Anda di halaman 1dari 10

P-ISSN : 2655-3600 Bihari: Jurnal Pendidikan Sejarah dan Ilmu Sejarah

E-ISSN : 2714-7908 Vol. 2, No. 2, 2019

PERANAN ORANG CINA DALAM PERDAGANGAN DI JAWA

PADA ZAMAN VOC ABAD XVII


Iyus Jayusman
Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Siliwangi
email: yusjman@gmail.com

Abstrak
Jauh sebelum kedatangan orang Eropa khususnya bangsa Belanda di Nusantara, etnik Cina
sudah melakukan aktivitas perdagangannya di tanah Jawa, tepatnya di pesisir pantai utara
Jawa, khususnya di daerah Tuban dan Surabaya yang saat itu sudah ramai dikunjungi oleh
para pedagang mancanegara yang kebanyakan dari mereka datang dari belahan bumi
sebelah barat dan timur. Peran para pedagang Cina saat tersebut lebih spesifik sebagai
pedagang perantara (middleman) antara penguasa pribumi dengan penguasa pribumi, juga
antara penguasa pribumi dengan rakyat. Sekaitan obyek masalah yang akan diteliti kejadian
masa lalu, maka metode penelitian yang digunakan adalah metode historis yang tahapannya
meliputi pengumpulan sumber tulisan, kritik sumber, interpretasi dan historiografi.
Memasuki abad ke-16, yaitu periode awal kedatangan bangsa Eropa di Nusantara
umumnya dan di Pulau Jawa khususnya, peran orang Cina tetap sebagai middleman artinya
peran etnik Cina belum mengalami perubahan dalam perannya sebagai pedagang, yaitu
masih sebagai pedagang perantara. Demikian pula, ketika orang Belanda mendirikan
kongsi dagang (VOC), peran orang Cina masih seperti sedia kala sebagai pedagang
perantara antara para pengusaha VOC dengan para penguasa pribumi dan para pengusaha
pribumi. Namun pada periode VOC, etnik Cina di samping sebagai pedagang perantara,
juga bekerja sebagai buruh di perkebunan-perkebunan yang dikelola oleh pemodal-
pemodal VOC. Hanya perannya sebagai pedagang perantara tetap dominan jika
dibandingkan dengan peran-peran yang lainnya. Pada masa kekuasaan VOC, kendatipun
orang Cina keberadaannya sangat dicurigai oleh pihak penguasa, namun orang Cina oleh
para penguasa VOC, secara hati-hati sering kali dijadikan mitra dagang. Para pejabat VOC
merasa lebih senang berhubungan dengan orang Cina, ketimbang harus berhubungan
dengan rakyat pribumi yang kental kultur feodalistiknya.

Kata Kunci: Orang Cina, Perdagangan, VOC

Abstract
Long before the arrival of Europeans, especially the Dutch in the archipelago, the ethnic
Chinese had carried out their trading activities on the land of Java, precisely on the north
coast of Java, especially in the Tuban and Surabaya areas, which at that time were already
visited by foreign traders, most of whom came from the western and eastern hemisphere.
The role of the Chinese traders at this time was more specific as an intermediary trader
(middleman) between the indigenous ruler and the indigenous ruler, also between the
indigenous ruler and the people. Regarding the object of the problem to be examined past
events, the research method used is the historical method which stages include collecting
written sources, source criticisms, interpretations and historiography. Entering the 16th
century, namely the initial period of the arrival of Europeans in the archipelago in general
and in Java in particular, the role of the Chinese remains middleman, meaning that the role
of ethnic Chinese has not changed in its role as a trader, which is still as an intermediary
trader. Likewise, when the Dutch established a trading partnership (VOC), the role of the

1
P-ISSN : 2655-3600 Bihari: Jurnal Pendidikan Sejarah dan Ilmu Sejarah
E-ISSN : 2714-7908 Vol. 2, No. 2, 2019

Chinese was still as available as an intermediary trader between VOC businessmen and
indigenous rulers and indigenous businessmen. But in the VOC period, ethnic Chinese as
well as intermediary traders, also worked as laborers on plantations managed by VOC
financiers. Only its role as an intermediary trader remains dominant when compared to
other roles. During the VOC's rule, although the Chinese were highly suspected by the
authorities, the Chinese by the VOC rulers were often carefully used as trading partners.
VOC officials felt more comfortable dealing with the Chinese, rather than having to deal
with indigenous people who were thick with feudalistic culture

Keywords: Chinese, Trade, VOC

PENDAHULUAN Informasi awal yang begitu sedikit


Ricklefs (1993: 138) menyebutkan, dan kurang tepat, tidak dapat
bahwa “secara historis orang-orang Cina menunjukkan kapan bangsa Tionghoa
sudah ada di Indonesia sebagai pedagang mulai berlayar dan menetap di wilayah
selama berabad-abad, dan sejak tahun selatan. Groeneveldt (2009:2)
1619 mereka sudah menjadi suatu bagian mengatakan, mendapatkan informasi
penting dari perekonomian Batavia”. berharga melalui perjalanan Faxian,
Keberadaan orang Cina di Batavia, seorang pejiarah Budhis, yang
mereka aktif sebagai pedagang perantara mengunjungi Jawa pada 413. Dia telah
dan tukang yang terampil, penggiling melakukan perjalanan darat menuju India
tebu dan pengusaha toko. Dalam bidang dan tiba di Sri Langka dengan
usaha, orang-orang Cina ini terkenal menumpang kapal India. Dalam
dengan keuletannya dalam menjalankan perjalannya tersebut tahun 413, Faxian
usaha perdagangannya, sehingga para mengatakan tidak menemukan orang
pengusaha VOC merasa tertarik, dan Tionghoa di Jawa dan kembali ke
menjadikan etnik Cina sebagai mitra Tionghoa menggunakan kapal India.
dagangnya, baik dalam skala mikro Dari pernyataan Groeneveldt di atas
maupun makro. dapat disimpulkan, bahwa pada awal
Sebagai ilustrasi untuk mengetahui abad ke-V Masehi orang-orang Cina
proses perjalanan panjang orang-orang belum menginjakan kakinya di tanah
Tiongkok sampai di tanah Jawa, Jawa. Pendapat tersebut belum tentu
Groeneveldt (2009: 1) mengatakan: benar, karena ada pihak lain yang
ketika bangsa Tionghoa bergerak ke menyatakan bahwa etnik Cina sudah
selatan, negara pertama yang mereka masuk Nusantara jauh sebelum tahun
kunjungi tentunya adalah bagian utara masehi atau setidaknya pada awal
sebuah wilayah yang sekarang disebut masehi.
Annam. Menelusuri pesisirnya, mereka Menyambung apa yang dikemukakan
menjumpai Kamboja dan berbelok ke Ricklef di atas, bahwa pada periode yang
dalam Teluk Siam. Di sini mereka sama yakni awal abad ke-17, tetapi di
berhenti dalam jangka waktu yang tempat yang lain (bukan di Batavia),
panjang karena informasi yang sangat seperti di Madura, etnik Cina pada
banyak mengenai negara-negara ini umumnya bekerja di bidang ekonomi
dapat kita temukan dalam sejarah perdagangan, baik sebagai pengusaha
Tiongkok. Sepertinya bangsa Tionghoa dan pedagang besar, maupun menengah
tidak mengikuti arah perjalanan awal dan kecil (Sutjipto, 1983: 329). Fakta
hingga mereka menemukan pantai tersebut sangat mendukung terhadap
Semenanjung Malaya. Akhirnya, mereka pendapat yang menyatakan, bahwa etnik
menemukan jalan menuju Sumatra dan Cina dalam perkembangannya tidak
Jawa. hanya beraktivitas sebagai pedang

2
P-ISSN : 2655-3600 Bihari: Jurnal Pendidikan Sejarah dan Ilmu Sejarah
E-ISSN : 2714-7908 Vol. 2, No. 2, 2019

perantara, namun sudah merambah ke samping orang Belandapun terkesan


sektor usaha lainnya, sekalipun perannya akan kesediaan orang-orang Cina
sebagai perantara tetap dominan. menerimma tamu dan kecenderungan
Menarik untuk diketahui, jauh mengadakan jamuan makan dan ramah
sebelum orang Eropa menginjakan dalam pergaulan. Sehingga orang-orang
kakinya di bumi Nusantara dan jauh Cina lebih menarik hati bagi orang
sebelum dibentuknya kongsi dagang Belanda ketimbang orang Jawa yang
orang-orang Belanda yang kemudian ketika itu sangat terbelenggu oleh kultur
diberi nama VOC, orang-orang Cina feodalistik.
sebagai etnis yang berasal dari luar Memasuki akhir abad XVII, VOC
wilayah Indonesia telah membentuk mencapai puncak keemasan baik di
pemukiman-pemukiman kecil yang sektor kekuasaan maupun dalam
lokasinya menghiasi di bandar-bandar perdagangan. Namun perubahan kondisi
perdagangan di wilayah pantai sosio politik yang terjadi dalam
Nusantara, terutama di pantai utara pulau masyarakat Jawa sebagai dampak dari
Jawa. Untuk bukti telah terjalinnya kemajuan kekuasaan VOC, ternyata tidak
hubungan dagang antara orang-orang berpengaruh terhadap kedudukan peran
Nusantara dengan etnik Cina, Coppel ekonomi orang-orang Cina. Bahkan
(1994:21) mengatakan, “…..pada puncak justru memasuki abad XVIII peran
kejayaan Kerajaan Jawa, dalam hal ini ekonomi perdagangan orang-orang Cina
Majapahit, pada abad XIV orang-orang semakin mantap. Perlu ditambahkan,
Jawa dari golongan atas telah terbiasa semakin kuatnya peran ekonomi
dengan barang-barang mewah yang perdagangan orang-orang Cina ini, selain
diimpor dari negeri Cina”. karena pandai menangkap kesempatan
Sejak VOC didirikan oleh pemerintah juga adanya fasilitas dan dukungan dari
kerajaan Belanda tahun 1602, dan VOC. Yang sangat menarik, orang-orang
kemudian VOC memulai melakukan Cina sebagai etnik pendatang di tanah
aktivitas perdagangannya di pulau Jawa, Jawa, mereka terkenal pandai beradaptasi
khusus di Batavia, keadaan ini sangat dengan situasi kondisi daerah yang
menarik minat para imigran Cina untuk dikunjunginya. Demikian juga mereka
mengadu nasib di tanah Jawa, terutama di relative mampu beradaptasi serta
Batavia. Gelombang kedua kedatangan meresfon dengan tepat dan baik terhadap
orang Cina yang terjadi pada tahun 1600- situasi dagang yang dibangun VOC
an, ini sebagai bukti kalau etnik Cina terutama di pesisir utara Jawa.
meresfon lahirnya VOC yang kemudian
dijadikannya sebagai mitra dagang. METODE PENELITIAN
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa Metodologi yang digunakan penulis
kehadiran VOC ketika itu, semakin dalam penelitian ini adalah metode
memperkuat motif ekonomi perdagangan historis. Menurut Abdurahman
etnik Cina perantauan dalam menggeluti (1999:133) yang dimaksud dengan
perdagangan perantara dan aktivitas metode historis adalah proses yang
perdagangan lainnya. dilaksanakan oleh sejarawan dalam
Pada zaman VOC, etnik Cina usaha mencari, mengumpulkan, dan
menjadi pedagang perantara antara menyajikan fakta sejarah serta
penduduk pribumi dengan VOC. Para tafsirannya dalam susunan yang teratur.
penguasa dan pengusaha VOC sangat Pendapat lain diungkapkan oleh
menghargai orang-orang Cina ketimbang Garaghan dalam Abdurahman (1999:
orang-orang pribumi. Di mata orang- 43), bahwa metode sejarah merupakan
orang Belanda, bahwa orang Cina seperangkat aturan yang sistematis dalam
memiliki semangat dagang yang ulet, di mengumpulkan sumber sejarah secara

3
P-ISSN : 2655-3600 Bihari: Jurnal Pendidikan Sejarah dan Ilmu Sejarah
E-ISSN : 2714-7908 Vol. 2, No. 2, 2019

efektif, melakukan penilaian secara di tanah Jawa dalam perannya sebagai


kritis, dan mengajukan sintesis dari hasil- pedagang pada masa VOC. Sejarah Cina
hasil yang dicapai dalam bentuk tulisan. adalah sejarah salah satu kebudayaan
Sedangkan Gottschalk (2008: 39) tertua di dunia. Namun, sampai sekarang
mengatakan, bahwa metode sejarah pengetahuan tentang periode awal
adalah suatu proses menguji dan sejarah Cina masih diperdebatkan.
menganalisis secara kritis rekaman dan Apalagi, data-data tentang sejarah untuk
peninggalan masa lampau. Berdasar priode awal masih banyak bercampur
pendapat dari ketiga akhli tersebut, dengan cerita-cerita legenda dan mistik
peneliti beranggapan bahwa metode sehingga dalam sejumlah hal sulit untuk
sejarah yang digunakan pada penelitian dipastikan kebenarannya (Sutopo, 2009:
ini, dengan pertimbangan bahwa data- 23).
data yang digunakan berbasis masa Negeri Cina telah dihuni oleh
lampau, sehingga perlu dianalisis tingkat manusia semenjak zaman purbakala dan
kebenaran serta kredibilitasnya, agar diyakini sebagai salah satu dari pusat
kondisi masa lampau dapat kebudayaan dunia. Hal ini terbukti
direkonstruksi secara utuh dan dengan penemuan fosil manusia purba
menyeluruh. Dengan demikian dapat berupa tengkorak yang ditemukan pada
disimpulkan bahwa metode historis 1963. Usia tengkorak tersebut
merupakan suatu metode yang dapat diperkirakan berasal dari tahun 400.000
digunakan untuk mengkaji suatu SM dan ditemukan di provinsi Shanxi.
peristiwa atau problematika masa lalu Negara Republik Cina menguasai
secara deskriptif dan analisis. Penelitian sebagian besar wilayah Asia bagian timur
ini merupakan penelitian kualitatif yang yang secara geografik wilayahnya terdiri
bertujuan untuk memahami peran para dari beberapa pulau-pulau, termasuk
pedagang etnik Cina pada masa Taiwan. Sejak zaman kekaisaran sampai
kekuasaan VOC pada abad ke-XVII, sekarang (RRC), Cina merupakan
terutama setelah masuknya etnik Cina Negara besar yang sangat ditakuti oleh
secara besar-besaran setelah didirikannya kerajaan atau negara tetangganya. Dalam
VOC, maka untuk mendapatkan peta modern sekarang ini, Cina disebut-
gambaran yang utuh, menyeluruh, dan sebut sebagai negara terbesar keempat
menghasilkan eksplanasi historis yang di dunia dan mencakup daratan yang
memadai, penelitian ini memerlukan luas. Di timur, bersama pantai Laut
kajian historis yang diakronis dan Kuning dan Laut Cina Timur, ditemukan
analisis sinkronis. luas tanah yang padat yang ditempati
lapangan tanah baru. Pesisir laut Cina
HASIL DAN PEMBAHASAN Selatan lebih bergunung-gunung dan
Latar Belakang Etnik Cina di Cina bagian Selatan didominasi daerah
Indonesia berbukit dan jajaran gunung yang lebih
Sebelum membahas lebih jauh rendah. Di bagian tengah timur
mengenai kapan etnik Cina mulai masuk ditemukan delta dua sungai utama Cina,
di tanah Jawa, terlebih dahulu akan yaitu Huang He dan Chang Jiang.
diurai sejarah singkat mengenai etnik Sungai-sungai utama lainnya ialah Xi
Cina di negerinya sendiri, terutama dari Jiang, Mekong, Brahmaputra, dan Amur
sisi kebudayaannya. Tujuannya agar (Sutopo, 2009: 12).
keberadaan etnik Cina di Nusantara dapat Orang Cina yang pertama datang di
dipahami secara integral, menyeluruh Indonesia adalah seorang pendeta agama
dengan harapan darinya dapat menambah Budha yang bernama Fa Hien. Ia singgah
wawasan pengetahuan dalam upaya di pulau Jawa pada tahun 413 (Hidayat,
memahami secara mendalam etnik Cina 1984: 73). Pada waktu singgah ini ia

4
P-ISSN : 2655-3600 Bihari: Jurnal Pendidikan Sejarah dan Ilmu Sejarah
E-ISSN : 2714-7908 Vol. 2, No. 2, 2019

mengatakan, tidak ada seorang Cina yang Obyek perdagangan pada waktu itu
tinggal di Pulau Jawa. Lain halnya adalah beras, lada dan gula. Selain
dengan yang tertulis dalam sejarah Cina berniaga mereka juga mengerjakan
lama yang menyebutkan, bahwa tanah pertanian, menanam merica dan
pengetahuan orang Cina merantau ke bersawah. Pada umumnya orang Cina
Indonesia terjadi pada masa akhir yang pertama datang ke Indonesia pada
pemerintahan dinasti Tang tahun 907 M waktu itu hanya terdiri dari kaum laki-
atau awal abad ke-10 M. Masih menurut laki saja. Keadaan ini berlangsung
keterangan dari sejarah Cina lama bahwa sampai perang dunia perama berakhir.
daerah yang pertama kali didatangi Oleh karena itu sebelum waktu itu telah
adalah Palembang, yang pada masa itu berlangsung perkawinan antara orang
merupakan pusat perdagangan kerajaan Cina laki-laki dengan wanita pribumi.
Sriwijaya. Dari Palembang mereka ini Akan tetapi setelah perang dunia pertama
pergi ke seletan dengan tujuan Pulau para emigran Cina membawa pula kaum
Jawa untuk mencari rempah-rempah. wanita serta keluarga lainnya kaum
Mereka itu dalam jumlah rombongan kerabatnya. Sejak itulah banyak orang
yang tidak begitu besar, kemudian Cina yang datang ke Indonesia, yang
menetap di daerah pelabuhan pantai utara kebanyakan berasal dari daerah Fukien
Pulau Jawa. Menetapnya imigran Cina di dan Kwantung. Mereka terutama
pesisir utara Jawa, karena sejak masa termasuk suku bangsa Hokkien, Hikka
yang cukup lama, pesisir pantai utara dan Kanton.
Jawa sudah menjadi jalur jaringan Sampai pertengahan abad ke-19 suku
perdagangan internasional yang Kokkin merupakan “dominant groups”.
menghubungkan antara pedagang dari Mereka ini termasuk yang pandai
belahan bumi bagian barat (Arab, India, berdagang. Mereka banyak yang
Eropa) dengan pedagang dari belahan menetap di pulau Jawa bagian tengah,
bumi bagian timur. Timur dan di pantai Utara Sumatra Barat.
Hubungan dagang Cina dengan Orang Cina yang berdiam di luar pulau
Indonesia ini secara lebih nyata telah Jawa kebanyakan termasuk suku bangsa
terbina sejak abad ke-13. Selanjutnya Teochius, yang mempnyai kepandaian
pendatang-pendatang baru banyak yang bertani. Mereka banyak yang menjadi
datang pada waktu negara Cina buruh perkebunan seperti di daerah
diperintah oleh dinasti Ming (1368- pantai Sumatra Timur. Suku bangsa
1644). Pada 1412 sebuah armada Cina di Cina Hikka yang datang ke Indonesia
bawah pimpinan Cheng Ho datang di terutama terjadi pada masa 1850-1931.
pulau Bangka, Bliton, Kepulauan Kemiskinan suku bangsa ini yang
Karimata, pulau Jawa di Semarang dan di mendorong untuk merantau. Pada
Madura. Menurut Cheng Ho, orang- mulanya mereka bekerja sebagai buruh
orang yang tinggal di pulau Jawa pada perusahaan-perusahaan nassional,
kebanyakan berpusat di kota-kota pantai akan tetapi kini mereka mendomisir
seperti di sekitar Tuban, Surabaya dan pertambangan-pertambangan, seperti
Gersik. Pada abad ke-13 daerah-daerah pertambangan emas di Kalimantan Barat
tersebut telah merupakan tempat penting dan pertambangan Timah di pulau
dalam perdagangan dengan orang-orang Bangka. Kemudian banyak diantaranya
Cina. Sedangkan di pulau Jawa bagian yang pergi ke pulau Jawa sebagai
barat (sekarang propinsi Banten), orang- pedagang di Jakarta atau buruh
orang Cina kebanyakan pada waktu itu perkebunan daerah Periangan, sehingga
bertempat tinggal di Banten dan selanjutnya perkembangan orang Cina
Jayakarta. suku bangsa Hikka ini lebih berat.

5
P-ISSN : 2655-3600 Bihari: Jurnal Pendidikan Sejarah dan Ilmu Sejarah
E-ISSN : 2714-7908 Vol. 2, No. 2, 2019

Orang Kanton datang ke Indonesia asli Cina, sehingga dengan demikian


kebanyakan berkeahlian dalam bidang akan tetap berbeda identitasnya dari
pertukangan. Mereka datang dengan golongan-golongan lainnya (Hidayat,
membawa modal. Mereka mula-mula 1984: 77).
bekerja sebagai buruh pada Orang Cina oleh Belanda dibatasi
pertambangan. Akan tetapi di samping pula dalam dunia perdagangan. Sebelum
itu banyak diantaranya yang membuka orang Belanda datang, Cina merupakan
usaha bengkel, toko, industri kecil, pedagang bebas. Setelah orang Belanda
restoran dan hotel-hotel. Jumlah orang datang dan menguasai Indonesia, orang
Kanton ini dibandingkan dengan jumlah Cina hanya berperan sebagai pedagang
suku bangsa Cina lainnya, termasuk perantara, antara rakyat dengan orang
jumlah yang kecil. Mereka bertempat Belanda. Pada waktu itu orang Cina
tinggal di Indonesia terpenca di daerah dilarang tinggal di desa-desa dan juga
Jawa Tengah dan Timur, Kalimantan dilarang memiliki tanah-tanah. Hal ini
Barat dan Selatan, di Bangka dan berlaku sampai permulaan abad ke-20.
Sumatra Tengah. Pada tahun 1618 Jan Pieterzoon Coen
Orang Belanda datang ke Indonesia menjadi penguasa di Indonesia dan lebih
yang kemudian membentuk persatuan teliti dalam pengawasannya terhadap
Kongsi Hindia Timur (Vereenigde Ost- orang-orang Cina. Ia mengangkat Beng
Indische Compagnie atau VOC), Kong menjadi Kapten pertama untuk
merupakan Tuan Baru Yang mengawasi orang-orang Cina. Di Jawa
memonopoli perdagangan di Indonesia. Tengah Belanda mengadakan perjanjian
Dalam usaha yang memonopoli dengan Sultan Mataram dalam rangka
mengumpulkan rempah-rempah ini membatasi kegiatan orang-orang Cina.
orang Belanda ini bersaing dengan Di Semarang pada 1672 orang-orang
orang-orang Cina yang telah lama Cina dipusatkan dan mengangkat Kwee
mendominasi perdagangan di Indonesia. Kiauw sebagai kaptennya. Setelah
Oleh karena itu orang Belanda Batavia didirikan orang Cina harus
memberikan peraturan-peraturan dalam tinggal di luar benteng. Mereka ini
rangka membatasi dominasi perdagangan menanam padi dan tebu serta berdagang
orang-orang Cina. Kemudian orang buah-buahan. Gubernur Jendral J. P.
Belanda dengan sengaja mempertajam Coen menginginkan orang Cina di
hidup orang Cina secara eksklusif. Batavia tidak lebih 350 orang jumlahnya.
Sehingga dengan demikian sikap ini Orang Cina kemudian mengusahakan
ditujukan kepada penduduk pribumi perkebunan tebu dan Belanda
dengan tujuannya masing-masing pihak mengusahakan pabriknya. Kemudian
hidup dalam suasana tertutup, suasana Coen menginginkan Batavia menjadi
hidup dalam alamnya tradisi masing- kota perdagangan yang terbesar di
masing. Indonesia. Oleh karena itu sejak ada niat
Di Jakarta khususnya didirikan itu didatangkan secara besar-besaran
daerah-daerah bagi suku-suku bangsa para emigran Cina baru. Pada tahun 1629
seperti adanya konsentrasi “Kampung datang kaum emigran ini sebayak 2000
Jawa”, Kampung Bali dan lain suku, orang, sehingga padaa tahun 1645 jumlah
dimana setiap warga kampong itu hanya orang Cina di Batavia ada 4000 sampai
boleh bergaul dalam lingkungannya 5000 orang yang seterusnya kaum
sendiri. Pelanggarn dari ketentuan ini emigran ini terus bertambah. Pada 1733
dikenakan denda atau hukuman penjara. jumlah orang Cina di Batavia mencapai
Orang-orang Cina sendiri di tempatkan di jumlah 80000 orang. Jumlah mana sangat
Pacinan. Orang Cina ini diharuskan menghawatirkan Belanda (Adinegoro
melaksanakan adat istiadat tradisionil Djamaludin, 1959: 17).

6
P-ISSN : 2655-3600 Bihari: Jurnal Pendidikan Sejarah dan Ilmu Sejarah
E-ISSN : 2714-7908 Vol. 2, No. 2, 2019

Sebenarnya Belanda sejak semula adalah orang-orang Cina sebagai


sudah mempunyai rasa sentimen perantara anatara produsen bahan mentah
terhadap orang Cina. Akan tetapi dalam dan konsumen dalam perdagangan
politik dagang orang Cina ini diperlukan, koleksi. Fungsi perantara di sini
sehingga selanjutnya Belanda bervariasi. Mereka bisa berfungsi
terombang-ambing antara dua hal yang pembeli, pengolah, importer,
bertentangan; yaitu satu pihak mereka pemborong, penyalur, dan distributor
membutuhkan sebagai perantara (Willmott, 1960: 45). Dalam hal ini
terhadap kaum pribumi untuk barang- fungsi tersebut sering dikombinasikan
barang impor. Akan tetapi dilain pihak dalam salah satu atau dua perusahaan
mereka juga sering menyelundupkan atau dalam bentuk maskapai
hasil pertanian rakyat yang dimonopoli perdagangan.
oleh VOC. Secara tradisional fungsi pedagang
Sungguh sangat menarik, atas perantara Cina tersebut adalah untuk
bantuan VOC kepada Pakubuwono II mengumpulkan hasil produksi pertanian
dalam kemelut politik serta kekuasaan, dan menyampaikan kepada eksportir
pesisir utara Jawa diberikan kepada besar untuk dikirim ke Eropa dan tempat-
VOC, sehingga dipantai utara Jawa tempat lainnya atau untuk diangkut ke
terbentuklah kerja perdagangan antara pasar-pasar di bagian lain di Indonesia.
bupati pesisir, VOC dan orang-orang Pada zaman VOC, orang-orang Cina
Cina. Dengan diberikannya pasilitas menjadi perantara antara penduduk
pesisir utara Jawa ke VOC, telah semakin pribumi dengan VOC (Willmott, 1960:
memantapkan jalinan perdagangan 46). Dari hari-hari pertama kompeni
antara orang-orang Cina dengan VOC. Hindia Belanda, kebijaksanaan yang
Akhir abad XVII dan awal abad ke- diskriminatif Belanda menguatkan posisi
XVIII merupakan masa asimilasi atau orang-orang Cina sebagai perantara
pembauran cultural yang menghasilkan ekonomi dan secara praktis menyisihkan
orang-orang Cina peranakan pemeluk para pedagang pribumi. Kasus yang
agama Islam dan hidup seperti orang terjadi di Banten dapat dijadikan sebagai
Jawa (Winarni, 2009: 6). acuan. Belanda dengan memakai tangan
para pedagang Cina, misalnya berhasil
Peranan Orang Cina dalam memojokan jalur perdagangan lada yang
Perdagangan di Jawa pada Masa sebelumnya sudah dikuasai oleh
kekuasaan VOC Abad XVII Kesultanan Banten. VOC sebagai kongsi
Sesungguhnya dunia ekonomi dagang milik Belanda, mempermainkan
(perdagangan) modern baru terbuka dan kurs picis, dengan mengontrol bahan
menjadi perhatian orang-orang Cina bakunya dan memaksakan hanya dengan
setelah abad XVIII. Walaupun perdagangan langsung dengan VOC
sebelumnya sudah lama dikenal bahwa yang menjadi transaksi yang
perantau Cina sebagai pedagang menguntungkan.
perantara. Namun seperti diuraikan Kompeni Belanda lebih suka memilih
sebelumnya peran mereka sangat kecil, orang-orang Cina sebagai mitra dagang,
sekedar sebagai pengecer dan perantara sebab sampai saat itu, orang-orang Cina
bagi dunia luar. Kehadiran VOC dengan masih bebas dan dapat mengisi atau
cepat memperkuat motif ekonomi orang- memenuhi celah pekerjaan. Dengan cara
orang Cina Perantauan dalam menggeluti ini masyarakat pribumi tidak terganggu,
perdagangan perantara (Winarni, 2009: ikatan feodal masih utuh dan
98). kelangsungan hubungan produksi
Mengacu pada pengertian di atas, tradisional tetap berfungsi (Suhartono,
maka pedagang perantara dalam hal ini 1994: 177).

7
P-ISSN : 2655-3600 Bihari: Jurnal Pendidikan Sejarah dan Ilmu Sejarah
E-ISSN : 2714-7908 Vol. 2, No. 2, 2019

Selain itu sejak semula orang-orang 1511, maka peran perdagangan kota itu
Belanda sangat menghargai orang-orang pindah ke Aceh dan Banten. Adapun
Cina dan perdagangannya. Mereka perdagangan Jawa Timur pada
terkesan akan semangat dagang dan permulaan abad XVII pindah ke Makasar
usaha yang dimiliki oleh imigran Cina, dan Banjarmasin disebabkan oleh
dan karena kesediaannya menerima tamu peperangan Mataram dan kemudian pada
dan kecenderungan mengadakan jamuan akhir abad XVII pindah dari Makasar ke
makan dan ramah dalam pergaulan. Banten. Sejarah dari pusat perdagangan
Sehingga orang-orang Cina lebih itu adalah sejarah perdagangan laut
menarik hati bagi orang Belanda jika Indonesia. Pada akhir abad XVII, semua
dibandingkan dengan orang Jawa atau pusat yang penting Malaka, Aceh,
salah satu dari bangsa lainnya Banten, Jawa Timuur dan Makasar
(Vermeulen dalam Winarni, 2009: 100). runtuh. Namun sebaliknya, sejak akhir
Sejak saat itulah peranan orang-orang abad XVII VOC mencapai puncak
Cina terus mengakar. Kerja sama orang- kekuasaannya (Burger, 1962: 63).
orang Belanda dengan orang-orang Cina Kemudian menjadi pertanyaan
menyebabkan operasi perdagangan bagaimana keberadaan pedagang-
Belanda bekerja secara efektif. Sehingga pedagang Cina setelah terjadi perubahan
peranan mereka sebagai patner menjadi dalam struktur perdagangan laut di
sangat diperlukan. Hubungan tertutup Nusantara. Sepeti dikatakan ketika VOC
dengan Belanda melahirkan istilah masih dalam rangka mencari posisi
(pameo) ana landa ana cina (ada dalam perdagangan di Pesisir Utara,
Belanda ada Cina). Melalui perdagangan VOC telah memilih orang-orang Cina
ini penguasaan pemerintah terhadap sebagai patner dagang VOC. Sejak saat
pedesaan-pedesaan menjadi lebih itu telah terjalin jaringan kerja
intensif. Melalui mereka proses perdagangan antara VOC dengan
monetisasi memasuki wilayah pedesaan pedagang-pedagang Cina. Bahkan justru
dapat diatur dengan baik dan sejak zaman VOC tersebut sebenarnya
mantap(Suhartono, 1994: 178). Dalam perdagangan modern orang-orang Cina
perjalanan waktu seiring dengan naiknya mulai tumbuh dengan pasti. Di sini akan
kekuasaan VOC di Jawa umumnya dan terlihat bahwa orang-orang Cina pandai
di Jawa Timur pada khususnya dapat kita menangkap kesempatan, sehingga
lihat bagaimana aktivitas orang-orang meskipun terjadi perubahan politik,
Cina tersebut baik dalam masa awal mereka bisa bertahan.
VOC mencari posisi dalam perdagangan Seperti dijelaskan di atas bahwa, sejak
Pesisir Utara Jawa Timur maupun akhir abad ke-17 kekuasaan VOC mulai
sesudah VOC menguasai dan mengontrol mantap. Maka perdagangan orang-orang
perdagangan Pesisir Utara, dan orang- Cina pun mengikuti irama perkembangan
orang Cina yang menjadi mitra dagang perdagangan VOC. Sejak itu peran
VOC. pedagang distribusi Cina yang ada di
Pada akhir abad XVII tampak suatu Jawa sama sekali berubah. Dari menjadi
keadaan baru. Waktu itu semua pusat penghubung antara para pedagang
perdagangan di wilayah Nusantara jatuh kelontong besar Cina dan penduduk
berturut-turut. Para pedagang Pribumi pribumi (Jawa), maka mereka berubah
berkali-kali mencari jalan keluar, tetapi menjadi penghubung antara kompeni dan
selalu gagal karena adanya blokade dari penduduk di Jawa. Kompeni selain
kapal-kapal dagang asing, terutama menjadi satu-satunya pedagang besar
Belanda yang menerapkan politik koleksi lada, dan sebagainya, ia juga
monpoli perdagangan. Setelah Malaka menjadi satu-satunya pedagang besar
ditaklukan oleh Portugis pada tahun distribusi sepanjang menyangkut

8
P-ISSN : 2655-3600 Bihari: Jurnal Pendidikan Sejarah dan Ilmu Sejarah
E-ISSN : 2714-7908 Vol. 2, No. 2, 2019

pasokan barang-barang dagangan dari Cina atau pedagang Asia lainnya


Eropa. Dalam hal ini VOC menyerahkan terhadap pembelian atau penjualan
kepada para pedagang Cina urusan produk-produk yang diklaim sebagai
pengangkutan barang-barang ekspor monopoli VOC (Burger, 1962: 71).
yang diinginkan diseluruh kepulauan
Nusantara. Sedang Kompeni sendiri KESIMPULAN
mempertahankan perdagangan barang- Masyarakat Cina yang ada di
barang Jepang, dan perdagangan dengan Nusantara umumnya dan di tanah Jawa
pantai India. Perdagangan in terutama khususnya tidak terbentuk secara
terdiri dari pengangkutan barang-barang sekaligus, melainkan terbentuk secara
linen dari India (Winarni, 2009: 114). berangsur-angsur. Mereka migrasi ke
Melihat pentingnya jaringan kerja tanah Jawa umumnya dan wilayah pesisir
perdagangan antara VOC dengan orang- utara Jawa secara bergelombang sejak
orang Cina imigran, dan adanya manfaat berabad-abad yang lalu. Pada zaman
dari sistem distribusi yang didirikan oleh VOC orang-orang Cina mengadakan
orang-orang Cina tersebut, Belanda usaha perdagangan khususnya di tanah
kemudian menawarkan langkah-langkah Jawa.
perindungan dari ancaman persoalan Kendatipun orang Cina ini merupakan
yang datang dari tuan besar Jawa atau orang asing di tanah Jawa, namun secara
yang lain. Misalnya, perlindungan untuk perlahan-lahan tetapi pasti, di antara
menciptakan kondisi yang dibutuhkan mereka tidak sedikit yang berhasil dalam
bagi orang-orang Cina agar dapat aktivitas ekonomi perdagangan, bahkan
memperpanjang jaringan kerja pada abad XVII peran ekonomi mereka
perdagangan yang luasnya meliputi semakin kuat. Semakin menguatnya
hampir seluruh wilayah yang ada di peran ekonomi etnik Cina tidak bisa
dalam pengawasan VOC (Burger, 1962: dilepaskan dari hubungan dagangnya
34). dengan para pengusaha yang tergabung
Pada prinsipnya perlindungan dalam VOC. Etnik Cina dalam
terhadap perdagangannya orang-orang perdagangan di masa VOC berperan
Cina dilakukan Belanda dengan sebagai pedagang perantara yang
melindungi dari gangguan bajak laut, menghubungkan antara produsen
yang sejak adanya monopoli dengan para pengusaha VOC. Secara
perdagangan merupakan fenomena tradisional fungsi pedagang perantara
umum. Terutama di wilayah Indonesia Cina tersebut adalah untuk
bagian Timur yang perdagangan lautnya mengumpulkan hasil produksi pertanian
dirugikan oleh monopoli VOC (Burger, dan menyampaikannya kepada eksportir
1962: 71). Kemudian juga ancaman dari besar untuk dikirim ke pasar Eropa dan
perdagangan gelap dan penyelundupan tempat-tempat lainnya.
terutama di wilayah Nusantara bagian Orang-orang Belanda sejak semula
Barat. Perlindungan yang dilakukan sangat menghargai orang-orang Cina dan
dengan mengirimkan armada kecil perdagangannya. Mereka terkesan akan
penjelajah sepanjang Pesisir Utara Jawa semangat dagang dan usaha yang
ini bisa dikatakan agak berhasil, terbukti dimiliki oleh imigran Cina. Dengan
pada awal abad XVIII pembajakan jarang demikian, sehingga orang-orang Cina
terjadi di tempat ini. Pengawasan lebih menarik hati bagi orang Belanda
rute perdagangan semacam ini jika dibandingkan dengan orang Jawa
selain menguntungkan pedagang- yang sangat terikat dengan kultur
pedagang Cina dan pedagang Asia feodalisme.
lainnya juga memungkinkan VOC untuk
memperkuat posisi pedagang-pedagang

9
P-ISSN : 2655-3600 Bihari: Jurnal Pendidikan Sejarah dan Ilmu Sejarah
E-ISSN : 2714-7908 Vol. 2, No. 2, 2019

DAFTAR PUSTAKA Minority Community in Indonesia.


Abdurrahman, Dudung. 1999. Metode New York: Cornell University.
Penelitian Sejarah. Bandung: Winarni, Retno. 2009. Cina Pesisir:
Historika. Jaringan Bisnis Orang-orang Cina
Adinegoro, Djamaludin. 1959. di Pesisir Utara Jawa Timur sekitar
Tiongkok Pusaran Asia. Abad XVIII. Denpasar: Pustaka
Jakarta: tp. Larasan.
Burger, D.H. 1962. Sejarah Ekonomis
Sosiologis Indonesia (terj.
Prayudi). Jakarta: Pradnja
Paramita.
Choppel, Charls A. 1994. Tionghoa
Indonesia dalam Krisis. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
Gottschalk, Louis.2008.Mengerti
Sejarah,terj.Nugroho
Notosusanto.Jakarta: UI Press
Sutopo, F.X. 2009. China: Sejarah
Singkat. Jogjakarta: Garasi.
Sutjipto, F.A. 1983. Kota-kota Pantai di
Sekitar Selat Madura (Abad XVII-
Medio Abad XIX). Disertasi.
Yogyakarta: UGM.
Groeneveldt, W.P. 2009. Nusantara
dalam Catatan Tionghoa. Jakarta:
Komunitas Bambu.
Hidajat, Z.M. 1984. Masyarakat dan
Kebudayaan Cina Indonesia.
Bandung: Tarsito.
Ricklefs, M.C. 1993. Sejarah Indonesia
Modern. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Suhartono. 1994. Bandit-bandit
Pedesaan di Jawa: Sebuah Studi
Historis 1850-1942. Yogyakarta:
Aditya Media.
Willmott, Donalt Earl. 1960. The
Chinese of Semarang: A Changing

10

Anda mungkin juga menyukai