Anda di halaman 1dari 23

98 Al-Turāṡ Vol. XXII No.

1, Januari 2016

Dinamika Ekonomi Masyarakat Arab di Batavia Tahun 1900-


1942
Akhmad Yusuf1

Abstrak
Sejak awal abad ke-17 Batavia yang dahulu dikenal dengan nama Sunda Kelapa lalu menjadi
Jayakarta kemudian menjadi Batavia sudah berkembang menjadi sebuah pelabuhan dagang yang
menjalankan aktivitas perniagaan. Batavia merupakan pusat kota pemerintahan Hindia Belanda
sejak tahun 1619–1942. Sepanjang sejarah kolonial, administrasi dan daftar statistik pemerintah
kolonial membagi-bagi penduduk menurut bangsanya dan secara khusus memisahkan masyarakat
Cina dan Arab dari golongan pribumi.Batavia memiliki lokasi geografis sangat strategis, Batavia
sangat cocok untuk dijadikan pusat kegiatan ekonomi di Asia. Selain sebagai tempat berkumpulnya
kapal-kapal, Batavia selanjutnya juga berfungsi sebagai salah satu kota pelabuhan utama dalam
jaringan perdagangan Asia.
Dalam beberapa catatan sejarah bahwa golongan Arab dan Cina masuk wilayah Nusantara dan
berasimilasi dengan masyarakat pribumi hingga menjadi ‘peranakan’ atau orang-orang keturunan
yang lahir di Nusantara, namun oleh pemerintah dipaksakan dengan alasan untuk ‘melindungi’
kaum pribumi. Khususnya pedagang; tetapi pasti juga dengan alasan politik dan ekonomi.
Kebanyakan dari para pedagang ini membentuk sebuah mata rantai atau jaringan perdagangan
yang terjalin antar sesama komunitas. Sudah sejak lama masyarakatArab meninggalkan tanah air
mereka di Hadhramaut (Yaman Selatan) yang tandus,untuk memperbaiki hidup.Mereka
berdiaspora ke berbagai belahan dunia, termasuk ke Nusantara. Untuk berdagang dan
menyebarkan agama Islam kepada penduduk setempat.
Kata Kunci : Arab, Hadhramaut, Jaringan Ekonomi, Perdagangan, Batavia, 1900-1942.

Abstract
Since the beginning of 17th century, Batavia which was known as Sunda Kelapa then Jayakarta
then Batavia, had been a trading city which manykinds of trading activities were there. Batavia was
a centre of dutch east indies government since 1619-1942. Along the colonial history,
administration and statistic data of colonial government categorized their people based on their
nations and, specifically, separated the Chinese and Arabs from the natives.Batavia had a strategic
geography, Batavia was the best site for economic activites in Asia. Not only as a site for ships to
anchor, Batavia was also functioning as one of the main port towns in Asia trading network.
Depend on historical records the Chinese and Arabs kept entering the Nusantara and assimilated
theirselves with the natives as ‘offspring’ or descendants who were born in Nusantara, however the
government forced them to be separated with reason to protect the natives.Especially the traders,
which the other political and economic reasons were included as well. Majority of the traders
created trader cycles or networks which were consolidated within the community. Since a long time
ago the Arabs left their hometowns in the dry Hadhramaut (South Yemen), including to Nusantara
to make livings. They went overseas diasporically. They did trading and teaching religions to
natives.
Keywords: Arabs, Hadhramaut, Networking Economy, Trade, Batavia, 1900-1942.

1
Pusat Studi Indonesia-Arab (PSIA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, akhmad.yusuf@uinjkt.ac.id
Al-Turāṡ Vol. XXII No.1, Januari 2016 99

A. Pendahuluan (wilayah negara-negara Asia yang jauh dari


Eropa, seperti Cina, Jepang dan sekitarnya),
Dari segi geografis, wilayah Asia sementara orang Hadhramaut secara massal
Tenggara merupakan salah satu tempat yang datang ke Timur Jauh, yakni ke Nusantara
strategis dalam bidang pelayaran dan pada tahun-tahun terakhir abad ke-18,5
perdagangan internasional. Letaknya yang mereka mulai banyak menetap di pulau Jawa
strategis, karena berada di antara Samudera setelah tahun 1859. Kedatangan masyarakat
Hindia dan Laut Cina Selatan menyebabkan Arab dari Hadhramaut terjadi sejak
wilayah Asia Tenggara sebagai tempat pembukaan Terusan Suez pada 1869.
persilangan sistem lalu lintas laut yang Pembukaan Terusan Suez ini turut
menghubungkan antara benua Timur dan memperlancar hubungan perdagangan Asia-
Barat dengan Selat Malaka sebagai jalur Eropa, pembukaan Terusan Suez pun
penghubung utama. Hubungan dagang pun membuat pemerintah kolonial banyak
terjadi antara para pedagang Asia Tenggara melakukan impor mesin-mesin dan
dan para pedagang internasional, yang di perlengkapan modern untuk meningkatkan
antaranya berasal dari Cina, Arab dan India.2 produksi perkebunan dan pabrik gula.
Masyarakat Arab yang bermukim di Perluasan produksitanaman ekspor dan
Nusantara sebagian besar berasal dari impor barang-barang dari Eropa ini
Hadhramaut, dan sebagian lagi ada yang kemudian mengakibatkan perdagangan
berasal dari Muscat, tepian Teluk Persia, internasional semakin ramai di Nusantara.6
Yaman, Hijaz,3 Mesir atau dari Pantai Timur Menurut data statistik hasil sensus
Afrika. Pada awalnya dari mereka jarang khusus dan rinci yang dilaksanakan pada
ada yang menetap, kalaupun ada yang tahun 1885, bahwa di Jawa dan Madura
menetap langsung membaur dengan tercatat jumlah penduduk keturunan Arab
masyarakat Arab dari Hadhramaut lainnya. yang menetap di Nusantara baik orang Arab
Sebagian adalah pengembara atau petualang yang lahir di Arab maupun yang lahir di
yang dalam waktu singkat mereka pergi Nusantara sebanyak 10.888 orang.7 Hal ini
lagi.4 disebabkan oleh eksodus besar-besaran
Menurut penelitian Van den Berg, pasca tahun 1870, di mana pelayaran dengan
masyarakat Arab memang sudah lama hadir kapal uap antara Timur Jauh dan Arab
dan bermukim di Nusantara, sejak abad ke- mengalami perkembangan yang pesat
17 beberapa orang sudah datang secara sehingga memudahkan migrasi masyarakat
terpisah untuk mengadu nasib di Timur Jauh Arab dari Hadhramaut ke Nusantara.
Sebenarnya jika kita cermati ada
2
beberapa alasan masyarakat Arab datang ke
J.C. Van Leur, Indonesian Trade and Society:
Essays in Asia Social and Economic History, terj. J.S. Nusantara. Selain dengan motif untuk
Holmes dan R. van Marie, (Bandung: Van mencari penghidupan yang lebih layak
Hoeve/Sumur Bandung, 1960), h. 3. daripada di negeri asal mereka, juga untuk
3
Tampaknya di Hadramaut Hijaz biasa disebut berniaga dan menyebarkan agama Islam.
“Syam”, artinya “Suriah”. Lihat LWC Van den Berg, Dengan bertambahnya penduduk warga
Orang Arab di Nusantara, terj. Rahayu Hidayat,
(Jakarta: Komunitas Bambu, 2010), bagian keturunan seperti Arab juga Cina selain
pendahuluan, h. 1.
4 5
Dalam penelitiannya Van den Berg menyebutkan, di Van den Berg,Orang Arab di Nusantara, h. 95-100.
6
Singapura dan Batavia datang beberapa musafir Arab Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho
yang berasal dari sekitar Yerusalem. Mereka Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia jilid IV,
memeluk agama Khatolik. Lihat, Van den Berg, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), h. 122.
7
Orang Arab di Nusantara, h. 10. Van den Berg, Orang Arab di Nusantara, h. 96-97.
100 Al-Turāṡ Vol. XXII No.1, Januari 2016

Eropa, membuat masyarakat pribumi komunitas–komunitas asing lainnya.


melakukan hubungan sosial perekonomian Berdasarkan dari negeri asalnya penduduk
dengan masyarakat pendatang tersebut. Arab di bentuk dari empat golongan yang
Masyarakat Arab merupakan sebuah berbeda, yaitu; Syarif, Sayid dan Habib13
komunitas minoritas di Nusantara yang merupakan kelas tertinggi yang artinya
dikategorikan sebagai golongan Vreemde bangsawan, tinggi, ini adalah sebutan yang
Oosterlingen atau orang Timur Jauh diberikan kepada keturunan Nabi
bersama dengan masyarakat Cina dan Timur Muhammad. Syekh dan Gabili merupakan
Asing lainnya yang mana dapat dilihat dari golongan menengah. Sedangkan Masakin
statistik kependudukan masyarakat Arab di merupakan golongan terendah. Terdiri dari
Nusantara. para pedagang kecil, buruh, pelayan dan
Pada awal abad ke-19 tercatat sekitar budak.14 Dari pengelompokkan golongan-
400 orang Arab dan Moor tinggal di golongan Arab tersebut, sebenarnya yang
Batavia.8 Jumlah orang Arab secara eksplisit memiliki keleluasaan dalam menjalin
baru disebutkan pada 1859, yakni 312 orang, hubungan dengan etnis lain ialah dari
sebagian besar tinggal di kota dan sebagian kalangan Syarif, Sayid, dan Habib. Sehingga
kecil lainnya tinggal di Meester Cornelis9, mempunyai pengaruh yang cukup kuat
Buitenzorg10, dan Tangerang. Pada tahun dalam aktivitas perdagangan di Nusantara.
1870 jumlah mereka berlipat tiga kali lebih.
Selanjutnya pada tahun 1885 Batavia B. Pembahasan
menampung 1.448 penduduk Arab, 972 di
antaranya lahir di Hindia Belanda.11 Antara 1. Lapangan Bisnis Perdagangan dan
1900-1930 minoritas Arab bertambah dari Jasa
2.245 menjadi 5.231, artinya 7 persen lebih Sepanjang akhir abad ke-19 dan awal
dari keseluruhan populasi Arab di Hindia abad ke-20 di Hadhramaut sana, satu-
Belanda.12 Begitu pun setelahnya dari masa satunya hasil panen pertanian yang bernilai
1930-1942 tidak begitu ada perubahan yang komersial adalah tembakau Hamumi, yang
signifikan terhadap jumlah populasi mereka. tumbuh di sekitar kota Ghayl Ba Wazir
Mereka bermukim di kota–kota besar dekat Shihr dan madu yang di produksi di
Nusantara seperti Surabaya, Batavia, dan Wadi Daw’an. Hasil panen lain yang di
Pekalongan. Keberadaan mereka kemudian konsumsi di dalam negeri meliputi kurma,
dikelompokkan pada sebuah wilayah, seperti millet (sejenis varietas padi-padian), lucerne
(sejenis rumput makanan hewan), gandum
8
Thomas Stamford Raffles, The History of Java. Jilid dan wijen. Beberapa jenis sayuran seperti
I, terj. Eko Prasetyanigrum, Maryati Agustin dan ubi jalar, bawang merah, bawang putih, labu
Idda Qoryati Mahbubah. (London: Black, Parbury dan wortel tumbuh dalam jumlah kecil; serta
and Allen, 1817), h. 63.
9 buah mencakup jeruk nipis, pisang dan
Meester Cornelis sekarang merupakan sebuah
daerah di Kotamadya Jakarta Timur yang bernama pawpaws. Sumber makanan domestik
Jatinegara. lainnya yang utama adalah ikan. Seluruh hal
10
Buitenzorg saat ini telah menjadi sebuah nama kota
di Jawa Barat, yaitu; Kota Bogor.
11 13
L.W.C. van den Berg, Le Hadramout et les M. Hasyim Assegaf, Derita Putri-Putri Nabi Studi
colonies arabes dans l’archipel indien, (Batavia: Historis Kafa’ah Syarifah, (Bandung: PT. Remaja
Imprimerie du Gouvernement, 1886), h. 105. Rosdakarya, 2000), h. 200-203. Lihat pula Al-Habib
12
Veth, P. J. Java; Geographisch, Ethnologisch, Alwi bin Thahir Al-Haddad, Sejarah Masuknya Islam
Historisch. Jilid 4, (Harleem: Bohn, 1907), h. 20. di Timur Jauh, Terj; S. Dhiya Shahab, (Jakarta:
Lihat pula, Volkstelling 1930. Jilid 7, (Batavia: Lentera Basritama, 1997), h. 59.
14
Landsdrukkerij, 1935), h. 95. Van den Berg, Orang Arab di Nusantara, h. 33-46.
Al-Turāṡ Vol. XXII No.1, Januari 2016 101

tersebut menjelaskan bahwa perdagangan komoditas utama yang diperdagangkan


eksternal selalu lebih berarti dalam adalah tekstil. Komoditas perdagangan lain
mendukung kehidupan penduduk di wilayah mencakup barang manufaktur Eropa seperti
itu dibandingkan produksi domestiknya.15 jam, produk besi dan baja sedangkan
Atas alasan itulah pada akhirnya komoditas dari Timur Tengah misalnya
sebagian dari mereka berhijrah ke Asia kurma, ghee, sajadah dan yang kemudian
Tenggara dalam hal ini termasuk Indonesia meningkat nilainya di abad ke-20 adalah
untuk mencoba berdagang dan mencari buku-buku agama Islam. Apabila ia tinggal
peruntungan lebih baik, yang tidak dapat di tempat tertentu di luar pulau Jawa,
disediakan di tanah airnya sendiri.16 Seperti kemungkinan juga dia membawa barang
halnya masyarakat Arab di Nusantara, dagangan lokal khusus seperti produk hutan
masyarakat Arab di Batavia juga pada dan kuda.18
umumnya sebagian besar dari mereka adalah Kehidupan ekonomi mereka semakin
pedagang. Usaha mereka dilakukan dengan berkembang ketika seorang Arab telah
modal yang mungkin bisa di bilang sangat mengumpulkan modal yang cukup.
kecil. Hampir semua imigran Hadhrami Meskipun diperintahkan dalam Al-Qur’an
bekerja dan berkembang awalnya melalui untuk menentang riba, namun sebagian dari
usaha perdagangan. L.W.C van den Berg mereka hanya sebagian kecil ada yang mulai
mendeskripsikan pola yang khas di akhir meminjamkan uang dengan tingkat bunga
abad ke-19, yakni pendatang baru Arab di yang tinggi. Jika dia merupakan sebagian
Indonesia akan bekerja sebagai asisten toko dari sedikit orang yang beruntung, setelah
atau pedagang kecil atas nama suatu sanak beberapa tahun bekerja keras orang Arab
keluarga atau kenalan yang telah menjadi dapat mengembangkan kekayaan. Salah satu
penduduk di daerah jajahan. Seorang Arab caranya dalam bentuk investasi properti di
yang telah mendapatkan modal yang salah satu kota besar di Nusantara, semisal
dikumpulkan sendiri secara bertahap dari di Batavia ini. Sebagian mereka juga dapat
gaji yang diterimanya lalu dia akan menjadi dikatakan tuan tanah karena luas tanah yang
pedagang mandiri sama halnya dengan dimilikinya.19
pedagang Cina.17 Seorang Arab yang memperoleh
Sebagian masyarakat Arab ini akan hadir kekayaan jarang meneruskan usahanya
sebagai pedagang perantara dengan membeli dengan semua yang diperolehnya.
barang impor dari firma Eropa yang besar Dibandingkan dengan taraf hidup
dan menjualnya kembali ke pedagang lain masyarakat Arab yang rendah, jumlah uang
atau konsumen Indonesia. Umumnya yang relatif minim sudah merupakan
kekayaan bagi mereka. Mereka tidak seperti
15
W.H. Ingrams, A Report on the Social, Economic, masyarakat Eropa yang mendirikan rumah
and Political Condition of the Hadhramaut, (London: dagang besar dan tetap bereputasi baik
Colonial No. 123, 1937), h. 8-9 dan 50-56. Dalam
Natalie Mobini Kesheh, Hadhrami Awakening;
18
Kebangkitan Hadhrami di Indonesia, terj. Ita Mutiara W. G. Clarence Smith, Horse Trading; The
dan Andri, (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2007), economic role of Arabs in the Lesser Sunda Islands,
h. 10-11. c. 1800-1940. Dalam Hubb de Jonge and Nico
16
Dari penyebaran kaum Hadhrami di seputar Kaptein, “Trancending Borders Arabs, politics, trade
Samudera Hindia, lihat B. G. Martin, “Migration and Islam in Southeast Asia”, (Leiden: KITLV Press,
from the Hadramawt to East Africa and Indonesia, c. 2002), h. 143-158.
19
1200 to 1900,” L.W.C. Van den Berg, Le Hadramout et les
17
Natalie Mobini Kesheh, Hadhrami Awakening: colonies arabes dans l’archipel indien. (Batavia:
Kebangkitan Hadhrami.., h. 16. Impremerie du Gouvernement, 1886), h. 134-158.
102 Al-Turāṡ Vol. XXII No.1, Januari 2016

meskipun para pendirinya sudah Arab mencapai 5 juta, yang 4 juta paling
mengundurkan diri. Bahkan dalam hukum tidak adalah milik masyarakat Arab yang
Islam sama sekali tidak mengatur bermukim di Singapura.21
perusahaan-perusahaan yang menggunakan Meskipun demikian, sebagian besar
nama kolektif dan mengenai status sosial orang Arab yang memiliki bangunan tetap
dari rumah dagang pada umumnya. meminati perdagangan dan menggunakan
Meskipun mengakui sejumlah jenis sebagian dari modalnya untuk dipinjamkan
asosiasi dagang, setiap pedagang melakukan sebagai modal kepada rekan dagangnya,
usahanya dan menandatangani atas namanya orang Cina dan Pribumi. Dahulu sebelum
sendiri dan bila berada dalam asosiasi, atas memasuki abad ke-20 ini, mereka suka juga
nama rekan usahanya.20 Ciri pribadi di membeli kapal-kapal besar, namun cara
dalam usaha itu bertentangan dengan investasi itu sekarang sudah kurang
pendirian usaha dagang yang eksistensinya menguntungkan. Mereka yang masih
legal di luar para pemiliknya. Ciri tersebut memilikinya berusaha melepaskannya tanpa
merupakan syarat utama agar sebuah rumah terlalu banyak merugi.
dagang diakui dan dapat bertahan lama. Masyarakat Arab di Nusantara, dikenal
Mengenai modal tak bergerak di dalam sebagai sosok pedagang dan pekerja keras.
perdagangan yang sebenarnya, masyarakat Dapat dikatakan bahwa komunitas ini
Arab lebih suka menginvestasikan pada merupakan salah satu pesaing kuat golongan
gedung-gedung atau mereka membelinya Cina dalam menguasai pasar apapun, meski
untuk kemudian dikontrakkan. Pada pada awal kedatangannya mereka lebih
wilayah-wilayah Nusantara termasuk banyak berdagang rempah dan persewaan
Batavia yang berada di bawah kekuasaan properti, namun seiring waktu banyak pula
pemerintah Hindia Belanda, kaum Pribumi masyarakat Arab yang menekuni bidang-
lazimnya hanya mempunyai hak memiliki bidang lainnya, terutama garmen dan
warisan dalam bentuk ladang yang hanya meubel.
dapat dijual kepada orang sebangsanya. Awal abad ke-19 merupakan puncak
Karena itu, investasi di desa hanya dapat perdagangan masyarakat Arab di Nusantara,
dijual kepada orang sebangsa. Akibatnya, dimana mereka memiliki hubungan dagang
investasi oleh orang Arab di desa dapat dengan Maskat dan Mekkah.22 Tak hanya
dikatakan dilarang. Nilai semua gedung menguasai pasar-pasar besar, wilayah
milik orang Arab di daerah jajahan Belanda perdagangan mereka bahkan menembus
sekitar 11 juta gulden. Di Batavia 2,5 juta, desa-desa hingga pernah mendapatkan
Semarang sekitar 1 juta, Surabaya sekitar 3 larangan dari Pemerintah Kolonial bagi
juta, Palembang sekitar 2,5 juta dan orang Arab untuk berdagang di pedesaan.
Pontianak kurang lebih 2 juta. Di daerah Komoditi utama dalam perdagangan
jajahan Inggris, diperkirakan gedung milik Arab adalah cita katun (bazz) dan katun
India (qumāsy) yang diimpor dari Eropa.
20
Perdagangan cita itu jauh melampaui
Pada tahun-tahun terakhir ini, dua atau tiga kali perdagangan komoditi lain yang dilakukan
seorang notaris di Batavia membujuk klien Arabnya
untuk menandatangani kontrak perusahaan, supaya oleh golongan Arab. Dimana-mana terdapat
mempunyai status sosial. Yang terjadi mereka,
21
menggunakan sebuah nama untuk rekan-rekan yang L.W.C van den Berg,Orang Arab di Nusantara,
berusaha bersama, misalnya “empat saudara al- terj. Rahayu Hidayat, (Jakarta: Komunitas Bambu,
Habsyi”, “keluarga dari al-Baghdadi”, dan 2010), h. 124.
sebagainya. Tentu saja, hakikat sosialnya tetap tidak 22
Lihat antara lain P.J. Veth, Borneo’s
berubah. Westerafdeling, Jil.I, hlm.371.
Al-Turāṡ Vol. XXII No.1, Januari 2016 103

perdagangan cita, sedangkan perdagangan sebagai jaminan, pasal pembatalan kontrak


komoditi lain hanya ada di beberapa tempat. atau solidaritas dari pihak peminjam.23
Komoditi yang menduduki peringkat Selain perdagangan, pelayaran juga bisa
kedua adalah berlian dan batu permata disebutkan sebagai salah satu sarana
lainnya. Di Batavia, tidak kurang dari tujuh kehidupan masyarakat Arab. Sangat sedikit
orang Arab berusaha di bidang itu. Mereka orang Arab yang menjadi kelasi, nahkoda
tidak memiliki toko seperti jauh hari di (nawkhadsā), mualim (mu’illim) dan kerani
Eropa, mereka pun tidak menjual perhiasan, (krānī) kapal-kapal besar memang orang
mereka hanya menjual batu permata. Barang Arab, namun awak yang selebihnya terdiri
berharga itu tidak dijajakan seperti halnya dari pelaut Pribumi. Jarang dijumpai
cita katun dan katun India, pembeliannya nahkoda Arab yang tidak menjalankan kapal
pun dari golongan yang lebih terhormat atau rekan sebangsanya dan jarang pula kapal
dari golongan ekonomi kuat. Arab yang dijalankan oleh nahkoda
Peringkat ketiga diduduki beraneka berkebangsaan lain.24
komoditi impor dari Eropa, barang-barang Pada sejumlah kapal Arab terdapat
dari emas dan perak, arloji, makanan yang mualim Eropa berijazah resmi untuk
diawetkan, barang-barang dari logam, memenuhi persyaratan para penyewa Eropa
senjata, setra, tembikar, gerendel, dan yang mengasuransikan kapal Arab itu.
berbagai barang dari baja, besi, atau Pelaut Arab tidak pernah menjalani tujuan
lembaga, rempah-rempah, cerutu, minyak untuk memperoleh ijazah pelayaran dan
tanah dan sebagainya. Meski demikian mereka juga tidak mengasuransikan kapal
mereka menolak untuk berjualan anggur dan mereka selama tidak dituntut oleh
minuman beralkohol yang memang dilarang penyewanya.25
dalam Islam. Usaha pelayaran itu terus maju, setelah
Selain itu masyarakat Arab juga terkenal perdagangan dan kemakmuran kaum
karena sering meribakan uang, meskipun Pribumi berkembang berkat konsolidasi
dalam hukum Islam termasuk dosa besar, dominasi Eropa. Pelayaran Arab mencapai
bukannya tidak populer di kalangan orang masa gemilang antara tahun 1845-1855.
Arab di Nusantara hampir tidak ada kapitalis Dalam periode itulah hampir semua
Arab yang belum pernah sekalipun pengusaha pelayaran memperoleh
meminjamkan uang dengan riba, meskipun keuntungan yang sangat besar, namun
itu hanya merupakan usaha pelengkap. setelah itu mulai mundur karena
Memang jumlah mereka yang profesinya perkembangan pelayaran dengan kapal api
hanya meribakan uang sangat terbatas dan di Nusantara yang menjadi pesaing tak
sebagian besar di antaranya berusaha sebanding bagi pelayaran dengan kapal
menutupi usaha yang tidak halal itu dengan layar. Pelayaran dengan kapal api dikuasai
transaksi tersamar. Memang agaknya terlihat
sangat kasat mata mengenai hal itu, namun 23
Van den Berg,Orang Arab di Nusantara, h. 125-
pembelian dengan hak penjual untuk 126.
24
membeli kembali dan penjualan barang Pada tahun 1885, hanya ada satu kapal yang
dimiliki orang Eropa, satu lagi milik Cina dan dua
secara kredit yang harganya setinggi langit buah milik Pribumi, yang dijalankan oleh nahkoda
merupakan praktik yang paling lazim. Arab. Pada tahun yang sama, ada enam nahkoda
Semua transaksi tersebut diperkuat oleh Pribumi dan seorang Cina yang menjalankan kapal
perjanjian tambahan seperti kontrak Arab.
25
penyitaan, pemotongan sebagian pinjaman Diketahui bahwa kontrak asuransi dianggap umat
Islam sebagai kekurangpercayaan terhadap Tuhan,
lagipula hukum Islam tidak mengakuinya.
104 Al-Turāṡ Vol. XXII No.1, Januari 2016

oleh Eropa. Baru tahun-tahun terakhir abad Ketakutan akan pengeluaran sesaat membuat
ke-19 orang Arab dan Cina mulai turut mereka buta bahwa tanahnya memberikan
ambil bagian, namun masih dalam skala bunga sesuai apa yang dipinjamkannya.
yang sangat kecil. Kapal-kapal api Arab ini Maka tanah-tanah orang Arab pada
di antaranya melayani rute Singapura- umumnya memberi kesan kurang subur.27
Jeddah khususnya mengangkut para jama’ah Berikut ini adalah gambaran penghasilan
haji, para pemilik kapal-kapal itu memiliki dari sektor pertanian di Nusantara pada
agen-agen mereka di beberapa pelabuhan tahun 1926.
Nusantara yang diambil dari para pedagang
Arab.26 Pengahasilan Pertanian, 192628
Pertanian Arab terbatas dalam koloni- Kelas Persen Penghasilan
koloni di Batavia, Pontianak dan Singapura. rakyat (f.)
Kecuali keturunanya yang berdarah Pemilik
campuran, jarang ada orang Arab yang tanah: 2,5 1.090,49
memegang sektor ini. Sama halnya dengan Kaya 19,8 299,83
aristokrat Pribumi, orang Arab di Nusantara Biasa 27,1 147,65
tampaknya menganggap kerja tani tidak Miskin 3,4 118,75
sesuai dengan harkat mereka. Pada Penyewa 12,4 101,36
Keresidenan Batavia sejumlah masyarakat Buruh 19,6 120,32
Arab memiliki tanah luas yang disesuaikan Tani
oleh pemerintah khususnya pada awal abad Meijer Ranneft, Belastingdruk, hal. 10.
ke-19 dengan syarat pemiliknya menjamin
kepada penduduk Pribumi kepemilikan Profesi pengrajin yang sebenarnya
ladang, kebun dan tempat tinggal mereka hampir tidak masuk hitungan. Pekerjaan itu
secara turun-temurun. Meskipun demikian, hampir seluruhnya digeluti oleh masyarakat
kepemilikan turun-temurun disesuaikan Arab campuran. Di sekitar Batavia, terdapat
dengan keuntungan pemiliknya, untuk sebuah lembaga litografi milik sayid Uṣman
menjadi sumber penghasilan yang utama. bin Abd Allah bin Yahya. Di Palembang,
Pemilik Arab hampir tidak mengurusi untuk sayid yang lain memiliki sebuah percetakan.
keperluannya sendiri. Kemudian, di Nusantara ada lima ahli jam,
Di samping tuan-tuan tanah itu, masih tiga pengrajin perak, empat tukang kayu,
ada beberapa masyarakat Arab di Batavia seorang tukang jahit, seorang pembuat limun
yang memiliki kavling-kavling kecil untuk dan seorang masinis di kapal api milik
mengelola lahan pertanian tersebut atas pemerintah di kerajaan landak (pantai barat
persetujuan petani pemilik tanah dengan Borneo) beberapa Arab campuran berprofesi
sistem bagi hasil. Pada umumnya, di dalam pencari intan. Dari Pasuruan, Bangil,
pengaturan dan pengelolaan tanah-tanah Buleleng (Bali) dan Aceh dilaporkan bahwa
mereka, seperti juga dalam perdagangan, beberapa Arab campuran bahkan menjadi
sikap pelit mereka selalu jadi hambatan. penggotong mayat. Di dekat Batavia seorang
Hampir semua berusaha mengambil Arab kelahiran Hadhramaut memiliki pabrik
keuntungan sebesar-besarnya dari tanah bata (mīfā) yang cukup besar dan dua atau
mereka, tanpa berpikir untuk menjaga mutu
tanah dengan cara-cara yang ilmiah. 27
Van den Berg, Orang Arab di Nusantara, h. 135-
137.
28
J.S. Furnivall, Hindia Belanda Studi tentang
26
Van den Berg,Orang Arab di Nusantara, h. 127- Ekonomi Majemuk, terj. Samsudin Berlian, (Jakarta:
134-135. Freedom Institute, 2009), hal. 422.
Al-Turāṡ Vol. XXII No.1, Januari 2016 105

tiga orang Arab campuran memiliki pabrik Aktivitas orang Arab30


batik. Terakhir, di Bangil, seorang Arab 2. Relasi Bisnis : Pemerintah Kolonial,
campuran menjadi tukang pijit. Tionghoa, dan Pribumi
Golongan etnis Cina sering kali
diidentikkan sebagai golongan yang
mempunyai peranan penting dalam
perekonomian di Indonesia. Hal ini tidak
dapat dipisahkan dari adanya kenyataan
bahwa mereka telah mulai merintis usaha-
usaha di bidang perekonomian sejak dahulu
dan keberhasilan mereka ditunjang oleh
banyak faktor. Faktor-faktor tersebut berasal
dari berbagai pihak, baik pihak mereka
sendiri, pihak pemerintah Hindia Belanda
maupun dari pihak pribumi Indonesia.31
Menurut beberapa ahli, golongan etnis
Cina Peranakan mempunyai satu karakter
tersendiri. Skinner misalnya berpendapat
bahwa ada satu karakter yang menonjol dari
etnis Cina Peranakan yaitu mereka
menekankan sistem nilai yang
Kegiatan menenun benang orang Arab29 mementingkan kerajinan, kehematan,
pengandalan pada diri sendiri, semangat
berusaha dan keterampilan. Ada dua istilah
golongan Cina di Indonesia, menurut
Charles K. Coppel dan Leo Suryadinata.
Pertama istilah Cina Peranakan termasuk
dalam pengertian keturunan campuran ras,
digunakan untuk menunjukkan perbedaan
yang kontras dengan Cina Totok yang
memiliki darah Cina murni. Kedua istilah
Peranakan dipakai untuk membedakan orang
Cina kelahiran Indonesia dari Totok yang
lahir di negeri Cina dan istilah ini juga untuk
menunjukkan imigran Cina yang khusus
berkembang di Pulau Jawa. Ketiga istilah
Peranakan untuk menunjukkan masyrakat
dan kebudayaan Cina yang berkembang di

30
http://media-kitlv.nl/all-
media/indeling/detail/form/advanced/start/6?q_search
_beschrijving=arabieren&q_facet_beginjaar=1900-
1942diakses pada tanggal : 24 Desember 2014.
29 31
http://media-kitlv.nl/all- Seminar Sejarah Nasional IV, Sub Tema
media/indeling/detail/form/advanced/start/2?q_search DinamikaPertumbuhan Ekonomi Bangsa Indonesia.
_beschrijving=arabieren&q_facet_beginjaar=1900- (Jakarta: DEPDIKBUD Direktorat Sejarah dan Nilai
1942diakses pada tanggal : 24 Desember 2014. Tradisional, 1991), h. 192-193.
106 Al-Turāṡ Vol. XXII No.1, Januari 2016

antara imigran-imigran baru yang telah Pusat perdagangan yang besar dari
dipengaruhi oleh nasionalisme abad ke-20 golongan Arab di Nusantara adalah Batavia,
yang menarik perhatian sejumlah besar Semarang, Surabaya dan Singapura. Di
masyarakat Cina kelahiran Indonesia32. tempat-tempat itulah mereka membeli
barang dalam jumlah besar atau kecil
komoditi impor kemudian dijual eceran di
dalam toko mereka kepada pedagang Arab,
Cina, atau Pribumi yang tidak memiliki
kredit pada rumah dagang Eropa.

Tabel Distribusi Berdasarkan Mata


Pencaharian di Indonesia Pada Tahun
193035
Mata Eropa Cina Pribumi
Penca Ju % Ju % Juml %
haria mla mla ah
n h h
Produ 18. 22, 144 30, 14.19 69,
ksi 800 03 .48 83 3.158 99
Pedagang Buah di Perumahan Eropa Bahan 8
Batavia Tahun 193033 Menta
h
Berbeda dengan Skinner, Mely G. Tan Indust 4.6 5,4 93. 20, 2.105 10,
membedakan antara Cina Peranakan dan ri 76 8 988 00 .129 38
Cina Totok dalam bidang pemilihan bidang Trans 10. 12, 12, 2,7 290.7 1.4
pekerjaan yang ternyata pemilihan itu portasi 985 88 754 2 40 3
mencerminkan perbedaan yang mencolok Perda 11. 13, 171 36, 1.090 5,3
dalam orientasi nilai. Kalangan Cina Totok ganga 415 38 .97 60 .868 3
lebih menghargai kekayaan, kehematan, n 9
kerja, kepercayaan pada diri sendiri dan Swast 11. 13, 7.1 1,5 150.2 0,7
keberanian daripada kaum peranakan yang a 290 23 61 2 27 4
lebih menghargai penikmatan hidup, waktu Pegaw 20. 24, 3,0 0,6 491.9 2,4
senggang, kedudukan sosial dan perasaan ai 731 30 39 5 11 3
terjamin.34 Karakter yang menonjol ini Negeri
agaknya terbentuk dari perantauan, situasi Lain- 7.4 8,7 36. 7,6 1.957 9,6
yang merekan hadapi di perantauan lain 24 0 126 8 .609 5
mengakibatkan mereka harus mengambil Jumla 85. 10 469 10 20.27 10
sikap agar bisa bertahan. h 321 0,0 .93 0,0 9.642 0,0
0 5 0 0
32
Coppel dan Leo Suryadinata, “An Historical
Survey” dalam majalah Far Eastern History, No. 2,
September 1970.
33 35
Koleksi: Tropenmuseum TMnr_10002643 Sumber: Leo Suryadinata, op.cit., h. 78.Lihat juga:
http://phesolo.wordpress.comdiakses pada tanggal : Seminar Sejarah Nasional IV, Sub Tema Dinamika
24 Desember 2014. Pertumbuhan Ekonomi Bangsa Indonesia. (Jakarta:
34
Mely G. Tan, (ed.), Golongan Etnis Tionghoa di DEPDIKBUD Direktorat Sejarah dan Nilai
Indonesia, h.11. Tradisional, 1991), h. 200.
Al-Turāṡ Vol. XXII No.1, Januari 2016 107

Data sensus penduduk tahun 1930 dugaan bahwa pada awal abad ke-20
menunjukkan bahwa 57,7 persen orang Cina mayoritas imigran Arab memiliki uang atau
hidup dari perdagangan dan 20,8 persen hubungan keluarga di Nusantara.
berkecimpung di dunia industri. Sedangkan Kontak usaha dagang bersama di antara
72,7 persen orang Arab bermata pencaharian masyarakat Arab lazimnya dilakukan secara
dari berdagang dan hanya 10,6 persen yang lisan dan modal yang ditanamkan dalam
hidup di sektor industri.36 Walaupun setiap perusahaan selalu sangat kecil.
mempunyai karakteristik serta latar belakang Misalnya, modal 100.000 gulden dibagi di
yang berbeda, mereka bisa disebut sebagai antara 20 sampai 30 perusahaan. Jadi mitra
“minoritas pedagang” (trading minorities) usahanya paling-paling penjaja keliling atau
atau “minoritas perantara” (middlemen pemilik toko kecil. Tidak ada orang Arab
minorities).37 yang mau berisiko menanamkan modal
Pola hidup pedagang Arab ini besar di dalam satu perusahaan.39
kemungkinan terpelihara dengan baik Dapat dikatakan bahwa kekurangan
sampai abad ke-20. Catatan yang dihimpun modal merupakan kelemahan terbesar dalam
dari periode 1912 sampai 1919 perdagangan Arab. Kelemahan itu ditambah
menunjukkan bahwa meskipun terjadi lagi dengan mudahnya rumah-rumah dagang
kekacauan yang disebabkan Perang Dunia Eropa memberikan kredit kepada siapapun
Pertama, orang Arab baru yang datang dan yang mengenakan sorban. Saat mengenal
mengajukan permohonan izin masuk ke masyarakat Arab yang sebenarnya tidak
Jawa berjumlah total 1.121 jiwa. Sekitar 75 memiliki apapun, mampu setiap bulan
persen adalah pedagang yang saat membeli barang dagangan seharga 20.000
kedatangannya di Nusantara memiliki antara gulden secara kredit. Jika usahanya maju, ia
seratus dan seribu lima ratus gulden tunai mampu membayar cicilannya, namun jika
dengan cara menjual barang (terutama yang mereka hanya dapat menjual barangnya
terkenal madu Daw’an) senilai seratus dengan merugi, mereka berusaha meminta
sampai seribu dua ratus gulden. 18 persen penangguhan pembayaran kredit, dengan
lebih jauh menjamin dukungan anggota harapan harga barang itu akan segera naik.
keluarga yang telah tinggal di Nusantara, Jika harapan itu kandas, mereka berupaya
melalui siapa mereka mendapat akses modal memperpanjang tunggakan, dengan
dagang hanya 7 persen yang datang tanpa membayar para kreditor yang paling
modal berarti.38 Gambaran ini memperkuat mendesak dengan barang dagangan dibeli
secara kredit di tempat lain. Cara seperti itu
sama dengan gali lubang tutup lubang dan
36
Didi Kwartanada, “Dari ‘Timur Asing’ ke ‘Orang akan berakhir dengan pailit.
Indonesia’: Pemuda Tionghoa dan Arab dalam
Pergerakan Nasional (1900-1942)”, Prisma Vol. 30, Pailit orang Arab yang cukup khas dapat
No. 2 (2011), hlm. 42-43. diketahui bahwa di Hadhramaut tidak ada
37
Charles A. Coppel, “Arab and Chinese Minority buku catatan yang teratur dan tentu saja di
Groups in Java”, dalam kumpulan karangannya, sana tidak dikenal rekening orang yang
Studying Ethnic Chinese in Indonesia (Singapore: digunakan dalam perdagangan Eropa. Perlu
Singapore Society of Asian Studies, 2002), h. 98-99.
Seperti di kutip Suratmin dan Didi Kwartanada, pula ditambahkan bahwa perdagangan di
Biografi A.R. Baswedan Membangun Bangsa dan Hadhramaut yang cukup berhasil jarang
Merajut keindonesiaan, (Jakarta: PT. Kompas Media berpindah tempat, sedangkan sebagian besar
Nusantara, 2014), h. 15.
38
Directore of Justice to Governor General, 26 April,
39
1919, mr. 1015/19, terdapat dalam vb. 26 Juni 1919, Van den Berg,Orang Arab di Nusantara, h. 127-
no. 16, MK, ARA. 128.
108 Al-Turāṡ Vol. XXII No.1, Januari 2016

orang Arab di Nusantara adalah suku, bin Shahab yang masih ada hubungan darah
golongan menengah kecil atau Sayid, artinya dengan Ali Menteng.42 Mereka di Batavia
orang-orang yang tidak mengenal bidang bisa tinggal bersama kerabat, bisa pula di
usaha. Jadi jelas mengapa perdagangan Arab luar kampung Arab. Pemerintah kolonial
ditandai oleh ketidaktahuan akan peraturan telah menghapus wijken stelsel dan
perdagangan seperti pengguna buku catatan passenstelsel pada 1919. Shahab bersaudara
dagang. memilih tinggal di Sawah Besar sembari
Menurut van den Berg di Batavia, menjalankan bisnis di Sumatera. Mereka
kiranya tidak lebih dari lima atau enam juga membeli sebidang tanah untuk gedung
orang Arab yang buku catatannya memenuhi pentas, rombongan mereka tampil secara
syarat. Karena tahu apabila mengalami pailit teratur dan permanen di gedung itu.
mereka harus menunjukkan buku catatan Faktor-faktor yang mendorong etnis
dagang. Mereka membuatnya sebisanya Cina menjadi pedagang antara lain adalah
dengan bantuan catatan mereka, apabila adanya peraturan-peraturanyang dikeluarkan
mereka melihat bahwa kebangkrutan tak oleh pemerintah Hindia Belanda yang pada
terhindarkan atau mereka hanya menyusun prinsipnya menghalang-halangi kontak antar
catatan biasa yang tidak mungkin disusun masyarakat Cina dan memusatkan mereka di
neracanya, kecuali pailitnya. Karena daerah-daerah tertentu sama halnya dengan
sembilan diantara sepuluh pengusaha yang orang Arab atau Timur Asing lainnya yang
pailit tidak mampu menyusun buku catatan harus memiliki passen stelsel untuk
dagang secara Eropa, sangat sulit bagi bepergian keluar kota dan aturan-aturanyang
pengadilan untuk memutuskan apakah ada memaksa untuk mereka bertempat tinggal di
penyelewengan atau tidak. Akibatnya daerah-daerah tertentu. Dalam kenyataannya
ancaman hukuman yang tertera di dalam pemukiman mereka di Jawa disebut
kitab hukum pidana terhadap kebangkrutan, “Pecinan”. Daerah pemukiman itu kemudian
biasanya tidak berdaya guna.40 berkembang menjadi pusat perdagangan
Masyarakat Arab punya tradisi bisnis di yang besar pengaruhnya terhadap kehidupan
perantauannya, begitu pun dengan mereka ekonomi pasar.43
yang ada di Batavia. Tiga bersaudara
keturunan Arab dari Padang, Sumatera
Barat, tiba di Batavia pada 1920-an.
Semuanya pengusaha, harta mereka
berlimpah hasil warisan orang tua dan
berbisnis. Namun misi utama mereka di
Batavia adalah bukan untuk berbisnis
melainkan memperkenalkan tradisi musik
dan sandiwara khas mereka kepada warga
Batavia.41
Menurut Mudrik bin Shahab, Selain
berjiwa bisnis, mereka Sayid Idrus, Sayid
Syehan, dan Sayid Abubakar, juga berjiwa
seni; senang hiburan mereka termasuk klan 42
Hanggoro, “Berbisnis di Rantau”…, h. 44.
43
Tan Giok Lan, The Chinese of Sukabumi, hal. 4-
11. Dan lihat pula dalam Seminar Sejarah Nasional
40
Van den Beerg, Orang Arab di Nusantara, h. 128. IV, Sub Tema DinamikaPertumbuhan Ekonomi
Hendaru T. Hanggoro, “Berbisnis di Rantau”,
41
Bangsa Indonesia. (Jakarta: DEPDIKBUD Direktorat
Historia, Nomor 15. Tahun II, 2013, h. 44. Sejarah dan Nilai Tradisional, 1991), h. 198-199.
Al-Turāṡ Vol. XXII No.1, Januari 2016 109

Pedagang Cina

Pedagang Arab44 Pedagang Pribumi46

Peranan dan pengaruh pedagang Cina


tak hanya terbatas di perkotaan saja tetapi
juga memasuki jaringan hubungan
perekonomian kota dengan desa-desa di
sekitarnya. Arus barang perdagangan dari
kota ke desa atau sebaliknya dapat dikatakan
dikuasai oleh para pedagang perantara Cina
ini. Pedagang-pedagang pasar di desa
biasanya mengambil barang dagangannya
dari pedagang-pedagang perantara Cina di
kota tersebut. Bahkan tak berarti menutup
kemungkinan bagi mobilitas para pedagang
Pedagang Cina45 Cina untuk beroperasi langsung ke pasar-
pasar desa sebagai supplier jadi bukan
pedagang yang langsung berhadapan
langsung dengan konsumen lokal.
Sebaliknya dalam arus barang perdagangan
dari desa ke kota pun peranan para pedagang
perantara Cina pun cukup besar untuk
diperhitungkan, terutama hasil-hasil
pertanian ekspor seperti tembakau, cengkeh
dan lada.47

46
COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Een_
man_uit_Batavia_met_pikolan_voor_het_transport_v
44
COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Een_koranscho an_zijn_warong_TMnr_60009385 diakses pada : 24
ol_met_leraar_en_leerling_TMnr_60009392 diakses Desember 2014.
47
pada : 24 Desember 2014 Seminar Sejarah Nasional IV, Sub Tema
45
COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Chine DinamikaPertumbuhan Ekonomi Bangsa Indonesia.
se_handelaar_TMnr_60012417 diakses pada : 24 (Jakarta: DEPDIKBUD Direktorat Sejarah dan Nilai
Desember 2014. Tradisional, 1991), h. 199.
110 Al-Turāṡ Vol. XXII No.1, Januari 2016

Tabel Pembagian Pekerjaan Cina Totok Pada masa itu perdagangan dapat di bagi
dan Peranakan di Jawa Tahun 1930 menjadi tiga jenis yaitu, perdagangan besar
(dalam %)48 yang pada umumnya dikuasai oleh
Pekerjaan Totok Peranakan perusahaan swasta Belanda, perdagangan
Produksi bahan 1,13 14,87 kecil yang pada umumnya dikuasai oleh
mentah pedagang pribumi dan pedagang perantara
Industri 27,10 15,27 sebagai penghubung antara perdagangan
Transportasi 0,97 4,16 besar dan perdagangan kecil yang pada
Perdagangan 65,02 52,41 umumnya dikuasai oleh golongan Timur
Swasta 2,43 1,87 Asing dan pribumi.
Pegawai Negeri 0,11 0,86 Perdagangan besar adalah suatu cabang
Lain-lain 3,24 9,65 perdagangan yang mengurus ekspor-impor;
Jumlah 100,00 100,00 perdagangan kecil adalah suatu cabang
perdagangan yang membeli barang
Dari tabel tersebut dapat kita lihat bahwa dagangan dari tangan kedua atau ketiga
besarnya peranan etnis Cina dalam untuk kemudian dijual langsung ke tangan
perekonomian waktu itu dan kuatnya posisi konsumen. Perdagangan perantara
pedagang perantara Cina dalam struktur mempunyai dua fungsi, yaitu perdagangan
perekonomian yang berorientasi kepada distribusi terutama menyebarkan barang-
pasar bebas atau perekonomian liberal.Dari barang konsumsi yang diimpor dari luar
posisi kunci ini mereka dapat memperluas negeri. Perdagangan koleksi terutama
jaringan kontak-kontak perdagangannya, berfungsi untuk mengumpulkan hasil-hasil
lebih jauh kearah peminjaman uang, tanaman dagang dari petani langsung atau
perdagangan besar-besaran dan pembelian melalui pedagang kecil untuk diteruskan
bahan-bahan pokok untuk pemasaran ekspor kepada pedagang besar. Perdagangan kecil
meskipun mereka hanya berhasil mendapat sendiri dapat dibagi dalam dua jenis, yaitu
sedikit jalan kearah sektor-sektor kehidupan perdagangan keliling dan perdagangan
ekonomi yang dikuasai oleh orang-orang menetap. Perdagangan keliling juga dapat
Belanda, misalnya perkebunan, impor- dibagi dalam dua bagian yaitu perdagangan
ekspor, perdagangan besar dan perbank-kan kelontong yang pada umumnya dikuasai
sampai berakhirnya masa oleh pedagang Cina, dan pedagang jalanan
49
penjajahan. Golongan etnis Cina di yang pada umumnya dikuasai oleh pedagang
samping pekerjaan itumampu memainkan pribumi. Perdagangan menetap dibagi tiga
peranannya sebagai golongan menengah jenis, yaitu warung, pasar dan toko.50
dalam struktur perekonomian kolonial Perdagangan distribusi terutama menjual
Belanda, dimana peranan pedagang barang-barang seperti tekstil, makanan dan
perantara mempunyai peranan penting di minuman, barang-barang kelontong, beras,
dalamnya. gula dan juga hasil produksi dalam negeri.
Perdagangan koleksi terutama membeli hasil
48
kerajinan tangan rumah tangga, hasil-hasil
Sumber: Leo Suryadinata, Pribumi Indonesians
The Chinese Minority and China, h. 80.Lihat juga: tanaman dagang seperti kopra, kapok,
Seminar Sejarah Nasional IV, Sub Tema singkong, jagung, beras dan kulit.
DinamikaPertumbuhan Ekonomi Bangsa Indonesia. Perdagangan kelontong terutama menjual
(Jakarta: DEPDIKBUD Direktorat Sejarah dan Nilai
Tradisional, 1991), h. 197.
49 50
Victor Purcell, The Chinese in Southeast Asia,h. Liem Twan Djie, De Distribueerende
47. Tusschenhandel der Chinezen op Java, h. 4-11.
Al-Turāṡ Vol. XXII No.1, Januari 2016 111

barang-barang keperluan sehari-hari seperti


kaca, hasil kerajinan tangan yang diimpor
dari Cina, atau benang. Perdagangan jalanan
terutama menjual kebutuhan pangan
penduduk seperti daging atau ikan.
Pedagang-pedagang kelontong ini
biasanya menjajakan barang-barang jadi dan
barang-barang klontongan. Mereka tidak
hanya berkeliling di kota-kota saja, tetapi
sering pula ke desa-desa dan kampung-
kampung untuk menawarkan barang-
barangnya kepada penduduk. Terkadang
mereka menyewa kuli pribumi untuk
Tukang Barang52
memikul barang-barang mereka dengan
pikulan.

Penjual Sayuran53
Penjual makanan di Batavia51

52
http://media-kitlv.nl/all-
media/indeling/detail/form/advanced/start/75?q_searc
h_beschrijving=batavia&q_facet_beginjaar=1900-
1942diakses pada : 26 Desember 2014.
51 53
http://media-kitlv.nl/all- http://media-kitlv.nl/all-
media/indeling/detail/form/advanced/start/486?q_sea media/indeling/detail/form/advanced/start/102?q_sea
rch_beschrijving=batavia&q_facet_beginjaar=1900- rch_beschrijving=batavia&q_facet_beginjaar=1900-
1942diakses pada : 26 Desember 2014. 1942diakses pada : 26 Desember 2014.
112 Al-Turāṡ Vol. XXII No.1, Januari 2016

Penjual Kue54

Penjual Minuman Tebu Tahun 191556

Seperti telah disebutkan diatas


perdagangan perantara pada umumnya
dikuasai oleh golongan Timur Asing dan
pribumi, namun dalam hal ini yang paling
menonjol adalah etnis Cina. Mengapa
perdagangan perantara didominasi etnis
Cina? Kalau kita lihat pada kenyataannya
orang Indonesia umumnya khususnya orang
Jawa itu sangat sedikit yang memiliki jiwa
dagang. Kebanyakan dari mereka adalah
petani yang kebutuhannya tidak seberapa
besar itu dicukupinya sejauh mungkin
dengan usaha sendiri sehingga hampir-
Penjual Limun55 hampir tidak berkembang suatu golongan
pedagang.57
Pedagang-pedagang Cina selain menjadi
penyalur barang-barang yang diimpor oleh
perusahaan Belanda, mereka juga
mengimpor barang-barang kerajinan dari
54
http://media-kitlv.nl/all- Siam. Impor beras dari Siam dan barang-
media/indeling/detail/form/advanced/start/787?q_sea barang kerajinan dari Cina terutama
rch_beschrijving=batavia&q_facet_beginjaar=1900-
1942diakses pada : 26 Desember 2014
dilakukan oleh pedagang-pedagang besar
55
http://media-kitlv.nl/all-
56
media/indeling/detail/form/advanced/start/55?q_searc www.kitlv.nldiakses pada : 26 Desember 2014.
h_beschrijving=batavia&q_facet_beginjaar=1900- 57
“Apakah Indonesia tjakap menjadi
1942diakses pada : 26 Desember 2014 pedagang?”Peroendingan, 25 November 1936, h. 10.
Al-Turāṡ Vol. XXII No.1, Januari 2016 113

yang membuka beberapa cabang di luar politik pemerintah Hindia Belanda dan
negeri. Barang-barang yang diimpor kemudian memusatkan perhatian terhadap
kemudian disalurkan kepada masyarakat akibat-akibat yang ditimbulkannya.
melalui agen penyalur perusahaan mereka Kebijakan ekonomi pemerintah Hindia
sendiri atau melalui langganan tetap mereka. Belanda di satu pihak mendukung masuknya
Faktor-faktor yang menunjang modal-modal swasta Belanda di bidang
keberhasilan pedagang etnis Cina ialah; perkebunan, pertambangan, transportasi,
pertama, tumbuhnya mobilitas idealisme industri, sedangkan dipihak lain menjadikan
dalam bentuk untuk mencapai taraf pedagang-pedagang etnis Cina sebagai
kehidupan yang lebih baik daripada yang sarana untuk melakukan penetrasi ke dalam
mereka peroleh selama ini. Kedua, untuk masyarakat Indonesia.
menjawab tantangan itu, ajaran itu, ajaran Penetrasi dengan memakai pedagang
Konfusianisme memberikan saluran guna golongan etnis Cina itu tampaknya bertujuan
merumuskan pandangan-pandangannya untuk melumpuhkan basis perekonomian
tentang dunia sebab pada dasarnya ajaran sabagai sarana mobilitas vertikal dari
Konfusianisme lebih banyak mengatur masyarakat Indonesia terutama di Jawa.
hubungan horizontal dan memberikan Perdagangan sebagai basis mobilitas
landasan moral bagi lembaga horizontal memungkinkan timbulnya kelas menengah
tersebut. Ketiga, pandangan tentang dunia yang mempunyai kesempatan untuk
tersebut ternyata meberikan peluang bagi mengadakan pembaharuan atau perubahan
munculnya etos kerja seperti keuletan sosial politik menggantikan struktur sosial
mereka dalam berusaha, rajin, tekun dan giat yang monolistik, priyayi dan wong cilik.59
bekerja. Keempat, adanya modal yang cukup Dari kenyataan yang ditemukan kelas
dan juga disebabkan karena faktor-faktor pedagang dari kalangan pribumi itu
lain yang berasal dari pihak pribumi dan kebanyakan berasal dari kalangan Islam
pemerintah Hindia Belanda. Dari pihak yang tersebar di sepanjang pantai Pulau
pribumi misalnya saja kurangnya modal Jawa. Dengan demikian pengaruh pedagang
pedagang pribumi sehingga mereka sukar Cina itu hampir dapat dikatakan meluas ke
bersaing dengan pedagang Cina. Kelima, seluruh lapisan masyarakat Indonesia, dari
pedagang-pedagang Cina hanya dapat lapisan bawah sampai ke lapisan atas.
mengembangkan usahanya di daerah-daerah Perbedaan ekonomi dan kultural antara
yang penduduknya lebih condong untuk kedua belah pihak nampaknya merupakan
bercocok tanam. Keenam, faktor dari faktor yang berperan dalam melahirkan
pemerintah Hindia Belanda antara lain pembagian dan sentimen ras, pribumi dan
adalah memberi kedudukan lebih tinggi non pribumi.
kepada golongan non pribumi (Cina) Selain dari bisnis-bisnis yang disebutkan
daripada golongan pribumi.58 di atas, masyarakatArab juga merambah seni
Pengaruh dalam masyarakat Indonesia, hiburan. Dari mereka menampilkan
bagaimanapun pedagang-pedagang Cina itu pertunjukkan seni dari negeri asalnya, yaitu
beroperasi dalam segala sendi kehidupan di Hadhramaut atau Timur Tengah. Banyak
Indonesia. Pengaruh tersebut dapat
ditelusuri melalui kebijakan ekonomi dan 59
Lance Castles, Tingkah laku Agama, Politik dan
Ekonomi di Jawa: Industri Rokok Kudus, h. 103. Dan
58
Seminar Sejarah Nasional IV, Sub Tema Dinamika lihat Seminar Sejarah Nasional IV, Sub Tema
Pertumbuhan Ekonomi Bangsa Indonesia. (Jakarta: DinamikaPertumbuhan Ekonomi Bangsa Indonesia.
DEPDIKBUD Direktorat Sejarah dan Nilai (Jakarta: DEPDIKBUD Direktorat Sejarah dan Nilai
Tradisional, 1991), h. 207. Tradisional, 1991), h. 208-209.
114 Al-Turāṡ Vol. XXII No.1, Januari 2016

orang menyukai penampilan mereka dan Penutupan itu tak berpengaruh besar
menyebutnya sebagai Komedi Bangsawan. pada Shahab bersaudara, bisnis hiburan ini
Seperti yang dikatakan oleh Alwi Shihab, cuma sampingan bagi mereka. Satu bangkrut
karena kesenian ini awal mulanya muncul masih ada yang lainnya, ini jamak terjadi
dari Istana-istana bangsawan. Seperti Istana pada keturunan Arab di Indonesia. Mereka
Deli di Medan, dan Istana Siak di Riau.60 punya usaha di pelbagai lini: rente, toko,
Lama-lama sandiwara ini berkembang, lahan perumahan, tekstil, sampai dagang
penontonnya selalu membludak. Shahab kuda.
bersaudara terpikir juga untuk
mengembangkan bisnis di Batavia. Mereka
membangun pertokoan di sepanjang jalan
menuju teater. Bahkan mereka membuka
bioskop di gedung yang sama pada 1930-an.
Ini bisnis baru bagi keturunan Arab di
Batavia. Mereka mendobrak dominasi
pengusaha Tionghoa.Bioskop itu namanya
Alhambra, yang didirikan oleh tiga orang
bersaudara dari keluarga Shahab: Sayid
Idrus, Sayid Syehan, dan Sayid Abubakar.
Bioskop itu hampir seluruhnya memutar
film-film dari Mesir. Berbeda dengan
bioskop lain yang sering memutar film
Tiongkok dan Barat.61
Urusan impor film bukan masalah besar,
Shahab bersaudara punya jaringan sampai
ke Mesir. Film-film itu ternyata memikat
warga Betawi, yang datang berkelompok
dari pelosok kota dengan menyewa oplet.
Mudrik mengatakan, bioskop ini kelas
rakyat, banderol tiketnya tidak terlalu mahal:
3 rupiah untuk duduk di kelas satu; 1,5
rupiah untuk kelas dua; dan setengah rupiah
untuk kelas tiga. Walaupun begitu Alhambra
mengisi pundi-pundi Shahab bersaudara.62
Akan tetapi revolusi Mesir pada 1952
mengubah kisah manis itu, suplai film untuk
Alhambra terhenti. Alhambra terpaksa
memutar film Barat, seperti bioskop lainnya,
tak ada keistimewaan lagi. Penontonnya pun
berangsur surut, akhirnya bioskop ini tutup
pada 1960-an dan gedungnya pun di jual.

60
Alwi Shahab, Betawi Queen of The East, (Jakarta:
Republika, 2002), h. 143-145.
61
Hanggoro, “Berbisnis di Rantau”, h. 44-45.
62
Hanggoro, “Berbisnis di Rantau”, h. 44-45.
Al-Turāṡ Vol. XXII No.1, Januari 2016 115

Tabel berikut ini menerangkan statistik rincian dari jumah


orang Arab kaya di Nusantara dan perkiraan pendapatan
mereka:63
Orang Arab yang setahun berpendapatan
Keresidenan 600 s/d 3600 3600 s/d 12000 Lebih dari
gl gl 12000 gl
Banten 1 - -
Batavia 60 6 4
Priangan 5 - -
Krawang 2 - -
Cirebon 64 4 -
Tegal 8 2 1
Pekalongan 18 2 2
Semarang 11 7 -
Jepara 2 - -
Rembang 6 - -
Surabaya 79 6 5
Madura 25 7 1
Pasuruan 24 - -
Probolinggo 11 1 -
Besuki 24 2 -
Kedu 1 - -
JUMLAH 341 37 13

63
Van den Berg,Orang Arab di Nusantara,h. 139.
116 Al-Turāṡ Vol. XXII No.1, Januari 2016

C. Penutup orang, kelompok, maupun antar orang


terhadap kelompok. Syarat mutlak
Kondisi perekonomian saat itu di terjadinya interaksi sosial adalah adanya
Batavia menjadi pusat kegiatan kontak dan komunikasi di antara manusia
perekonomian pemerintah kolonial dengan yang menimbulkan jaringan sosial.
masyarakat jajahannya yang heterogen.
Masyarakat Arab di sini berperan sebagai Daftar Pustaka
pedagang perantara (peddler) yang
menghubungkan antara masyarakat pribumi, - Sumber Primer :
masyarakat Cina, dan masyarakat Eropa A. Arsip :
yang ada di Batavia. Kebanyakan dari ANRI. Pelgrimregister dalam
mereka menjadikan barang–barang seperti ArsipAlgemene Secretaries: Missive
kain, khususnya katun impor, batik dan Gouvernement Secretaries (MGS):
pakaian sebagai mata dagangan yang utama. Seri Grote Bundel (GB), 1892-1942.
Selain itu pula, produk lainnya adalah No. 2811 MGS 4-11-1893.
mebel, batu mulia, minyak wangi, barang- GB.Ag.2280
barang dari kulit, dan makanan merupakan .Circulaire De 1st Gouvernements
komoditas populer yang mereka Secretaris, tertanggal 23 Agustus 1910 No.
perdagangkan. Pada perkembangannya 1934, Batavia: Landsrukkerij, 1911.
masyarakat Arab juga banyak terlibat dalam .Circulaire De 1st Gouvernements
bisnis properti dan lahan atau tanah. Secretaris, tertanggal 16 Mei 1911
Kegiatan lainnya di luar berdagang mereka No. 1172, Batavia: Landsrukkerij,
seringkali meminjamkan uang kepada 1912.
masyarakat pribumi yang ekonominya di .Circulaire De 1st Gouvernements
bawah mereka dengan disertai bunga yang Secretaris, tertanggal 1 Agustus 1921 No.
tinggi. Hal seperti ini bahkan mereka 89/175, Batavia: Landsrukkerij, 1922.
jadikan sebagai pekerjaan sampingan di luar
berdagang. Bagi para pembeli yang tidak - Sumber Sekunder :
dapat membayar secara tunai, mereka A. Buku-Buku :
memberikan peluang untuk menjual barang Abdullah, Taufik & Lapian, A.B (ed).
dengan sistem utang. Kolonialisasi dan Perlawanan
Pola sosial seperti ini memberikan Indonesia dalam Arus Sejarah, Jilid
gambaran tentang adanya harmonisasi antara IV. Jakarta: PT. Ichtiar Baru van
masyarakat Arab dengan masyarakat Hoeve dan Kementrian Pendidikan
pribumi bahkan dengan masyarakat lainnya. dan Kebudayaan RI, 2012.
Sekalipun ada intrik yang terjadi di antara Abdurrahman, Dudung. Metode Penelitian
mereka, hal itu tidak menjadi sebuah Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
permasalahan sosial yang muncul ke 1999.
permukaan seperti gerakan protes dan Abeyasekere,
sebagainya karena di antara mereka saling Susan.(ed);FromBataviatoJakarta:Ind
membutuhkan satu dengan yang lainnya. onesia’sCapital1930sto1980s, Austral
Untuk itu dinamika sosial ekonomi ia: Monash University, 1985.
masyarakat Arab di Batavia tahun 1900 – Al-Gadri, Hamid. C. Snouck Hurgronje,
1942 sangat berpengaruh terhadap denyut Politik Belanda terhadap Islam dan
perekonomian masyarakat di sana. Interaksi Keturunan Arab. Jakarta: Sinar
sosial merupakan hubungan dinamis antar Harapan, 1983.
Al-Turāṡ Vol. XXII No.1, Januari 2016 117

______________. Islam dan Keturunan Gouvernement, Harvard University,


Arab di Indonesia, Jakarta: CV. Haji 1886). Diterjemahkan; Rahayu
Masagung, 1988. Hidayat, (Ed. Terj. Bahasa Indonesia
Al-Haddad, Al-Habib Alwi bin Thahir. Al- diterbitkan oleh Indonesian
Madkhal ila Tarikh Dukhul Al-Islam Netherlands Cooperation in Islamic
Ila Jaza’ir al-Syarq al-Aqsha, karya Studies (INIS), 1989. Jakarta:
Al-Habib Alwi bin Thahir Al-Haddad, Komunitas Bambu, 2010.
Sejarah Masuknya Islam di Timur Blackburn, Susan. Jakarta: Sejarah 400
Jauh. Diterjemahkan; S. Dhiya Tahun. (Judul Asli: Susan
Shahab, Jakarta: Lentera Basritama, Abeyasekere, Jakarta; A History.
1997. Revised Edition. Singapore: Oxford
Assegaf, M. Hasyim. Derita Putri-Putri University Press, 1989).
Nabi Studi Historis Kafa’ah Syarifah, Diterjemahkan; Gatot Triwira,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Jakarta:Masup Jakarta (Komunitas
2000. Bambu), 2011.
Assegaf, Sayyid Husein Nabil. Sejarah Blusse, Leonard. Persekutuan Aneh:
Silsilah dan Gelar Keturunan Nabi Pemukim Cina, Wanita Peranakan,
Muhammad SAW, Malang: Penerbit dan Belanda di Batavia VOC.
Saraz, 2000. Yogyakarta: LKiS, 2004.
Aziz, Abdul. Islam & Masyarakat Betawi. Boxer, C.E. Jan Kompeni dalam Perang dan
Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2002. Damai 1602-1799: Sebuah Sejarah
Azra, Azyumardi.Jaringan Ulama Global singkat tentang Persekutuan Dagang
dan Lokal Islam Nusantara, Bandung: Hindia Belanda. Jakarta: Sinar
Mizan, 2002. Harapan, 1983.
Bahafdullah, Madjid Hasan. Dari Nabi Nuh Budiman, Amen. Masyarakat Islam
Sampai Orang Hadramaut di Tionghoa di Indonesia, Semarang:
Indonesia Menelusuri Asal-Usul Tanjung Sari, 1979.
Hadhrarim. Jakarta: Bania Publishing, Creutzberg, Pieter dan J.T.M. van Laanen,
2010. Sejarah Statistik Ekonomi Indonesia,
Balfaqih, Alwi Ibnu Muhammad. Asal-Usul Terjemahan; Kustiniyati Mochtar,
Alawiyyin dan Peranannya, Jakarta: dkk. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
PT. Lentera Basritama, 1999. 1987.
Baudet, H. dan I.J Brugmans, Politik Etis Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
dan Revolusi Kemerdekaan. (Judul Direktorat Jenderal Kebudayaan,
Asli: Balans van Beleid, Terugblik op Direktorat Sejarah dan Nilai
de Laatste halve eeuw van Tradisional. Sunda Kelapa Sebagai
Netherlands-Indie, Van Gorcum & Bandar Jalur Sutra (Kumpulan
Comp. N.V. –Dr.H.J. Prakke & Makalah Diskusi). Jakarta: Proyek
H.M.G. Prakke, Assen, 1961). Inventarisasi dan Dokumentasi
Diterjemahkan; Amir Sutaarga, Sejarah Nasional, 1995.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, Federspiel, Howard M. Sultans, Shamans
1987. and Saints; Islam and Muslim in
Berg, L.W.C. van den.Orang Arab di Southeast Asia. Honolulu: University
Nusantara, (Judul Asli: Le Of Hawai’i Press, 2007.
Hadhramout et les Colonies Arabes Furnivall, J.S Edisi Indonesia: Hindia
Dans l’Archipel Indien, Impr. du Belanda: Studi tentang Ekonomi
118 Al-Turāṡ Vol. XXII No.1, Januari 2016

Majemuk. (Judul Asli: Netherlands Lieng Gie, The. Sedjarah Pemerintahan


India; A Study of Plural Economy. Kotapradja Djakarta. Kotapradja
Cambridge University Press,1939). Djakarta Raja, 1958.
Diterjemahkan; Samsudin Berlian. Linblad, J. Thomas. Sejarah Ekonomi
Jakarta: Freedom Institute, 2009. Modern Indonesia: Berbagai
Giok Siong, Giow. Suatu Pengantar Hukum Tantangan Baru. (Judul Asli: New
Antar Golongan, Jakarta, 1960. Challenges in the Modern Economic
Haan, F. De. Oud Batavia: gedenkboek History of Indonesia; Proceedings of
uitgegeven door het Bataviaasch the First Conference on Indonesia’s
Genootschap van Kunsten en Modern Economic History, 1991).
Wetenschappen naar aanleiding van Diterjemahkan; M. Arief Rohman,
het driehonderd-jarig bestaan der stad Bambang Purwanto, Jakarta: Pustaka
in 1919, Jilid I. Batavia: Kolf. 3 Jilid, LP3ES, 2000.
1922. Lohanda, Mona. The Kapitan Cina of
Ingleson, John. Tangan dan Kaki Terikat Batavia 1837-1942 a History of
Dinamika Buruh, Sarekat Buruh dan Chinese Establishment in Colonial
Perkotaan Masa Kolonial. Society. Jakarta: Djambatan, 2001.
Diterjemahkan; Iskandar P. Nugraha _____. Sejarah Para Pembesar Mengatur
Jakarta: Komunitas Bambu, 2004. Batavia. Jakarta: Masup Jakarta, 2007.
____________. Perkotaan, Masalah Sosial Lombard, Denys. Nusa Jawa: Silang
& Perburuhan di Jawa Masa Kolonial, Budaya Kajian Sejarah Terpadu
Terjemahan; Iskandar P. Nugraha, Bagian II: Jaringan Asia. (Judul Asli:
Jakarta: Komunitas Bambu, 2013. Le Carrefour Javanais Essai d’histoire
Jonge, Hubb de and Kaptein, Nico. globale Il Les reseaux asiatiques,
“Trancending Borders Arabs, politics, trade Paris: 1990). Diterjemahkan; Winarsih
and Islam in Southeast Asia”. Leiden: Partaningrat, Rahayu S. Hidayat dan
KITLV Press, 2002. Nini Hidayati Yusuf, Jakarta: PT.
Kartodirdjo, Sartono dan Suryo,Djoko. Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Sejarah Perkebunan di Indonesia: Mobini Kheseh, Natalie. Hadrami
Kajian Sosial-Ekonomi, Yogyakarta: Awakening, Kebangkitan Hadrami di
Aditya Media, 1991. Indonesia, Terjemahan; Ita Mutiara
Lapian, Adrian. B. Pelayaran dan dan Andri, Penerbit: Akbar Media Eka
Perniagaan Abad ke-16 dan 17. Sarana, 2007.
Jakarta: Komunitas Bambu, 2008. Nas, P.J.M & K. Grijns. Jakarta Batavia:
Leirissa, R. Z. Terwujudnya Suatu Gagasan Esai Kultural; (Judul Asli : Jakarta
Sejarah Masyarakat Indonesia 1900- Batavia: socio-cultural essays.
1950. Jakarta: CV. Akademika Diterjemahkan; Gita Wiya Laksmini
Pressindo, 1985. dan Noor Cholis. Banana KITLV,
Leur, J.C. van. Indonesian Trade And Jakarta), Jakarta: Batavia, 2007.
Society; Essays in Social and Noer, Deliar. Gerakan Modern Islam di
Economic History. Diterjemahkan: J.S. Indonesia 1900-1942 (Judul Asli: The
Holmes dan R. Van Marie. Bandung: Modernist Muslim Movement in
The Hauge/Bandung: Van Hoeve, Indonesia 1900-1942). Diterjemahkan;
1960. Deliar Noer.Jakarta: LP3ES, cet.
kelima; 1990.
Al-Turāṡ Vol. XXII No.1, Januari 2016 119

Pijper, G.F.Beberapa Studi tentang Sejarah Diterjemahkan; Marwan. Jakarta:


Islam di Indonesia 1900-1950, (Judul Yayasan Obor Indonesia, 1985.
Asli: Studien over de Geschiedenis van Steenbrink, Karel A., Beberapa Aspek
de Islam in Indonesia 1900-1950). Tentang Islam di Indonesia Abad Ke-
Diterjemahkan; Tudjimah dan Yessy 19. Jakarta: Bulan Bintang, 1984.
Augustin, Jakarta: UI-Press, 1985. Suminto, H. Aqib. Politik Islam Hindia
Poesponegoro, Marwati Djoened. Sejarah Belanda: Het Kantoor voor
Nasional Indonesia III, Jakarta: Balai Inlandsche Zaken. Jakarta: LP3ES,
Pustaka, 1993. 1985.
_____. Sejarah Nasional Indonesia IV, Surjomihardjo, Abdurrachman.
Jakarta: Balai Pustaka, 1993. Perkembangan Kota Djakarta;
Raffles, Thomas Stamford. The History of Djakarta Raja: Dinas Museum dan
Java. Diterjemahkan; Eko Sedjarah DCI, 1970.
Prasetyanigrum, Maryati Agustin dan Taylor, Jean Gelman. Kehidupan Sosial di
Idda Qoryati Mahbubah. Yogyakarta: Batavia (Orang Eropa dan Eurasia di
Penerbit Narasi, 2008. Hindia Timur). (Judul Asli: The Social
Reid, Anthony. Dari Ekspansi Hingga World of Batavia). Diterjemahkan;
Krisis II, Jaringan Perdagangan Tim Komunitas Bambu, Jakarta:
Global Asia Tenggara, Jakarta: Masup Jakarta (Komunitas Bambu),
Yayasan Obor Indonesia, 1999. 2009.
_____, Asia Tenggara Dalam Kurun Niaga Tjandrasasmita, Uka dan Tim Penyusun.
1450-1680: Jilid I; Negeri Di Sejarah Perkembangan Kota Jakarta.
Bawah Angin. Jakarta: Yayasan Obor Pemerintah DKI Jakarta: Dinas
Indonesia, 2011. Museum dan Pemugaran, 2000.
_____, Asia Tenggara Dalam Kurun Niaga _____, Arkeologi Islam Nusantara.
1450-1680: Jilid II; Jaringan Jakarta:Kepustakaan Populer
Perdagangan Global. Jakarta: Gramedia, 2009.
Yayasan Obor Indonesia, 2011. Vlekke, Bernard H.M. Nusantara Sejarah
Resink, G.J. Bukan 350 Tahun di Jajah. Indonesia. (Judul Asli: Nusantara: A
(Judul Asli: Indonesian History History of Indonesia). Diterjemahkan;
Between the Myths: Essays in Legal Samsudin Berlian, Jakarta:
History and Historical Theory. Kepustakaan Populer Gramedia, 2008.
(Vancouver: University of British
Columbia, 1968). Diterjemahkan; Tim B. Disertasi :
Komunitas Bambu, Jakarta: Affandi, Bisri. ”Shaykh Ahmad Al-Surkarti:
Komunitas Bambu, 2013. Pemikiran Pembaharuan dan
Ricklefs, M.C. Mystic Synthesis in Java: A Pemurnian Islam dalam Masyarakat
History of Islamization from the Arab Hadrami di Indonesia.” Disertasi
Fourteenth to the Early Nineteenth Doktor, Institut Agama Islam Negeri
Century. Norwalk: East Bridge, 2006. Sunan Kalijaga, 1991.
.Sejarah Indonesia Modern 1200-
2004. Jakarta: PT Serambi Ilmu C. Skripsi :
Semesta, 2008. Shahab, Yasmin Zacky, Masalah Integrasi
Scheltema, A.M.P.A. Bagi Hasil di Hindia Minoritas Arab di Jakarta. Depok:
Belanda. (Judul Asli: Deelbouw in Fakultas Sastra-UI, 1975.
Nederlandsch-Indie, 1931).
120 Al-Turāṡ Vol. XXII No.1, Januari 2016

Wibowo, Agung, Gaya Hidup Masyarakat


Eropa di Batavia Pada Masa Depresi
Ekonomi (1930-1939). Depok: FIB-
UI, 2012.

D. Majalah Kontemporer :
Historia, Nomor 15. Tahun II, 2013.

E. Jurnal :
Jahroni, Jajang. “Menjadi Pribumi di Negeri
Orang: Pergumulan Identitas
Masyarakat Arab di Indonesia”. Studia
Islamika, Indonesian Journal for
Islamic Studies, Vol. 7, No. 3, Th.
2000. h. 163-189.

Jonge, Huub de, “The Arab Minority”,


dalam Peter Post et al. (ed.), The
Encyclopedia of Indonesia in the
Pasific War. Leiden/Boston: E.J. Brill,
2010, h. 346.

F. Website/Internet :
http://djawatempodoeloe.multiply.com

http://www.gahetna.nl/

www.historia.co.id

http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/
detail/451/batavia

http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/
detail/755/arab

http://www.kependudukancapil.go.id

www.moranmicropublications.nl

http://phesolo.wordpress.com

http://tempodoeloe.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai