Anda di halaman 1dari 154

1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena


atas limpahan rahmat, berkah dan hidayahNya jualah, akhirnya
kami dapat menyelesaikan Buku Pintar Kepegawaian ini.
Buku ini berisikan informasi seputar kepegawaian, mulai
pengertian, jenis layanan, persyaratan dan prosedur pengurusan,
serta peraturan yang mendasarinya yang dikemas sedemikian
rupa sehingga menarik dan mudah dipahami.
Pada hakekatnya buku ini untuk mewujudkan pelayanan prima kepada
PNS di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Agam. Diharapkan dengan
membaca buku ini PNS mengetahui dan memahami sehingga memudahkan
PNS dalam menerima layanan administrasi kepegawaian BKD Kabupaten
Agam.
Diterbitkannya buku pedoman ini merupakan arahan dari Bupati dan
Wakil Bupati serta berkat dukungan dan peran dari berbagai pihak dalam
melengkapi materi.
Pada kesempatan ini, kami sampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Bupati Agam.
2. Wakil Bupati Agam.
3. Sekretaris Daerah Kabupaten Agam;
4. Asisten Administrasi Umum Sekretariat Daerah Kabupaten Agam.
5. Sekretaris, Kepala Bidang, Kepala Sub Bagian, Kepala Sub Bidang dan staf
di Lingkungan BKD Kabupaten Agam.
6. Semua pihak yang terkait dengan layanan administrasi kepegawaian.
Kami berharap semoga informasi yang terdapat dalam buku ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.

Lubuk Basung, 14 November 2016


KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH
KABUPATEN AGAM

DAFRINES, SE
Pembina Utama Muda
NIP. 19611018 198103 1 003

2
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 4


A. Latar Belakang ................................................................... 4
B. Tujuan ................................................................................ 4
BAB II POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN ............................................. 5
A. Kedudukan Pegawai ASN .................................................. 5
B. Jabatan ASN ...................................................................... 5
C. Kebijakan, Pembinaan Profesi, dan Manajemen ASN ....... 8
D. Manajemen PNS ................................................................ 9
E. Manajemen PPPK .............................................................. 13
BAB III LAYANAN KEPEGAWAIAN ....................................................... 17
A. Pengadaan Pegawai Negeri Sipil ....................................... 17
B. Mutasi Kepegawaian .......................................................... 21
C. Peninjauan Masa Kerja ....................................................... 22
D. Penggajian PNS.................................................................. 24
E. Konversi NIP ....................................................................... 31
F. Kartu Pegawai (Karpeg)...................................................... 33
G. Kartu Pegawai Negeri Sipil Elektronik (KPE)...................... 35
H. Ketaspenan ......................................................................... 38
I. Pengangkatan dalam Jabatan Struktural .......................... 41
J. Pengangkatan PNS dalam Jabatan Fungsional ................. 44
K. Penilaian Kinerja PNS......................................................... 50
L. Ujian Dinas dan Ujian Penyesuaian Ijazah ........................ 54
M. Kenaikan Pangkat PNS ...................................................... 59
N. Pencantuman Gelar Kesarjanaan ....................................... 83
O. Pemindahan PNS ............................................................... 84
P. Perkawinan PNS ................................................................. 87
Q. Disiplin PNS ........................................................................ 95
R. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) ....................................... 103
S. Tugas Belajar dan Izin Belajar ............................................ 106
T. Cuti PNS ............................................................................. 117
V. Pemberian Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya123
W. Pemberhentian PNS ........................................................... 125
X. Pensiun PNS ....................................................................... 130
Y. Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian Bagi
Pegawai ASN ...................................................................... 142
Z. Pengujian Kesehatan .......................................................... 144
AA. Bapertarum/Taperum PNS .................................................. 145
BB. BPJS Kesehatan ................................................................. 149
CC. Dokumen Tata Naskah Kepegawaian ................................ 150
DD. Web dan Simpeg BKD ........................................................ 152
3
BAB I
PENDAHULUAN

C. Latar Belakang

Pegawai Negeri Sipil (PNS), mempunyai peran yang amat penting


dalam menciptakan masyarakat madani yang taat hukum, berperadaban
modern, demokratis, makmur, adil, dan bermoral tinggi yang
menyelenggarakan pelayanan secara adil dan merata, menjaga persatuan
dan kesatuan bangsa dengan penuh kesetiaan kepada Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Tahun 1945.
Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut diperlukan PNS yang
berkemampuan melaksanakan tugas secara profesional dan bertanggung
jawab dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan,
serta bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.
Sebagai motor penggerak dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
pelaksanaan pembangunan, dalam pelaksanaan tugas, PNS diharapkan
fokus mencurahkan segala potensi dan perhatiannya untuk mensukseskan
pencapaian tujuan organisasinya. Segala hal yang akan mengganggu dan
menjadi pemecah konsentrasi haruslah diminimalisir.
Badan Kepegawaian Daerah (BKD) selaku perangkat daerah, yang
salah satu tugasnya adalah memberikan pelayanan kepegawaian kepada
PNS. Dalam memberikan pelayanan kepegawaian, perlu diberikan
informasi yang lengkap terkait pelayanan itu. Layanan kepegawaian
haruslah tersosialisasi dengan sempurna, sehingga semua PNS tahu dan
memahami segala hal terkait dengan layanan tersebut.
Salah satu persyaratan untuk menciptakan pelayanan yang baik
adalah adanya kejelasan tentang layanan itu, baik aturan yang
mengaturnya, manfaat, persyaratan, maupun prosedur pengurusannya.
Untuk memberikan layanan yang baik terhadap 7113 PNS (kondisi
per 1 Oktober 2016) yang tersebar di 16 Kecamatan, BKD membuat buku
pintar kepegawaian. Buku ini, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman
dan memberikan kemudahan layanan kepegawaian bagi PNS.

D. Tujuan
Tujuan dari pembuatan buku ini adalah untuk meningkatkan pemahaman
tentang kepegawaian dan memberikan pedoman bagi PNS dalam
berurusan atau menerima layanan BKD Kabupaten Agam. Dengan
membaca buku ini diharapkan PNS menjadi tahu, paham, dan mudah
dalam pengurusan administrasi kepegawaiannya di BKD.

4
BAB II
POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN

Pegawai ASN adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai


Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) yang diangkat oleh pejabat
pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan
atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
PNS adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu,
diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina
kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan. Sedangkan PPPK
adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat
berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu dalam rangka
melaksanakan tugas pemerintahan.

F. Kedudukan Pegawai ASN


Pegawai ASN berkedudukan sebagai unsur aparatur negara, terdiri dari:
1. PNS merupakan Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai tetap
oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dan memiliki nomor induk
pegawai secara nasional.
PNS berhak memperoleh:
a. Gaji, tunjangan, dan fasilitas;
b. Cuti;
c. Jaminan pensiun dan jaminan hari tua;
d. Perlindungan;
e. Pengembangan kompetensi.
2. PPPK merupakan Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai
dengan perjanjian kerja oleh Pejabat Pembina Kepegawaian untuk
jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan
sesuai dengan kebutuhan Instansi Pemerintah dan ketentuan Undang-
Undang.
PPPK berhak memperoleh:
a. Gaji dan tunjangan;
b. Cuti;
c. Perlindungan;
d. Pengembangan kompetensi.

G. Jabatan ASN
Jabatan ASN terdiri atas:

5
1. Jabatan Administrasi; terdiri atas:
a. Jabatan administrator, bertanggung jawab memimpin pelaksanaan
seluruh kegiatan pelayanan publik serta administrasi pemerintahan
dan pembangunan.
b. Jabatan pengawas, bertanggung jawab mengendalikan
pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh pejabat pelaksana.
c. Jabatan pelaksana, bertanggung jawab melaksanakan kegiatan
pelayanan publik serta administrasi pemerintahan dan
pembangunan.
2. Jabatan Fungsional, terdiri atas:
a. Jabatan fungsional keahlian
1) Ahli utama;
2) Ahli madya;
3) Ahli muda;
4) Ahli pertama.
b. Jabatan fungsional keterampilan
1) Penyelia;
2) Mahir;
3) Terampil;
4) Pemula.
3. Jabatan Pimpinan Tinggi, berfungsi memimpin dan memotivasi setiap
Pegawai ASN pada Instansi Pemerintah melalui kepeloporan,
pengembangan kerja sama dengan instansi lain, dan keteladanan
dalam mengamalkan nilai dasar ASN dan melaksanakan kode etik
dan kode perilaku ASN.
Jabatan Pimpinan Tinggi terdiri dari:
a. Jabatan pimpinan tinggi utama.
yakni kepala lembaga pemerintah nonkementerian.
b. Jabatan pimpinan tinggi madya.
Meliputi sekretaris jenderal kementerian, sekretaris kementerian,
sekretaris utama, sekretaris jenderal kesekretariatan lembaga
negara, sekretaris jenderal lembaga nonstruktural, direktur jenderal,
deputi, inspektur jenderal, inspektur utama, kepala badan, staf ahli
menteri, Kepala Sekretariat Presiden, Kepala Sekretariat Wakil
Presiden, Sekretaris Militer Presiden, Kepala Sekretariat Dewan
Pertimbangan Presiden, sekretaris daerah provinsi, dan jabatan
lain yang setara.
c. Jabatan pimpinan tinggi pratama.

6
meliputi direktur, kepala biro, asisten deputi, sekretaris direktorat
jenderal, sekretaris inspektorat jenderal, sekretaris kepala badan,
kepala pusat, inspektur, kepala balai besar, asisten sekretariat
daerah provinsi, sekretaris daerah kabupaten/kota, kepala
dinas/kepala badan provinsi, sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah, dan jabatan lain yang setara.
Beberapa hal penting terkait Jabatan pimpinan tinggi:
a. Pengisian jabatan pimpinan tinggi oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian dengan terlebih dahulu membentuk panitia seleksi.
b. Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat
Pimpinan Tinggi selama 2 (dua) tahun terhitung sejak pelantikan
Pejabat Pimpinan Tinggi, kecuali Pejabat Pimpinan Tinggi tersebut
melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan dan tidak
lagi memenuhi syarat jabatan yang ditentukan.
c. Jabatan Pimpinan Tinggi hanya dapat diduduki paling lama 5
(lima) tahun, namun dapat diperpanjang berdasarkan pencapaian
kinerja, kesesuaian kompetensi, dan berdasarkan kebutuhan
instansi setelah mendapat persetujuan Pejabat Pembina
Kepegawaian dan berkoordinasi dengan KASN.
d. Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada
kementerian, kesekretariatan lembaga negara, lembaga
nonstruktural, dan instansi daerah dilakukan secara terbuka dan
kompetitif pada tingkat nasional.
e. Pengisian jabatan pimpinan tinggi pratama dilakukan secara
terbuka dan kompetitif pada tingkat nasional atau antar
kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi atau paling kurang pada
tingkat kabupaten Agam;
f. Pimpinan Tinggi dapat diisi oleh Prajurit Tentara Nasional
Indonesia dan anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia
melalui proses secara terbuka dan kompetitif.
g. Pejabat pimpinan tinggi madya dan pejabat pimpinan tinggi
pratama yang akan mencalonkan diri menjadi gubernur dan wakil
gubernur, bupati/walikota, dan wakil bupati/wakil walikota wajib
menyatakan pengunduran diri secara tertulis dari PNS sejak
mendaftar sebagai calon, dan pernyataan pengunduran diri ini tidak
dapat ditarik kembali.
h. Penyetaraan jabatan PNS:
1) Jabatan eselon Ia kepala lembaga pemerintah non
kementerian setara dengan jabatan pimpinan tinggi utama;

7
2) Jabatan eselon Ia dan eselon Ib setara dengan jabatan
pimpinan tinggi madya;
3) Jabatan eselon II setara dengan jabatan pimpinan tinggi
pratama;
4) Jabatan eselon III setara dengan jabatan administrator;
5) Jabatan eselon IV setara dengan jabatan pengawas;
6) Jabatan eselon V dan fungsional umum setara dengan
jabatan pelaksana.
i. Jabatan ASN diisi dari:
1) Pegawai ASN
2) Jabatan ASN tertentu, dapat diisi dari:
a) Prajurit TNI
b) Anggota Kepolisian Negara RI.

H. Kebijakan, Pembinaan Profesi, dan Manajemen ASN


Presiden merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam kebijakan,
pembinaan profesi, dan Manajemen ASN. Untuk melaksanakannya
Presiden mendelegasikan sebagian kekuasaannya kepada:
1. Kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pendayagunaan aparatur negara, berkaitan dengan kewenangan
perumusan dan penetapan kebijakan, koordinasi dan sinkronisasi
kebijakan, serta pengawasan atas pelaksanaan kebijakan ASN;
2. Komisi ASN (KASN), berkaitan dengan kewenangan monitoring dan
evaluasi pelaksanaan kebijakan dan Manajemen ASN untuk menjamin
perwujudan Sistem Merit serta pengawasan terhadap penerapan asas
serta kode etik dan kode perilaku ASN. KASN merupakan lembaga
nonstruktural yang mandiri dan bebas dari intervensi politik untuk
menciptakan Pegawai ASN yang profesional dan berkinerja,
memberikan pelayanan secara adil dan netral, serta menjadi perekat
dan pemersatu bangsa. KASN berkedududkan di ibukota negara.
Sistem Merit adalah kebijakan dan Manajemen ASN yang berdasarkan
pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar dengan
tanpa membedakan latar belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal
usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau kondisi kecacatan.
3. LAN, berkaitan dengan kewenangan penelitian, pengkajian kebijakan
Manajemen ASN, pembinaan, dan penyelenggaraan pendidikan
dan pelatihan ASN; dan

8
4. BKN, berkaitan dengan kewenangan penyelenggaraan manajemen
ASN, pengawasan dan pengendalian pelaksanaan norma, standar,
prosedur, dan kriteria manajemen ASN.
5. Pejabat Pembina Kepegawaian. Berkaitan dengan kewenangan
menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian pejabat
selain pejabat pimpinan tinggi utama dan madya, dan pejabat
fungsional keahlian utama. Terdiri dari:
a. Menteri di kementerian;
b. Pimpinan lembaga di lembaga pemerintah nonkementerian;
c. Sekretaris jenderal di sekretariat lembaga negara dan lembaga
nonstruktural;
d. Gubernur di provinsi;
e. Bupati/walikota di kabupaten/kota.
6. Pejabat yang Berwenang. Berkaitan dengan kewenangan pembinaan
Manajemen ASN. Pejabat berwenang terdiri dari Pejabat yang
Berwenang di kementerian, sekretaris jenderal/sekretariat lembaga
negara, sekretariat lembaga nonstruktural, sekretaris daerah provinsi
dan kabupaten/kota, dengan tugas:
a. Berkonsultasi dengan Pejabat Pembina Kepegawaian dalam
menjalankan fungsi Manajemen ASN.
b. Memberikan rekomendasi usulan kepada Pejabat Pembina
Kepegawaian.
c. Mengusulkan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian
Pejabat Administrasi dan Pejabat Fungsional kepada Pejabat
Pembina Kepegawaian.

I. Manajemen PNS
Manajemen PNS, meliputi:
1. Penyusunan dan penetapan kebutuhan.
Setiap Instansi Pemerintah wajib menyusun kebutuhan jumlah dan jenis
jabatan PNS berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban kerja,
yang dilakukan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yang diperinci per 1
(satu) tahun berdasarkan prioritas kebutuhan.
2. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk mengisi kebutuhan Jabatan
Administrasi dan/atau Jabatan Fungsional dalam suatu Instansi
Pemerintah, yang dilakukan melalui tahapan perencanaan,
pengumuman lowongan, pelamaran, seleksi (seleksi administrasi,
seleksi kompetensi dasar, dan seleksi kompetensi bidang),

9
pengumuman hasil seleksi, masa percobaan, dan pengangkatan
menjadi PNS. Lamanya masa percobaan adalah 1 tahun.
3. Pangkat dan jabatan;
a. Pengangkatan PNS dalam jabatan ditentukan berdasarkan
perbandingan objektif antara kompetensi, kualifikasi, dan
persyaratan yang dibutuhkan oleh jabatan dengan kompetensi,
kualifikasi, dan persyaratan yang dimiliki oleh pegawai.
b. PNS dapat berpindah antar dan antara Jabatan Pimpinan
Tinggi, Jabatan Administrasi, dan Jabatan Fungsional di Instansi
Pusat dan Instansi Daerah berdasarkan kualifikasi, kompetensi,
dan penilaian kinerja
c. PNS dapat diangkat dalam jabatan tertentu pada lingkungan
instansi Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia, yang pangkat atau jabatan disesuaikan dengan
pangkat dan jabatan di lingkungan instansi Tentara Nasional
Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia
4. Pengembangan karier
a. Pengembangan karier PNS dilakukan berdasarkan kualifikasi,
kompetensi (teknis, manejerial dan sosial kultural), penilaian kinerja,
dan kebutuhan Instansi Pemerintah, dengan mempertimbangkan
integritas dan moralitas.
b. Dalam mengembangkan kompetensi, PNS diberikan kesempatan
untuk melakukan praktik kerja di instansi lain di pusat dan daerah,
pertukaran antara PNS dengan pegawai swasta dalam waktu paling
lama 1 (satu) tahun.
5. Pola karier
a. Untuk menjamin keselarasan potensi PNS dengan kebutuhan
penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan perlu
disusun pola karier PNS yang terintegrasi secara nasional.
b. Setiap Instansi Pemerintah menyusun pola karier PNS secara
khusus sesuai dengan kebutuhan berdasarkan pola karier nasional.
6. Promosi
Promosi PNS dilakukan berdasarkan perbandingan objektif antara
kompetensi, kualifikasi, dan persyaratan yang dibutuhkan oleh jabatan,
penilaian atas prestasi kerja, kepemimpinan, kerja sama, kreativitas,
dan pertimbangan dari tim penilai kinerja PNS pada Instansi
Pemerintah, tanpa membedakan jender, suku, agama, ras, dan
golongan.
7. Mutasi

10
Setiap PNS dapat dimutasi tugas dan/atau lokasi dalam 1 (satu)
Instansi Pusat, antar Instansi Pusat, 1 (satu) Instansi Daerah, antar
Instansi Daerah, antar Instansi Pusat dan Instansi Daerah, dan ke
perwakilan Negara Kesatuan Republik Indonesia di luar negeri.
8. Penilaian kinerja
Penilaian kinerja PNS digunakan untuk menjamin objektivitas dalam
pengembangan PNS, dan dijadikan sebagai persyaratan dalam
pengangkatan jabatan dan kenaikan pangkat, pemberian tunjangan dan
sanksi, mutasi, dan promosi, serta untuk mengikuti pendidikan dan
pelatihan.
9. Penggajian dan tunjangan
a. Pemerintah wajib membayar gaji yang adil dan layak kepada PNS
serta menjamin kesejahteraan PNS. Gaji dimaksud dibayarkan
sesuai dengan beban kerja, tanggungjawab, dan resiko pekerjaan
b. PNS juga menerima tunjangan dan fasilitas yang meliputi tunjangan
kinerja dan tunjangan kemahalan.
10. Penghargaan
PNS yang telah menunjukkan kesetiaan, pengabdian, kecakapan,
kejujuran, kedisiplinan, dan prestasi kerja dalam melaksanakan
tugasnya dapat diberikan penghargaan, berupa:
a. Tanda kehormatan;
b. Kenaikan pangkat istimewa;
c. Kesempatan prioritas untuk pengembangan kompetensi; dan/atau
d. kesempatan menghadiri acara resmi dan/atau acara kenegaraan.
PNS yang dijatuhi sanksi administratif tingkat berat berupa
pemberhentian tidak dengan hormat dicabut haknya untuk memakai
tanda kehormatan berdasarkan Undang-Undang ini.
11. Disiplin
a. Untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dalam kelancaran
pelaksanaan tugas, PNS wajib mematuhi disiplin PNS.
b. Instansi Pemerintah wajib melaksanakan penegakan disiplin
terhadap PNS serta melaksanakan berbagai upaya peningkatan
disiplin.
c. PNS yang melakukan pelanggaran disiplin dijatuhi hukuman
disiplin.
12. Pemberhentian
a. PNS diberhentikan dengan hormat karena:
1) Meninggal dunia;

11
2) Atas permintaan sendiri;
3) Mencapai batas usia pensiun;
4) Perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah yang
mengakibatkan pensiun dini; atau
5) Tidak cakap jasmani dan/atau rohani sehingga tidak dapat
menjalankan tugas dan kewajiban.
b. PNS dapat diberhentikan dengan hormat atau tidak diberhentikan
karena dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang
telah memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak
pidana dengan hukuman pidana penjara paling singkat 2 (dua)
tahun dan pidana yang dilakukan tidak berencana.
c. PNS diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri
karena melakukan pelanggaran disiplin PNS tingkat berat.
d. PNS diberhentikan tidak dengan hormat karena:
1) Melakukan penyelewengan terhadap Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2) Dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap karena
melakukan tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak pidana
kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan dan/atau
pidana umum;
3) Menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik; atau
4) Dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak
pidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan
pidana yang dilakukan dengan berencana.
e. PNS diberhentikan sementara, apabila:
1) Diangkat menjadi pejabat negara;
2) Diangkat menjadi komisioner atau anggota lembaga
nonstruktural; atau
3) Ditahan karena menjadi tersangka tindak pidana.
f. Pegawai ASN dapat menjadi pejabat negara. Bagi Pegawai ASN
dari PNS yang diangkat menjadi ketua, wakil ketua, dan anggota
Mahkamah Konstitusi; ketua, wakil ketua, dan anggota Badan
Pemeriksa Keuangan; ketua, wakil ketua, dan anggota Komisi
Yudisial; ketua dan wakil ketua Komisi Pemberantasan Korupsi;
Menteri dan jabatan setingkat menteri; Kepala perwakilan Republik
Indonesia di Luar Negeri yang berkedudukan sebagai Duta Besar

12
Luar Biasa dan Berkuasa Penuh diberhentikan sementara dari
jabatannya dan tidak kehilangan status sebagai PNS.
g. Pegawai ASN dari PNS yang mencalonkan diri atau dicalonkan
menjadi Presiden dan Wakil Presiden; ketua, wakil ketua, dan
anggota Dewan Perwakilan Rakyat; ketua, wakil ketua, dan
anggota Dewan Perwakilan Daerah; gubernur dan wakil gubernur;
bupati/walikota dan wakil bupati/wakil walikota wajib menyatakan
pengunduran diri secara tertulis sebagai PNS sejak mendaftar
sebagai calon. Pernyataan pengunduran diri ini tidak dapat ditarik
kembali.
Batas Usia Pensiun (BUP) yaitu:
a. 58 (lima puluh delapan) tahun bagi Pejabat Administrasi;
b. 60 (enam puluh) tahun bagi Pejabat Pimpinan Tinggi;
c. Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan bagi
Pejabat Fungsional.
13. Jaminan pensiun dan jaminan hari tua;
14. Perlindungan.
Pemerintah wajib memberikan perlindungan berupa:
a. Jaminan kesehatan;
b. Jaminan kecelakaan kerja;
c. Jaminan kematian
d. Bantuan hukum.
Bantuan hukum berupa pemberian bantuan hukum dalam perkara
yang dihadapi di pengadilan terkait pelaksanaan tugasnya.

J. Manajemen PPPK
Manajemen PPPK, meliputi:
1. Penetapan kebutuhan;
a. Setiap Instansi Pemerintah wajib menyusun kebutuhan jumlah dan
jenis jabatan PPPK berdasarkan analisis jabatan dan analisis
beban kerja, yang dilakukan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun,
yang diperinci per 1 (satu) tahun berdasarkan prioritas kebutuhan.
b. Kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PPPK ditetapkan dengan
Keputusan Menteri.
2. Pengadaan;
a. Pengadaan calon PPPK dilakukan melalui tahapan perencanaan,
pengumuman lowongan, pelamaran, seleksi, pengumuman hasil
seleksi, dan pengangkatan menjadi PPPK.

13
b. PPPK tidak dapat diangkat secara otomatis menjadi calon PNS
3. Penilaian kinerja;
a. Penilaian kinerja PPPK bertujuan menjamin objektivitas prestasi
kerja yang sudah disepakati berdasarkan perjanjian kerja antara
Pejabat Pembina Kepegawaian dengan pegawai yang
bersangkutan. dengan memperhatikan target, sasaran, hasil,
manfaat yang dicapai, dan perilaku pegawai.
b. Hasil penilaian dimanfaatkan untuk menjamin objektivitas
perpanjangan perjanjian kerja, pemberian tunjangan, dan
pengembangan kompetensi.
c. PPPK yang dinilai oleh atasan dan tim penilai kinerja PPPK tidak
mencapai target kinerja yang telah disepakati dalam perjanjian
kerja diberhentikan dari PPPK
4. Penggajian dan tunjangan;
a. Pemerintah wajib membayar gaji yang adil dan layak kepada
PPPK, berdasarkan beban kerja, tanggung jawab jabatan, dan
resiko pekerjaan.
b. PPPK dapat menerima tunjangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
5. Pengembangan kompetensi;
a. PPPK diberikan kesempatan untuk pengembangan kompetensi,
yang direncanakan setiap tahun oleh Instansi Pemerintah.
b. Pengembangan kompetensi dievaluasi dan dipergunakan sebagai
salah satu dasar untuk perjanjian kerja selanjutnya.
6. Pemberian penghargaan;
a. PPPK yang telah menunjukkan kesetiaan, pengabdian,
kecakapan, kejujuran, kedisiplinan, dan prestasi kerja dalam
melaksanakan tugasnya dapat diberikan penghargaan, berupa:
1) Tanda kehormatan;
2) Kesempatan prioritas untuk pengembangan kompetensi;
dan/atau
3) Kesempatan menghadiri acara resmi dan/atau acara
kenegaraan.
b. PPPK yang dijatuhi sanksi administratif tingkat berat berupa
pemutusan hubungan perjanjian kerja tidak dengan hormat dicabut
haknya untuk memakai tanda kehormatan berdasarkan Undang-
Undang ini.
7. Disiplin;

14
a. PPPK wajib mematuhi disiplin PPPK.
b. Instansi Pemerintah wajib melaksanakan penegakan disiplin
terhadap PPPK serta melaksanakan berbagai upaya peningkatan
disiplin.
c. PPPK yang melakukan pelanggaran disiplin dijatuhi hukuman
disiplin.
8. Pemutusan hubungan perjanjian kerja;
a. Pemutusan hubungan perjanjian kerja PPPK dilakukan dengan
hormat karena:
1) Jangka waktu perjanjian kerja berakhir;
2) Meninggal dunia;
3) Atas permintaan sendiri;
4) Perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah yang
mengakibatkan pengurangan PPPK; atau
5) Tidak cakap jasmani dan/atau rohani sehingga tidak dapat
menjalankan tugas dan kewajiban sesuai perjanjian kerja yang
disepakati.
b. Pemutusan hubungan perjanjian kerja PPPK dilakukan dengan
hormat tidak atas permintaan sendiri karena:
1) Dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak
pidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan
tindak pidana tersebut dilakukan dengan tidak berencana;
2) Melakukan pelanggaran disiplin PPPK tingkat berat; atau
3) Tidak memenuhi target kinerja yang telah disepakati sesuai
dengan perjanjian kerja.
c. Pemutusan hubungan perjanjian kerja PPPK dilakukan tidak dengan
hormat karena:
1) melakukan penyelewengan terhadap Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2) dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap karena
melakukan tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak pidana
kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan
dan/atau pidana umum;
3) menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik; atau
4) dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak

15
pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 2
(dua) tahun atau lebih dan tindak pidana tersebut dilakukan
dengan berencana.
9. Perlindungan, berupa:
a. jaminan hari tua;
b. jaminan kesehatan;
c. jaminan kecelakaan kerja;
d. jaminan kematian;
e. bantuan hukum.
Perlindungan berupa jaminan hari tua, jaminan kesehatan, jaminan
kecelakaan kerja, dan jaminan kematian dilaksanakan sesuai dengan
sistem jaminan sosial nasional.
Bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada huruf e, berupa
pemberian bantuan hukum dalam perkara yang dihadapi di pengadilan
terkait pelaksanaan tugasnya.

16
BAB III
LAYANAN KEPEGAWAIAN

M. Pengadaan Pegawai Negeri Sipil


1. Dasar Hukum
a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang Formasi
Pegawai Negeri Sipil;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan
Pegawai Negeri Sipil;
d. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2002 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang
Pengadaan Pegawai Negeri Sipil;
e. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2013 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang
Pengadaan Pegawai Negeri Sipil;
f. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang
Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian PNS;
g. Surat Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 11
Tahun 2002 tanggal 17 Juni 2002 tentang Ketentuan Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan
Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 11 Tahun 2002.
h. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 9 Tahun
2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan CPNS.
2. Sekilas Pengadaan PNS
Pengadaan PNS adalah kegiatan untuk mengisi formasi yang lowong.
Pada umumnya formasi yang lowong disebabkan adanya PNS yang
berhenti, pensiun, meninggal dunia atau adanya perluasan organisasi.
Pengadaan PNS harus berdasarkan kebutuhan, baik dalam arti jumlah
maupun kompetensi jabatan yang diperlukan. Kewenangan penetapan
formasi ini merupakan kewenangan Pemerintah Pusat.
Formasi Pegawai Negeri Sipil adalah jumlah dan susunan pangkat
Pegawai Negeri Sipil yang diperlukan dalam suatu satuan organisasi
negara untuk mampu melaksanakan tugas pokok dalam jangka waktu
tertentu. Formasi ditetapkan untuk jangka waktu tertentu berdasarkan
jenis, sifat, dan beban kerja yang harus dilaksanakan.

17
Setiap Warga Negara Indonesia mempunyai kesempatan yang sama
untuk melamar menjadi CPNS setelah memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan. Adapun syarat yang harus dipenuhi oleh setiap pelamar
untuk menjadi CPNS sbb:
a. Warga Negara Indonesia;
b. Pada saat diangkat sebagai CPNS, berusia sekurang-kurangnya 18
tahun dan setingi-tinginya 35 tahun
c. Tidak pernah dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan
pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap,
karena melakukan suatu tindak pidana kejahatan; Dalam ketentuan
ini, tidak termasuk bagi mereka yang dijatuhi hukuman percobaan.
d. Tidak pernah diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan
sendiri atau tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil
atau diberhentikan tidak dengan hormat sebagai pegawai swasta;
e. Tidak berkedudukan sebagai Calon/Pegawai Negeri;
f. Mempunyai pendidikan, kecakapan, keahlian, dan keterampilan
yang diperlukan;
g. Berkelakuan baik, yang dibuktikan dengan Surat Keterangan
Berkelakuan Baik dari Kepolisian setempat.
h. Sehat jasmani dan rohani, yang dibuktikan dengan Surat
Keterangan dari Dokter.
i. Bersedia ditempatkan diseluruh wilayah Republik Indonesia atau
negara lain yang ditentukan oleh pemerintah; dan
j. Syarat lain yang ditentukan dalam persyaratan jabatan.
Pelamar yang ditetapkan diterima, wajib melengkapi dan menyerahkan
kelengkapan administrasi kepada Pejabat Pembina Kepegawaian atau
yang ditunjuk olehnya. Apabila salah satu kelengkapan administrasi
tidak dipenuhi, maka yang bersangkutan tidak dapat diangkat sebagai
CPNS.
Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat/Daerah menyampaikan daftar
pelamar yang dinyatakan lulus ujian penyaringan dan ditetapkan
diterima untuk diangkat sebagai Calon PNS kepada BKN untuk
mendapat Nomor Identitas Pegawai Negeri Sipil. Berdasarkan NIP PNS
yang ditetapkan BKN, Pejabat Pembina Kepegawaian menetapkan
keputusan pengangkatan menjadi CPNS.
Kepada CPNS/PNS yang baru diangkat diberikan golongan ruang
sesuai dengan tingkat pendidikan yang diakui sebagai berikut:

18
Gol
No Tingkat Pendidikan
Ruang
a. Lulusan SD atau sederajat I/a
b. Lulusan SMP atau sederajat I/c
c. Lulusan SMA/D1 atau sederajat II/a
d. Lulusan D2 atau sederajat II/b
e. Lulusan D3 atau sederajat II/c
f. Lulusan S1 atau sederajat III/a
g. Lulusan S2 sederajat/S1 Kedokteran/S1 Apoteker III/b
h. Lulusan S3 atau sederajat III/c
Penghasilan hak atas gaji CPNS adalah 80% (delapan puluh persen)
dari gaji pokok PNS, mulai berlaku pada tanggal yang bersangkutan
secara nyata melaksanakan tugasnya yang dinyatakan dengan surat
pernyataan oleh kepala kantor atau satuan organisasi yang
bersangkutan. Surat pernyataan telah melaksanakan tugas dibuat oleh
kepala kantor atau satuan organisasi selambat-lambatnya 2 (dua) bulan
setelah yang bersangkutan secara nyata telah melaksanakan tugas.
Masa selama menjadi CPNS merupakan masa percobaan. Lamanya
masa percobaan adalah 1 tahun.
3. Pemberhentian CPNS
Setiap CPNS diwajibkan menjalani masa percobaan selama 1 tahun.
CPNS yang selama menjalani masa percobaan dinyatakan cakap
diangkat sebagai PNS. CPNS yang dinyatakan tidak cakap maka
diberhentikan dengan hormat sebagai CPNS. CPNS pun dapat
diberhentikan dengan tidak hormat.
CPNS diberhentikan dengan hormat apabila:
a. Mengajukan permohonan berhenti;
b. Tidak memenuhi syarat kesehatan;
c. Tidak lulus dari pendidikan dan pelatihan prajabatan;
d. Tidak menunjukkan kecakapan dalam menjalankan tugas;
e. Menunjukkan sikap dan budi pekerti yang tidak baik yang dapat
mengganggu lingkungan pekerjaan;
f. Dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang;
g. Menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik dan telah
mengajukan surat permohonan berhenti secara tertulis kepada
Pejabat Pembina Kepegawaian;

19
h. Satu bulan setelah diterimanya keputusan pengangkatan sebagai
CPNS tidak melapor dan melaksanakan tugas, kecuali bukan
karena kesalahan yang bersangkutan.
CPNS diberhentikan tidak dengan hormat apabila:
a. Pada waktu melamar dengan sengaja memberikan keterangan
atau bukti yang tidak benar;
b. Dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan
yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap karena
dengan sengaja melakukan sesuatu tindak pidana kejahatan, atau
melakukan sesuatu tindak pidana kejahatan yang ada
hubungannya dengan jabatan/tugasnya.
c. Dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat; atau
d. Menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik tanpa
mengajukan surat pemohonan berhenti secara tertulis kepada
Pejabat Pembina Kepegawaian.
CPNS yang oleh Kepala BKN dinyatakan tewas atau cacat karena
dinas dan tidak dapat bekerja lagi disemua jabatan negeri, dengan
keputusan Kepala BKN atau Kepala Kantor Regional BKN diangkat
menjadi PNS dan diberikan hak-hak kepegawaian sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
CPNS yang tewas diangkat menjadi PNS terhitung mulai tanggal 1
(satu) pada bulan yang bersangkutan dinyatakan tewas. CPNS yang
cacat karena dinas, yang oleh Tim Penguji Kesehatan dinyatakan tidak
dapat bekerja lagi dalam semua jabatan Negeri, diangkat menjadi PNS
terhitung mulai tanggal 1 (satu) pada bulan ditetapkannya Surat
Keterangan Tim Penguji Kesehatan, dan diberhentikan dengan hormat
sebagai PNS dengan diberikan hak-hak kepegawaian sesuai dengan
perundangan yang berlaku.
Pengangkatan menjadi PNS bagi CPNS yang tewas atau cacat karena
dinas ditetapkan dengan keputusan Kepala BKN/Kantor Regional BKN
baik bagi CPNS Pusat maupun Daerah. Sedangkan Pemberhentian
CPNS ditetapkan dengan keputusan Pejabat Pembina Kepegawaian
yang bersangkutan.
4. Pengangkatan CPNS menjadi PNS
CPNS yang telah menjalani masa percobaan selama 1 tahun, diangkat
sebagai PNS apabila memenuhi syarat berikut:
a. Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan sekurang-kurangnya
bernilai baik.
b. Telah memenuhi syarat kesehatan jasmani dan rohani untuk
diangkat menjadi PNS.
20
c. Telah lulus pendidikan dan pelatihan prajabatan.
CPNS diangkat menjadi PNS dengan Keputusan Bupati Agam dan
diberikan pangkat menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan gaji pokok sesuai dengan golongan dan ruang
penggajiannya.
Calon PNS yang telah menjalankan masa percobaan, lebih dari 1 (satu)
tahun dan telah memenuhi syarat untuk diangkat PNS, tetapi karena
suatu sebab belum diangkat menjadi PNS, maka hanya dapat diangkat
menjadi PNS apabila alasannya bukan karena kesalahan yang
bersangkutan.
Persyaratan Pengangkatan CPNS menjadi PNS sebagai berikut:
a. Fotocopy SK CPNS
b. Fotocopy Surat Tanda Lulus Diklat Prajabatan
c. Foto copy SKP 1 tahun terakhir
d. Foto copy Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas (SPMT)
e. Asli Surat Keterangan Hasil Pemeriksaan Kesehatan dan foto copy
Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2.

N. Mutasi Kepegawaian
Mutasi kepegawaian adalah segala perubahan mengenai seseorang PNS,
seperti pengangkatan, pemindahan, pemberhentian, pensiunan, perubahan
susunan keluarga dan lain-lain.
Ruang Lingkup Mutasi Kepegawaian meliputi:
1. Mutasi Pegawai Baru
2. Mutasi CPNS: Pengangkatan CPNS
3. Mutasi PNS:
a. Pengangkatan PNS
b. Berita Acara Pengambilan Sumpah/Janji PNS
c. Karpeg (Kartu Pegawai)
4. Mutasi Diklat:
a. Diklat Prajabatan
b. Diklat dalam jabatan : Diklatpim, Diklat Fungsional, Diklat Teknis
5. Mutasi Pendidikan:
a. Peningkatan Pendidikan
b. Tugas Belajar
6. Mutasi Jabatan:
a. Pengangkatan dalam jabatan
b. Pembebasan dari Jabatan Organik

21
7. Mutasi Keluarga: Karis/Karsu/Anak/Perkawinan/Perceraian
8. Mutasi Penghargaan
9. Mutasi Hukuman Disiplin
10. Mutasi Pindah Wilayah Kerja
11. Mutasi Pindah Instansi
12. Mutasi Peninjauan Masa Kerja
13. Mutasi Kenaikan Pangkat
14. Mutasi Pemberhentian
15. Mutasi Pensiun
16. Mutasi Pengujian Kesehatan
17. Mutasi Status Kepegawaian:
a. Aktif
b. CLTN (Cuti DiLuar Tanggungan Negara)
c. Pengaktifan kembali setelah CLTN
d. Pemberhentian Sementara
e. Penerima Uang Tunggu
f. Pembebasan Sementara dari Jabatan Organik
g. Prajurit Wajib
h. Pejabat Negara
i. Kepala Desa
j. Izin Perceraian dan Perkawinan
k. Tugas Belajar
l. Sedang dalam proses banding ke BAPEK
m. Masa Persiapan Pensiun
n. Titipan

O. Peninjauan Masa Kerja


1. Dasar Hukum
a. Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan
Pegawai Negeri Sipil;
b. Surat Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 11
Tahun 2002 tanggal 17 Juni 2002 tentang Ketentuan Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan
Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 11 Tahun 2002.
2. Sekilas Peninjauan Masa Kerja
PNS yang pada saat pengangkatannya telah memiliki pengalaman
kerja, dapat diperhitungkan untuk masa kerja golongan. Adapun
pengalaman kerja yang dapat diperhitungkan adalah:
a. Masa kerja selama bertugas di instansi pemerintah dihitung penuh
untuk penetapan masa kerja, antara lain:
22
1) Masa selama menjadi Calon/Pegawai Negeri Sipil, kecuali
masa selama menjalankan cuti di luar tanggungan negara.
2) Masa selama menjadi Pejabat Negara
3) Masa selama menjalankan tugas pemerintahan, yang antara
lain masa penugasan sebagai:
a) Lokal staff pada Perwakilan Republik Indonesia di Luar
Negeri.
b) Pegawai tidak tetap
c) Perangkat desa
d) Pegawai/tenaga pada badan-badan Internasional
e) Petugas pada Pemerintahan lainnya yang penghasilannya
dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara.
4) Masa selama menjalankan kewajiban untuk membela negara,
antara lain:
a) Masa selama menjadi Prajurit Wajib dan Sukarelawan.
b) Masa selama menjadi pegawai/karyawan perusahaan milik
Pemerintah, seperti Badan Usaha Milik Negara dan Badan
Usaha Milik Daerah.
b. Masa kerja sebagai pegawai/karyawan dari perusahaan swasta
yang berbadan hukum, yang tiap-tiap kali tidak kurang dari 1 tahun
dan tidak terputus-putus, diperhitungkan setengahnya sebagai
masa kerja golongan, dengan ketentuan sebanyak-banyaknya 8
tahun.
Pengalaman kerja yang tidak dapat diperhitungkan untuk peninjauan
masa kerja golongan adalah:
a. Pengalaman kerja yang sudah dihargai dengan uang
pesangon/uang pesangon yang bersifat untuk pensiun.
b. Masa selama menjalani Cuti Diluar Tanggungan Negara
c. Diberhentikan dengan hormat bukan atas permintaan sendiri,
pengangkatan CPNS
d. Diberhentikan dengan tidak hormat
e. Pengalaman kerja yang diperoleh secara pararel hanya
diperhitungkan 1 pengalaman
f. Pengalaman kerja di Swasta yang kurang dari 1 (satu) tahun
g. Pengalaman kerja yang diperoleh sebelum berusia 18 tahun
3. Pengurusan Peninjauan Masa Kerja

23
Persyaratan peninjauan masa kerja sebagai berikut:
a. Foto copy SK CPNS
b. Foto copy SK PNS
c. Foto copy SK Pangkat Terakhir
d. Foto copy Karpeg
e. Foto copy SKP 2 tahun terakhir
f. Foto copy STTB/Ijazah terakhir dan transkrip nilai)*
g. Bukti fisik penghitungan masa kerja (SK PTT, Honorer, ddl)
sebelum tahun 2005.
h. Kwitansi pembayaran gaji
i. Foto copy SK Konversi NIP
j. Rekomendasi Kepala Unit Kerja
Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2.
)* ijazah dilegalisir oleh Kepala Sekolah/Rektor/Dekan/Pembantu
Dekan Bidang Akademik/Ketua/ Pejabat Kopertis wilayah dimana
Universitas tersebut berada.

P. Penggajian PNS
1. Dasar Hukum:
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1977 Tentang
Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil
2. Sekilas Gaji PNS
Yang dimaksud dengan gaji pegawai adalah gaji pokok berikut
tunjangannya bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) termasuk CPNS.
Gaji Pegawai terdiri dari:
a. Gaji Pokok, adalah landasan dasar dalam menghitung besarnya gaji
seseorang PNS. Hal ini disebabkan sebagian komponen perhitungan
gaji seperti tunjangan istri, tunjangan anak dan tunjangan perbaikan
penghasilan dihitung atas dasar persentase tertentu dari gaji pokok.
Besarnya gaji pokok seseorang PNS tergantung atas gol/ruang
penggajian yang ditetapkan untuk pangkat yang dimilikinya. Karena
itu pangkat berfungsi pula sebagai dasar penggajian.
Besarnya gaji pokok diberikan kepada pegawai sesuai dengan
besaran yang tercantum dalam surat keputusan pengangkatan, surat
keputusan kenaikan pangkat, surat pemberitahuan gaji berkala, atau
surat penetapan lainnya.
Kepada seseorang yang diangkat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil
(CPNS) diberikan gaji pokok sebesar 80% (delapan puluh persen) dari

24
gaji pokok yang ditentukan untuk golongan/ruang gaji menurut
pangkat yang didudukinya.
b. Tunjangan yang melekat pada gaji, terdiri atas tunjangan istri/suami,
tunjangan anak, tunjangan jabatan struktural/ fungsional, tunjangan
yang dipersamakan dengan tunjangan jabatan, tunjangan kompensasi
kerja, tunjangan beras, tunjangan khusus PPh, tunjangan Irian
Jaya/Papua, Tunjangan pengabdian wilayah terpencil, tunjangan
perbaikan penghasilan, tunjangan asuransi kesehatan.
1) Tunjangan Istri/Suami, adalah tunjangan yang diberikan kepada
pegawai negeri yang beristri/suami. Ketentuan –ketentuan yang
berkaitan dengan tunjangan istri/suami adalah :
a) Diberikan untuk 1 istri/suami pegawai negeri yang sah;
b) Besarnya tunjangan istri//suami adalah 10% dari gaji pokok;
c) Tunjangan istri/suami diberhentikan pada bulan berikutnya
setelah terjadi perceraian atau meninggal dunia;
d) Untuk memperoleh tunjangan istri/suami harus dibuktikan
dengan surat nikah/akta nikah dari Kantor Urusan Agama
atau Kantor Catatan Sipil.
2) Tunjangan anak, adalah tunjangan yang diberikan kepada
PNS/CPNS yang mempunyai anak (anak kandung, anak tiri dan
anak angkat) dengan ketentuan :
a) Belum mempunyai batas usia 21 tahun;
b) Tidak atau belum pernah menikah;
c) Tidak mempunyai penghasilan sendiri;
d) Nyata menjadi tanggungan pegawai negeri yang
bersangkutan.
e) Ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan tunjangan anak
adalah :
(1) Diberikan maksimal untuk 2 (dua) orang anak;
(2) Dalam hal PNS pada tanggal 1 Maret 1994 telah
memperoleh tunjangan anak untuk lebih dari 2 orang
anak, kepadanya tetap diberikan tunjangan anak untuk
jumlah menurut keadaan pada tanggal tersebut. Apabila
setelah tanggal tersebut jumlah anak yang memperoleh
tunjangan anak berkurang karena menjadi dewasa,
kawin/meninggal, pengurangan tersebut tidak dapat
digantikan, kecuali jumlah anak menjadi kurang dari dua;
(3) Besarnya tunjangan anak adalah 2 % per anak dari gaji
pokok;

25
(4) Tunjangan anak diberhentikan pada bulan berikutnya
setelah tidak memenuhi ketentuan pemberian tunjangan
anak atau meninggal dunia;
(5) Pegawai wajib melaporkan bahwa anak yang masuk
dalam tanggungan pegawai tersebut telah tidak
memenuhi ketentuan pemberian tunjangan anak atau
meninggal dunia;
(6) Batas usia anak tersebut diatas dapat diperpanjang dari
usia 21 tahun sampai usia 25 tahun, apabila anak
tersebut masih bersekolah dengan ketentuan sebagai
berikut:
(1) Dapat menunjukkan surat pernyataan dari kepala
sekolah /kursus/perguruan tinggi bahwa anak
tersebut masih sekolah/ kursus/ kuliah;
(2) Masa pelajaran pada sekolah/ kursus/ perguruan
tinggi tersebut sekurang-kurangnya satu tahun;
(7) Untuk memperoleh tunjangan anak harus dibuktikan
dengan:
(1) Surat Keterangan Kelahiran Anak dari pejabat yang
berwenang pada Catatan Sipil/Lurah/Camat
setempat;
(2) Surat Keputusan Pengadilan yang memutuskan
/mensahkan perceraian dimana anak menjadi
tanggungan penuh janda/duda untuk tunjangan anak
tiri bagi janda/duda yang bercerai;
(3) Surat Keterangan dari lurah/camat bahwa anak-anak
tersebut adalah tanggungan si janda/duda untuk
tunjangan anak tiri bagi janda/duda yang
suami/istrinya meninggal dunia;
(4) Surat Keputusan Pengadilan Negeri tentang
pengangkatan anak (hukum adopsi) untuk tunjangan
anak bagi anak angkat (apabila pegawai mengangkat
anak lebih dari 1 anak angkat maksimal 1 anak).
(8) Tunjangan anak dimasukkan dalam pengajuan daftar gaji
setelah diterimanya surat kelahiran oleh Pengelola
Administrasi Gaji. Pembayaran anak tidak berlaku surut.
(9) Untuk tunjangan anak tiri/anak angkat dimasukkan dalam
pengajuan daftar gaji setelah diterimanya surat kelahiran
oleh satuan kerja/pejabat administrasi belanja pegawai
(Pembayaran tunjangan anak tiri/anak angkat tidak
26
berlaku surut) dengan syarat: ayah yang sebenarnya dari
anak tersebut telah meninggal dunia yang harus
dibuktikan dengan surat keterangan dari pamong praja
(serendah-rendahnya camat); ayah yang sebenarnya dari
anak tersebut bukan pegawai negeri dan tunjangan anak
untuk anak-anak itu diberikan kepada ayahnya yang
harus dibuktikan dengan surat keterangan dari kantor
tempat ayahnya bekerja; anak tersebut tidak lagi menjadi
tanggungan ayahnya yang dibuktikan dengan surat
keputusan dari pengadilan negeri bahwa anak tersebut
telah diserahkan sepenuhnya kepada ibu dari anak
tersebut dan disyahkan oleh pamong praja serendah-
rendahnya camat).
3) Tunjangan Jabatan Stuktural.
Kepada PNS yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam
jabatan struktural diberikan tunjangan jabatan struktural setiap
bulan. Besarnya tunjangan jabatan struktural diatur dalam
Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tunjangan
Jabatan Struktural.
PNS yang diangkat dalam jabatan struktural berhak mendapat
tunjangan jabatan struktural setiap bulan, yang diberikan terhitung
mulai tanggal satu bulan berikutnya setelah pelantikan.
Pembayaran tunjangan struktural dihentikan mulai bulan
berikutnya sejak PNS:
a) Diberhentikan dari jabatan struktural
b) Diberhentikan sementara
c) Menjalani cuti diluar tanggungan negara
d) Dijatuhi hukuman penjara atau kurungan berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap
karena dengan sengaja melakukan suatu tindak.
e) Menjalani cuti besar
f) PNS yang diberhentikan dari jabatan strukturalnya karena
belajar lebih dari 6 (enam) bulan, dihentikan pembayaran
tunjangan jabatan strukturnya terhitung mulai bulan berikutnya
setelah yang bersangkutan dihentikan dari jabatannya.
Pembayaran Kembali. Tunjangan jabatan struktural bagi PNS
yang telah selesai menjalankan cuti diluar tanggungan negara
karena persalinan dan cuti besar, dibayarkan kembali terhitung
mulai tanggal 1 (satu) bulan berikutnya PNS yang bersangkutan

27
telah aktif melaksanakan tugas yang dinyatakan dengan surat
pernyataan dari pejabat yang berwenang.
Pembayaran kembali tunjangan jabatan struktural bagi PNS yang
diberhentikan sementara, dilakukan sesuai dengan ketentuan
perundangan yang berlaku.
Tunjangan Jabatan Struktural Bagi PNS Yang Jabatannya
Mengalami Perubahan Eselon
Apabila terjadi perubahan tingkat eselon suatu jabatan, maka
pejabat yang berwenang harus menetapkan surat keputusan
pengangkatan dalam jabatan struktural PNS yang bersangkutan
sesuai dengan jenjang eselon yang baru sebagai dasar
pembayaran tunjangan jabatan.
4) Tunjangan Jabatan Fungsional, adalah tunjangan jabatan yang
diberikan kepada pegawai negeri yang menduduki jabatan
fungsional sesuai dengan peraturan perundangan dan ditetapkan
dengan surat keputusan dari pejabat yang berwenang menurut
peraturan perundang-undangan dengan ketentuan:
a) Tunjangan jabatan fungsional dibayarkan pada bulan
berikutnya setelah tanggal melaksanakan tugas.
b) Tunjangan jabatan fungsional tidak dapat berlaku surut dari
tanggal penetapan keputusan pengangkatan dalam jabatan
fungsional;
c) Pembayaran tunjangan jabatan fungsional dihentikan terhitung
mulai bulan berikutnya sejak pegawai negeri yang
bersangkutan:
(1) Tidak lagi menduduki jabatan fungsioal;
(2) Diberhentikan sementara;
(3) Dijatuhi hukuman disiplin berupa pembebasan dari jabatan;
(4) Sedang menjalani cuti diluar tanggungan Negara;
(5) Dijatuhi hukuman penjara atau kurungan berdasarkan
putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap;
(6) Dibebaskan dari tugas jabatannya selama lebih dari 6
bulan (dihentikan mulai bulan ketujuh);
(7) Sedang menjalani cuti besar;
5) Tunjangan Kompensasi Kerja (risiko bahaya atas pekerjaan)
6) Tunjangan beras, adalah tunjangan yang diberikan kepada PNS
dan anggota keluarganya dalam bentuk natura atau dalam bentuk

28
inatura (uang) dengan besaran sesuai ketentuan yang berlaku.
Ketentuan–ketentuan mengenai tunjangan beras diatur sebagai
berikut:
a) Diberikan kepada PNS dalam bentuk natura (beras) atau
inatura (uang);
b) Tunjangan beras untuk pegawai negeri sipil sebanyak 10
kg/bulan . Apabila diberikan dalam bentuk uang maka besaran
harga beras per kgnya ditetapkan oleh Menteri Keuangan
c) Tunjangan beras untuk anggota keluarga pegawai negeri sipil
diberikan sebanyak 10 kg/orang/bulan atau apabila diberikan
dalam bentuk uang maka besaran harga beras per kgnya
ditetapkan oleh Menteri Keuangan
7) Tunjangan khusus PPh, adalah tunjangan khusus pajak yang
diberikan oleh pemerintah dalam rangka membantu PNS yang
dikenakan pajak penghasilan
c. Potongan.
Potongan yang termuat dalam daftar gaji terdiri atas:
1) Iuran Wajib Pegawai Negeri (IWP) Besaran potongan Iuran Wajib
Pegawai (IWP) sebesar 10% dari (Gaji Pokok+Tunjangan
keluarga) dengan perincian sebagai berikut: a. 4,75% untuk iuran
pensiun b. 2,00% untuk iuran pemeliharaan kesehatan c. 3,25%
untuk iuran hari tua
2) Tabungan Perumahan Pegawai (Taperum) adalah potongan yang
dikenakan kepada PNS untuk membiayai usaha-usaha
peningkatan kesejahteraan PNS dalam bidang perumahan yang
besarnya diatur menurut perundang-undangan yang berlaku.
Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 14 tahun 1993 dan
Keputusan Presiden Nomor 46 Tahun 1994 besarnya tabungan
tiap bulan adalah sebagai berikut: a. Golongan I Rp 3.000,- b.
Golongan II Rp 5.000,- c. Golongan III Rp 7.000,- d. Golongan IV
Rp 10.000,-
Pembentukan Dana Tabungan Perumahan PNS ini dimaksudkan
untuk meningkatkan kesejahteraan PNS, dengan cara membantu
membayar uang muka Pembelian rumah dengan fasilitas Kredit
Pemilikan Rumah (KPR) dan membantu sebagai biaya
membangun rumah untuk sebagian PNS yang sudah memiliki
tanah ditempatnya bekerja.
3) Iuran Asuransi Kesehatan 2% Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 28 Tahun 2003 dan Keputusan Menteri Keuangan RI
nomor: 378/KMK.02/2003 tanggal 6 Agustus 2003 tentang subsidi

29
dan iuran Pemerintah Daerah dalam dalam penyelenggaraan
Asuransi Kesehatan ditetapkan bahwa besarnya iuran asuransi
kesehatan adalah 2 % dari penghasilan (Gaji pokok+ tunjangan
keluarga).
4) PPh pasal 21 Adalah potongan pajak yang dikenakan terhadap
penghasilan pegawai negeri yang melampaui batas Penghasilan
Tidak Kena Pajak (PTKP).
3. Surat Keterangan Penghentian Pembayaran (SKPP)
Surat Keterangan Penghentian Pembayaran (SKPP) adalah surat
keterangan tentang penghentian pembayaran gaji karena mutasi/
pensiun sehingga dapat menunjukkan batas akhir hak yang seharusnya
diterima pegawai negeri /pensiunan bersangkutan.
SKPP diterbitkan dengan tujuan agar pegawai yang berubah
status/pindah dapat dilanjutkan pembayaran gajinya oleh satker ditempat
kerja yang baru, atau dibayarkan pensiunnya oleh PT. Taspen bagi
pegawai yang memasuki masa pensiun.
Pada SKPP selain dicantumkan perincian penghasilan bulan terakhir
yang telah dibayar, juga dicantumkan utang-utang kepada Negara dari
pegawai yang bersangkutan bila ada.
SKPP diterbitkan dalam hal:
1) Pegawai pindah ke satker lain, baik yang mengakibatkan perubahan
DPPKA pembayar maupun tetap dalam wilayah pembayaran DPPKA
yang sama;
2) Pegawai pindah ke/dari luar negeri;
3) Pegawai diperbantukan /pindah ke daerah otonom;
4) Pegawai diberhentikan dengan hormat dengan mendapat hak
pensiun, uang tunggu.
5) Siswa Ikatan Dinas yang diangkat menjadi pegawai (bila ikatan dinas
diberi gaji)
6) Pegawai yang berpindah statusnya dari pegawai honorer /kontrak
menjadi cpns/pns
7) Pegawai yang pindah dari /ke Kabupaten Agam.

4. Kenaikan Gaji Berkala


Pegawai Negeri Sipil diberikan kenaikan gaji berkala apabila dipenuhi
syarat-syarat:
a. Telah mencapai masa kerja golongan yang ditentukan untuk
kenaikan gaji berkala, yaitu setiap 2 (dua) tahun sekali.

30
b. Penilaian pelaksanaan pekerjaan dengan nilai rata-rata
sekurangkurangnya “cukup”.
Pemberian kenaikan gaji berkala, dilakukan dengan surat pemberitahuan
oleh Kepala Kantor/satuan organisasi yang bersangkutan atas nama
pejabat yang berwenang. Pemberitahuan kenaikan gaji berkala
diterbitkan dua bulan sebelum kenaikan gaji berkala itu berlaku.
Apabila Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan belum memenuhi nilai
cukup dalam penilaian pelaksanaan pekerjaan, maka kenaikan gaji
berkalanya ditunda paling lama untuk waktu 1 (satu) tahun. Apabila
sehabis waktu penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan belum juga memenuhi syarat
maka kenaikan gaji berkalanya ditunda lagi tiap-tiap kali paling lama
untuk 1 (satu) tahun.
Apabila tidak ada alasan tadi untuk penundaan, maka kenaikan gaji
berkala tersebut diberikan mulai bulan berikutnya dari masa penundaan
itu. Penundaan kenaikan gaji berkala dilakukan dengan surat keputusan
pejabat yang berwenang. Masa penundaan kenaikan gaji berkala
dihitung penuh untuk kenaikan gaji berkala berikutnya.

Q. Konversi NIP
1. Dasar hukum:
a) Peraturan Kepala BKN Nomor 22 Tahun 2007 tentang Nomor
Identitas Pegawai Negeri Sipil.
b) Peraturan Kepala BKN Nomor 43 Tahun 2007 tentang Tata cara
Permintaan, Penetapan dan Penggunaan NIP.
2. Sekilas Konversi NIP
Setiap CPNS/PNS diberikan NIP. NIP ditetapkan oleh Kepala Badan
Kepegawaian Negara dan berlaku selama yang bersangkutan menjadi
PNS, pensiunan PNS, atau janda/dudanya. NIP berlaku juga bagi
keluarga yang menjadi tanggungan PNS dan penerima pensiun serta
orangtua penerima pensiun PNS yang tewas.
PNS yang pindah antar instansi pemerintah atau diperbantukan/
dipekerjakan atau ditugaskan kepada instansi lain tetap menggunakan
NIP yang telah ditetapkan baginya.
NIP berfungsi sebagai nomor identitas dalam hal:
a) Pembinaan karier PNS;
b) Pelayanan gaji;
c) Pelayanan pensiun;
d) Pelayanan asuransi sosial;
e) Pelayanan tabungan;
31
f) Pengelolaan administrasi kepegawaian;
g) Pelayanan lain yang bermanfaat bagi PNS.
NIP lama terdiri dari 9 digit, saat itu NIP merupakan singkatan dari
Nomor Induk Pegawai. Makna dari 9 angka tersebut yaitu 2 angka
pertama menunjukan Instansi dimana PNS yang bersangkutan terdaftar
pada waktu PUPNS tahun 1974 atau instansi yang mengangkat
pertama kali sebagai CPNS/PNS. Sedangkan 7 angka berikutnya
menunjukan nomor urut PNS yang bersangkutan pada Instansi.
Dengan dihapus/digabungnya beberapa instansi pemerintah dan
dialihkannya sebagian PNS pusat yang ada di daerah menjadi PNS
daerah serta diperluasnya otonomi daerah sampai dengan
Kabupaten/Kota, maka NIP lama dianggap tidak sesuai lagi dengan
perkembangan keadaan. Dua angka pertama NIP yang menunjukkan
instansi telah bercampur baur, sehingga tidak lagi menunjukkan PNS
suatu instansi tertentu.
Berdasarkan data Pendataan Ulang Pegawai Negeri Sipil (PUPNS)
2003, maka diubahlah NIP lama 9 digit menjadi NIP baru 18 digit.
NIP (baru), yang merupakan kependekan dari Nomor Identitas Pegawai
Negeri Sipil adalah nomor yang diberikan kepada PNS sebagai
identitas yang memuat tahun, bulan, dan tanggal lahir, tahun dan bulan
pengangkatan pertama sebagai CPNS, jenis kelamin PNS dan nomor
urut.
NIP terdiri atas 18 digit, dengan urutan sebagai berikut:
a) 8 (delapan) digit pertama adalah angka pengenal yang
menunjukkan tahun, bulan, dan tanggal lahir CPNS/PNS yang
bersangkutan, dengan ketentuan untuk bulan dan tanggal lahir
masing-masing dua digit.
b) 6 (enam) digit berikutnya adalah angka pengenal yang
menunjukkan tahun dan bulan pengangkatan pertama sebagai
Calon Pegawai Negeri Sipi/Pegawai Negeri Sipil, dengan ketentuan
untuk bulan pengangkatan pertama dua digit.
c) 1 (satu) digit berikutnya adalah angka pengenal yang menunjukkan
jenis kelamin CPNS/PNS yang bersangkutan.
d) 3 (tiga) digit terakhir adalah angka pengenal yang menunjukkan
nomor urut CPNS/Pegawai Negeri Sipil. Penentuan nomor urut
didasarkan tahun, bulan, dan tanggal lahir, tahun dan bulan
pengangkatan pertama sebagai CPNS/PNS, & jenis kelamin yang
sama.
3. Pengurusan SK Konversi NIP Salah

32
Kondisi riil sampai dengan saat ini masih terdapat beberapa PNS yang
data pada petikan SK Konversi NIP baru belum sesuai dengan data
kepegawaian yang bersangkutan. Kesalahan ini sejogyanya harus
segera diperbaiki.
NIP Salah dapat berupa kesalahan penulisan nama (salah huruf atau
spasi), kesalahan tanggal lahir, TMT CPNS, atau jenis kelamin.
Kesalahan pada SK Konversi akan berakibat pada salahnya data PNS
pada data base BKN salahnya KPE, SK Kenaikan Pangkat, dan produk
keputusan lainnya.
Persyaratan pengurusan perbaikan konversi NIP sbb:
a) Surat pengantar dari SKPD
b) Foto copy SK Konversi NIP yang salah
c) Foto copy SK CPNS
d) Foto copy ijazah sebagai dasar pengangkatan CPNS
Persyaratan di atas dilegalisir dan dibuat rangkap 2.
Adapun prosedur perbaikan SK Konversi NIP salah sbb:
a) PNS melaporkan kesalahan NIP dan menyerahkan persyaratan
sebagaimana tersebut di atas ke unit/petugas yang mengelola
kepegawaian SKPD/Unit Kerja.
b) Pengurusan dilakukan secara berjenjang mulai dari unit kerja
terendah sampai ke SKPD-nya.
c) Kemudian SKPD mengusulkan perbaikan SK Konversi NIP kepada
BKD.
d) BKD akan menindaklanjuti penggantian/perbaikan SK Konversi NIP
ke BKN untuk kesalahan tanggal lahir dan ke BKN Regional XII
Pekanbaru untuk kesalahan nama, TMT CPNS dan jenis kelamin.
e) SK Konversi NIP yang telah selesai akan diberitahukan dan
diserahkan kepada yang bersangkutan melalui SKPDnya.

R. Kartu Pegawai (Karpeg)


1. Dasar Hukum
Keputusan Kepala BAKN No. 01/KEP/1994 tentang Penetapan Karpeg
PNS.
2. Sekilas Karpeg
Karpeg diberikan kepada mereka yang telah berstatus sebagai PNS,
dengan kata lain CPNS belum dapat diberikan Karpeg. Karpeg adalah
Kartu Identitas diri sebagai PNS, dalam arti lain pemegang harus
berstatus sebagai PNS. Karpeg berlaku selama yang bersangkutan

33
menjadi PNS, apabila yang bersangkutan telah berhenti sebagai PNS,
maka Karpeg dengan sendirinya/secara otomatis tidak berlaku lagi.
Disamping sebagai Kartu Identitas diri bagi PNS, Karpeg juga
digunakan sebagai persyaratan dalam pengusulan Kenaikan Pangkat,
persyaratan pengajuan pensiun, dsbnya.
3. Pengurusan Karpeg
a. Pembuatan Karpeg
Adapun Persyaratan pembuatannya sbb:
1) Surat Pengantar dari SKPD.
2) Foto copy SK CPNS.
3) Foto copy SK PNS.
4) Pas photo ukuran 3x4 sebanyak 3 lembar dan 2x3 sebanyak 3
lembar
5) Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas (SPMT).
6) Surat Keterangan Hasil Pengujian Kesehatan/KIR.
7) Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Latihan
Persyaratan di atas dilegalisir dan dibuat rangkap 2.
Adapun prosedur pembuatan Karpeg sbb:
1) Setelah CPNS berubah status menjadi PNS, PNS menyiapkan
persyaratan pengurusan dan menyerahkannya ke unit/petugas
yang mengelola kepegawaian SKPD/Unit Kerja.
2) Pengurusan dilakukan secara berjenjang mulai dari unit kerja
terendah sampai ke SKPD-nya.
3) Kemudian SKPD mengusulkan pembuatan Karpeg kepada
BKD.
4) BKD akan menindaklanjuti pembuatan Karpeg ke BKN
Regional XII Pekanbaru.
5) Karpeg yang telah selesai akan diberitahukan dan diserahkan
kepada yang bersangkutan melalui SKPDnya.
b. Pembuatan Karpeg yang Hilang
Adapun persyaratan sebagai berikut:
1) Surat Pengantar dari SKPD.
2) Foto copy SK CPNS.
3) Foto copy SK PNS.
4) Asli laporan kehilangan dari kepolisian
5) Foto copy Karpeg yang hilang (kalau ada)
6) Pas Photo Ukuran 3x4 sebanyak 3 Lembar dan 2x3 sebanyak
3 lembar

34
Persyaratan di atas dilegalisir dan dibuat rangkap 2.
Adapun prosedur pembuatan Karpeg sbb:
1) PNS yang kehilangan Karpeg, melaporkan kehilangan tersebut
ke kepolisian setempat untuk mendapatkan laporan kehilangan
dari kepolisian.
2) Kemudian menyiapkan persyaratan pengurusan dan
menyerahkannya ke unit/petugas yang mengelola
kepegawaian SKPD/Unit Kerja.
3) Pengurusan dilakukan secara berjenjang mulai dari unit kerja
terendah sampai ke SKPD-nya.
4) Kemudian SKPD mengusulkan pembuatan Karpeg pengganti
kepada BKD.
5) BKD akan menindaklanjuti pembuatan Karpeg pengganti ke
BKN Regional XII Pekanbaru.
6) Karpeg yang telah selesai akan diberitahukan dan diserahkan
kepada yang bersangkutan melalui SKPDnya.

S. Kartu Pegawai Negeri Sipil Elektronik (KPE)


1. Dasar hukum:
Peraturan Kepala BKN Nomor 7 Tahun 2008 tentang Kartu Pegawai
Negeri Sipil Elektronik
2. Sekilas KPE
Untuk kemudahan pemberian pelayanan kepada PNS, BKN
memandang perlu membangun sistem layanan yang lebih efesien
dengan menfaatkan teknologi informasi. Sehingga, diciptakan Kartu
PNS Elektronik (KPE) yaitu kartu identitas PNS yang menggunakan
teknologi smartcard dan otentifikasi sidik jari, sehingga selain sebagai
identitas, KPE juga dapat dimanfatkan untuk berbagai layanan seperti
perbankan, kesehatan, Taspen, Taperum, dan aktivitas transaksi
merchant, serta fungsi-fungsi lain dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan, serta mendukung profesionalisme PNS.
KPE diberikan kepada setiap PNS dan tetap berlaku setelah PNS yang
bersangkutan pensiun. Kepada suami/isteri dan anak yang menjadi
tanggungan PNS diberikan KPE tambahan. KPE ini nantinya akan
menggantikan fungsi Karpeg yang selama ini kita gunakan.
Penerbitkannya KPE adalah untuk memudahkan pelayanan kepada
PNS, penerima pensiun PNS dan keluarganya. Di sisi lain dalam
implementasinya pencetakan KPE ini bertujuan untuk:

35
a. Mendapatkan data biometric fisik PNS yang akurat untuk keperluan
perencanaan, pengembangan dan kesejahteraan PNS.
b. Membangun database KPE yang memiliki tingkat keotentikan dan
identifikasi yang tinggi sehingga menghasilkan data dan informasi
yang akurat.
c. Mewujudkan Data Kepegawaian yang mutakhir di Instansi Pusat
maupun Daerah yang terintegrasi secara nasional dalam sistem
informasi kepegawaian yang dapat diakses oleh PNS bersangkutan
melalui Anjungan KPE
d. Memberikan fasilitas multifungsi layanan kepada PNS yang lebih
efektif dan efisien melalui penggunaan KPE, meliputi:
1) Layanan Gaji;
2) Asuransi Kesehatan;
3) Tabungan Pensiun;
4) Tabungan perumahan;
5) Transaksi keuangan/perbankan
6) dan layanan lainnya.
Pada saat ini fungsi KPE baru bisa dimanfaatkan untuk layanan
gaji, transaksi perbankan, dan mengecek data PNS melalui
anjungan KPE. Sedangkan fungsi lainnya baru dapat dinikmati
setelah instansi terkait menyediakan fasilitas pendukungnya berupa
kebijakan dan sarana prasarananya.
3. Pengurusan KPE
a) Pengurusan KPE Salah
KPE salah merupakan implikasi dari kesalahan SK Konversi NIP.
Kesalahan ini dapat berupa kesalahan penulisan nama (salah
huruf, kata atau spasi nama) atau kesalahan NIP (tanggal lahir,
TMT CPNS, atau jenis kelamin).
Adapun persyaratan pengurusan sebagai berikut:
1) Surat pengantar dari SKPD
2) KPE asli yang salah
3) Foto copy SK CPNS
4) Foto copy SK Konversi NIP
Persyaratan di atas dilegalisir dan dibuat rangkap 2.
Adapun prosedur penggantian KPE salah sebagai berikut:
1) PNS melaporkan dan menyerahkan KPE yang salah, dilengkapi
dengan persyaratan sebagaimana tersebut di atas ke
unit/petugas yang mengelola kepegawaian SKPD/Unit Kerja.

36
2) Sebelum KPE diserahkan untuk diperbaiki, terlebih dahulu PNS
menonaktifkan fungsi ATM-nya ke Bank Nagari.
3) Pengurusan dilakukan secara berjenjang mulai dari unit kerja
terendah sampai ke SKPD-nya.
4) Kemudian SKPD mengusulkan penggantian KPE kepada BKD.
5) BKD akan menindaklanjuti penggantian KPE dengan
mengusulkan penggantian KPE ke BKN yang kemudian akan
diteruskan oleh BKN kepada pihak ketiga (saat ini PT.
Sucopindo Persero).
6) KPE telah diperbaiki diambil oleh PNS yang bersangkutan ke
Bank Nagari Lubuk Basung dengan menyerahkan foto copy
rekening tabungan dan memperlihatkan tanda pengenal setelah
menerima pemberitahuan dari BKD.
b) Pengurusan KPE Rusak
KPE rusak berupa kerusakan fiisik KPE seperti terbelah, patah,
atau pecah pada bagian sudut yang berakibat kartu tidak berbaca
oleh mesin, atau media penyimpanan data yang tidak berfungsi,
dan sebagainya.
Persyaratan Pengurusan KPE rusak sbb:
1) Surat pengantar dari SKPD
2) KPE asli yang rusak
3) Foto copy SK CPNS
4) Foto copy SK Konversi NIP
Persyaratan di atas dilegalisir dan dibuat rangkap 2.
Prosedur pengurusan sebagai berikut:
1) PNS melaporkan dan menyerahkan KPE yang rusak,
dilengkapi dengan persyaratan sebagaimana tersebut di atas
ke unit/petugas yang mengelola kepegawaian SKPD/Unit
Kerja.
2) Sebelum KPE diserahkan untuk diperbaiki, terlebih dahulu PNS
menonaktifkan fungsi ATM-nya ke Bank Nagari.
3) Pengurusan dilakukan secara berjenjang mulai dari unit kerja
terendah sampai ke SKPD-nya.
4) Kemudian SKPD mengusulkan penggantian KPE kepada BKD.
5) BKD akan menindaklanjuti penggantian KPE dengan
mengusulkan penggantian KPE ke BKN yang kemudian akan
diteruskan oleh BKN kepada pihak ketiga (saat ini PT.
Sucopindo Persero).

37
6) KPE telah diperbaiki diambil oleh PNS yang bersangkutan ke
Bank Nagari Lubuk Basung dengan menyerahkan foto copy
rekening tabungan dan memperlihatkan tanda pengenal
setelah menerima pemberitahuan dari BKD.
c) Pengurusan KPE Hilang
KPE PNS yang hilang karena pencurian, kecopetan, tertinggal, dan
sebagainya dapat diterbitkan kembali, dengan persyaratan sebagai
berikut:
1) Surat pengantar dari SKPD
2) Surat Tanda Penerimaan Laporan Kehilangan Barang/Surat
Berharga dari Kepolisian
3) Foto copy SK CPNS
4) Foto copy SK Konversi NIP
5) Foto copy rekening Bank Nagari (rekening pengganti).
Persyaratan di atas dilegalisir dan dibuat rangkap 2.
Adapun prosedur penggantian KPE hilang sebagai berikut:
1) PNS segera melaporkan kejadian kehilangan ke Bank Nagari
untuk pemblokiran fungsi ATM, dan Kantor Polisi, untuk
mendapatkan Surat Tanda Penerimaan Laporan Kehilangan
Barang/Surat Berharga.
2) PNS melaporkan dan menyerahkan persyaratan sebagaimana
tersebut di atas ke unit/petugas yang mengelola kepegawaian
SKPD/Unit Kerja.
3) Pengurusan dilakukan secara berjenjang mulai dari unit kerja
terendah sampai ke SKPD-nya.
4) Kemudian SKPD mengusulkan penggantian KPE kepada BKD.
5) BKD akan menindaklanjuti penggantian KPE dengan
mengusulkan penerbitan KPE baru ke BKN yang kemudian
akan diteruskan oleh BKN kepada pihak ketiga (saat ini PT.
Sucopindo Persero) untuk dicetak.
6) KPE telah siap diambil oleh PNS yang bersangkutan ke Bank
Nagari Lubuk Basung dengan menyerahkan foto copy rekening
tabungan dan memperlihatkan tanda pengenal setelah
menerima pemberitahuan dari BKD.

T. Ketaspenan
1. Dasar Hukum

38
a. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1974 tentang Tunjangan
Kerja Bagi Pegawai Negeri dan Pejabat Negara.
b. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 1974
tentang Pembagian, Penggunaan, Cara Pemotongan, Penyetoran,
dan Besarnya Iuran-Iuran yang Dipungut dari Pegawai Negeri,
Pejabat Negara, dan Penerima Pensiun.
c. Keputusan Persiden RI Nomor 8 Tahun 1977 tentang Perubahan
dan Tambahan atas Keputusan Presiden Republik Indonesia
Nomor 56 Tahun 1974 tentang Pembagian, Penggunaan, Cara
Pemotongan, Penyetoran, dan Besarnya Iuran-Iuran yang Dipungut
dari Pegawai Negeri, Pejabat Negara, dan Penerima Pensiun.
d. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 478/KMK.06/2002 tentang
Persyaratan dan Besar Manfaat Tabungan Hari Tua bagi Pegawai
Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor:500/KMK.06/2004.
2. Sekilas Kartu Taspen.
Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib menjadi peserta dari suatu badan
asuransi sosial yang dibentuk oleh pemerintah, dalam hal ini adalah PT.
Taspen. Sebagai bukti kepesertaan, PT. Taspen Persero menerbitkan
Kartu Taspen bagi pesertanya. Kepesertaan asuransi dimaksudkan
untuk memberikan jaminan hari tua berupa pemberian uang pensiun
setiap bulan dan Tabungan Hari Tua (THT) kepada Pegawai Negeri
Sipil atau kepada ahli waris apabila peserta meninggal dunia.
3. Pembuatan Kartu Taspen.
Adapun persyaratan pengurusannya sebagai berikut:
a. Surat pengantar dari kepala SKPD
b. Foto copy SK CPNS
c. Foto copy SK PNS
d. Foto copy Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas (SPMT)
e. KP-4
f. Foto copy amprah gaji
Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2
Prosedur pengurusan Kartu Taspen:
a. CPNS yang baru diangkat mengusulkan pembuatan Kartu Taspen
ke unit/petugas yang mengelola kepegawaian SKPD/Unit Kerja
dengan melampirkan persyaratan di atas.
b. Pengurusan dilakukan secara berjenjang mulai dari unit kerja
terendah sampai ke SKPD-nya.
c. Kemudian SKPD mengusulkan pengurusan Kartu Taspen ke BKD.
39
d. BKD akan menindaklanjuti dengan mengusulkan pembuatan Kartu
Taspen ke PT. Taspen Persero di Bukittinggi.
e. Kartu yang telah siap akan diserahkan kepada yang bersangkutan
melalui SKPDnya.
4. Pengurusan Tabungan Hari Tua dan Pensiun, apabila peserta berhenti
karena pensiun, dengan persyaratan:
a. Mengisi Formulir Permintaan Pembayaran (FPP)
b. Asli SKPP
c. Surat Keterangan Kuliah bagi Anak yang berusia di atas 21 s.d 25
Tahun
d. Kutipan perincian penerima gaji bagi PNS calon pensiun yang
suami/isterinya juga PNS
e. Pas foto pemohon dan suami/isteri 3x4 2 lembar
f. Foto copy buku tabungan
g. Foto copy KTP dan NPWP pemohon
5. Pengurusan Tabungan Hari Tua dan Asuransi Kematian, apabila
peserta aktif meninggal dunia, dengan persyaratan:
a. Mengisi Formulir Permintaan Pembayaran (FPP)
b. Surat Keterangan Kuasa Ahli Waris/AK 3
c. Kutipan Perincian Penerimaan Gaji bulan kejadian
d. Foto copy Surat Kematian dilegalisir Wali Nagari
e. Foto copy Surat Nikah dilegalisir KUA
f. KTP pemohon
6. Pengurusan Pensiun Pertama Janda/Dua, dengan persyaratan:
a. Mengisi Formulir Permintaan Pembayaran (FPP)
b. Asli SKPP
c. Surat Keterangan Ahli Waris dari Wali Nagari
d. Surat Keterangan Janda/Duda
e. Surat Pengesahan Tanda Bukti Diri (SPTB)
f. Foto copy KTP Pemohon
g. Pas foto pemohon 3x4 2 lembar
h. Surat Keterangan Sekolah bagi Anak yang berusia 21 s.d 25 tahun
i. Foto copy NPWP
7. Pengurusan Pensiun Pertama Yatim Piatu, dengan persyaratan:
a. Mengisi Formulir Permintaan Pembayaran (FPP)
b. Surat Keterangan Ahli Waris dari Wali Nagari
c. Surat Keterangan Belum Pernah Menikah dan Belum Bekerja dari
Wali Nagari
d. Foto copy Surat Kematian dilegalisir Wali Nagari
e. Surat Pengesahan Tanda Bukti Diri (SPTB)
40
f. Foto copy KTP Pemohon
g. Pas foto pemohon 3x4 2 lembar

U. Pengangkatan dalam Jabatan Struktural


1. Dasar Hukum:
a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara
b. Peraturan Pemerintah No. 100 Tahun 2000 tentang Pengangkatan
Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural
c. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 2003 Tentang Wewenang
Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian PNS.
d. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 tentang
Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural.
e. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 13 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pengisian
Jabatan Pimpinan Tinggi secara Terbuka di Lingkungan Instansi
Pemerintah.
f. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi tentang Jabatan Fungsional Tertentu.
g. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 821.22/5992/SJ tanggal
29 Oktober 2014 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian
Jabatan Pimpinan Tinggi di Lingkungan Pemerintah Provinsi dan
Kabupaten/Kota
2. Sekilas Jabatan Struktural
Jabatan struktural adalah kedudukan yang menunjukkan tugas,
tanggungjawab, wewenang dan hak seseorang PNS dalam rangka
memimpin suatu satuan organisasi negara.
Pengangkatan PNS dalam satu jabatan dilaksanakan berdasarkan
prinsip profesionalisme sesuai dengan kompetensi, prestasi kerja, dan
jenjang pangkat yang ditetapkan untuk jabatan itu serta syarat obyektif
lainnya tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras atau
golongan.
Eselon dan jenjang pangkat jabatan struktural sesuai PP Nomor 13
Tahun 2002:

41
Jenjang Pangkat Golongan Ruang
No Ese Terendah Tertinggi
Pangkat Gol/Ru Pangkat Gol/Ru
1 I.A Pembina Utama Madya IV/d Pembina Utama IV/e
2 I.B Pembina Utama Muda IV/c Pembina Utama IV/e
3 II.A Pembina Utama Muda IV/c Pembina Utama IV/d
Madya
4 II.B Pembina Tk. I IV/b Pembina Utama IV/c
Muda
5 III.A Pembina IV/a Pembina Tk. I IV/b
6 III.B Penata Tk. I III/d Pembina IV/a
7 IV.A Penata III/c Penata Tk. I III/d
8 IV.B Penata Muda Tk. I III/b Penata III/c
9 V Penata Muda III/a Penata Muda Tk. I III/b

Persyaratan PNS yang akan diangkat dalam jabatan struktural, antara


lain:
a. Berstatus Pegawai Negeri Sipil;
b. Serendah-rendahnya memiliki pangkat satu tingkat dibawah jenjang
pangkat yang ditentukan
c. Memiliki kualifikasi dan tingkat pendidikan yang ditentukan
d. Semua unsur penilaian prestasi kerja bernilai baik dalam dua tahun
terakhir
e. Memiliki kompetensi jabatan yang diperlukan
f. Sehat jasmani dan rohani
Selain persyaratan tersebut, Pejabat Pembina Kepegawaian perlu
memperhatikan faktor:
a. Senioritas dalam kepangkatan
b. Usia
c. Pendidikan dan pelatihan jabatan
d. Pengalaman
Pengangkatan dalam jabatan struktural ditetapkan oleh Bupati Agam
setelah mendapat pertimbangan dari Baperjakat.
Untuk pengangkatan Eselon II (Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama),
dilakukan melalui seleksi terbuka oleh Panitia Seleksi Terbuka, dan

42
ditetapkan oleh Bupati Agam setelah mendapat rekomendasi dari
Gubernur (khusus jabatan Sekda) dan Komisi ASN.
PNS yang menduduki jabatan struktural dapat diangkat dalam jabatan
struktural setingkat lebih tinggi apabila sekurang-kurangnya telah dua
tahun dalam jabatannya.
Pegawai Negeri Sipil diberhentikan dari jabatan struktural karena:
a. Mengundurkan diri dari jabatan
b. Mencapai batas usia pensiun
c. Diberhentikan sebagai PNS
d. Diangkat dalam jabatan struktural lainnya atau jabatan fungsional
e. Cuti di luar tanggungan negara, kecuali cuti diluar tanggungan
negara karena persalinan
f. Tugas belajar lebih dari 6 bulan
g. Adanya perampingan organisasi pemerintah
h. Tidak memenuhi persyaratan kesehatan jasmani dan rohani
i. Hal lain yang ditetapkan perundangan yang berlaku
PNS yang meninggal dunia dianggap telah diberhentikan dari jabatan
strukturalnya.
3. Seleksi Terbuka Jabatan Pimpinan Tinggi
Dalam rangka memenuhi kompetensi, kualifikasi, kepangkatan,
pendidikan dan latihan, rekam jejak jabatan, dan integritas serta
persyaratan lain yang dibutuhkan untuk menduduki jabatan pimpinan
tinggi, maka instansi pemerintah melakukan promosi jabatan pimpinan
tinggi secara terbuka.
Seleksi Jabatan Pimpinan Tinggi dilakukan oleh Panitia Seleksi, yang
dibentuk oleh Pejabat Pembina Kepegawaian.
Tahapan Seleksi Jabatan Pimpinan Tinggi:
a. Pengumuman lowongan jabatan
b. Seleksi Administrasi
c. Seleksi Kompetensi
d. Wawancara Akhir
e. Penelusuran (Rekam Jejak) Calon
Peserta juga diwajibkan lulus test kesehatan dan test psikologi.
Panitia Seleksi mengumumkan hasil dari setiap tahap kepada peserta
seleksi. Panitia Seleksi menyampaikan peringkat nilai kepada Pejabat
Pembina Kepegawaian, peringkat nilai yang disampaikan bersifat
rahasia.
Panitia Seleksi menyampaikan hasil penilaian jabatan tinggi pratama
dan memilih sebanyak 3 (tiga) calon sesuai urutan nilai tertinggi untuk

43
disampaikan kepada Pejabat Berwenang dan kemudian Pejabat
Berwenang menyampaikan ke Bupati Agam.
Sebelum ditetapkan oleh Bupati Agam, ketiga calon tersebut diteruskan
ke Gubernur (khusus jabatan Sekda) dan Komisi ASN untuk
mendapatkan rekomendasi, dengan tembusan ke Menteri Dalam
Negeri dan PAN dan RB.

V. Pengangkatan PNS dalam Jabatan Fungsional


1. Dasar Hukum
a. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994, tentang
Pengangkatan Dalam Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil,
b. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang
Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri
Sipil.
c. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun
Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil,
2. Sekilas Jabatan Fungsional
Jabatan fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas,
tanggung jawab, wewenang, dan hak seorang PNS dalam rangka
menjalankan tugas pokok dan fungsi keahlian dan/atau keterampilan
untuk mencapai tujuan organisasi.
Jabatan fungsional tertentu adalah kedudukan yang menunjukkan
tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seorang PNS dalam suatu
satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada
keahlian dan/atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri dan untuk
kenaikan pangkatnya disyaratkan dengan angka kredit.
Jabatan fungsional dapat dikategorikan menjadi dua yaitu:
a. Jabatan Fungsional Keterampilan
Jabatan Fungsional Keterampilan adalah jabatan fungsional yang
pelaksanaan tugasnya:
1) Mensyaratkan kualifikasi teknis profesional dan/atau penunjang
professional dengan pendidikan serendah-rendahnya Sekolah
Menengah Umum atau Sekolah Menengah Kejuruan dan
setinggi-tingginya setingkat Diploma III 2.
2) Meliputi kegiatan teknis operasional yang berkaitan dengan
penerapan konsep atau metoda operasional dari suatu bidang
profesi.
3) Terikat pada etika perofesi tertentu yang ditetapkan, Jabatan
fungsional profesinya.

44
b. Jabatan Fungsional Keahlian.
Jabatan Fungsional keahlian adalah jabatan fungsional yang
pelaksanaan tugasnya:
1) Mensyaratkan kualifikasi professional dnan pendidikan
serendah-rendahnya berijazah sarjana (Strata 1);
2) Meliputi kegiatan yan berkaitan dengan penelitian dan
pengembanagn, peningkatan dan penerapan konsep dan teori
sertametoda operasional dan penerapan disiplin ilmu
pengetahuan yang mendasari pelaksanaan tugas dan fungsi
jabatan fungsional jabatan fungsional yang bersangkutan.
3) Terikat pada etika profesi tertentu yang ditetapkan oleh ikatan
profesinya.
Pengangkatan dalam jabatan fungsional dapat dibedakan menjadi:
a. Pengangkatan Pertama, yaitu pengangkatan untuk mengisi
lowongan formasi melalui CPNS.
b. Pengangkatan dari jabatan lain, yaitu pengangkatan yg dilakukan
melalui perpindahan dari jabatan struktural atau jabatan fungsional
lain ke dalam jabatan fungsional tertentu.
c. Pengangkatan karena inpassing/penyesuaian, yaitu pengangkatan
dalam jabatan fungsional bagi PNS yg pada saat Peraturan
Menpan ditetapkan, telah dan masih melaksanakan tugas jabatan
fungsional dimaksud.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengangkatan PNS
dalam jabatan fungsional antara lain:
a. Berstatus PNS. Jabatan fungsional hanya dapat diduduki oleh
mereka yang berstatus sebagai PNS, sehingga bagi mereka yang
masih berstatus sebagai CPNS belum bisa diangkat dalam jabatan
fungsional.
b. Pendidikan formal. Untuk diangkat dalam jabatan fungsional, ada
beberapa jabatan fungsional yang mempersyaratkan pendidikan
formal untuk pengangkatannya. Hal ini berkaitan dengan kategori
dan jenjang jabatan fungsional yang akan didudukinya, baik dalam
tingkatan ahli maupun terampil.
c. Diklat fungsional. Untuk meningkatkan kompetensi PNS yang
diangkat dalam jabatan fungsional, maka perlu diikutsertakan
dalam diklat fungsional sesuai kompetensi yang dibutuhkan.
d. Usia. Pengangkatan PNS dalam jabatan fungsional harus
mempertimbangkan usia, sehingga potensi PNS tersebut masih
bisa dikembangkan.

45
e. Jenjang kepangkatan. Pengangkatan PNS dalam jabatan
fungsional harus memperhatikan jenjang kepangkatan minimal
untuk jabatan tersebut.
f. Penetapan PAK. Untuk diangkat dalam jabatan fungsional harus
ditetapkan angka kreditnya dahulu.
Jabatan fungsional pada hakekatnya adalah jabatan teknis yang tidak
tercantum dalam struktur organisasi, namun sangat diperlukan dalam
tugas-tugas pokok dalam organisasi pemerintah. Jabatan fungsional
PNS terdiri atas jabatan fungsional keahlian dan jabatan fungsional
keterampilan.
Penilaian prestasi kerja bagi pejabat fungsional ditetapkan dengan
angka kredit oleh pejabat yang berwenang. Angka kredit adalah satuan
nilai dari tiap butir kegiatan dan/atau akumulasi nilai butir-butir kegiatan
yang harus dicapai oleh pejabat fungsional dalam rangka pembinaan
karier yang bersangkutan.
Butir-butir kegiatan yang dinilai adalah tugas-tugas yang dilaksanakan
oleh setiap pejabat fungsional yang terdiri atas tugas utama (tugas
pokok) dan tugas penunjang. Dalam pelaksanaan tugas-tugas
utama/pokok seorang pejabat fungsional harus mengumpulkan
sekurang-kurangnya 70% atau 80% dari angka kredit yang ditetapkan,
sedang pelaksanaan tugas penunjang tugas-tugas pokok sebanyak-
banyaknya hanya 30% atau 20%. Ketentuan tersebut diatur untuk
menjamin agar pejabat fungsional benar-benar mengutamakan
pelaksanaan tugas pokoknya dibandingkan dengan tugas-tugas
penunjang.
Angka kredit ditetapkan oleh pejabat yang berwenang dan digunakan
sebagai bahan dalam penetapan kenaikan jabatan/pangkat pejabat
fungsional.
Dalam pelaksanaan penetapan angka kredit jabatan fungsional
dibentuk Tim Penilai yang bertugas membantu pejabat yang berwenang
dalam menetapkan angka kredit pejabat fungsional di lingkungan
instansi masing-masing.
Tim Penilai Angka Kredit jabatan fungsional terdiri atas :
a. Tim Penilai Pusat, yang bertugas membantu pimpinan instansi
pembina jabatan fungsional dalam menetapkan angka kredit
pejabat fungsional golongan IV.
b. Tim Penilai Instansi, yang bertugas membantu pimpinan instansi
yang bersangkutan dalam menetapkan angka kredit pejabat
fungsional golongan II dan III.
Jenjang Jabatan dan Golongan Ruang Jabatan Fungsional

46
a. Jabatan Fungsional Keterampilan

No Jabatan Gol Ruang


1. Pemula II/a
2. Terampil II/b - II/c - II/d
3. Mahir III/a - III/b
4. Pemula III/c - III/d
Catatan: sekurang-kurangnya berpendididkan SLTA
b. Jabatan Fungsional Ahli

No Jabatan Gol Ruang


1. Ahli Pertama III/a - III/b
2. Ahli Muda III/c - III/d
3. Ahli Madya IV/a - IV/b - IV/c
4. Ahli Utama lV/d - IV/e
Catatan: sekurang-kurangnya berijazah S1 atau D4
3. Pengangkatan pertama dalam jabatan fungsional.
Adapun persyaratanya sebagai berikut:
a. Berkedudukan sebagai PNS
b. Memiliki ijazah sesuai dengan tingkat pendidikan dan kualifikasi
pendidikan yang ditentukan
c. Telah menduduki pangkat menurut ketentuan yang berlaku
d. Telah lulus pendidikan dan pelatihan fungsional yang ditentukan
e. Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam DP-3
sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 1 tahun terakhir.
Dengan menyerahkan dokumen sebagai berikut:
a. Foto copy SK CPNS
b. Foto copy SK PNS
c. SK Pangkat Terakhir (jika pernah naik pangkat)
d. Ijazah Terakhir
e. Penilaian Angka Kredit Pertama
f. SPMT (bagi yang belum pernah naik pangkat)
g. SKP Tahun terakhir
Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2(dua)
Prosedur pengangkatan pertama PNS dalam jabatan fungsional adalah
sebagai berikut:

47
a. PNS yang bersangkutan mengajukan usulan ke unit/petugas yang
mengelola kepegawaian SKPD/Unit Kerja dengan menyerahkan
persyaratan sebagaimana tersebut di atas.
b. Pengurusan dilakukan secara berjenjang mulai dari unit kerja
terendah sampai ke SKPD-nya.
c. Kemudian SKPD mengusulkan pengangkatan pertama PNS dalam
jabatan fungsional ke BKD.
d. BKD akan menindaklanjuti dengan menerbitkan Keputusan Bupati
Agam tentang Pengangkatan Pertama PNS dalam Jabatan
Fungsional
e. SK yang telah selesai akan diberitahukan dan diserahkan kepada
yang bersangkutan melalui SKPDnya.
4. Pembebasan Sementara dari Jabatan Fungsional
Pejabat fungsional dibebaskan sementara dari jabatannya apabila :
a. Dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau berat berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010, atau
b. Diberhentikan sementara sebagai Pegawai Negeri Sipil
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966,
c. Ditugaskan secara penuh di luar jabatan fungsional yang
dijabatnya,
d. Tugas belajar lebih dari 6 bulan, atau
e. Cuti di luar tanggungan negara, kecuali untuk persalinan keempat
dan seterusnya.
f. Dapat dilakukan apabila dalam 5 tahun tidak dapat mengumpulkan
angka kredit untuk naik jabatan/pangkat setingkat lebih tinggi.
Bagi pejabat fungsional yang dibebaskan sementara dari jabatan
fungsional, ditetapkan dengan keputusan Bupati tentang Pembebasan
Sementara dari jabatan fungsionalnya. Keputusan tersebut nantinya
akan berguna dalam pengangkatannya kembali dalam jabatan
fungsional.
Persyaratan pengurusanya sebagai berikut:
a. Surat Pengantar dari SKPD
b. Permohonan dari yang bersangkutan.
c. Keputusan pengangkatan/penempatan pada jabatan lain.
d. SK Kenaikan Pangkat terakhir dilegalisir
e. PAK terakhir dilegalisir
f. SKP 1 tahun terakhir dilegalisir
g. SK Konversi NIP dilegalisir

48
5. Pengangkatan Kembali dalam Jabatan Fungsional
Pejabat fungsional yang dibebaskan sementara dari jabatannya dapat
diangkat kembali apabila:
a. Telah berakhir masa berlakunya hukuman disiplin,
b. Telah selesai melaksanakan tugas diluar jabatan fungsional,
c. Telah selesai tugas belajar lebih dari 6 bulan,
d. Berdasarkan keputusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum yang tetap, dinyatakan tidak bersalah atau dijatuhi
hukuman percobaan,
e. Telah selesai menjalankan cuti di luar tanggungan negara dan telah
melaporkan diri untuk aktif kembali sebagai Pegawai Negeri Sipil.
f. apabila telah dapat mengumpulkan angka kredit untuk naik
jabatan/pangkat setingkat lebih tinggi.
Pejabat fungsional yang diangkat kembali dalam jabatan fungsional,
jabatannya ditetapkan berdasarkan angka kredit yang terakhir dimiliki.
Adapun persyaratanya sebagai berikut:
a. Surat Pengantar dari SKPD
b. Permohonan dari yang bersangkutan.
c. Keputusan Pembebasan Sementara dari Jabatan Fungsional
dilegalisir
d. SK Kenaikan Pangkat terakhir dilegalisir
e. PAK terakhir dilegalisir
f. SKP 1 tahun terakhir dilegalisir
g. SK Konversi NIP dilegalisir
6. Kenaikan Jabatan Fungsional
Bagi PNS yang menduduki jabatan fungsional tertentu seperti guru,
dokter, perawat, penyuluh, dll, sebelum naik pangkat ke Golongan III/a
atau III/c atau IV/a dan IV/d, maka terlebih dahulu PNS tersebut harus
mengurus SK kenaikan jabatan. Kenaikan jabatan tidak mengenal
periode, dan dapat dinaikkan dalam jabatan setingkat lebih tinggi setiap
1 kali setahun asalkan mencukupi angka kredit yang disyaratkan dan
memenuhi persyaratan tertentu.
Bagi sebagian fungsional tertentu, seperti auditor dan penyuluh
kehutanan, disyaratkan harus lulus uji kompetensi dan harus lulus diklat
penjenjangan fungsional. Dan yang terpenting adalah yang
bersangkutan memiliki kinerja yang baik, yang dibuktikan dengan SKP
bernilai baik paling kurang satu tahun terakhir.

49
Untuk kenaikan jabatan tersebut, PNS yang menduduki jabatan
fungsional tertentu perlu menyerahkan dokumen berikut:
a. SK jabatan terakhir dilegalisir
b. SK pangkat terakhir dilegalisir
c. PAK terakhir (asli) dan Dupak
d. Penilaian prestasi kerja 1 tahun terakhir dilegalisir
e. Ijazah terakhir dilegalisir
f. Uji Kompetensi
7. Alih Jenjang dari Terampil ke Ahli
PNS yang menduduki jabatan fungsional tertentu tingkat terampil,
ketika memperoleh ijazah S1 dapat mengajukan kenaikan jabatan ke
tingkat ahli. Untuk peralihan dari tingkat terampil menjadi ahli, perlu
dipenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. SK jabatan terakhir dilegalisir
b. SK pangkat terakhir dilegalisir
c. PAK dan Dupak terakhir (asli)
d. Diklat Keahlian
e. Penilaian prestasi kerja 1 tahun terakhir dilegalisir
f. Ijazah terakhir dilegalisir
g. SK Tugas/Izin Belajar dilegalisir
h. Forlap Dikti
8. Pemberhentian dari jabatan fungsional.
Pejabat fungsional diberhentikan dari jabatan fungsional apabila:
a. Dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 yang telah mempunyai
kekuatan tetap.
b. Tidak dapat mengumpulkan angka kredit menurut ketentuan
sebagaimana diatur dalam keputusan menteri yang bertanggung
jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara.
Pembebasan sementara, pemberhentian dari, pengangkatan kembali
dalam jabatan fungsional, dan lainnya ditetapkan dengan Keputusan
Bupati Agam.

W. Penilaian Kinerja PNS


1. Dasar Hukum
a. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian
Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil.

50
b. Peraturan Kepala BKN Nomor 1 Tahun 2013 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang
Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil.
c. Instruksi Bupati Agam Nomor 800/03/BKD-2013 tentang Penilaian
Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil.
2. Sekilas SKP
Penilaian prestasi kerja PNS adalah suatu proses penilaian secara
sistematis yang dilakukan oleh pejabat penilai terhadap sasaran kerja
pegawai dan perilaku kerja PNS.
Prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh setiap PNS pada
satuan organisasi sesuai dengan sasaran kerja pegawai dan perilaku
kerja.
Sasaran Kerja Pegawai yang selanjutnya disingkat SKP adalah
rencana kerja dan target yang akan dicapai oleh seorang PNS.
Target adalah jumlah beban kerja yang akan dicapai dari setiap
pelaksanaan tugas jabatan.
Perilaku kerja adalah setiap tingkah laku, sikap atau tindakan yang
dilakukan oleh PNS atau tidak melakukan sesuatu yang seharusnya
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Rencana kerja tahunan adalah rencana yang memuat kegiatan tahunan
dan target yang akan dicapai sebagai penjabaran dari sasaran dan
program yang telah ditetapkan oleh instansi pemerintah.
Penilaian prestasi kerja PNS dilakukan berdasarkan prinsip:
a. Objektif
Adalah penilaian terhadap pencapaian prestasi kerja sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya tanpa dipengaruhi oleh
pandangan atau penilaian subjektif pribadi dari pejabat penilai.
b. Terukur
Adalah penilaian prestasi kerja yang dapat diukur secara kualitatif
dan kuantitatif
c. Akuntabel
Adalah seluruh hasil penilaian prestasi kerja harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada pejabat yang berwenang.
d. Partisipatif
Adalah seluruh proses penilaian prestasi kerja dengan melibatkan
secara aktif antara pejabat penilai dengan PNS yang dinilai.
e. Transparan

51
Adalah seluruh proses dan hasil penilaian prestasi kerja bersifat
terbuka dan tidak bersifat rahasia.
Penilaian prestasi kerja PNS terdiri atas unsur :
a. SKP;
b. Perilaku kerja.
Penilaian prestasi kerja PNS bertujuan untuk menjamin objektivitas
pembinaan PNS yang dilakukan berdasarkan sistem prestasi kerja dan
sistem karier yang dititikberatkan pada sistem prestasi kerja.
3. Pembuatan SKP
a. Setiap PNS wajib menyusun SKP
b. SKP memuat tugas jabatan dan target yang harus dicapai dalam
kurun waktu penilaian yang bersifat nyata dan dapat diukur.
c. SKP harus disetujui dan ditetapkan oleh pejabat penilai.
d. Dalam hal SKP yang disusun oleh PNS tidak disetujui oleh pejabat
penilai maka keputusannya diserahkan kepada atasan pejabat
penilai dan bersifat final.
e. SKP ditetapkan setiap tahun pada bulan Januari.
f. Dalam hal terjadi perpindahan pegawai setelah bulan Januari maka
yang bersangkutan tetap menyusun SKP pada awal bulan sesuai
dengan surat perintah melaksanakan tugas atau surat perintah
menduduki jabatan.
PNS yang tidak menyusun SKP dijatuhi hukuman disiplin sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur
mengenai disiplin PNS.
4. Penilaian SKP
Penilaian SKP paling sedikit meliputi aspek kuantitas, kualitas, dan
waktu, sesuai dengan karakteristik, sifat, dan jenis kegiatan pada
masing-masing unit kerja. Dalam hal kegiatan tugas jabatan didukung
oleh anggaran maka penilaian meliputi aspek biaya.
Dalam hal realisasi kerja melebihi dari target maka penilaian SKP
capaiannya dapat lebih dari 100 (seratus). Dalam hal SKP tidak
tercapai yang diakibatkan oleh faktor diluar kemampuan individu PNS
maka penilaian didasarkan pada pertimbangan kondisi penyebabnya.
Penilaian perilaku kerja meliputi aspek: orientasi pelayanan, integritas,
komitmen, disiplin, kerjasama; dan kepemimpinan.
Penilaian kepemimpinan hanya dilakukan bagi PNS yang menduduki
jabatan struktural.

52
Penilaian perilaku dilakukan melalui pengamatan oleh pejabat penilai
terhadap PNS sesuai kriteria yang ditentukan. Pejabat penilai dalam
melakukan penilaian perilaku kerja PNS dapat mempertimbangkan
masukan dari pejabat penilai lain yang setingkat di lingkungan unit kerja
masing-masing. Nilai perilaku kerja dapat diberikan paling tinggi 100
(seratus).
Penilaian prestasi kerja dilaksanakan oleh pejabat penilai sekali dalam
1 (satu) tahun. Penilaian prestasi kerja dilakukan setiap akhir Desember
pada tahun yang bersangkutan dan paling lama akhir Januari tahun
berikutnya.
Pejabat penilai wajib melakukan penilaian prestasi kerja terhadap
setiap PNS di lingkungan unit kerjanya. Pejabat penilai yang tidak
melaksanakan penilaian prestasi kerja dijatuhi hukuman disiplin sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur disiplin PNS.
Hasil penilaian prestasi kerja diberikan langsung oleh pejabat penilai
kepada PNS yang dinilai. PNS yang dinilai dan telah menerima hasil
penilaian prestasi kerja wajib menandatangani serta mengembalikan
kepada pejabat penilai paling lama 14 (empat belas) hari sejak tanggal
diterimanya hasil penilaian prestasi kerja. PNS yang dinilai dan/atau
pejabat penilai tidak menandatangani hasil penilaian prestasi kerja
maka hasil penilaian prestasi kerja ditetapkan oleh Atasan Pejabat
Penilai. Pejabat penilai wajib menyampaikan hasil penilaian prestasi
kerja kepada atasan pejabat penilai paling lama 14 (empat belas) hari
sejak tanggal diterimanya penilaian prestasi kerja.
Dalam hal PNS yang dinilai keberatan atas hasil penilaian maka PNS
yang dinilai dapat mengajukan keberatan disertai dengan alasan-
alasannya kepada atasan pejabat penilai secara hierarki paling lama 14
(empat belas) hari sejak diterima hasil penilaian prestasi kerja. Atasan
pejabat penilai berdasarkan keberatan yang diajukan wajib memeriksa
dengan seksama hasil penilaian prestasi kerja yang disampaikan
kepadanya. Terhadap keberatan, atasan pejabat penilai meminta
penjelasan kepada pejabat penilai dan PNS yang dinilai.
Atasan pejabat penilai wajib menetapkan hasil penilaian prestasi kerja
dan bersifat final. Dalam hal terdapat alasan-alasan yang cukup, atasan
pejabat penilai dapat melakukan perubahan nilai prestasi kerja PNS.
SKP ini berlaku juga bagi Calon PNS. Penilaian prestasi kerja bagi PNS
yang diangkat sebagai pejabat negara atau pimpinan/anggota lembaga
nonstruktural dan tidak diberhentikan dari jabatan organiknya dilakukan
oleh pimpinan instansi yang bersangkutan berdasarkan bahan dari
instansi tempat yang bersangkutan bekerja.

53
Penilaian prestasi kerja bagi PNS yang sedang menjalankan tugas
belajar di dalam negeri dilakukan oleh pejabat penilai dengan
menggunakan bahan-bahan penilaian prestasi akademik yang
diberikan oleh pimpinan perguruan tinggi atau sekolah yang
bersangkutan. Penilaian prestasi kerja bagi PNS yang menjalankan
tugas belajar di luar negeri dilakukan oleh pejabat penilai dengan
menggunakan bahan-bahan penilaian prestasi akademik yang
diberikan oleh pimpinan perguruan tinggi atau sekolah melalui Kepala
Perwakilan Republik Indonesia di negara yang bersangkutan.
PNS yang diangkat menjadi pejabat negara atau pimpinan/anggota
lembaga nonstruktural dan diberhentikan dari jabatan organiknya, Cuti
Diluar Tanggungan Negara, Masa Persiapan Pensiun, diberhentikan
sementara, dikecualikan dari kewajiban ini.

X. Ujian Dinas dan Ujian Penyesuaian Ijazah


1. Dasar Hukum
a. Peraturan Pemerintahan Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan
Pangkat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002;
b. Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 12 Tahun
2002 tanggal 17 Juni 2002 tentang Ketentuan Pelaksanaan
Peraturan Pemerintahan Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan
Pangkat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002;
c. Surat Edaran Bersama Kepala Badan Administrasi Kepegawaian
Negara dan Ketua Lembaga Administrasi Negara Nomor
12/SE/1981 dan Nomor 193/Seklan/8/1981 tentang Pelaksanaan
Ujian Dinas.
2. Sekilas Ujian Dinas
Setiap PNS yang akan naik pangkat ke dalam golongan yang lebih
tinggi diharuskan menempuh dan lulus ujian dinas bagi mereka yang
telah menduduki pangkat pengatur tingkat I golongan ruang II/d dan
penata tingkat I golongan ruang III/d sekurang-kurangnya 2 tahun dan
tidak dalam keadaan diberhentikan sementara, menerima uang tunggu
dan cuti diluar tanggungan negara.
Ujian Dinas Tingkat I adalah untuk kenaikan pangkat dari pengatur
Tingkat I (II/d) menjadi penata Muda (III/a), sedangkan Ujian Dinas
Tingkat II adalah untuk kenaikan pangkat dari Penata Tingkat I (III/d)
menjadi pembina (IV/a).
PNS yang dikecualikan dalam Ujian Dinas

54
a. Akan diberikan kenaikan pangkat karena telah menunjukan prestasi
kerja luar biasa baiknya;
b. Akan diberikan kenaikan pangkat karena menemukan penemuan
baru yang bermanfaat bagi negara;
c. Akan diberikan kenaikan pangkat pengabdian, karena meninggal
dunia atau mencapai batas usia pensiun atau oleh tim penguji
kesehatan dinyatakan cacat karena dinas.
d. Telah mengikuti dan lulus Diklatpim, yakni Sepada/Adum/Sepala/
Diklatpim tingkat IV untuk Ujian Dinas Tk. I; dan
Sepadya/Spama/Diklatpim Tk. III untuk Ujian Dinas Tk. II.
e. Telah memperoleh ijazah Sarjana (S1) atau Diploma IV untuk Ujian
Dinas Tk. I atau ijazah Dokter, Ijazah Apoteker, Magister (S2) dan
ijazah lain yang setara/Doktor (S3)., untuk Ujian Dinas Tk II.
f. Menduduki jabatan fungsional tertentu.
Kepada PNS yang lulus ujian dinas diberikan tanda lulus ujian dinas.
Tanda lulus ujian dinas berlaku sepanjang PNS yang bersangkutan
belum naik pangkat.
3. Pelaksanaan Ujian Dinas
Setiap pelaksanaan ujian dinas, BKD akan menurunkan surat terkait
pelaksanaannya. Adapun persyatannya sbb:
a. Ujian Dinas TK.I dengan syarat sebagai berikut:
1) Pangkat Pengatur TK.I (II/d)
2) Melampirkan Foto Copy SK Pangkat Terakhir dan Ijazah
Terakhir yang dilegalisir oleh pejabat yang berwenang.
3) Pas Photo berwarna ukuran 3 x 4 sebanyak 5 lembar dan
mencantumkan nama di belakang Photo.
b. Ujian Dinas TK.II dengan syarat sebagai berikut:
1) Pangkat Penata TK.I (III/d)
2) Melampirkan Foto Copy SK Pangkat Terakhir dan Ijazah
Terakhir yang dilegalisir oleh pejabat yang berwenang.
3) SK Jabatan Terakhir dilegalisir.
4) Pas Photo berwarna ukuran 3 x 4 sebanyak 5 lembar dan
mencantumkan nama di belakang Photo.
Bahan diatas dibuat masing masing rangkap 4 (empat)
5) Membuat makalah rangkap 2 (dua) sesuai dengan Tugas
Pokok dan Fungsi masing-masing peserta dengan sistematika
penulisan makalah sebagai berikut:

55
(a) Judul
(b) Tema sesuai Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) pada unit
kerja masing-masing peserta.
(c) Bab I s.d Bab III Minimal 10 (sepuluh) halaman.
(d) Ukuran Kertas kwarto/A4 dan berjarak 2 (dua) spasi
(e) Sistematika Penulisan:
(1) Cover
(2) Kata Pengantar
(3) Daftar Isi
(4) Bab I : Pendahuluan
(5) BAB II : Pembahasan/Isi
(6) BAB III : Penutup (Saran dan Kesimpulan)
(7) Daftar Pustaka.
4. Sekilas Ujian Penyesuaian Ijazah
PNS yang telah memperoleh Ijazah/Surat Tanda Tamat Belajar,
kenaikan pangkatnya dapat disesuaikan melalui Kenaikan Pangkat
Penyesuaian ijazah.
PNS yang dapat diusulkan sebagai calon peserta ujian kenaikan
pangkat penyesuian ijazah adalah mereka yang telah lulus pendidikan
dan memperoleh STTB/Ijazah akan tetapi masih berpangkat lebih
rendah dari pangkat yang ditentukan berdasarkan STTB/Ijazah yang
diperolehnya.
Kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil yang memperoleh
STTB/ljazah/Diploma Pegawai Negeri Sipi yang memperoleh:
a. STTB /Ijazah SLTP atau yang setingkat dan masih berpangkat Juru
Muda Tingkat I golongan ruang I/b ke bawah, dapat dinaikkan
pangkatnya menjadi Juru golongan ruang I/c.
b. STTB/Ijazah SLTA, Diploma I atau setingkat dan masih berpangkat
Juru Tingkat I golongan ruang I/d ke bawah, dapat dinaikkan
pangkatnya menjadi Pengatur Muda, gol/ruang II/a.
c. STTB/Ijazah Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa atau Diploma II
dan masih berpangkat Pengatur Muda, gol/ruang II/a kebawah,
dapat dinaikan pangkatnya menjadi Pengatur Muda Tingkat I,
gol/ruang II/b.
d. Ijazah Sarjana Muda, Ijazah Akademi, atau Ijazah Diploma III, dan
masih berpangkat Pengatur Muda Tingkat I, golongan ruang II/b ke
bawah, dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Pengatur golongan
ruang II/c,

56
e. Ijazah Sarjana (SI), Atau Ijazah Diploma IV dan masih berpangkat
Pengatur Tingkat I, golongan ruang II/d ke bawah, dapat dinaikkan
pangkatnya menjadi Penata Muda, golongan ruang III/a.
f. Ijazah Dokter, Ijazah Apoteker, Ijazah Magister (S2) atau ijazah lain
yang setara, dan masih berpangkat Penata Muda, golongan ruang,
III/a ke bawah, dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Penata Muda
Tingkat I, gol/ruang III/b.
g. Ijazah Doktor (S3), dan masih berpangkat Penata Muda Tingkat I
gol/ruang III/b kebawah, dapat dinaikkan pangkatnya menjadi
Penata, gol/ruang III/c.
Ketentuan Lain yang dipersyaratkan diantaranya:
a. Ijazah sebagaimana dimaksud adalah ijazah yang diperoleh dari
sekolah atau perguruan tinggi negeri dan/atau ijazah yang
diperoleh dari sekolah atau perguruan tinggi swasta yang telah
diakreditasi dan/atau telah mendapat izin penyelenggaraan dari
Menteri yang bertanggung jawab dibidang pendidikan nasional atau
pejabat lain yang berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku berwenang menyelenggarakan pendidikan.
b. Kenaikan Pangkat Penyesuaian Ijazah diadakan pada jangka waktu
tertentu dengan mempertimbangan formasi yang tersedia serta
kualifikasi pendidikan yang dibutuhkan.
c. Kenaikan pangkat bagi Pegawai Negeri Sipil yang memperoleh
Surat Tanda Tamat Belajar/Ijazah/ Diploma dapat dipertimbangkan
setelah memenuhi syarat sebagai berikut:
1) Memiliki Surat Ijin Belajar atau Surat Keterangan Belajar atau
Surat Keterangan Memiliki Ijazah.
2) Menduduki jabatan atau diberi tugas yang memerlukan
pengetahuan atau keahlian sesuai dengan ijazah yang
diperoleh.
3) Lulus ujian kenaikan pangkat penyesuaian ijazah bagi PNSD
yang menduduki jabatan struktural atau jabatan fungsional
umum.
4) Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam 2 (dua)
tahun terakhir paling rendah bernilai baik.
5) Tidak dalam proses penjatuhan hukuman disiplin PNSD atau
sedang dalam proses menjalani hukuman disiplin PNSD tingkat
sedang atau tinggi.
6) Formasi pada SKPD tempat yang bersangkutan bekerja
tersedia untuk kenaikan pangkat tersebut.

57
7) Usul Kenaikan pangkat tersebut telah disetujui oleh Baperjakat.
5. Pelaksanaan Ujian Penyesuaian Ijazah
Setiap pelaksanaan ujian penyesuaian ijazah, BKD akan menurunkan
surat terkait pelaksanaannya. Adapun persyatannya sbb:
a. Peserta Ujian Peyesuaian Ijazah S.1/D.IV dan D.III yang tamatan
Perguruan Tinggi swasta wajib melampirkan Izin Penyelenggaraan
Perguruan Tinggi atau Akreditasi Perguruan Tinggi yang terakhir.
b. Telah 1 (satu) tahun dalam pangkat terakhir
c. Melampirkan foto copy ijazah dan SK pangkat terakhir yang telah
dilegalisir oleh pejabat yang berwenang
d. Melampirkan uraian tugas yang ditandatangani oleh pejabat yang
berwenang (Eseleon II atau Eselon III)
e. Pas Photo berwarna ukuran 3x4 sebanyak 5 lembar dan
mencantumkan nama di belakang Photo.
f. SK Izin Belajar atau Surat Keterangan memiliki Ijazah atau Surat
Keterangan Peningkatan Pendidikan.
Bahan diatas dibuat masing masing rangkap 4 (empat)
g. Membuat makalah rangkap 2 (dua) sesuai dengan tugas pokok dan
fungsi masing-masing peserta yang disinergikan dengan program
studi ijazah yang akan disesuaikan dengan sistematika penulisan
makalah sebagai berikut :
1) Judul
2) Tema sesuai Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) yang
disinergikan dengan program studi ijazah yang akan
disesuaikan pada unit kerja masing-masing peserta.
3) Bab I s.d Bab III Minimal 10 (sepuluh) halaman.
4) Ukuran Kertas kwarto/A4 dan berjarak 2 (dua) spasi
5) Sistematika Penulisan:
1) Cover
2) Kata Pengantar
3) Daftar Isi
4) Bab I : Pendahuluan
5) BAB II : Pembahasan/Isi
6) BAB III : Penutup (Saran dan Kesimpulan)
7) Daftar Pustaka.

58
U. Kenaikan Pangkat PNS
1. Dasar Hukum
a. PP No. 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri
Sipil
b. PP No. 12 Tahun 2002 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 1999 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat
Pegawai Negeri Sipil.
c. Keputusan Kepala BKN No. 12 Tahun 2002 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintahan Nomor 99 Tahun 2000
tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002
2. Sekilas tentang Kenaikan Pangkat
Pangkat adalah kedudukan yang menunjukkan tingkat seseorang PNS
berdasarkan jabatannya dalam rangkaian susunan kepegawaian dan
digunakan sebagai dasar penggajian.
Kenaikan pangkat adalah penghargaan yang diberikan atas prestasi
kerja dan pengabdian PNS terhadap negara.
Agar kenaikan pangkat dapat dirasakan sebagai penghargaan, maka
kenaikan pangkat diupayakan BKD diberikan tepat pada waktunya dan
tepat kepada orangnya.
Kenaikan pangkat dilaksanakan dengan:
a. Sistim Kenaikan Pangkat Reguler.
b. Sistim Kenaikan Pangkat Pilihan.
Disamping itu, kepada PNS dapat diberikan:
a. Kenaikan Pangkat Anumerta bagi PNS yang tewas
b. Kenaikan Pangkat Pengabdian bagi PNS yang:
1) Meninggal dunia;
2) Mencapai batas usia pensiun;
3) Cacat karena dinas dan tidak dapat bekerja lagi dalam semua
jabatan negeri.
Periode kenaikan pangkat PNS ditetapkan tanggal 1 April dan 1
Oktober setiap tahun, kecuali kenaikan pangkat anumerta dan kenaikan
pangkat pengabdian.

59
Susunan Pangkat dan Golongan Ruang PNS sebagai berikut:

No Pangkat Gol Ruang

a.a Juru Muda I/a


b.b Juru Muda Tingkat 1 I/b
c.c Juru I/c
d.d Juru Tingkat 1 I/d
e.e Pengatur Muda II/a
f.f Pengatur Muda Tingkat 1 II/b
g.g Pengatur II/c
h.h Pengatur Tingkat 1 II/d
i.i Penata Muda III/a
j.j Penata Muda Tingkat 1 III/b
k.k Penata III/c
l.l Penata Tingkat 1 III/d
m.m Pembina IV/a
n.n Pembina Tingkat 1 IV/b
o.o Pembina Utama Muda IV/c
p.p Pembina Utama Madya IV/d
q Pembina Utama IV/e
3. Pengurusan Kenaikan Pangkat
a. Kenaikan Pangkat Reguler
Kenaikan pangkat reguler diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil
yang tidak menduduki jabatan struktural atau jabatan fungsional
tertentu dan diberikan sepanjang tidak melampaui pangkat atasan
langsungnya. Kenaikan pangkat reguler ini diberikan sekurang-
kurangnya telah 4 tahun dalam pangkat terakhir dan pangkat
tertingginya ditentukan oleh pendidikan tertinggi yang dimilikinya.
Kenaikan pangkat reguler juga diberikan kepada PNS yang:
1) PNS yang melaksanakan tugas belajar dan sebelumnya tidak
menduduki jabatan struktural atau jabatan fungsional tertentu.
2) PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan secara penuh di
luar instansi induk dan tidak menduduki jabatan pimpinan yang
telah ditetapkan persamaan eselonnya atau jabatan fungsional
tertentu.
Kenaikan pangkat reguler tertinggi diberikan kepada PNS sampai
dengan pangkat:

60
Gol Ruang Gol Ruang
No. STTB/Ijazah
Permulaan Tertinggi
a. SD I/a II/a
b. SLTP I/c II/c
c. SLTP Kejuruan I/c II/d
d. SLTA/SLTA Kejuruan/D1 II/a III/b
e. D2 II/b III/b
f. SPGLB II/b III/c
g. Sarjana Muda/ D3/ Akademi/ II/c III/c
Bakaloreat.
h. S1 atau D4 III/a III/d
i. Dokter, Apoteker, S2 III/b IV/a
j. Dokter III/c IV/b
Persyaratan Kenaikan Pangkat Pertama Kali sebagai PNS:
1) Hard dan soft copy sah Karpeg/KPE
2) Hard dan soft copy sah SK CPNS
3) Hard dan soft copy sah SK PNS
4) Hard dan soft copy sah SKP, Penilaian Capaian SKP,
Penilaian Prestasi Kerja 2 tahun terakhir.
5) Hard dan soft copy Surat Keterangan Melaksanakan Tugas
Tambahan jika melaksanakan hal tersebut.
6) Hard dan soft copy sah SK Izin Belajar/Tugas Belajar bagi
yang meningkatkan pendidikan.
7) Hard dan soft copy Ijazah dan Transkirp Nilai yang dilegalisir
oleh pejabat berwenang jika memperoleh ijazah baru.
8) Dokumen yang menunjukkan telah berstatus lulus pada
Pangkalan Data Pendidikan Tinggi jika memperoleh ijazah
baru.
9) Foto copy sah akreditasi program studi yang diikuti jika
memperoleh ijazah baru dan pada ijazah tidak tercantum
tingkat akreditasi.
10) Khusus kenaikan pangkat reguler yang sedang tugas belajar
dan sebelumnya tidak menduduki jabatan struktural/fungsional
melampirkan foto copy sah daftar nilai akademik 2 tahun
terakhir dari perguruan tingi tempat tugas belajar.
11) Foto copy sah penempatan kembali jika sebelumnya
melaksanakan tugas belajar.
12) Foto copy sah SK pindah jika pindah instansi atau mutasi unit
kerja.
13) Foto copy sah SK Kenaikan Pangkat Terakhir dan SK
Pengangkatan Dalam Jabatan Atasan Langsung jika atasan

61
langsungnya berbeda setelah penetapan penilaian prestasi
kerja terakhir.
14) Khusus bagi ijazah yang terindikasi diperoleh melalui kelas
jauh/kelas khusus/kelas eksekutif, harus melampirkan surat
keterangan dari Dirjen Dikti atau Kopertis sesuai wilayah
tempat kelas jauh/kelas khusus/kelas eksekutif tersebut
dilaksanakan yang menjelaskan bahwa ijazah atas nama PNS
yang diusul diperoleh secara sah sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.
Untuk kenaikan pangkat reguler selanjutnya, melampirkan:
1) Foto copy sah SK Kenaikan Pangkat Terakhir
2) Hard dan soft copy sah SKP, Penilaian Capaian SKP,
Penilaian Prestasi Kerja 2 tahun terakhir.
3) Hard dan soft copy Surat Keterangan Melaksanakan Tugas
Tambahan jika melaksanakan hal tersebut.
4) Hard dan soft copy sah STLUD/Diklat Pim/jika pindah
golongan ruang ke III/a atau IV/a.
5) Hard dan soft copy sah Pembebasan Sementara jika
sebelumnya menduduki jabatan fungsioal tertentu.
6) Hard dan soft copy sah SK Izin Belajar/Tugas Belajar bagi
yang meningkatkan pendidikan.
7) Hard dan soft copy Ijazah dan Transkirp Nilai yang dilegalisir
oleh pejabat berwenang jika memperoleh ijazah baru.
8) Dokumen yang menunjukkan telah berstatus lulus pada
Pangkalan Data Pendidikan Tinggi jika memperoleh ijazah
baru.
9) Foto copy sah akreditasi program studi yang diikuti jika
memperoleh ijazah baru dan pada ijazah tidak tercantum
tingkat akreditasi.
10) Khusus kenaikan pangkat reguler yang sedang tugas belajar
dan sebelumnya tidak menduduki jabatan struktural/fungsional
melampirkan foto copy sah daftar nilai akademik 2 tahun
terakhir dari perguruan tingi tempat tugas belajar.
11) Foto copy sah penempatan kembali jika sebelumnya
melaksanakan tugas belajar.
12) Foto copy sah SK pindah jika pindah instansi atau mutasi unit
kerja.
13) Foto copy sah SK Kenaikan Pangkat Terakhir dan SK
Pengangkatan Dalam Jabatan Atasan Langsung jika atasan
langsungnya berbeda setelah penetapan penilaian prestasi
kerja terakhir.

62
14) Khusus bagi ijazah yang terindikasi diperoleh melalui kelas
jauh/kelas khusus/kelas eksekutif, harus melampirkan surat
keterangan dari Dirjen Dikti atau Kopertis sesuai wilayah
tempat kelas jauh/kelas khusus/kelas eksekutif tersebut
dilaksanakan yang menjelaskan bahwa ijazah atas nama PNS
yang diusul diperoleh secara sah sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.
b. Kenaikan Pangkat Pilihan
Kenaikan pangkat pilihan diberikan kepada PNS yang:
1) Menduduki jabatan struktural atau jabatan fungsional tertentu;
2) Menduduki jabatan tertentu yang pengangkatannya ditetapkan
dengan keputusan presiden;
3) Menunjukkan prestasi kerja luar biasa baiknya;
4) Menemukan penemuan baru yang bermanfaat bagi negara;
5) Diangkat menjadi pejabat negara;
6) Memperoleh STTB/ijazah;
7) Melaksanakan tugas belajar dan sebelumnya menduduki
jabatan struktural atau jabatan fungsional tertentu;
8) Telah selesai mengikuti dan lulus tugas belajar;
9) Diperkerjakan atau diperbantukan secara penuh diluar instansi
induknya yang diangkat dalam jabatan pimpinan yang telah
ditetapkan persamaan eselonnya atau jabatan fungsional
tertentu.
Uraian Kenaikan Pangkat Pilihan PNS:
1) Kenaikan Pangkat Pilihan Jabatan Struktural.
Merupakan kenaikan pangkat bagi PNS yang menduduki
jabatan struktural.
Kemudian bagi PNS yang menduduki jabatan struktural
sedangkan pangkatnya masih satu tingkat dibawah jenjang
pangkat terendah yang ditentukan untuk jabatan itu, dapat
dinaikkan pangkatnya setingkat lebih tinggi, apabila:
a) Telah 1 tahun dalam pangkat yang dimilikinya;
b) Sekurang-kurangnya telah 1 tahun dalam jabatan struktural
yang didudukinya.
c) Setiap unsur penilian prestasi kerja sekurang-kurangnya
bernilai baik dalam 2 tahun terakhir.
Adapun persyaratan kenaikan pangkat pilihan PNS yang
menduduki jabatan struktural sebagai berikut:
63
Persyaratan Kenaikan Pangkat Pertama Kali sebagai PNS:
a) Hard dan soft copy sah Karpeg/KPE
b) Hard dan soft copy sah SK CPNS
c) Hard dan soft copy sah SK PNS
d) Hard dan soft copy sah SK Pengangkatan Dalam Jabatan
Terakhir dan Surat Pernyataan Pelantikan.
e) Hard dan soft copy sah SKP, Penilaian Capaian SKP,
Penilaian Prestasi Kerja 2 tahun terakhir.
f) Hard dan soft copy Surat Keterangan Melaksanakan Tugas
Tambahan jika melaksanakan hal tersebut.
g) Hard dan soft copy sah SK Izin Belajar/Tugas Belajar bagi
yang meningkatkan pendidikan.
h) Hard dan soft copy Ijazah dan Transkirp Nilai yang
dilegalisir oleh pejabat berwenang jika memperoleh ijazah
baru.
i) Dokumen yang menunjukkan telah berstatus lulus pada
Pangkalan Data Pendidikan Tinggi jika memperoleh ijazah
baru.
j) Foto copy sah akreditasi program studi yang diikuti jika
memperoleh ijazah baru dan pada ijazah tidak tercantum
tingkat akreditasi.
k) Foto copy sah penempatan kembali jika sebelumnya
melaksanakan tugas belajar.
l) Foto copy sah SK Kenaikan Pangkat Terakhir dan SK
Pengangkatan Dalam Jabatan Atasan Langsung jika
atasan langsungnya berbeda setelah penetapan penilaian
prestasi kerja terakhir.
m) Khusus bagi ijazah yang terindikasi diperoleh melalui kelas
jauh/kelas khusus/kelas eksekutif, harus melampirkan surat
keterangan dari Dirjen Dikti atau Kopertis sesuai wilayah
tempat kelas jauh/kelas khusus/kelas eksekutif tersebut
dilaksanakan yang menjelaskan bahwa ijazah atas nama
PNS yang diusul diperoleh secara sah sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.
Untuk kenaikan pangkat lanjutan sebagai berikut:
a) Foto copy sah SK Kenaikan Pangkat Terakhir
b) Hard dan soft copy sah SK Pengangkatan Dalam Jabatan
Terakhir dan Surat Pernyataan Pelantikan.
c) Hard dan soft copy sah SK Pengangkatan pertama kali
dalam jabatan struktural dan surat pernyataan pelantikan
eselon sebelumnya jika diangkat dalam jabatan yang
eselonnya lebih tinggi.
64
d) Hard dan soft copy sah SKP, Penilaian Capaian SKP,
Penilaian Prestasi Kerja 2 tahun terakhir.
e) Hard dan soft copy Surat Keterangan Melaksanakan Tugas
Tambahan jika melaksanakan hal tersebut.
f) Hard dan soft copy sah STLUD/Sertifikat Diklat Pim/Ijazah
S2 jika pindah golongan ke IV/a.
g) Hard dan soft copy sah Pembebasan Sementara jika
sebelumnya menduduki jabatan fungsioal tertentu.
h) Hard dan soft copy sah SK Izin Belajar/Tugas Belajar bagi
yang meningkatkan pendidikan.
i) Hard dan soft copy Ijazah dan Transkirp Nilai yang
dilegalisir oleh pejabat berwenang jika memperoleh ijazah
baru.
j) Dokumen yang menunjukkan telah berstatus lulus pada
Pangkalan Data Pendidikan Tinggi jika memperoleh ijazah
baru.
k) Foto copy sah akreditasi program studi yang diikuti jika
memperoleh ijazah baru dan pada ijazah tidak tercantum
tingkat akreditasi.
l) Foto copy sah penempatan kembali jika sebelumnya
melaksanakan tugas belajar.
m) Foto copy sah SK Kenaikan Pangkat Terakhir dan SK
Pengangkatan Dalam Jabatan Atasan Langsung jika
atasan langsungnya berbeda setelah penetapan penilaian
prestasi kerja terakhir.
n) Khusus bagi ijazah yang terindikasi diperoleh melalui kelas
jauh/kelas khusus/kelas eksekutif, harus melampirkan surat
keterangan dari Dirjen Dikti atau Kopertis sesuai wilayah
tempat kelas jauh/kelas khusus/kelas eksekutif tersebut
dilaksanakan yang menjelaskan bahwa ijazah atas nama
PNS yang diusul diperoleh secara sah sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.
2) Kenaikan Pangkat Pilihan Jabatan Fungsional Tertentu
Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan fungsional
tertentu dapat dinaikkan pangkatnya setiap kali setingkat lebih
tinggi apabila:
a) Sekurang-kurangnya telah 2 tahun dalam pangkat terakhir;
b) Telah memenuhi angka kredit yang ditentukan;
c) Setiap unsur penilian prestasi kerja sekurang-kurangnya
bernilai baik dalam 2 tahun terakhir.

65
Adapun persyaratan kenaikan pangkat pilihan PNS yang
menduduki jabatan fungsional pertama kali sebagai berikut:
a) Foto copy sah Karpeg/KPE
b) Foto copy sah SK CPNS
c) Foto copy sah SK PNS
d) Foto copy sah SKP, Penilaian Capaian SKP, Penilaian
Prestasi Kerja 2 tahun terakhir.
e) Foto copy Surat Keterangan Melaksanakan Tugas
Tambahan jika melaksanakan hal tersebut.
f) Foto copy sah SK Pengangkatan Pertama kali dalam JFT.
g) Foto copy sah Penetapan Angka Kredit (PAK) Dasar
Pengangkatan Dalam JFT.
h) Foto copy sah Sertifikat Diklat Dasar sesuai Jenjang jika
dipersyaratkan dalam peraturan perundangan.
i) Foto copy sah SK Pembebesan Sementara Karena Tidak
Mampu Mengumpulkan Angka Kredit dalam Jangka Waktu
yang Ditentukan atau Karena Alasan lainnya yang
ditentukan dalam ketentuan JFT.
j) Foto copy sah Sk Pengangkatan Kembali jika sebelumnya
pernah dibebaskan sementara.
k) Asli PAK per tahun atau sesuai ketentuan masing-masing
JFT serta foto copy sah Daftar Usul Penetapan Angka
Kredit (DUPAK) per Tahun atau sesuai ketentuan masing-
masing JFT yang sudah dinilai dan ditandatangani sesuai
prosedur penilaian Dupak yang disusun mulai dari terakhir
dan dilanjutkan dengan tahun sebelumnya.
l) Foto copy sah SK Izin Belajar/Tugas Belajar bagi yang
meningkatkan pendidikan.
m) Foto copy Ijazah dan Transkirp Nilai yang dilegalisir oleh
pejabat berwenang jika memperoleh ijazah baru.
n) Dokumen yang menunjukkan telah berstatus lulus pada
Pangkalan Data Pendidikan Tinggi jika memperoleh ijazah
baru.
o) Foto copy sah akreditasi program studi yang diikuti jika
memperoleh ijazah baru dan pada ijazah tidak tercantum
tingkat akreditasi.
p) Foto copy sah penempatan kembali jika sebelumnya
melaksanakan tugas belajar.
q) Foto copy sah SK Pindah jika pindah instansi atau mutasi
unit kerja.
r) Dokumen lainnya yang diatur secara khusus dalam
ketentuan masing-masing JFT seperti SK Impassing nama
jabatan bagi JFT Guru.
66
s) Foto copy sah SK Kenaikan Pangkat Terakhir dan SK
Pengangkatan Dalam Jabatan Atasan Langsung jika
atasan langsungnya berbeda setelah penetapan penilaian
prestasi kerja terakhir.
t) Khusus bagi ijazah yang terindikasi diperoleh melalui kelas
jauh/kelas khusus/kelas eksekutif, harus melampirkan surat
keterangan dari Dirjen Dikti atau Kopertis sesuai wilayah
tempat kelas jauh/kelas khusus/kelas eksekutif tersebut
dilaksanakan yang menjelaskan bahwa ijazah atas nama
PNS yang diusul diperoleh secara sah sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.
Kenaikan Pangkat Lanjutan:
a) Foto copy sah SK Kenaikan Pangkat Terakhir
b) Foto copy sah SKP, Penilaian Capaian SKP, Penilaian
Prestasi Kerja 2 tahun terakhir.
c) Foto copy Surat Keterangan Melaksanakan Tugas
Tambahan jika melaksanakan hal tersebut.
d) Foto copy sah SK Kenaikan Jabatan jika dipersyaratkan
dalam peraturan perundang-undangan.
e) Foto copy sah SK Pengangkatan Dalam Jenjang Keahlian
jika Pindah dari Jenjang Terampil ke Ahli.
f) Foto copy sah Sertifikat Diklat/Uji Kompetensi
Penjenjangan jika Dipersyaratkan dalam Peraturan
Perundangan.
g) Foto copy sah SK Pembebesan Sementara Karena Tidak
Mampu Mengumpulkan Angka Kredit dalam Jangka Waktu
yang Ditentukan atau Karena Alasan lainnya yang
ditentukan dalam ketentuan JFT.
h) Foto copy sah Sk Pengangkatan Kembali jika sebelumnya
pernah dibebaskan sementara.
i) Asli PAK per tahun atau sesuai ketentuan masing-masing
JFT serta foto copy sah Daftar Usul Penetapan Angka
Kredit (DUPAK) per Tahun atau sesuai ketentuan masing-
masing JFT yang sudah dinilai dan ditandatangani sesuai
prosedur penilaian Dupak yang disusun mulai dari terakhir
dan dilanjutkan dengan tahun sebelumnya.
j) Foto copy sah SK Izin Belajar/Tugas Belajar bagi yang
meningkatkan pendidikan.
k) Foto copy Ijazah dan Transkirp Nilai yang dilegalisir oleh
pejabat berwenang jika memperoleh ijazah baru.

67
l) Dokumen yang menunjukkan telah berstatus lulus pada
Pangkalan Data Pendidikan Tinggi jika memperoleh ijazah
baru.
m) Foto copy sah akreditasi program studi yang diikuti jika
memperoleh ijazah baru dan pada ijazah tidak tercantum
tingkat akreditasi.
n) Foto copy sah penempatan kembali jika sebelumnya
melaksanakan tugas belajar.
o) Foto copy sah SK Pindah jika pindah instansi atau mutasi
unit kerja.
p) Bukti Fisik Pengembangan Profesi bagi usulan Kenaikan
Pangkat ke Gol IV/a dan IV/b.
q) Dokumen lainnya yang diatur secara khusus dalam
ketentuan masing-masing JFT seperti SK Impassing nama
jabatan bagi JFT Guru.
r) Foto copy sah SK Kenaikan Pangkat Terakhir dan SK
Pengangkatan Dalam Jabatan Atasan Langsung jika
atasan langsungnya berbeda setelah penetapan penilaian
prestasi kerja terakhir.
s) Khusus bagi ijazah yang terindikasi diperoleh melalui kelas
jauh/kelas khusus/kelas eksekutif, harus melampirkan surat
keterangan dari Dirjen Dikti atau Kopertis sesuai wilayah
tempat kelas jauh/kelas khusus/kelas eksekutif tersebut
dilaksanakan yang menjelaskan bahwa ijazah atas nama
PNS yang diusul diperoleh secara sah sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.
3) Kenaikan Pangkat Pilihan Memperoleh STTB atau Ijazah
Kenaikan pangkat ini diberikan bagi PNS yang memperoleh
STTB/Ijazah atau Diploma. Bagi PNS yang memperoleh:
a) STTB/Ijazah SLTP /yg setingkat dan masih berpangkat
Juru Muda Tingkat I Gol/Ruang I/b ke bawah, dapat
dinaikkan pangkatnya menjadi Juru Gol. Ruang I/c
b) STTB/Ijazah SLTA, Diploma I atau yang setingkat dan
masih berpangkat Juru Tingkat I Gol. Ruang I/D ke bawah,
dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Pengatur Muda, Gol
Ruang II/a. 3) STTB/Ijazah SPGLB atau Diploma II dan
masih berpangkat Pengatur Muda, Gol. Ruang II/a ke
bawah dapat dinaikan pangkatnya menjadi Pengatur Muda
Tingkat I, Gol. Ruang II/b
c) Ijazah Sarjana Muda, Akademi, atau Diploma III dan masih
berpangkat Pengatur Muda Gol. Ruang II/b ke bawah,

68
dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Pengatur Gol. Ruang
II/c
d) Ijazah Sarjana (S1) atau Diploma IV dan masih berpangkat
Pengatur Tingkat I Gol. Ruang II/d ke bawah, dapat
dinaikkan pangkatnya menjadi Penata Muda Gol. Ruang
III/a
e) Ijazah Doktor (S3) dan masih berpangkat Penata Muda
Tingkat I Gol. Ruang III/b ke bawah, dapat dinaikkan
pangkatnya menjadi Penata Gol. Ruang III/c.
Ijazah sebagaimana tersebut di atas adalah ijazah yang
diperoleh dari sekolah atau perguruan tinggi negeri dan atau
ijazah dari yang diperoleh dari sekolah/perguruan tinggi swasta
yang terakreditasi dan atau telah mendapat izin
penyelenggaraan dari Menteri yang bertanggungjawab di
bidang pendidikan nasional atau pejabat lain berdasarkan
peraturan perundangan.
Untuk ijazah yang diperoleh dari sekolah/perguruan tinggi di
luar negeri dihargai setelah di akui dan ditetapkan sederajat
dengan ijazah dari sekolah atau perguruan tinggi negeri yang
ditetapkan Menteri yang bertanggungjawab dibidang
pendidikan nasional.
KP sebagaimana tersebut dapat dipertimbangkan setelah
memenuhi syarat sbb:
a) Diangkat dalam jabatan/tugas yang memerlukan
pengetahuan/keahlian yang sesuai dengan ijazah yang
diperoleh
b) Sekurang-kurangnya telah 1 (satu) tahun dalam pangkat
terakhir
c) Setiap unsur penilaian prestasi kerja/DP-3 bernilai baik dlm
1 (satu) tahun terakhir
d) Memenuhi jumlah angka kredit yang ditentukan bagi yang
menduduki jabatan fungsional tertentu
e) Lulus ujian penyesuaian ijazah
Persyaratan Kenaikan Pangkat Pertama kali sebagai berikut:
a) Foto copy sah Karpeg/KPE
b) Foto copy sah SK CPNS
c) Foto copy sah SK PNS
d) Foto copy sah SKP, Penilaian Capaian SKP, Penilaian
Prestasi Kerja 1 tahun terakhir.

69
e) Foto copy Surat Keterangan Melaksanakan Tugas
Tambahan jika melaksanakan hal tersebut.
f) Foto copy sah SK Pengangkatan Pertama kali dalam JFT.
g) Foto copy sah Penetapan Angka Kredit (PAK) Dasar
Pengangkatan Dalam JFT.
h) Foto copy sah Sertifikat Diklat Dasar sesuai Jenjang jika
dipersyaratkan dalam peraturan perundangan.
i) Foto copy sah sertifikat diklat alih kelompok jika
dipersyaratkan dalam peraturan perundangan bagi JFT.
j) Foto copy sah SK Pengangkatan Dalam Jenjang Keahlian
bagi JFT yang alih jenjang dari terampil ke ahli.
k) Asli PAK per tahun atau sesuai ketentuan masing-masing
JFT serta foto copy sah Daftar Usul Penetapan Angka
Kredit (DUPAK) per Tahun atau sesuai ketentuan masing-
masing JFT yang sudah dinilai dan ditandatangani sesuai
prosedur penilaian Dupak yang disusun mulai dari terakhir
dan dilanjutkan dengan tahun sebelumnya.
l) Foto copy sah SK Pembagian Jam Mengajar 1 Tahun
Terakhir bagi JFT Guru dan PNS yang melaksanakan
tugas sebagai guru.
m) Foto copy sah Sertifikat Tanda Lulus Ujian Penyesuaian
Ijazah (STLUKPI) sesuai jenjang pedidikan yang dimiliki
bagi selain JFT.
n) Foto copy sah SK Pemindahan dan SKP diunit kerja baru
jika unit kerjanya berbeda dengan Penilaian Persetasi
Kerja Terakhir.
o) Uraian tugas yang ditetap oleh pejabat setingkat eselon II
bagi selain JFT.
p) Fotocopy sah SK Izin Belajar.
q) Foto copy ijazah dan transkrip nilai yang dilegalisir oleh
pejabat berwenang.
r) Dokumen yang menunjukkan telah berstatus lulus pada
Pangkalan Data Pendidikan Tinggi jika memperoleh ijazah
baru.
s) Foto copy sah akreditasi program studi yang diikuti jika
memperoleh ijazah baru dan pada ijazah tidak tercantum
tingkat akreditasi.
t) Foto copy sah SK Kenaikan Pangkat Terakhir dan SK
Pengangkatan Dalam Jabatan Atasan Langsung jika
atasan langsungnya berbeda setelah penetapan penilaian
prestasi kerja terakhir.
u) Khusus bagi ijazah yang terindikasi diperoleh melalui kelas
jauh/kelas khusus/kelas eksekutif, harus melampirkan surat
70
keterangan dari Dirjen Dikti atau Kopertis sesuai wilayah
tempat kelas jauh/kelas khusus/kelas eksekutif tersebut
dilaksanakan yang menjelaskan bahwa ijazah atas nama
PNS yang diusul diperoleh secara sah sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.
Kenaikan Pangkat lanjutan dengan persyaratan sebagai
berikut:
a) Foto copy sah SK Kenaikan Pangkat Terakhir
b) Foto copy sah SKP, Penilaian Capaian SKP, Penilaian
Prestasi Kerja 1 tahun terakhir.
c) Foto copy Surat Keterangan Melaksanakan Tugas
Tambahan jika melaksanakan hal tersebut.
d) Foto copy sah sertifikat Diklat Alih Kelompok jika
dipersyaratkan dalam peraturan perundangan bagi JFT.
e) Foto copy sah SK Pengangkatan dalam jenjang keahlian
bagi JFT.
f) Asli PAK per tahun atau sesuai ketentuan masing-masing
JFT serta foto copy sah Daftar Usul Penetapan Angka
Kredit (DUPAK) per Tahun atau sesuai ketentuan masing-
masing JFT yang sudah dinilai dan ditandatangani sesuai
prosedur penilaian Dupak yang disusun mulai dari terakhir
dan dilanjutkan dengan tahun sebelumnya.
g) Foto copy sah SK Pembagian Jam Mengajar 1 Tahun
Terakhir bagi JFT Guru dan PNS yang melaksanakan
tugas sebagai guru.
h) Foto copy sah Sertifikat Tanda Lulus Ujian Penyesuaian
Ijazah (STLUKPI) sesuai jenjang pedidikan yang dimiliki
bagi selain JFT.
i) Foto copy sah SK Pemindahan dan SKP diunit kerja baru
jika unit kerjanya berbeda dengan Penilaian Persetasi
Kerja Terakhir.
j) Uraian tugas yang ditetap oleh pejabat setingkat eselon II
bagi selain JFT.
k) Foto copy sah SK Pembebesan sementara jika
sebelumnya menduduki JFT.
l) Fotocopy sah SK Izin Belajar.
m) Foto copy ijazah dan transkrip nilai yang dilegalisir oleh
pejabat berwenang.
n) Dokumen yang menunjukkan telah berstatus lulus pada
Pangkalan Data Pendidikan Tinggi jika memperoleh ijazah
baru.

71
o) Foto copy sah akreditasi program studi yang diikuti jika
memperoleh ijazah baru dan pada ijazah tidak tercantum
tingkat akreditasi.
p) Foto copy sah SK Kenaikan Pangkat Terakhir dan SK
Pengangkatan Dalam Jabatan Atasan Langsung jika
atasan langsungnya berbeda setelah penetapan penilaian
prestasi kerja terakhir.
q) Khusus bagi ijazah yang terindikasi diperoleh melalui kelas
jauh/kelas khusus/kelas eksekutif, harus melampirkan surat
keterangan dari Dirjen Dikti atau Kopertis sesuai wilayah
tempat kelas jauh/kelas khusus/kelas eksekutif tersebut
dilaksanakan yang menjelaskan bahwa ijazah atas nama
PNS yang diusul diperoleh secara sah sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.
4) Kenaikan Pangkat Melaksanakan Tugas Belajar dan
Sebelumnya menduduki Jabatan Struktural atau Jabatan
Funfsional Tertentu.
Persyaratan Kenaikan Pangkat Melaksanakan Tugas Belajar
dan Sebelumnya menduduki Jabatan Struktural atau Jabatan
Fungsional Tertentu pertama kali sebagai beikut:
a) Foto copy sah Karpeg/KPE
b) Foto copy sah SK CPNS
c) Foto copy sah SK PNS
d) Foto copy sah SKP, Penilaian Capaian SKP, Penilaian
Prestasi Kerja1 atau 2 tahun terakhir.
e) Foto copy sah Daftar Nilai Akademik 1 atau 2 tahun terakhir
dari Perguruan Tinggi Tempat Tugas Belajar.
f) Foto copy sah Surat Keterangan Melaksanakan Tugas
Tambahan jika melaksanakan hal tersebut.
g) Foto copy sah SK Pengangkatan dalam jabatan struktural
atau JFT sebelum tugas belajar.
h) Foto copy sah SK Pembebasan Sementara dari Jabatan
Struktural/Fungsional
i) Foto copy sah SK Tugas Belajar
j) Foto copy sah SK Kenaikan Pangkat Terakhir dan SK
Pengangkatan Dalam Jabatan Atasan Langsung jika
atasan langsungnya berbeda setelah penetapan penilaian
prestasi kerja terakhir.
Kenaikan Pangkat Lanjutan, persyaratannya:
a) Foto copy sah SK Kenaikan Pangkat Terakhir

72
b) Foto copy sah SKP, Penilaian Capaian SKP, Penilaian
Prestasi Kerja1 atau 2 tahun terakhir.
c) Foto copy sah Daftar Nilai Akademik 1 atau 2 tahun terakhir
dari Perguruan Tinggi Tempat Tugas Belajar.
d) Foto copy sah Surat Keterangan Melaksanakan Tugas
Tambahan jika melaksanakan hal tersebut.
e) Foto copy sah SK Pengangkatan dalam jabatan struktural
atau JFT sebelum tugas belajar.
f) Foto copy sah SK Pembebasan Sementara dari Jabatan
Struktural/Fungsional
g) Foto copy sah SK Tugas Belajar
h) Foto copy sah SK Kenaikan Pangkat Terakhir dan SK
Pengangkatan Dalam Jabatan Atasan Langsung jika
atasan langsungnya berbeda setelah penetapan penilaian
prestasi kerja terakhir.
5) Kenaikan Pangkat Pilihan Selesai Mengikuti dan Lulus Tugas
Belajar.
Diberikan kepada PNS yang telah selesai mengikuti dan lulus
tugas belajar. Ketentuan terkait Ijazah dan pangkat/golongan
yang diperoleh, sama halnya dengan kenaikan pengkat
penyesuaian ijazah di atas.
Kenaikan pangkat ini baru dapat dipertimbangkan bila:
a) Sekurang-kurangnya telah 1 (satu) tahun dalam pangkat
terakhir
b) Setiap unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya
bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir
Untuk kenaikan pangkat pertama kali persyaratannya sebagai
berikut:
a) Foto copy sah Karpeg/KPE
b) Foto copy sah SK CPNS
c) Foto copy sah SK PNS
d) Foto copy sah SKP, Penilaian Capaian SKP, Penilaian
Prestasi Kerja 1 tahun terakhir jika setelah tugas belajar
sudah ditempatkan di unit kerja
e) Foto copy sah Daftar Nilai Akademik 1 tahun terakhir dari
perguruan tinggi tempat tugas belajar.
f) Foto copy Surat Keterangan Melaksanakan Tugas
Tambahan jika melaksanakan hal tersebut.
g) Foto copy sah SK Pengangkatan Pertama kali dalam JFT.

73
h) Foto copy sah Penetapan Angka Kredit (PAK) Dasar
Pengangkatan Dalam JFT.
i) Foto copy sah Sertifikat Diklat Dasar sesuai Jenjang jika
dipersyaratkan dalam peraturan perundangan.
j) Foto copy sah sertifikat Diklat Alih Kelompok jika
dipersyaratkan dalam peraturan perundangan bagi JFT.
k) Foto copy sah SK Pengangkatan Dalam Jenjang Keahlian
bagi JFT.
l) Asli PAK per tahun atau sesuai ketentuan masing-masing
JFT serta foto copy sah Daftar Usul Penetapan Angka
Kredit (DUPAK) per Tahun atau sesuai ketentuan masing-
masing JFT yang sudah dinilai dan ditandatangani sesuai
prosedur penilaian Dupak yang disusun mulai dari terakhir
dan dilanjutkan dengan tahun sebelumnya.
m) Uraian tugas yang ditetapkan oleh pejabat setingkat eselon
II bagi selain JFT
n) Fotocopy sah SK Tugas Belajar.
o) Foto copy ijazah dan transkrip nilai yang dilegalisir oleh
pejabat berwenang.
p) Dokumen yang menunjukkan telah berstatus lulus pada
Pangkalan Data Pendidikan Tinggi jika memperoleh ijazah
baru.
q) Foto copy sah Surat Penempatan Kembali Setelah Tugas
Belajar.
r) Foto copy sah akreditasi program studi yang diikuti jika
memperoleh ijazah baru dan pada ijazah tidak tercantum
tingkat akreditasi.
s) Foto copy sah SK Kenaikan Pangkat Terakhir dan SK
Pengangkatan Dalam Jabatan Atasan Langsung jika
atasan langsungnya berbeda setelah penetapan penilaian
prestasi kerja terakhir.
Untuk Kenaikan Pangkat Lanjutanya adalah sebagai berikut:
a) Foto copy sah SK Kenaikan Pangkat Terakhir
b) Foto copy sah SKP, Penilaian Capaian SKP, Penilaian
Prestasi Kerja 1 tahun terakhir jika setelah tugas belajar
sudah ditempatkan di unit kerja
c) Foto copy sah Daftar Nilai Akademik 1 tahun terakhir dari
perguruan tinggi tempat tugas belajar.

74
d) Foto copy Surat Keterangan Melaksanakan Tugas
Tambahan jika melaksanakan hal tersebut.
e) Foto copy sah sertifikat Diklat Alih Kelompok jika
dipersyaratkan dalam peraturan perundangan bagi JFT.
f) Foto copy sah SK Pengangkatan Dalam Jenjang Keahlian
bagi JFT.
g) Asli PAK per tahun atau sesuai ketentuan masing-masing
JFT serta foto copy sah Daftar Usul Penetapan Angka
Kredit (DUPAK) per Tahun atau sesuai ketentuan masing-
masing JFT yang sudah dinilai dan ditandatangani sesuai
prosedur penilaian Dupak yang disusun mulai dari terakhir
dan dilanjutkan dengan tahun sebelumnya.
h) Uraian tugas yang ditetapkan oleh pejabat setingkat eselon
II bagi selain JFT
i) Fotocopy sah SK Tugas Belajar.
j) Foto copy ijazah dan transkrip nilai yang dilegalisir oleh
pejabat berwenang.
k) Dokumen yang menunjukkan telah berstatus lulus pada
Pangkalan Data Pendidikan Tinggi jika memperoleh ijazah
baru.
l) Foto copy sah Surat Penempatan Kembali Setelah Tugas
Belajar.
m) Foto copy sah akreditasi program studi yang diikuti jika
memperoleh ijazah baru dan pada ijazah tidak tercantum
tingkat akreditasi.
n) Foto copy sah SK Kenaikan Pangkat Terakhir dan SK
Pengangkatan Dalam Jabatan Atasan Langsung jika
atasan langsungnya berbeda setelah penetapan penilaian
prestasi kerja terakhir.
6) Kenaikan Pangkat PNS yang Diperkerjakan atau
Diperbantukan secara penuh diluar instansi induknya,
persyaratannya:
Persyaratan Kenaikan Pangkat Pertama kali sebagai berikut:
a) Foto copy sah Karpeg/KPE
b) Foto copy sah SK CPNS
c) Foto copy sah SK PNS
d) Foto copy sah SKP, Penilaian Capaian SKP, Penilaian
Prestasi Kerja 2 tahun terakhir.

75
e) Foto copy Surat Keterangan Melaksanakan Tugas
Tambahan jika melaksanakan hal tersebut.
f) Foto copy Surat Keterangan Melaksanakan secara Penuh
di Luar Instansi Induknya.
g) Foto copy sah SK Pengangkatan Dalam Jabatan Terakhir
dan Surat Pernyataan Pelantikan bagi Jabatan Struktural.
h) Foto copy sah SK Pengangkatan Pertama kali dalam
jabatan bagi JFT.
i) Foto copy sah Penetapan Angka Kredit (PAK) Dasar
Pengangkatan Dalam JFT.
j) Foto copy sah Sertifikat Diklat Dasar sesuai Jenjang jika
dipersyaratkan dalam peraturan perundangan.
k) Asli PAK per tahun atau sesuai ketentuan masing-masing
JFT serta foto copy sah Daftar Usul Penetapan Angka
Kredit (DUPAK) per Tahun atau sesuai ketentuan masing-
masing JFT yang sudah dinilai dan ditandatangani sesuai
prosedur penilaian Dupak yang disusun mulai dari terakhir
dan dilanjutkan dengan tahun sebelumnya.
l) Fotocopy sah SK Izin Belajar/Tugas Belajar oleh Pejabat
Berwenang jika Meningkatkan Pendidikan.
m) Foto copy ijazah dan transkrip nilai yang dilegalisir oleh
pejabat berwenang.
n) Dokumen yang menunjukkan telah berstatus lulus pada
Pangkalan Data Pendidikan Tinggi jika memperoleh ijazah
baru.
o) Foto copy sah akreditasi program studi yang diikuti jika
memperoleh ijazah baru dan pada ijazah tidak tercantum
tingkat akreditasi.
p) Dokumen lainnya yang ditur secara khusus dalam
ketentuan masing-masing bagi JFT seperti Impassing
Nama Jabatan pada JFT Guru.
q) Foto copy sah SK Kenaikan Pangkat Terakhir dan SK
Pengangkatan Dalam Jabatan Atasan Langsung jika
atasan langsungnya berbeda setelah penetapan penilaian
prestasi kerja terakhir.
r) Khusus bagi ijazah yang terindikasi diperoleh melalui kelas
jauh/kelas khusus/kelas eksekutif, harus melampirkan surat
keterangan dari Dirjen Dikti atau Kopertis sesuai wilayah
tempat kelas jauh/kelas khusus/kelas eksekutif tersebut
dilaksanakan yang menjelaskan bahwa ijazah atas nama
PNS yang diusul diperoleh secara sah sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.

76
Persyaratan Kenaikan Pangkat Lanjutan sebagai berikut:
a) Foto copy sah SK Kenaikan Pangkat Terakhir
b) Foto copy sah SKP, Penilaian Capaian SKP, Penilaian
Prestasi Kerja 2 tahun terakhir.
c) Foto copy Surat Keterangan Melaksanakan Tugas
Tambahan jika melaksanakan hal tersebut.
d) Foto copy Surat Keterangan Melaksanakan secara Penuh
di Luar Instansi Induknya.
e) Foto copy sah SK Pengangkatan Dalam Jabatan Terakhir
dan Surat Pernyataan Pelantikan bagi Jabatan Struktural.
f) Foto copy sah SK Kenaikan Jabatan jika dipersyaratkan
dalam peraturan perundangan bagi JFT.
g) Foto copy sah SK Pengangkatan dalam jenjang keahlian
jika pindah dari jenjang terampil ke ahli bagi JFT.
h) Asli PAK per tahun atau sesuai ketentuan masing-masing
JFT serta foto copy sah Daftar Usul Penetapan Angka
Kredit (DUPAK) per Tahun atau sesuai ketentuan masing-
masing JFT yang sudah dinilai dan ditandatangani sesuai
prosedur penilaian Dupak yang disusun mulai dari terakhir
dan dilanjutkan dengan tahun sebelumnya.
i) Fotocopy sah SK Izin Belajar/Tugas Belajar oleh Pejabat
Berwenang jika Meningkatkan Pendidikan.
j) Foto copy ijazah dan transkrip nilai yang dilegalisir oleh
pejabat berwenang.
k) Dokumen yang menunjukkan telah berstatus lulus pada
Pangkalan Data Pendidikan Tinggi jika memperoleh ijazah
baru.
l) Foto copy sah akreditasi program studi yang diikuti jika
memperoleh ijazah baru dan pada ijazah tidak tercantum
tingkat akreditasi.
m) Bukti fisik pengembangan profesi untuk usulan kenaikan
pangkat ke Gol IV/a dan IV/b bagi JFT.
n) Dokumen lainnya yang ditur secara khusus dalam
ketentuan masing-masing bagi JFT seperti Impassing
Nama Jabatan pada JFT Guru.
o) Foto copy sah SK Kenaikan Pangkat Terakhir dan SK
Pengangkatan Dalam Jabatan Atasan Langsung jika
atasan langsungnya berbeda setelah penetapan penilaian
prestasi kerja terakhir.
p) Khusus bagi ijazah yang terindikasi diperoleh melalui kelas
jauh/kelas khusus/kelas eksekutif, harus melampirkan surat
keterangan dari Dirjen Dikti atau Kopertis sesuai wilayah
tempat kelas jauh/kelas khusus/kelas eksekutif tersebut
77
dilaksanakan yang menjelaskan bahwa ijazah atas nama
PNS yang diusul diperoleh secara sah sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.
c. KP bagi PNS yang menunjukkan prestasi yang luar biasa baiknya.
PNS yang menunjukkan prestasi luar biasa baiknya selama 1 (satu)
tahun terakhir, dapat dinaikkan pangkatnya setingkat lebih tinggi
tanpa terikat jenjang pangkat, apabila:
1) Sekurang-kurangnya telah satu tahun dalam pangkat terakhir.
2) Setiap unsur penilaian prestasi kerja bernilai amat baik dalam 1
tahun terakhir.
Yang dimaksud prestasi kerja yang luar biasa baiknya disini adalah
prestasi yang sangat menonjol baiknya yang secara nyata diakui
dalam lingkungannya, sehingga PNS tersebut menjadi teladan bagi
yang lain. Prestasi kerja yang luar biasa baiknya tersebut
dinyatakan dengan surat keputusan yang ditandatangani oleh PPK.
d. Kenaikan pangkat bagi PNS yang menemukan penemuan baru
yang bermanfaat bagi negara. PNS yang menemukan penemuan
baru yang bermanfaat bagi negara, dinaikkan pangkatnya setingkat
lebih tinggi tanpa terikat jenjang pangkat yang diberikan pada saat
yang bersangkutan telah 1 (satu) tahun dalam pangkat terakhir dan
penilaian baik, dan tidak ada unsur yang bernilai kurang.
e. Kenaikan pangkat bagi PNS yang diangkat menjadi Pejabat Negara
PNS yang diangkat menjadi Pejabat Negara dan diberhentikan dari
jabatan organiknya, dapat dinaikkan pangkatnya setiap kali
setingkat lebih tinggi tanpa terikat jenjang pangkat, apabila :
1) Sekurang-kurangnya telah 4 (empat) tahun dalam pangkat
terakhir
2) Setiap unsur penilaian prestasi kerja dalam 1 (satu) tahun
terakhir sekurang-kurangnya bernilai baik
PNS yang diangkat menjadi Pejabat Negara tetapi tidak
diberhentikan dari jabatan organiknya, kenaikan pangkatnya
dipertimbangkan berdasarkan jabatan organik yang didudukinya,
dengan ketentuan:
1) Bagi yang menduduki jabatan struktural/fungsional tertentu,
KP-nya dipertimbangkan berdasarkan ketentuan yang berlaku
untuk pemberian kenaikan pangkat pilihan sesuai dengan
jabatan yang didudukinya.

78
2) Bagi yang tidak menduduki jabatan struktural/fungsional
tertentu, KPnya dipertimbangkan berdasarkan ketentuan yang
berlaku untuk pemberian KP reguler
f. Kenaikan Pangkat Anumerta
PNS yang dinyatakan tewas, diberikan kenaikan pangkat anumerta
setingkat lebih tinggi, yang berlaku mulai tanggal yang
bersangkutan tewas.
Yang dimaksud dengan tewas, ialah:
1) Meninggal dunia dalam dan karena menjalankan tugas
kewajibannya;
2) Meninggal dunia dalam keadaan lain yang ada hubungannya
dengan dinasnya sehingga kematian itu disamakan dengan
meninggal dunia dalam dan/atau karena menjalankan
kewajibannya;
3) Meninggal dunia yang langsung diakibatkan karena luka-luka
maupun cacat rohani atau jasmani yang didapat dalam hal-hal
tersebut pada huruf a dan b di atas;
4) Meninggal dunia karena perbuatan anasir-anasir yang tidak
bertanggung jawab ataupun sebagai akibat dari tindakan
terhadap anasir-anasir itu.
Pemberian kenaikan pangkat anumerta harus diusahakan sebelum
PNS yang tewas dimakamkan dan Surat Keputusan Kenaikan
Pangkat Anumerta tersebut hendaknya dibacakan pada waktu
upacara pemakaman.
Untuk menjamin agar pemberian kenaikan pangkat anumerta dapat
diberikan sebelum PNS yang tewas itu dimakamkan, maka
ditetapkan sementara. Pejabat yang berwenang menetapkan
keputusan sementara adalah Bupati Agam untuk semua PNS yang
dinyatakan tewas dalam pangkat Pembina Utama golongan ruang
IV/e ke bawah. Apabila kedudukan Bupati tersebut jauh dari unit
kerja tempat bekerja PNS yang tewas sehingga tidak
memungkinkan diberikan kenaikan pangkat anumerta sebelum
PNS yang tewas itu dimakamkan, Camat atau pejabat pemerintah
setempat lainnya dapat mengeluarkan keputusan sementara.
Kepala kantor atau pimpinan unit kerjanya membuat laporan
tentang tewasnya PNS sebagai bahan penetapan keputusan
sementara oleh camat atau pejabat lainnya. Berdasarkan laporan
tersebut camat atau pejabat pemerintah setempat
mempertimbangkan pemberian kenaikan pangkat anumerta, dan
apabila menurut pendapatnya memenuhi syarat sesuai peraturan
79
perundangan yang berlaku, maka pejabat tersebut menetapkan
keputusan sementara tentang pemberian KP Anumerta.
Pejabat yang menetapkan keputusan sementara selambat-
lambatnya 7 (tujuh) hari kerja wajib melaporkan kepada Bupati
Agam melalui BKD PNS yang tewas tersebut. Berdasarkan bahan-
bahan kelengkapan administrasi yang disampaikan oleh pejabat
yang menetapkan keputusan sementara tersebut, maka Bupati
Agam mempertimbangkan penetapan pemberian kenaikan pangkat
anumerta. Apabila terdapat alasan yang cukup untuk pemberian KP
anumerta maka usulannya akan diteruskan BKD kepada:
1) Presiden bagi PNS yang diusulkan menjadi Pembina Utama
Muda golongan ruang IV/c ke atas dan tembusan disampaikan
kepada Kepala BKN sebagai bahan pertimbangan teknis
kepada Presiden
2) Kepala BKN bagi PNS yg diusulkan menjadi Juru Muda
Tingkat I golongan ruang I/b sampai dgn Pembina Tingkat I
golongan ruang IV/b.
Apabila almarhum/almarhumah PNS yang dinyatakan tewas oleh
Kepala BKN atau Pejabat lain yang ditunjuk dalam lingkungannya
dan diberikan kenaikan pangkat anumerta dan uang duka tewas,
maka keputusan sementara tentang pemberian kenaikan pangkat
anumerta ditetapkan menjadi keputusan definitive oleh pejabat
yang berwenang, yaitu:
1) Presiden, bagi PNS yang dinaikkan pangkatnya menjadi
Pembina Utama Muda golongan ruang IV/c ke atas setelah
mendapat pertimbangan teknis dari Kepala BKN;
2) Kepala BKN, bagi PNS yang dinaikkan pangkatnya menjadi
Juru Muda Tingkat I golongan ruang I/b ke atas sampai
Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b;
Apabila almarhum/almarhumah PNS ternyata tidak memenuhi
syarat untuk dinyatakan tewas, maka keputusan sementara tentang
pemberian kenaikan pangkat anumerta tidak dapat ditetapkan
menjadi keputusan definitive oleh pejabat yang berwenang, dan
keputusan sementara tersebut tidak berlaku.
Dalam hal yang bersangkutan memenuhi syarat untuk
mendapatkan kenaikan pangkat pengabdian karena meninggal
dunia dapat diberikan kenaikan pangkat pengabdian dengan
keputusan pejabat yang berwenang.
g. Kenaikan Pangkat Pengabdian

80
Kenaikan pangkat pengabdian bagi PNS yang meninggal dunia
atau akan diberhentikan dengan hormat karena mencapai
batas usia pensiun.
PNS yang meninggal dunia atau akan diberhentikan dengan
hormat dengan hak pensiun karena mencapai batas usia pensiun,
dapat diberikan kenaikan pangkat pengabdian setingkat lebih tinggi
apabila:
1) Memiliki masa kerja sebagai PNS selama:
a) Sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) tahun secara terus
menerus dan sekurang-kurangnya telah satu bulan dalam
pangkat terakhir.
b) Sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) tahun secara terus
menerus dan sekurang-kurangnya telah satu tahun dalam
pangkat terakhir
c) Sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun secara terus
menerus dan sekurang-kurangnya telah 2 tahun dalam
pangkat terakhir.
2) Setiap unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya
bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir.
3) Tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau
berat dalam satu tahun terakhir.
4) Masa kerja sebagai PNS secara terus menerus dimaksud
dalam ketentuan ini adalah masa kerja yang dihitung sejak
diangkat menjadi CPNS atau PNS sampai dengan yang
bersangkutan meninggal dunia atau mencapai BUP dan tidak
terputus statusnya sebagai PNS.
Kenaikkan pangkat pengabdian bagi PNS yang meninggal dunia
atau mencapai BUP tersebut ditetapkan dengan:
1) Keputusan Presiden, bagi PNS yang dinaikkan pangkatnya
menjadi Pembina Utama Muda gol/ruang IV/c keatas setelah
mendapat pertimbangan teknis Kepala BKN
2) Keputusan Kepala BKN, bagi yang dinaikan pangkatnya
menjadi Juru Muda Tingkat I gol/ruang I/b sampai dengan
Pembina Tingkat I gol/ruang IV/b.
KP Pengabdian bagi PNS yang meninggal dunia berlaku terhitung
mulai tanggal PNS yang bersangkutan meninggal dunia. KP
Pengabdian bagi PNS yang mencapai batas usia pensiun berlaku
TMT 1 pada bulan yang bersangkutan diberhentikan dengan
hormat dengan hak pensiun.

81
Kenaikan Pangkat Pengabdian yang disebabkan cacat karena
dinas.
PNS yang oleh Tim Penguji Kesehatan dinyatakan cacat karena
dinas dan tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan negeri,
diberikan KP pengabdian setingkat lebih tinggi, yang berlaku mulai
tanggal yang bersangkutan oleh Tim Penguji Kesehatan
dinyatakan cacat karena dinas dan tidak dapat kerja lagi dalam
jabatan negeri.
Apabila oleh Tim Penguji Kesehatan PNS tersebut dinyatakan
cacat karena dinas dan tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan
negeri, maka:
PPK menyampaikan usul kenaikan pangkat pengabdian kepada:
a) Presiden bagi PNS yang diusulkan menjadi Pembina Utama
Muda golongan ruang IV/c ke atas dan tembusan disampaikan
kepada Kepala BKN sebagai pertimbangan teknis kepada
Presiden
b) Kepala BKN bagi PNS yang diusulkan menjadi Juru Muda
Tingkat I golongan I/b sampai dengan Pembina Tingkat I
Golongan ruang IV/b
Kenaikan pangkat pengabdian ditetapkan dengan:
a) Keputusan Presiden, bagi PNS untuk kenaikan pangkat
menjadi Pembina Utama Muda gol/ruang IV/c ke atas setelah
mendapat pertimbangan teknis dari Kepala BKN.
b) Keputusan Kepala BKN, bagi PNS untuk kenaikan pangkat
menjadi Juru Muda Tingkat I (I/b) sampai dengan gol/ruang
IV/b.
CPNS yang oleh Tim Penguji Kesehatan dinyatakan cacat karena
dinas dan tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan negeri,
diangkat menjadi PNS, dan diberikan KP pengabdian.
Pengangkatan menjadi PNS sebagaimana tersebut di atas TMT
tanggal 1 pada bulan yang bersangkutan dinyatakan cacat karena
dinas dan tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan negeri.
4. Pengurusan Perbaikan SK Kenaikan Pangkat yang Salah
Salahnya SK Kenaikan Pangkat, disebabkan oleh salahnya data PNS
pada data base BKN. Kesalahan ini, kemungkinan besar disebabkan
oleh salahnya data yang terdapat pada SK Konversi NIP. Hal ini juga
akan berdampak pada kesalahan KPE yang bersangkutan.
Adapun persyaratanynya perbaikan SK Kenaikan Pangkat sebagai
berikut:

82
a. Foto copy SK Kenaikan Pangkat yang salah
b. Foto copy SK Sebelumnya
c. Foto copy SK Konversi NIP
d. Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 1(satu)
e. Petikan SK asli yang salah dibawa waktu mengambil SK Perbaikan
Perbaikan SK Kenaikan Pangkat baru dapat dilakukan setelah
dilakukan perbaikan terhadap SK Konversi NIP, jika kesalahan tersebut
terletak pada kesalahan penulisan nama, tanggal lahir, jenis kelamin
atau NIP. Kesalahan lainnya setelah diperbaiki data pada data base
BKN.

V. Pencantuman Gelar Kesarjanaan


Bagi PNS yang mendapatkan gelar kesarjanaan, namun pangkat/golongan
yang bersangkutan telah melewati pangkat penyesuaian ijazah untuk
tingkat pendidikan tersebut, sehingga tidak memungkinkan lagi dipakai
untuk kenaikan pangkat, maka bagi yang bersangkutan yang perlu
dilakukan adalah pencantuman gelar kesarjaanaan.
Adapun persyaratannya sebagai berikut:
1. Foto copy Karpeg
2. Foto copy SK CPNS
3. Foto copy SK PNS
4. Foto copy SK Pangkat Terakhir
5. Foto copy SKP 2 tahun terakhir
6. Foto copy STTB/Ijazah terakhir dan transkrip
7. Keputusan Bupati tentang izin belajar
8. Foto copy SK Konversi NIP
9. Rekomendasi Kepala Unit Kerja
Catatan:
 Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2(dua).
 ijazah dan transkrip nilai dilegalisir oleh Kepala Sekolah/Rektor/Dekan/
Pembantu Dekan Bidang Akademik/Ketua/ Pejabat Kopertis wilayah
dimana Universitas tersebut berada.
Bagi PNS yang telah melakukan pencantuman gelar atau telah naik
pangkat dengan pendidikan dan gelar yang baru tersebut, atau telah
dihitung dalam angka kredit, namun dalam SK Kenaikan Pangkat dan pada
data base BKN, gelar atau pendidikan tersebut belum tertera, maka untuk
pencatuman gelar dilakukan pengurusan dengan melampirkan persyaratan
berikut:
1. Pengantar dari SKPD
2. Foto copy sah SK Kenaikan Pangkat Terakhir

83
3. Foto copy sah Ijazah dan Transkrip Nilai
4. Foto copy sah SK Tugas Belajar dan Izin Belajar
5. Foto copy sah akreditasi program studi saat SK Tugas Belajar atau Izin
Belajar ditetapkan.
6. Dokumen yang menunjukkan telah berstatus lulus pada Pangkalan
Data Pendidikan Tinggi
7. Foto copy sah PAK dan DUPAK sesuai ketentuan yang berlaku yang
menunjukkan bahwa ijazah tersebut telah dinilai bagi PNS yang
menduduki JFT
8. Khusus bagi ijazah yang terindikasi diperoleh melalui kelas jauh/kelas
khusus/kelas eksekutif, harus melampirkan surat keterangan dari Dirjen
Dikti atau Kopertis sesuai wilayah tempat kelas jauh/kelas khusus/kelas
eksekutif tersebut dilaksanakan yang menjelaskan bahwa ijazah atas
nama PNS yang diusul diperoleh secara sah sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.

W. Pemindahan PNS
1. Dasar Hukum
a) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara.
b) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2003
tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil
c) Peraturan Kepala BKN Nomor 13 Tahun 2003 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9
Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil
2. Sekilas tentang Pemindahan PNS
Pemindahan PNS pada dasarnya adalah untuk pemenuhan kebutuhan
suatu instansi akan SDM/PNS, meskipun dalam prakteknya banyak
perpindahan PNS dilakukan atas keinginan dan kebutuhan PNS itu
sendiri.
Perpindahan PNS antar instansi adalah sesuatu yang dibolehkan
dalam peraturan kepegawaian. Perpindahan ini dapat dilakukan oleh
PNS Pusat dan PNS Daerah antara Propinsi/Kabupaten/Kota dan
Departemen/ Lembaga; PNS Daerah antar Daerah Propinsi; dan PNS
Daerah antara Daerah Kabupaten/Kota dan Daerah Kabupaten/Kota
Propinsi lainnya.

84
3. Pengurusan Pindah
a) Pindah Ke Dalam Kabupaten Agam
PNS yang bekerja pada departemen/propinsi/kabupaten kota lain,
dapat mengajukan pindah ke Kabupaten Agam. Adapun
persyaratan pengurusannya sebagai berikut:
1) Permohonan
2) Foto copy Karpeg
3) Foto copy SK CPNS
4) Foto copy SK PNS
5) Foto copy SK Pangkat Terakhir
6) SKP dalam 1 tahun terakhir
7) Persetujuan kepala unit kerja
8) Surat pernyataan bersedia ditempatkan dimana saja di
Kabupaten Agam
9) Surat keterangan tidak sedang dalam pemeriksaan Inspektorat
dan tidak sedang menjalani hukuman disiplin yang dikeluarkan
oleh Inspektorat daerah asal
10) Surat kesediaan melepas dari Bupati/Walikota/Sekretaris
Daerah asal.
11) Daftar Riwayat Hidup.
12) Mengisi Form Data Pribadi Pegawai
Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2(dua).
b) Pindah Keluar Kabupaten Agam
Sebaliknya PNS yang bekerja pada Pemerintah Kabupaten Agam
dapat mengajukan pindah ke departemen/propinsi/kabupaten kota
lain.
Adapun persyaratan pengurusannya sebagai berikut:
1) Permohonan
2) Foto copy Karpeg
3) Foto copy SK CPNS
4) Foto copy SK PNS
5) Foto copy SK Pangkat Terakhir
6) SKP dalam 1 tahun terakhir
7) Persetujuan kepala unit kerja
8) Surat pernyataan tidak memanfaatkan barang inventaris
9) Surat keterangan tidak sedang dalam pemeriksaan Inspektorat
dan tidak sedang menjalani hukuman disiplin yang dikeluarkan
oleh Inspektorat Kabupaten Agam
Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2(dua).
85
Adapun Prosedur perpindahan PNS ke dalam maupun keluar
Kabupaten Agam secara umum dijelaskan sebagai berikut:
1) Perpindahan harus didasarkan atas persetujuan dari instansi
asal dan instansi penerima sesuai dengan kebutuhan;
2) Pejabat Pembina Kepegawaian Instansi yang membutuhkan
mengeluarkan surat persetujuan untuk menerima kepindahan
PNS yang ditujukan kepada pimpinan instansi asal PNS untuk
mendapat persetujuan;
3) Apabila Pimpinan Instansi asal ybs. menyetujui, maka
Pimpinan Instansi asal membuat Surat Pernyataan
Persetujuan
4) Sebelum mengeluarkan persetujuan, akan dibawa dulu dalam
Sidang Majelis Pertimbangan Pegawai (MPP), dan dimintakan
persetujuan Pejabat Pembina Kepegawaian.
5) Mutasi PNS antar kabupaten/kota dalam satu provinsi
ditetapkan oleh gubernur setelah memperoleh pertimbangan
kepala BKN.
6) Mutasi PNS antar kabupaten/kota antar provinsi, dan antar
provinsi ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan dalam negeri setelah memperoleh
pertimbangan kepala BKN.
7) Mutasi PNS provinsi/kabupaten/kota ke Instansi Pusat atau
sebaliknya, ditetapkan oleh kepala BKN.
8) Mutasi PNS antar-Instansi Pusat ditetapkan oleh kepala BKN.
9) Berdasarkan ketetapan di atas, Pimpinan Instansi penerima
menerbitkan surat keputusan penempatan.
c) Pindah Dalam Kabupaten Agam
Sama halnya dengan perpindahan antar kabupaten/kota, pindah
PNS dalam kabupaten dikarenakan oleh kebutuhan organisasi dan
juga ada karena kebutuhan atau keinginan PNS itu sendiri.
Adapun persyaratan pengurusannya sebagai berikut:
1) Permohonan
2) Foto copy Karpeg
3) Foto copy SK CPNS
4) Foto copy SK PNS
5) Foto copy SK Pangkat Terakhir
6) SKP dalam 1 tahun terakhir
7) Persetujuan kepala unit kerja

86
8) Surat pernyataan tidak memanfaatkan barang inventaris
9) Surat keterangan tidak sedang dalam pemeriksaan Inspektorat
dan tidak sedang menjalani hukuman disiplin yang dikeluarkan
oleh Inspektorat Kabupaten Agam
Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2(dua).
Adapun prosedur pindah dalam Kabupaten Agam adalah sebagai
berikut:
1) SKPD yang membutuhkan atau PNS yang bersangkutan
mengusulkan perpindahan kepada Bupati Agam melalui BKD.
2) Jika perpindahan tersebut atas inisiatif PNS yang
bersangkutan, maka usulan baru dapat diteruskan setelah
mendapat persetujuan kepala SKPD/Unit Kerja.
3) Permohonan pindah ini akan dibahas dalam Sidang MPP dan
kemudian dimintakan persetujuan Bupati Agam.
4) Jika Bupati telah setuju, maka akan diterbitkan SK Bupati
Agam terkait perpindah PNS tersebut.
5) Khusus untuk PNS Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga
dan Dinas Kesehatan ditetapkan dengan SK Kepala Dinas
masing-masing, terkecuali untuk perpindahan jabatan
struktural.

X. Perkawinan PNS
1. Dasar Hukum
a. Undang-undang Nomor l Tahun 1974 tentang Perkawinan;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan
Undang- undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 tentang Izin
Perkawinan Dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil;
d. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 Tentang Izin
Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil;
e. Surat Edaran Kepala Badan Admisnistrasi Kepegawaian Negara
Nomor 08/SE/1983 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi
Pegawai Negeri Sipil;
f. Surat Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara
Nomor 48/SE/1990 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 tentang Perubahan Atas

87
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 Tentang Izin
Perkawinan Dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil.
g. Surat Sekretaris Daerah Kabupaten Agam Nomor 800/3066/BKD-
2010 tanggal 12 Maret 2010 tentang Tata Cara Permohonan Izin
Perceraian.
2. Sekilas Perkawinan PNS
Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang
wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa.
Untuk kepentingan penyelenggaraan sistem informasi kepegawaian,
setiap perkawinan, perceraian, dan perubahan dalam susunan keluarga
Pegawai Negeri Sipil harus segera dilaporkan kepada Bupati Agam
melalui BKD Kabupaten Agam. Laporan perkawinan disampaikan
secara tertulis selambat-lambatnya l (satu) tahun terhitung mulai
tanggal pernikahan. Ketentuan tersebut di atas juga berlaku untuk
janda/duda Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pernikahan kembali
atau Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pernikahan dengan isteri
kedua, ketiga, atau keempat.
3. Pengurusan Kepegawaian terkait Perkawinan PNS
a. Pengurusan Kartu Isteri/Kartu Suami
Kepada setiap isteri PNS diberikan Kartu Isteri disingkat Karis, dan
kepada setiap suami PNS diberikan Kartu Suarni disingkat Karsu.
Karis/Karsu adalah kartu identitas isteri/suami sah dari PNS yang
bersangkutan. Karis/Karsu berlaku selama pemegangnya menjadi
isteri/suami sah PNS yang bersangkutan.
1) Pembuatan Karis (Kartu Istri)
Adapun Persyaratannya sebagai berikut:
a) Pengantar SKPD.
b) Foto copy SK Kenaikan Pangkat Terakhir
c) Mengisi formulir Daftar Keluarga PNS
d) Mengisi Formulir Perkawinan Pertama
e) Foto copy Surat Nikah yang telah dilegalisir oleh KUA
f) Pas photo isteri 3x4 3 lembar dan 2x3 2 lembar
Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2
2) Pembuatan Karis bagi PNS yang istrinya meninggal dunia atau
bercerai dan kemudian menikah lagi
Adapun Persyaratannya sebagai berikut:
a) Pengantar SKPD.
88
b) Foto copy SK Kenaikan Pangkat Terakhir
c) Mengisi Formulir Daftar Keluarga PNS
d) Mengisi Formulir Perkawinan Duda
e) Foto copy Surat Keterangan Kematian/Surat Cerai dengan
istri pertama yang telah dilegalisir oleh pejabat yang
berwenang.
f) Foto copy Surat Nikah dengan istri kedua yang telah
dilegalisir oleh KUA.
g) Mengembalikan Kartu Istri yang lama
h) Pas photo Isteri 3x4 3 lembar dan 2x3 3 lembar
Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2.
3) Pembuatan Karsu (Kartu Suami)
Persyaratannya sebagai berikut:
a) Pengantar SKPD.
b) Foto copy SK Kenaikan Pangkat Terakhir
c) Mengisi formulir Daftar Keluarga PNS
d) Mengisi Formulir Perkawinan Pertama
e) Foto copy Surat Nikah yang telah dilegalisir oleh KUA
f) Pas photo Suami 3x4 3 lembar dan 2x3 2 lembar
Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2
4) Pembuatan Karsu bagi PNS yang Suaminya Meninggal Dunia
atau Bercerai dan Kemudian Menikah Lagi
Persyaratannya sebagai berikut:
a) Pengantar SKPD.
b) Foto copy SK Kenaikan Pangkat Terakhir
c) Mengisi formulir Daftar Keluarga PNS
d) Mengisi Formulir Perkawinan Janda
e) Foto copy Surat Keterangan Kematian/Surat Cerai dengan
suami pertama yang telah dilegalisir oleh pejabat yang
berwenang.
f) Foto copy Surat Nikah dengan suami kedua yang telah
dilegalisir oleh KUA.
g) Mengembalikan Kartu Suami yang lama
h) Pas photo Suami 3x4 3 lembar dan 2x3 3 lembar
Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2
5) Persyaratan Pembuatan Karis yang Hilang
a) Pengantar SKPD
b) Foto copy SK Kenaikan Pangkat Terakhir

89
c) Asli Surat Tanda Penerimaan Laporan Kehilangan
Barang/Surat Berharga dari Kepolisian
d) Foto copy Kartu Istri yang hilang (jika ada)
e) Foto copy Surat Nikah yang dilegalisir oleh KUA.
f) Pas photo Istri 3x4 3 lembar dan 2x3 3 lembar
Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2 (dua).
6) Persyaratan Pembuatan Karsu yang Hilang
a) Pengantar SKPD.
b) Foto copy SK Kenaikan Pangkat Terakhir
c) Asli Surat Tanda Penerimaan Laporan Kehilangan
Barang/Surat Berharga dari Kepolisian
d) Foto copy Kartu Suami yang hilang (jika ada)
e) Foto copy Surat Nikah yang dilegalisir oleh KUA.
f) Pas photo suami 3x4 3 lembar dan 2x3 3 lembar
Masing-masing Persyaratan Dilegalisir Rangkap 2 (dua).
7) Perbaikan Karis/Karsu yang Salah
Untk pengurusan perbaikan Karis/Karsu yang salah, sama
bahan persyaratannya dengan pembuatan awal, hanya saja
dalam pengantar disebutkan bagian mana yang salah, dan
yang benarnya apa.
b. Pengurusan Izin Perceraian
Pegawai Negeri Sipil sebagai unsur aparatur negara dan abdi
masyarakat harus menjadi teladan yang baik bagi masyarakat
dalam tingkah laku, tindakan, dan ketaatan kepada peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Oleh sebab itu perceraian
haruslah dihindari oleh PNS.
Perceraian hanya dapat dilakukan apabila ada alasan-alasan
tertentu sebagaimana dinyatakan dalam peraturan perundang-
undangan, antara lain:
1) Salah satu pihak berbuat zina,
2) Salah satu pihak menjadi pemabok, pemadat, atau penjudi
yang sukar disembuhkan,
3) Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun
berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah
atau karena hal lain di luar kemampuan/kemauannya,
4) Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun
atau hukuman yang lebih berat secara terus menerus setelah
perkawinan berlangsung,

90
5) Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan
berat yang membahayakan pihak lain,
6) Antara suami dan isteri terus menerus terjadi perselisihan dan
pertengkaran dan tidak ada harapan untuk hidup rukun lagi
dalam rumah tangga.
PNS yang hendak bercerai harus memperoleh izin tertulis lebih
dahulu dari Bupati Agam. Adapun prosedur pengurusan izin
perceraian sebagai berikut:
(1) PNS mengajukan permintaan izin perceraian kepada Bupati
Agam melalui saluran hirarki.
(2) Permintaan izin perceraian harus dilengkapi dengan salah satu
atau lebih bahan pembuktian mengenai alasan-alasan untuk
melakukan perceraian seperti tersebut di atas.
(3) Setiap atasan yang menerima surat permintaan izin perceraian
berusaha lebih dahulu merukunkan kembali suami isteri yang
hendak bercerai tersebut.
(4) Apabila usahanya tidak berhasil, maka dalam waktu maximal 3
bulan ia harus meneruskan permintaan izin perceraian tersebut
kepada Bupati Agam melalui melalui saluran hirarki dengan
disertai pertimbangan tertulis. Dalam surat pertimbangan
tersebut antara lain dikemukakan keadaan obyektif suami isteri
tersebut dan memuat saran-saran sebagai bahan
pertimbangan bagi pejabat untuk mengambil keputusan.
(5) Sebelum mengambil keputusan, Bupati Agam melalui
inspektorat akan berusaha lebih dahulu merukunkan kembali
suami isteri yang akan bercerai dengan cara memanggil
mereka, baik bersama-sama maupun sendiri-sendiri. Apabila
dipandang perlu pejabat dapat meminta keterangan dari pihak
lain yang dipandang mengetahui keadaan suami isteri yang
bersangkutan.
(6) Apabila usaha merukunkan kembali suami isteri yang
bersangkutan tidak berhasil, maka Bupati Agam akan
mengambil keputusan atas permintaan izin perceraian.
(7) Penolakan atau pemberian izin untuk melakukan perceraian
dinyatakan dengan Surat Izin Perceraian oleh Bupati Agam.
(8) PNS yang menerima surat izin untuk melakukan perceraian,
apabila telah melakukan perceraian wajib melaporkan
perceraian tersebut selambat-lambatnya 1 bulan terhitung
mulai tanggal perceraian tersebut.
c. Pembagian Gaji Akibat Perceraian
91
Apabila perceraian terjadi atas kehendak Pegawai Negeri Sipil pria,
maka ia wajib menyerahkan sepertiga gajinya untuk penghidupan
bekas isteri dan sepertiga gajinya untuk anak-anaknya. Apabila
pernikahan mereka tidak dikaruniai anak, maka setengah dari
gajinya diserahkan kepada isterinya. Apabila perceraian terjadi atas
kehendak suami isteri, maka pembagian gaji dilaksanakan
berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak yang bercerai. Bekas
isteri berhak atas bagian gaji walaupun perceraian terjadi atas
kehendak isteri (Pegawai Negeri Sipil pria menjadi pihak tergugat)
apabila alasan perceraian tersebut adalah karena dimadu, atau
karena Pegawai Negeri Sipil pria melakukan zina, melakukan
kekejaman atau penganiayaan, menjadi pemabok/
pemadat/penjudi, atau meninggalkan isteri selama 2 (dua) tahun
atau lebih tanpa alasan yang sah.
Pembagian gaji seperti tersebut diatas tidak harus dilaksanakan
apabila alasan perceraian karena pihak isteri melakukan zina,
melakukan kekejaman atau penganiayaan, menjadi
pemabok/pemadat/ penjudi, dan atau meninggalkan suami selama
2 (dua) tahun atau lebih tanpa alasan yang sah.
Apabila bekas isteri yang bersangkutan kawin lagi, maka
pembagian gaji dihentikan terhitung mulai bulan berikutnya bekas
isteri yang bersangkutan kawin lagi.
pembagian gaji seperti tersebut, dilakukan melalui aturan
kedinasan. PNS pria yang menolak melakukan pembagian gaji
menurut ketentuan yang berlaku dan atau tidak mau
menandatangani daftar gajinya sebagai akibat perceraian dijatuhi
hukuman disiplin.
d. Pegawai Negeri Sipil Pria yang Akan Beristeri Lebih dari Seorang
Pegawai Negeri Sipil pria yang akan beristeri lebih dari seorang
wajib memperoleh izin tertulis lebih dahulu dari Bupati Agam. Izin
untuk beristeri lebih dari seorang hanya dapat diberikan apabila
memenuhi syarat-syarat alternatif dan syarat-syarat kumulatif
sebagai berikut.
Syarat alternatif, yaitu :
1) isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri,
2) isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat
disembuhkan, atau
3) isteri tidak dapat melahirkan keturunan
Syarat kumulatif, yaitu :
1) ada persetujuan tertulis dari isteri
92
2) Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan mempunyai
penghasilan yang cukup untuk membiayai lebih dari seorang
isteri dan anak-anaknya yang dibuktikan dengan surat
keterangan pajak penghasilan, dan
3) ada jaminan tertulis dari PNS yang bersangkutan bahwa ia
akan berlaku adil terhadap isteri-isteri dan anak-anaknya.
Izin untuk beristeri lebih dari seorang hanya dapat diberikan apabila
dipenuhi sekurang-kurangnya satu dari semua syarat alternanif,
dan semua syarat kumulatif yang ada. Dalam menerima
permintaan izin untuk beristeri lebih dari seorang wajib
memperhatikan dengan saksama alasan-alasan yang dikemukakan
dalam surat permintaan izin dan atasan Pegawai Negeri Sipil yang
bersangkutan. Apabila alasan-alasan dan syarat-syarat yang
dikemukakan tersebut kurang meyakinkan, maka dapat diminta
keterangan tambahan dari isteri Pegawai Negeri Sipil yang
mengajukan permintaan izin atau dari pihak lain yang dipandang
dapat memberikan keterangan yang meyakinkan. Sebelum
mengambil keputusan, pejabat memanggil Pegawai Negeri Sipil
yang bersangkutan sendiri atau bersama-sama dengan isterinya
untuk diberi nasehat .
Permintaan izin untuk beristeri lebih dari seorang ditolak apabila:
1) Bertentangan dengan ajaran/peraturan agama yang dianutnya/
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang di
hayatinya,
2) Tidak memenuhi salah satu syarat alternatif dan semua syarat
komulatif.
3) Bertentangan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
4) Alasan yang dikemukakan untuk beristeri lebih dari seorang
bertentangan dengan akal sehat, dan atau
5) Ada kemungkinan mengganggu pelaksanaan tugas kedinasan,
yang dinyatakan dalam surat keterangan atasan langsung
Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan.
Penolakan atau pemberian izin untuk beristeri lebih dari seorang
dinyatakan dengan Surat keputusan Bupati Agam.
e. Pegawai Negeri Sipil Wanita Tidak Diizinkan Menjadi Isteri
Kedua/Ketiga/Keempat
Pegawai Negeri Sipil wanita tidak diizinkan menjadi isteri kedua,
ketiga, atau keempat dari seorang pria yang berkedudukan sebagai
Pegawai Negeri Sipil, maupun seorang pria yang bukan Pegawai

93
Negeri Sipil. Seorang wanita yang berkedudukan sebagai isteri
kedua/ketiga/keempat tidak dapat melamar menjadi CPNS.
Pegawai Negeri Sipil wanita yang setelah berlakunya Peraturan
Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 ternyata berkedudukan sebagai
isteri kedua/ketiga/keempat dijatuhi hukuman disiplin berupa
pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil.
f. Pelanggaran Disiplin terkait Perkawinan PNS
PNS akan diberikan sanksi disiplin jika melakukan pelanggaran
sebagai berikut:
1) Tidak memberitahukan perkawinan pertamanya secara tertulis
kepada Bupati Agam melalui BKD dalam jangka waktu
selambat-lambatnya 1 (satu) tahun setelah perkawinan
berlangsung,
2) Melakukan perceraian tanpa memperoleh izin tertulis bagi yang
berkedudukan sebagi penggugat, atau tanpa surat keterangan
bagi yang berkedudukan sebagai tergugat, terlebih dahulu dari
Bupati Agam melalui BKD,
3) Beristeri lebih dari seorang tanpa memperoleh izin tertulis
dahulu dari Bupati Agam melalui BKD,
4) Melakukan hidup bersama di luar perkawinan yang sah dengan
wanita yang bukan isterinya atau dengan pria yang bukan
suaminya.
5) Tidak melaporkan perceraiannya kepada Bupati Agam melalui
BKD dalam jangka waktu selambat-lambatnya 1 (satu) bulan
setelah terjadinya perceraian,
6) Tidak melaporkan perkawinannya yang kedua/ketiga/keempat
kepada Bupati Agam melalui BKD dalam jangka waktu
selambat-lambatnya 1 (satu) tahun setelah perkawinan
dilangsungkan,
7) Setiap atasan yang tidak memberikan pertimbangan dan tidak
meneruskan permintaan izin atau pemberitahuan adanya
gugatan perceraian, dan atau permintaan izin untuk beristeri
lebih dari seorang selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah ia
menerima permintaan izin atau pemberitahuan adanya gugatan
perceraian,
8) Pejabat yang tidak memberikan keputusan terhadap
permintaan izin perceraian atau tidak memberikan surat
keterangan atas pemberitahuan adanya gugatan perceraian,
dan atau tidak memberikan keputusan terhadap permintaan izin
untuk beristeri lebih dari seorang dalam jangka waktu 3 (tiga)
94
bulan setelah ia menerima permintaan izin atau pemberitahuan
adanya gugatan perceraian.
9) Pejabat tidak melakukan pemeriksaan dalam hal mengetahui
adanya Pegawai Negeri Sipil dalam lingkungannya yang
melakukan hidup bersama di luar perkawinan yang sah.

Y. Disiplin PNS
1. Dasar Hukum
a. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil
b. Peraturan Kepala BKN Nomor 21 Tahun 2010 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang
Disiplin Pegawai Negeri Sipil
c. Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 32 Tahun 2007
tentang Penetapan Pelaksanaan 5 (Lima) Hari Kerja di Lingkungan
Pemerintah Daerah Propinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
se-Sumatera Barat.
d. Peraturan Bupati Agam Nomor 30 Tahun 2007 tentang Penetapan
5 (Lima) Hari Kerja di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Agam
e. Surat Edaran Bupati Agam No. 800/1/BKD-2016 tanggal 14 Maret
2016 tentang Pakaian Dinas Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan
Pemerintah Kabupaten Agam.
2. Sekilas Disiplin PNS
Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah kesanggupan PNS untuk menaati
kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak
ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin.
Pelanggaran disiplin adalah setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan PNS
yang tidak menaati kewajiban dan/atau melanggar larangan ketentuan
disiplin PNS, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar jam kerja.
Hukuman disiplin adalah hukuman yang dijatuhkan kepada PNS karena
melanggar peraturan disiplin PNS.
Tujuan hukuman disiplin PNS adalah untuk memperbaiki, membina dan
mendidik PNS yang melakukan pelanggaran disiplin, agar kembali
memiliki sikap ketaatan pada peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Oleh karena itu setiap pejabat yang berwenang menghukum
wajib memeriksa lebih dahulu dengan seksama PNS yang melakukan
pelanggaran disiplin, agar diketahui latar belakang dan motif terjadinya

95
pelanggaran disiplin, sehingga hukuman disiplin yang dijatuhkan benar-
benar sesuai dan memenuhi asas keadilan.
a. Kewajiban PNS
1) mengucapkan sumpah/janji PNS;
2) mengucapkan sumpah/janji jabatan;
3) setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dan Pemerintah;
4) menaati segala ketentuan peraturan perundangundangan;
5) melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada
PNS dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung
jawab;
6) menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan
martabat PNS;
7) mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan
sendiri, seseorang, dan/atau golongan;
8) memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau
menurut perintah harus dirahasiakan;
9) bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk
kepentingan negara;
10) melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila
mengetahui ada hal yang dapat membahayakan atau
merugikan negara atau Pemerintah terutama di bidang
keamanan, keuangan, dan materiil;
11) masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja;
12) mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan;
13) menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara
dengan sebaik-baiknya;
14) memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat;
15) membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas;
16) memberikan kesempatan kepada bawahan untuk
mengembangkan karier; dan
17) menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat
yang berwenang.
b. Larangan PNS
1) menyalahgunakan wewenang;

96
2) menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi
dan/atau orang lain dengan menggunakan kewenangan orang
lain;
3) tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk
negara lain dan/atau lembaga atau organisasi internasional;
4) bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga
swadaya masyarakat asing;
5) memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau
meminjamkan barang-barang baik bergerak atau tidak
bergerak, dokumen atau surat berharga milik negara secara
tidak sah;
6) melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat,
bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan
kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan,
atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung
merugikan negara;
7) memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada
siapapun baik secara langsung atau tidak langsung dan
dengan dalih apapun untuk diangkat dalam jabatan;
8) menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun
juga yang berhubungan dengan jabatan dan/atau
pekerjaannya;
9) bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya;
10) melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan
yang dapat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak
yang dilayani sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang
dilayani;
11) menghalangi berjalannya tugas kedinasan;
12) memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden,
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, atau
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan cara:
(a) ikut serta sebagai pelaksana kampanye;
(b) menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut
partai atau atribut PNS;
(c) sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS
lain; dan/atau
(d) sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas
negara;

97
13) memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden
dengan cara:
(a) membuat keputusan dan/atau tindakan yang
menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan
calon selama masa kampanye; dan/atau
(b) mengadakan kegiatan yang mengarah kepada
keberpihakan terhadap pasangan calon yang menjadi
peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa
kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan,
atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit
kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat;
14) memberikan dukungan kepada calon anggota Dewan
Perwakilan Daerah atau calon Kepala Daerah/Wakil Kepala
Daerah dengan cara memberikan surat dukungan disertai foto
kopi Kartu Tanda Penduduk atau Surat Keterangan Tanda
Penduduk sesuai peraturan perundangundangan; dan
15) memberikan dukungan kepada calon Kepala Daerah/Wakil
Kepala Daerah, dengan cara:
(a) terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon
Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah;
(b) menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam
kegiatan kampanye;
(c) membuat keputusan dan/atau tindakan yang
menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan
calon selama masa kampanye; dan/atau
(d) mengadakan kegiatan yang mengarah kepada
keberpihakan terhadap pasangan calon yang menjadi
peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa
kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan,
atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit
kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat.
c. Ketentuan Jam Kerja
PNS di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Agam bekerja selama 5
hari dalam seminggu yakni hari Senin s.d Jumat, dengan jumlah
jam efektif dalam 1 minggu yakni selama 37,5 jam.
Ketentuan mengenai jam kerja sbb:
1. Senin, Selasa dan Kamis Pukul 07.30 s.d 16.00 WIB
Waktu istirahat Pukul 12.00 s.d 13.00 WIB
2. Rabu Pukul 07.00 s.d 16.00 WIB

98
Waktu Istirahat Pukul 12.00 s.d 13.00 WIB
3. Jum’at Pukul 07.30 s.d 16.30 WIB
Waktu Istirahat Pukul 12.00 s.d 13.30 WIB
Khusus bagi unit kerja atau satuan organisasi yang berfungsi
memberikan pelayanan kepada masyarakat seperti RSUD,
Puskesmas Satpol PP, Pemadam Kebakaran, dan lain-lain akan
dibentuk satuan piket pelaksanaan tugas pada hari hari libur.
Sedangkan lembaga pendidikan mulai dari TK, SD, SLTP, dan SLTA
atau yang sederajat dikecualikan dari lima hari kerja.
d. Ketentuan Pakaian Dinas
Adapun ketentuan mengenai pakaian dinas sebagai berikut:
1) Hari Senin dan Selasa menggunakan PDH warna khaki.
2) Hari Rabu menggunakan PDH kemeja warna putih, celana/rok
hitam atau gelap setelah melaksanakan olah raga.
3) Hari Kamis dan Jum’at:
 Untuk pria, Hari Kamis menggunakan pakaian khas
daerah/tenun/bordir + peci dan sarung. Sedangkan hari
Jum’at memakai baju sulaman/ bordir khas daerah warna
putih + peci dan sarung
 Untuk wanita, hari kamis memakai baju kurung dengan
sulaman/bordir khas daerah dan diperkenankan memakai
assesoris khas daerah yang sesuai. Sedangkan hari Jum’at
memakai baju kurung khas daerah.
4) Pakaian Linmas digunakan pada saat peringatan Hari Linmas
dan/atau sesuai ketentuan acara.
5) Pakaian Korpri digunakan pada saat peringatan Hari Korpri
dan/atau atau sesuai ketentuan acara.
4. Penjatuhan Hukuman Disiplin
PNS yang tidak menaati ketentuan (kewajiban dan larangan) dijatuhi
hukuman disiplin.
Adapun tingkat hukuman disiplin terdiri dari:
a. hukuman disiplin ringan, terdiri dari:
1) teguran lisan;
2) teguran tertulis; dan
3) pernyataan tidak puas secara tertulis.
b. hukuman disiplin sedang, terdiri dari:
1) penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun;
99
2) penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun; dan
3) penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu)
tahun.
c. Jenis hukuman disiplin berat, terdiri dari:
1) penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga)
tahun;
2) pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih
rendah;
3) pembebasan dari jabatan;
4) pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri
sebagai PNS; dan
5) pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS.
Tingkat/kewenangan penjatuhan hukuman disiplin tergantung dengan
tingkat hukuman yang akan dijatuhkan sesuai dengan ketentuan PP
No. 53 tahun 2010, dimana tingkat hukuman tersebut juga ditentukan
oleh seberapa besar pengaruh pelanggaran tersebut terhadap
lingkungannya.
5. Pejabat Yang Berwenang Menghukum
Pejabat yang berwenang menghukum wajib menjatuhkan hukuman
disiplin kepada PNS yang melakukan pelanggaran disiplin. Apabila
pejabat yang berwenang menghukum tidak menjatuhkan hukuman
disiplin kepada PNS yang melakukan pelanggaran disiplin maka
pejabat tersebut akan dijatuhi hukuman disiplin oleh atasannya sama
dengan hukuman disiplin yang dijatuhkan kepada PNS yang melakukan
pelanggaran disiplin.
a. Bupati selaku Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah menetapkan
penjatuhan hukuman disiplin bagi PNS yang menduduki jabatan:
1) Sekretaris Daerah untuk semua jenis hukuman ringan, semua
jenis hukuman sedang, dan hukuman berat berupa penurunan
pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun
2) fungsional tertentu jenjang utama untuk semua tingkat
hukuman.
3) fungsional umum golongan ruang IV/d dan golongan ruang
IV/e, untuk semua jenis hukuman ringan dan semua jenis
hukuman sedang dan hukuman berat berupa: penurunan
pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun;
pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri
sebagai PNS; dan pemberhentian tidak dengan hormat
sebagai PNS.

100
4) struktural eselon II dan fungsional tertentu jenjang Madya dan
Penyelia untuk semua tingkat hukuman disiplin.
5) fungsional umum golongan ruang IV/a sampai dengan
golongan ruang IV/c untuk semua jenis hukuman sedang dan
hukuman berat berupa penurunan pangkat setingkat lebih
rendah selama 3 (tiga) tahun; pemberhentian dengan hormat
tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS; dan pemberhentian
tidak dengan hormat sebagai PNS.
6) struktural eselon III ke bawah dan fungsional tertentu jenjang
Muda dan Penyelia ke bawah semua jenis hukuman sedang
dan semua jenis hukuman berat.
7) fungsional umum golongan ruang III/d kebawah di
lingkungannya, untuk semua jenis hukuman sedang dan
hukuman berat berupa penurunan pangkat setingkat lebih
rendah selama 3 (tiga) tahun; pemberhentian dengan hormat
tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS; dan pemberhentian
tidak dengan hormat sebagai PNS.
b. Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota, menetapkan penjatuhan
hukuman disiplin bagi PNS yang menduduki jabatan:
1) struktural eselon II untuk semua jenis hukuman disiplin ringan.
2) struktural eselon III, fungsional tertentu jenjang Muda dan
Penyelia, dan fungsional umum golongan ruang III/c dan
golongan ruang III/d untuk semua jenis hukuman ringan.
3) struktural eselon IV, fungsional tertentu jenjang Pertama dan
Pelaksana Lanjutan, dan fungsional umum golongan ruang II/c
sampai dengan golongan ruang III/b, untuk hukuman sedang
berupa penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun
dan penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun.
c. Pejabat struktural eselon II menetapkan penjatuhan hukuman
disiplin bagi PNS yang menduduki jabatan:
1) struktural eselon III, fungsional tertentu jenjang Muda dan
Penyelia, dan fungsional umum golongan ruang III/c dan
golongan ruang III/d untuk semua jenis hukuman ringan
2) struktural eselon IV, fungsional tertentu jenjang Pertama dan
Pelaksana Lanjutan, dan fungsional umum golongan ruang II/c
sampai dengan golongan ruang III/b untuk jenis hukuman
sedang berupa penundaan kenaikan gaji berkala selama 1
(satu) tahun dan penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu)
tahun.

101
d. Pejabat struktural eselon III menetapkan penjatuhan hukuman
disiplin bagi PNS yang menduduki jabatan:
1) struktural eselon IV, fungsional tertentu jenjang Pertama dan
Pelaksana Lanjutan, dan fungsional umum golongan ruang II/c
sampai dengan golongan ruang III/b untuk semua jenis
hukuman disiplin ringan.
2) struktural eselon V, fungsional tertentu jenjang Pelaksana dan
Pelaksana Pemula, dan fungsional umum golongan ruang II/a
dan golongan ruang II/b di lingkungannya untuk jenis hukuman
disiplin sedang berupa berupa penundaan kenaikan gaji
berkala selama 1 (satu) tahun dan penundaan kenaikan
pangkat selama 1 (satu) tahun.
e. Pejabat struktural eselon IV dan pejabat yang setara menetapkan
penjatuhan hukuman disiplin bagi PNS yang menduduki jabatan:
1) struktural eselon V, fungsional tertentu jenjang Pelaksana dan
Pelaksana Pemula, dan fungsional umum golongan ruang II/a
dan golongan ruang II/b untuk semua jenis hukuman disiplin
ringan.
2) fungsional umum golongan ruang I/a sampai dengan golongan
ruang I/d untuk hukuman disiplin sedang berupa berupa
penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun dan
penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun.
f. Pejabat struktural eselon V dan pejabat yang setara menetapkan
penjatuhan hukuman disiplin bagi PNS yang menduduki jabatan
fungsional umum golongan ruang I/a sampai dengan golongan
ruang I/d untuk semua jenis hukuman disiplin ringan.
Terhadap penjatuhan hukuman disiplin, PNS dapat melakukan upaya
administratif. Upaya administrasi adalah prosedur yang dapat ditempuh
oleh PNS yang tidak puas terhadap hukuman disiplin yang dijatuhkan
kepadanya berupa keberatan atau banding administratif.
Keberatan adalah upaya administratif yang dapat ditempuh oleh PNS
yang tidak puas terhadap hukuman disiplin yang dijatuhkan oleh
pejabat yang berwenang menghukum kepada atasan pejabat yang
berwenang menghukum.
Banding administratif adalah upaya administratif yang dapat ditempuh
oleh PNS yang tidak puas terhadap hukuman disiplin berupa
pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atau
pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS yang dijatuhkan oleh
pejabat yang berwenang menghukum, kepada Badan Pertimbangan
Kepegawaian.

102
Z. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)
1. Dasar Hukum
a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan
dan Pelatihan Prajabatan Pegawai Negeri Sipil
c. Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 2 Tahun
2007 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan
Pelatihan Prajabatan CPNS yang diangkat dari tenaga honorer.
d. Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 3 Tahun
2007 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan
Pelatihan Prajabatan Golongan I dan II
e. Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 4 Tahun
2007 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan
Pelatihan Prajabatan Golongan III
f. Peraturan Bupati Agam Nomor 5 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan
Pemberian Tugas Belajar, Tugas Belajar Mandiri, dan Izin Belajar
bagi Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kabupaten
Agam
2. Sekilas Diklat
Diklat PNS adalah proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam
rangka meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan pegawai. Sasaran
Diklat PNS adalah terwujudnya PNS yang memiliki kompetensi yang
sesuai dengan persyaratan masing-masing jabatan.
Sedangkan tujuan Diklat adalah:
a. Meningkatkan pengetahuan, keahlian, ketrampilan dan sikap untuk
alat melaksanakan tugas jabatan secara professional dengan
dilandasi kepribadian dan etika PNS sesuai dengan kebutuhan
instansi.
b. Menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai pembaharu
dan perekat persatuan dan kesatuan bangsa.
c. Memantapkan sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi
pada pelayanan, pengayoman dan pemberdayaan masyarakat.
d. Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir dalam
melaksanakan tugas pemerintahan umum dan pembangunan demi
terwujudnya kepemerintahan yang baik.
Diklat PNS terdiri dari 2 jenis, yakni diklat prajabatan dan diklat dalam
jabatan

103
a. Diklat Prajabatan
Merupakan diklat yang dipersyaratkan dalam pengangkatan CPNS
menjadi PNS. Setiap CPNS untuk diangkat menjadi PNS wajib
mengikuti dan lulus diklat prajabatan. CPNS wajib diikutsertakan
dalam diklat prajabatan selambat-lambatnya 1 tahun setelah
pengangkatannya sebagai CPNS.
Diklat prajabatan dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan
dalam rangka pembentukan wawasan kebangsaan, kepribadian
dan etika PNS, disamping pengetahuan dasar tentang system
penyelenggaraan pemerintah negara, bidang tugas dan budaya
organisasinya agar mampu melaksanakan tugas dan peranannya
sebagai pelayan masyarakat.
Diklat prajabatan terdiri dari:
1) Diklat Prajabatan Gol I untuk CPNS berijazah SLTP kebawah;
2) Diklat Prajabatan Gol II untuk CPNS berijazah SLTA sampai
D3;
3) Diklat Prajabatan Gol III untuk CPNS berijazah Diploma IV/S1.
b. Diklat Dalam Jabatan
Diklat dalam jabatan terdiri dari:
1) Diklat Kepemimpinan (Diklat Pim)
Diklatpim dilaksanakan untuk mencapai kompetensi
kepemimpinan aparatur pemerintah yang sesuai dengan
jenjang jabatan struktural yang diemban.
Diklat kepemimpinan terdiri dari empat jenjang yaitu:
(a) Diklatpim Tk. IV, yang dipersyaratkan untuk jabatan eselon IV;
(b) Diklatpim Tk. III, yang dipersyaratkan untuk jabatan eselon III;
(c) Diklatpim Tk. II, yang dipersyaratkan untuk jabatan eselon II;
(d) Diklatpim Tk. I, yang dipersyaratkan untuk jabatan eselon I;
Meskipun Diklatpim berjenjang, namun keikutsertaan PNS
dalam Diklat kepemimpinan tingkat tertentu tidak
dipersyaratkan mengikuti Diklatpim tingkat dibawahnya.
2) Diklat Fungsional.
Diklat fungsional merupakan diklat yang dilaksanakan untuk
mencapai persyaratan kompetensi yang sesuai dengan jenis
dan jenjang jabatan fungsional.
Jenis dan jenjang diklat fungsional:

104
(a) Diklat fungsional keahlian, yaitu diklat yang memberikan
pengetahuan dan keahlian fungsional tertentu yang
berhubungan langsung dengan pelaksanaan tugas jabatan
fungsional keahlian yang bersangkutan;
(b) Diklat fungsional keterampilan yaitu diklat yang
memberikan pengetahuan dan keterampilan fungsional
tertentu
3) Diklat teknis
Diklat Teknis merupakan diklat yang dilaksanakan untuk
mencapai persyaratan kompetensi teknis yang diperlukan untuk
pelaksanaan tugas PNS. Kompetensi teknis yang dimaksud
adalah kemampuan PNS dalam bidang- bidang teknis tertentu
untuk pelaksanaan tugas masing-masing.
3. Urusan Kepegawaian yang Terkait dengan Diklat
a. Diklat Prajabatan
Pelaksanaan diklat prajabatan, akan didahului dengan
pemberitahuan pelaksanaan kepada peserta yang akan mengikuti
Diklat Prajabatan melalui surat pemanggilan peserta diklat.
Secara umum persyaratan yang harus dipenuhi pada saat
pendaftaran untuk mengikuti Diklat sebagai berikut:
1) Surat Tugas dari instansi masing-masing.
2) Foto copy SK CPNS.
3) Foto copy ijazah sebagai dasar pengangkatan CPNS
4) Pas Photo ukuran 3 x 4 dan 4 x 6 masing-masing 3 lembar
5) Surat Keterangan berbadan sehat dari rumah sakit Pemerintah/
Puskesmas.
6) Surat perrnyataan akan mengikuti diklat Prajabatan dengan
sungguh-sungguh.
7) Ketentuan pelaksanaan lainnya.
Dalam pelaksanaan Diklat Prajabatan, akomodasi dan konsumsi
disediakan oleh BKD.
Sebagai bukti mengikuti Diklat Prajabatan dan lulus, akan diberikan
Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan, nantinya akan
digunakan sebagai bahan pengusulan CPNS menjadi PNS.
b. Surat Keterangan Peningkatan Pendidikan
Bagi PNS yang memiliki ijazah lebih tinggi dari ijazah yang
digunakan saat mengikuti seleksi CPNS, dalam arti ijazah yang

105
digunakan saat test lebih rendah dari tingkat pendidikan yang telah
diselesaikannya atau PNS yang pada saat seleksi CPNS sedang
menjalani pendidikan, dimana pendidikan ini lebih tinggi dari pada
ijazah/pendidikan yang digunakan untuk mengikuti seleksi CPNS,
namun belum menamatkan pendidikan tersebut sampai yang
bersangkutan diangkat menjadi CPNS, maka untuk pemakaian
ijazah tersebut dalam kepegawaiannya perlu ditetapkan Surat
Keterangan Peningkatan Pendidikan oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian. Surat Keterangan Peningkatan Pendidikan hanya
dapat ditetapkan dengan ketentuan pendidikan tersebut linier
dengan pendidikan sebelumnya atau linier dengan jabatannya saat
ini.
Adapun persyaratan untuk pengurusan Surat Keterangan
Peningkatan Pendidikan sebagai berikut:
1) Surat pengantar dari SKPD
2) Persetujuan Kepala SKPD
3) Permohonan dari yang bersangkutan
4) Surat pernyataan tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin
5) Surat pernyataan tidak sedang dalam/terkait pemeriksaan
Inspektorat
6) Surat pernyataan tidak menuntut penyesuain
ijazah/pencantuman gelar sepanjang formasi tidak
memungkinkan
7) Foto copy SKP dua tahun terakhir
8) Foto copy SK CPNS dan PNS yang dilegalisir
9) Foto copy Ijazah dan transkrip nilai yang dilegalisir
10) Foto copy SK Pangkat Terakhir dilagalisir oleh atasan langsung
11) Surat keterangan yang bersangkutan terdaftar di Perguruan
Tinggi
12) Surat keterangan Akreditasi Jurusan dan Perguruan Tinggi
13) Forlap Dikti

AA. Tugas Belajar dan Izin Belajar


1. Dasar Hukum
Peraturan Bupati Agam Nomor 5 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan
Pemberian Tugas Belajar, Tugas Belajar Mandiri, dan Izin Belajar bagi
Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Agam
2. Sekilas Tugas Belajar dan Izin Belajar serta Pengurusannya
Untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan intelektual,
pengembangan wawasan dan profesionalisme PNS, Pemerintah

106
Kabupaten Agam memberi kesempatan kepada PNS yang memenuhi
syarat untuk mengikuti tugas belajar atau izin belajar.
Jenis pendidikan untuk program Tugas Belajar, Tugas Belajar Mandiri,
dan Izin Belajar meliputi pendidikan akademik, profesi, dan vokasi.
Pendidikan akademik terdiri dari Program Sarjana (S1) dan Program
Pascasarjana yang meliputi Program Magister (S2) dan Program
Doktor (S3). Pendidikan vokasi terdiri dari Program Diploma III dan
Program Diploma IV. Pendidikan Profesi berupa Program Spesialis.
Pemilihan jenis pendidikan dan program studi harus sesuai dengan
analisa prioritas kebutuhan daerah.
a. Tugas Belajar dan Tugas Belajar Mandiri
Tugas Belajar adalah penugasan yang diberikan oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian kepada Pegawai Negeri Sipil untuk
mengikuti atau melanjutkan pendidikan formal ke perguruan tinggi
negeri sebagaimana ditetapkan oleh Pemerintah, dan kepada
Pegawai Negeri Sipil tersebut diberikan bantuan biaya pendidikan
sesuai dengan yang dianggarkan dalam anggaran tahun berjalan.
Tugas Belajar Mandiri adalah penugasan yang diberikan oleh
Pejabat Pembina Kepegawaian kepada Pegawai Negeri Sipil untuk
mengikuti atau melanjutkan pendidikan formal ke perguruan tinggi
negeri sebagaimana ditetapkan oleh Pemerintah dengan biaya
pendidikan ditanggung sendiri oleh Pegawai Negeri Sipil.
Adapun Persyaratan umum bagi calon peserta Tugas Belajar dan
Tugas Belajar Mandiri sebagai berikut:
1) Berstatus PNS dan sekurang-kurangnya memiliki masa kerja 2
(dua) tahun sejak diangkat sebagai PNS;
2) Telah memiliki Surat Keterangan Izin Mengikuti Seleksi dari
Sekretaris Daerah dan dinyatakan lulus tes akademis oleh
Perguruan Tinggi yang dituju;
3) Sehat jasmani dan rohani;
4) Setiap unsur penilaian pekerjaan yang bersangkutan sekurang-
kurangnya bernilai baik, yang dibuktikan dengan DP-3 2 (dua)
tahun terakhir;
5) Tidak sedang dalam proses dan/atau menjalani hukuman
disiplin;
6) Tidak dalam pemeriksaan aparat pengawasan fungsional yang
dibuktikan dengan Surat Keterangan Kepala SKPD atau Kepala
Unit Kerja yang bersangkutan;

107
7) Tidak pernah gagal dalam Tugas Belajar atau Tugas Belajar
Mandiri yang disebabkan oleh kelalaian yang bersangkutan;
8) Tidak pernah dibatalkan mengikuti Tugas Belajar atau Tugas
Belajar Mandiri sebelumnya dikarenakan kesalahan yang
bersangkutan;
9) Pendidikan yang diikuti harus sesuai dengan latar belakang
pendidikan sebelumnya atau tugas pokok PNS yang
bersangkutan;
10) Disetujui oleh Kepala SKPD atau Kepala Unit Kerja yang
bersangkutan dengan berpedoman kepada rencana strategis
kebutuhan minimal dan skala prioritas kebutuhan minimal PNS;
11) Disetujui oleh istri/suami bagi PNS yang sudah berkeluarga;
12) Bersedia menanggung biaya perkuliahan sampai selesai
apabila bantuan biaya tidak dianggarkan didalam APBD
maupun APBN bagi PNS yang mengikuti Tugas Belajar;
13) Bersedia menanggung biaya perkuliahan sampai selesai
pendidikan bagi PNS yang mengikuti Tugas Belajar Mandiri;
14) Bersedia untuk tidak mengajukan permohonan pindah dari
Kabupaten Agam sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun
terhitung sejak menyelesaikan pendidikan;
15) Bersedia mengembalikan bantuan biaya pendidikan yang telah
diterima jika mengundurkan diri dan/atau tidak mampu
menyelesaikan pendidikan bagi PNS yang mengikuti program
Tugas Belajar dan dituangkan dalam bentuk perjanjian;
16) Bersedia membuat komitmen untuk melaksanakan program
Tugas Belajar atau Tugas Belajar Mandiri sesuai dengan
ketentuan Peraturan Bupati dan dituangkan dalam bentuk
perjanjian;
17) Bersedia tidak akan menuntut penyesuaian ijazah atau
pencantuman gelar kedalam pangkat apabila formasi belum
memungkinkan;
18) Bersedia ditempatkan sesuai formasi yang tersedia;
Persyaratan khusus bagi calon peserta tugas belajar dan tugas
belajar mandiri adalah:
1) Pendidikan Diploma III dari ijazah SLTA.
a) Memiliki ijazah SLTA dengan nilai rata-rata STTB
sekurang-kurangnya 7,00;
b) Pangkat/golongan minimal pengatur muda (II/a);
108
c) Sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dalam
pangkat/golongan Pengatur Muda (II/a);
d) Usia setinggi-tingginya 30 (tiga puluh) tahun pada saat
perkuliahan dimulai.
2) Pendidikan Strata 1 dari ijazah SLTA :
a) Memiliki ijazah SLTA dengan nilai rata-rata STTB
sekurang-kurangnya 7,00;
b) Pangkat/golongan minimal pengatur muda tingkat I (II/b);
c) Sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dalam
pangkat/golongan pengatur muda Tingkat I (II/b);
d) Usia setinggi-tingginya 35 (tiga puluh lima) tahun pada saat
perkuliahan dimulai.
3) Pendidikan Strata 1 dari ijazah Diploma III :
a) Memiliki ijazah Diploma III dengan IPK sekurang-kurangnya 2,75;
b) Pangkat/golongan minimal pengatur (II/c);
c) Sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dalam
pangkat/golongan pengatur (II/c) atau sekurang-kurangnya
2 (dua) tahun sejak menyelesaikan Tugas Belajar, Tugas
Belajar Mandiri, dan atau Izin Belajar sebelumnya;
d) Usia setinggi-tingginya 35 (tiga puluh lima) tahun pada saat
perkuliahan dimulai.
4) Pendidikan Strata 2 (S2)/Program Spesialis:
a) Memiliki ijazah strata 1 dengan IPK sekurang-kurangnya 2,75;
b) Pangkat/golongan minimal penata muda (III/a);
c) Sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dalam
pangkat/golongan Penata Muda (III/a) atau sekurang-
kurangnya 2 (dua) tahun sejak menyelesaikan tugas
belajar dan atau izin belajar sebelumnya atau 2 (dua) tahun
sejak diangkat sebagai PNS;
d) Memiliki usia setinggi-tingginya 45 tahun pada saat
perkuliahan dimulai.
5) Pendidikan Strata 3 (S3):
a) Memiliki ijazah Strata 2 dengan IPK sekurang- kurangnya 3,0 ;
b) Pangkat/golongan minimal Penata (III/c);
c) Sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dalam
pangkat/golongan Penata golongan III/c atau sekurang-

109
kurangnya 2 (dua) tahun sejak menyelesaikan tugas
belajar dan atau izin belajar sebelumnya;
d) Memiliki usia setinggi-tingginya 40 tahun pada saat
perkuliahan dimulai.
6) Persyaratan khusus untuk calon peserta Tugas Belajar dan
Tugas Belajar Mandiri PNS dari Program Studi Dokter Spesialis
adalah sebagai berikut:
a) Berstatus PNS.
b) Memiliki ijazah kedokteran dengan IPK minimal 3,0;
c) Pangkat/golongan minimal Penata Muda Tingkat I, III/b;
d) Sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun sejak menyelesaikan
Tugas Belajar, Tugas Belajar Mandiri, dan atau izin belajar
sebelumnya;
e) Memiliki usia setinggi-tingginya 40 tahun pada saat
perkuliahan dimulai.
f) Telah memiliki surat keterangan izin mengikuti seleksi dari
Sekretaris Daerah dan dinyatakan lulus tes akademis oleh
Perguruan Tinggi yang dituju;
g) Sehat jasmani dan rohani;
h) Setiap unsur Penilaian Pekerjaan yang bersangkutan
sekurang-kurangnya bernilai baik, yang dibuktikan dengan
DP-3 2 (dua) tahun terakhir;
i) Tidak sedang dalam proses dan atau menjalani hukuman
disiplin;
j) Tidak dalam pemeriksaan Aparat Pengawasan Fungsional
yang dibuktikan dengan Surat Keterangan dari Kepala
SKPD atau Kepala Unit Kerja yang bersangkutan;
k) Tidak pernah gagal dalam Tugas Belajar atau Tugas
Belajar Mandiri yang disebabkan oleh kelalaian yang
bersangkutan;
l) Tidak pernah dibatalkan mengikuti tugas belajar atau tugas
belajar mandiri sebelumnya dikarenakan kesalahan yang
bersangkutan;
m) Program Studi yang diikuti harus sesuai dengan kebutuhan
dokter spesialis pada Pemerintah Kabupaten Agam;
n) Disetujui oleh Kepala SKPD atau Kepala Unit Kerja yang
bersangkutan dengan berpedoman kepada rencana
strategis kebutuhan minimal dan skala perioritas kebutuhan
minimal PNS;
110
o) Disetujui oleh istri/suami bagi PNS yang sudah
berkeluarga.
p) Bagi PNS yang memanfaatkan sumber dana dari APBN
harus jelas tentang biaya yang ditanggung, apabila saat
pendidikan berjalan ternyata bantuan biaya tersebut
dihentikan tanpa alasan yang jelas maka biaya pendidikan
ditanggung oleh yang bersangkutan dan dapat dibantu
dengan biaya APBD sepanjang keuangan daerah
memungkinkan dan dituangkan dalam bentuk perjanjian.
q) Menanggung biaya perkuliahan sampai tamat apabila
bantuan biaya untuk Tugas Belajar tidak dianggarkan
didalam APBD maupun APBN bagi PNS yang mengikuti
program Tugas Belajar Mandiri dan dituangkan dalam
bentuk perjanjian;
r) Tidak mengajukan pindah dari Kabupaten Agam sekurang-
kurangnya 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak
menyelesaikan pendidikan dan dituangkan dalam bentuk
perjanjian;
s) Mengembalikan bantuan biaya pendidikan yang telah
diterima jika mengundurkan diri dan/atau tidak mampu
menyelesaikan pendidikan bagi PNS yang mengikuti
program Tugas Belajar dan dituangkan dalam bentuk
perjanjian;
t) Membuat komitmen untuk melaksanakan pendidikan Tugas
Belajar atau Tugas Belajar Mandiri yang diikuti sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Peraturan
Bupati dan dituangkan dalam bentuk perjanjian;
u) PNS yang bersangkutan tidak berhak untuk menuntut
penyesuaian ijazah atau pencantuman gelar kedalam
pangkat apabila formasi belum memungkinkan;
7) Khusus untuk PNS dari jabatan guru yang mengajukan
permohonan tugas belajar/Tugas belajar mandiri batas usia
maksimal adalah 48 tahun pada saat perkuliahan dimulai untuk
jenjang pendidikan Strata 1, Strata 2, dan Strata 3.
b. Izin Belajar
Izin Belajar adalah izin yang diberikan oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian Daerah kepada Pegawai Negeri Sipil untuk
melanjutkan pendidikan formal ke perguruan tinggi negeri maupun
swasta yang terakreditasi, diluar jam dinas dan tidak mengganggu

111
tugas kedinasan dengan biaya pendidikan ditanggung sendiri oleh
Pegawai Negeri Sipil
Persyaratan Umum bagi calon peserta Izin Belajar adalah:
1) Berstatus PNS dan sekurang-kurangnya memiliki masa kerja 2
(dua) tahun sejak diangkat sebagai PNS.
2) Sehat jasmani dan rohani.
3) Setiap unsur Penilaian Pekerjaan Pegawai yang bersangkutan
sekurang-kurangnya bernilai baik, yang dibuktikan dengan DP-
3 2 (dua) tahun terakhir.
4) Tidak sedang dalam proses dan/atau menjalani hukuman
disiplin.
5) Tidak dalam pemeriksaan Aparat Pengawasan Fungsional
yang dibuktikan dengan Surat Keterangan Kepala SKPD atau
Kepala Unit Kerja yang bersangkutan.
6) Pendidikan yang diikuti harus sesuai dengan latar belakang
pendidikan sebelumnya atau tugas PNS yang bersangkutan.
7) Dalam menjalankan pendidikan tidak meninggalkan kedinasan
dan/atau tugas pekerjaan sehari-hari sebagai PNS.
8) Disetujui oleh Kepala SKPD atau Kepala Unit Kerja yang
bersangkutan dengan berpedoman kepada rencana strategis
kebutuhan minimal dan skala prioritas kebutuhan minimal PNS.
9) Disetujui oleh istri/suami bagi PNS yang sudah berkeluarga.
10) Bersedia menanggung biaya perkuliahan sampai tamat.
11) Bersedia untuk tidak mengajukan permohonan pindah dari dari
Kabupaten Agam sekurang-kurangnya 6 (enam) tahun
terhitung sejak menyelesaikan pendidikan.
12) Bersedia untuk tidak menuntut penyesuaian ijazah atau
pencantuman gelar kedalam pangkat apabila formasi belum
memungkinkan.
Persyaratan khusus bagi calon peserta izin belajar adalah:
1) Pendidikan Diploma III (DIII) dari ijazah SLTA :
a) Memiliki ijazah SLTA dengan nilai rata-rata STTB
sekurang-kurangnya 7,00;
b) Pangkat/golongan minimal Pengatur Muda (II/a);
c) Sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dalam
pangkat/golongan Pengatur Muda (II/a);
d) Usia setinggi-tingginya 35 (tiga puluh lima) tahun pada saat
perkuliahan dimulai.
112
2) Pendidikan Strata I (S1) dari ijazah SLTA :
a) Memiliki ijazah SLTA dengan nilai rata-rata STTB
sekurang-kurangnya 7,00;
b) Pangkat/golongan minimal Pengatur Muda (II/a);
c) Sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dalam
Pangkat/golongan minimal Pengatur Muda (II/a);
d) Usia setinggi-tingginya 40 (empat puluh) tahun pada saat
perkuliahan dimulai.
3) Pendidikan Strata I dari ijazah Diploma III (DIII) :
a) Memiliki ijazah Diploma III dengan nilai rata-rata IPK
sekurang-kurangnya 2,75;
b) Pangkat/golongan minimal Pengatur (II/c);
c) Sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dalam
pangkat/golongan Pengatur (II/c) atau sekurang-
kurangnya 2 (dua) tahun sejak menyelesaikan tugas
belajar dan atau izin belajar sebelumnya;
d) Usia setinggi-tingginya 40 (empat puluh) tahun pada saat
perkuliahan dimulai.
4) Pendidikan Strata 2 (Pasca Sarjana)/ Program Spesialis :
a) Memiliki ijazah Strata 1 dengan nilai rata-rata IPK
sekurang-kurangnya 2,50;
b) Pangkat/golongan minimal Penata Muda (III/a);
c) Sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dalam
pangkat/golongan Penata Muda (III/a) atau sekurang-
kurangnya 2 (dua) tahun sejak menyelesaikan Tugas
Belajar, Tugas Belajar Mandiri atau Izin Belajar
sebelumnya, atau 2 (dua) tahun sejak diangkat sebagai
PNS;
d) Memiliki usia setinggi-tingginya 45 tahun pada saat
perkuliahan dimulai.
5) Pendidikan Strata 3 (S3):
a) Memiliki ijazah Strata 2 dengan nilai rata-rata IPK
sekurang-kurangnya 2,75;
b) Pangkat/golongan minimal Penata (III/c);
c) Sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dalam
pangkat/golongan Penata (III/c) atau sekurang-kurangnya

113
2 (dua) tahun sejak menyelesaikan tugas belajar dan atau
izin belajar sebelumnya;
d) Memiliki usia setinggi-tingginya 45 tahun pada saat
perkuliahan dimulai.
6) Khusus untuk PNS dari jabatan guru yang mengajukan
permohonan izin belajar batas usia maksimal adalah 48 tahun
pada saat perkuliahan dimulai untuk jenjang pendidikan Strata
1, Strata 2, dan Strata 3.
3. Prosedur Pengurusan Tugas Belajar dan Izin Belajar
a. Prosedur Pengurusan Tugas Belajar dan Tugas Belajar Mandiri
1) Kepala SKPD atau Kepala Unit Kerja mengusulkan PNS calon
peserta Tugas Belajar atau Tugas Belajar Mandiri.
2) Usulan dibuat secara tertulis dan ditujukan kepada Bupati
Agam melalui BKD, dengan melampirkan :
a) Foto copy legalisir SK PNS bagi yang belum pernah naik
pangkat
b) Foto copy legalisir SK kenaikan pangkat terakhir.
c) Foto copy legalisir ijazah yang telah tercantum didalam
Keputusan kenaikan pangkat terakhir dengan melampirkan
transkrip nilai.
d) Foto copy legalisir SKP 2 tahun terakhir
e) Surat persetujuan dari Kepala SKPD yang menyatakan
kualifikasi akademik yang diikuti oleh yang bersangkutan
telah sesuai dengan rencana strategis kebutuhan minimal
PNS dan skala perioritas kebutuhan minimal PNS pada
Satuan Kerja Perangkat Daerah atau Unit Kerja.
f) Formasi kebutuhan PNS terbaru dari SKPD atau Unit
Kerja.
g) Surat Pernyataan :
(1) Persetujuan dari isteri/suami PNS.
(2) Tidak pernah gagal atau dibatalkan mengikuti tugas
belajar atau tugas belajar mandiri disebabkan
kelalaian dan kesalahan yang bersangkutan.
h) Surat Keterangan :
(1) Sehat jasmani dan rohani dari dokter.

114
(2) Tidak dalam pemeriksaan aparat pengawasan
fungsional yang dibuktikan dengan surat keterangan
kepala unit kerja yang bersangkutan.
(3) Tidak sedang dalam proses dan/atau menjalani
hukuman disiplin.
(4) Izin mengikuti seleksi oleh Sekretaris Daerah.
(5) Telah lulus seleksi dari perguruan tinggi yang dituju.
i) Surat perjanjian dengan Bupati, yang menuangkan klausul
tentang kesanggupan :
(1) pengembalian bantuan biaya pendidikan yang telah
diterima jika mengundurkan diri dan/atau tidak mampu
menyelesaikan pendidikan dikarenakan kelalaian
sendiri, bagi PNS yang mengikuti program Tugas
Belajar dan Tugas Belajar Mandiri.
(2) Tidak mengajukan pindah tugas dari Kabupaten Agam
sekurang-kurang 6 (enam) tahun terhitung sejak
menyelesaikan tugas belajar mandiri
(3) komitmen untuk melaksanakan pendidikan tugas
belajar dan/atau tugas belajar mandiri yang diikuti,
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh
Peraturan Bupati ini.
(4) kesediaan menanggung biaya perkuliahan sampai
tamat jika pembiayaan tidak dianggarkan didalam
APBD maupun APBN bagi PNS yang mengikuti
program tugas belajar mandiri.
(5) tidak akan menuntut penyesuaian ijazah atau
pencantuman gelar kedalam pangkat apabila formasi
belum memungkinkan setelah menyelesaikan
pendidikan.
(6) kesediaan ditempatkan sesuai formasi yang ada
setelah menyelesaikan pendidikan.
7) Sebelum diteruskan kepada Bupati, usulan akan dibahas dalam
sidang MPP.
8) Usulan yang disetujui dalam sidang, diteruskan kepada Bupati
untuk mendapatkan persetujuan dan Keputusan Tugas Belajar.
9) Tugas belajar baru dapat dilaksanakan setelah ditetapkan
Bupati Agam.
b. Prosedur Pengurusan Izin Belajar

115
1) Kepala SKPD atau kepala unit kerja mengusulkan PNS calon
peserta Izin Belajar.
2) Usulan dibuat secara tertulis dan ditujukan kepada Bupati
Agam melalui BKD, dengan melampirkan:
a) Fotocopy legalisir surat keputusan pengangkatan
sebagai PNS bagi yang belum pernah kenaikan pangkat
setingkat lebih tinggi;
b) Fotocopy legalisir surat keputusan kenaikan pangkat
terakhir;
c) Fotocopy legalisir ijazah yang telah tercantum didalam
surat keputusan kenaikan pangkat terakhir dengan
melampirkan transkrip nilai;
d) Fotocopy legalisir SKP 2 tahun terakhir;
e) Surat persetujuan dari kepala badan/dinas/kantor/camat
yang menyatakan kualifikasi akademik yang di ikuti oleh
yang bersangkutan telah sesuai dengan rencana
strategis kebutuhan minimal PNS dan skala prioritas
kebutuhan minimal PNS pada Satuan Kerja Perangkat
Daerah atau Unit Kerja;
f) Formasi kebutuhan PNS terbaru dari Satuan Kerja
Perangkat Daerah atau Unit Kerja;
g) Surat Pernyataan, yang berisikan persetujuan dari
isteri/suami, bagi PNS yang telah berkeluarga;.
h) Surat Keterangan :
(1) Sehat jasmani dan rohani dari dokter;
(2) Tidak dalam pemeriksaan Aparat Pengawasan
Fungsional yang dibuktikan dengan Surat Keterangan
Kepala Unit Kerja yang bersangkutan.
(3) Tidak sedang dalam proses dan/atau menjalani
hukuman disiplin.
i) Surat Perjanjian dengan Bupati, yang menuangkan
klausul sebagai berikut :
(1) Tidak mengajukan pindah tugas dari Kabupaten
Agam sekurang-kurangnya 6 (enam) tahun terhitung
sejak menyelesaikan perkuliahan.
(2) Bersedia menanggung biaya perkuliahan sampai
tamat.

116
(3) Tidak meninggalkan kedinasan dan/atau tugas
pekerjaan sehari hari sebagai PNS.
(4) Tidak menuntut penyesuaian ijazah atau
pencantuman gelar kedalam pangkat apabila formasi
belum memungkinkan setelah menyelesaikan
perkuliahan.
3) Usulan ini akan diteruskan kepada Bupati untuk mendapatkan
persetujuan dan Keputusan Izin Belajar.
4) Izin belajar baru dapat dilaksanakan setelah ditetapkan
Bupati.

BB. Cuti PNS


1. Dasar Hukum
a. PP No. 24 Tahun 1976 Tentang Cuti Pegawai Negeri Sipil,
b. SE Kepala BAKN Nomor 01/SE/1977 Tentang Permintaan dan
Pemberian Cuti PNS:
c. Keputusan Bupati Agam Nomor 305 Tahun 2001 tentang
Pendelegasian Wewenang Pemberian Cuti Pegawai Negeri Sipil
Kepada Kepala Badan, Dinas, Kantor, dan Kecamatan Dalam
Lingkungan pemerintah Kabupaten Agam.
2. Sekilas Cuti
Cuti adalah tidak masuk kerja yang diizinkan dalam jangka waktu
tertentu. Pegawai Negeri Sipil yang sedang menjalankan cuti tahunan,
cuti besar, dan cuti karena alasan penting, dapat dipanggil kembali
bekerja apabila kepentingan dinas mendesak. Jangka waktu cuti yang
belum dijalankan itu tetap menjadi hak Pegawai Negeri Sipil yang
bersangkutan.
3. Jenis Cuti dan Ketentuannya
a. Cuti Tahunan, adapun ketentuannya sebagai berikut:
1) Pegawai Negeri Sipil yang telah bekerja sekurang-kurangnya 1
(satu) tahun secara terus menerus.
2) Lamanya cuti tahunan adalah 12 (dua belas) hari kerja.
3) Cuti tahunan tidak dapat dipecah-pecah hingga jangka waktu
yang kurang dari 3 (tiga) hari kerja.
4) Untuk mendaptkan cuti tahunan Pegawai negeri Sipil
bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis kepada
pejabat yang berwenang memberikan cuti.

117
5) Cuti tahunan diberikan secara tertulis oleh pejabat yang
berwenang memberikan cuti.
6) Cuti tahunan yang akan dijalankan ditempat yang sulit
perhubungannya, maka jangka waktu cuti tahunan tersebut
dapat ditambah untuk paling lama 14 (empat belas) hari.
7) Cuti tahunan yang tidak diambil dalam tahun yang
bersangkutan dapat diambil dalam tahun berikutnya untuk
paling lama 18 (delapan belas) hari kerja termasuk cuti tahunan
dalam tahun yang sedang berjalan.
8) Cuti tahunan yang tidak diambil lebih dari 2 (dua) tahun
berturut-turut, dapat diambil dalam tahun berikutnya untuk
paling lama 24 (dua puluh empat) hari kerja termasuk cuti
tahunan dalam tahun yang sedang berjalan.
9) Cuti tahunan dapat ditangguhkan pelaksanaannya oleh pejabat
yang berwenang memberikan cuti paling lama 1 (satu) tahun,
apabila kepentingan dinas mendesak.
10) Cuti tahunan yang ditangguhkan, dapat diambil dalam tahun
berikutnya selama 24 (dua puluh empat) hari kerja termasuk
cuti tahunan yang sedang berjalan.
11) PNS yang menjadi guru yang mendapat liburan menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, tidak berhak
atas cuti tahunan.
b. Cuti Besar, adapun ketentuannya sebagai berikut:
1) Pegawai Negeri Sipil yang telah bekerja sekurang-kurangnya 6
(enam) tahun secara terus menerus berhak mendapatkan cuti
besar yang lamanya 3 (tiga) bulan.
2) Pegawai Negeri Sipil yang menjalani cuti besar tidak berhak
lagi atas cuti tahunannya dalam tahun yang bersangkutan.
3) Untuk mendapatkan cuti besar, Pegawai Negeri Sipil
mengajukan permintaan secara tertulis kepada pejabat yang
berwenang memberikan cuti.
4) Cuti besar diberikan secara tertulis oleh pejabat yang
berwenang memberikan cuti.
5) Cuti besar dapat digunakan oleh Pegawai Negeri Sipil untuk
memenuhi kewajiban agama.
6) Cuti besar dapat ditangguhkan pelaksanaanya oleh pejabat
yang berwenang untuk paling lama 2(dua) tahun, apabila
kepentingan dinas mendesak.

118
7) Selama menjalankan cuti besar, Pegawai Negeri Sipil
menerima penghasilan penuh, kecuali tunjangan jabatan.
Persyaratan Pengurusan Cuti Besar
1) Pengantar SKPD
2) Permohonan Permintaan Cuti Besar
3) Foto copy SK Kenaikan Pangkat Terakhir.
4) Bagi yang akan menunaikan Ibadah Haji/Umrah agar
melampirkan bukti pelunasan biaya keberangkatan
haji/umrahnya.
c. Cuti Sakit, adapun ketentuannya sebagai berikut:
1) Setiap PNS yang menderita sakit berhak atas cuti sakit.
2) PNS yang sakit selama 1 (satu) atau 2 (dua) hari berhak atas
cuti sakit, dengan ketentuan, bahwa ia harus memberitahukan
kepada atasannya.
3) PNS yang sakit lebih dari 2 (dua) hari sampai dengan 14
(empat belas) hari berhak atas cuti sakit, dengan ketentuan
bahwa PNS yang bersangkutan harus mengajukan permintaan
secara tertulis kepada pejabat yang berwenang memberikan
cuti dengan melampirkan surat keterangan dokter.
4) PNS yang menderita sakit lebih dari 14 (empat belas) hari
berhak atas cuti sakit, dengan ketentuan bahwa PNS yang
bersangkutan harus mengajukan permintaan secara tertulis
kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti dengan
melampirkan surat keterangan dokter yang ditunjuk oleh
Menteri Kesehatan. Surat Keterangan Dokter tersebut antara
lain menyatakan tentang perlunya diberikan cuti, lamanya cuti
dan keterangan lain yang dipandang perlu.
5) Cuti sakit sebagaimana dimaksud pada point 4 diberikan untuk
waktu paling lama 1 (satu) tahun.
6) Cuti sakit sebagaimana dimaksud pada point 4 dapat ditambah
untuk paling lama 6(enam) bulan apabila dipandang perlu
berdasarkan surat keterangan dokter yang ditunjuk oleh
Menteri Kesehatan.
7) PNS yang tidak sembuh dari penyakitnya dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud di atas, harus diuji kembali
kesehatannya oleh dokter yang ditunjuk oleh Menteri
Kesehatan. Apabila berdasarkan hasil pengujian kesehatan
PNS yang bersangkutan belum sembuh dari penyakitnya, maka
ia diberhentikan dengan hormat dari jabatannya karena sakit

119
dengan mendapat uang tunggu berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
8) PNS wanita yang mengalami gugur kandungan berhak atas cuti
sakit untuk paling lama 1 1/2 (satu setengah) bulan.
9) Untuk mendapatkan cuti sakit sebagaimana dimaksud pada
point 8, PNS yang bersangkutan harus mengajukan permintaan
secara tertulis kepada pejabat yang berwenang memberikan
cuti dengan melampirkan surat keterangan dokter atau bidan.
10) PNS yang mengalami kecelakaan dalam dan oleh karena
menjalankan tugas kewajibannya sehingga ia memerlukan
perawatan berhak atas cuti sakit sampai sembuh dari
penyakitnya.
11) Selama menjalankan cuti sakit PNS yang bersangkutan
menerima penghasilan penuh.
d. Cuti Bersalin, adapun ketentuannya sebagai berikut:
1) Untuk persalinan anak yang pertama, kedua, dan ketiga,
Pegawai Negeri Sipil wanita berhak atas cuti bersalin.
2) Persalinan anak yang pertama maksudnya adalah persalinan
pertama sejak menjadi CPNS.
3) Untuk persalinan anaknya yang keempat dan seterusnya,
kepada Pegawai Negeri Sipil wanita diberikan cuti diluar
tanggungan Negara.
4) Bagi PNS yang bersalin untuk anak keempat dan seterusnya,
apabila menjelang persalinan tersebut mempunyai hak atas cuti
besar, dapat menggunakan cuti besar tersebut sebagai cuti
persalinan.
5) Lamanya cuti bersalin tersebut adalah 1 (satu) bulan sebelum
dan 2 (dua) bulan sesudah persalinan. Jika PNS mengambil
cuti bersalin 2 minggu sebelum melahirkan, maka haknya tetap
2 bulan setelah melahirkan.
6) Untuk mendapatkan cuti bersalin, PNS yang bersangkutan
harus mengajukan permintaan secara tertulis kepada pejabat
yang berwenang memberikan cuti.
7) Cuti bersalin diberikan secara tertulis oleh pejabat yang
berwenang memberikan cuti.
8) Selama menjalankan cuti bersalin PNS wanita yang
bersangkutan menerima penghasilan penuh.

120
e. Cuti Karena Alasan Penting, adapun ketentuannya sebagai
berikut:
1) Pegawai Negeri Sipil berhak atas cuti karena alasan penting
2) PNS dapat cuti karena alasan penting untuk paling lama 2
bulan.
3) Lamanya cuti karena alasan penting hendaknya ditetapkan
sedemikian rupa, sehingga benar-benar hanya untuk waktu
yang diperlukan saja.
4) Yang dimaksud cuti karena alasan penting adalah cuti karena:
a) Ibu, bapak, isteri/suami, anak, adik, kakak, mertua, atau
menantu sakit keras atau meninggal dunia.
b) Salah seorang anggota keluarga yang dimaksud dalam point
1 meninggal dunia dan menurut ketentuan hukum yang
berlaku PNS yang bersangkutan harus mengurus hak-hak
dari anggota keluarganya yang meninggal dunia itu.
c) Melangsungkan perrkawinan yang pertama.
d) Alasan penting lainnya yang ditetapkan kemudian oleh
Presiden.
5) Untuk mendapatkan cuti karena alasan penting, PNS harus
mengajukan secara tertulis dengan menyebutkan alasannya
kepada pejabat yang berwenang memberikan. Cuti karena
alasan penting diberikan secara tertulis oleh pejabat yang
berwenang.
6) Selama menjalankan cuti, PNS yang bersangkutan menerima
penghasilan penuh.
f. Cuti di Luar Tanggungan Negara
1) CLTN bukan hak, oleh sebab itu permintaan CLTN dapat
dikabulkan atau ditolak oleh Pejabat yang berwenang
memberikan cuti. Pertimbangan Pejabat yang bersangkutan
didasarkan untuk kepentingan dinas.
2) PNS yang bekerja sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun secara
terus menerus, karena alasan pribadi yang penting dan
mendesak dapat diberikan CLTN untuk paling lama 3 (tiga)
tahun. Jangka waktu tersebut dapat diperpanjang untuk paling
lama 1(satu) tahun apabila ada alasan yang penting untuk
memperpanjangnya.

121
3) CLTN hanya dapat diberikan dengan SK Pejabat yang
berwenang memberikan cuti setelah mendapat persetujuan
dari Kepala BKN.
4) Permintaan perpanjangan CLTN yang diajukan sekurang-
kurangnya 3 bulan sebelum CLTN berakhir.
5) PNS yang menjalankan CLTN dibebaskan dari jabatannya dan
jabatan yang lowong itu dengan segera dapat diisi.
6) Selama menjalankan CLTN tidak berhak menerima
penghasilan dari Negara dan tidak diperhitungkan sebagai
masa kerja PNS
7) PNS yang telah selesai menjalakan CLTN wajib melaporkan
diri secara tertulis kepada Pimpinan Instansi induknya
8) Pimpinan instansi induk yang telah menerima laporan dari PNS
yang telah selesai menjalankan CLTN berkewajiban:
a) Menempatkan dan memperkerjakan kembali apabila ada
lowongan dengan terlebih dahulu mendapat persetujuan
dari Kepala BKN.
b) Apabila tidak ada lowongan, maka pimpinan instansi induk
melaporkan kepada kepala BKN untuk kemungkinan
disalurkan penempatannya pada instansi lain.
c) Apabila Kepala BKN tidak dapat menyalurkan
penempatan PNS tersebut, maka Kepala BKN
memberitahukan kepada Pimpinan Instansi induk agar
memberhentikan PNS dengan hak-hak kepegawaian
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
9) Khusus bagi CLTN untuk persalinan, berlaku ketentuan-
ketentuan sebagai berikut:
a) Permintaan cuti tersebut tidak dapat di tolak.
b) Cuti ini tidak memerlukan persetujuan Kepala BKN.
c) PNS yang menjalankan CLTN tidak dibebaskan dari
jabatannya, atau dengan kata lain, jabatannya tidak dapat
diisi oleh orang lain.
d) Lamanya cuti sama dengan lamanya cuti bersalin yakni 1
(satu) bulan sebelum dan 2 (dua) bulan sesudah
persalinan.
e) Selama menjalankan CLTN tersebut tidak menerima
penghasilan dari Negara dan tidak diperhitungkan sebagai
masa kerja PNS.

122
4. Kewenangan Pemberian Cuti PNS
a. Kewenangan pemberian cuti berada pada Pejabat Pembina
Kepegawaian (PPK).
b. Untuk kelancaran pemberian cuti, Bupati Agam selaku PPK
mendelegasi wewenang pemberian cuti PNS kepada Kepala
Badan, Dinas, Kantor, dan Camat. Adapun wewenang yang
didelegasikan tersebut adalah terhadap:
1) Cuti Tahunan
2) Cuti Sakit
3) Cuti Hamil bagi PNS yang mengalami gugur kandungan.
4) Cuti Bersalin
5) Cuti Karena Alasan Penting
c. Khusus untuk Cuti Besar dan Cuti Diluar Tanggungan Negara di
sampaikan kepada Bupati melalui BKD Kabupaten Agam.
d. Dalam melaksanakan wewenang pemberian cuti, kepala badan,
dinas, kantor, dan camat harus memberikan tembusannya kepada
bupati melalui BKD Kabupaten Agam.

EE. Pemberian Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya


1. Dasar Hukum
Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1994 tentang Tanda
Kehormatan Satyalancana Karya Satya
2. Sekilas Tanda Kehormatan Satya Lancana Karya Satya
Satyalancana Karya Satya merupakan tanda kehormatan yang
diberikan kepada Korps Pegawai Negeri Sipil Republik Indonesia yang
telah berbakti selama 10 atau 20 atau 30 tahun lebih secara terus
menerus dengan menunjukkan kecakapan, kedisiplinan, kesetiaan dan
pengabdian sehingga dapat dijadikan teladan bagi PNS lainnya.
3. Pemberian Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya
Adapun Persyaratan yang harus dipenuhi sebagai berikut:
a. Persyaratan Umum :
1) Warga Negara Indonesia.
2) Memiliki integritas moral dan keteladanan.
3) Setia dan tidak mengkhianati bangsa dan negara.
4) Tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap

123
karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana
penjara paling sedikit 5 (lima) tahun.
b. Persyaratan Khusus :
1) Pegawai Negeri Sipil yang telah bekerja dengan penuh
kesetiaan kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945, Negara dan Pemerintah serta dengan
penuh pengabdian, kejujuran, kecakapan dan disiplin secara
terus-menerus paling singkat sepuluh tahun, dua puluh tahun
dan tiga puluh tahun.
2) Selama menjadi Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan tidak
pernah dijatuhi hukuman disiplin tingkat ringan, sedang, berat
dan tidak pernah mengambil cuti diluar tanggungan negara.
3) Melampirkan foto copy surat keputusan pengangkatan sebagai
CPNS (80%) dan Pegawai Negeri Sipil (100%) yang dilegalisir.
4) Melampirkan foto copy surat keputusan pangkat terakhir yang
dilegalisir.
5) Melampirkan foto copy surat keputusan jabatan terakhir yang
dilegalisir.
6) Melampirkan foto copy piagam Satyalancana Karya Satya
sepuluh tahun, dua puluh tahun, apabila telah memilikinya
yang dilegalisir.
7) Melampirkan surat tidak sedang menjalani hukuman disiplin
dari kepala SKPD yang bersangkutan.
8) Melampirkan daftar riwayat pekerjaan dari Pegawai Negeri
Sipil yang bersangkutan (contoh terlampir).
Catatan
Usulan dimaksud beserta lampiran dibuat dalam rangkap dua.
4. Prosedur Pemberian Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya
a. Setiap tahun BKD akan menyampaikan surat, agar SKPD
mengusulkan PNS yang memenuhi syarat dilingkungannya yang
akan diajukan untuk mendapatkan Tanda Kehormatan
Satyalancana Karya Satya.
b. Usulan tersebut dialamatkan kepada Bupati Agam melalui Kepala
Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Agam.
c. BKD akan menseleksi ulang berkas PNS yang diusulkan SKPD,
untuk diusulkan ke Presiden RI melalui Sekretariat Negara.
d. PNS yang ditetapkan Presiden RI sebagai penerima Tanda
Kehormatan Satyalancana Karya Satya, akan menerima tanda

124
kehormatan tersebut pada Upacara Hari Kemerdekaan RI/hari
besar nasional/dan ulang tahun Pemerintah Kabupaten Agam.
5. Pemakaian Satyalancana Karya Satya
Pemakaian Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya dengan
pakaian Pakaian Sipil Lengkap (PSL) digunakan pada saat upacara-
upacara memperingati hari-hari besar nasional dan/atau menghormati
peristiwa-peristiwa penting, maupun upacara resmi lain. Dipasang di
dada di atas saku kiri.

FF. Pemberhentian PNS


PNS yang telah mencapai batas usia pensiun (BUP) sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, diberhentikan dengan hormat sebagai PNS.
Demikian pula PNS yang sebelum mencapai BUP mengajukan
permohonan berhenti sebagai PNS atas permintaan/kemauan sendiri,
diberhentikan dengan hormat sebagai PNS dengan mendapat hak-hak
kepegawaian sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
Pemberhentian dari jabatan negeri adalah pemberhentian yang
menyebabkan yang bersangkutan tidak lagi pada satu satuan organisasi
negara, tetapi ia masih mempunyai kedudukan sebagai PNS
Setiap pemberhentian dengan hormat sebagai PNS tidak harus diikuti
pemberian pensiun sepanjang persyaratan lain tidak terpenuhi seperti usia,
masa kerja dll
Pemberhentian sebagai PNS adalah pemberhentian yang menyebabkan
yang bersangkutan tidak lagi berkedudukan sebagai PNS. Seorang PNS
dapat diberhentikan sebagai PNS karena alasan sebagai berikut:
1. Pemberhentian Atas Permintaan Sendiri
Pegawai Negeri Sipil yang meminta berhenti, diberhentikan dengan
hormat sebagai PNS. Namun demikian, permintaan tersebut dapat
ditunda untuk paling lama 1 (satu) tahun apabila ada kepentingan dinas
yang mendesak.
Permintaan berhenti seorang PNS dapat ditolak apabila yang
bersangkutan terikat pada ikatan dinas, sedang menjalani wajib militer
dll yang serupa dengan itu sesuai peraturan perundangan yang
berlaku.
PNS yang diberhentikan dengan hormat atas permintaan sendiri
diberikan hak-hak kepegawaian sesuai peraturan perundangan yang
berlaku, sebagai contoh bila saat berhenti usia telah mencapai 50 tahun
dan masa kerja telah 20 tahun maka kepadanya diberikan hak pensiun.
2. Pemberhetian karena Mencapai Batas Usia Pensiun

125
PNS yang telah mencapai BUP diberhentikan dengan hormat sebagai
PNS dan kepadanya diberikan hak-hak kepegawaian sesuai peraturan
yang berlaku.
Batas Usia Pensiun (BUP) yaitu:
a. 58 tahun bagi pejabat administrasi;
b. 60 tahun bagi pejabat pimpinan tinggi;
c. sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan bagi
pejabat fungsional.
Selambat-lambatnya 15 (lima belas) bulan sebelum PNS mencapai
BUP, pimpinan instansi wajib memberitahukan kepada PNS yang
bersangkutan, bahwa ia akan diberhentikan sebagai PNS. Berdasarkan
pemberitahuan tersebut, PNS mengajukan permohonan berhenti
dengan hak pensiun.
PNS yang telah mencapai BUP tetapi tidak mengajukan permohonan
berhenti, diberhentikan dengan hormat sebagai PNS dengan mendapat
hak-hak kepegawaian sesuai peraturan perundangan yang berlaku
berdasarkan data yang berlaku berdasarkan data yang ada pada
instansi yang bersangkutan.
3. Pemberhentian Karena Adanya Penyederhanaan Organisasi
Perubahan satuan-satuan organisasi ada kalanya mengakibatkan
kelebihan PNS. Apabila terjadi hal yang demikian, maka PNS yang
kelebihan itu disalurkan kepada satuan organisasi negara lainnya.
Instansi yang karena disederhanakan organisasinya kemudian
menyusun daftar PNS tersebut dan menyampaikan kepada kepala
BKN. Kemudian BKN mengatur penyaluran kelebihan PNS tersebut
setelah berkonsultasi dengan pimpinan instansi yang membutuhkan.
Apabila kelebihan PNS karena adanya penyederhanaan organisasi
tidak mungkin disalurkan kepada instansi lain maka PNS tersebut
diberhentikan dengan hormat sebagai PNS dengan hak kepegawaian
sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
a. Apabila telah mencapai usia 50 (lima puluh) tahun, maka ia
diberhentikan dengan hormat sebagai PNS dengan hak pensiun.
b. Apabila usia belum mencapai 50 (lima puluh) tahun dan atau belum
memiliki masa kerja 10 (sepuluh) tahun, maka ia diberhentikan
dengan hormat dari jabatan negeri dengan mendapat uang tunggu.
c. Uang tunggu tersebut diberikan untuk waktu paling lama 1 (satu)
tahun, dan dapat diperpanjang tiap-tiap kali untuk paling lama 1
(satu) tahun, sengan ketentuan tidak boleh lebih dari 5 (lima) tahun.
Apabila pada saat berakhirnya pemberian uang tunggu usia PNS
telah mencapai 50 (lima puluh) tahun dan memiliki masa kerja

126
sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun, maka ia diberhentikan
dengan hormat sebagai PNS dengan hak pensiun.
d. Apabila PNS tersebut diatas pada saat berakhirnya uang tunggu
belum mencapai usia 50 (lima puluh) tahun tetapi telah memiliki
masa kerja 10 (sepuluh) tahun maka ia diberhentikan dengan
hormat sebagai PNS dengan hak pensiun yang diberikan pada saat
ia mencapai usia 50 tahun.
e. Apabila PNS tersebut diatas pada saat berakhirnya uang tunggu
telah mencapai usia 50 tahun tetapi masa kerja kurang dari 10
tahun maka ia diberhentikan dengan hormat sebagai PNS tanpa
hak pensiun.
4. Pemberhentian karena Melakukan Pelanggaran/ Tindak Pidana/
Penyelewengan
PNS dapat diberhentikan tidak dengan hormat sebagai PNS karena:
a. Melanggar sumpah/janji PNS, sumpah/janji jabatan atau
pelanggaran disiplin berat;
b. Dihukum penjara berdasarkan keputusan pengadilan yang sudah
mempunyai kekuatan hukum tetap, karena dengan sengaja
melakukan tindakan pidana kejahatan yang diancam pidana
penjara setinggi-tingginya 4 tahun atau ancaman pidana lebih
berat.
Pemberhentian sebagaimana tersebut di atas dapat dilakukan dengan
hormat atau tidak dengan hormat, tergantung pertimbangan pejabat
yang berwenang atas berat atau ringannya perbuatan yang dilakukan
dan besar atau kecilnya akibat yang ditimbulkan oleh perbuatan itu.
PNS diberhentikan tidak dengan hormat sebagai PNS apabila dipidana
penjara atau kurungan berdasarkan keputusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap, karena:
a. Melakukan tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya denan
jabatan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 413 sampai dengann
436 Kitab Undang-undang Hukum Pidana
b. Melakukan tindak pidana kejahatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 104 sampai dengan 161 Kitab Undang-undang Hukum
Pidana.
5. Pemberhentian Karena Tidak Cakap Jasmani/Rohani (Uzur)
PNS diberhentikan dengan hormat dengan mendapat hak-hak
kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku apabila berdasarkan Tim Penguji Kesehatan dinyatakan:

127
a. Tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan negeri karena
kesehatannya
b. Menderita penyakit/kelainan yang berbahaya bagi dirinya sendiri
dan atau lingkungan kerjanya
c. Setelah berakhirnya cuti sakit belum mampu bekerja kembali.
6. Pemberhentian karena Meninggalkan Tugas
PNS yang meninggalkan tugas secara tidak sah dalam waktu 2 bulan
secara terus menerus, dihentikan pembayaran gajinya mulai bulan
ketiga. PNS meninggalkan tugas secara tidak sah lebih dari 2 (dua)
bulan tetapi kurang dari 6 (enam) bulan melaporkan diri kepada
pimpinan instansinya dapat:
a. Ditugaskan kembali apabila alasannya dapat diterima oleh pejabat
yang berwenang
b. Diberhentikan dengan hormat sebagai PNS, apabila penyebabnya
karena kelalaian PNS yang bersangkutan dan menurut pejabat
yang berwenang akan mengganggu seasana kerja jika ia
ditugaskan kembali.
PNS yang selama 6 (enam) bulan atau lebih terus menerus
meninggalkan tugasnya secara tidak sah diberhentikan tidak dengan
hormat sebagai PNS.
7. Pemberhentian karena Meninggal Dunia atau Hilang
PNS yang meninggal dunia, dengan sendirinya dianggap diberhentikan
dengan hormat sebagai PNS. PNS yang hilang dianggap meninggal
dunia pada akhir bulan ke 12 sejak ia dinyatakan hilang. PNS yang
dinyatakan hilang yang sebelum melewati 12 bulan ditemukan kembali
masih hidup dan sehat, dipekerjakan kembali sebagai PNS.
PNS yang dinyatakan hilang yang sebelum melewati 12 bulan
diketemukan kembali tetapi cacat, diperlakukan sebagai berikut:
a. Diberhentikan dengan hormat sebagai PNS dengan hak pensiun
bila ia memiliki masa kerja sekurangnya 4 tahun
b. Apabila hilang dan cacatnya dalam dan karena menjalankan
kewajiban jabatannya, ia diberhentikan sebagai PNS dengan hak
pensiun tanpa memandang masa kerja.
Pegawai Negeri Sipil yang telah dinyatakan hilang kemudian
diketemukan kembali setelah melewati waktu 12 bulan diperlakukan
sbb:
a. Apabila ia masih sehat, dipekerjakan kembali
b. Apabila ia tidak dapat bekerja kembali dalam semua jabatan negeri
berdasarkan surat keterangan dari Tim Penguji Kesehatan,

128
diberhentikan dengan hormat sebagai PNS dengan mendapatkan
hak kepegawaian sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
8. Pemberhentian karena Hal-Hal Lain
PNS yang tidak melaporkan diri kembali pada instansi induknya setelah
habis menjalankan Cuti Diluar Tanggungan Negara, diberhentikan
dengan hormat sebagai PNS
PNS yang terlambat melaporkan diri kembali kepada instansi induknya
setelah habis Cuti Diluar Tanggungan Negara, maka:
b. Apabila keterlambatan melaporkan diri itu kurang dari 6 bulan,
maka PNS yang besangkutan dapat dipekerjakan kembali apabila
alasan keterlambatan tersebut dapat diterima pejabat yang
berwenang dan ada lowongan setelah terlebih dahulu mendapat
persetujan dari kepala BKN
c. Apabila keterlambatan melaporkan diri itu kurang dari 6 bulan tetapi
alasan tentang keterlambatan itu tidak dapat diterima oleh pejabat
yang berwenang, maka PNS yang besangkutan diberhentikan
denga hormat sebagai PNS
d. Apabila keterlambatan melaporkan diri lebih dari 6 bulan, maka
PNS yang bersangkutan harus diberhentikan sebagai PNS.

Hak-Hak Kepegawaian
a. Diberhentikan dengan hormat
1) Pegawai Negeri Sipil yang diberhentikan sebagai akibat
penyederhanaan organisasi, diberhentikan dengan hormat dengan
diberikan hak-hak kepegawaian sbb:
(a) Diberikan hak pensiun bila usia sekurang-kurangnya 50 (lima
puluh) tahun dan mempunyai masa kerja sekurang-kurangnya
10 tahun;
(b) Diberhentikan dari jabatan negeri dengan diberikan uang
tunggu, bila belum memenuhi usia dan masa kerja dimaksud
2) PNS yang menurut surat Keterangan Tim Penguji Kesehatan
dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan negeri
karena kesehatannya diberhentikan sebagai PNS dengan
mendapat hak pensiun apabila:
(a) Tanpa terikat masa kerja pensiun, bila penyebabnya oleh dan
karena manjalankan kewajiban jabatan
(b) Telah memiliki masa kerja 4 tahun bila bukan disebabkan oleh
dan karena menjalankan kewajiban jabatan.
129
b. Uang Tunggu
Yang berhak menerima Uang Tunggu adalah PNS yang diberhentikan
dari jabatan negeri karena:
1) Sebagai tenaga kelebihan akibat penyederhanaan organisasi dan
tidak dapat disalurkan ke instansi lain serta belum memenuhi syarat
pensiun
2) Menderita penyakit yang membahayakan bagi diri dan orang lain
dan belum memenuhi syarat pensiun
3) Berakhirnya cuti sakit, belum mampu bekerja kembali dan belum
memenuhi syarat pensiun
4) Tidak dapat dipekerjakan kembai setelah berakhirnya cuti di luar
tanggungan negara dan belum memenuhi syarat-syarat pensiun
Lamanya pemberian uang tunggu 1 tahun dan dapat diperpanjang
setiap kali paling lama 1 tahun, dengan ketentuan tidak boleh lebih dari
5 tahun.
Besarnya uang tunggu adalah 80% dari gaji pokok tahun pertama, 75%
dari gaji pokok untuk selanjutnya.
Selama menjalani uang tunggu, masih berstatus sebagai PNS, sehingga
berhak diberikan kenaikan gaji berkala, tunjangan keluarga, tunjangan
pangan. PNS yang selesai menjalani uang tunggu:
a. Telah berusia sekurang-kurangnya 50 tahun dan masa kerja
sekuranglurangnya 10 tahun diehentikan dengan hormat sebagai
PNS dengan hak pensiun;
b. Telah memiliki masa kerja sekurang-kurangnya 10 tahun tetapi
belum mencapai usia 50, maka ia diberhentikan dengan hormat
sebagai PNS tetapi pensiunnya baru diberikan terhitung mulai
tanggal satu bulan berikutnya ia mencapai usia 50 tahun.
c. Belum mencapai usia 50 tahun dan masa kerja kurang dari 10 tahun
maka ia diberhentikan denan hormat sebagai PNS tanpa hak
pensiun

GG. Pensiun PNS


1. Dasar Hukum
 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1969 tentang
Pensiun Pegawai dan Pensiun Janda/Duda Pegawai

130
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1982
tentang Pemberian Uang Duka Wafat bagi Keluarga Penerima
Pensiun
 Surat Edaran Kepala BKN Nomor 4/SE/1980 tentang
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil
 Surat Kepala BKN Nomor K.26-30/V.7-3/99 tentang Batas Usia
Pensiun Pegawai Negeri Sipil.
 Surat Kepala BKN Nomor K.26-30N.28-6/99 tentang Penjelasan
terhadap Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang masih bersedia/tidak
bersedia lagi melaksanakan tugas.
2. Sekilas Pensiun
Pensiun adalah jaminan hari tua dan sebagai balas jasa terhadap
Pegawai Negeri yang telah bertahun-tahun mengabdikan dirinya
kepada Negara.
Yang berhak atas pensiun adalah sebagai berikut:
a. Pegawai yang diberhentikan dengan hormat sebagai pegawai
negeri berhak menerima pensiun pegawai, jikalau ia pada saat
pemberhentiannya sebagai pegawai negeri:
1) Telah mencapai usia sekurang-kurangnya 50 tahun dan
mempunyai masa-kerja untuk pensiun sekurang-kurangnya 20
tahun.
2) Oleh badan/pejabat yang ditunjuk oleh Departemen Kesehatan
berdasarkan peraturan tentang pengujian kesehatan pegawai
negeri, dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan
apapun, juga karena keadaan jasmani atau rohani yang
disebabkan oleh dan karena ia menjalankan kewajiban jabatan
atau;
3) Mempunyai masa-kerja sekurang-kurangnya 4 tahun dan oleh
badan/pejabat yang ditunjuk oleh Departemen Kesehatan
berdasarkan peraturan tentang pengujian kesehatan pegawai
negeri, dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan
apapun juga karena keadaan jasmani atau rohani, yang tidak
disebabkan oleh dan karena ia menjalankan kewajiban
jabatannya.
b. Pegawai negeri yang diberhentikan atau dibebaskan dari
pekerjaannya karena penghapusan jabatan, perubahan dalam
susunan pegawai, penertiban aparatur negara atau karena
alasan-alasan dinas lainnya dan kemudian tidak dipekerjakan
kembali sebagai pegawai negeri, berhak menerima pensiun

131
pegawai apabila ia diberhentikan dengan hormat sebagai pegawai
negeri dan pada saat pemberhentiannya sebagai pegawai negeri
itu telah berusia sekurang-kurangnya 50 tahun dan memiliki
masa-kerja untuk pensiun sekurang-kurangnya 10 tahun.
c. Pegawai negeri yang setelah menjalankan suatu tugas negara tidak
dipekerjakan kembali sebagai pegawai negeri, berhak menerima
pensiun pegawai apabila ia diberhentikan dengan hormat sebagai
pegawai negeri dan pada saat pemberhentiannya sebagai pegawai
negeri ia telah mencapai usia sekurang-kurangnya 50 tahun dan
memiliki masa kerja untuk pensiun sekurang-kurangnya 10 tahun.
d. Apabila pegawai negeri yang dimaksud pada huruf b dan c diatas
pada saat ia diberhentikan sebagai pegawai negeri telah memiliki
masa-kerja untuk pensiun sekurang-kurangnya 10 tahun akan
tetapi pada saat itu belum mencapai usia 50 tahun, maka
pemberian pensiun kepadanya ditetapkan pada saat ia mencapai
usia 50 tahun.
3. Masa Persiapan Pensiun (MPP)
PNS yang akan mencapai Batas Usia Pensiun (BUP), dapat
dibebaskan dari jabatannya untuk paling lama 1 (satu) tahun, dengan
mendapat penghasilan berdasarkan peraturan perundangan-undangan
yang berlaku, kecuali tunjangan jabatan. Pembebasan tugas ini dikenal
dengan MPP. MPP dapat diambil penuh 1 tahun atau sebagian sesuai
dengan keinginan/kebutuhan PNS.
Adapun persyaratan pengurusannya sebagai berikut:
a. Surat pengantar dari SKPD
b. Permohonan dari yang bersangkutan.
c. Foto copy SK CPNS dilegalisir oleh atasan langsung
d. Foto copy SK PNS dilegalisir oleh atasan langsung
e. Foto copy SK Pangkat terakhir dilegalisir oleh atasan langsung
f. Foto copy Karpeg dilegalisir
g. Foto copy SK Konversi NIP dilegalisir oleh atasan langsung
h. SKP terakhir
i. Foto copy Surat Keputusan Pengangkatan Dalam Jabatan (kalau
ada)
 Masing-masing bahan rangkap 2 (dua).
Adapun prosedur pengajuan MPP sebagai berikut:
a. MPP diajukan minimal 2 bulan sebelum MPP diambil. Artinya 1
tahun 2 bulan sebelum Batas Usia Pensiun (BUP).
b. MPP diajukan secara berjenjang mulai dari unit kerja terendah
sampai ke SKPD-nya.

132
c. Kemudian SKPD mengusulkan MPP Ybs kepada Bupati Agam
melalui BKD.
d. BKD akan menindaklanjuti, dengan meminta persetujuan dan
Keputusan Bupati Agam..
e. SK MPP yang telah selesai akan diberitahukan dan diserahkan
kepada yang bersangkutan melalui SKPDnya.
4. Pengurusan Pensiun PNS
a. Pensiun BUP (Batas Usia Pensiun)
PNS yang telah mencapai batas usia pensiun, akan
diberhentikan sebagai PNS dan diberikan hak pensiun. BUP
tergantung dengan jabatan PNS tersebut.
Berdasarkan UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara, bahwa BUP PNS dirubah menjadi:
1) 58 tahun bagi Pejabat Administrasi;
2) 60 tahun bagi Pejabat Pimpinan Tinggi;
3) Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
bagi Pejabat Fungsional.
Adapun pesyaratan pensiun BUP sebagai berikut:
1) Surat pengantar dari Dinas/Badan/Kantor/Bagian/Camat
2) Permohonan permintaan yang bersangkutan.
3) Daftar perorangan Calon Penerima Pensiun (DPCP)
4) Foto copy SK CPNS dilegalisir oleh atasan langsung
5) Foto copy Pangkat terakhir dilegalisir oleh atasan langsung
6) Foto copy Karpeg dilegalisir
7) Foto copy SK Konversi NIP dilegalisir oleh atasan langsung
8) Daftar Susunan Keluarga diketahui oleh Camat setempat
9) Foto copy Surat Nikah dilegalisir oleh KUA
10) Foro copy Karis/Karsu dilegalisir oleh atasan langsung
11) Foto copy Akte Kelahiran anak dilegalisir oleh Dinas
Kependudukkan dan Pencatatan Sipil.
12) Penilaian Prestasi Kerja terakhir
13) Foto copy Surat Keputusan Pengangkatan Dalam Jabatan
(kalau ada)
14) Foto copy peninjauan masa kerja (kalau ada)
15) Surat pernyataan tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin 1
tahun terakhir diketahui oleh Esolon II
16) Pas photo ukuran 4x6 cm sebanyak 8 lembar, (bagi IV/b
Keatas 3x4 8 lembar)
Catatan

133
 Masing-masing bahan rangkap 2 (dua) kecuali bagi yang
Gol Ruang IV/b keatas rangkap 3.
 Untuk Gol IV/b keatas lampirkan formulir FPP.
 Apabila suami/istri meninggal dunia/cerai lampirkan akta
meninggal/cerai
b. Pensiun Atas Permintaan Sendiri (Pensiun APS).
PNS yang telah berusia minimal 50 Tahun dan memiliki masa
kerja minimal 20 tahun (dihitung sejak TMT CPNS) dapat
mengajukan pensiun yang disebut dengan pensiun atas
permintaan sendiri. PNS yang mengambil Pensiun APS ini tidak
diberikan kenaikan pangkat pengabdian.
Adapun persyaratnya sebagai berikut:
1) Pengantar SKPD
2) Permohonan ditandatangani diatas materai Rp. 6000,- dari
yang bersangkutan
3) Daftar Perorangan Calon Penerima Pensiun (DPCP)
4) Surat Keterangan Penghentian Pembayaran Gaji Sementara
(SKPPS)
5) Foto copy SK CPNS dilegalisir
6) Foto copy SK Kenaikan Pangkat Terakhir dilegalisir
7) Foto copy KGB terakhir dilegaisir
8) Foto copy Karpeg dilegalisir
9) Foto copy SK Konversi NIP dilegalisir
10) Daftar Susunan Keluarga diketahui oleh Camat setempat.
11) Foto copy Surat Nikah dilegalisir oleh KUA
12) Foro copy Karis/Karsu dilegalisir
13) Foto copy Akte Kelahiran Anak dilegalisir oleh Dinas
Nakerdukcapil
14) Surat Keterangan Kesehatan yang dikeluarkan oleh Tim
Dokter Penguji Kesehatan yang ditunjuk Pemerintah (khusus
bagi Pensiun Cacat Jasmani)
15) Daftar Riwayat Hidup/Pekerjaan
16) Penilaian Prestasi Kerja 1 tahun terakhir
17) Rekomendasi dari atasan langsung
18) Foto copy Peninjuan Masa Kerja (kalau ada)
19) Surat pernyataan tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin
dalam 1 tahun terakhir diketahui oleh Esolon II
20) Pas photo ukuran 4x6 cm sebanyak 8 lembar
21) Formulir FPP
Catatan:
134
 Masing-masing bahan rangkap 2 (dua) kecuali bagi yang
Gol Ruang IV/a keatas rangkap 3.
 Apabila suami/istri meninggal dunia/cerai lampirkan akta
cerai/meninggal.
 Untuk Gol III/d kebawah persyaratan sama dengan
Pensiun BUP kecuali permohonan harus ditandatangani
diatas materai Rp. 6000.
c. Pensiun Janda/Duda/Yatim
Sebelum diurai lebih lanjut tentang pensiun janda/duda/yatim,
perlu dipahami terlebih dahulu definisi berikut:
1) Janda, ialah isteri sah menurut hukum dari pegawai negeri
atau penerima pensiun-pegawai yang meninggal dunia;
2) Duda, ialah suami yang sah menurut hukum dari pegawai
negeri wanita atau penerima pensiun-pegawai wanita, yang
meninggal dunia dan tidak mempunyai isteri lain;
3) Anak, ialah anak kandung yang sah atau anak
kandung/anak yang disahkan menurut Undang-undang
Negara dari pegawai negeri, penerima pensiun, atau
penerima pensiun-janda/duda;
Hak atas pensiun janda/duda/yatim:
1) Apabila Pegawai Negeri atau penerima pensiun-pegawai
meninggal dunia, maka isteri (istri-istri)-nya untuk pegawai
negeri pria atau suaminya untuk pegawai negeri wanita, yang
sebelumnya telah terdaftar berhak menerima pensiun janda
atau pensiun duda.
2) Apabila Pegawai Negeri atau penerima pensiun pegawai
yang beristeri/bersuami meninggal dunia, sedangkan tidak
ada istri/suami yang terdaftar sebagai yang berhak menerima
pensiun janda/duda, maka pensiun janda/duda diberikan
kepada istri/suami yang ada pada waktu ia meninggal dunia.
Dalam hal pegawai negeri atau penerima pensiun pegawai
pria termaksud di atas beristri lebih dari seorang, maka
pensiun-janda diberikan kepada istri yang ada waktu itu
paling lama dan tidak terputus-putus dinikahinya.
3) Apabila Pegawai Negeri atau penerima pensiun pegawai
meninggal dunia, sedangkan ia tidak mempunyai isteri/suami
lagi yang berhak untuk menerima pensiun janda/duda atau
bagian pensiun janda, maka:
a) pensiun-janda diberikan kepada anak/anak-anaknya,
135
apabila hanya terdapat satu golongan anak yang
seayah-seibu.
b) satu bagian pensiun janda diberikan kepada
masing-masing golongan anak yang seayah seibu.
c) pensiun-duda diberikan kepada anak (anak-anaknya).
4) Apabila pegawai negeri pria atau penerima pensiun pegawai
pria meninggal dunia, sedangkan ia mempunyai isteri
(isteri-isteri) yang berhak menerima pensiun janda/bagian
pensiun janda di samping anak (anak-anak) dari isteri
(isteri-isteri) yang telah meninggal dunia atau telah cerai,
maka bagian pensiun janda diberikan kepada masing-masing
isteri dan golongan anak (anak-anak) seayah-seibu
termaksud.
5) Kepada anak (anak-anak) yang ibu dan ayahnya
berkedudukan sebagai pegawai negeri dan kedua duanya
meninggal dunia, diberikan satu pensiun janda, bagian
pensiun janda atau pensiun duda atas dasar yang lebih
menguntungkan.
6) Anak (anak-anak) yang berhak menerima pensiun-janda atau
bagian pensiun janda ialah anak (anak-anak) yang pada
waktu pegawai atau penerima pensiun pegawai meninggal
dunia:
a) belum mencapai usia 25 tahun, atau
b) tidak mempunyai penghasilan sendiri, atau
c) belum nikah atau belum pernah nikah.
Pendaftaran Isteri/Suami/Anak
Pendaftaran istri (istri-istri)/suami/anak sebagai yang berhak
menerima pensiun janda/duda harus dilakukan PNS yang
bersangkutan sesuai petunjuk kepala BKN. Pendaftaran lebih
dari seorang isteri sebagai yang berhak menerima pensiun harus
dilakukan dengan sepengetahuan tiap-tiap isteri yang
didaftarkan.
Jika hubungan perkawinan dengan isteri/suami yang telah
terdaftar terputus, maka terhitung mulai tanggal perceraian
berlaku, sah istri/suami itu dihapus dari daftar isteri/suami yang
berhak menerima pensiun.
Anak yang dapat didaftarkan sebagai anak yang berhak
menerima pensiun janda/duda atau bagian pensiun janda adalah:
a. Anak-anak PNS atau penerima pensiun pegawai dari

136
perkawinannya dengan isteri/suami yang didaftar sebagai
yang berhak menerima pensiun janda/duda
b. Anak-anak PNS wanita atau penerima pensiun wanita
Yang dianggap dilahirkan dari perkawinan yang sah ialah kecuali
anak-anak yang dilahirkan selama perkawinan itu, juga anak
yang dilahirkan selambat-lambatnya 300 hari sesudah
perkawinan itu terputus
Pendaftaran isteri (istri/istri)/anak (anak-anak) sebagai yang
berhak menerima pensiun janda harus dilakukan dalam waktu 1
(satu) tahun sesudah perkawinan/kelahiran. Pendaftaran
isteri/suami/anak yang diajukan sudah lampau batas waktu
tersebut tidak diterima lagi.
Pembatalan Pensiun Janda/Duda
Pensiun janda/duda atau bagian pensiun janda yang diberikan
kepada janda pensiun/duda yang tidak mempunyai anak,
dibatalkan jika janda/duda yang bersangkutan menikah lagi,
terhitung mulai bulan berikutnya perkawainan tersebut
dilangsungkan.
Apabila kemudian khusus dalam hal janda (janda-janda)
perkawinan termaksud diatas terputus, maka terhitung dari bulan
berikutnya kepada janda yang bersangkutan diberikan lagi
pensiun janda atau bagian pensiun janda yang telah dibatalkan,
atau jika lebih menguntungkan, kepadanya diberikan pensiun
janda yang dapat diperolehnya karena perkawinan terakhir.
Hapusnya Pensiun Pegawai/Pensiun Janda/Duda
Hak untuk menerima pensiun pegawai atau pensiun janda/duda
hapus:
a. Jika penerima pesiun tidak seizin pemerintah menjadi
anggota tentara atau pegawai negeri negara asing;
b. Jika penerima pensiun pegawai/pensiun janda atau duda
atau bagian pensiun janda menurut keputusan pejabat/badan
negara yang berwenang dinyatakan salah melakukan
tindakan atau terlibat dalam suatu gerakan yang
bertentangan dengan kesetiaan terhadap negara dan haluan
negara yang berdasarkan Pancasila;
c. Jika ternyata bahwa keterangan-keterangan yang diajukan
sebagai bahan untuk penetapan pemberian pensiun pegawai
atau pensiun janda/duda atau bagian pensiun tidak benar
dan bekas PNS atau janda/duda/anak yang bersangkutan
sebenarnya tidak berhak diberikan pensiun
137
Dalam hal-hal tersebut di atas, maka surat keputusan pemberian
pensiun dibatalkan, sedang dalam hal-hal tersebut huruf c di
atas, surat keputusan tersebut dicabut.
Adapun persyaratnya pengurusan Pensiun Janda/Duda/Yatim
sebagai berikut:
a. Pengantar SKPD
b. Permohonan dari yang bersangkutan
c. Surat Keterangan Kematian dari Rumah Sakit/Walinagari
d. Surat Keterangan Ahli Waris dari Wali Nagari
e. Surat keterangan Janda/Duda dari Walinagari
f. Daftar Perorangan Calon Penerima Pensiun (DPCP)
g. Foto copy SK CPNS dilegalisir
h. Foto copy SK Pangkat Terakhir di legalisir
i. Foto copy Karpeg dilegalisir
j. Foto copy SK Konversi NIP dilegalisir
k. Daftar Susunan Keluarga diketahui oleh Camat setempat
l. Foto copy Surat Nikah dilegalisir oleh KUA
m. Foto copy Karis/Karsu dilegalisir
n. Foto copy Akte Kelahiran Anak dilegalisir oleh Dinas
Nakerdukcapil
o. Penilaian Prestasi Kerja 1 tahun terakhir
p. Foto copy surat keputusan pengangkatan dalam jabatan
(kalau ada)
q. Foto copy peninjauan masa kerja (kalau ada)
r. Surat pernyataan tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin
dalam 1 tahun terakhir diketahui oleh pejabat Esolon II
s. Pas photo ukuran 4x6 cm sebanyak 8 lembar
 Masing-masing bahan rangkap 2 (dua) kecuali bagi yang
golongan ruang IV/b keatas rangkap 3
Pemberian pensiun janda/duda/yatim berakhir jika:
1) Janda/duda yang bersangkutan meninggal dunia
2) Tidak terdapat lagi anak-anak yang memenuhi syarat untuk
menerimanya.
d. Pensiun Anumerta
JIka seorang PNS/CPNS dinyatakan tewas, maka kepada
suami/isteri/anak diberikan pensiun anumerta.
Namun jika seorang PNS/CPNS tewas tersebut tidak
meninggalkan suami/isteri/anak yang berhak menerima pensiun
janda/duda, maka kepada orang tua almarhun diberikan pensiun

138
orang tua yang besarnya 20% dari pensiun janda/duda Jika
kedua orang tua telah bercerai, maka kepada mereka masing-
masing diberikan separoh dari jumlah dimaksud.
Yang dimaksud dengan tewas, ialah:
1) Meninggal dunia dalam dan karena menjalankan tugas
kewajibannya;
2) Meninggal dunia dalam keadaan lain yang ada hubungannya
dengan dinasnya sehingga kematian itu disamakan dengan
meninggal dunia dalam dan/atau karena menjalankan
kewajibannya;
3) Meninggal dunia yang langsung diakibatkan karena luka-luka
maupun cacat rohani atau jasmani yang didapat dalam
hal-hal tersebut pada huruf a dan b di atas;
4) Meninggal dunia karena perbuatan anasir-anasir yang tidak
bertanggung jawab ataupun sebagai akibat dari tindakan
terhadap anasir-anasir itu.
Pemberian kenaikan pangkat anumerta harus diusahakan
sebelum PNS yang tewas dimakamkan dan Surat Keputusan
Kenaikan Pangkat Anumerta tersebut hendaknya dibacakan
pada waktu upacara pemakaman.
Persyaratnya sebagai berikut:
1) Pengantar SKPD
2) Permohonan dari yang bersangkutan
3) Surat Keterangan Kematian dari Rumah Sakit/Walinagari
4) Visum et repertum dari dokter
5) Laporan kejadian yang menyebabkan yang bersangkutan
meninggal dunia dari kepala SKPD/kepala unit kerja
6) Laporan dari kepolisian tentang kejadian yang
mengakibatkan yang bersangkutan meninggal dunia.
7) Foto copy Keputusan Sementara Kenaikan Pangkat
Anumerta dilegalisir.
8) Surat Keterangan Ahli Waris dari Wali Nagari
9) Daftar Perorangan Calon Penerima Pensiun (DPCP)
10) Foto copy SK CPNS dilegalisir
11) Foto copy SK Pangkat Terakhir di legalisir
12) Foto copy Karpeg dilegalisir
13) Foto copy surat nikah orang tua dilegalisir (khusus pensiun
orang tua).
14) Foto copy SK Konversi NIP dilegalisir

139
15) Foto copy Kartu Keluarga dilegalisir
16) Daftar Susunan Keluarga
17) Daftar Riwayat Hidup
18) Penilaian Prestasi Kerja 1 tahun terakhir dilegalisir
19) Foto copy surat keputusan pengangkatan dalam jabatan
(kalau ada)
20) Foto copy peninjauan masa kerja (kalau ada)
21) Surat pernyataan tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin
sedang dan berat dalam 1 tahun terakhir.
22) Pas photo ukuran 4x6 cm sebanyak 10 lembar
23) Foto copy Akta Kelahiran PNS dilegalisir
Catatan:
 Masing-masing bahan rangkap 3.
 Jika meninggalkan suami/isteri/anak, maka ditambahkan
dengan akta nikah dan akta kelahiran anak.
e. Pensiun Orang Tua
Apabila seorang PNS/CPNS tewas, apabila tidak meninggalkan
suami/isteri/anak yang berhak menerima pensiun janda/duda,
maka kepada orang tua almarhun diberikan pensiun orang tua
yang besarnya 20% dari pensiun janda/duda Jika kedua orang
tua telah bercerai, maka kepada mereka masing-masing
diberikan separoh dari jumlah dimaksud.
Adapun persyaratnya sebagai berikut:
1) Surat pengantar dari SKPD
2) Permohonan dari yang bersangkutan
3) Surat Keterangan Kematian dari Rumah Sakit/Walinagari
4) Visum et repertum dari dokter
5) Kronologi Kejadian yang ditandatangani kepala SKPD/Unit
Kerja.
6) Laporan kejadian yang menyebabkan yang bersangkutan
meninggal dunia dari kepala SKPD/kepala unit kerja
7) Laporan dari kepolisian tentang kejadian yang
mengakibatkan yang bersangkutan meninggal dunia.
8) Foto copy Keputusan Sementara Kenaikan Pangkat
Anumerta dilegalisir.
9) Surat Keterangan Ahli Waris dari Wali Nagari
10) Daftar Perorangan Calon Penerima Pensiun (DPCP)
11) Surat Keteranan Penghentian Pembayaran Gaji Sementara
(SKPPS)

140
12) Foto copy SK CPNS dilegalisir
13) Foto copy SK CPNS dilegalisir
14) Foto copy SK Pangkat Terakhir di legalisir
15) Foto copy KGB Terakhir dilegalisir
16) Foto copy Karpeg dilegalisir
17) Foto copy surat nikah orang tua dilegalisir.
18) Foto copy SK Konversi NIP dilegalisir
19) Foto copy Kartu Keluarga dilegalisir
20) Daftar Susunan Keluarga
21) Daftar Riwayat Hidup
22) DP-3 1 tahun terakhir dilegalisir
23) Foto copy surat keputusan pengangkatan dalam jabatan
(kalau ada)
24) Foto copy peninjauan masa kerja (kalau ada)
25) Surat pernyataan tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin
sedang dan berat dalam 1 tahun terakhir.
26) Surat Permintaan Pembayaran Pensiun Pertama (SP-4A)
27) Pas photo ukuran 4x6 cm sebanyak 10 lembar
28) Foto copy Akta Kelahiran PNS dilegalisir
29) Ijazah terakhir dilegalisir
Masing-masing bahan rangkap 3.
5. Pemberian Uang Duka Wafat dan Uang Duka Tewas
Untuk meringankan beban keluarga yang ditinggalkan oleh penerima
pensiun yang wafat, diberikan uang duka wafat bagi keluarga
penerima pensiun dengan ketentuan:
a. Diberikan uang duka wafat kepada isteri atau suaminya sebesar 3
kali penghasilan sebulan.
b. Apabila penerima pensiun janda/duda wafat, diberikan kepada
anak yang ditinggalkan sebesar 3 kali penghasilan sebulan.
c. Penghasilan di atas, adalah sebesar penerimaan penghasil
pensiun yang diterima oleh penerima pensiun dalam bulan terakhir
sebelum wafat tanpa potongan.
d. Apabila penerima pensiun yang wafat tidak meninggalkan
suami/isteri, uang duka diberikan kepada anaknya.
e. Apabila penerima pensiun yang wafat tidak meninggalkan
suami/isteri ataupun anaknya, uang duka diberikan kepada
anaknya.

141
f. Apabila penerima pensiun yang wafat tidak meninggalkan
suami/isteri ,anaknya ataupun orang tua, uang duka diberikan
kepada ahliwarisnya.
Sedangkan Uang Duka Tewas diberikan sebesar 6 kali penghasilan
sebulan
Kepada PNS yang meninggal dunia atau tewas, juga diberikan
santunan kematian kerja atau uang duka tewas, biaya pemakaman;
dan/atau bantuan beasiswa bagi anak yang bersangkutan sesuai PP
70 Tahun 2015 tentang Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan
Kematian bagi Pegawai Aparatur Sipil Negara.

HH. Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian Bagi Pegawai ASN
1. Dasar:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2015 tentang Jaminan
Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian bagi Pegawai Aparatur
Sipil Negara.
b. UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN mengamanatkan Pemerintah
untuk memberikan perlindungan berupa Jaminan Kecelakaan Kerja
(JKK) dan Jaminan Kematian (JKM) bagi Pegawai ASN, yakni
CPNS, PNS, dan PPPK.
2. Sekilas JKK dan JKM bagi Pegawai ASN
JKK dan JKM bertujuan memberikan perlindungan bagi Peserta dalam
menjalankan tugas dan fungsinya menyelenggarakan pemerintahan
umum dan pelayanan publik.
Iuran program JKK dan JKM dibayarkan oleh Pemerintah Kabupaten
Agam melalui APBD setip tahunnya sebagai pemberi kerja. Sedang
JKK dan JKM ini dikelola oleh PT Taspen (Persero).
Kepesertaan dalam JKK dan JKM berakhir apabila Peserta:
a. diberhentikan sebagai PNS;
b. diputus hubungan perjanjian kerja sebagai PPPK
Manfaat JKK meliputi:
a. perawatan;
b. santunan;
c. tunjangan cacat.
Perawatan dilakukan pada rumah sakit Pemerintah, rumah sakit
swasta, atau fasilitas perawatan terdekat, peserta dapat diberikan
perawatan pada rumah sakit lain dalam wilayah Negara Republik
Indonesia, bahkan jika tidak dapat dipenuhi oleh rumah sakit di dalam

142
negeri, peserta dapat diberikan perawatan pada rumah sakit luar
negeri. Tatapi jangan lupa, agar mengikuti posedurnya.
Santunan meliputi: penggantian biaya pengangkutan peserta yang
mengalami kecelakaan kerja ke rumah sakit dan/atau ke rumah
peserta, termasuk biaya pertolongan pertama pada kecelakaan;
santunan sementara akibat kecelakaan kerja; santunan cacat sebagian
anatomis, cacat sebagian fungsi, dan cacat total tetap; penggantian
biaya rehabilitasi berupa alat bantu (orthese) dan/atau alat ganti
(prothese) bagi peserta yang anggota badannya hilang atau tidak
berfungsi akibat kecelakaan kerja; penggantian biaya gigi tiruan;
santunan kematian kerja; uang duka tewas; biaya pemakaman;
dan/atau bantuan beasiswa.
Tunjangan cacat diberikan kepada peserta dengan ketentuan:
mengalami cacat; dan diberhentikan dengan hormat sebagai PNS atau
diputus hubungan perjanjian kerja sebagai PPPK karena cacat.
Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi:
a. Dalam menjalankan tugas kewajiban;
b. Dalam keadaan lain yang ada hubungannya dengan dinas,
sehingga kecelakaan itu disamakan dengan kecelakaan yang
terjadi dalam menjalankan tugas kewajibannya;
c. Karena perbuatan anasir yang tidak bertanggung jawab ataupun
sebagai akibat tindakan terhadap anasir itu dalam melaksanakan
tugas;
d. Dalam perjalanan dari rumah menuju tempat kerja atau sebaliknya;
e. Yang menyebabkan Penyakit Akibat Kerja.
Manfaat JKM diberikan bagi Peserta yang wafat. Manfaat JKM berupa
santunan kematian yang terdiri atas: santunan sekaligus; uang duka
wafat; biaya pemakaman; dan bantuan beasiswa. Santunan kematian
diberikan kepada ahli waris dari Peserta yang wafat. Khusus bantuan
beasiswa diberikan kepada satu orang anak dari peserta yang wafat.
Pengajuan Klaim
Peserta atau ahli waris mengajukan permohonan pembayaran klaim
manfaat JKK atau JKM kepada PT. Taspen. Pembayaran manfaat JKK
atau JKM paling lama 1 (satu) hari kerja terhitung sejak tanggal
permohonan diterima secara lengkap dan benar.
Pengajuan pembayaran klaim manfaat JKK oleh peserta atau ahli waris
kepada PT. Taspen dilakukan paling lambat 2 (dua) tahun terhitung
sejak tanggal kecelakaan kerja terjadi.

143
II. Pengujian Kesehatan
1. Dasar Hukum
PP No. 26 Tahun 1977 tentang Pengujian Kesehatan Pegawai Negeri
Sipil dan Tenaga-Tenaga Lainnya yang Bekerja pada Negara Republik
Indonesia.
2. Sekilas Pengujian Kesehatan
Ujian kesehatan ialah pengertian yang mencakup pemeriksaan dan
penilaian kesehatan, baik jasmani maupun rohani.
Yang dikenakan ujian kesehatan adalah:
a. Calon Pegawai Negeri Sipil yang akan diangkat menjadi Pegawai
Negeri Sipil
b. Pegawai Negeri Sipil yang:
1) Menurut pendapat pejabat yang berwenang tidak dapat
melanjutkan pekerjaannya karena kesehatannya.
2) Oleh pejabat yang berwenang dianggap memperlihatkan tanda-
tanda sesuatu penyakit atau kelainan yang berbahaya bagi
dirinya sendiri dan atau lingkungan kerjanya.
3) Setelah berakhirnya cuti sakit, menurut peraturan yang berlaku
belum mampu bekerja kembali.
4) Akan melaksanakan tugas tertentu di luar Negeri.
5) Akan mengikuti pendidikan/latihan tertentu.
6) Akan diangkat dalam jabatan tertentu.
Yang berwenang menguji kesehatan Pegawai Negeri Sipil
a. Dokter Penguji Tersendiri, untuk menguji kesehatan CPNS yang
akan diangkat menjadi PNS.
b. Team Penguji Kesehatan, untuk menguji kesehatan PNS
sebagaimana point b di atas
c. Team Khusus Penguji Kesehatan, untuk: menguji kesehatan
Pegawai Negara Sipil dan tenaga-tenaga lainnya yang bekerja
pada Negara Republik Indonesia untuk keperluan tertentu yang
ditetapkan oleh Menteri; memeriksa dan menilai keberatan yang
diajukan oleh Pegawai Negeri Sipil atau pejabat yang berwenang
atas hasil pengujian kesehatan yang dilakukan oleh Dokter Penguji
Tersendiri atau Team Penguji Kesehatan; melaksanakan tugas-
tugas lainnya yang ditetapkan oleh Menteri.
Team Penguji Kesehatan dibentuk di setiap ibukota Propinsi dan
ibukota Kabupaten/Kotamadya atau di tempat lain yang dipandang
perlu oleh Menteri.
144
Prosedur Pengujian Kesahatan
a. Permintaan pengujian kesehatan CPNS, PNS, dan atau tenaga-
tenaga lainnya yang bekerja pada Negara Republik Indonesia
diajukan oleh pejabat yang berwenang kepada Dokter Penguji
Tersendiri, Team Penguji Kesehatan, atau Tim Khusus Penguji
Kesehatan lainnya yang terdekat.
b. Dokter Penguji Tersendiri, Team Penguji Kesehatan, atau Tim
Khusus Penguji Kesehatan lainnya memanggil yang bersangkutan
untuk diuji kesehatannya.
c. Hasil pengujian kesehatan harus diberitahukan secara tertulis
kepada yang bersangkutan serta pejabat yang berwenang.
d. Hasil pengujian kesehatan berlaku untuk 1 (satu) tahun.
e. Atas hasil pengujian kesehatan, kepada yang bersangkutan dan
atau kepada pejabat yang berwenang diberikan hak untuk
mengajukan keberatan kepada Menteri dalam waktu 30 (tiga puluh)
hari terhitung mulai diterimanya hasil pengujian kesehatan tersebut.

JJ. Bapertarum/Taperum PNS


1. Dasar Hukum
Keputusan Presiden Nomor 14 Tahun 1993 tentang Tabungan
Perumahan PNS, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan
Presiden Nomor 46 Tahun 1994 tentang Perubahan Keputusan
Presiden Nomor 14 Tahun 1993.
2. Sekilas Bapertarum/Taperum PNS
Bapertarum merupakan singkatan dari Badan Pertimbangan Tabungan
Perumahan, merupakan badan yang mengelola dana tabungan
perumahan (Taperum) PNS.
Berdirinya Bapertarum dilatarbelakangi oleh:
a. Upaya meningkatkan kesejahteraan PNS untuk memiliki rumah
yang layak.
b. Terbatasnya kemampuan PNS untuk membayar uang muka
pembelian rumah dengan fasilitas Kredit Kepemilikan Rumah atau
KPR.
c. Tabungan perumahan PNS dapat membentuk dana untuk
mengatasi kendala tersebut yang merupakan kegotong-royongan
diantara PNS dalam upaya peningkatan kesejahteraan antara
PNS.

145
Saat ini, pengembalian dana Bapertarum di dilakukan oleh PT. Taspen
(Persero).
Pembayaran tabungan perumahan dilakukan dengan cara pemotongan
gaji PNS tiap bulan. Pemotongan ini pertama kali dimulai bulan
Februari 1993 yang disetor ke rekening Menkeu atas nama Bapertarum
PNS.
Adapun besaran iuran tabungan yg dipotong setiap bulannya dari gaji
PNS sesuai dgn golongan, sebagai berikut:
 Golongan I : Rp 3.000,
 Golongan II : Rp 5.000,-
 Golongan III : Rp 7.000,-
 Golongan IV : Rp 10.000,-
3. Layanan Bapertarum
a. Uang Muka Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
adalah manfaat yang diberikan kepada PNS dalam rangka
memenuhi uang muka pembelian rumah yang dilakukan melalui
fasilitas KPR.
Besarnya manfaat yang diberikan untuk masing-masing golongan
yaitu :
 Rp 1.200.000,- untuk PNS golongan I
 Rp 1.500.000,- untuk PNS golongan II
 Rp 1.800.000,- untuk PNS golongan III
Selain manfaat tersebut, PNS juga berhak memanfaatkan
tambahan dana uang muka dengan bunga 6 % annuitas per-tahun
yang harus dikembalikan dengan jangka waktu maksimal 5 tahun,
yaitu :
 Rp 13.800.000,- untuk PNS golongan I
 Rp 13.500.000,- untuk PNS golongan II
 Rp 13.200.000,- untuk PNS golongan III
Total Manfaat yang diterima PNS adalah Rp15.000.000,- (Lima
Belas Juta Rupiah)
Persyaratan Umum
1) PNS aktif golongan I, II, dan III
2) Memiliki masa kerja paling singkat 5 tahun
3) Belum pernah menerima dan memanfaatkan layanan Taperum-
PNS
4) Belum memiliki rumah

146
Persyaratan Pengajuan
1) Mengisi formulir permohonan tambahan BUM (dapat diperoleh
melalui website www.bapertarum-pns.co.id) yang kemudian
dimintakan rekomendasi kepada atasan langsung
2) Foto copy Karpeg dan SK Kepangkatan terakhir
3) Surat Pernyataan belum memiliki rumah
4) Berkas dokumen pengajuan kredit lainnya yang dipersyaratkan
oleh bank pelaksana.
b. Sebagian biaya membangun rumah di atas tanah sendiri dengan
Kredit Membangun Rumah (KMR)
adalah bantuan yang diberikan kepada PNS dalam rangka
membantu sebagian biaya membangun rumah di atas tanah sendiri
yang dilakukan melalui fasilitas KMR.
Besarnya biaya membangun yang diberikan untuk masing-masing
golongan yaitu :
 Rp 1.200.000,- untuk PNS golongan I
 Rp 1.500.000,- untuk PNS golongan II
 Rp 1.800.000,- untuk PNS golongan III
Selain biaya membangun tersebut, PNS juga berhak
memanfaatkan tambahan biaya membangun dana uang muka
dengan bunga 6 % annuitas per-tahun yang harus dikembalikan
dengan jangka waktu maksimal 5 tahun, yaitu :
 Rp 13.800.000,- untuk PNS golongan I
 Rp 13.500.000,- untuk PNS golongan II
 Rp 13.200.000,- untuk PNS golongan III
Total biaya membangun yang diterima PNS adalah Rp15.000.000,-
(Lima Belas Juta Rupiah)
Persyaratan Umum
1) PNS aktif golongan I, II, dan III
2) Memiliki masa kerja paling singkat 5 tahun
3) Belum pernah menerima dan memanfaatkan layanan Taperum-
PNS
4) Belum memiliki rumah
5) Memiliki tanah yang dibuktkan dengan bukti kepemilikan hak
atas tanah yang sah (sesuai peraturan bank pelaksana)
Persyaratan Pengajuan

147
1) Mengisi formulir permohonan tambahan BM (dapat diperoleh
melalui website www.bapertarum-pns.co.id) yang kemudian
dimintakan rekomendasi kepada atasan langsung
2) Fotocopy Karpeg dan SK Kepangkatan terakhir
3) Surat Pernyataan belum memiliki rumah
4) Berkas dokumen pengajuan kredit lainnya yang dipersyaratkan
oleh bank pelaksana
c. Pengembalian Tabungan
Pengembalian tabungan merupakan pengembalian seluruh iuran
tabungan perumahan PNS, kepada PNS yang berhenti bekerja
karena pensiun, meninggal dunia atau berhenti bekerja karena
sebab-sebab lain, dimana selama dinas aktif nya belum pernah
memanfaatkan bantuan.
Persyaratan
1) Mengisi formulir yang kemudian dimintakan rekomendasi oleh
pejabat kepegawaian serta distempel instansi.
2) Fotocopy Karpeg atau Kartu Identitas Pensiun (KARIP)
3) Fotocopy Surat Keputusan Golongan dimulai 1 (satu) tingkat
dibawah tahun 1993, SK Perubahan Golongan, dan SK
Pensiun.
Tambahan Persyaratan
1) Bagi yang pengurusannya diwakilkan, membawa surat kuasa
(Asli) bermaterai dari yang berhak kepada yang diberi hak.
2) Bagi yang meninggal dunia :
 Fotocopy KTP ahli waris
 Fotocopy 1 (satu) rangkap Surat Keterangan Penghentian
Pembayaran gaji (SKPP).
 Surat Keterangan Kematian dari Camat setempat.
 Surat Keterangan Ahli Waris dari Camat setempat.
Perhitungan dan Besaran Iuran
Perhitungan Pengembalian Tabungan merupakan akumulasi dari
iuran tabungan yang dipotong setiap bulannya dari gaji PNS sesuai
dengan golongan, yaitu :
 Golongan I : Rp 3.000,-
 Golongan II : Rp 5.000,-
 Golongan III : Rp 7.000,-
 Golongan IV : Rp10.000,-

148
Perhitungan tersebut dilakukan sejak 1 Januari 1993 sampai
dengan yang bersangkutan berhenti bekerja, yang disebabkan
pensiun, meninggal dunia, atau sebab-sebab lain.

KK. BPJS Kesehatan


1. Dasar Hukum
a. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional.
b. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial
2. Sekilas BPJS Kesehatan
PNS beserta keluarga merupakan peserta BPJS Kesehatan dari
peserta yang bukan penerima bantuan iuran jaminan kesehatan (Non
PBI) dari Pekerja Penerima Upah.
Anggota Keluarga Yang Ditanggung terdiri dari:
a. Keluarga inti meliputi istri/suami dan anak yang sah (anak kandung,
anak tiri dan/atau anak angkat), sebanyak-banyaknya 5 (lima)
orang.
b. Anak kandung, anak tiri dari perkawinan yang sah, dan anak
angkat yang sah, dengan kriteria:
1) Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai
penghasilan sendiri;
2) Belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25
(dua puluh lima) tahun yang masih melanjutkan pendidikan
formal.
Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) BPJS Kesehatan meliputi:
a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama, yaitu pelayanan kesehatan
non spesialistik mencakup:
1) Administrasi pelayanan
2) Pelayanan promotif dan preventif
3) Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis
4) Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non
operatif
5) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
6) Transfusi darah sesuai kebutuhan medis
7) Pemeriksaan penunjang diagnosis laboratorium tingkat pertama
8) Rawat inap tingkat pertama sesuai indikasi

149
b. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, yaitu pelayanan
kesehatan mencakup:
1) Rawat jalan, meliputi:
a) Administrasi pelayanan
b) Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh
dokter spesialis dan sub spesialis
c) Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis
d) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
e) Pelayanan alat kesehatan implant
f) Pelayanan penunjang diagnostic lanjutan sesuai dengan
indikasi medis
g) Rehabilitasi medis
h) Pelayanan darah
i) Peayanan kedokteran forensik
j) Pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan
2) Rawat Inap yang meliputi:
a) Perawatan inap non intensif
b) Perawatan inap di ruang intensif
c) Pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri
Iuran peserta bagi PNS adalah sebesar 5% dari gaji per bulan, dengan
ketentuan 3% dibayar oleh pemerintah dan 2% dibayar oleh PNS. Iuran
untuk keluarga tambahan yang terdiri dari anak ke 4 dan seterusnya,
ayah, ibu dan mertua, besaran iuran sebesar sebesar 1% dari dari gaji
per bulan dan dibayar oleh PNS.

CC. Dokumen Tata Naskah Kepegawaian

1. Dasar Hukum
Peraturan Kepala BKN Nomor 18 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pengelolaan Tata Naskah Kepegawaian Pegawai Negeri Sipil.

2. Sekilas Dokumen Tata Naskah Kepegawaian


Untuk meningkatkan layanan kepada PNS, BKD Kabupaten Agam
menyelenggarakan pengelolaan Tata Naskah Kepegawaian. Tata
Naskah Kepegawaian PNS adalah sistem penyimpanan dan
pengelolaan dokumen kepegawaian sejak diangkat sebagai CPNS/PNS
sampai dengan mencapai batas usia pensiun, berupa surat-surat
keputusan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang di bidang
kepegawaian.

150
Arsip kepegawaian yang dikelola berupa dokumen fisik dan elektronik.
Dokumen fisik disimpan dalam lemari arsip dalam bundel masing
masing PNS.
Untuk memudahkan pengelolaan, bundel PNS dibedakan antara laki
laki dan perempuan. Bundel PNS laki-laki disimpan dalam map tulang
berwarna biru, sedangkan perempuan berwarna kuning. Dokumen
elektronik disimpan pada komputer server melalui aplikasi simpeg.
Adapun dokumen yang disimpan dalam bundel masing-masing PNS
adalah:
1. Nota Persetujuan Penetapan NIP Kepala BKD tentang
Pengangkatan sebagai Calon PNS.
2. SK CPNS
3. Surat Perintah Melaksanakan Tugas (SPMT).
4. Surat Tanda Tamat Lulus Pendidikan dan Pelatihan (STTPL).
5. Berita Acara Pengangkatan Sumpah/Janji PNS.
6. SK PNS.
7. Nota Persetujuan Kepala BKN tentang Kenaikan Pangkat PNS
8. Surat Keputusan Kenaikan Pangkat PNS
9. Surat Keputusan Mutasi
10. Penetapan Angka Kredit
11. Berita Acara Pelantikan dalam Jabatan
12. Surat Keputusan Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian
dalam dan dari Jabatan
13. Surat Pernyataan Menduduki Jabatan
14. Surat Keputusan Pindah Wilayah Kerja
15. Nota Persetujuan Kepala Badan Kepegawaian Negara tentang
Perpindahan Antar Instansi
16. Surat Keputusan Pindah Antar lnstansi
17. Nota Persetujuan Kepala BKN tentang Peninjauan Masa Kerja
18. Surat Keputusan Peninjauan Masa Kerja
19. Nota Persetujuan Kepala BKN tentang Cuti di Luar Tanggungan
Negara
20. Surat Keputusan Cuti di Luar Tanggungan Negara
21. Nota Persetujuan Kepala Badan Kepegawaian Negara tentang
Pengaktifan Kembali Setelah Menjalankan Cuti di Luar
Tanggungan Negara
22. Surat Keputusan Pengaktifan Kembali Setelah Menjalankan Cuti di
Luar Tanggungan Negara
23. Surat Keputusan Hukuman Disiplin

151
24. Surat Keputusan Pengangkatan Kembali dari Pemberhentian
sebagai Pejabat Negara
25. Surat Keputusan Pemberhentian Sementara
26. Surat Keputusan Pengaktifan Kembali dari Pernberhentian Sementara
27. Surat Keputusan Penggantian Perubahan nama
28. Surat Keputusan Penetapan Tanggal Lahir
29. Tanda Lulus Mengikuti Pendidikan Kedinasan
30. Surat Keputusan Tugas Belajar Pendidikan Umum
31. Surat Tanda Lulus Ijazah Pendidikan Umum
32. Laporan Peningkatan Pendidikan
33. Laporan Perkawinan Pertama/Kedua/Ketiga/Perceraian;
34. Laporan Kelahiran/Kematian Anak
35. Surat Keterangan Pengangkatan Anak;
36. Surat lzin untuk Melangsungkan Perceraian
37. Surat Keputusan Tanda Kehorrnatan Tanda Jasa
38. Surat Keputusan Penyesuaian Gaji Pokok
39. Surat Keputusan Penyesuaian Jabatan bagi PNS yang Menduduki
Jabatan Fungsional Tertentu;
40. Surat Keputusan Konversi NIP
41. Surat Keputusan Meninggal Dunia
42. Surat Keputusan Pemberhentian
43. Surat Keputusan Kenaikan Pangkat Pengabdian
44. Surat Keputusan Pensiun

LL. Web dan Simpeg BKD


1. Simpeg BKD Kabupaten Agam
Guna meningkatkan layanan kepegawaian terhadap PNS dan
pemenuhan kebutuhan akan data secara cepat, lengkap, akurat, dan
uptodate, BKD Kabupaten Agam telah membuat Aplikasi Sistem
Informasi Manejemen Kepegawaian (Simpeg).
Simpeg BKD Kabupaten Agam ini telah berbasis web, sehingga dapat
diakses melalui jaringan internet. Simpeg ini juga telah menggunakan
adaptive dan responsive web design, dimana semua elemen baik itu
lebar menu, ukuran font, ukuran image, bahkan ukuran video, akan
secara otomatis menyesuaikan dengan ukuran layar, tampilan aplikasi
akan beradaptasi dengan ukuran layar.
Sebagaimana Simpeg pada umumnya, Simpeg BKD dimanfaatkan
untuk merekam data kepegawaian beserta keluarganya termasuk
dokumen elektronik.

152
Data yang telah direkam dapat disajikan dalam beragam output,
seperti cetak dokumen elektronik, data statistik, daftar nominatif,
dan bio data PNS.
Tidak hanya BKD, Simpeg ini dibuat juga untuk digunakan oleh semua
SKPD di Kabupaten Agam dalam mengelola data kepegawaiannya.
Untuk memanfaatkan Simpeg ini, BKD membuatkan user login yang
berbeda untuk setiap SKPD. Melalui login yang diberikan, pengelola
kepegawaian SKPD dapat melakukan entry dan updating data PNS
pada SKPD-nya sesuai kewenanganyang diberikan dan mencetak
laporan yang dibutuhkan sesuai kemampuan program.
Karena berbasis web, semua SKPD yang akan memanfaatkan Simpeg
harus tersambung ke jaringan, bisa melalui lokal areal networt (LAN)
Pemerintah kabupaten Agam atau jaringan internet global.
Guna menciptakan data akurat, lengkap, dan uptodate diharapkan
semua SKPD serta merta melakukan updating setiap ada perubahan
data kepegawaiannya. Peran pejabat pengelola kepegawaian dan
operator SKPD sangat menentukan keberhasilan Simpeg ini.
Guna pemenuhan kebutuhan data yang pasti selalu meningkat, maka
Simpeg inipun akan terus dikembangkan.
2. Website dan Group FB Informasi Kepegawaian BKD Kabupaten Agam
Untuk mempercepat penyebaran dan publikasikan informasi, layanan,
peraturan, serta agenda kepegawaian, BKD kabupaten Agam
memanfaat website www.bkd.agamkab.go.id dan Group FB Informasi
Kepegawaian BKD Kabupaten Agam.
Melalui website dan Group FB Informasi Kepegawaian BKD Kabupaten
Agam, PNS dapat dengan cepat mendapatkan informasi, berita,
pengumuman, peraturan, agenda kegiatan, serta produk kepegawaian
BKD. PNS yang berurusan dengan BKD, seperti halnya pegurusan,
Karis/Karsu, KPE, dan lainnya, dapat melihat hasilnya disini. Dalam arti,
kartu dan hal lainnya urusan PNS yang telah selesai akan diumumkan
pada website ini.
Pada website juga disajikan peraturan, blanko dan persyaratan layanan
kepegawaian secara sistematis, dan link ke instansi lain yang ada
kaitannya dengan kepegawaian.
Melalui Group FB, informasi website dibagikan setiap ada informasi
baru kepada semua PNS yang bergabung dengan group. Melalui
Group FB inipun PNS dapat melakukan komunikasi 2 arah dengan BKD
Kabupaten Agam. PNS dapat berkonsultasi seputar kepegawaian
melalui group ini.

153
Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Agam
Jl. Jenderal Sudirman No. 1 Lubuk Basung
Telp/Fax. 0752 76311 dan 0752 66366
www.bkd.agamkab.go.id

154

Anda mungkin juga menyukai