Anda di halaman 1dari 251

BIRO KERJA SAMA LUAR NEGERI

TAHUN 2019

LAPORAN KINERJA
BIRO KERJA SAMA LUAR NEGERI
TAHUN 2019

SEKRETARIAT JENDERAL
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BIRO KERJA SAMA LUAR NEGERI LAPORAN KINERJA 2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa karena atas izin dan
rahmat-Nya, Laporan Kinerja (LKj) Biro Kerja Sama Luar Negeri
Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan Tahun 2019 dapat
diselesaikan.

Laporan ini merupakan wujud transparansi dan akuntabilitas Biro


Kerja Sama Luar Negeri dalam melaksanakan berbagai kewajiban
pembangunan di bidang kerja sama internasional, serta sebagai
bentuk pertanggungjawaban Biro Kerja Sama Luar Negeri dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya pada tahun 2019. Laporan ini merujuk pada
Rencana Aksi Biro Kerja Sama Luar Negeri yang disusun pada bulan Maret 2015, yang
diharapkan dapat memberikan informasi kepada pengelola program dan kegiatan dalam
rangka pencapaian visi, misi, tujuan, dan sasaran Kementerian Kesehatan serta kepada
para pemangku kepentingan.

Sangat disadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, walaupun demikian
diharapkan masyarakat dan berbagai pihak dapat memperoleh gambaran tentang hasil
pembangunan kesehatan bidang kerja sama internasional tahun 2019. Semoga Laporan
Kinerja Biro Kerja Sama Luar Negeri ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan, baik sebagai informasi, evaluasi kinerja maupun sebagai pendorong dalam
meningkatkan kinerja Biro Kerja Sama Luar Negeri.
Jakarta, Januari 2020
Kepala Biro Kerja Sama Luar Negeri

Acep Somantri, SIP, MBA

i
BIRO KERJA SAMA LUAR NEGERI LAPORAN KINERJA 2019

RINGKASAN EKSEKUTIF

Laporan Kinerja Biro Kerja Sama Luar Negeri Tahun 2019 merupakan wujud
pertanggungjawaban atas kinerja pencapaian berbagai keberhasilan Biro Kerja Sama Luar
Negeri selama tahun 2019. Berbagai keberhasilan tersebut tercermin dalam capaian
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) maupun analisis kinerja berdasarkan tujuan dan sasaran
yang didasarkan pada target kinerja yang telah ditetapkan pada Rencana Strategis
(Renstra) Kementerian Kesehatan 2015-2019, Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan
Penetapan Kinerja.
Capaian kinerja (performance result) tahun 2019 tersebut dibandingkan dengan
penetapan kinerja (performance agreement) tahun 2019 sebagai tolok ukur keberhasilan
tahunan organisasi. Analisis atas capaian kinerja terhadap rencana kinerja ini akan dapat
memungkinkan diidentifikasinya sejumlah celah kinerja (performance gap) untuk perbaikan
kinerja di masa yang akan datang.
Pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan menggunakan indikator kinerja pada level
sasaran dan realisasi. Pengukuran dengan menggunakan indikator kinerja pada level
sasaran digunakan untuk menunjukan secara langsung kaitan antara sasaran dengan
indikator kinerjanya, sehingga salah satu keberhasilan sasaran berdasarkan rencana kinerja
tahunan yang ditetapkan dapat dilihat dengan jelas. Selain itu, untuk dapat memberikan
penilaian yang lebih independen melalui indikator outcome atau minimal output dari kegiatan
yang terkait langsung dengan sasaran yang diinginkan.
Berdasarkan hasil pengukuran tingkat pencapaian sasaran, Biro Kerja Sama Luar
Negeri Tahun 2019 memiliki satu sasaran dengan satu indikator. Realisasi target kinerja
menunjukan bahwa hasil pencapaian seluruh sasaran kegiatan Biro Kerja Sama Luar Negeri
pada Tahun 2019 mencapai target yang ditetapkan (100%).

ii
BIRO KERJA SAMA LUAR NEGERI LAPORAN KINERJA 2019

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i


RINGKASAN EKSEKUTIF .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………………………….. . iv
DAFTAR TABEL………………………………………………………………………………… viii
DAFTAR GRAFIK……………………………………………………………………………….. ix

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1


A. LATAR BELAKANG ...................................................................................... 1
B. MAKSUD DAN TUJUAN ............................................................................... 3
C. TUGAS POKOK DAN FUNGSI ..................................................................... 3
D. SISTEMATIKA PENULISAN ......................................................................... 5
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA .................................................. 6
A. PENGUKURAN DAN ANALISIS CAPAIAN KINERJA.................................... 6
B. SUMBER DAYA ............................................................................................ 16
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ............................................................................... 20
A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI ................................................................ 20
B. REALISASI ANGGARAN ............................................................................... 109
BAB IV PENUTUP ......................................................................................................... 113
A. KESIMPULAN............................................................................................... 113
B. SARAN/LANGKAH TINDAK LANJUT ........................................................... 113

LAMPIRAN
1. PERJANJIAN KINERJA BIRO KERJA SAMA LUAR NEGERI TAHUN 2019
2. DAFTAR URUT KEPANGKATAN TAHUN 2019
3. CAPAIAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN TAHUN 2019

iii
BIRO KERJA SAMA LUAR NEGERI LAPORAN KINERJA 2019

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Struktur Organisasi


Biro Kerja Sama Luar Negeri, Tahun 2019 ................................................... 4
Gambar 2 Komposisi Pegawai Berdasarkan Jabatan
Biro Kerja Sama Luar Negeri, Tahun 2019 ................................................... 18
Gambar 3 Komposisi Pegawai Berdasarkan Pendidikan
Biro Kerja Sama Luar Negeri, Tahun 2019 ................................................... 18
Gambar 4 Komposisi Pegawai Berdasarkan Golongan
Biro Kerja Sama Luar Negeri, Tahun 2019 ................................................... 19
Gambar 5 Komposisi Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin
Biro Kerja Sama Luar Negeri, Tahun 2019 ................................................... 19
Gambar 6 Penandatanganan MoU RI – RDTL di Jenewa, Swiss
Pada Tanggal 24 Mei 2017 ........................................................................... 23
Gambar 7 Joint Working Group (JWG) Indonesia – RDTL di Dili, Timor Leste
Pada Tanggal 18 Februari 2019.................................................................... 25
Gambar 8 Penandatanganan PoA Indonesia – RDTL di Dili, Timor Leste
Pada Tanggal 20 Februari 2019.................................................................... 26
Gambar 9 2nd Joint Working Group on Health Cooperation (JWG) RI-KAS
Di Riyadh, Arab Saudi Pada Tanggal 4 Maret 2019 ..................................... 27
Gambar 10 Joint Working Group (JWG) on Health Cooperation Indonesia - Korea
Di Jakarta, Indonesia Pada Tanggal 31 Agustus 2019 ................................. 29
Gambar 11 Penandatanganan PoA RI – Iran
di Jenewa, Swiss Pada Tanggal 21 Mei 2019 .............................................. 31
Gambar 12 Penandatanganan Minutes of Meeting JWG RI -Iran
Di Iran Pada Tanggal 14 September 2019.................................................... 32
nd
Gambar 13 22 Brunei Darussalam Indonesia-Malaysia-Singapore-Thailand (BIMST)
Public Health Conference di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam
Pada Tanggal 30-31 Juli 2019 ....................................................................... 34
Gambar 14 Pertemuan ASEAN Migrant Health di Surabaya, Indonesia
Pada Tanggal 10-12 September 2019 ........................................................... 35

iv
Gambar 15 The 44th Meeting of the Programme Coordinating Board (PCB) UNAIDS
Di Jenewa, Swiss Pada Tanggal 25-27 Juni 2019........................................ 37
Gambar 16 The 6th Lead Country Coordinators’ Group (LCCG) OKI
Di Abu Dhabi, Persatuan Emirat Arab Pada Tanggal 7 Oktober 2019 ......... 38
Gambar 17 Bilateral Meeting dengan Burjeel Hospital
Di Abu Dhabi, Persatuan Emirat Arab Pada tanggal 8 Oktober 2019 .......... 40
Gambar 18 Bilateral Meeting dengan KBBO Group Di Abu Dhabi, Persatuan Emirat Arab
Pada Tanggal 8 Oktober 2019…………......................................................... 41
Gambar 19 Pertemuan Bilateral RI – PNG, Jayapura, Papua, 19 Maret 2019…………. 42
Gambar 20 Pertemuan Youth Town Hall tingkat Regional WHO SEAR
Di Jakarta, Indonesia Pada Tanggal 20 Maret 2019………….. ..................... 43
Gambar 21 Pembukaan Pertemuan Youth Town Hall tingkat Nasional
Di Jakarta, Indonesia Pada Tanggal 21 Maret 2019………….. ..................... 44
Gambar 22 Sesi Ministerial Town Hall pada Pertemuan Youth Town Hall tingkat Nasional
Di Jakarta, Indonesia Pada Tanggal 21 Maret 2019………….. ..................... 45
Gambar 23 Kunjungan National Ambulance ke Jakarta
Di Jakarta, Indonesia Pada Tanggal 22 – 24 April 2019………….. ............... 47
Gambar 24 1st Indonesia-Iran Health Business Forum di Jakarta, Indonesia
Pada Tanggal 2-4 September 2019………….. .............................................. 48
Gambar 25 ASEAN Cities Leadership Forum On Getting to Zeros
Di Denpasar, Bali, Pada Tanggal 9 – 11 Oktober 2019………….. ................ 49
Gambar 26 Regional Consultative Meeting to Identify Gaps and Develop Guideline on the
Integration of Mental Health in Primary and Secondary Level of Care for ASEAN
Member States di Jakarta, Indonesia Pada Tanggal 1 – 3 Oktober 2019… .. 51
Gambar 27 APEC Workshop on Leveraging Digital Technology to Improve Education Quality
in Rural and Remote Areas dan Rapat Konsultasi Nasional Strategi Indonesia
pada Keketuaan APEC Chile tahun 2019 di Bali, Indonesia Pada Tanggal 23 –
24 Januari 2019….......................................................................................... 53
Gambar 28 Pertemuan Workshop on the Development of the ASEAN Strategic Plan to
Combat Antimicrobial Resistance (AMR) through One Health Approach
Di Manila, Filipina, Pada Tanggal 13 – 14 Februari 2019………….. ............. 55
Gambar 29 Kunjungan Bilateral ke Beijing
Pada Tanggal 19 – 20 Februari 2019………….. ............................................ 56

v
Gambar 30 Pertemuan Health Working Group (HWG) dan Life Science Innovation Forum
(LSIF) pada rangkaian APEC SOM-1 di Santiago, Chile
Pada Tanggal 27 Februari – 2 Maret 2019…… ............................................. 58
st
Gambar 31 Pertemuan 1 Joint Working Group on Health RI – India
Di New Delhi, India Pada Tanggal 28 Februari 2019………….. .................... 59
Gambar 32 Pertemuan Joint Working Group on Health RI-Saudi Arabia, Riyadh, Arab Saudi
Pada Tanggal 4 Maret 2019………….. .......................................................... 61
Gambar 33 Pertemuan 1st Joint Working Group (JWG) RI – Belanda, Den Haag, Belanda
Pada Tanggal 7 - 8 Maret 2019………….. ..................................................... 62
Gambar 34 Kunjungan ke Canberra, Melbourne dan Sydney
Pada Tanggal 16 – 21 Juni 2019………….. ................................................... 67
Gambar 35 Indonesia-Netherlands Health Business Forum (HBF), Den Haag, Belanda
Pada Tanggal 19 – 21 Juni 2019………….. ................................................... 68
Gambar 36 Pertemuan the 4th Meeting of ASEAN Health Cluster 4 : Ensuring Food Safety
Nha Trang, Vietnam Pada Tanggal 25 – 28 Juni 2019………….. ................. 69
Gambar 37 Pertemuan Developing 8 (D-8) on Health and Social Protection Inaugural
Consultation Meeting, Abuja, Nigeria
Pada Tanggal 19 – 20 Juni 2019………….. ................................................... 71
Gambar 38 Konsultasi Bilateral RI-Mesir ke-6, Kairo, Mesir
Pada Tanggal 26 - 27 Juni 2019………….. ................................................... 72
Gambar 39 ASEAN Inter-Pillar Consultation Meeting for the Reformulation and Production of
Healthy Food and Beverage Options, di Semarang,
Pada Tanggal 1 - 2 Juli 2019………….. ......................................................... 75
Gambar 40 Pertemuan 1st Joint Working Group RI - Brunei Darussalam,
Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam
Pada Tanggal 9 – 10 Juli 2019………….. ...................................................... 76
th
Gambar 41 Pertemuan the 4 Meeting of ASEAN Health Cluster 3: Strengthening Health
System & Access to Care di Singapura
Pada Tanggal 10 – 11 Juli 2019………….. .................................................... 78
st
Gambar 42 1 Technical Meeting for RI-Kuwait Joint Ministerial Commission,
Kuwait City, Kuwait
Pada Tanggal 10 – 11 Juli 2019………….. .................................................... 79
Gambar 43 ASEAN Influenza Laboratory Surveillance dan Pertemuan ASEAN Regional
Capacity Strengthening on Biorisk Management di Nusa Dua, Bali,
Pada Tanggal 16 – 18 Juli 2019………….. .................................................... 81

vi
Gambar 44 Pertemuan Health Working Group (HWG) dan 9th High-Level Meeting on
Health and the Economy (HLM) pada rangkaian APEC SOM-3
Di Puerto Varas, Chille Pada Tanggal 18 – 21 Agustus 2019………….. ...... 83
th
Gambar 45 Pertemuan 14 ASEAN Health Ministers Meeting (AHMM)
di Siem Reap, Kamboja Pada Tanggal 26 – 30 Agustus 2019………….. ..... 85
Gambar 46 Kunjungan Menteri Kesehatan RI ke Tehran dan 2nd Indonesia-Iran
Health Business Forum
di Tehran, Iran, Pada Tanggal 14 – 16 September 2019………….. ............... 86
nd
Gambar 47 2 Indonesia-Iran Health Business Forum
di Tehran, Iran, Pada Tanggal 14 – 16 September 2019………….. ............... 87
Gambar 48 Penandatanganan Technical Arrangement between Ministry of Health of the
Republic of Indonesia and Iran Nanotechnology Innovation Council (INIC) on
Health Nanotechnology, Biotechnology and Stem Cell Product Development
dan Letter of Intent (LoI)
di Tehran, Iran, Pada Tanggal 15 September 2019………….. ....................... 88
Gambar 49 Serah Terima Keketuaan Asia Pacific Regional Forum on Health and
Environment Periode 2020-2024
di Manila, Filipina Pada Tanggal 28 September 2019………….. ................. 89
Gambar 50 Pertemuan Global Digital Health Partnership (GDHP) Summit ke-5 dan Asia
Pacific e-Health Record Conference (APeHRC)
Pada Tanggal 15 – 18 Oktober 2019………….. ............................................ 90
Gambar 51 APEC Conference on Cooperation Initiatives for Non-Communicable Diseases
(NCDs) Prevention and Control, Krasnoyarsk, Rusia
Pada Tanggal 17 – 18 Oktober 2019……………………………………. 93
Gambar 52 The 94th ASEAN Coordinating Committee on Services (CCS) Sektor Jasa
Kesehatan di Manila, Filipina
Pada Tanggal 21 – 23 Oktober 2019……………………………………. 96
th
Gambar 53 Pertemuan the 5 Meeting of ASEAN Health Cluster 2: On Responding to All
Hazards and Emerging Threats, Nay Pyi Taw, Myanmar
Pada Tanggal 29 – 31 Oktober 2019………………………………………. 98
Gambar 54 Inter-Sectoral Dialogue Forum on Public Service Motivation to Support the
Realisation of ASEAN Community Vision 2025 and Sustainable Development
Goals, Nay Pyi Taw, Myanmar
Pada Tanggal 18 – 19 November 2019…………………………………………....102
Gambar 55 The 5th Workshop and Task Force Meeting on Development of the Agreement
for the Implementation of ASEAN Food Safety Regulatory framework (AFSRF),
Jakarta Pada Tanggal 10 – 12 Desember 2019………………………….…….…104
Gambar 56 Islamic Conference of Health Minister (ICHM) ke-7
Abu Dhabi, Persatuan Emirat Arab
Pada Tanggal 15 – 17 Desember 2019……………………………………........106

vii
BIRO KERJA SAMA LUAR NEGERI LAPORAN KINERJA 2019

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Rencana Kinerja dan Alokasi Pagu Indikatif


Biro Kerja Sama Luar Negeri, Tahun 2015 - 2019 .................................................... 13
Tabel 2 Rencana Kinerja Tahunan
Biro Kerja Sama Luar Negeri, Tahun 2019 .............................................................. 14
Tabel 3 Penetapan Kinerja
Biro Kerja Sama Luar Negeri, Tahun 2019 ............................................................... 14
Tabel 4 Komposisi Pegawai
Biro Kerja Sama Luar Negeri, Tahun 2019 ............................................................... 17
Tabel 5 Pengukuran Kinerja
Biro Kerja Sama Luar Negeri, Tahun 2019 ............................................................... 21
Tabel 6 Capaian Kinerja
Biro Kerja Sama Luar Negeri, Tahun 2019 ............................................................... 21
Tabel 7 Capaian Target Kinerja Tahun 2015 – 2019
Kegiatan Peningkatan Kerja Sama Luar Negeri ....................................................... 109
Tabel 8 Perbandingan DIPA dan Realisasi Tahun 2015 – 2019
Kegiatan Peningkatan Kerja Sama Luar Negeri ....................................................... 110
Tabel 9 Evaluasi Capaian Kinerja dan Anggaran
Kegiatan Peningkatan Kerja Sama Luar Negeri, Tahun 2019 .................................. 111

viii
BIRO KERJA SAMA LUAR NEGERI LAPORAN KINERJA 2019

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 Target Kinerja dan Realisasi Kinerja sesuai Renstra


Kementerian Kesehatan 2015 – 2019…………………………………………...............109
Grafik 2 Perbandingan DIPA dan Realisasi Tahun 2015 – 2019
Kegiatan Peningkatan Kerja Sama Luar Negeri…………………………………………110

ix
BIRO KERJA SAMA LUAR NEGERI LAPORAN KINERJA 2019

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Biro Kerja Sama Luar Negeri memiliki tugas melaksanakan
pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kerja sama kesehatan luar negeri sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan menjalankan fungsi-fungsi diantaranya
adalah:

a. Penyiapan koordinasi pelaksanaan kerja sama luar negeri bilateral, regional, dan multilateral
di bidang kesehatan.
b. Penyiapan koordinasi dan fasilitasi hubungan luar negeri bilateral, regional, dan multilateral di
bidang kesehatan, dan
c. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro.
Sebagai Satuan Kerja di lingkungan Kementerian Kesehatan, salah satu kewajiban Biro
Kerja Sama Luar Negeri dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sehari-hari adalah menyusun
dokumen Rencana Aksi Kegiatan. Dokumen tersebut merupakan elaborasi dari dokumen
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 dan Rencana Aksi Program di
Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan. Meskipun dokumen Rencana Aksi Kegiatan masih
berupa perencanaan yang bersifat indikatif, namun beberapa bagian khususnya terkait dengan
rencana aksi telah bersifat operasional, yang dijadikan sebagai rujukan dalam penyusunan
kegiatan perencanaan dan anggaran di Biro Kerja Sama Luar Negeri selama kurun waktu tahun
2015 - 2019.

Sesuai dengan tugas dan fungsinya, Biro Kerja Sama Luar Negeri diharapkan sebagai
pintu masuk kerja sama luar negeri di Kementerian Kesehatan, dan tentunya kerja sama luar
negeri diarahkan untuk mendukung pencapaian sasaran strategis Kementerian Kesehatan sesuai
dengan dokumen Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Namun
demikian dalam mengembangkan kerja sama luar negeri, juga memperhatikan kebijakan politik
luar negeri dimana Kementerian Luar Negeri merupakan koordinator untuk hal tersebut. Oleh
karenanya dalam setiap pengembangan kerja sama luar negeri, disamping memperhatikan

1
kepentingan lintas unit utama di Kementerian Kesehatan, juga dibangun mekanisme forum lintas
Kementerian/Lembaga, untuk mendapatkan masukan dan pandangan sehingga posisi sektor
kesehatan Indonesia mendukung kepentingan nasional secara komprehensif.

Rencana strategis dan kebijakan teknis Biro Kerja Sama Luar Negeri adalah melaksanakan
kegiatan untuk mendukung Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 yaitu
lingkungan strategis regional dan lingkungan strategis global. Pada lingkungan strategis regional
berkaitan dengan pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada tanggal 1 Januari
2016 akan memberikan peluang dan akses pasar sekaligus tantangan tersendiri bagi Indonesia.
Implementasi MEA yang mencakup perdagangan barang dan jasa sektor kesehatan perlu
dilakukan dalam upaya meningkatkan daya saing dari fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan
dalam negeri. Pembenahan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada baik dari sumber daya
manusia, peralatan, sarana dan prasarananya, maupun dari segi manajemennya perlu
digalakkan. Akreditasi fasilitas pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Puskemas, dan lain-lain)
harus dilakukan secara serius dan terencana. Hal ini berkaitan dengan perjanjian pengakuan
bersama Mutual Recognition Arrangement (MRA) tenaga medis/dokter, dokter gigi, dan perawat.

Pada Lingkungan Strategis Global berkaitan dengan berakhirnya agenda Millennium


Development Goals (MDGs) pada tahun 2015, bahwa banyak negara mengakui keberhasilan
dari Millennium Development Goals (MDGs) sebagai pendorong tindakan-tindakan untuk
mengurangi kemiskinan dan meningkatkan pembangunan masyarakat. Sebagai tindak lanjut,
Biro Kerja Sama Luar Negeri juga mendukung kelanjutan program tersebut yang disebut dengan
Sustainable Development Goals (SDGs) yang meliputi 17 goals. Terkait hal tersebut, kesehatan
ada dalam goals no 3 yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi
semua orang di segala usia.

Salah satu penekanan pada SDGs adalah peningkatan partnership atau kemitraan yang
salah satunya adalah penguatan kemitraan Kementerian Kesehatan dengan mitra pembangunan
kesehatan yang ada, diantaranya negara mitra, organisasi internasional, NGO atau LSM dan
swasta. Dalam pelaksanaannya, salah satu sarana untuk menunjukkan komitmen Kementerian
Kesehatan dalam penguatan kemitraan tersebut adalah dengan membuat perjanjian kerja sama
dengan mitranya.

Prioritas Biro Kerja Sama Luar Negeri yang akan dilakukan adalah mempercepat
penyelesaian perjanjian kerja sama ke arah perjanjian yang diimplementasikan, sehingga hasil
kerja sama antara Kementerian Kesehatan dengan mitranya segera dapat dirasakan masyarakat
Indonesia.

2
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud penyusunan Laporan Kinerja Biro Kerja Sama Luar Negeri Tahun 2019 adalah
sebagai bentuk pertanggungjawaban Kepala Biro Kerja Sama Luar Negeri kepada Sekretaris
Jenderal Kementerian Kesehatan atas pengelolaan anggaran dan pelaksanaan kegiatan dalam
rangka pencapaian target yang telah ditetapkan.

Tujuan penyusunan Laporan Kinerja Biro Kerja Sama Luar Negeri Tahun 2019:

1. Memberikan informasi kinerja Biro Kerja Sama Luar Negeri yang terukur kepada stakeholder
(pemberi mandat) atas kinerja yang telah dan seharusnya dicapai.
2. Sebagai upaya perbaikan berkesinambungan bagi Biro Kerja Sama Luar Negeri untuk
meningkatkan kinerjanya.

C. TUGAS POKOK DAN FUNGSI


Pada Bagian Ketujuh Peraturan Menteri Kesehatan No. 64 Tahun 2015 tentang Struktur
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, telah diatur tugas dan fungsi masing-masing
bagian yang ada di Biro Kerja Sama Luar Negeri. Berikut tugas dan fungsi masing-masing bagian:

1. Bagian Kerja Sama Kesehatan Bilateral


Tugas:
Melaksanakan penyiapan koordinasi pelaksanaan kerja sama dan fasilitasi hubungan luar
negeri bilateral serta urusan tata usaha dan rumah tangga Biro.
Fungsi:
a. penyiapan bahan koordinasi pelaksanaan kerja sama kesehatan bilateral di Kawasan
Asia Pasifik, Timur Tengah, Amerika, Eropa dan Afrika.
b. koordinasi dan fasilitasi hubungan luar negeri bilateral di Kawasan Asia Pasifik, Timur
Tengah, Amerika, Eropa dan Afrika.
c. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro.

2. Bagian Kerja Sama Kesehatan Regional


Tugas:
Melaksanakan penyiapan koordinasi pelaksanaan kerja sama dan fasilitasi hubungan luar
negeri regional.
Fungsi:
a. penyiapan bahan koordinasi pelaksanaan kerja sama kesehatan regional dengan
negara ASEAN dan Non-ASEAN.
b. koordinasi dan fasilitasi hubungan luar negeri regional dengan negara ASEAN dan Non-
ASEAN.

3
3. Bagian Kerja Sama Kesehatan Multilateral
Tugas:
Melaksanakan penyiapan koordinasi pelaksanaan kerja sama dan fasilitasi hubungan luar
negeri multilateral.
Fungsi:
a. penyiapan bahan koordinasi pelaksanaan kerja sama kesehatan multilateral dengan
badan PBB dan Non-PBB.
b. koordinasi dan fasilitasi hubungan luar negeri multilateral dengan badan PBB dan Non-
PBB.

Berikut Struktur Organisasi Biro Kerja Sama Luar Negeri sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No.
64 Tahun 2015.
STRUKTUR ORGANISASI
BIRO KERJA SAMA LUAR NEGERI
SEKRETARIAT JENDERAL
KEMENTERIAN KESEHATAN

Kepala Biro Kerja Sama Luar Negeri


Acep Somantri, S.IP, MBA
196712101995031001

Kepala Bagian Kerja Sama Kesehatan Kepala Bagian Kerja Sama


Kepala Bagian Kerja Sama Regional Kesehatan Multilateral
Kesehatan Bilateral drg. Grace Lovita Tewu, M.Sc Ferdinan S Tarigan, SKM, MKM
dr. Sri Wahyuni, M.Sc (CHHM) 197702062000121004
197806272008122001 196708071992032004

Kepala Sub Bagian Kerja Kepala Sub Bagian Kerja Sama


Sama Bilateral I Regional I
Rita Ratna Puri, SKM, M.HEcon (adv) Kepala Sub Bagian Kerja
Hardini Kusumadewi, Sama Multilateral I
SKM 198001312003122002
dr. M. Elvinoreza Hutagalung
198309112006042003
198208192010121002

Kepala Sub Bagian Kerja


Sama Bilateral II
Kepala Sub Bagian Kerja Sama
Elizabeth Sarah Aryaputri, Regional II Kepala Sub Bagian Kerja
SKM, MPH Sama Multilateral II
198209192010122002 dr. Soitawati, M.Epid
197108202002122001

Kepala Sub Bagian Tata


Usaha
Hermadi, S.Farm, Apt
198003272008011006
Kelompok Jabatan
Fungsional

Gambar 1
Struktur Organisasi
Biro Kerja Sama Luar Negeri
Tahun 2019

4
D. SISTEMATIKA PENULISAN
Mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Penetapan Kinerja,
Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, Laporan
Kinerja ini disusun dengan sistematika penyajian laporan sebagai berikut:

BAB I – PENDAHULUAN
Pada bab ini disajikan penjelasan secara ringkas latar belakang, tugas, fungsi, struktur
organisasi, dan sistematika penyajian.

BAB II – PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA


Pada bab ini diuraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja tahun 2019 dan sumber daya
manusia yang dimiliki.

BAB III – AKUNTABILITAS KINERJA


A. Capaian Kinerja Organisasi
Pada sub bab ini disajikan capaian kinerja organisasi sesuai dengan hasil
pengukuran kinerja organisasi.
B. Realisasi Anggaran
Pada sub bab ini diuraikan realisasi anggaran yang digunakan dan yang telah
digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen Perjanjian
Kinerja.
C. Sumber Daya Manusia
Pada sub bab ini diuraikan keadaan sumber daya manusia yang ada di Biro Kerja
Sama Luar Negeri.
D. Capaian Kinerja Lainnya
Pada sub bab ini diuraikan output kegiatan kerja sama luar negeri.

BAB IV – PENUTUP
Pada bab ini diuraikan kesimpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah di
masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk meningkatkan kinerjanya.

5
BIRO KERJA SAMA LUAR NEGERI LAPORAN KINERJA 2019

BAB II PERENCANAAN
DAN PERJANJIAN KINERJA

A. PENGUKURAN DAN ANALISIS CAPAIAN KINERJA


Perencanaan kinerja Biro Kerja Sama Luar Negeri dilakukan dengan berpedoman kepada
dokumen perencanaan strategis pemerintah melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019 dan perencanaan strategis di Kementerian Kesehatan
melalui Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 kemudian dijabarkan pada Rencana Aksi Kegiatan
(RAK) Biro Kerja Sama Luar Negeri dan menjadi acuan dalam penyusunan perencanaan
tahunan melalui Rencana Kinerja Pemerintah (RKP) dan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga
(Renja K/L).

Biro Kerja Sama Luar Negeri menjadi salah satu kegiatan dari Program Dukungan
Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya. Adapun sasarannya adalah
meningkatnya koordinasi pelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberian dukungan
manajemen Kementerian Kesehatan.

Kegiatan yang dilaksanakan oleh Biro Kerja Sama Luar Negeri adalah Peningkatan
Kerja Sama Luar Negeri dengan outputnya adalah meningkatnya peran dan posisi Indonesia
dalam kerja sama luar negeri di bidang kesehatan. Adapun Indikator pencapaian output tersebut
pada tahun 2019 adalah jumlah implementasi dari kesepakatan kerja sama luar negeri bidang
kesehatan sebanyak 8 dokumen.

Kesepakatan kerja sama luar negeri bidang kesehatan adalah “jumlah kesepakatan
internasional yang telah ditandatangani termasuk kesepakatan dalam persidangan internasional
yang bersifat kepemerintahan dan telah diimplementasikan oleh Kementerian Kesehatan untuk
mendukung pencapaian sasaran strategis pembangunan kesehatan yang diukur dengan
pelaporan monev secara berkala dan komprehensif”.

Kerja sama luar negeri bidang kesehatan senantiasa dikembangkan dengan


memperhatikan prioritas pembangunan kesehatan dan juga kebijakan politik luar negeri dan
hubungan luar negeri melalui koordinasi dengan Kementerian Luar Negeri. Selain itu dalam
kerangka globalisasi perdagangan di WTO dan Free Trade Area lainnya, perdagangan

6
barang/jasa/hak kekayaan intelektual sektor kesehatan merupakan salah satu primadona, dan
Biro Kerja Sama Luar Negeri senantiasa mengikuti mekanisme interkementerian dibawah
koordinasi Kementerian Perdagangan.

Untuk mendukung pencapaian output, Biro Kerja Sama Luar Negeri yaitu meningkatnya
peran dan posisi Indonesia dalam kerja sama luar negeri di bidang kesehatan, dengan indikator
kinerja kesepakatan kerja sama luar negeri di bidang kesehatan (yang diimplemetasikan), perlu
dilakukan upaya, yaitu :

1. Peningkatan Kerja Sama Kesehatan Bilateral


Peningkatan kerja sama bilateral bidang kesehatan ditujukan untuk mendukung program
prioritas di Kementerian Kesehatan. Kerja sama bilateral memperhatikan kepentingan
nasional Indonesia, yaitu kepentingan secara politik, ekonomi dan sosial budaya.
Pelaksanaan kerja sama bilateral, disesuaikan dengan prinsip perjanjian internasional
dengan memperhatikan kepentingan politik luar negeri Indonesia serta senantiasa
berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri.

Biro Kerja Sama Luar Negeri berperan sebagai pintu masuk kerja sama bilateral di
Kementerian Kesehatan, mengkoordinasikan dan melakukan fasilitasi terhadap setiap
usulan kerja sama bilateral yang disampaikan oleh unit utama Kementerian Kesehatan,
termasuk Unit Pelaksana Teknis (UPT) dan Kantor Daerah yang menjadi Satuan Kerja
(Satker) berada langsung di bawah Kementerian Kesehatan.

Kerja sama bilateral dengan negara sahabat difokuskan kepada implementasi perjanjian
internasional secara bilateral yang telah ditandatangani oleh kedua belah pihak, sambil
menjajaki peluang kerja sama bilateral lainnya dalam rangka mendukung kepentingan
nasional dan kepentingan Kementerian Kesehatan. Perjanjian kerja sama dapat dilakukan
dalam kerangka perjanjian payung yang ditandatangani oleh Kementerian Luar Negeri, dan
atau kerjasama bilateral kesehatan yang berdiri sendiri setelah mendapatkan kuasa penuh
dari Menteri Luar Negeri. Namun demikian, setiap upaya dalam melakukan kerja sama
bilateral bidang kesehatan senantiasa berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri dan
lintas Kementerian/Lembaga lainnya dalam forum inter kementerian.

Saat ini, Kementerian Kesehatan telah memiliki MoU bilateral bidang kesehatan dengan 16
negara sahabat yakni diantaranya adalah negara Amerika Serikat, Arab Saudi, Australia,
Belanda, Brunei Darussalam, Denmark, India, Iran, Korea Selatan, Kuba, Qatar, Timor-Leste,
Tiongkok, Turki, Singapura dan Vietnam. Adapun MoU baru yang masih dalam proses
pembahasan ada 19, yaitu dengan negara Filipina, Inggris, Jepang, Kamboja, Kolombia,
Kuwait, Laos, Maladewa, Malaysia, Meksiko, Mesir, Myanmar, Oman, Papua Nugini, PEA,
Rusia, Thailand, Tunisia, dan Yordania.

7
Rencana kegiatan kerja sama kesehatan bilateral antara lain :

a. Penyusunan draft/counter draft perjanjian internasional kerja sama bilateral


b. Koordinasi dengan lintas unit utama dalam menentukan substansi kerja sama
c. Koordinasi dengan lintas Kementerian/Lembaga dalam penyusunan perjanjian
internasional
d. Penyusunan kertas posisi
e. Penyusunan telaah pimpinan
f. Penyiapan kertas posisi delegasi dan Statement Delegasi
g. Persiapan posisi Kementerian Kesehatan pada berbagai Sidang Komisi Bersama dan
Kunjungan Kerja Menteri dan Pimpinan lainnya
h. Penyiapan bahan masukan untuk Kunjungan Presiden RI keluar negeri dan kunjungan
kerja Kepala Pemerintahan negara asing ke Indonesia;
i. Fasilitasi penandatanganan perjanjian internasional kerja sama bilateral
j. Persiapan penyelenggaraan dan pelaporan pertemuan bilateral dengan negara sahabat,
pelaksanaan Sidang Komisi Bersama dan forum perundingan bilateral lainnya
k. Dokumentasi implementasi perjanjian internasional kerja sama bilateral
l. Pemantauan dan evaluasi implementasi perjanjian internasional kerja sama bilateral
m. Penyusunan analisis implementasi perjanjian internasional kerja sama bilateral
n. Melakukan negosiasi dan focal point bagi kerja sama dengan berbagai organisasi
kesehatan dalam kerangka kerja sama bilateral.

2. Peningkatan Kerja Sama Kesehatan Regional

Kerja sama luar negeri bidang kesehatan di ASEAN merupakan barometer diplomasi.
Kementerian Kesehatan saat ini terlibat secara langsung dalam pencapaian komunitas
ASEAN melalui dua pilar utama, yaitu pilar ASEAN Socio Cultural Community (ASCC) dan
pilar ASEAN Economic Community (AEC). Peran Kementerian Kesehatan di ASCC antara
lain mengimplementasikan Rencana Strategis Kesehatan di ASEAN atau disebut juga
ASEAN Post-2015 Health Development Agenda Goals for 2020. Merujuk dokumen tersebut,
Indonesia mendapat mandat menjadi lead country beberapa isu kesehatan. Beberapa
sidang di ASEAN yang sifatnya governing adalah ASEAN Healtlh Ministerial Meeting
(AHMM), ASEAN Senior Official Meeting on Health Development (SOMHD), dan ASEAN
Health Cluster. Pertemuan AEC yang secara aktif melibatkan Kementerian Kesehatan
antara lain forum ASEAN Coordinating Committee on Services (CCS) yang mencakup kerja
sama ASEAN di bidang jasa kesehatan.

Selain ASEAN, secara regional juga dikembangkan kerja sama sub regional ASEAN yang
wilayahnya berbatasan langsung dengan Indonesia dalam forum BIMST (Brunei, Indonesia,
Malaysia, Singapura, Thailand). Pertemuan dilakukan secara reguler setiap tahun untuk
8
membahas isu kesehatan didaerah perbatasan dan isu kesehatan terkait mobilitas penduduk
lintas batas, dan isu lainnya yang menjadi concern para pihak.

Dalam kerja sama ekonomi sektor kesehatan kepentingan nasional Indonesia


dinegosiasikan melalui forum Asia Pacific Economic Cooperation (APEC). Kerja sama
kesehatan di APEC dibahas dalam forum Health Working Group (HWG) dan Life Science
and Innovative Forum (LSIF)).

Pada bidang kerja sama kesehatan dan lingkungan Indonesia berperan aktif dan disepakati
sebagai Ketua Asia Pacific Regional Forum Health and Environment (APRFHE) periode
2020-2024. Forum ini memfokuskan pembahasan pada peran Pemerintah dalam bidang
kesehatan dan lingkungan dalam isu: Air Quality and Health; Water, Sanitation, Hygiene and
Health; Chemical, Waste and Health; Climate Change and Health; Health Impact
Assessment; Ecosystem and Health; Sustainable and Healthy Cities. Pertemuan
menghasilkan catatan tentang capaian dan tantangan bidang kesehatan dan lingkungan
yang dihadapi oleh masing-masing negara serta rekomendasi untuk rencana tindak lanjut
Forum APRFHE ke depan.

Rencana kegiatan kerja sama kesehatan regional antara lain :

a. Penyusunan draft/counter draft perjanjian internasional kerja sama regional


b. Koordinasi dengan lintas unit utama dalam menentukan substansi kerja sama
c. Koordinasi dengan lintas Kementerian/Lembaga dalam penyusunan perjanjian
internasional
d. Fasilitasi penandatanganan perjanjian internasional kerja sama regional
e. Penyusunan telaah pimpinan untuk memberikan rekomendasi kebijakan posisi
Indonesia terhadap berbagai isu dan agenda kesehatan global pada berbagai
pertemuan regional yang sifatnya mengikat dan pertemuan negosiasi antara pemerintah
f. Penyiapan kertas posisi delegasi dan Statement Delegasi
g. Persiapan posisi Kementerian Kesehatan pada sidang ASEAN, APRFHE, APEC, WHO-
SEARO, BIMST, FPGH dan sidang regional lainnya, baik pada sidang Konferensi
Tingkat Menteri, Senior Offcial Meeting (SOM) maupun working group/task force
h. Penyiapan bahan masukan untuk Pertemuan KTT/KTM ASEAN dan KTT/KTM APEC
i. Memberikan rekomendasi kebijakan posisi Indonesia terhadap berbagai isu dan agenda
pertemuan dan perundingan di berbagai forum internasional
o. Penyiapan bahan masukan untuk Kunjungan Presiden RI keluar negeri dan kunjungan
kerja Kepala Pemerintahan negara asing ke Indonesia dalam kerangka kerja sama
regional
p. Penyelenggaraan pertemuan internasional secara regional
q. Dokumentasi implementasi perjanjian internasional kerja sama regional
9
r. Pemantauan dan evaluasi implementasi perjanjian internasional kerja sama regional
s. Penyusunan analisis implementasi perjanjian internasional kerja sama regional

3. Peningkatan Kerja Sama Kesehatan Multilateral

Kementerian Kesehatan diharapkan meningkatkan perannya dalam menggalang Global


Health Diplomacy, khususnya terkait dengan isu kesehatan yang menjadi Concern
Developing Countries (DCs) dan Least Developing Countries (LDCs), termasuk
kepentingan dalam negeri Indonesia khususnya terkait pencapaian delapan program
prioritas. Indonesia melalui berbagai forum diharapkan dapat melakukan lobby untuk
melakukan reformasi di WHO dan lembaga PBB lainnya yang terkait dengan isu
kesehatan global sehingga lebih berkeadilan, setara, dan menguntungkan semua pihak,
khususnya terkait dengan kepentingan DCs dan LDCs. Keberhasilan Indonesia dengan
diadopsinya “The Framework for Pandemic Influenza Preparadness: Sharing of Influenza
Viruses and Acces to Vaccines and other Benefit” sebagai resolusi WHA pada tahun
2011, merupakan titik tolak pengembangan diplomasi Indonesia ditingkat multilateral.
Dalam mendukung posisi Indonesia perlu dilakukan lobi dengan negara sahabat melalui
forum FPGH, Selatan-Selatan, ASEAN, WHO SEARO, OKI, dan like minded countries
lainnya.

Dalam kerangka Global Health Diplomacy, dimana isu kesehatan telah menjadi salah
satu alat diplomasi luar negeri Indonesia, telah dikembangkan kerja sama melalui forum
Foreign Policy Global Health (FPGH) yang beranggotakan Indonesia, Thailand, Prancis,
Norwegia, Afrika Selatan, Senegal, dan Brazil.

Dalam mengimplementasikan resolusi dan deklarasi WHO serta permasalahan


kesehatan di tingkat regional, Kementerian Kesehatan menjadi members dari WHO
Regional South East Asian Region Organization (SEARO) yang beranggotakan sebelas
negara yaitu Indonesia, Thailand, Myanmar, India, Bangladesh, Timor Leste, PDR Korea,
Bhutan, Maldives, Srilanka, dan Nepal. WHO SEARO merupakan mitra strategis
Kementerian Kesehatan, khususnya terkait dengan dukungan kerjasama teknis
(termasuk tenaga ahli kesehatan) dalam mengatasi permasalahan kesehatan yang
menjadi perhatian dunia dan permasalahan kesehatan dikawasan regional. Pertemuan di
WHO SEARO yang sifatnya mengikat yaitu SPPDM/High Level Preparatory Meeting at
Regional Level/SEARO, Health Ministerial Meeting (HMM) WHO SEARO dan
Regional Committee Meeting (RCM) WHO SEARO.

Rencana kegiatan kerja sama kesehatan multilateral antara lain :

a. Penyusunan draft/counter draft perjanjian internasional kerja sama multilateral, dan UN


bodies lainnya

10
b. Koordinasi dengan lintas unit utama dalam menentukan substansi kerja sama
c. Koordinasi dengan lintas Kementerian/Lembaga dalam penyusunan perjanjian
internasional
d. Fasilitasi penandatanganan perjanjian internasional kerjasama multilateral
e. Penyusunan telaah pimpinan untuk memberikan rekomendasi kebijakan posisi Indonesia
terhadap berbagai isu dan agenda kesehatan global pada berbagai pertemuan regional
yang sifatnya mengikat dan pertemuan negosiasi antara pemerintah
f. Penyiapan kertas posisi delegasi dan statement delegasi
g. Persiapan posisi Kementerian Kesehatan pada sidang WHA, EB, UNGA sektor
kesehatan, RC WHO-SEARO, dan sidang multilateral lainnya, baik pada sidang
Konferensi Tingkat Menteri, Senior Offcial Meeting (SOM) maupun working group/task
force
h. Penyiapan bahan masukan untuk Pertemuan KTT/KTM multilateral
i. Memberikan rekomendasi kebijakan posisi Indonesia terhadap berbagai isu dan agenda
pertemuan dan perundingan di berbagai forum internasional.
j. Penyiapan bahan masukan untuk Kunjungan Presiden RI keluar negeri dan kunjungan
kerja Kepala Pemerintahan negara asing ke Indonesia dalam kerangka kerja sama
multilateral
k. Penyelenggaraan pertemuan internasional secara multilateral atau regional SEARO
l. Dokumentasi implementasi perjanjian internasional kerja sama multilateral
m. Pemantauan dan evaluasi implementasi perjanjian internasional kerja sama multilateral
n. Penyusunan analisis implementasi perjanjian internasional kerja sama multilateral

4. Fasilitasi Globalisasi Perdagangan Sektor Kesehatan dan Kerjasama Ekonomi


Lainnya

Kementerian Kesehatan juga berkomitmen untuk mendukung kebijakan pemerintah dibawah


koordinasi Kementerian Perdagangan dalam pengembangan kerjasama ekonomi sektor
kesehatan baik dalam kerangka perdagangan barang sektor kesehatan, jasa kesehatan,
investasi, maupun hak kekayaan intelektual. Pengembangan kerja sama perdagangan
internasional sektor kesehatan dilakukan secara multitrack melalui kerja sama multilateral di
WTO, regional, dan bilateral.

Kerja sama aliran bebas perdagangan sektor kesehatan dalam kerangka ASEAN Free Trade
Area (AFTA) ditujukan untuk mewujudkan ASEAN Economic Community. Kementerian
Kesehatan berkomitmen untuk berperan aktif dalam setiap perundingan perdagangan
barang dan jasa kesehatan, termasuk investasi sektor kesehatan. Selain itu ASEAN dalam
juga mengembangkan kerja sama dengan negara mitra wicara mempunyai Free Trade Area
dalam kerangka ASEAN Free Trade Area. Kerja sama kesehatan di ASEAN senantiasa

11
memperhatikan dinamika kebijakan kesehatan dalam negeri, tetapi disisi lain kebijakan
dalam negeri diharapkan menyesuikan kebijakan dalam negerinya sesuai dengan dinamika
dalam rangka pembentukan ASEAN Single Window.

Rencana kegiatan kerja sama globalisasi perdagangan sektor antara lain :

a. Memberi masukan atas draft/counter draft perjanjian internasional globalisasi


perdagangan sektor kesehatan di WTO, ASEAN dan Free Trade Area lainnya
b. Koordinasi dengan lintas unit utama dalam menentukan substansi kerja sama
c. Koordinasi dengan lintas Kementerian/Lembaga dalam penyusunan perjanjian
internasional dan penandatanganan perjanjian internasional
d. Penyusunan telaah pimpinan untuk memberikan rekomendasi kebijakan posisi Indonesia
terhadap berbagai isu perdagangan barang sesuai prinsip GATT, perdagangan jasa
sesuai prinsip GATS, dan perdagangan Hak Kekayaan Intelektual sesuia prinsip TRIPS,
serta mendukung kepentingan nasional dan kepentingan Kementerian Kesehatan pada
berbagai pertemuan multilateral, regional, maupun bilateral
e. Penyiapan kertas posisi delegasi dan statement delegasi
f. Persiapan posisi Kementerian Kesehatan pada sidang WTO (terkait dengan GATT,
GATS, dan TRIPS), siding di ASEAN (terkait dengan ATIGA, AFAS, RCEP, ACIA), dan
sidang bilateral lainnya baik pada sidang Konferensi Tingkat Menteri, Senior Offcial
Meeting (SOM) maupun working group/task force
g. Penyiapan bahan masukan untuk pertemuan KTT/KTM multilateral
h. Memberikan rekomendasi kebijakan posisi Indonesia terhadap berbagai isu dan agenda
pertemuan dan perundingan di berbagai forum internasional.
i. Penyelenggaraan pertemuan internasional dalam kerangka globalisasi perdagangan
sektor jasa kesehatan
j. Dokumentasi implementasi perjanjian internasional dalam kerangka globalisasi
perdagangan sektor kesehatan
k. Pemantauan dan evaluasi implementasi perjanjian internasional kerja sama globalisasi
perdagangan sektor kesehatan
l. Penyusunan analisis implementasi perjanjian internasional kerja sama globalisasi
perdagangan sektor kesehatan

5. Penguatan reformasi birokrasi

Bahwa dalam pegembangan kelima rencana aksi tersebut di atas perlu didukung oleh
sumberdaya manusia yang kompeten dan handal, serta input sumberdaya lainnya sesuai
dengan prinsip pemerintahan yang baik (good governance). Untuk itu perlu diciptakan
budaya organisasi yang berorientasi global sesuai dengan semangat reformasi birokrasi
di Kementerian Kesehatan.

12
Rencana kegiatan penguatan reformasi birokrasi antara lain :
a. Penyusunan dokumen delapan area perubahan reformasi birokrasi
b. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi perubahan pada delapan area perubahan
c. Perbaikan kualitas manajemen perbendaharaan dan pelaporan keuangan
d. Peningkatan kualitas SDM kesehatan sesuai dengan standar kompetensi jabatan dan
budaya kerja berorientasi mutu
e. Peningkatan kepuasan pelanggan di dalam dan di luar Biro Kerja Sama Luar Negeri
f. Sosialisasi, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan reformasi birokrasi di Biro Kerja
Sama Luar Negeri
Penjabaran pencapaian target kinerja dan pagu alokasi anggaran per tahun disajikan pada
matriks di bawah ini :

Tabel 1
Rencana Kinerja dan Alokasi Pagu Indikatif
Biro Kerja Sama Luar Negeri, Tahun 2015-2019

Kegiatan Output Indikator Tahun

Peningkatan Meningkatnya Jumlah


Kerja Sama peran dan kesepakatan
Luar Negeri posisi kerja sama
Indonesia luar negeri di
2015 2016 2017 2018 2019
dalam kerja bidang
sama luar kesehatan
negeri bidang
kesehatan
Target : 8 9 8 7 8
Pagu Anggaran (Rp. Milyar)
Pagu Indikatif 20.0 23.5 21.0 18.5 18.2
Pagu Definitif 20.0 23.5 21.0 18.5 19.8
Pagu Anggaran 12.1 14.1 9.5 18.095 22.8

Sesuai dengan RKP Tahun 2015, serta sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan (Kepmenkes No. HK.02.02/MENKES/52/2015), target kinerja Biro Kerja Sama Luar
Negeri sampai dengan Tahun 2019 ditetapkan sejumlah 40 dokumen kesepakatan kerja sama
luar negeri di bidang kesehatan, hingga saat ini sudah mencapai 40 (empat puluh) dokumen.

Perencanaan kinerja Biro Kerja Sama Luar Negeri Tahun 2019 selanjutnya diuraikan menjadi
dua dokumen yaitu Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Biro Kerja Sama Luar Negeri Tahun 2019,
dan Penetapan Kinerja (Tapja) Biro Kerja Sama Luar Negeri Tahun 2019.

13
Tabel 2
Rencana Kinerja Tahunan
Biro Kerja Sama Luar Negeri, Tahun 2019
No Sasaran Indikator Kinerja Target
Strategis/Kegiatan
(1) (2) (3) (4)
1 Meningkatnya peran dan Jumlah kesepakatan kerja 8 Dokumen
posisi Indonesia dalam kerja sama luar negeri di bidang
sama luar negeri di bidang kesehatan
kesehatan/Peningkatan
kerja sama luar negeri

Target RKT Biro Kerja Sama Luar Negeri tersebut, ditujukan untuk meningkatnya peran dan
posisi Indonesia dalam kerja sama luar negeri di bidang kesehatan, dan mendukung kinerja
program dukungan manajemen dan teknis lainnya.

Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel
serta berorientasi pada hasil, maka komitmen RKT tersebut di atas, diperkuat dengan perjanjian
kinerja melalui penetapan kinerja tahunan, dengan melakukan penandatangan dokumen antara
Kepala Biro Kerja Sama Luar Negeri dengan Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan pada
awal tahun 2019. Adapun penetapan kinerja Biro Kerja Sama Luar Negeri pada tahun 2019,
sebagai berikut :

Tabel 3
Penetapan Kinerja
Biro Kerja Sama Luar Negeri, Tahun 2019
No Sasaran Strategis/ Indikator Kinerja Target
Kegiatan
(1) (2) (3) (4)
1 Meningkatnya peran dan Jumlah kesepakatan kerja 8 Dokumen
posisi Indonesia dalam sama luar negeri di bidang
kerjasama luar negeri di kesehatan
bidang
kesehatan/Peningkatan
kerja sama luar negeri

Jumlah Anggaran
Kegiatan Peningkatan Kerjasama Luar Negeri : Rp. 22.883.332.000,-

14
Selanjutnya dokumen RKT dan Tapja tersebut di atas, diinternalisasi secara berjenjang kepada
pejabat eselon III, pejabat eselon IV, dan seterusnya kepada seluruh staf di Biro Kerja Sama Luar
Negeri. Kedua dokumen dimaksud merupakan target kinerja yang menjadi prioritas utama dalam
setiap pelaksanaan kegiatan di Biro Kerja Sama Luar Negeri, khususnya dalam pelaksanaan
kegiatan bersumber DIPA Biro Kerja Sama Luar Negeri TA 2018. Dokumen dimaksud juga
merupakan rujukan target kinerja di Biro Kerja Sama Luar Negeri, yang pencapaiannya diukur
melalui evaluasi kinerja secara triwulan.

Pengembangan kerja sama luar negeri bidang kesehatan diarahkan untuk mencapai sasaran
strategis Kementerian Kesehatan yang ke-7, yaitu “Meningkatnya daya guna kemitraan dalam
dan luar negeri”, dengan memperhatikan Visi dan Misi Presiden Republik Indonesia, serta Tujuan
Kementerian Kesehatan Tahun 2015 – 2019.

Adapun Visi Presiden Republik Indonesia adalah “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat,
Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-royong”. Upaya untuk mewujudkan visi ini
adalah melalui 7 (tujuh) misi pembangunan, yaitu :

1. Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang


kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim dan mencerminkan
kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis berlandaskan negara
hukum.
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif serta memperkuat jati diri sebagai negara
maritim.
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera.
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan
kepentingan nasional, serta
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

Selanjutnya terdapat 9 (sembilan) agenda prioritas yang dikenal dengan NAWA CITA yang ingin
diwujudkan pada Kabinet Kerja, yakni :
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa
aman pada seluruh warga Negara.
2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih,
efektif, demokratis dan terpercaya.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam
kerangka negara kesatuan.

15
4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang
bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
6. Meningkatkan produktifitas rakyat dan daya saing di pasar internasional.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi
domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa.
9. Memperteguh ke-Bhinneka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

Tujuan Kementerian Kesehatan pada tahun 2015 – 2019, yaitu

1. Meningkatnya status kesehatan masyarakat.


2. Meningkatnya daya tangkap (responsiveness) dan perlindungan masyarakat terhadap resiko
sosial dan finansial di bidang kesehatan.

Sasaran Strategis Kementerian Kesehatan yaitu :

1. Meningkatnya Kesehatan Masyarakat


2. Meningkatnya Pengendalian Penyakit
3. Meningkatnya Akses dan Mutu Fasilitas Pelayanan Kesehatan
4. Meningkatnya akses, kemandirian, dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan
5. Meningkatnya Jumlah, Jenis, Kualitas dan Pemerataan Tenaga Kesehatan
6. Meningkatnya sinergitas antar Kementerian/Lembaga
7. Meningkatnya daya guna kemitraan dalamdan luar negeri
8. Meningkatnya integrasi perencanaan, bimbingan teknis dan pemantauan-evaluasi
9. Meningkatnya efektivitas penelitian dan pengembangan kesehatan
10. Meningkatnya tata kelola kepemerintahan yang baik dan bersih
11. Meningkatnya kompetensi dan kinerja aparatur Kementerian Kesehatan
12. Meningkatnya sistem informasi kesehatan integrasi

B. SUMBER DAYA

Pada tahun 2019, jumlah pegawai di Biro Kerja Sama Luar Negeri adalah sebanyak 40
pegawai, dengan jumlah komposisi 11 pegawai pada jabatan struktural, 28 pegawai pada jabatan
fungsional umum (jabatan pelaksana) dan 1 pegawai pada jabatan fungsional tertentu. Dalam
menjalankan tugas dan fungsinya, Biro Kerja Sama Luar Negeri didukung oleh pegawai-pegawai
dari berbagai jenjang pendidikan, diantaranya 57.50% berasal dari pendidikan S2, 37.50% dari
pendidikan S1, 2.50% dari pendidikan D3, dan 2.50% dari pendidikan SMA. Selama kurun waktu
1 Januari sampai dengan 31 Desember 2019 ada 1 orang pegawai pindah ke Instansi Daerah
sehingga total pegawai pada akhir tahun 2019 berjumlah 39 orang.

16
Peningkatan kompetensi dan profesionalisme pegawai dalam rangka manajemen sumber
daya manusia dilakukan Biro Kerja Sama Luar Negeri dalam bentuk pemberian ijin pegawai
untuk melaksanakan tugas belajar (tubel), yang dipertimbangkan dengan selektif sesuai dengan
kompetensi dan masa kerja pegawai. Tercatat pada tahun 2019 sejumlah 4 (empat) pegawai
yang menjalankan tugas belajar di dalam negeri. Sumber pendanaan terkait penguatan sumber
daya manusia dalam bentuk tugas belajar tersebut berasal dari beasiswa Lembaga Pengelola
Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan dan beasiswa Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (PPSDMK) Kementerian Kesehatan.

Berikut matriks keadaan pegawai Biro Kerja Sama Luar Negeri dalam kurun waktu 2013-
2019:

Tabel 4
Komposisi Pegawai
Biro Kerja Sama Luar Negeri, Tahun 2019

Jumlah Pegawai Pegawai


Pegawai
Pendidikan Berhenti CPNS
Tahun Struktural Pelaksana JFT TUBEL
/ Pindah
L P L P L P S2 S1 D3 SMA
Pusat Kerja sama Luar
Negeri
2013 4 7 12 27 16 29 3 2 1
2014 3 8 15 24 19 27 2 2 5 3
2015 3 8 15 24 19 27 2 2 1 3
Biro Kerja Sama Luar
Negeri
2016 5 6 14 23 19 25 2 2 2 5
2017 5 6 10 23 17 23 2 2 3 9
2018 4 7 13 15 18 18 2 1 1 4
2019 4 7 13 15 1 18 18 2 1 1 4

17
Gambar 2
Komposisi Pegawai Berdasarkan Jabatan
Biro Kerja Sama Luar Negeri, Tahun 2019

Gambar 3
Komposisi Pegawai Berdasarkan Pendidikan
Biro Kerja Sama Luar Negeri, Tahun 2019

18
Gambar 4
Komposisi Pegawai Berdasarkan Golongan
Biro Kerja Sama Luar Negeri, Tahun 2019

Gambar 5
Komposisi Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin
Biro Kerja Sama Luar Negeri, Tahun 2019

19
BIRO KERJA SAMA LUAR NEGERI LAPORAN KINERJA 2019

BAB III AKUNTABILITAS


KINERJA

A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

Tahun 2019 merupakan tahun terakhir pelaksanaan Rencana Strategis Kementerian


Kesehatan Tahun 2015-2019. Untuk mengetahui keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan
kegiatan perlu dibuat analisis capaian kinerja organisasi sebagai tolak ukur kinerja organisasi
agar semakin baik dari tahun ke tahun. Capaian kinerja organisasi diukur dengan cara
membandingkan antara kinerja yang dihasilkan dengan kinerja yang diharapkan. Dalam hal ini,
capaian kinerja diukur dari Perjanjian Kinerja yang memuat sasaran strategis dan indikator
kinerja kegiatan dengan hasil capaian selama satu tahun. Biro Kerja Sama Luar Negeri
melaksanakan kegiatan Peningkatan Kerja Sama Luar Negeri dengan sasaran meningkatnya
peran dan posisi Indonesia dalam kerjasama luar negeri di bidang kesehatan.
Dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, Biro Kerja Sama
Luar Negeri melaksanakan misi pembangunan nomor 3 dari 7 misi pembangunan sebagai upaya
mewujudkan visi dan misi Presiden yaitu “mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif serta
memperkuat jati diri sebagai negara maritime”. Kegiatan Biro Kerja Sama Luar Negeri masuk ke
dalam Sasaran Strategis Kementerian Kesehatan nomor 7 dari 12 Sasaran Strategis
Kementerian Kesehatan yaitu “meningkatnya daya guna kemitraan dalam dan luar negeri,
dengan sasaran yang akan dicapai adalah 40 dokumen pada akhir tahun 2019”.
Wujud dari pelaksanaan misi pembangunan Presiden dan Sasaran Strategis Kementerian
Kesehatan tersebut, dituangkan dalam dokumen Perjanjian Kinerja Biro Kerja Sama Luar Negeri
Tahun 2019, sebagaimana dijelaskan pada Bab II. Berdasarkan Perjanjian Kinerja, Biro Kerja
Sama Luar Negeri mempunyai 1 (satu) Sasaran Strategis/Kegiatan dan 1 (satu) Indikator Kinerja
dengan target kinerjanya adalah 8 dokumen kesepakatan kerja sama luar negeri bidang
kesehatan. Hasil yang dicapai sampai dengan akhir tahun 2019 sebanyak 8 dokumen atau 100%
dari target.
Adapun hasil dari pengukuran kinerja Biro Kerja Sama Luar Negeri pada tahun 2019
disajikan pada tabel dibawah ini :

20
Tabel 5
Pengukuran Kinerja
Biro Kerja Sama Luar Negeri, Tahun 2019

No Sasaran Strategis/ Indikator Target Realisasi % Capaian


Kegiatan Kinerja
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Meningkatnya peran Jumlah 8 Dokumen 8 Dokumen 100


dan posisi Indonesia kesepakatan
dalam kerja sama kerja sama luar
luar negeri di bidang negeri di bidang
kesehatan kesehatan
/Peningkatan kerja
sama luar negeri

Jumlah Anggaran Kegiatan Tahun 2019 (Awal) : Rp. 19.883.332.000,00


Jumlah Anggaran Kegiatan Tahun 2019 (Revisi Akhir) : Rp. 22.883.332.000,00
Jumlah Realisasi Anggaran Kegiatan Tahun 2019 : Rp. 21.640.881.514,00

Berdasarkan tabel tersebut di atas, pada tahun 2019 telah dihasilkan 8 dokumen
kesepakatan kerja sama luar negeri bidang kesehatan. Adapun rincian 8 dokumen tersebut
disajikan pada tabel di bawah ini :
Tabel 6
Capaian Kinerja
Biro Kerja Sama Luar Negeri, Tahun 2019

No. Nama Output Target Capaian % Keterangan

1 Kesepakatan 4 4 100% 1. MoU Kesehatan RI – Republic


kerja sama Democratic Timor Leste
luar negeri (RDTL) : Pertemuan Pertama
bilateral Joint Working Group (JWG) on
bidang Health RI-RDTL dan
kesehatan Pertemuan Kedua Cross
(Dokumen Border Meeting on
kesepakatan) Communicable Diseases
Control between Indonesia and

21
No. Nama Output Target Capaian % Keterangan

Timor Leste (18 – 20 Februari


2019)
2. MoU Kesehatan RI – Kerajaan
Arab Saudi : Joint Working
Group on Health Cooperation
Republik Indonesia - Kerajaan
Arab Saudi (4 Maret 2019)
3. MoU Kesehatan RI – Korea
Selatan : Joint Working Group
on Health Cooperation
Republik Indonesia – Korea
Selatan (30 Agustus 2019)
4. MoU Kesehatan RI – Iran : 1st
Joint Working Group on Health
Cooperation RI - Iran dan 2nd
Iran - Indonesia Health
Business Forum (14 – 16
September 2019)
2 Kesepakatan 2 2 100% 5. 22nd BIMST Public Health
kerja sama Conference (30 – 31 Juli 2019)
luar negeri 6. Regional Consultative Meeting
regional on the Development of ASEAN
bidang Framework on Health Coverage
kesehatan for Documented Migrants
(Dokumen including Migrant Workers and
kesepakatan) Special Population (e.g. Mother
and Child) and ASEAN
Regional Situationer on Migrant
Health (10-12 September 2019)
3 Kesepakatan 2 2 100% 7. Pertemuan the 44th Meeting of
kerja sama the Programme Coordinating
luar negeri Board (PCB) UNAIDS (25 – 27
multilateral Juni 2019)
bidang 8. Pertemuan the 6th Meeting of
kesehatan the OIC Lead Country
(Dokumen Coordinators’ Group (LCCG)

22
No. Nama Output Target Capaian % Keterangan

kesepakatan) dan the 13th Meeting of the OIC


Steering Committee on Health
(SCH) (7-8 Oktober 2019)
Total 8 8 100%

Berikut rincian capaian kinerja Biro Kerja Sama Luar Negeri Tahun 2019 :
A. Kesepakatan kerja sama luar negeri bilateral bidang kesehatan
1. Memorandum of Understanding (MoU) Kesehatan RI – Republic Democratic
Timor Leste (RDTL)
MoU kerja sama bidang kesehatan antara Indonesia-Timor Leste
ditandatangani di Jenewa, Swiss pada tanggal 24 Mei 2017. Area kerja sama yang
disepakati kedua negara adalah sebagai berikut:
a. Pelayanan kesehatan dan pemeriksaan laboratorium;
b. Kerja sama di bidang farmasi dan alat kesehatan;
c. Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan;
d. Kerja sama di bidang penyakit menular, terutama di daerah perbatasan dan
kesiapsiagaan pandemik, serta;
e. Kerja sama di bidang Ibu dan Anak, Imunisasi dan Gizi;
f. Bidang-bidang lain yang dianggap perlu dan disepakati secara tertulis oleh kedua
pihak

MoU ini mulai berlaku sejak penandatanganan dan efektif untuk jangka waktu tiga
tahun, dan dapat diperpanjang untuk tiga tahun berikutnya atas kesepakatan
bersama secara tertulis oleh kedua negara.

Gambar 6
Penandatanganan MoU RI - RDTL
Di Jenewa, Swiss
Pada tanggal 24 Mei 2017

23
Sebagai tindak lanjut dari MoU tersebut dilaksanakan Joint Working Group (JWG) on
Health RI-RDTL yang diselenggarakan di Dili, Timor Leste pada 18 Februari 2019.
Delegasi Indonesia dipimpin oleh dr. Anung Sugiantono, Ditjen Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit (P2P). Sementara Delegasi Timor Leste dipimpin oleh Ditjen
Pelayanan Kesehatan Kemenkes Timor Leste, Dr. Odete da Silva Viegas.
Dalam pertemuan tersebut, kedua Negara melakukan diskusi mengenai review dan
rencana implementasi MoU yang dituangkan dalam dokumen Agreed Minutes serta
penyetujuan dokumen Plan of Action (POA) sebagai implementasi dari MoU Kerja
Sama Bidang Kesehatan RI-Timor Leste. Kegiatan yang telah disepakati dalam PoA
meliputi:
a. Kerja sama dalam bidang penyakit menular, terutama di daerah perbatasan dan
kewaspadaan pandemik;
b. Pengembangan dan pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Timor-
Leste melalui kegiatan-kegiatan berupa 13 pelatihan, 2 kunjungan studi banding
dan 1 kegiatan magang;
c. Berbagi pengalaman untuk mengatasi penyakit tidak menular (PTM) dan faktor
risiko determinan PTM termasuk Posbindu dan konsultasi online penanganan
penyakit tidak menular;
d. Mobilisasi Tim Medis Emergensi dalam situasi krisis kesehatan;
e. Studi banding Sistem surveilans produk medis di bawah standard dan palsu di
daerah perbatasan; serta
f. Kerja sama sistem pelayanan rujukan tersier rumah sakit.
Implementasi konkret dari aktivitas POA RI-Timor Leste, sebelum dan setelah
ditandatangani POA, diantaranya:
a. Pelatihan Advance Trainer Essential New Born Care (ESNBC) dan TOT
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)/Integrated Management Child Illnesses
(IMCI). Kerja sama antara Pusat Pelatihan SDM Kesehatan melalui Balai Besar
Pelatihan Kesehatan (BBPK) Jakarta, BPPSDMK Kemenkes RI dan Instituto
Nacional da Saúde (INS), Timor Leste, dalam kerangka Kerja sama Selatan-
Selatan (KSS). Technical Agreement kedua belah pihak telah ditandatangani
tanggal 18 Oktober 2018. Pelatihan dilaksanakan bulan November 2018 di INS
dengan fasilitator dalam pelatihan berasal dari BBPK. Sedangkan, pendanaan
pelatihan didukung oleh bantuan dari Kemenlu RI dan Non-Alignment Movement
(NAM Center) serta KOICA.
b. Kegiatan magang dokter spesialis radiografi dan tenaga radiographer dari
Nacional Guido Valadares RDTL, RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, 2018.
c. Pelatihan Training-of-Trainer manajemen terpadu balita sakit (MTBS), Bapelkes
Jakarta, 5-9 November 2018.
d. Pelatihan advanced ToT Essential New Born Care (ENBC), RDTL, 19-23 Nov
2018, dengan Pengajar dari Bapelkes Jakarta, RSUP Sardjito, dan RSCM.
e. 1st Cross Border Initaitive Collaboration Meeting, Bali, 11 January 2017.
f. 2nd Cross Border Meeting on HIV/AIDS, TB and Malaria, Dili, 19-20 Februari
2019.
g. Kegiatan Training on Field Epidemology and Outbreak Management dan Training
on Management of Developing on Curriculum Modules, berlokasi di BBPK Ciloto

24
pada Juni 2019.
h. Poltekkes Malang juga menawarkan beasiswa untuk 4 orang siswa Timor Leste
yang dimulai pada Juli 2019.
i. Pelatihan TOT Manajemen Puskesmas tgl 7-20 Juli 2019, sebanyak 10 orang
peserta Timor-Leste di BBPK Jakarta.
j. 3rd Cross Border Meeting on HIV/AIDS, TB and Malaria, Atambua, Kupang, 13-
15 Agustus 2019

Gambar 7
Joint Working Group (JWG) Indonesia - RDTL
Dili, Timor Leste
Pada tanggal 18 Februari 2019

Selain itu dilakukan penandatanganan Plan of Action (PoA) dalam kesempatan


tersebut pada tanggal 20 Februari 2019 oleh Direktur Jenderal P2P Kementerian
Kesehatan RI dan Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Timor Leste.
Program yang diamanatkan dalam PoA sebagai tindak lanjut dari MoU adalah:
a. Kerja sama di bidang penyakit menular, khususnya di area perbatasan dan
kewaspadaan pandemik;
b. Pengembangan dan pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Timor
Leste, melalui beasiswa, magang, pelatihan dan pengembangan kurikulum modul
standarisasi pelatihan;
c. Berbagi pengalaman untuk menyelesaikan Penyakit Tidak Menular (PTM) dan
menentukan faktor risiko PTM termasuk community-based intervention;
d. Mobilisasi Emergency Medical Teams (EMT) pada saat krisis kesehatan;
e. Pengawasan sistem Substandard and Falsified Medical Product (SFMP) di
perbatasan; dan
f. Kerja sama untuk sistem rujukan pelayanan Tertiary Care Hospital.
g. Kedua Negara sepakat untuk melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap
implementasi yang dilakukan setiap enam bulan sekali.

25
Gambar 8
Penandatanganan PoA Indonesia - RDTL
Dili, Timor Leste
Pada tanggal 20 Februari 2019

2. Memorandum of Understanding (MoU) Kesehatan RI – Kerajaan Arab Saudi


(KAS)
MoU bidang kesehatan RI – KAS telah ditandatangani pada tanggal 1 Maret 2017 di
Bogor, Indonesia. Sebagai bentuk koordinasi dan komunikasi dalam melaksanakan
kerja sama di bidang kesehatan, kedua negara telah melaksanakan the 1st JWG on
Health RI – KAS di Jakarta, tanggal 17 Desember 2018.
The 2nd JWG on Health RI-KAS yang berlangsung di Riyadh pada tanggal 4 Maret
2019 merupakan bentuk tindak lanjut dari pertemuan JWG pertama yang membahas 3
(tiga) pending documents, yaitu:
a. Joint Action Plan for the Implementation MoU for the Cooperation in the Field of
Health RI-KSA;
b. Implementing Arrangement on Cooperation in the Field of Health Services for
Indonesian Hajj and Umrah Pilgrims; dan
c. Implementing Arrangement on the Placement and Protection of Indonesian Health
Professional in the kingdom of Saudi Arabia.

26
Gambar 9
2nd Joint Working Group on Health Cooperation (JWG) RI-KAS
Di Riyadh, Arab Saudi
Pada tanggal 4 Maret 2019

Delegasi RI dipimpin oleh Kepala Badan PPSDM Kesehatan, didampingi oleh Direktur
Jenderat Pelayanan Kesehatan, Duta Besar RI di Riyadh, Direktur Kerjasama Luar
Negeri BNP2TKI, Direktur Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan, Kepata Pusat
Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan, perwakilan dari Dit. Hukum dan
Perjanjian Sosial Budaya Kemenlu, Pusat Kesehatan Haji dan Biro Kerja Sama Luar
Negeri Kemenkes.

Sedangkan, Delegasi KSA dipimpin oleh Deputy Minister for Human Resources,
didampingi oleh General Director of Hajj, General Director for Human Resources
Services, General Director for Academic Affairs, General Director for Nursing Affairs,
Head of External Cooperation and Recruitment Sources, dan perwakilan dari
international collaboration.

The 2nd JWG on Health RI-KSA menghasilkan 3 output dokumen yang secara resmi
telah ditandatangani kedua betah pihak, yaitu:

a. Joint Action Plan for the Implementation MoU for the Cooperation in the Field of
Health RI-KSA
b. Implementing Arrangement on Cooperation in the Field of Health Services for
Indonesian Hajj and Umrah Pilgrims
c. Agreed Minutes the 2nd JWG.
Adapun area kerja sama yang disepakati dalam Joint Action Plan meliputi:

a. Exchange of views related to International Health Regulation issues that become


common interest of the Parties;
b. Cooperation on capacity building in the framework of International Health
Regulation;

27
c. Concluding Implementing Arrangement on the Placement and Protection of
d. Indonesian Health Professionals in the Kingdom of Saudi Arabia;
e. Collaboration in the field of health se/vices related to Hajj and Umrah;
f. Exchange of experiences and information on pilgrims and Umrah performers and
g. preventive measures and health risks during Ha]) and Umrah;Conducting of joint
h. research on diseases including infectious diseases during flaB and Umrah;
i. Technical cooperation on the development of WHO collaborating center for hal and
j. umrah health in Indonesia;
k. The two Parties shall cooperate to seek recruitment health professionals according
to
l. the applicable laws and regulations in both countries;
m. Teaching Arabic language to Indonesian Health Professionals;
n. Implementing training to Indonesian Health Professionals to obtain Prometric
certificate; and
o. Exchange of information, knowledge, and experience in preventing and controlling
p. Mers-Cov.
Selain itu, kedua pihak juga melakukan pembahasan terkait dengan draft
Implementing Arrangement on the Placement and Protection of Indonesian Health
Professional in the Kingdom of Saudi Arabia. Dalam kaitan ini, didapati haI-haI sebagai
berikut:
a. Peraturan nasional Arab Saudi mensyaratkan bahwa Tenaga Profesional
Kesehatan Indonesia (TPKI) yang terdiri dari profesi dokter dan perawat untuk
memenuhi persyaratan, yaitu:
1) Memiliki sertifikasi prometric;
2) Terdaftar dalam konsil kedokteran Saudi; dan
3) Memiliki lisensi kerja yang dikeluarkan oleh Kemkes Saudi.
b. Pihak Arab Saudi menawankan capacity building bagi calon TPKI dalam bentuk
persiapan test prometric yang dilakukan di Arab Saudi. Dalam hal ini, skema yang
ditawarkan adalah TPKI yang telah lolos proses seleksi diberangkatkan ke Arab
Saudi untuk menjalankan persiapan prometric test selama satu tahun. Selama
periode ini, calon TPKI tidak diperbolehkan bekerja untuk berpraktek.
Di sela-sela JWG, Kemenkes KAS mengundang Delegasi RI untuk mengunjungi
Kingdom Saud Medical City (KSMC). KSMC merupakan rumah sakit milik pemerintah
terbesar di Arab Saudi. Delegasi RI diterima oleh CEO KSMC. Dalam sambutannya,
pihak KSMC menyambut baik kedatangan tim Delegasi RI dan siap untuk
berkolaborasi dengan Kementerian Kesehatan RI, terutama untuk perekrutan perawat
di KSMC melalui mekanisme G-to-G.
3. Memorandum of Understanding (MoU) Kesehatan RI – Korea Selatan

Kerja sama bidang kesehatan antara Indonesia dengan Korea Selatan diatur dalam
MoU yang ditandatangani di Bogor, Indonesia pada tanggal 9 November 2017 oleh
Menteri Kesehatan RI dan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Korea Selatan.
Area kerja sama yang disepakati dalam MoU adalah sebagai berikut:
1. Kebijakan dan manajemen kesehatan;
2. Pelayanan rumah sakit dan manajemen rumah sakit;
3. Peningkatan kualitas pelayanan dan fasilitas kesehatan;
28
4. Pengembangan teknologi kesehatan;
5. Pengendalian penyakit menular dan penyakit tidak menular;
6. Pengembangan sumber daya manusia;
7. Kefarmasian dan alat kesehatan;
8. Promosi kesehatan;
9. Bidang-bidang kerja sama lain yang disepakati bersama.
Bentuk kerja sama yang diamanatkan dalam MoU antara lain pertukaran informasi,
pengetahuan dan teknologi, pertukaran para ahli, keikutsertaan para ahli dalam
kongres dan konferensi yang diadakan salah satu pihak, pelatihan dan peningkatan
kapasitas, serta proyek bersama.
MoU berlaku sejak ditandatangani untuk periode waktu tiga tahun, dan diperpanjang
selama dua tahun berikutnya berdasarkan kesepakatan bersama secara tertulis.
MoU kerja sama bidang kesehatan Indonesia-Korea Selatan mengamanatkan untuk
dilakukan Pertemuan Joint Working Group yang bertujuan untuk mengevaluasi,
memantau dan meninjau kembali implementasi MoU antara Indonesia dengan Korea
Selatan.
Sebagai tindak lanjut dari MoU yang telah disepakati di Bogor pada tanggal 9
November 2017, dibentuklah Plan of Action (PoA) PoA ini ditandatangani di Paris,
Prancis pada tanggal 18 Desember 2018.
Kegiatan yang tercantum dalam Plan of Action adalah sebagai berikut:
a. Kerja sama sister hospital antara Seoul National University Hospital, RSCM, dan
Grup Rajawali; dan
b. Kerja sama sister hospital antara Yong-in Mental Hospital dengan Rumah Sakit
Jiwa Dr. Soeharto Herdjan.
c. Kerja sama produksi kantung darah;
d. Kerja sama fraksionasi plasma darah; dan
e. Pengembangan kesempatan investasi di bidang peralatan farmasi dan medis.

Gambar 10
Joint Working Group (JWG) on Health Cooperation Indonesia - Korea
Di Jakarta
Pada tanggal 31 Agustus 2019

29
Indonesia menginisiasi Penyelenggaraan Pertemuan Pertama Joint Working Group
(JWG) on Health Cooperation Indonesia-Korea Selatan guna mengevaluasi
implementasi konkret MoU Kesehatan RI-Korea. Peserta yang diundang terdiri dari
unsur Pemerintah dan Pelaku Usaha, baik dari pihak Indonesia maupun Korea. JWG
Pertama antara Kementerian Kesehatan RI dan Kementerian Kesehatan dan
Kesejahteraan Korea Selatan dilaksanakan pada tanggal 31 Agustus 2019 di Jakarta.
JWG akan membahas terutama terkait:
a. Tindak lanjut kerja sama pembangunan Kidney center oleh RSCM, PT Rajawali
Group dan Seoul National University Hospital;
b. Kerja sama sister hospital antara Yong-In Mental Hospital dan RS Jiwa Dr.
Soeharto Herdjan;
c. Kerja sama impor kantong darah oleh PT Kimia Farma dari Tae-Chang, serta
penjajakan pembangunan Pabrik Kantong Darah di Indonesia;
d. Penjajakan kerja sama antara PT Bio Farma dengan SK Plasma dalam bidang
fraksionasi plasma darah;
e. Joint investasi pembangunan pabrik Kimia Farma Sungwun Pharmacopia di
Cikarang;
f. Penjajakan kerja sama antara PT Bio Farma dengan Quratis dalam
pengembangan Vaksin TB khusus dewasa
g. Kerja sama lain: pengembangan/joint venture Korea testing institution medical
devices di Indonesia antara Korea Testing Laboratory (KTL) dengan Direktorat
Jenderal Kefarmasian dan Alkes, Kemenkes RI.

4. Memorandum of Understanding (MoU) Kesehatan RI – Iran

MoU bidang kesehatan antara Indonesia dengan Iran telah ditandatangani di Astana,
Kazakhstan pada tanggal 26 Oktober 2018 oleh Menteri Kesehatan RI dan Menteri
Kesehatan dan Pendidikan Kesehatan Iran pada sela-sela Pertemuan 40th
Anniversary of the Declaration on Primary Health Care. Area kerja sama yang
disepakati kedua negara adalah sebagai berikut:
a. Pelayanan kesehatan;
b. Produk farmasi dan alat kesehatan;
c. Penelitian dan pengembangan kesehatan;
d. Jaminan kesehatan semesta;
e. Pencegahan dan pengendalian penyakit menular dan tidak menular;
f. Obat tradisional;
g. Respon darurat kesehatan dan manajemen bencana.

Adapun bentuk kerja sama yang disepakati dalam MoU bidang kesehatan Indonesia-
Iran seperti pertukaran informasi, pengalaman termasuk mengenai Sistem dan
Peraturan Kesehatan; pertukaran kunjungan para ahli dan pejabat; penelitian
bersama, peningkatan kapasitas; peningkatan kegiatan sektor swasta dan bentuk
kerja sama lain yang disepakati kedua negara.
Selanjutnya dilakukan penandatanganan Plan of Action (PoA) di Jenewa, Swiss pada
tanggal 21 Mei 2019 dan kedua Negara harus melakukan evaluasi serta pengawasan
minimal enam bulan sekali.

30
Gambar 11
Penandatanganan PoA RI – Iran
Di Jenewa, Swiss
Pada tanggal 21 Mei 2019
Kegiatan yang disepakati dalam rangka implementasi MoU antara lain:
a. Memperkuat Primary Health Care (PHC);
b. Kerja sama dalam isu yang menjadi perhatian bersama mengenai Transplantasi
Organ;
c. Mengembangkan peralatan farmasi dan medis di kedua Negara;
d. Kerja sama dalam permasalahan obat-obatan;
e. Kerja sama dalam Produk Obat-obatan Tradisional dan Pelengkap (Traditional
and Complimentary Pharmaceutical Products);
f. Berkolaborasi untuk mengatasi bioterorisme;
g. Kerja sama dalam keberlanjutan Universal Health Care (UHC);
h. Melakukan kerja sama untuk Penyakit Tidak Menular (PTM);
i. Pengembangan vaksin halal;
j. Melakukan kolaborasi untuk memperkuat pelayanan obat tradisional; dan
k. Kerja sama dalam bidang Health Emergency Response and Disaster
Management.
Pada tanggal 14 September 2019 telah dilaksanakan Pertemuan 1st Joint Working
Group on Health Cooperation (JWG) di Kantor Kemenkes Iran. JWG dimaksudkan
untuk membahas tindak lanjut implementasi MoU dan PoA Kerja Sama Kesehatan RI-
Iran dan hasil pertemuan bilateral Menkes RI dan Menkes Iran. Delegasi Indonesia
dipimpin oleh Dirjen Farmalkes, sedangkan Delegasi Iran dipimpin oleh Dr Mohsen
Asadi-Lari, Director General for International Affairs.

31
Gambar 12
Penandatanganan Minutes of Meeting JWG RI -Iran
Di Iran
Pada tanggal 14 September 2019

Dalam pembahasan evaluasi MoU dan PoA, kedua Delegasi sepakat bahwa telah
dicapai kemajuan yang berarti dalam implementasinya antara lain dengan
terlaksananya kunjungan delegasi industri kesehatan Iran ke Indonesia dan
penyelenggaraan 1st Indonesia-Iran Health Business Forum di Jakarta awal September
2019 serta kunjungan kerja Menkes RI ke Iran tanggal 14-16 September 2019.
Kedua Delegasi menyampaikan komitmen untuk lebih meningkatkan kerja sama yang
lebih konkrit. Dalam kaitan itu, kedua Delegasi sepakat mengembangkan beberapa
kegiatan dalam 11 program kegiatan yang telah disepakati.
Kedua Delegasi juga sepakat untuk mengimplementasikan secara konkrit area kerja
sama Pengembangan Farmasi dan Alat Kesehatan, yaitu kerja sama teknologi-nano
kesehatan, robotic-surgery dan stem-cell berupa kemitraan pelaku bisnis kesehatan
kedua negara, saling tukar informasi dan experts, penelitian bersama, serta
pembangunan kapasitas dan alih teknologi.
Penambahan kegiatan tersebut di atas akan dimasukkan ke dalam addendum PoA yang
akan disepakati untuk ditandatangani lebih lanjut melalui circular. Kesepakatan dalam
JWG tersebut dimuat dalam Minutes of Meeting yang ditandatangani oleh kedua
pimpinan Delegasi dengan disaksikan oleh masing-masing Menkes.

B. Kesepakatan kerja sama luar negeri regional bidang kesehatan


5. 22nd Brunei Darussalam Indonesia-Malaysia-Singapore-Thailand (BIMST) Public
Health Conference
Delegasi Kementerian Kesehatan RI telah menghadiri 22nd Brunei Darussalam
Indonesia-Malaysia-Singapore-Thailand (BIMST) Public Health Conference di Bandar

32
Seri Begawan, Brunei Darussalam. Delegasi RI (Delri) pada pertemuan tersebut
dipimpin oleh Kepala Biro Kerja Sama Luar Negeri Kementerian Kesehatan didampingi
oleh perwakilan Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan, Pusat Perencanaan dan
Pendayagunaan SDM Kesehatan Kementerian Kesehatan dan KBRI Bandar Seri
Begawan.
Bertemakan “Remembering the Past, Looking for the Future”, forum ini memfokuskan
pembahasan pada capaian dan tantangan bidang kesehatan yang dihadapi 5 negara
anggota BIMST dan tindak lanjut forum BIMST.
Pertemuan menyepakati beberapa rekomendasi pertemuan sebagai berikut:
a. Seluruh negara anggota sepakat untuk kelanjutan BIMST Public Health Conference
dengan pengembangan beberapa aspek yang disusun dalam ToR (Terms of
Referrence). Kelanjutan forum mi diharapkan tetap mempertahankan keunikan
format BIMST, sebagai platform konsultasi yang informal untuk sharing mengenai
public health, termasuk berbagi best practices, dan pengalaman.
b. Brunei dan Indonesia sepakat menyusun draft Terms of Reference (ToR) dan
mendistribusikannya kepada negara anggota untuk memperoleh saran dan
pendapat. Draft TOR meliputi: tujuan; peran dan tanggungjawab partisipan/tuan
rumah/observer; pengaturan tuan rumah yaitu dalam hal penentuan topik (terkait
communicable dan non-communicable disease) sebelum penyelenggaraan
pertemuan dan mekanisme dalam mengundang negara lain sebagai observer atas
dasar voluntary basis. Selain itu, diharapkan juga kepatutan dan konsistensi
kehadiran delegasi yang hadir, dengan menyesuaikan topik yang menjadi fokus
pembahasan, sehingga delegasi yang hadir siap dan menguasai isu yang dibahas.
Terkait delegasi, disarankan pula adanya gabungan delegasi tingkat senior
(decision-making) dan tingkat yunior/teknis.
c. BIMST ke-22 juga merekomendasikan pertimbangan penamaan baru BIMST Public
Health Conference setelah 3 tahun, misal BIMST-Plus, yang membuka kesempatan
bagi negara lain untuk bergabung berdasarkan voluntary principle.
Indonesia menyampaikan untuk menjadi tuan rumah BIMST ke-23 dengan lokasi di Bali,
namun terbuka jika ada masukan lokasi lainnya. Sedangkan waktu penyelenggaraannya
akan dikomunikasikan lebih lanjut pada kesempatan pertama. Indonesia mencatat
dengan balk berbagai saran yang disampaikan oleh negara BIMST untuk
pengembangan pertemuan selanjutnya.

33
Gambar 13
22nd Brunei Darussalam Indonesia-Malaysia-Singapore-Thailand (BIMST)
Public Health Conference
Di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam
Pada tanggal 30-31 Juli 2019

Meskipun path awalnya terdapat pandangan berbeda terkait masa depan Forum BIMST
(Indonesia dan Thailand mendukung kelanjutan Forum BIMST, sedangkan
Singapura dan Malaysia mendukung dengan catatan, serta Brunei Darussalam
mengkritisi posisi BIMST vis a vis kerjasama kesehatan ASEAN) namun pada akhirnya
konferensi menyepakati Forum BIMST dilanjutkan dengan penyempurnaan mekanisme
dan outcome yang lebih konkrit. Dalam pembahasan, Delri turut memberikan
pandangan dan argumentasi pentingnya meningkatkan Forum BIMST mencermati
tantangan di kawasan yang secara khusus dapat diatasi dengan kerjasama BIMST.

6. Regional Consultative Meeting on the Development of ASEAN Framework on


Health Coverage for Documented Migrants including Migrant Workers and Special
Population (e.g. Mother and Child) and ASEAN Regional Situationer on Migrant
Health
Pertemuan ini dilaksanakan sebagai tindak lanjut hasil Lokakarya untuk
mengembangkan pedoman tentang perlindungan kesehatan Migran dan populasi
khusus yang diadakan di Manila, Filipina pada 4-6 Desember 2018 serta pertemuan ke-
4 ASEAN Health Cluster 3 (AHC 3) tanggal 10-11 Juli 2019 di Singapura. Pertemuan ini
bertujuan untuk menyelesaikan Kerangka Kerja ASEAN tentang cakupan kesehatan

34
untuk migran yang terdokumentasi termasuk pekerja migran dan populasi khusus (ibu
dan anak) dan draft Analisis Situasi Regional ASEAN tentang Kesehatan Migran.
Pertemuan dilaksanakan pada tanggal 10-12 September 2019 di Surabaya dibuka oleh
Dirjen Kesehatan Masyarakat dan dihadiri delegasi dari 7 (tujuh) negara ASEAN (Brunei
Darussalam, Filipina, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Singapura), perwakilan
ASEAN Secretariat (ASEC), SLOM Chair, IOM (Regional Asia and The Pacific,
Indonesia, dan Filipina), PhilHealth serta LP/LS terkait.

Gambar 14
Pertemuan ASEAN Migrant Health
Di Surabaya
Pada tanggal 10-12 September 2019

Dari pertemuan ini dicapai kesepakatan-kesepakatan sebagai berikut :


a. Keluaran kegiatan ini akan dikenal sebagai the ASEAN Framework on the Health
Coverage of Documented Migrants including Migrant Workers and Special
Populations
b. Judul Publikasi Analisis Situasi berubah menjadi the ASEAN Situational Analysis
on Migrants’ Health
c. Electronic Working Group (EWG) on Migrants’ Health yang terdiri dari 2 (dua)
orang perwakilan dari setiap ASEAN Member States (AMS) yaitu 1 (satu) orang
peserta workshop di Surabaya dan atau Contact Points on Migrants’ Health yang
ditunjuk dan ASEAN Health Cluster 3 Country Coordinator dari masing-masing
AMS.
d. Kesepakatan RTL disertai timeline untuk framework dan Analisis Situasi.
Selain itu dilakukan inisiasi side meeting antara lain :
a. Pertemuan dengan Philhealth (Badan Penyelenggara Asuransi Kesehatan
Nasional Filipina)
b. Bertujuan untuk saling bertukar informasi dan pengalaman dalam mengelola
jaminan kesehatan nasional.
c. Keunggulan Jamkes yang dikelola oleh Philhealth di antaranya mencakup
sepuluh persen warga negaranya yang merupakan migran.

35
d. Di Indonesia sendiri pengelolaan untuk jaminan sosial Pekerja Migran Indonesia
(PMI) dilaksanakan oleh dua lembaga yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan dimana Jaminan Kesehatan didalam negeri ditanggung oleh
BPJS Kesehatan sedangkan Jaminan Kesehatan Kerja selama PMI bekerja di
luar negeri ditanggung oleh BPJS Ketenagakerjaan.
Dari pertemuan tersebut terdapat beberapa hal yang perlu ditindaklanjuti antara lain :
a. Filipina berkolaborasi dengan Indonesia akan mengakomodasi masukan dari
AMS dan berproses melalui EWG serta berkoordinasi dengan ASEC untuk
memastikan bahwa:
1) The Framework will be: AHC 3 endorsed, SOMHD endorsed and AHMM
adopted
2) The publication will be: AHC endorsed, SOMHD endorsed and AHMM noted
3) The Framework will be operationalized through the development of the Plan
of Action (POA).
b. Penyelesaian framework dan publikasi Analisis Situasi diharapkan selesai pada
tahun 2020.
c. Penguatan manajemen kesehatan migran di masing-masing negara anggota
ASEAN dan pelaksanaan berbagai agenda kegiatan di kawasan.
d. Nominasi anggota EWG dari Indonesia yaitu :
1) Penanggung Jawab AHC 3 dari BKLSN: Kepala Bagian Kerja Sama
Kesehatan Regional, drg. Grace Lovita Tewu, MSc (CHMM)
2) Perwakilan Program Migran dari Direktorat Kesehatan kerja dan Olahraga:
Kepala Subdit Kesehatan Okupasi dan Surveilans, drg. Dyah Erti Mustikawati,
MPH.

C. Kesepakatan kerja sama luar negeri multilateral bidang kesehatan


7. Pertemuan the 44th Meeting of the Programme Coordinating Board (PCB) UNAIDS
Pertemuan ke-44 Programme Coordinating Board (PCB) United Nations Programme on
HIV/AIDS (UNAIDS) dilaksanakan tanggal 25-27 Juni 2019 di Jenewa, Swiss.
Pertemuan dihadiri oleh organisasi co-sponsor (UNHCR, UNICEF, WFP, UNDP,
UNFPA, UNODC, UN Women, ILO, UNESCO, WHO dan the World Bank), perwakilan
NGO serta 22 negara anggota PCB UNAIDS termasuk Indonesia yang diwakili oleh
Delegasi Kementerian Kesehatan dan Perutusan Tetap RI Jenewa.
Pada pertemuan tersebut disampaikan bahwa Pemerintah RI telah mengambil
kebijakan untuk mengambil kebijakan untuk memastikan kelompok masyarakat atau
populasi kunci beresiko tinggi penularan HIV AIDS dapat menjalani screening HIV
secara berkala diikuti dengan pengobatan yang diperlukan tanpa biaya apa pun.
Namun, tantangan besar masih tetap ada, antara lain koherensi kebijakan antara
lembaga pemerintah, masih adanya stigmatisasi oleh petugas kesehatan, kurangnya
kewaspadaan dan komitmen di antara orang yang hidup dengan HIV untuk mengikuti
pengobatan. Indonesia menyampaikan komitmennya untuk mengatasi tantangan ini
dengan dukungan dari komunitas internasional.

36
Gambar 15
The 44th Meeting of the Programme Coordinating Board (PCB) UNAIDS
Di Jenewa, Swiss
Pada tanggal 25-27 Juni 2019
Pada sesi Performance Reporting, Indonesia menyampaikan pencapaiannya terhadap
fast track 90:90:90 target 96 kabupaten/kota yang masih berada pada jalurnya (on
track), implementasi strategi fast track akan dilakukan secara bertahap di 418
kabupaten lainnya yang disesuaikan berdasarkan tingkat epidemic. Indonesia juga
menyampaikan terdapat peningkatan investasi dalam layanan HIV dari anggaran
domestic, terutama untuk intervensi pencegahan dan untuk organisasi non-pemerintah
dan berbasis masyarakat yang bekerja pada program HIV.
Pada sesi ini Perwakilan NGO Eropa menyampaikan statement terkait masih tingginya
ODHA di beberapa negara termasuk Indonesia (sebesar 85%) yang tidak
mendapatkan akses obat (ARV). Hal ini jauh diatas angka capaian global sebesar 59%.
Menanggapi hal tersebut Indonesia menyampaikan bahwa sesuai dengan inovasi
Kementerian Kesehatan RI melalui Sistem Aplikasi HIV AID Online, diperoleh data
pada bulan Maret 2019, dari estimasi 640.443 ODHA, sudah terdeteksi 329.442 orang
(51%) dan 233.362 ODHA (36,4%) memulai pengobatan.
Kementerian Kesehatan juga telah menyediakan obat-obatan yang diperlukan namun
masih terdapat beberapa kendala yaitu tidak semua ODHA yang terdeteksi mau
menjalani Anti Retroviral Terapi (ART), sebagian drop out, lost follow up (LFU).
8. Pertemuan the 6th Meeting of the OIC Lead Country Coordinators’ Group (LCCG)
dan the 13th Meeting of the OIC Steering Committee on Health (SCH)

Pertemuan the 6th Meeting of the OIC Lead Country Coordinators’ Group (LCCG) dan
the 13th Meeting of OIC the Steering Committee on Health (SCH) telah diselenggarakan
pada tanggal 7 – 8 Oktober 2019 di Abu Dhabi, Persatuan Emirat Arab. Delegasi RI
dipimpin oleh Staf Ahli Menteri Kesehatan bidang Hukum Kesehatan, dengan
didampingi oleh Kepala Biro Kerja Sama Luar Negeri dan Direktur Produksi dan
Distribusi Kefarmasian, serta unsur dari Biro Kerja Sama Luar Negeri Kemenkes,
Direktorat Sosial Budaya dan OINB Kemlu serta KBRI Riyadh selaku perwakilan tetap
Indonesia untuk OKI.
Pertemuan Lead Country Coordinators’ Group (LCCG) merupakan forum reguler bidang
kesehatan dalam forum OKI yang bertujuan untuk mengevaluasi implementasi kegiatan
prioritas 6 thematic area dalam Strategic Health Programme of Action (OIC SHPA)
37
2024-2013 (dokumen rencana strategis OKI di bidang kesehatan). Pertemuan ke-6
LCCG OKI mendiskusikan implementasi kegiatan yang telah dikomitmenkan pada
pertemuan LCCG ke-5 periode 2017-2019 serta mengidentifikasi kegiatan prioritas
untuk periode 2019-2021.
Pertemuan Steering Committee on Health (SCH) adalah Platform pertemuan OKI
setingkat Eselon I yang berfungsi untuk mempersiapkan pertemuan the Islamic
Conference of Health Ministers (ICHM) serta menindaklanjuti implementasi resolusi
yang telah dihasilkan dari pertemuan ICHM. Pertemuan ke-13 OIC SCH membahas
penyiapan agenda, rancangan resolusi, serta rekomendasi isu prioritas untuk
pertemuan ICHM ke-7 pada tanggal 15-17 Desember 2019 di Abu Dhabi. Selain itu
pertemuan juga akan mengevaluasi terhadap implementasi beberapa resolusi yang
telah dihasilkan pada ICHM ke-6 tahun 2017 di Jeddah.

Gambar 16
The 6th Lead Country Coordinators’ Group (LCCG) OKI
Di Abu Dhabi, Persatuan Emirat Arab
Pada tanggal 7 Oktober 2019

Pertemuan ke-6 LCCG OKI dihadiri oleh perwakilan 4 (empat) dari 7 (tujuh) negara
yang menjadi lead country coordinators (LCC) dari 6 (enam) thematic area OIC SHPA
2024-2013 untuk periode 2017-2019 yaitu Turki selaku LCC tematik area 1, Arab Saudi
LCC tematik area 3, Malaysia selaku LCC tematik area 4, dan Indonesia selaku Co-LCC
tematik area 4. Bahrain, Sudan dan Maroko selaku LCC tematik area 2, 5, 6 tidak hadir
pada pertemuan dimaksud. Pertemuan dihadiri pula oleh perwakilan dari Persatuan
Emirat Arab selaku tuan rumah, perwakilan dari Badan Subsider OKI terkait yaitu
COMSTECH, SESRIC, IDB dan ISESCO.

38
Pertemuan ke-6 LCCG OKI dipimpin Dr. Mohammed Yahya Saeed selaku Advisor at
Public Health Institute, Kementerian Kesehatan Arab Saudi dan Hussein Abdul Rahman
Al-Rand selaku Assistant Undersecretary for Health Centers and Clinics and Public
Health menjadi wakil pimpinan pertemuan. Pada sesi pembukaan, pimpinan dan wakil
pimpinan sidang menyampaikan pentingnya peran LCC dalam implementasi OIC SHPA
2014-2023. Sekretariat OKI yang diwakili oleh Dr. Irfan Shaukat selaku Direktur
Jenderal Sains dan Teknologi menegaskan kembali komitmen Sekretariat OKI beserta
badan subsider OKI terkait untuk memperluas cakupan program dan kegiatan mereka di
bidang kesehatan sesuai dengan kegiatan prioritas yang telah ditentukan di masing-
masing tematik area.
Masing-masing negara LCC menyampaikan laporan implementasi kegiatan prioritas
termasuk Indonesia selaku LCC tematik area 3 (tematik area kesehatan ibu dan anak)
periode 2015-2017. Indonesia menyampaikan laporan terkait penyelenggaraan
pelatihan Maternal and Child Health Handbook yang merupakan kegiatan rutin tahunan
yang diselenggarakan dari sejak tahun 2007 dalam kerangka kerja sama selatan-
selatan bekerja sama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA). Dengan
mempertimbangkan besarnya manfaat yang diperoleh dari kegiatan tersebut, Indonesia
akan memberikan kesempatan lebih banyak kepada negara anggota OKI.
Pada kesempatan tersebut Indonesia juga menyampaikan paparan terkait rencana
pelaksanaan kegiatan prioritas pada area tematik 4 untuk periode 2019-2021. Paparan
tersebut untuk menguatkan indikasi Indonesia untuk menjadi LCC area tematik 4
menggantikan Malaysia.
Pertemuan menyepakati Pertemuan LCCG diselenggarakan secara regular setiap 1
(satu) tahun sekali pada bulan September/Oktober agar memudahkan monitoring dan
evaluasi terhadap implementasi OIC SHPA 2014-2023.
Pertemuan ke-13 SCH OKI berlangsung pada tanggal 8 Oktober 2019. Pertemuan ke-
13 SCH OKI dihadiri oleh lead country dari area tematik (Turki, Arab Saudi, Malaysia,
Indonesia), Uganda dan Mauritania selaku perwakilan dari regional afrika, Arab Saudi
selaku tuan rumah sidang ICHM petahana, serta Persatuan Emirat Arab selaku tuan
rumah ICHM mendatang. Pertemuan juga dihadiri badan subsider OKI terkait
(COMSTECH, SESRIC, IDB dan ISESCO) serta mitra pembangunan OKI (WHO, Global
Fund dan GAVI).
Pada pertemuan tersebut Indonesia menyampaikan hal-hal sebagai berikut:
a. Dukungan terhadap OIC Medical Corps terutama di kawasan Negara-negara OKI,
dengan saran agar operasionalisasi OIC Medical Corps dapat berbeda dengan
Emergency Medical Team yang telah terlebih dahulu didirikan oleh WHO.
b. Presentasi terkait pengembangan IOC-COE termasuk hasil pertemuan OIC
Workshop on Cold Chain Management di Bandung pada awal Oktober 2019.
c. Indonesia menyampaikan bahwa Sekretariat OIC-COE telah berdiri dan menjadi
bagian dari Gedung Kemenkes RI. Lebih lanjut disampaikan bahwa informasi
mengenai OIC-COE dan potensi kerjasama dapat diperoleh melalui portal OIC-COE
atau menghubungi Sekretariat OIC-COE.
d. Menanggapi laporan Sekretariat OKI terkait pertemuan 1st meeting of OIC-NMRA
yang diselenggarakan di Jakarta pada November 2018, Indonesia mengusulkan
rancangan resolusi yang intinya meminta; (a) SCH untuk mengesahkan Jakarta
Declaration, outcome document 1st meeting of OIC-NMRA untuk masuk dalam
resolusi pertemuan ICHM ke-7; (b) mengusulkan agar pertemuan NMRA menjadi

39
bagian dari pertemuan ICHM; dan (c) agar pertemuan NMRA dilaksanakan secara
rutin setiap 2 tahun sekali, bergantian dengan pertemuan ICHM.
Terkait kebutuhan terhadap vaksin halal dan adanya black campaign terhadap
penggunaan vaksin halal di Indonesia, Islamic Advisory Group (IAG) menyampaikan
tawaran untuk memfasiitasi pertemuan antara religious leaders di Indonesia dengan
Imam Besar Al-Azhar. Indonesia menanggapi secara positif inisiatif tersebut dan akan
menindaklanjuti tawaran tersebut baik melalui pertemuan di Mesir maupun di Indoneisa.
Pada mata agenda pembahasan keanggotaan baru di Lead Country Coordinators
Group (LCCG), Indonesia menyampaikan kesiapan dan menominasikan diri sebagai
Lead Country untuk Tematik 4: Medicines, Vaccines, and Medical Technologies periode
berikutnya. Indonesia telah menjadi Co-Lead Country bersama Malaysia pada periode
sebelumnya dan pada kesempatan tersebut meminta Negara-negara SCH untuk dapat
mendukung nominasi Indonesia tersebut.

Pertemuan Bilateral dengan Burjeel Hospital dan KBBO Group


Disela-sela pertemuan OIC-LCCG dan OIC-SCH, atas fasilitasi dan rekomendasi KBRI
Abu Dhabi, telah berlangsung pertemuan dengan pihak Burjeel Hospital dan KBBO
Group dalam rangka penjajakan kerja sama kesehatan bidang farmasi dan kesehatan.
Dalam kesempatan pertemuan tersebut, Indonesia menjelaskan mengenai Program
Pembangunan Indonesia Sehat dan upaya-upaya Pemri dalam meningkatkan produksi
dan akses farmasi dalam negeri maupun ekspor ke luar negeri.
Disampaikan pula bahwa beberapa produk farmasi dan alat kesehatan Indonesia telah
memiliki kualitas untuk dipakai di dalam negeri maupun kualitas ekspor keluar negeri.

Gambar 17
Bilateral Meeting dengan Burjeel Hospital
Di Abu Dhabi, Persatuan Emirat Arab
Pada tanggal 8 Oktober 2019

Indonesia menyampaikan undangan kepada pihak Burjeel Hospital dan KBBO Group
untuk hadir pada Pameran Farmasi dan Alat Kesehatan Indonesia 2019 yang akan
berlangsung di Indonesian Convention Exhibition (ICE) BSD pada tanggal 7-9

40
November 2019. Terhadap undangan tersebut, pihak Burjeel Hospital dan KBBO Group
menyatakan minat untuk hadir pada Pameran dimaksud.

Gambar 18
Bilateral Meeting dengan KBBO Group
Di Abu Dhabi, Persatuan Emirat Arab
Pada tanggal 8 Oktober 2019

Pencapaian kinerja pada tahun 2019, antara lain didukung oleh suksesnya Kementerian
Kesehatan melalui Biro Kerja Sama Luar Negeri dalam menyelenggarakan pertemuan/kegiatan
nasional dan internasional, yaitu :
a. Pertemuan Bilateral RI-PNG, Jayapura, 19 Maret 2019
Kemenkes menginisiasi dan menjadi host pada pertemuan 2PndP Cross Border Meeting on
Polio Outbreak Vigilance between Indonesia and PNG, dilaksanakan tanggal 19 Maret 2019
di Jayapura, Indonesia. Delegasi Indonesia dipimpin oleh dr. Anung Sugihantono, M.Kes,
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, dan Delegasi Papua Nugini
dipimpin oleh Secretary for Health, Ministry of Health and HIV/AIDS PNG, Mr. Pascoe Kase.
Pertemuan ini merupakan pertemuan lanjutan dari Cross Border Meeting on Measles,
Rubella, Polio and Other Vaccine Preventable Diseases (VPDs) yang dilaksanakan di Port
Moresby, PNG, tanggal 13 September 2018. Pertemuan tersebut bertujuan untuk
memperoleh kesepakatan dan rencana tindak lanjut dalam melindungi penduduk Indonesia
dan PNG dari virus polio tipe 1.
Dalam sambutannya, Ketua Delegasi Indonesia menegaskan bahwa Indonesia dan PNG
memandang penting peningkatan kerja sama ini untuk memperkuat sistem kesehatan di
daerah perbatasan guna melakukan upaya bersama dalam mencegah wabah penyakit Polio
dan penyebarannya di daerah perbatasan. Sedangkan, Ketua Delegasi PNG sangat
mengapresiasi kesungguhan Indonesia untuk meningkatkan kerja sama pencegahan dan
pengendalian penyakit Polio di wilayah perbatasan. Kedua Delegasi sepakat untuk
melanjutkan dan meningkatkan kerja sama dalam melakukan respon outbreak dan
kewaspadaan penyebaran penyakit Polio di wilayah perbatasan Indonesia dan PNG.
Pertemuan Kedua CBM on Polio Outbreak Vigillance telah menghasilkan 3 keluaran yang
nyata: 1) Rekomendasi Joint Actions Point yang akan dilakukan kedua negara secara
mandiri dan secara bersama-sama dalam kerja sama pencegahan dan pengendalian
penyakit Polio; 2) Concluded Draft MoU Bidang Kesehatan antara Indonesia dan PNG yang

41
siap di tandatangani oleh Menteri Kesehatan kedua Negara bulan Mei 2019 di sela-sela
Pertemuan WHA; dan 3) Agreed Minutes Pertemuan. Namun Papua Nugini batal hadir di
Pertemuan WHA akibat pergantian kabinet dan Meteri Kesehatan, sehingga MoU batal
ditandatangani dan masih pending.

Gambar 19
Pertemuan Bilateral RI-PNG
Di Jayapura
Pada tanggal 19 Maret 2019

Untuk peningkatan kolaborasi dan dukungan sumber daya serta koordinasi semua
pemangku kepentingan di perbatasan, beberapa Joint Actions Points yang berhasil
disepakati diantaranya: 1) Mutual notification, joint risk assessment, investigation and
response of all imported VPD cases and outbreaks; 2) Synchronize the Polio supplement
immunization activities (SIAs) of the two countries at the border area; and 3) Establish
coordination mechanism for border control such as establishing bilateral Polio prevention
and control coordination committee.
Untuk menguatkan kerja sama Kesehatan antara Indonesia dan PNG, kedua negara
menyepakati 5 area kerja sama dalam draft MoU Kesehatan RI-PNG, yaitu:
a. Public Health;
b. Development and Empowerment of Human Resources for Health;
c. Pharmaceutical and Medical Devices;
d. Disease Control and Prevention;
e. Development and Strengthening of Health Services.
Indonesia dan PNG sepakat untuk menindaklanjuti area kerja sama dalam MoU dalam
bentuk Joint Action Plan sebagai bentuk komitmen Indonesia dan PNG
mengimplementasikan MoU. Selain itu, kedua Delegasi juga sepakat untuk melanjutkan
pertemuan ini pada tahun 2020 di PNG.
b. Youth Town Hall Tingkat Regional WHO South-East Asia Region (SEAR) dan Nasional
di Jakarta, tanggal 20 – 21 Maret 2019
Youth Town Hall SEAR dan Nasional pertama, yang diselenggarakan oleh Kementerian
Kesehatan Indonesia dan WHO serta didukung oleh Center for Indonesia’s Strategic
Development Initiatives (CISDI), merupakan acara penting yang mempertemukan 1000

42
pemuda dengan usia antara 18–39 tahun, dengan fokus pada pemuda usia 18-29 tahun dari
seluruh kawasan Asia Tenggara, untuk secara aktif berdiskusi dengan para pemangku
kepentingan mengenai masalah-masalah pemuda dalam kesehatan masyarakat, mulai dari
penyakit tidak menular, kesehatan kota, kesehatan mental, kesehatan seksual dan
reproduksi, dan reformasi tenaga kerja kesehatan. Keterlibatan pemuda yang signifikan
menjadi tema utama dialog. Youth Town Hall juga akan mengundang beberapa pemuda dari
regional lain di dunia untuk berbagi pembelajaran dan praktik terbaik dalam menangani
permasalahan kesehatan dan kesejahteraan remaja.

Gambar 20
Pertemuan Youth Town Hall tingkat Regional WHO SEAR
Di Jakarta
Pada tanggal 20 Maret 2019

Pertemuan Youth Town Hall tingkat regional WHO SEAR dihadiri oleh 250 pemuda dari
negara-negara anggota WHO SEAR (Bangladesh, Bhutan, India, Korea Utara, Maldives,
Myanmar, Nepal, Sri Lanka, Thailand, Timor-Leste, serta wakil pemuda dari seluruh
Indonesia). Pertemuan menghasilkan Youth Regional Call for Action yang pada pokoknya

43
berisikan komitmen dan peningkatan keterlibatan aktif pemuda dalam pembangunan
kesehatan di kawasan.
Pada Pertemuan Youth Town Hall Nasional dihadiri oleh sekitar 1300 pemuda dari seluruh
provinsi di Indonesia, yang terdiri dari tenaga kesehatan teladan, mahasiswa kesehatan,
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), pengusaha muda, Pramuka, Palang Merah Remaja,
dan komunitas terkait kesehatan lainnya. Pertemuan dibuka oleh Menteri Koordinator bidang
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Ibu Puan Maharani), selain itu hadir juga sebagai
pembicara Menteri Pemuda dan Olah Raga (Imam Nahrowi).

Gambar 21
Pembukaan Pertemuan Youth Town Hall tingkat Nasional
Di Jakarta
Pada tanggal 21 Maret 2019

Sebagai bentuk semangat dalam SDGs untuk menjamin leaving no one behind, Youth Town
Hall Nasional menghadirkan Angkie Yudistia untuk menyampaikan inspirasi terkait
inklusivitas penyandang disabilitas dalam pembangunan nasional. Ditengah
keterbatasannya sebagai seorang tuna rungu, Angkie menyadari bahwa lingkungan

44
sekitarnya kurang bersahabat kepada penyandang disabilitas karena ketidakpercayaan
masyarakat terhadap kemampuan penyandang disabilitas. Disampaikan bahwa jumlah
penyandang disabilitas di Indonesia adalah sebesar 21 juta jiwa dan 40% nya
pengangguran. Dalam hal ini, Angkie menyebut terdapat 3 pilar yang diperlukan untuk
menciptakan lingkungan yang inklusif bagi penyandang disabilitas, yaitu aksesibilitas,
partisipasi, dan non diskriminasi.
Dilatarbelakangi hal tersebut, Angkie merintis Thisable.id, sebuah disable enterprise
yang memberdayakan kelompok disabilitas lainnya untuk berkarya secara profesional.

Gambar 22
Sesi Ministerial Town Hall pada Pertemuan Youth Town Hall tingkat Nasional
Di Jakarta
Pada tanggal 21 Maret 2019

Selain itu ada pula sesi Ministerial Town Hall yang bertujuan untuk memberikan inspirasi dan
motivasi kepada pemuda Indonesia untuk terlibat aktif dalam setiap upaya pembangunan
dengan memahami konteks masalah yang ada di Indonesia. Dengan kompleksitas masalah
yang dihadapi, pemuda diharapkan aktif menjadi bagian dari solusi melalui upaya-upaya
kreatif dan inovatif yang menjadi salah satu karakteristik pemuda. Para Pembicara pada sesi
ini antara lain Menteri Luar Negeri (Retno Marsudi), Menteri Keuangan (Sri Mulyani
Indrawati) dan Menteri Kesehatan (Nila Moeloek).

45
Pada Sesi Inspirasi bertujuan untuk memberikan gambaran langsung bagaimana pemuda
bisa terlibat dalam pembangunan secara umum melalui minat dan bakat yang dimiliki. Sesi
ini diisi oleh para pembicara antara lain Fay Nabila (Penari), Aero Sutan Aswar (Altlet Jet Ski
Nasional), Olivia Zalianty (Atlet Wushu dan Diving serta Duta Anti Narkoba).
Sesi Aksi menghadirkan 5 Pemuda yang telah melakukan aksi nyata di berbagai area
pembangunan kesehatan. Melalui sesi ini, diharapkan peserta merasa terinspirasi oleh
gerakan masyarakan yang diinisiasi oleh teman-teman seusianya. Presentasi kelima
pembicara juga menunjukan bagaimana pemuda memiliki potensi besar untuk turut menjadi
solusi bagi masalah-masalah kesehatan dan pembangunan di Indonesia. Kelima pembicara
dalam sesi ini adalah Nurasma Hamra Yati mewakili Pencerah Nusantara dan Nusantara
Sehat; Yoga Andika, inisiator Posyandu Remaja; Benny Prawira, pendiri komunitas Into The
Light; Margianta Surahman Juhanda Dinata, aktivis Gerakan Muda FCTC; dan Rahyang
Nusantara, aktivis Gerakan Diet Kantong Plastik.
Sesi Inovasi bertujuan untuk menjelaskan bagaimana inovasi menjadi bagian penting dalam
pembangunan, khususnya bagi pemuda. Dalam sesi ini, pembicara bercerita tentang inisiatif
yang mereka bangun dan seperti apa inovasi yang mereka lakukan dalam mengembangkan
inisiatif tersebut. Pembicara dalam sesi ini adalah Ketut Yudistira dari komunitas Kok Bisa?,
Yohanna Sofia Vunga Keraf dari Du’anyam, dan Helga Angelia dari Burgreens.
Pertemuan Youth Town Hall Nasional telah menghasilkan Deklarasi Pemuda Nasional untuk
Pembangunan Indonesia Sehat. Deklarasi Pemuda Nasional berisi visi dan komitmen para
pemuda untuk berkontribusi dan berpartisipasi aktif dalam pembangunan nasional. Deklarasi
juga mencakup rekomendasi para pemuda kepada pemerintah untuk mendorong antara lain
pembangunan kesehatan yang berkelanjutan, akses layanan kesehatan yang berkualitas,
serta mengatasi aspek sosial yang berdampak pada pembangunan kesehatan.
c. Kunjungan National Ambulance ke Jakarta, 22-24 April 2019
Kunjungan National Ambulance (NA) ke Jakarta dilaksanakan pada tanggal 22-24 April
2019, dengan agenda:
a. Pertemuan dengan Kemenkes RI, berkoordinasi dengan Kemenaker, BNP2TKI, dan
Kemenlu.
b. Kunjungan lapangan ke Emergency Operation Center (EOC) dan Politeknik Kesehatan
Jakarta I.
c. Kunjungan lapangan ke Ambulans Gawat Darurat (AGD) Dinas Kesehatan Provinsi DKI
Jakarta, RSUP Fatmawati dan National Command Center (NCC) 119

Delegasi Indonesia dipimpin oleh Kepala Biro Kerja Sama Luar Negeri Kementerian
Kesehatan, Acep Somantri. Ketua dari Delegasi NA adalah CEO National Ambulance of the
United Arab Emirates, Ahmed Al Hajeri.
Ketua Delegasi Indonesia mengingatkan hasil pertemuan sebelumnya antara CEO National
Ambulance dan Duta Besar RI Abu Dhabi pada bulan Januari 2019 terkait tawaran National
Ambulance untuk merekrut 45-50 orang Perawat setiap 3 bulan untuk bekerja di National
Ambulance PEA. Saat ini, Kemenkes RI sedang dalam proses negosiasi MoU Kesehatan
dengan Kemenkes dan Pencegahan PEA dan diharapkan dapat menjadi paying hokum kerja
sama dnegan National Ambulance.

46
Gambar 23
Kunjungan National Ambulance ke Jakarta
Di Jakarta
Pada tanggal 22 – 24 April 2019

Ketua Delegasi National Ambulance menyatakan bahwa pertemuan ini merupakan


kesempatan besar untuk meningkatkan kerja sama dalam bidang tenaga kesehatan.
National Ambulance merupakan perusahaan swasta yang dimiliki oleh Pemerintah PEA
(BUMN) yang bekerja untuk menyelamatkan nyawa dan mempunyai kewenangan penuh
untuk mengambil keputusan. Dalam hal ini, National Ambulance tidak memerlukan
persetujuan Pemerintah untuk merekrut tenaga professional kesehatan (Perawat).
Terdapat 3 fase proses rekrutmen di National Ambulance, yaitu:
 Phase 1: Pre-Employment Screen:
a. Bachelor of Registered Nurse: 1-year experience (ICU, CCU, ED)
b. Diploma Registered Nurse: 2-year experience (ICU, CCU, ED)
c. Training: ACLS, BLS, ITLS, PEARS, MIMMS.
 Phase 2: Interview:
a. Multi choice exam (70%+)
b. Human Resources Interview
c. Clinical Assessment
d. Medical exam
e. Psycho exam
 Phase 3: On Boarding Process

Selain itu, National Ambulance juga menyediakan Individual Training Plan (ITP) untuk
Perawat yang kurang berpengalaman.
Adapun persyaratan untuk Perawat yang akan bekerja di National Ambuolance adalah
Diploma III dengan pengalaman kerja 2 tahun atau S1 dengan pengalaman kerja 1 tahun.
Kunjungan tersebut merumuskan draft Technical Arrangement (TA) antara Kementerian
Kesehatan RI dengan NA tentang prosedur penempatan dan Capacity Building Profesional
Kesehatan Indonesia di National Ambulance. Sampai dengan saat ini Kemenkes RI masih
47
menunggu tanggapan secara resmi dari pihak NA mengenai draft TA dimaksud untuk dapat
ditindaklanjuti.
d. 1st Indonesia-Iran Health Business Forum, Jakarta, 2-4 September 2019

Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan Kedutaan Besar Iran di Jakarta dan Iran
Nanotechnology Innovation Council (INIC) menyelenggarakan Health Business Forum (HBF)
Pertama di Jakarta pada tanggal 2-4 September 2019. HBF dimaksud merupakan
implementasi atas MoU bidang kesehatan Indonesia – Iran yang telah ditandatangani di
Astana pada tanggal 26 Oktober 2018. Delegasi Iran dipimpin oleh Prof. Saeed Sakar,
Sekretaris Jenderal Iran Nanotechnology Innovation Council (INIC).
HBF dilaksanakan pada tanggal 3 September 2019, turut hadir dalam HBF dimaksud industri
farmasi dan alat kesehatan Iran seperti Exir Nano Sina, Nano Daro Pajouhan Pardis,
Avicenna, Persis Gen par, Danesh Pharmaceutical Development Co., Baran Chemical and
Pharmaceutical, Biosun Pharmed Co., Parto Negar Persia (PNP), dan Parseh Intelligent
Surgical System Co. (Parsiss). Industri farmasi dan Alkes Indonesia juga hadir dalam HBF
ini seperti PT Bio Farma, PT Kalbe, Dexa Medica, PT Indo Farma, PT Enseval Medika
Farma, PT Kimia Farma, PT Phapros, PT Sanbe Farma, GP Farmasi dan ASPAKI.

Gambar 24
1st Indonesia-Iran Health Business Forum
Di Jakarta, Indonesia
Pada tanggal 2-4 September 2019
Sebagai rangkaian HBF, dilakukan kunjungan lapangan ke PT Kalbe Farma (Stem Cell and
Cancer Institute) dan RSCM (pengembangan Stem Cell) pada tanggal 2 September 2019
serta ke PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia di Cikarang pada tanggal 4 September
2019.
e. ASEAN Cities Leadership Forum On Getting to Zeros, Denpasar, Bali tanggal 9-11
Oktober 2019,.
Negara-negara di Asia Tenggara berhasil menurunkan kasus infeksi HIV sebanyak 19%
terhitung sejak tahun 2010 hingga 2017. Ini merupakan keberhasilan yang siginifikan
sebagai hasil inisiasi regional dalam merespons penularan HIV AIDS di wilayah negara
anggota Association of South East Asian Nations (ASEAN). Kesuksesan tersebut didukung

48
dengan akses layanan kualitas tinggi, upaya pencegahan, pendampingan dan dukungan
tanpa adanya stigma dan diskriminasi. Dari laporan praktik regional menunjukkan adanya
peningkatan jumlah jangkauan layanan dan fasilitas kesehatan bagi Orang Dengan
HIV/AIDS (ODHA).

Menteri Kesehatan Nila Moeloek dalam sambutannya pada ASEAN Cities Leadership
Forum On Getting to Zeros pada tanggal 9-11 Oktober 2019 di Bali menyampaikan
bahwa terdapat peningkatan jumlah ODHA yang dijangkau dan didukung oleh setiap
layanan perawatan HIV berjenjang dan meningkatnya jumlah pusat tes HIV dan konseling
serta pengobatan. Pertemuan yang digagas Indonesia ini memperlihatkan komitmen yang
tinggi dari para Walikota, Bupati serta pengelola program yang memperkuat komitmen
regional dalam rangka penanggulangan AIDS di wilayah ASEAN. ASEAN selama ini telah
menjadi wadah regional yang aktif, partisipatif dan inklusif. Pertemuan ini mencerminkan
kontribusi ASEAN melalui ASEAN 2025 yang ingin bersama mencapai target global
mengakhiri epidemi AIDS.

Gambar 25
ASEAN Cities Leadership Forum On Getting to Zeros,
Di Denpasar, Bali
Pada tanggal 9-11 Oktober 2019

Sejak 2011, ASEAN selalu konsisten dalam pengendalian AIDS. Pada deklarasi tahun 2011,
komitmen three zero yakni: meniadakan infeksi HIV baru, meniadakan kematian terkait AIDS
dan meniadakan diskriminasi terhadap Orang Dengan HIV AIDS (ODHA). Pada pertemuan
di Paris pada tahun 2014, para pemimpin daerah dan negara berikrar untuk mencapai target
90-90-90. Pada tahun 2016 di Laos, ASEAN juga kembali mendeklarasikan melawan HIV
AIDS dengan merespons kerja cepat berkelanjutan untuk mengakhiri epidemi AIDS pada
tahun 2030. Semua berkeinginan untuk memastikan tidak satu orang pun yang tertinggal
dalam merespons terhadap AIDS.

Di Indonesia, target tersebut dilaksanakan dengan strategi STOP. Pertama, Suluh yang
berarti 90% masyarakat terinformasi dan memahami HIV. Kedua, Tes HIV, yakni 90%
populasi diperiksa dan mengetahui status infeksinya. Ketiga, Obati, yaitu 90% orang dengan

49
HIV diterapi antiretroviral (ARV) dan terakhir Pertahankan, yang artinya 90% dari yang telah
diterapi ARV mengalami penurunan jumlah virus hingga tidak terdeteksi lagi. Pelayanan
kesehatan universal melalui skema asuransi kesehatan nasional atau Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) sejak tahun 2014 juga memberikan akses layanan bagi populasi kunci untuk
mendapatkan pengobatan ARV.

Perawatan bagi populasi kunci dan ODHA telah terintegrasi ke dalam Standar Pelayanan
Minimum (SPM) yang harus dijalankan oleh pemerintah daerah. SPM Kesehatan ini
mencerminkan komitmen kepala daerah (Walikota/Bupati) dalam pencegahan dan
pengendalian HID AIDS di daerahnya. Seluruh fasilitas kesehatan di Indonesia, baik tingkat
primer, di 9.825 Puskesmas, maupun di 2.776 rumah sakit harus mampu menyediakan
pemeriksaan HIV. ''Untuk mendukung upaya tersebut, pemerintah Indonesia terus
menggandeng organisasi sosial non pemerintahan (LSM) dan semua pemangku
kepentingan untuk eliminasi stigma dan diskriminasi dalam mendapatkan akses layanan
kesehatan.

f. Regional Consultative Meeting to Identify Gaps and Develop Guideline on the


Integration of Mental Health in Primary and Secondary Level of Care for ASEAN
Member States pada tanggal 1 – 3 Oktober 2019, Jakarta
Pertemuan Regional Consultative Meeting to Identify Gaps and Develop Guideline on the
Integration of Mental Health in Primary and Secondary Level of Care for ASEAN Member
States telah diselenggarakan di JHL Solitaire Hotel, Tangerang. Banten pada tanggal 1-3
Oktober 2019.

Pertemuan dihadiri perwakilan contact point dan expert mental health dari Brunei
Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Myanmar dan Filipina serta perwakilan dan
konsultan dari WHO. Pertemuan membahas kesenjangan yang diidentifikasi pada
perawatan kesehatan mental dan program di setiap Negara Anggota ASEAN (AMS),
berdasarkan evaluasi hasil target sejak 2015 yang kemudian dilanjutkan melalui berbagai
platform diskusi hingga pertengahan 2019, Kesenjangan umum yang diidentifikasi meliputi:
(1) kepemimpinan dan tata kelola, (2) pembiayaan sistem kesehatan, (3) pemberdayaan
masyarakat, keterlibatan dan kolaborasi, (4) pemberian layanan kesehatan, (5) tenaga
kesehatan, (6) Infrastruktur dan (7) sistem data dan informasi.

Informasi yang telah dikompilasi dan diidentifikasi pada pertemuan pertama dalam
pengembangan guideline integrasi kesehatan mental dalam perawatan kesehatan primer
dan sekunder, serta pengaturan lain termasuk respon kemanusiaan. Pedoman ini bertujuan
untuk membantu AMS dalam mencapai hasil kesehatan mental yang lebih baik, termasuk
peningkatan kualitas hidup, pengurangan morbiditas dan mortalitas, dan pembatasan
kecacatan.

50
Gambar 26
Regional Consultative Meeting to Identify Gaps and Develop Guideline on the Integration
of Mental Health in Primary and Secondary Level of Care for ASEAN Member States
Di Jakarta, Indonesia
Pada tangal 1 – 3 Oktober 2019

Focal point AMS dengan dibantu oleh konsultan dari RSCM, pakar dari profesi, dan WHO
Indonesia membahas draft pedoman dan memberikan masukan untuk selanjutnya akan
merevisi pedoman berdasarkan masukan dari Pertemuan dan finalisasi pedoman akan
dilakukan melalui konsultasi online dengan advisory group yang terdiri dari expert WHO
serta AMS dan e-working group. Setelah finalisasi, guideline tersebut akan dimintakan
persetujuan secara bertahap dan ad-referendum kepada ASEAN Health Cluster 1, Senior
Officials Meeting on Health Development (SOMHD), dan ASEAN Health Ministers Meeting
(AHMM). Sekretariat ASEAN akan membantu mencetak guideline dimaksud pada tahun
2021. Pertemuan juga sepakat untuk melakukan kegiatan advokasi untuk mengatasi
kesenjangan kesehatan mental dalam side event AHMM ke-15 tahun 2021 di Indonesia.

g. Workshop Peningkatan Ekspor Produk Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Indonesia Ke


Kawasan Amerika Dan Eropa, Jakarta, 2 Dsember 2019

Workshop bertujuan untuk melakukan pemetaan potensi ekspor produk industri kefarmasian
dan alat kesehatan Indonesia ke kawasan Eropa dan Amerika, serta membangun dan
meningkatkan networking kalangan industri farmasi dan alat kesehatan nasional dengan

51
Kementerian Luar Negeri sebagai garda terdepan dalam diplomasi Indonesia termasuk
diplomasi ekonomi yang didukung oleh seluruh Perwakilan RI di Luar Negeri.

Workshop ini dibagi ke dalam 2 Sesi dengan mengundang sebagai narasumber para
Direktur Regional Kawasan Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri yaitu Direktur
Amerika 1, Direktur Amerika 2, Direktur Eropa 1, Direktur Eropa 2, Direktur Eropa 3 yang
menyampaikan potensi kerja sama farmasi dan alat kesehatan dan peluang ekspor di
negara akreditasi masing-masing, serta Kepala Subdit I (Uni Eropa) Direktorat Kerja Sama
Intra Kawasan dan Antar Kawasan Amerika Eropa yang menyampaikan informasi seputar
regulasi dan mekanisme perdagangan barang dan jasa bidang kesehatan di wilayah Uni
Eropa.

Gambar 27
Workshop Peningkatan Ekspor Produk Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Indonesia Ke
Kawasan Amerika Dan Eropa
Di Jakarta, Indonesia
Pada tangal 2 Desember 2019

Produk-produk kefarmasian dan alat kesehatan yang memiliki peluang besar untuk
memasuki pasar di wilayah Amerika dan Eropa, antara lain adalah sebagai berikut:
1. Obat-obatan generik, vitamin dan obat herbal, khususnya untuk wilayah Eropa Timur dan
Eropa Tenggara, dan negara-negara di kawasan Amerika Tengah dan Karibia, serta
Amerika Selatan.
2. Obat-obatan untuk penyakit tropis seperti malaria dan dengue, khususnya untuk kawasan
Karibia, Amerika Tengah dan Amerika Selatan.
3. Produk alat kesehatan yang low- to medium technology khususnya untuk ke kawasan
Amerika Utara, Eropa Barat, Eropa Utara, dan Eropa Tengah.
4. Obat-obatan untuk penyakit tidak menular, seperti diabetes dan kolesterol.

Kementerian Luar Negeri menyambut baik Workshop yang diadakan oleh Kementerian
Kesehatan dan menyampaikan dukungannya bagi industri kefarmasian dan alat kesehatan
Indonesia yang mau memasuki pasar di kawasan Amerika dan Eropa. Untuk itu diharapkan
agar dapat disusun Katalog yang berisikan company profile (dalam bentuk softcopy dan
berbahasa Inggris) perusahaan-perusahaan kefarmasian dan alat kesehatan Indonesia
untuk memudahkan Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan dalam mempromosikan
perusahaan-perusahaan tersebut.

52
Perlu adanya dukungan dan pembimbingan dari Kementerian Perdagangan dalam upaya
peningkatan eksportisasi produk-produk kefarmasian dan alat kesehatan Indonesia
mengingat masih bervariasinya skala dan kapasitas industri kefarmasian dan alat kesehatan
di Indonesia.

h. Pertemuan Pertama Komite Kerjasama Kesehatan RI-AS, Jakarta, 12 Desember 2019

Pertemuan Pertama Komite Kerjasama Kesehatan RI-AS telah dilaksanakan pada tanggal
12 Desember 2019 di Jakarta.

Pertemuana tersebut dilaksanakan sebagai tindak lanjut penandatanganan Perjanjian kerja


sama bidang kesehatan RI-AS yang dilakukan pada bulan Mei 2019 di Jenewa Swiss
sebagai upaya untuk menunjukkan komitmen kedua negara dalam memperkuat kerja sama
menuju peningkatan status kesehatan di kedua negara, serta berkontribusi pada
peningkatan status kesehatan bagi masyarakat global.

Perjanjian tersebut mencakup tujuh area kerja sama, diantaranya adalah bidang kesehatan
masyarakat, termasuk kesiapsiagaan dan tanggap darurat, promosi kesehatan, pelayanan
kesehatan, pencegahan dan pengendalian penyakit, kefarmasian dan alat kesehatan,
penelitian dan pengembangan kesehatan, dan pengembangan sumber daya manusia
kesehatan.

Gambar 28
Pertemuan Pertama Komite Kerjasama Kesehatan RI-AS
Di Jakarta, Indonesia
Pada tangal 12 Desember 2019

Delegasi RI-AS dipimpin oleh Ms. Erika Elvander, Direktur Asia dan Pasifik, dan dihadiri oleh
perwakilan CDC, NIH dan Kedutaan Besar AS di Jakarta. Delegasi RI dipimpin oleh Bapak
Acep Somantri, Kepala Biro KSLN Kemenkes dan dihadiri oleh perwakilan dari unit-unit
utama dan perwakilan rumah sakit vertikal Kemenkes.

53
Dalam diskusi yang interaktif, perwakilan kedua negara turut memaparkan berbagai kegiatan
kerja sama yang diusulkan Pemerintah Indonesia dan membahas berbagai program yang
diusulkan Pemerintah AS di Bidang Kesehatan.

Lebih lanjut, kedua pihak kemudian menyepakati untuk membahas lebih dalam beberapa
usulan aktivitas kerja sama yang telah dipaparkan untuk dituangkan dalam dokumen Plan of
Action (POA) pada pertemuan berikutnya. Dokumen tersebut nantinya diharapkan dapat
digunakan sebagai panduan dalam implementasi Agreement, yang terdiri dari rincian
kegiatan dan program kerja pada masing-masing area kerja sama.

Pembahasan POA ini bertujuan untuk mencapai kesepakatan dalam rangka mempercepat
implementasi MoU yang sudah ditandatangani dan disepakati bersama, bergerak dari
komitmen-komitmen menuju tindakan-tindakan nyata. Selain itu, penyusunan POA juga
bertujuan untuk mengatur pembagian kerja bagi para pemangku kepentingan di masing-
masing pihak dalam rangka implementasi MoU.

Selain menyelenggarakan pertemuan/kegiatan nasional dan internasional, dalam rangka


mendukung pencapaian kinerja Biro Kerja Sama Luar Negeri bersama dengan Unit Utama di
lingkungan Kementerian Kesehatan bekerja sama berpartisipasi dalam pertemuan-
pertemuan internasional antara lain :

1. APEC Workshop on Leveraging Digital Technology to Improve Education Quality


in Rural and Remote Areas dan Rapat Konsultasi Nasional Strategi Indonesia
pada Keketuaan APEC Chile tahun 2019, Bali, Indonesia, 23 – 24 Januari 2019

APEC Workshop on Leveraging Digital Technology to Improve Education Quality in


Rural and Remote Areas, telah dilaksanakan pada tanggal 23-24 Januari 2019 di Hotel
Aryaduta, Bali. Rapat Konsultasi Nasional Strategi Indonesia pada Keketuaan APEC
Chile tahun 2019, telah dilaksanakan pada tanggal 24 Januari 2019 di Hotel Aryaduta,
Bali.
Hasil yang dicapai antara lain :
APEC Workshop on Leveraging Digital Technology to Improve Education Quality in
Rural and Remote Areas

a. Penggunaan teknologi digital dalam pendidikan pada masa sekarang tidak dapat
dihindarkan. Teknologi digital dalam pendidikan dapat juga dimanfaatkan di daerah
terpencil, sesuai dengan keadaan daerah tersebut.

b. Berbagai inovasi dengan menggunakan teknologi digital telah diciptakan untuk


meningkatkan kualitas pendidikan di daerah terpencil di Indonesia, misalnya
SIERRA yang diciptakan oleh SEAMOLEC atau aplikasi rumah belajar yang
diciptakan oleh Kemendikbud bekerja sama dengan Pustekkom.

c. Kendala-kendala yang dihadapi dalam menerapkan teknologi digital untuk


meningkatkan pendidikan di daerah terpencil diantaranya adalah penyediaan
komputer/tablet/smarphone, penyediaan internet, aplikasi belajar berbayar atau

54
gratis, atau tersedianya guru yang memahami pemanfaatan teknologi digital untuk
pendidikan.

Konsultasi Nasional Strategi Indonesia pada Keketuaan APEC Chile tahun 2019
a. Direktur Kerja Sama Intrakawasan dan Antarkawasan Asia Pasifik dan Afrika
menyampaikan bahwa Indonesia sangat disegani dan dihormati saat KTT APEC
Papua Nugini 2018. Sehingga diharapkan Kementerian atau Lembaga terkait dapat
menggunakan momentum ini untuk lebih memanfaatkan APEC dengan
mengajukan inisiatif-inisiatif Indonesia.

b. KTT APEC 2018 tidak berhasil menyepakati Deklarasi Pemimpin Ekonomi APEC.
Hal ini menjadi perhatian khusus, dan diharapkan Chile sebagai tuan rumah APEC
2019 dapat lebih mempersiapkan KTT APEC 2019.

c. Beberapa Kementerian, misalnya Kementerian Perdagangan, telah siap dengan


concept note yang akan diajukan pada SOM-1 APEC Chile 2019. Diharapkan
Kementerian lain juga bisa memasukkan inisiatif-inisiatif Indonesia dalam APEC.

d. SOM-1 APEC melalui forum Project Management Trainning menyediakan pelatihan


concept note untuk para delegasi. Kementerian yang belum pernah mengikuti
diharapkan dapat mengikuti pelatihan tersebut sebagai dasar dalam membuat
concept note yang baik.

Gambar 29
APEC Workshop on Leveraging Digital Technology to Improve Education Quality in Rural
and Remote Areas dan Rapat Konsultasi Nasional Strategi Indonesia pada Keketuaan
APEC Chile tahun 2019
Di Bali, Indonesia
Pada tangal 23 – 24 Januari 2019

Pembelajaran yang diperoleh dari APEC Workshop on Leveraging Digital Technology to


Improve Education Quality in Rural and Remote Areas adalah topik-topik dalam kegiatan
tersebut dapat dijadikan contoh topik untuk concept note dalam bidang kesehatan,
misalnya:

55
a. Penggunaan teknologi digital untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
b. Tim Nusantara Sehat sebagai inovasi tenaga kesehatan untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan di daerah terpencil
Kementerian Kesehatan perlu mengirimkan delegasi untuk mengikuti SOM-1 APEC
Chile 2019 karena isu-isu kesehatan akan dibahas dalam forum Health Working Group
(HWG) dan Life Science Innovation Forum (LSIF). Delegasi dapat diwakili unit-unit
terkait seperti Sesdtjen Farmalkes, Dit. Gizi Masyarakat, Dit. SKK, P2JK dan Biro KSLN
(sebagai focal point untuk HWG dan LSIF).
Delegasi dari Kementerian Kesehatan diharapkan dapat mengikuti pelatihan concept
note yang diadakan oleh Project Management Trainning APEC.

2. Pertemuan ASEAN Coordinating Committee on Services (CCS) ke-92 Sektor Jasa


Kesehatan, Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam, 11-15 Februari 2019

Pertemuan ASEAN CCS ke-92 dan pertemuan terkait lainnya telah diselenggarakan
pada tanggal 11–15 Februari 2019 di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam.
Rangkaian pertemuan CCS ke-92 terkait sektor jasa kesehatan berlangsung lancar.
Pada setiap forum, peserta pertemuan bukan hanya saling bertukar informasi mengenai
regulasi/prosedur mobilisasi dokter/dokter gigi/perawat di masing-masing negara,
namun mengembangkan diskusi lebih dalam, yaitu membahas upaya peningkatan
kompetensi tenaga kesehatan dan mendorong pelaksanaan perdagangan jasa di
kawasan ASEAN.

Hal-hal yang perlu mendapat perhatian dan penting untuk ditindaklanjuti oleh Indonesia
adalah sebagai berikut: (i) mempersiapkan proposal Indonesia dalam forum AJCCM
terkait penguatan PMRA networking, (ii) mengkaji pemberlakuan temporary registration
dan kemungkinan membuka full registration dengan persyaratan ketat bagi
dokter/dokter gigi/perawat ASEAN, dan diantaranya tenaga kesehatan domestik
sebagaimana yang dilakukan oleh Singapura dan Malaysia, (iii) mempersiapkan
penyusunan Non-Conforming Measures (NCM) ATISA, (iv) meningkatkan kualitas dan
keberlangsungan pengelolaan ASEAN Healthcare Services Website dan Secretariat, (v)
mempersiapkan posisi Indonesia dalam kerja sama terkait health tourism dan e-
healthcare services, termasuk mengidentifikasi tanaga ahli dalam kedua bidang untuk
mewakili Indonesia pada pertemuan HSSWG ke-47 dan ke-48, (vi) Menyiapkan best
practices Indonesia dalam hal Continuing Professional Development (CPD) on nursing
pada AJCCN ke-31 tahun 2020, (vii) mensosialisasikan mekanisme mobilisasi
dokter/dokter gigi/perawat yang diberlakukan di masing-masing AMS untuk mendorong
pendayagunaan nakes ke luar negeri, dan (viii) mensosialisasikan komitmen Indonesia
pada sektor jasa kesehatan kepada stakeholders agar lebih siap menghadapi
perubahan sektor jasa kesehatan.

3. Pertemuan Workshop on the Development of the ASEAN Strategic Plan to Combat


Antimicrobial Resistance (AMR) through One Health Approach, Manila, Filipina,
13-14 February 2019

56
Delegasi RI telah menghadiri Pertemuan Workshop on the Development of the ASEAN
Strategic Plan to Combat Antimicrobial Resistance (AMR) through One Health Approach
di Manila, Filipina, tanggal 13-14 Februari 2019. Tujuan pertemuan adalah guna
menyusun ASEAN Strategic Plan to Combat AMR through One Health Approach untuk
operasionalisasi ASEAN Leaders’ Declaration (ALD) to Combat AMR yang telah
diadopsi oleh para ASEAN leaders pada 31st ASEAN Summit in 2017 di Filipina dengan
melibatkan sektor human health, animal health, agriculture, food safety, trade (health
regulation), dan environment.

Gambar 30
Pertemuan Workshop on the Development of the ASEAN Strategic Plan to Combat
Antimicrobial Resistance (AMR) through One Health Approach
Di Manila, Filipina
Pada tangal 13 – 14 Februari 2019

Pertemuan menyepakati untuk menyusun ulang ASEAN Strategic Plan to Combat AMR
dan akan disesuaikan dengan WHO Global Action Plan on AMR dengan
mempertimbangkan lima area berikut: penguatan public awareness, penguatan
surveilans, penguatan pencegahan dan pengendalian infeksi, penguatan antimicrobial
stewardship, melakukan penelitian untuk penguatan implementasi ASEAN Strategic
Plan to Combat AMR.

4. Kunjungan Bilateral ke Beijing, 19-20 Februari 2019


Kementerian Kesehatan RI telah melaksanakan Kunjungan Kerja ke China National
Medical Products Administration (NMPA), National Cardiac Fuwai Hospital, Beijing
Shijitan Hospital, Peking University Health Science Center (PUHSC), dan China
National Health Commission and Family Planning (NHCFP) di Beijing, RRT, pada
tanggal 19 - 20 Februari 2019 dalam rangka membangun kerja sama kesehatan antara
Pemerintah Republik Indonesia dengan Pemerintah RRT, khususnya terkait sistem uji
klinik alat kesehatan guna pengembangan sistem uji klinik alat kesehatan Indonesia
agar dapat memenuhi Cara Uji Klinik Alat Kesehatan yang Baik (CUKKAB).

57
Delegasi RI diketuai oleh Prof. Dr. Akmal Taher, SpU(K), Staf Khusus Menteri
Kesehatan Bidang Peningkatan Pelayanan Kesehatan dengan didampingi oleh
Sekretaris Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan, serta perwakilan Direktorat Penilaian
Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Biro Kerja Sama Luar
Negeri.

Gambar 31
Kunjungan Bilateral ke Beijing
Di Beijing
Pada tangal 19 - 20 Februari 2019

Dalam kunjungan tersebut, dibahas mengenai implementasi sister hospital antara Fuwai
Hospital dengan RSJPD Harapan Kita, dengan area kerja sama yang tercantum dalam
MoU, antara lain: (a) Cardiovascular training; (b) Cardiovascular hospital management;
dan (c) Cardiovascular clinical attachment, fellowship and proctorship. Selain itu,
kegiatan lain yang dilakukan oleh Delegasi Indonesia adalah berkunjung ke NMPA
untuk bertukar pengalaman dan best practices mengenai evaluasi klinik akses dan juga
pembahasan PoA sebagai tindak lanjut dari MoU yang telah disepakati.

RRT telah melakukan transformasi besar di bidang industri alat kesehatan, salah
satunya dengan mereformasi struktur kelembagaan NMPA selaku institusi yang
bertanggung jawab terhadap registrasi dan pengawasan alat kesehatan guna
membangun regulatory system dan mengembangkan alat kesehatan lnovasi dan
Prioritas.

Sistem pengawasan pre-market dan post-market antara RI dan RRT tidak berbeda jauh.
Perbedaan yang jelas terlihat hanya pada kelas alat kesehatan yang didaftarkan di
NMPA pusat dan propinsi. Selain itu, RRT memberi kemudahan dalam sistem registrasi
untuk produk dalam negeri, produk inovasi dan prioritas. RRT telah memiliki pusat-pusat

58
peneltian yang salah satu kemampuannya adalah melakukan uji klinik alat kesehatan.
Pusat penelitian tersebut terintegrasi atau berafiliasi dengan rumah sakit dan
universitas, atau bekerjasama dengan rumah sakit dan universitas di Negara lain.

Pada tahap awal kerja sama di bidang uji klinik alat kesehatan, Indonesia diharapkan
dapat menjalin kerja sama dengan pusat penelitian NMPA dan Fuwai Hospital dalam
rangka penerapan dan pengembangan sistem uji klinik alat kesehatan di Indonesia.
Untuk itu, perlu disusun rencana aksi sebagai tindak lanjut kunjungan Kementerian
Keseharan RI ke RRT, yang diantaranya memuat langkah-langkah operasional dengan
disertai indikasi waktu pelaksanaan agar uji klinis alat kesehatan dapat segera
dilaksanakan di Indonesia.

Indonesia juga dapat mengembangkan/memperbaiki sistem koordinasi antara


Pemerintah sebagai Regulator, Universitas sebagai institusi yang melakukan clinical
research dan Rumah Sakit sebagai Lembaga pengguna alat kesehatan berkualitas dan
lndustri sebagai pihak yang melakukan produksi alat kesehatan.

Pemerintah Indonesia telah membuka peluang seluas-luasnya untuk investasi asing


dalam bidang obat dan alat kesehatan. Dalam hal ini, Pemerintah perlu melakukan
upaya-upaya persuasif guna meyakinkan investor asing yang memiliki kontribusi besar
dalam berperan sebagai Partner Pemerintah melaksanakan/mencapai target
Pembangunan Kesehatan untuk Program Prioritas JKN.

5. Pertemuan Health Working Group (HWG) dan Life Science Innovation Forum
(LSIF) pada rangkaian APEC SOM-1 di Santiago, Chile, 27 Februari – 2 Maret 2019.

Delegasi Kemenkes telah menghadiri rangkaian pertemuan Health Working Group


(HWG) dari tanggal 27 Februari – 1 Maret 2019; dan rangkaian pertemuan Life Science
Innovation Forum (LSIF) dari tanggal 28 Februari – 2 Maret 2019. Indonesia c.q.
Kementerian Kesehatan menyatakan keinginan untuk terlibat dalam Working Health
Group (WHG) on Prevention and Promotion Policies for Child Obesity yang digagas
oleh Chile, yang disampaikan pada pertemuan HWG.

59
Gambar 32
Pertemuan Health Working Group (HWG) dan Life Science Innovation Forum (LSIF) pada
rangkaian APEC SOM-1
di Santiago, Chile
Pada tangal 27 Februari – 2 Maret 2019

Pertemuan menyepakati antara lain :


1. Pertemuan HWG yang kedua akan dilaksanakan pada Third Senior Officials’ Meeting
(SOM-3) tanggal 19-20 Agustus 2019 di Puerto Varas, Chile.
2. Pertemuan LSIF akan pada tanggal 16-19 Agustus 2019 pada rangkaian SOM-3 di
Puerto Varas, Chile.
3. Pertemuan 9th High Level Meeting on Health and the Economy (HLM-9), yang
merupakan pertemuan tahunan Menteri Kesehatan APEC, akan dilaksanakan
tanggal 20-21 Agustus 2019 di Puerto Varas, Chile.
4. Kegiatan APEC Roundtable on Antimicrobial Resistance (AMR) yang semula
terjadwal pada SOM-1 tanggal 3 Maret 2019 dibatalkan dan dipindahkan
pelaksanaannya pada SOM-3 (Agustus 2019) di Puerto Varas, Chile.
5. Chile akan mengadakan Policy Dialogue on Health Across the Life Course –
Prevention Measures to Support an Ageing Population within APEC
Economies, yang akan dilaksanakan di tanggal 18 Agustus 2019 (rangkaian SOM-3)
di Puerto Varas.
6. Indonesia c.q. Kementerian Kesehatan menyatakan keinginan untuk terlibat dalam
“Working Health Group (WHG) on Prevention and Promotion Policies for Child
Obesity” yang digagas oleh Chile.
7. New Concept Note (CN) Operating Protocols dalam HWG belum dapat disepakati
pelaksanaannya oleh seluruh anggota APEC. Diskusi lebih lanjut akan dilakukan
pada SOM-3 bulan Agustus di Puerto Varas, Chile. Ekonomi anggota APEC
diperbolehkan mengajukan concept note baru pada sesi 1 (Maret 2019) tetapi lebih
lebih diutamakan pada 9 concept note yang telah didiskusikan pada SOM-3 tahun
2018, dan lebih diarahkan untuk mengajukan concept note sesi ke-2.

60
6. Pertemuan 1st Joint Working Group on Health RI – India, New Delhi, India, 28
Februari 2019

Tujuan dari pertemuan Pertama JWG on Health RI-India yang diselenggarakan di New
Delhi pada tanggal 28 Februari 2019 adalah untuk membahas dan menyepakati Plan of
Action (POA) sebagai tindak lanjut dari MoU yang telah dibuat untuk periode 2018-2021.

Dalam pertemuan tersebut, Delegasi Indonesia dipimpin Sekretaris Jenderal Kemenkes


RI, drg. Oscar Primadi, MPH, dan didampingi oleh Sekretaris Badan PPSDM
Kesehatan, Kepala Biro Kerja Sama Luar Negeri, Kepala Pusat Data dan Informasi,
perwakilan Ditjen Kefarmasian dan Alkes serta perwakilan Direktorat Asia Selatan dan
Tengah Kemenlu dan KBRI Newi Delhi. Sedangkan delegasi dari India dipimpin oleh
Additional Secretary Bidang Kesehatan, Kemenkes dan Kesejahteraan Keluarga, Mr.

anjeeva Kumar, dengan anggota yang terdiri dari Joint Secretary (Drugs), Assistant
Director General (Nursing), Director Department of Health and Family Welfare, Director
Food Safety and Standards Authority of India, Wakil Central Drugs Standard Control
Organization (CDSCO), Wakil Indian Council for Medical Research (ICMR) dan Wakil
Ministry of Ayurvedam Yoga & Naturopathy, Unani, Siddha and Homeopathy (AYUSH).

Gambar 33
Pertemuan 1st Joint Working Group on Health RI-India
Di New Delhi, India
Pada tanggal 28 Februari 2019

Hasil dari pertemuan tersebut antara lain penyusunan draft POA yang berisi kegiatan
sebagai berikut:

(a) Development of business partnership (including development of business model)


between Indonesian-Indian potential pharmaceutical company.

61
(b) Collaboration to organize to develop a road map in cooperation in Health and
Pharmaceutical sector.
(c) Development of business partnership (including business model) between MoH RI
Vertixal Hospitaland Apollo Indraprastha Hospitals.
(d) Sharing Experience and Best Practice between experts on the Cooperation of
Telemedicine between Indonesia and India
(e) Curriculum and Standard Competency for Medical and Nursing Education.
(f) Joint learning Network on the Nursing International Certification (NCLEX, Prometric,
etc) for Indonesian and Indian Nurse.

7. Pertemuan First G20 Health Working Group, Tokyo, Jepang, 28 Februari - 1 Maret
2019

Pada 28 Feb-1 Maret 2019 telah diselenggarakan 1st G20 Health Working Group di
Tokyo, sebagai pertemuan awal G20 on Health selama presidensi Jepang. Pertemuan
bertujuan untuk curah pendapat dan diskusi terhadap 3 topik pertemuan yaitu The
achieving of UHC, Response to Aging Society, dan Health Risk Management and
Health Security.

Pertemuan Health Working Group ini merupakan rangkaian pertemuan menuju KTT
G20 pada 28-29 Juni 2019 di Osaka dan pertemuan tingkat Menteri Kesehatan G20
pada 19-20 Oktober 2019 di Okayama yang akan menghasilkan Deklarasi Para Menteri
Kesehatan G20.
Indonesia mendukung komitmen dan upaya G20 untuk mencapai cakupan kesehatan
semesta, meningkatkan angka Usia Harapan Hidup Sehat melalui peningkatan upaya
lansia aktif dan sehat serta upaya kesiapsiagaan terhadap kedaruratan masalah
kesehatan dan ketahanan kesehatan terutama peningkatan kapasitas implementasi IHR,
pengembangan SDM Kesehatan, kesiapan mekanisme pembiayaan kedaruratan
kesehatan, serta upaya pengendalian AMR dengan pendekatan One Health melalui
kolaborasi baik bilateral maupun multilateral serta koordinasi di tingkat nasional,
regional dan global.
Dalam rangka mencapai UHC, Pemerintah Indonesia perlu menguatkan pelayanan
kesehatan primer, pemenuhan SDM kesehatan, pengembangan teknologi digital,
kerjasama dan koordinasi lintas sektor terutama keuangan, serta penguatan monitoring
dan evaluasi. Terkait dengan Ageing Societies, Pemerintah Indonesia perlu mendorong
isu kesehatan lansia sebagai prioritas nasional dan implementasi rencana aksi nasional
lansia sehat dan aktif, meningkatkan fasilitas pelayanan kesehatan santun lansia (“the
elderly friendly”) baik di tingkat primer maupun rujukan, pengembangan digital teknologi
serta mendorong keterlibatan keluarga dan masyarakat dalam meningkatkan kualitas
hidup lansia, termasuk lansia dengan Demensia, serta kerjasama dan kolaborasi
dengan lintas sektor terutama Sosial, BKKBN, BPJS, dan Ketenagakerjaan. Terkait
Health Risk Management, Pemerintah Indonesia perlu menguatkan kapasitas nasional
dalam mengimplementasikan IHR baik di wilayah maupun pintu masuk dan perbatasan,
memperbaiki mekanisme pembiayaan untuk kedaruratan masalah kesehatan,

62
mendorong pengembangan R&D antimikroba baru, vaksin dan alat diagnostik,
penguatan Pokja AMR serta kerjasama dan kolaborasi dengan K/L terkait, swasta dan
masyarakat dalam pengendalian AMR dengan pendekatan One Health.

8. Pertemuan Joint Working Group on Health RI-Saudi Arabia, Riyadh, Arab Saudi, 4
Maret 2019

Pertemuan JWG on Health RI-Saudi Arabia kedua diselenggarakan di Riyadh pada


tanggal 4 Maret 2019. Dalam pertemuan tersebut telah ditandatangani Joint Action Plan
for Impementation of MoU for Cooperation in the Field of Health between Indonesia and
Saudi Arabia sebagaimana telah dijelaskan pada Bab 3 poin A.1., serta
penandatanganan Implementing Arrangement (IA) antara Indonesia dan Arab Saudi
mengenai Cooperation in the Field of Health Services for Indonesian Hajj and Umrah
Pilgrims.

Gambar 34
Pertemuan Joint Working Group on Health RI-Saudi Arabia
Di Riyadh, Arab Saudi
Pada tanggal 4 Maret 2019

Dalam IA Hajj and Umrah dimaksud, disepakati program/kegiatan kerja sama antara
Indonesia dengan Saudi Arabia, yaitu:
(a) Cooperation on health mass gathering related toHajj and Umrah;
(b) Training and capacity building on the Hajj and Umrah Health Services;
(c) Sharing data and information on Hakk and Umrah pilgrims, pilgrims’ health, health
risk, hajj and umrah safety, disease prevention and control, and vulnerability of
pilgrims’ health, pursuant to the laws and regulations; and
(d) Joint research on hajj and umrah related diseases, including infectious diseases and
othe Hajj and Umrah related illness.
(e) Technical cooperation on the development of WHO collaborating center for hajj
health and umrah in Indonesia; and

63
(f) Provision of ease of access for health services for Indonesian hajj pilgrims,
specifically during hajj in Arafah-Mina.
Pertemuan JWG on Health juga melakukan pembahasan finaliasi draft Implemening
Arrangement (IA) on Placement of Indonesian Health Professional in the Kingdom of
Saudi Arabia. Saat ini draft telah final disepakati kedua pihak secara informal. Atas draft
IA dimaksud, pihak Indonesia masih menunggu jawaban pemerintah Saudi Arabia
secara formal melalui jalur diplomatik.

9. Pertemuan 1st Joint Working Group (JWG) RI – Belanda, Den Haag, Belanda, 7 – 8
Maret 2019

Pertemuan 1PstP Joint Working Group (JWG) RI - Belanda telah dilaksanakan pada
tanggal 7-8 Maret 2019 di Den Haag, Belanda. Delegasi RI (Delri) Kementerian
Kesehatan dipimpin oleh Kepala Biro Kerja Sama Luar Negeri dengan didampingi oleh
Sekretaris Ditjen Pelayanan Kesehatan, Sekretaris Ditjen Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, serta KBRI Den Haag. Sedangkan Kementerian Kesehatan, Kesejahteraan
dan Olahraga Belandadipimpin oleh Direktur Kerja Sama Internasional dan didampingi
oleh Wakil Direktur Kerjasama International, Senior Policy Advisor Direktorat Kerja
Sama Internasional, Senior Policy Advisor for Curative Care, Direktur Leyden Academy
on Vitality and Ageing, perwakilan Task Force Health Care, Koordinator Kerja Sama
International untuk Resistensi Antibiotik Nasional dari Institut Kesehatan Masyarakat
dan Lingkungan (RIVM), Sekretaris National Working Party on Antibiotics Policy
(SWAB), dan perwakilan Departemen Ekonomi Makro dan Pasar Kerja Kementerian
Kesehatan, Kesejahteraan dan Olahraga Belanda.

Gambar 35
Pertemuan Joint Working Group on Health RI-Belanda
Di Den Haag, Belanda
Pada tanggal 7 - 8 Maret 2019

64
Pertemuan membahas tindak lanjut implementasi MoU Bidang Kesehatan RI – Belanda
yang telah ditandatangani Menteri Kesehatan RI dan Menteri Kesehatan Belanda pada
tanggal 6 November 2018 di Nusa Dua Bali yang akan dituangkan dalam draft Joint
Action Plan (JAP) on the Implementation of MoU on Health 2019-2023.

Pertemuan telah berhasil mengidentifikasi dan menyepakati beberapa program kerja


sama yang dapat diimplementasikan secara konkret serta mitra potensial yang dapat
mendukung implementasi program tersebut baik dari lembaga pemerintah, swasta,
akademisi, maupun berbagai konsorsium bidang kesehatan, diantaranya penguatan
sistem kesehatan khususnya dukungan terhadap dukungan program Dokter Layanan
Primer, peningkatan pelayanan kesehatan manula, kapasitas pendidikan perawat, bidan,
caregivers, dan tenaga kesehatan lainnya untuk siap bekerja di Belanda, dan
pengembangan sister hospital di bidang kanker, pengendalian penyakit menular
termasuk resistensi antimikroba, ketahanan kesehatan global, pengembangan kerja
sama farmasi dan alat kesehatan, dan kerja sama penelitian kesehatan.

10. Pertemuan ke-5 ASEAN Health Cluster 1: Promoting Healthy Lifestyle, Luang
Prabang, Laos, 19-23 Maret 2019

Pertemuan The 5th Meeting of ASEAN Health Cluster 1: Promoting Healthy Lifestyle and
Related Meetings (AHC-1) telah dilaksanakan pada tanggal 19-22 Maret 2019 di Luang
Prabang, Laos. Indonesia dalam kapasitas sebagai lead country telah menuntaskan 1
(satu) project activity dan dalam proses penyelesaian 4 (empat) project activity di tahun
2019, yaitu satu tahun sebelum berakhirnya periode pelaksanaan Work Programme
pada tahun 2020. Indonesia mendapat apresiasi atas kerja cepat dan suksesnya
Launching ASEAN Car-Free Day (CFD) yang merupakan implementasi dari ASEAN
Declaration on Culture of Prevention for a Peaceful, Inclusive, Resilient, Healthy and
Harmonious Society. Selanjutnya, AHC 1 mendukung usulan Indonesia atas 3 (tiga)
aktifitas lanjutan ASEAN CFD untuk dibahas pada pertemuan SOMHD ke-14 bulan April
mendatang. Kemkes selaku national focal point isu kesehatan ASEAN perlu
memastikan penyelesaian 4 (empat) project activity yang dipimpin Indonesia dan
menyampaikan inputs/comments/feedbacks untuk beberapa dokumen yang akan
menjadi kesepakatan bersama.
Pertemuan menyepakati untuk menyusun ulang ASEAN Strategic Plan to Combat AMR
dan akan disesuaikan dengan WHO Global Action Plan on AMR dengan
mempertimbangkan lima area berikut: penguatan public awareness, penguatan
surveilans, penguatan pencegahan dan pengendalian infeksi, penguatan antimicrobial
stewardship, melakukan penelitian untuk penguatan implementasi ASEAN Strategic
Plan to Combat AMR.

11. Sidang World Health Assembly Assembly ke-72, Jenewa, Swiss, 20 – 28 Mei 2019

Delegasi RI dipimpin Menkes RI telah menghadiri Sidang World Health Assembly


(WHA) ke-72 pada tanggal 20 – 28 Mei 2019 di Jenewa, Swiss. Menkes RI
berpartisipasi pada Sesi General Debate membahas tema “Universal Health Coverage
(UHC) : Leaving No-One Behind”. General Debate menghasilkan kesimpulan adanya
65
progress pencapaian target 1 milyar orang mendapatkan manfaat dari Cakupan
Kesehatan Semesta (UHC) namun diperlukan kerja sama global dan regional untuk
mendukung pencapaian UHC pada tingkat nasional masing-masing. Tantangan yang
dihadapi antara lain perlunya penguatan system, peningkatan akses pelayanan
kesehatan, sumber daya tenaga kesehatan, kesinambungan dukungan anggaran, dan
koordinasi.

Indonesia sukses menyelenggarakan side event mengenai “Effective Implementation of


Home-Based Records to Improve Maternal, Newborn and Child Health towards
Achievement of UHC : Leaving No One Behind”.

Menkes RI juga berpartisipasi aktif dalam Pertemuan Menkes GNB, ASEAN dan
Foreign Policy and Global Health dan menjadi pembicara pada berbagai side events.

Menkes RI mengadakan berbagai Pertemuan Bilateral dan menghasilkan 3


Memorandum of Understanding (MoU) dengan Amerika Serikat, Turki dan Singapura,
serta 3 Plan of Action (PoA) dengan Belanda, Iran dan Kuba.

12. Pertemuan Health Working Group G20 ke-2, Jenewa, 29-30 Mei 2019

Pertemuan Health Working Group (HWG) G-20 ke-2 di bawah Presidensi Jepang telah
diselenggarakan pada tanggal 29-30 Mei 2019 di Jenewa. Pertemuan dipimpin oleh
Senior Assistant Minister Ministry of Health, Labour and Welfare Jepang, Mrs. Chieko
Ikeda, dan dihadiri oleh anggota G20 serta negara tamu yaitu Chili, Mesir, Belanda,
Senegal, Singapura, Spanyo, Thailand, dan Vietnam, serta wakil dari berbagai
organisasi internasional diantaranya GAVI, GF, OECD, WHO, UNICEF, dan Bank
Dunia. Delegasi RI dipimpin Sekretaris Jenderal Kemenkes dan anggota Delri dari unsur
Kemenkes dan PTRI Jenewa.

Pada Sesi 1, Delri menyampaikan apresiasi atas dibentuknya Global AMR R&D Hub
yang memiliki keinginan dan tujuan untuk memerangi resistensi antimikroba secara
global melalui riset dan pengembangan. Indonesia juga berkomitmen kuat untuk
memerangi AMR dan mendukung inisitif global untuk R&D sebagai salah satu strategi
dalam menangani masalah AMR. Indonesia menyampaikan upaya yang telah dilakukan
dalam memerangi AMR, antara lain: evaluasi Rencana Aksi Nasional AMR 2017-2019,
Beberapa penelitian terkait AMR yang dilakukan oleh Perguruan Tinggi, serta ikut dalam
Project of Global Survey Extended Spectrum Beta-lactamase, Tricycle Project yang
diiinisasi WHO.

Pada pembahasan draft Okayama Declaration on Response to Aging Societies berjalan


cukup alot namun demikian terdapat beberapa paragraf yang dapat disepakati.
Sedangkan paragraf yang belum disepakati akan dibahas pada HWG ke-3. Dalam
pembahasan, Delri menyampaikan masukan antara lain sebagai berikut:

a. Delri mengusulkan peran penting Menteri terkait selain dari Menteri Keuangan untuk
menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan dan sistem palayanan jangka panjang
(Long Term Care) bagi Lansia yang berkesinambungan. Usulan tersebut

66
mendapatkan respon positif dari beberapa anggota G20 seperti Mexico dan Rusia,
namun belum mencapai kesepakatan karena masih ada beberapa anggota yang
kurang setuju karena beranggapan pembiayaan berkesinambungan lebih merupakan
peran Menteri Keuangan. Selain itu, ada beberapa negara menginginkan membuat
paragraph lebih singkat dan simple. Indonesia mengklarifikasi dalam penyusunan
deklarasi pentingnya pemahaman akan substansi/content bukan hanya singkat dan
simple. Delegasi AS mengusulkan pembahasan hal tersebut pada topik UHC.
Mengingat berlarut-larutnya pembahasan, Argentina mengusulkan pembahasan
tentang isu tersebut dilanjutkan pada HWG ke-3.

b. Delri mengusulkan agar anggota G20 menempatkan isu active and healty aging
sebagai prioritas nasional. Secara umum anggota G20 dapat menerima usulan
tersebut, namun dengan catatan tidak menggunakan kata nasional, karena ada
anggota G20 yang bukan merupakan negara. Peserta HWG ke-2 juga sepakat untuk
menempatkan kalimat tersebut di kalimat awal deklarasi karena penting
menunjukkan komitmen bersama anggota G20 terhadap isu active and healty aging.

c. Delri juga mengusulkan pentingnya peningkatan peran keluarga khususnya untuk


deteksi dini, untuk mengenal gejala awal dementia pada lansia. UK, US, Argentina,
Saudi Arabia dapat menerima usulan Indonesia. Berdasarkan hasil diskusi, isu
tentang pentingnya peran keluarga ditempatkan pada paragraph tersendiri. UK
mengkaitkan hal tersebut dgn health literacy. Saudi Arabia menekankan pentingnya
keluarga tidak hanya untuk isu dementia namun healthy aging.

Pada pembahasan Sesi 6 dan 7: Okayama Declaration on Health Risk Management


and Health Security (kecuali isu AMR), Delri menyampaikan pentingnya Anggota G20
untuk memiliki dukungan anggaran yang berkelanjutan untuk preparedness
mengantisipasi health emergency mengingat emergency preparedness dan response
diawali pada tingkat lokal, dimana pemerintah daerah yang pertama kali melakukan
response terhadap health emergency. Usulan Delri mendapat dukungan dari UNICEF,
Canada, dan AS. Namun belum didukung sepenuhnya oleh EU dan Bank Dunia. AS
mengusulkan agar isu ini dibahas pada HWG ke-3 yang melingkupi isu UHC.

13. Partisipasi Delegasi RI pada Sidang WHO Executive Board (EB) ke-145, Jenewa,
29-30 Mei 2019

Delegasi RI dipimpin oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan


telah berpartisipasi aktif pada Sidang WHO Executive Board (EB) ke-145 pada tanggal
29-30 Mei 2019 di Jenewa. Sidang membahas antara lain hasil-hasil yang dicapai pada
Sidang WHA ke-72 pada tanggal 20-28 Mei 2019, laporan Programme, Budget and
Administration Committee (PBAC) ke-30 yang dilaksanakan pada tanggal 15-17 Mei
2019, serta beberapa isu teknis, manajerial dan adiministratif lainnya, termasuk
penentuan waktu pelaksanaan Sidang WHO EB ke-146 dan Sidang WHA ke-73 tahun
2020.

67
Sidang EB ke-145 membahas 10 agenda utama terkait isu teknis, manajerial, dan
administrasi. Beberapa hal yang mengemuka dalam pertemuan dimaksud antara lain
sebagai berikut:
Standardization of medical devices nomenclature (Agenda 5.1)
Pada mata agenda ini, Delri menyampaikan dukungan dan mendorong agar
standardisasi nomenklatur menggunakan metode yang transparan untuk
mengembangkan istilah, klasifikasi, dan hierarki. Delri juga menyampaikan bahwa telah
meningkatkan kapasitas regulasi perangkat medisnya agar konsisten dengan kerangka
kerja regulasi perangkat medis regional dan global. Mata agenda ini didukung oleh
sebagian besar negara anggota EB karena klasifikasi dimaksud dapat meningkatkan
patient safety, serta penting untuk penamaan dan pendefinisian teknologi inovatif,
pengklasifikasian perangkat untuk persetujuan regulasi, serta memperlancar pengadaan
produk-produk perangkat medis tersebut. Dukungan dari negara-negara anggota EB
tersebut disampaikan dengan catatan bahwa pengembangan klasifikasi, nomenklatur,
dan pengkodean harus mempertimbangkan kerangka kerja yang sudah ada di tingkat
regional, serta mempertimbangkan kesiapan peraturan di setiap negara anggota dan
kondisi produsen perangkat medis mereka.

Hosted partnerships (Agenda 6.4)

Dalam kaitan ini, Delegasi RI menyampaikan bahwa Indonesia mendukung dan


menyambut baik hasil pelaksanaan kemitraan yang dilakukan WHO. Namun demikian,
Delegasi RI menekankan agar dalam pelaksanaan kemitraan WHO tidak bertentangan
dengan mandat, konstitusi dan prinsip-prinsip organisasi WHO.

Pembahasan isu-isu strategis pada Sidang EB ke-145 umumnya berjalan lancar dan
tidak terdapat isu contentious. Kecuali pada pembahasan penentuan waktu
pelaksanaan Sidang EB ke-146 dan Sidang WHA ke-73 tahun 2020 yang mendapat
banyak intervensi baik dari anggota EB maupun observer, beberapa mata agenda lain
relative lebih lancar. Penetapan waktu Sidang WHA ke-73 yang dipadatkan menjadi 5
hari saja perlu menjadi perhatian semua pihak. Persiapan bahan statement, komposisi
delegasi RI, partisipasi pada side event serta pertemuan bilateral perlu dipersiapkan
dengan baik untuk dapat mengakomodir dan memperjuangkan kepentingan nasional.

14. Kunjungan ke Canberra, Melbourne dan Sydney, 16-21 Juni 2019

Kunjungan Kerja Delegasi Kemenkes ke Australia dipimpin oleh Direktur Umum dan
Operasional RS Kanker Dharmais, dengan anggota delegasi: Biro Perencanaan dan
Anggaran, Biro Umum, Pusat Data dan Informasi, Biro Kerja Sama Luar Negeri.

68
Gambar 36
Kunjungan ke Canberra, Melbourne dan Sydney
Di Canberra, Melbourne dan Sydney, Australia
Pada tanggal 16 – 21 Juni 2019

Kunker dilakukan untuk menjajaki stakeholder yang tepat terkait proposal kegiatan yang
diusulkan Indonesia dalam dokumen Plan of Action implementasi MoU Kesehatan
antara Kemenkes Indonesia dan Kemenkes Australia. Kunjungan ke 6 lokasi antara lain:
Department of Health and Human Services (DHSS) Victoria, Peter Mac Callum Cancer
Center, VCCC, VCS Foundation, Monash University dan La Trobe University.

Hasil penting beberapa kunjungan tersebut adalah disepakatinya 5 area fokus kegiatan
dalam kerja sama kesehatan atara Kemenkes RI dan Kemenkes Victoria tentang
Penguatan Sistem Kesehatan yang akan dituangkan dalam dokumen Technical
Agreement (TA) antara Kemenkes RI dan DHHS Victoria. TA merupakan dokumen
penting turunan MoU sebagai bentuk nyata implementasi MoU Kesehatan antara
Indonesia dan Australia.

15. Indonesia-Netherlands Health Business Forum (HBF), Den Haag, Belanda, 19-21
Juni 2019

Indonesia-Netherlands Health Business Forum (HBF) telah diselenggarakan pada


tanggal 20-21 Juni 2019 di Den Haag atas kerja sama Kementerian Kesehatan RI KBRI
Den Haag telah menyelenggarakan. HBF diselenggarakan back-to-back dengan
partisipasi Delegasi RI pada 2nd Ministerial Conference on Antimicrobial Resistance
yang diselenggarakan di Noordwijk pada tanggal 19-20 Juni 2019.

HBF diselenggarakan sebagai implementasi Memorandum of Understanding (MoU)


Bidang Kesehatan RI-Belanda yang ditandatangani pada bulan November 2018 di Bali

69
dan Joint Action Plan (JAP) yang ditandatangani pada bulan Mei 2019 di Jenewa. HBF
dimaksudkan menjadi sarana untuk mempertemukan para pemangku kepentingan,
termasuk pelaku bisnis bidang kesehatan, dari kedua negara untuk mempercepat
implementasi MoU dan JAP.

Delegasi Kemenkes dipimpin Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan dan anggota Delri
terdiri dari perwakilan Kementerian Ketenagakerjaan, Ditjen Pelayanan Kesehatan,
Badan PPSDM Kesehatan, RSUP Persahabatan, RSPI Sulianti Saroso, RSUP Sanglah,
RSUP Kariadi, RSUD Soetomo, serta sejumlah pengusaha yang tergabung dalam GP
Farmasi Indonesia dan Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia/ASPAKI.

HBF diawali dengan kunjungan lapangan Delri ke sejumlah Lembaga pada tanggal 20
Juni 2019, yaitu: European Medicines Agency (EMA), Association of Innovative
Medicines/Vereniging Innovatieve Geneesmiddelen (VIG), the Netherlands National
Institute for Public Health and the Environment (RIVM), Hospitainer B.V., Leiden
University Medical Center (LUMC), ONVZ health insurance, Laverhof Elderly Care
Facilities in Laverhof, dan Yomema B.V. Sedangkan Forum diselenggarakan pada
tanggal 21 Juni 2019 di KBRI Den Haag dan dihadiri oleh sekitar 120 peserta dari
Indonesia dan Belanda.

HBF telah memberikan manfaat terbukanya peluang kerja sama yang lebih luas dengan
mitranya di Belanda. Program kunjungan juga memberikan pemahaman yang lebih baik
dan pembelajaran terhadap sistem, legislasi dan standar operasionalisasi yang berlaku
di Belanda sebagai bekal penting dalam pengembangan peluang kerja sama dengan
mitra di Belanda.

Gambar 37
Indonesia-Netherlands Health Business Forum (HBF)
Di Den Haag, Belanda
Pada tanggal 19 – 21 Juni 2019

70
Di sela-sela Forum telah juga telah ditandatangani Technical Arrangement antara
Kementerian Kesehatan dan Yomema B.V. tentang Kerja Sama Peningkatan Kapasitas
Tenaga Kesehatan Profesional Indonesia. Forum menghasilkan sejumlah kerja sama
konkrit para pemangku kepentingan kedua negara.

16. Pertemuan the 4th Meeting of ASEAN Health Cluster 4 : Ensuring Food Safety, Nha
Trang, Vietnam, 25 – 28 Juni 2019

Rangkaian Pertemuan the 4th ASEAN Health Cluster 4 (AHC4) : Ensuring Food Safety
telah dilaksanakan pada tanggal 25-28 Juni 2019 di Nha Trang, Vietnam. Pertemuan
diawali dengan side-event AHC4 Discussion Forum on : The ASEAN Risk Assessment
Centre (ARAC) for Food Safety dilanjutkan dengan Pertemuan AHC4 dan dihadiri oleh
ASEAN Health Cluster 4 Country Coordinator dari seluruh Negara Anggota ASEAN
kecuali Malaysia dan Myanmar serta ASEAN Secretariat (ASEC). Pertemuan turut
dihadiri pula oleh mitra pembangunan ASEAN antara lain Food and Agriculture
Organisation (FAO), dan The ASEAN Regional Integration Support from the European
Union (EU ARISE Plus).

Gambar 38
Pertemuan the 4th Meeting of ASEAN Health Cluster 4 : Ensuring Food Safety
di Nha Trang, Vietnam
Pada tanggal 25 – 28 Juni 2019

Pertemuan ke-13 dan ke-14 SOMHD Plus Three (RRT, Jepang, Republik Korea) telah
mengidentifikasi beberapa priority area of collaboration dibawah AHC Work Programme
2016-2020 termasuk diantaranya 2 kegiatan di bawah AHC4 yaitu : (i) Rapid Response
in food safety issue and crisis: develop/update food safety emergency/incident response
plan including responsibility of food business operators, dan (ii) Traceability and Recal
Plan, dimana Indonesia menjadi lead country untuk kedua kegiatan ini. BPOM selaku
National Focal Point diharapkan dapat megeksplorasi potensi kerja sama termasuk
dukungan pendanaan dari Negara Plus Three dalam implementasi dua kegiatan ini
sehingga kerja sama dan dukungan antara ASEAN dengan negara Plus Three di bidang
keamanan pangan dapat lebih konkrit. Kerja Sama dapat merujuk pada Handbook on
Proposal Development for ASEAN Cooperation Project.

71
17. Pertemuan Developing 8 (D-8) on Health and Social Protection Inaugural
Consultation Meeting, Abuja, Nigeria, 19-20 Juni 2019

Pertemuan Developing 8 (D-8) on Health and Social Protection Inaugural Consultation


Meeting telah diselenggarakan di Hotel Sheraton, Abuja, Nigeria pada tanggal 19-20
Juni 2019. Pertemuan dihadiri oleh seluruh Negara anggota D8 (Bangladesh, Mesir,
Indonesia, Iran, Malaysia, Nigeria, Pakistan, dan Turki).

Delegasi RI terdiri dari unsur Biro Kerja Sama Luar Negeri Kemenkes, Pusat
Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan Kemenkes, Direktorat Sosbud dan OINB Kemlu,
serta KBRI Abuja. Adapun Delegasi RI pada pertemuan dimaksud dipimpin oleh Staf
Ahli Bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi Kemenkes.

Pertemuan dimaksud merupakan pertemuan tingkat expert yang diselenggarakan


sebagai tindak lanjut dari hasil pertemuan Komisioner D-8 ke-41 pada 1-2 November
2018 di Istanbul, Turki, yang menyepakati perluasan kerja sama D-8 pada bidang
kesehatan dan perlindungan sosial guna mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan serta memperkuat ketahanan ekonomi negara-negara anggota.

Adapun tujuan pokok dari pertemuan, antara lain:

a. Menjajaki peluang penguatan kerja sama ekonomi antar negara anggota melalui
sektor kesehatan;
b. Membangun komitmen terhadap Health and Social Protection (H&SP Programme);
c. Mengidentifikasi peluang kerja sama, impelementasi, pengembangan kapasitas antar
negara anggota;
d. Menjaring informasi terkait prioritas negara anggota untuk menjadi bahan masukan
guna memfinalisasi rencana aksi H&SP Programme;
e. Membangun kesepamahamn terkait kontribusi dan dukungan dari negara anggota
kepada Sekretariat H&SP.
Dalam pertemuan dimaksud, Indonesia berperan menjadi Chair pada mata agenda
Technical Session I untuk membahas gambaran umum mengenai Health and Social
Protection Programme. Adapun pada mata agenda Technical Session III, Indonesia
memberikan paparan terkait reformasi tata kelola layanan kesehatan di Indonesia yang
menyampaikan perkembangan dan capaian pelaksanaan program Universal Health
Coverage (UHC) di Indonesia. Paparan Indonesia mendapat apresiasi dari seluruh
peserta pertemuan mengingat UHC merupakan salah satu prioritas kerja sama dalam
program H&SP.
Pertemuan berhasil menyepakati tujuh program utama H&SP, yaitu:
a. Perluasan akses terhadap pelayanan kesehatan dasar;
b. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan SDM kesehatan;
c. Pembukaan pasar potensial sektor kesehatan;
d. Penguatan pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular;
e. Pemenuhan perlindungan sosial bagi kelompok miskin;
f. Peningkatan pembiayaan sektor kesehatan;
72
g. Penguatan data kesehatan.

Gambar 39
Pertemuan Developing 8 (D-8) on Health and Social Protection Inaugural Consultation
Meeting
di Abuja, Nigeria
Pada tanggal 19 – 20 Juni 2019

Delegasi RI juga terlibat aktif dalam diskusi interaktif penyusunan outcome document
pertemuan. Pokok-pokok masukan Delri, antara lain:
a. Meminta agar outcome document tidak memuat komitmen politis mengingat
pertemuan ini adalah pertemuan tingkat expert dan bertujuan untuk menyerap
aspirassi dari negara-negara anggota;
b. Meminta agar outcome bersifat masukan yang akan disampaikan atau dilaporkan
kepada pertemuan Komisioner ke-42 pada bulan Juli 2019;
c. Mendorong penguatan komunikasi dan tukar pandangan antar focal point pada
program H&SP melalui pengembangan website dan media sosial;
d. Mendorong agar Sekretariat H&SP dapat menyusun rencana operasionalisasi
Sekretariat dan pelaksanaan program secara mendetail untuk kemudian
disampaikan kepada seluruh negara anggota. Recana operasionalisasi dimaksud
kemudian menjadi dasar penyusunan proposal permohonan dukungan dan
kontribusi dari negara-negara anggota.
Pemerintah Nigeria memiliki komitmen yang kuat untuk mendukung operasionalisasi
Sekretariat H&SP. Namun demikian, kami mendapati bahwa Sekretariat H&SP belum
memiliki rencana kerja dan operasional yang jelas. Delegasi RI menekankan pentingnya
efisiensi SDM Sekretariat guna menekan biaya operasional serta pentingnya
keterwakilan negara-negara anggota dalam susunan staf Sekretariat. Masukan Delegasi
RI tersebut mendapat dukungan dari seluruh negara anggota. Untuk itu, pertemuan
menyepakati bahwa Sekretariat akan menyusun roadmap sebagai salah satu outcome
document yang akan dilaporkan dan dibahas pada pertemuan Komisi D-8 ke-42.

Teramati dengan jelas bahwa Sekretariat H&SP membutuhkan dukungan, baik


pendanaan dan SDM dari seluruh negara anggota. Dalam pertemuan, Delegasi RI
berhasil mencegah masuknya komitmen kontribusi pendanaan dalam outcome

73
document. Namun perlu untuk diantisipasi akan adanya desakan komitmen kontribusi
pada pertemuan Komisioner D-8.

Pertemuan masih berfokus pada eksplorasi keunggulan dimiliki oleh setiap negara
anggota serta tantangan yang dihadapi. Pembahasan belum menyentuh strategi
pembukaan pasar kesehatan di mana Indonesia dapat memanfaatkannya untuk
mempromosikan produk farmasi dan kesehatannya kepada negara-negara anggota D-
8.

18. Konsultasi Bilateral RI-Mesir ke-6, Kairo, Mesir, 26-27 Juni 2019

Pada tanggal 26-27 Juni 2019, telah dilaksanakan Konsultasi Bilateral RI-Mesir ke-6 di
Cairo, Mesir. Pada kesempatan tersebut, delegasi Kementerian Kesehatan RI
melakukan pertemuan teknis dengan Delegasi Kemenkes dan Populasi Mesir di Kantor
Kemenkes Mesir. Tujuan pertemuan adalah mendiskusikan draft update MoU
Kesehatan RI-Mesir sebagai bentuk deliverable positif dalam Konsultasi Bilateral RI-
Mesir ke-6.

Pembahasan MoU Kesehatan RI-Mesir mulai dinegosiasikan sejak tahun 2011.


Counter-draft Indonesia terakhir dikirim melalui Nota Diplomatik bulan Agustus 2017 dan
sejak itu, belum ada tanggapan dari pihak Mesir.

Gambar 40
Konsultasi Bilateral RI-Mesir ke-6
Di Kairo, Mesir
Pada tanggal 26 - 27 Juni 2019

Melihat perkembangan dan situasi kesehatan saat ini, Indonesia menilai perlu dilakukan
update terhadap MoU. Secara prinsip, Mesir dapat menyetujui draft update MoU. Dari 5
area kerja sama yang diusulkan Indonesia, yaitu: Kesehatan Masyarakat, Pelayanan

74
Kesehatan, Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Menular, dan Sumber Daya Manusia Kesehatan, pihak Mesir mengusulkan untuk
menambah satu area kerja sama baru, yaitu Wisata Kesehatan.

Dalam diskusi, pihak Mesir menyatakan ketertarikannya terhadap area kerja sama
kefarmasian. Bahkan, pihak Mesir mengusulkan untuk menambah area kerja sama
khusus untuk kefarmasian. Dalam kaitan ini, Indonesia memberikan tanggapan bahwa
sebaiknya usulan Mesir dimasukkan ke dalam Plan of Action (PoA) sebagai bentuk
implementasi MoU karena sifatnya sangat teknis. Pihak Mesir akan mempertimbangkan
masukan Indonesia.

Output Konsultasi Bilateral RI-Mesir ke-6 adalah Minutes of Meeting (MoM) yang
ditandatangani kedua Pemimpin. Adapun terkait isu Kesehatan dalam MoM tertuang
sebagai berikut:

“On health cooperation, Indonesia updated of the draft of the MoU in the Field of Health
Cooperation between the Ministry of Health of the Republic of Indonesia and the
Ministry of Health and Population of the Arab Republic of Egypt. The Egypt welcomed
the updated MoU and expressed its desire to expand the area of cooperation of Health
Tourism. Furthermore, the Egypt expressed its interest in the pharmaceutical areas and
would like to have specific form of cooperation. Both Sides agreed to expedite the
finalization of the MoU informally and would follow up the internal consultations with
Legal Department within each Ministries. Both Sides agreed to convey the final draft
officially through diplomatic channel and to set the date of signing further upon the
finalization of the MoU”.

Adapun tindak lanjut atas pertemuan tersebut adalah Kemenkes RI dan Kemenkes
Mesir sepakat untuk mempercepat proses finalisasi MoU secara informal melalui email.
Secara paralel, kedua pihak juga akan melakukan konsultasi legal di Kementerian
masing-masing. Kedua pihak juga sepakat akan menyampaikan draft final MoU melalui
jalur diplomatik, sekaligus menentukan tanggal penandatanganan setelah MoU
dinyatakan oleh kedua pihak.

19. Pertemuan Health Working Group G20 ke-3, Tokyo,Jepang, 1-2 Juli 2019

Pertemuan Health Working Group G20 (HWG) ke-3 di bawah Presidensi Jepang telah
diselenggarakan pada tanggal 1-2 Juli 2019 di Tokyo. Pertemuan dihadiri oleh negara-
negara Anggota G20, termasuk Indonesia, Negara Tamu (Belanda, Singapura, Vietnam,
Senegal, Spanyol, Chili, Mesir, dan Thailand selaku Ketua ASEAN), serta wakil dari
berbagal organisasi internasional antara lain World Health Organization (WHO), Bank
Dunia, UNICEF, Organization for Economic Cooperation and Development (OECD),
Global Fund, dan GAVI.
Pertemuan HWG ke-3 membahas 2 chapter dari draft Dekiarasi Menteri Kesehatan G20
yaitu Achievement of Universal Health Coverage (UHC) dan Anti Microbial Resistance
(AMR) yang akan menjadi bagian dari Outcome Document Pertemuan Menteri
Kesehatan 020 di Okayama pada tanggal 19-20 Oktober 2019. Sebagaimana

75
dimaklumi, 2 chapter lainnya yaitu Response to Ageing Societies dan Health Risk
Management and Health Security telah dibahas pada Pertemuan HWG ke-2 di Jenewa
pada tanggal 29-30 Mei 2019.
Masukan Indonesia yang berhasil diterima pada pembahasan antara lain sebagai
berikut:
Chapter UHC
a. Referensi mengenai kerja sama regional pada para 4 dan 10.
b. Pemberdayaan perempuan dan akses pelayanan kesehatan pada para 5.
c. Referensi mengenai G20 Joint Session of Finance and Health Ministers dan
pelibatan sektor swasta pada pembiayaan UHC pada para 11.
d. Keberlanjutan kerja sama WHO dan Bank Dunia dalam mendukung UHC pada para
12.
Cluster AMR
a. Referensi mengenai G20 Agriculture Ministers Declaration pada para 1.
b. Dorongan kepada negara-negara yang belum memiliki Rencana Aksi Nasional AMR
untuk menyusun Rencana Aksi Nasional tersebut melalui kerja sama multi-sektor
dan sejalan dengan WHO Global Action Plan on AMR pada para 3.
c. Mengganti kate appropriate use dengan prudent and responsible use pada pare 4.
d. Referensi mengenai 2 nd Ministerial Conference on AMR dan dukungan terhadap
Multi-Partner Trust Fund on AMR pada para 6.
e. Mempertahankan rujukan mengenai public health needs dan menghapus rujukan
komitmer, finansial kepada R&DHub on AMR pada para 7.
Pada tanggal 30 Juni 2019, Delri juga menghadin G20 Officials and Industry Roundtable
on Health and Productivity Management and Value-Based Healthcare (VBHC)
membahas pendekatan baru VBHC dalam peningkatan pelayanan kesehatan
berkualitas
20. ASEAN Inter-Pillar Consultation Meeting for the Reformulation and Production of
Healthy Food and Beverage Options, di Semarang, tanggal 1-2 Juli 2019

Pertemuan Interpillar Consultation Meeting for the Reformulation and Production


of Healthy Food and Beverage Options di Semarang telah diselenggarakan pada
tanggal 1-2 Juli 2019 dan berhasil menyepakati rancangan analisis situasi dan ASEAN
Leaders Call for Action on Reformulation and Production of Healthier Food and
Beverage Options dengan strategi 1) kampanye dan edukasi masyarakat untuk
memilih makanan dan minuman sehat; dan 2) mendorong penerapan Front-of Pack
pada kemasan makanan dan pengaturan fiscal, serta wacana penambahan serat dan
nutrisi mikro esensial pada makanan jadi.

Pertemuan dihadiri oleh perwakilan badan sektoral ASEAN, yaitu kesehatan,


perdagangan, cukai dan perpajakan, dan kelompok kerja produk makanan jadi”.
Pertemuan yang difasilitasi oleh konsultan dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta,
menyepakati untuk melanjutkan pertemuan dalam side event rangkaian pertemuan
AHMM ke-14 di Siem Reap, Kamboja pada tanggal 28 Agustus 2019.

76
Side event dimaksud bertujuan mendapatkan masukan SOMHD untuk memperkaya
dokumen Situation Analysis dan ASEAN Leaders’ Call for Action on Healthier Food and
Beverages Options yang disusun berdasarkan Situation Analysis dan juga
memperkenalkan produk AMS yang disertai label font-of pack (FoP) mengenai pilihan
makanan dan minuman lebih sehat. Dokumen Situationer Analysis dan Call for Action
akan diadopsi pada KTT ASEAN ke-36 di Vietnam tahun 2020. Perwakilan dari WHO
SEARO, The World Bank, dan Deputy Secretary-General of ASEAN for ASCC menjadi
pembicara dalam side event.

Beberapa isu penting diangkat dalam forum diskusi, diantaranya harapan kepada WHO
untuk melakukan negosiasi kepada WTO guna mengangkat isu reformulasi dan
produksi produk kemasan yang lebih sehat. DSG ASEAN menyampaikan perlunya
ASEAN mengidentifikasi hal-hal strategis untuk diangkat sebagai regional dan yang
akan diselesaikan di tingkat nasional. Pertemuan mengapresiasi kepemimpinan
Indonesia dalam mengangkat isu yang strategis ini.

Gambar 41
ASEAN Inter-Pillar Consultation Meeting for the Reformulation and Production of
Healthy Food and Beverage Options
Di Semarang
Pada tanggal 1-2 Juli 2019

Draft ASEAN Leaders’ Call for Action on Healthier Food and Beverages Options disusun
berdasarkan analisis situasi kondisi konsumsi masyarakat ASEAN, khususnya makanan
dan minuman kemasan. Draft tersebut antara lain berisi tentang kerja sama regional
untuk menyertakan label FoP pada makanan dan minuman lebih sehat, pajak untuk
produk yang mengandung kadar gula, garam, dan lemak (GGL) yang melewati ambang
batas kesehatan, dan meningkatkan minat mayarakat untuk makanan sehat.

77
Selanjutnya, dokumen akan diproses untuk diadopsi oleh para Kepala Negara anggota
ASEAN pada ASEAN Summit mendatang di tahun 2020. Setelah diadopsi oleh para
Kepala Negara, ‘ASEAN Leaders’ Call for Action’ ini nantinya akan menjadi dasar
perumusan kebijakan dan program promosi makanan dan minuman jadi dan kemasan
yang lebih sehat dikawasan ASEAN.

21. Pertemuan 1st Joint Working Group RI - Brunei Darussalam, Bandar Seri
Begawan, Brunei Darussalam, 9 – 10 Juli 2019

Pelaksanaan Pertama JWG antara RI dengan Brunei Darussalam bertempat di Bandar


Seri Begawan, Brunei Darussalam pada tanggal 9-10 Juli 2019. Delegasi Indonesia
dipimpin oleh drg. Oscar Primadi, MPH, Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan RI,
dan didampingi oleh Kepala Biro Kerja Sama Luar Negeri, Sekretaris Badan PPSDM
Kesehatan, Kepala Pusat Pelatihan SDM Kesehatan, Direktur Poltekkes Bandung,
Perwakilan Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer, Direktorat Pelayanan Kesehatan
Tradisional, Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat, Direktorat Penilaian Alat
Kesehatan, Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian, Direktorat Surveilan dan
Karantina Kesehatan, Direktorat Asia Tenggara Kemenlu serta KBRI Brunei
Darussalam.

Delegasi Brunei Darussalam dipimpin oleh Permanent Secretary Awang Haji Zakaria bin
Haji Serudin dengan anggota terdiri dari unsur terkait di Kementerian Kesehatan Brunei
Darussalam (Department of Policy Planning, Department of Health Services,
Department of Pharmaceutical Services, T&CM Unit, Health Promotion Centre, dan
Postgraduate Advisory and Training Board).

Gambar 42
Pertemuan 1st Joint Working Group on Health RI-Brunei Darussalam
Di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam
Pada tanggal 9 – 10 Juli 2019
78
Pertemuan berhasil menyepakati tujuh program kerja sama dalam Plan of Action (POA)
sebagai tindak lanjut dari MoU Kerja Sama Bidang Kesehatan RI-Brunei Darussalam,
yang mencakup:

(a) Exchange of information on Public Health (Diseases Control, Environmental Health,


Occupational Health, and Food Safety);
(b) Exchange of information on Health Promotion;
(c) Exchange of information on Traditional Medicines, Medicinal Products and Health
Technology Regulations;
(d) Exchange of information on Traditional, and Complementary Medicines (Practice);
(e) Identify mutually agreed areas in the exchange of health and medical experts, and
develop the exchange program;
(f) Internship Program for Health Professionals in specified specialties areas;
(g) Joint research and development in the area of Non-Communicable Diseases
(NCD).
Pertemuan juga menyepakati untuk kedua Negara melanjutkan MoU Kerja Sama
Kesehatan RI-Brunei Darussalam yang akan berakhir pada tahun 2020 untuk lima tahun
berikutnya hingga tahun 2025.

22. Pertemuan the 4th Meeting of ASEAN Health Cluster 3: Strengthening Health
System & Access to Care di Singapura, 10-11 Juli 2019
Pertemuan the 4th Meeting of ASEAN Health Cluster 3: Strengthening Health System &
Access to Care (AHC3) telah diselenggarakan pada tanggal 10-11 Juli 2019 di
Singapura. Pertemuan ini dihadiri oleh perwakilan ASEAN Member States (AMS)
kecuali Myanmar, dan Sekretariat ASEAN (ASEC). International Organisation for
Migration (IOM) turut hadir pada open session. Pertemuan bertujuan membahas
kemajuan dan pencapaian pelaksanaan project activities ASEAN Health Cluster (AHC)
3 Work Programme 2016-2020 serta peluang kerja sama dan kolaborasi dengan sektor
lain.

Pertemuan membahas concept notes project activities di bawah 3 (tiga) Theme pada
AHC3 Work Programme 2016-2020, sebagai berikut:

a. Theme 1: Entitlement/Access to Affordable Package of Goods and Services

b. Theme 2: Availability and Quality of Care

c. Theme 3: Services for Special Population

Pertemuan menyepakati Workshop on the rational use of medicines (Filipina-lead


country, Indonesia-co lead) difokuskan pada Anti Microbial Resistance (AMR) dan agar
AHC3 berkolaborasi dengan ASEAN Health Cluster 2. Indonesia telah menyampaikan
persetujuan sebagai host country workshop, dan direncanakan akan diselenggarakan
pada bulan April 2020.

79
Gambar 43
Pertemuan the 4th Meeting of ASEAN Health Cluster 3: Strengthening Health System
& Access to Care
Di Singapura
Pada tanggal 10-11 Juli 2019

Terkait project activity Advocacy on ensuring health coverage of documented migrants


yaitu Filipina sebagai lead country, Indonesia dan Thailand sebagai co-lead country,
pertemuan sepakat untuk mengubah “ASEAN guideline” menjadi “ASEAN framework”
dan meminta masukan dari SOMHD mengenai level of adoption dari ASEAN
Framework. Indonesia akan berkoordinasi dengan Filipina terkait penyelenggaraan
workshop Development of ASEAN Guideline on Health Coverage for Documented
Migrants including Migrant Workers and Special Population (e.g. Mother and Child).
Workshop akan dilaksanakan pada tanggal 10-12 September 2019 di Surabaya.dan
pelaksanaan Workshop on rational use of medicine pada tahun 2020.

23. 1st Technical Meeting for RI-Kuwait Joint Ministerial Commission, Kuwait City,
Kuwait, 10-11 Juli 2019
Indonesia-Kuwait telah menyelenggarakan Pertemuan Teknis Persiapan Sidang Komisi
Bersama (SKB) Pertama RI-Kuwait (1PstP Joint Ministerial Committee) di Kuwait City
pada tanggal 10-11 Juli 2019. Pertemuan dipimpin oleh Dubes Ali Sulaeman Al-Saeed,
Assistant Foreign Minister for Asian Affairs Kemlu Kuwait dan Achmad Rizal Purnama,
Direktur Timur Tengah, Kemlu RI. Delegasi Kuwait terdiri dari perwakilan Kementerian
Luar Negeri serta Kementerian teknis dan sektor swasta terkait. Delegasi Indonesia
terdiri dari Wakil Biro Kerja Sama Luar Negeri Kemenkes, Direktorat KIPS, Pusdiklat
Kemlu dan KBRI Kuwait.

80
Gambar 44
1st Technical Meeting for RI-Kuwait Joint Ministerial Commission
Di Kuwait City, Kuwait
Pada tanggal 10 – 11 Juli 2019

Pertemuan tersebut membahas tiga agenda utama, yaitu: perkembangan kerja sama
bilateral RI-Kuwait dalam berbagai bidang, termasuk kesehatan, pembahasan isu
regional dan global serta persiapan SKB Pertama RI-Kuwait yang akan dilaksanakan
tanggal 1 September 2019 di Kuwait.

Adapun catatan penting hasil pertemuan sebagai berikut:

a. Kemenkes RI berkesempatan bertemu langsung dengan Director of Nursing Services


dan Representative Department of International Cooperation, Kemenkes Kuwait.
b. Kemenkes RI menyampaikan usulan MoU Kesehatan RI-Kuwait di 5 bidang kerja
sama yakni: Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, Pelayanan Kesehatan, Kesehatan Masyarakat dan Pengembangan SDM
Kesehatan. Kemenkes Kuwait menyambut baik dan menyatakan ketertarikan
khususnya pada area kerja sama Pengembangan SDMK, utamanya penempatan
Perawat Indonesia untuk bekerja di Kuwait. Sebagai informasi, rekrutmen perawat di
Kuwait diotorisasi oleh Kemenkes Kuwait.
c. Saat ini, Kuwait sedang membangun banyak infrastruktur kesehatan dan
membutuhkan lebih dari 5.000 Perawat untuk bekerja di Rumah Sakit Pemerintah,
Rumah Sakit Swasta, Primary Health Care, Homecare dan Mini Health Center di
Kuwait. Tenaga Perawat yang mengisi pasar Kuwait kebanyakan berasal dari India,
Mesir dan Filipina.
d. Kemenkes Kuwait menyampaikan kebutuhan atas tenaga perawat dalam jumlah
besar. Kemenkes RI menyampaikan tentang 38 Poltekes yang berada dibawah
kewenangan Kemenkes RI. Lulusan para perawat ini dapat dipromosikan untuk
menjadi supply tenaga perawat Indonesia ke Kuwait. Kemenkes Kuwait akan

81
memberikan pelatihan kepada para perawat Indonesia guna memenuhi persyaratan
Kuwait. Kemenkes RI mengundang Kemenkes Kuwait untuk berkunjung ke
Indonesia untuk melihat proses Pendidikan Perawat di Poltekes Kemenkes sekaligus
menjajaki pengembangan kerja sama kesehatan lebih lanjut.
e. Sebagai Pilot Project, secara lisan, Kemenkes Kuwait menyampaikan membuka
kesempatan bagi 500 orang perawat Indonesia untuk bekerja di Kuwait. Tenaga
Perawat yang dibutuhkan di Kuwait mulai dari lulusan Diploma 3 (D3) dan Diploma 4
(D4) atau setara dengan jenjang Sarjana Strata 1 (S1). Basic Salary yang ditawarkan
oleh Kemenkes Kuwait sebesar 200 Kuwait Dinar untuk lulusan Diploma, dan 260
Kuwait Dinar untuk lulusan S1, ditambah tunjangan hidup dan uang lembur,
sehingga total yang bisa diperoleh perawat sebesar ±400 Kuwait Dinar (setara ±
18juta rupiah). Kuwait juga menanggung asuransi kesehatan dasar.
f. Adapun kriteria Perawat yang dipersyaratkan oleh Kemenkes Kuwait, antara lain:
 Perawat Diploma usia minimal 22 tahun, pengalaman kerja minimal 1 tahun.
 Perawat S1 Perempuan usia 25-35 tahun dan Perawat Laki-laki usia 25-45 tahun,
pengalaman kerja minimal 1 tahun
 Memiliki sertifikat Basic Life Saving (BSL)
 Memiliki kemampuan dasar berbahasa Arab
 Kelengkapan dokumen yang harus dipenuhi adalah CV of the Applicant, Copy of
the General Education Certificate (High school/Higher Secondary School), Copy
of Bachelor Degree, Copy Diploma in Nursing, Transcript of records of Nursing
education (syllabus/theoretical & practical hours), Copy of valid Nursing
Registration, copy of valid Licensure, Experience certificate covering experience
of total working years, copy of Personal Passport.

Untuk menindaklanjuti proses penempatan Perawat Indonesia ke Kuwait, Kemenkes


Kuwait menyampaikan ingin berkunjung ke Indonesia untuk mempelajari standar
kurikulum Perawat Indonesia dan melihat fasilitas pendidikan serta fasilitas kesehatan di
Indonesia.

24. ASEAN Influenza Laboratory Surveillance dan Pertemuan ASEAN Regional


Capacity Strengthening on Biorisk Management, di Nusa Dua, Bali, tanggal 16-18
Juli 2019

Pertemuan ASEAN Influenza Laboratory Surveillance dan Pertemuan ASEAN Regional


Capacity Strengthening on Biorisk Management dilaksanakan secara paralel pada
tanggal 16-18 Juli 2019 di Nusa Dua, Bali. Pertemuan membahas dua isu strategis
keamanan kesehatan global, yaitu biosafety dan biosecurity.

Pertemuan mendorong ASEAN untuk bekerja sama dalam hal penguatan kapasitas
laboratorium, diantaranya melalui kegiatan saling bertukar informasi, mobilisasi tenaga
ahli untuk memberikan dukungan teknis, pelatihan dan simulasi, penguatan Emergency
Operation Centre Network (EOC), pengembangan jejaring laboratorium kesehatan
manusia dan hewan, manajemen risiko biosafety dan biosecurity, serta partnership.

82
Sementara di tingkat nasional, pertemuan merekomendasikan pengembangan regulasi
dan penyusunan rencana aksi nasional terkait manajemen biorisk.

Gambar 45
Pertemuan ASEAN Influenza Laboratory Surveillance dan Pertemuan ASEAN Regional
Capacity Strengthening on Biorisk Management
Di Nusa Dua Bali
Pada tanggal 16-18 Juli 2019

Pertemuan bertujuan untuk meningkatkan kepedulian dalam mencegah penyebaran


penyakit menular melalui peningkatan kapasitas pengawasan dan keselamatan serta
keamanan laboratorium. Sebagai salah satu kapasitas inti International Health
Regulation (IHR), laboratorium berperan utama dalam semua proses utama
pendeteksian, pemeriksaan, respons, peringatan, dan pemantauan kejadian yang
berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Laboratorium juga merupakan fasilitas
pendukung utama program kesehatan mulai dari pengawasan, diagnosa, pencegahan,
pengobatan, penelitian dan promosi kesehatan.

Kedua pertemuan tersebut dihadiri oleh perwakilan kelompok kluster 2 kesehatan


ASEAN yang menangani program pengelolaan laboratorium dan program pencegahan
dan pengendalian penyakit menular serta perwakilan National Influenza Center negara-
negara anggota ASEAN. Pertemuan juga dihadiri oleh Direktur WHO Collaborating
Center Melbourne, Direktur International Federation of Biosafety Associations (IFBA),
Sekretariat ASEAN, WHO SEARO, WHO Indonesia, dan FAO.

Selain diskusi dan pelatihan, peserta melakukan kunjungan ke Laboratorium Kesehatan


Provinsi Bali dan Laboratorium Kesehatan di Universitas Udayana untuk mempraktekan
Standar Operasional Prosedur (SOP) penilaian manajemen biorisk.

83
25. Pertemuan Health Working Group (HWG) dan 9th High-Level Meeting on Health
and the Economy (HLM) pada rangkaian APEC SOM-3 di Puerto Varas, Chile, 18-
21 Agustus 2019

Pada sesi Policy Dialogue berkesimpulan pentingnya kebijakan publik pencegahan


terhadap disabilitas lansia dan perawatan jangka panjang. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan para pembuat kebijakan antara lain:
a. Fokus pada progam promosi dan pencegahan untuk menghambat munculnya
penyakit tidak menular pada lansia.
b. Sistem formal berperan terhadap kebutuhan khusus para lansia.
c. Dukungan politis untuk menguatkan health-care model dan memperkuat kapasitas
sistem kesehatan nacional.
d. Dukungan pemerintah terhadap informal care untuk para lansia.
e. Menerapkan teknologi baru untuk kebutuhan lansia dan disabilitas.
f. Mengembangkan sistem perawatan jangka panjang yang komprehensif dan
berkelanjutan.
g. Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan yang dibutuhkan dalam pelayanan
kesehatan lansia serta dorongan agar perawat lansia (care-giver) menjadi tenaga
kesehatan formal sehingga lebih profesional.

Pembahasan isu lansia pada pertemuan APEC kali ini memiliki momentum tepat untuk
merumuskan platform kerja sama APEC menjawab tantangan dengan meningkatnya
jumlah lansia secara signifikan pada Ekonomi anggota APEC, baik saat ini maupun
proyeksi pada tahun 2030. Delri telah menyampaikan masukan penting agar APEC
mampu menyusun program yang konkrit dan berbeda dengan insiatif dan program yang
telah dikembangkan pada Forum lain, seperti G20 dan ASEAN, namun tetap
memperhatikan karakteristik Ekonomi anggota APEC. Lebih lanjut Delri menekankan
pentingnya APEC membangun Centre of Excellent untuk Inovasi Teknologi mendukung
Lansia dan program dukungan bagi pembiayaan berkelanjutan kesehatan lansia dalam
kerangka UHC.

Mencermati sedikitnya kehadiran para Menteri Kesehatan pada HLM, Delri secara
discreet telah menyampaikan masukan kepada Malaysia sebagai Ketua APEC 2020
untuk mempertimbangkan adanya Ministerial Round Table yang membahas isu tematik
sehingga dapat membangun komitmen yang lebih konkrit serta para Menteri Kesehatan
dapat lebih aktif berbicara. Delegasi Malaysia juga memiliki pandangan yang sama dan
akan mengupayakan HLM tahun depan lebih menarik perhatian para Menteri Kesehatan
untuk berpartisipasi.

84
Gambar 46
Pertemuan Health Working Group (HWG) dan 9th High-Level Meeting on Health and
the Economy (HLM) pada rangkaian APEC SOM-3
Di Puerto Varas, Chile
Pada tangal 18 – 21 Agustus 2019

Indonesia perlu terus mencermati proyek self-funded Amerika Serikat “Increasing


Pandemic Preparedness and Prevention in the Asia-Pasific Region” yang difokuskan
pada program vaksinasi dengan tujuan akhir mengembangkan model vaksinasi rutin,
dalam hal mengatasi flu pandemi melalui vaksinasi seasonal-flu yang bukan menjadi
kebijakan Pemri dan sejumlah Ekonomi APEC. Dalam diskusi, Delri menegaskan
pentingnya dukungan pembiayaan berkelanjutan bagi peningkatan kapasitas
meghadapi ancaman keamanan kesehatan global, termasuk pandemic, dan pentingnya
alih teknologi dalam pengembangan vaksin sehingga kebutuhan dunia dan kawasan
APEC terpenuhi.
Dokumen Concept Note Operating Protocols yang baru saja di-endorsed oleh HWG dan
mulai berlaku pada SOM-1 Malaysia 2020 kiranya dapat menjadi peluang bagi
Kementerian Kesehatan RI untuk mengajukan berbagai Concept Note sehingga dapat
lebih menunjukkan kepemimpinan Indonesia dalam pelaksanaan proyek-proyek kerja
sama kesehatan APEC. Dalam hal ini, diperlukan sosialisasi dan pelatihan dalam
pengajuan Concept Note dan pengembangan proyeknya lebih lanjut kepada seluruh
pemangku kepentingan.

85
26. Pertemuan 14th ASEAN Health Ministers Meeting (AHMM), di Siem Reap, Kamboja,
26–30 Agustus 2019

Rangkaian Pertemuan ke-14 ASEAN Health Ministers Meeting (AHMM) telah


berlangsung di Siem Reap, Kamboja, 26–30 Agustus 2019, yang mencakup Preparatory
Senior Official Meeting on Health Development (Prep-SOM) AHMM ke-14; Prep-SOM
ASEAN Plus Three Health Ministers Meeting (APTHMM) ke-8; Prep-SOM ASEAN-
China Health Ministers Meeting (ACHMM) ke-7; Retreat of the ASEAN Health Ministers;
Pertemuan ke-14 AHMM; Pertemuan ke-8 APTHMM; dan Pertemuan ke-7 ACHMM.
Rangkaian pertemuan menghasilkan kesepakatan berupa Joint Statement of the 14th
AHMM; Joint Statement of the 8th APTHMM, Joint Statement of the 7th ACHMM,
persetujuan atas ALD on ASEAN Vaccine Security and Self-Reliance (ALD-AVSSR)
untuk dibawa ke pertemuan ASCC Council ke-27 September 2019 dan KTT ASEAN ke-
35 pada November 2019, dan draft ASEAN Leaders’ Call for Action on Healthier Food
and Beverages Options yang diproyeksikan diadopsi pada KTT ASEAN ke-36 tahun
2020.

Pertemuan juga menyepakati dokumen project activity dan mencatat kegiatan-kegiatan


yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat, antara lain yang dipimpin oleh Indonesia
adalah the 2nd Regional Consultative Meeting to Finalize the ASEAN Framework on
Health Coverage for Documented Migrants including Migrant Workers and Special
Population tanggal 10-12 September 2019 di Surabaya, the 2nd Regional Consultative
Meeting to Develop Guideline on the Integration of Mental Health tanggal 1-3 Oktober
2019 di Tangerang, Technical Workshop and Mayor Forum on ASEAN Cities Getting to
Zeros: Fast-track Strategy to End AIDS Epidemic tanggal 10-11 Oktober 2019 di Bali,
dan 4th Regional Collaboration Drill and Meeting of WG 2 ARCH Project pada 24-30
November 2019 di Bali.
Pertemuan menyepakati Indonesia menjadi Ketua AHMM dan SOMHD periode 2020-
2021. Prep-SOM menyepakati Pertemuan SOMHD ke-15 untuk diselenggarakan pada
tanggal 6-10 April 2020 di Yogyakarta, SOMHD ke-16 pada tanggal 6-9 April 2021 di
Palembang, dan 15th ASEAN Health Ministers Meeting and Related Meetings pada
tanggal 13-17 September 2021 di Bali dengan tema “Advancing the Achievement of
ASEAN Health Development”.

86
Gambar 47
Pertemuan 14th ASEAN Health Ministers Meeting (AHMM)
di Siem Reap, Kamboja
Pada tangal 26 – 30 Agustus 2019

27. Kunjungan Menteri Kesehatan RI ke Tehran dan 2nd Indonesia-Iran Health


Business Forum, Iran, 14 – 16 September 2019
Pada tanggal 14-16 September 2019, Menteri Kesehatan RI telah memimpin Delegasi
RI melakukan kunjungan kerja ke Teheran, Iran dalam rangka meningkatkan
implementasi konkrit kerja sama kesehatan RI-Iran. Delegasi RI terdiri dari Dirjen
Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Dirjen Pelayanan Kesehatan, Sesditjen Kefarmasian
dan Alat Kesehatan, Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan, Kepala Biro Kerja Sama
Luar Negeri Kemenkes, Direktur Medik RS Cipto Mangunkusumo, wakil Kementerian
Luar Negeri dan KBRI Teheran serta wakil-wakil industri kesehatan (PT Kimia Farma,
PT PT Bio Farma, PT Kalbe Farma, PT Phapros, PT Dexa Medika, PT Martys, CV
Bartec). Pertemuan bilateral dengan Menkes dan Pendidikan Kedokteran Iran, H.E. Dr.
Saeed Namaki di Kantor Kemenkes Iran pada tanggal 14 September 2019.
Pada tanggal 15 September 2019, Menkes RI mengadakan courtesy call kepada Wakil
Presiden (Wapres) Iran Bidang Perempuan dan Keluarga, H.E. Dr. Ebtekar di Kantor
Wapres. Pertemuan ini dilakukan memenuhi undangan Wapres Iran kepada Menkes RI
saat berkunjung ke Indonesia pada tahun 2018.

87
Gambar 48
Kunjungan Menteri Kesehatan RI ke Tehran
di Tehran, Iran
Pada tangal 14 – 16 September 2019

Pada tanggal 15 September 2019, Menkes RI juga melakukan courtesy call kepada
Wakil Presiden Iran Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, H.E. Dr. Sorena Sattari
di Kantor Wapres. Selain itu, Menteri Kesehatan RI dan Delegasi RI juga telah
melakukan kunjungan ke industri farmasi dan alat kesehatan antara lain produsen
vaksin, teknologi nano kesehatan, robotic-surgery, dan stem-cell.
Sebagai bagian dari program kunjungan kerja juga telah dilaksanakan Pertemuan 1st
Indonesia-Iran Joint Working Group on Health Cooperation (JWG) pada tanggal 14
September 2019 dan the 2nd Iran-Indonesia Health Business Forum (HBF) pada tanggal
15 September 2019.
Hasil konkret kunjungan kerja berupa komitmen konkrit Pemerintah Iran dalam
implementasi MoU dan PoA Kerja Sama Kesehatan dan lesson learned pembangunan
kesehatan di Iran dan. Selain itu, dihasilkan 4 dokumen kesepakatan dan outcomes
sebagai berikut: (1) Technical Arrangement between Ministry of Health of the Republic
of Indonesia and Iran Nanotechnology Innovation Council (INIC) on Health
Nanotechnology, Biotechnology and Stem Cell Product Development; (2) Minutes of
Meeting Iran-Indonesia 1st Joint Working Group; (3) Minutes of Meeting between the
Ministry of Health of the Republic of Indonesia and Iran Food and Drug Administration;

88
and (4) Letter of Intent between PT Bio Farma and Darou Darman Arang
Pharmaceutical on Collaboration in the Production of Vaccines.
Pada tanggal 15 September 2019 diselenggarakan Forum Bisnis Kesehatan RI-Iran
kedua dan dihadiri oleh para peserta dari kalangan industri farmasi dan alat kesehatan
dari Indonesia dan Iran. Forum yang diselenggarakan atas kerja sama dengan
Kemenkes Iran dan Iran Nano-technology Innovation Council (INIC) merupakan lanjutan
dari Forum pertama yang sebelumnya telah diselenggarakan di Jakarta, tanggal 2-4
September 2019.

Gambar 49
2nd Indonesia-Iran Health Business Forum
di Tehran, Iran
Pada tangal 15 September 2019

Forum secara resmi dibuka oleh Menteri Kesehatan RI. Dalam sambutan Menkes RI
pada pokoknya menyampaikan harapan agar Forum dapat menghasilkan kerja sama
yang konkrit melalui macth-making industri yang memiliki ketertarikan saling kerja sama.
Lebih lanjut Menkes RI menekankan peran industri yang penting dalam mendukung
pembangunan kesehatan di kedua negara. Menkes RI menyambut baik rencana
investasi Iran di bidang farmasi dan alkes di Indoesia dan menjelaskan bahwa untuk
investasi bahan baku (API) dibuka sampai 100
Forum memfokuskan pembahasan pada kemitraan di bidang Inovasi Teknologi Nano
farmsi dan alkes. Forum telah berhasil memfasilitasi pertemuan Business-to-Business
(B2B) antara industri farmasi dan alkes Indonesia, antara lain: PT Bio Farma, PT Kalbe,
Dexa Medica, PT Kimia Farma, PT Phapros, PT Marthys, PT Bartec dan RSCM,
dengan industri Iran: CinnaGen, CellTech Pharmed, Pooyandegan Rah Saadat, Sina
Robotics and Medical Innovators, Biosun Pharmed, Exir Nano Sina, Nano Daro
Pajouhan Pardis, Avicenna, Persis Gen par, Danesh Pharmaceutical Development Co.,
Baran Chemical and Pharmaceutical, Biosun Pharmed Co., Parto Negar Persia (PNP),
dan Parseh Intelligent Surgical System Co. (Parsiss).
89
Gambar 50
Penandatanganan Technical Arrangement between Ministry of Health of the Republic of
Indonesia and Iran Nanotechnology Innovation Council (INIC) on Health Nanotechnology,
Biotechnology and Stem Cell Product Development dan Letter of Intent (LoI)
di Tehran, Iran
Pada tangal 15 September 2019

Sebagai hasil HBF kedua telah ditandatangani Technical Arrangement between Ministry
of Health of the Republic of Indonesia and Iran Nanotechnology Innovation Council
(INIC) on Health Nanotechnology, Biotechnology and Stem Cell Product Development
dan Letter of Intent (LoI) antara PT Bio Farma dengan Darou Darman Arang
Pharmaceutical Iran mengenai kerja sama produksi vaksin.

28. Tenth High-Level Officials Meeting of Asia Pacific Regional Forum on Health and
Environment (APRFHE), Manila, Filipina, 27-28 September 2019

Delegasi Kementerian Kesehatan dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan


RI telah menghadiri 10th High-Level Officials Meeting of Asia Pacific Regional Forum on
Health and Environment (APRFHE) di Manila-Filipina pada tanggal 27-28 September
2019.

Forum ini difokuskan untuk membahas peran pemerintah dalam bidang kesehatan dan
Lingkungan dalam isu: Air Quality and Health; Water, Sanitation, Hygiene and Health;
Chemical, Waste and Health; Climate Change and Health; Health Impact Assessment;
Ecosytem and Health; Sustainable and Healthy Cities.

90
Gambar 51
Serah Terima Keketuaan Asia Pacific Regional Forum on Health and Environment
Periode 2020-2024
di Manila, Filipina
Pada tanggal 28 September 2019

Pertemuan mencatat capaian dan tantangan bidang kesehatan dan lingkungan yang
dihadapi oleh masing-masing negara, reformasi fungsi Thematic Working Group serta
rekomendasi untuk rencana tindaklanjut Forum APRFHE ke depan. Pertemuan juga
menyepakati Indonesia sebagai Ketua Asia Pacific Regional Forum on Health and
Environment periode 2020-2024.

29. Pertemuan Global Digital Health Partnership (GDHP) Summit ke-5 dan Asia Pacific
e-Health Record Conference (APeHRC), Science Park Sha Tin, Hong Kong, 15 – 18
Oktober 2019
Pertemuan Global Digital Health Partnership (GDHP) Summit ke-5 telah
diselenggarakan di Hong Kong pada tanggal 15-16 Oktober 2019, di Science Park Sha
Tin, Hong Kong. Delegasi RI dipimpin oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan
didampingi oleh, Kepala Pusat Data dan Informasi, serta Perwakilan Biro Kerja Sama
Luar Negeri.

Pertemuan GDHP Summit merupakan forum diskusi dan berbagi pengalaman serta
masukan dari peserta GDHP guna mengkaji ulang perkembangan program kerja
GDHP saat ini dalam menyusun program kerja (work stream) untuk tahun
mendatang.

Sebanyak 26 negara telah menjadi anggota GDHP yaitu: Argentina, Australia,


Austria, Brazil, Kanada, Chili, Estonia, Hong Kong SAR, India, Indonesia, Jepang,
Italia, Selandia Baru, Belanda, Arab Saudi, Singapura, Korea Selatan, Swiss,
Swedia, Polandia, Portugal, Inggris, Amerika Serikat, Ukraina, Uruguay. Indonesia

91
telah terlibat aktif dalam pembentukan GDHP pada tahun 2018 dan menjadi negara
kelompok pertama anggota GDHP saat diluncurkan pada awal tahun 2018.

Gambar 52
Pertemuan Global Digital Health Partnership (GDHP) Summit ke-5 dan Asia Pacific e-
Health Record Conference (APeHRC)
di Science Park Sha Tin, Hong Kong
Pada tanggal 15 – 18 Oktober 2019

Hasil yang dicapai dalam pertemuan antara lain :

 Delegasi RI berpartisipasi aktif dalam setiap agenda pembahasan, termasuk menjadi


pembicara. Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan menjadi pembicara pada
sesi “Countries Perspectives on Digital Health”. Dalam kesempatan tersebut,
dijelaskan bahwa Indonesia mendukung pemanfaatan teknologi digital untuk
memperkuat sistem kesehatan nasional. Indonesia sebagai negara besar dan
negara kepulauan, telah menerapkan teknologi digital kesehatan, untuk kemudahan
akses pelayanan kesehatan melalui kebihajan “Satu Data Kesehatan”.
 Ketua Delri berkesempatan menyampaikan pandangan Indonesia pada panel
Concurrent Session 1 Work Stream Discussion dengan tema Policy Environnments
dan menekankan pentingnya kolaborasi internasional dalam bidang kebijakan
kesehatan digital termasuk mengembangkan strategi dan peraturan guna
membangun ekosistem inovasi, keamanan informasi dan cyber, sera meningkatkan
sumber daya manusia juga literasi digital.
 Pada panel Work Stream Discussion Session II “Evidence and Evaluation” ketua
Delri menjelaskan bahwa, Indonesia memiliki banyak pengalaman dalam mengelola
bukti dan evaluasi yang dapat dibagikan, yang akan berguna bagi banyak negara.
Selain itu juga menyampaikan bahwa Pemerintah Indonesia akan menetapkan dan
mempertahankan standar dengan mensinergikan berbagai pemangku kepentingan
untuk berpartisipasi dalam mewujudkan standar Nasional dan Internasional untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
92
Asia Pacific e-Health Record Conference (APeHRC), 17-18 Oktober 2019

 Pertemuan Asia Pacific e-Health Record Conference (APeHRC) merupakan forum


interaksi lebih luas antar dokter, kelompok pasien, pembuat kebijakan, pakar IT dan
teknologi kesehatan dari Hong Kong dan wilayah untuk berbagi pengalaman
dibidang rekam kesehatan elektronik (eHR), mempromosikan sistem berbagi eHR
di Hong Kong dan mendorong pengembangan teknologi untuk berbagi system IT
kesehatan untuk mempromosikan penggunaan yang luas dan peningkatan eHealth.

 Ketua panitia Dr. CP Wong, Chairman, Hong Kong Society of Medical Informatics
membuka secara resmi Pertemuan Asia Pacific e-Health Record Conference
(APeHRC) yang menyampaikan sambutan bahwa Hong Kong saat ini sudah
mempromosikan system berbagi eHR yang berorientasi pasien untuk
meningkatkan kesinambungan perawatan serta integrasi yang lebih baik dari
berbagai layanan kesehatan untuk keuntungan pasien secara individu.

 Dr. CP Wong juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada peserta sekitar 600
delegasi dari pembuat kebijakan nasional, professional dari industry kesehatan dan
informatika kesehatan, serta pemain industry teknologi informasi dan komunikasi
dari Hong Kong, wilayah Asia serta perserta GDHP telah perpartisipasi dan berbagi
teknologi dan pengetahuan mutakhir dan tercanggih untuk pengembangan eHealth

 Conference membahas dan mendiskusikan berbagai isu kesehatan digital, antara


lain:

a. Digital Health Policy: Vision for eHealth 2025


b. Digital Health Infrastructure for Futuristic Health Systems
c. Interoperability and Health Records
 Kepala Pusat Data dan Informasi menjadi salah satu Pembicara pada Sesi Diskusi
I dengan tema “Digital Health Policy: Vision for eHealth 2025. Kepala Pusat Data
dan Informasi menyampaikan bahwa Indonesia memiliki komitmen kuat dalam
mengembangkan Digital Health Intervention (DHI) untuk mendukung kebutuhan
sistem kesehatan guna mencapai Pembangunan Nasional menuju SDGs.

 Disela-sela pertemuan GDHP juga dilakukan pertemuan Delegasi RI-Belanda yang


dihadiri oleh Delegasi Kementerian Kesehatan Indonesia, Direktur Kebijakan
Informasi Kesehatan, Kesejahteraan dan Olahraga Belanda dan Koordinator
Kesehatan Digital Internasional Belanda. Sekretaris Jenderal Kementerian
Kesehatan menyambut baik harmonisasi data dan dapat dikaitkan dengan tema
GDHP antara lain Interoperability, Clinical & Consumer Engagement. Pada
kesempatan ini, Sekretaris Jenderal menyampaikan bahwa Indonesia sedang
membangun Rumah Sakit Rujukan baru di Ambon dan akan sangat banyak kerja
sama yang dapat dilakukan ke depan.

93
 Indonesia sebagai anggota forum GDHP telah dimintakan tanggapan terkait
keinginan Nepal bergabung dalam forum GDHP. Saat ini tidak ada kerja sama
bilateral antara Indonesia – Nepal, namun Indonesia dan Nepal tergabung sebagai
anggota WHO South-East Asia Region serta sering melakukan interaksi dalam
forum WHO dimaksud. Negara yang sudah menyetujui Nepal bergabung yaitu
Austria, Amerika Serikat, Brazil, Inggris, Hong Kong, Portugal, Kerajaan Arab
Saudi, termasuk Indonesia.

 Mencermati perkembangan Inisiatif GDHP sejak awal, dalam GDHP Summit ke-5
dukungan negara-negara semakin banyak dengan terus bertambahnya negara
anggota menjadi 26 negara yang diawal pembentukannya hanya dihadiri oleh 13
negara termasuk Indonesia. Dari sisi partisipasi peserta dalam Summit, jumlah
peserta semakin banyak termasuk kehadiran para Sekretaris Jenderal Menteri
Kesehatan. Secara subtansi juga semakin fokus pada upaya peningkatan
kesehatan digital untuk pencapaian SDGs dengan mengembangkan berbagai
potensi dan inovasi, pembangunan kapasitas dan kerja sama global

30. APEC Conference on Cooperation Initiatives for Non-Communicable Diseases


(NCDs) Prevention and Control, Krasnoyarsk, Rusia, 17-18 Oktober 2019
APEC Conference on Cooperation Initiatives for Non-Communicable Diseases (NCDs)
Prevention and Control bertujuan untuk mendiskusikan berbagai bentuk kolaborasi yang
memungkinkan untuk dilakukan dan efektif dalam menangani penyakit tidak menular di
kawasan APEC.
Indonesia diwakili oleh Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Kemenkes RI, Kabag Kerja Sama Kesehatan Regional Biro KSLN Kemenkes RI dan dr.
Nadia Ayu Mulansari, SpPD, KHOM (FKUI RSUPN Cipto Mangunkusumo).
Hasil yang dicapai diantaranya berbagi pengalaman antar dalam pencegahan dan
pengendalian NCDs, pengalaman dari para ahli untuk teknologi terbaru dalam
mendiagnosa kanker, pengalaman dalam upaya menuju Universal Health Coverage
(UHC) untuk mencapai target SDGs, penguatan upaya promosi dan prevensi di tingkat
Primary Health Care dan masyarakat dalam pencegahan faktor risiko dan deteksi dini
(antara lain child obesity, ageing population, aktivitas fisik dan kesehatan jiwa), dan
penguatan telemedicine terutama untuk di remote area.

94
Gambar 53
APEC Conference on Cooperation Initiatives for Non-Communicable Diseases (NCDs)
Prevention and Control
Di Krasnoyarsk, Rusia
Pada tangal 17 – 18 Oktober 2019

Pada akhir pertemuan disepakati untuk membuat Joint Operating Plan fokus pada
pencegahan faktor risiko NCD (tobacco control, reduce alcohol consumption, nutrition),
penerapan digital health, deteksi dini kanker serta tata laksananya, dan pelatihan
sumber daya manusia.

31. Pertemuan Menteri Kesehatan G20, Okayama, Jepang, 19 – 20 Oktober 2019

Pada tanggal 19-20 Oktober 2019 telah diselenggarakan Pertemuan Menteri Kesehatan
G20 (G20 Okayama Health Ministers’ Meeting) di Okayama, Jepang. Pertemuan
dihadiri oleh para Menteri Kesehatan negara-negara anggota G20 dan undangan G20,
terdiri dari 8 Menteri Kesehatan, 8 Wakil Menteri Kesehatan dan 10 Pejabat Tinggi
Kementerian Kesehatan. Delegasi RI dipimpin oleh Dirjen Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, dengan anggota Delegasi RI terdiri
dari wakil Kemenkes (Karo KSLN, Kapus Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan, dan
staf) serta wakil KJRI Osaka.

Pertemuan Menteri Kesehatan G20 yang didahului dengan Pertemuan ke-4 Health
Working Group pada tanggal 17-18 Oktober 2019, telah mengesahkan Okayama
Declaration of the G20 Health Ministers. Deklarasi Okayama pada pokoknya berisi
pandangan bersama para Menteri Kesehatan G20 terhadap isu utama yang dibahas
95
pada Pertemuan mengenai Achievement of Universal Health Coverage, Response to
Population Ageing, Management of Health Risk and Health Security, dan Anti-Microbial
Resistance serta komitmen membangun kerja sama antar negara G20, upaya bersama
G20 mendukung kerja sama global dan membantu negara-negara berkembang.

Pada sesi Diskusi Achievement of UHC Delri menyampaikan intervensi menjelaskan


komitmen Pemri mencapai UHC dengan implementasi program JKN sejak 2014 yang
saat ini telah mencapai 84% dari total penduduk. Untuk mendukung UHC, Pemri
berupaya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan baik pelayanan kesehatan
primer, penguatan sistem rujukan dan akreditasi, serta penugasan tenaga kesehatan
(Nusantara Sehat) di daerah terpencil dan kepulauan. Pemri juga terus melakukan
upaya akuntabilitas biaya pengeluaran kesehatan, meningkatkan program gerakan
masyarakat hidup sehat, serta membangun strategi investasi jangka panjang melalui
pendidikan, regulasi, dan insentif bagi tenaga kesehatan di daerah terpencil. Indonesia
mendorong G20 meningkatkan kolaborasi antar negara, melibatkan sektor swasta dan
organisasi internasional mendorong pencapaian UHC.

Sedangkan pada sesi Diskusi Response to Population Aging Ketua Delri turut
menyampaikan intervensi antara lain bahwa Pemri telah berkomitmen menyusun
kebijakan nasional yang komprehensif dengan pendekatan multisektor merujuk pada
Global Strategy and Action Plan on Ageing and Health 2016-2020 dan Global Action
Plan on the Public Health Response to Dementia 2017-2025. Pemri juga telah
mengimplementasikan Rencana Aksi Nasional Kesehatan Lansia 2016-2020 di semua
tingkat pemerintahan, dan saat ini sedang mengembangkan RAN 2020-2024 sesuai
dengan Decade of Healthy Ageing 2020-2030, WHO Regional Framework on Healthy
Ageing 2018-2022, dan WHO ICOPE. Untuk memastikan upaya yang dilakukan, Pemri
juga memiliki Rencana Strategis Kelanjutusiaan dan Strategi Nasional Pencegahan
Alzheimer dan penyakit Dementia lainnya. Selain itu juga dilakukan penguatan upaya
promotif, preventif, pengendalian penyakit menular dan tidak menular, pengurangan
risiko, Long-Term Care yang berkelanjutan serta pemberdayaan masyarakat inklusif
dengan melibatkan lintas sektor dan swasta.

Dalam sesi Diskusi Management of Health Risk, Health Security and AMR Ketua Delri
menyampaikan intervensi yang pada pokoknya mendorong G20 untuk terus mendesak
kepatuhan negara dalam mengimplementasikan IHR 2005. Meskipun skema
pembiayaan kedaruratan masalah kesehatan telah dibentuk melalui CFE dan PEF,
namun perlu dipertimbangkan juga konsep strategis mobilisasi sumber daya domestik
serta kolaborasi antara sektor kesehatan dan keuangan untuk mengatasi kesenjangan
biaya mengatasi kedaruratan kesehatan. Indonesia berkomitmen terus meningkatkan
kapasitas untuk mengatasi isu keamananan kesehatan global dengan menerbitkan
Instruksi Presiden tentang Kesiapsiagaan Nasional menghadapi Kedaruratan
Kesehatan dan Rencana Aksi Nasional Keamanan Kesehatan Global.

Terkait isu AMR, Ketua Delri menyampaikan saat ini Indonesia sedang
mengembangkan National Action Plan on AMR 2020-2024 dengan pendekatan One

96
Health dan prioritas pada regulasi, pedoman, pendidikan dan latihan bagi profesi
kesehatan serta pemberdayaan masyarakat, termasuk kampanye Gerakan Masyarakat
Cerdas Menggunakan Obat (Gema Cermat). Selain itu Indonesia juga meningkatkan
surveilans AMR dan membangun kapasitas SDM kesehatan dalam
mengimplementasikan Antimicrobial consumption, Antimicrobial Use dan Antimicrobial
Stewardship.

Pada sesi Simulasi Public Health Emergency During Mass Gathering Ketua Delri
menyampaikan pengalaman Indonesia saat menyelenggarakan Asian Games tahun
2018. Pada saat tersebut, terjadi KLB Difteri di Jakarta dan Palembang sebagai kota
tuan rumah Asian Games. Penyelenggaraan Asian Games tetap dilanjutkan karena
Pemri meyakinkan bahwa penanggulangan KLB Difteri oleh Pemri akan optimal
sehingga tidak menjadi ancaman, serta melakukan komunikasi risiko melalui media
dengan sangat baik dan koordinasi kuat dengan berbagai kementerian/lembaga terkait.

Secara keseluruhan Deklarasi Okayama sejalan dengan kebijakan nasional dalam


upaya pencapaian UHC, pengembangan program lansia sehat dan aktif, upaya
kesiapsiagaan kedaruratan kesehatan dan pengendalian AMR di Indonesia. Hal
tersebut disebabkan banyaknya intervensi Delri yang diakomodir dalam pembahasan
draft Deklarasi pada Pertemuan HWG ke-1 sampai dengan ke-4. Namun demikian,
Pemri c.q. Kementerian Kesehatan perlu menindaklanjuti komitmen yang tertuang baik
dalam G20 Leaders Declaration maupun Deklarasi Okayama khususnya untuk
memperkuat kebijakan nasional Pembangunan Indonesia Sehat dan menjadi lead by
example bagi negara-negara lain di kawasan.

Pada kesempatan Pertemuan HMM, Delri telah mengadakan pertemuan dengan


Delegasi Arab Saudi untuk saling tukar informasi dan masukan terkait prioritas isu pada
Presidensi Arab Saudi tahun 2020. Delri mendukung rencana Arab Saudi untuk
melanjutkan pembahasan UHC, Health Emergency dan AMR mengingat perlunya
inisiatif konkrit dari komitmen yang telah dibangun selama 3 tahun terakhir. Selain itu
Delri juga mengusulkan pentingnya mempertimbangkan prioritas upaya penanganan
penyakit tidak menular yang secara global cenderung meningkat dan berdampak
terhadap pertumbuhan ekonomi global.

Delri juga berkesempatan bertemu dengan Delegasi Inggris dan membahas mengenai
perkembangan UHC dan AMR. Kedua Delegasi sepakat untuk melanjutkan
pembahasan rencana proyek Fleming Fund di Indonesia terkait pembangunan
kapasitas surveilans AMR dan dalam hal ini Delri menyampaikan kesiapan Kementerian
Kesehatan untuk bekerja sama namun masih menunggu kementerian terkait lainnya.
Delri secara discreet menyampaikan bahwa proses pembahasan proyek ini akan
dilanjutkan sesudah kabinet baru Pemri terbentuk. Terkait UHC, Delegasi Inggris
mengapresiasi capaian Indonesia dalam UHC dan menawarkan kerja sama dalam
kesehatan digital untuk mendukung UHC. Delri mengapresiasi tawaran kerja sama
tersebut dan bersedia untuk membahas kerja sama tersebut lebih lanjut. Delri
menjelaskan mengenai draft MoU Kerja Sama Kesehatan RI-Inggris yang telah

97
disampaikan kepada Inggris pada tahun 2018 namun sampai saat ini belum
mendapatkan tanggapan. Delegasi Inggris menjanjikan akan menyampaikan lebih lanjut
perkembangan mengenai hal tersebut pada kesempatan pertama.

32. The 94th ASEAN Coordinating Committee on Services (CCS) Sektor Jasa
Kesehatan, Manila, Filipina, 21 – 23 Oktober 2019

Rangkaian Pertemuan ASEAN CCS ke-94 telah diselenggarakan pada tanggal 21 – 25


Oktober 2019 di Manila, Filipina. Pertemuan CCS sektor jasa kesehatan ditujukan untuk
mempersiapkan mekanisme pelaksanaan Mutual Recognition Arrangements (MRAs)
dalam rangka mobilisasi dokter, dokter gigi, dan perawat di ASEAN.

ASEAN Joint Coordinating Committee on Medical Practitioners (AJCCM) ke-25

Dalam rangka mendukung mobilitas dokter di ASEAN, Indonesia telah merampungkan


usulan kegiatan (concept note) peningkatan komunikasi di antara Professional Medical
Regulatory Authority (PMRA) negara anggota ASEAN (AMS). Adapun mekanisme yang
diusulkan melalui: (i) penunjukan contact person/office PMRA di masing-masing negara,
(ii) pembentukan ASEAN PMRA Networking, (iii) pengembangan saluran komunikasi
yang aman untuk notifikasi dan penyampaian informasi/dokumen terkait mobilitas dokter
asing. Pertemuan mendukung usulan Indonesia dan sepakat untuk menyampaikan
nama contact point PMRA di ASEAN.

Gambar 54
The 94th ASEAN Coordinating Committee on Services (CCS) Sektor Jasa Kesehatan
Di Manila, Filipina
Pada tanggal 21 – 23 Oktober 2019

ASEAN Joint Coordinating Committee on Dental Practitioners (AJCCD) ke-24

ASEAN Minimum Common Competency Standards for Dental Undergraduate Education


(AMCCSDUE) telah diadopsi pada AJCCD ke-22. Indonesia telah mengharmonisasikan
AMCCSDUE ke dalam National Common Competency Standard dan saat ini dalam
proses penyesuaian kurikulum.

98
Technical Working Group on ASEAN Dental Education (TWG-ADE) yang merupakan
badan subsider di bawah koordinasi AJCCD menindaklanjuti diadopsinya ASEAN
Minimum Common Competency Standards dengan melakukan pemetaan terhadap
pendekatan pengukuran kompetensi mahasiswa kedokteran gigi di 10 negara anggota
ASEAN. Hasil pemetaan tersebut akan menghasilkan rekomendasi untuk sistem
monitoring kompetensi mahasiswa dan panduan metode belajar mengajar.

ASEAN Joint Coordinating Committee on Nursing (AJCCN) ke-29

ASEAN telah menyepakati ASEAN Nursing Common Core Competencies (ANCCC).


Indonesia telah melakukan harmonisasi ANCCC ke dalam National Nursing Core
Competency (NNCC) dan saat ini sedang dalam proses pematangan peraturan Menteri
Kesehatan tentang penyesuaian kurikulum.

Special Meeting on e-Healthcare Services

Isu yang mengemuka dalam Pertemuan diantaranya adalah ketidakhadiran ASEAN


Secretariat (ASEC) dalam Pertemuan dikarenakan keterbatasan jumlah SDM. Hal ini
menjadi konsen peserta karena e-health sangat terkait dengan kerja sama kesehatan
yang berada di bawah koordinasi Pilar Masyarakat Sosial Budaya (ASEAN Socio-
Cultural Community/ASCC), sedangkan inisiasi pembentukan working group ini berada
pada Pilar Masyarakat Ekonomi (ASEAN Economic Community/AEC) untuk mendukung
liberalisasi sektor healthcare.
Special meeting sepakat agar area kerja sama e-health tidak meliputi negosiasi
perdagangan ataupun proses integrasi subsector yang belum disepakati untuk dibuka.
Kerja sama akan difokuskan pada pengembangan kapasitas nasional dan membangun
mekanisme regional dalam e-healthcare services, dengan initial area of work: (i) Policy
and legal framework, (ii) Regulation, (iii) Research and Development, (iv) Capacity
Building and Human Resources, (v) Monitoring and Evaluation, (vi) Collaboration.

Healthcare Services Sectoral Working Group (HSSWG) ke-47

Sebagai lead country sekaligus host ASEAN Healthcare Services Website and
Secretariat, Indonesia menyampaikan update status penyampaian peraturan nasional
tentang persiapan implementasi MRA di masing-masing negara. Untuk meningkatkan
partisipasi AMS dan memaksimalkan manfaat dari website, Indonesia akan mensirkulasi
kuesioner untuk mengetahui hambatan dan usulan perbaikan. Pertemuan HSSWG ke-
47 dan ASEAN Secretariat menyampaikan apresiasi untuk kepemimpinan Indonesia
dalam mendukung agenda ini.

Di sela-sela Pertemuan HSSWG, Indonesia melakukan konsultasi dengan ASEAN


Secretariat terkait agenda ASEAN Healthcare Services Website and Secretariat.
HSSWG Indonesia dan ASEC sepakat untuk menyelenggarakan rapat internal untuk
penguatan kinerja website dan Sekretariat, termasuk membahas perlu tidaknya
dilakukan penyesuaian terhadap ToR Permanent ASEAN Healthcare MRA Secretariat
agar sesuai dengan perkembangan perundingan.

99
Indonesia kiranya perlu memberikan perhatian khusus pada kegiatan peningkatan
komunikasi di antara Professional Medical Regulatory Authority (PMRA) yang diinisiasi
Indonesia. Dapat juga dijajaki untuk memanfaatkan website yang dikelola Indonesia
untuk menyediakan saluran komunikasi yang aman bagi pertukaran data terkait
mobilisasi dokter di kawasan.

33. Pertemuan the 5th Meeting of ASEAN Health Cluster 2: On Responding to All
Hazards and Emerging Threats, Nay Pyi Taw, Myanmar, 29-31 Oktober 2019

Pertemuan the 5th Meeting of ASEAN Health Cluster 2: on the Responding to All
Hazards and Emerging Threats telah diselenggarakan pada tanggal 29-31 Oktober
2019 di Nay Pyi Taw, Myanmar. Pertemuan ini dihadiri oleh perwakilan Sekretariat
ASEAN (ASEC) dan ASEAN Member States (AMS) kecuali Brunei Darussalam dan
Malaysia, serta Mitra ASEAN yaitu WHO, UNAIDS, World Bank, ADB, UNICEF, JICA
dan SEAOHUN pada open session. Pertemuan bertujuan membahas kemajuan dan
pencapaian pelaksanaan project activities ASEAN Health Cluster (AHC) 2 Work
Programme 2016-2020 serta peluang kerja sama dan kolaborasi dengan sektor lain dan
mitra pembangunan.

Gambar 55
Pertemuan the 5th Meeting of ASEAN Health Cluster 2: On Responding to All Hazards
and Emerging Threats
Di Nay Pyi Taw, Myanmar
Pada tanggal 29-31 Oktober 2019

Pertemuan membahas: (1) Hasil dari ASEAN meetings yang terkait dengan AHC 2, (2)
Kolaborasi dan kemitraan dengan para mitra, (3) Project activities 5 (lima) Health
Priorities pada AHC 2 Work Programme 2016-2020, dan (4) Side meeting untuk contact
points HIV/AIDS, sebagai berikut:
1. ASEAN Health Minister Luncheon Meeting yang dilaksanakan saat 5th GHSA
Ministerial Meeting pada tanggal 7 November 2018 di Bali telah dilaporkan oleh

100
Indonesia pada saat 14th SOMHD, dan rekomendasi yang dihasilkan perlu dicatat
oleh AHC 2 untuk potensi kegiatan pada Work Programme 2021-2025.
2. Mitra pembangunan ASEAN yaitu WHO, UNAIDS, World Bank, ADB, UNICEF,
JICA dan SEAOHUN mempresentasikan kegiatan yang mendukung AHC 2 dan
potensi kerja sama 2019-2020. UNICEF mengusulkan Deklarasi WASH untuk
mendukung capaian SDGs. Isu ini juga melibatkan AHC 1 terkait dengan project
activity ASEAN Leaders Declaration on Ending All Forms of Malnutrition yang di-
lead oleh Filipina dan co-lead Indonesia. Draft Concept note agar dikembangkan
oleh UNICEF untuk dapat di-endorse pada AHC1 meeting tahun 2020.
Kegiatan ASEAN Risk Assessment and Risk Communication Centre (ASEAN
RARC) tahun 2019-2021 didanai oleh ASEAN-CANADA’s GPP GRANT. Kegiatan
berupa training/ workshop (2019 dan 2020) serta Mini Conference (2021).
3. Project activities 5 (lima) Health Priorities pada AHC 2 Work Programme 2016-
2020:
a. Health Priority 8: Prevention and Control of Communicable Diseases,
Emerging Infectious Disease, and Neglected Tropical Diseases
 Viet Nam sebagai Lead country dan Indonesia sebagai Co lead country
akan mendiskusikan rencana kegiatan ASEAN Rabies Meeting 2020-2030,
dan menyampaikan concept paper ARES Meeting tersebut.
 Indonesia memaparkan laporan pelaksanaan Technical Workshop on Fast
Track Strategy To End AIDS Epidemic and Asean Cities Getting to Zero
Mayors Meeting yang dilaksanakan di Nusa Dua Bali pada tanggal 10-11
Oktober 2019. Pertemuan ini menghasilkan Nusa Dua Call for Action on
ASEAN Getting to Zeros City-Based Network on Ending AIDS. AHC 2
menyetujui hasil pertemuan ini dan sebagai tindak lanjut, ASEC dan AMS
akan mendiskusikan bagaimana operasionalisasi Nusa Dua Call For Action
dalam bentuk aktifitas.
b. Health Priority 9: Strengthening Laboratory Capacity
 Indonesia memaparkan laporan kegiatan ASEAN Regional Capacity
Strengthening Meeting on Biorisk Management yang diselenggarakan pada
tanggal 15-19 Juli 2019 di Bali. Tujuan pertemuan adalah untuk
meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan praktik yang baik dari
manajemen Bio-risiko sesuai dengan persyaratan nasional dan
internasional, untuk mengidentifikasi kesenjangan dan draft tindak lanjut
tindakan untuk memperkuat laboratorium di tingkat daerah dan nasional.
Pertemuan AHC 2 menyetujui rekomendasi yang dihasilkan dari pertemuan
ini.
 Indonesia memaparkan laporan kegiatan ASEAN Influenza Laboratory
Surveillance Meeting yang diselenggarakan pada tanggal 15-19 July 2019
di Bali. Rekomendasi yang dihasilkan dari pertemuan yaitu (1) Berbagi
informasi dan pengetahuan mengenai situasi influenza di masing-masing
AMS, (2) Kerja sama dalam memperkuat kapasitan laboratorium influenza

101
dalam pengendalian dan surveilans, (3) Kerja sama laboratorium kesehatan
masyakat dengan jejaring laboratorium hewan/binatan dengan sektor lain di
tingkat nasional dan ASEAN, terutama yang memiliki potensi pandemik
melalui pendekatan One Health, (4) Keterlibatan dengan Development
Partner, Dialogue Partner, mitra lainnya dan pemangku kepentingan dalam
merealisasikan berbagi informasi, penguatan kapasitas dan prioritas kerja
sama multi sektor terkait dengan surveillans laboratorium. Pertemuan AHC
2 menyetujui rekomendasi yang dihasilkan dari pertemuan tersebut.

34. The ASEAN-ARCH Project: 4th Regional Collaboration Drill and 7th Meeting of
Project Working Group 2 di Karangasem, Bali tanggal 25-29 November 2019

The ASEAN Regional Capacity on Disaster Health Management (ARCH) Project


merupakan proyek peningkatan kapasitas regional ASEAN dalam “Disaster Health
Management” untuk mewujudkan “One Asean One Response". ARCH Project dibagi
ke dalam 3 tahap yang dilaksanakan selama tahun 2016-2025: (1) Tahap 1 (Juni 2016-
Juli 2019): memperkuat kapasitas koordinasi regional ASEAN dan meningkatkan
kapasitas masing-masing negara anggota ASEAN dalam disaster health management;
(2) Tahap 2 (2019-2021): mengembangkan mekanisme regional collaboration dalam
disaster health management, (3) Tahap 3 (2021-2025): menetapkan mekanisme.

ARCH Project Tahap 1 (2016-2019) sudah selesai diimplementasikan, namun pada


pertemuan ASEAN Health Cluster 2 di Myanmar pada tanggal 10-14 September 2018,
JICA menyampaikan akan mempertimbangkan untuk memperpanjang Regional
Collaboration Drill sebelum memasuk tahap 2. Pada pertemuan ARCH Project ke-3 di
Manila pada tanggal 6-7 Desember 2018, Delri Indonesia yang diwakili oleh Pusat Krisis
Kesehatan dan perwakilan Rumah Sakit selaku Emergency Medical Team (EMT)
Indonesia menyatakan kesediaan untuk menjadi host country dengan dukungan dari
JICA.

4th Regional Collaboration Dril (RCD) 2019 telah dilaksanakan pada tanggal 25-29
November 2019 di Tanah Ampo, Karangasem, Bali yang dihadiri oleh EMT negara
anggota ASEAN, ASEC, AHA Centre, ARCH Project Team, WHO, JICA, dan
stakeholders terkait dengan skenario kejadian berdasarkan kisah nyata letusan besar
Gunung Agung yang pernah terjadi pada tahun 1963 dengan beberapa modifikasi.

Tujuan penyelenggaraan drill adalah untuk menguji Standard Operational Procedure


(SOP) ARCH Project, diantaranya Pre-deployment, pengembangan informasi tim yang
komprehensif untuk tiap negara ASEAN, Quality Assurance, dan menguji konsep SOP
Indonesia tentang EMT Gabungan (composite team).

7th Project Working Group (PWG) Meeting 2 dilaksanakan back-to-back dengan 4th
Regional Collaboration Drill sebagai PWG ARCH Project yang bertanggung jawab untuk
melakukan peningkatan kapasitas, termasuk di antaranya kegiatan 4th RCD. Tujuan
Pertemuan adalah untuk melakukan evaluasi dan rekomendasi pelaksanaan 4th RCD,
usulan/proposal pelaksanaan kegiatan RCD ke -5 yang dipaparkan oleh Myanmar

102
selaku host country, dan membahas berbagai proyek dari ARCH Project yang akan
dikembangkan di tahun-tahun mendatang.

35. Pertemuan Inter-Sectoral Dialogue Forum on Public Service Motivation to Support the
Realisation of ASEAN Community Vision 2025 and Sustainable Development Goals di
Nay Pyi Taw, Myanmar pada tanggal 18-19 November 2019

Pertemuan Inter-Sectoral Dialogue Forum on Public Service Motivation to Support the


Realisation of ASEAN Community Vision 2025 and Sustainable Development Goals
telah diselenggarakan pada tanggal 18-19 November 2019 di Nay Pyi Taw, Myanmar.
Pertemuan dipimpin oleh ASEAN Cooperation on Civil Service Matters (ACCSM)
Myanmar selaku Chair dan dihadiri oleh perwakilan dari Badan Sektoral ASEAN,
diantaranya ASEAN Committee on Disaster Management (ACDM), ASEAN Committee
on Women (ACW), ASEAN Senior Officials Meeting on Environment (ASOEN), ASEAN
Senior Labour Officials Meeting (SLOM), ASEAN Senior Officials Meeting on Education
(SOMED) and ASEAN Senior Officials Meeting on Health Development (SOMHD),
ASEAN Secretariat (ASEC), ASEAN Dialogue Partners, organisasi regional dan
internasional lainnya.

Forum ini diharapkan dapat menyediakan platform bagi ASN dari Badan Sektoral
ASEAN dan Negara-Negara Anggota ASEAN untuk bertukar pandangan dan praktik
terbaik untuk meningkatkan motivasi pelayanan publik, memahami masalah dan
tantangan yang dapat menurunkan motivasi pegawai negeri sipil, dan mengeksplorasi
cara-cara untuk meningkatkan motivasi pelayanan publik untuk mencapai Visi
Komunitas ASEAN 2025 dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)

Forum Dialog menyepakati bahwa motivasi pelayanan publik merupakan faktor penting
dalam mewujudkan sistem layanan sipil yang efektif dan efisien yang memberikan
pelayanan publik yang berkualitas tinggi kepada masyarakat ASEAN sekaligus
merupakan elemen kunci dalam mencapai tujuan pembangunan internasional.

Forum Dialog mencatat bahwa digitalisasi, kendala sumber daya manusia dan
keuangan, koordinasi lintas lembaga, dan kepemimpinan transformatif menjadi
tantangan bagi keunggulan layanan publik di kawasan ASEAN.

103
Gambar 56
Inter-Sectoral Dialogue Forum on Public Service Motivation to Support the Realisation of
ASEAN Community Vision 2025 and Sustainable Development Goals
Di Nay Pyi Taw, Myanmar
Pada tanggal 18-19 November 2019

Forum Dialog menekankan pentingnya kerja sama di antara negara-negara Anggota


ASEAN di berbagai sektor baik di tingkat bilateral maupun regional untuk
mempromosikan tata pemerintahan yang baik. Forum Dialog menyoroti bahwa
peningkatan motivasi pelayanan publik membutuhkan upaya bersama dari pegawai
negeri sipil di semua posisi dalam pemerintahan dan semua pemangku kepentingan
lainnya.

Forum Dialog merekomendasikan hal-hal sebagai berikut:

a. Mendorong sistem kepegawaian berdasarkan prestasi dan berbasis kinerja untuk


meningkatkan motivasi dan kepuasan kerja ASN di kawasan ASEAN.
b. Mendorong pembelajaran seumur hidup, peningkatan, dan pelatihan ulang pegawai
negeri untuk memastikan ketangkasan mereka dalam menghadapi lingkungan yang
berubah dengan cepat, kompleks, dan sumber daya yang terbatas pada saat ini.
c. Memanfaatkan penggunaan teknologi dan inisiatif layanan sipil regional yang ada
seperti ASEAN Resource Centres (ARCs) dan the ASEAN Network of Public
Service Training Institutes (PSTIs) untuk pengembangan kapasitas pegawai negeri
sipil
d. Menumbuhkan pemimpin transformasional yang memimpin dengan keteladanan,
dapat dipercaya dan mampu mengartikulasikan nilai layanan publik serta
mengkomunikasikan tujuan dan sasaran yang konsisten dengan nilai-nilai tersebut.
e. Mendorong pendekatan partisipatif dan transparansi untuk meningkatkan
kepercayaan publik terhadap pemerintah.

104
f. Mempercepat inovasi dalam layanan publik, terutama pada penyediaan layanan
publik dan manajemen sumber daya manusia sektor publik, termasuk namun tidak
terbatas pada inovasi pada talent management system dan perencanaan suksesi.
g. Mendorong inisiatif regional intra-ASEAN serta kerjasama dengan Mitra Dialog
ASEAN, donor internasional dan organisasi internasional mengenai
proyek/kegiatan untuk bertukar strategi, praktik dan pengalaman yang baik dalam
motivasi pelayanan publik dan tata kelola yang baik.
h. Memperkuat kerja sama lintas sektoral mengenai tata pemerintahan yang baik
melalui proyek/kegiatan kolaboratif konkret di bidang-bidang yang menjadi
kepentingan bersama antara ACCSM dan, namun tidak terbatas pada, ACDM,
ACW, ASOEN, SLOM, SOMED dan SOMHD. Proyek/kegiatan dapat melibatkan
dua atau lebih badan sektoral sekaligus.
i. Mempertimbangkan kerja sama lintas sektoral dalam bidang-bidang lain dalam
keunggulan layanan publik seperti pengembangan kepemimpinan dan manajemen
sumber daya manusia
j. Lebih lanjut mendorong kesadaran budaya dan pengarusutamaan gender dalam
sistem pelayanan publik.

36. The 5th Workshop and Task Force Meeting on Development of the Agreement for
the Implementation of ASEAN Food Safety Regulatory framework (AFSRF),
Jakarta, tanggal 10-12 Desember 2019

ASEAN Food Safety Regulatory Framewok (AFSRF) merupakan turunan dari ASEAN
Food Safety Policy. The 5th Workshop and Task Force Meeting on Development of the
Agreement for the Implementation of ASEAN Food Safety Regulatory framework
(AFSRF) yang diselenggarakan pada tanggal 10-12 Desember 2019 di Gedung
Sekretariat ASEAN, Jakarta merupakan tindak lanjut dari pertemuan ke-4 pada tanggal
30 Juli - 1 Agustus 2019. Pertemuan dipimpin oleh dr. Nguyen Hung Long Chair Task
Force AFSRF Vietnam serta Ms. Zailina Abd Majid dari Malaysia selaku Vice Chair,
serta dihadiri oleh perwakilan focal point sektor perdagangan, pertanian, dan kesehatan
seluruh negara anggota ASEAN, Sekretariat ASEAN, dan ASEAN Regional Integration
Support by EU (ARISE Plus).

Delegasi Indonesia dipimpin oleh Bapak Bona Kusuma dari Kementerian Perdagangan,
didampingi oleh perwakilan dari Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian,
Kementerian Luar Negeri, BPOM, serta Kementerian Kesehatan yang diwakili oleh Dit.
Produksi dan Distribusi Kefarmasian dan Biro Kerja Sama Luar Negeri.

Pertemuan membahas draft AFSRF Agreement dan dokumen terkait lainnya bersama
dengan legal advisors masing-masing AMS dan Sekretariat ASEAN. Tujuan pertemuan
adalah untuk melakukan finalisasi draft AFSRF Agreement dan daftar protokol, serta
Term of Reference (ToR) ASEAN Food Safety Coordinating Committee (AFSCC).

105
Pertemuan melakukan finalisasi beberapa pasal Perjanjian AFSRF yaitu terkait pasal-
pasal objektif, ruang lingkup, prinsip-prinsip, definisi, ketentuan umum, tugas AFSCC,
protokol, ketentuan amandemen, dan final provisions.

Gambar 57
The 5th Workshop and Task Force Meeting on Development of the Agreement for the
Implementation of ASEAN Food Safety Regulatory framework (AFSRF)
Di Jakarta
Pada tanggal 10-12 Desember 2019

TF-AFSRF mengusulkan agar Perjanjian AFSRF ditanda tangani oleh salah satu
Menteri yaitu Menteri Ekonomi sebagai pilihan pertama. Dalam hal, negara anggota
tidak menyetujui bahwa Menteri Ekonomi sebagai penanda tangan perjanjian, maka
negara anggota dapat mengusulkan Menteri yang direkomendasikan untuk menanda
tangani perjanjian. Berdasarkan hasil kesepakatan dalam konsultasi nasional, Indonesia
menyampaikan bahwa perjanjian dapat difinalisasi dan ditandatangani pada tahun 2020
dan Menteri Perdagangan RI akan menandatangani perjanjian dimaksud.

Terkait dengan mekanisme domestic legislation untuk mengatasi kesenjangan dalam


implementasi Perjanjian AFSRF. Sekretariat ASEAN memberikan pilihan terkait
pemberlakuan perjanjian sebagai berikut: (i) berlaku setelah penanda tanganan; atau (ii)
berlaku setelah ratifikasi seluruh negara anggota ASEAN. Dalam hal negara anggota
lebih memilih opsi “mulai berlaku setelah ratifikasi seluruh negara anggota ASEAN”,
maka TF AFSRF menyepakati untuk memperluas ruang lingkup ToR TF-AFSRF untuk
melakukan pekerjaan awal AFSCC sebelum ratifikasi penuh Perjanjian AFSRF oleh
seluruh negara ASEAN. Revisi ToR TF AFSRF akan disahkan oleh Pejabat Senior dari
badan sektoral terkait.

Indonesia c.q Kementerian Perdagangan menyampaikan usulan untuk pertemuan


finalisasi dapat dilaksanakan di Indonesia pada Maret 2020.

106
37. Islamic Conference of Health Minister (ICHM) ke-7, Abu Dhabi, Persatuan Emirat
Arab, 15 – 17 Desember 2019
Pada tanggal 15-17 Desember 2019, telah berlangsung rangkaian Konfrensi Menteri
Kesehatan Organisasi Kerja Sama Islam (Islamic Conference of Health Ministers/ICHM)
ke-7 di Abu Dhabi, Persatuan Emirat Arab.
Bertemakan “Quality of Life”, Konferensi dihadiri oleh 39 negara anggota OKI, dengan
21 negara dipimpin oleh Menteri Kesehatan, termasuk Indonesia. Delegasi RI dipimpin
oleh Menteri Kesehatan RI, Bapak Letjen TNI (Purn) Dr. dr. Terawan Agus Putranto,
Sp.Rad (K), RI, dengan didampingi Kepala BPOM dan jajaran pejabat Kemenkes,
BPOM, Kemenlu, MUI, serta perwakilan industri kesehatan (Bio Farma).

Senior Officials Meeting (SOM)

Hal-hal penting yang dapat dicatat dari Pertemuan SOM, antara lain:

 Sekjen Kemkes RI menyampaikan perkembangan pendirian OIC Center of


Excelence on Vaccines and Biotechnology Products (OIC-COE), terutama mengenai
visi, misi, roadmap dan fasilitas CoE, serta mengundang negara-negara OKI untuk
berkolaborasi dalam pemanfaatan dan pemajuan COE.
 Kepala Badan POM menyampaikan Laporan Pertemuan Kepala BPOM OKI (Heads
of National Medicines Regulatory Authorites/NMRA) Pertama pada tahun 2018.
Kepala BPOM menggarisbawahi platform unik pertemuan NMRA dan menyerukan
dukungan negara-negara OKI untuk implementasi lebih lanjut Deklarasi Jakarta dan
Program of Action Jakarta. Juga dipaparkan mengenai program capacity building
yang telah diselenggarakan Indonesia untuk Maroko, Tunisia serta Palestina dan
juga bantuan teknis untuk Yordania dan Palestina.
 SOM juga menetapkan Turki, Mesir, Malaysia, Indonesia, Sudan, Uni Emirat Arab,
Saudi Arabia, Maladewa, Mauritania, Chad, dan Pakistan sebagai anggota Steering
Committee of Health (SCH) periode 2019-2021.

Konferensi Menteri Kesehatan

National Statement: Quality of Life

Pada sesi National Statement, Menkes RI menyampaikan Pernyataan mengenai Quality


of Life dengan pokok-pokok sebagai berikut (lampiran 1):

 Peningkatan dalam quality of life dengan penekanan pada sistem kesehatan yang
inklusif, efektif, serta efisien dengan mengedepankan promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit.
 Komitmen Pemri dalam meningkatkan kualitas SDM melalui investasi sumber daya
secara signifikan pada sektor pendidikan, kesehatan dan perlindungan sosial.
 Laporan Pembangunan Manusia UNDP tahun 2019 mengkategorikan Indonesia
sebagai negara dengan Indeks Pembangunan Manusia tinggi, dengan indikator usia
hidup lebih lama dan lebih sehat serta tingkat pendidikan dan standar hidup yang
lebih tinggi.

107
 Pemri menargetkan pengurangan angka kematian ibu dan anak serta mengurangi
tingkat stunting, meningkatkan jaminan kesehatan nasional, layanan perawatan
kesehatan primer, serta layanan produk farmasi dan alat kesehatan yang terjangkau.

Gambar 58
Islamic Conference of Health Minister (ICHM) ke-7
Di Abu Dhabi, Persatuan Emirat Arab
Pada tanggal 15-17 Desember 2019

Paparan Kemajuan OIC-COE


Dalam kapasitas sebagai host country OIC Center of Excelence on Vaccines and
Biotechnology Products (OIC-CoE), Menkes RI juga telah menyampaikan presentasi
mengenai progress pendirian OIC-COE, sebagai berikut (lampiran 3):
 Sesuai dengan amanat Resolusi No. 4/6-ICHM tahun 2017, Indonesia telah
meresmikan pembentukan OIC-CoE pada tanggal 14 Mei 2018 dengan didukung
fasilitas laboratorium yang berlokasi pada Bio Farma di Bandung. Pemri juga
menyiapkan Sekretariat CoE pada Kementerian Kesehatan. CoE telah
menyelenggarakan berbagai pelatihan dan workshop pada tahun 2018-2019.
 Pemri telah menyusun Roadmap Pengembangan CoE yang dibagi dalam 3 fase
yaitu jangka pendek (2018-2022), jangka menengah (2023-2027) dan jangka
Panjang (2028 dan seterusnya). Dengan adanya Roadmap tersebut diharapkan
menjadi panduan bagi Indonesia dan negara-negara OKI dalam mengembangkan
CoE untuk mencapai kemandirian dalam pemenuhan kebutuhan vaksin di seluruh
negara-negara anggota OKI.
 Ajakan kepada semua negara anggota OKI untuk mengoptimalkan fungsi CoE untuk
kebutuhan masing-masing negara serta berkontribusi mendukung pengembangan
CoE dalam rangka mencapai kemandirian vaksin negara-negara OKI.

108
Negara-negara OKI maupun badan-badan subsider/organisasi internasional yang hadir
menyampaikan apresiasi dan pujian terhadap kemajuan pendirian CoE, dan
menyatakan ketertarikan untuk pemanfaatan CoE.

Ranres Usulan Indonesia

1. Konferensi menyetujui usulan rumusan Indonesia pada Resolusi mengenai Self-


Reliance in Supply and Production of Medicines, Vaccines and Medical Technologies
(Res. No. 4/7-ICHM).
2. Poin-poin usulan Indonesia yang berhasil masuk dalam resolusi, sebagai berikut:
 Mendorong kolaborasi dan kerja sama lebih lanjut diantara negara anggota dan
mendorong kemandirian produksi dan pasokan obat-obatan, termasuk vaksin,
yang terjangkau, aman, efektif, dan terjamin kualitasnya.
 Mendukung Deklarasi Jakarta dan Rencana Aksi OKI untuk mendorong
kolaborasi NMRA negara-negara OKI untuk kemandirian vaksin sebagaimana
dihasilkan pada Pertemuan NMRA Pertama di Jakarta tahun 2018.
 Seruan untuk memperkuat jejaring kerjasama diantara NMRA, dan mendorong
pertemuan reguler diantara NMRA OKI setiap dua tahun sekali, di antara
Konferensi ICHM, sesuai dengan Rencana Aksi OKI.
 Mencatat laporan kemajuan tentang pendirian OIC-CoE Vaksin dan Produk
Bioteknologi di Indonesia dan mengundang negara-negara anggota OKI,
lembaga-lembaga subsider OKI, dan mitra pembangunan internasional untuk
mendukung CoE dalam mencapai tujuannya.

Pertemuan Bilateral dan Pertemuan Lain

Di sela-sela sesi Konferensi, Menkes RI melakukan pertemuan bilateral dengan


beberapa negara dan lembaga terkait, antara lain Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Brunei
Darussalam, Malaysia, Maladewa, Somalia, Islamic Advisory Group (IAG) dan IsDB.

Selain memperkenalkan diri sebagai Menkes RI pada Kabinet Presiden Joko Widodo
Periode Kedua, Menkes RI juga menyampaikan prioritas dan fokus rencana kerja Pemri
ke depan. Hal-hal penting yang dapat dicatat dari pertemuan bilateral tersebut sebagai
berikut:

 Menkes Uni Emirat Arab mendukung penandatanganan MoU Kerja Sama Kesehatan
menjadi deliverable pada kunjungan Presiden RI ke Abu Dhabi bulan Januari 2020.

 Menkes Arab Saudi mengundang Menkes RI berkunjung ke Riyadh dalam rangka


menghadiri Pertemuan Menkes G20 pada tanggal 19-20 April 2020 sekaligus
kunjungan bilateral.

 Menkes Brunei Darussalam siap meningkatkan kerja sama pada berbagai area kerja
sama yang telah disepakati pada Memorandum of Understanding (MoU) dan
berkeinginan untuk menjajagi kerja sama di bidang kesehatan tradisional dan jamu
serta membutuhkan tenaga dokter dan perawat.

109
 Menkes Malaysia akan mempercepat pembahasan MoU Kerja Sama Kesehatan RI-
Malaysia. Saat ini Malaysia membutuhkan vaksin polio untuk mengatasi out break
polio di wilayah Sabah.

 Menkes Maladewa siap menyelesaikan pembahasan MoU Kerja Sama Kesehatan


RI-Maladewa dan mengharapkan bantuan Indonesia untuk pengadaan vaksin di
Maladewa.

 Menkes Somalia ingin menjalin kerja sama dengan Indonesia dan akan menyiapkan
proposal potensi kerja sama yang dapat dilakukan dengan Indonesia. Somalia juga
membutuhkan penyediaan vaksin yang terjangkau dan berkualitas.

 IAG mendukung dan mengapresiasi program imunisasi Indonesia dan siap


membantu tantangan terkait vaksin halal. Dalam kaitan ini, IAG akan bekerja sama
untuk menyelenggarakan studi banding para ulama Indonesia ke Kairo dan negara-
negara lainnya di Timur Tengah.

 IsDB menyatakan komitmen untuk mendukung pengembangan CoE baik untuk


program pelatihan maupun proyek penelitian vaksin baru serta penyediaan vaksin
untuk memenuhi kebutuhan negara-negara anggota OKI.

Didampingi Dubes RI Abu Dhabi, Menkes RI melakukan sejumlah pertemuan dengan


kalangan industri kesehatan farmasi, antara lain dengan Burjeel Hospital, Neo Pharma
Life, NMC Healthcare, National Fire Fighting Company (NAFFCO), dan Okadoc, guna
menindaklanjuti rencana kerja sama konkret berupa investasi dan pemasaran produk
farmasi dan alat kesehatan Indonesia. Dalam kesempatan tersebut, Menkes RI juga
menyaksikan penandatanganan Letter of Intent (LoI) antara PT Amarox dan Hetero
Dubai.

Pemri perlu lebih menggaungkan keberadaan dan fungsi OIC Center of Excelence on
Vaccines and Biotechnology Products (OIC-CoE), tidak hanya pada forum OKI, namun
juga pada platform lainnya seperti pada forum kerja sama regional seperti ASEAN dan
multilateral seperti WHO, Global Health Security Agenda (GHSA), dan Foreign Policy
and Global Health (FPGH). Melalui OIC-CoE diharapkan negara-negara OKI dapat lebih
mengetahui kualitas vaksin produksi Indonesia sehingga dapat meningkatkan ekspor
vaksin Bio Farma ke negara-negara anggota OKI dalam kerangka kemandirian vaksin
OKI.

Peran Indonesia sebagai Lead Country Tematik Area 6: Medicines, Vaccines and
Medical Technologies sangat strategis dengan komitmen negara-negara OKI untuk
membangun kemandirian di bidang obat-obatan, vaksin dan teknologi kesehatan.
Dalam kaitan ini, Pemri dapat memanfaatkan Lembaga Dana Kerja Sama
Pembangunan Internasional (Indonesian Agency for International Development
/Indonesian Aid) untuk menyelenggarakan pelatihan dan workshop sejalan dengan
Roadmap OIC-CoE on Vaccinnes and Biotechnology Products.

110
Hasil-hasil pertemuan bilateral dan pertemuan dengan industri kesehatan Uni Emirat
Arab dapat ditindaklanjuti sehingga mencapai hasil yang konkrit bagi pembangunan
kesehatan Indonesia.

Perbandingan capaian kinerja kegiatan Peningkatan Kerja Sama Luar Negeri tahun dari
2015-2019 sebagaimana disajikan pada tabel di bawah ini :

Tabel 7
Capaian Target Kinerja Tahun 2015 – 2019
Kegiatan Peningkatan Kerja Sama Luar Negeri
No. Indikator Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2015 2016 2017 2018 2019

1 Jumlah Target : Target : Target : Target : Target :


kesepakatan kerja 8 9 8 7 8
sama luar negeri
Realisasi : Realisasi : Realisasi : Realisasi : Realisasi :
bidang kesehatan
8 (100%) 9 (100%) 8 (100%) 7 (100%) 8 (100%)

Berdasarkan tren kinerja sejak tahun 2015 sampai dengan 2019, dapat disimpulkan
bahwa pencapaian kinerja dalam periode jangka menengah tahun 2015-2019 dapat dicapai,
sebagaiman disajikan pada grafik di bawah ini :

Grafik 1
Target Kinerja dan Realisasi Kinerja sesuai Renstra
Kementerian Kesehatan 2015 - 2019
9 9
9
8 8 8 8 8 8
8
7 7
7
6
5
4
3
2
1
0
2015 2016 2017 2018 2019
Target Kinerja 8 9 8 7 8
Realisasi Kinerja 8 9 8 7 8

B. REALISASI ANGGARAN
Anggaran Biro Kerja Sama Luar Negeri pada awal tahun 2019 sebesar
Rp19.883.332.000,00 sesuai dengan DIPA Biro Kerja Sama Luar Negeri No.SP DIPA-
024.01.1.648428/2019 dengan rincian belanja barang sebesar Rp19.383.332.000,00 dan belanja
modal sebesar Rp500.000.000,00.

111
Sesuai dengan hasil penilaian kinerja dari Kementerian Keuangan, Biro Kerja Sama Luar
Negeri mendapat tambahan anggaran sebesar Rp3.000.000.000,00 sehingga anggaran yang
pada akhir tahun 2019 menjadi sebesar Rp22.883.332.000,00.

Tabel 8
Perbandingan DIPA dan Realisasi Tahun 2015 - 2019
Kegiatan Peningkatan Kerja Sama Luar Negeri
(dalam rupiah)
Tahun Anggaran DIPA Realisasi Presentase
Tahun 2015 12.145.931.000 8.366.939.371 68.89 %
Tahun 2016 10.369.663.000 9.029.049.328 87.07 %
Tahun 2017 9.502.055.000 9.395.889.481 98.88 %
Tahun 2018 25.103.545.000 22.473.883.189 89.52 %
Tahun 2019 22.883.332.000 21.640.881.514 94.57 %
Sumber : Aplikasi eMonev Anggaran Kementerian Keuangan dan Renstra Kemenkes
2015-2019
Grafik 2
Perbandingan DIPA dan Realisasi Tahun 2015 – 2019
Kegiatan Peningkatan Kerja Sama Luar Negeri

30.000.000.000
25.000.000.000
20.000.000.000
DIPA
15.000.000.000
Realisasi
10.000.000.000
5.000.000.000
0
2015 2016 2017 2018 2019

Sesuai dengan Laporan Keuangan Biro Kerja Sama Luar Negeri Tahun 2019, realisasi
anggaran Biro Kerja Sama Luar Negeri sampai dengan 31 Desember 2019 sebesar 94.57% dari
pagu Rp22.883.332.000,00. Sisa anggaran Biro Kerja Sama Luar Negeri pada tahun 2019
sebesar Rp1.054.933.486,00 atau sebesar 4.61% dari total pagu Rp22.883.332.000,00.

Berdasarkan capaian kinerja yang ditetapkan pada awal tahun 2019, Biro Kerja Sama Luar
Negeri telah mencapai 100%. Pada monitoring evaluasi kinerja penganggaran yang dilaksanakan
oleh Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan dalam aplikasi e-monev anggaran
PMK 248, dinyatakan bahwa dari 4 output beserta keluarannya sesuai DIPA/POK Biro Kerja
Sama Luar Negeri Tahun Anggaran 2019, telah mencapai 100% dengan nilai kinerja sebesar
96.23%. Keempat output tersebut adalah :
1. Layanan Sarana dan Prasarana Internal
2. Layanan Kerja Sama Internasional
3. Layanan Dukungan Manajemen Satker
4. Layanan Perkantoran

112
Tabel 9
Evaluasi Capaian Kinerja dan Anggaran
Kegiatan Peningkatan Kerja Sama Luar Negeri, Tahun 2019

No. Nama Output Pagu (Rp) Realisasi (Rp) % Target Capaian %

1 Layanan Sarana 500.000.000 419.077.660 83,82% 1 1 100%


dan Prasarana
Internal

2 Layanan Kerja 19.937.350.000 18.895.856.753 94.78% 8 8 100%


Sama
Internasional
3 Layanan 931.450.000 812.946.962 87.28% 5 5 100%
Dukungan
Manajemen
Satker
4 Layanan 1.514.532.000 1.513.000.139 99.90% 12 12 100%
Perkantoran

C. Analisa Keberhasilan
Pencapaian kinerja tersebut di atas, terkait langsung dengan sumber daya yang tersedia di
Biro Kerja Sama Luar Negeri, khususnya pembiayaan pelaksanaan kegiatan.

Seperti diuraikan sebelumnya, dibalik terpenuhinya target jumlah kesepakatan kerja sama
luar negeri di bidang kesehatan yang diimplementasikan pada tahun 2019, terdapat sejumlah
kegiatan atau upaya yang telah dilakukan sebagai pendukung keberhasilan tersebut, yaitu :
1) Keberhasilan Indonesia atau Kementerian Kesehatan menyelenggarakan pertemuan
internasional.
2) Komitmen pimpinan nasional dan Kementerian Kesehatan untuk mengikuti perkembangan
isu-isu internasional, terutama terkait bidang kesehatan.
3) Tersedianya dukungan pembiayaan yang cukup.

Meskipun hasilnya cukup baik, sejumlah tantangan/permasalahan masih perlu menjadi


perhatian Kementerian Kesehatan. Tantangan tersebut adalah :
1) Dinamika internasional berlangsung dengan sangat cepat, khususnya perkembangan isu-isu
politik dan ekonomi. Kesehatan merupakan isu yang tidak dapat melepaskan diri dari
pengaruh perkembangan isu-isu lainnya di dunia internasional.
2) Sumber daya manusia di Kementerian Kesehatan yang memiliki kompetensi untuk
berkontribusi di forum internasional masih terbatas. Ini akan berpengaruh pada mutu
kesepakatan internasional yang dihasilkan.

113
3) Masih belum optimalnya koordinasi lintas program dan lintas sektor terkait kerja sama
internasional di bidang kesehatan.
4) Pada saat proses penyusunan kertas posisi, khususnya terkait pengumpulan bahan-bahan
kertas posisi dimaksud masih sulit didapatkan. Hal ini dikarenakan Biro Kerja Sama Luar
Negeri memiliki akses yang terbatas terhadap data dan informasi terkini yang hanya dapat
diperoleh dari unit teknis terkait.

Dalam menghadapi tantangan tersebut, Kementerian Kesehatan telah melakukan hal-hal


sebagai berikut :
1) Melakukan komunikasi dan koordinasi intensif dengan kementerian atau lembaga terkait,
terutama Kementerian Luar Negeri untuk mengetahui peta politik dan ekonomi di dunia
internasional.
2) Memberikan kesempatan kepada sumber daya manusia di Kementerian Kesehatan untuk
meningkatkan kompetensinya, termasuk melalui pemberian kesempatan mengikuti kegiatan
internasional.
3) Terus meningkatkan koordinasi, baik di internal Kementerian Kesehatan maupun di lingkup
nasional.

D. Analisa Efisiensi Penggunaan Sumber Daya : Anggaran dan Sumber Daya Manusia
Dari segi anggaran dan sumber daya manuasi, Kementerian Kesehatan dalam kerja sama
internasional telah melakukan efisiensi tanpa mengurangi capaian kinerja, diantaranya dengan
cara :
1) Disela-sela menghadiri pertemuan internasional, Kementerian Kesehatan menyelenggarakan
pertemuan Side-Event Bilateral dengan negara-negara sahabat, untuk membicarakan
kemungkinan kerja sama yang bisa dijalin antara Indonesia dan negara sahabat. Hal ini
dapat menghemat anggaran, karena tidak perlu menyelenggarakan pertemuan bilateral
tersendiri yang membutuhkan anggaran tidak sedikit.
2) Mengurangi jumlah delegasi pada pertemuan internasional, dengan menyusun delegasi pada
setiap pertemuan internasional yang hanya mengikutsertakan unit kerja yang terkait.

114
BIRO KERJA SAMA LUAR NEGERI LAPORAN KINERJA 2019

BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN
Laporan Kinerja (LKj) Biro Kerja Sama Luar Negeri Tahun 2019 menyajikan capaian
strategis yang tercermin dalam capaian indicator kinerj kegiatan. Berbagai keberhasilan dan
kegagalan yang sudah dicapai ditentukan oleh adanya komitmen dan dukungan pimpinan. Selain
itu dukungan kemampuan personil yang memadai juga menjadi salah satu penentu keberhasilan
pencapaian kinerja tahun 2019.

Capaian kinerja tahun 2019 menjelaskan bahwa capaian kinerja Biro Kerja Sama Luar
Negeri telah mencapai 100%. Beberapa permasalahan yang dihadapi baik internal maupun
eksternal dalam mewujudkan capaian target kinerja, antara lain :
1. Belum tersedianya SOP atau mekanisme kerja pencapaian dokumen terimplementasi
menjadi hambatan dalam menyelaraskan pelaksanaan kegiatan.
2. Kualitas SDM yang kurang memadai dalam menangani dan pemberian dukungan tugas-
tugas Biro Kerja Sama Luar Negeri.
3. Kurangnya pelaksanaan kegiatan koordinasi pemantaun implementasi dokumen capaian
kinerja.

A. SARAN/LANGKAH TINDAK LANJUT


1. Menyusun berbagai SOP atau mekanisme kerja terkait implementasi.
2. Meningkatkan kualitas pelatihan dan bimbingan teknis baik kepada jajaran Biro Kerja Sama
Luar Negeri maupun jejaring instansi pemerintah lainnya.
3. Memperluas cakupan sosialisasi untuk lebih mendorong penguatan kelembagaan dan
aktivitas kinerja.

115
\' /4
/ SEGERA

09988
rr
KEDUTAAN BESAR REPUBUK INDONESIA
RIYADH
Diplomatic Quarter, P.O. Box 94343 - Riyadh 11693. Kingdom of Saudi Arabia
Telepon: +966-114662800. EaksiniJ +966-11-4862966 E-mail: riyadh.kbri©keniFu.go.id

BERITA BIASA

Duta Sesar LBBP


Nomor
B-00189/Riyadh/190306
Kepada Yth. 1. Menteri Luar Negeri
2. Menteri Kesehatan
3. Kepala BNP2TKI

Up. Yth 1. Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika


2. Sekretaris Jenderal Kemenkes
3. Kepala Badan PPSDMK Kemenkes
4. Dirjen Yankes Kemenkes
5. Sekretaris Utama BNP2TKI
6. Deputi Kerjasama Luar Negeri dan Promosi BNP2TKI
7. Deputi Penempatan BNP2TKI

Info Yth. 1. Direktur Timur Tengah


2. Direktur Hukum Perjanjian dan Sosial Budaya
3. Direktur Kerjasama Luar Negeri BNP2TKI
4. Direktur Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Kemenkes
5. Kepala Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan PPSDMK
Kemenkes
6. Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes
7. Kepala Biro Kerja Same Luar Negeri Kemenkes

Dan Keppri Riyadh


Jumlah 4 Halaman
Perihal Laporan the 2nd Joint Working Group (JWG) on Health Cooperation
Republik Indonesia-Kerajaan Arab Saudi (RI-KAS), di Riyadh, Arab
Saudi, tanggal 4 Maret 2019.

The 2 JWG on Health RIKSA telah diselenggarakan di Riyadh pada tanggai 4 Maret
2019. Delegasi RI dipimpn oleh Kepala Baden PPSDM Kesehatan didampingi oleh
Dinektun Jenderal Pelayanan Kesehatan dan Duta Besar RI di Riyadh. Pertemuan
menyepakati dan menandatangani tiga dokumen output, yakni: Joint Action Plan for the
Implementation of MoU RI-KSA, Implementing Arrangement on Cooperation in the field of
Health Services for Indonesian Hal and Umrah Pilgrims, dan Agreed Minutes the jtd
JWG.
Merujuk perihal pada pokok Brafaks, bersama ml dengan hormat disampaikan hal-
hal sebagai berikut:

Umum

1. Sebagaimana diketahui, Mold bidang kesehatan RI-KAS telah ditandatangani pada


tanggal 1 Maret 2017 di Bogor, Indonesia. Sebagal bentuk koordinasi dan komunikasi
dalam metaksanakan kerja sama di bidang kesehatan, kedua negara telah
melaksanakan the 1St JWG on Health RI-KAS di Jakarta, tanggal 17 Desember 2018.

2. The 2'0 JWG on Health RI-KAS yang berlangsung di Riyadh pada tanggal 4 Maret 2019
kali mi merupakan bentuk tindak ranjut dari pertemuan JWG pertama yang membahas 3
(tiga) pending documents, yaltu:
a. Joint Action Plan for the Implementation MoU for the Cooperation in the Field of
Health RI-kSA;
b. Implementing Arrangement on Cooperation in the Field of Health Services for
Indonesian Hafl and Umrah Pilgrims; dan
c. Implementing Arrangement on the Placement and Protection of Indonesian Health
Professional in the kingdom of Saudi Arabia.

3. Delegasi RI dipimpin oleh Kepala Badan PPSDM Kesehatan, drg. Usman Sumantri,
M.Sc, didampingi oleh Direktur Jenderat Pelayanan Kesehatan, Duta Besar RI di Riyadh,
Direktur Kerjasama Luar Negeni BNP2TKI, Direktur Mutu dan Akreditasi Pelayanan
Kesehatan, Kepata Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan 5DM Kesehatan,
perwakilan dari Dit. F-Iukum dan Perjanjian Sosial Budaya Kemenlu, Pusat Kesehatan
F-Iaji dan Biro Kerja Sama Luar Negeri Kemenkes.

4. Sedangkan, Delegasi KSA dipimpin oleh Deputy Minister for Human Resources, Mr.
Abdurahman Ataiban, thdampingi oleh General Director of Hafi, General Director for
Human Resources Services, General Director for Academic Affairs, General Director for
Nursing Affairs, Head of External Cooperation and Recruitment Sources, dan
perwakilan dari international collaboration.

HasH Pertemuan

5. The 2 JWG on Health RI-KSA menghasilkan 3 output dokumen yang secara resmi
telah ditandatangani kedua betah pihak, yaitu:
a. Joint Action Plan for the Implementation MoU for the Cooperation in the Field of
Health RI-kSA
b. Implementing Arrangement on Cooperation in the Field of Health Services for
Indonesian Hal and Umrah Pilgrims
c. Agreed Minutes the 2nd JWG.

6. Adapun area kenja sama yang disepakati dalam Joint Plan Action meliputi:
a. Exchange of views related to International Health Regulation issues that become
common interest of the Parties;
b. Cooperation on capacity building in the framework of International Health Regulation;
c. Concluding Implementing Arrangement on the Placement and Protection of
Indonesian Health Professionals in the Kingdom of Saudi Arabia;
d. Collaboration in the field of health se/vices related to Hajj and Umrah;
e. Exchange of experiences and information on pilgrims and Umrah performers and
preventive measures and health risks during Ha]) and Umrah;Conducting of joint
research on diseases including infectious diseases during flaB and Umrah;
f. Technical cooperation on the development of WHO collaborating center for hal and
umrah health in Indonesia;
g. The two Parties shall cooperate to seek recruitment health professionals according to
the applicable laws and regulations in both countries;
h. Teaching Arabic language to Indonesian Health Professionals;
i. Implementing training to Indonesian Health Professionals to obtain PrometTic
certificate; and
j. Exchange of information, knowledge, and experience in preventing and controlling
Mers-Cov.

7. Selain itu, kedua pihak juga melakukan pembahasan terkait dengan draft Implementing
Arrangement on the Placement and Protection of Indonesian Health Professional in the
Kingdom of Saudi Arabia. Dalam kaitan mi, didapati haIhaI sebagai berikut:

a. Peraturan nasional Arab Saudi mensyaratkan bahwa Tenaga Profesionai Kesehatan


Indonesia (TPKI) yang terdiri dari profesi dokten dan penawat untuk memenuh
persyaratan, yaitu:
1) Memiliki sertifikasi prometric;
2) Terdaftan dalam konsil kedokteran Saudi; dan
3) Memiliki lisensi kenja yang dikeluankan oleh Kemkes Saudi.

b. Pihak Arab Saudi menawankan capacity building bagi calon TPKI dalam bentuk
persiapan test prometric yang dilakukan di Arab Saudi. Dalam hal ini, skema yang
ditawarkan adalah TPKI yang telah lobs proses seleksi dibenangkatkan ke Arab
Saudi untuk menjalankan persiapan prometric test selama satu tahun. Selama
periode mi, calon TPKI tidak diperbolehkan bekerja untuk berpraktek.

B. Di sela-seja JWG, Kemenkes <AS mengundang Delegasi RI untuk mengunjungi


Kingdom Saud Medical City (KSMC). KSMC menupakan rumah sakit milik pemerintah
tenbesan di Arab Saudi. Delegasi RI diterima oleh CEO KSMC. Dalam sambutannya,
pihak KSMC menyambut baik kedatangan tim Delegasi RI dan slap untuk berkolaborasi
dengan Kementerian Kesehatan RI, terutama untuk pereknutan perawat di KSMC
melalui mekanisme G-to-G.

Saran Tindak Lanjut

9. Mengingat terdapat informaskinformasi baru terkait dengan skema penempatan dan


persyaratan yang diterapkan oleh pihak Arab Saudi, kiranya Pemñ penlu melakukan
konsolidasi terkait dengan pembahasan draft Implementing Arrangement on the
Placement and Protection of Indonesian Health Professional in the Kingdom of Saudi
Arabia. Kemenkes c.q. BKSLN akan terus berkoordinasi dengan BNP2TKI dan
Kementerian Luan Negeri secana benkelanjutan dan mendorong pihak Kemenkes KAS
dalam finalisasi draft IA dimaksud,

10. Selain itu, Pemri c.q. BNP2TKI selaku operator penempatan pekerja migran Indonesia
perlu membahas draft employment contract dan cost structure yang merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Implementing Arrangement on the Placement and Protection
of Indonesian Health Professional in the Kingdom of Saudi Arabia, sehingga pengiriman
perawat ke Arab Saudi dapat dhmplementasikan sesual dengan ketentuan yang berlaku.

11. The P JWG on Health Cooperation RI -KAS akan diselenggarakan di Indonesia pace
tahun 2020, dimana waktu dan tempat akan dikonsultasikan dan disepakati kedua belah
pihak Iebih lanjut melalul saluran diplomatik.

Demikian disampaikan, atas peiiiatiannya, diucapkan terima kasih.

Petugas Komunikasi Pembuat Berita

Basip Mahmud

drg. Usman Sumantri, MSc


Kepala Baden PPSDM Kesehatan
07469

B-00111/Dili/190220
TENTATIVE AGENDA
ST
THE 1 INDONESIA-KOREA JOINT WORKING GROUP (JWG) ON HEALTH
Jakarta, 30 August 2019

AGENDA
TIME AGENDA REMARKS
ITEM
1 09.00-09.15 Opening: Indonesia:
 Opening Remarks Deputy Minister for Pharmaceutical
 Introduction of Indonesia-Korea and Medical Devices, MoH
Delegates
 Photo Session Korea:
 Exchange of Token Director General for Global
Healthcare, MoHW

2 09.15-09.20 Adoption of Agenda Lead by Indonesia


3 09.20-09.30 Overview of the MoU on Health Lead by Indonesia
Cooperation and PoA for the
Implementation of MoU

4 09.30-11.30 Discussion on Update Progress Activities of the PoA & Next Actions
HEALTH PRIORITY 1: HOSPITAL SERVICES AND MANAGEMENT
Cooperation of Sister Hospital Indonesia:
Networking between Seoul  Directorate of Referral Health
National University Hospital Care, MoH
(SNUH), RSCM and Rajawali  RSCM
Group  Rajawali Group

Korea:
SNUH

Cooperation of Sister Hospital Indonesia:


Networking between Yong-In  Directorate of Referral Health
Mental Hospital and Dr. Soeharto Care, MoH
Herdjan Mental Hospital  Dr. Soeharto Herdjan Mental
Hospital

Korea:
Yong-In Mental Hospital

HEALTH PRIORITY 2: PHARMACEUTICAL AND MEDICAL DEVICES


Cooperation on the production of Indonesia:
blood bag PT. Kimia Farma

Korea:
Tae-Chang
AGENDA
TIME AGENDA REMARKS
ITEM
Cooperation of the fractionation of Indonesia:
blood plasma PT. Bio Farma

Korea:
SK Plasma

Development of pharmaceutical Indonesia:


and medical devices opportunities PT. Kimia Farma
investment
Korea:
Sungwun Pharmacopia

Development of new vaccines Indonesia:


PT. Bio Farma

Korea:
Quratis

OTHER PRIORITY
Cooperation on the Advanced Indonesia:
Technology on Pharmaceutical: Directorate General of
Enhancement of Korean Pharmaceutical and Medical
investment on healthcare industries Devices, MoH
through capacity building to
improve pharmaceutical industries Korea:
Chong Kun Dang (CKD)

Cooperation on ICT Healthcare Indonesia:


Project (e-Posbindu). PT Pyridam Farma

Korea:
Healthmax

5 11.30-11.40 Other Matters:


a. Investment mechanism and a. Head of Indonesian Investment
Procedure in Indonesia Coordinating Board (BKPM)
b. 2nd JWG on Health b. Lead by Korea
c. Medical Korea Academy c. Lead by Korea
(Short-term Physician Training) d. Lead by Korea
d. K-Pharma Academy
(Invitational Training for
Officials in charge of Medicines
and Medical Devices)
AGENDA
TIME AGENDA REMARKS
ITEM
6 11.40-11.50 Consideration and Adoption of Indonesia:
Agreed Minutes:  Deputy Minister for
 Signing of Agreed Minutes Pharmaceutical and Medical
 Signing of the MoU between Devices, MoH
Bio Farma and SK Plasma  PT. Bio Farma

Korea:
 Director General for Global
Healthcare, MoHW
 SK Plasma

7 11-50-12.00 Closing: Indonesia:


Closing remarks Deputy Minister for Pharmaceutical
and Medical Devices, MoH

Korea:
Director General for Global
Healthcare, MoHW
List of Participants on JWG Meeting (Korean Side)

소속 직위 성명 비고
1 Director General KIM HYE SEON
Ministry of Health
and Welfare
2 Deputy Director KO HYEOK JUN

The Embassy of the


3 Republic of Korea Counsellor KIM SANG JIN

4 Team manager YANG JI YOUNG


Korea Health Industry
5 Development Institute Researcher YOU SUNGHYUN

6 Researcher PARK SOJUNG

7 Chairperson LEE HYOJIN


Medical Foundation Director of
8 Yong In Mental Planning YU DAEYUP
Department

9 CEO CHUNG INHWA


SUNGWUN
10 PHARMACOPIA Director SEO DAEWON
CO., LTD
11 Manager KIM HEESOO
Head of Global
12 CHOI YONGJUN
SK Plasma BD
Global project
13 KIM JONGHUN
Manager
TAECHANG
14 INDUSTRIAL CEO IN HANJIN
CO., LTD
15 HealthMax CO., CEO LEE SANGHO
LTD
16 PT Chong Kun Dang President INHYUN BAIK
(CKD) OTTO
Director
Pharmaceuticals
17 Interpreter - CHO MYUNGSUK
29283
PERUTUSAN TETAP REPUBLIK INDONESIA
JIENEWA

Kepala Perwakilan R.I.


BERITABIASA

4 asan I(leib
Duta Besar LBBPIWatapri

Nomor : B-00358/JENEWA/190711
Kepada Yth 1. Menteri Luar Negeri
2. Menteri Kesehatan (VK)

UP Yth : 1. Direktur Jenderal Kerjasama Multilateral, Kementerian Luar Negeri


2. Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan (VK)

Info Yth 1. Sesditjen Kerjasama Multilateral, Direktur Sosbud dan OINB, Direktur
Hak Asasi Manusia dan Kemanusiaan, Direktur PELH
2. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kepala
Biro Kerja Sama Luar Negeri, Sekretaris Direktorat Jenderal
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Direktur Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Menular Langsung.Kemkes (VK)
3. Dubes/Watapri New York

Dari Dubes/Watapri Jenewa


Lampiran 15 Halaman
Perihal : Laporan Pertemuan the 44th Meeting of the Programme Coordinating
Board (PCB) UNAIDS di Jenewa, Swiss, tanggal 25-27 Juni 2019

Rinqkasan Berita
Pertemuan the 44th Meeting of the Programme Coordinating Board (PCB) United Nations Programme
on HIV/AIDS (UNAIDS) telah diselenggarakan di Jenewa, Swiss, tanggal 25-27 Juni 2019. Selain
mengadopsi dan mencatat berbagal Laporan (Direktur Eksekutif UNAIDS, Co-Sponsoring
Organization, PCB Specials Session), Pertemuan menghasilkan beberapa keputusan penting,
diantaranya dalam area penguatan pengawasan zero tolerance dalam memberantas pelecehan di
tempat kerja, tindak lanjut Sesi Tematik PCB-43, memperkuat implementasi UBRAF, dan menerima
laporan Search Committee pemilihan calon Direktur Eksekutif UNAIDS dan meminta Committee of
Cosponsoring Organization mempertimbangkan semua pandangan anggota dan observer PCB
terhadap proses pemilihan dan calon yang telah diajukan Search Committee, untuk diajukan kepada
Sekjen P66 yang berwenang untuk menunjuk DE UNAIDS pengganti Mr. Michel Sidibe.
Keanggotaan Indonesia dalam PCB UNAIDS berakhir di bulan Desember 2019 dan Pemri perlu
segera mengevalusi keanggotaan tersebut.

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
SEGERA

KEDUTAAN BESAR REPUBLIK INDONESIA


Bandar Seri Begawan
Simpang 336-43, Kg. Kawasan Diplomatik, Mukim Kianggeh, Jalan Kebangsaan
Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam Teip. : (673) 2330180, Fax: (673) 2330646,
Website : www.kemiu.go.id/bandarseribegawan
Email. bsbeQawan. kbrikemIu .go. Id atau kbribsbbrunet. bn

Kepala PenkiIan R.I. BERtTA BIASA

Ur.-StJ$miko, MA
Duta Bsar LBBP RI

Nomor : B-00338/BS Begawan/190802


Kepada : Yth. Menteri Luar Negeri, Menteri Kesehatan
UP : Yth. Dirjen Aspasaf, Sekjen Kemenkes
Info : Yth. Wamenlu, Sekjen, Dirjen KS ASEAN, Ka BPPK, Dir. Astara, Dir. KS
Sosbud ASEAN, Dir. HP Sosbud, Dir. Sosbud dan OINB, Dir. PWNI dan BHI.
Yth. Dirjen P2P, Dirjen Yankes, Dirjen Farmalkes, Dirjen Kesmas,
Kabatitbangkes, Ka Badan PPSDMK, Dir. Surkakes, Dir. P2PTVZ, Dir. PTM,
Dir. P2PML, Dir. Yankes Primer, Dir. Yankes Rujukan, Dir. Yankestrad, Dir.
Prodisfar, Dir. Kesjaor, Dir. Promkes, Ses Balitbangkes, Ses Badan PPSDMK,
Kapus Rengun SDMK, Kapusdik SDMK, Kapus PADK, Kapus PJK, Karo
KSLN.
Dari Duta Besar LBBP RI
Lampiran : 7 (Tujuh) Halarnan
Perihal : Laporan 22' BIMST Public Health Conference, Bandar Seri Begawan,
30-31 Juli 2019

Ringkasan Berita

Delegasi Kementerian Kesehatan RI telah menghadiri 22' Brunei Darussalam-Indonesia-


Malaysia-Singapore-Thailand (BIMST) Public Health Conference di Bandar Seri Begawan
pada tanggal 30-31 Juti 2019. Pertemuan menghasilkan Recommendation of 22nd BIMST
Public Health Conference berisikan capaian dan tantangan bidang kesehatan yang dihadapi
oteh masing-masing negara serta rencana tindakianjut kedepan Forum BIMST. Pertemuan
juga menyepakati Indonesia sebagai Ketua Penyelenggara 23' BIMST Public Health
Conference pada tahun 2020.

Merujuk perihat pada pokok berita, dengan hormat kami sampaikan hal-hal sebagai
berikut:
Pada tanggal 30-31 Juli 2019, Delegasi Kementerian Kesehatan RI telah menghadiri
22nd Brunei Darussalam-lndonesia-Malaysia-Singapore-Thailand (BIMST) Public
Health Conference di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam. Delegasi RI (Deiri)
pada pertemuan tersebut dipimpin oleh Kepala Biro Kerja Sma Luar Negeni
Kementerian Kesehatan didampingi oleh perwakilan Direktorat Pelayanan Kesehatan
Rujukan, Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan Kementerian
Kesehatan dan KBRI Bandar Seri Begawan.

1
rom ue oiam guim imi oIri Dr. 41 AIM161 Un I1I AW 111, ACUIT
Permanent Secretary Kementerian Kesehatan Brunei Darussalam. Forum
menyepakati Brunel Darussalam sebagai Chair pertemuan 22'' BIMST Public Health
Conference dan Indonesia sebagai Vice Chair, serta Malaysia sebagai Rapporteur of
Conference.
3. Bertemakan Remembering the Past, Looking for the Future'. forum memlokuskan
pembahasan pada capaian dan tantangan bidang kesehatan yang dihadapi 5 negara
anggota BIMST dan tindak lanjut forum BIMST. Pokok paparan pada sesi Roundtable
Discussion oleh setiap negara anggota sebagai berikut:
3.1. Brunei Darussalam
a. Pencapaian Brunei adalah meningkatkan pengalaman pasien dalam pelayanan
farmasi, dengan pengurangan waktu tunggu melalui sistem elektronik dan
Iayanan pengiriman obat (GoRush pharmacy services). Waktu Tunggu Pasien
menjadi Indikator Kineria Utama unit kesehatan.
b. Penerapan pajak produk Sugar Sweetened Beverages (SSB): perlunya
reformulasi produk, dan penguatan upaya penegakan lintas batas. Penerapan
pajak SSB mi meningkatkan harga produk sekitar 20% yang juga berdampak
pada pengurangan konsumsi produk minuman manis di Brunei sebesar 20%.
c. Penanganan Campak & Rubela, melalui pengembangan sistem notifikasi,
peningkatan pengawasan, dan Program Imunisasi Nasional.
3.2. Indonesia (Program Indonesia Sehat: Capaian dan Tantangan)
a. Program mi terdiri dari tiga pilar yang saling menguatkan: Promosi paradigma
kesehatan, dengan mengarusutamakan kesehatan dalam pembangunan
nasional dan pemberdayaan masyarakat Penguatan Iayanan kesehatan; serta
skema jaminan kesehatan nasional.
b. Ketua Delni juga memaparkan tentang manajemen darurat bencana kesehatan
dan kesiapsiagaan menghadapi isu-isu pandemic.
c. Mengenai skema Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang hingga 2019 telah
berhasil mencakup 84% populasi Indonesia sejak awal penerapan tahun 2014,
delegasi negara lain sangat mengapresiasi capaian ini. Delegasi forum
pertemuan juga tertarik dengan penerapan Program Nusantara Sehat yang
berhasil melibatkan banyak tenaga kesehatan sukarelawan ditengah tantangan
kondisi geografis Indonesia.
d. Meskipun masih terdapat beberapa tantangan. Indonesia terus memperkuat
kolaborasi dengan pemangku kepentingan terkait untuk memastikan
terpenuhinya kualitas layanan kesehatan, jaminan kesehatan, dan tenaga kerja
kesehatan.
3.3. Malaysia (Wabah Rabies di Sarawak)
a. Menekankan pada inisiatif dan kegiatan yang dilakukan untuk memerangi
wahah rabies di Sarawak sejak Juli 2017 melalui koordinasi dengan pemangku
kepentingan, pelatihan untuk petugas dan lembaga kesehatan terkait, promosi
kesehatan melalui media massa, peningkatan kesadaran, Iokakarya pelatihan
dengan WHO, deteksi kasus aktif dan peningkatan respons medis.
b. Malaysia telah mendirikan klinik penanganan gigitan anjing den mendirikan
fasilitas yang menyediakan vaksin anti-rabies dan imunoglobulin rabies di
seluruh Sarawak.
c. Terkait hal mi, delegasi Indonesia menyampaikan rekomendasi perlunya
pembahasan lanjutan antara negara-negara yang terkait, seperti Indonesia,
Malaysia dan Brunei. Hal mi penting mengingat Indonesia tercatat memiliki
banyak kasus rabies, khususnya di Kalimantan Barat yang mencapal sekitar
4000 kasus dengan 25 kematian dan ratusan di Kalimantan Tenggara. Chair
pertemuan menyarankan adanya sharing updates antar negara terkait
mengenal perkembangan wabah rabies dan penanganannya.
3.4. Singapura (Kasus Monkeypox)
a. Singapura membagikan pengalaman terkait respon cepat tanggap dalam
menangani kasus Monkeypox, termasuk kegiatan seperti rujukan kontak dekat
dengan NCID untuk penilalan, karantina dan disinfeksi sambil mematuhi 8
bidang utama kesiapsiagaan darurat kesehatan masyarakat seperti yang
diuraikan dalam APSED III.
b. Pemindalan dan penilaian risiko di tingkat global adalah aspek yang terbukti
sangat penting dalam kesiapsiagaan dan respons cepat tanggap public health.
3.5. Thailand
a. Mengelaborasi 3 bidang koordinasi strategis dalam sistem kesehatan yaitu
mekanisme kerjasama multi-sektoral, mobilisasi sosial, dan pengelolaan bukti.
b. Faktor-faktor yang berkontribusi dalam mencapai sistem kesehatan yang Iebih
balk dalam menangani Non-Communicable Disease adalah:
- Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan
I nf rastruktu r.
- Investasi jangka panjang bidang kesehatan pemerintah.
- Kepemimpinan yang kuat.
- Kapasitas kelembagaan yang kuat: sistem kesehatan dan penelitian
kebijakan.
4. Pertemuan menyepakati beberapa rekomendasi pertemuan sebagai berikut:
a. Seluruh negara anggota sepakat untuk kelanjutan BIMST Public Health Conference
dengan pengembangan beberapa aspek yang disusun dalam ToR (Terms of
Referrence). Kelanjutan forum mi diharapkan tetap mempertahankan keunikan
format BIMST, sebagai platform konsultasi yang informal untuk sharing mengenai
public health, termasuk berbagi best practices, dan pengalaman.
b. Brunel dan Indonesia sepakat menyusun draft Terms of Reference (T0R) dan
mendistribusikannya kepada negara anggota untuk memperoleh saran dan
pendapat. Draft TOR meliputi: tujuan; peran dan tanggungjawab partisipan/tuan
rumah/observer; pengaturan tuan rumah yaitu dalam hal penentuan topik (terkait
communicable dan non-communicable disease) sebelum penye le nggaraan
pertemuan dan mekanisme dalam mengundang negara lain sebagai observer atas
dasar voluntary basis. Selain itu, diharapkan juga kepatutan dan konsistensi
kehadiran delegasi yang hadir, dengan menyesuaikan topik yang menjadi fokus
pembahasan, sehingga delegasi yang hadir siap dan menguasam isu yang dibahas.
Terkait delegasi, disarankan pula adanya gabungan delegasi tingkat senior
(decision-making) dan tingkat yunior/tekn is.
c. BIMST ke-22 juga merekomendasikan pertimbangan penamaan baru BIMST Public
Health Conference sete!ah 3 tahun, misal B/MS T-Plus, yang membuka kesempatan
bagi negara lain untuk bergabung berdasarkan voluntary principle.

3
5. Ketua Deiri menyampaikan kesiapan Indonesia untuk menjadi tuan rumah BIMST ke-23
dengan lokasi di Bali, namun terbuka jika ada masukan lokasi lainnya. Sedangkan
waktu penyelenggaraannya akan dikomunikasikan lebih lanjut pada kesempatan
pertama. Indonesia mencatat dengan balk berbagai saran yang disampaikan oleh
negara BIMST untuk pengembangan pertemuan selanjutnya.

Catatan

6. Meskipun path awalnya terdapat pandangan berbeda terkait masa depan Forum
BIMST (Indonesia dan Thailand mendukung kelanjutan Forum BIMST, sedangkan
Singapura dan Malaysia mendukung dengan catatan, serta Brunei Darussalam
mengkritisi posisi BIMST vis a vis kerjasama kesehatan ASEAN) namun pada akhirnya
konferensi menyepkati Forum BIMST dilanjutkan dengan penyempurnaan mekanisme
dan outcome yang lebih konkrit. Dalam pembahasan, Deiri turut memberikan
pandangan dan argumentasi pentingnya meningkatkan Forum BIMST mencermati
tantangan di kawasan yang secara khusus dapat diatasi dengan kerjasama BIMST.

7. Sebagal tindak lanjut Recommendation of 22 BIMST Public Health Conference, perlu


kiranya Indonesia segera menyusun ToR, termasuk penentuan topik bahasan dan
lokasi 23d BIMST Public Health Conference.

Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya, diucapkan terirna kasih.

Petugas kasi buat Berita

M. Syahid Adam I Sornantri


Ketua Delri

ri
The 22nd Brunei Darussalam-1 ndonesia-Malaysia-Singapore-Thai land
(BIMST) Public Health Conference
St
30' - 31 July 2019, Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam

TENTATIVE PROGRAMME

[Monday, 29" July 2019

Arrival of Delegates
01
Tuesday, 3 July 2019

08.30 - 09.00 hrs. Registration

09.00 - 09.30 hrs. Opening Ceremony at Meeting Room 4, Level 4.

- Welcoming and Opening Arrangements (Secretariat)


- Recital of Surah Al-Fatihah & Doa Selamat
- Remarks by Outgoing Chair (Thailand)

- Opening Remarks by Deputy Permanent Secretary

(Professional), Ministry of Health, Brunei Darussalam


- Photo Session

09.30 - 10.00 hrs. Coffee Break

10.00 - 10.30 hrs. - Election of Chair of the Conference

- Welcome Remarks by Incoming Chair [Brunei Darussalam]


- Election of Vice-Chair and Rapporteur of Conference

- Adoption of Agenda

- Business Arrangement

- Review of the Report and Recommendation of 21St BIN ST


Public Health Conference [Thailand]

10.30 - 12.00 hrs. Roundtable Discussion "Remembering the Past, Looking to the Future"

(20 Minutes for Each Country)

12.00— 14.00 hrs. Lunch at the Rizqun Coffee House


14.00 - 15.30 hrs. Roundtable Discussion continues
15.30 - 15.45 hrs. Coffee Break

15.45 - 16.30 hrs. Roundtable Discussion continues

19.30 hrs. Welcome Dinner hosted by the Deputy Permanent Secretary

(Professional), Ministry of Health, Brunei Darussalam.

Venue: 4' Floor, Rizqun International Hotel


Wednesday, 3IstJuly 2019

08.30 - 08.45 hrs. Recap of Day I [Rapporteur]

08.45 - 10.30 hrs. Meeting Discussion "BIMST: The Way Forward"

- Presentation on the findings of BIMST 2019 Survey

[Brunei Darussalam]

- Discussion

10.30 - 11.00 hrs. Coffee Break

11.00 - 12.30 hrs, - Presentation on Discussion Notes and Recommendations of

22nd BIMST Public Health Conference [Rapporteur]

- Adoption of Recommendations

- Date and Venue of 23 BIMST Public Health Conference

- Closing Remarks

12.30 - 13.30 hrs. Lunch at the Rizqun Coffee House, Ground Floor

13.30 - 16.30 hrs. Cultural Visit


- Group photograph at the main gate of lstana Nurul Iman

- Guided tour of the Royal Regalia Museum

Guided tour of Sultan Omar Ali Saifuddien Mosque

- Walkabout at Taman Mahkota Jubli Emas

16.30 - 17.00 hrs. Coffee Break

Thursday, 1St August 2019

Departure of Delegates
Draft Agenda of the 22nd BIMST Public Health Conference:

30 July 2019

AGENDA ITEM 1 : Welcome and Opening Arrangements [Brunei Darussalam]

AGENDA ITEM 2 : Remarks by Outgoing Chair [Thailand]

AGENDA ITEM 3 : Election of Chairman of Conference

AGENDA ITEM 4 Opening Remarks by Incoming Chair [Brunei Darussalarni

AGENDA ITEM 5 : Adoption of Agenda

AGENDA ITEM 6 Business Arrangement [Brunei Darussalam]

AGENDA ITEM 7 : Review of the Discussion Notes and Recommendation of 21 BIMSI


Public Health Conference [Thailand]

AGENDA ITEM 8 : Roundtable discussion on "Remembering the Past, Looking to the


Future"

31 July 2019

AGENDA ITEM 9 : Recap from Day 1

AGENDA ITEM 10 : Meeting discussion on "BIMST: The Way Forward"

AGENDA ITEM 11 : Presentation on Discussion Notes and Recommendations of the 22'


BIMSI Public Health Conference [Rapporteur - Malaysia]

11.1 : Adoption of Recommendations

AGENDA ITEM 12 : Closing Remarks [Chair]

3
40116

SEGERA

KEDUTAAN BESAR REPUBLIK INDONESIA


TEHRAN
180, Ghaemagham Farahani Ave, Iran
Tip. +9821 88716865, +9821 88717251
Fax. +9821 88718822
Email: tehran.kbri@kemlu.go.id

Kepala Perwakilan RI
BERITA BIASA

Octavino Alithudin
DUBES LBBP RI

Nomor B-00178/Tehran/190919
Kepada Yth. : Menteri Luar Negeri
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
Menteri Sekretaris Negara
Menteri Kesehatan
Kepala Badan POM
Info Yth. : Wamenlu, Sekjen, Dirjen Aspasaf, Dirjen KS Multilateral, Dirjen HPI, Kepala
BPPK, Dir. Asselteng, Dir. HP Sosbud, Dir. Sosbud dan OINB
Sekretaris Jenderal, Dirjen Farmalkes, Dirjen Yankes, Dirjen Kesmas, Dirjen
P2P, Kabalitbangkes, Ka Badan PPSDMK, SAM TKG, SAM Ekokes, SAM
Hukum Kesehatan, Sesditjen Farmalkes, Dir. Prodisfar, Dir. Penalkes dan
PKRT, Sesditjen Yankes, Dir. PKP, Dir. PKR, Dir. Yankestrad, Dir.
Fasyankes, Sesditjen Kesmas, Dir. Kesga, Dir. Gizi, Dir. Promkes, Sesditjen
P2P, Dir. P2PML, Dir. P2PTM, Dir. Surkakes, Dir. P2PTVZ, Sesbalitbangkes,
Kapus Biomedis dan TDK, Sesbadan PPSDMK, Kapus P2JK, Kapusdatin,
Kapus Krisis Kesehatan, Kapus PADK, Karo Umum, Karo Komyanmas, Karo
KSLN Kemenkes
Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kesehatan Kemenko PMK
Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional, Asdep Kerja
Sama Ekonomi Eropa Afrika dan Timteng Kemenko Ekonomi
Deputi Bidang Pengawasan Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan Zat
Adiktif, Dir. Registrasi Obat, Karo Kerja Sama BPOM
Kepala Setwapres, Karo KTLN Kemensetneg
Delri Health Busines Forum (via Sesditjen Farmalkes Kemenkes)
Dirut RSCM, Dirut PT Kalbe Farma, Dirut PT Bio Farma, Dirut PT Kimia Farma,
Dirut PT Dexa Medika, Dirut PT Phapros, Dirut PT Martys, Dirut CV Bartec
Dan i : Duta Besar RI di Tehran
Jumlah : 28 halaman
Perihal : Laporan Kunjungan Kerja Menteri Kesehatan RI ke Tehran, Iran,
tanggal 14-16 September 2019

RINGKASAN BERITA

Menteri Kesehatan RI dan Delegasi RI telah melakukan kunjungan kerja ke Tehran, Iran,
pada tanggal 14-16 September 2019. Kunjungan kerja dilakukan atas undangan
Pemerintah Iran dan dalam rangka implementasi Memorandum of Understanding (MoU)
dan Plan of Action (PoA) Kerja Sama Bidang Kesehatan RI-Iran.
ki)
ISLAMIC REPUBLIC OF IRAN
MINSTRY OF HEALTH AND MEDICAL EDUCATION FOOD AND DRUG ADMINISTRATION

MINUTES OF MEETING
BETWEEN
THE MINISTRY OF HEALTH OF THE REPUBLIC OF INDONESIA
AND
IRAN FOOD AND DRUG ADMINISTRATION
TEHRAN, 14 SEPTEMBER 2019

INTRODUCTION

1. The Meeting between the Ministry of Health of the Republic of Indonesia and the Iran
Food and Drug Administration was held in Tehran on 14 September 2019.

2. Delegation of Indonesia was led by Madam Engko Sosialine Magdalene, Deputy


Minister/Director General for Pharmaceutical and Medical Devices of the Ministry of
Health of the Republic of Indonesia, and Delegation of Iran was led by Dr. M.
Shanehsaz, Deputy Minister and President of Iran Food and Drug Administration.

DISCUSSION ON THE ISSUES OF PHARMACEUTICAL AND MEDICAL DEVICES,


FOOD AND RELATED PRODUCTS IN BOTH COUNTRIES

3. Both Sides had a fruitful discussion on the issues of of Pharmaceutical and Medical
Devices, such as:
a. Good Manufacturing Practice (GMP) for Pharmaceutical;
b. Good Manufacturing Practice (GMP) for Medical Devices;
c. Processed Food;
d. Halal Production;
e. Transfer of Technology of Nano Health Products;
f. Regulation of Stem Cells;
g. Food Supplements;
h. Herbal and Traditional Medicines.

4. On the issue of GMP for Pharmaceutical, since both countries are members of
Pharmaceutical Inspection and Cooperation Schemes (PIC/S), both countries agreed
that to get the market authorization is not mandatory to have EU Certificate for
industries to enter Iran, as well as Indonesia market.

Add.: FOOD AND DRUG ADMINISTRATION Bldg.,


EAKHR-E-RAZI St. ENGHELAB Ave., TEL i . 98-2I-66467268 / 66467269
TEHRAN 13 I4715311, 1. R. IRAN FAX +98-21-66469142
WEI3SITE: alE1 Idaff
ec)!Oda.v.ir
((I))
ISLAMIC REPUBLIC OF IRAN
\

MINSTRY OF HEALTH AND MEDICAL EDUCATION FOOD AND DRUG ADMINISTRATION

5. On the issue of GMP for Medical Devices, both countries have the same requirement
for quality management system which is ISO 13485. In other hand, for the EU
certificate (Conformite EuropeeneICE marks), Indonesia do not require to apply for
CE mark. While, Iran require the CE marks. However, this matter still could be
negotiable further.

6. On the issue of Processed Food, Indonesia asked about market authorization license
on the Indonesian instant coffee that enter Iran's market and requested facilities to
enter the market. Iran responded that there is no problem with the license. The
problem is regarding the packaging of the instant coffee, however this problem
become all countries' problem, not only Indonesia. This issue will be further
discussed.

7. On the issue of Halal Production, both countries agreed to have good cooperation in
the halal sector. Iran stated that their medicine and food supplements always
followed halal regulation. Indonesia welcomes this cooperation.

8. On the issue of transfer of Technology of Nano Health Products, both Sides agreed
to start the implementation and considered the patent issues shall be conducted in
Indonesia.

9. On the issue of Stem Cell, Iran stated that Stem Cell is new issue in the world. Iran
has some institutes to handle stem cell studies and productions. Iran will provide
regulations of usage and production of Stem Cell from Ministry of Health and Medical
Education of the Republic Islamic of Iran and Iran Food and Drug Administration. In
this regard, both countries can share and transfer the information regarding
regulation of Stem Cell.

10.0n the issue of Food Supplement and Herbal and Traditional Medicines, Iran
described brief information and ready for exchange of experiences, technologies and
exports of the products to Indonesia.

OTHER MATTERS

11. Both countries will share list of companies and products of pharmaceutical and
medical devices through the focal points of both countries. The list of Indonesian
pharmaceuticals is accessible through website: wvvvv.ceknie.pom.go.id . While for Medical

Add.: FOOD AND DRUG ADMINISTRATION Bldg.,


FAKHR-B-RAZI St., ENGHELAB Ave., TEL +98-21-66467268 / 66467269
TEHRAN 1314715311, I_ R. IRAN FAX: +98-21-66469142
WEBS1TE:
ce rda pos ir.
ISLAMIC REPUBLIC OF IRAN
MINSTRY OF HEALTH AND MEDICAL EDUCATION FOOD AND DRUG ADMINISTRATION

Devices is accessible through website: www.infoaikes.depkes.do.id . The list of Iranian


pharmaceuticals and medical devices are accessible through website: www.fda gov.ir .

12. The focal points of Indonesia will be:


Bureau of International Cooperation
Ministry of Health of the Republic of Indonesia
Email: bilateral.kemkesgmail.com

The focal point of Iran will be:


Dr. Mahmoud Alebouyeh
Director of International Affairs
Iran Food and Drug Administration
Email: m.alebouyehfda

ACKNOWLEDGEMENT

13. The Ministry of Health of the Republic of Indonesia conveyed its deep appreciation to
the Iran Food and Drug Administration for the warm welcome during the meeting.

Done in Tehran, on the 14th day of September year 2019, in English language.

FOR THE15MI TAY OF HEALTH FOR THE IRAN FOOD AND DRUG
OF THE RE IC OF INDONESIA ADMINI TRATI

./ C
ENGKO SOSIALINE MAGDALENE . SHANEH -
Deputy Minister/Director General Deputy inist- nd&T,skrent
for Pharmaceutical and Medical
Devices 5 WvAi

Add:: FOOD AND DRUG ADMINISTRATION Bldg.,


FAKHR-E-RAZ1 St., ENGHELAB Ave:, TEL +98-21-66467268 / 66467269
TEHRAN 1314715311,1. R. IRAN FAX +98-21-66469142
WEBSITE:
cc \_.11
MINUTES OF MEETING

THE 1 ST JOINT WORKING GROUP (JWG) ON HEALTH COOPERATION


BETWEEN
THE MINISTRY OF HEALTH OF THE REPUBLIC OF INDONESIA
AND
THE MINISTRY OF HEALTH AND MEDICAL EDUCATION OF
THE ISLAMIC REPUBLIC OF IRAN
TEHRAN, 14 SEPTEMBER 2019

INTRODUCTION

1. The 1 st Joint Working Group (JWG) on Health Cooperation between the Ministry
of Health of the Republic of Indonesia and the Ministry of Health and Medical
Education of the Islamic Republic of Iran was held in Tehran on 14 September
2019.

2. Delegation of Indonesia was led by Madam Engko Sosialine Magdalena, Deputy


,, Minister/Director General for Pharmaceutical and Medical Devices of the
Ministry of Health of the Republic of Indonesia, and Delegation of Iran was led
. by Dr Mohsen Asadi-Lari, Acting Minister for International Affairs of the Ministry
, of Health and Medical Education of the Islamic Republic of Iran. List of
delegation appears as Annex 1.

ADOPTION OF AGENDA

3. Both Sides adopted the agenda of the meeting as attached (Annex 2).

OVERVIEW OF THE MOU ON HEALTH COOPERATION AND POA FOR THE


IMPLEMENTATION OF MOU

4. Both Sides welcome the close cooperation of the two countries in the health
field, which has been formulized through the signing of Memorandum of
Understanding on Health Cooperation, on 26 October 2018 in Astana,
Kazakhstan, and agreed to work together based on the Plan of Action for the
Implementation of Memorandum of Understanding, which has been signed on
21 May 2019 in Geneva.

5. Both Sides overviewed the implementation of Plan of Action as agreed and


shared the commitment for concrete implementation, as follows:
a. Strengthening Primary Health Care (PHC)
b. Cooperation on the issues of mutual interest regarding the Organ
Transplantation;
c. Development of Pharmaceutical and Medical Devices in both countries;
d. Cooperation on the issues of Medicines;
e. Cooperation on interest of Traditional and Complimentary Pharmaceutical
Products;
f. Development of Halal Vaccines;
g. Collaboration to address Bioterrorism;
_
-
h. Cooperation on Sustainability of Universal Health Care (UHC);
i. Cooperation on Non-Communicable Disease;
j. Collaboration on Strengthening the Traditional Medicine Services; and
k. Cooperation on Health Emergency Response and Disaster Management.

6. Both Sides agreed to consider the following additional activities:


a. Sharing information and cooperation on Avian and Endemic Flu;
b. Sharing experience in the field of health insurance;
c. Infrastructure Development of Stem Cell Research and service delivery;
d. Sharing experience, knowledge and technology on Cell Therapy;
e. Sharing experience, knowledge and technology on Tissue Engineering;
• f. Establish Standardization and Testing Laboratory of Stem Cell Products;
g. Training in organ donation from brain death people by exchange of experts
team;
h. Fellowship programs on organ transplantation in the Islamic Republic of Iran;
• i. Updating national diagnosis, prevention and early detection and
treatment Guidelines in the course of fighting against bioterrorism;
• j. Exchange of information and experiences on food safety and security
promotion programs;
• k. Sharing experiences on establishing Health Emergency Response
Team (HERT) for Biological disasters;
I. Sharing experiences on developing Biologic Disasters (Natural and
Man-made) National Response Framework (NRF);
m. Sharing experience of integration of major NCDs (CVD, Diabetes,
COPD, Cancers) prevention and control programs and integrated
Health care delivery in PHC system; and
n. Sharing experience on promotion of healthy life styles.

7. Both Sides will discuss further and conclude the details of the new agreed
activities to be added in the Plan of Action.

DISCUSSION ON THE ACTIVITY OF THE DEVELOPMENT OF


PHARMACEUTICAL AND MEDICAL DEVICES IN BOTH COUNTRIES

8. Indonesia presented the proposed implementation activities for development of


Pharmaceutical and Medical Devices.

9. Both Sides agreed on the proposed activities under cooperation of development


of pharmaceutical and medical to be implemented concretely between Indonesia
and Iran, as follow:

a. Nanotechnology for Pharmaceutical:


(1) Cooperation to promote, facilitate and support in the development of
technology transfer of nano-health technology for pharmaceutical which is 1
under the purview of the concerned institutions of both countries (2019); '

b. Medical Devices:
- -
_
(1) Support and facilitate business matched making between
industries/companies of Medical Devices Products in Iran and Indonesia
(2019); and
(2) Support and facilitate the establishment of joint ventures for technology
transfer of Medical Devices Industry (2020).

c. Active Pharmaceutical Ingredients (API):


(1) Support and facilitate business matched making between
industries/companies of API Iran and Indonesia (2020); and
(2) Support and facilitate the establishment of manufacturing for API in
Indonesia (2021).

d. Robotic Surgery and Imaging:


(1) Support Public Private Partnership to Establish Robotic Surgery Services
in the National Referral Hospital (2020);
(2) Support and facilitate the establishment of joint venture clinic
subspecialist health services integrated in the National Referral Hospital.
Subspecialist services such as Cardiac Surgery, Radiotherapy, Cancer,
etc (2021); and
(3) Capacity Building/Training/Exchange of knowledge and expertise
between Health Professional for Robotic Surgery (2020).

OTHER MATTERS

10.Both Sides agreed that the 2 nd Joint Working Group on Health Cooperation
would be held in Indonesia at the second semester of 2020 on the date mutually
convenient for both Sides to be communicated through diplomatic channel. Both
Sides also agreed to conduct preparatory meeting for the 2 nd JWG in the
sideline of the 73 rd Session of World Health Assembly (WHA) in Geneva on May
2020.

ACKNOWLEDGEMENT

11.The Ministry of Health of the Republic of Indonesia conveyed its deep


appreciation to the Ministry of Health and Medical Education of the Islamic
Republic of Iran for the warm welcome and generous hospitality during the 1 5t
Joint Working Group on Health Cooperation.

Done in Tehran, on 14 th September 2019, in English language.

FOR THE MINI RY OF HEALTH FOR THE MINISTRY OF HEALTH


OF THE REP B It OF INDONESIA AND MEDICAL EDUCATION OF
THE ISLAMIC REPUBLIC OF IRAN

' D414161
ENGKO SOSIALINE MAGDALENE MOHSEN ASADI-LARI
, Deputy Minister/Director General Acting Minister
for Pharmaceutical and Medical Devices for International Affairs
.e.

REPUBLIK INDONESIA

TECHNICAL ARRANGEMENT
BETWEEN
THE MINISTRY OF HEALTH OF THE REPUBLIC OF INDONESIA
AND
IRAN NANOTECHNOLOGY INNOVATION COUNCIL
ON
HEALTH NANOTECHNOLOGY, BIOTECHNOLOGY
AND STEM CELL PRODUCTS DEVELOPMENT

The Ministry of Health of the Republic of Indonesia and Iran Nanotechnology Innovation Council,
hereinafter referred to singularly as the "Party" and collectively as the "Parties";

Referring to the Memorandum of Understanding between the Ministry of Health of the Republic
of Indonesia and the Ministry of Health and Medical Education of the Islamic Republic of Iran on
Health Cooperation (MoU), signed in Astana, Kazakhstan, on 26 October 2018;

Recalling the Plan of Action for the implementation of the MoU between the Ministry of Health of
the Republic of Indonesia and the Ministry of Health and Medical Education of the Islamic
Republic of Iran on Health Cooperation, signed in Geneva, on 21 May 2019;

Considering their mutual interests to continue strengthening and developing health


nanotechnology of pharmaceutical and medical devices as well as biotechnology and stem cell
products;

Pursuant to the prevailing laws and regulations of their respective countries;

Have agreed as follows:

ARTICLE .1
OBJECTIVE

The objective of this Technical Arrangement (hereinafter referred to as TA) is to provide a


framework of cooperation between the Parties in the field of nanotechnology, biotechnology and
stem cell.

ARTICLE 2
ACTIVITIES

1. Subject to the availability of funds and personnel and the laws and regulations of the
respective Parties, the cooperation under this TA shall be conducted through the following
activities:

a. facilitate the implementation of exchange of knowledge and technology among


related institutions and companies of both countries;
b. collaborate in the promotion of co-investment in the joint development and production
of nanotechnologies of pharmaceutical and medical devices as well as biotechnology
and stem cell products;
Ii


c. promote the formation of joint venture between Iranian and Indonesian companies
with a view to conduct transfer of technology and products as well as establish new
production line;
I. d. facilitate product licensing, leasing of technology and its technical services to related
companies and institutions of both countries that involved in the implementation of
this TA;
e. support the creation of joint-brands;
f. cooperate in the provision of training and fulfillment of infrastructure needs of
research laboratories; and
g. cooperate in providing assistance or facilitation of pharmaceutical and medical
devices to fulfill requirement for registration and certificationas well as clinical trial in
the two countries.

2. The Parties and/or its related institutions and companies may, if it is deemed necessary,
conclude specific arrangement to regulate further the agreed cooperative activities.

ARTICLE 3 1
FINANCIAL ARRANGEMENT •I 1

The financial arrangement to cover expenses for the cooperative activities undertaken within the
framework of this TA shall be mutually agreed upon by the Parties on a case by case basis
subject to the availability of funds and resources, and in accordance with applicable laws and
regulations in the respective countries of the Parties.

i
ARTICLE 4
INTELLECTUAL PROPERTY RIGHTS

1. Each Party shall ensure that any intellectual property rights which is brought in by the
aforementioned Party for the implementation of this TA is not resulted from any
infringement of any third party's legitimate rights. Such Party shall also be liable for any
i claim made by any third party on the ownership and legality of such intellectual property.

• 2. The Parties agree that any intellectual property arising under the implementation of this TA
shall be jointly owned and:

a. each Party shall be allowed to use such intellectual property for the purpose of
maintaining, adapting and improving such property:
b. in the event that such intellectual property is used by either Party and/or institution
on behalf of its Government for commercial purposes, the other Party shall be entitled
to obtain equitable sharing of royalty.

I ARTICLE 5
GENETIC RESOURCES AND TRADITIONAL KNOWLEDGE
I
The access and utilization of Genetic Resources and associated Traditional Knowledge in the
implementation of cooperative activities under this TA shall be further regulated in specific
arrangement on case by case project basis to be agreed by the Parties prior to the
commencement of related project activities.

ARTICLE 6
MATERIAL TRANSFER ARRANGEMENT I

1. All research activities using materials originating from the country of either Party, to the
fullest extent possible, shall be done in the country of origin.

Il

,
2. in the event that the research materials are required to be transferred outside the territory
of the country of origin of either Party, the transfer of such research materials shall be
conducted through Material Transfer Agreement (MTA) to be concluded by the Parties in
accordance with the prevailing laws and regulations as well as policies of the origin country.

ARTICLE 7
CONFIDENTIALITY

1. Each Party shall protect the confidentiality of documents, information and/or materials
received from the other Party for or resulted from the implementation of this TA or any other
arrangements made pursuant to this TA.

2. If either Party wishes to disclose confidential documents, information and/or materials


which is owned by the other Party or resulted from the implementation of this TA to a third
party, the disclosing Party shall obtain prior written consent from the other Party before any
disclosure can be made.

3. Upon request of either Party, the necessary measures shall be taken by the other Party to
avoid unauthorized transfer or retransfer of any confidential documents, information and/or
materials.

4. The provision of this Article shall not prejudice the prevailing laws and regulations of the
Parties.

5. The Parties agree that the provision of this Article shall continue to be binding between the
Parties notwithstanding the termination of this TA.

ARTICLE 8
AMENDMENT

This TA may be amended by mutual written consent of the Parties. Such amendment shall come
into force on the date as agreed upon by the Parties and shall form an integral part of this TA.

ARTICLE 9
CODE OF CONDUCT

The Parties shall ensure that its personnel or personnel of its related institutions and companies
involved in the activities under this TA shall respect and abide the laws and regulations, political
independence, sovereignty, and territorial integrity of the host country and shall avoid any
activities inconsistent with the objective of this TA.

ARTICLE 10
SETTLEMENT OF DISPUTE

Any dispute concerning the interpretation and implementation of this TA shall be settled amicably
through negotiations and consultation between the Parties.

ARTICLE 11
ENTRY INTO FORCE, DURATION AND TERMINATION

1. This TA shall come into force on the date of signing.


2. This TA shall remain in force for a period of 5 (five) years and shall be automatically
renewed for another period of 5 (five) years.

3. Either Party may terminate this TA at any time by giving written notification to the other
Party of its intention to terminate this TA through diplomatic channel at least 3 (three)
months prior to its intended date of termination.

4. The termination or expiration of this TA shall not affect the completion of any on-going
programs and projects made under this TA, unless the Parties decide otherwise.

In witness whereof, the undersigned, have signed this TA.

Done in duplicate at Tehran on September 15, 2019, each in Indonesian, Persian and English
languages, all texts being equally authentic. In case of any divergence of interpretation, the
English text shall prevail.

FOR THE MINISTRY OF HEALTH OF THE FOR IRAN NANOTECHNOLOGY


REPUBL?It F4NDONESIA INNOVATION COUNCIL
(

,v
/ 411/441A-
Engko Sosialine Magdalene Saeed Sakar
I Deputy Minister for Pharmaceutical and Secretary General
I Medical Devices
-

REPUBLIK I N DONES LA

PENGATURAN TEKNIS
ANTARA
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
DAN
BADAN INOVASI NANOTEKNOLOGI IRAN
TENTANG
PENGEMBANGAN NANOTEKNOLOGI, BIOTEKNOLOGI
DAN PRODUK SEL PUNCA KESEHATAN

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Badan Inovasi Nanoteknologi Iran, selanjutnya
disebut secara masing-masing sebagai "Pihak" dan secara bersarna-sama sebagai "Para Pihak'';

Merujuk Memorandum Saling Pengertian antara Kementerian Kesehatan Republik Indonesia


dan Kementerian Kesehatan dan Pendidikan Medis Republik Islam Iran tentang Kerja Sanna
Kesehatan (MSP), ditandatangani di Astana, Kazakhstan, tanggal 26 Oktober 2018;

Mengingat Rencana Aksi untuk lmplementasi MSP antara Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia dan Kementerian Kesehatan dan Pendidikan Medis Republik Islam Iran tentang Kerja
. Sama Kesehatan, ditandatangani di Jenewa, tanggal 21 Mei 2019;

Mempertimbangkan kepentingan bersama untuk terus memperkuat dan mengembangkan


nanoteknologi kesehatan di bidang farnnasi dan alat kesehatan serta pengembangan
bioteknologi dan produk sel punca;

Berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di masing-masing


negara;

Telah menyetujui hal-hal berikut:

PASAL 1
TUJUAN

Tujuan dari Pengaturan Teknis ini (selanjutnya disebut sebagai "PT") adalah untuk menyediakan
kerangka kerja sarna antara Para Pihak di bidang nanoteknologi, bioteknologi dan sal punca.

PASAL 2
KEGIATAN

1. Berdasarkan pada ketersediaan dana den personil serta hukum dan peraturan perundang-
undangan masing-rnasing Pihak, kerja same berdasarkan PT ini wajib dilakukan melalui
keg iatan-keg iatan berikut:

a. memfasilitasi pelaksanaan pertukaran pengetahuan clan teknologi antara lembaga


dan perusahaan terkait di kedua negara;
b. berkolaborasi dalam mendorong investasi bersama di bidang pengembangan dan
produksi bersama nanoteknologi farmasi dan alat kesehatan serta bioteknologi dan
produk sel punca;

-
I: c. mendorong pembentukan usaha bersama antara perusahaan Iran dan Indonesia
dalam rangka melakukan alih teknologi dan produk serta mennbangun jalur produksi
baru;
I d. memfasilitasi lisensi produk, penyewaan teknologi dan jasa teknis terkait bagi
perusahaan dan institusi terkait dari kedua negara yang terlibat dalam pelaksanaan
TP ini;
e. mendukung penciptaan merek bersama;
f. bekerja sama dalam penyediaan pelatihan dan pemenuhan kebutuhan infrastruktur
laboratorium penelitian; dan
g. bekerja sama dalam penyediaan bantuan atau fasilitasi farmasi dan alat kesehatan
untuk memenuhi persyaratan registrasi dan sertifikasi serta uji klinis di kedua negara.

2. Para Pihak dan/atau lembaga dan perusahaan terkaitnya dapat, jika dipandang perlu,
menyepakati pengaturan khusus untuk mengatur lebih lanjut kegiatan kerja sama yang
• disepakati.

PASAL 3
PENGATURAN KEUANGAN

Pengaturan keuangan untuk membiayai kegiatan kerja sama yang dilakukan dalam kerangka
kerja PT ini wajib disepakati bersama oleh Para Pihak secara kasus per kasus berdasarkan
ketersediaan dana dan sumber daya, serta sesuai dengan hukum dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku di masing-masing negara Para Pihak.

PASAL 4
HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

1. Masing-masing Pihak wajib memastikan bahwa hak kekayaan intelektual apa pun yang
dibawa oleh Pihak tersebut untuk pelaksanaan PT ini tidak dihasilkan dari pelanggaran hak
sah pihak ketiga mana pun. Pihak tersebut juga wajib bertanggung jawab atas klaim yang
dibuat oleh pihak ketiga atas kepemilikan dan legalitas kekayaan intelektual tersebut.

2. Para Pihak setuju bahwa setiap kekayaan intelektual yang timbul dalam pelaksanaan PT
ini wajib dirnifiki bersama dan:

a. masing-masing Pihak wajib diperkenankan untuk menggunakan kekayaan


intelektual tersebut untuk tujuan memelihara, mengadaptasi, dan mengembangkan
kekayaan tersebut;
b. dalam hal kekayaan intelektual tersebut digunakan oleh salah satu Pihak dan/atau
lembaga atas nanna Pemerintahnya untuk tujuan komersial, Pihak fainnya wajib
berhak untuk mendapatkan bagian dari keuntungan secara adil.

PASAL 5
SUMBER DAYA GENETIK DAN PENGETAHUAN TRADISIONAL

Akses dan pemanfaatan Sumber Daya Genetik dan Pengetahuan Tradisional terkait dalam
pelaksanaan kegiatan kerja sama di bawah PT ini wajib diatur lebih lanjut dalam pengaturan
khusus berdasarkan kasus per kasus proyek yang wajib disepakati oleh Para Pihak sebelum
dimulainya kegiatan proyek terkait.

PASAL 6
PERJANJIAN ALIH MATERIAL

1. Semua kegiatan penelitian yang menggunakan material yang berasal dari negara salah
satu Pihak, semaksimal mungkin, wajib dilakukan di negara asal.
, -,-.. , ---_,. -- - ______ ----- ---- - -
.. . . ,. ... . . . . ,. . ,.

2. Dalam hal material penelitian diperlukan untuk dialihkan ke luar wilayah negara asal salah
satu Pihak, pengalihan material penelitian tersebut wajib dilakukan melalui Perjanjian Alih
Material (PAM) yang akan disepakati oleh Para Pihak sesuai dengan hukum dan peraturan
perundang-undangan serta kebijakan yang berlaku di negara asal.

PASAL 7
KERAHASIAAN

1. Masing-masing Pihak wajib melindungi kerahasiaan dokumen, informasi dan/atau materi


yang diterima dari Pihak lain untuk atau dihasilkan dari pelaksanaan PT ini atau pengaturan
lain yang dibuat sesuai dengan PT ini.

2. Jika salah satu Pihak ingin mengungkapkan kepada pihak ketiga atas dokumen, informasi
dan/atau materi rahasia yang merupakan milik dari Pihak lainnya atau dihasilkan dari
pelaksanaan PT ini kepada pihak ketiga, Pihak yang mengungkapkan wajib mendapatkan
persetujuan tertulis sebelumnya dari Pihak lainnya sebelum pengungkapan apa pun dapat
dilakukan.

3. Alas permintaan salah satu Plhak, tindakan yang diperlukan wajib diambil oleh Pihak
lainnya untuk menghindari pengalihan atau pengalihan ulang yang tidak sah alas
dokumen, informasi dan/atau materi rahasia.

4. Ketentuan dari Pasal ini wajib tidak mengesampingkan hukum dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dari Para Pihak,

5. Para Pihak sepakat bahwa ketentuan Pasal ini wajib terus mengikat Para Pihak meskipun
PT ini berakhir.

PASAL 8
PERUBAHAN

PT ini dapat diubah dengan persetujuan bersama Para Pihak secara tertulis. Perubahan tersebut
wajib berlaku pada tanggal yang disepakati oleh Para Pihak dan wajib menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari PT mi.

PASAL 9
KODE ETIK

Para Pihak wajib menjamin bahwa personilnya atau personil dad lembaga dan perusahaan
terkait yang terlibat dalam pelaksanaan PT ini wajib menghormati dan mematuhi hukum dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, kemandirian politik, kedaulatan dan integritas
wilayah negara tuan rumah dan wajib menghindari kegiatan apapun yang tidak sesuai dengan
tujuan PT mi.

PASAL 10
PENYELESAIAN PERSELISIHAN

Setiap perselisihan yang berkaitan dengan penafsiran atau pelaksanaan PT ini wajib
diselesaikan secara damai melalui konsultasi dan negosiasi antara Para Mak.
IT
_
1 PASAL 11
MULAI BERLAKU, JANGKA WAKTU DAN PENGAKHIRAN L

1. PT in wajib mulai berlaku pada tanggal penandatanganan.

2. PT ini wajib tetap berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan wajib diperpanjang secara
otomatis untuk jangka waktu 5 (lima) tahun.

3. Salah satu Pihak dapat mengakhiri PT ini setiap saat dengan memberikan pemberitahuan
tertulis kepada Pihak lainnya mengenai keinginannya untuk mengakhiri PT ini melalui
saluran diplomatik setidaknya 3 (tiga) bulan sebelum tanggal pengakhiran yang diinginkan.

4. Pengakhiran atau berakhirnya PT ini wajib tidak mempengaruhi penyelesaian sennua


program atau kegiatan yang sedang beriangsung yang dibuat berdasarkan PT ini, kecuali
Para Pihak mennutuskan lain.

Sebagai bukti, yang bertandatangan di bawah ini, telah menandatangani PT ini.

Dibuat dalam rangkap dua di Tehran, Iran, pada tanggal 15 September 2019 masing-masing
daiam bahasa Indonesia, Persia dan lnggris, semua naskah memiliki keabsahan yang sama.
Dalam hal terdapat perbedaan penafsiran, naskah bahasa lnggris wajib berlaku.

UNTUK KEMENTERIAN KESEHATAN UNTUK BADAN INOVASI


REPUBLI t)
; INDONESIA NANOTEKNOLOGI IRAN

( Ps / /

./ iceezAji/a441--

Engko Sosialine Magdalene Saeed Sakar


Direktur Jenderal Sekretaris Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan

-- -
E .
REPUBLIK INDONESIA

C.J7h1
L551_9')31 cL,11 .4? cLI JI :JJ

:)-jj

LS-45-.3 LS1+1.9.1" (SJ_5125k.9:1-). ‘-9Jb cL5-4N-" L.C1-1 L.;-)..9Uk.9:5L5

(:),?4j L 1 oa4 j cs..33 L5.3_54-.÷


LTA 4.0 a4i.).1.1 .191'4 J ""J-12

L55..k.),! LA) J.41 j cu LJJ 1 L5J* Ljljj 4,11 k? JUI


j4.:iS1 26 j .
4:3 1.3..J
1-,;=,-.41 1 44 2018
:

' 1.14-.1 4-s 4-4u ?'!° 11-1 4-5li-?. 1 LS/J-.5 4-421 ..)4 (-5JJ 1 -)14
J3 J 4çJJ L_. p j15.-abU ()I j,a1 Ls-4:',L1 j (55.213ai CLtA11.1.er4
L;n-al 4-.32019 Ls.. 21

c jj iL ojj L51.A Ls jjlai j 4.AU Lc; j4 j2.14 Sl'_)1Lc.. 44 L?


(-5J,91:13 LLV.5' L:J:4°A

LstA j =',;‹ cJ- I j Lj+il_51 Li (34116

jj ts,r,. L54,1j 1(..5.,1 4.


. , li TA ,tS) 4.4li
L5-4 Lg1 6J9L-4 j , Ls.),,Uk,3li

•,
2 ..)3-.1

..)3 TA 4...).)1 J5....A L5.31...31 L.53LA 4.4 Le.4 js .1 i.

LS1-641.1.

. ,

... .
r ',.. ---, -7- -r••• -7-
tSJiliiJ j'":11 -) L3-41 LJL J.!G
L_5•JILlo 4.7—,4 c_s j_LL<, J1._,4
5543;1 `L.1 .3.2 J _9J..) J.) csJiliki5u 433 j '4)114 4--4 .3:1 L53_9J1.)
tt5-)k7?:34 L5Les-1_91" c.g.)9 ‘L'
"-U4 L5 51 ,-9.1:51 C-52/1 - 1 C.J7P. LSjif"
.
a.13,--.A
: c2)7 .9-' 4 .9 c.5.1.9Ui (-312i:51
C:JtAwAx_56A elcja.;5' 4.] 14W
.

J÷,11
° K4 1"...)I c..5:11-'_)?..3 Leki9-4i L-54-4 :J171.3 LS.J1-5`-a° .0
1 .31e (..9J1.) ($AJ J Li U J. jL41'-i 13:.+"*" L-C-4S 44J l
j ..9.?-* c-5 1 ..)4

,s 1 i L51 6 1c.),1 teraer3 cx.+i_). .2


4 L3A1,33 j_9.4 L J Il Li

3.

.'.).43:5: Le 431 TA all L -1 _5_k AS `S.)" (.5 L.SLtb 421:1—)4' L.1+'L LS U13 c_51-4
CL' I JJ:i'li al:51 _5:i C941-1=6 J JLb3-4 C.J.).54 (J-',51"-) cLIJ.9-"49
. .

4
iL

. 1
LiL)°"63
6J3' (:).4 1 - . `3" L.)°,5"-=LL j .)
'-145 "5 7,5

ji L . 31-4 j. . 0 -.) ..9"1 LEA L.5 4' LI TA . 33.s ji 1 ,53 .2


-1 _)A c..):0J11

44I LsaiJI (3.:: 'aJt.)-erL LJ'- LiC.J?J 4.1J1 OJ L1j.L J L—.111

Li Lji 31 44,1.w_3.4 L.4 ct-i)L. C.)41 AS LsJY


c_5L'a.4_9_.) _31 1 .3 15,14 z)

5
LA31-J L5J

°id-)
TA 1 c/1.3
j.ki1j1.0 t_g_A _31
~▪•

6 41
L9- Ld C_0_95

4.5 Ls.1_5A .1
.4.43

C.}11 L.-9)m j.1 1.21.41 4-] j1:1 AS Ls'i J-Lqj .2


.9 .1 .94 (.5-4 JJChis
:_)-1= j0 (MTA) LS (.),LJ
4211 LL c 4.51 g 1 -14-, 1.11:11 .3i

.1_5.4 j 1-C. !ALI j.:11,3 L5U .1


JI LS
0.1,1 TAc..),3.1 j1 LAc.:)111...9 -113.,g1 jfiitb t4 TA L.v.t Lc1 „), Lgt fi

J4114 L k.j.3.■
- 4.5 j 431_4y.A 61 .,&4 .2
tilS ,.fAn TA all
..)_14:(J
‘ j ii Lsg a fium

Jult LsJA.5.6 LstJ4 1.5i ,L11 .4s .-.:i 1,'÷ _}4 L;n1Z1 c:61-1)3 1-.) .3
.3.)...9t ?AI .; 1 j eUl.A jsa CLI1L.c.'_)1.101 jgb

U.1:4 j L.:kJ-
' 4 -.9 (:).71-:*0 45.1-.13 '41 (: 3. 1 /_}?.1 .4

J..91 r I311 c..v..? TAal.1 4-ci& .11..) ak)12 .5

8.
i

6i1 tr.,u1:3 c).41 L5 41.L.:=1,) L-- J...01 DS.A... TA ai.1


U TAC..):1. 1 .)71. 17.PLu J 494 "1"41. 1 _)%1 1

9 zq
JtiJ

J..) AS 1.+31 u.1=4.)A tstie 4.:JUS JIS di,...);) ,ILS cjA).12


ji L44
. . LQ:i SJIL.41 CLI1 jsi.a JL.14 TA '&41 LyLe4
..1aLA j_5.1 TA c.),,1 c4L,Li jeti .1:65 jAa j 4111Z LD14:),L4
10 -11-.1
Li J

L5-4 jz. 4311,1_0

11
4-4:11_ C)Usi 4L-1
. 14 4 t j.1 C)..a

15 i.517 tr_.4 J U 31 TA c:.),.4 . 1

.2
js.

vuls. 3 L5 -41 31 IS -.7 JIN


.. .3
..11e6.1 .4..4:1i;. j TA C..)...11 Siik-4 s34-4 L.9%)._). J,! L_]] E:41

.4
• & A). 4$4

j c L.5414,33 j.111 jtt (::k) & 4-4U.4A L43 Ds 5 c c 2019 j4.44445


(-2.21.1i1 44iti jr—n j,] Lel ut .54)41G (s1 j1.1 kLuit Li_ust
" 1..,..12.41 Le4i1
61.1

L,1"=11 Le4L1 (.;.144 J.!'"al

„.",
j.L J.., ofkg cs 1 J.?

P.
_1) 2 J ii

— •
Letter of Intent
Between
PT. Bib Farma (Persero) and Darou Darman Arang Pharmaceutical co.
on
Collaboration in the Production of Vaccines

PT Bio Farma (Persero), a company established and registered under the laws of the
Republic of Indonesia, having its principle place of business at A. Pasteur No.28,
Bandung, 40161, Indonesia and Darou Darman Arang Pharmaceutical co., a company
established and registered under the laws of the Islamic Republic of Iran, having its
principle place of business at Unit 3, No.15, Second St., Asad Abadi St., Tehran, Iran,
hereinafter collectively referred to as the Parties;

Desiring to promote cooperation between the Parties on the basis of mutual respect
and mutual benefit;

Believing that close cooperation between the Parties will contribute to the
strengthening bilateral relations between the countries of the Parties;

Do hereby express the Parties' intention to enter into collaboration to produce Bio
Farma finished products vaccines of Td, DT, DTP and Pentavalant in Iran using Bio
Farms Active Pharmaceutical Ingredients,

The Parties agree to follow up the implementation of this Letter of Intent by concluding
specific arrangement to regulate further the details of the agreed activities in due
course.

Done in Tehran on 15th September 2019, in duplicate in the English language.

FOR PT Bit F A RMA (PERSERO) FOR DAROU DARMAN ARANG


PHARMACEUTICAL CO.

Fitria a - ahrnawati Dr Sae d Maleki


International Marketing Manager irman
(1?

Anda mungkin juga menyukai