DOSEN PENGGAMPU :
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2020
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penulisan sejarah dari waktu ke waktu selalu mengalami perkembangan. Setiap
negara memiliki ciri dan perkembangan historiografi yang berbeda. Historiografi yang
berkembang didasarkan pada kebudayaan masing-masing negara. Begitu pula dengan
historiografi di negara-negara Asia Tenggara, penulisan sejarah mereka disesuaikan dengan
perkembnagan historiografinya selalu berhubungan dengan sumber-sumber kesusastraan
(literary). Kesusastraan yang dihasilkan oleh masing-masing negara di Asia Tenggara
tidaklah sama, sehingga berbeda pula hasil penulisan sejarahnya. Penulisan sejarah di Asia
Tenggara memiliki dua masa yaitu, masa tradisional dan masa modern.
Wilayah Asia Tenggara terdapat perbedaan dalam menanggapi tentang sejarah. Setiap
wilayah mengembangkan historiografi berdasarkan periodesasi yang berkembang di wilayah-
wilayah tersebut. Perkembangan penulisan sejarah di Asia tidak jauh berbeda dengan yang
terjadi di negara-negara Eropa. Sebelum abad ke-XX sumber utama historiografi Asia
Tenggara dapat dibagi menjadi daerah yang disesuaikan dengan agama. Misalnya saja,
Agama Budha di Theravada di Muang Thai, Burma dan Sri Langka atau agama Islam
Pakistan, India, masyarakat Islam di malaysia, Indonesia dan Filipina Selatan atau budaya
Tiongkok di Vietnam atau Kristen di Fillipina. Hal tersebut pernah terjadi di Eropa ketika
abad pertengahan yang mana agama memiliki peranan yang penting dalam penulisan sejarah.
B. Rumusan Masalah
Bangsa Mon adalah bangsa yang banyak mendiami daerah daerah-daerah di Burma.
Negara Burma yang berbatasan dengan India, membuat negara ini mayoritas penganut
agama Budha yang juga berasal dari India. Agama Budha yang dianut oleh para bangsa
Mon berbeda dengan yang ada di India. Penduduk Mon banyak menganut agam Budha
Theravada Sinhala yang masuk ke Burma pada tahun 1190 yang menyebar pada abad ke-
13 dari bangsa Mon dna Burma ke bangsa Shan, Thai Laos dan Kamboja. Threvada yang
telah berkembang bangsa-bangsa diluar bangsa Mon ini tidak diterima utuh oleh
masyarakat setempat, namun terjadi alkulturasi dengan agama-agama masyarakat
pribumi. Berkembangnya agama Budha Theravada ini semakin menggusur keberadaan
Budha Mahayana dan Hindu yang sebelumnya banyak berkembang di Asia tenggara.
Namun demikian agama Budha Mahayana dan hindu masih dianut oleh kaum elit di Asia
Tenggara.
Setelah masuknya agama Theravada Sinhala membuat agama Budha Hinayyana yang
sebelumnya dinut Kerajaan Pagan (pemerinthan Anawratalah) ulai tergantikan. Tepatnya
pada masa pemerintahan raja naraphatisitu banyak kebudayaan dan karya sastra yang
dibuat didasarkan pada ajaran agama Theravada. Misalnya pada abad ke-13 bangsa Mon
menyusun sebuah kronik (Rajawan dan berbagai bentuk Genelogis) yang menetapkan
suatu tradisi penggabungan data-data mengenai dinasti, anekdot mengenai raja-raja, serta
berbagai mitos dan legenda yang memberikan arti pada setiap pemerintahan. Tradisi ini
semakin diperkuat denagn pemasukan ksadaran kronologi yang lebih teliti dalam
komposisi tulisan yang dibuat oleh bangsa Mon.
Salah satu kronik yang dibuat oleh orang-orang Burma adalah Yazawin (Kronik Burma)
yang berasal dari abad ke-18 dan abad ke-19 yang merupakan:
a. Tulisan asli Burma dengan animisme lokal dan konsep mengenai raja serta kosmologi
Birma sendiri
b. Karya ini disusun oleh para biarawan serta para brahmana terpelajar.
Tradisi seperti ii juga berkembang di Muangthai atau Thailand. Tidak jauh berbeda
perkembangan tradisi ini juga dibawa oleh para biarawan dan menteri yang terpelajar
yang berasal dari Sri Langka, yang dimungkinkan berasal dari bangsa yang berbahasa
Mon-Khmer yang tinggal dilembah sungai Menam. Namun sebagian besar kronik ini
musnah ketika Ayuthia diserbu Burma pada tahun 1767 yang dipimpin oleh Raja Hsin
Byusin. Yang mana Ayuthia kalah dalam ppeprangan ini. Dari semua kronik yang masih
tercatat adalah Pongsawadan yang disusun pada tahun 1680 dan meliputi antara tahun
1350-1605. bentuk kronik in kebali dikembangkan pada akhir abad ke-18. kebanyakan
kronik di Muangthai, Kamboja, Burma dan negara-negara Malaysia seperti onghala dan
Saiburi dibentuk dalam bentuk kronik tersebut.
Tulisan-tulisan dalam bahasa melayu lebih berkembang sebagai sejarah, misalnya saja
Kitab Sejarah Melayu yang berisi tentang Kerjaan Johor dan Riaulingga. Selain itu juga
kronik bersajak seperti Sha’ir Perang Mekasar. Tulisan-tulisan dalam bahasa melayu ini
merupakan uraian mengenai dan tempat hidup, namun belum terdapat kronologis,
walaupun deikian lukisan mengenai hubungan antara tokoh lebih tepat. Tidak banyak
tulisan yang berbau mitos dan lebih banyakl terkandung unsur nilai-nilai tentang
kepatuhandan kejujuran. Selain digunakan untuk mendidik juga digunakan untuk
menghibur. Contoh yang menonjol dalam sejarah melayu adalah tentang sejarah sosial”
Misa Melayu, Hikayat Abdullah dan Tuhfal-ul Nafls (abad 18-19).
Setelah Vietnam melepaskan diri dari penguasaan Cina, Vietnam masih memegang
peradapan Cina yang telah ditanamkan sebelumnya. Agama Theravada yang berhasil
menaklukkan sebagian Indocina atau Asia Tenggara Kontinental tidak serta-merta
membuat keyakinan bangsa Vietnam beralih agama. Sehingga Vietnam tidak terpengaruh
dan tetap menganut agama Budha Mahayana dari alirn di Cina. Sehingga karya-karya
yang dihasilkan di vietnam jauh berbeda dengan negara Indocina lainnya yang
terpengaruh oleh agama Theravada.
Ketika mulai berkembangnya pelayaran samudra yang raai dilakukan oleh bangsa Barat,
hal itu mendorong orang-orang Spanyol untuk melakukan perjalanan. Pada abad ke-16
spanyol berhasil sampai dan menduduki kawasan Fillipina. Spanyol yang masuk ke
Fillipina membawa asas 3G (Gold, Glory dan Gospel). Penyebaran agama katolik di
fillipina mebuat masuk pula bentuk historiografi tradisional katolik Roma yang
berkembang berkembang sejajar dengan kronil berbahasa Melayu di kepulauan Sulu.
Tradisi ini masih berkembang sampai abad ke-19 dan sisanya masih ada hingga sekarang.
Sejarah di Asia Tenggara sering dikatakan tidak memiliki keutuhan tema hingga
masuknya peradaban industri modern, yakni selama seratus tahun terakhir. Ada tradisi
yang memiliki asal-usul yang sama, namun berkembang menjadi tradisi yang khas di
masing-masing wilayah sesuai dengan kebudayaan masing-masing wilayah. Hal itu
menunjukkan bahwa terdapat ciri-ciri asli yang khusus dari masing-asing bangsa. Ciri-ciri
yang memiliki kesamaan antara negara di Asia Tenggara antara lain:
2. tulisan pada masa ini lebih ditekankan pada gaya bercerita, bahan-bahan anekdot, dan
pengguanaan agama sebagai alat pengajaran sejarah.
3. bila karya-karya tersebut bersifat sekuler maka nampak adanya persamaan da;lam hal
perhatian terhadap kingship (konsep mengenai Raja), serta tekanan diletakkan pada
kontibuitas dan loyalitas yang ortodoks.
Walaupun terletak disatu kawasan yang sama, namun terdapat ula perbedaan-perbedaan
dalam historiografi di Asia tenggara. Adapun perbedaan itu antara lain adalah sebagai
berikut:
2. perbedaaan bahasa di Asia tenggara sebelum terbentuknya bahasa Pali banyak karya-
karya yang tidak dapat dibaca oleh orang dari luar bangsa tersebut.
4. agama telah memilsahkan agama para sejarawan Indo-islam dari konteks sosio-
ekonomi agama Hindu. Agama juga memisahkan orang-orang Muangthai dari
Historiografi Asia Timur di Vietnam. Agama juga memisahkan antara Melayu-jawa dari
orang-orang Muangthai, Burma disatu pihak dan orang Fillipina di pihak lain.
Tidak hanya di Indonesia, orang-orang Eropa di Burma dan Muangthai juga menulis
karya sejarah. Misalnya, Arthur Phrye (History of Burma, 1883), WAR Wood (A History
of Siam, 1902) serta beberapa majalah Ilmiah seperti Juenal masyarakat Burma dan
Jurnal masyarakat Muangthai. Para penulis dari Eropa it sangat bergantung pada
penelitian setempat.
3. Vietnam
4. Fillipina
Pada masa pendudukan Amerika, banyak sarjana Amerika yang mempelajari sejarah
Filipina dari dokumen-dokumen kolonial dan dokumen-dokemen missi Spanyol. Salah
satu karya yang penting adalah, karya E. H Blair dan J A Robertson (The Phillipine
Island, 1493-1889) yang terdiri dari 55 jilid dan diterbitkan tahun 1903-1909.
Pada abad ke-19 dan sebagian abad ke-20 terdapat tiga bidang historiografi Indonesia
yang berbeda-beda. Antara lain;
1. Sejarah Kuno adalah sejarah yang tidak atau kurang dikenal oleh masyarakat asli,
biasanya ditulis oleh para fiolog, epigraf dan para Arkeolog. Salah satu contohnya adalah
karya N.J Krom engenai sejarah kuno Indonesia.
3. Sejarah Tengah atau periode tengah, sejarah yang berkisaran antara empat sampai
sepuluh abad sebelum abad ke-19, yang merupakan penulisan sejarah penuduk asli,
metode-metode modern dapat mulai digunakan, menentukan tanggal secara tepat dan
malah mengintepretasikan kembali dari periode-periode ini.
1. Diterbitkannya buku DGE Hall mengenai sejarah Asia tenggata tahun 1955 semakin
menyadarkan bangsa-bangsa di Asia Tenggara perkembangan sejarah dari kuno hingga
modern merupakan unit sejarah yang lengkap.
2. Hasil penelitian J.C. Van Leur merangsang timbulnya sejumlah karangan mengenai
historiografi Indonesa yang dicetuskan dalam seminar nasional I tahun 1957.
http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:3IW_ReufHUYJ:makalahirfan.blogspot.com/2018/10/perkembangan-penulisan-
sejarah-di-asia.html+&cd=2&hl=id&ct=clnk&gl=id.( Di Akses Pada 31 Maret 2020.)
Sugeng Prakoso, 2018. Perubahan Tema Dan Perspektif Dalam Historiografi Asia
Tenggara, 1955-2010. Jurnal Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Jakarta. Vol. 7 No. 2. .
( Di Akses Pada 31 Maret 2020.)