Anda di halaman 1dari 15

Buletin Al-Turas Vol. 25 No. 2 November 2019, hal.

163-176

Jamiat Kheir dan Al-Irsyad: Kajian Komunitas Arab dalam


Modernisasi Pendidikan Islam Awal Abad XX di Jakarta

Abdul Wahid Hasyim Pauzan Haryono


Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Universitas Islam 45
Jakarta, Indonesia Bekasi, Jawa Barat
abd.wahid@uinjkt.ac.id pauzanharyono@unismabekasi.ac.id

Abstrak
Sejak abad 18 Orang Arab telah berbondong-bondong mendatangi tanah Batavia karena dianggap
tempat yang memesona dan menjanjikan. Sejak itu pula orang Arab telah menjadi salah satu bagian
multikulturalisme di Jakarta. Mereka berkecimpung dalam berbagai aspek kehidupan dan mencoba
berbaur dengan orang Pribumi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran komunitas Arab di
Jakarta dalam modernisasi Pendidikan Islam di awal abad XX di Jakarta. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan melakukan wawancara, observasi dan dokumentasi.
Wawancara dilakukan kepada tokoh-tokoh-tokoh Jami’at Kheir dan Al-Irsyad; Observasi, dengan
mengunjungi langsung sekolah-sekolah yang dimiliki oleh organisasi Jami’at Kheir dan Al-Irsyad;
Dokumentasi dengan mengamati naskah-naskah pendirian awal sekolah Jami’at Kheir dan Al-Irsyad.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang-orang Arab telah memainkan peran yang cukup penting
dalam pendidikan Islam di Jakarta. Mereka bersumbangsih besar dalam modernisasi pendidikan
Islam di Jakarta pada awal abad 20, melalui dua organisasi yang didirikannya di Jakarta, Jami’at
Kheir dan Al-Irsyad. Mereka mengabdikan diri dalam pendidikan Islam dan mencetuskan konsep baru
sistem pendidikan Islam di Jakarta.
Kata kunci: Al-Irsyad; Jami’at Kheir; modernisasi pendidikan Islam; orang Arab
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Abstract
Since the 18th century Arab People had come to the land of Batavia because it was considered a
charming and promising place. Since then, Arab People have become a part of multiculturalism in
Jakarta. They are involved in various aspects of life and try to blend in with the Indigenous people.
This study aims to analyze the role of the Arab community in Jakarta in the modernization of Islamic
Education in the early XX century in Jakarta. The method used in this study was qualitative by
conducting interviews, observation and documentation. Interviews were conducted with prominent
figures of Jami'at Kheir and Al-Irshad; observation, by visiting schools directly owned by the Jami'at
Kheir and Al-Irshad organizations; documentation by observing manuscripts of the early
establishment of the Jami'at Kheir and Al-Irshad schools. The Arab People had also played a
significant role in Islamic education in Jakarta. They contributed greatly to the modernization of
Islamic education in Jakarta in the early 20th century, through the two organizations was founded in
Jakarta, Jami'at Kheir and Al-Irshad. They devoted themselves to Islamic education and sparked a
new concept of the Islamic education system in Jakarta.
Keywords: Al-Irshad; Arab people; Jami'at Kheir; modernization of Islamic education

163
Ahmad Wahid Hasyim & Pauzan Haryono, Jamiat Kheir dan Al-Irsyad ...

A. Pendahuluan karena Batavia laksana primadona yang


Orang Arab di Nusantara telah menjadi sasaran para pujangga cinta.
memainkan peran penting dalam berbagai Tercatat pada tahun 1859-1890 jumlah
aspek kehidupan, baik ekonomi, orang Arab di Batavia mencapai 1662
keagamaan dan politik maupun orang,4 jumlah ini lebih besar dari pada
pendidikan. Motivasi kedatangannya di jumlah populasi di wilayah lainnya.
Nusantara, terdapat banyak pendapat. Sampai pada abad 19 arus migrasi terus
Mulai dari menyebarkan agama Islam dan berlanjut dan jumlahnya semakin
berdagang sampai lari dari kejaran tentara membeludak. Untuk mengatasi peledakan
Bani Umayyah.1 Namun, menurut L.W.C jumlah populasi orang Arab di Batavia
van Den Berg salah seorang penasihat pemerintah kolonial mulai melakukan
gubernur Hindia Belanda, bahwa pembatasan migran Arab. Snouck
kehadiran orang-orang Arab di Nusantara menegaskan “Seandainya undang-undang
sekedar mencari ‘’Cincin Nabi kita tidak membatasi kebebasan bergerak
Sulaiman’’ atau mencari peruntungan. orang Hadramaut, migran mereka pastilah
Singkatnya motif kedatangan mereka lebih banyak dari sekarang.”5
menurut Berg adalah Ekonomi. Ia Orang Arab di Jakarta statusnya
menegaskan bahwa Islamisasi bukan disamakan dengan orang Bengali atau
menjadi agenda utama dari kedatangan Kojah (sebutan untuk orang-orang India
orang-orang Arab asal Hadramaut.2 atau Asia Selatan yang tinggal di Jakarta).
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa Oleh pemerintah Belanda mereka
sebagian besar orang-orang Arab ditempatkan di Pekojan dan
Hadramaut yang datang ke Nusantara Krukut.6.Namun, pada masa selanjutya
merupakan orang-orang Arab yang tidak orang-orang Arab tidak lagi
tergolong mapan. Kebanyakan kalangan berkonsentrasi di dua wilayah tersebut,
orang-orang Arab yang mapan menetap di tetapi menyebar ke daerah-daerah lain
Hadramaut. Kegersangan tanah air di seperti Condet dan Tanah Abang.
Hadramaut juga menjadi motivasi mereka Orang Arab di Batavia telah berhasil
mencari peruntungan di luar tanah air. berbaur dengan masyarakat pribumi,
Arus Migrasi orang-orang Arab secara tidak pernah terjadi konflik antara
besar-besaran terjadi pada abad 18.3 Aceh pribumi Batavia dengan Orang Arab.
menjadi pintu masuk pertama, kemudian Mereka memiliki kedudukan yang cukup
tersebar ke seluruh pelosok Nusantara, penting, menyandang gelar ulama atau
mulai dari Aceh, Palembang, Batavia, tokoh agama, sehingga perannnya sangat
Pekalongan, Cirebon, Tegal, Surabaya sentral. Mereka juga memiliki kharisma
dan Pontianak sampai bebe-rapa wilayah yang tinggi, terutama orang Arab
lainnya yang tergolong wilayah pesisir golongan Sayyid dan Habib.7 Bahkan
dan Urban. ketika meninggal, kuburan mereka tak
Orang Arab di Batavia menjadi sepi dari penziarah yang mengalap berkah.
komunitas terbesar dari koloni-koloni Melihat berbagai fakta di atas, dapat
Arab lainnya. Hal ini tidak mengherankan dikatakan bahwa peran orang Arab di
1
Atjeh, Sekitar Masuknya Islam Di Indonesia, 4
Atjeh, 96.
21; Al-Hadad, Sejarah Masuknya Islam Di Timur 5
Hurgronje, Kumpulan Karya Snouck Hurgronje.
Jauh. 6
Atjeh, Sekitar Masuknya Islam Di Indonesia,
2
van Den Berg, Orang Arab Di Nusantara, 113; 101.
Jacobsen, Hadrami Arabs in Present-Day 7
Al-Masyur, Sejarah Silsilah Dan Gelar
Indonesia an Indonesia-Oriented Group with an Keturunan Nabi Muhammad SAW Di Indonesia,
Arab Signature, 7–18. Singapura, Malaysia, Timur Tengah, India Dan
3
Atjeh, Sekitar Masuknya Islam Di Indonesia, Afrika, 268–70.
100.

164
Buletin Al-Turas Vol. 25 No. 2 November 2019, hal. 163-176

Nusantara khususnya di Batavia atau pendapat, berdagang, menyebarkan


Jakarta cukup besar, terutama dalam agama dan lari dari kejaran tentara Bani
bidang ekonomi, keagamaan dan Umawiyyah. Tetapi yang jelas orang
pendidikan Islam. Khusus yang terakhir Arab telah memainkan perannya dalam
bahkan menjadi basis tetap eksisnya berbagai aspek kehidupan di Nusantara
orang-orang Arab dalam memodernisasi sejak abad ke13. Banyak ulama berdarah
pendidikan Islam di Indonesia. Oleh Arab diangkat menjadi penasehat
karena itu, dalam tulisan ini akan dikaji kerajaan, bahkan sebagai raja. Hamid Al-
secara mendalam tentang peran orang Gadri membenarkan pendapat bahwa
Arab dalam Pendidikan Islam di Jakarta orang-orang Arab telah berperan aktif
pada awal abad 20, yang direpresentasikan dalam pecaturan politik kesultanan.10
dalam pendirian lembaga pendidikan Orang Arab asal Hadramaut telah
Islam, padahal sebelumnya, pendidikan menginjakkan kaikinya di Jakarta sejak
Islam di Nusantara selalu dikaitkan abad 18 M Jakarta sebagai sebuah wilayah
dengan pesantren, surau dan masjid. pesisir dan pelabuhan yang ramai menjadi
Sekarang, mereka modernisasi dalam daya tarik tersendiri bagi orang-orang
bentuk Madrasah,8 yang meliputi aspek Arab untuk menyambangi Jakarta.
infrastruktur dan kurikulum. Motif Sebagian besar mereka adalah kaum
mereka adalah berkhidmat dalam dunia Adam dan berprofesi sebagai pedagang.
pendidikan Islam di Jakarta, melalui Jarang ditemukan orang Arab wanita ikut
Jami’at Kheir dan Al-Irsyad. pergi mengembara. Kaum wanita hanya
menetap di tanah airnya di Hadramaut.
B. Metode Oleh karena itu, banyak orang Arab yang
Metode yang digunakan dalam datang ke Jakarta akhirnya menikah
penelitian ini adalah kualitatif dengan dengan wanita peribumi dan melahirkan
melakukan wawancara, observasi dan peranakan-peranakan Indo-Arab. Jarang
dokumentasi. Wawancara dilakukan sekali wanita Arab dan peranakan Arab
kepada tokoh-tokoh-tokoh Jami’at Kheir menikah dengan pribumi. Hal ini karena
dan Al-Irsyad yang ada di wilayah DKI orang- orang Arab menganut sistem
Jakarta; Observasi, dengan mengunjungi patrilineal, yakni garis keturunan
langsung sekolah-sekolah yang dimiliki berdasarkan darah laki-laki. Tradisi ini
oleh organisasi Jami’at Kheir dan Al- mendarah kuat di Masyarakat Arab
Irsyad di Jakarta; Dokumentasi dengan Jakarta di mana mereka enggan
mengamati naskah-naskah pendirian awal menikahkan anak perempuannya kepada
sekolah Jami’at Kheir dan Al-Irsyad yang laki-laki di luar golongan mereka. Karena
ada di kantor pusat kedua organisasi apabila wanita Arab menikah dengan laki-
tersebut. laki non Arab maka terputus nasab atau
tali kekeluargaannya. Hal ini lumrah
C. Temuan dan Pembahasan terjadi terutama di kalangan sayyid dan
Identitas Orang Arab di Jakarta habib.
Orang Arab datang ke Jakarta Orang Arab di Jakarta terdiri dari
kebanyakan berasal dari Hadramaut atau golongan golongan Sayyid dan non
Arab Selatan (sekarang Yaman) atau biasa Sayyid. Golongan Sayyid merupakan
disebut Arab-Hadrami.9 Motif orang Arab keturunan Husain, cucu Nabi
kedatangannya terdapat beberapa
8
Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekata 9
van Den Berg, Orang Arab Di Nusantara, 113–
Historis Teoritis Dan Praktis, 158–59; Suwinto, 22.
Sejarah Sosial Pendidikan Islam, 214–15. 10
Algadri, Islam Dan Keturunan Arab Dan
Pemberontakan Melawan Belanda, 103–4.

165
Ahmad Wahid Hasyim & Pauzan Haryono, Jamiat Kheir dan Al-Irsyad ...

Muhammad.11 Namun, Habib juga berasal dari kara rabb yang berarti tumbuh
menjadi sebutan populer orang Arab dan berkembang. Ta’adib berasal dari kata
Jakarta. Status Habib tak bedanya dengan addaba yang berati mendidik, sedangkan
Sayyid dalam garis keturunan. Orang ta’lim berasal dari kata a’lama yang
Arab penyandang gelar Habib juga berarti ilmu pengetahuan, atau menurut
mengklaim dirinya sebagai keturunan Rasyid Ridha sebagai transmisi ilmu
Muhammad. Sedangkan golongan Non- pengetahuan. Muhammad Fadhil al-
Sayyid merupakan orang Arab yang tidak Jamaly menegaskan pendidikan Islam
memiliki pertalian darah dengan Nabi adalah upaya mengembangkan,
Muhammad. mendorong dan mengajak peserta didik
Identitas Ke-Sayyidan bukan tidak hidup dinamis dengan berdasarkan pada
penting bagi masyarakat Arab di Jakarta, nilai-nilai yang tinggi dan mulia, sehingga
karena bisa menjadi sistem kasta.Orang terbentuk peribadi peserta didik yang
Arab golongan Sayyid mendapat lebih sempurna baik yang berkaitan
penghormatan yang berlebih dibanding dengan potensi akal dan perasaan, maupun
dengan golongan Arab Non-Sayyid. perbuatan.13
Menurut Deliar Noor, orang Arab Non Institusi pendidikan Islam di Indonesia
Sayyid harus mentaqbil atau mencium terdiri dari pesantren, masjid dan surau.
tangan orang Arab golongan Sayyid Lembaga-lembaga tersebut menjadi
apabila mereka berpapasan. Hal itu pelopor awal berdirinya lembaga
dilakukan sebagai penghormatan.12 pendidikan Islam di Indonesia. Seiring
Identitas golongan Arab tersebut sempat perkembangan zaman, muncul lembaga
menjadi perdebatan panas pada awal abad pendidikan Islam yang sealur dengan arus
20 antara golongan Sayyid dan Non modernisasi, seperti madrasah yang
Sayyid, sehingga menimbulkan menjadi pioner lembaga pendidikan Islam
perpecahan di kalangan mereka. Tetapi, yang dirintis oleh orang-orang Arab di
saat ini perdebatan itu sudah tidak terlalu Jakarta. Di Jalan KH. Mas Mansyur,
santer terdengar, meskipun kharisma dan Tanah Abang, Jakarta, terpampang kokoh
pengkultusan golongan Sayyid masih sebuah bangunan berwarna kuning
terjadi hingga sekarang. Identitas ke- bertuliskan Jami’at Kheir. Bangunan
Araban memang cukup penting, meski tersebut menjadi saksi perjuangan orang
mereka telah memilih Indonesia sebagai Arab di Jakarta dalam mengabdikan
Tanah Airnya. dirinya pada dunia pendidikan Islam.
Al-Jami’yat Al-Khairiyyah merupa-
Al-Jami’at Al-Khairiyyah: Wujud kan organisasi masyarakatan yang
Pengabdian Masyarakat Arab didirikan oleh orang Arab, sebagai wadah
dalam Pendidikan Islam di Jakarta kaum Muslimin di Jakarta. Meskipun pada
Pendidikan merupakan sebuah kenyataannya organiasi ini didominasi
kegiatan mentransferkan ilmu oleh orang Arab golongan Sayyid yang
pengetahuan yang bertujuan cukup mapan, tetapi dalam bidang
mencerdaskan masyarakat. Dalam Islam, ekonomi, sebagian waktunya disisihkan
Pendidikan disebut dengan Tarbiyah, untuk mengabdi kepada masyarakat
Ta’dib dan Ta’lim, dimana ketiganya melalui organisasi yang dipimpin oleh
memiliki definisi yang berbeda. Tarbiyah Sayid Muhammad Al-Fachir bin

11
Shahab, “Sistim Kekerabatan Sebagai 12
Noor, Gerakan Modern Islam Di Indonesia
Katalisator Peran Ulama Keturunan Arab Di 1900-1942, 72.
Jakarta,” 127; Aljunied, “The Genealogy of the 13
Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekata
Hadhrami Arabs in Southeast Asia - the ’Alawi Historis Teoritis Dan Praktis, 31–32.
Family,” 2–4.

166
Buletin Al-Turas Vol. 25 No. 2 November 2019, hal. 163-176

Abdurrahman Al-Mahsyur, Sayid Jami’at Kheir merupakan presentasi


Muhammad bin Abdul bin Sjihab, Sayid pengabdian orang-orang Arab di Jakarta
Idrus bin Ahmad bin Sjihab, dan Sayid terhadap pendidikan Islam. Hemat penulis
Sjehan bin Sjihab.14 Jami’at Kheir lah yang memplopori
Awalnya Jami’at Kheir didirikan modernisasi pendidikan Islam di Jakarta
secara diam-diam di Pekojan pada tahun kala itu. Karena sebelumnya lembaga
1901. Pada mulanya jamiat Kheir tidak pendidikan Islam erat kaitannya dengan
berfokus sebgai lembaga pendidikan lembaga-lembaga pendidikan tradisional,
namun lebih kepada organisasi sosial.15 seperti Masjid, Surau, dan Pesantren.
Karena pada masa itu pemerintah kolonial Namun orang-orang Arab melalui Jamiat
melarang umat Islam untuk mendirikan Kheir memberikan warna baru terhadap
lembaga pendidikan kecuali lembaga pendidikan Islam di Indonesia khususnya
pendidikan normatif. Namun berkat di Jakarta dalam bentuk Madrasah.
perjuangan keras para tokoh Jamiat Kheir Meskipun Jami’at Kheir berada di Jakarta
berhasil meyakinkan pemerintah kolonial namun murid-muridnya banya yang
bahwa organisasi Jami’at Kheir hanya berasal dari luar Jakarta seperti dari
berfokus pada dunia pendidikan dan tak Karawang, Bogor, Tangerang, Banten,
sedikitpun menyentuh ranah politik.16 dan Purwakarta banyak mereka yang
Karena yang ditakutkan oleh pemerintah berminat karena banyak dari mereka yang
kolonial adalah organisasi Islam menjadi sekolah tanpa dipungut biaya.
wadah penentang pemerintah dan pemicu Madrasah yang di pelopori oleh Jami’at
pemberontakan. Namun memang terdapat Kheir merupakan pola lembaga
niat pemerintah Kolonial yang menurut pendidikan baru yang berbeda dengan
penulis tidak fair terhadap umat Islam kala lembaga pendidikan tradisional lainnya.
itu, yakni cenderung melokalkan Islam Bila pada pendidikan tradisional, kiat
pada ranah keagamaan saja. Sehingga mengenal sistem pendidikan seperti
daya kritis dan intelektualitas umat Islam halaqoh, sorogan, wetonan, dan
tidak berkembang, karena hanya sebagainya. Namun orang-orang Arab
bergumul pada ranah agama yang sifatnya Jakarta mempunyai sistem yang berbeda,
normatif. Akhirnya niat dan usaha dari yakni sistem klasikal. Sistem klasikal
para tokoh Jami’at Kheir itu diwujudkan merupakan sistem pendidikan yang
oleh Pemerintah Belanda dengan di menggunakan tingkatan-tingkatan kelas
sahkannya Jami’at Kheir pada 17 Juni dengan kemampuan murid yang berbeda,
1905. Setahun setelah disahkan oleh dimana murid dikelompokan dalam kelas
pemerintah keresidenan akhirnya Jami’at berdasarkan usia. Tidak sampai disitu, jika
Kheir mengubah anggaran dasarnya yang dilihat dari kurikulumnya, Madrasah tidak
dijelaskan bahwa Jamiat Kheir bermaksud sepenuhnya menerapkan mata pelajaran
mendirikan lembaga pendidikan beserta Islam layaknnya yang diterapkan pada
sistem pengajarannya. Akhirnya sejak 24 pendidikan Islam tradisional. Namun
Oktober 1906 Jamiat Kheir berdiri sebagai kurikulum madrasah yang digunakan oleh
lembaga pendidikan Islam. Namun baru Jami’at Kheir ialah memadukan mata
pada tahun 1909 berdiri sekolah Jami’at pelajaran Islam dengan mata pelajaran
Kheir di Pekojan.17 umum.18 Ilmu bumi, Sejarah dan ilmu

14
Noor, Gerakan Modern Islam Di Indonesia 17
“Orang Arab Di Nusantara. Mencari Cincin
1900-1942. Nabi Sulaiman.”
15
“Orang Arab Di Nusantara. Mencari Cincin 18
Noor, Gerakan Modern Islam Di Indonesia
Nabi Sulaiman,” 40. 1900-1942, 69.
16
“Orang Arab Di Nusantara. Mencari Cincin
Nabi Sulaiman,” 41.

167
Ahmad Wahid Hasyim & Pauzan Haryono, Jamiat Kheir dan Al-Irsyad ...

berhitung juga turut menjadi warna baru mendirikan perpustakaan di Tanah Abang.
terhadap kurikulum madrasah yang Dalam perpustakaan ini banyak koleksi
diterapkan Jami’at Kheir. Sehinga yang buku, surat kabar, dan majalah. Menurut
menjadi titik tekan bukan lagi hafalan, Aboebakar Atjeh dalam Kebangkitan
akan tetapi daya kritis siswa. Bahasa Dunia Baru Islam di Indonesia, di
perantara yang digunakan Jami’at Kheir perpustakaan inilah KH Ahmad Dahlan
adalah bahasa Indonesia dan bahasa seorang pendiri Muhammadiyah mulai
Melayu.19 mengenal buku-buku dan majalah
Untuk meningkatkan mutu pendidikan bernafaskan pembaruan Islam.
Islam, sejak tahun 1907 Jami’at Kheir Menurut Deliar Noor, sejak berdirinya
banyak memanggil para guru yang berasal sampai pada tahun 1915 Jami’at Kheir
dari dalam dan luar Indonesia. Guru-guru tetap merupakan organisasi kecil.
yang berasal dari daerah diantaranya guru Organisasi ini berkembang sangat lambat.
yang berasal dari Padang yakni Haji Tercatat pada tahun 1915 Jamiat Kheir
Muhammad Mansur, ia dipanggil karena hanya memiliki 1000 orang Anggota.
keahliannya dalam bahasa melayu dan Selain itu Jami’at Kheir juga enggan
kedalamannya dalam memahami agama membuka cabang, sekalipun para
Islam. Selain itu Jami’at Kheir juga alumninnya membuka sekolah namun
mendatangkan Al-Hasjimy yang berasal manajemennya tidak satu atap dengan
dari Tunis, Ialah yang digadang-gadang Jami’at Kheir yang ada di Tanah Abang.
sebagai pelopor gerakan kepanduan
pertama di Indonesia. Hasjimy merupakan Tahun Perpecahan
salah satu tokoh Tunis yang vokal dan Para guru yang didatangkan dari Timur
kerap kali melakukan pemberontakan Tengah oleh Jami’at Kheir pada masa
kepada kolonial Perancis. kemudian laksana menjadi buah
Selain itu pada tahun 1911 Jamiat simalakama bagi orang-orang Sayid yang
Kheir mengundang guru-guru yang peranannya cukup mendominasi di
berasal dari negeri-negeri Arab untuk Jami’at Kheir. Syaikh Soorkati adalah
bergabung dengan Jamiat Kheir. orang yang selalu mengajarkan persamaan
Diantaranya Syaikh Ahmad Soorkati dari derajat kepada para murid-muridnya.
Sudan, Syaikh Muhammad Thaib dari Sehingga ia sangat menentang keras
Maroko, dan Syaikh Muhammad Abdul pentakziman (penghormatan) yang
Hamid dari Mekkah.20 Tokoh-tokoh yang berlebihan kepada golongan Sayid. Hal
diundang oleh Jami’at Kheir untuk inilah yang menurut Deliar Noor menjadi
mengajar dan mengembangkan lembaga akar perpecahan diantara orang-orang
pendidikan kebanyakan merupakan Arab di Jakarta.21
kalangan modernis yang banyak Seperti yang telah penulis sebutkan
terinspirasi dari Jamaludin Al-Afghani pada bagian sebelumnya orang-orang
dan Muhammad Abduh di Mesir. Seperti Sayid di Jakarta mendapat kedudukan
yang penulis singgung diatas, ketika yang lebih tinggi dari orang Arab Non
mereka mengajar, bukan lagi hafalan Sayid. Sehingga wajib bagi mereka yang
yang menjadi titik tekan, layaknya tradisi bukan golongan non Sayid atau pribumi
pembelajaran orang-orang Arab klasik, bersikap hormat pada mereka. Hal ini
namun lebih menekankan kepada daya dikarenakan mereka merasa bahwa
kritis siswa dan pengertian. mereka memeiliki garis keturunan suci
Selanjutnya Jami’at Kheir sampai nabi Muhammad. Namun pada
mengembangkan sayapnya dengan masa selanjutnya orang-orang Arab yang
19
Noor, 69. 21
Noor, 70.
20
Noor, 69.

168
Buletin Al-Turas Vol. 25 No. 2 November 2019, hal. 163-176

bukan golongan Sayid mampu menyaingi tidak meninggikan salah satu golongan.
kepandaian dan peran orang Arab Selanjutnya Surkati juga mengatakan
golongan Sayid sehingga meeka merasa bahwa Nabi Muhammad sesungguhnya
sederajat dengan golongan Sayid. Jadi tidak menurunkan nasabnya. Karena
tidak ada alasan bagi mereka golongan sistem masyarakat Arab yang partilinier
non Sayid untuk melakukan menyebabkan nasab nabi Muhammad
penghormatan yang berlebih kepada tidak di turunkan. Kita mengetahui bahwa
golongan Sayid karena secara keilmuan Nabi Muhammad tidak memiliki anak
mereka sederajat. laki-laki yang memungkinkan
Kemudian akar perpecahan dipicu oleh menurunkan nasab Nabi Muhammad.
beberapa peristiwa yang semakin Singkatnya Fatimah meskipun anak nabi
memperbesar keretakkan antara orang Muhammad tidak menurunkan nasab Nabi
Arab golongan Sayid dan Non Sayid. Muahammad. Karena Nasab hanya
Pendapat golongan non Sayid yang men- diturunkan pada anak laki-laki.
sederajatkan diri mereka dengan Sayid Perbedaan prinsip yang mendasar
mendapat dukungan dari Rasyid Ridha hingga menimbulkan perpecahan
melalui fatwanya di Majalah Al-Manar, akhirnya diwujudkan dalam pembentukan
bahwa hukum seorang Syarifah (golongan organisasi saingan. Umar Manggus
Sayid perempuan) menikah dengan orang bersama sahabat-sahabatnya mendirikan
yang bukan keturunan sayid adalah jaiz organisasi saingan yang bernama Jami’at
(boleh).22 al-Islam wal Irsyad al-Arabia atau yang
Suatu kejadian lain yang memicu sering disebut Al-Irsyad. Organisasi ini
ketegangan antar Sayid dan non Sayid pun sama seperti Jami’at Kheir, yakni
adalah ketika Syeikh Umar Manggus sama-sama bergerak dalam dunia
salah seorang Kapten Arab di Jakarta tidak pendidikan. Pendirian organisasi ini lebih
mau melakukan taqbil (mencium tangan) disebabkan karena ketidakpuasan Syeikh
kepada seorang Sayid bernama Umar bin Manggus dan sahabat-sahabatnya
Salim Alatas.23 Hal ini kemudian memicu terhadap Jami’at Kheir, dan kekesalannya
ketegangan di antara orang Arab, yang terhadap pemikiran para Sayid yang
akhirnya menyebabkan perpecahan di menurutnya dinilai kaku.
antara mereka. Akar perpecahan ini
semakin menjadi ketika Surkati Al-Irsyad Al-Islamiyyah dan
memberikan fatwa bahwa boleh seorang Surkati: Babak Baru Kelanjutan
Syarifah menikah dengan laki-laki diluar Perkembangan Pendidikan Islam di
golongan Sayid. Kasus ini terjadi pada Jakarta
seorang Syarifah di Solo yang tinggal Berdirinya Al-Irsyad sebagai lembaga
bersama orang Cina.24 Menanggapi fatwa pendidikan Islam saingan bukan berarti
Surkati, orang-orang golongan Sayid menenggelamkan induknya yakni Jami’at
merasa murka. Menurut Surkati tidak Kheir. Jami’at Kheir tetap tumbuh
heran apabila kaum sayid merasa geram, menjadi sebuah lembaga pendidikan Islam
karena hal itu dapat menghancurkan yang Modern. Namun Jami’at Kheir
kehormatan golongan sayid. enggan membuka cabang di berbagai
Tujuan Syaikh Surkati tidak lain hanya daerah, walaupun kondisinya
ingin terciptanya persamaan derajat antar memungkinkan. Sekalipun Jami’at Kheir
golongan sayid dan non Sayid. Sehingga tidak membuka cabangnya diberbagai
22
Kesheh, Kebangkitan Hadhrami Di Indonesia, 24
Khalimi, Ormas-Ormas Islam . Sejarah, Akar
18.
23
Teologi Dan Politik, 96–97.
Noor, Gerakan Modern Islam Di Indonesia
1900-1942, 72.

169
Ahmad Wahid Hasyim & Pauzan Haryono, Jamiat Kheir dan Al-Irsyad ...

daerah, akan tetapi alumni-alaumninya merubah kekakuan pemikiran para Sayid.


ada pula yang mendirikan sekolah-sekolah Sebagai buktinya adalah para orang Arab
Islam diberbagai wilayah di pulau Jawa, golongan Sayid mengambil kesimpulan
namun secara manajemen sekolah- bahwa Surkatilah penyebab dari
sekolah yang dibuka oleh alumni Jami’at perpecahan orang-orang Arab di Jakarta.
Kheir tidak terhubung dengan pusatnya di Al-Irsyad pada masa kemudian
Jakarta. Hanya sistem pendidikannya saja memang bisa dikatakan lebih maju dari
yang mengadopsi sistem pendidikan Jami’at Kheir. Hal ini tidak terlepas dari
Jami’at Kheir. peranan Syaikh Surkati yang menjadi
Al-Irsyad atau lengkapnya Jami’yat al- aktor sentral dalam pergerakan organisasi
Islah wal Irsyad al-Islamiyyah merupakan ini. Dibanding dengan Jami’at Kheir Al-
lembaga pendidikan Islam yang didirikan Irsyad tidak segan membuka dabang-
oleh orang-orang Arab non-Sayid yang cabang sekolahnya diberbagai plosok
dipelopori oleh Kapten Arab Syaikh Umar Nusantara. Seperti di Tegal, Pekalongan,
Manggus bersama beberapa sahabatnya, Cirebon, Bumi Ayu, dan Surabaya.26
Saleh bin Ubeid Abdad, Saleh bin Salim Dengan didirikannya cabang-cabang Al-
Masjhabi, Salim bin Umar Balfas, Irsyad diberbagai wilayah menjadi tolok
Abdullah Harharah, dan Umar bin Saleh ukur kebesaran organisasi ini. Kurikulum
bin Nahdi. Berdirinya lembaga ini lebih Al-Irsyad memang tidak jauh berbeda
karena disebabkan oleh ketidakpuasan dengan yang diterapkan oleh Jami’at
Syaikh Manggus dengan Jami’at Kheir Kheir dan sitem pendidikannyapun
yang dinilainnya kaku dalam menyikapi terbilang sudah modern. Namun Surkati
berbagai persoalan. Pendirian lembaga ini juga kerap kali mendesain kurikulum Al-
baru mendapat legitimasi dari pemerintah Irsyad meskipun basis nya tidak berbeda
kolonial Belanda pada 11 Agustus 1915.25 jauh dengan Jami’at Kheir. Jami’atAl-
Al-Irsyad didirikan karena semata-mata Irsyad layaknya Jami’at Kheir dalam
ingin mengabdi dalam dunia pendidikan. kurikulumnya juga memadukan ilmu-ilmu
Maka dari itu pada anggaran dasarnya umum dengan ilmu agama. Memang kalau
pendidikan menjadi agenda utama dalam dibilang lebih berkembang dari pada
pergerakan organisasi ini. Jami’at Kheir memang pantas disandang
Hemat penulis pendirian Al-Irsyad oleh Al-Irsyad, dengan ke fleksibelan para
menjadi babak baru semakin lebarnya tokohnya, Al-Irsyad layak dikatakan
perpecahan dikalangan masyarakat Arab. penerus perkembangan pendidikan Islam
Karena tidak bisa dipungkiri bahwa latar meskipun Jami’at Kheir juga tetap eksis
belakang pendirian organisasi ini lebih dalam dunia pendidikan Islam.
dikarenakan sentimen yang terjadi antar
Sayid dan non Sayid. Meskipun Motif Pengabdian Orang-Orang
sebenarnya organisasi ini juga bertujuan Arab Dunia Pendidikan Islam
untuk menghimpun orang-orang Arab non Indonesia
Sayid yang mempunyai kredibilitas dalam Dua organisasi Islam Arab yang diatas
dunia pendidikan. Syaikh Surkati yang telah menunjukkan kiprahnya dalam dunia
memiliki peranan besar dalam Al-Irsyad pendidikan Islam di Jakarta. Jami’at Kheir
pun sebenarnya menyesali pendirian Al- berperan sebagai keran pembuka mengalir
Irsyad dikarenakan hal itu akan derasnya perkembangan pendidikan Islam
memperparah pertikaian yang terjadi antar di Jakarta, kemudian harus pecah kongsi
golongan Sayid dan non Sayid. Namun karena perbedaan yang prinsipil antar
bertahan di Jami’at Kheirpun tidak akan golongan Sayid dan non Sayid, akhirnya

25
Khalimi, 73. 26
Khalimi, 75.

170
Buletin Al-Turas Vol. 25 No. 2 November 2019, hal. 163-176

munculah Al-Irsyad sebagai lembaga yang bersifat normatif atau terbatas


pendidikan saingan. Namun meskipun pengetahuan keislaman. Tidak ada sistem
bersaing kedua organisasi yang bergerak dan fasilitas yang memadai. Selain
dalam ranah yang sama ini telah terbatas pada pengajian-pengajian di
menunjukan kedewasaannya dengan masjid pesantren juga masih menjadi
bersikap profesional dalam bidang lebaga pendidikan yang cukup banyak
pendidikan. Keduanya sama-sama peminatnya namun tak ubahnya seperti
berkembang namun mengalami pengkajian keilmuan di masjid-masjid
signinifikansi yang berbeda. Akan tetapi hal-hal yang diajarkan bersifat normatif
terlepas dari itu mereka semua yang dan memiliki kencenderungan kepada,
tergabung dalam kedua organisasi tersebut sementara kebutuhan dunia luput dari
telah mengabdi dan bersumbangsi besar pengajaran di lembaga-lembaga
dalam per-kembangan pendidikan Islam keislaman tersebut. Maka dari itu Snouck
di Jakarta kala itu. memberikan nasihat kepada Gubernur
Tidak bisa dipungkiri memang mereka Hindia Belanda kala itu untuk
memfokuskan agenda pendidikan mereka membiarkan saja para umat Islam yang
untuk anak-anak Arab yang tidak menuntut ilmu-ilmu agama, karena
terakomodir dalam sekolah-sekolah pengkajian-pengkajian keagamaan yang
pemerintah Kolonial. Namun pada masa dilakukan kala itu tidak berpotensi
selanjutnya hemat penulis kedua menimbulkan pemberontakan terhadap
organisasi ini menjadi basis pendidikan pemerintah kolonial Selain itu lembaga
Islam bagi kalangan pribumi pula. Karena pendidikan yang diselenggarakan oleh
target peserta didiknya telah berbaur, yang pemerintah kolonial terkenal sangat
sebelumnya orang Arab menjadi fokus diskriminatif. Sekolah-sekolah tersebut
utama, namun pada kelanjutannya orang- hanya mengakomodir anak-anak pejabat
orang Pribumi juga ikut menikmati kolonial, dan kalangan bangsawan.
manisnya sistem pendidikan Islam yang Disamping itu orang-orang Arab di
dipelopori oleh orang-orang Arab. Peran- Jakarta juga enggan memasukkan anak-
peran inilah yang menurut penulis perlu anak mereka ke sekolah-sekolah yang
diapresiasi, karena sulit seharusnya bagi diselenggarakan pemerintah kolonial,
orang yang non-pribumi seperti orang- karena dinilai mengajarkan agama
orang Arab mengabdikan diri pada tanah Kristen.
air yang bukan menjadi tempat Melihat betapa pentingnya pendidikan
kelahirannya. Maka dari itu pada bagian sebagai media perkembangan intelektual
ini penulis akan mencoba mencari motif- para generasi mudanya, orang Arab
motif yang mendasari pengabdian orang- terketuk hatinya untuk mendirikan
orang Arab di Jakarta dalam dunia lembaga pendidikan Islam yang dapat
pendidikan Islam. mengakomodir para generasi muda
mereka agar kelak menjadi generasi yang
Kebutuhan Penyediaan Layanan kritis. Meski awalnya mereka harus
Pendidikan bersikap kucing-kucingan dengan
Memang tidak bisa di pungkiri bahwa pemerintah Kolonial dengan menjadikan
pengabdian orang Arab dalam dunia Jami’at Kheir sebagai lembaga yang
pendidikan lebih karena penyediaan bergerak dalam bidang sosial, namun
layanan pendidikan bagi anak-anak setahun setelah itu mereka mendapat
mereka. Karena pada masa sebelum perizinan untuk menyelenggarakan
berdirinya Jami’at Kheir, lembaga lembaga pendidikan. Meski Jami’at Kheir
pendidikan Islam di Jakarta hanya sebatas didominasi oleh orang Arab Sayyid
pengajian-pengajian di masjid-masjid namun sekolah ini tidak

171
Ahmad Wahid Hasyim & Pauzan Haryono, Jamiat Kheir dan Al-Irsyad ...

mendiskriminasikan ras dan asal usul dunia-dunia Islam menjadi sasaran


anggotanya.27 Jami’at Kheir bukan pembodohan kaum imprealisme Barat.
sekolah agama yang absolut, namun sudah Maka dari itu hadirnya Al-Manar
menganut sistem pendidikan yang sebagai sebuah yang mempresentasikan
modern. Dengan sistem klasikal berupa pemikiran pembaharuan terutama oleh
penggunaan jenjang kelas, meja, kursi, Abduh dan Ridha laksana lentera dikala
dan papan tulis. Selain itu dalam hal gelap. Pemikirannya banyak
kurikulum Jami’at Kheir juga tidak hanya mempengaruhi berdirinya gerakan-
mengajarkan pelajaran agama namun gerakan modern yang berambisi
pelajaran-pelajaran umum seperti sejarah, melapaskan diri dari cengkraman
berhitung dan ilmu bumi masuk kedalam penjajah. Selain itu ide-ide . pembaharuan
daftar mata pelajaran yang mereka yang diimplementasikan kedalam majalah
ajarkan. Maka dari itu melalui Jami’at Al-Manar menjadi gairah tersendiri bagi
Kheir orang-orang Arab mampu umat Islam untuk bergegas memperbaiki
mempelopori modernisme pendidikan kondisi mereka.
Islam di Jakarta kala itu. Pendidikan menjadi media yang cukup
aman untuk mentransferkan pemikian-
Pengaruh Gerakan Pembaharuan di pemikiran pembaharuan. Ketimbang
Timur Tengah berbicara di mimbar dengan penuh energi
Pembaharuan yang dilakukan oleh para yang menimbulkan kecurigaan
tokoh-tokoh Islam di Timur Tengah pemerintah Kolonial. Seperti layaknya Al-
berdampak langsung terhadap Islam di Afghani yang menginspirasikan Abduh
Indonesia. Muhammad Abduh dan Rasyid melalui dunia pendidikan di Al-Azhar.
Ridha lah yang banyak menginspirasi Melalui Al-Azharlah ide-ide
tumbuhnya gerakan-gerakan modernis di pembaharuan Islam di tebarkan oleh Al-
Indonesia. Majalah Al-Manar menjadi Afghani. Abduh menjadi murid yang
jembatan yang menghubungi gairah paling mengagumi gagasan sang gurunya,
kebangkitan Islam di Timur Tengah sehingga setelah perkuliahan menjadi
sampai ke Indonesia. Pada abad 19 tokoh- motivasi tersendiri untuk mengikuti jejak
tokoh Muslim yang mengerti bahasa Arab gurunya dalam dunia pembaharuan Islam.
sudah dapat membaca hasil pemikiran Orang Arab di Jakarta memang tidak
Abduh dan Ridha melalui majalah Al- menjadikan pendidikan sebagi agenda
Manar seperti Dahlan, Surkati, dan tokoh- awal dalam pengembaraannya di tanah
tokoh Jami’at Kheir. Nusantara. Namun pada kemudian hari
Dunia Islam mulai bangkit setelah mereka sadar bahwa pendidikan menjadi
terpuruk dalam kancah pemikiran dan hal penting dalam proses perkembangan
ilmu pengetahuan selepas runtuhnya intelektual mereka. Sebelumnya mereka
Abbasiah. Sebelum munculnya gerakan memang telah melakukan pola-pola
pembaharuan yang pertama kali di plopori pendidikan tradisional, seperti pengajian
oleh Jamaluddin Al-Afghani umat Islam di masjid-masjid atau melalui dakwah
terjerembab dalam lubang kejumudan mereka di mimbar. Namun nampaknya
yang berkepanjangan. Sehingga tak ada cara tersebut tidak mampu
daya dan upaya bagi mereka untuk bangkit membangkitkan daya kritis. Karena apa
dan mengembangkan diri. Pemikiran umat yang menjadi bahan ceramahan mereka
Islam kaku dan taklid28 tidak memiliki hanya bersifat normatis terbatas pada
daya kritis. Maka dari itu mudahlah bagi permasalah keagamaan saja. Sedangkan
tuntutan zaman menghadapkan Islam pada

27
Khalimi, 68. 28
Ensiklopedi Islam, 5:48.

172
Buletin Al-Turas Vol. 25 No. 2 November 2019, hal. 163-176

dunia modern yang cenderung memaksa Jami’at Kheir dari sinilah ide-ide
umat Islam untuk mengikuti pencerahan Dahlan semakin matang.
perkembangan tersebut. Maka dari itu Namun amat disayangkan koleksi-koleksi
transfer keilmuan melalui lembaga perpustakaan tersebut kini sulit dilacak
pendidikan dinilai tepat untuk keberadaannya.
membangkitkan daya berfikir kritis umat Syaikh Surkati sebagai orang nomor
Islam. satu di Al-Irsyad juga banyak
Para Jama’ah Haji yang pulang dari menginspirasi para tokoh-tokoh Islam
Mekkah juga berperan dalam maupun nasional di Indonesia. Surkati
perkembangan gerakan pembaharuan di sangat akrab dengan tokoh-tokoh
Indonesia. Baik bagi mereka orang Arab pembaharuan di Indonesia seperti Ahmad
yang berpulang kampung untuk berhaji Dahlan, dan A. Hasan. Dari rahim Al-
maupun pribumi yang memang sengaja Irsyad juga banyak menghasilkan orang-
mengunjungi Mekkah. Dua kota suci orang besar seperti Yunus Anis, Hasbi
Mekkah dan Madinah kala itu turut Asiddiqi, Umar Hubeis, Kahar Muzakkir,
berperan dalam penyebaran ide-ide Muhammad Rasjidi dan beberapa tokoh
pembaharuan. Setelah berpulang dari haji besar lain.30 Namun tidak seperti halnya
mereka mengajarkan ide-ide lembaga-lembaga pendidikan Islam yang
pembaharuan di wilayah mereka masing- di pelopori oleh NU dan Muhammadiyah,
masing dengan modifikasi yang lembaga-lembaga pendidikan Islam yang
disesuaikan dengan kultur setempat. Sejak di dirikan oleh orang Arab seakan hilang
tahun 1869 ketika terusan Suez mulai taringnnya dan sunyi dari hingar bingar.
dibuka jumlah jama’ah haji haji semakin Bukan berarti mati, mereka tetap ada
bertambah setiap tahunnya.29 Hal ini pula namun tidak sebesar NU dan
yang kemudian menjadi perhatian Muhammadiyah. Padahal jika kita
pemerintah Kolonial karena khawatir mengulas kembali, berdirinya organisasi
melalui jama’ah haji ide-ide pembaharuan dan lembaga pendidikan Orang Arab
dan Pan Islamisme (sebuah ide yang sezaman dengan berdirinya organisasi
digaungkan Sultan Abdul Hamid II yang seperti NU dan Muhammadiyah, bahkan
bertujuan menyatukan umat Islam di bisa dikatakan mereka selangkah lebih
berbagai belahan dunia di bawah naungan awal. Namun pada kemudian hari Jami’at
khilafah) akan semakin tersebar ke Kheir dan Al-Irsyad nampakanya kurang
Indonesia. Dan nyatanya ide-ide akrab ditelingan masayarakat Indonesia.
pembaharuan itu mampu menyelusup dan Hal itulah yang menjadi masalah yang
memberikan andil pada perkembangan menarik untuk dijadikan kajian
pendidikan di Indonesia kala itu. selanjutnya.
Jami’at Kheir sebagai lembaga
Hilangnya Hingar-Bingar pendidikan Islam yang memplopori
Kebesaran Lembaga Pendidikan berdirinya madrasah kini tetap bersikukuh
Islam Orang Arab berfokus pada pusatnya di Tanah Abang.
Pada masa awal berdirinya lembaga- Seperti kritik yang diungkapkan oleh
lembaga pendidikan Islam yang didirikan Muhammad Husain Haikal yang
oleh Orang Arab di Jakarta banyak mengatakan bahwa kemandekkan dan
bersumbangsih pada perkembangan kebekuan orang-orang Sayidlah yang
gerakan pembaharuan Islam di Indonesia. membuat Jami’at Kheir seakan berjalan
Seperti halnya Ahmad Dahlan yang juga
banyak menimba ilmu dari perpustakaan
29
Suminto, Politik Islam Hidia Belanda, 93. 30
Khalimi, Ormas-Ormas Islam . Sejarah, Akar
Teologi Dan Politik, 77.

173
Ahmad Wahid Hasyim & Pauzan Haryono, Jamiat Kheir dan Al-Irsyad ...

ditempat.31 Mereka enggan membuka telah memiliki 5 pesantren pada tahun


lebih banyak cabang. Padahal jika Jami’at 1996. Selanjutnya Al-Irsyad juga banyak
Kheir membuka diri dan berani membuka memberi beasiswa kepada siswa-siswanya
cabang oragnisasi ini akan menjadi yang berprestasi untuk melanjutkan
oganisasi yang cukup besar dan lebih pendidikan ke Sudan.34
dikenal masyarakat. Namun pada tahun Namun terlepas dari itu semua kini
1920 Jami’at Kheir mendirikan Rabithah keberadaan mereka yang memiliki
Alawiyah, yakni organisasi sekelas Al- sumbangsih besar nampaknya masih
Irsyad yang membawahi lembaga- belum juga akrab ditelinga masayarakat
lembaga yang dahulunya didirikan oleh Islam Indonesia. Jika Jami’at Kheir
Jami’at Kheir. mungkin sangat akrab di telinga
Lain Jami’at Kheir, lain pula Al-Irsyad. masyarakat Tanah Abang. Kehadirannya
Sejak selesainnya periode Ahmad Surkati cukup berpengaruh bagi masayarakat
pada tahun 1942 Al-Irsyad seakan sekitar. Tidak hanya orang Arab, Jami’at
terkatung-katung tak tau kemana akan Kheir juga banyak menghasilkan guru-
berlabuh. Kebesarannya seakan ikut guru agama pribumi yang cukup
terkubur bersama dengan wafatnya sang berpengaruh. Namun kebesarannya hanya
tokoh besarnya. Sejak 1942 Al-Irsyad sampai tingkat lokal, tidak nasional.
tidak santer terdengar perkembangannya. Begitupun Al-Irsyad, di pusatnya
Namun sejak Muktamar ke 36 di diwilayah Keramat Raya Jakarta Pusat,
Pekalongan pada tahun 1996, Al-Irsyad Al-Irsyad juga kurang dikenal oleh warga
berusaha bangkit dan kembali bergairah disekitarnya.35
meneruskan cita-cita Surkati. Pendidikan Namun yang perlu ditegaskan dalam
masih menjadi agenda utama Al-Irsyad, hal ini adalah Jami’at Kheir dan Al-Irsyad
sama seperti cita-cita Surkati yakni bukan hanya diperuntukan untuk Orang
berkhidmat pada dunia Pendidikan, hal ini Arab. Mereka tidak eksklusif malah
ditegaskan oleh Geys Ammar salah membuka diri untuk siapa saja yang ingin
seorang pimpinan pusat Al-Irsyad mengabdi. Anggapa yang kerap kali
periode.32 Sebenarnya Al-Irsyad telah muncul dikalangan masyarakat Indonesia
berusaha bangkit sejak Muktamar ke 28 di adalah bahwa organisasi yang didirikan
Tegal. Dengan melakukan pengkaderan oleh orang Arab ini hanya mewadahi
guru-guru yang berkualitas untuk sekolah- orang-orang Arab di Nusantara dan
sekolah Al-Irsyad. peranakannya, padahal hal itu jelas tidak
Sejak itu Al-Irsyad terus bangkit dan benar. Hal ini tertera pada anggaran dasar
berkembang. Sampai memunculkan Al-Irsyad. Kemudian oleh Geys Ammar
program yang prestisius yakni mendirikan pada Mukatamar Al-Irsyad ke 36,
lembaga pendidikan dan layanan ditegaskan kembali bahwa Al-Irsyad
kesehatan di Timur Timor.33 Selain itu Al- terbuka untuk siapa saja.36
Irsyad juga memperbanyak cabangnya, Jika kita melihat lulusan-lulusannya
dari yang sebelumnya hanya 15 di seluruh banyak orang-orang pribumi berpengaruh
Indonesia, kini sudah terdapat 150 Cabang dilahirkan dari kedua organisasi ini.
dan memilki 100 buah sekolah. Dari Ekslusifitas kedua organisasi pendidikan
Taman Kanak-kanak, Raudathul Qur’an, ini adalah hasil propaganda pemerintah
SMP dan SMU, bahka Al-Irsyad juga Kolonial yang mengebiri agar kedua

31
“Orang Arab Di Nusantara. Mencari Cincin 34
“Al-Irrsyad Terbuka Untuk Siapa Saja.”
Nabi Sulaiman,” 40. 35
“Bukan Hanya Untuk Arab.”
32
“Al-Irrsyad Terbuka Untuk Siapa Saja.” 36
“Bukan Hanya Untuk Arab.”
33
“Sederhana ‘Hiburannya’ Hanya Deru
Helikopter Menag.”

174
Buletin Al-Turas Vol. 25 No. 2 November 2019, hal. 163-176

organisasi ini tidak berkembang, sehingga mereka telah bersumbangsih besar dalam
memunculkan sentimen di kalangan perkembangan pendidikan Islam di
pribumi dan masyarakat Arab. Namun Indonesia. Telah banyak lahir tokoh-tokoh
pada perkembangan selanjutnya, Jami’at besar dari rahim kedua lembaga ini. Maka
Kheir dan Al-Irsyad mampu membuktikan dari itu apresiasi besar nampaknya pantas
diri bahwa mereka tidak hanya diberikan kepada kedua lembaga ini yang
mengabdikan diri pada golongan Arab telah mengabdikan dirinya kepada bangsa
semata, namun kehadiran mereka untuk Indonesia. Karena telah ditegaskan bahwa
mengabdikan diri kepada tanah air mereka hadir bukan untuk golongan,
mereka, Indonesia tercinta ini. melainkan untuk bangsa Indonesia.
Maka dari itu perlu nampaknya bagi
D. Kesimpulan kita untuk mengangkat perjuangan dan
Orang Arab telah lama memainkan karya mereka. Sehingga kehadiran mereka
peran dalam perkembangan pendidikan tetap akrab di telinga masyarakat dan tidak
Islam di Jakarta. Dengan wujud dua lenyap seiring perkembangan zaman.
organisasi besar, yakni Jami’at Kheir dan Karena tidak dapat dipungkiri bahwa
Al-Irsyad orang-orang Arab mengabdikan merekalah yang memulai zaman baru
dirinya pada dunia pendidikan Islam di pendidikan Islam di Jakarta.
Jakarta. Motif mereka tidak berlebihan,
yakni hanya menyediakan layanan Daftar Pustaka
pendidikan bagi orang-orang Islam di Algadri, Hamid. Islam Dan Keturunan
Jakarta. Mungkin lebih tepatnya Arab Dan Pemberontakan
munculnya organisasi yang memusatkan Melawan Belanda. Bandung:
perhatian pada pendidikan Islam ini Mizan, 1996.
adalah hasil reaksi tidak terakomodirnya Al-Hadad, Al-Habib Alwi bin Thahir.
hak mereka oleh pemerintah Kolonial Sejarah Masuknya Islam Di
dalam mendapatkan pendidikan yang Timur Jauh. Jakarta: Lentera,
layak. Kita mengetahui bahwa pemerintah 2001.
Kolonial sangat memilah-milah peserta “Al-Irrsyad Terbuka Untuk Siapa Saja.”
didik yang boleh masuk kedalam lembaga Republika, October 26, 1996.
pendidikannya. Kebanyakan dari mereka Aljunied, Zahra. “The Genealogy of the
yang tergabung adalah aristokrat dan Hadhrami Arabs in Southeast
kalangan bangsawan. Jadi penyediaan Asia - the ’Alawi Family.”
layanan pendidikan menjadi sangat perlu Singapore, 2013.
bagi muslim pribumi dan Arab di Jakarta. Al-Masyur, Idrus Alwi. Sejarah Silsilah
Selain itu inspirasi dari para pembaharu Dan Gelar Keturunan Nabi
di timur tengah yang mana ide-ide mereka Muhammad SAW Di Indonesia,
tersampaikan oleh dua majalah yakni Al- Singapura, Malaysia, Timur
Manar dan Urwatul Wusta. Ide-ide Tengah, India Dan Afrika.
mereka memberikan penyegaran bagi Jakarta: Saraz Publishing, 2010.
kaum muslimin, khususnya orang-orang Atjeh, Abu Bakar. Sekitar Masuknya
Arab yang berada di Jakarta. Mereka Islam Di Indonesia. Solo:
bangkit melalui dunia pedidikan Islam Ramadhani, 1985.
dengan memperkenalkan Madrasah “Bukan Hanya Untuk Arab.” Kompas,
sebagai brand baru lembaga pendidikan Oktober 1996.
Islam di Indonesia khusunya di Jakarta. Den Berg, L.W.C. van. Orang Arab Di
Meski citra kedua lembaga besar ini Nusantara. Jakarta: Komunitas
tidak sebesar NU dan Muhammadiyah, Bambu, 2010.
namun kita perlu ingat bahwa kehadiran

175
Ahmad Wahid Hasyim & Pauzan Haryono, Jamiat Kheir dan Al-Irsyad ...

Ensiklopedi Islam. Vol. 5. Jakarta: Noor, Deliar. Gerakan Modern Islam Di


Pt. Ichtiar Baru van Hoeve, 1999. Indonesia 1900-1942. Jakarta:
Hurgronje, Cristian Snouck. Kumpulan LP3ES, 1985.
Karya Snouck Hurgronje. Vol. “Orang Arab Di Nusantara. Mencari
IX. Jakarta: INIS, 1993. Cincin Nabi Sulaiman.” Historia,
Jacobsen, Frode F. Hadrami Arabs in 2014.
Present-Day Indonesia an “Sederhana ‘Hiburannya’ Hanya Deru
Indonesia-Oriented Group with Helikopter Menag.” Jawa Pos,
an Arab Signature. USA: October 28, 1996.
Routledge, 2009. Shahab, Yasmine Zaki. “Sistim
Kesheh, Natalie Mobini. Kebangkitan Kekerabatan Sebagai Katalisator
Hadhrami Di Indonesia. Peran Ulama Keturunan Arab Di
Jakarta.” Antropologi Indonesia
Translated by Ita Mutiara and
29, no. 2 (n.d.): 123–41.
Andri. Jakarta: Akbar, 2007.
https://doi.org/10.7454/ai.v29i2.3
Khalimi. Ormas-Ormas Islam . Sejarah,
532.
Akar Teologi Dan Politik. Jakarta:
Gaung Persada Pers, 2010. Suminto, Aqib. Politik Islam Hidia
Nizar, Samsul. Filsafat Pendidikan Islam Belanda. Jakarta: LP3ES, 1986.
Pendekata Historis Teoritis Dan Suwinto. Sejarah Sosial Pendidikan
Islam. Jakarta: Kencana, 2008.
Praktis. Jakarta: Ciputat Pers,
2002.

176

Anda mungkin juga menyukai