Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya telah tersusun Laporan Kinerja Direktorat Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Tidak Menular (Dit. P2PTM) Tahun 2019, Laporan Kinerja ini disusun sebagai
pelaksanaan sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), yang mewajibkan setiap entitas sebagai
unsur Kementerian Lembaga penyelenggara negara mulai entitas satker sampai dengan
entitas Kementerian Negara/Lembaga harus menyampaikan Laporan Kinerja. Penyusunan
laporan kinerja disusun sesuai dengan peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 53 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak atas keberhasilan program
pencegahan dan pengendalian PTM yang telah dicapai, walaupun masih ada yang perlu
ditingkatkan dan disempurnakan untuk mencapai kinerja yang lebih baik. Kami harapkan
masukan-masukan atau saran dan kritik yang membangun dari semua pihak dalam rangka
peningkatan kinerja pada tahun-tahun selanjutnya.
Tugas pokok dan fungsi Dit. P2PTM tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64
tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, yaitu mempunyai
tugas Melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan krteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan,
evaluasi, dan pelaporan di bidang pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan. Dalam rangka melaksanakan
tugas pokok dan fungsinya, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian PTM menyusun visi,
misi, dan strategi, yang mencerminkan tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan
program dan kebijakan yang ditetapkan dalam Rencana Aksi Kegiatan P2PTM Tahun 2015-
2019.
Dalam pelaksanaan kegiatan Dit.P2PTM juga didukung oleh dana dekonsentrasi yang
diberikan kepada daerah sebagai akselerasi capaian program melalui pelatihan, serta dana
dari PHLN, sehingga kinerja penggunaan dana tersebut akan mempengaruhi kinerja
Dit.P2PTM.
Untuk mencapai tujuan dan sasaran kegiatan pencegahan pengendalian penyakit tidak
menular, yaitu terselenggaranya pencegahan dan pengendalian penyakit secara berhasil-
guna dan berdaya-guna dalam mendukung pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya, ditetapkan 5 (lima) indikator kinerja keberhasilan pelaksanaan kegiatan
pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular, yaitu; Persentase Puskesmas yang
melaksanakan pengendalian PTM terpadu, Persentase Kabupaten/Kota yang
melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal 50% sekolah, Persentase
Desa/Kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM,
Persentase perempuan usia 30 sampai 50 tahun yang dideteksi dini kanker serviks dan
payudara, Persentase Puskesmas yang melaksanakan deteksi dini dan rujukan katarak.
Pada tahun 2019, Direktorat P2PTM telah menetapkan indikator keberhasilan yang tertuang
dalam perjanjian kinerja yaitu, indikator kinerja program (IKP) yaitu Persentase
Kabupaten/Kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal 50%
sekolah sebesar 50%, dan indikator kinerja kegiatan (IKK) yaitu Persentase Puskesmas
yang melaksanakan pengendalian PTM terpadu sebesar 50%, Persentase Desa/Kelurahan
yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM sebesar 50%, dan
Persentase perempuan usia 30 sampai 50 tahun yang dideteksi dini kanker serviks dan
payudara sebesar 50%, Persentase Puskesmas yang melaksanakan deteksi dini dan
rujukan katarak sebesar 30%.
Hasil dari pengukuran kinerja pada tahun 2019, Indikator Kinerja mencapai target yang telah
ditetapkan dalam perjanjian kinerja yaitu Persentase Kabupaten/Kota yang melaksanakan
kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal 50% sekolah sebesar 50,2%, Persentase
Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM terpadu sebesar 80,5%, Persentase
Alokasi anggaran Satker Dit.P2PTM dalam upaya pencegahan dan pengendalian PTM
tahun 2019 sebesar Rp. 61.635.459.000,- dengan realisasi Rp. 54.541.639.424,- atau
sebesar 88,5%, anggaran ini merupakan anggaran APBN dan PHLN yang dikelola oleh
satker Dit.P2PTM. Jika dibandingkan dengan tahun 2018 pencapaiannya sebesar 94,14%,
terjadi penurunan dalam realisasi anggaran. Sedangkan rata-rata kinerja pada tahun 2019
sebesar 124,6% jika dibandingkan dengan tahun 2018 capaiannya sebesar 134,5%, terjadi
penurunan rata-rata kinerja P2PTM, namun pencapaiannya masih diatas 100%. Pencapaian
kinerja Pencegahan dan Pengendalian PTM bukan saja dipengaruhi oleh penggunaan
anggaran yang dikelola oleh Satker Dit.P2PTM, hal ini juga dipengaruhi oleh anggaran lain
seperti anggaran dekonsentrasi dan APBD yang dikelola oleh daerah.
Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................................ i
RINGKASAN EKSEKUTIF....................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iv
BAB I : PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG..................................................................................... 1
B. TUGAS POKOK DAN FUNGSI.................................................................... 2
C. STRUKTUR ORGANISASI.......................................................................... 3
D. SUMBER DAYA MANUSIA.......................................................................... 3
E. MAKSUD DAN TUJUAN.............................................................................. 5
F. SISTEMATIKA PENULISAN........................................................................ 6
LAMPIRAN :
A. LATAR BELAKANG
Penyakit tidak menular (PTM) telah meningkat dengan tajam seiring dengan perubahan gaya
hidup dan perilaku tidak sehat masyarakat. Berbeda dengan penyakit akut, PTM baru dirasakan
pada waktu komplikasi sudah terjadi. Penyebab utama timbulnya penyakit tidak menular sangat
terkait dengan gaya hidup dan perilaku tidak sehat, oleh karena itu upaya pencegahan dan
pengendaliannya memerlukan upaya bersama secara lintas sektor didukung dengan keterlibatan
masyarakat, termasuk akademisi, profesional dan dunia usaha, dengan dukungan politis.
Penanggulangan masalah ini perlu dilakukan secara komprehensif mulai dari upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif termasuk paliatif. Oleh karena itu disusun Rencana Aksi
Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian PTM yang bertujuan sebagai peta jalan bagi pemerintah
pusat dan pemerintah daerah dalam mengembangkan dan mengimplementasikan upaya-upaya
untuk menurunkan beban penyakit tidak menular bagi penduduk di setiap tingkatan administrasi,
dan juga menjadi sumber informasi bagi kementerian/lembaga dan sektor serta stakeholders
terkait, sehingga dapat memberikan dukungan optimal sesuai dengan peran dan tanggung-
jawabnya.
Rencana Aksi Kegiatan P2PTM 2015-2019 disusun selaras dengan Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan periode 2015-2019 yang merupakan dokumen acuan dalam pelaksanaan program dan
kegiatan di lingkungan Kementerian Kesehatan untuk kurun waktu lima tahun, yang berkaitan
dengan amanah yang di emban oleh Presiden dalam Rencana Panjang Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) khususnya bidang kesehatan.
Dalam pengukur keberhasilan kinerja setiap tahunnya Direktorat Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Tidak Menular (P2PTM) sebagai salah satu satuan kerja di lingkungan Kementerian
Kesehatan RI, yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan nomor 64 tahun 2015 mengenai
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, memiliki kewajiban dalam menyusun laporan
kinerja, sebagai upaya dalam meningkatkan transparansi, akuntabilitas dan efektifitas dari
kebijakan dan program.
Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (SAKIP), mewajibkan setiap entitas sebagai unsur kementerian lembaga
penyelenggara negara mulai entitas satker sampai dengan entitas kementerian negara/ lembaga
harus menyampaikan laporan kinerja. Penyusunan laporan kinerja disusun sesuai dengan
peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 53
tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu
Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat P2PTM Tahun 2018 disusun sebagai salah satu bentuk
pertanggungjawaban Direktorat P2PTM sebagaimana yang ditetapkan dalam perjanjian kinerja
tahun 2018. Target kinerja tahun 2018, merupakan penjabaran dari tujuan dan sasaran yang telah
dituangkan dalam Rencana Aksi Kegiatan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak
Menular Tahun 2015-2019, dan sesuai dengan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian
Kesehatan Tahun 2015-2019. Diharapkan dengan tersusunnya laporan kinerja ini dapat
memberikan masukan dan umpan balik bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam rangka
meningkatkan kinerja Direktorat P2PTM.
68,04
70,00
60,00
50,00
31,96
40,00
30,00
20,00
10,00
0,00
Perempuan Laki-laki
Sebagian besar pegawai direktorat P2PTM merupakan perempuan dengan persentase sebesar 68,04%
atau sebanyak 66 orang.
Grafik 1.2
Persentase Pegawai berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2019
34,02
35,00 30,93
30,00
25,00
19,59
20,00
15,00
10,31
10,00
5,15
5,00
0,00
<=30 31-40 41-50 51-55 >56
Berdasarkan kelompok umur, sebagian besar pegawai Direktorat P2PTM berumur antara 31-40
tahun yaitu sebesar 34,02% atau sebanyak 33 orang.
80 70,59
70
60
50
40
27,06
30
20
10 0 2,35
0
I II III IV
Berdasarkan golongan, sebagian besar pegawai Direktorat P2PTM berada pada kelompok
golongan III yaitu sebesar 70,59% yaitu sebanyak 60 orang.
Grafik 1.4
Persentase Pegawai berdasarkan Pendidikan, Tahun 2019
40,00
35,00
30,00
25,00
20,00
15,00 11,34
10,00 6,19
5,00
0,00
SMA D3 S1 S2
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Berlandaskan pada PermenPAN dan RB No 53 tahun 2014, maka sistimatika penyajian laporan
akuntabilitas kinerja Kementerian Kesehatan disusun sebagai berikut:
1. Executive Summary (Ikhtisar Eksekutif).
2. Bab I (Pendahuluan), menjelaskan gambaran umum Kementerian Kesehatan dan isu strategi
yang diemban.
3. Bab II (Perencanaan dan Perjanjian Kinerja), menjelaskan tentang ikhtisar beberapa hal
penting dalam perencanaan dan perj anjian kinerja (dokumen penetapan kinerja).
4. Bab III (Akuntabilitas Kinerja), menjelaskan tentang pencapaian sasaran kementerian
kesehatan dengan pengungkapan dan penyajian dari hasil pengukuran kinerja serta dukungan
anggaran dalam pencapaian program/kegiatan.
5. Bab IV (Penutup), berisi kesimpulan atas Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Kesehatan
A. PERENCANAAN KINERJA
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional, bahwa setiap Kementerian diwajibkan menyusun Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) Kementerian/ Lembaga yang disebut Rencana Strategis Kementerian/Lembaga
(Renstra KL) untuk periode lima tahun dan menyusun Rencana Pembangunan Tahunan
Kementerian/Lembaga yang disebut Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja-KL) untuk
periode satu tahun.
Dit. P2PTM sebagai bagian dari Kementerian Kesehatan telah menyusun Rencana Aksi Kegiatan
Pengendalian Penyakit Tidak Menular yang selaras dengan Rencana Strategis (Renstra)
Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Rencana Aksi Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Tidak Menular (P2PTM) berisikan tujuan, sasaran, kebijakan, dan rencana Kegiatan
P2PTM yang menjadi pedoman untuk menyusun rencana kinerja tahunan.
B. PERJANJIAN KINERJA
Perjanjian kinerja merupakan komitmen yang merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai
kinerja secara jelas dan terukur dalam rentang waktu satu tahun. Perjanjian kinerja ditetapkan
pada awal tahun antara Direktur Pencegahan dan Pengendalian PTM dengan Dirjen P2P dalam
menetapkan target kinerja yang akan dicapai pada tahun berjalan. Target-target kinerja sasaran
kegiatan yang ingin dicapai Dit. P2PTM dalam dokumen Perjanjian Kinerja Dit. P2PTM Tahun 2019,
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2
Perjanjian Kinerja Kegiatan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Tahun 2019
SASARAN TARGET
INDIKATOR KINERJA
STRATEGIS 2019
meningkatnya Persentase Kabupaten/Kota yang melaksanakan kebijakan 50
pencegahan dan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal 50% sekolah
pengendalian Persentase Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM 50
penyakit tidak terpadu
menular Persentase Desa/Kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos 50
Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM
Persentase puskesmas yang melaksanakan kegiatan deteksi dini 50
kanker payudara dan leher rahim pada perempuan usia 30-50
tahun
Persentase Puskesmas yang melaksanakan deteksi dini dan 30
rujukan katarak
A. CAPAIAN KINERJA
Pengukuran tingkat capaian kinerja dilakukan dengan cara membandingkan antara capaian
kinerja dengan target yang telah ditetapkan pada dokumen Perjanjian Kinerja. Pengukuran kinerja
pada tahun 2019, ada 5 (lima) indikator kinerja yang diukur yaitu:
Tabel 3.1
Pengukuran Kinerja Kegiatan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Tahun 2019
SASARAN TARGET REALISASI PENCAPAIAN
INDIKATOR KINERJA
STRATEGIS (%) (%) (%)
meningkatnya Persentase Kabupaten/Kota
pencegahan dan yang melaksanakan kebijakan 50,2
50 100,4
pengendalian Kawasan Tanpa Rokok (KTR) (258 kab/kota)
penyakit tidak minimal 50% sekolah
menular Persentase Puskesmas yang
80,5
melaksanakan pengendalian 50 161,0
(8.046 PKM)
PTM terpadu
Persentase Desa/Kelurahan
yang melaksanakan kegiatan 50,7
50 101,4
Pos Pembinaan Terpadu (41.000 desa/ kel)
(Posbindu) PTM
Persentase puskesmas yang
melaksanakan kegiatan deteksi 50,0
dini kanker payudara dan leher 50 (5.000 PKM) 100,0
rahim pada perempuan usia
30-50 tahun
Persentase Puskesmas yang
60,8
melaksanakan deteksi dini dan 30 202,7
(6.071 PKM)
rujukan katarak
Berikut ini akan dijelaskan capaian, upaya yang telah dilaksanakan, permasalahan, dan rencana
tindak lanjut dari masing-masing indikator kinerja.
1. Persentase kabupaten/ kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
minimal 50% sekolah
a. Definisi Operasional
Persentase kabupaten/ kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
minimal 50% sekolah adalah kabupaten/kota yang telah melaksanakan kebijakan KTR yang
dinilai dari minimal telah menerapkan KTR di 50% sekolah/ madrasah sesuai dengan
peraturan perundangan yang mengatur tentang Kawasan Tanpa Rokok dibagi dengan
jumlah kab/ kota di Indonesia.
c. Cara perhitungan/rumus
Persentase Kab/
kota yang jumlah Kab/ Kota yang melaksanakan
melaksanakan kebijakan KTR di minimal 50% sekolah
=
kebijakan KTR x 100%
minimal 50%
sekolah Jumlah kab/ kota di Indonesia
d. Capaian Indikator
Pencapaian Persentase Kabupaten/Kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa
Rokok (KTR) minimal 50% sekolah, mencapai target yang diharapkan. Dari target 50%,
realisasi sebesar 50,2% atau sebanyak 258 kabupaten/ kota dari 514 kabupaten/ kota,
sehingga pencapaian sebesar 100,4% (grafik 3.1).
Sampai dengan tahun 2019 terdapat 386 kab/kota (75,09%) yang telah memiliki peraturan
mengenai KAWASAN TANPA ROKOK, baru 261 kabupaten/ kota (50,77%) dalam bentuk
Perda KAWASAN TANPA ROKOK dan 134 kabupaten/ kota (26,07%) dalam bentuk
peraturan Bupati atau Walikota. Masih ada 119 (23,15%) kabupaten/ kota baik yang belum
memiliki peraturan, ataupun masih dalam bentuk surat edaran dan surat keputusan.
50 50,2
50
48
Persentase
46
44
42
40
Target Realisasi
Grafik 3.2 memperlihatkan capaian sampai dengan tahun 2019 persentase kabupaten/kota
yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal di 50% sekolah yang ada
di wilayahnya berdasarkan provinsi, yang paling tinggi ada di Provinsi Bali (100%), DI
Yogyakarta (100%), dan DKI Jakarta (100%), sedangkan yang terendah ada di Provinsi papua
(13,8%).
Indonesia 50,19
Bali 100,0
DI Yogyakarta 100,0
DKI Jakarta 100,0
Sumbar 89,5
Banten 87,5
Kalimantan Timur 80,0
Nusa Tenggara Barat 80,0
Kalimantan Selatan 76,9
Sumsel 76,5
Lampung 73,3
Kepulauan Riau 71,4
Bangka Belitung 71,4
Sulawesi Barat 66,7
Gorotalop 66,7
Maluku 63,6
Jambi 63,6
Sulawesi Utara 60,0
Jawa Barat 59,3
Kalimantan Barat 57,1
Maluku Utara 50,0
Kalimantan Tengah 50,0
Riau 50,0
Sulawesi Tengah 46,2
Sulawesi Selatan 41,7
Sulawesi Tenggara 41,2
Kalimantan Utara 40,0
Aceh 34,8
Jawa Tengah 34,3
Nusa Tenggara Timur 31,8
Jawa Timur 31,6
Bengkulu 30,0
Sumut 24,2
Papua Barat 15,4
Papua 13,8
0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0 90,0 100,0
Persentase
Pencapaian dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 pada grafik 3.3 memperilihatkan
terjadi peningkatan jumlah kab/kota yang telah mengimplementasikan Kawasan Tanpa
Rokok pada 50% sekolah. Bila dilihat trend peningkatan dari tahun 2015 sampai dengan
tahun 2019, terlihat setiap tahunnya mencapai target yang diharapkan, kecuali pada tahun
2015 tidak mencapai target.
60
50 50,2
50
42,4
40
40
Persentase
30 30
Target
30
20 21,2 Realisasi
20
10 8,4
10
0
2015 2016 2017 2018 2019
Penyebaran informasi upaya berhenti merokok dan Penyakit Tidak Menular juga
dilaksanakan melalui media sosial P2PTM baik melalui facebook, Instagram, dan
Twitter.
Facebook : @p2ptmkemenkesRI jumlah pengikut 106.786
Istagram : @p2ptmkemenkesri Media Sosial Instagram diikuti 110.669
follower
Twitter : @p2ptmkemenkesRI diikuti 11.049 pengikut selama selama
Tahun 2019 dan semakin meningkat setiap bulannya
Video conference oleh Ibu Menkes di 3 lokasi (Kabupaten Klungkung, Kota Bogor,
Kota Yogyakarta dan Auditorium Siwabessy), Pemberian piagam penghargaan KTR
kepada Gubernur dan Bupati Walikota yang telah memiliki Peraturan Daerah dan
telah mengimplementasi KTR sebagai berikut: Piagam Parama, parahita, dan
Paramesti, serta Pemberian piagam penghargaan KTR kepada Gubernur dan Bupati
Selain itu salah satu faktor keberhasilan antara lain adanya surat dari Menteri Dalam
Negeri (Dirjen Bina Pembangunan Daerah) kepada seluruh kepala daerah di Indonesia dan
dikuatkan dengan surat dari Dirjen P2P kepada seluruh kepala dinas kesehatan Provinsi
dan kabupaten/ kota di seluruh Indonesia yang menekankan tentang penerapan regulasi
Kawasan Tanpa Rokok di daerah.
h. Pemecahan Masalah
Optimalisasi dukungan komitmen lintas sektor dan lintas program melalui upaya
advokasi dan sosialisasi pengendalian tembakau serta mendorong pengembangan
Pengertian
Puskesmas yang melaksanakan PANDU PTM adalah Puskesmas yang telah melaksanakan
minimal tatalaksana penyakit Hipertensi dan DM terpadu dan atau telah melakukan
pembinaan Posbindu PTM di wilayahnya. Ruang lingkup PANDU PTM adalah seluruh
Puskesmas baik ditingkat kecamatan maupun di tingkat kelurahan atau FKTP yang
melakukan pencegahan dan pengendalian PTM.
b. Cara perhitungan/rumus
c. Capaian Indikator
Persentase Puskesmas yang melaksanakan PANDU PTM telah mencapai target yang
diharapkan. Dari target 50%, realisasi sebesar 80,5% atau sebanyak 8.046 dari 9.993
Puskesmas, sehingga pencapaian indikator sebesar 161%. Capaian ini lebih besar dari
target program.
Grafik 3.4
Persentase Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM terpadu
Tahun 2019
80,5
90
80
70 50
60
Persentase
50
40
30
20
10
0
Target Realisasi
Grafik 3.5
Persentase Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM terpadu
berdasarkan Provinsi, Tahun 2019
S
i INDONESIA 80,5
s
Jatim 100,0
t
DIY 100,0
e Kalsel 99,6
m Kep. Babel 98,4
Sulsel 97,4
Banten 95,5
I
Sumsel 95,2
n Aceh 94,5
f Kep. Riau 94,0
o Bali 93,3
Jateng 93,2
r
Lampung 93,0
m DKI Jakarta 92,8
a Kalbar 92,2
s NTB 91,6
Jabar 89,8
i
Sumbar 89,1
Sulbar 85,1
s Jambi 84,1
u NTT 82,4
Kalteng 81,5
r
Gorontalo 79,6
v Bengkulu 76,1
e Riau 72,7
i Kaltim 66,7
Sumut 59,9
l
Maluku Utara 59,7
a Sulteng 59,4
n Sulut 45,1
s Kaltara 42,9
Maluku 42,3
Sultra 38,4
b Papua Barat 37,1
e Papua 10,5
r
0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0
b
a Persentase
s
90 80,5
80 74,0
70
60 49,3 49,7 50
Persentase 50 40
40 34,4 Target
30
30 Realisasi
20
20 10
10
0
2015 2016 2017 2018 2019
Tahun
Dari grafik diatas terlihat persentase Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM
(PANDU PTM) telah mencapai target yang diharapkan setiap tahunnya. Hal ini
menunjukkan adanya keterpaduan sistim pelayanan dan rujukan mulai dari tingkat
masyarakat (Posbindu PTM) sampai layanan di FKTP. Terdapat peningkatan capaian
indikator pada tahun 2019 dibandingkan 2018.
Upaya dan kegiatan yang telah dilaksanakan dalam rangka peningkatan capaian
Puskesmas yang melaksanakan PANDU PTM pada tahun 2019:
1) Meningkatkan kapasitas petugas pelaksana Pandu PTM di daerah melalui:
Training of Trainer (TOT) Pelayanan Terpadu Penyakit Tidak Menular (PANDU
PTM) yang dibagi menjadi 3 angkatan, dengan melibatkan organisasi profesi
seperti Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PDUI), Universitas (Perguruan
Tinggi), Balai Pelatihan Kesehatan Daerah, Dinas Kesehatan Provinsi. Tujuan dari
TOT ini agar setiap daerah mempunyai Tim Pelatih PANDU PTM bagi daerahnya.
Sehingga diharapkan terjadi percepatan dalam upaya meningkatkan kemampuan
petugas puskesmas dalam Pelayanan Terpadu PTM
Orientasi Penguatan PANDU PTM di FKTP Swasta yang dilaksanakan di Kabupaten
Bogor. Peserta lintas program dan stakeholder terkait.
Mendorong kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan Balai Pelatihan Kesehatan
Daerah untuk dapat menganggarkan kegiatan pelatihan PANDU PTM di FKTP,
sebagai bagian dari upaya percepatan dalam meningkatkan kualitas pelayanan
terpadu PTM di FKTP.
2) Penguatan NSPK pelaksanaan Puskesmas Pandu PTM melalui penyelarasan
kurikulum modul PANDU PTM dengan seluruh kurikulum modul dilingkup PTM
3) Melaksanakan orientasi manajemen program pencegahan dan pengendalian penyakit
tidak menular bagi seluruh pengelola program PTM dari 34 provinsi.
Tahun 2019 ini melakukan akselerasi program PANDU PTM dengan TOT PANDU PTM yang
melibatkan Profesi dan Balai Pelatihan Kesehatan Daerah. Dengan TOT ini maka
terbentuk Tim Pelatih PANDU PTM di Provinsi masing-masing.
f. Pemecahan Masalah
1) Melaksanakan peningkatan kapasitas SDM melalui pelatihan teknis Pandu PTM di
FKTP, dengan mengoptimalkan Tim PANDU PTM yang sudah terbentuk di daerah
(bersama organisasi profesi, perguruan tinggi/universitas).
2) Melakukan penguatan Tim Pelatih PANDU PTM pada masing-masing provinsi yang
sudah terbentuk pada saat TOT di Jakarta bersama mitranya seperti organisasi profesi
dan perguruan tinggi/universitas.
3) Masing-masing provinsi dapat melaksanakan monev Pandu PTM sebagai bahan
evaluasi kualitas layanan PTM di Puskesmas.
Pengertian
1) Desa/ kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu)
PTM adalah desa/kelurahan yang menyelenggarakan kegiatan Pos Pembinaan
Terpadu (Posbindu) PTM
2) Ruang lingkup kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM meliputi wawancara
faktor risiko dan riwayat PTM keluarga, pengukuran LP, Tinggi badan, pengukuran
IMT, pengukuran tekanan darah serta pemeriksaan kolesterol, pemeriksaan Gula
darah sewaktu, Konseling dan penyuluhan serta rujukan bagi peserta yang ditemukan
hasil pemeriksaan FR melebihi batas normal.
b. Cara perhitungan/rumus
Persentase desa/
kelurahan yang Jumlah desa/ kelurahan yang
melaksanakan melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan
= X 100%
kegiatan Pos Terpadu (Posbindu) PTM
Pembinaan Terpadu Jumlah desa/ kelurahan di Indonesia
(Posbindu) PTM
c. Capaian Indikator
Pencapaian Persentase desa/ kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan
Terpadu (Posbindu) PTM, sudah mencapai target yang diharapkan. Dari target 50% pada
tahun 2019, realisasi capaian indikator sebesar 50,7 % (41.000 desa/ kelurahan) sehingga
pencapaiannya sebesar 101,4% (grafik 3.7).
50 50,7
60
50
40
Persentase
30
20
10
0
Target Capaian
Indonesia 50,7%
60
5050,7
50
43,9
40
40
Persentase 30
30 24,3 Target
20
20 15,5 Capaian
10 8,8
10
0
2015 2016 2017 2018 2019
Tahun
Berdasarkan Grafik 3.9 diatas, capaian indikator persentase desa/ kelurahan yang
melaksanakan kegiatan Posbindu PTM dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019
menunjukkan trend yang meningkat, walaupun tidak mencapai target yang telah
ditetapkan, kecuali pada tahun 2018 dan 2019 mencapai target yang telah ditetapkan.
g. Pemecahan Masalah
Berikut ini beberapa pemecahan masalah dalam meningkatkan kualitas indikator kinerja
pada tahun berikutnya:
1) Peningkatan kapasitas petugas dan kader dalam pelaksanaan Posbindu PTM melalui
pelatihan berjenjang dan pembekalan baik melalui dana dekonsentrasi, APBD, dana
DAK Non Fisik maupun dana lain sesuai dengan peraturan yang berlaku
2) Melakukan sosialisasi dan advokasi pengendalian faktor risiko PTM, melalui
penguatan Posbindu di daerah.
3) Penguatan sistem informasi faktor risiko berbasis web.
4. Persentase puskesmas yang melaksanakan kegiatan deteksi dini kanker payudara dan leher
rahim pada perempuan usia 30-50 tahun
a. Definisi operasional
Persentase puskesmas yang melaksanakan kegiatan deteksi dini kanker payudara dan
leher rahim pada perempuan usia 30-50 adalah jumlah puskesmas yang melaksanakan
kegiatan deteksi dini kanker payudara dengan Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS),
dan leher rahim melalui metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) atau papsmear
pada perempuan usia 30-50 tahun dibagi jumlah seluruh puskesmas DIKALI 100%.
Pengertian
1) Puskesmas adalah fasilitas pelayanan tingkat pertama yang melakukan pemeriksaan
deteksi dini kanker payudara dengan CBE/SADANIS dan kanker leher rahim dengan
metode IVA pada perempuan usia 30 – 50 tahun.
2) Perempuan usia 30 sampai 50 tahun adalah perempuan usia subur yang memiliki
usia 30 sampai 50 tahun dan sudah melakukan kontak seksual aktif (sudah
menikah).
3) Program IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) adalah kegiatan deteksi dini
kanker leher rahim dengan cara mengamati dan melihat leher rahim yang telah
dipulas dengan asam asetat 3-5% yang ditandai dengan adanya bercak putih (aceto
white epithelium) sebagai lesi prakanker.
4) Program SADANIS adalah kegiatan deteksi dini kanker payudara dengan cara
pemeriksaan klinis payudara yang dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih.
5) Papsmear adalah pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim (serviks) melalui
pemeriksaan sitopatologi dengan menemukan perubahan morfologis dari sel-sel
epithel leher rahim yang ditemukan pada keadaaan prakanker dan kanker.
b. Cara perhitungan/rumus
Persentase puskesmas yang Jumlah puskesmas yang melaksanakan
melaksanakan kegiatan kegiatan deteksi dini kanker payudara
deteksi dini kanker payudara = dan leher rahim pada perempuan usia x 100%
dan leher rahim pada 30-50
perempuan usia 30-50 Jumlah seluruh puskesmas di Indonesia
c. Capaian Indikator
Pencapaian persentase puskesmas yang melaksanakan kegiatan deteksi dini kanker
payudara dan leher rahim pada perempuan usia 30-50 tahun mencapai target yang
diharapkan. Target pada tahun 2019 sebesar 50% atau sebanyak 4.997 puskesmas,
realisasi 50,0% atau sebanyak 5000 puskesmas (grafik 3.10)
Grafik 3.10
Persentase Puskesmas yang Melaksanakan Kegiatan Deteksi Dini Kanker Payudara dan
Leher Rahim pada Perempuan Usia 30-50, Tahun 2019
50 50,0
50
45
40
35
Persentase
30
25
20
15
10
5
0
Target Realisasi
Grafik 3.11 menggambarkan sebaran puskesmas yang melaksanakan kegiatan deteksi dini
kanker payudara dan leher rahim pada perempuan usia 30-50 berdasarkan provinsi,
tahun 2019. Persentase puskesmas yang melaksanakan kegiatan deteksi dini kanker
payudara dan leher rahim pada perempuan usia 30-50 yang tertinggi adalah Provinsi Bali
sebesar 100% disusul yang kedua Provinsi Bangka Belitung sebesar 96,9, sedangkan yang
terendah adalah Provinsi Papua sebesar 2,2%. Sebanyak 17 provinsi telah mencapai
target pada tahun 2019.
Indonesia 50,0
Bali 100,0
Kepulauan Bangka Belitung 96,9
DI Yogyakarta 96,7
Bengkulu 94,4
Jambi 89,2
Lampung 88,4
DKI Jakarta 85,7
Sumatera Selatan 72,3
Banten 70,2
Sulawesi Barat 67,0
Nusa Tenggara Barat 63,3
Kalimantan Utara 62,5
Jawa Tengah 60,8
Kalimantan Barat 55,3
Sulawesi Tengah 55,0
Nusa Tenggara Timur 54,1
Sulawesi Selatan 51,5
Jawa Timur 48,6
Jawa Barat 47,6
Sumatera utara 47,0
Kalimantan Tengah 46,5
Maluku Utara 41,0
Sumatera Barat 38,2
Maluku 37,5
Papua Barat , 37,1
Riau 28,2
Kepulauan Riau 26,5
Aceh 24,7
Kalimantan Timur 21,9
Sulawesi Tenggara 18,0
Kalimantan Selatan 17,6
Gorntalo 12,9
Sulawesi Utara 7,3
Papua 2,2
0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0 90,0 100,0
Persentase
49,8 50 50
50
45
40 35
35
30 26,8
25
Target
25
Capaian
20 15 16,1
15
10
5
0
2016 2017 2018 2019
2) Orientasi Penguatan Sistem Deteksi Dini Dan Tindak Lanjut IVA Positif pada Kanker
Leher Rahim
Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk penguatan sistem deteksi dini dan
tindak lanjut IVA positif pada kanker leher rahim yang komprehensif. Dihadiri oleh Kasi
PTM dan Keswa Dinas Kesehatan Provinsi, Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan
dari rumah sakit, dokter dari puskesmas yang memiliki krioterapi diutamakan
Puskesmas Percontohan sesuai PMK No. 636 tahun 2018 tentang Puskesmas sebagai
Percontohan, dan anggota PD UI cabang di daerah. Narasumber pada kegiatan ini
adalah Direktur P2PTM, Prof. Dr. dr. Agus Purwadianto, DFM., SH, M.Si.Sp.F(K),
Kasubdit Penyakit Kanker dan Kelainan Darah, Direktorat Promosi Kesehatan,
Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer, tim IT Dit. P2PTM, Himpunan Onkologi
Ginekologi Indonesia (HOGI), Himpunan Obstetri Ginekologi Sosial Indonesia (HOGSI),
Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Kesimpulan yang diperoleh pada
kegiatan ini adalah 1) Program see and treat yang telah berjalan saat ini tetap
dilanjutkan, 2) Dokter umum terlatih dapat melakukan tindakan krioterapi dengan
supervisi dari Obgyn melalui teledovia, 3) Kolegium Obgyn dan KDI akan bekerja sama
untuk memberikan kompetensi tambahan krioterapi untuk dokter umum.
g. Pemecahan Masalah
1) Meningkatkan jumlah tenaga dokter dan bidan yang mampu melaksanakan deteksi
dini kanker payudara dan kanker leher rahim dengan mendorong pemerintah daerah
dalam melaksanakan pelatihan SADANIS dan IVA melalui pemanfaatan dana dekon,
APBD, pajak rokok dll
2) Memperkuat sosialisasi dan advokasi kepada pemangku kebijakan yaitu gubernur,
bupati, pemangku adat dan tokoh agama dan masyarakat serta stakeholder terkait
dan organisasi dalam mendukung pelaksanaan IVA dan SADANIS dengan memotivasi
petugas kesehatan yang sudah dilatih untuk melaksanakan di fasyankes
Pengertian
1) Puskesmas yang melakukan deteksi dini dan rujukan katarak adalah Puskesmas yang
mampu melakukan deteksi dini katarak dengan pemeriksaan klinis dan merujuk
kasus katarak.
2) Deteksi dini dengan pemeriksaan klinis dan merujuk kasus katarak yang dimaksud
adalah deteksi dini yang dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih di Puskesmas
berupa tes fisik mata dengan menggunakan senter dan ophthalmoscope, lalu
pemeriksaan visus mata dengan menggunakan Snelen Chart,dilanjutkan dengan tes
bayangan (Shadow Test) menggunakan pen light, serta mampu melakukan rujukan
kasus katarak ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut
b. Cara perhitungan/rumus
c. Pencapaian
Pencapaian persentase puskesmas yang melakukan deteksi dini dan rujukan katarak pada
tahun 2019, telah mencapai target yang diharapkan. Target pada tahun 2019 sebesar 30%
atau sebanyak 2.998 puskesmas, realisasi 60,8% atau sebanyak 6.071 puskesmas (grafik
3.13). pencapaiannya 202,7%
60,8
70
60
50
Persentase 30
40
30
20
10
0
Target Realisasi
Berdasarkan Grafik 3.14 sebaran puskesmas yang melaksanakan deteksi dini dan rujukan
katarak sudah dilaksanakan pada 34 Provinsi di Indonesia dengan persentase tertinggi di
Provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur yaitu sebesar 100%, dan terendah di Provinsi Papua
sebesar 0%.
Indonesia 60,8%
Persentase puskesmas yang melaksanakan deteksi dini dan rujukan katarak dari tahun
2016 sampai dengan tahun 2019 (grafik 3.15) mencapai target yang telah ditetapkan,
kecuali pada tahun 2016 tidak mencapai target.
70
60,8
60
50
Persentase
40 Target
30
30 25,1 Realisasi
20
20
10 10
10 5 4,9
0
2016 2017 2018 2019
4) Sosialisasi Peta Jalan PGP dan Peta Jalan PGPKT 2020-2024 pada tanggal 8-10
Agustus di Bogor.
Kedua peta jalan diatas merupakan acuan bagi daerah dalam melaksanakan program
gangguan indera, dan patokan dalam perencanaan pengganggaran dengan
implementasi sasaran dan target mengacu pada indikator dan output yang telah
disusun dalam peta jalan tersebut. Untuk itu, diperlukan sosialisasi peta jalan
penanggulangan gangguan penglihatan 2020-2024 dan peta jalan penanggulangan
gangguan pendengaran dan ketulian 2020-2024 ke Daerah secara bertahap dan
berjenjang sehingg semua daerah dapat tersosialisasi dengan baik dan harapannya
dapat melaksanakan dan mengimplementasikan program sesuai dengan peta jalan
ini.
Peserta Pertemuan berasal dari : Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Maluku, Sulawesi Selatan,
Papua Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, dan Aceh. Total peserta daerah
51 orang, peserta lintas program dan Dinas Kesehatan DKI 20 orang, narasumber dan
panitia 12 orang jadi total 83 orang.
Tabel 3.2
Pagu dan Realisasi Anggaran Program Pengendalian PTM berdasarkan Sumber Anggaran,
Tahun 2019
PENGENDALIAN ANGGARAN ANGGARAN SETELAH
REALISASI (Rp.) %
PTM SEMULA (Rp.) REVISI (Rp.)
RM 94.179.384.000 58.722.981.000 52.065.364.873 88,7
REALISASI
PAGU
NO OUTPUT KEGIATAN ANGGARAN %
(Rp)
(Rp)
1 2 3
1 Layanan Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Gangguan 665.923.000 577.665.089 86,7
Imunologi
2 Layanan Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Diabetes 2.706.278.000 2.253.267.073 83,3
Mellitus
3 Layanan Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Gangguan 818.828.000 677.047.614 82,7
Metabolik
4 Layanan Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Kelainan 487.400.000 344.939.850 70,8
Darah
5 Layanan Pencegahan dan
2.530.379.000 2.336.581.343 92,3
Pengendalian Gangguan Indera
6 Layanan Pencegahan dan
1.096.278.000 868.707.071 79,2
Pengendalian Gangguan Fungsional
7 Layanan Pencegahan dan
2.527.775.000 1.862.042.782 73,7
Pengendalian Penyakit Kanker
8 Sarana dan Prasarana Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit Tidak 3.569.571.000 3.498.984.319 98,0
Menular
9 NSPK Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Tidak 1.837.692.000 1.190.326.503 64,8
Menular
10 Deteksi dini Faktor Risiko Penyakit
37.588.573.000 34.263.468.294 91,2
Tidak Menular
11 Layanan Pengendalian Konsumsi
4.991.828.000 4.120.278.545 82,5
Rokok
12 Layanan Sarana dan Prasarana
217.886.000 212.584.600 97,6
Internal
13 Layanan Dukungan Manajemen
2.597.048.000 2.335.746.341 89,9
Satker
88,5
Jumlah 61.635.459.000 54.541.639.424
Alokasi anggaran yang digunakan dalam upaya pencegahan dan pengendalian PTM sebesar
Rp. 61.635.459.000,-, dengan realisasi anggaran sebesar Rp 54.541.639.424,- (88,5%). Jika
dibandingkan dengan tahun 2018 alokasi anggaran Rp. Rp. 109.813.515.000,-, dengan realisasi
anggaran sebesar Rp 103.377.652.570,- (94,14%). Terjadi penurunan realisasi anggaran
Tabel 3.4
Target dan Capaian Output Pencegahan Pengendalian PTM Tahun 2019
1 2 3 4 5
1 Layanan Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Gangguan Imunologi 3 Layanan 3 Layanan 100
Tabel 3.4 mengenai target dan capaian output kegiatan tahun 2019, semua output tercapai pada
tahun 2019, penjelasan mengenai target dan capaian sebagai berikut:
1. Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Gangguan Imunologi
Target 3 layanan dengan capaian 3 layanan (100%) dicapai melalui kegiatan Advokasi dan
Sosialisasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Paru Kronik dan Gangguan Imunologi,
Kemitraan dalam Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Paru Kronik dan Gangguan
Imunologi, dan Pertemuan Monitoring dan evaluasi untuk validasi data Program Penyakit
A. Kesimpulan
Alokasi anggaran Direktorat P2PTM dalam upaya pencegahan dan pengendalian PTM
tahun 2019 sebesar Rp. 61.635.459.000,- dengan realisasi Rp. 54.541.639.424,- 88,5%
dengan rincian per indikator sebagai berikut:
1. Persentase Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM terpadu
Persentase Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM terpadu sebesar 50%,
realisasi 80,5% pencapaian 161,0% mencapai target yang diharapkan
2. Persentase Kabupaten/Kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
minimal 50% sekolah sebesar 50%, realisasi 50,2% pencapaian sebesar 100,4%,
mencapai target yang diharapkan
3. Persentase Desa/Kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu
(Posbindu) PTM sebesar 50%, realisasi 50,7%, pencapaian sebesar 101,4%, mencapai
terget yang diharapkan
4. Persentase perempuan usia 30 sampai 50 tahun yang dideteksi dini kanker serviks dan
payudara sebesar 50%, realisasi 50%, pencapaian sebesar 100%, mencapai terget yang
diharapkan
5. Persentase Puskesmas yang melaksanakan deteksi dini dan rujukan katarak sebesar
30%, realisasi 60,8%, pencapaian 202,7%, mencapai target yang diharapkan.
Secara keseluruhan program pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular telah
terlaksana dengan optimal dan mencapai target indikator, namun terdapat beberapa
kendala penyerapan anggaran yang meliputi adanya efisiensi pada tiket pesawat karena
anggaran yang disediakan adalah biaya pesawat sesuai SBM, pada tahun 2019 maskapai
Garuda Airlines mengurangi beberapa rute domestik sehingga berdampak pada peserta
yang memilih pesawat lain yang dibawah harga SBM, ketidakhadiran peserta sesuai
kuota, adanya konflik di Papua, sehingga kegiatan tidak dapat terlaksana sesuai jadwal,
belum ada perhatian Pemda untuk mengalokasikan dana bagi kegiatan PTM di daerahnya,
inkonsistensi penerapan Perda KTR, dan masih minimnya perubahan perilaku masyarakat
terhadap PTM.
Pengembangan program P2PTM pada tahun 2019 antara lain penerapan Pengembangan
model upaya pemicuan pengendalian obesitas diberbagai tatanan, Pertemuan Social
Media Influencer, Advokasi GENTAS/ Gerakan nasional tekan angka obesitas, Skreening
dan Deteksi Dini Pembawa Sifat Thalasemia pada Anak Sekolah, Orientasi Implementasi
Program Paliatif Berbasis Komunitas, Orientasi Manajemen Program P2PTM, Program
kampus sehat dan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap
pencegahan dan pengendalian PTM melalui media elekronik, meningkatkan upaya
pencegahan dan pengendalian PTM melalui media sosial (facebook, tweeter, dan
instagram)
B. Tindak Lanjut
1. Perlunya komitmen dalam upaya pencegahan dan pengendalian PTM, dengan
peningkatan advokasi mengenai program P2PTM kepada pemegang kebijakan,
terutama kab/kota dalam melaksanakan kegiatan untuk mendukung pencapain
indikator kinerja kegiatan.