Anda di halaman 1dari 12

HISTORIOGRAFI ASIA TENGGARA

DOSEN PENGGAMPU :

Nelly Indrayani, S.Hum., M.Hum.

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1:

Didi Riadi (I1A118020)

Tasya Ananda Putri (I1A118056)

Mellyza Putri (I1A118026)

Intan Firdian (I1A118032)

Ulan Rahmawati (I1A118028)

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS JAMBI

TAHUN 2020
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
 Penulisan sejarah dari waktu ke waktu selalu mengalami perkembangan. Setiap
negara memiliki ciri dan perkembangan historiografi yang berbeda. Historiografi yang
berkembang didasarkan pada  kebudayaan masing-masing negara. Begitu pula dengan
historiografi di negara-negara Asia Tenggara, penulisan sejarah mereka disesuaikan dengan
perkembnagan historiografinya selalu berhubungan dengan sumber-sumber kesusastraan
(literary). Kesusastraan yang dihasilkan oleh masing-masing negara di Asia Tenggara
tidaklah sama, sehingga berbeda pula hasil penulisan sejarahnya. Penulisan sejarah di Asia
Tenggara memiliki dua masa yaitu, masa tradisional dan masa modern.
Wilayah Asia Tenggara terdapat perbedaan dalam menanggapi tentang sejarah. Setiap
wilayah mengembangkan historiografi berdasarkan periodesasi yang berkembang di wilayah-
wilayah tersebut. Perkembangan penulisan sejarah di Asia tidak jauh berbeda dengan yang
terjadi di negara-negara Eropa. Sebelum abad ke-XX sumber utama historiografi Asia
Tenggara dapat dibagi menjadi daerah yang disesuaikan dengan agama. Misalnya saja,
Agama Budha di Theravada di Muang Thai, Burma dan Sri Langka atau agama Islam
Pakistan, India, masyarakat Islam di malaysia, Indonesia dan Filipina Selatan atau budaya
Tiongkok di Vietnam atau Kristen di Fillipina. Hal tersebut pernah terjadi di Eropa ketika
abad pertengahan yang mana agama memiliki peranan yang penting dalam penulisan sejarah.

                       
B. Rumusan Masalah
  

1.      Bagaimana perkembangan penulisan sejarah di Asia Tenggara?


2.      Apa saja ciri-ciri historiografi masa tradisional dan modern di Asia Tenggara?
PEMBAHASAN

Historiografi Asia Tenggara


A. Ciri-Ciri Historiografi Tradisional di Asia Tenggara

Berdasarkan agama itulah maka historiografi di Indonesia dapat dibedakan kedalam


empat wilayah yang meiliki agama dan pengalaman baca tulis yang berbeda.
Penggolongan ini digunakan untuk menjelaskan secara jelas mengani historiografi di
Indonesia. Adapun keempat wiilayah Asia Tenggara tersebut adalah sebagai berikut;

1. Pengaruh Agama Theravada di Muangthai dan Kamboja

Bangsa Mon adalah bangsa yang banyak mendiami daerah daerah-daerah di Burma.
Negara Burma yang berbatasan dengan India, membuat negara ini mayoritas penganut
agama Budha yang juga berasal dari India. Agama Budha yang dianut oleh para bangsa
Mon berbeda dengan yang ada di India. Penduduk Mon banyak menganut agam Budha
Theravada Sinhala yang masuk ke Burma pada tahun 1190 yang menyebar pada abad ke-
13 dari bangsa Mon dna Burma ke bangsa Shan, Thai Laos dan Kamboja. Threvada yang
telah berkembang bangsa-bangsa diluar bangsa Mon ini tidak diterima utuh oleh
masyarakat setempat, namun terjadi alkulturasi dengan agama-agama masyarakat
pribumi. Berkembangnya agama Budha Theravada ini semakin menggusur keberadaan
Budha Mahayana dan Hindu yang sebelumnya banyak berkembang di Asia tenggara.
Namun demikian agama Budha Mahayana dan hindu masih dianut oleh kaum elit di Asia
Tenggara.

Setelah masuknya agama Theravada Sinhala membuat agama Budha Hinayyana yang
sebelumnya dinut Kerajaan Pagan (pemerinthan Anawratalah) ulai tergantikan. Tepatnya
pada masa pemerintahan raja naraphatisitu banyak kebudayaan dan karya sastra yang
dibuat didasarkan pada ajaran agama Theravada. Misalnya pada abad ke-13 bangsa Mon
menyusun sebuah kronik (Rajawan dan berbagai bentuk Genelogis) yang menetapkan
suatu tradisi penggabungan data-data mengenai dinasti, anekdot mengenai raja-raja, serta
berbagai mitos dan legenda yang memberikan arti pada setiap pemerintahan. Tradisi ini
semakin diperkuat denagn pemasukan ksadaran kronologi yang lebih teliti dalam
komposisi tulisan yang dibuat oleh bangsa Mon.

Salah satu kronik yang dibuat oleh orang-orang Burma adalah Yazawin (Kronik Burma)
yang berasal dari abad ke-18 dan abad ke-19 yang merupakan:

a. Tulisan asli Burma dengan animisme lokal dan konsep mengenai raja serta kosmologi
Birma sendiri

b. Karya ini disusun oleh para biarawan serta para brahmana terpelajar.

c. Mengandung bahan-bahan berharga bagi tulisan-tulisan pertama dari orang-orang


Eropa mengenai Burma.

Tradisi seperti ii juga berkembang di Muangthai atau Thailand. Tidak jauh berbeda
perkembangan tradisi ini juga dibawa oleh para biarawan dan menteri yang terpelajar
yang berasal dari Sri Langka, yang dimungkinkan berasal dari bangsa yang berbahasa
Mon-Khmer yang tinggal dilembah sungai Menam. Namun sebagian besar kronik ini
musnah ketika Ayuthia diserbu Burma pada tahun 1767 yang dipimpin oleh Raja Hsin
Byusin. Yang mana Ayuthia kalah dalam ppeprangan ini. Dari semua kronik yang masih
tercatat adalah Pongsawadan yang disusun pada tahun 1680 dan meliputi antara tahun
1350-1605. bentuk kronik in kebali dikembangkan pada akhir abad ke-18. kebanyakan
kronik di Muangthai, Kamboja, Burma dan negara-negara Malaysia seperti onghala dan
Saiburi dibentuk dalam bentuk kronik tersebut.

2. Pengaruh Islam di Indonesia, Malaysia dan Filipina Selatan


Hampir seluruh wilayah di Asia Tenggara mendapat pengaruh agama Hindu dan Budha
yang berasal dari India. Namun dalam perkembangannya wilayah Indoneisa, Malaysia
dan fillipina bagian selatan mendapat pengaruh dari agama Islam, yang kemudian
membuat agama Hindu dan Budha kehilangan landasannya di tga daerah tersebut. Dalam
awal penulisan sejarah tradisional di Indonesia agama Hindu dan budha memeganga
peranan yang cukup penting.

Orang-orang Jawa bnayak meninggalakan monumen dan inskripsi-inskripsi yang


bercorak Hindu-Budha. Tidak hanya berupa monumen, sajak-sajak epik seperti
Negarakertagama, Pararaton, Babad tanah Jawi (abad 14-17), pemujaan pujangga-
pujangga keraton terhadap raja, penyusunan geneologi, serta penyempurnaan sajak-sajak.
Orang Jawa dan melayu memiliki kesadaran kontinuitas, keinginan untuk meneruskan
kekuasaan yang sah dan kedaulatan tokoh dimasa lampau dengan asal-usul sejarah
mereka., selalu dipertahankan hingga berabad-abad. Hal tersebut menyebabkan
ketidakadanya ketep[atan kronologis.

Tulisan-tulisan dalam bahasa melayu lebih berkembang sebagai sejarah, misalnya saja
Kitab Sejarah Melayu yang berisi tentang Kerjaan Johor dan Riaulingga. Selain itu juga
kronik bersajak seperti Sha’ir Perang Mekasar. Tulisan-tulisan dalam bahasa melayu ini
merupakan uraian mengenai dan tempat hidup, namun belum terdapat kronologis,
walaupun deikian lukisan mengenai hubungan antara tokoh lebih tepat. Tidak banyak
tulisan yang berbau mitos dan lebih banyakl terkandung unsur nilai-nilai tentang
kepatuhandan kejujuran. Selain digunakan untuk mendidik juga digunakan untuk
menghibur. Contoh yang menonjol dalam sejarah melayu adalah tentang sejarah sosial”
Misa Melayu, Hikayat Abdullah dan Tuhfal-ul Nafls (abad 18-19).

3. Pengaruh Agam dan Budaya Cina di Vietnam


Vietnam bagian Utara adalah salah satu daerah jajahan atau fasal Cina. Selama
pendudukan Cina di Vietnam Utara banyak pengaruh yang diberikan Cina terhadap
Vietnam. Seperti daerah jajahannya Cina lainnya (Korea dan Jepang), Cina juga
menanamkan kebudayaan yang mereka miliki kedaerah fasal mereka. Penjajahan Cina itu
membuat berhasil menentukan sifat dan historiografi di Vietnam Utara. Karya-karya
tradisional seperti Cina masih ada sampai abad ke 19 dan ke 20.

Setelah Vietnam melepaskan diri dari penguasaan Cina, Vietnam masih memegang
peradapan Cina yang telah ditanamkan sebelumnya. Agama Theravada yang berhasil
menaklukkan sebagian Indocina atau Asia Tenggara Kontinental tidak serta-merta
membuat keyakinan bangsa Vietnam beralih agama. Sehingga Vietnam tidak terpengaruh
dan tetap menganut agama Budha Mahayana dari alirn di Cina. Sehingga karya-karya
yang dihasilkan di vietnam jauh berbeda dengan negara Indocina lainnya yang
terpengaruh oleh agama Theravada.

4. Pengaruh Agama Kristen di Fllipana

Ketika mulai berkembangnya pelayaran samudra yang raai dilakukan oleh bangsa Barat,
hal itu mendorong orang-orang Spanyol untuk melakukan perjalanan. Pada abad ke-16
spanyol berhasil sampai dan menduduki kawasan Fillipina. Spanyol yang masuk ke
Fillipina membawa asas 3G (Gold, Glory dan Gospel). Penyebaran agama katolik di
fillipina mebuat masuk pula bentuk historiografi tradisional katolik Roma yang
berkembang berkembang sejajar dengan kronil berbahasa Melayu di kepulauan Sulu.
Tradisi ini masih berkembang sampai abad ke-19 dan sisanya masih ada hingga sekarang.

B. Ciri-ciri Historiografi Tradisional

Sejarah di Asia Tenggara sering dikatakan tidak memiliki keutuhan tema hingga
masuknya peradaban industri modern, yakni selama seratus tahun terakhir. Ada tradisi
yang memiliki asal-usul yang sama, namun berkembang menjadi tradisi yang khas di
masing-masing wilayah sesuai dengan kebudayaan masing-masing wilayah. Hal itu
menunjukkan bahwa terdapat ciri-ciri asli yang khusus dari masing-asing bangsa. Ciri-ciri
yang memiliki kesamaan antara negara di Asia Tenggara antara lain:

1. karya-karya yang dihasilkan baik di bagian geneologi namun terdapat kelemahan


dalam hal kronologi dan detil-detil biografis.

2. tulisan pada masa ini lebih ditekankan pada gaya bercerita, bahan-bahan anekdot, dan
pengguanaan agama sebagai alat pengajaran sejarah.

3. bila karya-karya tersebut bersifat sekuler maka nampak adanya persamaan da;lam hal
perhatian terhadap kingship (konsep mengenai Raja), serta tekanan diletakkan pada
kontibuitas dan loyalitas yang ortodoks.

4. Pertimbangan-pertimbangan astorlogis dan kosmologis cenderung untuk


menyampaikan menegenai sebab-akibat dan ide kemajuan (progress).

Walaupun terletak disatu kawasan yang sama, namun terdapat ula perbedaan-perbedaan
dalam historiografi di Asia tenggara. Adapun perbedaan itu antara lain adalah sebagai
berikut:

1. persaingan nasional memperngaruhi karya mengenai bangsa-bangsa yang bertetangga,


misalnya karya-karya orang Burma dan Muangthai.

2. perbedaaan bahasa di Asia tenggara sebelum terbentuknya bahasa Pali banyak karya-
karya yang tidak dapat dibaca oleh orang dari luar bangsa tersebut.

3. kebijakan-kebijakanRaja mengenai penulisan sejarah yang beragam. Misalnya, karya-


karya islam dan Melayu diedarkan dikalangan umum, sedangkan karya-krya yang
dihasilkan orang-orang Muangthai dan Burma serta Vietnam hanya digunakan untuk
kepentingan pihak resmi.

4. agama telah memilsahkan agama para sejarawan Indo-islam dari konteks sosio-
ekonomi agama Hindu. Agama juga memisahkan orang-orang Muangthai dari
Historiografi Asia Timur di Vietnam. Agama juga memisahkan antara Melayu-jawa dari
orang-orang Muangthai, Burma disatu pihak dan orang Fillipina di pihak lain.

C. Historiografi Asia Tenggara Modern

Historiografi Modern tumbuh dan telah berkembang di Eropa jauh sebelum di


perkembangan historiografi di Asia Tenggara. Historiografi modern baru berkembang di
Asia Tenggara pada pertenaghan abad ke-19, setelah ilmu pengetahuan dan kebudayaan
barat mulai masuk di kawasan Asia Tenggara. Karena pendudukan orang eropa yang
tidak menyeluruh sehngga tidak memungkinkan penyebaran ilmu pengetahuan secara
menyeluruh, sehingga tidak memungkinkan untuk mengembangkan historiografi modern.
Pada abad ke-16 sampai ke-19 kebnyakkan hasil tulisan sejarah banyak ditulis oleh
orang-orang Eropa. Penulisan sejarah yang dilakukan oleh orang-orang Eropa belum
dapat mempengaruhi bentuk historiografi di Asia Tenggara. Berikut adalah beberapa
contoh historiografi modern di Asia tenggara:

1. Indonesia dan Malaysia

Pembentukkan Btavia Genootscap voor kunsten en Wetenshappen (Perhimpunan Batavia


untuk seni dan Ilmu Pengetahuan) tahun 1778, buku karya William Marsden Hiatory of
Sumatra (1783), serta buku karya Raffles History of Java (1817), sedikit sekali
merangsang penulisan sejarah di Indonesia. Pada akhir abad ke -19 dengan
dihidupkannya kembali Perhimpunan Batavia untuk seni dan Ilmu Pengetahuan, serta
dibentuknya Cabang Straits dari masyarakat kerajaan Asia pada tahun 1878, mulailah
dilakukan kegiatan ilmiah mulai berkembang di Indoneisa dan Malaysia. Walaupun
demikian penulisan babad masih tetap ada.

2. Burma dan muangthai

Tidak hanya di Indonesia, orang-orang Eropa di Burma dan Muangthai juga menulis
karya sejarah. Misalnya, Arthur Phrye (History of Burma, 1883), WAR Wood (A History
of Siam, 1902) serta beberapa majalah Ilmiah seperti Juenal masyarakat Burma dan
Jurnal masyarakat Muangthai. Para penulis dari Eropa it sangat bergantung pada
penelitian setempat.

3. Vietnam

Sejarawan tradisional Vietnam banyak membantu sarjana-sarjana Perancis yang


tergabung dalam Ecole Francais d’Etreme Orient (Sekolah perancis Mengenai timur
Jauh), yang didirikan tahun 1900 dan bertujuan untuk engembangkan ilmu sosiologi yang
sudah muali berkembang di Perancis pada saat itu. Karya-karya yang dibuat sarjana-
sarjana Pernacis tersebut diterbitkan dalam sbuah buletin. Selain itu arsip-arsip kerajaan
Hue masih menyimpan dokumen-dokumen secara tradisional samapai beberapa tahun
sebelum pendudukan Perancis. Sehingga semakin mempermudah penelitian yang
dilakukan oleh sarjana-sarjana asal Perancia.

4. Fillipina

Pada masa pendudukan Amerika, banyak sarjana Amerika yang mempelajari sejarah
Filipina dari dokumen-dokumen kolonial dan dokumen-dokemen missi Spanyol. Salah
satu karya yang penting adalah, karya E. H Blair dan J A Robertson (The Phillipine
Island, 1493-1889) yang terdiri dari 55 jilid dan diterbitkan tahun 1903-1909.
Pada abad ke-19 dan sebagian abad ke-20 terdapat tiga bidang historiografi Indonesia
yang berbeda-beda. Antara lain;

1. Sejarah Kuno adalah sejarah yang tidak atau kurang dikenal oleh masyarakat asli,
biasanya ditulis oleh para fiolog, epigraf dan para Arkeolog. Salah satu contohnya adalah
karya N.J Krom engenai sejarah kuno Indonesia.

2. Sejarah Koonial biasanya mencakup masalah perdagangan, perang, perjanjian-


perjanjian, dan administrasi orang-orang eropa.

3. Sejarah Tengah atau periode tengah, sejarah yang berkisaran antara empat sampai
sepuluh abad sebelum abad ke-19, yang merupakan penulisan sejarah penuduk asli,
metode-metode modern dapat mulai digunakan, menentukan tanggal secara tepat dan
malah mengintepretasikan kembali dari periode-periode ini.

Di Muangthain dan fillipina perkembangan historiografi agak sedikit berbeda. Di


Muangthai d Universitas Chulalongkorn pada tahun 1917 mengajarkan mengenai sejarah
kuno dan sejarah modern. Sedangkan di Fillipina pada tahun 1611 universitas seperti
Santo Thomas tidak mengajarkan sejarah sekuler, tetapi sejak akhir abad ke-19 mulai
banyak memperkenalkan metode-metode sejarah yang modern. Tahun 1908 orang-orang
Amerika mendirikanuniversitas di Filipina dna mengajarkan sejarah modern.

Setelah berakhirnya Perang Dunia II dan bangsa-bangsa di Asia Tenggara merdeka,


mereka mulai mengambil langkah-langkah baru dalam historiografi, antara laiin:

1. Diterbitkannya buku DGE Hall mengenai sejarah Asia tenggata tahun 1955 semakin
menyadarkan bangsa-bangsa di Asia Tenggara perkembangan sejarah dari kuno hingga
modern merupakan unit sejarah yang lengkap.
2. Hasil penelitian J.C. Van Leur merangsang timbulnya sejumlah karangan mengenai
historiografi Indonesa yang dicetuskan dalam seminar nasional I tahun 1957.

3. Usaha membentuk pertemuan Internasional Association of Historians of Asia, yang


melakukan kongres tiga atau empat tahun sekali.

D. Ciri-ciri Historiografi Modern Asia Tenggara

Di kawasan Asia Tenggara khususnya Indonesia, Burma, Malaysia dan filipina,


historiografi modern sedang dikonfrontasikan dengan nasionalisme. Seperti terlihat dalam
bentuk penulisan sejarah pasca proklamasi, kebanyakkan tulisan dibuat guna
membangkitkan semangat nasional untuk melawan penjajahan Belanda. Untuk
menunjukkan bahwa bangsa Belanda itu sebagia bangsa yang jahat dan selalu merugikan
bangsa Indonesia. Sehingga penulisan sejarah pada masa ini banyak terdapat mengenai
tokoh-tokoh besar, seperti Pangeran Diponegoro, dan lain sebagainya.

Pada sejarah modern di Asia Tenggara masih mengutamakan sejarah Nasional


dibandingkan dengan sejarah ilmiah. Namun dalam perkembangannya sekarang ini para
sejarawan sudah mulai banyak menggun akan metode-metode dalam penulisan sejarah.
DAFTAR PUSTAKA

Anggar Kaswani. 1998. Metodologi Sejarah dan Historiografi. Yogyakarta: Beta offset.

http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:3IW_ReufHUYJ:makalahirfan.blogspot.com/2018/10/perkembangan-penulisan-
sejarah-di-asia.html+&cd=2&hl=id&ct=clnk&gl=id.( Di Akses Pada 31 Maret 2020.)

Sugeng Prakoso, 2018. Perubahan Tema Dan Perspektif Dalam Historiografi Asia
Tenggara, 1955-2010. Jurnal Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Jakarta. Vol. 7 No. 2. .
( Di Akses Pada 31 Maret 2020.)

Anda mungkin juga menyukai