Anda di halaman 1dari 7

SEJARAH INDONESIA

ORANG ORANG CINA BERONTAK, DAMPAK DALAM BIDANG POLITIK-


PEMERINTAHAN DAN EKONOMI

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 4 XI MIPA 4

CANTIKA PUTRIANI

MUHAMMAD ALFARIZHI

TB. GIAN SASTRANEGARA

WINDY AULIA PUTRI

Guru Pembimbing :

NANDA PERMANA, M.Pd

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAMBI

SMA NEGERI 1 BUNGO

Tahun ajaran 2022/2023


KATA PENGANTAR

 
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami yang berjudul
“ORANG ORANG CINA BERONTAK DAN DAMPAK DALAM BIDANG POLITIK
PEMERINTAHAN DAN EKONOMI” tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata pelajaran SEJARAH INDONESIA. Kami
mengucapkan terima kasih kepada bapak guru yang telah membimbing dan menyumbang
ilmu kepada kami. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu kami mohon kritik dan sarannya untuk kemajuan makalah ini dimasa yang akan
datang.
                                         
Bungo, 6 November 2022
 
 
                                                                                                        
                                                                                                                 Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

1. Orang Orang Cina Berontak

Sejak abad ke-5 orang-orang Cina sudah mengadakan hubungan dagang ke


Jawa dan jumlahnya semakin banyak. Pada masa perkembangan kerajaan-
kerajaan Hindu-Buddha dan Islam banyak pedagang Cina yang tinggal di
daerah pesisir, yang menikah dengan penduduk Jawa khususnya ke
Batavia. Begitu juga pada masa pemerintahan VOC di Batavia, banyak orang
Cina yang datang ke Jawa. sengaja orang-orang Cina dari Tiongkok dalam
rangka mendukung kemajuan perekonomian dan keamanan kota Batavia dan
sekitarnya Orang-orang Cina yang datang ke Jawa tidak semua yang memiliki
modal. 

Para pendatang Cina tersebut pada umumnya terdiri dari pedagang, pengrajin
atau tukang, penambang, dan sebagian kecil sebagai petani. Migrasi etnis Cina
terjadi sebagai petani. Migrasi etnis Cina terjadi secara besar besaran setelah
terjadinya Perang Candu (1839-1842), dan pemberontakan Taiping (1851-
1865), yang mengakibarkan hancurnya perekonomian di Cina Selatan. Hal itu
menyebabkan banyak orang Cina terpaksa meninggalkan kampung
halamannya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik

2. Dampak Dalam Bidang Politik Pemerintahan


dan Ekonomi
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah awal masuknya orang-orang cina berontak
2. Apa aksi anti cina
3. Apa sebab orang cina berontak
4. Apakah akibat dari kejadian orang-orang cina berontak

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui sejarah awal masuknya orang-orang cina berontak
2. Mengetahui apa aksi anti cina
3. Mengetahui apa sebab orang-orang cina berontak
4. Mengetahui apakah akibat dari aksi orang-orang cina berontak

BAB II

PEMBAHASAN

A.Sejarah awal masuknya orang orang cina berontak


Pada masa perkembangan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha dan Islam banyak pedagang Cina
yang tinggal di daerah pesisir, bahkan tidak sedikit yang menikah dengan penduduk Jawa.
Begitu juga pada masa pemerintahan VOC di Batavia, banyak orang Cina yang datang ke
Jawa. 
Saat orang Belanda menaklukkan Jakarta dan mendirikan Batavia (sekarang Jakarta),
mereka mendapati orang Cina sudah ada di Jawa dan aktif dalam perdagangan. Jan
Pietterzoon Coen, Gubernur Jenderal VOC (1618-1623), menyadari kekuatan penduduk Cina
di wilayah itu dan memutuskan menggunakan mereka sebagai pengecer karena mereka
melebihi kita (Belanda) dari segi kemampuan. Orang Cina bahkan dibujuk agar mau pindah
ke Jakarta untuk membantu mengembangkan kota itu. Orang Belanda dan orang Cina
hidup berdampingan dengan damai, dan berbeda dengan orang Cina Manila, orang Cina di Ja
wa diterima oleh penguasa Belanda. Kecuali di Kalimantan barat. Di situ penambang Cina,
yang sudah membentuk kongsi sebelum orang Belanda tiba, menolak tunduk pada penguasa
Belanda, yang kemudian menghancurkan mereka.
Jumlah orang Cina di Batavia naik dengan cepat dan kekuatan ekonomi mereka juga
meningkat pada awal tahun 1700-an, jumlah orang Cina di Batavia mencapai 30.000 orang.
Penguasa Belanda cenderung korup dan makin lama makin menerapkan peraturan-peraturan
yang keras terhadap orang Cina pada masa-masa krisis ekonomi ini. Desas-desus terus
terdengar bahwa orang Cina akan diusir dari Indonesia kolonial, dan bahwa orang
Cinadiluar benteng sudah menyiapkan diri untuk melancarkan pemberontakan. Ketika itu,
gula merupakan komoditas unggulan di Batavia. Pabrik-pabrik gula bangkut karena harga
jual gula di pasar internasional anjlok. Gula dari Batavia kalah saing dengan gula Malabar
(India). Otomatis, ribuan karyawan perkebunan dan pabrik gula yang mayoritas orang etnis
Tionghoa dipecat. Perkebunan dan pabrik satu per satu tutup. Dampaknya lanjutannya,
banyak warga etnis Tionghoa jadi pengangguran. Ujung-ujungnya banyak yang jadi pelaku
kriminal. Pabrik–pabrik gula di Batavia pada bangkrut, sehingga banyak warga China yang
menjadi penangguran dan gelandangan. Dampaknya kriminalitas di Batavia meningkat tajam.
Karena angka kriminalitas melonjak, Gubernur Batavia saat itu, Adrian Vlocknaier,
membatasi warga keturunan Tionghoa datang ke Batavia. Belanda merazia dan menangkap
warga yang tidak punya surat izin tinggal atau usaha. Mereka yang ditangkap kabarnya
diasingkan ke Sri Lanka yang saat itu merupakan jajahan Belanda juga. Namun kabar beredar
di tengah masyarakat bahwa mereka tidak sampai ke Sri Lanka. Mereka  dibuang di tengah
laut. Maka gegerlah warga warga China di Batavia dan sekitarnya. Warga etnis Tionghoa lalu
mulai memberanikan diri melakukan perlawanan. Mereka membekali diri dengan senjata.
Pada suatu ketika tahun 1740, terjadi kebakaran di Batavia. VOC menafsirkan peristiwa ini
sebagai gerakan orang orang cina yang melakukan pemberontakan. Rupanya upaya mereka
diendus sang gubernur jenderal. Dengan penuh keangkuhan, Gubernur Adrian Vlocknaier
mengeluarkan peraturan pada tanggal 10 Oktober 1740 yang berbunyi “Bunuh dan bantai
orang – orang China”. Oleh karena itu, para serdadu VOC mulai berakso dengan melakukan
sweeping memasuki rumah rumah orang cina dan kemudian melalukan pembunuhan terhadap
orang orang cina yang ditemukan dirumah.

Dengan Keputusan Gubernur Belanda untuk mengusir orang Cina memicu Angke (Red
River) 1740, Tragedi Angke (Kali Merah) 1740.Dalam peristiwa itu 10.000 orang Cina
dibantai, sebagian besar diantara mereka adalah perempuan dan anak-anak. Orang Cina
melarikan dari Batavia menuju wilayah-wilayah lain di Jawa. Sementara yang berhasil
meloloskan diri dan melakukan pembrontakan di berbagai daerah, misalnya di Jawa Tengah.
Salah satu tokohnya yang terkenal adalah Oey Panko atau kemudian dikenal dengan sebutan
Khe Panjang, kemudian di Jawa menjadi Ki Sapanjang. Nama ini dikaitkan dengan perannya
dalam memimpin perlawanan di sepanjang pesisir Jawa. Perlawanan dan kekacauan yang
dilakukan orang-orang Cina itu kemudian meluas di berbagai tempat terutama di daerah
pesisir Jawa. Perlawanan orang-orang Cina ini mendapat bantuan dan dukungan dari para
bupati di pesisir. Bahkan yang menarik atas desakan para pangeran, Raja Pakubuwana II juga
ikut mendukung pemberontakan orang-orang Cina tersebut. 

Pada tahun 1741 benteng VOC di Kartasura dapat diserang sehingga jatuh banyak korban.
VOC segera meningkatkan kekuatan tentara maupun persenjataan sehingga pemberontakan
orang-orang Cina satu demi satu dapat dipadamkan. Pada kondisi yang demikian ini
Pakubuwana II mulai bimbang dan akhirnya melakukan perundingan damai dengan VOC.

Meski jumlah orang Cina di Asia Tenggara pada jaman itu tidak besar, namun jumlah itu
tetapmasih lebih besar dari pada jumah orang Barat. Untuk mengeruk untung dari wilayah-
wilayah belum tergarap di Asia Tenggara, kekuasaan-kekuasaan kolonial tidak 
berkepentingan untuk mengusir pekerja dan penguasa Cina, karena lebih banyak lagi
orangCina yang dibutuhkan. Migrasi besar-besaran orang Cina ke Asia Tenggara berlangsung
pada pertengahan abadke 19 setelah dinasti Qing ditaklukan oleh kekuasaan Barat.
Kekacauan di Cina terjadi  bersamaan dengan ekspansi Barat di Asia Tenggara. Dan
peluang-peluang baru yang menyertai ekspansi itu.Faktor-faktor penarik (peluang ekonomi di
Asia Tenggara) dan faktor-faktor pendorong (kemiskinan dan kekacauan Cina) merupakan
penyebab kehadiran banyak sekali migran Cina di Asia Tenggara. Sumber tradisional migran
Cina adalah dua propinsi di selatan: Fujian (Fuchien) dan Guandong (Kwangtung);
kemudian, orang Cinadari propinsi-propinsi lain mengikuti peraturan-peraturan yang
diskriminatif pada orang Cina dari waktu ke waktu, secara keseluruhan kedua pihak pada
akhirnya menemukan titik temu tertentu karena saling membutuhkan

B. Sebab Orang-orang Cina Berontak 

Meningkatnya populasi etnis Tionghoa di Batavia, sehingga pengangguran


meningkat.Dan karena terkekangnya suatu kebebasan berdagang di wilayah nusantara dan ter
jadi pungli di tubuh VOC (contohnya surat izin bermukim yang disebut permissiebriefjes ata
usurat pas) biaya resmi pembuatan kartu tersebut hanya 2 ringgit namun, akibat dari
punglitersebut menjadi naik, dan karena tidak memiliki kartu tersebut orang-orang Cina
harusdideportasi ke negaranya atau dipekerjakan di kebun-kebun pala milik VOC di Sri
Langka.

Proses Kejadian

a)Lokasi : di Batavia dan Jawa 

b) pada abad ke 18 (tahun 1740-1741)

c)Tokoh : Oey Panko atau Khe Panjang dan Raja Pakubuwana 
D. Akibat Dari Kejadian

a)Bagi bangsa Indonesia : kerugian karena wilayah Batavia porak poranda akibat
pemberontakan dan pencurian barang-barang oleh orang-orang Cina. 

b) Bagi VOC : keuntungan karena penyelewengan harga pembuatansurat pas yang lebih
mahal dan kerugian karena benteng VOC di Kartasura diserangoleh orang-orang Cina dan
dibantu Raja Pakubuwana II serta orang-orang pribumisehingga jatuh banyak korban dari
pihak VOC

Anda mungkin juga menyukai