Oleh : Zusrotin
BAB 1
SEJARAH PEREKONOMIAN KUNA
A. Perdagangan Asia Kuna Secara Umum
A. Sriwijaya
D. Ternate
Di Maluku baru abad XII mulai terbentuk organisasi-organisasi kenegaraan
yang bertaraf tinggi. Kurang lebih tahun 1250 di Ternate terbentuk suatu
kerajaan, tidak lama setelah Jailolo di Halmahera muncul sebelumnya.
Menurut De Graff, mulai abad XIII di Maluku terjadi perluasan penanaman
rempah-rempah. Cengkih yang tadinya merupakan tanaman hutan kemudian
menjadi tanaman perkebunan ketika semakin banyak permintaan dalam
perdagangan pada abad XV.
Sejalan dengan pendapat Schrieke, Burger menjelaskan bahwa tidak
mustahil bila adanya perhubungan perniagaan kembali antara Eropa Barat
dengan Asia telah menyebabkan produksi rempah-rempah di Indonesia
menjadi maju. Perdagangan laut di Asia menjadi ramai.
Menurut Schrieke, pada abad XVI di Indonesia terdapat tiga kekuatan politik
yang utama, yaitu Aceh Mataram, dan Ternate. Kerajaan terakhir ini
pengaruhnya meliputi Sulawesi Tengah (Toraja dan Poso), Buton, Sunda
Kecil, Halmahera Utara, Buru, Seram, Ambon, Kepulauan Uliasa, dan Banda.
Sementara Tidore pengaruhnya daerah Halmahera Selatan dan beberapa
daerah pantai Irian.
Munculnya Makasar sebagai pusat perniagaan di Indonesia Timur pada
permulaan abad XVII merupakan salah satu kemunduran pelabuhan Hitu di
Ternate. Abad XVI, Makasar berkembang sebagai kerajaan Maritim.
Beberapa faktor yang menyebabkan Makasar berkembang antara lain: (a)
perpindahan saudagar-saudagar lada dan cengkih dari Melayu akibat
gangguan Portugis dan Aceh, (b) runtuhnya kota-kota pantai utara Jawa
Timur sebagai akibat ekspansi Mataram, terutama pada zaman Sultan Agung
antara 1613-1625, (c) sejak pendudukkan Malaka oleh Belanda tahun 1641,
saudagar-saudagar Philipina, Patani, dan Cina, serta Nusa Tenggara lebih
senang berhenti di Makasar daripada terus berlayar ke Malaka. Dengan
demikian Makasar sebagai pusat perdagangan rempah-rempah dari Maluku
dan lada dari Banjarmasin.
Menurut Tiele, Heeres, dan De Jong, yang mendasarkan pada daghregister
(catatan harian) Belanda tahun 1663, Makasar menarik semua orang Asing
dan orang-orang Islam untuk berdagang disana. Dengan demikian Makasar
melakukan “perdagangan bebas dan terbuka”.
Serangan Speelman (Belanda) tahun 1669 ke Makasar menyebabkan
kerajaan ini kehilangan pengaruhnya atas daerah rempah-rempah di Maluku.
Menurut Van Goens, raja Makasar melakukan perlawanan karena untuk
menyelamatkan pengikut-pengikut Islam.
Menurut Schieke, selama periode bad XVI dan XVII terjadi perubahan-
perubahan kekuasan politik dan ekonomi di Indonesia. Perubahan basis
ekonomi menurut Sartono Kartodirjo akan menentukan struktur birokrasi
pemerintahan dari suatu pusat politik.
Karena Maluku bukan merupakan daerah pertanian yang baik, kebutuhan
beras didatangkan dari Jawa. Sumber-sumber Belanda pada awal abad XVII
mencatat bahwa 2/3 penduduk Banda, 1/3 penduduk Ambon dan Maluku
Utara makanan pokoknya adalah beras. Orang-orang miskin dan budak-
budak makannya sagu. Beras dari Jawa setiap tahunnya dikirim ke Maluku
sekitar 30 ton.
.
KEHADIRAN PEDAGANG-PEDAGANG EROPA
DI INDONESIA
Tahun 1500 terjadi perubahan-perubahan besar dalam perdagangan di Asia
sebagai akibat dari kehadiran pedagang-pedagang Eropa. Yang pertama kali
datang adalah pedagang Portugis. Selain didorong oleh semangat untuk
memerangi bangsa Moor yang beragama Islam dan yang menjajah mereka,
kehadiran Portugis di Asia didorong oleh semangat untuk mengungkap mitor
yang berkembang mengenai kerajaan timur yang penuh misteri.
Ketika Portugis sampai di Asia Selatan, mereka menemukan adanya jalur
perdagangan yang berasal dari timur, yaitu jalan melalui Selat Malaka kemudian
menyusur pantai selatan Asia menuju ke arah Teluk Persia hingga Laut Merah,
pulang pergi.
Tiga pintu utama perdagangan Asia pada permulaan abad XVI adalah: Selat
Malaka, Teluk Persia, dan Laut Merah. Selat Malaka secara militer dapat mereka
kuasai pada tahun 1511, meskipun tujuan secara ekonomis tidak pernah
tercapai.
A. Pandangan Tradisional Asia Tenggara sebelum Kehadiran Portugis
C. Abad Portugis
1. Kepulauan Maluku
Dilihat dari motif ekonominya, maka kehadiran Inggris ke Asia sama dengan
motif kehadiran Belanda. Di wilayah Asia, Inggris sedapat mungkin
menghindari bentrokkan dengan Eropa yang lain. Dalam hal ini Inggris sangat
berbeda dengan tindakan-tindkaan yang dilakukan oleh Belanda. Kumpeni
Belanda setelah memiliki tempat kedudukan yang kuat dan mantap di Batavia
kemudian mereka memerlukan militer yang kuat terutama untuk menghadapi
Portugis dan Spanyol dalam rangka merebut pasar mereka di Asia.
Ketika berlangsung ekspedisi tahun 1577-1580 dibawah Francis Drake,
terbukalah harapan untuk melakukan penjelajahan lebih lanjut. Ekspedisi
yang pada mulanya berlayar menuju selatan dari Inggris, kemudian melalui
Selat Magelhans dan kembalinya melalui Tanjung Harapan. Dari hasil
penjelajahan untuk menemukan jalan menuju Asia ini memberikan pengertian
kepada orang-orang Inggris bahwa masih terdapat rute-rute perdagangan
yang belum dikuasai oleh Portugis maupun Spanyol.
Ekspedisi penjelajahan kedua, armada laut dipimpin oleh Thomas Cavendish
yang melakukan perjalanan melalui Selat Magelhans – Guam – Philipina –
Selat Makasar – Jawa. Mereka semakin melihat adanya kemungkinan untuk
segera melakukan perdagangan di Asia.
Periode 1591-1602 dilaksanakan secara sungguh-sungguh usaha untuk
menemukan jalan ke Asia. Usaha Inggris dibiayai oleh East Indian Company
(EIC) yang dipimpin oleh James Lancaster. Usaha mereka akhirnya berhasil
yaitu dibuktikan dengan diselenggarakannya hubungan perdagangan dengan
Aceh dan Banten sejak tahun 1602.
Di wilayah Indonesia, Inggris tidak menemukan sesuatu yang mereka cari.
Oleh karena itu, perhatian mereka terhadap Indonesia tidak begitu besar.
Kurangnya perhatian terhadap Indonesia disebabkan oleh dua hal, yaitu: (1)
Indonesia tidak memiliki cukup persediaan bahan untuk keperluan industri
tekstil, yaitu kapas; (2) Belanda yang sudah lebih dulu masuk ke Indonesia
menggunakan kekerasan dalam menghadapi pesaing-pesaing dagangnya,
juga termasuk Inggris.
A. Malaka
Jatuhnya perdagangan Sriwijaya abad XIV kemudian diikuti pemindahan
pusat-pusat perdagangan baru seperti: Jambi, dan Minangkabau, memberi
kesempatan tumbuhnya kerjaan Malak. Dalam waktu yang relatif singkat
Malaka menjadi pelabuhan penting di wilayah selat Malaka. Pada mulanya
Malaka merupakan daerah pelarian para pedagang Sumatra Utara yagn
tidak mau menerima pengaruh Islam. Namun pada abad XV Malaka sendiri
sudah menjadi Islam dan bahkan menjadi pusat penyiaran Islam di
Indonesia khususnya dan Asia Tenggara pada umumnya.
Munculnya slogan Portugis bahwa “barangsiapa menguasai Malaka berarti
menguasai perdagangan dunia Timur”. Anggapan seperti ini muncul karena
memang pada kenyataannya ketika Portugis untuk pertama kalinya datang
di Asia, merek amenemukan lalu lintas perdagangan terpenting adalah Selat
Malaka. Portugis dapat menguasai malaka tahun 1511, tetapi tidak berhasil
menguasai perdagangan Malaka.
Sebagai bangsa Eropa yang pertama kali berhubungan dengan dunia Timur
melalui perdagangan, boleh dikatakan bahwa Portugis tidak banyak
memberikan pengaruh pada struktur ekonomi yang ada di dunia Timur,
khususnya Indonesia. Struktur ekonomi feodal yang menitikberatkan pada
sektor pertanian dan hubungan kerja majikan-hamba, tetap tidak berubah
dengan kehadiran Portugis. Pengaruh yang diberikan Portugis dalam bidang
ekonomi terbatas dalam sektor perdngan yaitu cara-cara perdagangan laut.
Melalui hubungan perdagangan dengan bangsa Asia, Portugis telah
memperkenalkan pembelian langsung dan pengiriman langsung ke daerah
konsumen. Portugis juga membawa serta adat kebiasaan dan budayanya.
Oleh karena Portugis hanya menguasai kota-kota pelabuhan, maka
pengaruhnya hanya terasa di kota-kota pelabuhan tersebut seperti Malaka,
Jepara, dan Tuban.
Masuknya pedagang Eropa yang lain, seperti Belanda dan Inggris di Asia
pada akhir abad XVI, menyebabkan kedudukan Portugis di kota-kota yang
sudah dikuasai menjadi terancam.
Kemerosotan Malaka sebagai pusat perniagaan dunia Timur dapat dilihat
melalui berbagai segi, antara lain:
a) Pajak yang sangat tinggi bagi kapal-kapal yang singgah. Pajak atas
barang dagangan yang dibawa sebesar 10%, 2% untuk keperluan
pemeliharaan benteng dan tentara. Beban yang ditanggung
pedagang ini masih ditambah dengan pemakaian hak menimbun
barang dan hak beli utama
b) Blokade ekonomi yang dilakukan oleh Batavia terutama sesudah
tahun 1630. Blokade ini mengucilkan Malaka dari hubungan dengan
bangsa-bangsa lain
c) Malaka tidak dapat lagi menyediakan perbekalan yang diperlukan
dalam perjalanan jauh
3. Terputusnya hubungan dengan daerah sumber dan pasar produksi di
Asia Tenggara yang disebabkan oleh persaingan dengan pedagang lain,
baik sesama pedagang Eropa maupun pedagang lokal.
Dibalik serangkaian keberhasilan yang telah dicapai oleh VOC yang berhasil
menguasai wilayah-wilayah perdagangan dan menanamkan pengaruh politik
ketatanegaraan di dalam kerajaan-kerajaan Indonesia, khususnya daerah
pedalaman Jawa, ternyata pada akhir abad XVIII mulai menunjukkan tanda-
tanda kemundurannya.
Sebagai organisasi dagang prinsip utama yang harus dipegang VOC adalah
bahwa setiap usahanya harus memberikan keuntungan materi yang sebesar-
besarnya.
Menjelang abad XIX kumpeni dagang Belanda yang pada waktu itu terutama
mengandalkan Pulau Jawa sebagai basis kekuatannya, tidak dapat lagi
mempertahankan kekuasaannya. Faktor-faktor yang menyebabkan runtuhnya
organisasi dagang yang sudah menunjukkan keperkasaannya selama hampir
200 tahun dapat disebutkan seperti berikut:
Tiga jenis tanaman yang terpenting dalam tanam paksa adalah : kopi, gula
dan nila.
Dengan perbandingan keadaan tahun 1833 dan 1860 telah terjadi
pergeseran dalam penanaman tebu. Di Banten dan Rembang penanaman
dihentikan. Sedangkan di Banyumas mulai diusahakan penanaman karena
berdasarkan percobaan-percobaan tanahnya cocok untuk penanaman
tebu. Tahun 1860 dengan 1910 menunjukkan perluasan yang signifikan,
terutama di daerah Cirebon, Banyumas, Madiun, Surabaya, dan Besuki.
D. Penanaman Tebu
Petani Jawa sudah diperkenalkan jenis tanaman ini sejak abad XVII, ketika
mereka menanam tanaman ini dan menjualnya kepada pedagang-
pedagang Belanda dan Cina. Setelah pemerintah kolonial melakukan
percobaan pertama, tahun 1830 diputuskan bahwa penanaman tebu akan
dilakukan di semua daerah yang baik, yaitu di karesidenan Cirebon,
Pekalongan, Tegal, Semarang, Jepara, Surabaya, dan Pasuruan.
Periode 1830-an sampai 1840-an merupakan tahap awal perkembangan
penanaman tebu ketika sejumlah percobaan dilakukan untuk menemukan
daerah yang cocok untuk penanaman tebu.
Dalam surat edaran dari Directeur der Cultures kepda para residen tahun
1832 diperintahkan agar para residen memberikan bantuan kepada
pengusaha-pengusaha pabrik.
Dengan sistem kerja paksa dan penanaman wajib, rakyat banyak
kehilangan pendapatan dari tanah-tanah yang digunakan untuk
penanaman tebu. Gonggrijp menyatakan bahwa penanaman wajibgula
lama-kelamaan akan mempertinggi pendapatan rakyat. Penanaman tebu
sejak tahun 1863 pada umumnya menguntungkan rakyat.
Karena pendapatan tanah yang ditanami tebu tidak lagi diperoleh dalam
bentuk barang (in natura), tetapi dalam bentuk uang. Para pekerja pabrik
menerima upahnya dalam bentuk uang pula, peredaran uang di kalangan
rakyat semakin biasa. Rakyat semakin percaya terhadap uang sebagai alat
pembayaran dan sebagai alat tukar.
E. Penanaman Kopi
Dari berbagai jenis tanaman ekspor negara, kopi dianggap yang paling
stabil. Dengan mengasumsikan penanaman wajib dibawah VOC sebagai
penanaman negara, kopi telah ditanam selama hampir 200 tahun.
Beberapa kondisi ekologis khusus membuat penanaman kopi
menguntungkan dan berakibat penanaman kopi meluas hampir ke seluruh
karesidenan Jawa. Pertama, kopi tidak ditanam pada lahan-lahan pribadi,
yang berarti tidak menganggu tanaman pangan utama. Kedua, kopi
merupakan tanaman ekspor yang sangat penting dengan harga yang tinggi
di pasar internasional, meskipun fluktuasi harga dalam waktu yang singkat
dapat berubah-ubah.
Periode pertama pertumbuhan selama 10 tahun (1830-1840) pengelolaan
kopi berjalan dengan relatif lamban dan produksinya stabil. Selama periode
kedua (1840-1870) pertumbuhan tetap stabil.
Melalui berbagai tindakan, terutama dengan diadakannya dan diperluasnya
aparat pemerintah bangsa Eropa sejak tahun 1840, pengaruh-pengaruh
Eropa di Priangan diperkuat dan kekuasaan para bupati yang tidak terbatas
secara berangsur-angsur dikurangi. Namun demikian, hak memungut pajak
tetap mereka miliki hingga tahun 1870 ketika stelsel Priangan dihapus dan
Priangan dibebaskan dari kefeodalan. Kemunduran tanam paksa kopi
timbul pada akhir 1870-an ketika hama kopi menyerang pohon-pohon kopi
dan merusak sebagian besar tanaman.
Karena pemerintah kolonial memilih pengelolaan seluruh usaha ekonomi
sendiri, pemerintah harus mengangkat sejumlah pegawai untuk
mengadministrasikan perusahaan-perusahaan besar.
F. Penanaman Indigo
Pada Abad XVI dan XVII, kemakmuran suatu negara (naton state) diukur
menurut perbandingan antara impor dan ekspornya dalam perdagangan
luar negeri. Seolah-olah impor dan ekspor diletakkan pada suatu
timbangan. Jika ternyata ekspor lebih banyak daripada impor, maka
dinyatakan terdapat adanya neraca perdagangan yang menguntungkan.
Klelebihan ekspor inilah yang oleh kaum merkantilis akan selalu
diupayakan.
Dalam kondisi politik dan ekonomi seperti yang telah digambarkan,
pengertian “kemajuan” dan “kemakmuran” memiliki arti tertentu yang
sangat terbatas. Kemajuan diberi arti terutama dari sudut kekuasaan
negara dan kekuatan golongan saudagar. Kemakmuran ditinjau dari sudut
kekuatan ekonomi keuangan kenegaraan dan akumulasi kekayan
saudagar.
Oleh karena merkantilisme merupakan pola pemikiran yang belum memiliki
kerangka dasar dan hanya merupakan kebijakan pemerintah suatu negara
dan masing-masing negara memiliki kebijakan yang belum tentu sama,
merkantilisme dianggap sebagai “sistem politik ekonomi”.
1. Pengaruh Merkantilisme di berbagai negara
a. Perancis
b. Inggris
c. Rusia
a. Kekayaan Negara
Masalah dasar yang selalu dihadapi oleh setiap negara adalah:
b. Pembagian kerja
Alat-alat dasar untuk memperbesar produksi menurut Adam Smith adalah:
1) Pembagian kerja
2) Penggunaan mesin-mesin
Pembagian kerja menurut Karl Bucher adalah bahwa pada mulanya terdapat
adanya berufsbildung dalam rumah tangga tertutup terdapat berbagai
macam jabatan, seperti: jabatan penjahit dan pandai besi. Kemudian muncul
spezialisation (spesialisasi) pandai besi yang membuat barang-barang
perkakas rumah tangga, membuat sepatu kuda, senjata perang. Akhirnya
terdapat produktiosteilung, misalnya transport yang semula diselenggarakan
oleh pedagang sendiri kemudian diambil alih oleh perusahaan transportasi.
c. Nilai
Banyak barang yang sebenarnya sangat berguna dalam kehidupan sehari-
hari tetapi tidak bernilai dalam penukran atau tidak memiliki harga untuk
transaksi jual beli.
Adam Smith yang menyarankan untuk membedakan antara nilai guna (yang
berkaitan dengan faedah penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari,
value in use atau use value) dengan nilai tukar (nilai barang dalam
pertukarannya dengan barang lain, value in exchange atau exchange value).
Adam Smith dan Ricardo berpendapat bahwa nilai suatu barang ditentukan
oleh nilainya dalam pertukaran. Nilai tukar itu bersumber pada komponen
tenaga kerja dan imbalan jasa yang diberikan kepada pekerjanya.
d. Ajaran Nilai
Tenaga kerja menurut Adam Smith sekaligus merupakan sebab dan alat
pengukur nilai. Menurut David Ricardo, kegunaan merupakan syarat mutlak
bagi nilai tukar, terlepas dari langkanya suatu barang atau besarnya biaya
yang dikeluarkan untuk menghasilkannya.
Ricardo membagi pengertian barang sebagai berikut:
1) Barang-barang yang dapat diproduksi begitu saja
2) Barang-barang yang tidak dapat diproduksi begitu saja
Inti kerangka pokok pemikiran Ricardo adalah bahwa nilai dan harga
bersumber pada pekerjaan tenaga manusia. Pendapat Ricardo ini kemudian
sangat besar pengaruhnya dalam pemikiran para tokoh ekonomi pada waktu
kemudian, seperti Karl Marx menggunakan ajaran nilai tenaga kerja ini
sebagai dasar untuk megnemukakan teorinya mengenai nilai lebih.
e. Upah
Teori mengenai nilai dan harga membawa konsekuensi terhadap teori
mengenai upah. Tingkat upah sebagai imbalan jasa bagi tenaga kerja
merupakan harga yang diperlukan untuk mempertahankan dan melanjutkan
kehidupan para tenag kerja.
Harg ekuilibrium mencerminkan keseimbangan antara kebutuhan dan
pendapatan pekerja. Harga ekuilibrium ini tidak hanya menyangkut
kebutuhan pokok pekerja itu sendiri, tetapi jua beberapa jenis fasilitas hidup
bagi keluarga mereka.
Di pasar tenaga kerja, harga tenaga kerja selama beberapa waktu berada di
atas tingkat ekuilibrium. Hal ini terjadi dalam perkembangan masyarakat
berdasarkan akumulasi modal dan kemajuan teknologi. Dalam keadaan
demikian permintaan tenaga kerja dapat meningkat dan upah melebihi
tingkat upah pada keadaan ekuilbrium.
Berdasarkan pemikiran tersebut, Ricardo juga beranggapan bahwa kurang
bermanfaat untuk melakukan koreksi terhadap sistem ekonomi kapitalis.
Proses pembentukan tingkat upah sebaiknya diserahkan pada persaingan
bebas tanpa campur tangan dari pemerintah melalui pengaturan
kebijaksanaan dalam bentuk undang-undang atau aturan-aturan.
f. Harga
Harga alamiah (natuurlijke prijs) menurut Adam Smith adalah harga yang
timbul apabila sesuatu berlangsung dengan sendirinya dalam arti bahwa
terjadi pada suatu masyarakat yang didalamnya terdapat kebebasan
bertindak, semua orang bebas untuk menghasilkan barang yang diinginkan
dan menukar dengan sesuatu yang diinginkannya.
g. Konsep Homo Economicus
Adam Smith dalam uraian-uraiannya mengguakan tipe manusia yang
dinamakannya sebagai homo economicus. Definisi tradisional mengenai
manusia ekonomi adalah manusia yang berusaha untuk mencapai
pemuasan kebutuhan secara maksimal dengan pengorbanan secara
minimal.
1. Bentuk-bentuk Kritik
Tema pokok kritik konservatif dan radikal adalah mengenai hubungan antara
pembagian kelas yang makin tumbuh dalam sistem laissez faire di satu pihak,
dan krisis-krisis ekonomi yang secara periodik menggoncangkannya di lain
pihak.
Para pengkritik konservatif, yaitu mereka yang mengira bahwa industri
modern membutuhkan pimpinan negara, tidak dapat dengan baik mencapai
suatu teori ekonomi secara sistematik.
Para pengkritik radikal sendiri walaupun pada waktu permulaan dipengaruhi
oleh doktrin-doktrin konservatif tertentu, lambat laun dalam aliran Marxisme
mengembangkan suatu filsafat dan teori ekonomi yang sistematik dan
dengan kuat menghadapkannya kepada doktrin-doktrin liberalisme.
2. Simonde de Simondi
Sebenarnya Simonde adalah yang bekerja dalam hal mengembangkan teori
eksploitasi dan konsumsi – kurang, mesipun dlaam bentuk yang belum
sempurna. Hingga kini banyak orang yang menganggap bahwa teori tersebut
berasal dari Marx.
3. Frederich List
a. Keberatan terhadap perdagangan bebas
Ide-ide dari ahli pikir abad XVIII dan permulaan abad XIX yang memberi
penafsiran mengenai kebebasan, harga diri manusia, dan sepremasi
hukum dengan cara yang memberi keunggulan kepada orde ekonomi
yang timbul yaitu kapitalisme. Akan tetapi optimisme kaum fisiokrat dan
Adam Smith telah banyak berkurang karena munculnya doktrin Malthus
dan Ricardo.
Tidak mengherankan bahwa filsafat yang menekankan aspek-aspek sosial
orde alamiah, kesediaan manusia untuk bekerja sama, kesempurnaan
sifat manusia, dan keinginan untuk mendapat kesamaan politik, sosial dan
ekonomi, makin lama makin banyak memperoleh dukungan.
Jean Jacues Rousseau berpendapat bahwa “hak milik merupakan
pencurian”. Francois Emila Babeuf (1760-1797) pada zaman directoire
berusaha untuk menghapuskan hak milik individu dan mendirikan
masyarakat komunistik, ia berpendapat bahwa “alam telah memberikan
kepada setiap orang persamaan hak di dalam kehidupan yang
menyenangkan”.
b. Pembagian kaum sosialis
c. Sosialis Utopis
Kaum utopis adalah mereka yang mengira dengan jalan: (1) menjelaskan
masyarakat ideal; (2) memberikan contoh pembentukan masyarakat yang
diidamkan dalam sebuah koloni, dapat memperbaiki keadaan-keadaan
masyarakat yang ada pada umumnya.
Perkataan Utopis berasal dari buku yang ditulis oleh Thomas More dalam
tahun 1516 yang banyak berbicara mengenai keadaan negara yang paling
sempurna dari pulau baru yang bernama “Utopia”.
Pokok pikiran yang digambarkan dalam buku tersebut adalah sbb:
1) Dalam pulau Utopis tidak ada lagi hak milik privat
2) Lama jam kerja hanya enam jam dalam sehari
3) Baik pria maupun wanita memiliki kewajiban bekerja
4) Kewajiban belajar diadakan
5) Terdapat kebebasan dalam berbagai hal
Sebagai seorang yang berhubungan langsung dengan pekerja, Louis
Blanc (1811-1882) menginginkan adanya perubahan-perubahan dalam
masyarakat dengan menggunakan negara sebagai alat. Ia dianggap
sebagai sosialis pertama karena gagasannya mengenai penggunaan
kekuasaan negara sebagai kekuatan pembentuk masyarakat baru.
Tahun 1848 pemerintah Perancis mendirikan Ateliers Nationnaux yang
sebenarnya merupakan sebuah parodi terhadap ide Blanc. Pemerintah
ingin meunjukkan bahwa gagasan dari Blanc itu tidak ada manfaatnya.
Seorang manajer perusahaan tekstil The New Lanark Hill di Glasgow
(Inggris) yang bernama Robert Owen lebih senang melakukan pekerjaan
baik kepada sesama manusia daripada mengakumulasi kekayaan. Ia
melihat keadaan buruk yang dialami buruh yang berupa perumahan
kumuh, pakaian compang-camping, kekurangan makan, sementara jam
kerjanya sangat melelahkan.
Kondisi buruh seperti ini mengharuskan di auntuk melakukan beberapa
tindakan, antara lain:
1) Jam kerja buruh dikurangi
2) Upah pekerja dinaikkan
3) Dibngun rumah-rumah yang layak untuk buruh
4) Pendidikan diselenggarakan secara gratis
5) Semua anak yang berusia <10 tahun harus masuk sekolah
6) Didirikan toko milik perusahaan yang menjual barang-barang pangan
sehat dan sandang dengan harga murah
7) Dibangun tempat-tempat rekreasi
8) Dibentuk dana-dana asuransi
Robert Owen membantu dibentuknya serikat-serikat pekerja. Ia selalu
berusaha menyebarkan kebaikan-kebaikan koperasi. Gerakan koperasi
yang besar di Rockdale (Inggris) banyak memperoleh inspirasi dari
gagasan-gagasannya.
d. Sosialis Ilmiah
Teori nilai tenaga kerja tidak dapat memberikan suatu pemecahan kepada
masalah monopoli penjualan yang makin lama makin penting. Dalam
sistem ekonomi sosialis, laba timbul sebagai suatu bentuk pendapatan
yang syah. Tinjauan secara ekonomis mengenai laba, maka laba sosialis
tidak dapat disamakan dengan pernyataan bahwa pendapatan dari laba
tersebut dibutuhkan sebagai dana untuk dijadikan sebagai modal sosial.
Kapitalisme tidak dapat didefinisikan sebagai suatu sistem yang
mendatangkan laba, sebaliknya sosialisme tidak ada laba. Perbedaan
antara kedua sistem bukanlah bersifat ekonomi, melainkan bersifat sosial.