LAMPIRAN :
Perjanjian Kinerja Tahun 2020
Perjanjian Kinerja Tahun 2020 revisi
Sistem/Aplikasi yang Terintegrasi dengan Aplikasi Satu Data Kesehatan (ASDK) Tahun
2020
Penilaian Kualitas Indikator Pembangunan Kesehatan Tahun 2020
ii
IKHTISAR EKSEKUTIF
Laporan Kinerja Pusat Data dan Informasi Tahun 2020 merupakan laporan kinerja
tahunan dan bentuk pertanggungjawaban kinerja terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi tahun
anggaran 2020 kepada Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan, dan juga untuk memberikan
informasi kinerja yang telah dan seharusnya tercapai serta sebagai upaya perbaikan untuk
peningkatan kinerja di tahun mendatang.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Pusat Data dan Informasi mempunyai tugas
melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan dan pemantauan evaluasi dan
pelaporan di bidang pengelolaan data dan informasi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Tugas ini sejalan dengan sasaran strategis Kementerian Kesehatan ke-8
yaitu meningkatnya efektifitas pengelolaan penelitian, pengembangan kesehatan dan sistem
informasi kesehatan untuk pengambilan keputusan (Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21
Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024). Dan
ditetapkan dua indikator kinerja kegiatan (IKK) sebagai tolok ukur yaitu (1) jumlah sistem
informasi kesehatan yang terintegrasi dalan Aplikasi Satu Data Kesehatan (ASDK); dan (2)
persentase indikator pembangunan kesehatan yang diukur dengan dengan data rutin.
Pada tahun 2020, capaian indikator “jumlah sistem informasi kesehatan yang terintegrasi
dalan Aplikasi Satu Data Kesehatan (ASDK)” sebesar 100% dari target (target 10 aplikasi,
realisasi 10 aplikasi), dan capaian indikator “persentase indikator pembangunan kesehatan
yang diukur dengan dengan data rutin” sebesar 100% dari target (target 4%, realisasi 4%).
Realisasi anggaran kantor pusat sebesar 97,14%; dekonsentrasi sebesar 73,81% sehingga
realisasi anggaran total sebesar 95,19%. Sejumlah 47,2% ASN di Pusat Data dan Informasi
menduduki jabatan fungsional tertentu, akan lebih ditingkatkan lagi di tahun berikutnya.
Kegiatan pengelolaan data dan informasi kesehatan yang berhasil dicapai pada tahun
2020, yaitu: mempertahankan Sertifikasi ISO 27001:2013 Sistem Manajemen Keamanan
Informasi, dimana di tahun 2020 merupakan tahun ke-8 pelaksanaan Implementasi ISO 27001;
mengupayakan diterbitkannya 2 (dua) Keputusan Menteri Kesehatan, 2 (dua) Surat Edaran
Menteri Kesehatan, 2 (dua) nota kesepahaman, 2 (dua) perjanjian kerjasama di bidang
pengelolaan data dan informasi; terlaksananya pengelolaan sistem dan infrastruktur yang
mendukung pengelolaan data Covid-19; terlaksananya pengembangan sistem dan pengelolaan
teknologi informasi; dan telah dihasilkan berbagai analisis dan penyajian data kesehatan,
diantaranya Profil Kesehatan Indonesia, Infodatin, Bulletin, Infografis Kesehatan dan website
Kementerian Kesehatan juga website Pusat Data dan Informasi
Kendala dan keberhasilan yang telah dicapai pada tahun 2020 akan menjadi
pembelajaran berharga untuk perbaikan di tahun berikutnya dengan cara memanfaatkan secara
optimal segala peluang dan sumber daya yang ada dengan memperhatikan hambatan/kendala
dan permasalahan yang dihadapi selama ini serta ketentuan dan peraturan yang berlaku.
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Good governance merupakan syarat awal bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan
aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita-cita bangsa dan negara. Sehubungan
dengan itu diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang
tepat, jelas, terukur, dan legitimasi sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna, bersih dan
bertanggung jawab serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.
Sehubungan dengan itu, telah diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014
tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Regulasi tersebut
mewajibkan setiap instansi pemerintah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan negara
untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya serta kewenangan
pengelolaan sumber daya dengan didasarkan suatu perencanaan strategis yang ditetapkan
oleh masing-masing instansi. Pertanggungjawaban dimaksud berupa laporan yang
disampaikan kepada atasan masing-masing, lembaga-lembaga pengawasan dan penilai
akuntabilitas, dan akhirnya disampaikan kepada Presiden selaku kepala pemerintahan.
Laporan tersebut menggambarkan kinerja instansi pemerintah yang bersangkutan melalui
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Penyusunan Laporan
Akuntabilitas Kinerja diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Atas dasar tersebut, sebagai bagian dari instansi pemerintah, Pusat Data dan Informasi
sebagai satuan kerja Kementerian Kesehatan yang menggunakan anggaran negara, setiap
tahun wajib menyusun dan menyampaikan Laporan Kinerja kepada Sekretaris Jenderal
Kementerian Kesehatan.
Tujuan penyusunan yaitu untuk memberikan informasi kinerja yang telah dan
seharusnya tercapai serta sebagai upaya yang telah dilakukan selama tahun anggaran dan
sebagai bentuk pertanggungjawaban Kepala Pusat Data dan Informasi kepada Sekretaris
Jenderal Kementerian Kesehatan atas pelaksanaan tugas tahun 2020.
1
Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Pusat Data dan
Informasi mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan dan
pemantauan evaluasi dan pelaporan di bidang pengelolaan data dan informasi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan tugasnya, Pusat Data dan
Informasi menyelenggarakan fungsi, yaitu 1) penyusunan kebijakan teknis di bidang
pengembangan sistem informasi, pengelolaan teknologi informasi dan pengelolaan data dan
informasi; 2) pelaksanaan di bidang pengembangan sistem informasi, pengelolaan teknologi
informasi dan pengelolaan data dan informasi; 3) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di
bidang pengembangan sistem informasi, pengelolaan teknologi informasi dan pengelolaan
data dan informasi; 4) pelaksanaan administrasi di Pusat. Pusat Data dan Informasi memiliki
tiga bidang dan satu bagian, yaitu Bidang Pengembangan Sistem Informasi, Bidang
Pengelolaan Teknologi Informasi, Bidang Pengelolaan Data dan Informasi dan Bagian Tata
Usaha, serta Kelompok Jabatan Fungsional.
Pada 25 September 2020 terbit Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 Tahun 2020
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Pusat Data dan Informasi
mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan data dan informasi. Dalam melaksanakan
tugasnya, Pusat Data dan Informasi menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
1) penyusunan rencana, program, kegiatan, dan anggaran Pusat;
2) penyusunan kebijakan teknis di bidang perencanaan dan pengembangan sistem dan
teknologi informasi, pengelolaan dan operasional layanan teknologi informasi dan
komunikasi, pengelolaan keamanan informasi dan keberlangsungan sistem, pengelolaan
layanan data dan informasi, dan pengawasan sistem elektronik;
3) pelaksanaan di bidang perencanaan dan pengembangan sistem dan teknologi informasi,
pengelolaan dan operasional layanan teknologi informasi dan komunikasi, pengelolaan
keamanan informasi dan keberlangsungan sistem, pengelolaan layanan data dan
informasi, dan pengawasan sistem elektronik;
4) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang perencanaan dan pengembangan sistem
dan teknologi informasi, pengelolaan dan operasional layanan teknologi informasi dan
komunikasi, pengelolaan keamanan informasi dan keberlangsungan sistem, pengelolaan
layanan data dan informasi, dan pengawasan sistem elektronik;
5) pelaksanaan urusan administrasi Pusat.
Susunan organisasi terdiri atas Subbagian Administrasi Umum dan Kelompok Jabatan
Fungsional.
2
C. Struktur Organisasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, maka struktur organisasi Pusat
Data dan Informasi sebagai berikut:
Gambar 1.1
Struktur Organisasi Pusat Data dan Informasi Tahun 2020
D. Sistematika Laporan
Sistematika penulisan Laporan Kinerja Pusat Data dan Informasi Tahun 2020 sebagai
berikut:
Kata Pengantar
Ikhtisar Eksekutif
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
Menjelaskan latar belakang, tugas, fungsi dan struktur organisasi Pusat Data dan Informasi,
dan sistematika penulisan laporan.
Bab II Perencanaan Kinerja
Menjelaskan perencanaan kinerja, yaitu visi, misi, tujuan, sasaran dan definisi operasional
indikator kinerja kegiatan serta perjanjian kinerja 2020.
3
Bab III Akuntabilitas Kinerja
Menjelaskan capaian kinerja 5 tahun terakhir, analisis keberhasilan/kegagalan pencapaian
indikator kinerja tahun 2020, sumber daya/realisasi anggaran dan analisa atas efisiensi
penggunaan sumber daya tahun 2020.
Bab IV Kesimpulan dan Tindak Lanjut
Menjelaskan kesimpulan atas kinerja tahun 2020 dan tindak lanjut tahun berikutnya.
Lampiran
4
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
5
A. Perencanaan Kinerja
Perencanaan kinerja merupakan salah satu komponen dalam sistem akuntabilitas
kinerja suatu instansi pemerintah yang cukup penting menjadi perhatian. Perencanaan
kinerja menetapkan sasaran kinerja instansi sehingga menjadi arah pelaksanaan program
dan kegiatan instansi. Perencanaan kinerja tingkat kementerian terdapat pada rencana
strategis kementerian yang selanjutnya dijabarkan dalam bentuk rencana aksi program di
tingkat Eselon I dan rencana aksi kegiatan di tingkat Eselon II.
Periode tahun 2020-2024 merupakan tahapan terakhir dari Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 sehingga merupakan periode pembangunan
jangka menengah yang sangat penting dan strategis. Sesuai dengan RPJPN 2005-2025,
sasaran pembangunan jangka menengah 2020-2024 adalah mewujudkan masyarakat
Indinesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di
berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh
berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai bidang yang didukung oleh sumber daya
manusia yang berkualitas dan berdaya saing.
Pemanfaatan teknologi informasi di bidang kesehatan sudah cukup luas, diantaranya
perencanaan kesehatan melalui e-planning, e-budgeting dan e-monev. Sistem informasi yang
dikembangkan dan digunakan untuk menyediakan data kesehatan juga sangat beragam.
Integrase sistem data harus dilakukan untuk menghasilkan data yang valid dan reliable.
Integrasi data JKN dengan SIK serta pemanfaatan data pelayanan BPJS Kesehatan juga harus
dilakukan.
Pada periode 2020-2024 ini, Sistem Informasi Kesehatan (SIK) diarahkan untuk
pemantapanan layanan informasi kesehatan yang lebih cepat, valid, resource sharing;
pemantapan SIK standar berbasis elektronik terintegrasi; dan pemantapan penerapan SIK di
fasilitas kesehatan. Percepatan implementasi standar pelaporan dan sistem informasi
manajemen kesehatan, mengoptimalkan penggunaan inovasi kesehatan digital, optimalisasi
pemanfaatan internet, mengumpulkan data surveilans real-time dan membuat perubahan
bertahap dari pelaporan agregat ke pelaporan individu merupakan investasi jangka panjang
yang harus dilakukan untuk penguatan pelaporan data rutin.
Penguatan SIK dilakukan melalui langkah-langkah prioritas berupa penataan transaksi
data di Fasilitas Pelayanan kesehatan, optimalisasi aliran dan integrasi data, dan peningkatan
pemanfaatan data dan informasi. Penataan data transaksi di fasilitas pelayanan kesehatan
meliputi pengembangan Aplikasi Keluarga Sehat, pembenahan sistem informasi non
elektronik di puskesmas (revisi SP2TP/SP3/SIMPUS), pengembangan dan perluasan
implementasi sistem informasi elektronik di puskesmas (ekspansi SIKDA generik
puskesmas), pengembangan dan perluasan implementasi sistem informasi di RS serta
6
integrasi/interoperabilitas di tingkat data transaksi dalam fasilitas pelayanan kesehatan.
Optimalisasi aliran data meliputi optimalisasi pelaporan data dari kabupaten/kota melalui
Aplikasi Komunikasi Data, pelaporan data dari seluruh entitas sumber data dan
pengembangan bank data kesehatan perlu terus ditingkatkan. Upaya peningkatan
pemanfaatan data dan informasi meliputi peningkatan kualitas data, penguatan analisis data,
penyusunan paket-paket data dan informasi, serta diseminasi dan publikasi data dan
informasi juga perlu terus diperkuat.
Terfragmentasinya sistem informasi kesehatan tersebut, melandasi perlu
dikembangkannya inisiatif Satu Data. Inisiatif ini penting untuk meningkatkan integrasi,
interoperabilitas dan pemanfaatan data pemerintah. Pemanfaatan data pemerintah tidak
terbatas pada penggunaan internal antar instansi, tetapi juga sebagai bentuk pemenuhan
kebutuhan data publik bagi masyarakat. Kebijakan Satu Data ini dilaksanakan dengan strategi
melalui pengembangan satu standar data, satu metadata yang baku dan satu portal.
Untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur sesuai
dengan RPJPN 2005-2025, Presiden terpilih sebagaimana tertuang dalam RPJMN 2020-2024
telah menetapkan Visi Presiden 2020-2024 : “Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat,
Mandiri, dan Berkepribadian, Berlandaskan Gotong Royong”. Untuk melaksanakan visi
Presiden 2020-2024 tersebut, Kementerian Kesehatan menjabarkan visi Presiden di bidang
kesehatan yaitu menciptakan manusia yang sehat, produktif, mandiri, dan berkeadilan.
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif
secara sosial dan ekonomi.
Untuk mewujudkan 9 (Sembilan) Misi Presiden 2020-2024, khususnya Misi pertama
“Peningkatan Kualitas Manusia Indonesia” dan kedua “Penguatan Struktur Ekonomi yang
Produktif, Mandiri dan Berdaya Saing”, Kementerian Kesehatan menyusun 5 (lima) tujuan
strategis. Pusat Data dan Informasi khususnya mendukung tujuan kelima “peningkatan tata
kelola pemerintahan yang baik, bersih dan inovatif” dan sasaran strategis kedelapan
“meningkatnya efektifitas pengelolaan penelitian, pengembangan kesehatan dan sistem
informasi kesehatan untuk pengambilan keputusan” melalui 2 (dua) strategi yaitu 1)
mengembangkan dashboard sistem informasi pembangunan kesehatan yang real time; 2)
meningkatkan integrase, interoperbilitas dan pemanfaatan data hasil penelitian dan data
rutin.
Sasaran dan indikator kinerja kegiatan mengacu pada Renstra Kementerian Kesehatan
Tahun 2020-2024 terdapat pada Tabel 2.1, sedangkan definisi operasional terdapat pada
Tabel 2.2.
7
Tabel 2.1
Sasaran, Indikator dan Target Kinerja Kegiatan
Pusat Data dan Informasi Tahun 2020-2024
Tabel 2.2
Definisi Operasional Indikator Kinerja Kegiatan
Pusat Data dan Informasi Tahun 2020-2024
1. Jumlah sistem informasi - Suatu sistem informasi dinyatakan telah terintegrasi dalam
kesehatan yang terintegrasi ASDK bila data yang bersumber dari aplikasi sistem informasi
dalam Aplikasi Satu Data tersebut telah disepakati dan terdapat pada ASDK
Kesehatan (ASDK)
- Periode pelaporan indikator tahunan
- Target merupakan angka kumulatif dari tahun sebelumnya
8
B. Perjanjian Kinerja 2020
Sebagai penjabaran dari sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan kesehatan
telah ditetapkan target-target sasaran indikator kinerja yang tertuang di dalam Perjanjian
Kinerja tahun 2020. Perjanjian kinerja berisi tekad dalam rencana kinerja tahunan yang akan
dicapai antara pimpinan instansi pemerintah/unit kerja yang menerima amanah/
tanggungjawab kinerja dengan pihak yang memberikannya dan mempertanggungjawabkan
atas keberhasilan dan kegagalan dalam pencapaian target kinerja. Perjanjian Kinerja (PK)
Pusat Data dan Informasi tahun 2020 yang ditandatangani pada November 2019 mengalami
perubahan menyesuaikan dengan perubahan DIPA, dan PK revisi ditandatangani tanggal 30
Desember 2020, dapat dilihat pada lampiran.
9
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
Realisasi IKK 1 tahun 2015 dan 2016 mencapai target (206% dan 175,77%) sedangkan
tahun 2017, 2018 dan 2019 tidak mencapai target (86,36%; 87,14% dan 89,20%). Terlihat
capaian IKK 1 terus menurun. Capaian IKK 2 tahun 2017 melebihi target (121,43%), lebih
10
tinggi dari capaian tahun 2016 (105,05%) dan tahun 2015 (105,20%). Capaian tahun 2018
mencapai target (102,09%), begitupula tahun 2019 mencapai target (100,39%).
Capaian IKK 3 tahun 2017 sebesar 479,69%, tahun 2018 sebesar 93,19% dan tahun
2019 sebesar 97,67%. Target tahun 2018 dan 2019 tidak tercapai. Capaian IKK 4 tahun 2017
sebesar 141,29%, tahun 2018 sebesar 110,11% dan tahun 2019 sebesar 92,71%. Target
tahun 2019 tidak tercapai.
Indikator kinerja kegiatan (IKK) tahun 2020-2024 yaitu (1) jumlah sistem informasi
kesehatan yang terintegrasi dalan Aplikasi Satu Data Kesehatan (ASDK); (2) persentase
indikator pembangunan kesehatan yang diukur dengan dengan data rutin. Pada tahun 2020,
capaian indikator “jumlah sistem informasi kesehatan yang terintegrasi dalan Aplikasi Satu
Data Kesehatan (ASDK)” sebesar 100% dari target (target 10 aplikasi, realisasi 10 aplikasi),
dan capaian indikator “persentase indikator pembangunan kesehatan yang diukur dengan
dengan data rutin” sebesar 100% dari target (target 4%, realisasi 4%).
1. Jumlah Sistem Informasi Kesehatan yang Terintegrasi dalam Aplikasi Satu Data
Kesehatan (ASDK)
Hasil studi evaluasi Sistem Informasi Kesehatan tahun 2019 yang dilaksanakan
Bappenas terdapat beberapa temuan diantaranya 1) di tingkat puskesmas yang ditengarai
menghambat SIK adalah banyaknya sistem yang harus dikelola, sehingga menghabiskan
waktu dan sumber daya manusia untuk melakukannya pada tingkat operasional; 2) di
11
tingkat pusat terdapat ±207 web/aplikasi yang terpasang dan dikelola Kementerian
Kesehatan, dengan indikasi masih terfragmentasi satu sama lain, sehingga konsistensi dan
kualitas data belum dapat terjaga dengan baik.
12
3. SIHA (sistem informasi HIV AIDS)
4. PWS Imunisasi (sistem pemantauan wilayah setempat imunisasi)
5. Sistem Informasi Gizi
6. Sistem Informasi Sumber Daya Manusia Kesehatan
7. Sistem Informasi Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
8. Sistem Informasi Direktorat Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga
9. Sistem Informasi Direktorat Penilaian Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga
10. Sistem Informasi Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian
Gambar 3.5 dan 3.6 memperlihatkan tampilan depan dan dashboard ASDK. Tangkapan
layar (screenshoot) data hasil integrasi 10 apikasi lebih detil terdapat pada lampiran.
Sehingga target indikator ini telah memenuhi target (100%).
Gambar 3.5
Tampilan Muka Aplikasi Satu Data Kesehatan
Sumber: https://satudata.kemkes.go.id
13
Gambar 3.6
Tampilan Muka Dashboard Aplikasi Satu Data Kesehatan
Sumber: https://satudata.kemkes.go.id
Hanya data terpilih yang ditampilkan pada Dashboard ASDK untuk dapat diakses secara
terbuka dan dimanfaatkan secara umum dan luas tanpa perlu login. Sedangkan untuk data
lainnya dapat diakses dengan login ke dalam ASDK. Data kesehatan dapat dimanfaatkan
langsung dengan sistem informasi kementerian atau lembaga lain melalui Application
Programming Interface (API).
Permasalahan
Target indikator ini tercapai, namun demikian masih ditemui kendala/hambatan yang
dihadapi, yaitu:
1. Dengan adanya kondisi pandemi Covid-19 menyebabkan beberapa kegiatan
pengintegrasian mundur dari waktu yang sudah ditetapkan.
14
2. Anggaran kegiatan pengintegrasian mengalami refocusing atau pengalihan anggaran
untuk penanganan Covid-19.
3. Umumnya pengembangan aplikasi atau sistem informasi di unit/satker menggunakan
jasa pihak ketiga dan tidak dilengkapi dengan API sehingga memerlukan waktu dalam
penyusunan API
4. Masih terdapat ego program/ego sektoral terhadap suatu data yang sama yang
dikumpulkan oleh unit/satker yang berbeda.
15
(tulang punggung) sumber data. Di negara maju misalnya, vital registration merupakan
catatan yang sangat diandalkan untuk menghitung angka kelahiran, angka kematian dan
angka harapan hidup, sedangkan medical record diandalkan untuk menghitung angka
kesakitan. Perlu upaya yang lebih keras untuk mengembangkan vital registration dan
medical record. Sehingga upaya mencari angka kematian dan angka kesakitan yang
pengumpulannya melalui survei frekuensinya perlu dikurangi.
16
Definisi : angka cakupan indikator pembangunan kesehatan tidak mengalami
perubahan sangat tajam dari tahun ke tahun.
Perhitungan : angka cakupan tahun ini dibagi dengan rata-rata cakupan 3 tahun
sebelumnya.
Standar : “kualitas baik” jika ≥80% unit pelapor memiliki rasio cakupan berkisar 0,67
s.d 1,33.
4. Konsistensi eksternal
Definisi : kesesuaian cakupan indikator pembangunan kesehatan dari laporan rutin
dengan cakupan hasil survei.
Standar : “kualitas baik” jika ≥80% unit pelapor memiliki rasio cakupan berkisar 0,67
s.d 1,33.
Komponen penilaian ini tidak selalu dilakukan bila tidak ada pembanding dengan
hasil survei.
17
tersebut sangat diperlukan koordinasi dari berbagai pihak penyedia data rutin yaitu
pengelola data dan informasi dari berbagai program dan lintas sektor serta daerah
(provinsi dan kabupaten/kota).
Permasalahan
Target indikator ini tercapai, namun demikian masih ditemui kendala/hambatan yang
dihadapi, yaitu:
1. Belum semua indikator pembangunan kesehatan dapat dipantau langsung pada sistem
atau database Pusat Data dan Informasi.
2. Terdapat indikator pembangunan kesehatan (RPJMN) yang memerlukan penguatan
dalam pengumpulan datanya karena merupakan indikator baru dan definisi
operasional indikator yang masih perlu disosialisasikan pada pengelola program dan
pengelola data.
3. Masih terdapat fasilitas pelayanan kesehatan yang belum menerapkan sistem
pencatatan dan pelaporan secara elektornik sehingga kecepatan dan ketepatan waktu
masih belum terpenuhi.
18
Selain capaian indikator, kegiatan pengelolaan data dan informasi kesehatan yang berhasil
dicapai pada tahun 2020, yaitu:
1. Mempertahankan Sertifikasi ISO
27001:2013 Sistem Manajemen
Keamanan Sistem Informasi,
dimana di tahun 2020 merupakan
tahun ke-8 pelaksanaan
Implementasi ISO 27001:2013
19
g. Perjanjian Kerjasama dengan Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan
Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Nomor
HK.03.01/III/3975/2020 dan 1117/DJPPI/HK.04.02/10/2020 tentang pemanfaatan
teknologi informasi dalam rangka upaya percepatan pencegahan dan pengendalian
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).
h. Perjanjian Kerja Sama dengan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
Nomor 3/PKS/X-XIII.2/12/2020 dan HK.03.01/III/5016/2020 tentang pemanfaatan
data dari sistem informasi kesehatan.
20
Tabel 3.1
Distribusi ASN Pusat Data dan Informasi
Menurut Golongan Kepangkatan Tahun 2020
Tabel 3.2
Distribusi ASN Pusat Data dan Informasi
Menurut Jabatan Fungsional Tertentu Tahun 2020
21
Gambar 3.7
Distribusi ASN Pusat Data dan Informasi
Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2020
SMA
4%
Pasca
Sarjana S1 Sarjana
45% 51%
Selain ASN, Pusat Data dan Informasi juga memiliki tenaga honorer sebanyak 16 orang
yang terdiri dari 15 orang pramubakti dan 1 orang pengemudi, dengan distribusi tingkat
pendidikan 8 orang Diploma III, 2 orang sarjana strata-1dan 5 orang SLTA.
SDM di Pusat Data dan Informasi cukup dapat diandalkan dan memadai namun
masih perlu peningkatan kualitas melalui pelatihan-pelatihan dan diarahkan menjadi
jabatan fungsional tertentu, sehingga diharapkan akan lebih berdaya guna.
22
Gambar 3.8
Perbandingan Alokasi dan Realisasi Anggaran Tahun 2020
60.000.000.000
50.000.000.000
40.000.000.000
Rupiah
30.000.000.000
20.000.000.000
10.000.000.000
-
Total Kantor Pusat Dekon
Anggaran 56.753.856.000 51.988.674.000 4.765.182.000
Realisasi 54.022.357.705 50.505.082.131 3.517.275.574
Realisasi penggunaan anggaran seluruh sumber anggaran tahun 2020 sebesar Rp.
54.022.357.705,- atau sebesar 95,19%. Perbandingan jumlah alokasi dan realisasi
anggaran tahun 2020 menurut sumber dana dapat dilihat pada Gambar 3.8. Realisasi
penggunaan dana dekonsentrasi tahun 2020 sebesar Rp. 3.517.275.574,- atau sebesar
73,81%. Pada tahun 2020 Pusat Data dan Informasi juga mendapatkan dana hibah WHO
berupa hibah jasa sejumlah Rp. 324.168.599,- Pada Gambar 3.9 memperlihatkan
penggunaan dana dekonsentrasi oleh 34 provinsi per 31 Desember 2020. Sejumlah 22
provinsi menggunakan dana lebih dari 80%, selebihnya menggunakan dana kurang dari
80%. Terdapat 3 (tiga) provinsi yang merealisasikan anggaran dekonsentrasi kurang dari
10% (hal ini dikarenakan kondisi pandemi sehingga penyelenggaraan kegiatan tidak
dapat dilaksanakan maksimal.
23
Gambar 3.9
Persentase Penggunaan Dana Dekonsentrasi
Kegiatan Pengelolaan Data dan Informasi Kesehatan
Menurut Provinsi Tahun Anggaran 2020
24
Tabel 3.3
Sumber Daya Sarana dan Prasarana
Pusat Data dan Informasi Tahun 2020
I ASET LANCAR
1. Persediaan Rp. 241.286.296,-
2. Bahan Persediaan Lainnya untuk -
Dijual/Diserahkan kepada Masyarakat
Sub Jumlah (1) Rp. 241.286.296,-
II ASET TETAP
1. Peralatan dan Mesin 3.544 Rp. 118.873.183.720,-
2. Aset Tetap Lainnya -
3. Akumulasi Penyusutan Peralatan dan Mesin (-) Rp. 71.819.495.342,-
Sub Jumlah (2) Rp. 47.053.688.378,-
III ASET LAINNYA
1. Software 1.170 Rp. 24.447.708.517,-
2. Aset Lain-lain 1.787 Rp. 16.754.555.856,-
3. Akumulasi Amortisasi Software (-) Rp. 14.582.672.419,-
4. Akumulasi Penyusutan atas Aset Lainnya (-) Rp. 10.116.391.145,-
Sub Jumlah (3) Rp. 16.503.200.809,-
Total Rp. 63.798.175.483,-
Sumber : Bagian Tata Usaha, Pusdatin, Tahun 2020
25
BAB IV
KESIMPULAN DAN TINDAK LANJUT
A. Kesimpulan
1. Sasaran kegiatan Pusat Data dan Informasi melalui indikator kinerja kegiatan yang
telah ditetapkan pada Perencanaan Kinerja 2020 seluruhnya tercapai 100%.
2. Alokasi anggaran Kantor Pusat (KP) Pusat Data dan Informasi pada awal tahun 2020
sejumlah Rp. 78.787.822.000,- (APBN) dan terdapat efisiensi anggaran untuk
penanganan pandemi Covid-19 sebesar Rp. 28.879.148.000,- dan penambahan
anggaran refocusing dari Pusat Kesehatan Haji sebesar Rp. 2.080.000.000,- sehingga
anggaran akhir tahun sebesar Rp 51.988.674.000,- dengan realisasi sebesar Rp.
50.505.082.131,- (97,15%).
3. Upaya yang telah dilakukan yang didukung sumber daya, cukup mampu untuk
mencapat target indikator kinerja kegiatan.
B. Tindak Lanjut
1. Indikator kinerja kegiatan Pusat Data dan Informasi sangat bergantung pada proses
koordinasi dan komunikasi dengan unit/satker pengampu data dan sistem
informasi. Perlu upaya intesif agar koordinasi berjalan dengan baik.
2. Perlu dilakukan pertemuan koordinasi baik daring maupun luring membahas
pengintegrasian sistem informasi, kualitas data, dan pemanfaatan data.
_______________
26
LAMPIRAN
27
.3 KEAAENTERIAN
KESEHATAN
REPUELIK
INOONESIA
SEKRETARIAT JENDERAL
2. Persentase indikator 50
pembangunan kesehatan
yang diukur dengan data
rutin
Kegiatan Anggaran
Pengelolaan data dan infomasi kesehatan Rp. 78.787 .822.OOO,-
SEKRETARIAT ]ENDERAL
2. Persentase indikator 4
pembangunan kesehatan
yang diukur dengan data
rutin
Kegiatan Anggaran
Pengelolaan data dan infomasi kesehatan Rp.51.988.674.000.-
Penilaian
Kualitas Data Rutin
TAHUN 2020
No No Indikator RPJMN
Indikator Indikator
Pembangunan 1 2 Jumlah penduduk yang menjadi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI)
melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS)
Kesehatan yang 2 16 Persentase rumah sakit terakreditasi
3 75 Persentase sarana air minum yang diawasi/diperiksa kualitas air minumnya
diusulkan sesuai standar
4 97 Persentase puskesmas tanpa dokter
diukur dengan 5 74 Persentase desa/kelurahan dengan Stop Buang air besar Sembarangan
data rutin 6 99
(SBS)
Persentase RSUD kabupaten/kota yang memiliki 4 dokter spesialis dasar
(denominator) dan 3 dokter spesialis lainnya
7 19 Persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan
8 10 Jumlah kabupaten/kota yang mencapai eliminasi malaria
9 33 Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI eksklusif
10 41 Persentase angka keberhasilan pengobatan TBC (TBC Success Rate)
11 20 Cakupan kunjungan antenatal (persen)
12 21 Cakupan kunjungan neonatal (persen)
13 25 Persentase bayi usia 0‐11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap
14 12 Persentase merokok penduduk usia 10‐18 tahun
15 14 Persentase tekanan darah tinggi
16 34 Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK)
17 6 Prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) pada balita (persen)
18 7 Prevalensi wasting (kurus dan sangat kurus) pada balita (persen)
19 8 Insidensi HIV (per 1.000 penduduk yang tidak terinfeksi HIV)
20 30 Jumlah RS dengan kemampuan melaksanakan operasi sectio sesarea
darurat dalam waktu ≤ 30 menit
21 9 Insidensi tuberkulosis (per 100.000 penduduk)
22 3 Angka kematian ibu (AKI) (per 100.000 kelahiran hidup)
23 4 Angka kematian bayi (AKB) (per 1.000 kelahiran hidup)
24 5 Angka kematian neonatal (per 1.000 kelahiran hidup)
1
1/4/2021
Ruang Lingkup
• Dilakukan penilaian terhadap indikator:
1. Jumlah penduduk yang menjadi peserta Penerima
Bantuan Iuran (PBI) melalui Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS)
2. Persentase sarana air minum yang
diawasi/diperiksa kualitas air minumnya sesuai
standar
3. Persentase puskesmas tanpa dokter
• Sumber : Data Program
• Parameter penilaian : Kelengkapan, Akurasi dan
Konsistensi Internal
Metode
• Kelengkapan: menilai kelengkapan dari keterisian
data per Provinsi berdasarkan data pada level
Kabupaten/Kota
• Akurasi : menilai ada tidaknya nilai pencilan
berdasarkan standar deviasi (‐1 SD sampai + 2 SD)
• Konsistensi internal (antar tahun): membandingkan
data indikator dengan rata‐rata data indikator yang
sama pada 3 tahun terakhir. Konsistensi dikatakan
baik jika rasio berkisar antara 0,67 s/d 1,33
2
1/4/2021
• PERSENTASE AKREDITASI RUMAH SAKIT
KELENGKAPAN
Jumlah Kab/Kota
Jumlah
No Provinsi dengan RS %Kelengkapan
Kab/Kota
Terakreditasi
1 Aceh 23 23 100
2 Sumatera Utara 33 33 100
3 Sumatera Barat 19 19 100
4 Riau 12 12 100
5 Jambi 11 11 100
6 Sumatera Selatan 17 17 100
7 Bengkulu 10 10 100
8 Lampung 15 15 100
9 Kep. Bangka Belitung 7 7 100
10 Kepulauan Riau 7 7 100
11 DKI Jakarta 6 6 100
12 Jawa Barat 27 27 100
13 Jawa Tengah 35 35 100
14 DI Yogyakarta 5 5 100
15 Jawa Timur 38 38 100
16 Banten 8 8 100
17 Bali 9 9 100
18 Nusa Tenggara Barat 10 10 100
19 Nusa Tenggara Timur 22 22 100
20 Kalimantan Barat 14 14 100
21 Kalimantan Tengah 14 14 100
22 Kalimantan Selatan 13 13 100
23 Kalimantan Timur 10 10 100
24 Kalimantan Utara 5 5 100
25 Sulawesi Utara 15 15 100
26 Sulawesi Tengah 13 13 100
27 Sulawesi Selatan 24 24 100
28 Sulawesi Tenggara 17 17 100
29 Gorontalo 6 6 100
30 Sulawesi Barat 6 6 100
31 Maluku 11 11 100
32 Maluku Utara 10 10 100
33 Papua Barat 13 13 100
34 Papua 29 29 100
Indonesia 514 514 100
3
0,0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
1,0
1,1
1,2
1,3
1,4
1,5
1,6
1,7
1,8
0
20
40
60
80
100
120
Aceh
Sumatera Utara Aceh
Sumatera Barat Sumatera Utara
Riau Sumatera Barat
Riau
Jambi
Jambi
Sumatera Selatan
Sumatera Selatan
Bengkulu
Provinsi Konsisten
Bengkulu
Lampung Lampung
Kep. Bangka Belitung Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau Kepulauan Riau
DKI Jakarta DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
Persentase Akreditasi RS
Kalimantan Timur
‐
Kalimantan Selatan
Kalimantan Utara
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Kalimantan Utara Sulawesi Tengah
Sulawesi Utara Sulawesi Selatan
Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara
Sulawesi Selatan Gorontalo
Sulawesi Tenggara Sulawesi Barat
‐ ‐ 1 SD : 73,74
Maluku
‐ + 2 SD : 93,15
‐ + 1 SD : 86,68
‐2 SD : 67,27
Gorontalo
Sulawesi Barat Maluku Utara
Indonesia
‐2SD
‐1SD
+2SD
+1SD
Rata‐Rata
33%
‐33%
Tidak ada data pencilan, Persen akurasi: 100%
Rasio 2020 thd Rata‐Rata
persentase akreditasi rs (data 2020)
4
1/4/2021
1/4/2021
• JUMLAH PENDUDUK YANG MENJADI PESERTA
PENERIMA BANTUAN IURAN (PBI) MELALUI
JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN)/KARTU
INDONESIA SEHAT (KIS)
KELENGKAPAN
Jumlah Kab/Kota
Jumlah dengan Data
No Provinsi %Kelengkapan
Kab/Kota Cakupan
Kepesertaan PBI
1 Aceh 23 23 100
2 Sumatera Utara 33 33 100
3 Sumatera Barat 19 19 100
4 Riau 12 12 100
5 Jambi 11 11 100
6 Sumatera Selatan 17 17 100
7 Bengkulu 10 10 100
8 Lampung 15 15 100
9 Kep. Bangka Belitung 7 7 100
10 Kepulauan Riau 7 7 100
11 DKI Jakarta 6 6 100
12 Jawa Barat 27 27 100
13 Jawa Tengah 35 35 100
14 DI Yogyakarta 5 5 100
15 Jawa Timur 38 38 100
16 Banten 8 8 100
17 Bali 9 9 100
18 Nusa Tenggara Barat 10 10 100
19 Nusa Tenggara Timur 22 22 100
20 Kalimantan Barat 14 14 100
21 Kalimantan Tengah 14 14 100
22 Kalimantan Selatan 13 13 100
23 Kalimantan Timur 10 10 100
24 Kalimantan Utara 5 5 100
25 Sulawesi Utara 15 15 100
26 Sulawesi Tengah 13 13 100
27 Sulawesi Selatan 24 24 100
28 Sulawesi Tenggara 17 17 100
29 Gorontalo 6 6 100
30 Sulawesi Barat 6 6 100
31 Maluku 11 11 100
32 Maluku Utara 10 10 100
33 Papua Barat 13 13 100
34 Papua 29 29 100
Indonesia 514 514 100
5
0,0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
1,0
1,1
1,2
1,3
1,4
1,5
1,6
1,7
1,8
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
‐10000000
‐8000000
‐6000000
‐4000000
‐2000000
0
2000000
4000000
6000000
8000000
10000000
12000000
14000000
16000000
18000000
20000000
Riau
Aceh
Jambi Sumatera Utara
Sumatera Selatan Sumatera Barat
Provinsi Konsisten
Bengkulu Riau
Lampung Jambi
Sumatera Selatan
Kep. Bangka Belitung
Bengkulu
Kepulauan Riau
Lampung
: 33
Akurasi Data
Jawa Barat Kepulauan Riau
‐
Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur Kalimantan Timur
Kalimantan Utara Kalimantan Utara
Sulawesi Utara
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan
Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tenggara Gorontalo
Gorontalo Sulawesi Barat
Maluku
‐ + 1 SD : 7.233.290,57
‐ ‐ 1 SD : ‐1.550.774,93
Papua Barat
‐ + 2 SD : 11.625.323,32
‐2 SD : ‐ 5.942.807,68
Maluku Utara Papua
Papua Barat Indonesia
Papua
Indonesia
Pencilan 3 Provinsi, Akurasi = 91,2%
‐2SD
‐1SD
+2SD
+1SD
Rata‐Rata
33%
‐33%
Rasio 2020 thd Rata‐Rata
cakupan kepesertaan PBI (data 2020)
6
1/4/2021
‐20%
‐10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
Akurasi Data
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Kalimantan Utara
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
‐Rata‐Rata‐1 SD
‐Rata‐Rata‐2 SD
Gorontalo
‐Rata‐Rata + 2 SD
‐Rata‐Rata + 1 SD
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
+ 1 SD : 7.233.290,57
Indonesia
‐ 1 SD : ‐1.550.774,93
+ 2 SD : 11.625.323,32
‐2 SD : ‐ 5.942.807,68
• PERSENTASE PUSKESMAS TANPA DOKTER
+2SD
+1SD
Rata‐Rata
31%
‐15%
19%
‐4%
Persentase puskesmas tanpa dokter (Data 2020)
persentase akreditasi rs (data 2020)
7
1/4/2021
1/4/2021
RESUME PENILAIAN KUALITAS DATA RUTIN
TAHUN 2020
No Indikator Kelengkapan Akurasi Konsistensi Kualitas
Internal
1 Jumlah penduduk yang menjadi 100% 91,2% 97,1% Baik
peserta Penerima Bantuan Iuran
(PBI) melalui Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN)/Kartu Indonesia
Sehat (KIS)
2 Persentase sarana air minum ‐ ‐ ‐ ‐
yang diawasi/diperiksa kualitas
air minumnya sesuai standar
3 Persentase puskesmas tanpa 100% 94,1% ‐ ‐
dokter