BANK INDONESIA
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM
Telepon : (021) 3818043 Fax: (021) 3518951, Email : tbtlkm@bi.go.id
DAFTAR ISI
1. Pendahuluan................................................................ 2
a. Latar Belakang ...................................................................................................... 2
b. Tujuan ..................................................................................................................... 7
2. Kemitraan Terpadu ........................................................ 9
a. Organisasi .............................................................................................................. 9
b. Pola Kerjasama ................................................................................................... 11
c. Penyiapan Proyek .............................................................................................. 12
d. Mekanisme Proyek ............................................................................................. 13
3. Aspek Pemasaran ......................................................... 16
a. Peluang Pasar ...................................................................................................... 16
b. Analisa Pasar ....................................................................................................... 16
c. Bentuk Pasar........................................................................................................ 16
d. Mekanisme Harga............................................................................................... 17
e. Kesinambungan Pasar ....................................................................................... 18
f. Daerah Pemasaran .............................................................................................. 19
4. Aspek Produksi............................................................ 20
a. Kesesuaian Lahan............................................................................................... 20
b. Pengadaan Bibit .................................................................................................. 21
c. Pembukaan Lahan .............................................................................................. 21
d. Penanaman .......................................................................................................... 22
e. Pemeliharaan ....................................................................................................... 23
f. Hama dan Penyakit ............................................................................................. 25
g. Rencana Produksi ............................................................................................... 27
h. Panen & Pasca Panen ........................................................................................ 27
5. Aspek Keuangan .......................................................... 31
a. Modal Kerja .......................................................................................................... 31
b. Struktur Permodalan ......................................................................................... 32
c. Penjaminan Kredit .............................................................................................. 32
d. Analisa Keuangan ............................................................................................... 33
e. Pendapatan Tambahan ..................................................................................... 34
f. Hasil Analisis Finansial ....................................................................................... 35
6. Aspek Sosial Ekonomi dan Dampak Lingkungan..................... 37
a. Aspek Sosial Ekonomi ....................................................................................... 37
b. Dampak Lingkungan .......................................................................................... 39
7. Kesimpulan ................................................................ 40
LAMPIRAN .................................................................... 42
a. Latar Belakang
Alternatif kedua apabila produk di ekspor dalam bentuk setengah jadi, maka
pada pengembangannya dapat dikembangkan secara semi modern, dimana
Perusahaan Inti berfungsi sebagai penampung hasil produksi petani, yang
telah mengolah pelepah pisang abaca menjadi serat yang diproses secara
semi-modern (nilai tambah sebagian terbagi pada pihak plasma).
Dalam ketetapan MPR Nomor XVI Tahun 1988 tentang Politik Ekonomi Dalam
Rangka Demokrasi Ekonomi menyatakan bahwa ekonomi nasional di arahkan
untuk menciptakan struktur ekonomi nasional dengan mewujudkan
pengusaha menengah dan kecil yang kuat (jumlah besar) serta terbentuknya
kemitraan yang saling menguntungkan antara pelaku ekonomi dan saling
memperkuat untuk mewujudkan ekonomi dan efisiensi nasional yang
berdaya saing tinggi.
Berkenaan dengan hal ini, koperasi usaha kecil dan menengah sebagai pilar
utama ekonomi nasional harus memperoleh kesempatan utama, dukungan,
perlindungan dan pengembangan seluas-luasnya sebagai wujud nyata
Kasus tersebut merupakan pelajaran yang sangat berharga bagi kita semua
bahwa dengan pengelolaan ekonomi yang kurang trasparan dan kurang
menciptakan tumbuhnya partisipasi rakyat banyak, hanya akan melahirkan
ketimpangan-ketimpangan dalam penguasaan aset nasional oleh grup-grup
bisnis berskala besar, yang telah terbukti sangat rentan terhadap gangguan
lingkungan dunia bisnis yang makin terbukti dan liberal.
Dengan kata lain, rakyat banyak menjadi pemilik, pengelola dan pengguna
utama kekayaan dan aset ekonomi nasional (Tap MPR XVI / 1998, Pasal 5).
Sesuai arahan GBHN dan PERTANIAN dalam arti luas perlu teruas di
kembangkan agar semakin maju dan efisien, dan diarahkan untuk
meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi serta keanekaragaman hasil
pertanian melalui usaha diversifikasi, intensifikasi dan rehabilitasi pertanian
dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memenuhi
kebutuhan pangan dan gizi serta kebutuhan bahan baku industri. Industri
pertanian harus di dorong perkembangannya sehingga mampu
memanfaatkan peluang pasar dalam dan luar negeri, memperluas
kesempatan usaha dan lapangan kerja.
1. Permasalahan
Sekalipun pisang abaca ini mempunyai prospek permintaan yang baik, tetapi
sektor budidaya dalam skala usaha kecil masih menghadapi berbagai
masalah atau kendala. Permasalahan/kendala utama yang dapatt
menyebabkan bisnis usaha kecil budidaya pisang abaca masih sering
menghadapi resiko kegagalan, adalah sebagai berikut :
Faktor lain yang dapat menambah bobot permasalahan yang dihadapi oleh
usaha kecil/petani kecil budidaya pisang abaca yaitu bahwa pada umumnya
mereka tidak mampu memenuhi persyaratan teknis bank, sehingga mereka
selalu menghadapi kesulitan untuk mendapatkan dukungan kredit guna
pengembangan usahanya.
2. Upaya Pemacahan
Upaya yang ditempuh untuk membantu Usaha Kecil (UK) dalam bidang
budidaya pisang abaca agar mampu memanfaatkan peluang dan sekaligus
untuk memecahkan masalah yang dihadapi (kelemahan dalam system)
b. Tujuan
2. Tujuan Khusus :
a. Organisasi
1.Petani Plasma
Sesuai keperluan, petani yang dapat ikut dalam proyek ini bisa terdiri atas
(a) Petani yang akan menggunakan lahan usaha pertaniannya untuk
penanaman dan perkebunan atau usaha kecil lain, (b) Petani /usaha kecil
yang telah memiliki usaha tetapi dalam keadaan yang perlu ditingkatkan
dalam untuk itu memerlukan bantuan modal.
Untuk kelompok (a), kegiatan proyek dimulai dari penyiapan lahan dan
penanaman atau penyiapan usaha, sedangkan untuk kelompok (b), kegiatan
dimulai dari telah adanya kebun atau usaha yang berjalan, dalam batas
masih bisa ditingkatkan produktivitasnya dengan perbaikan pada aspek
usaha.
2. Koperasi
Dalam hal perusahaan inti tidak bisa melakukan pembinaan teknis, kegiatan
pembibingan harus dapat diadakan oleh Koperasi dengan memanfaatkan
bantuan tenaga pihak Dinas Perkebunan atau lainnya yang dikoordinasikan
oleh Koperasi. Apabila koperasi menggunakan tenaga Penyuluh Pertanian
Lapangan (PPL), perlu mendapatkan persetujuan Dinas Perkebunan setempat
dan koperasi memberikan bantuan biaya yang diperlukan.
4. Bank
Dalam pelaksanaanya, Bank harus dapat mengatur cara petani plasma akan
mencairkan kredit dan mempergunakannya untuk keperluan operasional
lapangan, dan bagaimana petani akan membayar angsuran pengembalian
pokok pinjaman beserta bunganya. Untuk ini, bank agar membuat perjanjian
kerjasama dengan pihak perusahaan inti, berdasarkan kesepakatan pihak
petani/kelompok tani/koperasi. Perusahaan inti akan memotong uang hasil
penjualan petani plasma/usaha kecil sejumlah yang disepakati bersama
untuk dibayarkan langsung kepada bank. Besarnya potongan disesuaikan
dengan rencana angsuran yang telah dibuat pada waktu perjanjian kredit
dibuat oleh pihak petani/Kelompok tani/koperasi. Perusahaan inti akan
memotong uang hasil penjualan petani plasma/usaha kecil sejumlah yang
disepakati bersama untuk dibayarkan langsung kepada Bank. Besarnya
potongan disesuaikan dengan rencana angsuran yang telah dibuat pada
waktu perjanjian kredit dibuat oleh pihak petani plasma dengan bank.
b. Pola Kerjasama
Dalam bentuk kerjasama seperti ini, pemberian KKPA kepada petani plasma
dilakukan dengan kedudukan koperasi sebagai Executing Agent. Masalah
pembinaan teknis budidaya tanaman/pengelolaan usaha, apabila tidak dapat
dilaksanakan oleh pihak Perusahaan Mitra, akan menjadi tanggung jawab
koperasi.
c. Penyiapan Proyek
Untuk melihat bahwa PKT ini dikembangkan dengan sebaiknya dan dalam
proses kegiatannya nanti memperoleh kelancaran dan keberhasilan, minimal
dapat dilihat dari bagaimana PKT ini disiapkan. Kalau PKT ini akan
mempergunakan KKPA untuk modal usaha plasma, perintisannya dimulai
dari :
d. Mekanisme Proyek
Mekanisme Proyek Kemitraan Terpadu dapat dilihat pada skema berikut ini :
e. Perjanjian Kerjasama
Untuk meresmikan kerja sama kemitraan ini, perlu dikukuhkan dalam suatu
surat perjanjian kerjasama yang dibuat dan ditandatangani oleh pihak-pihak
yang bekerjasama berdasarkan kesepakatan mereka. Dalam perjanjian
kerjasama itu dicantumkan kesepakatan apa yang akan menjadi kewajiban
dan hak dari masing-masing pihak yang menjalin kerja sama kemitraan itu.
Menghadapi situasi dewasa ini, dan untuk menyisiati agar usaha agrobisnis
dapat berkembang, maka langkah yang terbaik adalah melakukan usaha
dengan pola kemitraan Inti-Plasma, karena dengan bergabung dalam
kerjasama kelompok perolehan sarana dan prasarana langsung dari Inti
dapat lebih efisien dan pada gilirannya anggota koperasi memiliki posisi
tawar yang lebih baik.
b. Analisa Pasar
Pasar ekspor dan pasar dalam negeri untuk serat abaca pada saat ini masih
perlu dicermati, karena baik permintaan pasar luar negeri maupun pasar
domestik masih belum jelas, baik statistik harga, maupun kuantitasnya.
c. Bentuk Pasar
1. Captive Market
Bentuk pasar bagi model PKT dimana UK ditempatkan di dalam satu kawasan
proyek, maka bentuk pasarnya adalah pasar yang monopoli (Captive Market
), dimana UB merupakan pembeli tunggal bagi hasil produksi yang dihasilkan
oleh para UK.
2. Kesinambungan Pasar
Bilamana situasi harga pasar enceran ternyata lebih rendah dari pada harga
per unit produksi ditingkat petani terjadi secara berkepanjangan, dan
merupakan faktor penyebab kegagalan proyek, maka menjadi kewajiban UB
untuk kemudian mengambil alih seluruh proyek yang gagal tersebut (buy
back system)
Dengan operasi pasar dan posisi UB sebagai pembeli tunggal seperti tersebut
diatas, dan adanya tanggung jawab Usaha Besar untuk menangani proyek
sampai dengan kondisi yang paling berat sekalipun, akan merupakan
jaminan kesinambungan pasar yang di hasilkan UK, maupun kesinambungan
pengamanan proyeknya.
d. Mekanisme Harga
1. Harga Penjualan
Harga serat pisang abaca yang dijual UK kepada UB, dalam rangka
pelaksanaan PKT merupakan salah satu produk kesepakatan yang paling
penting antara UK dan UB karena harga penjualan di tingkat UK ini yang
akan dipergunakan sebagai harga kesepakatan dan untuk sementara
sebagai harga acuan adalah 2.500.000 per kg (tentalife)
1. Penentuan Harga
Semua hasil produksi petani pisang abaca (anggota Koperasi Primer atau
Kelompok Tani) yang telah berupa serat pisang abaca seluruhnya di jual
mitra usahanya yaitu Perusahaan Inti, dengan standar harga ditentukan
sesuai dengan harga pasar international.
1. Tanah
2. Ketinggian
3. Iklim
Tanaman pisang abaca dapat hidup di daerah tropis sampai sub tropis.
Suhu yang dikehendaki untuk tumbuh dengan normal antara 17oC -
30oC.
4. Curah hujan.
5. Kelerangan
b. Pengadaan Bibit
Bahan tanaman dapat berupa anakan, bonggol utuh atau bonggol yang
dipotong-potong. Sedangkan varietas yang digunakan antara lain varietas
bontolanon, manguindanao, dan tangengong. Ketiga varietas ini berasal dari
Filipina, tetapi telah masuk dan di budidayakan sejak zaman kolonial, dengan
ciri-ciri sebagai mana di uraikan dalam Tabel 1 berikut :
Tabel 1.
Ciri-ciri Varietas Pisang Abaca
Varietas
Ciri-Ciri/Sifat
Bontolan Manguindanao Tangengon
1. Ukuran Batang Pendek - sdg Besar Besar
Dalam MK-PKT ini, pengadaan bibit di lakukan dengan cara modern, yaitu
dengan teknologi kultur jaringan, sehingga tanaman yang dihasilkan dapat
seragam, sehat, bebas dari serangan hama dan penyakit. Bibit ini akan
diambil dari perusahaan pembibitan di Jawa Timur,atau di tempat lain yang
sesuai.
c. Pembukaan Lahan
1. Pembajakan
2. Penggaruan (Harrowing)
d. Penanaman
3. Sistem Tanam
e. Pemeliharaan
Agar tanaman pisang abaca yang telah di tanam dapat tumbuh baik sehingga
produksinya maksimal, maka perlu dipelihara dengan baik. Kegiatan yang
perlu di lakukan adalah pemupukan, pengairan dan drainase, penjarahan
rumpun, pembubunan, pengendalian gulma/penyiangan juga sanitasi kebun,
dengan uraian sebagai berikut :
1. Pemupukan.
a. Pengairan.
o Pertumbuhan pisang abaca membutuhkan air yang cukup.
o Pada kondisi penguapan air yang tinggi dan kemampuan tanah
menahan air rendah maka interval pengairan dapat dilakukan
15 hari sekali. Kandungan air pada batang yang akan di panen
mencapai 90%
b. Air yang diberikan kepada tanaman pisang abaca adalah :
o Air sumur bor yang di bersih dan tidak mengandung lumpur
serta bibit penyakit.
c. Drainase
3. Penjarangan Rumpun.
4. Pembumbunan
5. Pengendalian Gulma/Penyiangan.
Secara umum tanaman pisang abaca relatif tidak pernah terserang hama dan
penyaki. Bahaya yang paling besar terhadap tanaman ini adalah Rawan
kebakaran, sehingga pembersihan pelepah kering dan daun-daun kering
harus secara rutin di lakukan untuk menghindari penyebaran areal
g. Rencana Produksi
Dalam MK-PKT ini, tanaman pisang di rancang dalam 1 Ha, dimana dengan
luasan lahan tersebut jumlah pohon pada tahun pertama adalah sebanyak
660 pohon, tetapi karena pertumbuhan anakan, pada tahun ke-2 dan
seterusnya terjadi peningkatan. Produksi mulai pada tahun kedua setelah
tanam dengan jumlah batang di tebang sebanyak 2241 dan diperhitungkan
naik setiap 2 tahun. Produksi serat setiap batang 1,8 kg dengan harga jual
sekitar Rp.2.500/kg
Tabel 2.
Rincian Mutu Pelepah
Rincian Mutu
Bagian Tengah Jumlah
Warna Jml Serat Kekuatan
Helai
1. Pelepah Bagian Luar 1-3 Hijau - ungu Banyak Kuat
2. Penyeratan
Sedang pengambilan serat dapat di lakukan oleh petani plasma atau oleh
perusahaan inti. Pengambilan serat pisang abaca yang dilakukan oleh petani
plasma dapat ditempuh dengan dua cara, yaitu secara manual dan
menggunakan dekortikator semi otomatis. Untuk pengambilan serat oleh
perusahaan inti, dilakukan secara lebih modern dalam bentuk suatu pabrik.
Adapun perkerjaan pengambilan serat oleh petani plasma di uraikan sebagai
berikut :
Mesin dikorikator terdiri dari 2 buah drum dengan mata pisau penyerat dari
besi tahan karat. Drum tersebut berputar dengan menggunakan tenaga dari
motor berkekuatan sekitar 100 PK. Kapasitas penyeratan dari suatu mesin ini
adalah sekitar 180 kg serat per jam atau sekitar 6 ton bahan tanaman
segar.>
3. Pasca panen
a. Daun
o Bahan kertas tissue
o Daun pisang abaca di buat pupuk kompos.
b. Batang (pelepah)
o Kertas mata uang (misal Yen, Dollar AS, dll)
o Bahan tekstil
o Gordyn, kain jok
o Tali kapal
o Pembungkus kabel
o Popok bayi
o Pembalut wanita
o Bahan pembungkus (kantung) tea cup
o Disposable napkin(tissue pada toilet)
c. Pelepah dalam
o Pelepah dalam pisang abaca di buat pupuk kompos
a. Modal Kerja
Kebutuhan modal kerja untuk kegiatan penanaman pisang abaca per hektar
adalah dari tahun ke-1 s/d ke- 6 terus meningkat, dengan gambaran untuk
tahun 1 sebagai berikut :
1 Saprodi :
JUMLAH Rp 4.995.000
c. Penjaminan Kredit
Dapat berupa beberapa unsur kelayakan PKT yang di biayai kredit, yakni
proyek pisang abaca yang dibiayai bank.
2 .Jaminan tambahan
UB Sebagai Avalis
Cara ini dapat dilaksanakan seandainya tidak ada sama sekali kemungkinan
kegagalan UK tersebut dapat diganti oleh UK yang lain mungkin memiliki
kemampuan lebih besar dan mampu menjadi UK dalam PKT yang sesuai
dengan yang diinginkan bank.
d. Analisa Keuangan
URAIAN NILAI
NPV 6.603.493
IRR (%) 25,01
Pay Back Period (Bulan) 31
BEP Volume (Kg) 4.743
BEP Harga (Rp/Kg) 11.856.847
e. Pendapatan Tambahan
Pada proyek ini tanaman pisang abaca dapat ditumpang sari dengan kedele.
Sebagai gambaran tanaman kedele dapat memberikan pendapatan
sampingan seperti uraian pada Tabel 5.3.
Harga
Jumlah
Uraian Volume Satuan Satuan
(Rp)
(Rp)
A. Biaya
1.Sarana Produksi 100 Kg 1.200,00 120.000,00
a. Urea 125 Kg 1.600.,00 200.000,00
b. SP-36 100 Kg 2.000.,00 200.000,00
c.KCl - - - 70.000,00
d. Obat-obatan 45 Kg 8.000,00 360.000,00
e. Benih 90 HOK 7.500,00 675.000,00
2. Tenaga Kerja 40 HOK 7.500,00 300.000,00
a. Dalam Keluarga
b. Luar Keluarga
3. Peralatan 1 Gulung 1.500,00 1.500,00
a. Rafia - 75.000,00
b. Penyusutan alat
Analisis ini diharapkan akan dapat menjawab apakah para petani plasma
akan mendapatkan nilaitambah dari proyek dan mampu mengembalikan
kredit yang di berikan oleh bank dalam jangka waktu yang benar.
Perhitungan ini didasarkan pada kelayakan usaha setiap petani yang akan
mengembangkan (ekstensifikasi) kebun pisang abaca seluas 1 ha. Dengan
Skim kredit yang digunakan adalah KKPA dengan bunga 16% per tahun dan
pembayaran angsuran di lakukan pada waktu tanaman petani sudah
menghasilkan, yaitu pada tahun ke 2. Selama tanaman belum
menghasilkan, petani diberikan grace period dan bunga pinjaman adalah
14% per tahun. Parameter teknis untuk perhitungan ini dapat dilihat pada
Lampiran 7. Tabel Perhitungan NPV dan IRR.
a. Proyeksi Laba/Rugi
Asumsi dasar yang digunakan untuk perhitungan laba atau rugi ini adalah
menyangkut dualitas serat pisang abaca yang dijual petani. Kualitas serat
pisang abaca yang dijual petani adalah serat kering dengan kadar air 7 - 8 %
dengan harga jual Rp.2.500/Kg. Produktivitas lahan di asumsikan mengikuti
pola Lampiran 1. Tabel Asumsi. Berdasarkan asumsi tersebut, sejak tanaman
mulai menghasilkan, yaitu tahun pertama sampai analisa tahun ke - 6 pada
tahun ke - 2, petani pisang abaca mendapatkan keuntungan yang cukup
memadai. Jika pada tahun pertama keuntungan tersebut masih negatif,
maka pada tahun berikutnya sudah positif, seiring dengan meningkatnya
produktivitas tanaman (Lampiran 5. Tabel Proyeksi Rugi Laba).
Dengan mengatur seluruh dana pembiayaan dari bank dan adanya grace
period selama 1 tahun, maka masa proyek tidak terjadi defisit. Petani dapat
mengembalikan bungan pinjaman dalam waktu yang ditentukan, yaitu
selama 5 tahun dan mendapatkan keuntungan yang wajar (Lampiran 6.
Tabel Proyeksi Arus Kas) .
Untuk menilai kelayakan proyek ini digunakan kriteria NPV, IRR, B/C, BEP
dan Pay Back period lihat Lampiran 7. Tabel Perhitungan NPV dan IRR. Dari
lampiran tersebut terlihat bahwa IRR proyek adalah sebesar 25,01%, jauh
lebih tinggi dari bunga KKPA sebesar 16%. Dari nilai pay back ratio, proyek
ini akan dapat mengerti secara finansial sangat layak untuk dikembangkan.
Umum
Lokasi yang dipilih untuk penanaman pisang abaca pemilikannya harus jelas
sehingga tidak berbenturan dengan kepentingan instansi lain, atau lembaga
lain dikemudian hari. Peruntukkan lokasi harus jelas dan pasti, sesuai dengan
rencana induk pembangunan daerah setempat. Peruntukkan lahan yang jelas
ini sangat penting untuk menghindari terjadi kerugian yang tidak terduga
sewaktu-waktu.
Transportasi
Lokasi yang dipilih harus dapat dijangkau, agar pengadaan bibit tanaman,
peralatan dan pemasaran hasil produksi dapat berjalan lancar. Sarana
transportasi harus memadai, hal ini penting untuk menekan pengeluaran
biaya yang sangat serta waktu pengangkutan bibit tanaman dan hasil
produksi (serat pisang) dari dan ke lokasi harus se-efisien mungkin.
Tenaga Kerja
Tenaga kerja dalam penanaman pisang abaca ini merupakan faktor yang
sangat penting sejajar dengan faktor-faktor penting lainnya. Bahkan tenaga
kerjalah yang paling menentukan, terutama dalam skala usaha yang besar.
Sedangkan untuk usaha skala kecil, biasanya semua pekerjaan di kerjakan
secara kelompok. Dalam usaha skala besar, diperlukan dua bentuk tenaga
kerja, yaitu tenaga kerja untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan biasa yang
tidak membutuhkan keahlian. Sedangkan tenaga kerja khusus atau ahli
untuk pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan keahlian, seperti survey
lokasi, tata cara penanaman dan lain-lain yang menyangkut dalam hal teknik
budidaya. Tenaga kerja biasa hendaknya direkrut atau didahulukan tenaga
kerja lokal selain mereka tidak membutuhkan biaya transportasi menuju
Keamanan Usaha
Dukungan Pemerintah
a. Aspek Sosial
b. Aspek Pendidikan
b. Dampak Lingkungan
BANK INDONESIA
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM
Salah satu fasilitas permodalan yang bisa diberikan kepada petani oleh Bank
dengan bunga murah adalah KKPA. Agar petani bisa mendapatkan ini, petani
harus menjadi anggota Koperasi dan didalam melaksanakan usaha
perkebunan karet dilakukan bersama-sama akan membangun kebun karet.
Keberhasilan usaha tani perkebunan karet ini hanya bisa dicapai apabila
dalam proses produksi dan pengelolaan pasca panen sampai ke pemasaran
hasilnya telah mendapatkan kepastian kelancarannya.
b. Tujuan
1. Petani Plasma
Sesuai keperluan, petani yang dapat ikut dalam proyek ini bisa terdiri atas
(a) Petani yang akan menggunakan lahan usaha pertaniannya untuk
penanaman dan perkebunan atau usaha kecil lain, (b) Petani /usaha kecil
yang telah memiliki usaha tetapi dalam keadaan yang perlu ditingkatkan
dalam untuk itu memerlukan bantuan modal.
Untuk kelompok (a), kegiatan proyek dimulai dari penyiapan lahan dan
penanaman atau penyiapan usaha, sedangkan untuk kelompok (b), kegiatan
dimulai dari telah adanya kebun atau usaha yang berjalan, dalam batas
masih bisa ditingkatkan produktivitasnya dengan perbaikan pada aspek
usaha.
2. Koperasi
Dalam hal perusahaan inti tidak bisa melakukan pembinaan teknis, kegiatan
pembibingan harus dapat diadakan oleh Koperasi dengan memanfaatkan
bantuan tenaga pihak Dinas Perkebunan atau lainnya yang dikoordinasikan
oleh Koperasi. Apabila koperasi menggunakan tenaga Penyuluh Pertanian
Lapangan (PPL), perlu mendapatkan persetujuan Dinas Perkebunan setempat
dan koperasi memberikan bantuan biaya yang diperlukan.
4. Bank
Dalam pelaksanaanya, Bank harus dapat mengatur cara petani plasma akan
mencairkan kredit dan mempergunakannya untuk keperluan operasional
lapangan, dan bagaimana petani akan membayar angsuran pengembalian
pokok pinjaman beserta bunganya. Untuk ini, bank agar membuat perjanjian
kerjasama dengan pihak perusahaan inti, berdasarkan kesepakatan pihak
petani/kelompok tani/koperasi. Perusahaan inti akan memotong uang hasil
penjualan petani plasma/usaha kecil sejumlah yang disepakati bersama
untuk dibayarkan langsung kepada bank. Besarnya potongan disesuaikan
dengan rencana angsuran yang telah dibuat pada waktu perjanjian kredit
dibuat oleh pihak petani/Kelompok tani/koperasi. Perusahaan inti akan
memotong uang hasil penjualan petani plasma/usaha kecil sejumlah yang
disepakati bersama untuk dibayarkan langsung kepada Bank. Besarnya
potongan disesuaikan dengan rencana angsuran yang telah dibuat pada
waktu perjanjian kredit dibuat oleh pihak petani plasma dengan bank.
b. Pola Kerjasama
Dalam bentuk kerjasama seperti ini, pemberian KKPA kepada petani plasma
dilakukan dengan kedudukan koperasi sebagai Executing Agent. Masalah
pembinaan teknis budidaya tanaman/pengelolaan usaha, apabila tidak dapat
dilaksanakan oleh pihak Perusahaan Mitra, akan menjadi tanggung jawab
koperasi.
c. Penyiapan Proyek
Untuk melihat bahwa PKT ini dikembangkan dengan sebaiknya dan dalam
proses kegiatannya nanti memperoleh kelancaran dan keberhasilan, minimal
dapat dilihat dari bagaimana PKT ini disiapkan. Kalau PKT ini akan
mempergunakan KKPA untuk modal usaha plasma, perintisannya dimulai
dari :
d. Mekanisme Proyek
Mekanisme Proyek Kemitraan Terpadu dapat dilihat pada skema berikut ini :
e. Perjanjian Kerjasama
Untuk meresmikan kerja sama kemitraan ini, perlu dikukuhkan dalam suatu
surat perjanjian kerjasama yang dibuat dan ditandatangani oleh pihak-pihak
yang bekerjasama berdasarkan kesepakatan mereka. Dalam perjanjian
kerjasama itu dicantumkan kesepakatan apa yang akan menjadi kewajiban
dan hak dari masing-masing pihak yang menjalin kerja sama kemitraan itu.
a. Peluang Pasar
Konsumen karet dunia meningkat dari 5.190.000 ton pada tahun 1989
menjadi 6.130.000 ton pada tahun 1996.>Ini menunjukkan adanya
peningkatan permintaan terhadap karet alam, yang merupakan potensi bagi
pemasaran produksi karet.
Bahan baku karet dipergunakan juga bagi berbagai industri di dalam negeri.
Macam industri dan volume konsumsi karet yang bersangkutan pada tahun
1996. Sejalan dengan meningkatnya kegiatan industri yang bersangkutan di
Indonesia, guna memenuhi kebutuhan yang akan makin meningkat di masa
yang akan datang karena meningkatnya konsumen, maka akan meningkat
pula kebutuhan karet di Indonesia yang merupakan pasar yang potensial
bagi produksi perkebunan karet.
b. Potensi Produksi
Tabel 1.
Negara dan jumlah produksi karet pada tahun 1996
Produksi
No Negara
(ton)
1 Malaysia 1.082.500
2 Indonesia 1.543.000
3 Thailand 1978
4 Sri Langka 112,5
5 Vietnam 132
6 Kamboja 43
1). Iklim
Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 15oC LS
dan 15o LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga
memulai produksinya juga terlambat.
Curah hujan
Tinggi tempat
Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan
ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan
laut tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet.
Angin
Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk
penanaman karet.
2). Tanah
Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik
tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah
vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur,
sulum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya
secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah. Tanah alluvial
Reaksi tanah berkisar antara pH 3, 0 - pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH,
3,0 dan > pH 8,0. Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet pada
umumnya antara lain :
Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan
cadas
Aerase dan drainase cukup
Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air
Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir
Tanah bergambut tidak lebih dari 20 cm
Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro
Reaksi tanah dengan pH 4,5 - pH 6,5
Kemiringan tanah < 16% dan
Permukaan air tanah < 100 cm.
b. Teknis Budidaya
Lahan tempat tumbuh tanaman karet harus bersih dari sisa-sisa tumbuhan
hasil tebas tebang, sehingga jadwal pembukaan lahan harus disesuaikan
dengan jadwal penanaman. Kegiatan pembukaan lahan ini meliputi : (a)
pembabatan semak belukar, (b) penebangan pohon, (c) perecanaan dan
pemangkasan, (d) pendongkelan akar kayu, (e) penumpukan dan
pembersihan.
Seiring dengan pembukaan lahan ini dilakukan penataan lahan dalam blok-
blok, penataan jalan-jalan kebun, dan penataan saluran drainase dalam
perkebunan.
Penataan blok-blok
Jaringan jalan di dalam kebun plasma harus ditata dan dilaksanakan pada
waktu pembangunan tanaman baru (tahun 0) dan dikaitkan dengan
penataan lahan ke dalam blok-blok tanaman. Pembangunan jalan di areal
datar dan berbukit dengan pedoman dapat menjangkau setiap areal terkecil,
dengan jarak pikul maksimal sejauh 200 m. Sedapatkan mungkin seluruh
jaringan ditumpukkan/ disambungkan, sehingga secara keseluruhan
merupakan suatu pola jaringan jalan yang efektif. Lebar jalan disesuaikan
dengan jenis/kelas jalan dan alat angkut yang akan digunakan.
Pada lahan yang telah selesai tebas tebang dan lahan lain yang mempunyai
vegetasi alang-alang, dilakukan pemberantasan alang-alang dengan
menggunakan bahan kimia antara lain Round up, Scoup, Dowpon atau
Dalapon. Kegiatan ini kemudian diikuti dengan pemberantasan gulma
lainnya, baik secara kimia (Ally) maupun secara mekanis.
Pengolahan Tanah
Pengajiran
a. Pada areal lahan yang relatif datar / landai (kemiringan antara 00 - 80)
jarak tanam adalah 7 m x 3 m (= 476 lubang/hektar) berbentuk
barisan lurus mengikuti arah Timur - Barat berjarak 7 m dan arah
Utara - Selatan berjarak 3 m;
b. Pada areal lahan bergelombang atau berbukit (kemiringan 8% - 15%)
jarak tanam 8 m x 2, 5 m (=500 lubang/ha) pada teras-teras yang
diatur bersambung setiap 1,25 m (penanaman secara kontur).
Pelubang
Penanaman kacangan penutup tanah ini dilakukan sebelum bibit karet mulai
ditanam dengan tujuan untuk menghindari kemungkinan erosi, memperbaiki
struktur fisik dan kimia tanah, mengurangi pengupan air, serta untuk
membatasi pertumbuhan gulma.
Komposisi LCC untuk setiap hektar lahan adalah 4 kg. Pueraria javanica, 6 kg
Colopogonium mucunoides, dan 4 kg Centrosema pubescens, yang dicampur
ke dalam 5 kg rock Phosphate (RP) sebagai media. Selain itu juga dianjurkan
untuk menyisipkan Colopogonium caerulem yang tahan naungan (shade
resistence) ex biji atau ex steck dalam polibag kecil sebanyak 1.000 bibit/ha.
Seleksi bibit
Kebutuhan bibit
Penanaman
Pada saat penanaman, tanah penutup lubang dipergunakan top soil yang
telah dicampur dengan pupuk RP 100 gram per lubang, disamping
pemupukan dengan urea 50 gram dan SP - 36 sebesar 100 gram sebagai
pupuk dasar.
Program pemupukan
Selain pupuk dasar yang telah diberikan pada saat penanaman, program
pemupukan secara berkelanjutan pada tanaman karet harus dilakukan
dengan dosis yang seimbang dua kali pemberian dalam setahun. Jadwal
pemupukan pada semeseter I yakni pada Januari/Februari dan pada
semester II yaitu Juli/Agustus. Seminggu sebelum pemupukan, gawangan
lebih dahulu digaru dan piringan tanaman dibersihkan. Pemberian SP-36
biasanya dilakukan dua minggu lebih dahulu dari Urea dan KCl. Program dan
dosis pemupukan tanaman karet secara umum dapat dilihat pada Tabel
berikut.
Tabel 4.
Kebutuhan Pupuk Tanaman Karet
Produksi lateks dari tanaman karet disamping ditentukan oleh keadaan tanah
dan pertumbuhan tanaman, klon unggul, juga dipengaruhi oleh teknik dan
manajemen penyadapan. Apabila ketiga kriteria tersebut dapat terpenuhi,
maka diharapkan tanaman karet pada umur 5 - 6 tahun telah memenuhi
kriteria matang sadap.
Kriteria matang sadap antara lain apabila keliling lilit batang pada ketinggian
130 cm dari permukaan tanah telah mencapai minimum 50 cm. Jika 60%
dari populasi tanaman telah memenuhi kriteria tersebut, maka areal
pertanaman sudah siap dipanen.
Tinggi bukaan sadap, baik dengan sistem sadapan ke bawah (Down ward
tapping system, DTS) maupun sistem sadap ke atas (Upward tapping
system, UTS) adalah 130 cm diukur dari permukaan tanah.
Waktu bukaan sadap adalah 2 kali setahun yaitu, pada (a) permulaan musim
hujan (Juni) dan (b) permulaan masa intensifikasi sadapan (bulan Oktober).
Oleh karena itu, tidak secara otomatis tanaman yang sudah matang sadap
lalu langsung disadap, tetapi harus menunggu waktu tersebut di atas tiba.
Sistem sadap
Tabel 5.
Bagan Penyadapan Tanaman Karet
Jangka
Taraf Sistem Bidang
Umur Waktu
Tanaman Sadap Sadap
(tahun)
Remaja 0-5 - - -
Teruna >6-May a.s/2 d/3 67% 2 A
11-Jul >a.s/2 d/2 4 A
100%
Dewasa 16-Dec s/d d/2 100% 5,5 B
17 - 21 a/2 d/2 100% 5,5 A'
Setengah tua 22 - 28 s/2 d/3 133% 7 B' + AH
Tua 29 - 31 2 s/2 d/3 133% 4 A" + BH
Tanaman karet diremajakan pada umur 31 tahun
Produksi lateks per satuan luas dalam kurun waktu tertentu dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain klon karet yang digunakan, kesesuaian lahan dan
agroklimatologi, pemeliharaan tanaman belum menghasilkan, sistem dan
manajemen sadap, dan lainnya.
Karena produksi kebun karet dari plasma adalah lateks, maka estimasi
produksi per hektar per tahun dikonversikan ke dalam satuan getah karet
basah seperti pada Tabel berikut :
Tabel 7.
Proyeksi Produksi Karet Kering dan Estimasi Produksi Lateks
Tahun Produksi Estimasi Estimasi
Teoritis produksi Produksi
Umur
Sadap KK KK Lateks
(Th)
(Kg/pohon)* (ton/ha) (Liter/ha)
6 1 1,0 500 2.000
7 2 2,3 1.150 4.600
8 3 2,8 1.400 5.600
9 4 3,2 1.600 6.400
10 5 3,5 1.750 7.000
11 6 3,7 1.850 7.400
12 7 4,4 2.200 8.800
Tabel 8.
Ringkasan Biaya Investasi per Hektar Perkebunan Karet Rakyat Pola PIR
BIAYA
URAIAN (Rp/ha)
1. Studi kelayakan dan sertifikasi lahan 103,200
2. Pembukaan lahan dan persiapan prasarana 741,250
jalan dll
3. Penanaman karet dan lain-lain aktivitas 1,527,265
4. Pemeliharaan TBM 1 294,205
5. Penanaman cover crops 289,000
6. Pemeliharaan TBM -2 s/d TBM 5 2,514,713
TOTAL TANAMAN DAN PRASARANA 5,469,633
7. Management fee, 5% dari biaya investasi 273,482
TOTAL BIAYA INVESTASI MURNI 5,713,114
8. Bunga masa pembangunan, IDC 3,719,388
TOTAL INVESTASI TERMASUK IDC 9,462,502
Tabel 9.
Asumsi Biaya dan Harga
Biaya/Harga (Rp) Nilai
Upah kerja (Rp/HK) 5
Harga herbisida (Rp/liter) 18,5
Harga pupuk urea (Rp/kg) 500
Harga pupuk TSP (Rp/kg) 800
Harga pupuk SP-36 (Rp/kg) 675
Harga pupuk KCl (Rp/kg) 1,8
Harga pupuk RP (Rp/kg) 675
Harga pestisida (Rp/liter) 19
Harga bibit karet siap tanam 2,2
(Rp/batang)
Harga jual karet kering (Rp/kg) 3,5
Harga bibit kacangan jenis PJ (Rp/kg) 14,5
Harga bibit kacangan jenis CM 4,5
(Rp/kg)
Harga bibit kacangan jenis CP 4,5
(Rp/kg)
Harga bibit jagung (Rp/kg) 8
Harga jual jagung (Rp/kg) 800
Rincian biaya investasi per tahun tanaman belum menghasilkan (TBM) mulai
dari tahun 0 sampai dengan tahun 5 dan biaya pemeliharaan tanaman
menghasilkan (TM) dapat dilihat pada Tabel Lampiran 1 s/d 10
Proyeksi laba rugi disusun berdasarkan pada asumsi harga dan biaya tetap
selama periode proyek 25 tahun. Surplus penghasilan diperoleh pada tahun
pertama dari hasil panen jagung dan surplus berikutnya pada tahun ke 7
setelah karet dapat disadap dengan hasil yang meningkat dibandingkan pada
tahun ke 6.
Seperti pada proyeksi laba rugi, proyeksi arus kas juga disusun berdasarkan
pada asumsi harga dan biaya tetap. Penarikan dan angsuran kredit baik
untuk investasi tanaman karet maupun untuk modal kerja penanaman
jagung disusun berdasarkan jadwal per triwulan. Dalam jadwal per triwulan
ini juga langsung dihitung besarnya IDC. Sesuai jadwal tersebut, jangka
waktu kredit adalah 14 tahun termasuk masa tenggang selama 5 tahun atau
6 tahun termasuk tahun 0. Angsuran kredit dimulai pada tahun ke 6. Karena
hasil produksi pada tahun pertama menghasilkan adalah rendah, maka
angsuran pokok belum dapat dibebankan, hanya bunga saja.
Proyeksi arus kas selengkapnya dapat dilihat pada Tabel Arus Kas (Lampiran
12).
d. Kelayakan Finansial
Nilai IRR proyek dengan tumpang sari jagung adalah sebesar 33,3% dan NPV
sebesar Rp. 9.194.204. Sedangkan proyek tanpa tumpang sari jagung, maka
nilai IRR adalah Rp. 20,2% dan NPV sebesar Rp. 3.477.884. Sesuai dengan
kriteria, nilai IRR adalah lebih tinggi dari 16% dan NPV adalah positif.
Dengan mengikut sertakan tanaman jagung sebagai tanaman tumpang sari
nilai IRR dan NPV lebih tinggi dibandingkan tanpa tanaman jagung.
Arus kas untuk perhitungan IRR dan NPV tercantum pada bagian bawah dari
Proyeksi Arus Kas (Tabel Analisa Kelayakan) (Lampiran 12).
Tabel 10.
Hasil Analisa Kepekaan Proyek
Produksi perkebunan karet plasma ini pada akhirnya akan menjadi komoditi
ekspor, yang mampu meningkatkan pendapatan devisa Negara. Disamping
itu, produksi karet merupakan bahan baku bagi berbagai industri di
Indonesia yang menggunakan karet, seperti industri ban, isolasi kabel, karet
sepatu dan lain-lain.
b. Dampak Lingkungan
Organisme penganggu pada umumnya adalah satwa liar yang suka akan
habitat terbuka. Dengan demikian, pembukaan lahan diperkirakan justru
akan meningkatkan baik jenis maupun populasi dari organisame penganggu.
Olah karena itu dampak negatif ini penting dan harus diwaspadai serta
diantisipasi dengan metoda pengendalian hama terpadu yang tepat, baik itu
secara mekanis, biologis, maupun kimiawi.
Beberapa hal yang sangat penting diperhatikan dalam proyek kemitraan ini
adalah kesediaan dari pihak perkebunan Inti untuk memberikan dan
penyediaan fasilitas umum yang memadai. Beberapa fasilitas penting antara
lain adalah : sarana dan prasarana pengobatan tenaga medis dan para
medis, prasarana pendidikan dan tempat ibadah yang memadai. Selain itu
perlu upaya untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang sehat dan
harmonis, sehingga dapat mendorong produktivitas kerja, yang pada
gilirannya dapat meningkatkan produktivitas kebun dan kesejahteraan
masyarakat.