Anda di halaman 1dari 58

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …….............................................................................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................................................... ii
IKHTISAR EKSEKUTIF …............................................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ……............................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................................. 1
B. Tugas, Fungsi dan Struktur ...................................................................................................... 1
C. Struktur Organisasi …....…………………………......................................................................... 3
D. Sistematika Laporan ................................................................................................................... 3
BAB II PERENCANAAN KINERJA ............................................................................................................... 5
A. Perencanaan Kinerja ................................................................................................................... 6
B. Perjanjian Kinerja 2020 ............................................................................................................. 9
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ............................................................................................................ 10
A. Capaian Kinerja (5 tahun terakhir) ...................................................................................... 10
B. Analisis Capaian Kinerja 2020 ........................................................................................... 11
C. Sumber Daya/Realisasi Anggaran ....................................................................................... 20
BAB IV KESIMPULAN DAN TINDAK LANJUT ........................................................................................... 26

LAMPIRAN :
 Perjanjian Kinerja Tahun 2020
 Perjanjian Kinerja Tahun 2020 revisi
 Sistem/Aplikasi yang Terintegrasi dengan Aplikasi Satu Data Kesehatan (ASDK) Tahun
2020
 Penilaian Kualitas Indikator Pembangunan Kesehatan Tahun 2020

ii
IKHTISAR EKSEKUTIF

Laporan Kinerja Pusat Data dan Informasi Tahun 2020 merupakan laporan kinerja
tahunan dan bentuk pertanggungjawaban kinerja terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi tahun
anggaran 2020 kepada Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan, dan juga untuk memberikan
informasi kinerja yang telah dan seharusnya tercapai serta sebagai upaya perbaikan untuk
peningkatan kinerja di tahun mendatang.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Pusat Data dan Informasi mempunyai tugas
melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan dan pemantauan evaluasi dan
pelaporan di bidang pengelolaan data dan informasi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Tugas ini sejalan dengan sasaran strategis Kementerian Kesehatan ke-8
yaitu meningkatnya efektifitas pengelolaan penelitian, pengembangan kesehatan dan sistem
informasi kesehatan untuk pengambilan keputusan (Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21
Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024). Dan
ditetapkan dua indikator kinerja kegiatan (IKK) sebagai tolok ukur yaitu (1) jumlah sistem
informasi kesehatan yang terintegrasi dalan Aplikasi Satu Data Kesehatan (ASDK); dan (2)
persentase indikator pembangunan kesehatan yang diukur dengan dengan data rutin.
Pada tahun 2020, capaian indikator “jumlah sistem informasi kesehatan yang terintegrasi
dalan Aplikasi Satu Data Kesehatan (ASDK)” sebesar 100% dari target (target 10 aplikasi,
realisasi 10 aplikasi), dan capaian indikator “persentase indikator pembangunan kesehatan
yang diukur dengan dengan data rutin” sebesar 100% dari target (target 4%, realisasi 4%).
Realisasi anggaran kantor pusat sebesar 97,14%; dekonsentrasi sebesar 73,81% sehingga
realisasi anggaran total sebesar 95,19%. Sejumlah 47,2% ASN di Pusat Data dan Informasi
menduduki jabatan fungsional tertentu, akan lebih ditingkatkan lagi di tahun berikutnya.
Kegiatan pengelolaan data dan informasi kesehatan yang berhasil dicapai pada tahun
2020, yaitu: mempertahankan Sertifikasi ISO 27001:2013 Sistem Manajemen Keamanan
Informasi, dimana di tahun 2020 merupakan tahun ke-8 pelaksanaan Implementasi ISO 27001;
mengupayakan diterbitkannya 2 (dua) Keputusan Menteri Kesehatan, 2 (dua) Surat Edaran
Menteri Kesehatan, 2 (dua) nota kesepahaman, 2 (dua) perjanjian kerjasama di bidang
pengelolaan data dan informasi; terlaksananya pengelolaan sistem dan infrastruktur yang
mendukung pengelolaan data Covid-19; terlaksananya pengembangan sistem dan pengelolaan
teknologi informasi; dan telah dihasilkan berbagai analisis dan penyajian data kesehatan,
diantaranya Profil Kesehatan Indonesia, Infodatin, Bulletin, Infografis Kesehatan dan website
Kementerian Kesehatan juga website Pusat Data dan Informasi
Kendala dan keberhasilan yang telah dicapai pada tahun 2020 akan menjadi
pembelajaran berharga untuk perbaikan di tahun berikutnya dengan cara memanfaatkan secara
optimal segala peluang dan sumber daya yang ada dengan memperhatikan hambatan/kendala
dan permasalahan yang dihadapi selama ini serta ketentuan dan peraturan yang berlaku.

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Good governance merupakan syarat awal bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan
aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita-cita bangsa dan negara. Sehubungan
dengan itu diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang
tepat, jelas, terukur, dan legitimasi sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna, bersih dan
bertanggung jawab serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.
Sehubungan dengan itu, telah diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014
tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Regulasi tersebut
mewajibkan setiap instansi pemerintah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan negara
untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya serta kewenangan
pengelolaan sumber daya dengan didasarkan suatu perencanaan strategis yang ditetapkan
oleh masing-masing instansi. Pertanggungjawaban dimaksud berupa laporan yang
disampaikan kepada atasan masing-masing, lembaga-lembaga pengawasan dan penilai
akuntabilitas, dan akhirnya disampaikan kepada Presiden selaku kepala pemerintahan.
Laporan tersebut menggambarkan kinerja instansi pemerintah yang bersangkutan melalui
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Penyusunan Laporan
Akuntabilitas Kinerja diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Atas dasar tersebut, sebagai bagian dari instansi pemerintah, Pusat Data dan Informasi
sebagai satuan kerja Kementerian Kesehatan yang menggunakan anggaran negara, setiap
tahun wajib menyusun dan menyampaikan Laporan Kinerja kepada Sekretaris Jenderal
Kementerian Kesehatan.
Tujuan penyusunan yaitu untuk memberikan informasi kinerja yang telah dan
seharusnya tercapai serta sebagai upaya yang telah dilakukan selama tahun anggaran dan
sebagai bentuk pertanggungjawaban Kepala Pusat Data dan Informasi kepada Sekretaris
Jenderal Kementerian Kesehatan atas pelaksanaan tugas tahun 2020.

B. Tugas, Fungsi dan Struktur Pusat Data dan Informasi


Memperhatikan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2015 tentang
Kementerian Kesehatan serta Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 64

1
Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Pusat Data dan
Informasi mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan dan
pemantauan evaluasi dan pelaporan di bidang pengelolaan data dan informasi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan tugasnya, Pusat Data dan
Informasi menyelenggarakan fungsi, yaitu 1) penyusunan kebijakan teknis di bidang
pengembangan sistem informasi, pengelolaan teknologi informasi dan pengelolaan data dan
informasi; 2) pelaksanaan di bidang pengembangan sistem informasi, pengelolaan teknologi
informasi dan pengelolaan data dan informasi; 3) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di
bidang pengembangan sistem informasi, pengelolaan teknologi informasi dan pengelolaan
data dan informasi; 4) pelaksanaan administrasi di Pusat. Pusat Data dan Informasi memiliki
tiga bidang dan satu bagian, yaitu Bidang Pengembangan Sistem Informasi, Bidang
Pengelolaan Teknologi Informasi, Bidang Pengelolaan Data dan Informasi dan Bagian Tata
Usaha, serta Kelompok Jabatan Fungsional.
Pada 25 September 2020 terbit Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 Tahun 2020
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Pusat Data dan Informasi
mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan data dan informasi. Dalam melaksanakan
tugasnya, Pusat Data dan Informasi menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
1) penyusunan rencana, program, kegiatan, dan anggaran Pusat;
2) penyusunan kebijakan teknis di bidang perencanaan dan pengembangan sistem dan
teknologi informasi, pengelolaan dan operasional layanan teknologi informasi dan
komunikasi, pengelolaan keamanan informasi dan keberlangsungan sistem, pengelolaan
layanan data dan informasi, dan pengawasan sistem elektronik;
3) pelaksanaan di bidang perencanaan dan pengembangan sistem dan teknologi informasi,
pengelolaan dan operasional layanan teknologi informasi dan komunikasi, pengelolaan
keamanan informasi dan keberlangsungan sistem, pengelolaan layanan data dan
informasi, dan pengawasan sistem elektronik;
4) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang perencanaan dan pengembangan sistem
dan teknologi informasi, pengelolaan dan operasional layanan teknologi informasi dan
komunikasi, pengelolaan keamanan informasi dan keberlangsungan sistem, pengelolaan
layanan data dan informasi, dan pengawasan sistem elektronik;
5) pelaksanaan urusan administrasi Pusat.
Susunan organisasi terdiri atas Subbagian Administrasi Umum dan Kelompok Jabatan
Fungsional.

2
C. Struktur Organisasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, maka struktur organisasi Pusat
Data dan Informasi sebagai berikut:
Gambar 1.1
Struktur Organisasi Pusat Data dan Informasi Tahun 2020

Sumber: Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015

D. Sistematika Laporan
Sistematika penulisan Laporan Kinerja Pusat Data dan Informasi Tahun 2020 sebagai
berikut:
Kata Pengantar
Ikhtisar Eksekutif
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
Menjelaskan latar belakang, tugas, fungsi dan struktur organisasi Pusat Data dan Informasi,
dan sistematika penulisan laporan.
Bab II Perencanaan Kinerja
Menjelaskan perencanaan kinerja, yaitu visi, misi, tujuan, sasaran dan definisi operasional
indikator kinerja kegiatan serta perjanjian kinerja 2020.

3
Bab III Akuntabilitas Kinerja
Menjelaskan capaian kinerja 5 tahun terakhir, analisis keberhasilan/kegagalan pencapaian
indikator kinerja tahun 2020, sumber daya/realisasi anggaran dan analisa atas efisiensi
penggunaan sumber daya tahun 2020.
Bab IV Kesimpulan dan Tindak Lanjut
Menjelaskan kesimpulan atas kinerja tahun 2020 dan tindak lanjut tahun berikutnya.
Lampiran

4
BAB II

PERENCANAAN KINERJA

Pembangunan kesehatan pada hakekatnya merupakan upaya yang dilaksanakan oleh


semua komponen bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya
manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.
Data dan informasi merupakan sumber daya yang sangat strategis dalam pengelolaan
pembangunan kesehatan, yaitu pada proses manajemen, pengambilan keputusan,
kepemerintahan, dan penerapan akuntabilitas. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan, pasal 168 menyatakan bahwa untuk menyelenggarakan upaya kesehatan
yang efektif dan efisien diperlukan informasi kesehatan. Informasi kesehatan dimaksud
dilakukan melalui sistem informasi dan melalui lintas sektor. Informasi kesehatan diartikan
sebagai data kesehatan yang telah diolah atau diproses menjadi bentuk yang mengandung
nilai dan makna yang berguna untuk meningkatkan pengetahuan dalam mendukung
pembangunan kesehatan. Kemudian data dan informasi menjadi acuan dalam proses
manajemen, pengambilan keputusan, perencanaan, dan akuntabilitas.
Tugas dan fungsi Pusat Data dan Informasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 25 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan
melengkapi Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Kesehatan. Fungsi Pusat Data dan Informasi yaitu 1) penyusunan
rencana, program, kegiatan, dan anggaran Pusat; 2) penyusunan kebijakan teknis di bidang
perencanaan dan pengembangan sistem dan teknologi informasi, pengelolaan dan
operasional layanan teknologi informasi dan keberlangsungan sistem, pengelolaan layanan
data dan informasi, dan pengawasan sistem elektronik; 3) pelaksanaan di bidang
perencanaan dan pengembangan sistem dan teknologi informasi, pengelolaan dan
operasional layanan teknologi informasi dan komunikasi, pengelolaan keamanan informasi
dan keberlangsungan sistem, pengelolaan layanan data dan informasi, dan pengawasan
sistem elektronik; 4) pemantauan, evaluasi, dan laporan di bidang perencanaan dan
pengembangan sistem dan teknologi informasi, pengelolaan dan operasional layanan
teknologi informasi dan komunikasi, pengelolaan keamanan informasi dan keberlangsungan
sistem, pengelolaan layanan data dan informasi, dan pengawasan sistem elektronik; 5)
pelaksanaan urusan administrasi Pusat.

5
A. Perencanaan Kinerja
Perencanaan kinerja merupakan salah satu komponen dalam sistem akuntabilitas
kinerja suatu instansi pemerintah yang cukup penting menjadi perhatian. Perencanaan
kinerja menetapkan sasaran kinerja instansi sehingga menjadi arah pelaksanaan program
dan kegiatan instansi. Perencanaan kinerja tingkat kementerian terdapat pada rencana
strategis kementerian yang selanjutnya dijabarkan dalam bentuk rencana aksi program di
tingkat Eselon I dan rencana aksi kegiatan di tingkat Eselon II.
Periode tahun 2020-2024 merupakan tahapan terakhir dari Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 sehingga merupakan periode pembangunan
jangka menengah yang sangat penting dan strategis. Sesuai dengan RPJPN 2005-2025,
sasaran pembangunan jangka menengah 2020-2024 adalah mewujudkan masyarakat
Indinesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di
berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh
berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai bidang yang didukung oleh sumber daya
manusia yang berkualitas dan berdaya saing.
Pemanfaatan teknologi informasi di bidang kesehatan sudah cukup luas, diantaranya
perencanaan kesehatan melalui e-planning, e-budgeting dan e-monev. Sistem informasi yang
dikembangkan dan digunakan untuk menyediakan data kesehatan juga sangat beragam.
Integrase sistem data harus dilakukan untuk menghasilkan data yang valid dan reliable.
Integrasi data JKN dengan SIK serta pemanfaatan data pelayanan BPJS Kesehatan juga harus
dilakukan.
Pada periode 2020-2024 ini, Sistem Informasi Kesehatan (SIK) diarahkan untuk
pemantapanan layanan informasi kesehatan yang lebih cepat, valid, resource sharing;
pemantapan SIK standar berbasis elektronik terintegrasi; dan pemantapan penerapan SIK di
fasilitas kesehatan. Percepatan implementasi standar pelaporan dan sistem informasi
manajemen kesehatan, mengoptimalkan penggunaan inovasi kesehatan digital, optimalisasi
pemanfaatan internet, mengumpulkan data surveilans real-time dan membuat perubahan
bertahap dari pelaporan agregat ke pelaporan individu merupakan investasi jangka panjang
yang harus dilakukan untuk penguatan pelaporan data rutin.
Penguatan SIK dilakukan melalui langkah-langkah prioritas berupa penataan transaksi
data di Fasilitas Pelayanan kesehatan, optimalisasi aliran dan integrasi data, dan peningkatan
pemanfaatan data dan informasi. Penataan data transaksi di fasilitas pelayanan kesehatan
meliputi pengembangan Aplikasi Keluarga Sehat, pembenahan sistem informasi non
elektronik di puskesmas (revisi SP2TP/SP3/SIMPUS), pengembangan dan perluasan
implementasi sistem informasi elektronik di puskesmas (ekspansi SIKDA generik
puskesmas), pengembangan dan perluasan implementasi sistem informasi di RS serta

6
integrasi/interoperabilitas di tingkat data transaksi dalam fasilitas pelayanan kesehatan.
Optimalisasi aliran data meliputi optimalisasi pelaporan data dari kabupaten/kota melalui
Aplikasi Komunikasi Data, pelaporan data dari seluruh entitas sumber data dan
pengembangan bank data kesehatan perlu terus ditingkatkan. Upaya peningkatan
pemanfaatan data dan informasi meliputi peningkatan kualitas data, penguatan analisis data,
penyusunan paket-paket data dan informasi, serta diseminasi dan publikasi data dan
informasi juga perlu terus diperkuat.
Terfragmentasinya sistem informasi kesehatan tersebut, melandasi perlu
dikembangkannya inisiatif Satu Data. Inisiatif ini penting untuk meningkatkan integrasi,
interoperabilitas dan pemanfaatan data pemerintah. Pemanfaatan data pemerintah tidak
terbatas pada penggunaan internal antar instansi, tetapi juga sebagai bentuk pemenuhan
kebutuhan data publik bagi masyarakat. Kebijakan Satu Data ini dilaksanakan dengan strategi
melalui pengembangan satu standar data, satu metadata yang baku dan satu portal.
Untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur sesuai
dengan RPJPN 2005-2025, Presiden terpilih sebagaimana tertuang dalam RPJMN 2020-2024
telah menetapkan Visi Presiden 2020-2024 : “Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat,
Mandiri, dan Berkepribadian, Berlandaskan Gotong Royong”. Untuk melaksanakan visi
Presiden 2020-2024 tersebut, Kementerian Kesehatan menjabarkan visi Presiden di bidang
kesehatan yaitu menciptakan manusia yang sehat, produktif, mandiri, dan berkeadilan.
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif
secara sosial dan ekonomi.
Untuk mewujudkan 9 (Sembilan) Misi Presiden 2020-2024, khususnya Misi pertama
“Peningkatan Kualitas Manusia Indonesia” dan kedua “Penguatan Struktur Ekonomi yang
Produktif, Mandiri dan Berdaya Saing”, Kementerian Kesehatan menyusun 5 (lima) tujuan
strategis. Pusat Data dan Informasi khususnya mendukung tujuan kelima “peningkatan tata
kelola pemerintahan yang baik, bersih dan inovatif” dan sasaran strategis kedelapan
“meningkatnya efektifitas pengelolaan penelitian, pengembangan kesehatan dan sistem
informasi kesehatan untuk pengambilan keputusan” melalui 2 (dua) strategi yaitu 1)
mengembangkan dashboard sistem informasi pembangunan kesehatan yang real time; 2)
meningkatkan integrase, interoperbilitas dan pemanfaatan data hasil penelitian dan data
rutin.
Sasaran dan indikator kinerja kegiatan mengacu pada Renstra Kementerian Kesehatan
Tahun 2020-2024 terdapat pada Tabel 2.1, sedangkan definisi operasional terdapat pada
Tabel 2.2.

7
Tabel 2.1
Sasaran, Indikator dan Target Kinerja Kegiatan
Pusat Data dan Informasi Tahun 2020-2024

Sasaran Satuan Target


Indikator Kinerja
Kegiatan
2020 2021 2022 2023 2024
Meningkatnya 1. Jumlah sistem aplikasi 10 25 45 70 100
pengelolaan informasi
data dan kesehatan yang
informasi terintegrasi dalam
kesehatan Aplikasi Satu Data
Kesehatan (ASDK)
2. Persentase % 4 5 10 20 30
indikator
pembangunan
kesehatan yang
diukur dengan
data rutin
Sumber: Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024

Tabel 2.2
Definisi Operasional Indikator Kinerja Kegiatan
Pusat Data dan Informasi Tahun 2020-2024

Indikator Kinerja Definisi Operasional

1. Jumlah sistem informasi - Suatu sistem informasi dinyatakan telah terintegrasi dalam
kesehatan yang terintegrasi ASDK bila data yang bersumber dari aplikasi sistem informasi
dalam Aplikasi Satu Data tersebut telah disepakati dan terdapat pada ASDK
Kesehatan (ASDK)
- Periode pelaporan indikator tahunan
- Target merupakan angka kumulatif dari tahun sebelumnya

2. Persentase indikator - Indikator pembangunan kesehatan yang berasal dari data


pembangunan kesehatan yang rutin dengan kualitas data baik yang merupakan sumber data
diukur dengan data rutin bagi program dalam memantau capaian kinerja
- Periode pelaporan indikator tahunan
- Target merupakan kumulatif dari tahun sebelumnya

Sumber: Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024

8
B. Perjanjian Kinerja 2020
Sebagai penjabaran dari sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan kesehatan
telah ditetapkan target-target sasaran indikator kinerja yang tertuang di dalam Perjanjian
Kinerja tahun 2020. Perjanjian kinerja berisi tekad dalam rencana kinerja tahunan yang akan
dicapai antara pimpinan instansi pemerintah/unit kerja yang menerima amanah/
tanggungjawab kinerja dengan pihak yang memberikannya dan mempertanggungjawabkan
atas keberhasilan dan kegagalan dalam pencapaian target kinerja. Perjanjian Kinerja (PK)
Pusat Data dan Informasi tahun 2020 yang ditandatangani pada November 2019 mengalami
perubahan menyesuaikan dengan perubahan DIPA, dan PK revisi ditandatangani tanggal 30
Desember 2020, dapat dilihat pada lampiran.

9
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA

A. Capaian Kinerja (5 tahun terakhir)


Capaian kinerja merupakan hasil pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja dilakukan
dengan membandingkan antara kinerja yang dicapai dengan kinerja yang diharapkan.
Indikator dan pengumpulan serta perangkuman data kinerja merupakan hal yang penting
dalam pengukuran kinerja. Indikator kinerja merupakan ukuran keberhasilan yang
menggambarkan terwujudnya kinerja, tercapainya hasil program dan hasil kegiatan.
Pengumpulan dan perangkuman data kinerja memperhatikan indikator kinerja yang
ditetapkan, frekuensi, pengumpulan data, penanggung jawab, mekanisme perhitungan dan
media yang digunakan.
Capaian kinerja memberikan gambaran keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian
tujuan dan sasaran dan berdasarkan data capaian dan kondisi terakhir yang diperoleh,
selanjutnya menjadi dasar perencanaan kegiatan ke depan sehingga dapat lebih berhasil
guna dan berdaya guna. Indikator kinerja kegiatan (IKK) tahun 2015-2019 yaitu (1) jumlah
kabupaten/kota yang melaporkan data kesehatan prioritas; (2) jumlah kabupaten/kota
dengan jaringan komunikasi data untuk pelaksanaan e-kesehatan; (3) jumlah
kabupaten/kota yang melaksanakan pemetaan keluarga sehat; dan (4) jumlah provinsi dan
kabupaten/kota yang menyampaikan laporan capaian SPM. Gambar 3.1, 3.2, 3.3 dan 3.4
memperlihatkan target dan realisasi indikator kinerja tahun 2015 hingga 2019.

Gambar 3.1 Gambar 3.2


Indikator Kinerja Kegiatan 1 Indikator Kinerja Kegiatan 2

500 463 300


412 413 257 258
400 361 359 250 212
317 308 187 206
266 200
300 154
206 150 108
200 154 103
100 51 54
100 50
0 0
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019

Target Realisasi Target Realisasi

Realisasi IKK 1 tahun 2015 dan 2016 mencapai target (206% dan 175,77%) sedangkan
tahun 2017, 2018 dan 2019 tidak mencapai target (86,36%; 87,14% dan 89,20%). Terlihat
capaian IKK 1 terus menurun. Capaian IKK 2 tahun 2017 melebihi target (121,43%), lebih

10
tinggi dari capaian tahun 2016 (105,05%) dan tahun 2015 (105,20%). Capaian tahun 2018
mencapai target (102,09%), begitupula tahun 2019 mencapai target (100,39%).

Gambar 3.3 Gambar 3.4


Indikator Kinerja Kegiatan 3 Indikator Kinerja Kegiatan 4
600 514 514 600
479 502 494
500 500 438 425 458
400 400 386
307 310
300 300
200 Belum 200 Belum

100 menjadi 64 menjadi


0 0 0 0 100 0 0
indikator 0 0
indikator
0 0
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019

Target Realisasi Target Realisasi

Capaian IKK 3 tahun 2017 sebesar 479,69%, tahun 2018 sebesar 93,19% dan tahun
2019 sebesar 97,67%. Target tahun 2018 dan 2019 tidak tercapai. Capaian IKK 4 tahun 2017
sebesar 141,29%, tahun 2018 sebesar 110,11% dan tahun 2019 sebesar 92,71%. Target
tahun 2019 tidak tercapai.
Indikator kinerja kegiatan (IKK) tahun 2020-2024 yaitu (1) jumlah sistem informasi
kesehatan yang terintegrasi dalan Aplikasi Satu Data Kesehatan (ASDK); (2) persentase
indikator pembangunan kesehatan yang diukur dengan dengan data rutin. Pada tahun 2020,
capaian indikator “jumlah sistem informasi kesehatan yang terintegrasi dalan Aplikasi Satu
Data Kesehatan (ASDK)” sebesar 100% dari target (target 10 aplikasi, realisasi 10 aplikasi),
dan capaian indikator “persentase indikator pembangunan kesehatan yang diukur dengan
dengan data rutin” sebesar 100% dari target (target 4%, realisasi 4%).

B. Analisis Capaian Kinerja 2020


Hasil pengukuran dan analisis pencapaian kinerja Pusat Data dan Informasi selama tahun
2020 dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Jumlah Sistem Informasi Kesehatan yang Terintegrasi dalam Aplikasi Satu Data
Kesehatan (ASDK)
Hasil studi evaluasi Sistem Informasi Kesehatan tahun 2019 yang dilaksanakan
Bappenas terdapat beberapa temuan diantaranya 1) di tingkat puskesmas yang ditengarai
menghambat SIK adalah banyaknya sistem yang harus dikelola, sehingga menghabiskan
waktu dan sumber daya manusia untuk melakukannya pada tingkat operasional; 2) di

11
tingkat pusat terdapat ±207 web/aplikasi yang terpasang dan dikelola Kementerian
Kesehatan, dengan indikasi masih terfragmentasi satu sama lain, sehingga konsistensi dan
kualitas data belum dapat terjaga dengan baik.

a. Definisi Operasional Indikator


Merujuk Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2020
tentang Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024, definisi
operasional indikator ini yaitu suatu sistem informasi dinyatakan telah terintegrasi dalam
ASDK bila data yang bersumber dari aplikasi sistem informasi tersebut telah disepakati
dan terdapat pada ASDK. Target pada tahun 2020 yaitu 10 aplikasi.
ASDK adalah sebuah aplikasi datawarehouse untuk mengumpulkan, memvalidasi,
menganalisis dan menampilkan data agregat maupun data transaksi dalam bentuk tabel,
diagram, maupun peta (GIS). Aplikasi ini juga memungkinkan untuk berbagi pakai data
kesehatan pada sistem informasi pelayanan kesehatan (transasksi data individu) dan
sistem informasi pelaporan (transaksi data agregat). Sistem yang terintegrasi dengan
ASDK terdiri atas berbagai macam jenis sistem, antara lain sistem berbasis manual/semi,
sistem berbasis web, maupun sistem berbasis mobile. ASDK dikembangkan oleh Pusat
Data dan Informasi sebagai satu wadah dan pintu masuk dan keluarnya data dan
informasi kesehatan dalam mewujudkan Satu Data Kesehatan.
Mengintegrasikan sistem informasi diharapkan mengurangi kejadian multiple data
entry, memungkinkan berbagipakai data antar sistem informasi, mewujudkan integrasi
data agar data yang dihasilkan dapat diolah menjadi informasi yang dapat mendukung
perencanaan program pembangunan kesehatan nasional.
Tahapan dalam mengintegrasikan sistem informasi yaitu menetapkan data, variabel
serta indikator yang dilengkapi atribut data; membuat Application Programming Interface
(API), memastikan data yang masuk dalam sistem informasi unit sama dengan data di
database ASDK serta memastikan data terkumpul dan tersaji/tersedia sesuai periode data.

b. Analisis Keberhasilan/Kegagalan Pencapaian Indikator


Kondisi Capaian Indikator
Target indikator ini di tahun 2020 yaitu sejumlah 10 aplikasi yang terintegrasi
dalam ASDK. Pada tahun 2020 terdapat 10 aplikasi yang diidentifikasi terdapat pada ASDK
melalui proses integrasi dan data yang disajikan cukup baik sesuai periode data. Aplikasi
tersebut yaitu :
1. Aplikasi SPM (standar pelayanan minimal)
2. Aplikasi Komdat (komunikasi data)

12
3. SIHA (sistem informasi HIV AIDS)
4. PWS Imunisasi (sistem pemantauan wilayah setempat imunisasi)
5. Sistem Informasi Gizi
6. Sistem Informasi Sumber Daya Manusia Kesehatan
7. Sistem Informasi Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
8. Sistem Informasi Direktorat Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga
9. Sistem Informasi Direktorat Penilaian Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga
10. Sistem Informasi Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian

Gambar 3.5 dan 3.6 memperlihatkan tampilan depan dan dashboard ASDK. Tangkapan
layar (screenshoot) data hasil integrasi 10 apikasi lebih detil terdapat pada lampiran.
Sehingga target indikator ini telah memenuhi target (100%).

Gambar 3.5
Tampilan Muka Aplikasi Satu Data Kesehatan

Sumber: https://satudata.kemkes.go.id

13
Gambar 3.6
Tampilan Muka Dashboard Aplikasi Satu Data Kesehatan

Sumber: https://satudata.kemkes.go.id

Hanya data terpilih yang ditampilkan pada Dashboard ASDK untuk dapat diakses secara
terbuka dan dimanfaatkan secara umum dan luas tanpa perlu login. Sedangkan untuk data
lainnya dapat diakses dengan login ke dalam ASDK. Data kesehatan dapat dimanfaatkan
langsung dengan sistem informasi kementerian atau lembaga lain melalui Application
Programming Interface (API).

Hal-hal yang Mempengaruhi Pencapaian Target


Dalam mengintegrasikan suatu aplikasi/sistem informasi bergantung pada koordinasi dan
komunikasi antara unit/satker/fasilitas pelayanan kesehatan dengan Pusat Data dan
Informasi; kelengkapan atribut data; ketersediaan standar pertukaran data atau
Application Programming Interface (API); dan kepatuhan sumber data dalam melaporkan
datanya.

Permasalahan
Target indikator ini tercapai, namun demikian masih ditemui kendala/hambatan yang
dihadapi, yaitu:
1. Dengan adanya kondisi pandemi Covid-19 menyebabkan beberapa kegiatan
pengintegrasian mundur dari waktu yang sudah ditetapkan.

14
2. Anggaran kegiatan pengintegrasian mengalami refocusing atau pengalihan anggaran
untuk penanganan Covid-19.
3. Umumnya pengembangan aplikasi atau sistem informasi di unit/satker menggunakan
jasa pihak ketiga dan tidak dilengkapi dengan API sehingga memerlukan waktu dalam
penyusunan API
4. Masih terdapat ego program/ego sektoral terhadap suatu data yang sama yang
dikumpulkan oleh unit/satker yang berbeda.

Rencana Tindak Lanjut


1. Meningkatkan koordinasi dan komunikasi dengan unit/satker yang mengembangkan
aplikasi/sistem informasi
2. Membuat forum data yang membahas data hasil integrasi aplikasi/sistem informasi
agar dapat dimanfaatkan dalam pengambilan keputusan.

2. Persentase Indikator Pembangunan Kesehatan yang Diukur dengan Data Rutin


Data/informasi diperlukan dalam pengambilan keputusan. Data/informasi yang
dihasilkan akan berkualitas apabila data yang dikumpulkan menggunakan metodologi
yang tepat. Ditinjau dari metode pengumpulan data, terdapat dua metode yaitu: (a)
metode rutin, dan (b) metode non-rutin. Pengumpulan data metode rutin dilakukan secara
terus menerus yang berasal dari kegiatan pengelolaan data harian. Data ini dilaporkan
dari hasil pencatatan kegiatan harian atau rekam medik pasien baik yang berkunjung ke
fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama maupun rujukan serta pencatatan kegiatan
pelayanan kesehatan lainnya. Pengumpulan data metode rutin umumnya dilakukan oleh
petugas unit kesehatan, namun demikian juga dapat dilakukan oleh kader kesehatan yang
melakukan pencatatan kegiatan di Posyandu atau lainnya. Dengan demikian pengumpulan
data secara rutin dapat dilakukan sesuai periode pelaporan, yaitu mingguan, bulanan,
triwulan, semester atau tahunan. Sedangkan pengumpulan data metode non rutin adalah
pengumpulan data sewaktu, yang dilakukan melalui survei, dengan lingkup
kabupaten/kota, provinsi atau nasional yang periodenya bisa tahunan, tiga tahunan atau
lima tahunan.
Kedua metode tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan. Survei misalnya,
membutuhkan biaya yang besar dan tidak diulang dalam periode yang pendek sehingga
sulit untuk menggambarkan tren. Sebaliknya catatan kegiatan rutin mampu
menggambarkan tren dengan periode pendek misalnya bulanan, namun karena kualitas
datanya sangat tergantung pelaksanaan pencatatan di masing-masing unit kerja maka
gambaran tren tidak terpola dengan benar. Idealnya data rutin merupakan backbone

15
(tulang punggung) sumber data. Di negara maju misalnya, vital registration merupakan
catatan yang sangat diandalkan untuk menghitung angka kelahiran, angka kematian dan
angka harapan hidup, sedangkan medical record diandalkan untuk menghitung angka
kesakitan. Perlu upaya yang lebih keras untuk mengembangkan vital registration dan
medical record. Sehingga upaya mencari angka kematian dan angka kesakitan yang
pengumpulannya melalui survei frekuensinya perlu dikurangi.

a. Definisi Operasional Indikator


Merujuk Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2020
tentang Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024, definisi
operasional indikator ini yaitu indikator pembangunan kesehatan yang berasal dari data
rutin dengan kualitas data baik yang merupakan sumber data bagi program dalam
memantau capaian kinerja. Cara perhitungan yaitu jumlah indikator pembangunan
kesehatan yang diukur dengan data rutin dan berkualitas baik (numerator) dibagi jumlah
seluruh indikator pembangunan kesehatan yang diusulkan diukur dengan data rutin
(denominator) dikali 100%. Indikator pembangunan kesehatan sebagai denominator
dipilih dengan kriteria : 1) merupakan indikator RPJMN tahun 2020-2024; 2) indikator
yang saat ini belum bisa diukur dengan data rutin (baik yang belum ada atau data rutin
belum reliable) yang digunakan dalam perencanaan, pelaporan, dan evaluasi oleh unit
program; maka ditetapkan sejumlah 24 indikator pembangunan kesehatan (terlampir).
Target pada tahun 2020 sebesar 4%.
Suatu indikator pembangunan kesehatan dianggap berhasil jika berkualitas baik.
Adapun pengukuran kualitas data mencakup empat komponen, yaitu:
1. Kelengkapan
Definisi : laporan dikirim oleh semua unit yang seharusnya melapor (provinsi atau
kabupaten/kota).
Perhitungan : jumlah unit (provinsi atau kabupaten/kota) yang melaporkan pada
periode tertentu dibagi jumlah unit yang seharusnya melapor pada periode waktu
yang sama (dalam satuan %).
Standar : “kualitas baik” jika ≥80% unit melapor (provinsi atau kabupaten/kota)
2. Akurasi
Definisi : data yang dilaporkan dibandingkan dengan nilai rata-rata setelah
dikeluarkan nilai nol dan data yang hilang.
Standar : “kualitas baik” jika ≥80% data di antara ±2 standar deviasi (SD).
3. Konsistensi internal (antar tahun)

16
Definisi : angka cakupan indikator pembangunan kesehatan tidak mengalami
perubahan sangat tajam dari tahun ke tahun.
Perhitungan : angka cakupan tahun ini dibagi dengan rata-rata cakupan 3 tahun
sebelumnya.
Standar : “kualitas baik” jika ≥80% unit pelapor memiliki rasio cakupan berkisar 0,67
s.d 1,33.
4. Konsistensi eksternal
Definisi : kesesuaian cakupan indikator pembangunan kesehatan dari laporan rutin
dengan cakupan hasil survei.
Standar : “kualitas baik” jika ≥80% unit pelapor memiliki rasio cakupan berkisar 0,67
s.d 1,33.
Komponen penilaian ini tidak selalu dilakukan bila tidak ada pembanding dengan
hasil survei.

b. Analisis Keberhasilan/Kegagalan Pencapaian Indikator


Kondisi Capaian Indikator
Target indikator ini di tahun 2020 yaitu sebesar 4%. Terdapat 1 indikator
pembangunan kesehatan yang tahun 2020 telah memenuhi kriteria baik, yaitu “Jumlah
penduduk yang menjadi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI)”. Matriks komponen
penilaian kualitas indikator terdapat pada lampiran. Sehingga target indikator ini telah
memenuhi target (100%).
Salah satu faktor keberhasilan capaian indikator ini disebabkan keempat indikator
pembangunan kesehatan terpilih merupakan indikator kesehatan yang juga menjadi fokus
pembangunan kesehatan di periode sebelumnya sehingga sistem pencatatan dan
pelaporan lebih tertata dan menghasilkan data yang relatif baik.

Hal-hal yang Mempengaruhi Pencapaian Target


Indikator ini bergantung pada unit pelapor indikator pembangunan kesehatan dalam hal
ini provinsi dan kabupaten/kota. Berbeda dengan data survei, data rutin memerlukan
komitmen dan keaktifan unit pelapor untuk menyampaikan cakupan indikator
pembangunan data rutin. Kegiatan pengelolaan data rutin juga mempengaruhi kualitas
data. Kegiatan pengumpulan, pengisian dan pelaporan data rutin perlu memperhatikan
periodisasi pelaporan data, yang terdiri atas bulanan, triwulanan dan tahunan.
Media pencatatan dan pelaporan juga mempengaruhi kualitas data pada akhirnya,
diupayakan data didapatkan, dicatat dan dilaporkan secara elektronik untuk menjamin
ketepatan waktu dan terjamin ketersediaannya. Untuk melaksanakan seluruh tahapan

17
tersebut sangat diperlukan koordinasi dari berbagai pihak penyedia data rutin yaitu
pengelola data dan informasi dari berbagai program dan lintas sektor serta daerah
(provinsi dan kabupaten/kota).

Permasalahan
Target indikator ini tercapai, namun demikian masih ditemui kendala/hambatan yang
dihadapi, yaitu:
1. Belum semua indikator pembangunan kesehatan dapat dipantau langsung pada sistem
atau database Pusat Data dan Informasi.
2. Terdapat indikator pembangunan kesehatan (RPJMN) yang memerlukan penguatan
dalam pengumpulan datanya karena merupakan indikator baru dan definisi
operasional indikator yang masih perlu disosialisasikan pada pengelola program dan
pengelola data.
3. Masih terdapat fasilitas pelayanan kesehatan yang belum menerapkan sistem
pencatatan dan pelaporan secara elektornik sehingga kecepatan dan ketepatan waktu
masih belum terpenuhi.

Rencana Tindak Lanjut


1. Unit program perlu meningkatkan sosialisasi indikator pembangunan kesehatan yang
menjadi ampuannya kepada unit pelapor (provinsi, kabupaten/kota, fasilitas
pelayanan kesehatan).
2. Meningkatkan anggaran DAK fisik dan non fisik untuk menjamin tersedianya fasilitas
pencatatan dan pelaporan elektronik, juga internet sebagai media yang mempercepat
laporan disampaikan kepada unit di atasnya hingga Kementerian Kesehatan.
3. Meningkatkan koordinasi pengintegrasian sistem pelaporan yang ada ke dalam
database Kementerian Kesehatan sehingga dapat dimanfaatkan dalam pengambilan
keputusan.

18
Selain capaian indikator, kegiatan pengelolaan data dan informasi kesehatan yang berhasil
dicapai pada tahun 2020, yaitu:
1. Mempertahankan Sertifikasi ISO
27001:2013 Sistem Manajemen
Keamanan Sistem Informasi,
dimana di tahun 2020 merupakan
tahun ke-8 pelaksanaan
Implementasi ISO 27001:2013

2. Pusat Data dan Informasi telah mengusulkan atau mengupayakan diterbitkannya


beberapa Keputusan Menteri Kesehatan, Surat Edaran Menteri Kesehatan dan Nota
Kesepahaman serta Perjanjian Kerja Sama, sebagai berikut:
a. Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor HK.02.01/Menkes/214/2020 tentang upaya
penanganan Covid-19 melalui dukungan teknologi informasi dan komunikasi.
b. Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor HK.02.01/Menkes/381/2020 tentang upaya
penguatan data dan informasi dalam percepatan penanganan Covid-19 melalui
sistem informasi All Record tracking Covid-19.
c. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/Menkes/413/2020 tentang
pedoman pencegahan dan pengendalian Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).
d. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/Menkes/288/2020 tentang Data
Pusat Kesehatan Masyarakat per akhir Desember tahun 2019 dan Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/9853/2020 tentang Data Pusat
Kesehatan Masyarakat Terregistrasi Semester I Tahun 2020.
e. Nota Kesepahaman dengan Universitas Gunadarma Nomor HK.03.01/III/2921/2020
dan Nomor 298.1/REK/UG/VIII/2020 tentang Pendidikan, Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat di Bidang Kesehatan.
f. Nota Kesepahaman dengan Universitas Esa Unggul Nomor HK.03.01/III/764/2020
dan Nomor 23/MoU/R/UEU/IX/2020 tentang Pendidikan, Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat di Bidang Kesehatan.

19
g. Perjanjian Kerjasama dengan Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan
Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Nomor
HK.03.01/III/3975/2020 dan 1117/DJPPI/HK.04.02/10/2020 tentang pemanfaatan
teknologi informasi dalam rangka upaya percepatan pencegahan dan pengendalian
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).
h. Perjanjian Kerja Sama dengan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
Nomor 3/PKS/X-XIII.2/12/2020 dan HK.03.01/III/5016/2020 tentang pemanfaatan
data dari sistem informasi kesehatan.

3. Terlaksananya pengelolaan sistem dan infrastruktur yang mendukung pengelolaan


data Covid-19.
4. Terlaksananya pengembangan sistem dan pengelolaan teknologi informasi.
5. Telah dihasilkan berbagai analisis dan penyajian data kesehatan, diantaranya Profil
Kesehatan Indonesia, Infodatin, Bulletin, Infografis Kesehatan dan website
Kementerian Kesehatan juga website Pusat Data dan Informasi.

C. Sumber Daya/Realisasi Anggaran


Dalam mencapai kinerjanya, Pusat Data dan Informasi menggunakan Sumber Daya
Manusia, Sumber Daya Anggaran serta Sumber Daya Sarana dan Prasarana.

1. Sumber Daya Manusia (SDM)


Jumlah SDM di Pusat Data dan Informasi per 31 Desember 2020 berjumlah 88
orang, terdiri atas 72 orang Aparatur Sipil Negara (ASN) dan 16 orang pegawai honorer.
Distribusi ASN menurut golongan kepangkatan sebagian besar berada pada Golongan III
sejumlah 55 orang (76,4%), Golongan IV sejumlah 16 orang (22,2%) dan Golongan II
sejumlah 1 orang (1,4%). Distribusi ASN menurut jenis jabatan, yaitu 36 orang menduduki
jabatan fungsional umum (50%), 2 orang menduduki jabatan struktural (sesuai
Permenkes Nomor 25 tahun 2020) dan 34 orang menduduki jabatan fungsional tertentu
(47,2%). Tahun 2020 jumlah pegawai yang menjabat fungsional tertentu meningkat
dengan dilaksanakan inpassing. Lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 3.2 dan 3.3.

20
Tabel 3.1
Distribusi ASN Pusat Data dan Informasi
Menurut Golongan Kepangkatan Tahun 2020

No Golongan Kepangkatan Jumlah Persentase


1. Golongan II 1 1,4
2. Golongan III 55 76,4
3. Golongan IV 16 22,2
Jumlah 72 100
Sumber: Bagian Tata Usaha, Pusdatin, 2020

Tabel 3.2
Distribusi ASN Pusat Data dan Informasi
Menurut Jabatan Fungsional Tertentu Tahun 2020

No Jenis Jabatan Jumlah


1 Pranata Komputer Ahli Madya 3
2. Statistisi Ahli Madya 1
3. Pranata Komputer Ahli Muda 12
4. Statistisi Ahli Muda 5
5. Epidemilog Kesehatan Ahli Muda 1
6. Pranata Humas Ahli Muda 1
7. Analis Anggaran Ahli Muda 1
8. Analis Pengelolaan Keuangan APBN Ahli Muda 1
9. Analis Kepegawaian Ahli Muda 1
10. Pranata Komputer Ahli Pertama 4
11. Statistisi Ahli Pertama 2
12. Analis Kepegawaian Ahli Pertama 1
13. Arsiparis Ahli Pertama 1
Jumlah 34
Sumber: Bagian Tata Usaha, Pusdatin, 2020

Menurut tingkat pendidikan, 51,4% ASN berpendidikan pasca sarjana; 44,4%


sarjana strata-1, dan 4,02% berpendidikan SMA. Jenis kemampuan/bidang keahlian
pegawai Pusat Data dan Informasi didominasi keahlian statistik, manajemen informatika
dan sistem informasi, teknik informatika dan teknik komputer, informatika kesehatan,
ilmu komputer dan epidemiologi. Kondisi ini sejalan dengan kebutuhan sumber daya
manusia SIK. Gambar 3.7 memperlihatkan distribusi pegawai menurut tingkat pendidikan.

21
Gambar 3.7
Distribusi ASN Pusat Data dan Informasi
Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2020

SMA
4%

Pasca
Sarjana S1 Sarjana
45% 51%

Sumber: Bagian Tata Usaha, Pusdatin, 2020

Selain ASN, Pusat Data dan Informasi juga memiliki tenaga honorer sebanyak 16 orang
yang terdiri dari 15 orang pramubakti dan 1 orang pengemudi, dengan distribusi tingkat
pendidikan 8 orang Diploma III, 2 orang sarjana strata-1dan 5 orang SLTA.
SDM di Pusat Data dan Informasi cukup dapat diandalkan dan memadai namun
masih perlu peningkatan kualitas melalui pelatihan-pelatihan dan diarahkan menjadi
jabatan fungsional tertentu, sehingga diharapkan akan lebih berdaya guna.

2. Sumber Daya Anggaran


Dalam melaksanakan program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas
Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan, alokasi anggaran yang dimiliki Pusat Data dan
Informasi pada awal tahun 2020 sejumlah Rp. 78.787.822.000,- (APBN). Selama tahun
2020 terdapat dua kali perubahan pagu anggaran yaitu adanya efisiensi anggaran untuk
penanganan pandemi Covid-19 sebesar Rp. 28.879.148.000,-; kemudian adanya
penambahan anggaran refocusing dari Pusat Kesehatan Haji sebesar Rp. 2.080.000.000,-
sehingga anggaran akhir Pusdatin sebesar Rp 51.988.674.000,-. Kegiatan pengelolaan
data dan informasi kesehatan juga didukung dengan dana dekonsentrasi yang pada
awalnya sebesar Rp. 9.865.203.000 dan dilakukan efisiensi untuk penanganan pandemi
Covid-19 sebesar Rp. 5.100.021.000,- sehingga pagu akhir dana dekonsentrasi sebesar Rp
4.765.182.000,-

22
Gambar 3.8
Perbandingan Alokasi dan Realisasi Anggaran Tahun 2020

60.000.000.000

50.000.000.000

40.000.000.000
Rupiah

30.000.000.000

20.000.000.000

10.000.000.000

-
Total Kantor Pusat Dekon
Anggaran 56.753.856.000 51.988.674.000 4.765.182.000
Realisasi 54.022.357.705 50.505.082.131 3.517.275.574

Sumber: Bagian Tata Usaha, Pusdatin, & Monev DJA 2020

Realisasi penggunaan anggaran seluruh sumber anggaran tahun 2020 sebesar Rp.
54.022.357.705,- atau sebesar 95,19%. Perbandingan jumlah alokasi dan realisasi
anggaran tahun 2020 menurut sumber dana dapat dilihat pada Gambar 3.8. Realisasi
penggunaan dana dekonsentrasi tahun 2020 sebesar Rp. 3.517.275.574,- atau sebesar
73,81%. Pada tahun 2020 Pusat Data dan Informasi juga mendapatkan dana hibah WHO
berupa hibah jasa sejumlah Rp. 324.168.599,- Pada Gambar 3.9 memperlihatkan
penggunaan dana dekonsentrasi oleh 34 provinsi per 31 Desember 2020. Sejumlah 22
provinsi menggunakan dana lebih dari 80%, selebihnya menggunakan dana kurang dari
80%. Terdapat 3 (tiga) provinsi yang merealisasikan anggaran dekonsentrasi kurang dari
10% (hal ini dikarenakan kondisi pandemi sehingga penyelenggaraan kegiatan tidak
dapat dilaksanakan maksimal.

23
Gambar 3.9
Persentase Penggunaan Dana Dekonsentrasi
Kegiatan Pengelolaan Data dan Informasi Kesehatan
Menurut Provinsi Tahun Anggaran 2020

Sumber: Bagian Tata Usaha, Pusdatin, & Aplikasi SERAP, 2020

3. Sumber Daya Sarana Dan Prasarana


Sumber daya sarana dan prasarana yang ada dan digunakan di Pusat Data dan
Informasi sampai dengan 30 Juni 2020 bernilai Rp. 63.798.175.483,-. Rincian sumber daya
sarana dan prasarana dapat dilihat pada Tabel 3.3.

24
Tabel 3.3
Sumber Daya Sarana dan Prasarana
Pusat Data dan Informasi Tahun 2020

No Uraian Kuantitas Nilai

I ASET LANCAR
1. Persediaan Rp. 241.286.296,-
2. Bahan Persediaan Lainnya untuk -
Dijual/Diserahkan kepada Masyarakat
Sub Jumlah (1) Rp. 241.286.296,-
II ASET TETAP
1. Peralatan dan Mesin 3.544 Rp. 118.873.183.720,-
2. Aset Tetap Lainnya -
3. Akumulasi Penyusutan Peralatan dan Mesin (-) Rp. 71.819.495.342,-
Sub Jumlah (2) Rp. 47.053.688.378,-
III ASET LAINNYA
1. Software 1.170 Rp. 24.447.708.517,-
2. Aset Lain-lain 1.787 Rp. 16.754.555.856,-
3. Akumulasi Amortisasi Software (-) Rp. 14.582.672.419,-
4. Akumulasi Penyusutan atas Aset Lainnya (-) Rp. 10.116.391.145,-
Sub Jumlah (3) Rp. 16.503.200.809,-
Total Rp. 63.798.175.483,-
Sumber : Bagian Tata Usaha, Pusdatin, Tahun 2020

Efisiensi pengggunaan sumber daya


Dalam mencapai target indikator kinerja kegiatan Pusat Data dan Informasi juga tetap
memperhatikan efisiensi sumber daya, antara lain :
1. adanya efisiensi anggaran untuk penanganan covid-19 sebesar Rp 28.879.148.000;
2. pengurangan belanja perjalanan dinas yang diperuntukkan untuk pertemuan/rapat
dan memanfaatkan teknologi informasi seperti penggunaan aplikasi meeting online
untuk dalam melakukan koordinasi dengan satker/unit maupun lintas sektor terkait.
Sumber daya sarana dan prasarana yang ada dan digunakan di Pusat Data dan Informasi
tahun 2020 cukup memadai dalam melaksanakan upaya pencapaian indikator kinerja.

25
BAB IV
KESIMPULAN DAN TINDAK LANJUT

A. Kesimpulan
1. Sasaran kegiatan Pusat Data dan Informasi melalui indikator kinerja kegiatan yang
telah ditetapkan pada Perencanaan Kinerja 2020 seluruhnya tercapai 100%.
2. Alokasi anggaran Kantor Pusat (KP) Pusat Data dan Informasi pada awal tahun 2020
sejumlah Rp. 78.787.822.000,- (APBN) dan terdapat efisiensi anggaran untuk
penanganan pandemi Covid-19 sebesar Rp. 28.879.148.000,- dan penambahan
anggaran refocusing dari Pusat Kesehatan Haji sebesar Rp. 2.080.000.000,- sehingga
anggaran akhir tahun sebesar Rp 51.988.674.000,- dengan realisasi sebesar Rp.
50.505.082.131,- (97,15%).
3. Upaya yang telah dilakukan yang didukung sumber daya, cukup mampu untuk
mencapat target indikator kinerja kegiatan.

B. Tindak Lanjut
1. Indikator kinerja kegiatan Pusat Data dan Informasi sangat bergantung pada proses
koordinasi dan komunikasi dengan unit/satker pengampu data dan sistem
informasi. Perlu upaya intesif agar koordinasi berjalan dengan baik.
2. Perlu dilakukan pertemuan koordinasi baik daring maupun luring membahas
pengintegrasian sistem informasi, kualitas data, dan pemanfaatan data.

Diharapkan di tahun-tahun berikutnya prestasi yang telah diraih dapat terus


ditingkatkan dengan memanfaatkan secara optimal segala peluang dan sumber daya
yang ada dengan memperhatikan hambatan/kendala dan permasalahan yang dihadapi
selama ini serta ketentuan dan peraturan yang berlaku.

_______________

26
LAMPIRAN

27
.3 KEAAENTERIAN
KESEHATAN
REPUELIK
INOONESIA

SEKRETARIAT JENDERAL

PUSAT DATA DAN INFORMASI

PEzuANJIAN KINEzuA TAHUN 2O2O

Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif,


transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda
tangan di bawah ini.

Nama : Dr. drh. Didik Budijanto, M.Kes


Jabatan : Kepala Pusat Data dan Informasi

Selanjutnya disebut pihak pertama

Nama : drg. Oscar Primadi, MPH


Jabatan : Sekretaris Jenderal

Selaku atasan pihak pertama, selanjutnya disebut pihak kedua

Pihak pertama berjanji akan mewrrjudkan target kinerja yang seharusnya


sesuai lampiran perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kine{a jangka
menengah seperti yang telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan.
Keberhasilan dan kegagdan pencapaian tatget kine1,a tersebut menjadi
tanggung jawab kami.

Pihak kedua akan melakukan supervisi yang diperlukan serta akan


melakukan evaluasi terhadap capaian kinerja dari perjanjian dan mengambil
tindakan yang diperlukan dalam rangka pemberian penghargaan dan sanksi.

Jakarta, November 2019

Pihak kedua, Pihak Pertama,

rg Oscar Primadi, Dr. drh. Didik Budijanto, Kes


NIP. 196 1 1020198803 10 13 NrP. I 9620420 198903 1 004
PERJANJIAN KINERJA

Unit Organisasi Eselon II : Pusat Data dan Informasi


Tahun : 2O2O

No. Sasaran Indikator Kiner-ia Target


(1) (21 (3) (4)
1 Meningkatnya 1. Jumlah sistem informasi 10
pengelolaan data dan kesehatan yang terintegrasi
informasi kesehatan dalam Aplikasi Satu Data
Kesehatan

2. Persentase indikator 50
pembangunan kesehatan
yang diukur dengan data
rutin

Kegiatan Anggaran
Pengelolaan data dan infomasi kesehatan Rp. 78.787 .822.OOO,-

Jakarta, November 2Ol9


Sekretaris Jenderal Kepala Pusat Data Informasi

Oscar Primadi, MPH Dr. drh. Didik Budijanto, M.Kes


NrP. 196 1 1020 198803 10 13 NrP. 1 96204201 98903 1004
.3 KEAAENTERIAN
KESEHATAN
REPUBUK
INDONESIA

SEKRETARIAT ]ENDERAL

PUSAT DATA DAN INFORMASI

PERIANIIAN KINER]A TAHUN 2O2O

Dalam rangka mewuiudkan manajemen pemerintahan yang efektif,


transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda
tangan di bawah ini.

Nama dr. Anas Ma'ruf, MKM


Jabatan Kepala Pusat Data dan Informasi

Selanjutnya disebut pihak pertama

Nama drg. Oscar Primadi, MPH


J abatan Sekretaris J enderal

Selaku atasan pihak pertama, selanjutnya disebut pihak kedua

Pihak pertama berjanii akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya


sesuai iampiran perianjian ini, dalam rangka mencapai target kineria iangka
menengah seperti yang telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan'
Keberhisilan dan kegagalan pencapaian target kineda tersebut meniadi
tanggung jawab kami.
pihak kedua akan melakukan supervisi yang diperlukan serta akan
melakukan evaluasi terhadap capaian kinerja dari perianjian dan mengambil
tindakan yang diperlukan dalam rangka pemberian penghargaan dan sanksi.
Jakarta, Desember 2020

Pihak kedua, Pihak Pertama,


__-j{r
Oscar Primadi, MPH dr. Anas Ma'ruf. MKM
196r 10201988031013 NrP r 97005202002 12 1 003
PER]ANIIAN KINERIA

Unit Organisasi Eselon II : Pusat Data dan Informasi


Tahun :2020

No. Sasaran Indikator Kineria Tarqet


(1) (2) (3) (4)
1 Meningkatnya l. J umlah sistem informasi 10
pengelolaan data dan kesehatan yang terintegrasi
informasi kesehatan dalam Aplikasi Satu Data
Kesehatan

2. Persentase indikator 4
pembangunan kesehatan
yang diukur dengan data
rutin

Kegiatan Anggaran
Pengelolaan data dan infomasi kesehatan Rp.51.988.674.000.-

Iakarta, Desember 2020


Sekretaris J enderal Kepala Pusat Data dan Informasi

drg. Oscar Primadi, MPH


NIP 1961 10201988031013
=+
dr. Anas Ma'ruf. MKM
NrP I 9700s202002121 oo3
DATA DUKUNG

SISTEM/APLIKASI YANG TERINTEGRASI DENGAN APLIKASI SATU DATA KESEHATAN (ASDK)


TAHUN 2020

1. Aplikasi SPM (Standar Pelayanan Minimal)


2. Aplikasi KOMDAT
3. SIHA (Sistem Informasi HIV AIDS)
4. PWS Imunisasi
5. Sistem Informasi Gizi
6. Sistem Informasi Sumber Daya Manusia Kesehatan
7. Sistem Informasi Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
8. Sistem Informasi Direktorat Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
9. Sistem Informasi Direktorat Penilaian Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
1/4/2021

Penilaian
Kualitas Data Rutin
TAHUN 2020

No No  Indikator RPJMN
Indikator Indikator 
Pembangunan  1 2 Jumlah penduduk yang menjadi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) 
melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS)
Kesehatan yang  2 16 Persentase rumah sakit terakreditasi
3 75 Persentase sarana air minum yang diawasi/diperiksa kualitas air minumnya 
diusulkan sesuai standar
4 97 Persentase puskesmas tanpa dokter
diukur dengan 5 74 Persentase desa/kelurahan dengan Stop Buang air besar Sembarangan 
data rutin 6 99
(SBS)
Persentase RSUD kabupaten/kota yang memiliki 4 dokter spesialis dasar 
(denominator) dan 3 dokter spesialis lainnya
7 19 Persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan
8 10 Jumlah kabupaten/kota yang mencapai eliminasi malaria
9 33 Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI eksklusif
10 41 Persentase angka keberhasilan pengobatan TBC (TBC Success Rate)
11 20 Cakupan kunjungan antenatal (persen)
12 21 Cakupan kunjungan neonatal (persen) 
13 25 Persentase bayi usia 0‐11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap
14 12 Persentase merokok penduduk usia 10‐18 tahun
15 14 Persentase tekanan darah tinggi
16 34 Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK)
17 6 Prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) pada balita (persen)
18 7 Prevalensi wasting (kurus dan sangat kurus) pada balita (persen)
19 8 Insidensi HIV (per 1.000 penduduk yang tidak terinfeksi HIV)
20 30 Jumlah RS dengan kemampuan melaksanakan operasi sectio sesarea 
darurat dalam waktu ≤ 30 menit
21 9 Insidensi tuberkulosis (per 100.000 penduduk)
22 3 Angka kematian ibu (AKI) (per 100.000 kelahiran hidup)
23 4 Angka kematian bayi (AKB) (per 1.000 kelahiran hidup)
24 5 Angka kematian neonatal (per 1.000 kelahiran hidup)

1
1/4/2021

Ruang Lingkup
• Dilakukan penilaian terhadap indikator:
1. Jumlah penduduk yang menjadi peserta Penerima
Bantuan Iuran (PBI) melalui Jaminan Kesehatan 
Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS)
2. Persentase sarana air minum yang 
diawasi/diperiksa kualitas air minumnya sesuai
standar
3. Persentase puskesmas tanpa dokter

• Sumber : Data Program
• Parameter penilaian : Kelengkapan, Akurasi dan 
Konsistensi Internal

Metode
• Kelengkapan: menilai kelengkapan dari keterisian
data per Provinsi berdasarkan data pada level 
Kabupaten/Kota
• Akurasi : menilai ada tidaknya nilai pencilan
berdasarkan standar deviasi (‐1 SD sampai + 2 SD)
• Konsistensi internal (antar tahun): membandingkan
data indikator dengan rata‐rata data indikator yang
sama pada 3 tahun terakhir. Konsistensi dikatakan
baik jika rasio berkisar antara 0,67 s/d 1,33

2
1/4/2021

• PERSENTASE AKREDITASI RUMAH SAKIT

KELENGKAPAN
Jumlah Kab/Kota 
Jumlah 
No Provinsi dengan RS  %Kelengkapan
Kab/Kota
Terakreditasi
1 Aceh 23 23 100
2 Sumatera Utara 33 33 100
3 Sumatera Barat 19 19 100
4 Riau 12 12 100
5 Jambi 11 11 100
6 Sumatera Selatan 17 17 100
7 Bengkulu 10 10 100
8 Lampung 15 15 100
9 Kep. Bangka Belitung 7 7 100
10 Kepulauan Riau 7 7 100
11 DKI Jakarta 6 6 100
12 Jawa Barat 27 27 100
13 Jawa Tengah 35 35 100
14 DI Yogyakarta 5 5 100
15 Jawa Timur 38 38 100
16 Banten 8 8 100
17 Bali 9 9 100
18 Nusa Tenggara Barat 10 10 100
19 Nusa Tenggara Timur 22 22 100
20 Kalimantan Barat 14 14 100
21 Kalimantan Tengah 14 14 100
22 Kalimantan Selatan 13 13 100
23 Kalimantan Timur 10 10 100
24 Kalimantan Utara 5 5 100
25 Sulawesi Utara 15 15 100
26 Sulawesi Tengah 13 13 100
27 Sulawesi Selatan 24 24 100
28 Sulawesi Tenggara 17 17 100
29 Gorontalo 6 6 100
30 Sulawesi Barat 6 6 100
31 Maluku 11 11 100
32 Maluku Utara 10 10 100
33 Papua Barat 13 13 100
34 Papua 29 29 100
Indonesia 514 514 100

3
0,0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
1,0
1,1
1,2
1,3
1,4
1,5
1,6
1,7
1,8
0
20
40
60
80
100
120
Aceh
Sumatera Utara Aceh
Sumatera Barat Sumatera Utara
Riau Sumatera Barat
Riau
Jambi
Jambi
Sumatera Selatan
Sumatera Selatan
Bengkulu

Provinsi Konsisten
Bengkulu
Lampung Lampung
Kep. Bangka Belitung Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau Kepulauan Riau
DKI Jakarta DKI Jakarta

Provinsi Tidak Konsisten : 0


: 34
Jawa Barat
Akurasi Data 

Jawa Barat
Jawa Tengah

Persentase Konsistensi : 100%


Jawa Tengah
DI Yogyakarta
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Jawa Timur
Banten
Banten Bali
Bali Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat
Kalimantan Barat Kalimantan Tengah
Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan

Persentase Akreditasi RS
Kalimantan Timur


Kalimantan Selatan
Kalimantan Utara
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Kalimantan Utara Sulawesi Tengah
Sulawesi Utara Sulawesi Selatan
Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara
Sulawesi Selatan Gorontalo
Sulawesi Tenggara Sulawesi Barat
‐ ‐ 1 SD : 73,74

Maluku
‐ + 2 SD : 93,15
‐ + 1 SD : 86,68
‐2 SD : 67,27
Gorontalo
Sulawesi Barat Maluku Utara

Konsistensi Internal (Antar Tahun)


Papua Barat
Maluku
Papua
Maluku Utara
Indonesia
Papua Barat
Papua
Persentase RS Terakreditasi (Data 2020)

Indonesia
‐2SD
‐1SD

+2SD
+1SD

Rata‐Rata

33%
‐33%
Tidak ada data pencilan, Persen akurasi: 100%

Rasio 2020 thd Rata‐Rata
persentase akreditasi rs (data 2020)

4
1/4/2021
1/4/2021

• JUMLAH PENDUDUK YANG MENJADI PESERTA 
PENERIMA BANTUAN IURAN (PBI) MELALUI 
JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN)/KARTU 
INDONESIA SEHAT (KIS)

KELENGKAPAN
Jumlah Kab/Kota 
Jumlah  dengan Data 
No Provinsi %Kelengkapan
Kab/Kota Cakupan 
Kepesertaan PBI
1 Aceh 23 23 100
2 Sumatera Utara 33 33 100
3 Sumatera Barat 19 19 100
4 Riau 12 12 100
5 Jambi 11 11 100
6 Sumatera Selatan 17 17 100
7 Bengkulu 10 10 100
8 Lampung 15 15 100
9 Kep. Bangka Belitung 7 7 100
10 Kepulauan Riau 7 7 100
11 DKI Jakarta 6 6 100
12 Jawa Barat 27 27 100
13 Jawa Tengah 35 35 100
14 DI Yogyakarta 5 5 100
15 Jawa Timur 38 38 100
16 Banten 8 8 100
17 Bali 9 9 100
18 Nusa Tenggara Barat 10 10 100
19 Nusa Tenggara Timur 22 22 100
20 Kalimantan Barat 14 14 100
21 Kalimantan Tengah 14 14 100
22 Kalimantan Selatan 13 13 100
23 Kalimantan Timur 10 10 100
24 Kalimantan Utara 5 5 100
25 Sulawesi Utara 15 15 100
26 Sulawesi Tengah 13 13 100
27 Sulawesi Selatan 24 24 100
28 Sulawesi Tenggara 17 17 100
29 Gorontalo 6 6 100
30 Sulawesi Barat 6 6 100
31 Maluku 11 11 100
32 Maluku Utara 10 10 100
33 Papua Barat 13 13 100
34 Papua 29 29 100
Indonesia 514 514 100

5
0,0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
1,0
1,1
1,2
1,3
1,4
1,5
1,6
1,7
1,8
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat

‐10000000
‐8000000
‐6000000
‐4000000
‐2000000
0
2000000
4000000
6000000
8000000
10000000
12000000
14000000
16000000
18000000
20000000

Riau
Aceh
Jambi Sumatera Utara
Sumatera Selatan Sumatera Barat

Provinsi Konsisten
Bengkulu Riau
Lampung Jambi
Sumatera Selatan
Kep. Bangka Belitung
Bengkulu
Kepulauan Riau
Lampung

Provinsi Tidak Konsisten : 1


DKI Jakarta Kep. Bangka Belitung

: 33
Akurasi Data 

Jawa Barat Kepulauan Riau

Persentase Konsistensi : 97,1%


Jawa Tengah DKI Jakarta
Jawa Barat
DI Yogyakarta
Jawa Tengah
Jawa Timur
DI Yogyakarta
Banten Jawa Timur
Bali Banten
Nusa Tenggara Barat Bali
Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Barat

Jumlah Kepesertaan PBI


Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah


Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur Kalimantan Timur
Kalimantan Utara Kalimantan Utara
Sulawesi Utara
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan
Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tenggara Gorontalo
Gorontalo Sulawesi Barat

Konsistensi Internal (Antar Tahun)


Maluku
Sulawesi Barat
Maluku Utara
Jumlah Kepesertaan PBI (Data 2020)

Maluku
‐ + 1 SD : 7.233.290,57
‐ ‐ 1 SD : ‐1.550.774,93

Papua Barat
‐ + 2 SD : 11.625.323,32
‐2 SD : ‐ 5.942.807,68

Maluku Utara Papua
Papua Barat Indonesia
Papua
Indonesia
Pencilan 3 Provinsi, Akurasi = 91,2%
‐2SD
‐1SD

+2SD
+1SD

Rata‐Rata

33%
‐33%
Rasio 2020 thd Rata‐Rata
cakupan kepesertaan PBI (data 2020)

6
1/4/2021
‐20%
‐10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau

Akurasi Data 
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Kalimantan Utara
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara

‐Rata‐Rata‐1 SD

‐Rata‐Rata‐2 SD
Gorontalo

‐Rata‐Rata + 2 SD
‐Rata‐Rata + 1 SD
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua

+ 1 SD : 7.233.290,57
Indonesia

‐ 1 SD : ‐1.550.774,93

+ 2 SD : 11.625.323,32
‐2 SD : ‐ 5.942.807,68
• PERSENTASE PUSKESMAS TANPA DOKTER

Pencilan 3 Provinsi, Akurasi = 94,1%


‐2SD
‐1SD

+2SD
+1SD

Rata‐Rata

31%
‐15%
19%
‐4%
Persentase puskesmas tanpa dokter (Data 2020)

persentase akreditasi rs (data 2020)

7
1/4/2021
1/4/2021

RESUME PENILAIAN KUALITAS DATA RUTIN
TAHUN 2020
No Indikator Kelengkapan Akurasi Konsistensi Kualitas
Internal 
1 Jumlah penduduk yang menjadi 100% 91,2% 97,1% Baik
peserta Penerima Bantuan Iuran
(PBI) melalui Jaminan Kesehatan 
Nasional (JKN)/Kartu Indonesia 
Sehat (KIS)
2 Persentase sarana air minum ‐ ‐ ‐ ‐
yang diawasi/diperiksa kualitas
air minumnya sesuai standar
3 Persentase puskesmas tanpa 100% 94,1% ‐ ‐
dokter

Anda mungkin juga menyukai