Anda di halaman 1dari 57

DIREKTORAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR

DITJEN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT


KEMENTERIAN KESEHATAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya telah tersusun Laporan Kinerja Direktorat Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Tidak Menular (Dit. P2PTM) Tahun 2019, Laporan Kinerja ini disusun sebagai
pelaksanaan sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), yang mewajibkan setiap entitas sebagai
unsur Kementerian Lembaga penyelenggara negara mulai entitas satker sampai dengan
entitas Kementerian Negara/Lembaga harus menyampaikan Laporan Kinerja. Penyusunan
laporan kinerja disusun sesuai dengan peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 53 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

Laporan Kinerja Dit. P2PTM merupakan perwujudan pertanggungjawaban atas kinerja


pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya dalam rangka pencapaian sasaran strategis pada
tahun 2019 yang tercermin dalam capaian indikator kinerja, serta merupakan realisasi dari
Rencana Kinerja Tahunan tahun anggaran 2019, yang mengacu pada Rencana Stategis
Kementerian Kesehatan 2015-2019, dan Rencana Aksi Kegiatan Dit. P2PTM tahun 2015-
2019. Laporan Kinerja ini dapat memberikan gambaran obyektif dan dapat
dipertanggungjawabkan kepada pimpinan dan publik tentang kinerja Dit. P2PTM baik
keberhasilan maupun kendala pada tahun 2019, dan dapat digunakan sebagai bahan
evaluasi kinerja Dit. P2PTM yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
menyusun rencana kerja tahun berikutnya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak atas keberhasilan program
pencegahan dan pengendalian PTM yang telah dicapai, walaupun masih ada yang perlu
ditingkatkan dan disempurnakan untuk mencapai kinerja yang lebih baik. Kami harapkan
masukan-masukan atau saran dan kritik yang membangun dari semua pihak dalam rangka
peningkatan kinerja pada tahun-tahun selanjutnya.

Jakarta, Januari 2020


Direktur Pencegahan dan Pengendalian PTM,

dr. Cut Putri Arianie, MH.Kes


NIP 196206221988122001

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2019 i


RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN KINERJA (LAPKIN) DIREKTORAT PENCEGAHAN
DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR TAHUN 2019

Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Pencegahan Pengendalian Penyakit Tidak Menular


(P2PTM) Tahun 2019 merupakan laporan pertanggungjawaban atas pencapaian Sasaran
Strategis Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular tahun 2019,
yang tercermin dalam capaian Indikator Kinerja, yang tertuang dalam dokumen perjanjian
kinerja tahun 2019 serta merupakan realisasi dari Rencana Kerja tahun anggaran 2019,
sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun
2015 – 2019, dan Rencana Aksi Kegiatan Dit. P2PTM tahun 2015-2019.

Tugas pokok dan fungsi Dit. P2PTM tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64
tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, yaitu mempunyai
tugas Melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan krteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan,
evaluasi, dan pelaporan di bidang pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan. Dalam rangka melaksanakan
tugas pokok dan fungsinya, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian PTM menyusun visi,
misi, dan strategi, yang mencerminkan tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan
program dan kebijakan yang ditetapkan dalam Rencana Aksi Kegiatan P2PTM Tahun 2015-
2019.

Dalam pelaksanaan kegiatan Dit.P2PTM juga didukung oleh dana dekonsentrasi yang
diberikan kepada daerah sebagai akselerasi capaian program melalui pelatihan, serta dana
dari PHLN, sehingga kinerja penggunaan dana tersebut akan mempengaruhi kinerja
Dit.P2PTM.

Untuk mencapai tujuan dan sasaran kegiatan pencegahan pengendalian penyakit tidak
menular, yaitu terselenggaranya pencegahan dan pengendalian penyakit secara berhasil-
guna dan berdaya-guna dalam mendukung pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya, ditetapkan 5 (lima) indikator kinerja keberhasilan pelaksanaan kegiatan
pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular, yaitu; Persentase Puskesmas yang
melaksanakan pengendalian PTM terpadu, Persentase Kabupaten/Kota yang
melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal 50% sekolah, Persentase
Desa/Kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM,
Persentase perempuan usia 30 sampai 50 tahun yang dideteksi dini kanker serviks dan
payudara, Persentase Puskesmas yang melaksanakan deteksi dini dan rujukan katarak.

Pada tahun 2019, Direktorat P2PTM telah menetapkan indikator keberhasilan yang tertuang
dalam perjanjian kinerja yaitu, indikator kinerja program (IKP) yaitu Persentase
Kabupaten/Kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal 50%
sekolah sebesar 50%, dan indikator kinerja kegiatan (IKK) yaitu Persentase Puskesmas
yang melaksanakan pengendalian PTM terpadu sebesar 50%, Persentase Desa/Kelurahan
yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM sebesar 50%, dan
Persentase perempuan usia 30 sampai 50 tahun yang dideteksi dini kanker serviks dan
payudara sebesar 50%, Persentase Puskesmas yang melaksanakan deteksi dini dan
rujukan katarak sebesar 30%.

Hasil dari pengukuran kinerja pada tahun 2019, Indikator Kinerja mencapai target yang telah
ditetapkan dalam perjanjian kinerja yaitu Persentase Kabupaten/Kota yang melaksanakan
kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal 50% sekolah sebesar 50,2%, Persentase
Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM terpadu sebesar 80,5%, Persentase

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2019 ii


Desa/Kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM
sebesar 50,7%, dan Persentase perempuan usia 30 sampai 50 tahun yang dideteksi dini
kanker serviks dan payudara sebesar 50,0%.Persentase Puskesmas yang melaksanakan
deteksi dini dan rujukan katarak sebesar 60,8%. Kendala yang dihadapi dalam pencapaian
sasaran indikator kinerja tersebut, antara lain advokasi dan sosialisasi yang belum maksimal
di tingkat kab/kota, Koordinasi Lintas Program dan Lintas Sektor yang belum optimal di
tingkat Kab/Kota, dan minimnya anggaran di daerah yang tersedia.

Alokasi anggaran Satker Dit.P2PTM dalam upaya pencegahan dan pengendalian PTM
tahun 2019 sebesar Rp. 61.635.459.000,- dengan realisasi Rp. 54.541.639.424,- atau
sebesar 88,5%, anggaran ini merupakan anggaran APBN dan PHLN yang dikelola oleh
satker Dit.P2PTM. Jika dibandingkan dengan tahun 2018 pencapaiannya sebesar 94,14%,
terjadi penurunan dalam realisasi anggaran. Sedangkan rata-rata kinerja pada tahun 2019
sebesar 124,6% jika dibandingkan dengan tahun 2018 capaiannya sebesar 134,5%, terjadi
penurunan rata-rata kinerja P2PTM, namun pencapaiannya masih diatas 100%. Pencapaian
kinerja Pencegahan dan Pengendalian PTM bukan saja dipengaruhi oleh penggunaan
anggaran yang dikelola oleh Satker Dit.P2PTM, hal ini juga dipengaruhi oleh anggaran lain
seperti anggaran dekonsentrasi dan APBD yang dikelola oleh daerah.

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2019 iii


DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................................ i
RINGKASAN EKSEKUTIF....................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iv
BAB I : PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG..................................................................................... 1
B. TUGAS POKOK DAN FUNGSI.................................................................... 2
C. STRUKTUR ORGANISASI.......................................................................... 3
D. SUMBER DAYA MANUSIA.......................................................................... 3
E. MAKSUD DAN TUJUAN.............................................................................. 5
F. SISTEMATIKA PENULISAN........................................................................ 6

BAB II PERENCANAAN STRATEGIS DAN PERJANJIAN KINERJA


A. PERENCANAAN KINERJA........................................................................... 7
B. PERJANJIAN KINERJA................................................................................. 8

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA


A. CAPAIAN KINERJA ...................................................................................... 9
B. CAPAIAN KINERJA ANGGARAN ................................................................ 41
C. EFISIENSI SUMBER DAYA ......................................................................... 45

LAMPIRAN :

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2019 iv


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit tidak menular (PTM) telah meningkat dengan tajam seiring dengan perubahan gaya
hidup dan perilaku tidak sehat masyarakat. Berbeda dengan penyakit akut, PTM baru dirasakan
pada waktu komplikasi sudah terjadi. Penyebab utama timbulnya penyakit tidak menular sangat
terkait dengan gaya hidup dan perilaku tidak sehat, oleh karena itu upaya pencegahan dan
pengendaliannya memerlukan upaya bersama secara lintas sektor didukung dengan keterlibatan
masyarakat, termasuk akademisi, profesional dan dunia usaha, dengan dukungan politis.
Penanggulangan masalah ini perlu dilakukan secara komprehensif mulai dari upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif termasuk paliatif. Oleh karena itu disusun Rencana Aksi
Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian PTM yang bertujuan sebagai peta jalan bagi pemerintah
pusat dan pemerintah daerah dalam mengembangkan dan mengimplementasikan upaya-upaya
untuk menurunkan beban penyakit tidak menular bagi penduduk di setiap tingkatan administrasi,
dan juga menjadi sumber informasi bagi kementerian/lembaga dan sektor serta stakeholders
terkait, sehingga dapat memberikan dukungan optimal sesuai dengan peran dan tanggung-
jawabnya.

Rencana Aksi Kegiatan P2PTM 2015-2019 disusun selaras dengan Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan periode 2015-2019 yang merupakan dokumen acuan dalam pelaksanaan program dan
kegiatan di lingkungan Kementerian Kesehatan untuk kurun waktu lima tahun, yang berkaitan
dengan amanah yang di emban oleh Presiden dalam Rencana Panjang Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) khususnya bidang kesehatan.

Dalam pengukur keberhasilan kinerja setiap tahunnya Direktorat Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Tidak Menular (P2PTM) sebagai salah satu satuan kerja di lingkungan Kementerian
Kesehatan RI, yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan nomor 64 tahun 2015 mengenai
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, memiliki kewajiban dalam menyusun laporan
kinerja, sebagai upaya dalam meningkatkan transparansi, akuntabilitas dan efektifitas dari
kebijakan dan program.

Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (SAKIP), mewajibkan setiap entitas sebagai unsur kementerian lembaga
penyelenggara negara mulai entitas satker sampai dengan entitas kementerian negara/ lembaga
harus menyampaikan laporan kinerja. Penyusunan laporan kinerja disusun sesuai dengan
peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 53
tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu
Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat P2PTM Tahun 2018 disusun sebagai salah satu bentuk
pertanggungjawaban Direktorat P2PTM sebagaimana yang ditetapkan dalam perjanjian kinerja
tahun 2018. Target kinerja tahun 2018, merupakan penjabaran dari tujuan dan sasaran yang telah
dituangkan dalam Rencana Aksi Kegiatan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak
Menular Tahun 2015-2019, dan sesuai dengan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian
Kesehatan Tahun 2015-2019. Diharapkan dengan tersusunnya laporan kinerja ini dapat
memberikan masukan dan umpan balik bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam rangka
meningkatkan kinerja Direktorat P2PTM.

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2019 1


B. TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Kesehatan, bahwa Dit. P2PTM mempunyai tugas Melaksanakan perumusan
dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan krteria, dan pemberian
bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pencegahan
dan pengendalian penyakit tidak menular sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
undangan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Dit.PPTM menyelenggarakan fungsi:
1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pencegahan pencegahan dan pengendalian
penyakit paru kronik dan gangguan imunologi, jantung dan pembuluh darah, kanker dan
kelainan darah, diabetes mellitus dan gangguan metabolik, dan gangguan indera dan
fungsional;
2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pencegahan dan pengendalian penyakit paru
kronik dan gangguan imunologi, jantung dan pembuluh darah, kanker dan kelainan darah,
diabetes mellitus dan gangguan metabolik, dan gangguan indera dan fungsional;
3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pencegahan dan
pengendalian penyakit paru kronik dan gangguan imunologi, jantung dan pembuluh darah,
kanker dan kelainan darah, diabetes mellitus dan gangguan metabolik, dan gangguan indera
dan fungsional;
4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pencegahan dan pengendalian
penyakit paru kronik dan gangguan imunologi, jantung dan pembuluh darah, kanker dan
kelainan darah, diabetes mellitus dan gangguan metabolik, dan gangguan indera dan
fungsional;
5. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang pencegahan dan pengendalian penyakit paru
kronik dan gangguan imunologi, jantung dan pembuluh darah, kanker dan kelainan darah,
diabetes mellitus dan gangguan metabolik, dan gangguan indera dan fungsional; dan
6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2019 2


C. STUKTUR ORGANISASI
Susunan organisasi Direktorat P2PTM berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 tahun
2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan terdiri atas:
Subdirektorat Penyakit Paru Kronik Dan Gangguan Imunologi,
1. Subdirektorat Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah,
2. Subdirektorat Penyakit Kanker dan Kelainan Darah,
3. Subdirektorat Penyakit Diabetes Mellitus dan Gangguan Metabolik,
4. Subdirektorat Gangguan Indera dan Fungsional;
5. Subbagian Tata Usaha; dan
6. Kelompok Jabatan Fungsional.

D. SUMBER DAYA MANUSIA


Jumlah pegawai Direktorat P2PTM pada tahun 2019 adalah sebanyak 97 orang. Jumlah ini
mengalami perubahan dibandingkan tahun sebelumnya karena ada karyawan yang memasuki
masa pensiun sebanyak 3\ orang, dan adanya karyawan baru yang masuk dari unit kerja lain.
Berikut ini merupakan gambaran pegawai Direktorat P2PTM tahun 2019 berdasarkan jenis
kelamin, kelompok umur, golongan, dan pendidikan.

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2019 3


Grafik 1.1
Persentase Pegawai berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2019

68,04

70,00

60,00

50,00
31,96
40,00

30,00

20,00

10,00

0,00
Perempuan Laki-laki

Sebagian besar pegawai direktorat P2PTM merupakan perempuan dengan persentase sebesar 68,04%
atau sebanyak 66 orang.

Grafik 1.2
Persentase Pegawai berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2019

34,02
35,00 30,93
30,00

25,00
19,59
20,00

15,00
10,31
10,00
5,15
5,00

0,00
<=30 31-40 41-50 51-55 >56

Berdasarkan kelompok umur, sebagian besar pegawai Direktorat P2PTM berumur antara 31-40
tahun yaitu sebesar 34,02% atau sebanyak 33 orang.

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2019 4


Grafik 1.3
Persentase Pegawai berdasarkan Golongan, Tahun 2019

80 70,59
70
60
50
40
27,06
30
20
10 0 2,35

0
I II III IV

Berdasarkan golongan, sebagian besar pegawai Direktorat P2PTM berada pada kelompok
golongan III yaitu sebesar 70,59% yaitu sebanyak 60 orang.

Grafik 1.4
Persentase Pegawai berdasarkan Pendidikan, Tahun 2019

45,00 41,24 41,24

40,00
35,00
30,00
25,00
20,00
15,00 11,34

10,00 6,19

5,00
0,00
SMA D3 S1 S2

Berdasarkan tingkat pendidikan, pegawai Direktorat P2PTM terbanyak memiliki tingkat


pendidikan S1 dan S2 sebesar 41,24% atau 40 orang.

E. MAKSUD DAN TUJUAN


Tujuan penyusuan Laporan Kinerja Dit. P2PTM ini adalah sebagai bentuk pertanggungjawaban
kinerja Direktur P2PTM secara tertulis kepada Dirjen P2P atas pelaksanaan tugas pokok, fungsi

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2019 5


dan juga kinerja Dit. P2PTM Tahun 2019 dalam rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan
khususnya kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular sebagaimana telah
dirumuskan dalam perjanjian kinerja tahun 2019 yang selaras dengan Rencana Aksi Kegiatan
pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular tahun 2015-2019.

F. SISTEMATIKA PENULISAN
Berlandaskan pada PermenPAN dan RB No 53 tahun 2014, maka sistimatika penyajian laporan
akuntabilitas kinerja Kementerian Kesehatan disusun sebagai berikut:
1. Executive Summary (Ikhtisar Eksekutif).
2. Bab I (Pendahuluan), menjelaskan gambaran umum Kementerian Kesehatan dan isu strategi
yang diemban.
3. Bab II (Perencanaan dan Perjanjian Kinerja), menjelaskan tentang ikhtisar beberapa hal
penting dalam perencanaan dan perj anjian kinerja (dokumen penetapan kinerja).
4. Bab III (Akuntabilitas Kinerja), menjelaskan tentang pencapaian sasaran kementerian
kesehatan dengan pengungkapan dan penyajian dari hasil pengukuran kinerja serta dukungan
anggaran dalam pencapaian program/kegiatan.
5. Bab IV (Penutup), berisi kesimpulan atas Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Kesehatan

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2019 6


BAB II
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

A. PERENCANAAN KINERJA
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional, bahwa setiap Kementerian diwajibkan menyusun Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) Kementerian/ Lembaga yang disebut Rencana Strategis Kementerian/Lembaga
(Renstra KL) untuk periode lima tahun dan menyusun Rencana Pembangunan Tahunan
Kementerian/Lembaga yang disebut Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja-KL) untuk
periode satu tahun.

Dit. P2PTM sebagai bagian dari Kementerian Kesehatan telah menyusun Rencana Aksi Kegiatan
Pengendalian Penyakit Tidak Menular yang selaras dengan Rencana Strategis (Renstra)
Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Rencana Aksi Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Tidak Menular (P2PTM) berisikan tujuan, sasaran, kebijakan, dan rencana Kegiatan
P2PTM yang menjadi pedoman untuk menyusun rencana kinerja tahunan.

1. TUJUAN DAN SASARAN


a. Tujuan
Terselenggaranya pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular secara berhasil-
guna dan berdaya-guna dalam mendukung pencapaian derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya.
b. Sasaran
Sasaran kegiatan pengendalian penyakit tidak menular adalah meningkatnya pencegahan
dan pengendalian penyakit tidak menular pada akhir tahun 2019 yang ditandai dengan:
Tabel 2.1
Sasaran Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian PTM tahun 2015-2019
TARGET
SASARAN INDIKATOR KINERJA 2015 2016 2017 2018 2019
STRATEGIS (%) (%) (%) (%) (%)
meningkatnya Persentase Kabupaten/Kota yang 10 20 30 40 50
pencegahan dan melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa
pengendalian Rokok (KTR) minimal 50% sekolah
penyakit tidak Persentase Puskesmas yang melaksanakan 10 20 30 40 50
menular pengendalian PTM terpadu
Persentase Desa/Kelurahan yang 10 20 30 40 50
melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan
Terpadu (Posbindu) PTM
Persentase puskesmas yang melaksanakan - 15 25 35 50
kegiatan deteksi dini kanker payudara dan
leher rahim pada perempuan usia 30-50
tahun
Persentase Puskesmas yang melaksanakan - 5 10 20 30
deteksi dini dan rujukan katarak

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2019 7


2. STRATEGI
Strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan dan sasaran dalam pencegahan dan
penanggulangan penyakit tidak menular adalah sebagai berikut :
a. Advokasi dan Kemitraan;
b. Promosi Kesehatan dan Penurunan Faktor Risiko;
c. Penguatan Sistem Pelayanan Kesehatan; dan
d. Penguatan Surveilans, Monev dan Riset.

B. PERJANJIAN KINERJA
Perjanjian kinerja merupakan komitmen yang merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai
kinerja secara jelas dan terukur dalam rentang waktu satu tahun. Perjanjian kinerja ditetapkan
pada awal tahun antara Direktur Pencegahan dan Pengendalian PTM dengan Dirjen P2P dalam
menetapkan target kinerja yang akan dicapai pada tahun berjalan. Target-target kinerja sasaran
kegiatan yang ingin dicapai Dit. P2PTM dalam dokumen Perjanjian Kinerja Dit. P2PTM Tahun 2019,
adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2
Perjanjian Kinerja Kegiatan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Tahun 2019

SASARAN TARGET
INDIKATOR KINERJA
STRATEGIS 2019
meningkatnya Persentase Kabupaten/Kota yang melaksanakan kebijakan 50
pencegahan dan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal 50% sekolah
pengendalian Persentase Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM 50
penyakit tidak terpadu
menular Persentase Desa/Kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos 50
Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM
Persentase puskesmas yang melaksanakan kegiatan deteksi dini 50
kanker payudara dan leher rahim pada perempuan usia 30-50
tahun
Persentase Puskesmas yang melaksanakan deteksi dini dan 30
rujukan katarak

Dengan alokasi anggaran Tahun 2019 Rp. 61.635.459.000,-

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2019 8


BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA

A. CAPAIAN KINERJA
Pengukuran tingkat capaian kinerja dilakukan dengan cara membandingkan antara capaian
kinerja dengan target yang telah ditetapkan pada dokumen Perjanjian Kinerja. Pengukuran kinerja
pada tahun 2019, ada 5 (lima) indikator kinerja yang diukur yaitu:

Tabel 3.1
Pengukuran Kinerja Kegiatan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Tahun 2019
SASARAN TARGET REALISASI PENCAPAIAN
INDIKATOR KINERJA
STRATEGIS (%) (%) (%)
meningkatnya Persentase Kabupaten/Kota
pencegahan dan yang melaksanakan kebijakan 50,2
50 100,4
pengendalian Kawasan Tanpa Rokok (KTR) (258 kab/kota)
penyakit tidak minimal 50% sekolah
menular Persentase Puskesmas yang
80,5
melaksanakan pengendalian 50 161,0
(8.046 PKM)
PTM terpadu
Persentase Desa/Kelurahan
yang melaksanakan kegiatan 50,7
50 101,4
Pos Pembinaan Terpadu (41.000 desa/ kel)
(Posbindu) PTM
Persentase puskesmas yang
melaksanakan kegiatan deteksi 50,0
dini kanker payudara dan leher 50 (5.000 PKM) 100,0
rahim pada perempuan usia
30-50 tahun
Persentase Puskesmas yang
60,8
melaksanakan deteksi dini dan 30 202,7
(6.071 PKM)
rujukan katarak

Berikut ini akan dijelaskan capaian, upaya yang telah dilaksanakan, permasalahan, dan rencana
tindak lanjut dari masing-masing indikator kinerja.

1. Persentase kabupaten/ kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
minimal 50% sekolah
a. Definisi Operasional
Persentase kabupaten/ kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
minimal 50% sekolah adalah kabupaten/kota yang telah melaksanakan kebijakan KTR yang
dinilai dari minimal telah menerapkan KTR di 50% sekolah/ madrasah sesuai dengan
peraturan perundangan yang mengatur tentang Kawasan Tanpa Rokok dibagi dengan
jumlah kab/ kota di Indonesia.

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2019 9


b. Pengertian
1) Kabupaten/Kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal
50% sekolah adalah kabupaten/kota yang telah melaksanakan kebijakan KTR yang
dinilai dari telah menerapkan KTR paling sedikit di 50% sekolah/ madrasah sesuai
dengan peraturan perundangan yang mengatur tentang Kawasan Tanpa Rokok.
2) Sekolah yang dimaksud adalah sekolah dan madrasah di level Sekolah Dasar dan
sederajatnya, Sekolah Menengah Pertama dan sederajatnya, Sekolah Menengah Atas
dan sederajatnya, baik negeri maupun swasta termasuk pondok pesantren dan
sekolah berasrama.
3) Ruang lingkup kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) terdapat 7 tatanan termasuk di
tatanan sekolah yang diatur dalam peraturan perundangan Kawasan Tanpa Rokok
yang telah melakukan penerapan enforcement sesuai kriteria yaitu ditemukan tanda
dilarang merokok di semua pintu masuk; diseluruh lingkungan sekolah Tidak
ditemukan orang merokok; Tidak ditemukan ruang khusus merokok; Tidak tercium
bau asap rokok; Tidak ditemukan asbak dan korek api; Tidak ditemukan puntung
rokok; Tidak ditemukan penjualan rokok termasuk kantin sekolah, tempat tunggu
penjemput; dan Tidak ditemukan indikasi kerjasama dengan Industri tembakau dalam
bentuk sponsor, promosi, iklan rokok (misalnya: serbet, tatakan gelas, asbak, poster,
spanduk, billboard, dll).

c. Cara perhitungan/rumus
Persentase Kab/
kota yang jumlah Kab/ Kota yang melaksanakan
melaksanakan kebijakan KTR di minimal 50% sekolah
=
kebijakan KTR x 100%
minimal 50%
sekolah Jumlah kab/ kota di Indonesia

d. Capaian Indikator
Pencapaian Persentase Kabupaten/Kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa
Rokok (KTR) minimal 50% sekolah, mencapai target yang diharapkan. Dari target 50%,
realisasi sebesar 50,2% atau sebanyak 258 kabupaten/ kota dari 514 kabupaten/ kota,
sehingga pencapaian sebesar 100,4% (grafik 3.1).

Sampai dengan tahun 2019 terdapat 386 kab/kota (75,09%) yang telah memiliki peraturan
mengenai KAWASAN TANPA ROKOK, baru 261 kabupaten/ kota (50,77%) dalam bentuk
Perda KAWASAN TANPA ROKOK dan 134 kabupaten/ kota (26,07%) dalam bentuk
peraturan Bupati atau Walikota. Masih ada 119 (23,15%) kabupaten/ kota baik yang belum
memiliki peraturan, ataupun masih dalam bentuk surat edaran dan surat keputusan.

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2019 10


Grafik 3.1
Persentase Kabupaten/Kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal di
50% sekolah yang ada di wilayahnya, Tahun 2019

50 50,2

50

48
Persentase

46

44

42

40
Target Realisasi

Grafik 3.2 memperlihatkan capaian sampai dengan tahun 2019 persentase kabupaten/kota
yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal di 50% sekolah yang ada
di wilayahnya berdasarkan provinsi, yang paling tinggi ada di Provinsi Bali (100%), DI
Yogyakarta (100%), dan DKI Jakarta (100%), sedangkan yang terendah ada di Provinsi papua
(13,8%).

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2019 11


Grafik 3.2
Persentase Kabupaten/Kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal di
50% sekolah yang ada di wilayahnya, berdasarkan provinsi Tahun 2019

Indonesia 50,19

Bali 100,0
DI Yogyakarta 100,0
DKI Jakarta 100,0
Sumbar 89,5
Banten 87,5
Kalimantan Timur 80,0
Nusa Tenggara Barat 80,0
Kalimantan Selatan 76,9
Sumsel 76,5
Lampung 73,3
Kepulauan Riau 71,4
Bangka Belitung 71,4
Sulawesi Barat 66,7
Gorotalop 66,7
Maluku 63,6
Jambi 63,6
Sulawesi Utara 60,0
Jawa Barat 59,3
Kalimantan Barat 57,1
Maluku Utara 50,0
Kalimantan Tengah 50,0
Riau 50,0
Sulawesi Tengah 46,2
Sulawesi Selatan 41,7
Sulawesi Tenggara 41,2
Kalimantan Utara 40,0
Aceh 34,8
Jawa Tengah 34,3
Nusa Tenggara Timur 31,8
Jawa Timur 31,6
Bengkulu 30,0
Sumut 24,2
Papua Barat 15,4
Papua 13,8
0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0 90,0 100,0
Persentase

Pencapaian dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 pada grafik 3.3 memperilihatkan
terjadi peningkatan jumlah kab/kota yang telah mengimplementasikan Kawasan Tanpa
Rokok pada 50% sekolah. Bila dilihat trend peningkatan dari tahun 2015 sampai dengan
tahun 2019, terlihat setiap tahunnya mencapai target yang diharapkan, kecuali pada tahun
2015 tidak mencapai target.

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2019 12


Grafik 3.3
Persentase Target dan Realisasi Kab/Kota yang Melaksanakan Kebijakan Kawasan Tanpa
Rokok (KTR) Minimal 50% Sekolah Tahun 2015-2018

60
50 50,2
50
42,4
40
40
Persentase

30 30
Target
30
20 21,2 Realisasi
20
10 8,4
10

0
2015 2016 2017 2018 2019

e. Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator


Upaya dan kegiatan yang telah dilaksanakan dalam rangka peningkatan Persentase
Kabupaten/ Kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal 50%
sekolah sebagai berikut :
 Advokasi dan sosialisasi terhadap pemangku kebijakan baik pusat maupun daerah
yang belum memiliki kebijakan KTR dan mendorong terbitnya peraturan KTR di
kabupaten/ kota dan juga implementasinya dalam melindungi perokok pemula dan
masyarakat dari bahaya merokok oleh Kementerian Kesehatan (Dit P2PTM), Dinkes
Provinsi (Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB) dan jejaring mitra pengendali tembakau ke
Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sukoharjo, Kota Batu, Kota Pasuruan dan Kota
Mataram.
 Melaksanakan Review Implementasi Kawasan Tanpa Rokok di Daerah yang telah
memiliki Peraturan KTR dan Konseling Upaya Berhenti merokok di Sekolah meliputi:
60 kabupaten/ kota dengan 4 SD/ sederajat, 5 SMP/ sederajat dan 6 SMA/ sederajat
yang masuk ke dalam random sampling di masing-masing kabupaten/ kota. Kawasan
tanpa rokok merupakan tanggung jawab seluruh komponen bangsa, baik individu,
masyarakat, parlemen, maupun pemerintah, untuk melindungi generasi sekarang
maupun yang akan datang. Komitmen bersama dari lintas sektor dan berbagai
elemen akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan kawasan tanpa rokok.
Kegiatan review implementasi kebijakan KTR perlu dilaksanakan secara rutin dan
bersinergi bersama SKPD lainnya. Jumlah kabupaten/ kota yang sudah
mengimplementasikan KTR di 50% sekolah yaitu sebesar 50,2 % (258 Kabupaten/
Kota).
 Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dan pendidikan dalam upaya implementasi
KTR di Sekolah dilaksanakan secara bertahap dan berjenjang, melalui TOT yang
dilaksanakan di Pusat dan pelatihan yang dilakukan daerah melalui dana
Dekonsentrasi.

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2019 13


 Penyedian Layanan Quitline (Layanan Konsultasi Upaya Berhenti Merokok melalui
telpon tidak berbayar)
Kegiatan layanan Quitline merupakan layanan langsung kepada masyarakat yang
ingin berhenti merokok melalui Toll Free 0-800-177-6565. Animo masyarakat
terhadap pelayanan quitline meningkat tajam pada tahun 2019 yang dibuktikan
melalui jumlah telpon masuk sebesar 556.827, karena Nomor telpon Quitline
tercantum dalam setiap bungkus rokok sesuai dengan mandat Peraturan Menteri
Kesehatan No 56 tahun 2017. Total Klien yang mendapatkan memanfaatkan layanan
Quitline selama 2019 ini berjumlah 60.983 penelpon atau rata-rata 5.081 klien/
bulan. Penyebaran program ini pun terus meluas dimana rata-rata klien penelpon
mewakili 20-32 propinsi setiap bulannya, bahkan pada bulan Desember 2019 asal
penelpon telah mencapai 34 propinsi atau sekitar 100% dari total propinsi yang ada
di Indonesia. Usia klien yang menelpon ke Layanan Quitline UBM selama tahun 2019
ini terbanyak di usia 25 -29 thn. Ini menjadi indikasi bahwa kesadaran untuk berhenti
merokok di kelompok usia produktif semakin meningkat. Melalui survey kepuasan
pelanggan, Layanan quitline memperoleh hasil kategori sangat memuaskan dan
dianggap perlu untuk menambah jalur telepon dan tenaga konselor untuk melayani
495.844 penelpon yang belum sempat mendapatkan pelayanan.

Penyebaran informasi upaya berhenti merokok dan Penyakit Tidak Menular juga
dilaksanakan melalui media sosial P2PTM baik melalui facebook, Instagram, dan
Twitter.
Facebook : @p2ptmkemenkesRI jumlah pengikut 106.786
Istagram : @p2ptmkemenkesri Media Sosial Instagram diikuti 110.669
follower
Twitter : @p2ptmkemenkesRI diikuti 11.049 pengikut selama selama
Tahun 2019 dan semakin meningkat setiap bulannya

 Gerakan Masyarakat dalam pengendalian tembakau


Kegiatan ini bertujuan meningkatkan awareness masyarakat akan Bahaya Dampak
Tembakau, dengan memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia yang jatuh pada
tanggal 31 Mei 2019, dengan tema Rokok dan Kesehatan Paru. Kegiatan
dilaksanakan di Kabupaten Klungkung, Kota Bogor, Kota Yogyakarta dan Auditorium
Siwabessy, Kemenkes Jakarta dengan Penandatanganan MOU antara Kemenkes
dengan Dunia Usaha yaitu PT. BTPN, PT. Nutrifood, PT. Boehringer, PT. Reckitt
Benkiser dan PT. Herlina; Pemberian WHO World No Tobacco Day Award 2019
kepada dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG(K) dan DR. Bima Arya Sugiarta oleh WHO
Representative Indonesia; Dialog interaktif Ibu Menteri Kesehatan dengan Kepala
Daerah dengan narasumber: Menteri Dalam Negeri (yang mewakili), Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas (yang mewakili), Kepala Badan
Litbangkes Kemenkes RI dan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit

Video conference oleh Ibu Menkes di 3 lokasi (Kabupaten Klungkung, Kota Bogor,
Kota Yogyakarta dan Auditorium Siwabessy), Pemberian piagam penghargaan KTR
kepada Gubernur dan Bupati Walikota yang telah memiliki Peraturan Daerah dan
telah mengimplementasi KTR sebagai berikut: Piagam Parama, parahita, dan
Paramesti, serta Pemberian piagam penghargaan KTR kepada Gubernur dan Bupati

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2019 14


Walikota yang telah memiliki Peraturan Daerah dan telah mengimplementasi KTR
serta melarang adanya iklan rokok media luar ruang sebagai berikut: Piagam Awya
Pariwara.

f. Analisis Penyebab Keberhasilan


Persentase kab/kota yang telah mengimplementasikan kebijakan KTR pada 50% sekolah
mencapai target yang telah di tetapkan (100,4%). Hal ini merupakan pencapaian dari
upaya-upaya yang telah dilakukan antara lain Advokasi dan sosialisasi "Bupati/ Walikota
kepada Bupati/ Walikota" terkait perda KTR, Advokasi dan sosialisasi Penerapan aturan
KTR di lingkungan sekolah, Peningkatan Kapasitas SDM dalam penyusunan Perda KTR di
daerah (Dinkes, Bagian Hukum, Disdik, Akademisi), Peningkatan Kapasitas SDM dalam
penegakan Kebijakan KTR yang telah ditetapkan, Melaksanakan Monitoring/ review
implementasi di daerah yang telah mempunyai kebijakan KTR penerapan aturan KTR
dilingkungan sekolah oleh Dinkes dan Satgas KTR Kabupaten/ Kota, Melaksanakan
Layanan UBM (Upaya Berhenti Merokok) di Fasyankes dan Mensosialisasikan Layanan
Quitline dinomor 0-800-177-6565 kepada seluruh Masyarakat, dan Memberikan
penghargaan kepada daerah yang telah mempunyai kebijakan dan melakukan
implementasi KTR.

Selain itu salah satu faktor keberhasilan antara lain adanya surat dari Menteri Dalam
Negeri (Dirjen Bina Pembangunan Daerah) kepada seluruh kepala daerah di Indonesia dan
dikuatkan dengan surat dari Dirjen P2P kepada seluruh kepala dinas kesehatan Provinsi
dan kabupaten/ kota di seluruh Indonesia yang menekankan tentang penerapan regulasi
Kawasan Tanpa Rokok di daerah.

g. Kendala/ Masalah Yang Dihadapi


 Belum semua Kementerian dan Lembaga yang memiliki komitmen untuk
mengendalikan konsumsi produk tembakau
 Kegiatan advokasi dan sosialisasi di daerah dalam pengendalian konsumsi tembakau
pada kabupaten/ kota belum optimal
 Belum semua sekolah mengetahui dan menerapkan Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan no 64 tahun 2015
 Belum optimalnya koordinasi antara lintas program dan lintas sektor di tingkat
kabupaten/ kota dalam upaya pengendalian konsumsi rokok.
 Daerah yang memiliki kebijakan KTR di daerah masih terbatasnya jumlahnya, dan
penerapan kebijakan di daerah yang telah memiliki kebijakan KTR belum optimal
 Belum ada atau lemahnya sanksi dan penegakan hukum dalam implementasi KTR
 Sistem pencatatan pelaporan melalui surveilans berbasis web PTM belum optimal
 Penganggaran daerah yang belum optimal dalam memfasilitasi kegiatan-kegiatan
terkait pengendalian konsumsi rokok
 Masih rendahnya pemahaman dan kesadaran masyarakat akan bahaya konsumsi
rokok
 Belum optimalnya pemberdayaan masyarakat untuk penegakan KTR di 7 tatanan
 Penetapan dan implementasi kebijakan KTR belum menjadi prioritas daerah

h. Pemecahan Masalah
 Optimalisasi dukungan komitmen lintas sektor dan lintas program melalui upaya
advokasi dan sosialisasi pengendalian tembakau serta mendorong pengembangan

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2019 15


regulasi Kawasan Tanpa Rokok di berbagai tingkat pemerintahan yang didukung oleh
semua pihak terkait dan masyarakat.
 Untuk memaksimalkan Penerapan Kebijakan KTR di daerah dengan upaya sebagai
berikut:
a) Optimalisasi dukungan stakeholder dan mitra kesehatan dalam rangka mencapai
Implementasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) termasuk melaksanakan
kebijakan KTR
b) Mendorong penegakan hukum (law enforcement) secara konsisten sesuai dengan
ketentuan peraturan yang berlaku.
c) Mengoptimalkan upaya advokasi dan sosialisasi melalui dukungan Audiensi dari
Tim Aliansi Bupati/Walikota peduli Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan PTM kepada
Bupati dan Walikota di Indonesia. Pertemuan ini bertujuan memberi dukungan dan
membangun komitmen yang kuat dari masing-masing Bupati dan SKPD, termasuk
pengaturan tentang iklan rokok yang sangat masif di kabupaten dan kota.
d) Peningkatan kapasitas sumber daya manusia dalam penegakan Kebijakan KTR yang
telah ditetapkan.
e) Membangun komitmen masyarakat untuk menerapkan KTR di rumah tangga,
RT/RW, Kelurahan/desa, dan Kecamatan melalui pemicuan/ FGD partisipatory
 Meningkatkan penganggaran yang belum optimal dalam memfasilitasi kegiatan yang
termasuk dalam indikator prioritas dalam pengendalian konsumsi tembakau, melalui
APBN, APBD, Anggaran Dana Desa dan Dana Pajak Rokok, dan sumber penganggaran
lainnya.
 Mengoptimalkan sistem pencatatan pelaporan melalui Surveilans berbasis web PTM
dalam pengendalian tembakau, seperti:
a) Tersedianya data perokok dari masyarakat melalui kegiatan POSBINDU PTM
b) Tersedianya data perokok dan keluarga yang mempunyai anggota yang merokok
melalui PIS-PK dan data kunjungan di FKTP
c) Tersedianya data perokok yang sudah dilakukan layanan berhenti merokok (UBM)
di FKTP
d) Tersedianya data implementasi KTR di sekolah dan tatanan yang sudah ditetapkan
 Meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat akan bahaya konsumsi rokok,
melalui:
a) Berbagai media Komunikasi-Informasi-Edukasi (KIE) dan berkoordinasi dengan
seluruh stakeholder dan mitra kesehatan.
b) Mengoptimalkan dukungan masyarakat, lintas program dan lintas sektor untuk
kegiatan promotif dan preventif
c) Optimalisasi dukungan stakeholder dan mitra kesehatan dalam rangka Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat (Germas) dalam bentuk melaksanakan Kebijakan Kawasan
Tanpa Rokok
d) Melakukan sosialisasi dan optimalisasi layanan konseling berhenti merokok di FKTP
dan melalui telepon (QUITLINE) di telepon tanpa bayar 0-800-177-6565

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2019 16


2. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM terpadu (PANDU PTM)
a. Definisi operasional
Persentase Puskesmas yang melaksanakan PANDU PTM adalah jumlah Puskesmas yang
melaksanakan PANDU PTM di bagi jumlah seluruh Puskesmas di Indonesia.

Pengertian
Puskesmas yang melaksanakan PANDU PTM adalah Puskesmas yang telah melaksanakan
minimal tatalaksana penyakit Hipertensi dan DM terpadu dan atau telah melakukan
pembinaan Posbindu PTM di wilayahnya. Ruang lingkup PANDU PTM adalah seluruh
Puskesmas baik ditingkat kecamatan maupun di tingkat kelurahan atau FKTP yang
melakukan pencegahan dan pengendalian PTM.

b. Cara perhitungan/rumus

Persentase Jumlah puskesmas yang melaksanakan PANDU


Puskesmas yang PTM
= x 100%
melaksanakan
Jumlah puskesmas di Indonesia
PANDU PTM

c. Capaian Indikator
Persentase Puskesmas yang melaksanakan PANDU PTM telah mencapai target yang
diharapkan. Dari target 50%, realisasi sebesar 80,5% atau sebanyak 8.046 dari 9.993
Puskesmas, sehingga pencapaian indikator sebesar 161%. Capaian ini lebih besar dari
target program.

Grafik 3.4
Persentase Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM terpadu
Tahun 2019

80,5
90
80
70 50
60
Persentase

50
40
30
20
10
0
Target Realisasi

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2019 17


Sistem Informasi surveilans berbasis web Direktorat P2PTM menunjukkan bahwa pada tahun 2019,
provinsi dengan capaian tertinggi adalah Provinsi Jawa Timur dan DIY, dimana seluruh puskesmas
(100%) telah membina Posbindu di wilayah kerjanya. Terdapat 6 Provinsi yang belum mencapai
target di tahun 2019, yaitu Sulawesi Utara (45,1%), Kalimantan Utara (42,9%), Maluku (42,3%),
Sulawesi Tenggara (38,4%), Papua Barat (37,1%), Papua (10,5%) seperti terlihat pada grafik 3.5.

Grafik 3.5
Persentase Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM terpadu
berdasarkan Provinsi, Tahun 2019

S
i INDONESIA 80,5
s
Jatim 100,0
t
DIY 100,0
e Kalsel 99,6
m Kep. Babel 98,4
Sulsel 97,4
Banten 95,5
I
Sumsel 95,2
n Aceh 94,5
f Kep. Riau 94,0
o Bali 93,3
Jateng 93,2
r
Lampung 93,0
m DKI Jakarta 92,8
a Kalbar 92,2
s NTB 91,6
Jabar 89,8
i
Sumbar 89,1
Sulbar 85,1
s Jambi 84,1
u NTT 82,4
Kalteng 81,5
r
Gorontalo 79,6
v Bengkulu 76,1
e Riau 72,7
i Kaltim 66,7
Sumut 59,9
l
Maluku Utara 59,7
a Sulteng 59,4
n Sulut 45,1
s Kaltara 42,9
Maluku 42,3
Sultra 38,4
b Papua Barat 37,1
e Papua 10,5
r
0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0
b
a Persentase
s

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2019 18


Grafik 3.6
Persentase puskesmas yang melaksanakan PANDU PTM Tahun 2015-2019

90 80,5
80 74,0

70
60 49,3 49,7 50
Persentase 50 40
40 34,4 Target
30
30 Realisasi
20
20 10
10
0
2015 2016 2017 2018 2019
Tahun

Dari grafik diatas terlihat persentase Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM
(PANDU PTM) telah mencapai target yang diharapkan setiap tahunnya. Hal ini
menunjukkan adanya keterpaduan sistim pelayanan dan rujukan mulai dari tingkat
masyarakat (Posbindu PTM) sampai layanan di FKTP. Terdapat peningkatan capaian
indikator pada tahun 2019 dibandingkan 2018.

Upaya dan kegiatan yang telah dilaksanakan dalam rangka peningkatan capaian
Puskesmas yang melaksanakan PANDU PTM pada tahun 2019:
1) Meningkatkan kapasitas petugas pelaksana Pandu PTM di daerah melalui:
 Training of Trainer (TOT) Pelayanan Terpadu Penyakit Tidak Menular (PANDU
PTM) yang dibagi menjadi 3 angkatan, dengan melibatkan organisasi profesi
seperti Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PDUI), Universitas (Perguruan
Tinggi), Balai Pelatihan Kesehatan Daerah, Dinas Kesehatan Provinsi. Tujuan dari
TOT ini agar setiap daerah mempunyai Tim Pelatih PANDU PTM bagi daerahnya.
Sehingga diharapkan terjadi percepatan dalam upaya meningkatkan kemampuan
petugas puskesmas dalam Pelayanan Terpadu PTM
 Orientasi Penguatan PANDU PTM di FKTP Swasta yang dilaksanakan di Kabupaten
Bogor. Peserta lintas program dan stakeholder terkait.
 Mendorong kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan Balai Pelatihan Kesehatan
Daerah untuk dapat menganggarkan kegiatan pelatihan PANDU PTM di FKTP,
sebagai bagian dari upaya percepatan dalam meningkatkan kualitas pelayanan
terpadu PTM di FKTP.
2) Penguatan NSPK pelaksanaan Puskesmas Pandu PTM melalui penyelarasan
kurikulum modul PANDU PTM dengan seluruh kurikulum modul dilingkup PTM
3) Melaksanakan orientasi manajemen program pencegahan dan pengendalian penyakit
tidak menular bagi seluruh pengelola program PTM dari 34 provinsi.

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2019 19


4) Melaksanakan beberapa kegiatan yang berdampak pada masyarakat luas sebagai
upaya dalam meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang faktor
risiko PTM dan Penyakit Tidak Menular, diantaranya melalui:
 Media Briefing pada peringatan Hari Hipertensi Sedunia 2019, yang
diselenggarakan tanggal 17 Mei 2019 mengundang media cetak dan media
elektronik serta blogger kesehatan dengan narasumber dari Perhimpunan
Hipertensi Indonesia (PERHI). Talk show di radio dan TV swasta nasional.
 Media Briefing pada peringatan Hari Jantung Sedunia 2019 yang dilaksanakan pada
25 September 2019 di Jakarta. Mengundang media elektronik, bloger kesehatan,
media cetak, dengan narasumber dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular
Indonesia (PERKI), dan testimoni dari penderita penyakit jantung koroner. Talk
show kesehatan di beberapa TV Swasta Nasional bersama dengan PERKI.
 Media Briefing pada peringatan Hari Stroke Sedunia 2019, yang diselenggarakan
tanggal 28 Oktober 2019 di Jakarta dengan mengundang media elektonik, media
cetak, dan bloger kesehatan, dengan narasumber Perhimpunan Dokter Spesialis
Saraf Indonesia (PERDOSSI) dan testimoni dari penderita stroke. Kegiatan talk show
di televisi swasta nasional dengan PERDOSSI.
5) Melakukan kegiatan monev Terpadu PTM di 7 Provinsi (binwil Subdit PJPD) di
Indonesia sebagai bahan evaluasi peningkatan kualitas layanan PTM di daerah.

d. Analisa Penyebab Keberhasilan


Meningkatnya persentase Puskesmas yang melaksanakan Pandu PTM dari tahun ke tahun
karena semakin bertambahnya jumlah Puskesmas yang melakukan pembinaan Posbindu
PTM di daerah.

Tahun 2019 ini melakukan akselerasi program PANDU PTM dengan TOT PANDU PTM yang
melibatkan Profesi dan Balai Pelatihan Kesehatan Daerah. Dengan TOT ini maka
terbentuk Tim Pelatih PANDU PTM di Provinsi masing-masing.

e. Kendala/ Masalah yang Dihadapi


1) Masih ada Puskesmas yang belum mendapatkan pelatihan teknis Pandu PTM
2) Adanya mutasi pengelola program PTM di daerah yang telah dilatih program PPTM,
sehingga menyebabkan pelaksanaan program kurang optimal.
3) Sistem pencatatan pelaporan melalui Sistem Informasi Surveilans berbasis web PTM
masih ditemukan kendala jaringan internet di daerah.
4) Pelayanan Pandu yang ada saat ini dikerjakan di puskesmas/FKTP masih minimal
program berdasarkan pada kemampuan SDM yang ada.

f. Pemecahan Masalah
1) Melaksanakan peningkatan kapasitas SDM melalui pelatihan teknis Pandu PTM di
FKTP, dengan mengoptimalkan Tim PANDU PTM yang sudah terbentuk di daerah
(bersama organisasi profesi, perguruan tinggi/universitas).
2) Melakukan penguatan Tim Pelatih PANDU PTM pada masing-masing provinsi yang
sudah terbentuk pada saat TOT di Jakarta bersama mitranya seperti organisasi profesi
dan perguruan tinggi/universitas.
3) Masing-masing provinsi dapat melaksanakan monev Pandu PTM sebagai bahan
evaluasi kualitas layanan PTM di Puskesmas.

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2019 20


4) Mengembangkan Pandu PTM di FKTP lainnya bukan hanya di Puskesmas tetapi juga di
FKTP Swasta.
5) Memperkuat Dinas Kesehatan provinsi, Kabupaten/Kota untuk melakukan monitoring
pelaksanaan Pandu PTM di Puskesmas.
6) Pemenuhan Sarana Prasarana pelaksanaan Pandu PTM di Puskemas melalui Dana
Alokasi Khusus (DAK)

3. Persentase Desa/Kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu)


PTM
a. Definisi operasional
Persentase desa/ kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu
(Posbindu) PTM adalah jumlah desa/ kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos
Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM dibagi jumlah desa/ kelurahan di Indonesia di kali
seratus persen.

Pengertian
1) Desa/ kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu)
PTM adalah desa/kelurahan yang menyelenggarakan kegiatan Pos Pembinaan
Terpadu (Posbindu) PTM
2) Ruang lingkup kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM meliputi wawancara
faktor risiko dan riwayat PTM keluarga, pengukuran LP, Tinggi badan, pengukuran
IMT, pengukuran tekanan darah serta pemeriksaan kolesterol, pemeriksaan Gula
darah sewaktu, Konseling dan penyuluhan serta rujukan bagi peserta yang ditemukan
hasil pemeriksaan FR melebihi batas normal.

b. Cara perhitungan/rumus
Persentase desa/
kelurahan yang Jumlah desa/ kelurahan yang
melaksanakan melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan
= X 100%
kegiatan Pos Terpadu (Posbindu) PTM
Pembinaan Terpadu Jumlah desa/ kelurahan di Indonesia
(Posbindu) PTM

c. Capaian Indikator
Pencapaian Persentase desa/ kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan
Terpadu (Posbindu) PTM, sudah mencapai target yang diharapkan. Dari target 50% pada
tahun 2019, realisasi capaian indikator sebesar 50,7 % (41.000 desa/ kelurahan) sehingga
pencapaiannya sebesar 101,4% (grafik 3.7).

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2019 21


Grafik 3.7
Persentase Desa/Kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu
(Posbindu) PTM, Tahun 2019

50 50,7
60

50

40
Persentase

30

20

10

0
Target Capaian

Grafik 3.8 menggambarakan capaian persentase desa/ kelurahan yang melaksanakan


Posbindu PTM berdasarkan provinsi. Provinsi yang memiliki persentase desa/ kelurahan
yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM tertinggi adalah
Provinsi DKI Jakarta (96,3%). Data ini berbeda dengan tahun sebelumnya karena pada
tahun ini kelurahan yang tercatat pada sistem informasi di Provinsi DKI Jakarta sebanyak
271 kelurahan dengan kelurahan berposbindu sebanyak 261 (96%) kelurahan, sedangkan
yang terendah adalah Provinsi Papua (3%). Provinsi dengan capaian masih di bawah
target (50%) sebanyak 16 provinsi yaitu Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Riau,
Bengkulu, Nusa tenggara Timur, Maluku Utara, Jambi, Kalimantan timur, Sumatera Utara,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Maluku, Kalimantan Utara, Papua
Barat dan Papua.

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2019 22


Grafik 3.8
Persentase Desa/Kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu
(Posbindu) PTM berdasarkan Provinsi, Tahun 2019

Indonesia 50,7%

DKI Jakarta 96,3%


DI Yogyakarta 92,9%
Kepulauan Bangka Belitung 87,2%
Sulawesi Selatan 85,6%
Jawa Timur 72,5%
Bali 72,3%
Sumatera Barat 72,0%
Nusa Tenggara Barat 71,8%
Kalimantan Selatan 69,4%
Gorontalo 69,0%
Kepulauan Riau 66,5%
Jawa Tengah 65,4%
Sumatera Selatan 64,2%
Lampung 62,3%
Sulawesi Barat 59,7%
Banten 58,5%
Aceh 57,5%
Jawa Barat 55,4%
Kalimantan Barat 48,8%
Kalimantan Tengah 43,9%
Riau 43,1%
Bengkulu 43,1%
Nusa Tenggara Timur 42,8%
Maluku Utara 40,6%
Jambi 40,3%
Kalimantan Timur 29,1%
Sumatera Utara 23,3%
Sulawesi Tengah 21,8%
Sulawesi Utara 20,6%
Sulawesi Tenggara 20,6%
Maluku 17,8%
Kalimantan Utara 14,6%
Papua Barat 11,8%
Papua 3,2%
0,0% 10,0% 20,0% 30,0% 40,0% 50,0% 60,0% 70,0% 80,0% 90,0% 100,0%
Persentase

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2019 23


Grafik 3.9
Persentase Desa/Kelurahan yang melaksanakan kegiatan Posbindu PTM Tahun 2015-2019

60
5050,7
50
43,9
40
40
Persentase 30
30 24,3 Target
20
20 15,5 Capaian
10 8,8
10

0
2015 2016 2017 2018 2019
Tahun

Berdasarkan Grafik 3.9 diatas, capaian indikator persentase desa/ kelurahan yang
melaksanakan kegiatan Posbindu PTM dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019
menunjukkan trend yang meningkat, walaupun tidak mencapai target yang telah
ditetapkan, kecuali pada tahun 2018 dan 2019 mencapai target yang telah ditetapkan.

d. Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator


Berikut upaya-upaya yang telah dilakukan tahun 2019, dalam mendukung mencapaian
indikator tersebut:
1) Peningkatan kapasitas SDM melalui Training of Trainee (TOT) dan pelatihan Posbindu
PTM bagi petugas kesehatan, dan pembekalan kader.
2) Penguatan surveilans faktor risiko PTM melalui Sistem Informasi berbasis web.
3) Pemanfaatan dana dekonsentrasi dalam penyelenggaraan Posbindu PTM.
4) Penyediaan alat Posbindu KIT dan Bahan Habis Pakai (BHP) melalui pemanfaatan
Dana Alokasi Khusus (DAK).
5) Advokasi kepada Pemerindah Daerah dalam penggunaan APBD, Anggaran Dana
Desa, dan sumber dana lainnya sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam rangka
pencegahan dan pengendalian faktor risiko penyakit tidak menular dengan
mengiatkan Gerakan Tekan Angka Obesitas, dan skrining kesehatan melalui
Posbindu.
6) Advokasi kepada Pemerintah Daerah untuk pencapaian target indikator SPM.
7) Integrasi kegiatan Posbindu PTM melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat,
Posyandu Lansia, Kampus Sehat, dll
8) Penguatan NSPK Posbindu dan faktor risiko PTM untuk meningkatkan optimalisasi
pelaksanaan Posbindu
9) Pembuatan Media Informasi baik cetak maupun elektronik tentang Posbindu dan
faktor risiko PTM.

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2019 24


e. Analisa Penyebab Keberhasilan
Indikator persentase desa yang melaksanakan posbindu PTM mencapai target yang telah
di tetapkan, karena pada tahun 2019 telah dilaksanakan TOT kepada seluruh pengelola
program PTM di 34 Provinsi dan pelatihan secara berjenjang di tingkat provinsi melalui
dana dekonsentrasi. Selain itu, terdapat anggaran deteksi dini faktor risiko PTM melalui
dana dekonsentrasi di 34 Provinsi untuk meningkatkan cakupan desa berposbindu dan
deteksi dini faktor risiko PTM.

Sosialisasi dan advokasi pelaksanaan indikator Standar Pelayanan Minimal Kab/kota


dilakukan secara masif di berbagai daerah, sehingga mendorong Pemerintah Daerah
untuk meningkatkan komitmen dan menggiatkan Posbindu diwilayahnya untuk mencapai
target indikator SPM sesuai yang diamanatkan dalam PP No. 2 Tahun 2018 tentang
Standar Pelayanan Minimal dan Permenkes No. 4 Tahun 2019 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan.

f. Kendala/ masalah yang dihadapi:


1) Belum maksimalnya sistem pelaporan surveilans faktor risiko PTM melalui Posbindu
PTM.
2) Perpindahan atau mutasi petugas daerah yang telah dilatih program PPTM yang
terlalu sering dan cepat, sehingga program PPTM didaerah menjadi kurang optimal.
3) Belum optimalnya sosialisasi dan advokasi program pengendalian PTM kepada
Pemerintah Daerah
4) Masih rendahnya komitmen pemangku kebijakan didaerah terhadap program
pengendalian PTM.
5) Dukungan lintas sektor sangat minimal, sedangkan kegiatan kemasyarakan seperti
Posbindu PTM sangat membutuhan kepedulian dan dukungan lintas sektor baik
pendanaan maupun sarana dan prasarananya.
6) Masih perlunya advokasi dan sosialisai yang bersifat masif dan terintegrasi dalam
mendukung kegiatan Posbindu PTM
7) Minimnya pemanfaatan dana DAK dan Dana lainnya dalam menunjang kegiatan
Posbindu di daerah.
8) Masih kurangnya pemahaman pemerintah desa dalam penggunaan dana desa guna
mendukung kegiatan posbindu.
9) Masih rendanya tingkat pengetahun kader dalam sistem pelaporan Posbindu PTM
sehingga pelaporan masih menghandalkan tenaga kesehatan di Puskesmas.
10) Masih kurangnya pemahaman tenaga kesehatan terhadap pemanfaatan data yang
ada di SIPTM Posbindu PTM.
11) Masih sulitnya akses internet di beberapa daerah.

g. Pemecahan Masalah
Berikut ini beberapa pemecahan masalah dalam meningkatkan kualitas indikator kinerja
pada tahun berikutnya:
1) Peningkatan kapasitas petugas dan kader dalam pelaksanaan Posbindu PTM melalui
pelatihan berjenjang dan pembekalan baik melalui dana dekonsentrasi, APBD, dana
DAK Non Fisik maupun dana lain sesuai dengan peraturan yang berlaku
2) Melakukan sosialisasi dan advokasi pengendalian faktor risiko PTM, melalui
penguatan Posbindu di daerah.
3) Penguatan sistem informasi faktor risiko berbasis web.

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2019 25


4) Mengintegrasikan kegiatan Posbindu PTM dengan kegiatan Program Indonesia Sehat
melalui pendekatan Keluarga Sehat (PIS – PK), Posyandu Lansia, SPM, Germas, Rmah
Sehat, Kampus Sehat dan institusi lainnya (OPD, swasta, sekolah, dll)
5) Mendorong Pemerintah Daerah untuk mengalokasikan anggaran sarana dan
prasarana (Posbindu Kit dan Bahan Habis Pakai) sesuai dengan kebutuhan dan
jumlah sasaran diwilayah nya.
6) Melakukan bimbingan teknis dan monev secara berkala.
7) Meningkatkan kerjasama dengan lintas program dan lintas sektor terkait dalam
rangka perluasan cakupan Posbindu dan skrining faktor risiko PTM.

4. Persentase puskesmas yang melaksanakan kegiatan deteksi dini kanker payudara dan leher
rahim pada perempuan usia 30-50 tahun
a. Definisi operasional
Persentase puskesmas yang melaksanakan kegiatan deteksi dini kanker payudara dan
leher rahim pada perempuan usia 30-50 adalah jumlah puskesmas yang melaksanakan
kegiatan deteksi dini kanker payudara dengan Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS),
dan leher rahim melalui metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) atau papsmear
pada perempuan usia 30-50 tahun dibagi jumlah seluruh puskesmas DIKALI 100%.
Pengertian
1) Puskesmas adalah fasilitas pelayanan tingkat pertama yang melakukan pemeriksaan
deteksi dini kanker payudara dengan CBE/SADANIS dan kanker leher rahim dengan
metode IVA pada perempuan usia 30 – 50 tahun.
2) Perempuan usia 30 sampai 50 tahun adalah perempuan usia subur yang memiliki
usia 30 sampai 50 tahun dan sudah melakukan kontak seksual aktif (sudah
menikah).
3) Program IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) adalah kegiatan deteksi dini
kanker leher rahim dengan cara mengamati dan melihat leher rahim yang telah
dipulas dengan asam asetat 3-5% yang ditandai dengan adanya bercak putih (aceto
white epithelium) sebagai lesi prakanker.
4) Program SADANIS adalah kegiatan deteksi dini kanker payudara dengan cara
pemeriksaan klinis payudara yang dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih.
5) Papsmear adalah pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim (serviks) melalui
pemeriksaan sitopatologi dengan menemukan perubahan morfologis dari sel-sel
epithel leher rahim yang ditemukan pada keadaaan prakanker dan kanker.

b. Cara perhitungan/rumus
Persentase puskesmas yang Jumlah puskesmas yang melaksanakan
melaksanakan kegiatan kegiatan deteksi dini kanker payudara
deteksi dini kanker payudara = dan leher rahim pada perempuan usia x 100%
dan leher rahim pada 30-50
perempuan usia 30-50 Jumlah seluruh puskesmas di Indonesia

c. Capaian Indikator
Pencapaian persentase puskesmas yang melaksanakan kegiatan deteksi dini kanker
payudara dan leher rahim pada perempuan usia 30-50 tahun mencapai target yang
diharapkan. Target pada tahun 2019 sebesar 50% atau sebanyak 4.997 puskesmas,
realisasi 50,0% atau sebanyak 5000 puskesmas (grafik 3.10)

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2019 26


Sebanyak 3.738.236 perempuan (10%) yang telah melakukan deteksi dini kanker leher
rahim dan payudara, dari hasil tersebut didapatkan sebanyak 3,4 % IVA positif atau
sebanyak 124.686 perempuan. Sedangkan pada pemeriksaan CBE/SADANIS ditemukan
sebanyak 0,54% tumor mamae atau 19.759 perempuan dengan curiga kanker payudara
sebanyak 0,07% atau 2.489 perempuan.

Grafik 3.10
Persentase Puskesmas yang Melaksanakan Kegiatan Deteksi Dini Kanker Payudara dan
Leher Rahim pada Perempuan Usia 30-50, Tahun 2019

50 50,0

50
45
40
35
Persentase

30
25
20
15
10
5
0
Target Realisasi

Grafik 3.11 menggambarkan sebaran puskesmas yang melaksanakan kegiatan deteksi dini
kanker payudara dan leher rahim pada perempuan usia 30-50 berdasarkan provinsi,
tahun 2019. Persentase puskesmas yang melaksanakan kegiatan deteksi dini kanker
payudara dan leher rahim pada perempuan usia 30-50 yang tertinggi adalah Provinsi Bali
sebesar 100% disusul yang kedua Provinsi Bangka Belitung sebesar 96,9, sedangkan yang
terendah adalah Provinsi Papua sebesar 2,2%. Sebanyak 17 provinsi telah mencapai
target pada tahun 2019.

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2019 27


Grafik 3.11
Persentase Puskesmas yang Melaksanakan Kegiatan Deteksi Dini Kanker Payudara dan
Leher Rahim pada Perempuan Usia 30-50 berdasarkan Provinsi, Tahun 2019.

Indonesia 50,0

Bali 100,0
Kepulauan Bangka Belitung 96,9
DI Yogyakarta 96,7
Bengkulu 94,4
Jambi 89,2
Lampung 88,4
DKI Jakarta 85,7
Sumatera Selatan 72,3
Banten 70,2
Sulawesi Barat 67,0
Nusa Tenggara Barat 63,3
Kalimantan Utara 62,5
Jawa Tengah 60,8
Kalimantan Barat 55,3
Sulawesi Tengah 55,0
Nusa Tenggara Timur 54,1
Sulawesi Selatan 51,5
Jawa Timur 48,6
Jawa Barat 47,6
Sumatera utara 47,0
Kalimantan Tengah 46,5
Maluku Utara 41,0
Sumatera Barat 38,2
Maluku 37,5
Papua Barat , 37,1
Riau 28,2
Kepulauan Riau 26,5
Aceh 24,7
Kalimantan Timur 21,9
Sulawesi Tenggara 18,0
Kalimantan Selatan 17,6
Gorntalo 12,9
Sulawesi Utara 7,3
Papua 2,2
0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0 90,0 100,0
Persentase

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2019 28


Grafik 3.12
Persentase Puskesmas yang Melaksanakan Kegiatan Deteksi Dini Kanker Payudara dan
Leher rahim pada Perempuan Usia 30-50, Tahun 2016-2019

49,8 50 50
50
45
40 35
35
30 26,8
25
Target
25
Capaian
20 15 16,1
15
10
5
0
2016 2017 2018 2019

d. Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator


1) Gerakan Pencegahan Faktor Risiko Kanker
a) Peringatan Hari Kanker Sedunia tahun 2019
Kegiatan Hari Kanker Sedunia 2019 merupakan rangkaian kegiatan yang untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat dan kepedulian individu untuk mencegah dan
mengendalikan kanker. Tema dari Hari Kanker Sedunia untuk tahun 2019-2021
adalah “I Am And I Will”, yang bermakna mengajak semua pihak terkait
menjalankan perannya masing-masing untuk mengurangi beban akibat penyakit
kanker.
Kegiatan Hari Kanker Sedunia tahun 2019 dilaksanakan dengan tujuan:
- Meningkatkan kewaspadaan dan kesadaran individu terhadap kanker dengan
menerapkan perilaku CERDIK
- Meningkatkan kewaspadaan dan kesadaran individu untuk melakukan deteksi
dini kanker
- Mendorong individu untuk mengambil peran dalam pengendalian kanker
- Melibatkan seluruh stakeholder terkait dalam pengendalian kanker
- Mendorong semua mitra dan kelompok masyarakat untuk melakukan inovasi
dalam pencegahan dan pengendalian kanker

Rangkaian kegiatan Hari Kanker Sedunia tahun 2019 terdiri dari:


- Media Briefing, kegiatan media briefing dilaksanakan 31 Januari 2019
- Acara puncak Hari Kanker Sedunia tahun 2019. Acara puncak Hari Kanker
Sedunia dilaksanakan pada tanggal 4 Februari 2019 di Gedung Siwabessy
Kementerian Kesehatan. Kegiatan ini dihadiri oleh Ibu Menteri Kesehatan RI
(dr. Nila Moeloek, Sp.M), Ibu Anies Rasyid Baswedan, Ketua Umum OASE-KK
(dr. Erni Guntarti Tjahjo Kumolo), Dirjen P2P serta undangan lintas program

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2019 29


dan lintas sektor, organisasi profesi, wartawan, blogger dan LSM penggiat
kanker. Acara tersebut diawali dengan penyerahan Deklarasi Focus Group
Discussion (FGD), dan teleconference dengan IAEA dan UICC.
- Deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim di lingkungan Kemenkes.
Kegiatan deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim dilaksanakan di
poliklinik Kementerian Kesehatan dengan sasaran sebanyak 150 orang, yang
terdiri dari 100 orang untuk pemeriksaan IVA dan SADANIS, dan 50 orang
pemeriksaan mammografi.

b) Peringatan Hari Kesehatan Nasional tahun 2019


Pelaksanaan Hari Kesehatan Nasional ke 55 merupakan salah satu kegiatan untuk
meningkatkan awareness masyarakat tentang pencegahan dan pengendalian
kanker. Pelaksanaan kegiatan diawali dengan rapat persiapan dengan melibatkan
LP/LS. Tema HKN tahun 2019 adalah “Generasi Sehat Indonesia Unggul”. Pada
Acara tersebut dilaksanakan deteksi dini kanker payudara dengan mammografi
sebanyak 150 orang pada tanggal 7-9 November 2019 di ICE BSD Tangerang. Selain
itu juga dilaksanakan deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim dengan
metode IVA dan USG Payudara, untuk karyawan dan keluarga karyawan di
lingkungan Kementerian Kesehatan sebanyak 66 orang.

c) Melaksanakan Gerakan Masyarakat Sehat dalam Peduli Kanker


Kegiatan Sosialisasi GERMAS di laksanakan di 6 kabupaten Kota yaitu:
 Kota Maros, provinsi Sulawesi Selatan Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 7–
10 Februari 2019 dihadiri oleh 250 peserta terdiri dari 225 masyarakat dan 25
orang tenaga kesehatan. Selain sosialisasi Germas di masyarakat juga
melaksanakan skrining faktor risiko PTM di fakultas FKM Universitas
Hasanuddin sebanyak 200 orang serta Monev di BTKL Makassar
 Kota Kupang, kelurahan Bakunase 2, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kegiatan
dilaksanakan pada tanggal 18 – 21 Februari 2019 dihadiri oleh 250 peserta
terdiri dari 225 masyarakat dan 25 orang tenaga kesehatan. Selain sosialisasi
Germas di masyarakat juga melaksanakan skrining faktor risiko PTM di
universitas Nusa Cendana Kota Kupang sebanyak 216 orang
 Kabupaten Muaro Jambi, desa Panca Bakti. Kegiatan dilaksanakan pada
tanggal 6 – 9 Maret 2019 dihadiri oleh 250 peserta terdiri dari 225 masyarakat
dan 25 orang tenaga kesehatan. Selain sosialisasi Germas di masyarakat juga
melaksanakan skrining faktor risiko PTM di fakultas FKM universitas Jambi
sebanyak 200 orang serta monev di Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Jambi.
 Kabupaten Serang, provinsi Banten dilaksanakan pada tanggal 11 – 13 Maret
2019 dengan mengundang dihadiri oleh 250 peserta terdiri dari 225
masyarakat dan 25 orang tenaga kesehatan. Selain sosialisasi Germas di
masyarakat juga melaksanakan skrining faktor risiko PTM di politeknik
Kesehatan Aisyiyah Banten 150 orang serta Monev di KKP Banten
 Kota Serang, provinsi Banten dilaksanakan pada tanggal 17 – 18 Maret 2019
dengan mengundang dihadiri oleh 250 peserta terdiri dari 225 masyarakat dan
25 orang tenaga kesehatan. Selain sosialisasi Germas di masyarakat juga
melaksanakan skrining faktor risiko PTM di Stikes Salsabila 186 orang
 Kabupaten Sumba Barat, provinsi Nusa Tenggara Timur dilaksanakan pada
tanggal 28 April – 1 Mei 2019 dengan mengundang dihadiri oleh 250 peserta

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2019 30


terdiri dari 225 masyarakat dan 25 orang tenaga kesehatan. Selain sosialisasi
Germas di masyarakat juga melaksanakan skrining faktor risiko PTM di
politeknik Kesehatan Sumba Barat 200 orang

2) Orientasi Penguatan Sistem Deteksi Dini Dan Tindak Lanjut IVA Positif pada Kanker
Leher Rahim
Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk penguatan sistem deteksi dini dan
tindak lanjut IVA positif pada kanker leher rahim yang komprehensif. Dihadiri oleh Kasi
PTM dan Keswa Dinas Kesehatan Provinsi, Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan
dari rumah sakit, dokter dari puskesmas yang memiliki krioterapi diutamakan
Puskesmas Percontohan sesuai PMK No. 636 tahun 2018 tentang Puskesmas sebagai
Percontohan, dan anggota PD UI cabang di daerah. Narasumber pada kegiatan ini
adalah Direktur P2PTM, Prof. Dr. dr. Agus Purwadianto, DFM., SH, M.Si.Sp.F(K),
Kasubdit Penyakit Kanker dan Kelainan Darah, Direktorat Promosi Kesehatan,
Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer, tim IT Dit. P2PTM, Himpunan Onkologi
Ginekologi Indonesia (HOGI), Himpunan Obstetri Ginekologi Sosial Indonesia (HOGSI),
Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Kesimpulan yang diperoleh pada
kegiatan ini adalah 1) Program see and treat yang telah berjalan saat ini tetap
dilanjutkan, 2) Dokter umum terlatih dapat melakukan tindakan krioterapi dengan
supervisi dari Obgyn melalui teledovia, 3) Kolegium Obgyn dan KDI akan bekerja sama
untuk memberikan kompetensi tambahan krioterapi untuk dokter umum.

3) Orientasi Penguatan Sistem Pelayanan Paliatif


Peserta berasal dari 14 Provinsi yang terdiri dari Sumatera Utara, sumatera Barat,
Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Di Yogyakarta,
Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara dan Papua.
Jumlah peserta sebanyak 50 orang dengan komposisi 1 orang pengelola PTM dinkes
Provinsi, 1 orang dokter spesialis penyakit dalam/ spesialis anak dari Rumah Sakit
Rujukan Nasional, 1 orang dokter umum dan 1 orang perawat dari Puskesmas,
perwakilan organisasi profesi. Kegiatan Orientasi dilaksanakan di kota Bogor selama 3
hari. Narasumber berasal dari organisasi profesi (MPI dan IDAI) dan Direktorat P2PTM.

4) Bimbingan Teknis Terpadu Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak


Menular
a) Bimbingan Teknis program P2PTM dilaksanakan di Dinas Kesehatan provinsi
Nusa Tenggara Timur pada tanggal 4 – 6 Desember 2019. Kegiatan Bimtek
dihadiri oleh Kepala Seksi dan staf PTM dan Keswa Dinas Kesehatan provinsi
NTT. Hasil Bimtek adalah Capaian indicator renstra persentase desa/kelurahan
yang melaksanakan posbindu PTM 41,92%, Persentase Puskesmas yang
melaksanakan PANDU 62%, Persentase Puskesmas yang melaksanakan deteksi
dini kanker payudara dan kanke leher Rahim pada perempuan usia 30 – 50 Thn
51,9%, Persentase Kab/Kota yang melaksanakan KTR minimal 50% sekolah 0%
dan persentase Kab/kota yang puskesmasnya melaksanakan rujukan katarak
22,7%. Selain Bimtek di Dinkes Provinsi melakukan kunjungan ke puskesmas
yang melaksanakan IVA test ke puskesmas Melati II.
b) Bimbingan Teknis program P2PTM dilaksanakan di Dinas Kesehatan provinsi
Kalimantan Utara pada tanggal 7 – 9 November 2019. Kegiatan Bimtek dihadiri
oleh Kepala Bidang P2P, Kepala Seksi dan staf PTM dan Keswa Dinas Kesehatan

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2019 31


provinsi Kalimantan Utara. Hasil Bimtek adalah Capaian indicator renstra
persentase desa/kelurahan yang melaksanakan posbindu PTM 47, 6%,
Persentase Puskesmas yang melaksanakan PANDU 28%, Persentase Puskesmas
yang melaksanakan deteksi dini kanker payudara dan kanke leher Rahim pada
perempuan usia 30 – 50 Thn 78%, Persentase Kab/Kota yang melaksanakan KTR
minimal 50% sekolah 40% dan persentase Kab/kota yang puskesmasnya
melaksanakan rujukan katarak 100%
c) Bimbingan Teknis program P2PTM dilaksanakan di Dinas Kesehatan provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta pada tanggal 13 -15 November 2019. Kegiatan
Bimtek dihadiri Kabid P2P . Hasil Bimtek adalah Capaian indicator renstra
persentase desa/kelurahan yang melaksanakan posbindu PTM 100%,
Persentase Puskesmas yang melaksanakan PANDU 50%, Persentase Puskesmas
yang melaksanakan deteksi dini kanker payudara dan kanke leher Rahim pada
perempuan usia 30 – 50 Thn 100%, Persentase Kab/Kota yang melaksanakan
KTR minimal 50% sekolah 50% dan persentase Kab/kota yang puskesmasnya
melaksanakan rujukan katarak 100%. Selain Bimtek di Dinkes Provinsi
melakukan kunjungan ke puskesmas yang melaksanakan IVA test ke puskesmas
Batubara.
d) Bimbingan Teknis program P2PTM dilaksanakan di Dinas Kesehatan provinsi
Jambi pada tanggal 18 – 20 November 2019. Kegiatan Bimtek dihadiri oleh
Kepala Seksi dan staf PTM dan Keswa Dinas Kesehatan provinsi Jambi. Hasil
Bimtek adalah Capaian indikator renstra persentase desa/kelurahan yang
melaksanakan posbindu PTM 66, 50%, Persentase Puskesmas yang
melaksanakan PANDU 35,43%, Persentase Puskesmas yang melaksanakan
deteksi dini kanker payudara dan kanke leher Rahim pada perempuan usia 30 –
50 Thn 200%, Persentase Kab/Kota yang melaksanakan KTR minimal 50% dan
persentase Kab/kota yang puskesmasnya melaksanakan rujukan katarak 22,8%.
Masalah/kendala yang ada yaitu penggunaan dana SBK pada kegiatan deteksi
dini yang tidak sesuai dengan kebutuhan spesifik local daerah, masih minimnya
capaian IVA karena keengganan masyarakat untuk memeriksakan diri,
penganggaran dana dekon terkunci menunya sehingga tidak dapat
mengakomodir kebutuhan spesifik daerah dan sulit untuk mandapatkan dana
untuk prevalensi merokok pada usia kurang dari 18 Tahun serta belum
terealisasi implementasi KTR di sekolah – sekolah.
e) Bimbingan Teknis program P2PTM dilaksanakan di Dinas Kesehatan provinsi
Kepulauan Riau pada tanggal 11 – 13 November 2019. Kegiatan Bimtek dihadiri
Kabid P2P, Kasi PTM dan Keswa dan staf PTM dan Keswa Dinas Kesehatan
provinsi Kepulauan Riau. Hasil Bimtek adalah Capaian indicator renstra
persentase desa/kelurahan yang melaksanakan posbindu PTM 66,49%,
Persentase Puskesmas yang melaksanakan PANDU 99,1%, Persentase
Puskesmas yang melaksanakan deteksi dini kanker payudara dan kanke leher
Rahim pada perempuan usia 30 – 50 Thn 62,5%, Persentase Kab/Kota yang
melaksanakan KTR minimal 50% sekolah 0% dan persentase Kab/kota yang
puskesmasnya melaksanakan rujukan katarak 57,14%
f) Bimbingan Teknis program P2PTM dilaksanakan di Dinas Kesehatan provinsi
Sulawesi Tengah pada tanggal 16 – 18 Desember 2019. Kegiatan Bimtek dihadiri
Kasi PTM dan Keswa, Kasi PTM dan Keswa, dan staf PTM dan Keswa Dinas
Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau. Hasil Bimtek adalah Capaian indicator

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2019 32


renstra persentase desa/kelurahan yang melaksanakan posbindu PTM 86,37%,
Persentase Puskesmas yang melaksanakan PANDU 82,92%, Persentase
Puskesmas yang melaksanakan deteksi dini kanker payudara dan kanke leher
Rahim pada perempuan usia 30 – 50 Thn 77,45%, Persentase Kab/Kota yang
melaksanakan KTR minimal 50% sekolah 100% dan persentase Kab/kota yang
puskesmasnya

e. Analisa Penyebab Keberhasilan


Indikator Persentase Puskesmas yang melaksanakan Kegiatan Deteksi Dini Kanker
Payudara dan Leher rahim mencapai target yang telah ditetapkan, hal ini dikarenakan
upaya-upaya yang telah dilaksanakan baik pada tahun 2019 maupun tahun-tahun
sebelumnya. Upaya yang telah dilaksanakan antara lain penyedian SDM di pelayanan
kesehatan melaui pelatihan yang secara terus menerus dilaksanakan baik menggunakan
anggaran pusat melalui TOT dan pelatihan yang didorong melaui anggaran dekonsentrasi
dan APBD. Kegiatan sosialisasi dan advokasi pelaksanaan indikator Standar Pelayanan
Minimal Kab/kota dilakukan secara masif di berbagai daerah, sehingga mendorong
Pemerintah Daerah untuk meningkatkan komitmen dan melaksanakan kegiatan deteksi
dini termasuk didalamnya deteksi dini kanker leher rahim dan payudara sesuai yang
diamanatkan dalam PP No. 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal dan
Permenkes No. 4 Tahun 2019 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.

f. Kendala/masalah yang dihadapi:


1) Jumlah dokter dan bidan terlatih masih terbatas hal ini disebabkan oleh karena tenaga
yang sudah dilatih pindah tugas atau dipindah tugaskan karena promosi jabatan di
wilayah lain
2) Upaya pencegahan dan pengendalian kanker belum menjadi prioritas hal ini
disebabkan karena sosialisasi dan advokasi pada pemangku kebijakan optimal
3) Koordinasi lintas sektor dan program serta sistem rujukan belum berjalan dengan
optimal
4) Koordinasi lintas sektor dan program dan sistem rujukan belum maksimal di tingkat
kabupaten kota
5) Sistem pembiayaan yang belum optimal menyebabkan layanan deteksi dini IVA di
puskesmas belum berjalan efektif.
6) Lemahnya sistem pembiayaan menyebabkan layanan deteksi dini IVA di Puskesmas
belum berjalan dengan efektif
7) Sarana dan prasarana pendukung dan bahan habis pakai seperti gas N2O/CO2 dalam
pelaksanaan deteksi dan tindak lanjut dini masih terbatas.

g. Pemecahan Masalah
1) Meningkatkan jumlah tenaga dokter dan bidan yang mampu melaksanakan deteksi
dini kanker payudara dan kanker leher rahim dengan mendorong pemerintah daerah
dalam melaksanakan pelatihan SADANIS dan IVA melalui pemanfaatan dana dekon,
APBD, pajak rokok dll
2) Memperkuat sosialisasi dan advokasi kepada pemangku kebijakan yaitu gubernur,
bupati, pemangku adat dan tokoh agama dan masyarakat serta stakeholder terkait
dan organisasi dalam mendukung pelaksanaan IVA dan SADANIS dengan memotivasi
petugas kesehatan yang sudah dilatih untuk melaksanakan di fasyankes

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2019 33


3) Memperkuat logistik deteksi dini sebagai sarana dukung deteksi dini kanker payudara
dan kanker serviks di fasilitas layanan kesehatan primer.
4) Memaksimalkan layanan rujukan bila ditemukan hasil IVA positif dengan penyediaan
sarana dan prasarana yang memadai.
5) Pengembangan surveilans dan faktor risiko serta sistem informasi manajemen
pencegahan dan pengandalian kanker melalui penguatan registri kanker
6) Memperkuat jejaring nasional maupun internasional dengan melibatkan berbagai
sektor baik pemerintah, organisasi profesi maupun kelompok masyarakat. Kemitraan
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kanker.

5. Persentase puskesmas yang melakukan deteksi dini dan rujukan katarak


a. Definisi operasional
Persentase puskesmas yang melakukan deteksi dini dan rujukan katarak adalah Jumlah
puskesmas yang melakukan deteksi dini dan merujuk kasus katarak dibagi Jumlah seluruh
puskesmas di Indonesia dikali 100%.

Pengertian
1) Puskesmas yang melakukan deteksi dini dan rujukan katarak adalah Puskesmas yang
mampu melakukan deteksi dini katarak dengan pemeriksaan klinis dan merujuk
kasus katarak.
2) Deteksi dini dengan pemeriksaan klinis dan merujuk kasus katarak yang dimaksud
adalah deteksi dini yang dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih di Puskesmas
berupa tes fisik mata dengan menggunakan senter dan ophthalmoscope, lalu
pemeriksaan visus mata dengan menggunakan Snelen Chart,dilanjutkan dengan tes
bayangan (Shadow Test) menggunakan pen light, serta mampu melakukan rujukan
kasus katarak ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut

b. Cara perhitungan/rumus

PersentasePuskesmas Jumlah puskesmas yang melakukan deteksi


yang melakukan deteksi = dini dan merujuk kasus katarak X 100%
dini dan rujukan katarak Jumlah seluruh puskesmas di Indonesia

c. Pencapaian
Pencapaian persentase puskesmas yang melakukan deteksi dini dan rujukan katarak pada
tahun 2019, telah mencapai target yang diharapkan. Target pada tahun 2019 sebesar 30%
atau sebanyak 2.998 puskesmas, realisasi 60,8% atau sebanyak 6.071 puskesmas (grafik
3.13). pencapaiannya 202,7%

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2019 34


Grafik 3.13
Persentase Puskesmas yang melakukan Deteksi Dini dan Rujukan Katarak, Tahun 2019

60,8
70

60

50
Persentase 30
40

30

20

10

0
Target Realisasi

Berdasarkan Grafik 3.14 sebaran puskesmas yang melaksanakan deteksi dini dan rujukan
katarak sudah dilaksanakan pada 34 Provinsi di Indonesia dengan persentase tertinggi di
Provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur yaitu sebesar 100%, dan terendah di Provinsi Papua
sebesar 0%.

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2019 35


Grafik 3.14
Persentase Puskesmas yang Melakukan Deteksi Dini dan Rujukan Katarak,
Berdasarkan Provinsi Tahun 2019

Indonesia 60,8%

Jawa Barat 100,0%


Jawa Timur 100,0%
Sulawesi Selatan 96,9%
Sumatera Barat 95,3%
Kalimantan Utara 91,1%
Kalimantan Timur 81,4%
Sulawesi Barat 80,9%
Kep. Bangka Belitung 78,1%
Sumatera Selatan 75,9%
Kalimantan Selatan 74,7%
Gorontalo 73,1%
Lampung 71,9%
Sumatera Utara 65,4%
Kep. Riau 65,1%
DKI Jakarta 63,6%
Kalimantan Tengah 60,0%
NTB 59,0%
Banten 57,9%
Sulawesi Tengah 56,4%
Sulawesi Tenggara 53,5%
Jambi 42,1%
Aceh 39,9%
Jawa Tengah 38,7%
Maluku Utara 35,1%
DI Yogyakarta 34,7%
Sulawesi Utara 34,2%
Bali 34,2%
Bengkulu 33,9%
NTT 24,1%
Papua Barat 21,4%
Maluku 20,7%
Kalimantan Barat 10,2%
Riau 7,9%
Papua 0,0%
0,0% 10,0% 20,0% 30,0% 40,0% 50,0% 60,0% 70,0% 80,0% 90,0% 100,0%
Persentase

Persentase puskesmas yang melaksanakan deteksi dini dan rujukan katarak dari tahun
2016 sampai dengan tahun 2019 (grafik 3.15) mencapai target yang telah ditetapkan,
kecuali pada tahun 2016 tidak mencapai target.

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2019 36


Grafik 3.15
Persentase Puskesmas yang Melakukan Deteksi Dini dan Rujukan Katarak,
Tahun 2016-2019

70
60,8
60

50
Persentase

40 Target
30
30 25,1 Realisasi
20
20
10 10
10 5 4,9

0
2016 2017 2018 2019

d. Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator


Berikut upaya-upaya yang telah dilakukan tahun 2019, dalam mendukung mencapaian
indikator tersebut:
1) Pertemuan koordinasi Lintas Program dan Lintas Sektor (POKJA penanggulangan
gangguan pendengaran) pada tanggal 24 Mei 2019 dengan melibatkan LP/LS terkait,
KOMNAS PGPKT, Organisasi Profesi (PERHATI-KL, PERAUDI, IKATWI), LSM/NGO,
Dinkes DKI dan Suku Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Adapun agenda yang dibahas
antara lain : 1) Pembahasan Peta Jalan PGPK 2020-2024, 2) masukan rencana
program PGPK 2020, 3) kegiatan PGPK yang beririsan dengan lintas program dan
lintas sektor serta organisasi profesi.
2) PenyusunanNorma/Standar/Peraturan/Ketentuan (NSPK) Pencegahan dan
Pengendalian Gangguan Indera.
NSPK pencegahan dan pengendalian gangguan indera merupakan acuan atau
pedoman dalam pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian gangguan
indera di daerah dan nasional. Pada tahun 2018, NSPK yang disusun adalah Pedoman
Penanggulangan Gangguan Pendengaran Akibat Bising, Panduan Rencana Kerja
Program Penanggulangan Gangguan Penglihatan. selain itu dilakukan juga
pembahasan Permenkes Penanggulangan Gangguan Indera sebagai payung hukum
pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian gangguan indera, review Peta
Jalan Penanggulangan Gangguan Penglihatan 2020-2024 sebagai panduan dalam
perencanaan dan pengembangan program gangguan penglihatan di Indonesia dalam
rangka mencapai target global VISION 2020 serta penyusunan Peta Jalan
Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian 2020-2024.
Peta Jalan PGP dan Peta Jalan PGPK memuat strategi memuat 5 poin strategis antara
lain : 1) Penguatan advokasi dan koordinasi lintas program dan lintas sektor, 2)
Penguatan peran serta masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, 3) Peningkatan
akses terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas melalui penguatan sumber

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2019 37


daya dan standardisasi pelayanan, 4) Penguatan surveilans serta pemantauan dan
evaluasi kegiatan penanggulangan gangguan pendengaran, dan 5) Penyediaan
sumber daya yang mencukupi dalam penanggulangan gangguan pendengaran.

3) KIE tentang pencegahan dan pengendalian Gangguan Indera dilaksanakan untuk


meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pencegahan dan pengendalian
gangguan penglihatan dan pendengaran, salah satu upaya yang dapat dilakukan
adalah melalui penyebarluasan media Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE),
seperti Leaflet, Brosur, Banner, Poster, Buku saku dan lain-lain. Media KIE efektif
digunakan pada saat kegiatan sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat dalam
rangka pencegahan dan pengendalian gangguan indera.

4) Sosialisasi Peta Jalan PGP dan Peta Jalan PGPKT 2020-2024 pada tanggal 8-10
Agustus di Bogor.
Kedua peta jalan diatas merupakan acuan bagi daerah dalam melaksanakan program
gangguan indera, dan patokan dalam perencanaan pengganggaran dengan
implementasi sasaran dan target mengacu pada indikator dan output yang telah
disusun dalam peta jalan tersebut. Untuk itu, diperlukan sosialisasi peta jalan
penanggulangan gangguan penglihatan 2020-2024 dan peta jalan penanggulangan
gangguan pendengaran dan ketulian 2020-2024 ke Daerah secara bertahap dan
berjenjang sehingg semua daerah dapat tersosialisasi dengan baik dan harapannya
dapat melaksanakan dan mengimplementasikan program sesuai dengan peta jalan
ini.
Peserta Pertemuan berasal dari : Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Maluku, Sulawesi Selatan,
Papua Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, dan Aceh. Total peserta daerah
51 orang, peserta lintas program dan Dinas Kesehatan DKI 20 orang, narasumber dan
panitia 12 orang jadi total 83 orang.

5) Orientasi Penanggulangan Gangguan Penglihatan Terpadu Berbasis IT pada tanggal


11 – 14 September 2019 di Bogor, Jawa Barat. Tujuan pelaksanaan kegiatan adalah :
1) Tersosialisasinya Sistem Informasi Gangguan Penglihatan terpadu, 2) Tercapainya
kesepahaman tentang sistem informasi gangguan penglihatan, 3) Tercapainya
kesepakatan sistem rujukan di RS Daerah.

Peserta berasal dari 18 Provinsi, 15 Provinsi diantaranya adalah provinsi yang


menjadi lokasi Survey Rapid Assesment of Avoidable Blindness (RAAB) dan 3 provinsi
lainnya diluar provinsi RAAB antara lain : Aceh, Lampung, Sumatera Barat, Sumatera
Utara, Sumatera Selatan, jawa Timur, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Banten,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Maluku,
NTT, Bali, Papua Barat, DKI Jakarta dan Jawa Barat. Jumlah peserta adalah 54 orang
ditambah dengan peserta pusat 20 orang.

Agenda pertemuan adalah penyampaian materi: 1) BLC, 2) Kebijakan


Penanggulangan Gangguan Indera di Indonesia, 3) Penanggulangan Gangguan
Penglihatan (kelainan refraksi), 4) Penanggulangan Gangguan Penglihatan (katarak),
5) Deteksi Dini Gangguan Penglihatan, 6) Sistem Informasi Gangguan Penglihatan
Berbasis web, 7) Sistem Informasi Gangguan Penglihatan berbasis android dan 8)

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2019 38


pencatatan dan pelaporan. Praktek di kelas dan praktek lapangan, paparan diskusi
kelompok, penyusunan rencana tindak lanjut, serta penyusunan kesepakatan serta
rekomendasi hasil pertemuan.

6) Upaya edukasi ke masyarakat untuk penanggulangan Ganggaun Pendengaran dalam


rangka Hari Pendengaran Sedunia dan Hari Sadar Bising International dengan
rangkaian acara sebagai berikut :
1. Talk show di Radio kemenkes pada tanggal 3 Maret 2019
2. Skrining gangguan pendengaran pada pekerja pabrik di Kota Cimahi pada tanggal
14-16 Maret 2019
3. Media Briefing Hari Pendengaran Sedunia Tahun 2019 di Ruang Naranta
Kementerian Kesehatan pada tanggal 19 Maret 2019
4. Skrining Gangguan pendengaran pada anak sekolah pada tanggal 20-22 Maret
2019
5. Seminar Deteksi dini tuli kongenital pada tenaga kesehatan di Kota Tasikmalaya
pada tanggal 26 Maret 2019
6. Puncak Acara Hari Pendengaran Sedunia yang dirangkaikan dengan Hari TB
Sedunia di Kab. Tasikmalaya tanggal 27 Maret 2019
7. Talkshow Hari Sadar Bising Internasional di Radio Kemenkes pada tanggal 24 April
2019.

7) Telah dilaksanakan rangkaian kegiatan Edukasi ke masyarakat dalam rangka Hari


Penglihatan Sedunia Tahun 2019.
World Sight Day (WSD)/ Hari Penglihatan Sedunia dicanangkan oleh WHO tahun
1999 dan diperingati setiap tahun pada hari Kamis minggu kedua bulan Oktober.
Peringatan Hari Penglihatan Sedunia pada tahun 2019 jatuh pada tanggal 10
Oktober 2019 dengan tema internasional “Vision First” dan tema nasional “Mata
Sehat, SDM Unggul”. Kegiatan dilaksanakan secara bersama-sama untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya penglihatan karena gangguan
penglihatan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting untuk dicegah
dan dikendalikan.

Kegiatan Hari Penglihatan Sedunia bertujuan untuk memperkuat jejaring lintas


program/lintas sektor, mensosialisasikan kepada masyarakat luas tentang
pentingnya mencegah dan mengendalikan gangguan penglihatan pada masyarakat
terutama bagi anak, karena gangguan penglihatan berpotensi untuk menurunkan
kualitas dan produktifitas seseorang. Hal lainnya adalah dapat meningkatkan
kesadaran masyarakat untuk melakukan deteksi dini gangguan penglihatan, serta
kegiatan ini dapat diintegrasikan melalui upaya promotif dan preventif gangguan
penglihatan dengan program lainnya. Hari Penglihatan Sedunia Tahun ini disatukan
dengan hari Kesehatan Jiwa Sedunia dan Hari Obesitas Sedunia Tahun 2019

Tahapan kegiatan adalah sebagai berikut :


- Pers briefing/ media briefing
- Temu Blogger dan sosialisasi penanggulangan gangguan penglihatan dan
obesitas
- Siaran Radio Kesehatan
- Car Free Day Bandung

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2019 39


- Pekan Deteksi Dini Gangguan Penglihatan
- Puncak Peringatan Hari Penglihatan Sedunia
- Kegiatan PERDAMI Cabang, BKMM dan NGO
- Kampanye kepada 150 sekolah di DKI Jakarta

8) Pendampingan Implementasi Sistem Informasi Penanggulangan Gangguan


Penglihatan (PGP) Terpadu.
Kegiatan orientasi Sistem Informasi PGP terpadu berupa monitoring dan bimbingan
teknis implementasi sistem informasi gangguan penglihatan yang dilaksanakan
terintegrasi dengan Sistem Informasi PTM. Dalam kegiatan tersebut dilakukan
sosialisasi menu baru SI PTM yaitu sistem informasi gangguan penglihatan dan
gangguan pendengaran serta advokasi implementasi sistem tersebut. Kegiatan
dilaksanakan pada 3 Provinsi yaitu : Maluku, Jawa Timur dan Sumatera Selatan.

e. Analisis Penyebab Keberhasilan.


Keberhasilan pencapaian target ini, karena telah adanya perubahan struktur organisasi di
tingkat provinsi dan Kab/Kota pada tahun 2017 bahwa program gangguan indera sudah
menjadi bagian dari bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit yang sebelumnya
berada di bidang Yankes, sosialisasi dan advokasi program yang terus menerus dilakukan,
dimasukannya deteksi dini gangguan penglihatan sebagai bagian dari indikator SPM untuk
Skrining Kesehatan pada usia produktif, orientasi dan peningkatan kapasitas petugas baik
di pusat maupun di tingkat provinsi melalui dana dekon/APBD, adanya upaya perbaikan
pencatatan dan pelaporan, peningkatan jejaring kemitraan dengan lintas sektor terkait
(Komatda, PERDAMI, Rumah Sakit, Corporate Social Responsibility (CSR), serta adanya
komitmen dari Pemerintah daerah untuk mendukung program penanggulangan gangguan
indera di Indonesia, khususnya penurunan angka kebutaan akibat katarak untuk
mencapai target global “Vision 2020”, sehingga memperluas cakupan puskesmas yang
mampu melaksanakan deteksi dini dan rujukan katarak.

f. Kendala/masalah yang dihadapi:


1) Advokasi dan sosialisasi upaya pengendalian gangguan indera pada pemangku
kebijakan di daerah belum maksimal, sehingga kegiatan indera belum menjadi
prioritas dalam perencanaan dan penganggaran di daerah.
2) Integrasi program gangguan indera dengan lintas program terkait belum maksimal
seperti skrining anak sekolah, remaja dan usia lanjut.
3) Koordinasi antara lintas sektor dan lintas program serta sistem rujukan yang belum
maksimal dalam penanggulangan gangguan indera di daerah
4) Belum semua provinsi mendapatkan pelatihan/peningkatan kapasitas petugas dalam
penanggulangan gangguan indera
5) Masih lemahnya sistem pencatatan dan pelaporan rutin penanggulangan gangguan
indera.
6) Belum terpenuhinya alat kesehatan untuk deteksi gangguan indera sesuai dengan
permenkes 75 tahun 2014.
7) Rendahnya pengetahuan dan tingkat kepedulian masyarakat tentang kesehatan
indera.

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2019 40


g. Pemecahan Masalah
Berikut ini beberapa pemecahan masalah dalam meningkatkan kualitas indikator kinerja
pada tahun berikutnya:
1) Sosialisasi dan advokasi Regulasi dan kebijakan penanggulangan gangguan indera
khususnya untuk percepatan penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan
akibat katarak.
2) Peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan kelembagaan dalam
penanggulangan gangguan indera
3) Memaksimalkan deteksi dini, layanan rujukan dan pembiayaan kesehatan pada
kelompok berisiko dengan penyediaan sarana dan prasarana yang memadai.
4) Penguatan sistem pencatatan dan pelaporan.
5) Meningkatkan jejaring kemitraan dalam penanggulangan gangguan indera.
6) Mendorong pemerintah daerah untuk melengkapi kebutuhan alat kesehatan
deteksi dini dan diagnosis gangguan indera di Puskesmas sesuai dengan Permenkes
Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas.

B. CAPAIAN KINERJA ANGGARAN


Selain indikator kinerja diatas terdapat indikator kinerja anggaran. Anggaran Dit.P2PTM tahun
2019 sebesar Rp. 61.635.459.000,-. Angaran tersebut bersumber dar Rupiah Murni sebesar Rp.
58.722.981.000,- dan hibah langsung sebesar Rp 2.912.478.000,- Berikut ini penjelasan mengenai
hasil kerja Direktorat P2PTM melalui kegiatan yang telah dilaksanakan, sebagai berikut:

Tabel 3.2
Pagu dan Realisasi Anggaran Program Pengendalian PTM berdasarkan Sumber Anggaran,
Tahun 2019
PENGENDALIAN ANGGARAN ANGGARAN SETELAH
REALISASI (Rp.) %
PTM SEMULA (Rp.) REVISI (Rp.)
RM 94.179.384.000 58.722.981.000 52.065.364.873 88,7

Hibah Langsung 0 2.912.478.000 2.476.274.551 85,0


Total 94.179.384.000 61.635.459.000 54.541.639.424 88,5

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2019 41


Tabel 3.3
Pagu dan Realisasi Anggaran Program Pengendalian PTM berdasarkan Output Tahun 2019

REALISASI
PAGU
NO OUTPUT KEGIATAN ANGGARAN %
(Rp)
(Rp)
1 2 3
1 Layanan Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Gangguan 665.923.000 577.665.089 86,7
Imunologi
2 Layanan Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Diabetes 2.706.278.000 2.253.267.073 83,3
Mellitus
3 Layanan Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Gangguan 818.828.000 677.047.614 82,7
Metabolik
4 Layanan Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Kelainan 487.400.000 344.939.850 70,8
Darah
5 Layanan Pencegahan dan
2.530.379.000 2.336.581.343 92,3
Pengendalian Gangguan Indera
6 Layanan Pencegahan dan
1.096.278.000 868.707.071 79,2
Pengendalian Gangguan Fungsional
7 Layanan Pencegahan dan
2.527.775.000 1.862.042.782 73,7
Pengendalian Penyakit Kanker
8 Sarana dan Prasarana Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit Tidak 3.569.571.000 3.498.984.319 98,0
Menular
9 NSPK Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Tidak 1.837.692.000 1.190.326.503 64,8
Menular
10 Deteksi dini Faktor Risiko Penyakit
37.588.573.000 34.263.468.294 91,2
Tidak Menular
11 Layanan Pengendalian Konsumsi
4.991.828.000 4.120.278.545 82,5
Rokok
12 Layanan Sarana dan Prasarana
217.886.000 212.584.600 97,6
Internal
13 Layanan Dukungan Manajemen
2.597.048.000 2.335.746.341 89,9
Satker
88,5
Jumlah 61.635.459.000 54.541.639.424

Alokasi anggaran yang digunakan dalam upaya pencegahan dan pengendalian PTM sebesar
Rp. 61.635.459.000,-, dengan realisasi anggaran sebesar Rp 54.541.639.424,- (88,5%). Jika
dibandingkan dengan tahun 2018 alokasi anggaran Rp. Rp. 109.813.515.000,-, dengan realisasi
anggaran sebesar Rp 103.377.652.570,- (94,14%). Terjadi penurunan realisasi anggaran

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2019 42


dikarenakan antara lain tidak optimalnya peyerapan kegiatan GYTS disebabkan adanya
pergantian enumerator yang semula dar pusat menjadi enumerator lokal, berkurangnya target
pengumpulan data semula 150 sekolah menjadi 148 sekolah, pelaksanaan supervisi tidak lengkap.
Penyusunan NSPK yang rendah capaiannya anggaran dikarenakan integrasi ujicoba buku dengan
kegiatan bimbingan teknis

Tabel 3.4
Target dan Capaian Output Pencegahan Pengendalian PTM Tahun 2019

NO OUTPUT KEGIATAN TARGET CAPAIAN %

1 2 3 4 5
1 Layanan Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Gangguan Imunologi 3 Layanan 3 Layanan 100

2 Layanan Pencegahan dan Pengendalian


Penyakit Diabetes Mellitus 2 Layanan 2 Layanan 100

3 Layanan Pencegahan dan Pengendalian


Penyakit Gangguan Metabolik 3 Layanan 3 Layanan 100

4 Layanan Pencegahan dan Pengendalian


3 Layanan 3 Layanan 100
Penyakit Kelainan Darah
5 Layanan Pencegahan dan Pengendalian
900 Layanan 900 Layanan 100
Gangguan Indera
6 Layanan Pencegahan dan Pengendalian
4 Layanan 4 Layanan 100
Gangguan Fungsional
7 Layanan Pencegahan dan Pengendalian
500 Layanan 500 Layanan 100
Penyakit Kanker
8 Sarana dan Prasarana Pencegahan dan
297 Unit 297 Unit 100
Pengendalian Penyakit Tidak Menular
9 NSPK Pencegahan dan Pengendalian
14 Dokumen 14 Dokumen 100
Penyakit Tidak Menular
10 Deteksi dini Faktor Risiko Penyakit Tidak
10 Layanan 10 Layanan 100
Menular
11 Layanan Pengendalian Konsumsi Rokok 70 Layanan 70 Layanan 100
12 Layanan Sarana dan Prasarana Internal 1 Layanan 1 Layanan 100
13 Layanan Dukungan Manajemen Satker 1 Layanan 1 Layanan 100

Tabel 3.4 mengenai target dan capaian output kegiatan tahun 2019, semua output tercapai pada
tahun 2019, penjelasan mengenai target dan capaian sebagai berikut:
1. Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Gangguan Imunologi
Target 3 layanan dengan capaian 3 layanan (100%) dicapai melalui kegiatan Advokasi dan
Sosialisasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Paru Kronik dan Gangguan Imunologi,
Kemitraan dalam Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Paru Kronik dan Gangguan
Imunologi, dan Pertemuan Monitoring dan evaluasi untuk validasi data Program Penyakit

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2019 43


Paru kronik dan Gangguan Imunologi. Alokasi anggaran sebesar Rp. 665.923.000,- dengan
realisasi sebesar Rp. 577.665.089,- atau 86,7%.
2. Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Diabetes Mellitus
Target 2 layanan dengan capaian 2 layanan (100%) dicapai melalui kegiatan Penguatan
implementasi layanan DM sesuai standart di FKTP, dan KIE pencegahan dan pengendalian
penyakit DM. Alokasi anggaran sebesar Rp. 2.706.278.000,- dengan realisasi sebesar Rp.
2.253.267.073,- (83,3%).
3. Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Gangguan Metabolik
Target 3 layanan dengan capaian 3 layanan (100%) dicapai melalui kegiatan Orientasi
Pengembangan model upaya pemicuan pengendalian obesitas diberbagai tatanan, Advokasi
GENTAS/ Gerakan nasional tekan angka obesitas, KIE pencegahan dan pengendalian GM.
Alokasi anggaran sebesar Rp. 818.828.000,- dengan realisasi sebesar Rp. 677.047.614,-
(82,7%).
4. Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kelainan Darah
Target 3 layanan dengan capaian 3 layanan (100%) dicapai melalui kegiatan Skreening dan
Deteksi Dini Pembawa Sifat Thalasemia pada Anak Sekolah dan Pemberdayaan Masyarakat
Dalam Peduli Thalassemia. Alokasi anggaran sebesar Rp. 487.400.000,- dan realisasi sebesar
Rp. 344.939.850,- (70,8%).
5. Layanan Pencegahan dan Pengendalian Gangguan Indera
Target 900 layanan dengan capaian 900 layanan (100%) dicapai melalui melaksanakan
pertemuan kelompok kerja, melaksanakan KIE tentang pencegahan dan pengendalian
Gangguan Indera, Assessment Data Program Pencegahan dan Pengendalian Gangguan
Indera. Alokasi anggaran sebesar Rp 2.530.379.000,- dengan realisasi anggaran sebesar Rp.
2.336.581.343,- (92,3%).
6. Layanan Pencegahan dan Pengendalian Gangguan Fungsional
Target 4 layanan dengan capaian 4 layanan (100%) dicapai melalui kegiatan Melaksanakan
Kemitraan dalam penangguglangan Gangguan Fungsional, Pemberdayaan Masyarakat dalam
Penanggulangan Gangguan Fungsional melaksanakan KIE tentang pencegahan dan
pengendalian Gangguan Indera, assessment data program pencegahan dan pengendalian
gangguan indera. Alokasi anggaran sebesar Rp. 1.096.278.000,- dengan realisasi anggaran
sebesar Rp. 868.707.071,- (79,2%).
7. Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kanker
Target 500 Layanan dengan capaian 500 Layanan (100%) melalui kegiatan Akselerasi Deteksi
DIni Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim, Penerapan penemuan dini kanker pada anak
di Puskesmas, Penguatan Registri Kanker, Kemitraan pencegahan dan pengendalian penyakit
kanker, dan Pengembangan Program Paliatif Kanker Berbasis Komunitas, . Alokasi anggaran
sebesar Rp 2.527.775.000,- dan realisasi sebesar Rp. 1.562.042.782,- (73,7%).
8. Sarana dan Prasarana Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Target 297 Unit dengan capaian 297 Unit (100%). Alat dukung yang dimaksud adalah
Pengadaan alat pendukung pencegahan dan pengendalian Kanker dan kelainan darah,
Pengadaaan alat pendukung pengendalian konsumsi rokok, Pengadaan alat pendukung
posbindu PTM. Alokasi anggaran sebesar Rp 3.569.571.000,- dan realisasi sebesar Rp.
3.498.984.319,- (98,0%).
9. NSPK Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Target 14 dokumen dengan capaian 14 dokumen (100%) dicapai melalui kegiatan menyusun
nspk penyakit jantung dan pembuluh darah, menyusun nspk penyakit diabetes melitus dan
gangguan metabolik, menyusun nspk penyakit kanker dan kelainan darah, menyusun nspk
penyakit paru kronik dan gangguan imunologi, dan menyusun nspk gangguan indera dan

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2019 44


fungsional. Alokasi anggaran sebesar Rp 1.837.692.000,- dan realisasi sebesar Rp.
1.190.326.503,- (64,8%)
10. Deteksi dini Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular
Target 10 layanan dengan capaian 10 layanan (100%) dicapai melalui kegiatan KIE deteksi
dini faktor risiko PTM, deteksi dini FR PTM, surveilan FR PTM, peningkatan kemampuan
posbindu PTM, peningkatan kemampuan pandu PTM, pencegahan dan pengendalian
penyakit jantung, pencegahan dan pengendalian penyakit pembuluh darah, penguatan
jejaring P2PTM, sosialisasi promotif dan preventif faktor risiko PTM, side meeting NCD
(AHMM). Alokasi anggaran Rp 37.588.573.000,- dengan realisasi anggaran sebesar Rp.
34.263.468.294,- (91,2%).
11. Layanan Pengendalian Konsumsi Rokok
Target 70 layanan dengan capaian 70 layanan (100%) dicapai melalui kegiatan Layanan
Quitline (Konseling Upaya Berhenti Merokok), penilaian implementasi KTR, sosialisasi
pengendalian tembakau untuk masyarakat, advokasi dan sosialisasi pembuatan peraturan
KTR di daerah, dan peningkatan kapasitas implementasi KTR Alokasi anggaran Rp
4.991.828.000,- dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 4.120.278.545,- (82,5%).
12. Layanan Sarana dan Prasana Internal
Target 1 layanan dengan capaian 1 layanan (100%) dicapai melalui kegiatan Pengadaan alat
olah data dan pengadaan webinar. Alokasi anggaran Rp 217.886.000,- dengan realisasi
anggaran sebesar Rp.212.584.600,- (97,6%).
13. Layanan Dukungan Manajemen Satker
Target 1 layanan dengan capaian 1 layanan (100%) dicapai melalui dukungan manajemen
satker melalui kegiatan Penyusunan rencana program dan Penyusunan rencana anggaran,
Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi, Pengelolaan keuangan dan perbendaharaan,
Pengelolaan kepegawaian, Pelayanan umum, Pelayanan rumah tangga dan perlengkapan.
Alokasi anggaran Rp 2.597.048.000,- dengan realisasi anggaran sebesar Rp 2.335.746.341,-
(89,9%).

C. EFISIENSI SUMBER DAYA


Efisiensi sumber daya dihitung dengan membandingkan penjumlahan dari selisih antara perkalian
pagu anggaran keluaran degan mencapai keluaran dan realisasi anggaran keluaran dengan
penjumlahan dari perkalian pagu anggaran keluaran dengan capaian keluaran. Pada tahun 2019
terdapat 13 keluaran/ output, efisiensi sumber daya dari masing-masing output sebagai berikut:
1. Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Gangguan Imunologi
Target 3 layanan dengan capaian 3 layanan (100%) dengan alokasi anggaran sebesar Rp.
665.923.000,- dengan realisasi sebesar Rp. 577.665.089,-(86,7%), menghasilkan efisiensi
sumber daya sebesar 13,3%. Efisiensi sumber daya pada output ini, dikarenakan:
- Kegiatan advokasi dan sosialisasi P2PKGI, kegiatan terlaksana 100% di 4 lokasi namun
dianggap dengan lebih sedikit sumber daya dan waktu sudah memungkinkan dilakukan
secara maksimal.
- Kegiatan pelatihan untuk pelatih program PKGI, kegiatan terselenggara sesuai rencana
namun peserta undangan dari daerah menggunakan tiket maskapai penerbangan dengan
harga yang lebih ekonomis dari harga SBM dikarenakan rute dan waktu penerbangan
garuda yang tidak tersedia langsung di setiap daerah.
- Pertemuan monitoring dan evaluasi untuk validasi data program PKGI telah dilaksanakan
sesuai dengan rencana, beberapa dari peserta menggunakan tiket maskapai penerbangan
dengan harga yang lebih ekonomis dari harga SBM dikarenakan rute dan waktu
penerbangan garuda yang tidak tersedia langsung di setiap daerah.

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2019 45


2. Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Diabetes Mellitus
Target 2 layanan dengan capaian 2 layanan (100%) dengan alokasi anggaran sebesar Rp.
2.706.278.000,- dengan realisasi sebesar Rp. 2.253.267.073,- (83,3%), %), menghasilkan
efisiensi sumber daya sebesar 16,7%. Efisiensi sumber daya pada output ini, dikarenakan:
- Pada kegiatan penyusunan intrumen layanan SPM di FKTP, output yang ada sesuai dengan
yang direncanakan, instrument sudah berhasil dibuat dan menjadi komponen yang ada
pada SI PTM. Efisiensi sumberdaya disebabkan oleh peserta rapat ada yang berhalangan
hadir tetapi secara materi yang dibutuhkan untuk menyusun instrument bisa terpenuhi
dengan melakukan koordinasi langsung dengan unit terkait maupun melalui e-mail.
- Pada kegiatan Global Youth Tobacco Survey, ada 1 (satu) bagian kegiatan yang berlokasi di
Papua tidak dilaksanakan, karena situasi dan kondisi yang tidak kondusif (terjadinya
kerusuhan).

3. Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Gangguan Metabolik


Target 3 layanan dengan capaian 3 layanan (100%), dengan alokasi anggaran Layanan
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Gangguan Metabolik adalah sebesar Rp.
818.828.000,- dengan realisasi sebesar Rp. 677.047.614,- (82,7%), menghasilkan efisiensi
sumber daya sebesar 17,3%. Efisiensi sumber daya pada output ini, dikarenakan:
- Sebagian peserta kegiatan orientasi pengembangan model upaya pemicuan pengendalian
obesitas menggunakan maskapai penerbangan dengan tiket dibawah pagu dan ada 1
provinsi yang berhalangan hadir.
- Pada kegiatan advokasi Gerakan Tekan Angka Obesitas (GENTAS) narasumber dari
organisasi profesi menggunakan narasumber lokal di beberapa lokus, yang semula
dianggarkan narasumber berasal dari organisasi profesi pusat.
- Seminar Tuntaskan Obesitas, berjalan lancar dimana pelaksanaan terintegrasi dengan hari
Penglihatan Se dunia dan hari jiwa sedunia.

4. Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kelainan Darah


Target 3 layanan dengan capaian 3 layanan (100%) dengan alokasi anggaran sebesar Rp.
487.400.000,- dan realisasi sebesar Rp. 344.939.850,- (70,8%), menghasilkan efisiensi sumber
daya sebesar 29,2%. Efisiensi sumber daya dikarenakan pengalihan lokasi acara semula di luar
kota menjadi di dalam kota, dikarenakan undangan yang diharapkan dapat lebih mudah
menjangkau pertemuan di pusat sehingga dana perjadin diluar kota tidak digunakan.

5. Layanan Pencegahan dan Pengendalian Gangguan Indera


Target 900 layanan dengan capaian 900 layanan (100%), dengan alokasi anggaran sebesar Rp
2.530.379.000,- dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 2.336.581.343,- (92,3%), menghasilkan
efisiensi sumber daya sebesar 7,7%. Efisiensi sumber daya dikarenakan:
- Pertemuan Orientasi Sistem Informasi Penanggulangan Gangguan Penglihatan terintegrasi
yang dilaksanakan di Bogor dengan peserta dari 18 Provinsi, terdapat provinsi yang
berhalangan hadir yaitu DI. Provinsi Aceh dan Maluku dan digantikan oleh Peserta dari DKI
Jakarta sehingga anggaran untuk tiket tidak terserap.
- Untuk kegiatan Edukasi ke masyarakat terhadap faktor risiko gangguan indera (gangguan
pendengaran), beberapa belanja sewa tidak dapat diserap (tenda, booth, dan Genset 40
KVA) karena pelaksanaan kegiatan terintegrasi dengan Hari TBC Sedunia.

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2019 46


6. Layanan Pencegahan dan Pengendalian Gangguan Fungsional
Target 4 layanan dengan capaian 4 layanan (100%), dengan alokasi anggaran sebesar Rp.
1.096.278.000,- dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 868.707.071,- (79,2%), menghasilkan
efisiensi sumber daya sebesar 20,8%. Efisiensi sumber daya dikarenakan:
- Pada kegiatan sosialisasi pemberdayaan masyarakat dalam program disabilitas yang
merupakan kegiatan peringatan Hari Disabilitas Internasional, sebelumnya direncanakan di
Jogjakarta tetapi dilaksanakan di Jakarta, kegiatan tersebut dilaksanakan bersamaan
dengan lintas sektor terkait diantaranya Kementerian Sosial yang merupakan leading sector
program disabilitas, serta Kementerian lainnya. Dari kegiatan tersebut, beberapa belanja
sewa tidak bisa diserap, seperti tenda, booth, dan sound system tidak bisa diserap karena
sudah disiapkan oleh panitia lokal.
- Pada kegiatan Implementasi Layanan Inklusif Disabilitas melibatkan lintas sektor yaitu
Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK),
namun pada saat pelaksanaan kegiatan tidak dapat mengikuti kegiatan tersebut karena
bertepatan dengan kegiatan lainnya di Institusinya. Hal ini berpengaruh terhadap serapan
perjalanan dinas.

7. Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kanker


Target 500 Layanan dengan capaian 500 Layanan (100%), dengan alokasi anggaran sebesar Rp
2.527.775.000,- dan realisasi sebesar Rp. 1.562.042.782,- (73,7%), menghasilkan efisiensi
sumber daya sebesar 26,3%. Efisiensi sumber daya dikarenakan:
- Pada pertemuan banyak peserta yang bervariasi baik jarak maupun geografis sehingga
mempengaruhi besar transportasi. Pada beberapa pertemuan banyak menggunakan biaya
transportasi di bawah pagu.
- Beberapa pertemuan tidak dihadiri peserta secara lengkap karena bersamaan dengan
kegiatan-kegiatan di daerah.
- Adanya sisa anggaran dari kontrak paket pertemuan.
- Adanya beberapa kegiatan yang terintegrasi dengan kegiatan lain.
- Pendampingan Registri Kanker oleh pusat didorong untuk dilakukan daerah secara mandiri.

8. Sarana dan Prasarana Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular


Target 297 Unit dengan capaian 297 Unit (100%), dengan alokasi anggaran sebesar Rp
3.569.571.000,- dan realisasi sebesar Rp. 3.498.984.319,- (98,0%), menghasilkan efisiensi
sumber daya sebesar 2%.

9. NSPK Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular


Target 14 dokumen dengan capaian 14 dokumen (100%), dengan alokasi anggaran sebesar Rp
1.837.692.000,- dan realisasi sebesar Rp. 1.190.326.503,- (64,8%), menghasilkan efisiensi
sumber daya sebesar 35,2%. Efisien suber daya dikarenakan:
- Penyusunan NSPK Gangguan Indera dan Fungsional dilaksanakan di dalam kantor.
- Penyusunan NSPK Pencegahan dan pengendalian DM dan GM dilakssanakan sesuai
rencana, pada tahap uji coba dilaksanakan terintegrasi dengan kegiatan lain, karena lokus
yang sama

10. Deteksi dini Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular


Target 10 layanan dengan capaian 10 layanan (100%), dengan alokasi anggaran Rp
37.588.573.000,- dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 34.263.468.294,- (91,2%),
menghasilkan efisiensi sumber daya sebesar 8,8%. Efisiensi sumber daya dikarenakan:

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2019 47


- Kegiatan Orientasi Faktor Risiko PTM telah dilaksanakan 100% sesuai perencanaan. Untuk
mengefisiensi sumber daya dilakukan penggabungan kegiatan yang dilakukan secara
paralel di waktu dan tempat yang sama. Jumlah peserta tidak bisa memenuhi kuota karena
keterbatasan personil pada lintas sektor terkait sehingga tidak mengirimkan
perwakilannya.
- Kegiatan ToT Pandu PTM telah dilaksanakan sesuai rencana. Namun beberapa peserta
menggunakan penerbangan dengan tiket dibawah standar biaya umum karena
keterbatasan rute dan waktu penerbangan Garuda.
- Kegiatan Orientasi KKSV tidak dapat dihadiri oleh semua peserta karena pelaksanaan
bertepatan dengan beberapa kegiatan para anggota Komite KKSV yang umumnya adalah
para klinisi.
- Pada kegiatan Asean Health Cluster (Interpilar Consultation Meeting) berjalan sesuai
dengan output yang diharapkan. Semua Negara peserta memberikan kontribusi untuk
kegiatan (Draf analisis situasi dan ASEAN Leaders Call for Action on Reformulation and
Production of Healthier Food and Beverage Options). Dari semua pertemuan Working
Group ASEAN yang dilaksanakan tahun 2019 di Indonesia, pertemuan Asean Interpillar
Consultation Meeting For The Reformulation And Production Of Healthy Food And Beverage
Options merupakan pertemuan dengan tingkat kehadiran peserta tertinggi, karena hanya 1
(satu) Negara anggota yang berhalangan hadir, namun Negara tersebut merupakan Negara
yang mendapatkan full support anggaran (tiket, akomodasi, uang saku) sehingga
mengakibatkan sisa anggaran yang cukup besar.
- Kegiatan Penguatan jejaring P2PTM dilaksanakan sesuai dengan rencana, terintegrasi
dengan kegiatan lainnya.
- Kegiatan sosialisasi promotif dan preventif FR PTM telah dilaksanakan sesuai dengan
rencana namun ditambah dengan 4 kegiatan dengan mengoptimalkan sisa sosialisasi
GERMAS dalam pencegahan dan pengendalian PTM berupa: Kampus sehat; Pertemuan
konsolidasi P2PTM; Sosialisasi pengendalian FR Diabetes Mellitus; Sosialisasi Gentas.
- Kegiatan Kampus Sehat telah dilaksanakan sesuai rencana. Kegiatan ini merupakan
kegiatan kemitraan dengan tujuan meningkatkan kepedulian dan kepemilikan program
tentang kampus sehat di 4 universitas yang menjadi lokus uji coba. Salah satu kepedulian
dan kepemilikan program ini, pihak universitas bersedia membiayai sebagian dari biaya
operasional yang dibutuhkan.
- Kegiatan Sosialisasi pengendalian faktor risiko DM berjalan sesuai dengan output yang
diharapkan. Kegiatan ini diintegrasikan dengan kegiatan Hari Kesehatan Nasional.
- Kegiatan Pertemuan konsolidasi P2PTM terlaksana sebagian dari kegiatan, karena
berbenturan dengan jadwal kegiatan lainnya.
- Kegiatan Deteksi Dini FR PTM telah dilaksanakan sesuai dengan rencana, untuk
mengoptimalkan sisa anggaran dilakukan penambahan kegiatan berupa Orientasi Program
Kampus Sehat bagi 44 Perguruan Tinggi Muhamadyah Aisyiyah. Kegiatan ini berjalan sesuai
dengan output yang diharapkan. Efisiensi terjadi karena beberapa peserta menggunakan
moda transportasi darat yang awalnya dianggarkan pesawat (khususnya wilayah pulau
Jawa) serta terbatasnya pilihan jadwal penerbangan yang disesuaikan dengan kegiatan
yang berakibat sebagian peserta menggunakan maskapai dengan tiket dibawah pagu.

11. Layanan Pengendalian Konsumsi Rokok


Target 70 layanan dengan capaian 70 layanan (100%) dengan alokasi anggaran Rp
4.991.828.000,- dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 4.120.278.545,- (82,5%), menghasilkan
efisiensi sumber daya sebesar 17,5%. Efisiensi sumber dikarenakan:

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2019 48


- Kegiatan Quitline telah dilaksanakan 100% dan dari hasil evaluasi kepuasan pelanggan
mendapatkan hasil sangat memuaskan namun dari hasil proses pengadaan, penawaran
harga rekanan lebih rendah dari nilai kontrak sehingga terdapat sisa anggaran dari kontrak.
- Penilaian implementasi KTR yang dilakukan di 60 lokasi telah terlaksana sesuai dengan
rencana, dengan menggunakan pola pendekatan integrasi dan pemberdayaan stakeholder
di daerah.
- Peningkatan Kapasitas implementasi KTR telah dilaksanakan sesuai dengan perencanaan
namun beberapa peserta undangan menggunakan tiket maskapai penerbangan dengan
harga yang lebih ekonomis dari harga SBM dikarenakan rute dan waktu penerbangan
garuda yang tidak tersedia langsung di setiap daerah

12. Layanan Sarana dan Prasana Internal


Target 1 layanan dengan capaian 1 layanan (100%) dengan alokasi anggaran Rp 217.886.000,-
dengan realisasi anggaran sebesar Rp.212.584.600,- (97,6%), menghasilkan efisiensi sumber
daya sebesar 2,4%.

13. Layanan Dukungan Manajemen Satker


Target 1 layanan dengan capaian 1 layanan (100%), dengan alokasi anggaran Rp
2.597.048.000,- dengan realisasi anggaran sebesar Rp 2.335.746.341,-(89,9%), efisiensi
sumber daya sebesar 10,1%. Efisien tersebut sebagian besar pada sub komponen keperluan
sehari-hari perkantoran yaitu kebutuhan barang habis pakai yang secara langsung menunjang
penyelenggaraan operasional dan untuk memenuhi kebutuhan minimal agar suatu kantor
dapat memberikan pelayanan secara optimal, (seperti alat tulis kantor (ATK), barang cetak,
alat-alat rumah tangga, langganan surat kabar/berita/majalah, dan air minum pegawai).
Kebutuhan ATK sudah dipenuhi dari bagian kepegawaian dan umum sehingga tidak
direalisasikan. Selain itu terdapat 3 orang pegawai yang pensiun dan 1 orang mutasi sehingga
mengurangi kebutuhan sehari-hari perkantoran. Efisiensi juga terdapat pada perjalanan dinas
penyelesaian proses hibah pada realisasi tiket pesawat dan hotel.

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2019 49


BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Alokasi anggaran Direktorat P2PTM dalam upaya pencegahan dan pengendalian PTM
tahun 2019 sebesar Rp. 61.635.459.000,- dengan realisasi Rp. 54.541.639.424,- 88,5%
dengan rincian per indikator sebagai berikut:
1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM terpadu
Persentase Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM terpadu sebesar 50%,
realisasi 80,5% pencapaian 161,0% mencapai target yang diharapkan
2. Persentase Kabupaten/Kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
minimal 50% sekolah sebesar 50%, realisasi 50,2% pencapaian sebesar 100,4%,
mencapai target yang diharapkan
3. Persentase Desa/Kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu
(Posbindu) PTM sebesar 50%, realisasi 50,7%, pencapaian sebesar 101,4%, mencapai
terget yang diharapkan
4. Persentase perempuan usia 30 sampai 50 tahun yang dideteksi dini kanker serviks dan
payudara sebesar 50%, realisasi 50%, pencapaian sebesar 100%, mencapai terget yang
diharapkan
5. Persentase Puskesmas yang melaksanakan deteksi dini dan rujukan katarak sebesar
30%, realisasi 60,8%, pencapaian 202,7%, mencapai target yang diharapkan.

Secara keseluruhan program pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular telah
terlaksana dengan optimal dan mencapai target indikator, namun terdapat beberapa
kendala penyerapan anggaran yang meliputi adanya efisiensi pada tiket pesawat karena
anggaran yang disediakan adalah biaya pesawat sesuai SBM, pada tahun 2019 maskapai
Garuda Airlines mengurangi beberapa rute domestik sehingga berdampak pada peserta
yang memilih pesawat lain yang dibawah harga SBM, ketidakhadiran peserta sesuai
kuota, adanya konflik di Papua, sehingga kegiatan tidak dapat terlaksana sesuai jadwal,
belum ada perhatian Pemda untuk mengalokasikan dana bagi kegiatan PTM di daerahnya,
inkonsistensi penerapan Perda KTR, dan masih minimnya perubahan perilaku masyarakat
terhadap PTM.

Pengembangan program P2PTM pada tahun 2019 antara lain penerapan Pengembangan
model upaya pemicuan pengendalian obesitas diberbagai tatanan, Pertemuan Social
Media Influencer, Advokasi GENTAS/ Gerakan nasional tekan angka obesitas, Skreening
dan Deteksi Dini Pembawa Sifat Thalasemia pada Anak Sekolah, Orientasi Implementasi
Program Paliatif Berbasis Komunitas, Orientasi Manajemen Program P2PTM, Program
kampus sehat dan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap
pencegahan dan pengendalian PTM melalui media elekronik, meningkatkan upaya
pencegahan dan pengendalian PTM melalui media sosial (facebook, tweeter, dan
instagram)

B. Tindak Lanjut
1. Perlunya komitmen dalam upaya pencegahan dan pengendalian PTM, dengan
peningkatan advokasi mengenai program P2PTM kepada pemegang kebijakan,
terutama kab/kota dalam melaksanakan kegiatan untuk mendukung pencapain
indikator kinerja kegiatan.

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2019 50


2. Peningkatan kapasitas SDM yang terus ditingkatkan, karena tingginya mobilisasi
petugas di daerah, sehingga program P2PTM dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan
yang diharapkan.
3. Pengembangan, penguatan dan pemeliharaan sistem surveilan PTM yang telah
dibangun sebagai sarana pengumpulan data PTM yang evidence based, sehingga
dapat digunakan dalam upaya pencegahan dan pengendalian PTM
4. Peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat dengan terus mengembangkan
berbagai media KIE mengenai P2PTM terutama pada daerah-daerah yang memiliki
resiko tinggi PTM

| Lapkin Dit.P2PTM Tahun 2019 51

Anda mungkin juga menyukai