
berbisnis. Namun misi utama mereka di
Batavia adalah bukan untuk berbisnis
melainkan memperkenalkan tradisi musik
dan sandiwara khas mereka kepada warga
Batavia.41
Menurut Mudrik bin Shahab, Selain
berjiwa bisnis, mereka Sayid Idrus, Sayid
Syehan, dan Sayid Abubakar, juga berjiwa
seni; senang hiburan mereka termasuk klan 42
Hanggoro, “Berbisnis di Rantau”…, h. 44.
43
Tan Giok Lan, The Chinese of Sukabumi, hal. 4-
11. Dan lihat pula dalam Seminar Sejarah Nasional
40
Van den Beerg, Orang Arab di Nusantara, h. 128. IV, Sub Tema DinamikaPertumbuhan Ekonomi
Hendaru T. Hanggoro, “Berbisnis di Rantau”,
41
Bangsa Indonesia. (Jakarta: DEPDIKBUD Direktorat
Historia, Nomor 15. Tahun II, 2013, h. 44. Sejarah dan Nilai Tradisional, 1991), h. 198-199.
Al-Turāṡ Vol. XXII No.1, Januari 2016 109
Pedagang Cina
46
COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Een_
man_uit_Batavia_met_pikolan_voor_het_transport_v
44
COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Een_koranscho an_zijn_warong_TMnr_60009385 diakses pada : 24
ol_met_leraar_en_leerling_TMnr_60009392 diakses Desember 2014.
47
pada : 24 Desember 2014 Seminar Sejarah Nasional IV, Sub Tema
45
COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Chine DinamikaPertumbuhan Ekonomi Bangsa Indonesia.
se_handelaar_TMnr_60012417 diakses pada : 24 (Jakarta: DEPDIKBUD Direktorat Sejarah dan Nilai
Desember 2014. Tradisional, 1991), h. 199.
110 Al-Turāṡ Vol. XXII No.1, Januari 2016
Tabel Pembagian Pekerjaan Cina Totok Pada masa itu perdagangan dapat di bagi
dan Peranakan di Jawa Tahun 1930 menjadi tiga jenis yaitu, perdagangan besar
(dalam %)48 yang pada umumnya dikuasai oleh
Pekerjaan Totok Peranakan perusahaan swasta Belanda, perdagangan
Produksi bahan 1,13 14,87 kecil yang pada umumnya dikuasai oleh
mentah pedagang pribumi dan pedagang perantara
Industri 27,10 15,27 sebagai penghubung antara perdagangan
Transportasi 0,97 4,16 besar dan perdagangan kecil yang pada
Perdagangan 65,02 52,41 umumnya dikuasai oleh golongan Timur
Swasta 2,43 1,87 Asing dan pribumi.
Pegawai Negeri 0,11 0,86 Perdagangan besar adalah suatu cabang
Lain-lain 3,24 9,65 perdagangan yang mengurus ekspor-impor;
Jumlah 100,00 100,00 perdagangan kecil adalah suatu cabang
perdagangan yang membeli barang
Dari tabel tersebut dapat kita lihat bahwa dagangan dari tangan kedua atau ketiga
besarnya peranan etnis Cina dalam untuk kemudian dijual langsung ke tangan
perekonomian waktu itu dan kuatnya posisi konsumen. Perdagangan perantara
pedagang perantara Cina dalam struktur mempunyai dua fungsi, yaitu perdagangan
perekonomian yang berorientasi kepada distribusi terutama menyebarkan barang-
pasar bebas atau perekonomian liberal.Dari barang konsumsi yang diimpor dari luar
posisi kunci ini mereka dapat memperluas negeri. Perdagangan koleksi terutama
jaringan kontak-kontak perdagangannya, berfungsi untuk mengumpulkan hasil-hasil
lebih jauh kearah peminjaman uang, tanaman dagang dari petani langsung atau
perdagangan besar-besaran dan pembelian melalui pedagang kecil untuk diteruskan
bahan-bahan pokok untuk pemasaran ekspor kepada pedagang besar. Perdagangan kecil
meskipun mereka hanya berhasil mendapat sendiri dapat dibagi dalam dua jenis, yaitu
sedikit jalan kearah sektor-sektor kehidupan perdagangan keliling dan perdagangan
ekonomi yang dikuasai oleh orang-orang menetap. Perdagangan keliling juga dapat
Belanda, misalnya perkebunan, impor- dibagi dalam dua bagian yaitu perdagangan
ekspor, perdagangan besar dan perbank-kan kelontong yang pada umumnya dikuasai
sampai berakhirnya masa oleh pedagang Cina, dan pedagang jalanan
49
penjajahan. Golongan etnis Cina di yang pada umumnya dikuasai oleh pedagang
samping pekerjaan itumampu memainkan pribumi. Perdagangan menetap dibagi tiga
peranannya sebagai golongan menengah jenis, yaitu warung, pasar dan toko.50
dalam struktur perekonomian kolonial Perdagangan distribusi terutama menjual
Belanda, dimana peranan pedagang barang-barang seperti tekstil, makanan dan
perantara mempunyai peranan penting di minuman, barang-barang kelontong, beras,
dalamnya. gula dan juga hasil produksi dalam negeri.
Perdagangan koleksi terutama membeli hasil
48
kerajinan tangan rumah tangga, hasil-hasil
Sumber: Leo Suryadinata, Pribumi Indonesians
The Chinese Minority and China, h. 80.Lihat juga: tanaman dagang seperti kopra, kapok,
Seminar Sejarah Nasional IV, Sub Tema singkong, jagung, beras dan kulit.
DinamikaPertumbuhan Ekonomi Bangsa Indonesia. Perdagangan kelontong terutama menjual
(Jakarta: DEPDIKBUD Direktorat Sejarah dan Nilai
Tradisional, 1991), h. 197.
49 50
Victor Purcell, The Chinese in Southeast Asia,h. Liem Twan Djie, De Distribueerende
47. Tusschenhandel der Chinezen op Java, h. 4-11.
Al-Turāṡ Vol. XXII No.1, Januari 2016 111
Penjual Sayuran53
Penjual makanan di Batavia51
52
http://media-kitlv.nl/all-
media/indeling/detail/form/advanced/start/75?q_searc
h_beschrijving=batavia&q_facet_beginjaar=1900-
1942diakses pada : 26 Desember 2014.
51 53
http://media-kitlv.nl/all- http://media-kitlv.nl/all-
media/indeling/detail/form/advanced/start/486?q_sea media/indeling/detail/form/advanced/start/102?q_sea
rch_beschrijving=batavia&q_facet_beginjaar=1900- rch_beschrijving=batavia&q_facet_beginjaar=1900-
1942diakses pada : 26 Desember 2014. 1942diakses pada : 26 Desember 2014.
112 Al-Turāṡ Vol. XXII No.1, Januari 2016
Penjual Kue54
yang membuka beberapa cabang di luar politik pemerintah Hindia Belanda dan
negeri. Barang-barang yang diimpor kemudian memusatkan perhatian terhadap
kemudian disalurkan kepada masyarakat akibat-akibat yang ditimbulkannya.
melalui agen penyalur perusahaan mereka Kebijakan ekonomi pemerintah Hindia
sendiri atau melalui langganan tetap mereka. Belanda di satu pihak mendukung masuknya
Faktor-faktor yang menunjang modal-modal swasta Belanda di bidang
keberhasilan pedagang etnis Cina ialah; perkebunan, pertambangan, transportasi,
pertama, tumbuhnya mobilitas idealisme industri, sedangkan dipihak lain menjadikan
dalam bentuk untuk mencapai taraf pedagang-pedagang etnis Cina sebagai
kehidupan yang lebih baik daripada yang sarana untuk melakukan penetrasi ke dalam
mereka peroleh selama ini. Kedua, untuk masyarakat Indonesia.
menjawab tantangan itu, ajaran itu, ajaran Penetrasi dengan memakai pedagang
Konfusianisme memberikan saluran guna golongan etnis Cina itu tampaknya bertujuan
merumuskan pandangan-pandangannya untuk melumpuhkan basis perekonomian
tentang dunia sebab pada dasarnya ajaran sabagai sarana mobilitas vertikal dari
Konfusianisme lebih banyak mengatur masyarakat Indonesia terutama di Jawa.
hubungan horizontal dan memberikan Perdagangan sebagai basis mobilitas
landasan moral bagi lembaga horizontal memungkinkan timbulnya kelas menengah
tersebut. Ketiga, pandangan tentang dunia yang mempunyai kesempatan untuk
tersebut ternyata meberikan peluang bagi mengadakan pembaharuan atau perubahan
munculnya etos kerja seperti keuletan sosial politik menggantikan struktur sosial
mereka dalam berusaha, rajin, tekun dan giat yang monolistik, priyayi dan wong cilik.59
bekerja. Keempat, adanya modal yang cukup Dari kenyataan yang ditemukan kelas
dan juga disebabkan karena faktor-faktor pedagang dari kalangan pribumi itu
lain yang berasal dari pihak pribumi dan kebanyakan berasal dari kalangan Islam
pemerintah Hindia Belanda. Dari pihak yang tersebar di sepanjang pantai Pulau
pribumi misalnya saja kurangnya modal Jawa. Dengan demikian pengaruh pedagang
pedagang pribumi sehingga mereka sukar Cina itu hampir dapat dikatakan meluas ke
bersaing dengan pedagang Cina. Kelima, seluruh lapisan masyarakat Indonesia, dari
pedagang-pedagang Cina hanya dapat lapisan bawah sampai ke lapisan atas.
mengembangkan usahanya di daerah-daerah Perbedaan ekonomi dan kultural antara
yang penduduknya lebih condong untuk kedua belah pihak nampaknya merupakan
bercocok tanam. Keenam, faktor dari faktor yang berperan dalam melahirkan
pemerintah Hindia Belanda antara lain pembagian dan sentimen ras, pribumi dan
adalah memberi kedudukan lebih tinggi non pribumi.
kepada golongan non pribumi (Cina) Selain dari bisnis-bisnis yang disebutkan
daripada golongan pribumi.58 di atas, masyarakatArab juga merambah seni
Pengaruh dalam masyarakat Indonesia, hiburan. Dari mereka menampilkan
bagaimanapun pedagang-pedagang Cina itu pertunjukkan seni dari negeri asalnya, yaitu
beroperasi dalam segala sendi kehidupan di Hadhramaut atau Timur Tengah. Banyak
Indonesia. Pengaruh tersebut dapat
ditelusuri melalui kebijakan ekonomi dan 59
Lance Castles, Tingkah laku Agama, Politik dan
Ekonomi di Jawa: Industri Rokok Kudus, h. 103. Dan
58
Seminar Sejarah Nasional IV, Sub Tema Dinamika lihat Seminar Sejarah Nasional IV, Sub Tema
Pertumbuhan Ekonomi Bangsa Indonesia. (Jakarta: DinamikaPertumbuhan Ekonomi Bangsa Indonesia.
DEPDIKBUD Direktorat Sejarah dan Nilai (Jakarta: DEPDIKBUD Direktorat Sejarah dan Nilai
Tradisional, 1991), h. 207. Tradisional, 1991), h. 208-209.
114 Al-Turāṡ Vol. XXII No.1, Januari 2016
orang menyukai penampilan mereka dan Penutupan itu tak berpengaruh besar
menyebutnya sebagai Komedi Bangsawan. pada Shahab bersaudara, bisnis hiburan ini
Seperti yang dikatakan oleh Alwi Shihab, cuma sampingan bagi mereka. Satu bangkrut
karena kesenian ini awal mulanya muncul masih ada yang lainnya, ini jamak terjadi
dari Istana-istana bangsawan. Seperti Istana pada keturunan Arab di Indonesia. Mereka
Deli di Medan, dan Istana Siak di Riau.60 punya usaha di pelbagai lini: rente, toko,
Lama-lama sandiwara ini berkembang, lahan perumahan, tekstil, sampai dagang
penontonnya selalu membludak. Shahab kuda.
bersaudara terpikir juga untuk
mengembangkan bisnis di Batavia. Mereka
membangun pertokoan di sepanjang jalan
menuju teater. Bahkan mereka membuka
bioskop di gedung yang sama pada 1930-an.
Ini bisnis baru bagi keturunan Arab di
Batavia. Mereka mendobrak dominasi
pengusaha Tionghoa.Bioskop itu namanya
Alhambra, yang didirikan oleh tiga orang
bersaudara dari keluarga Shahab: Sayid
Idrus, Sayid Syehan, dan Sayid Abubakar.
Bioskop itu hampir seluruhnya memutar
film-film dari Mesir. Berbeda dengan
bioskop lain yang sering memutar film
Tiongkok dan Barat.61
Urusan impor film bukan masalah besar,
Shahab bersaudara punya jaringan sampai
ke Mesir. Film-film itu ternyata memikat
warga Betawi, yang datang berkelompok
dari pelosok kota dengan menyewa oplet.
Mudrik mengatakan, bioskop ini kelas
rakyat, banderol tiketnya tidak terlalu mahal:
3 rupiah untuk duduk di kelas satu; 1,5
rupiah untuk kelas dua; dan setengah rupiah
untuk kelas tiga. Walaupun begitu Alhambra
mengisi pundi-pundi Shahab bersaudara.62
Akan tetapi revolusi Mesir pada 1952
mengubah kisah manis itu, suplai film untuk
Alhambra terhenti. Alhambra terpaksa
memutar film Barat, seperti bioskop lainnya,
tak ada keistimewaan lagi. Penontonnya pun
berangsur surut, akhirnya bioskop ini tutup
pada 1960-an dan gedungnya pun di jual.
60
Alwi Shahab, Betawi Queen of The East, (Jakarta:
Republika, 2002), h. 143-145.
61
Hanggoro, “Berbisnis di Rantau”, h. 44-45.
62
Hanggoro, “Berbisnis di Rantau”, h. 44-45.
Al-Turāṡ Vol. XXII No.1, Januari 2016 115
63
Van den Berg,Orang Arab di Nusantara,h. 139.
116 Al-Turāṡ Vol. XXII No.1, Januari 2016
D. Majalah Kontemporer :
Historia, Nomor 15. Tahun II, 2013.
E. Jurnal :
Jahroni, Jajang. “Menjadi Pribumi di Negeri
Orang: Pergumulan Identitas
Masyarakat Arab di Indonesia”. Studia
Islamika, Indonesian Journal for
Islamic Studies, Vol. 7, No. 3, Th.
2000. h. 163-189.
F. Website/Internet :
http://djawatempodoeloe.multiply.com
http://www.gahetna.nl/
www.historia.co.id
http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/
detail/451/batavia
http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/
detail/755/arab
http://www.kependudukancapil.go.id
www.moranmicropublications.nl
http://phesolo.wordpress.com
http://tempodoeloe.wordpress.com