Anda di halaman 1dari 171

UNIVERSITAS INDONESIA

PENGARUH PEMBERIAN KOMIK PENDIDIKAN GIZI


SEIMBANG TERHADAP PENGETAHUAN GIZI SISWA
KELAS V SDN SUKASARI 4 KOTA TANGERANG
TAHUN 2012

SKRIPSI

DITTA IRMA ARIMURTI


0806460774

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI GIZI
DEPOK
JUNI 2012

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


UNIVERSITAS INDONESIA

PENGARUH PEMBERIAN KOMIK PENDIDIKAN GIZI


SEIMBANG TERHADAP PENGETAHUAN GIZI SISWA
KELAS V SDN SUKASARI 4 KOTA TANGERANG
TAHUN 2012

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Gizi

DITTA IRMA ARIMURTI


0806460774

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


DEPARTEMEN GIZI KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM STUDI GIZI
DEPOK
JUNI 2012

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012
Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012
Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Pemberian Komik Pendidikan Gizi Seimbang Terhadap Pengetahuan
Gizi Siswa Kelas V SDN Sukasari 4 Tangerang Tahun 2012.” Penulisan skripsi
ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana gizi.
Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah banyak membantu kelancaran penulisan skripsi ini, yaitu :
1. Ibu Prof. Dr. dr. Kusharisupeni Djokosujono M.Sc selaku ketua
Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat.
2. Bapak Ir. Ahmad Syafiq M.Sc, Ph.D selaku dosen pembimbing akademik
atas segala waktu, bimbingan, saran, dan bantuan yang telah banyak
diberikan sampai akhir proses penyusunan skripsi ini.
3. Ibu drg. Sandra Fikawati, MPH selaku penguji seminar proposal skripsi
yang telah memberikan masukan untuk penyempurnaan skripsi ini.
4. Bapak dr. H.E. Kusdinar Achmad, MPH selaku penguji dalam sidang
skripsi yang telah memberikan masukan dan saran dalam perbaikan dan
penyempurnaan skripsi ini.
5. Bapak Ir. M. Nasir, MKM selaku penguji luar sidang skripsi yang telah
memberikan masukan dan saran yang membangun dalam penyempurnaan
skripsi ini.
6. Bapak Ignatius Sido S.Pd selaku kepala sekolah SDN Sukasari 4
Tangerang yang telah memberikan perizinan dan bantuan selama
penelitian.
7. Ibu Romlah selaku wali kelas V SDN Sukasari 4 beserta guru-guru di
sekolah tersebut yang telah memberikan waktu, kesempatan, dan
bantuannya selama pengambilan data di lapangan.
8. Adik-adik kelas V SDN Sukasari 4 atas kerjasamanya selama penelitian
berlangsung, baik pada saat pembuatan media pendidikan (komik) dan
pengambilan data pre dan post test.

vi

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


9. Kak Wahyu Kurnia, MKM yang telah memberikan bantuan dan masukan
selama proses penyusunan skripsi berlangsung.
10. Keluarga, terutama kedua orang tua yang telah banyak memberikan
bantuan dan dukungan yang tiada henti selama proses penyusunan skripsi
ini.
11. Seluruh teman-teman program studi gizi angkatan 2008 yang telah
memberikan dukungan dan bantuan dalam proses penyusunan skripsi ini
12. Sahabat-sahabat terbaik saya, Dian Ika Wijayanti, Carlita Rozetta, Emerita
Stefany, Eka Restiana, Cahya Ning Fitri, Aulia Ayuandira, Choirunnisa
Humairo, Ari Sulistiani, Hafsah Fibrihirzani, Fiky Rahayuningtiyas, Dita
Anitya, Vera Wira, dan Dhita Indah yang selalu memberikan bantuan dan
semangat yang luar biasa.
13. Teman-teman satu bimbingan skripsi Soraya, Yunita, Novita, Rezi,
Annisa, dan Defrina yang telah banyak memberikan semangat dan bantuan
satu sama lain.
14. Kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu memberikan contoh,
masukan, dan dukungan dalam proses pembuatan komik.
15. Kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan dan dukungan sehingga skripsi ini bisa terselesaikan.
Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih atas segala bantuan yang telah
banyak diberikan oleh pihak-pihak yang telah membantu dalam penulisan
skripsi ini. Semoga skripsi ini mampu memberikan manfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dan pembacanya.

Depok, Juni 2012

Penulis

vii

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012
ABSTRAK

Nama : Ditta Irma Arimurti


Program Studi : Gizi
Judul : Pengaruh Pemberian Komik Pendidikan Gizi Seimbang terhadap
Pengetahuan Gizi Siswa Kelas V SDN Sukasari 4 Kota
Tangerang Tahun 2012

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan pengetahuan gizi pada siswa
sekolah dasar setelah mendapatkan intervensi dengan menggunakan komik.
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental sebenarnya dengan
metode acak sederhana. Penelitian dilakukan kepada 75 siswa dengan
menggunakan kuesioner sebelum dan sesudah intervensi. Uji statistik yang
digunakan adalah uji t dependen dan ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan
adanya rata-rata skor pengetahuan yang lebih tinggi saat post-test dibandingkan
dengan pre-test pada kelompok perlakuan komik. Selain itu, terdapat rata-rata
skor pengetahuan yang lebih tinggi pada kelompok komik dibandingkan dengan
kelompok buku dan kelompok komik dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Maka dari itu, komik dianggap sebagai media yang lebih efektif dalam
menyampaikan pesan gizi seimbang bagi anak SD.

Kata Kunci : Pengetahuan Gizi, Komik Pendidikan, Siswa Sekolah Dasar

ix Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


ABSTRACT

Name : Ditta Irma Arimurti


Major : Nutrition
Tittle : The Effect of Balance Nutrition Comic Intervention to Nutritional
Knowledge of 5th Grade Elementary School Students at SDN
Sukasari 4 Tangerang City year 2012

The purpose of this study is to determine the change in nutritional knowledge of


elementary school students after receiving a nutrition education by using comic.
This study uses true experimental method and simple random sampling. Study
conducted to 75 students using questionnaire before and after intervention.
Statistical test used are paired t-test and ANOVA. The result shows that the
average scores increased significantly between before and after intervention on
comic group. Furthermore, the average score on comic group is higher than those
of book group and control group at post-tests. Therefore, comic is recommended
as media to deliver nutritional knowledge for elementary school students.

Keywords : Nutritional Knowledge, Educational Comic, Elementary School


Student

x Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .......................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv
SURAT PERNYATAAN .............................................................................. v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................... viii
ABSTRAK..................................................................................................... ix
ABSTRACT .................................................................................................. x
DAFTAR ISI ................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xviii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 5
1.3 Pertanyaan Penelitian ................................................................... 5
1.4 Tujuan Penelitian ......................................................................... 6
1.4.1 Tujuan Umum .................................................................... 6
1.4.2 Tujuan Khusus ................................................................... 6
1.5 Manfaat Penelitian ....................................................................... 6
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 8


2.1 Anak Usia Sekolah Dasar ............................................................. 8
2.1.1 Pengertian Anak Usia Sekolah ............................................. 8
2.1.2 Perkembangan Perilaku Motorik .......................................... 9
2.1.3 Perkembangan Bahasa ......................................................... 9
2.1.4 Perkembangan Kognitif ....................................................... 9
2.1.5 Perkembangan Sosial ........................................................... 10

xi Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


2.2 Pedoman Gizi Seimbang .............................................................. 11
2.2.1 Pengertian Pedoman Gizi Seimbang .................................... 11
2.2.2 Pesan Pedoman Gizi Seimbang ............................................ 11
2.2.3 Pengelompokan Bahan Makanan dalam TGS ...................... 12
2.2.4 Penempatan Kelompok Bahan Makanan dalam TGS ................. 13
2.3 Pengetahuan Gizi ......................................................................... 13
2.3.1 Pengertian Pengetahuan ....................................................... 13
2.3.2 Tingkat Pengetahuan ........................................................... 14
2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ........................... 14
2.3.4 Pentingnya Pengetahuan Gizi .............................................. 16
2.3.5 Pengukuran Pengetahuan Gizi ............................................. 16
2.4 Pendidikan Gizi............................................................................ 17
2.4.1 Pengertian Pendidikan ......................................................... 17
2.4.2 Tujuan Pendidikan Gizi ....................................................... 17
2.4.3 Pendidikan Gizi di Sekolah .................................................. 18
2.4.3.1 Pendidikan Gizi di Negara Maju .............................. 19
2.4.3.2 Pendidikan Gizi di Indonesia.................................... 20
2.4.4 Proses Belajar dalam Pendidikan ......................................... 20
2.5 Media ........................................................................................... 21
2.5.1 Pengertian Media ................................................................. 21
2.5.2 Alasan dan Manfaat Penggunaan Media .............................. 21
2.5.3 Klasifikasi Media ................................................................ 22
2.5.4 Prinsip Pemilihan Media...................................................... 23
2.5.5 Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Media...................... 24
2.5.6 Pengembangan Rancangan Media....................................... 25
2.6 Komik .......................................................................................... 26
2.6.1 Pengertian Komik ................................................................ 26
2.6.2 Jenis-Jenis Komik................................................................ 27
2.6.3 Unsur- Unsur Komik ........................................................... 28
2.6.4 Gambar Komik .................................................................... 28

xii Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


2.7 Buku ............................................................................................ 30
2.7.1 Pengertian Buku .................................................................. 30
2.7.2 Jenis Buku ........................................................................... 30
2.8 Kerangka Teori ............................................................................ 30

BAB 3 KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN


HIPOTESIS .................................................................................................. 34
3.1 Kerangka Konsep ......................................................................... 34
3.2 Definisi Operasional..................................................................... 35
3.3 Hipotesis ...................................................................................... 36

BAB 4 METODE PENELITIAN................................................................. 37


4.1 Desain Penelitian ......................................................................... 37
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 39
4.3 Populasi dan Sampel .................................................................... 39
4.3.1 Besar Sampel....................................................................... 39
4.3.2 Metode Pengambilan Sampel............................................... 41
4.4 Pengumpulan Data ....................................................................... 42
4.4.1 Sumber Data........................................................................ 42
4.4.2 Instrumen Penelitian ............................................................ 43
4.4.3 Cara Pengumplan Data ........................................................ 43
4.5 Pengolahan Data .......................................................................... 47
4.5.1 Penyuntingan Data .............................................................. 47
4.5.2 Pengkodean Data ................................................................. 47
4.5.3 Memasukan Data ................................................................. 47
4.5.4 Penyaringan Data ................................................................ 47
4.5.5 Pemberian Nilai ................................................................... 47
4.6 Analisis Data................................................................................ 48
4.6.1 Analisis Univariat ................................................................ 48
4.6.2 Analisis Bivariat .................................................................. 48

xiii Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


BAB 5 HASIL PENELITIAN ...................................................................... 49
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................. 49
5.2 Analisis Univariat ........................................................................ 50
5.2.1 Pengetahuan Gizi pada Kelompok Komik ............................ 50
5.2.2 Pengetahuan Gizi pada Kelompok Buku .............................. 51
5.2.3 Pengetahuan Gizi pada kelompok Kontrol ........................... 52
5.2.4 Pengetahuan Gizi pada Ketiga Kelompok ............................ 53
5.3 Analisis Bivariat........................................................................... 54
5.3.1 Rata-rata Skor Pengetahuan pada Kelompok Komik ............ 54
5.3.2 Rata-rata Skor Pengetahuan pada Kelompok Buku .............. 55
5.3.3 Rata-rata Skor Pengetahuan pada Kelompok Kontrol........... 56
5.3.4 Perbedaan Rata-Rata Skor Pengetahuan Total ..................... 57
5.3.4.1 Perbedaan Rata-rata Skor Pre-Test ......................... 57
5.3.7.2 Perbedaan Rata-rata Skor Post-Test ........................ 57
5.3.7.3 Perbedaan Selisih Rata-Rata Ketiga Kelompok ....... 58

BAB 6 PEMBAHASAN ............................................................................... 60


6.1 Keterbatasan Penelitian ................................................................ 60
6.2 Pengetahuan Gizi Saat Pre-test..................................................... 60
6.3 Pengetahuan Gizi Saat Post-test ................................................... 65
6.3.1 Pengetahuan Total ............................................................... 65
6.3.1.1 Pengetahuan Total pada Kelompok Komik ............. 66
6.3.1.2 Pengetahuan Total pada Kelompok Buku ............... 69
6.3.1.3 Pengetahuan Total pada Kelompok Kontrol ............ 72
6.3.2 Pengetahuan Per-Kategori ................................................... 74
6.3.2.1 Pengetahuan Tentang Tumpeng Gizi Seimbang ...... 74
6.3.2.2 Pengetahuan Tentang Makan Makanan Beragam .... 75
6.3.2.3 Pengetahuan Tentang Pentingnya Memantau BB .... 75
6.3.2.4 Pengetahuan Tentang PHBS ................................... 76
6.3.2.5 Pengetahuan Tentang Aktivitas Fisik ...................... 77
6.3.3 Tingkat Kesukaran Soal....................................................... 77

xiv Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 92
7.1 Kesimpulan .................................................................................. 92
7.2 Saran............................................................................................ 92

DAFTAR REFERENSI ................................................................................ 93

xv Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Media .............................................................................. 22


Tabel 2.2 Jenis-Jenis Komik ............................................................................ 27
Tabel 3.1 Definisi Operational .......................................................................... 35
Tabel 5.1 Daftar Pengajar SDN Sukasari 4 ........................................................ 49
Tabel 5.2 Distribusi Pengetahuan Kelompok Komik ......................................... 50
Tabel 5.3 Distribusi Pengetahuan Kelompok Buku ........................................... 51
Tabel 5.4 Distribusi Pengetahuan Kelompok Kontrol ........................................ 52
Tabel 5.5 Rata-rata Skor Pengetahuan Kelompok Komik .................................. 54
Tabel 5.6 Rata-rata Skor Pengetahuan Kelompok Buku .................................... 55
Tabel 5.7 Rata-rata Skor Pengetahuan Kelompok Kontrol ................................. 56
Tabel 5.8 Distribusi Rata-Rata Skor Pengetahuan Total Saat Pre-test................ 57
Tabel 5.9 Distribusi Rata-Rata Skor Pengetahuan Total Saat Post-test .............. 57
Tabel 5.10 Perbedaan Selisih Rata-rata Skor Pengetahuan................................. 58

xvi Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tumpeng Gizi Seimbang ............................................................... 11


Gambar 2.2 Jenis Ilustrasi ................................................................................. 29
Gambar 2.3 Kerangka Teori Perilaku Pengetahuan, Sikap, dan Praktek ............. 31
Gambar 2.4 Kerangka Teori Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar ........... 33
Gambar 3.1 Kerangka Konsep .......................................................................... 34
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian .................................................................... 37
Gambar 4.2 Rancangan Pemberian Perlakuan ................................................... 38
Gambar 4.3 Pemilihan Besar Sampel ................................................................ 41
Gambar 4.4 Metode Pengambilan Sampel ......................................................... 42

xvii Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Data Sekolah


Lampiran 2 Kuesioner Karakteristik Siswa
Lampiran 3 Kuesioner Pre-test dan Post-test
Lampiran 4 Kuesioner Media Habit
Lampiran 5 Hasil Survei Media Habit
Lampiran 6 Kuesioner Uji Coba
Lampiran 7 Hasil Uji Coba Media
Lampiran 8 Komik
Lampiran 9 Buku
Lampiran 10 Surat Izin Penelitian

xviii Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengetahuan gizi memegang peranan penting dalam menentukan derajat
kesehatan masyarakat. Berbagai masalah gizi dan kesehatan dapat terjadi karena
kurangnya pengetahuan mengenai gizi seimbang. Salah satu masalah yang muncul
adalah adanya ketidakseimbangan asupan makanan. Kelebihan atau kekurangan
asupan makanan secara bersamaan dapat memicu terjadinya ‘beban ganda
masalah gizi’ di masyarakat. Hal ini dapat terjadi pada berbagai kelompok usia,
tidak terkecuali pada Anak Usia Sekolah (AUS). Pada usia ini anak cenderung
memiliki kesukaan pada jenis makanan tertentu yang nantinya dapat membentuk
kebiasaan makan anak hingga dewasa (Almatsier, Soetardjo, & Soekarti, 2011).
Berdasarkan hasil analisis Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010
diketahui bahwa terdapat AUS yang mengalami status gizi lebih (IMT/U > 2) di
Indonesia sebanyak 9.2% terdiri dari 10.7% laki-laki dan 7.7% perempuan
(Depkes, 2010). Sementara itu, AUS yang memiliki status gizi kurang (IMT/U <
-2) sebesar 7.6% terdiri dari 8.1% laki-laki dan 7.2% perempuan. Permasalahan
lain yang sering dihadapi oleh anak usia sekolah di Indonesia adalah masih
rendahnya konsumsi energi dan protein di bawah kebutuhan minimal, yaitu
sebesar 44.4% dan 30.6% (Depkes, 2010). Selain itu, prevalensi kurang makan
buah dan sayur pada kelompok usia 10-14 tahun masih tergolong tinggi, yaitu
sebanyak 93.6% dan aktivitas fisik yang dilakukan oleh AUS juga masih
tergolong rendah, yaitu sebesar 66.9 % (Depkes, 2007).
Menurut FAO dan WHO (1992) guna mencapai kesehatan dan status gizi
yang optimal diperlukan adanya pedoman gizi seimbang di setiap negara. Namun,
sosialisasi dan penerapan gizi seimbang dalam masyarakat nyatanya belum
berlangsung secara optimal. Sebagaimana yang dikatakan oleh Soekirman (2011)
bahwa pada tahun 2003 dan 2005 Departemen Kesehatan RI telah mengeluarkan
buku mengenai pedoman gizi seimbang namun kurangnya sosialisasi dan
publikasi mengenai hal ini membuat masyarakat kurang mengenal pedoman gizi
seimbang.

1 Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


2

Rendahnya pengetahuan anak mengenai gizi seimbang dapat dilihat


berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnnya. Penelitian yang
dilakukan oleh Eboh & Boye (2006) menunjukkan bahwa rata-rata skor
pengetahuan anak usia sekolah di Nigeria sebesar 10.8 poin pada kelompok
perlakuan dan 10.1 poin pada kelompok kontrol. Hal serupa ditunjukkan oleh
penelitian yang dilakukan oleh Lakshman (2010) di UK terhadap anak usia
sekolah yang menunjukkan jika rata-rata skor pengetahuan gizi sebesar 28.3 poin
pada kelompok perlakuan dan 27.3 poin pada kelompok kontrol. Sementara itu,
rata-rata skor pengetahuan gizi anak usia sekolah di Cina berdasarkan penelitian
Shi-Chang (2004) sebesar 49.2 poin dan rata-rata pengetahuan gizi pada anak usia
sekolah di Malaysia sebesar 48.3 poin (Talib et al., 2007). Hal tersebut
menunjukkan bahwa pengetahuan anak di beberapa negara masih tergolong
rendah.
Penelitian mengenai pengetahuan gizi anak usia sekolah juga telah
dilakukan di Indonesia. Beberapa penelitian tersebut diantaranya dilakukan oleh
Achadi, dkk (2010) pada anak sekolah dasar di Kota Depok yang menunjukkan
bahwa rata-rata skor pengetahuan sebesar 67.81 poin. Penelitian yang dilakukan
oleh Atmaja (2010) di wilayah perkotaan dan perdesaan Banten menunjukkan
rata-rata skor pengetahuan gizi anak usia sekolah secara berturut-turut sebesar
69,57 poin dan 70.65 poin. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan gizi
anak di beberapa daerah di Indonesia juga masih tergolong rendah.
Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan pengetahuan
mengenai gizi, yaitu melalui proses pendidikan. Berdasarkan penelitian
Soekirman (2011) pada 300 lebih responden dari berbagai kalangan diperoleh
hasil bahwa sebanyak 54% responden menyatakan bahwa cara yang paling efektif
untuk mensosialisasikan gizi melalui lembaga pendidikan. Sebanyak 91%
responden menyatakan sekolah dasar merupakan target terbaik dalam melakukan
sosialisasi gizi, diikuti dengan sekolah menengah pertama (19%), sekolah
menengah atas (11%), dan perguruan tinggi (9%).
Pendidikan tidak terlepas dari proses belajar mengajar. Dalam proses
belajar dibutuhkan alat bantu atau media yang dapat digunakan untuk
mempermudah menyampaikan pesan kepada sasaran. Beberapa penelitian guna

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


3

meningkatkan pengetahuan anak dengan menggunakan media telah dilakukan


oleh Saloso (2011) dengan menggunakan lagu dan kartu bergambar, Ikada (2010)
dengan buku cerita bergambar, Mustafida (2009) dengan media surat kabar,
Alkhosim, Harahap, & Arita (2009) dengan media komik, Veranita (2001) dengan
menggunakan papan flanel, dan masih banyak penelitian lainnya. Penelitian
tersebut menunjukkan adanya perubahan positif terhadap peningkatan
pengetahuan anak.
Pemilihan media belajar harus berdasarkan pada tujuan pembelajaran dan
kemampuan belajar siswa (Moerdiyanto, 2008). Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan media cetak berupa komik yang berisi mengenai 4 pesan gizi
seimbang, yaitu variasi makanan, pentingnya hidup bersih, pentingnya pola hidup
aktif dan olahraga, serta pentingnya memantau berat badan yang divisualisasikan
dalam Tumpeng Gizi Seimbang (TGS). Soekirman (2011) menyatakan bahwa
sebanyak 68% dari 300 lebih responden mengatakan jika empat prinsip pesan gizi
seimbang yang terdapat dalam TGS sangat informatif dan lebih mudah
dimengerti.
Media cetak dipilih karena memiliki keunggulan dalam hal fleksibel,
mudah digunakan, awet, dan murah dalam pemeliharaannya (Gafur, 2010). Dalam
penelitian ini komik digunakan sebagai alat untuk menyampaikan pesan gizi
seimbang kepada AUS. Republika (2003) dalam Netty, dkk (2006) mengatakan
jika sebagian besar siswa lebih memilih komik dibandingkan dengan buku
pelajaran. Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil survei pendahuluan yang
dilakukan pada 158 siswa kelas V SDN Sukasari 4 dan 5 Kota Tangerang,
sebanyak 83% anak lebih memilih komik dibandingkan dengan buku.
Komik mampu memberikan hiburan sekaligus pendidikan kepada anak.
Menurut Mc Cloud (1993) dan Santyasa (2007) komik mampu menampilkan
cerita sederhana dan tulisan dalam bahasa sehari-hari sehingga mudah dipahami
dan diminati oleh berbagai kalangan baik anak-anak hingga dewasa. Berbagai
penelitian menunjukkan bahwa komik mampu menyampaikan pesan dengan cara
yang menarik sehingga mudah dimengerti dan dapat meningkatkan pengetahuan
anak. Penelitian yang dilakukan Ulfa (2004) kepada 143 siswa SD di Kota
Surabaya, Netty, dkk (2006) pada kelas V dan VI SD Negeri 24 Parupuk Tabing

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


4

Padang, Thalib et al. (2007) pada 273 anak usia sekolah di Malaysia, Alkhosim,
Harahap, & Arita (2009) pada 75 siswa SDN Babakan Darmaga 1 dan 42 siswa
SDN Babakan Darmaga 3 menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan yang
signifikan setelah diberikan intervensi menggunakan komik.
Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang telah dilakukan pada tanggal
29 Februari 2012 terhadap 79 siswa kelas V SDN Sukasari 4 menunjukkan bahwa
hanya sebanyak 4% anak yang tidak suka membaca komik. Sebanyak 9% anak
membaca komik setiap hari, 13% anak membaca komik 4-6 kali dalam seminggu,
30% anak membaca komik 2-3 kali dalam seminggu, 18% anak membaca komik
satu kali dalam seminggu, 9% anak membaca komik satu kali dalam sebulan, dan
20% membaca komik kurang dari sebulan. Penggunaan komik sebagai media
belajar begitu diminati oleh anak-anak. Hal ini dibuktikan bahwa hanya sebesar
2% anak yang menyatakan komik sebagai media belajar dianggap tidak menarik.
Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar anak senang dan tertarik
membaca komik.
Pernyataan di atas melatarbelakangi perlu diadakannya pendidikan gizi
bagi anak usia sekolah dengan mengggunakan komik. Penelitian ini dilakukan di
SDN Sukasari 4 di Kelurahan Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang.
Pemilihan lokasi berdasarkan pada tingginya tingkat kesukaan anak terhadap
komik. Selain itu, berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan terhadap
39 siswa di sekolah yang memliki karakteristik yang sama dalam hal kurikulum,
lingkungan, dan nilai rata-rata semester, yaitu SDN Sukasari 5 Tangerang,
menunjukkan bahwa rata-rata skor pengetahuan anak mengenai pedoman gizi
seimbang hanya sebesar 54.1 poin. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka
dipilihlah SDN Sukasari 4 sebagai lokasi penelitian.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


5

1.2 Rumusan Masalah


Pengetahuan dapat dikatakan baik jika > 80% (Khomsan, 2000). Namun
pada kenyataannya pengetahuan gizi seimbang pada anak usia sekolah di
beberapa daerah di Indonesia masih tergolong dalam kategori rendah. Hal tersebut
dapat dilihat berdasarkan pada beberapa penelitian mengenai pengetahuan anak
sekolah dasar. Penelitian yang dilakukan oleh Achadi, dkk (2010) pada anak
sekolah dasar di Kota Depok menunjukkan bahwa rata-rata skor pengetahuan gizi
sebesar 67.81 poin. Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Atmaja (2010)
di wilayah perkotaan dan perdesaan Banten menunjukkan rata-rata skor
pengetahuan gizi anak usia sekolah secara berturut-turut sebesar 69,57 poin dan
70.65 poin.
Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti pada
tahun 2012 terhadap 39 siswa di SDN Sukasari 5 Tangerang yang memiliki
kesamaan karakteristik dalam hal kurikulum, lingkungan, dan rata-rata nilai
semester dengan sasaran penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor
pengetahuan anak mengenai pedoman gizi seimbang hanya sebesar 54.1 poin.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait dengan
pengetahuan gizi anak usia sekolah dengan menggunakan media komik di Kota
Tangerang.

1.3 Pertanyaan Penelitian


1. Apakah skor pengetahuan gizi pada kelompok komik pendidikan gizi
seimbang lebih tinggi saat post-test dibandingkan dengan saat pre-test
pada anak Sekolah Dasar Negeri Sukasari 4 di Kelurahan Sukasari,
Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang tahun 2012 ?
2. Apakah skor pengetahuan gizi pada kelompok perlakuan komik
pendidikan gizi seimbang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok
perlakuan buku pegangan gizi seimbang pada anak Sekolah Dasar Negeri
Sukasari 4 di Kelurahan Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang
tahun 2012 ?

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


6

3. Apakah skor pengetahuan gizi pada kelompok perlakuan komik


pendidikan gizi seimbang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok
kontrol yang tidak diberikan perlakuan pada anak Sekolah Dasar Negeri
Sukasari 4 di Kelurahan Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang
tahun 2012 ?

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Diketahuinya pengaruh pemberian komik pendidikan gizi seimbang
terhadap pengetahuan gizi anak Sekolah Dasar Negeri Sukasari 4 di Kelurahan
Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang tahun 2012.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya perolehan skor pengetahuan gizi setelah diberikan komik
pendidikan gizi seimbang pada anak Sekolah Dasar Negeri Sukasari 4 di
Kelurahan Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang tahun 2012.
2. Diketahuinya perbandingan perolehan skor pengetahuan gizi antara
kelompok perlakuan komik pendidikan gizi seimbang dengan kelompok
perlakuan buku pegangan gizi seimbang pada anak Sekolah Dasar Negeri
Sukasari 4 di Kelurahan Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang
tahun 2012.
3. Diketahuinya perbandingan perolehan skor pengetahuan gizi antara
kelompok perlakuan komik pendidikan gizi seimbang dengan kelompok
kontrol yang tidak diberikan perlakuan pada anak Sekolah Dasar Negeri
Sukasari 4 di Kelurahan Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang
tahun 2012.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Bagi Siswa
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan
mengenai gizi seimbang dan mampu meningkatkan minat baca siswa.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


7

1.5.2 Bagi Pengajar


Penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi pihak-pihak yang
menggeluti dunia pendidikan untuk terus mengembangkan dan mencari
media belajar lainnya yang sesuai dengan minat dan karakteristik anak
sehingga dapat meningkatkan keinginan anak untuk membaca.
1.5.3 Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu solusi nyata yang dapat
digunakan dalam proses pembelajaran untuk menyampaikan pesan-pesan
mengenai gizi seimbang.
1.5.4 Bagi Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur dan masukan bagi
penelitian selanjutnya sehingga dapat diperoleh media yang lebih baik dan
efektif untuk digunakan dalam pendidikan.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian


Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah pengaruh pemberian
komik pendidikan gizi seimbang terhadap pengetahuan gizi Anak Usia Sekolah
(AUS). Penelitian ini dilakukan di SDN Sukasari 4 yang berada di Kelurahan
Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang pada bulan Februari 2012
sampai Mei 2012. Pemilihan lokasi berdasarkan pada tingginya tingkat kesukaan
anak terhadap komik dan masih rendahnya pengetahuan anak mengenai gizi
seimbang. Penelitian ini dilakukan secara randomized pre-test and post-test
control group design dengan menggunakan desain true experimental. Sampel
yang dijadikan dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Sukasari 4
Tangerang yang memenuhi kriteria inklusi.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer meliputi karakteristik siswa dan keluarganya (nama, jenis
kelamin, tempat tangal lahir, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan
sebagainya) dan soal pre-test serta post-test. Data sekunder meliputi karakteristik
sekolah (jumlah murid, jumlah guru, gambaran umum, profil, sarana belajar,
kegiatan ekstrakurikuler, dan prestasi sekolah). Penelitian dilakukan dengan
menggunakan alat bantu kuesioner dan media pembelajaran.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anak Usia Sekolah


2.1.1 Pengertian Anak Usia Sekolah
Anak usia sekolah adalah anak yang berusia antara 6-12 tahun. Seorang
anak dikatakan memasuki tahap middle childhood ketika berada pada usia 5-10
tahun. Anak usia sekolah dapat dikategorikan dalam fase pra-remaja, yaitu anak
yang berada pada usia 9-11 tahun untuk perempuan dan 10-12 tahun untuk laki-
laki. Pada masa ini anak akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik
secara psikologis maupun kognitif (Brown, 2005).
Menurut Notoatmodjo (1983) anak usia sekolah dapat dibagi menjadi tiga
kelompok, yaitu masa kelas rendah sekolah dasar, masa kelas tiga sekolah dasar,
dan masa pueral. Masa kelas rendah sekolah dasar umumnya memiliki sifat
kecenderungan untuk memuji diri sendiri, tunduk terhadap peraturan, senang
membandingkan dirinya dengan anak lain, dan jika tidak mampu menyelesaikan
suatu masalah maka hal tersebut akan dianggap menjadi tidak penting. Masa kelas
tiga sekolah dasar memiliki ciri-ciri mulai menyukai mata pelajaran tertentu,
sangat realistik, ingin tahu dan belajar, mulai gemar membentuk teman sebaya,
dan bermain bersama. Masa pueral memiliki sifat yang menonjol seperti sifat
untuk berkuasa. Anak mulai mengakui otoritas orang tua dan guru sebagai sesuatu
yang wajar. Ciri-ciri yang dimiliki oleh setiap anak akan mengalami perubahan
seiring dengan bertambahnya usia mereka.
Pertumbuhan dan perkembangan yang dialami oleh anak pada fase ini baik
secara biologis, kognitif, dan psikososial mencapai pacu tumbuh yang pesat
meskipun dalam waktu yang terbatas (Departemen Gizi dan Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia, 2009). Hal serupa dikatakan oleh Almatsier,
Soetardjo, & Soekarti (2011) pada masa ini anak akan mengalami pertumbuhan,
perkembangan, peningkatan kemandirian, dan pematangan keterampilan motorik
kasar dan halus.

8 Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


9

2.1.2 Perkembangan Perilaku Motorik


Perkembangan motorik pada anak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu hereditas, faktor lingkungan, budaya, dan pemberian zat gizi yang sesuai
dengan kebutuhan anak. Menurut Makmun (1996) pada masa usia sekolah anak
memilki ketertarikan terhadap permainan yang realistik dan melibatkan gerakan-
gerakan yang lebih kompleks. Perkembangan motorik seperti keterampilan
menulis, persiapan kerja, mengetik, menjahit, dan sebagainya mulai
dikembangkan pada saat anak menginjak usia remaja.

2.1.3 Perkembangan Bahasa


Pada tahap usia sekolah anak telah mampu berkomunikasi dengan orang
lain dan memiliki keterampilan membaca. Pada anak usia 6-8 tahun anak memilki
ketertarikan untuk membaca dan mendengar dongeng fantasi. Sementara itu, anak
usia 10-12 tahun mulai menyukai cerita yang bersifat kritis (Makmun, 1996).
Perbedaan usia pada anak mampu mempengaruhi ketertarikan mereka terhadap
bahan bacaan yang dipilih.

2.1.4 Perkembangan Kognitif


Perkembangan fungsi dan perilaku kognitif dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu secara kualitatif dan kuantitatif. Menurut Loree (1970) dalam Makmun
(1996) perkembangan tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut :
a. Perkembangan kognitif secara kualitatif
Laju perkembangan intelegensi seseorang akan melaju pesat sampai pada
masa remaja awal kemudian perlahan perkembangan tersebut akan menurun.
b. Perkembangan kognitif secara kuantitatif
Menurut Piaget (1961) anak usia sekolah mulai memasuki tahap Concrete
Operational Period, yaitu anak pada usia 7-12 tahun (Makmun, 1996). Tiga
kemampuan yang dimiliki oleh anak pada tahap ini adalah kemampuan
mengklasifikasikan angka-angka dan bilangan, mengonservasi pengetahuan
tertentu, dan mengoperasikan kaidah-kaidah logika walaupun masih terikat
dengan objek yang bersifat konkret.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


10

Menurut Piaget dan Berliner (1975) dalam Gunarsa (2006) perkembangan


kognitif yang dialami anak bukan hanya berasal dari lingkungannya saja, bukan
pula oleh kematangan yang dialami oleh anak, akan tetapi berasal dari interaksi
yang terjadi antara kedua faktor tersebut. Perkembangan kognitif yang dialami
oleh anak memiliki empat aspek, yaitu kematangan, pengalaman, transmisi sosial,
dan ekuilibrasi.
 Kematangan merupakan pengembangan dari susunan syaraf. Misalnya
kemampuan anak dalam mendengar, hal tersebut dipengaruhi oleh
kematangan susunan syaraf yang bersangkutan.
 Pengalaman merupakan hubungan timbal balik yang dialami anak dengan
lingkungan dan sekitarnya. Pengalaman yang dialami oleh anak dapat
mempengaruhi pikiran anak dalam menemukan solusi dari permasalahan yang
mereka hadapi. Jika pada usia sebelumnya anak-anak hanya terpaku pada
sudut pandang mereka sendiri (egosentris), sedangkan pada tahap konkret-
operasional ini anak telah mampu melihat dari sudut pandang yang berbeda
Behrman et al. (2004).
 Transmisi sosial merupakan pengaruh yang diterima selama interaksi dengan
lingkungan sosial.
 Ekuilibrasi merupakan kemampuan mengatur, mempertahankan
keseimbangan, dan menyesuaikan dengan lingkungannya.

2.1.5 Perkembangan Sosial


Sosialisasi merupakan suatu proses dimana seseorang dapat belajar
berinteraksi dengan orang lain dan lingkungannya. Pada usia sekolah anak mulai
mengetahui dan mengambil alih perannya dalam keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Anak akan lebih senang menghabiskan waktu di luar rumah. Oleh
karena itu, anak mudah terpengaruh oleh lingkungan eksternal karena pada masa
ini hubungan pertemanan dengan rekan sebaya menjadi bagian yang penting bagi
anak. Berbagai pengaruh dari luar memegang peranan penting dalam
mempengaruhi kehidupan anak di segala aspek (S.D. Gunarsa & Y.S.D. Gunarsa,
1991; Brown, 2005).

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


11

2.2 Pedoman Gizi Seimbang (PGS)


2.2.1 Pengertian Pedoman Gizi Seimbang
Pedoman gizi seimbang merupakan pedoman yang berisikan pesan-pesan
yang berkaitan dengan makanan yang diperlukan guna memelihara kesehatan dan
gizi yang baik. PGS dibuat untuk memperbaiki konsep “empat sehat lima
sempurna”. Agar setiap orang memiliki status gizi yang baik diperlukan adanya
pesan dasar gizi seimbang sehingga mereka mampu berperilaku gizi yang baik
dan benar (Depkes, 2003). Oleh karena itu, pedoman gizi seimbang harus
disosialisasikan agar masyarakat dapat memahami dan menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.

2.2.2 Pesan Pedoman Gizi seimbang


Pesan gizi seimbang di Indonesia divisualisasikan dalam bentuk tumpeng
yang dikenal dengan nama Tumpeng Gizi Seimbang (Gambar 2.1). Pesan yang
divisualisasikan dalam TGS ditunjukkan dengan menggunakan gambar untuk
mempermudah dalam membantu setiap orang untuk memilih makanan yang
sesuai dengan jenis dan jumlah yang tepat sesuai dengan kebutuhannya
(Soekirman, 2011).

Gambar 2.1 Tumpeng Gizi Seimbang


Sumber : Yayasan Institut Danone & Nakita (2010)

Pedoman gizi seimbang memiliki empat prinsip utama, yaitu variasi


makanan, pentingnya hidup bersih, pentingnya pola hidup aktif dan berolahraga,
dan pantau berat badan. Berikut ini merupakan penjelasan lebih rinci mengenai
Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


12

empat pesan gizi seimbang yang dikutip dari Yayasan Institut Danone & Nakita
(2010) adalah sebagai berikut :
a. Pentingnya membiasakan makan makanan yang beraneka ragam
Prinsip utama dari gizi seimbang adalah membiasakan makan makanan yang
beragam. Makanan gizi seimbang tidak hanya memperhatikan sumber zat gizi
makro (karbohidrat, lemak, dan protein) dan air, akan tetapi juga memperhatikan
sumber zat gizi mikro (vitamin dan mineral). Pola makan gizi seimbang mengatur
keragaman golongan bahan makanan berdasarkan jenis dan jumlah sesuai dengan
kebutuhan.
b. Pentingnya hidup bersih
Pola makan yang seimbang akan menjadi tidak berarti jika tidak diikuti
dengan penerapan dan kebiasaan hidup bersih seperti mencuci tangan sebelum
makan dengan menggunakan air bersih dan sabun, menyajikan makanan dalam
tempat tertutup, memasak dengan suhu yang tepat, dan mencuci sayur dan buah
dengan air bersih.
c. Pentingnya pola hidup aktif dan berolahraga
Prinsip ketiga yang disampaikan dalam gizi seimbang adalah pentingnya pola
hidup aktif dan aktivitas fisik. Hal tersebut dikarenakan perlu adanya
keseimbangan antara asupan dan pengeluaran untuk beraktivitas. Berat badan
akan berkurang jika energi yang masuk lebih kecil jika dibandingkan dengan
kebutuhan seharusnya, dan begitu pun sebaliknya.
d. Pantau berat badan ideal
Bertambah dan berkurangnya berat badan seseorang dapat digunakan untuk
melihat keseimbangan antara asupan makanan dan aktivitas yang dilakukan
seseorang. Pemahaman dan penerapan gizi seimbang merupakan salah satu upaya
yang dilakukan guna mencapai dan mempertahankan berat badan.

2.2.3 Pengelompokan Bahan Makanan dalam TGS


Pengelompokan bahan makanan dalam TGS didasarkan pada tiga fungsi
zat gizi, yaitu sumber energi, sumber zat pembangun, dan sumber zat pengatur
Menurut Almatsier, Soetardjo, & Soekarti (2011) pengelompokan bahan makanan
tersebut adalah sebagai berikut :

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


13

a. Sumber energi yang terdapat dalam makanan pokok seperti padi-padian,


umbi-umbian, dan hasil olahannya seperti tepung-tepungan, roti, dan
sebagainya.
b. Sumber zat pembangun yang terdapat dalam protein hewani (ayam, ikan, susu,
daging, dan lain-lain) dan protein nabati (kacang-kacangan dan hasil
olahannya seperti tahu dan tempe).
c. Sumber zat pengatur terdapat pada sayuran dan buah-buahan. Sayuran
berwarna hijau dan kuning jingga lebih diutamakan sedangkan untuk buah
lebih diutamakan pada yang berwarna kuning jingga, kaya serat, dan memiliki
rasa asam (jeruk, nanas, mangga, papaya, dan lain-lain).

2.2.4 Penempatan Kelompok Bahan Makanan dalam TGS


Penempatan kelompok bahan makanan dibuat berdasarkan pada
banyaknya penggunaan bahan makanan tersebut dalam menu sehari-hari. Pada
bagian dasar tumpeng dilapisi dengan gambar air putih yang idealnya dikonsumsi
2 liter atau setara dengan 8 gelas perhari, kemudian diikuti oleh kelompok bahan
makanan sumber energi. Buah dan sayur yang merupakan bahan makanan sumber
zat pengatur berada diurutan ketiga diikuti dengan kelompok bahan makanan
sumber zat pembangun diurutan keempat, dan yang ditempat terakhir adalah
kelompok bahan makanan yang relatif sedikit dikonsumsi dalam menu makanan
sehari-hari, yaitu minyak, garam, dan gula. Kurangnya pengetahuan mengenai
gizi seimbang ini dikalangan masyarakat dapat memunculkan berbagai masalah
baik gizi maupun kesehatan. Untuk itu, pengetahuan mengenai gizi seimbang
penting untuk dimiliki, dipahami, dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

2.3 Pengetahuan Gizi


2.3.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan dapat diartikan sebagai konsep yang terdapat dalam pikiran
manusia yang diperoleh dengan menggunakan panca indera yang dimilikinya,
Notoatmodjo (2010) mengatakan bahwa pengetahuan seseorang sebagian besar
dipengaruhi oleh indera pengelihatan dan indera pendengaran. Pengetahuan gizi
sendiri dapat diartikan sebagai pemahaman masyarakat dalam memilih bahan

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


14

makanan yang sehat sesuai fungsinya bagi tubuh dan dapat dinilai berdasarkan
jawaban responden terhadap pertanyaan yang diberikan sesuai kuesioner yang
diajukan (Suwondo, 1975 dalam Purwanti, 2010).

2.3.2 Tingkat Pengetahuan


Pengetahuan yang dimiliki oleh setiap orang mengenai sesuatu termasuk
pengetahuan gizi memiliki tingkatan yang berbeda. Menurut Notoatmodjo (2010)
ada enam tingkat pengetahuan, yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis,
dan evaluasi.
a. Tahu artinya dapat mengingat kembali materi yang telah dipelajari atau
didapatkan sebelumnya.
b. Memahami dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menginterpretasikan
sesuatu secara benar dan mampu menjelaskan objek yang diketahuinya.
c. Aplikasi merupakan kemampuan yang dapat digunakan untuk
mengaplikasikan materi yang telah dipelajari dalam kehidupan nyata.
d. Analisis adalah kemampuan untuk menjelaskan dan menjabarkan sesuatu
secara terstruktur sehingga terdapat kaitan satu sama lain.
e. Sintesis dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menyusun atau melakukan
inovasi terhadap sesuatu yang telah ada sebelumnya.
f. Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap sesuatu
baik dengan kriteria yang dimilikinya maupun kriteria yang telah ada
sebelumnya.

2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan


Pengetahuan muncul pada saat seseorang menggunakan akal budinya
untuk dapat mengenali kejadian atau benda tertentu yang belum pernah dirasakan
atau dilihat sebelumnya. Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan dipengaruhi
oleh faktor internal dan eksternal, yaitu :
a. Intelegensi
Inelegensi merupakan kemampuan yang dimiliki anak sejak lahir, hal ini
memungkinkan anak dapat melakukan sesuatu sesuai dengan caranya sendiri.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


15

Kemampuan intelegensi ini akan mempengaruhi kecepatan seseorang dalam


memecahkan masalah yang dihadapinya.
b. Pendidikan
Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan untuk memberikan pengetahuan
kepada sasaran (individu, kelompok, dan masyarakat) melalui proses belajar
sehingga mereka dapat melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidik.
Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa pendidikan meliputi tiga unsur, yaitu
input merupakan meliputi sasaran pendidikan (individu, kelompok, dan
masyarakat) dan pendidik (pelaku pendidikan); proses merupakan upaya yang
dilakukan untuk mempengaruhi seseorang; dan output merupakan hasil yang
diharapkan, yaitu peningkatan pengetahuan. Oleh karena itu, tingkat pengetahuan
seseorang sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikannya.
c. Informasi atau Media Massa
Pengetahuan atau informasi dapat diperoleh melalui pendidikan formal
maupun non-formal yang dapat memberikan pengaruh atau peningkatan terhadap
pengetahuan seseorang. Media massa dapat digunakan untuk mempermudah
menyampaikan pesan terhadap sasaran. Media yang biasa digunakan untuk
memberikan informasi dan pesan-pesan kepada seseorang dapat berupa media
cetak meliputi booklet, leaflet, majalah surat kabar, dan lain-lain sedangkan media
elektronik meliputi televisi, video, slide, dan film, serta billboard.
d. Sosial Budaya dan Ekonomi
Kebiasaan atau tradisi yang melekat dalam diri seseorang dapat
mempengaruhi pola pikir seseorang. Selain itu, tingkat ekonomi seseorang akan
berperan dalam menentukan tersedianya fasilitas yang diperlukan untuk
mendukung kegiatan yang akan dilakukan guna meningkatkan pengetahuan.
e. Lingkungan
Lingkungan merupakan segala sesuatu yang terdapat disekitar individu,
lingkungan ini meliputi lingkungan fisik, biologis, maupun lingkungan sosial.
Lingkungan memegang peranan penting dalam mempengaruhi pengetahuan yang
dimiliki seseorang.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


16

f. Pengalaman
Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang menurut Notoatmodjo (2003) juga
dapat diperoleh dari pengalaman yang dialaminya sendiri maupun pengalaman
orang lain. Pengalaman merupakan cara seseorang untuk mengulang kembali
pengetahuan yang telah diperolehnya pada saat memecahkan masalah yang
dihadapinya di masa lalu.
g. Usia
Pengetahuan seseorang juga dipengaruhi oleh usia seseorang. Daya tangkap
dan pola pikir seseorang akan semakin berkembang seiring dengan bertambahnya
usia.

2.3.4 Pentingnya Pengetahuan Gizi


Pengetahuan gizi penting untuk dimiliki dan diterapkan oleh setiap orang
dalam kehidupannya. Menurut Suharjo (1996) beberapa hal yang menyebabkan
pengetahuan gizi penting untuk dimiliki setiap orang, yaitu a) kesehatan dan
kesejahteraan dipengaruhi oleh konsumsi zat gizi yang cukup, b) setiap orang
hanya akan merasa cukup jika makanan yang mereka konsumsi mampu
menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pemeliharaan, perkembangan
optimal, dan penyediaan energi, dan c) pengetahuan gizi membuat orang untuk
belajar dalam menggunakan dan memilih makanan yang lebih baik untuk
kesejahteraannya. Tingkat pengetahuan gizi seseorang turut mempengaruhi
pemilihan bahan makanan yang dikonsumsinya. Seseorang yang memiliki
pengetahuan gizi yang baik dapat menjauhkannya dari pemilihan bahan makanan
yang tidak tepat.

2.3.5 Pengukuran Pengetahuan Gizi


Pengukuran pengetahuan gizi seseorang dapat diukur berdasarkan
penelitiannya, baik secara kuntitatif maupun kualitatif. Penelitian kuantitatif dapat
dilakukan dengan wawancara baik secara tertutup maupun terbuka dengan
menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner. Selain wawancara, metode
lain yang dapat digunakan adalah angket terbuka atau tertutup. Sementara itu,

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


17

penelitian kualitatif dapat menggunakan metoda wawancara mendalam dan


diskusi kelompok terfokus pada 6-10 orang (Notoatmodjo, 2010).
Pengukuran pengetahuan gizi seseorang dapat dilakukan dengan
menggunakan instrument berupa pertanyaan pilihan berganda (Multiple Choice
Test). Multiple Choice Test merupakan bentuk tes yang sangat baik untuk
mengetahui dampak dari intervensi penyuluhan gizi terkait perubahan
pengetahuan gizi seseorang. Bentuk tes ini dapat digunakan untuk mengukur
berbagai aspek yang terkait dengan ranah kognitif. Dalam membuat instrument
yang digunakan untuk mengukur pengetahuan gizi sebaiknya memperhatikan
aspek reabilitas dan keakuratan alat ukur yang digunakan (Purwanti,2010).
Pengetahuan gizi yang dimiliki oleh seseorang dapat dikategorikan
menjadi tiga, yaitu pengetahuan gizi baik, sedang, dan rendah. Pengkategorian
pengetahuan gizi seseorang menurut Khomsan (2000) dapat dilakukan dengan
menetapkan cut of point berdasarkan nilai yang telah dijadikan dalam bentuk
persen, yaitu < 60% tergolong pengetahuan rendah, 60-80% tergolong sedang,
dan > 80% tergolong tinggi (Saloso, 2011).

2.4 Pendidikan Gizi


2.4.1 Pengertian Pendidikan
Pendidikan menurut Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (2003) diartikan
sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan kemampuan
dan keterampilan yang diperlukan oleh dirinya dan masyarakat. Menurut
Anderson (1994) pendidikan gizi merupakan suatu proses yang dilakukan untuk
membantu seseorang dalam mengambil keputusan mengenai apa yang mereka
makan dengan menerapkan pengetahuan gizi yang dimilikinya terkait dengan diet
dan kesehatan.

2.4.2 Tujuan Pendidikan Gizi


Pengenalan pendidikan gizi di sekolah berarti memberikan materi gizi
secara formal dalam kurikulum pendidikan. Upaya ini dilakukan untuk menambah
pengetahuan anak yang dapat menjadi dasar pembinaan kebiasaan makannya.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


18

Menurut Suhardjo (1996) tujuan umum pendidikan gizi yang dilakukan di


sekolah, yaitu meningkatkan kesehatan dan perkembangan fisik anak,
menanamkan kebiasaan dan cara-cara makan yang baik, mengembangkan
pengetahuan dan sikap tentang peranan makanan yang bergizi bagi kesehatan
anak, dan membantu anak agar dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan
mengenai produksi, pengolahan, pengawetan, penyimpanan, dan pemilihan
pangan terkait dengan konsumsi pangan dan gizi. Pendidikan gizi bertujuan untuk
mendorong seseorang agar dapat memperbaiki perilaku mereka dan mampu
menerapkan pemahaman mengenai pengolahan, persiapan, dan distribusi
makanan. Pendidikan gizi tidak akan berhasil jika tidak diikuti dengan perubahan
kebiasaan dan sikap seseorang (Cameron, 1983).

2.4.3 Pendidikan Gizi di Sekolah


Dalam mendukung proses pendidikan gizi di sekolah dibutuhkan adanya
pedoman mengenai gizi. The National Education Health Education Standards
memberikan beberapa pedoman dalam pendidikan gizi, yaitu memahami prinsip-
prinsip dan dampak dari pengaturan berat badan; mengetahui status gizi yang
baik, suplemen makanan, perencanaan dan persiapan makanan yang aman;
mampu melakukan penyimpanan makanan yang baik; memiliki kemampuan
dalam memilih makanan, menggunakan label makanan untuk menilai makanan;
mengevaluasi informasi gizi, kekeliruan informasi, dan iklan makanan secara
kritis; menilai kebiasaan makan seseorang; menetapkan tujuan untuk perbaikan
dan mencapai tujuan tersebut (Anonymous et al., 2003).
U.S Department of Health and Human Service (1996) menyatakan bahwa
anak-anak dan remaja membutuhkan pendidikan gizi untuk membantu mereka
dalam membentuk pola makan yang sesuai dengan pedoman gizi seimbang.
Beberapa alasan pendidikan gizi penting diterapkan di sekolah, yaitu sekolah
mampu mencakup hampir seluruh anak-anak dan remaja, sekolah mampu
menyediakan kesempatan bagi anak untuk berlatih makan yang sehat, dan sekolah
mampu mengajarkan pada siswa bagaimana mengatasi tekanan sosial yang
dihadapinya. Oleh karena itu, sekolah merupakan salah satu tempat yang menjadi
prioritas utama dalam pendidikan gizi.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


19

Sekolah yang menerapkan intervensi gizi telah memiliki beberapa strategi


seperti adanya kurikulum pelaksanaan pendidikan gizi, memperkenalkan kantin
sehat, dan melibatkan peran masyarakat terutama orang tua dalam pelaksanaan
intervensi gizi. Intervensi yang paling efektif cenderung mengandalkan kurikulum
dalam jangka waktu panjang, didukung oleh bimbingan guru, perubahan
pelayanan makanan, keterlibatan industri kesehatan, orang tua, dan keluarga.
Sekolah yang telah menerapkan pendidikan gizi menunjukkan adanya
peningkatan psikososial yang berhubungan dengan kebiasaan makan sehat, dan
peningkatan konsumsi makanan bergizi (Browning & Thomas, 2005).
Pendidikan gizi merupakan kunci dalam meningkatkan dan
mengembangkan keterampilan serta motivasi untuk makan dengan baik. Beberapa
upaya global yang dilakukan untuk memperkuat kegiatan pendidikan gizi
diantaranya adalah mengumpulkan sejumlah informasi, komunikasi, dan bahan-
bahan pendidikan. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan
memberikan pendidikan gizi mulai dari sekolah dasar. Oleh karena itu, perlu
diadakan perencanaan dan pengembangan kurikulum pendidikan di sekolah
(FAO, 2005).

2.4.3.1 Pendidikan Gizi di Negara Maju


Program pendidikan gizi anak telah diberlakukan di negara maju. Program
tersebut meliputi School Lunch Program, School Breakfast Program, Child and
Adult Care Food Program, Summer Food Service Program, dan sebagainya.
Kegiatan tersebut dilakukan untuk menyediakan makanan yang bergizi bagi anak
sekaligus mendidik mereka untuk menerapkan pedoman gizi seimbang (Brown,
2005). Untuk mengetahui pelaksanaan dan pengaruh dari pemberlakuan program
tersebut dibuatlah The Dietary Analysis of The National Evaluation of School
Nutrition Programs (NESNP) (Hanes, Vermeersch, & Gale, 1984).
Salah satu program gizi yang dirasa perlu diidentifikasi di UK adalah
meningkatkan konsumsi buah dan sayuran sebagai bagian dari makanan utama
atau snack. Cara yang dapat dilakukan adalah meningkatkan konsumsi jus buah,
mengonsumsi buah sebagai makanan selingan, dan mengonsumsi sayuran dua
porsi dalam makanan (Anderson et al.,1998). Program ini dievaluasi guna

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


20

meningkatkan konsumsi sayuran dan buah untuk mengurangi faktor resiko


penyakit kardiovaskular. Kebijakan tersebut terbukti efektif untuk memfasilitasi
lingkungan sekolah (termasuk pelayanan makanan) yang mampu memberikan
kontribusi bagi keberhasilan pendidikan gizi di sekolah (Thomas, Parsons, &
Stears, 1998; Perez-Rodrigo & Aranceta, 2001).

2.4.3.2 Pendidikan Gizi di Indonesia


Upaya pemberlakuan sadar gizi di Indonesia dimulai sejak tahun 1950-an
melalui konsep “empat sehat lima sempurna”. Konsep ini disusun berdasarkan
pada kebiasaan makan masyarakat Indonesia (makanan pokok, lauk, sayur, buah,
dan susu). Konsep ini dikenal dan telah melekat dalam masyarakat, namun pola
konsumsi masyarakat Indonesia yang tidak seimbang memunculkan berbagai
masalah baik gizi kurang maupun gizi lebih (Yayasan Institut Danone & Nakita,
2010)
Pada tahun 1995 dibuatlah pedoman mengenai gizi yang berisi 13 pesan.
Namun, pedoman tersebut tidak pernah dievaluasi sedangkan pada tahun 2010
gizi buruk masih terjadi dan penyakit degeneratif terus meningkat. Hal tersebut
mendasari dibuatnya empat pesan dasar gizi seimbang, yaitu variasi makanan,
pentingnya pola hidup bersih, pentingnya pola hidup aktif dan olahraga, serta
memantau berat badan (Soekirman, 2011). Program pendidikan gizi harus
dievaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilannya. Evaluasi yang dilakukan
meliputi pengukuran perubahan pengetahuan, sikap, dan tindakan (Cameron,
1983).

2.4.4 Proses Belajar dalam Pendidikan


Pendidikan tidak terlepas dari proses belajar mengajar. Kegitan belajar
mengajar menurut Notoatmodjo (2003) meliputi tiga hal, yaitu masukan (input),
proses, dan keluaran (output). Persoalan masukan meliputi sasaran latar belakang
dari proses belajar itu sendiri. Proses merupakan mekanisme terjadinya perubahan
kemampuan pada diri subjek belajar akibat pengaruh timbal balik antara berbagai
faktor sedangkan keluaran merupakan hasil dari kegiatan belajar itu sendiri.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


21

Dalam proses belajar diperlukan adanya bahan belajar yang sesuai dengan
kebutuhan siswa. Menurut Ditjen Diknas, Depdiknas (2006) bahan belajar yang
baik harus memenuhi syarat-syarat berikut, yaitu mampu membangkitkan
motivasi belajar, sesuai dengan lingkungan dan kehidupan, serta mampu
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Bahan belajar yang akan disampaikan
juga dapat mempengaruhi pemilihan media yang akan digunakan dalam proses
belajar mengajar.

2.5 Media
2.5.1 Pengertian Media
Proses pembelajaran gizi dan kesehatan tidak terlepas dari pengaruh
penggunaan alat peraga atau media yang mampu mendukung berlangsungnya
kegiatan belajar mengajar tersebut. Media dapat diartikan sebagai semua sarana
atau upaya untuk menampilkan pesan yang ingin disampaikan oleh komunikator
kepada sasaran sehingga dapat meningkatkan pengetahuan yang pada akhirnya
mampu mengubah perilaku sasaran ke arah positif (Depkes, 2006).

2.5.2 Alasan dan Manfaat Penggunaan Media


Ada beberapa alasan yang membuat media memiliki peranan penting
dalam suatu proses pembelajaran. Sudjana & Rivai (1999) menyatakan bahwa
media memiliki manfaat sebagai berikut :
a. Dapat menumbuhkan motivasi belajar karena proses pembelajaran akan lebih
menarik jika menggunakan media.
b. Penyampaian pesan melalui media akan lebih mudah sehingga dapat lebih
dipahami sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat dicapai.
c. Proses belajar menjadi tidak membosankan untuk siswa dan memberikan
kemudahan bagi pengajar dalam menyampaikan pesan.
d. Memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar lebih banyak karena
dengan menggunakan media siswa tidak hanya belajar mendengarkan akan
tetapi juga dituntut untuk mengamati, mendemonstrasikan, dan lain-lain.
Media dalam pendidikan gizi dapat digunakan untuk menyampaikan
pesan-pesan mengenai gizi dengan tampilan yang menarik sehingga dapat

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


22

memotivasi siswa untuk mempelajari serta menerapkan pesan tersebut dalam


kehidupan sehari-hari.

2.5.3 Klasifikasi Media


Media dalam pembelajaran terdiri dari beberapa macam. Pengelompokan
media menurut Anderson (1976) dikelompokan menjadi sepuluh macam, yaitu
media audio, media cetak, media cetak plus suara, media proyeksi visual diam,
media proyeksi visual diam dan suara, media visual gerak, media audio visual
gerak, objek, sumber manusia dan lingkungan, dan media komputer (Rani, 2008).
Media yang digunakan dalam proses belajar memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Secara garis besar media diklasifikasikan menjadi
tiga, yaitu media cetak, media elektronik, dan media ruang. Pada tabel 2.1 dapat
dilihat definisi, kelebihan, dan kekurangan penggunaan media.

Tabel 2.1 Klasifikasi Media


Media Cetak Media Elektronik Media Luar Ruang
Definisi Media statis yang Media yang bersifat dinamis Media yang digunakan
digunakan untuk dapat dinikmati oleh indera untuk menyampaikan
menyampaikan pesan pengelihatan dan pendengaran pesan baik melalui
dalam bentuk visual. dan menggunakan bantuan alat media cetak maupun
elektronik untuk menyampaikan elektronik diluar
pesan. ruangan secara umum.

Contoh Poster, leaflet, brosur, Televisi, radio, film, video, Papan reklame, banner,
media majalah, surat kabar, kaset, VCD, CD, dan lain-lain. TV layar lebar, dan lain-
lembar balik, stiker, lain.
pamflet, dan lain-lain.

Kelebihan Tahan lama, dapat Mampu mengikutsertakan Memberikan informasi


menjangkau banyak semua panca indera, lebih umum sekaligus
orang, biaya produksi mudah dipahami, lebih menarik, hiburan, mengikut
tidak tinggi, dapat karena ada suara, gambar sertakan semua panca
dibawa kemana-mana, bergerak, bertatap muka, indera, lebih mudah
meningkatkan penyajian dapat dikendalikan, dipahami, lebih menarik
keinginan belajar, jangkauan relatif lebih besar, karena ada suara dan
mempermudah dapat diulang-ulang dan lain- gambar bergerak,
pemahaman. lain. jangkauan relatif lebih
besar.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


23

Media Cetak Media Elektronik Media Luar Ruang


Kekurangan Mudah terlipat, tidak Biaya lebih tinggi, lebih rumit, Biaya lebih tinggi, lebih
dapat menstimulir efek memerlukan listrik, memerlukan rumit, ada yang
suara, dan efek gerak. alat canggih untuk memerlukan listrik, ada
memproduksinya, perlu yang memerlukan alat
persiapan matang, perlu canggih untuk
keterampilan dalam pembuatan, memproduksinya, perlu
penyimpanan, dan persiapan matang,
pengoperasian. peralatan selalu
berkembang dan
berubah, perlu
keterampilan dalam
pembuatan,
penyimpanan, dan
pengoperasian.

Sumber : Depkes (2006)

2.5.4 Prinsip Pemilihan Media


Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam memilihan media
yang akan digunakan dalam proses belajar. Menurut Supardi (2009) terdapat tujuh
prinsip dalam pemilihan media, yaitu mudah terlihat (visible), menarik
(interesting), sederhana (simple), bermanfaat (useful), dapat
dipertanggungjawabkan (accurate), masuk akal (legitimate), dan terstruktur
dengan baik (structured). Prinsip tersebut diperlukan agar media yang digunakan
dalam proses belajar dapat efektif dan efisien.

2.5.5 Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Media


Pemilihan media pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan media pembelajaran menurut
Indriana (2011), yaitu :
a. Adanya kesesuaian dengan tujuan pembelajaran. Pemilihan media disesuaikan
dengan tujuan yang terdapat dalam mata pelajaran, baik secara umum maupun
khusus. Tujuan pembelajaran juga dapat disesuaikan dengan tujuan kognitif,
afektif, dan psikomotorik yang ingin dicapai.
b. Adanya kesesuaian dengan materi yang diberikan. Pemilihan media harus
disesuaikan dengan materi yang ingin disampaikan dan tingkat kedalaman
yang ingin diperoleh dalam proses pembelajaran.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


24

c. Adanya kesesuaian dengan fasilitas pendukung, kondisi lingkungan, dan


waktu. Pemilihan media yang tidak memperhatikan fasilitas pendukung,
lingkungan, dan waktu dalam proses belajar akan mengakibatkan media yang
digunakan menjadi tidak efektif dan efisien.
d. Adanya kesesuaian dengan karakteristik siswa. Pemilihan media harus
disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik siswa. Sebagai contoh siswa
yang mengalami gangguan pendengaran tidak dapat menggunakan media
suara sebagai komponen utama dalam proses pendidikan.
e. Adanya kesesuaian dengan gaya belajar siswa. Menurut Bobby DePorter
(1999) gaya belajar anak dibagi menjadi tiga, yaitu gaya belajar visual
(menggunakan media visual), auditorial (menggunakan media audio), dan
kinestetik (praktek langsung) (Indriana, 2011). Oleh karena itu, pemilihan
media disesuaikan dengan gaya belajar siswa.
f. Adanya kesesuaian dengan teori yang digunakan. Kesesuaian antara media
pembelajaran dengan teori harus diperhatikan agar dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang diinginkan.
Hal serupa dikatakan oleh Rodgers & Thorton (2005) bahwa ada empat
hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan media, yaitu media yang digunakan
harus dapat menarik minat dan perhatian siswa (attention), sesuai dengan tujuan
pembelajaran dan kebutuhan serta kondisi siswa (relevance), media mampu
menimbulkan rasa percaya pada siswa bahwa mereka mampu dalam menyerap
informasi yang diberikan (confidence), dan media tidak hanya memberikan
pengetahuan kepada siswa tetapi juga mampu menimbulkan rasa senang (hiburan)
(Supardi, 2009).

2.5.6 Pengembangan Rancangan Media


Media yang digunakan dalam kegitan belajar mengajar guna
mempromosikan kesehatan yang baik harus sesuai dengan sasaran yang dituju.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan rancangan media
menurut Dignan & Carr (1992); Depkes (2006) , yaitu :

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


25

a. Tahapan analisis masalah dan sasaran


Tahap pertama yang dilakukan adalah analisis, yaitu masalah yang ada di
masyarakat berkaitan dengan masalah kesehatan yang muncul, kelompok sasaran,
kebijaksanaan, peraturan dan program penanggulangan yang telah ada, memilih
institusi yang mampu mendukung program yang akan dilakukan, dan sasaran
komunikasi yang telah tersedia dan telah dilaksanakan.
b. Tahapan Rancangan Pengembangan Media
Pada tahap ini ada delapan komponen yang harus diperhatikan, yaitu :
 Menentukan tujuan, tujuan yang ingin dicapai harus spesifik, realistik,
dapat diukur, dan dibatasi waktu.
 Identifikasi kelompok sasaran berdasarkan pada demografi, sosial, budaya,
psikologis, dan karakteristik lainnya.
 Mengembangkan pesan, informasi yang disampaikan hendaknya akurat
dan terfokus pada pesan kunci dan jangan terlalu banyak pesan yang
disampaikan. Pengembangan pesan yang dilakukan harus sesuai dengan
kebutuhan dan tingkat pengetahuan sasaran.
 Menetapkan media yang digunakan, penggunaan media sebaiknya
terkoordinasi dengan baik dan memperhatikan jangka waktu serta dampak
dari penggunaan media.
 Penguatan interpersonal merupakan upaya mencari orang atau kelompok
yang secara langsung atau tidak langsung dapat memberikan pengaruh
kepada pengambil keputusan.
 Menulis rencana kegiatan dan indikator yang digunakan untuk memonitor
hasil.Perencanaan anggaran, semua biaya yang dikeluarkan untuk
pencetakan media, pretest, revisi, dan lain-lain.
c. Tahapan Pengembangan Pesan, Uji Coba, dan Produksi Media
Pesan yang akan disampaikan pada sasaran hendaknya jelas, spesifik,
konsisten, menarik perhatian, berorientasi pada tindakan, cocok dengan budaya,
dan kebijakan nasional. Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah membuat
konsep pesan yang berisikan pendahuluan, tema, kata-kata, dan lain-lain. Uji coba
media perlu dilakukan karena orang mungkin tidak mengerti maksud dari media
yang digunakan, mereka mungkin tidak memahami pesan yang ingin

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


26

disampaikan, dan mereka mungkin tidak menyukai apa yang mereka lihat dan
dengar, misalnya penggunaan media yang tidak menarik dan tidak atraktif (WHO,
1988). Setelah melakukan uji coba dan revisi terhadap media, proses yang
dilakukan selanjutnya adalah proses produksi media.
d. Tahapan Pelaksanaan dan Pemantauan
Pelaksanaan merupakan tahap dimana perencanaan mulai dilaksanakan.
Pemantauan dilakukan untuk melihat keluaran dari program yang telah
direncanakan dan dibandingkan dengan rencana kerja dan rencana anggaran.
e. Tahapan Evaluasi dan rancangan Ulang
Evaluasi merupakan informasi terhadap hasil dan dampak dari kegiatan untuk
membuat perubahan yang diperlukan. Evaluasi media meliputi bentuk, level,
bahasa, isi, durasi, biaya, format, kualitas, daya terima dan daya tarik media
(Gilbert, Sawyer, & Mc Neil, 2011). Rancangan ulang dilakukan untuk
membentuk media yang lebih efektif.

2.6 Komik
2.6.1 Pengertian Komik
Komik adalah istilah umum yang digunakan untuk menunjuk pada
rangkaian gambar secara berurutan. Komik menghadirkan kisah dalam sebuah
panel (area yang berisi dari cerita yang akan disajikan) (Duncan & Smith, 2009).
Cerita-cerita sederhana yang disajikan dalam komik mudah ditangkap dan
dipahami oleh anak-anak maupun orang dewasa.
Komik merupakan alat bantu lihat (visual aids) yang dapat digunakan
dalam proses pendidikan. Visual aids menstimulus indera pengelihatan pada
waktu terjadinya proses pendidikan. Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa
menurut berbagai penelitian para ahli, indera yang paling banyak menyalurkan
pengetahuan ke otak adalah mata. Pengetahuan manusia yang diperoleh melalui
mata kurang lebih mencapai 75%-87% sedangkan 13-25% lainnya diperoleh
melalui indera lain.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


27

2.6.2 Jenis-Jenis Komik


Komik dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu :
Tabel 2.2 Jenis-Jenis Komik
No. Jenis Komik Pengertian
1. Kartun/ karikatur Hanya berupa satu tampilan biasanya berjenis humor,
(Cartoon) kritikan, atau sindiran berupa gambar disertai dengan tulisan

2. Komik potongan Penggalan gambar yang disusun menjadi sebuah alur cerita
(Comic Strip) pendek

3. Buku komik Berisi gambar, tulisan, dan cerita dalam bentuk sebuah buku
(Comic Book) terdapat sampul dan isi

- Komik kertas tipis Berukuran seperti buku biasa, meski memiliki tampilan tipis
(Trade Paperback) namun dapat dikemas dengan menggunakan kualitas kertas
yang baik

- Komik majalah Memiliki ukuran besar biasanya menggunakan tipe kertas


(Comic Magazine) yang keras untuk bagian sampulnya

- Komik novel Memiliki cerita yang lebih panjang dan membutuhkan tingkat
(Graphic Novel) berpikir yang lebih dewasa

4. Komik tahunan Komik yang diterbitkan secara teratur dan berkala (misalnya
(Comic Annual) setiap tahun atau beberapa bulan sekali)

5. Album komik Kumpulan hasil koleksi komik yang disusun secara rapi
(Comic Album) menjadi sebuah album

6. Komik online Komik yang dipublikasikan atau dapat dinikmati melalui


(Web Comic) situs web dengan menggunakan media internet

7. Buku instruksi dalam Sebuah instruksi yang ditampilkan dalam bentuk komik
format komik sehingga pembaca dapat lebih mudah mengerti instruksi yang
(Instructional Comic) disampaikan

8. Rangkaian ilustrasi Biasa digunakan dalam dunia perfilman atau iklan


(Storyboard)

9. Komik ringan Biasanya terbuat dari hasil cetakan copy-an buatan tangan
(Comic Simple)

10 Perencanaan dalam pikiran Gambar-gambar yang tercipta dalam sebuah pikiran hanya
(Planning on Mind) saja tidak tertuang dalam coretan diatas kertas

11. Pop Comics Komik yang berisi tentang cerita ditambah dengan beberapa
halaman yang berisi tentang permainan, lagu, dan iklan.

Sumber : www.jagoancomic.com dalam Haryono (2009) dan Bonneff dalam Rahayu (1998)

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


28

2.6.3 Unsur- Unsur Komik


Menurut Suhandang dan Kusnadi (1985) terdapat dua unsur penting dalam
sebuah komik, yaitu konsep cerita dan estetika. Konsep cerita yang terdapat dalam
komik meliputi jenis cerita atau titik tolak cerita, waktu dan tempat kejadian cerita
tersebut, serta konsep karakter dan tokoh yang akan ditampilkan dalam cerita.
Estetika dalam komik meliputi ilustrasi yang berkaitan dengan dengan gaya dan
teknik menggambar yang dimiliki oleh perancang komik, dan bahasa yang akan
digunakan dalam komik terdiri dari segi sematik dan teknik visualisasi bahasa
(Yani, 2007).
McCloud (1993); Duncan & Smith (2009); Maharsi (2010) mengatakan
jika komik terdiri dari unsur-unsur, yaitu cerita, gambar, panel (ruangan yang
membatasi adegan cerita yang satu dengan yang lain), ukuran komik, kesesuaian
komposisi antara gambar dan tulisan, tampilan gambar, ukuran gambar (Close up,
Extreme Close Up, Medium Shot, Long Shot, dan Extreme Long Shot), warna,
pencahayaan, parit (jarak antar panel), angle, pergerakan gambar dalam cerita,
visualisasi suara (efek yang diberikan pada visualisasi kata atau uraian kata yang
diucapkan oleh karakternya), balon kata (ruangan yang menyediakan percakapan
yang dilakukan oleh karakter dalam komik), dan teknik menggambar.

2.6.4 Gambar Komik (Ilustrasi)


Ilustrasi atau gambar yang digunakan dalam sebuah komik mampu
menjelaskan pesan yang ingin disampaikan. Gambar mampu membantu
menjelaskan pesan dengan baik dan lebih mudah untuk diingat. Akan tetapi,
gambar yang tidak baik dapat membuat pembacanya sulit untuk menangkap pesan
yang ingin disampaikan. Ada beberapa tipe ilustrasi yang dapat digunakan dalam
menyampaikan pesan, yaitu Shaded drawings, Line drawing, Symbolic drawing,
dan kartun (Abbatt, 1992) (Gambar 2.2).
a. Shaded drawing merupakan ilustrasi yang paling baik untuk digunakan dalam
menggambarkan pesan yang ingin disampaikan. Gambar ini merupakan
gambar realistik sehingga lebih memudahkan untuk menangkap pesan yang
disampaikan melalui gambar tersebut.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


29

b. Line drawing merupakan jenis gambar yang menyerupai shaded drawing.


Meskipun jenis gambar ini nampak lebih mudah untuk dibuat namun beberapa
illustrator mengatakan jika dibutuhkan keterampilan yang lebih baik untuk
menggambar ilustrasi jenis ini dibandingkan dengan shaded drawing.
c. Symbolic atau stylized drawing merupakan jenis gambar yang paling mudah
untuk dibuat namun tetap membutuhkan keterampilan dalam menggambar.
Jenis gambar ini tidak mudah untuk dimengerti sehingga perlu ditambahkan
catatan untuk menerangkan gambar tersebut.
d. Kartun merupakan jenis gambar yang tidak hanya lucu namun juga mampu
menjelaskan pesan yang ingin disampaikan. Kartun mampu menjelaskan lebih
baik jika dibandingkan dengan tulisan dalam sebuah paragraf.

A B C
Gambar 2.2 Jenis Ilustrasi (a) Shaded drawings, (b) Line drawings,
(c) Symbolic drawings
Sumber : Abbatt (1992)

Komik digunakan dalam media pembelajaran dengan tujuan untuk


meningkatkan minat belajar pada siswa. Menurut Trimo (1997) ada beberapa
kelebihan penggunaan komik, yaitu mampu menambah perbendaharaan kata
pembacanya, mempermudah merumuskan hal-hal abstrak, dan mengembangkan
minat baca anak (Lestari, Putri, & Yuniarti, 2009). Sementara itu, menurut
Indriana (2011) komik sebagai media grafis memiliki keunggulan, yaitu mampu
menarik perhatian, memperjelas penyampaian ide, dan mengilustrasikan informasi
sehingga mudah diingat. Kekurangannya adalah membutuhkan keterampilan
khusus dalam pembuatannya dan penyampaian pesan hanya berupa unsur visual.
Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


30

2.7 Buku
2.7.1 Pengertian Buku
Buku merupakan salah satu media yang digunakan dalam proses
pembelajaran. Menurut Diknas (2004) buku diartikan sebagai bahan ajar yang
berisi suatu ilmu pengetahuan yang berdasarkan pada analisis kurikulum berupa
bentuk tulisan. Buku mampu menampilkan banyak informasi yang dibutuhkan
mengenai suatu pengetahuan yang ingin diperoleh.

2.7.2 Jenis Buku


Buku yang digunakan dalam proses pembelajaran terdiri dari beberapa
jenis. Menurut Surahman (2010) dalam Prastowo (2011) buku dibedakan menjadi
empat jenis, yaitu : a) buku sumber adalah buku yang pada umumnya digunakan
sebagai rujukan, referensi, dan sumber untuk kajian suatu ilmu pengetahuan. b)
buku bacaan adalah buku yang berfungsi sebagai bacaan, misalnya novel, cerita,
legenda, dan lain-lain. c) buku pegangan adalah buku yang umumnya digunakan
sebagai pegangan dalam proses pembelajaran. d) buku bahan ajar adalah buku
yang dibuat berdasarkan pada materi pembelajaran yang akan diberikan.
Buku merupakan media yang paling sering digunakan dalam proses
belajar mengajar. Kelebihan penggunaan buku adalah mudah dibawa kemana-
mana, sebagai alat bantu setelah pelajaran berakhir, bisa digunakan secara
independen, dan mudah dimodifikasi. Kekurangannya adalah buku tidak mampu
menampilkan gerakan, suara, citra realistik, dan tidak memungkinkan adanya
interaksi (Indriana, 2011).

2.8 Kerangka Teori

Program pendidikan kesehatan telah dikembangkan oleh Green, Kreuter,


Deeds, & Patridge (1980) melalui Precede/Procced model. Precede model
difokuskan terhadap outcome yang diharapkan bukan pada input, sedangkan
Procced model merupakan arahan dalam perencanaan, implementasi, dan evaluasi
pendidikan kesehatan (Deeds, 1992; Graeff, Elder, & Booth, 1993). Untuk
kepentingan pendidikan menurut Notoatmodjo (2010) domain ini dikembangkan
menjadi tiga domain perilaku, yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


31

Ada tiga faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang, yaitu faktor


predisposisi, enabling, dan reinforcing : a) faktor predisposisi merupakan faktor
yang meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai yang dianut, dan
sebagainya. b) faktor pendukung (Enabling) meliputi lingungan fisik, ketersediaan
fasilitas, sarana, dan sebagainya. c) faktor pendorong (Reinforcing) meliputi sikap
dan perilaku petugas kesehatan, dan lain-lain. Berikut ini adalah kerangka teori
perilaku pengetahuan, sikap, dan praktek yang telah dimodifikasi dari berbagai
sumber :

Faktor Predisposisi
 Usia
 Pengalaman Media Pesan mengenai
 Kebiasaan pendidikan gizi gizi dan
 Pandangan hidup anak usia sekolah kesehatan
 Keadaan
Fisiologis dan
Psikologis
 Pendidikan orang
tua
 Pekerjaan orang
tua Pengetahuan gizi Tingkat
mengenai pedoman penerimaan anak
gizi seimbang dan terhadap media
Faktor Pendukung kesehatan anak usia yang digunakan
sekolah
 Fasilitas belajar
 Situasi dan
kondisi belajar
Penerapan
 Kurikulum Sikap anak tentang pedoman gizi
pendidikan pedoman gizi seimbang dan
 Metode seimbang dan kesehatan
Pendidikan kesehatan

Faktor Pendorong
Status Kesehatan
 Guru gizi anak anak
 Orang tua
 Keluarga
 Peer Group Kualitas
 Tokoh Hidup anak
Masyarakat

Gambar 2.3 Kerangka Teori Perilaku Pengetahuan, Sikap, dan Praktek


Sumber : Telah diolah kembali dari Teori Lawrence Green (1980), Notoatmodjo (2003),
Setyaningsih (2008), Saloso (2011), Indriana (2011), dan Atmaja (2011)

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


32

Pengetahuan seseorang dapat diperoleh melalui proses belajar. Ada tiga


hal yang terdapat dalam proses belajar mengajar, yaitu persoalan mengenai
masukan belajar (input), persoalan mengenai proses yang terjadi selama
pembelajaran (proses), dan persoalan mengenai hasil yang dicapai dari proses
pembelajaran tersebut (output).
Masukan atau input yang mempengaruhi proses belajar dapat berasal dari
faktor internal maupun eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri seseorang
seperti kondisi fisiologis dan kondisi psikologis. Sementara itu, faktor eksternal
berasal dari faktor instrumental, bahan materi yang dipelajari, dan lingkungan
dimana seseorang mendapatkan pendidikan atau pembelajaran (Notoatmodjo,
1983).
Faktor instrumental meliputi perangkat atau alat-alat yang digunakan
untuk mengajar. Faktor instrumental terdiri dari perangkat keras dan perangkat
lunak. Faktor lingkungan dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu lingkungan
alamiah dan lingkungan sosial. Lingkungan alamiah meliputi suhu, kelembaban
udara, dan iklim sedangkan lingkungan sosial meliputi manusia dan
representasinya.
Pengetahuan yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal. Salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah
penggunaan media atau alat bantu yang dapat mempermudah untuk
menyampaikan pesan yang diinginkan. Menurut Arsyad (2009) penggunaan
metode pendidikan gizi akan mempengaruhi penggunaan media dalam proses
pendidikan.
Penggunaan media disesuaikan dengan pesan yang ingin disampaikan
kepada sasaran agar proses belajar bisa berlangsung secara efektif. Selain itu, hal
yang perlu diperhatikan dalam penggunaan media adalah bagaimana penerimaan
kelompok sasaran terhadap pesan yang disampaikan melalui media tersebut.
Semakin besar tingkat penerimaan sasaran terhadap media maka semakin besar
pula informasi yang disampaikan dapat diterima dengan baik.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


33

1. Tujuan pembelajaran
Faktor Internal 2. Materi yang
diberikan
- Faktor fisiologis 3. Fasilitas pendukung,
1. Kelelahan lingkungan, waktu
2. Kurang gizi 4. Karakteristik siswa
3. Kondisi panca indera 5. Gaya belajar siswa
- Faktor psikologis
1. Minat
2. Bakat Media
3. Motivasi pendidikan gizi
4. Intelegensi anak usia
sekolah
5. Sikap
- Usia
- Pengalaman
Pengetahuan
Proses
anak mengenai
belajar
gizi
Faktor Eksternal

- Lingkungan sosial
1.Lingkungan sosial
masyarakat
2.Lingkungan sosial
keluarga
3.Lingkungan sosial
sekolah
- Lingkungan nonsosial
1.Lingkungan alamiah
2.Lingkungan
Instrumental
- Perangkat keras
- Perangkat lunak

Input Proses Output

Gambar 2.4 Kerangka Teori Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar


Sumber : Telah diolah kembali dari Notoatmodjo (2003), Sukiarko (2007), Indriana (2011), dan
Supardi (2011)

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


BAB 3

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS

3. 1 Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori dari Notoatmodjo (2003), Sukiarko (2007),
Indriana (2011), dan Supardi (2011) mengenai faktor yang mempengaruhi
pengetahuan maka dibuatlah kerangka konsep penelitian sebagai berikut :

Media
Pendidikan Gizi

Pengetahuan Anak Pengetahuan Anak


Usia Sekolah Usia Sekolah
(sebelum intervensi) (sesudah intervensi)

 Usia siswa
 Pendidikan orang tua
 Pekerjaan orang tua
 Informasi mengenai gizi
 Fasilitas belajar
 Pengajar
 Lingkungan belajar

Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
: Pengaruh yang diteliti
: Pengaruh yang tidak diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

34 Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


35

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan pengetahuan siswa


mengenai pesan gizi seimbang setelah mendapatkan intervensi dengan
menggunakan media pendidikan. Pengukuran pengetahuan dilakukan saat
sebelum dan sesudah intervensi. Penelitian ini menggunakan media pendidikan
berupa komik dan buku pegangan gizi seimbang.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi perubahan pengetahuan gizi siswa


(confounding) selain dari media pendidikan gizi yang diberikan adalah
karakteristik siswa dan keluarganya, fasilitas belajar, pengajar, dan lingkungan
belajar. Oleh karena itu, untuk mencegah adanya pengaruh faktor internal atau
eksternal yang dapat menggganggu penelitian ini maka dilakukan proses
randomisasi. Hal ini bertujuan untuk mencegah dan meminimalisasi pengaruh lain
dari pemberian media pendidikan gizi terhadap perubahan pengetahuan anak.

3.2 Definisi Operasional


Tabel 3.1 Definisi Operational
Definisi Skala
Variabel Alat Cara Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
Ukur
Pengetahuan Kemampuan Soal Responden Perhitungan skor Rasio.
gizi responden dalam pre-test mengisi dilakukan dengan
menjawab dan sendiri soal menghitung hasil
pertanyaan post- pre-test dan jawaban yang benar.
mengenai gizi test. post-test yang Untuk jawaban yang
seimbang dan diberikan . benar diberi nilai 1
pesan yang dan jawaban yang
terdapat dalam salah diberi nilai 0.
pedoman gizi Perhitungan nilai
seimbang yang dilakukan dengan
divisualisasikan cara membagi
dalam bentuk jumlah jawaban
Tumpeng Gizi yang benar dibagi
Seimbang (TGS). jumlah soal
dikalikan 100.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


36

3.3 Hipotesis
1. Perolehan skor pengetahuan gizi saat post-test lebih tinggi daripada pre-
test pada kelompok perlakuan komik pendidikan gizi seimbang pada anak
Sekolah Dasar Negeri Sukasari 4, Kelurahan Sukasari, Kecamatan
Tangerang, Kota Tangerang tahun 2012.
2. Perolehan skor pengetahuan gizi pada kelompok perlakuan komik
pendidikan gizi seimbang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok
perlakuan buku pegangan gizi seimbang pada anak Sekolah Dasar Negeri
Sukasari 4, Kelurahan Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang
tahun 2012.
3. Perolehan skor pengetahuan gizi pada kelompok perlakuan komik
pendidikan gizi seimbang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok
kontrol pada anak Sekolah Dasar Negeri Sukasari 4, Kelurahan Sukasari,
Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang tahun 2012.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian


Penelitian yang dilakukan adalah randomized pre-test and post-test control
group design dengan menggunakan desain penelitian true experimental.
Randomisasi dan penggunaan kelompok kontrol yang sebanding dengan
kelompok perlakuan dilakukan untuk mengurangi faktor intern dan ekstern yang
dapat mengancam validitas internal (Nasir, Muhith, & Ideputri, 2011). Penelitian
ini menggunakan media pembelajaran untuk mengetahui pengaruhnya terhadap
pengetahuan anak. Model rancangan penelitian ini berdasarkan pada Compbell &
Stanley (1996) adalah sebagai berikut :

Pre-test Pelakuan Post-test


Kelompok perlakuan komik : O1 X0 O2
Kelompok perlakuan buku : O3 X1 O4
Kelompok kontrol : O5 O6

Gambar 4.1 Rancangan Penelitian

Keterangan :
O1 : Pre-test pada kelompok perlakuan komik untuk mengetahui pengetahuan
awal anak mengenai gizi seimbang.
O3 : Pre-test pada kelompok perlakuan buku untuk mengetahui pengetahuan awal
anak mengenai gizi seimbang.
O5 : Pre-test pada kelompok kontrol untuk mengetahui pengetahuan awal anak
mengenai gizi seimbang.
X0 : Pemberian komik pendidikan gizi seimbang pada kelompok perlakuan
komik (satu minggu setelah melakukan pre-test).
X1 : Pemberian buku pegangan gizi seimbang pada kelompok perlakuan buku
(satu minggu setelah melakukan pre-test).

37 Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


38

O2 : Post-test untuk mengetahui pengetahuan akhir anak mengenai gizi seimbang


pada kelompok perlakuan komik (segera setelah pemberian komik gizi
seimbang).
O4 : Post-test untuk mengetahui pengetahuan akhir anak mengenai gizi seimbang
pada kelompok perlakuan buku (segera setelah pemberian buku pegangan
gizi seimbang).
O6 : Post-test untuk mengetahui pengetahuan akhir anak mengenai gizi seimbang
pada kelompok kontrol (setelah pemberian media pembelajaran pada
kelompok perlakuan komik dan buku).

Menurut Vaus (2005) pemberian jarak antara pre-test dan intervensi


sebaiknya tidak terlalu lama hal ini dilakukan untuk meminimalisasi adanya
pengaruh dari luar sebelum intervensi. Akan tetapi, jarak yang terlalu dekat antara
pre-test dan intervensi juga dapat mempengaruhi tingkat sensitifitas ingatan
kelompok perlakuan terhadap intervensi yang akan diberikan. Oleh karena itu,
pemilihan jarak antara pre-test dan intervensi pada penelitian ini adalah tujuh hari.
Sementara itu, untuk jarak antara intervensi dan post-test berdasarkan pada
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan jenis ingatan yang ingin diketahui
(short term memory atau long term memory). Berikut ini merupakan tahapan
penelitian yang dilakukan :

Pre-test pada kelompok perlakuan dan kontrol

( satu minggu)
(30 menit) Pemberian komik pada kelompok perlakuan komik
Pemberian buku pada kelompok perlakuan buku

(sesaat setelah intervensi)


Post-test pada kelompok perlakuan dan kontrol

Gambar 4.2 Rancangan Pemberian Perlakuan

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


39

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi pelaksanaan penelitian adalah Sekolah Dasar Negeri Sukasari 4 di
Kelurahan Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang. Penelitian ini
dilakukan pada bulan Februari hingga Mei tahun 2012 yang meliputi pencarian
tempat penelitian, perizinan penelitian, pengambilan data siswa, survei media
habit, pembuatan komik, uji coba komik dan kuesioner, revisi komik, proses
produksi komik, pengambilan data pre-test, pemberian media pembelajaran,
pengambilan post-test dilanjutkan dengan pengolahan data, analisis data, dan
penyusunan laporan.

4.3 Populasi dan Sampel


Target populasi (population target) dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa Sekolah Dasar Negeri Sukasari 4 di Kelurahan Sukasari, Kecamatan
Tangerang, Kota Tangerang. Sementara itu, populasi studi penelitian ini adalah
siswa kelas V. Sampel yang diikutsertakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas
V yang memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi dalam penentuan sampel pada
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Siswa kelas V dan berstatus aktif di SDN Sukasari 4 Tangerang.
b. Siswa yang bersedia mengikuti seluruh rangkaian penelitian.
c. Siswa yang memiliki pengetahuan dasar mengenai gizi yang sama.
Sementara itu, kriteria eksklusi yang ditentukan adalah siswa yang tidak
bersedia untuk terlibat dalam penelitian ini dan kriteria drop out dalam penelitian
ini adalah siswa yang tidak mengikuti proses penelitian secara menyeluruh.
4.3.1 Besar Sampel
Besar sampel atau jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini
ditentukan melalui rumus pengujian hipotesis beda rata-rata pada dua kelompok
independen (Ariawan, 1998), rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

2δ2 [Z1-α/2 + Z1-β] 2


n=
( μ 1 - μ2 ) 2

(4.1)

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


40

Keterangan :
n = Besar sampel yang diperlukan.
2
δ = (S12 + S22) / 2.
S1 = Standar deviasi kelompok kontrol.
S2 = Standar deviasi kelompok perlakuan.
Z1-α/2 = Tingkat kepercayaan 95% (1,96).
Z1-β = Kekuatan uji 90% (1,28).
μ1 = Rata-rata nilai kelompok perlakuan.

μ2 = Rata-rata nilai kelompok kontrol.

Jika diketahui nilai S1 = 2.05 dan S2 = 1.64 maka δ2 = 3.446 sedangkan


perkiraan rata-rata nilai pengetahuan pada kelompok perlakuan μ1 = 8.29 dan
kelompok kontrol μ2 = 6.23 (Roofe, 2010), maka diperoleh jumlah sampel sebagai
berikut :
2 (3.446) (1.96 + 1.28) 2
n=
(8.29-6.23) 2
= 17.05 = 17 orang

Dengan perkiraan 10% sampel lepas dalam pengamatan maka besar


sampel yang dibutuhkan dalam setiap kelompok adalah n= 17 (1+0.1) = 19 orang.
Dalam penelitian ini, lokasi yang dijadikan sebagai sasaran penelitian terdiri dari
dua kelas V dengan total siswa sebanyak 79 orang. Siswa yang memenuhi kriteria
yang telah ditentukan dilibatkan dalam penelitian ini. Sebanyak 26 orang
diberikan perlakuan berupa komik, 26 orang diberikan perlakuan berupa buku,
dan 27 orang lainnya dijadikan kontrol. Jumlah 26 orang dalam setiap kelompok
yang dilibatkan dalam penelitian ini telah memenuhi jumlah sampel yang
dibutuhkan, yaitu 19 orang berdasarkan pada perhitungan diatas.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


41

Seluruh siswa SDN


Target populasi Sukasari 4 (n=479)

Siswa kelas VA dan VB


Populasi studi SDN Sukasari 4
(n= 79)
Sampel Intended subject yaitu
semua populasi studi
(n= 79)
Subjek yang
dipilih. Actual subject
75 orang.

Gambar 4.3 Pemilihan Besar Sampel


Sumber : Telah dimodifikasi dari Mustakim (2010)

4.3.2 Metode Pengambilan Sampel


Pengambilan sampel untuk kelompok perlakuan dan kontrol dilakukan
dengan menggunakan metode sampel acak sederhana (simple random sampling).
Siswa pada kerangka sampel dipilih secara acak sederhana, sejumlah 26 orang
diberikan komik, 26 orang diberikan buku, dan 27 orang tidak diberikan
perlakuan. Pengambilan sampel secara acak dilakukan agar setiap siswa memiliki
kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel perlakuan. Tahapan
pengambilan sampel secara acak dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Setiap nama siswa yang terdaftar dalam absensi kelas V SDN Sukasari 4 diolah
kembali dengan menggunakan komputer dan diketik ke dalam tabel dengan
ukuran kotak yang sama pada masing-masing nama.
b. Nama siswa yang telah ditulis ke dalam tabel kemudian dicetak pada kertas
kemudian digunting mengikuti ukuran kotak yang telah ditentukan. Setelah itu,
kertas digulung dan dimasukan ke dalam sedotan.
c. Sedotan yang digunakan untuk menaruh lipatan kertas yang berisi nama siswa
memiliki warna yang sama dan digunting dengan panjang yang sama.
d. Pengelompokkan siswa pada kelompok perlakuan atau kontrol dalam penelitian
ini berdasarkan pada undian nama yang terpilih pada saat proses pengocokkan
dilakukan.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


42

79 siswa kelas V SDN Sukasari 4

(Diacak secara sederhana)

Pemberian Komik Pemberian Buku Tidak Diberi


Perlakuan

26 orang 26 orang 27 orang

(Drop Out)
24 orang 24 orang 27 orang

Gambar 4.4 Metode Pengambilan Sampel

Pada masing-masing kelompok perlakuan komik dan buku terdapat dua


orang siswa yang tidak mengikuti rangkaian penelitian secara menyeluruh (saat
intervensi dan post-test) dengan alasan sakit dan izin sehingga dilakukan drop out
terhadap keempat siswa tersebut. Jumlah responden, baik pada kelompok
perlakuan komik dan perlakuan buku setelah dilakukan drop out ada sebanyak 24
orang.

4.4 Pengumpulan Data


4.4.1 Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder.
a. Data primer adalah pengumpulan data yang dilakukan secara langsung.
Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data
ketertarikan anak terhadap komik, karakteristik anak dan keluarganya
(jenis kelamin, tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua) dan
pengetahuan anak mengenai gizi seimbang sebelum intervensi dan setelah
intervensi. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner.
b. Data sekunder adalah pengumpulan data yang telah tersedia di sekolah.
Data sekunder yang dikumpulkan meliputi karakteristik sekolah (jumlah
siswa, jumlah pengajar, nilai rata-rata murid, kurikulum mengenai gizi,

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


43

gambaran umum, profil, sarana belajar, kegiatan ekstrakurikuler, dan


prestasi sekolah) dengan menggunakan metode wawancara dan kuesioner.

4.4.2 Instrumen Penelitian


Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner dan media pembelajaran gizi.
a. Kuesioner merupakan instrumen yang digunakan untuk memperoleh
informasi yang dibutuhkan. Kuesioner ini meliputi kuesioner pre-test dan
post-test berupa pilihan berganda sebanyak 25 soal. Kuesioner yang
digunakan dimodifikasi dari kuesioner Woda (2009), Veranita (2001), dan
kuesioner yang dibuat oleh peneliti, kemudian diuji coba kepada siswa
kelas V SD di luar responden yang dilibatkan dalam penelitian ini.
b. Media pembelajaran gizi seimbang merupakan alat yang digunakan untuk
menyampaikan pesan mengenai gizi dalam proses pendidikan. Penelitian
ini menggunakan media berupa komik pendidikan gizi dan buku pegangan
gizi seimbang. Komik yang digunakan dalam penelitian adalah komik
yang dibuat oleh peneliti. Sementara itu, buku pegangan gizi seimbang
yang digunakan adalah buku gizi seimbang yang diterbitkan oleh Pusat
Kajian Gizi dan Kesehatan (PKGK) dengan Pusat Penelitian Keluarga
Sejahtera (PUSKA) tahun 2011.

4.4.3 Cara Pengumpulan Data


Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui prosedur sebagai
berikut :
a. Persiapan penelitian
 Tahap Perizinan
Melakukan perizinan pada tanggal 28 Januari 2012 kepada pihak SDN
Sukasari 4 untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian
komik terhadap pengetahuan siswa kelas V sekolah dasar. Pelaksanaan
penelitian mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh pihak SDN
Sukasari 4.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


44

 Tahap Pengambilan Data Siswa


Pengambilan data mengenai jumlah dan nama siswa pada tanggal 28
Februari 2012 untuk dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu kelompok
yang diberikan perlakuan komik, buku, dan kelompok yang tidak
diberikan perlakuan. Kemudian, dilakukan pengambilan data siswa pada
tanggal 29 Februari 2012 untuk mengetahui karakteristik siswa dan
keluarganya. Karakteristik siswa meliputi nama, jenis kelamin, usia, dan
lain-lain sedangkan karakteristik keluarga meliputi pendidikan dan
pekerjaan orang tua. Pengambilan data karakteristik siswa dilakukan
dengan menggunakan kuesioner yang diisi oleh siswa dipandu oleh
peneliti dan dibantu oleh satu orang mahasiswa prodi gizi 2008 serta wali
kelas V SDN Sukasari 4 (lampiran 2).
 Tahap Survei Pendahuluan
Melakukan survei pendahuluan mengenai media habit kepada 79 siswa
pada tanggal 29 Februari 2012 dengan menggunakan kuesioner berupa
pilihan berganda sebanyak 15 pertanyaan mengenai bentuk, gambar,
tulisan, warna, bahasa, dan tampilan komik yang disukai oleh anak-anak
(lampiran 4). Pengambilan data mengenai media habit dilakukan dengan
menggunakan kuesioner yang diisi sendiri oleh siswa dipandu oleh peneliti
dan dibantu oleh satu orang mahasiswa prodi gizi 2008 serta wali kelas V
SDN Sukasari 4. Proses pengambilan data dibagi menjadi dua sesi, sesi
pertama dilakukan pada kelas VA dan sesi kedua pada kelas VB. Masing-
masing sesi terdiri kurang lebih selama 30 menit.
 Tahap Uji Homogenitas
Melakukan uji homogenitas antara kelompok perlakuan dan kontrol pada
tanggal 1 Maret 2012. Hal ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
perbedaan karakteristik siswa dan keluarga pada kelompok perlakuan dan
kontrol. Uji statistik Chi-square digunakan untuk melihat homogenitas
karakteristik responden seperti umur, jenis kelamin, ketertarikan terhadap
komik, pendidikan, dan pekerjaan orang tua pada kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


45

Hasil uji statistik dikatakan bermakna (signifikan) bila nilai p lebih kecil
dari α (p < 0.05, varian dalam kelompok tidak sama atau heterogen) dan
dikatakan tidak bermakna (tidak signifikan) bila nilai p lebih besar dari α
(p > 0.05, varian dalam kelompok sama atau homogen).
 Tahap Pembuatan Komik
Proses pembuatan komik gizi dilakukan pada tanggal 9-13 Maret 2012
pembuatan komik disesuaikan dengan kesukaan anak-anak berdasarkan
hasil survei yang telah dilakukan (lampiran 5). Komik dibuat dalam
ukuran kecil (11x 17 cm), berwarna, jenis gambar yang digunakan berupa
gambar kartun, menggunakan jenis font Comic San MS, ukuran font 8-12,
bahasa yang digunakan bahasa baku, singkat, dan jelas, komik dibuat
dengan menggunakan kertas HVS tebal 80 gram (bagian isi), dan cover
komik dibuat dengan kertas art paper 130 gram. Gambar yang digunakan
dalam komik berasal dari buatan peneliti, menggunakan gambar vector
online, dan gambar-gambar dari internet yang kemudian diproses dengan
menggunakan bantuan software design. Materi yang disampaikan dalam
komik ini mengenai gizi seimbang yang divisualisasikan dalam Tumpeng
Gizi seimbang (TGS). Materi komik tersebut diperoleh dari buku
pegangan gizi seimbang (PKGK & PUSKA, 2011).
 Tahap Uji Coba Media
Melakukan uji coba media pada tanggal 21 Maret 2012 yang dilaksanakan
di SDN Sukasari 5 Kelurahan Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota
Tangerang. Pemilihan tempat berdasarkan pada adanya kesamaan
karakteristik siswa dan lingkungan dengan sekolah yang dijadikan sebagai
sasaran penelitian. Uji coba media merupakan tahap yang dilakukan
setelah proses pembuatan media telah selesai. Uji coba media dilakukan
dengan cara memberikan komik yang telah dibuat kepada 40 orang siswa,
kemudian siswa diminta untuk mengeluarkan pendapatnya mengenai
komik tersebut dengan mengisi pertanyaan pada kuesioner (pilihan
berganda) yang telah disediakan (lampiran 6). Hasil uji coba media
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memberikan penilaian positif
dan menyatakan tertarik dengan komik yang diberikan (lampiran 7).

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


46

 Tahap Revisi Media


Revisi media dilakukan pada tanggal 23 Maret 2012. Tahap ini dilakukan
untuk memperbaiki media sesuai dengan saran dan masukan yang diterima
selama proses uji coba berlangsung. Revisi media yang dilakukan adalah
perbaikan terhadap kesalahan penulisan kata-kata (redaksi) yang terdapat
dalam komik.
 Tahap Uji Coba Kuesioner
Melakukan uji coba kuesioner pada tanggal 21 Maret 2012 -12 April 2012.
Tahap ini dilakukan untuk mengetahui apakah pertanyaan yang akan
diberikan pada saat pre-test dan post-test dapat dipahami oleh responden
atau tidak (lampiran 3). Uji coba kuesioner ini dilakukan kepada anak-
anak yang memiliki karakteristik yang sama dengan sasaran penelitian.
Pelaksanaan uji coba kuesioner dilakukan di SDN Sukasari 5, SDN 6, dan
SDN 1 kota Tangerang dilakukan kepada 114 orang siswa.
 Tahap Produksi Komik
Produksi media dilakukan pada tanggal 16 April 2012. Tahap ini
merupakan tahap pencetakan media yang digunakan dalam penelitian.
Media komik yang dicetak ada sebanyak 26 buah komik.
b. Pelaksanaan penelitian
 Tahap pertama, peneliti melakukan pre-test pada tanggal 20 April 2012
untuk mengetahui pengetahuan awal mengenai gizi seimbang pada
kelompok perlakuan dan kontrol.
 Tahap kedua, peneliti dibantu oleh dua rekan mahasiswa prodi gizi 2008
melakukan intervensi pada tanggal 27 April 2012 menggunakan komik
gizi seimbang dikelompok perlakuan komik dan buku satu minggu setelah
dilakukan pre-test. Baik kelompok perlakuan komik dan buku diminta
untuk membaca media pembelajaran yang diberikan kurang lebih selama
30 menit, kemudian dilakukan post-test.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


47

 Tahap ketiga, peneliti dibantu oleh dua rekan mahasiswa prodi gizi 2008
melakukan post-test pada tanggal 27 April 2012 untuk mengetahui ada
tidaknya perubahan pengetahuan gizi pada kelompok perlakuan setelah
diberikan intervensi menggunakan komik dan buku serta pada kelompok
kontrol yang tidak diberikan perlakuan.

4.5 Pengolahan Data


Pengolahan data yang dilakukan meliputi beberapa tahap, yaitu
penyuntingan (editing), pengkodean (coding), pemasukan data (entry data),
penyaringan data (cleansing), dan pemberian skor (scoring).
4.5.1 Penyuntingan (editing)
Penyuntingan dilakukan setelah responden selesai mengisi kuesioner yang
telah diberikan. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa setiap pertanyaan
yang terdapat dalam kuesioner telah terisi semua.
4.5.2 Pengkodean (coding)
Pengkodean dilakukan untuk memberi kode pada jawaban yang benar atau
salah pada kuesioner yang telah diisi oleh responden. Hal ini dilakukan untuk
mempermudah proses memasukan dan mengolah data. Pengkodean pada jawaban
pertanyaan yang benar adalah 1 sedangkan pada jawaban pertanyaan yang salah
adalah 0.
4.5.3 Memasukan data (entry data)
Proses memasukan data ini dilakukan setelah melakukan pengkodean
terhadap jawaban responden pada pertanyaan yang diberikan dalam kuesioner.
4.5.4 Penyaringan data (cleansing)
Proses penyaringan data dilakukan untuk meminimalisasi terjadinya
kesalahan pada proses entry data. Hal ini dilakukan agar tidak mengganggu proses
pengolahan data selanjutnya.
4.5.5 Pemberian nilai (scoring)
Tahap ini merupakan tahap pemberian skor atau penetapan nilai yang di
dapat setelah memasukan data.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


48

4.6 Analisis Data


4.6.1 Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan setiap variabel yang
diteliti. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah pengetahuan gizi anak.
Analisis ini dilakukan untuk melihat nilai (mean, median, modus, nilai tertinggi,
nilai terendah, dan standar deviasi) sebelum dan sesudah intervensi, baik pada
kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol.

4.6.2 Analisis Bivariat


Analisis bivariat data dilakukan dengan menggunakan program analisis
data. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah paired t-test dan
ANOVA. Uji paired t-test dilakukan untuk mengetahui perbedaan rata-rata skor
pengetahuan pada saat pre-test dan post-test pada kelompok perlakuan dan
kontrol. Sementara itu, uji ANOVA dilakukan untuk mengetahui perbedaan rata-
rata skor pada ketiga kelompok penelitian. Penggunaan uji ini dilakukan pada
kelompok penelitian yang terdiri lebih dari dua kelompok. Setelah itu, dilakukan
analisis multicomparison dengan menggunakan metode Bonferroni untuk
mengetahui lebih lanjut kelompok mana saja yang mengalami perbedaan rata-rata
skor pengetahuan. Dalam penelitian ini, uji statistik dilakukan dengan
menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 95%.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


BAB 5
HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Lokasi pelaksanaan penelitian dilakukan di salah satu sekolah dasar negeri
di Kota Tangerang, yaitu Sekolah Dasar Negeri Sukasari 4. Sekolah tersebut
terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan No. 49, Kecamatan Tangerang, Kota
Tangerang, Banten. Pada saat penelitian dilaksanakan sekolah ini dikepalai oleh
Bapak Ignatius Sido, S.Pd dan tercatat dengan akreditasi A. Jumlah tenaga
pengajar yang terdapat di sekolah ini ada sebanyak 28 orang dengan rata-rata
pendidikan terakhir adalah Sarjana (S1) (tabel 5.1). SDN Sukasari 4 Tangerang
memiliki 12 kelas dimana masing-masing tingkatan terdiri dari dua kelas. Sekolah
yang memiliki luas area sebesar 2.000 m2 ini memiliki beberapa fasilitas
diantaranya, 10 bangunan ruang kelas, satu (ruang guru, ruang perpustakaan,
ruang ibadah, ruang Unit Kesehatan Siswa (UKS), lapangan, dan kantin sekolah).
Jumlah seluruh siswa yang terdapat di sekolah ini pada tahun ajaran
2011/2012 ada sebanyak 479 siswa, terdiri dari 220 siswa laki-laki dan 259 siswa
perempuan. Siswa kelas V yang terdapat di sekolah ini berjumlah 79 siswa (39
siswa VA dan 40 siswa VB) yang terdiri dari 33 siswa laki-laki dan 46 siswa
perempuan. Rata-rata nilai semester kelas V pada tahun ajaran 2011/2012 di
sekolah ini adalah 81 pada kelas VA dan 83 pada kelas VB. Beberapa prestasi
yang telah berhasil diraih oleh SDN sukasari 4, diantaranya adalah Juara Umum
Festival Kreativitas Siswa Teladan Tahun 2011, Juara I Olimpiade MIPA
Kecamatan Tangerang Tahun 2011, Juara II Kreasi Daur Ulang Tahun 2011, Juara
III Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Tingkat Nasional 2011, dan lain sebagainya.

Tabel 5.1 Daftar Pengajar di SDN Sukasari 4 Tahun 2012


Pegawai/ Penjaga PNS Pegawai/ Penjaga Sukwan
Jenis Pegawai Jenis Kelamin n Jenis Pegawai Jenis Kelamin n
Kepala Sekolah Laki-laki 1 Guru Bahasa Perempuan 3
Guru Kelas Laki-laki 6 Inggris
Perempuan 11 Guru Agama Laki-laki 1
Guru Penjaskes Perempuan 1 Perempuan 2
Guru Agama Perempuan 1 Guru/Pelatih Laki-laki 1
Perempuan 1
Total 20 8

49 Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


50

5. 2 Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan pengetahuan siswa
mengenai pesan gizi seimbang yang divisualisasikan dalam Tumpeng Gizi
Seimbang (TGS).

5.2.1 Pengetahuan Gizi pada Kelompok Komik

Tabel 5.2 Distribusi Pengetahuan Gizi Seimbang pada Kelompok Komik


Jawaban Benar (%)
Variabel Pengetahuan Pre-Test PostTest
Pengetahuan tentang tumpeng gizi seimbang
Jumlah pesan dalam tumpeng gizi seimbang 0.00 54.2
Pesan yang terdapat dalam tumpeng gizi seimbang 33.3 100
Pengetahuan tentang makan makanan beragam
Banyak konsumsi protein nabati dalam sehari 66.7 91.7
Bahan makanan sumber protein nabati 37.5 66.7
Bahan makanan sumber zat pembangun 20.8 58.3
Banyak konsumsi protein hewani dalam sehari 62.5 79.2
Bahan makanan yang setara dengan segelas susu 8.30 75.0
Bahan makanan sumber karbohidrat 62.5 45.8
Banyak konsumsi karbohidrat dalam sehari 8.30 25.0
Fungsi karbohidrat dalam tubuh 54.2 83.3
Banyak konsumsi air putih dalam sehari 62.5 83.3
Bahan makanan sumber zat pengatur 45.8 66.7
Warna buah yang diutamkan untuk dikonsumsi 54.2 87.5
Banyak konsumsi buah dalam sehari 33.3 45.8
Vitamin yang banyak terdapat dalam buah pisang dan pepaya 20.8 70.8
Bahan makanan yang banyak mengandung vitamin 79.2 79.2
Banyak konsumsi sayuran dalam sehari 20.8 25.0
Warna sayuran yang diutamakan untuk dikonsumsi 41.7 83.3
Pengetahuan tentang memantau berat badan
Cara memantau berat badan 79.2 100
Yang bukan akibat dari gizi kurang 70.8 87.5
Yang bukan penyebab berat badan berlebih/ kegemukan 70.8 91.7
Pengetahuan tentang pola hidup bersih
Yang merupakan pola hidup bersih 95.8 95.8
Pengetahuan tentang aktivitas fisik
Yang bukan merupakan aktivitas fisik 79.2 91.7
Frekuensi olahraga dalam seminggu 12.5 12.5
Minimal waktu yang diperlukan untuk setiap kali berolahraga 54.2 91.7

Berdasarkan (tabel 5.2) terlihat adanya perubahan ke arah positif pada


sebagian besar pengetahuan gizi seimbang. Akan tetapi, pada pengetahuan
mengenai “bahan makanan yang merupakan sumber karbohidrat” terlihat
mengalami perubahan ke arah negatif sekitar (45.8%), sedangkan pengetahuan
mengenai “pola hidup bersih” tidak mengalami perubahan. Selain itu, pada
pengetahuan mengenai “berapa banyak konsumsi karbohidrat dan sayuran dalam
sehari” hanya mampu dijawab dengan tepat oleh sekitar 25% siswa.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


51

5.2.2 Pengetahuan Gizi pada Kelompok Buku


Tabel 5.3 Distribusi Pengetahuan Gizi Seimbang pada Kelompok Buku

Jawaban Benar (%)


Variabel Pengetahuan Pre-Test Post-Test
Pengetahuan tentang tumpeng gizi seimbang
Jumlah pesan dalam tumpeng gizi seimbang 12.5 29.2
Pesan yang terdapat dalam tumpeng gizi seimbang 37.5 54.2
Pengetahuan tentang makan makanan beragam
Banyak konsumsi protein nabati dalam sehari 75.0 70.8
Bahan makanan sumber protein nabati 25.0 41.7
Bahan makanan sumber zat pembangun 25.0 41.7
Banyak konsumsi protein hewani dalam sehari 58.3 62.5
Bahan makanan yang setara dengan segelas susu 0.00 62.5
Bahan makanan sumber karbohidrat 41.7 58.3
Banyak konsumsi karbohidrat dalam sehari 16.7 20.8
Fungsi karbohidrat dalam tubuh 50.0 45.8
Banyak konsumsi air putih dalam sehari 66.7 83.3
Bahan makanan sumber zat pengatur 37.5 33.3
Warna buah yang diutamkan untuk dikonsumsi 58.3 66.7
Banyak konsumsi buah dalam sehari 33.3 50.0
Vitamin yang banyak terdapat dalam buah pisang dan pepaya 8.30 45.8
Bahan makanan yang banyak mengandung vitamin 75.0 83.3
Banyak konsumsi sayuran dalam sehari 16.7 33.3
Warna sayuran yang diutamakan untuk dikonsumsi 75.0 75.0
Pengetahuan tentang memantau berat badan
Cara memantau berat badan 70.8 87.5
Yang bukan akibat dari gizi kurang 75.0 79.2
Yang bukan penyebab berat badan berlebih/ kegemukan 70.8 79.2
Pengetahuan tentang pola hidup bersih
Yang merupakan pola hidup bersih 95.8 91.7
Pengetahuan tentang aktivitas fisik
Yang bukan merupakan aktivitas fisik 87.5 87.5
Frekuensi olahraga dalam seminggu 16.7 8.30
Minimal waktu yang diperlukan untuk setiap kali berolahraga 54.2 70.8

Perubahan pengetahuan gizi pada kelompok perlakuan buku terlihat


beragam. Pengetahuan mengenai “pesan dalam tumpeng gizi seimbang, banyak
konsumsi protein dalam sehari, fungsi karbohidrat, bahan makanan sumber zat
pengatur, pola hidup bersih, dan frekuensi olahraga” mengalami perubahan ke
arah negatif. Pada konsep pengetahuan mengenai “berapa konsumsi karbohidrat
dalam sehari” dan “jumlah pesan dalam tumpeng gizi seimbang” secara berturut-
turut hanya mampu dijawab dengan benar oleh sekitar 20.8% dan 29.2% siswa.
Pada beberapa aspek pengetahuan memperlihatkan adanya perubahan ke arah
positif, seperti pengetahuan mengenai “banyak konsumsi air putih dan bahan
makanan yang mengandung vitamin” mampu dijawab dengan benar oleh 80%
anak (tabel 5.3).

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


52

5.2.3 Pengetahuan Gizi pada Kelompok Kontrol

Tabel 5.4 Distribusi Pengetahuan Gizi Seimbang pada Kelompok Kontrol

Jawaban Benar (%)


Variabel Pengetahuan Pre-Test Post-Test
Pengetahuan tentang tumpeng gizi seimbang
Jumlah pesan dalam tumpeng gizi seimbang 18.5 37.0
Pesan yang terdapat dalam tumpeng gizi seimbang 11.1 22.2
Pengetahuan tentang makan makanan beragam
Banyak konsumsi protein nabati dalam sehari 66.7 77.8
Bahan makanan sumber protein nabati 33.3 25.9
Bahan makanan sumber zat pembangun 18.5 18.5
Banyak konsumsi protein hewani dalam sehari 55.6 70.4
Bahan makanan yang setara dengan segelas susu 3.70 0.00
Bahan makanan sumber karbohidrat 40.7 29.6
Banyak konsumsi karbohidrat dalam sehari 11.1 0.00
Fungsi karbohidrat dalam tubuh 51.9 55.6
Banyak konsumsi air putih dalam sehari 63.0 63.0
Bahan makanan sumber zat pengatur 51.9 40.7
Warna buah yang diutamkan untuk dikonsumsi 48.1 63.0
Banyak konsumsi buah dalam sehari 40.7 40.7
Vitamin yang banyak terdapat dalam buah pisang dan pepaya 29.6 33.3
Bahan makanan yang banyak mengandung vitamin 74.1 55.6
Banyak konsumsi sayuran dalam sehari 18.5 25.9
Warna sayuran yang diutamakan untuk dikonsumsi 63.0 88.9
Pengetahuan tentang memantau berat badan
Cara memantau berat badan 74.1 70.4
Yang bukan akibat dari gizi kurang 59.3 55.6
Yang bukan penyebab berat badan berlebih/ kegemukan 77.8 74.1
Pengetahuan tentang pola hidup bersih
Yang merupakan pola hidup bersih 92.6 96.3
Pengetahuan tentang aktivitas fisik
Yang bukan merupakan aktivitas fisik 81.5 92.6
Frekuensi olahraga dalam seminggu 11.1 7.40
Minimal waktu yang diperlukan untuk setiap kali berolahraga 55.6 44.4

Perubahan pengetahuan tentang pesan gizi seimbang pada kelompok


kontrol cenderung memperlihatkan perubahan ke arah negatif, Meskipun
dibeberapa aspek pengetahuan terdapat peningkatan, namun hasil yang di dapat
masih belum memuaskan. Pada konsep pengetahuan “bahan makanan yang setara
dengan segelas susu” dan “konsumsi karbohidrat dalam sehari” menunjukkan
bahwa tidak ada seorang siswa pun yang mampu menjawab dengan benar (0%).
Berbeda halnya dengan pengetahuan mengenai pola hidup bersih sebesar 96.3%
siswa mampu menjawab dengan benar, persentase tersebut lebih tinggi jika
dibandingkan pada kelompok komik dan buku pada aspek pengetahuan yang sama
(tabel 5.4).

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


53

5.2.4 Skor Pengetahuan pada Kelompok Komik, Buku, dan Kontrol

Berdasarkan hasil uji statistik yang telah dilakukan diketahui bahwa rata-
rata skor pengetahuan total pada kelompok perlakuan komik sebelum intervensi
adalah 47.0 dengan standar deviasi sebesar 14.1. Nilai minimum dan maksimum
pada kelompok komik adalah 20 dan 72. Sementara itu, rata-rata skor
pengetahuan total setelah diberikan intervensi adalah 71.7 dengan standar deviasi
sebesar 10.8. Nilai minimum dan maksimum pada kelompok komik adalah 48 dan
100.
Pada kelompok perlakuan buku rata-rata skor pengetahuan total sebelum
intervensi adalah 47.3 dengan standar deviasi sebesar 10.2. Nilai minimum dan
maksimum pada kelompok buku adalah 32 dan 68. Sementara itu, rata-rata skor
pengetahuan total setelah diberikan intervensi adalah 58.3 dengan standar deviasi
sebesar 12.8. Nilai minimum dan maksimum pada kelompok buku adalah 40 dan
84.
Sementara itu, rata-rata skor pengetahuan total pada kelompok kontrol saat
pre-test adalah 46.1 dengan standar deviasi sebesar 11.0. Nilai minimum dan
maksimum pada kelompok kontrol adalah 20 dan 64. Rata-rata skor pengetahuan
total saat post-test adalah 47.6 dengan standar deviasi sebesar 10.7. Nilai
minimum dan maksimum pada kelompok kontrol adalah 32 dan 68.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


54

5. 3 Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahuai perbedaan rata-rata skor
pengetahuan pada saat pre-test dan post-test, baik pada kelompok perlakuan
komik, kelompok perlakuan buku, dan kelompok kontrol.

5.3.1 Rata-Rata Skor Pengetahuan pada Kelompok Komik

Tabel 5. 5 Rata-Rata Skor Pengetahuan pada Kelompok Perlakuan Komik

Mean + SD Nilai Mean + SD P


Variabel Skor Min Max (perbedaan antar Value
pengukuran)
Pengetahuan total tentang
pesan gizi seimbang
Sebelum 47.0 + 14.1 20.0 72.0 24.7 + 16.6 0.000*
Sesudah 71.7 + 10.8 48.0 100.0
Pengetahuan tentang tumpeng
gizi seimbang
Sebelum 16.7 + 24.1 0.0 50.0 60.4 + 36.1 0.000*
Sesudah 77.1 + 25.5 50.0 100.0
Pengetahuan tentang makan
makanan beragam
Sebelum 42.5 + 15.4 18.8 68.8 24.2 + 21.4 0.000*
Sesudah 66.7 + 13.4 43.8 100.0
Pengetahuan tentang
pentingnya memantau berat
badan
Sebelum 73.6 + 36.8 0.0 100.0 19.5 + 33.9 0.010*
Sesudah 93.1 + 16.9 33.3 100.0
Pengetahuan tentang PHBS
Sebelum 95.8 + 20.4 0.0 100.0 00.0 + 29.5 1.000
Sesudah 95.8 + 20.4 0.0 100.0
Pengetahuan tentang aktivitas
fisik
Sebelum 48.6 + 29.5 0.0 100.0 16.7 + 31.1 0.015*
Sesudah 65.3 + 20.8 0.0 100.0
*terdapat perbedaan signifikan

Pada pengukuran setelah intervensi terlihat adanya peningkatan rata-rata


skor pengetahuan pada kelompok perlakuan komik. Peningkatan skor
pengetahuan terjadi pada seluruh aspek pengetahuan mengenai pesan gizi
seimbang kecuali pada pengetahuan mengenai pola hidup bersih. Perbedaan rata-
rata skor pengetahuan yang signifikan secara berturut-turut terlihat pada
pengetahuan total (24.7 + 16.6), pengetahuan tentang tumpeng gizi seimbang
(60.4 + 36.1), pengetahuan tentang makan makanan beragam (24.2 + 21.4),
pengetahuan tentang pentingnya memantau berat badan (19.5 + 33.9), dan
pengetahuan tentang aktivitas fisik (16.7 + 31.1) (tabel 5.5).
Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


55

5.3.2 Rata-Rata Skor Pengetahuan pada Kelompok Buku

Tabel 5.6 Rata-Rata Skor Pengetahuan pada Kelompok Perlakuan Buku

Variabel Skor Mean + SD Nilai Mean + SD P


(perbedaan antar Value
Min Max
pengukuran)
Pengetahuan total
tentang pesan gizi
seimbang
Sebelum 47.3 + 10.2 32.0 68.0 11.0 + 11.1 0.000*
Sesudah 58.3 + 12.8 40.0 84.0
Pengetahuan tentang
tumpeng gizi seimbang
Sebelum 25.0 + 25.5 0.0 50.0 16.7 + 48.2 0.103
Sesudah 41.7 + 38.1 0.0 100.0
Pengetahuan tentang
makan makanan
beragam
Sebelum 41.4 + 13.1 18.8 62.5 13.3 + 16.5 0.001*
Sesudah 54.7 + 18.0 25.0 93.8
Pengetahuan tentang
pentingnya memantau
berat badan
Sebelum 72.2 + 33.6 0.0 100.0 9.7 + 30.3 0.129
Sesudah 81.9 + 24.0 33.3 100.0
Pengetahuan tentang
PHBS
Sebelum 95.8 + 20.4 0.0 100.0 4.2 + 35.9 0.575
Sesudah 91.7 + 28.2 0.0 100.0
Pengetahuan tentang
aktivitas fisik
Sebelum 52.8 + 27.7 0.0 100.0 2.8 + 31.0 0.664
Sesudah 55.6 + 23.4 0.0 100.0
*terdapat perbedaan signifikan

Rata-rata skor pengetahuan pada kelompok perlakuan buku setelah


dilakukan intervensi menunjukkan adanya peningkatan maupun penurunan.
Peningkatan skor pengetahuan terjadi pada pengetahuan total mengenai pesan gizi
seimbang, pengetahuan tentang tumpeng gizi seimbang, dan pengetahuan tentang
makan makanan beragam. Penurunan skor pengetahuan terjadi pada aspek
pengetahuan tentang pentingnya memantau berat badan, pengetahuan tentang pola
hidup bersih, dan pengetahuan tentang aktivitas fisik. Perbedaan rata-rata skor
pengetahuan yang signifikan secara berturut-turut terlihat pada aspek pengetahuan
total (11.0 + 11.1) dan pengetahuan tentang makan makanan beragam (13.3 +
16.5) (tabel 5.6).

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


56

5.3.3 Rata-Rata Skor Pengetahuan pada Kelompok Kontrol

Tabel 5.7 Rata-Rata Skor Pengetahuan pada Kelompok Kontrol

Mean + SD Nilai Mean + SD P Value


Variabel Skor (perbedaan antar
Min Max
pengukuran)
Pengetahuan total
tentang pesan gizi
seimbang
Sebelum 46.1 + 11.0 20.0 64.0 1.5 + 11.5 0.510
Sesudah 47.6 + 10.7 32.0 68.0
Pengetahuan tentang
tumpeng gizi
seimbang
Sebelum 14.8 + 23.3 0.0 50.0 14.8 + 30.4 0.018*
Sesudah 29.6 + 34.7 0.0 100.0
Pengetahuan tentang
makan makanan
beragam
Sebelum 41.9 + 13.9 6.3 62.5 1.2 + 14.5 0.682
Sesudah 43.1 + 12.7 18.8 68.8
Pengetahuan tentang
pentingnya memantau
berat badan
Sebelum 70.4 + 25.0 33.3 100.0 3.7 + 28.2 0.502
Sesudah 66.7 + 26.2 33.3 100.0
Pengetahuan tentang
PHBS
Sebelum 92.6 + 26.7 0.0 100.0 3.7 + 33.8 0.574
Sesudah 96.3 + 19.3 0.0 100.0
Pengetahuan tentang
aktivitas fisik
Sebelum 49.4 + 21.4 0.0 100.0 1.2 + 25.3 0.802
Sesudah 48.2 + 23.3 0.0 100.0
*terdapat perbedaan signifikan

Rata-rata skor pengetahuan pada kelompok kontrol pada umumnya tidak


mengalami peningkatan. Peningkatan rata-rata skor pengetahuan hanya terjadi
pada aspek pengetahuan mengenai tumpeng gizi seimbang. Penurunan skor
pengetahuan terjadi pada beberapa aspek pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang
pesan gizi seimbang, pengetahuan mengenai makan makanan beragam,
pengetahuan tentang pentingnya memantau berat badan, pengetahuan tentang pola
hidup bersih, dan pengetahuan tentang aktivitas fisik. Perbedaan rata-rata skor
pengetahuan yang signifikan terlihat pada aspek pengetahuan tentang tumpeng
gizi seimbang (14.8 + 30.4) (tabel 5.7).

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


57

5.3.4 Perbedaan Rata-Rata Skor Pengetahuan Total pada Kelompok


Komik, Buku, dan Kontrol Sebelum dan Sesudah Intervensi

5.3.4.1 Perbedaan Rata-Rata Skor Pengetahuan Total Saat Pre-Test

Tabel 5.8 Distribusi Rata-Rata Skor Pengetahuan Total Saat Pre-Test


Kelompok Mean SD 95% CI P Value
Komik 47.0 14.1 41.06 – 52.94 0.924
Buku 47.3 10.2 43.03 – 51.64
Kontrol 46.1 11.0 41.74 – 50.40

Rata-rata skor pengetahuan total pada kelompok komik sebesar 47.0


dengan standar deviasi sebesar 14.1. Pada kelompok buku rata-rata skor
pengetahuan total sebesar 47.3 dengan standar deviasi sebesar 10.2 sedangkan
pada kelompok kontrol rata-rata skor pengetahuan total sebesar 46.1 dengan
standar deviasi sebesar 11.0.
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p sebesar 0.924, hal ini
menunjukkan bahwa pada alpha 5% dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan
rata-rata skor pengetahuan total diantara ketiga kelompok. Analisis lebih lanjut
membuktikan, baik pada kelompok komik dengan kelompok buku, kelompok
komik dengan kelompok kontrol, dan kelompok buku dengan kelompok kontrol
tidak terdapat perbedaan pengetahuan yang signifikan pada saat pre-test (tabel
5.8).

5.3.4.2 Perbedaan Rata-Rata Skor Pengetahuan Total Saat Post-Test

Tabel 5.9 Distribusi Rata-Rata Skor Pengetahuan Total Saat Post-Test

Kelompok Mean SD 95% CI P Value


Komik 71.7 10.8 67.10 – 76.23 0.000
Buku 58.3 12.8 52.92 – 63.74
Kontrol 47.6 10.7 43.34 – 51.77

Hasil yang diperoleh pada saat post-test menunjukkan bahwa rata-rata skor
pengetahuan total pada kelompok komik sebesar 71.7 dengan standar deviasi
sebesar 10.8. Pada kelompok buku rata-rata skor pengetahuan total sebesar 58.3
dengan standar deviasi sebesar 12.8 sedangkan pada kelompok kontrol rata-rata
skor pengetahuan total sebesar 47.6 dengan standar deviasi sebesar 10.7.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


58

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p sebesar 0.0005, hal ini
menunjukkan bahwa pada alpha 5% dapat disimpulkan jika terdapat perbedaan
rata-rata skor pengetahuan total diantara ketiga kelompok. Analisis lebih lanjut
membuktikan bahwa terdapat perbedaan baik pada kelompok komik dengan
kelompok buku, kelompok komik dengan kelompok kontrol, dan kelompok buku
dengan kelompok kontrol (tabel 5.9).

5.3.4.3 Perbedaan Selisih Rata-Rata Skor Pengetahuan pada Ketiga


Kelompok

Tabel 5.10 Perbedaan Selisih Rata-Rata Skor Pengetahuan Ketiga Kelompok

Mean + SD P Value n
Variabel Skor (perbedaan antar pengukuran)
Pengetahuan total tentang
pesan gizi seimbang
Komik 24.7 + 16.6 0.000* 24
Buku 11.0 + 11.1 24
Kontrol 1.5 + 11.5 27
Pengetahuan tentang tumpeng
gizi seimbang
Komik 60.4 + 36.1 0.000* 24
Buku 16.7 + 48.2 24
Kontrol 14.8 + 30.4 27
Pengetahuan tentang makan
makanan beragam
Komik 24.2 + 21.4 0.000* 24
Buku 13.3 + 16.5 24
Kontrol 1.2 + 14.5 27
Pengetahuan tentang
pentingnya memantau berat
badan
Komik 19.5 + 33.9 0.031* 24
Buku 9.7 + 30.3 24
Kontrol 3.7 + 28.2 27
Pengetahuan tentang pola
hidup bersih
Komik 00.0 + 29.5 0.701 24
Buku 4.2 + 35.9 24
Kontrol 3.7 + 33.8 27
Pengetahuan tentang aktivitas
fisik
Komik 16.7 + 31.1 0.082 24
Buku 2.8 + 31.0 24
Kontrol 1.2 + 25.3 27
*terdapat perbedaan signifikan

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


59

Hasil analisis secara rinci mengenai perbedaan pengetahuan antara hasil


rata-rata skor pengetahuan saat pre-test dan post-test pada ketiga kelompok
menunjukkan pada sebagian besar aspek pengetahuan mengalami perbedaan yang
signifikan. Pada aspek pengetahuan total mengenai gizi seimbang, pengetahuan
tentang tumpeng gizi seimbang, pengetahuan tentang makan makanan beragam,
dan pengetahuan tentang pentingnya memantau berat badan menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan diantara ketiga kelompok penelitian. Berbeda halnya
dengan yang terjadi pada aspek pengetahuan tentang pola hidup bersih dan
pengetahuan mengenai aktivitas fisik. Hasil uji statistik menunjukkan tidak
terdapat perbedaan selisih rata-rata pengetahuan yang signifikan diantara ketiga
kelompok tersebut (tabel 5.10).
Analisis lebih lanjut yang dilakukan pada aspek pengetahuan total pesan
gizi seimbang membuktikan bahwa terjadi perbedaan baik pada kelompok komik
dengan kelompok (buku dan kontrol), kelompok buku dengan kelompok (komik
dan kontrol), dan kelompok kontrol dengan kelompok (komik dan buku). Pada
aspek pengetahuan tentang tumpeng gizi seimbang perbedaan terjadi pada
kelompok komik dengan (buku dan kontrol), kelompok buku dengan kelompok
komik, dan kelompok kontrol dengan kelompok komik. Pada aspek pengetahuan
tentang makan makanan beragam perbedaan terjadi pada kelompok komik dengan
kelompok kontrol, kelompok buku dengan kelompok kontrol, dan kelompok
kontrol dengan kelompok (komik dan buku). Sementara itu, pada aspek
pengetahuan tentang pentingnya memantau berat badan perbedaan terjadi pada
kelompok komik dengan kelompok kontrol dan kelompok kontrol dengan
kelompok komik.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


BAB 6
PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian


Keterbatasan dalam penelitian ini adalah kondisi responden yang tidak
memungkinkan untuk mengikuti tahapan penelitian secara menyeluruh. Hal ini
dikarenakan oleh kondisi responden yang sedang dalam keadaan tidak sehat atau
izin sehingga responden berhalangan hadir ke tempat pelaksanaan penelitian. Hal
ini menyebabkan peneliti tidak dapat memperoleh data yang dibutuhkan dari
responden tersebut.

6.2 Pengetahuan Gizi pada Ketiga Kelompok Saat Pre-test


Pengetahuan yang diuji dalam penelitian ini adalah pengetahuan mengenai
pesan gizi seimbang yang divisualisasikan dalam tumpeng gizi seimbang. Pesan
tersebut terdiri dari makan makanan beragam, pentingnya memantau berat badan,
pentingnya pola hidup bersih, dan pentingnya melakukan aktivitas fisik. Pesan
gizi seimbang yang disampaikan tidak hanya ditekankan pada konsumsi makanan
yang beragam akan tetapi juga diimbangi dengan pola hidup bersih, aktivitas fisik
dan memantau berat badan secara teratur. Sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Soekirman (2011) yang menyatakan jika keempat pesan dalam
tumpeng gizi seimbang tersebut dinilai sangat informatif dan mudah dimengerti.
Pengukuran pengetahuan anak mengenai pesan gizi seimbang dalam
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tes. Pengetahuan gizi seseorang
menurut Suwandono (1975) dapat dinilai berdasarkan jawaban responden
terhadap pertanyaan yang diberikan sesuai kuesioner yang diajukan (Purwanti,
2010). Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini berupa pertanyaan pilihan
berganda (Multiple Choice Test). Sesuai dengan pernyataan yang disampaikan
oleh Purwanti (2010) bahwa pengukuran pengetahuan dengan menggunakan
bentuk tes berupa pilihan berganda merupakan bentuk tes yang sangat baik untuk
mengetahui dampak dari intervensi penyuluhan gizi terkait perubahan
pengetahuan gizi seseorang. Bentuk tes ini dapat digunakan untuk mengukur
berbagai aspek yang terkait dengan ranah kognitif.

60 Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


61

Pre-test dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengetahuan


dasar responden mengenai pesan gizi seimbang. Berdasarkan hasil analisis
pengetahuan saat pre-test yang dilakukan pada responden, baik pada kelompok
komik, buku, dan kontrol (tabel 5.2-5.4) dapat dilihat persentase siswa yang
mampu menjawab dengan benar beberapa aspek gizi yang ditanyakan. Pada aspek
pengetahuan mengenai tumpeng gizi seimbang, makan makanan yang beragam,
dan pengetahuan mengenai aktivitas fisik terlihat persentase siswa di ketiga
kelompok yang mampu menjawab dengan benar pada aspek pertanyaan tersebut
masih tergolong rendah. Berbeda halnya dengan aspek pengetahuan mengenai
pola hidup bersih dan pentingnya memantau berat badan terlihat bahwa sebagian
besar siswa sudah mampu menjawab pertanyaan tersebut dengan benar. Hal ini
menunjukkan bahwa pengetahuan siswa mengenai dua aspek pengetahuan (pola
hidup bersih dan pentingnya memantau berat badan) sudah cukup baik.
Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa perolehan rata-rata skor
pengetahuan pada kelompok komik, yaitu sebesar 16.7 mengenai pengetahuan
tentang tumpeng gizi seimbang, 42.5 mengenai pengetahuan tentang makan
makanan beragam, 73.6 mengenai pengetahuan tentang pentingnya memantau
berat badan, 95.8 mengenai pengetahuan tentang pola hidup bersih, dan 48.6
mengenai pengetahuan tentang aktivitas fisik. Secara keseluruhan rata-rata skor
pengetahuan siswa masih tergolong rendah, yaitu 47 dengan standar deviasi, nilai
minimum, dan maksimum sebesar 14.1, 20, dan 71. Sementara itu, skor yang
paling banyak diperoleh oleh siswa pada kelompok komik adalah sebesar 36.
Pada kelompok perlakuan buku diperoleh rata-rata skor pengetahuan
sebesar 25.0 mengenai pengetahuan tentang tumpeng gizi seimbang, 41.4
mengenai pengetahuan tentang makan makanan beragam, 72.2 mengenai
pengetahuan tentang pentingnya memantau berat badan, 95.8 mengenai
pengetahuan tentang pola hidup bersih, dan 52.8 mengenai pengetahuan tentang
aktivitas fisik. Secara keseluruhan rata-rata skor pengetahuan siswa masih
tergolong rendah, yaitu 47.3 dengan standar deviasi, nilai minimum, dan
maksimum sebesar 10.2, 32, dan 68. Sementara itu, skor yang paling banyak
diperoleh oleh siswa pada kelompok buku sebesar 36.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


62

Hasil pre-test yang ditunjukkan oleh kelompok komik dan buku tidak jauh
berbeda dengan hasil yang diperoleh oleh kelompok kontrol. Rata-rata skor
pengetahuan yang diperoleh oleh kelompok kontrol, yaitu sebesar 14.8 mengenai
pengetahuan tumpeng gizi seimbang, 41.9 mengenai pengetahuan tentang makan
makanan beragam, 70.4 mengenai pengetahuan tentang pentingnya memantau
berat badan, 92.6 mengenai pengetahuan tentang pola hidup bersih, dan 49.4
mengenai pengetahuan tentang aktivitas fisik. Secara keseluruhan pengetahuan
siswa masih tergolong rendah, yaitu 47.3 dengan standar deviasi, nilai minimum,
dan maksimum sebesar 11.0, 20, dan 64. Sementara itu, skor yang paling banyak
diperoleh oleh siswa pada kelompok kontrol sebesar 36.
Berdasarkan hasil analisis skor pre-test pengetahuan total pada ketiga
kelompok diperoleh hasil sebagai berikut : (47.0 + 14.1) pada kelompok komik,
(47.3 + 10.2) pada kelompok buku, dan (46.1 + 11.0) pada kelompok kontrol.
Hasil tersebut memperlihatkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata skor
pengetahuan yang signifikan pada setiap aspek pengetahuan pesan gizi seimbang
yang ditanyakan diantara ketiga kelompok pada saat pre-test. Selain itu, dapat
dilihat bahwa skor pengetahuan yang paling banyak diperoleh oleh siswa dalam
ketiga kelompok tersebut adalah 36 poin. Analisis tersebut menunjukkan bahwa
ketiga kelompok yang dibandingkan dalam penelitian ini memiliki rata-rata skor
pengetahuan awal mengenai pesan gizi seimbang yang tidak berbeda.
Hasil penelitian yang dilakukan di SDN Sukasari 4 ini sejalan dengan
beberapa penelitian mengenai pengetahuan anak tentang gizi seimbang yang telah
dilakukan, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Salah satu penelitian yang
dilakukan di Indonesia adalah penelitian yang dilakukan oleh Woda (2009) pada
siswa kelas 4 dan 5 di SD Mardi Yuana Depok yang menunjukkan bahwa rata-
rata skor pengetahuan gizi siswa di sekolah tersebut sebelum dilakukan intervensi
(pre-test) adalah sebesar (31.69 + 4.724). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pengetahuan gizi anak usia sekolah masih berada dalam kategori rendah.
Serupa dengan beberapa penelitian yang dilakukan di luar negeri seperti
penelitian yang dilakukan oleh Kostanjevec, Jerman, dan Koch (2011)
menyatakan jika rata-rata pengetahuan gizi 524 anak usia sekolah di Slovenia
sebesar (14.6 + 3.4). Rata-rata pengetahuan gizi pada 237 anak sekolah dasar di

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


63

Malaysia sebesar (48.3±13.2) pada saat pre-test (Talib et al., 2007). Serupa
dengan penelitian yang dilakukan oleh Eboh & Boye (2006) bahwa rata-rata
pengetahuan gizi 102 anak usia sekolah di Nigeria sebesar (10.8 + 2.7) dan di
Cina rata-rata pengetahuan 2575 anak mengenai gizi seimbang sebesar 49.2 poin
(Shi-Chang et al., 2004). Hal tersebut memperlihatkan bahwa di beberapa negara
pengetahuan anak sekolah dasar mengenai gizi seimbang masih tergolong rendah.
Rendahnya pengetahuan siswa pada saat pre-test yang terjadi di beberapa
negara, terutama di Indonesia dan khsusnya di SDN Sukasari 4 Tangerang ini
(baik pada kelompok perlakuan komik, kelompok perlakuan buku, maupun
kelompok kontrol) dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang
menyebabkan masih rendahnya pengetahuan siswa mengenai pesan gizi seimbang
adalah kurangnya sosialisasi dan pengetahuan mengenai gizi seimbang. Hal
serupa dinyatakan oleh Soekirman (2011) bahwa pada tahun 2003 dan 2005
Departemen Kesehatan RI telah mengeluarkan buku mengenai pedoman gizi
seimbang namun kurangnya sosialisasi dan publikasi mengenai hal tersebut
membuat masyarakat kurang mengenal pedoman gizi seimbang.
Di Indonesia sendiri pada dasarnya menurut Soekirman (2000) belum ada
kurikulum pendidikan dasar yang mengajarkan ilmu gizi secara profesional, hal
ini menyebabkan anak Indonesia belum memiliki sifat kritis dan hati-hati dalam
soal makan (Nuryati, 2010). Upaya pemberlakuan sadar gizi di Indonesia dimulai
sejak tahun 1950-an melalui konsep “empat sehat lima sempurna”. Menurut
Yayasan Institut Danone & Nakita (2010) konsep tersebut dikenal dan telah
melekat dalam masyarakat, namun pola konsumsi masyarakat Indonesia yang
tidak seimbang memunculkan berbagai masalah baik gizi kurang maupun gizi
lebih. Oleh karena itu, dibuatlah pedoman gizi seimbang yang menekankan pada
empat pesan utama untuk menggantikan konsep “empat sehat lima sempurna”.
Program pendidikan gizi yang diberlakukan di Indonesia berbeda dengan
program pendidikan gizi anak yang telah diberlakukan dan diterapkan di negara
maju. Beberapa program yang telah diberlakukan di negara maju diantaranya
meliputi School Lunch Program, School Breakfast Program, Child and Adult
Care Food Program, Summer Food Service Program, dan sebagainya. Kegiatan
tersebut dilakukan untuk menyediakan makanan yang bergizi bagi anak sekaligus

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


64

mendidik mereka untuk menerapkan pedoman gizi seimbang (Brown, 2005).


Selain itu, rendahnya pengetahuan siswa terhadap gizi seimbang juga dapat
dipengaruhi oleh sejauh mana siswa mampu mengetahui dan memahami pesan
gizi seimbang dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan adanya pendidikan gizi
baik formal maupun non-formal untuk membantu anak agar dapat meningkatkan
pemahamannya mengenai gizi seimbang sehingga anak mampu memilih makanan
yang tepat.
Pengetahuan gizi seimbang dibutuhkan oleh setiap orang agar mampu
membantu mereka dalam memilih makanan yang tepat untuk dikonsumsi. Hal
serupa dikatakan oleh Suharjo (1996) bahwa ada beberapa alasan yang
menyebabkan mengapa pengetahuan gizi penting untuk dimiliki setiap orang,
yaitu kesehatan dan kesejahteraan dipengaruhi oleh konsumsi zat gizi yang cukup,
setiap orang hanya akan merasa cukup jika makanan yang mereka konsumsi
mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pemeliharaan, perkembangan
optimal, dan penyediaan energi, dan pengetahuan gizi membuat orang untuk
belajar dalam menggunakan dan memilih makanan yang lebih baik untuk
kesejahteraannya. Oleh karena itu, pendidikan dan sosialisasi mengenai gizi
seimbang perlu dilakukan dan diperkenalkan kepada masyarakat.
Pengetahuan gizi seimbang perlu dimiliki oleh setiap orang terutama sejak
masa anak-anak. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Soekirman (2011)
yang menyatakan jika target terbaik dalam melakukan sosialisasi atau pendidikan
gizi adalah sekolah dasar. Ada beberapa alasan mengapa pengetahuan gizi perlu
diberlakukan di sekolah. Menurut U.S Department of Health and Human Service
(1996) pendidikan gizi penting diterapkan di sekolah karena sekolah mampu
mencakup hampir seluruh anak-anak dan remaja, sekolah mampu menyediakan
kesempatan bagi anak untuk berlatih makan yang sehat, dan sekolah mampu
mengajarkan pada siswa bagaimana mengatasi tekanan sosial yang dihadapinya.
Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan pada anak usia sekolah untuk mulai
menanamkan pengetahuan mengenai gizi seimbang sejak dini.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


65

6.3 Pengetahuan Gizi pada Ketiga Kelompok Saat Post-test


Post-test dilakukan setelah melakukan intervensi pada kelompok
perlakuan dengan media pendidikan gizi seimbang. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana pengaruh intervensi yang diberikan dapat mempengaruhi
pengetahuan gizi anak. Dalam penelitian ini media yang digunakan adalah media
cetak (visual aids) yang berupa komik dan buku pegangan gizi seimbang.
Menurut berbagai penelitian dari para ahli, indera yang paling banyak
menyalurkan pengetahuan ke otak adalah mata. Pengetahuan manusia yang
diperoleh melalui mata kurang lebih mencapai 75%-87%, sedangkan 13-25%
lainnya diperoleh melalui indera lain (Notoatmodjo, 2003).
Ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh jika menggunakan media
cetak. Beberapa keuntunggan penggunaan media cetak menurut Depkes (2006)
adalah tahan lama, dapat menjangkau banyak orang, biaya produksi tidak tinggi,
dapat dibawa kemana-mana, meningkatkan keinginan belajar, dan mampu
mempermudah pemahaman. Penggunaan media dalam penelitian pendidikan gizi
ini digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan mengenai gizi seimbang dengan
tampilan yang menarik sehingga dapat memotivasi siswa untuk mempelajari serta
menerapkan pesan gizi seimbang dalam kehidupan sehari-hari.
Sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh Sudjana & Rivai (1999)
mengenai manfaat penggunaan media, yaitu mampu menumbuhkan motivasi
belajar karena proses pembelajaran akan lebih menarik jika menggunakan media,
penyampaian pesan melalui media akan lebih mudah sehingga dapat lebih
dipahami sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat dicapai dan proses
belajar menjadi tidak membosankan untuk siswa. Hal tersebut menunjukkan jika
media memiliki peranan penting dalam proses belajar mengajar.
Pernyataan di atas sejalan dengan hasil analisis penelitian yang
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan pada ketiga kelompok,
terutama pada kelompok komik dan buku. Peningkatan pengetahuan yang
signifikan ditunjukkan oleh kedua kelompok tersebut (komik dan buku). Hal ini
menunjukkan bahwa media komik dan buku gizi seimbang yang digunakan dalam
penelitian ini efektif untuk menyampaikan pesan gizi seimbang kepada anak usia
sekolah.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


66

6.3.1 Pengetahuan Total Gizi Seimbang pada Ketiga Kelompok


6.3.1.1 Pengetahuan Total Gizi Seimbang pada Kelompok Komik
Pengetahuan total tentang gizi seimbang pada kelompok komik dalam
penelitian ini mengalami peningkatan yang signifikan dengan selisih skor pre-test
dan post-test sebesar (24.7 + 16.6). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Talib et al. (2007) yang dilakukan kepada 237 anak usia sekolah di Malaysia
dengan menggunakan media komik menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada
pengetahuan gizi anak sebesar (6.3 + 3.0). Data tersebut menunjukkan bahwa
intervensi yang dilakukan dengan komik mampu meningkatkan pengetahuan gizi
anak secara signifikan.
Penelitian lain yang telah dilakukan di Indonesia terhadap pengetahuan
anak dengan menggunakan media komik juga menunjukkan hasil yang serupa.
Penelitian tersebut dilakukan oleh Alkhosim, Harahap, dan Arita (2009) guna
meningkatkan pengetahuan siswa kelas V SD dengan menggunakan media komik
pada 75 siswa SDN Babakan Darmaga 1 dan 42 siswa SDN Babakan Darmaga 3
menunjukkan hasil yang signifikan dengan selisih skor pre-test dan post-test
sebesar 27.8 pada SDN Babakan Darmaga 1 dan 30.2 pada SDN Babakan
Darmaga 3.
Data penelitian di atas menunjukkan bahwa komik terbukti efektif dalam
meningkatkan pengetahuan anak. Dalam penelitian yang dilakukan di SDN
Sukasari 4 Tangerang ini peningkatan pengetahuan juga dapat dilihat berdasarkan
perolehan skor tertinggi yang mampu diperoleh oleh siswa. Berdasarkan data
yang didapat pada saat pre-test skor tertinggi pada kelompok komik sebesar 72
poin akan tetapi setelah dilakukan intervensi dengan media komik terdapat siswa
yang memperoleh nilai sempurna, yaitu 100 poin. Hal tersebut menunjukkan
bahwa siswa sudah mampu menerima dengan baik pesan yang ingin disampaikan
melalui media komik.
Berdasarkan hasil analisis lebih lanjut mengenai skor pengetahuan total
siswa setelah dilakukan intervensi dengan menggunakan komik maka diperoleh
hasil bahwa terdapat perbedaan rata-rata skor pengetahuan total jika dibandingkan
dengan kelompok buku dan kontrol. Hasil rata-rata skor pengetahuan total pada
saat post-test yang diperoleh oleh kelompok komik (71.67) jika dibandingkan

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


67

dengan kelompok buku (58.33), dan kelompok kontrol (47.56) menunjukkan


bahwa komik mampu memberikan pengaruh yang lebih signifikan terhadap
peningkatan pengetahuan anak mengenai pesan gizi seimbang.
Peningkatan rata-rata skor pengetahuan pada kelompok komik yang lebih
signifikan jika dibandingkan dengan kelompok buku dan kontrol sesuai dengan
pernyataan yang disampaikan oleh Contento (2007) yang menyatakan jika daya
serap terhadap materi yang mampu disumbangkan oleh rangsangan visual lebih
besar, yaitu 30% bila dibandingkan daya serap yang diterima seseorang jika hanya
membaca teks, yaitu sebesar 10%. Selain itu, komik mampu menghadirkan pesan
dalam cerita-cerita sederhana sehingga mudah untuk ditangkap dan dipahami oleh
anak-anak maupun orang dewasa (Duncan & Smith, 2009).
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa komik sebagai media
pembelajaran mudah diterima dan disenangi oleh anak-anak sehingga mampu
meningkatkan minat membaca dan pengetahuan pada anak usia sekolah,
khususnya dalam penelitian ini adalah siswa kelas tinggi (kelas V). Hal ini sesuai
dengan peryataan Makmun (1996) yang menyatakan bahwa anak-anak usia 10-12
tahun mulai menyukai cerita yang bersifat kritis dibandingkan dengan anak pada
usia 6-8 tahun yang lebih memiliki ketertarikan untuk membaca dan mendengar
dongeng fantasi. Selain itu, komik sebagai media visual mampu meningkatkan
pemahaman dan memperkuat ingatan (Arsyad, 2009). Pernyataan tersebut sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan bahwa terdapat peningkatan jumlah siswa
yang mampu menjawab dengan benar pertanyaan mengenai pesan gizi seimbang
setelah dilakukan intervensi dengan menggunakan komik.
Dalam memilih media yang digunakan untuk penelitian ini ada beberapa
hal yang harus dipertimbangkan. Hal tersebut dilakukan agar media yang
digunakan mampu memberikan hasil yang signifikan dalam meningkatkan
pengetahuan anak mengenai pesan gizi seimbang. Menurut Supardi (2009)
terdapat tujuh prinsip dalam pemilihan media, yaitu mudah terlihat, menarik,
sederhana, bermanfaat, dapat dipertanggungjawabkan, masuk akal, dan terstruktur
dengan baik. Hal lain yang perlu diperhatikan guna menciptakan media yang
efektif untuk menunjang proses belajar dalam penelitian ini adalah pengembangan
media yang digunakan pada saat intervensi.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


68

Pengembangan media yang dilakukan dalam penelitian ini sesuai dengan


pernyataan yang disampaikan oleh Dignan & Carr (1992) dan Depkes (2006)
bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan media,
yaitu tahapan analisis masalah dan sasaran, tahapan rancangan pengembangan
media, tahapan pengembangan pesan, uji coba, dan produksi media, tahapan
pelaksanaan dan pemantauan, serta tahapan evaluasi. Pernyataan tersebut sesuai
dengan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini jika media komik secara
keseluruhan mampu memberikan hasil yang signifikan terhadap peningkatan
pengetahuan.
Dalam penelitian ini komik dipilih sebagai salah satu media pembelajaran
gizi karena komik tidak hanya memberikan informasi tetapi juga mampu
memberikan hiburan bagi pembacanya. Hal serupa dikatakan oleh Rodgers &
Thorton (2005) dalam Supardi (2009) yang menyatakan bahwa media yang
digunakan dalam proses belajar hendaknya mampu menarik minat dan perhatian
siswa, sesuai dengan tujuan pembelajaran dan kebutuhan serta kondisi siswa,
media mampu menimbulkan rasa percaya pada siswa bahwa mereka mampu
dalam menyerap informasi yang diberikan, dan media tidak hanya memberikan
pengetahuan kepada siswa tetapi juga mampu menimbulkan rasa senang
(hiburan). Pernyataan tersebut sesuai dengan kondisi yang terjadi di lapangan,
pada kelompok perlakuan yang diberikan komik, anak-anak nampak lebih
antusias dan tertarik untuk menerima media tersebut.
Komik yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dengan menggunakan
gambar kartun yang disesuaikan dengan ketertarikan anak terhadap komik pada
saat survei pendahuluan dilakukan. Gambar yang digunakan dalam komik mampu
menjelaskan pesan yang ingin disampaikan kepada sasaran. Gambar mampu
membantu menjelaskan pesan dengan baik dan lebih mudah untuk diingat. Hal
tersebut sesuai dengan penyataan Abbatt (1992) yang menyatakan bahwa kartun
merupakan jenis gambar yang tidak hanya lucu namun juga mampu menjelaskan
pesan yang ingin disampaikan. Selain itu, kartun mampu menjelaskan lebih baik
jika dibandingkan dengan tulisan dalam sebuah paragraf.
Beberapa pernyataan lain yang sesuai dan mampu mendukung hasil
penelitian yang dilakukan pada siswa SDN Sukasari 4 ini adalah penyataan yang

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


69

dilontarkan oleh Indriana (2011) bahwa komik sebagai media grafis memiliki
beberapa keunggulan, antara lain mampu menarik perhatian, memperjelas
penyampaian ide, dan mengilustrasikan informasi sehingga mudah diingat.
Menurut Trimo (1997) ada beberapa kelebihan penggunaan komik, yaitu mampu
menambah perbendaharaan kata pembacanya, mempermudah merumuskan hal-hal
abstrak, dan mengembangkan minat baca anak (Lestari, Putri, & Yuniarti, 2009).
Komik memiliki berbagai unsur menarik sehingga mampu diterima dan
disukai oleh banyak orang, terutama oleh anak-anak. Menurut McCloud (1993),
Duncan & Smith (2009) dan Maharsi (2010) mengatakan jika komik terdiri dari
unsur-unsur, yaitu cerita, gambar, panel (ruangan yang membatasi adegan cerita
yang satu dengan yang lain), tampilan gambar, ukuran gambar (Close up, Extreme
Close Up, Medium Shot, Long Shot, dan Extreme Long Shot), warna,
pencahayaan, parit (jarak antar panel), angle, pergerakan gambar dalam cerita,
visualisasi suara (efek yang diberikan pada visualisasi kata atau uraian kata yang
diucapkan oleh karakternya), balon kata, dan teknik menggambar. Hal ini yang
membuat komik terlihat lebih menarik dan memiliki nilai tambah dibandingkan
media lainnya sehingga mudah diterima dan disukai oleh anak-anak.

6.3.1.2 Pengetahuan Total Gizi Seimbang pada Kelompok Buku


Pengetahuan total tentang pesan gizi seimbang pada kelompok buku
mengalami peningkatan yang signifikan seperti yang terjadi pada kelompok
komik. Selisih skor pengetahuan total kelompok buku saat pre-test dan post-test
sebesar (11.0+11.1). Beberapa penelitian mengenai pengaruh penggunaan buku
terhadap pengetahuan gizi telah dilakukan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan setelah dilakukan intervensi dengan
menggunakan buku sesuai dengan penelitian yang dilakukan di SDN Sukasari 4
Tangerang.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Woda (2009) yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata skor
pengetahuan total yang signifikan setelah diberikan intervensi dengan
menggunakan buku gizi seimbang, selisih hasil yang didapat antara rata-rata skor
pre-test dan post-test sebesar 5.682. Hal serupa ditunjukkan oleh penelitian yang

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


70

dilakukan oleh Atmaja (2011) yang menyatakan bahwa terjadi peningkatan


pengetahuan baik pada siswa kelas V sekolah dasar di perkotaan maupun di
perdesaan Kota Serang setelah diberikan intervensi dengan menggunakan buku
pedoman umum gizi seimbang. Selisih hasil yang didapat antara rata-rata skor
pre-test dan post-test oleh anak di daerah perkotaan sebesar 4.95 poin dan
perdesaan sebesar 2.35 poin.
Penelitian lain terkait pengetahuan gizi anak usia sekolah juga telah
dilakukan oleh Achadi, dkk (2010) pada anak sekolah dasar di Kota Depok, hasil
penelitian tersebut menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan dengan
selisih rata-rata skor pre-test dan post-test sebesar 3.36. Berdasarkan penelitian-
penelitian mengenai pengaruh pemberian buku gizi seimbang terhadap
pengetahuan anak usia sekolah yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan
bahwa buku merupakan salah satu media yang paling sering digunakan untuk
proses belajar mengajar dan mampu meningkatkan pengetahuan siswa secara
signifikan.
Peningkatan pengetahuan dalam penelitian ini juga terlihat pada perolehan
skor pengetahuan yang paling banyak diperoleh oleh siswa. Pada saat pre-test
sebagian besar siswa memperoleh nilai sebesar 36 poin akan tetapi setelah
diberikan buku pegangan gizi seimbang sebagian besar siswa memperoleh skor
pengetahuan sebesar 56 poin. Meskipun masih tergolong dalam kategori rendah
akan tetapi terlihat adanya peningkatan pada hasil tes yang dilakukan saat
sebelum dan sesudah intervensi. Dengan skor tertinggi yang diperoleh kelompok
buku sebesar 84 poin dan skor terendah sebesar 40 poin. Hal tersebut
menunjukkan bahwa secara keseluruhan siswa mampu menangkap informasi yang
ditampilkan dalam buku.
Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata skor
pengetahuan total yang signifikan pada saat post-test baik pada kelompok buku
dengan kelompok komik maupun kelompok buku dengan kelompok kontrol. Hasil
tersebut membuktikan bahwa intervensi dengan menggunakan buku dapat
meningkatkan pengetahuan anak secara signifikan. Meskipun jika dilihat pada
rata-rata skor pengetahuan total kelompok buku (58.3) masih berada di bawah

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


71

perolehan rata-rata skor pada kelompok komik (71.7) namun perolehan skor yang
didapat kelompok buku masih berada di atas kelompok kontrol (47.6).
Penggunaan buku terbukti mampu meningkatkan pengetahuan anak
mengenai gizi seimbang meskipun peningkatan yang terjadi tidak sebanyak yang
dialami oleh kelompok komik. Sejalan dengan survei pendahuluan yang telah
dilakukan pada 158 siswa kelas V SDN Sukasari 4 dan 5 Kota Tangerang,
sebanyak 83% anak lebih memilih komik dibandingkan dengan buku sebagai
media pembelajaran gizi seimbang. Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan
di lapangan dapat ditarik kesimpulan bahwa anak-anak memiliki kecenderungan
yang lebih tinggi untuk memilih media pembelajaran yang tidak hanya mampu
memberikan informasi akan tetapi juga mampu menarik perhatian dan
memberikan hiburan pada mereka.
Dalam memilih dan menentukan media yang digunakan dalam penelitian
ini, ada beberapa faktor yang diperhatikan. Menurut Indriana (2011) beberapa
faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media, yaitu kesesuaian dengan
tujuan yang terdapat dalam mata pelajaran (baik secara umum maupun khusus),
kesesuaian dengan materi yang ingin disampaikan dan tingkat kedalaman yang
ingin diperoleh dalam proses pembelajaran, kesesuaian dengan fasilitas
pendukung, kondisi, dan waktu agar media pembelajaran dapat digunakan secara
efektif dan efisien, kesesuaian dengan kondisi dan karakteristik siswa, kesesuaian
dengan gaya belajar siswa, dan kesesuaian dengan teori yang digunakan. Hal
tersebut perlu diperhatikan agar media yang digunakan mampu memberikan hasil
yang signifikan terhadap peningkatan pengetahuan anak.
Buku yang dipilih dan digunakan dalam penelitian ini adalah buku
pegangan gizi seimbang yang diterbitkan oleh PKGK dengan PUSKA tahun 2011.
Buku merupakan media yang paling sering digunakan dalam proses belajar
mengajar, selain itu buku juga mampu menampilkan banyak informasi yang
dibutuhkan mengenai suatu hal yang ingin diketahui dan diperoleh. Menurut
Diknas (2004) buku diartikan sebagai bahan ajar yang berisi suatu ilmu
pengetahuan yang berdasarkan pada analisis kurikulum berupa bentuk tulisan.
Penelitian ini menunjukkan bahwa buku terbukti efektif digunakan untuk
menambah dan meningkatkan pengetahuan siswa, meskipun demikian buku yang

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


72

digunakan dalam proses pembelajaran juga memiliki beberapa kekurangan.


Menurut Indriana (2011) kekurangan yang dimiliki buku adalah buku tidak
mampu menampilkan gerakan, suara, citra realistik, dan tidak memungkinkan
adanya interaksi sedangkan beberapa keuntungan penggunaan buku adalah mudah
dibawa kemana-mana, sebagai alat bantu setelah pelajaran berakhir, bisa
digunakan secara independen, dan mudah dimodifikasi.
Berdasarkan pada pernyataan di atas terkait dengan kekurangan yang
dimiliki buku, sesuai dengan keadaan yang terjadi pada saat pelaksanaan
penelitian di lapangan. Terdapat siswa yang merasa kurang tertarik dengan buku
yang diberikan pada saat intervensi dilakukan sehingga siswa tersebut tidak
membaca media yang diberikan secara menyeluruh. Hal ini menyebabkan selisih
rata-rata skor pengetahuan total yang diperoleh kelompok buku tidak sebesar yang
diperoleh oleh kelompok komik.

6.3.1.3 Pengetahuan Total Gizi Seimbang pada Kelompok Kontrol


Pengetahuan total tentang gizi seimbang pada kelompok kontrol tidak
mengalami peningkatan yang signifikan. Hal tersebut berbeda dengan terjadi pada
kelompok komik dan buku. Selisih skor pengetahuan total pada kelompok kontrol
sebesar (1.5+11.5). Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa kelompok yang
tidak diberikan perlakuan atau pendidikan gizi tidak mengalami peningkatan
pengetahuan yang signifikan. Pada beberapa penelitian bahkan menunjukkan
bahwa kelompok yang tidak diberikan pengetahuan gizi mengalami penurunan
rata-rata skor pengetahuan total antara pre-test dan post-test. Penelitian yang telah
dilakukan oleh Saloso (2011) pada anak sekolah dasar negeri di Kota Bogor
memperlihatkan bahwa anak-anak yang tidak diberikan intervensi mengalami
penurunan rata-rata skor pengetahuan sebesar 1.7 poin.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Shariff et al. (2008) pada 335 anak sekolah dasar di Malaysia yang menunjukkan
bahwa perbedaan peningkatan pengetahuan pada kelompok perlakuan dan kontrol
sebesar (2.17 dan 0.47) poin dan penelitian yang dilakukan oleh Eboh & Boye
(2006) pada 197 anak sekolah dasar di Nigeria menunjukkan jika peningkatan
pengetahuan pada kelompok kontrol sebesar 0.0 poin dan kelompok perlakuan

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


73

sebesar 3.8 poin. Hasil penelitian tersebut menunjukkan jika kelompok kontrol
memiliki peningkatan pengetahuan yang lebih kecil jika dibandingkan dengan
kelompok perlakuan.
Pengetahuan yang dimiliki oleh setiap orang mengenai sesuatu termasuk
pengetahuan gizi pada dasarnya memiliki tingkatan yang berbeda, hal ini dapat
dipengaruhi oleh faktor internal dan atau faktor eksternal pada seseorang. Menurut
Notoatmodjo (2010) ada enam tingkat pengetahuan, yaitu tahu, memahami,
aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Tingkatan pertama dari pengetahuan adalah “tahu” yang artinya dapat
mengingat kembali materi yang telah dipelajari atau didapatkan sebelumnya. Pada
kelompok kontrol sebagian besar anak belum mengetahui mengenai pesan gizi
seimbang yang divisualisasikan dalam tumpeng gizi seimbang hal ini terlihat pada
jumlah siswa yang mampu menjawab dengan benar pertanyaan yang diberikan
(tabel 5.4) dan hasil rata-rata skor yang diperoleh baik pengetahuan total maupun
pengetahuan per-aspek gizi (tabel 5.7). Pada penelitian ini kelompok kontrol tidak
memperoleh pendidikan gizi sehingga terlihat bahwa peningkatan pengetahuan
mengenai gizi seimbang yang terjadi pada kelompok kontrol tidak signifikan.
Tingkatan kedua dari pengetahuan adalah “memahami” yang dapat
diartikan sebagai kemampuan untuk menginterpretasikan sesuatu secara benar dan
mampu menjelaskan objek yang diketahuinya. Pada kelompok kontrol mereka
tidak mengetahui pesan gizi seimbang dengan baik jika dibandingkan dengan
kelompok komik dan kelompok buku yang memperoleh pendidikan gizi dengan
menggunakan media pembelajaran gizi seimbang, hal tersebut dapat dilihat pada
(tabel 5.5-5.7) mengenai perbedaan rata-rata skor pengetahuan pada ketiga
kelompok tersebut. Rendahnya pengetahuan pada kelompok kontrol membuat
mereka sulit untuk memahami empat pesan gizi seimbang yang telah dibentuk di
Indonesia sejak tahun 2010 ini. Jika pemahaman siswa mengenai gizi seimbang
masih tergolong dalam kategori rendah maka sulit bagi para siswa untuk
mengaplikasikan pesan gizi seimbang tersebut ke dalam kehidupannya sehari-
hari.
Guna meningkatkan pengetahuan siswa mengenai pesan gizi seimbang
perlu dilakukan pendidikan gizi dimulai dari bangku sekolah dasar agar setiap

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


74

anak memiliki pengetahuan yang baik mengenai gizi sehingga mampu memahami
pesan yang disampaikan dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan
mereka sehari-hari. Hal ini dapat membantu mereka untuk memilih makanan yang
tepat untuk mereka konsumsi.

6.3.2 Pengetahuan Gizi Seimbang per-Kategori Pertanyaan pada Ketiga


Kelompok
6.3.2.1 Pengetahuan tentang Tumpeng Gizi Seimbang
Pengetahuan pada kelompok komik mengenai tumpeng gizi seimbang
mengalami perbedaan yang signifikan dengan selisih rata-rata skor sebesar
(60.4+36.1) antara pre-test dengan post-test. Berbeda halnya dengan yang terjadi
pada kelompok buku meskipun terjadi peningkatan sebesar (16.7+48.2) namun
tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Pada kelompok kontrol
peningkatan skor mengenai tumpeng gizi seimbang sebesar (14.8+30.4) dan
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan.
Hal tersebut menunjukkan bahwa dari dua pertanyaan yang diberikan pada
aspek pengetahuan tentang tumpeng gizi seimbang menunjukkan adanya
peningkatan pada ketiga kelompok. Peningkatan pada kelompok komik dan buku
menunjukkan bahwa kedua media tersebut efektif digunakan dalam meningkatkan
pengetahuan anak, meskipun demikian peningkatan yang dialami oleh kelompok
komik jauh lebih besar jika dibandingkan dengan buku. Hal tersebut terkait
dengan beberapa keunggulan yang dimiliki komik yang telah dijelaskan
sebelumnya. Sementara itu, peningkatan yang terjadi pada kelompok kontrol
dapat dipengaruhi oleh keinginan anak atau motivasi yang dimilikinya untuk
mencari tahu informasi mengenai pesan gizi seimbang.
Hasil analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan pada aspek pengetahuan tumpeng gizi seimbang baik pada kelompok
komik dengan kelompok buku dan kelompok komik dengan kelompok kontrol,
kelompok buku dengan kelompok komik dan kelompok kontrol dengan kelompok
komik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa komik memiliki perbedaan yang
signifikan dengan kedua kelompok lainnya.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


75

6.3.2.2 Pengetahuan tentang Makan Makanan Beragam


Pengetahuan mengenai makan makanan beragam pada kelompok komik
mengalami perbedaan yang signifikan saat pre-test dan post-test dengan selisih
rata-rata skor sebesar (24.2+21.4). Hal serupa terjadi pada kelompok buku
diperoleh peningkatan rata-rata skor sebesar (13.3+16.5), hasil tersebut
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan setelah diberikan
intervensi dengan menggunakan buku. Berbeda halnya dengan yang dialami oleh
kelompok kontrol, diketahui tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pre-
test dan pos-test dengan selisih rata-rata skor sebesar (1.2+14.5).
Peningkatan signifikan yang terjadi pada kelompok komik dan buku
menunjukkan bahwa informasi yang disampaikan melalui media mengenai makan
makanan beragam mampu diterima oleh anak-anak. Berbeda halnya dengan
kelompok kontrol, dari 16 pertanyaan yang diberikan terlihat bahwa tidak terdapat
perbedaan rata-rata skor yang signifikan. Hal ini dipengaruhi oleh rendahnya
pengetahuan siswa mengenai makan makanan beragam, hasil tersebut serupa
dengan perolehan rata-rata skor yang diperoleh oleh kelompok komik dan buku
pada saat pre-test.
Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa pada aspek pengetahuan tentang
makan makanan beragam terdapat perbedaan selisih rata-rata skor yang signifikan
antara kelompok komik dengan kontrol, kelompok buku dengan kontrol. Hal
tersebut menunjukkan bahwa tidak terjadi perbedaan rata-rata skor yang
signifikan pada aspek pengetahuan makan makanan beragam antara kelompok
komik dengan buku. Berdasarkan hasil analisis dapat ditarik kesimpulan bahwa
informasi mengenai makan makanan beragam yang disampaikan melalui komik
dan buku memberikan hasil yang tidak jauh berbeda.

6.3.2.3 Pengetahuan tentang Pentingnya Memantau Berat Badan


Pengetahuan mengenai pentingnya memantau berat badan pada kelompok
komik mengalami perbedaan yang signifikan saat pre-test dan post-test dengan
selisih rata-rata skor pengetahuan sebesar (19.5+33.9). Berbeda halnya dengan
yang dialami oleh kelompok buku dan kelompok kontrol yang menunjukkan tidak
ada perbedaan yang signifikan. Diketahui bahwa selisih rata-rata skor pada aspek

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


76

pertanyaan tersebut pada kelompok buku (9.7+30.3) dan kelompok kontrol


(3.7+28.2).
Hasil tersebut menunjukkan bahwa informasi yang disampaikan melalui
gambar dalam komik memiliki hasil yang signifikan jika dibandingkan pada
kelompok buku yang menampilkan informasi mengenai pentingnya memantau
berat badan hanya dalam bentuk tulisan.
Analisis lebih lanjut pada ketiga kelompok penelitian mengenai rata-rata
skor aspek pengetahuan mengenai pentingnya memantau berat badan
menunjukkan bahwa perbedaan hanya terdapat pada kelompok komik dengan
kelompok kontrol. Berdasarkan analisis tersebut dapat dilihat bahwa tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok buku dengan kelompok
kontrol yang tidak memperoleh pendidikan gizi. Hal tersebut terlihat dari selisih
rata-rata skor pengetahuan di antara kedua kelompok tersebut yang tidak jauh
berbeda.

6.3.2.4 Pengetahuan tentang Pola Hidup Bersih


Pengetahuan tentang pola hidup bersih pada kelompok komik, buku, dan
kontrol menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pre-test dan
post-test. Selisih rata-rata skor pada kelompok komik sebesar (0.0+29.5), buku
(4.2+35.9), dan kontrol (3.7+33.8) (tabel 5.5-5.7).
Meskipun tidak terjadi peningkatan yang signifikan pada ketiga kelompok
tersebut, akan tetapi dapat dilihat jika rata-rata skor yang diperoleh pada aspek
pengetahuan tersebut sudah berada dalam kategori baik, yaitu di atas 90 poin. Hal
ini menunjukkan jika pengetahuan mengenai pola hidup bersih sudah melekat dan
dipahami dengan baik oleh siswa. Berdasarkan pengamatan di lapangan terlihat
bahwa informasi mengenai pola hidup bersih ini sudah cukup banyak disampaikan
kepada siswa baik melalui poster maupun dalam bentuk tulisan yang diletakan di
majalah dinding. Hal tersebut menyebabkan siswa sudah mampu mengetahui
aspek pertanyaan mengenai pola hidup bersih dengan lebih baik dibandingkan
dengan aspek pertanyaan mengenai pesan gizi seimbang lainnya

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


77

6.3.2.5 Pengetahuan tentang Pentingnya Aktivitas Fisik


Pengetahuan tentang pentingnya aktivitas fisik pada kelompok komik
mengalami perbedaan yang signifikan antara pre-test dan post-test dengan selisih
rata-rata skor sebesar (16.7+31.1). Berbeda halnya dengan yang terjadi pada
kelompok buku dan kontrol, kedua kelompok tersebut menunjukkan bahwa tidak
terjadi perbedaan yang signifikan pada aspek pertanyaan mengenai aktivitas fisik.
Selisih rata-rata skor pada kelompok buku sebesar (2.8+3.1) dan pada kelompok
kontrol sebesar (1.2+25.3).
Hasil analisis tersebut menunjukkan jika peningkatan yang terjadi pada
kelompok komik lebih besar jika dibandingkan dengan kelompok buku dan
kontrol. Sesuai dengan pernyataan yang dinyatakan oleh Abbatt (1992) yang
menyatakan bahwa gambar yang baik dan sesuai dengan pesan yang ingin
disampaikan mampu menjelaskan pesan lebih baik jika dibandingkan dengan
tulisan dalam sebuah paragraf. Sementara itu, peningkatan yang terjadi pada
kelompok kontrol meskipun tidak mendapatkan media pendidikan gizi saat
intervensi dapat terjadi karena beberapa informasi mengenai aktivitas fisik telah
mereka peroleh dari pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan di sekolah.

6.3.3 Tingkat Kesukaran Pertanyaan Gizi Seimbang pada Ketiga


Kelompok
Analisis tingkat kesukaran dilakukan untuk mengetahui apakah pertanyaan
yang diberikan tergolong mudah atau sukar. Hal itu dapat diketahui dengan cara
membagi banyaknya siswa yang menjawab dengan benar pertanyaan tersebut
dengan jumlah seluruh siswa yang mengikuti tes. Menurut Arikunto (2005)
tingkat kesukaran pertanyaan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu sukar, sedang, dan
mudah. Pertanyaan dikatakan sukar jika memiliki indeks kesukaran sebesar 0.0-
0.29 poin, dikatakan sedang jika indeks kesukaran berada antara 0.3-0.69 poin,
dan dikatakan mudah jika indeks kesukaran berada pada nilai 0.7-1 poin. Berikut
ini akan dijelaskan secara rinci mengenai tingkat kesukaran pertanyaan pada
kelompok komik, buku, dan kontrol setelah dilakukan intervensi.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


78

a. Pengetahuan tentang Jumlah Pesan dalam TGS


Pengetahuan tentang jumlah pesan yang terdapat dalam tumpeng gizi
seimbang setelah dilakukan intervensi mengalami peningkatan jumlah siswa yang
mampu menjawab dengan benar. Pada kelompok komik terdapat peningkatan
persentase siswa sebanyak 54.2% anak, kelompok buku sebanyak 16.7% anak.
Sementara itu, peningkatan yang terjadi pada kelompok kontrol ada sebanyak
18.5% anak (tabel 5.2-5.4).
Berdasarkan hasil analisis jumlah siswa yang mampu menjawab dengan benar
pada ketiga kelompok tersebut diperoleh indeks kesukaran soal sebesar 0.4,
sehingga diketahui bahwa pertanyaan ini tergolong dalam indeks kesukaran
sedang. Meskipun siswa yang mampu menjawab pertanyaan ini dengan benar
masih tergolong rendah namun peningkatan jumlah siswa yang menjawab dengan
benar dalam kelompok komik masih lebih besar dibandingkan kedua kelompok
lainnya, sehingga dapat ditarik kesimpulan jika penyampaian pesan dengan
menggunakan tulisan serta gambar dalam komik lebih mudah diterima jika
dibandingkan dengan penyampaian pesan dalam buku yang hanya menggunakan
tulisan.
Analisis lebih lanjut terhadap siswa yang tidak mampu menjawab pertanyaan
dengan benar pada kelompok komik menunjukkan jika sebagian besar siswa
(29.1%) menyatakan jika ada 5 pesan yang disampaikan dalam TGS. Hal serupa
terjadi pada kelompok buku sebanyak (45.8%) siswa dan kontrol (33.3%) siswa
menjawab jika pesan yang terdapat dalam TGS ada sebanyak 5. Berdasarkan
pengamatan di lapangan beberapa siswa menyatakan jika pesan yang disampaikan
dalam TGS terlalu banyak sehingga mereka sulit untuk memahami pesan tersebut.
Selain itu, hal ini dapat terjadi karena kurangnya sosialisasi mengenai pesan gizi
seimbang pada anak sekolah dasar.

b. Pengetahuan tentang Pesan yang Terdapat dalam TGS


Pengetahuan mengenai pesan yang terdapat dalam tumpeng gizi seimbang
pada kelompok komik memperlihatkan bahwa seluruh siswa sudah mampu
menjawab pertanyaan dengan benar. Persentase siswa yang mampu menjawab
dengan benar pada kelompok buku ada sebanyak 54.3% dan kelompok kontrol

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


79

22.2%. Berdasarkan data tersebut diperoleh indeks kesukaran pada pertanyaan ini
sebesar 0.57 dan termasuk dalam kategori tingkat kesukaran soal sedang.
Peningkatan persentase siswa yang mampu menjawab dengan benar dalam
kelompok komik (66.7%) menunjukkan bahwa pesan yang disampaikan dalam
komik disajikan dengan lebih menarik sehingga seluruh siswa dalam kelompok
tersebut mampu menjawab dengan benar. Serupa dengan pernyataan yang
disampaikan oleh Rodgers & Thorton (2005) dalam Supardi (2009) bahwa media
yang digunakan dalam proses belajar hendaknya mampu menarik minat dan
perhatian siswa.
Analisis lebih lanjut yang dilakukan pada kelompok buku menunjukkan
bahwa siswa yang tidak mampu menjawab pertanyaan dengan benar sebagian
besar (20.8%) siswa menjawab bahwa pesan yang terdapat dalam TGS adalah
membiasakan sarapan sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar siswa
(40.7%) siswa menjawab bahwa pesan yang terdapat dalam TGS adalah
menghindari konsumsi alkohol. Hal tersebut menunjukkan bahwa penerimaan
siswa mengenai pesan dalam TGS belum sepenuhnya dipahami oleh kelompok
buku dan kontrol.

c. Pengetahuan tentang Banyak Konsumsi Protein Nabati dalam Sehari


Pada pengetahuan tentang banyak konsumsi protein nabati dalam sehari
diketahui bahwa persentase siswa yang mampu menjawab dengan benar pada
kelompok komik, buku dan kontrol secara berturut-turut sebesar 91.7%, 75.0%,
dan 77.8%. Berdasarkan hasil analisis terhadap jumlah siswa yang mampu
menjawab pertanyaan dengan benar diperoleh indeks kesukaran pertanyaan
sebesar 0.8, sehingga diketahui bahwa pertanyaan ini memiliki indeks kesukaran
mudah. Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa pesan mengenai porsi konsumsi
protein nabati dalam sehari mampu dijawab dengan benar lebih banyak oleh
kelompok komik jika dibandingkan dengan dua kelompok lainnya. Peningkatan
jumlah siswa yang mampu menjawab dengan benar pada kelompok komik ada
sebanyak 25%. Peningkatan tersebut dapat terjadi karena anak merasa senang
untuk membaca komik yang diberikan pada saat penelitian dilakukan.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


80

d. Pengetahuan tentang Bahan Makanan Sumber Protein Nabati


Persentase siswa yang mampu menjawab dengan benar pertanyaan mengenai
bahan makanan sumber protein nabati pada kelompok komik dan buku secara
berturut-turut mengalami peningkatan sebesar 29.2% dan 16.7%. Berbeda dengan
yang dialami oleh kelompok komik, hasil uji statistik menunjukkan jika terjadi
penurunan persentase siswa yang menjawab pertanyaan dengan benar pada
kelompok buku sebesar 7.4%. Berdasarkan hasil analsis tersebut diperoleh indeks
kesukaran pertanyaan sebesar 0.4, sehingga dapat dikatakan jika tingkat kesukaran
dalam pertanyaan ini tergolong sedang. Meskipun jumlah siswa yang mampu
menjawab dengan benar masih tergolong rendah namun jumlah siswa yang
mampu menjawab dengan benar pada kelompok komik jauh lebih banyak.
Penyampaian pesan mengenai bahan makanan sumber protein nabati pada
komik disampaikan dengan menggunakan gambar kartun sedangkan pada buku
pesan tersebut disampaikan dengan menggunakan gambar sebenarnya. Hasil
penelitian ini sejalan dengan teori yang disampaikan oleh Abbatt (1992) bahwa
kartun merupakan jenis gambar yang tidak hanya lucu namun juga mampu
menjelaskan pesan yang ingin disampaikan dengan lebih baik.
Analisis lebih lanjut terhadap siswa yang tidak mampu menjawab pertanyaan
ini dengan benar pada kelompok buku dan komik diketahui jika sebagian besar
siswa (33.3%) dan kelompok kontrol (37.0%) menjawab bahwa jagung
merupakan bahan makanan sumber protein nabati. Hal tersebut menunjukkan
bahwa sebagian siswa belum mengetahui dan membedakan bahwa jagung bukan
merupakan sumber protein nabati akan tetapi sumber karbohidrat.

e. Pengetahuan tentang Bahan Makanan Sumber Zat Pembangun


Persentase siswa yang mampu menjawab dengan benar pertanyaan mengenai
pengetahuan bahan makanan yang merupakan sumber zat pembangun pada
kelompok komik dan buku secara berturut-turut mengalami peningkatan sebesar
37.5% dan 16.7%. Sementara itu, terlihat jika pada kelompok kontrol tidak
terdapat peningkatan persentase siswa yang menjawab dengan benar. Berdasarkan
hasil analisis tersebut diperoleh indeks kesukaran soal sebesar 0.38, sehingga
dapat dikatakan jika indeks kesukaran dalam pertanyaan ini tergolong sedang.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


81

Analisis lebih lanjut terhadap siswa yang tidak mampu menjawab pertanyaan
dengan benar diketahui bahwa sebagian besar siswa (20.8%) pada kelompok
komik menjawab sumber zat pembangun adalah buah-buahan. Sebagian besar
siswa (37.5%) pada kelompok buku menjawab sumber zat pembangun adalah
makanan pokok sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar siswa (33.3%)
menjawab bahwa sumber zat pembangun adalah sayur mayur. Berdasarkan hasil
tersebut terlihat bahwa terdapat perbedaan jawaban dari ketiga kelompok tersebut.
Pada kelompok komik dan kontrol sebagian siswa belum mengetahui jika buah-
buahan dan sayur mayur merupakan sumber zat pengatur, sementara pada
kelompok buku sebagian siswa belum mengetahui jika makanan pokok
merupakan sumber energi utama.

f. Pengetahuan tentang Banyak Konsumsi Protein Hewani dalam Sehari


Pengetahuan mengenai banyak konsumsi protein dalam sehari mampu dijawab
dengan benar oleh siswa dalam kelompok komik, buku, dan kontrol secara
berturut-turut sebesar 79.2%, 62.5%, dan 70.4%. Berdasarkan hasil tersebut
terlihat bahwa jumlah siswa yang mampu menjawab dengan benar pada kelompok
kontrol lebih banyak jika dibandingkan dengan kelompok buku meskipun pada
saat penelitian kelompok ini tidak mendapatkan media intervensi. Berdasarkan
pada pengamatan yang dilakukan saat penelitian berlangsung terdapat siswa yang
tidak membaca buku yang diberikan secara menyeluruh, hal tersebut dapat
mempengaruhi hasil perolehan rata-rata skor pada saat post-test dalam kelompok
perlakuan buku.

g. Pengetahuan tentang Bahan Makanan yang Setara dengan Segelas Susu


Persentase siswa yang mampu menjawab dengan benar pertanyaan mengenai
bahan makanan yang setara dengan segelas susu pada kelompok komik dan buku
secara berturut-turut mengalami peningkatan sebesar 66.7% dan 62.5%.
Sementara itu, pada kelompok kontrol mengalami penurunan siswa yang mampu
menjawab dengan benar sebesar 3.7%. Berdasarkan hasil analisis diperoleh indeks
kesukaran pertanyaan sebesar 0.4, sehingga dapat dikatakan jika pertanyaan ini

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


82

memiliki tingkat kesukaran sedang. Pada kelompok kontrol juga terlihat bahwa
tidak seorang pun siswa yang mampu menjawab pertanyaan dengan benar.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa pesan mengenai bahan makanan yang
setara dengan segelas susu, baik yang disampaikan dengan menggunakan media
komik dan buku menunjukkan adanya peningkatan setelah dilakukan intervensi.
Berdasarkan analisis terhadap media yang digunakan terlihat bahwa kedua media
tersebut menyajikan pesan ini dalam bentuk gambar dan tulisan. Penyajian dengan
menggunakan gambar beserta tulisan terbukti lebih efektif jika dibandingkan
dengan tulisan ataupun gambar saja, hal tersebut juga terlihat pada perubahan
persentase siswa pada pengetahuan yang telah dibahas sebelumnya.
Analisis lebih lanjut pada kelompok kontrol menunjukkan jika sebanyak
22.2% siswa menjawab bahwa segelas susu dapat digantikan dengan 1 potong
tahu, 48.1% siswa menjawab jika dapat digantikan dengan 2 butir telur, dan
29.7% siswa menjawab 2 potong tempe. Oleh karena itu, untuk meningkatkan
pengetahuan siswa pada kelompok kontrol perlu dilakukan pendidikan gizi seperti
yang dilakukan pada kelompok komik dan buku.

h. Pengetahuan tentang Bahan Makanan Sumber Karbohidrat


Persentase siswa yang mampu menjawab pertanyaan dengan benar pada
kelompok komik, buku, dan kontrol secara berturut-turut sebesar 45.8%, 58.3%,
dan 29.6%. Berdasarkan data tersebut diperoleh indeks tingkat kesukaran
pertanyaan sebesar 0.4, sehingga dapat dikatakan jika kesukaran dalam pertanyaan
ini tergolong sedang.
Data di atas juga menunjukkan jika siswa yang mampu menjawab dengan
benar pertanyaan ini lebih banyak terdapat dalam kelompok buku. Pesan
mengenai bahan makanan yang merupakan sumber karbohidrat pada kelompok
buku disajikan dengan gambar asli sedangkan pada komik pesan disajikan dengan
gambar kartun. Sesuai dengan pernyataan Abbatt (1992) yang mengatakan jika
gambar realistik atau asli merupakan gambar yang paling baik untuk
menyampaikan pesan, sehingga pesan yang ditampilkan dalam gambar lebih
mudah untuk dimengerti.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


83

Analisis pada jawaban siswa yang tidak mampu menjawab dengan benar pada
kelompok komik diketahui bahwa sebagian besar siswa (25%) menjawab telur
sebagai sumber karbohidrat dan sebagian besar siswa (44.4%) dalam kelompok
kontrol menjawab kedelai sebagai sumber karbohidrat. Pemilihan jawaban yang
tidak tepat pada kelompok komik dapat disebabkan karena penggunaan gambar
yang kurang dipahami oleh siswa.
Gambar mengenai bahan makanan sumber karbohidrat dalam komik ada
kemungkinan kurang dimengerti dengan baik oleh siswa, contohnya penggunaan
gambar kentang yang hampir menyerupai gambar telur. Hal tersebut dapat
mempengaruhi informasi atau pesan yang diterima oleh siswa sehingga sebagian
siswa yang salah menjawab pertanyaan ini memilih telur sebagai pilihan yang
tepat. Oleh karena itu, perlu diberikan penjelasan mengenai gambar dalam komik
agar lebih mudah dimengerti oleh siswa.

i. Pengetahuan tentang Banyak Konsumsi Karbohidrat dalam Sehari


Persentase siswa yang mampu menjawab pertanyaan dengan benar pada
kelompok komik dan buku secara berturut-turut mengalami peningkatan sebesar
sebesar 16.7% dan 4.1%. Sementara itu, pada kelompok kontrol terlihat adanya
penurunan persentase siswa yang menjawab dengan benar sebesar 11.1%.
Rendahnya pengetahuan siswa diketiga kelompok dalam pertanyaan ini sesuai
dengan beberapa pertanyaan sebelumnya yang juga menanyakan mengenai
banyaknya konsumsi bahan makanan dalam sehari.
Hal tersebut dapat terjadi karena pesan dalam tumpeng gizi seimbang terutama
mengenai porsi konsumsi bahan makanan belum pernah mereka dapatkan
sebelumnya dan intervensi yang dilakukan juga belum mampu meningkatkan
pengetahuan anak secara menyeluruh, sehingga penyampaian pesan terutama
mengenai porsi bahan makanan ini perlu dilakukan lebih dari satu kali intervensi.
Selain itu, berdasarkan hasil analisis tingkat kesukaran pada pertanyaan ini,
diketahui jika pertanyaan mengenai banyak konsumsi karbohidrat tergolong
dalam pertanyaan yang sulit (0.1). Hal ini disebabkan karena siswa baru
mengetahui apa yang dimaksud dengan tumpeng gizi seimbang dan pesan
mengenai porsi makanan ini tidak mudah untuk dipahami siswa dalam waktu
singkat.
Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


84

j. Pengetahuan tentang Fungsi Karbohidrat dalam Tubuh


Persentase siswa yang mampu menjawab dengan benar pertanyaan ini pada
kelompok komik, buku, dan kontrol secara berturut-turut sebesar 83.3%, 45.8%,
dan 55.6% (tabel 5.2-5.4). Berdasarkan hasil tersebut diperoleh indeks kesukaran
pada pertanyaan ini sebesar 0.6, sehingga dapat dikatakan jika pertanyaan ini
memiliki tingkat kesukaran sedang. Data tersebut juga memperlihatkan jika siswa
yang mampu menjawab dengan benar pertanyaan mengenai fungsi karbohidrat
lebih banyak terdapat dalam kelompok komik. Hasil ini serupa dengan yang
terjadi pada aspek pengetahuan mengenai fungsi lauk-pauk. Penyampaian pesan
dalam komik lebih singkat dibandingkan dengan yang terdapat dalam buku
sehingga lebih mudah diingat oleh siswa.

k. Pengetahuan tentang Banyak Konsumsi Air Putih


Persentase siswa yang mampu menjawab dengan benar pertanyaan ini pada
kelompok komik, buku, dan kontrol secara berturut-turut sebesar 83.3%, 83.3%,
dan 63%. Berdasarkan hasil analisis terhadap tingkat kesukaran pertanyaan
diperoleh indeks kesukaran sebesar 0.7 sehingga dapat dikatakan jika pertanyaan
ini tergolong mudah. Hasil tersebut juga menunjukkan jika pesan yang
disampaikan dengan menggunakan media komik dan buku menunjukkan hasil
yang tidak jauh berbeda.

l. Pengetahuan tentang Bahan Makanan Sumber Zat Pengatur


Persentase siswa yang mampu menjawab dengan benar pertanyaan ini pada
kelompok komik, buku, dan kontrol secara berturut-turut sebesar 66.7%, 33.3%,
dan 40.7%. Berdasarkan data tersebut diketahui jika pertanyaan ini tergolong
dalam kategori sedang (0.46). Analisis lebih lanjut pada siswa yang tidak mampu
menjawab dengan benar diketahui bahwa sebagian besar siswa (20.8%) pada
kelompok komik dan (26%) pada kelompok kontrol menjawab bahwa yang
merupakan sumber zat pengatur adalah makanan pokok. Sementara itu, pada
kelompok buku sebagian besar siswa (33.3%) menjawab bahwa protein nabati
merupakan sumber zat pengatur.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


85

Berdasarkan hasil di atas terlihat bahwa siswa yang menjawab pertanyaan


dengan benar masih tergolong rendah. Meskipun pengetahuan mengenai bahan
makanan sumber zat pengatur bukan merupakan pengetahuan baru yang mereka
terima karena pengetahuan tersebut juga terdapat dalam mata pelajaran IPA kelas
V. Namun, jika dilihat pada ketiga kelompok tersebut siswa yang mampu
menjawab pertanyaan dengan benar paling banyak terdapat dalam kelompok
komik. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan yang dilontarkan oleh Indriana
(2011) bahwa komik sebagai media grafis memiliki beberapa keunggulan, antara
lain mampu menarik perhatian, memperjelas penyampaian ide, dan
mengilustrasikan informasi sehingga mudah diingat.

m. Pengetahuan tentang Warna Buah yang Diutamakan untuk Dikonsumsi


Persentase siswa yang mampu menjawab pertanyaan ini dengan benar pada
kelompok komik, buku, dan kontrol secara berturut-turut sebanyak 87.5%, 66.7%,
dan 63%. Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh indeks kesukaran
pertanyaan sebesar 0.7 sehingga dapat dikatakan jika pertanyaan ini tergolong
dalam kategori mudah.
Penyajian pesan mengenai warna buah yang diutamakan untuk dikonsumsi,
baik pada komik dan buku disajikan dengan menggunakan tulisan disertai dengan
gambar sehingga mampu menjelaskan pesan yang disampaikan dengan baik.
Namun, jika dilihat berdasarkan peningkatan persentase siswa yang mampu
menjawab pertanyaan ini dengan benar terlihat bahwa kelompok komik memiliki
peningkatan yang lebih besar dibandingkan dengan buku dan kontrol (33.3%:
8.4%: 14.9%).

n. Pengetahuan tentang Banyak Konsumsi Buah dalam Sehari


Persentase siswa yang mampu menjawab dengan benar pertanyaan mengenai
berapa banyak konsumsi buah dalam sehari pada kelompok komik, buku, dan
kontrol secara berturut-turut sebanyak 45.8%, 50%, dan 40.7%. Hasil tersebut
memperlihatkan bahwa pertanyaan mengenai banyak konsumsi buah dalam sehari
masih sulit dijawab dengan benar oleh siswa. Serupa dengan pertanyaan
sebelumnya yang membahas mengenai porsi bahan makanan dan hasil analisis

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


86

mengenai tingkat kesukaran pertanyaan, diketahui jika pertanyaan ini memiliki


tingkat kesukaran sedang (0.4).
Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan informasi mengenai porsi bahan
makanan yang disampaikan sulit dipahami oleh siswa atau pertanyaan yang
diberikan kepada siswa kurang dipahami dengan baik. Oleh karena itu, guna
meningkatkan pengetahuan siswa mengenai porsi bahan makanan yang dianjurkan
sebaiknya tidak hanya diberikan melalui teori, akan tetapi juga diterapkan
program gizi sehingga siswa mampu berlatih untuk memilih makan dan
mengonsumsi makanan yang tepat. Program gizi seperti itu telah diberlakukan di
negara maju. Menurut Brown (2005) program pendidikan gizi seperti School
Lunch Program, School Breakfast Program, dan sebagainya dilakukan di negara
maju untuk menyediakan makanan yang bergizi bagi anak sekaligus mendidik
mereka untuk menerapkan pedoman gizi seimbang.

o. Pengetahuan tentang Vitamin yang banyak Terdapat dalam Buah Pisang


dan Pepaya
Persentase siswa yang mampu menjawab dengan benar pertanyaan mengenai
vitamin yang terdapat dalam pisang dan pepaya pada kelompok komik, buku, dan
kontrol sebanyak 70.8%, 45.8%, dan 33.3%. Berdasarkan hasil analisis terhadap
tingkat kesukaran soal, diketahui bahwa pertanyaan ini memiliki kesukaran dalam
kategori sedang (0.49). Meskipun pesan dalam media komik dan buku
disampaikan dalam cara yang sama (gambar dan tulisan), namun siswa yang
mampu menjawab dengan benar lebih banyak terdapat dalam kelompok komik.
Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh unsur-unsur yang terdapat dalam komik
namun tidak terdapat dalam buku. Unsur-unsur tersebut meliputi cerita, gambar,
panel, tampilan gambar, warna, pencahayaan, angle, pergerakan gambar dalam
cerita, visualisasi suara, dan balon kata (McCloud, 1993; Duncan & Smith, 2009;
Maharsi, 2010). Unsur tersebut mampu membuat komik menjadi lebih menarik.
Analisis lebih lanjut terhadap siswa yang tidak mampu menjawab dengan
benar, diketahui bahwa sebagian besar siswa pada kelompok komik (12,5%),
kelompok buku (20.8%), dan kelompok (25.9%) menjawab bahwa pisang dan
pepaya merupakan sumber vitamin B.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


87

p. Pengetahuan tentang Bahan Makanan yang Banyak Mengandung


Vitamin
Persentase siswa yang mampu menjawab dengan benar pertanyaan mengenai
bahan makanan yang banyak mengandung vitamin pada kelompok komik, buku,
dan kontrol sebanyak 79.2%, 83.3%, dan 55.6%. Berdasarkan hasil analisis
tingkat kesukaran, diketahui jika pertanyaan ini memiliki tingkat kesukaran
mudah (0.72). Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa siswa yang mampu
menjawab pertanyaan dengan benar paling banyak terdapat dalam kelompok
buku.
Analisis lebih lanjut terhadap siswa yang tidak mampu menjawab dengan
benar diketahui bahwa sebagian besar siswa dalam kelompok komik (16.7%)
menjawab jika bayam dan kacang merupakan bahan makanan yang banyak
mengandung vitamin, sedangkan pada kelompok buku sebanyak (8.3%) siswa dan
kelompok kontrol (22.2%) siswa menjawab jika kentang dan jeruk merupakan
bahan makanan yang banyak mengandung vitamin.

q. Pengetahuan tentang Banyak Konsumsi Sayuran dalam Sehari


Persentase siswa yang mampu menjawab dengan benar pada kelompok komik
ada sebanyak 25% siswa, kelompok buku sebanyak 33.3% siswa, dan kelompok
kontrol 25.9% siswa. Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh indeks
kesukaran soal pada pertanyaan ini sebesar 0.28 sehingga dapat dikatakan jika
pertanyaan mengenai banyak konsumsi sayuran dalam sehari tergolong sulit.
Analisis lebih lanjut terhadap siswa yang tidak mampu menjawab dengan
benar pada kelompok komik menunjukkan bahwa sebanyak 37.8% siswa
menjawab bahwa konsumsi sayur yang dianjurkan dalam sehari sebanyak 2-5
porsi sedangkan pada kelompok buku sebanyak 33.3% siswa dan kelompok
kontrol sebanyak 51.9% menjawab bahwa konsumsi sayur dalam sehari sebanyak
2-3 porsi. Rendahnya pengetahuan siswa mengenai porsi makanan ini dapat
disebabkan karena informasi yang disampaikan tidak mudah untuk diterima oleh
siswa, hal tersebut serupa dengan pertanyaan mengenai porsi bahan makanan
lainnya yang menunjukkan jika siswa yang mampu menjawab dengan benar
masih tergolong rendah.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


88

r. Pengetahuan tentang Warna Sayuran yang Diutamakan untuk


Dikonsumsi
Persentase siswa yang mampu menjawab pertanyaan ini dengan benar pada
kelompok komik, kelompok buku, dan kelompok kontrol secara berturut-turut
sebanyak 83.3%, 75%, dan 88.9%. Berdasarkan data tersebut diketahui jika
tingkat kesukaran dalam pertanyaan ini tergolong mudah (0.82). Dari data di atas
juga menunjukkan jika pesan yang disampaikan melalui komik mampu
meningkatkan pengetahuan siswa lebih besar dibandingkan buku (41.6% : 0%)
(tabel 5.2-5.3), hal tersebut terkait dengan keunggulan komik yang telah
dijelaskan sebelumnya. Analisis terhadap siswa yang tidak mampu menjawab
dengan benar pada kelompok komik, buku, dan kontrol, secara berturut-turut
menunjukkan bahwa sebanyak 20.8%, 25%, dan 11.1% siswa menjawab jika
warna sayuran yang diutamakan untuk dikonsumsi adalah sayuran berwarna hijau
dan merah.

s. Pengetahuan tentang Cara Memantau Berat Badan


Persentase siswa yang mampu menjawab pertanyaan ini dengan benar pada
kelompok komik, kelompok buku, dan kelompok kontrol secara berturut-turut
sebanyak 100%, 87.5%, dan 70.4%. Berdasarkan data tersebut diketahui jika
pertanyaan ini tergolong dalam kategori mudah (0.85). Hasil tersebut juga
memperlihatkan jika pesan mengenai cara memantau berat badan mampu diterima
dengan baik oleh siswa, terutama pada kelompok komik. Penyampaian pesan
dalam komik diilustrasikan dengan gambar seorang anak yang menimbang berat
badannya sedikitnya dilakukan sebulan sekali sehingga anak-anak lebih mudah
mengingat pesan yang ingin disampaikan.
Analisis lebih lanjut terhadap siswa yang tidak mampu menjawab dengan
benar pada kelompok buku dan kontrol, secara berturut-turut menunjukkan bahwa
sebanyak 12.5% dan 18.5% siswa menjawab jika cara memantau berat badan
adalah dengan menimbang berat badan sedikitnya 2 bulan sekali.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


89

t. Pengetahuan tentang Akibat yang Tidak Disebabkan Karena Gizi


Kurang
Persentase siswa yang mampu menjawab pertanyaan ini dengan benar pada
kelompok komik, kelompok buku, dan kelompok kontrol secara berturut-turut
sebanyak 87.5%, 79.2%, dan 55.6%. Berdasarkan hasil analisis tingkat kesukaran
soal, diketahui jika pertanyaan ini memiliki kesukaran yang tergolong mudah
(0.7). Data tersebut juga memperlihatkan bahwa siswa yang mampu menjawab
dengan benar lebih banyak terdapat dalam kelompok komik, hal tersebut
dikarenakan pesan dalam komik tidak hanya berupa tulisan namun juga
diilustrasikan dengan gambar agar lebih memudahkan siswa dalam mengingat
pesan yang ingin disampaikan.
Analisis lebih lanjut terhadap siswa yang tidak mampu menjawab dengan
benar pada kelompok komik, buku, dan kontrol secara berturut-turut
menunjukkan bahwa sebanyak 8.3%, 12.5% dan 18.5% siswa memilih jika yang
bukan merupakan akibat dari gizi kurang adalah sering tidak masuk sekolah.

u. Pengetahuan tentang Hal yang Bukan Merupakan Penyebab Berat


Badan Lebih
Persentase siswa yang mampu menjawab pertanyaan ini dengan benar pada
kelompok komik, kelompok buku, dan kelompok kontrol secara berturut-turut
sebanyak 91.7%, 79.2%, dan 74.1%. Berdasarkan hasil analisis terhadap data
tersebut, diketahui jika pertanyaan ini memiliki tingkat kesukaran yang tergolong
mudah (0.8).
Analisis terhadap jawaban siswa yang tidak mampu menjawab dengan benar
pada kelompok komik, buku, dan kontrol secara berturut-turut menunjukkan
bahwa sebanyak 8.3%, 12.5% dan 11.1% siswa menjawab jika yang bukan
penyebab berat badan berlebih adalah kurang aktifitas fisik. Hal yang
menyebabkan sebagian siswa tidak mampu menjawab dengan benar pada
pertanyaan ini dapat disebabkan karena siswa tidak membaca pertanyaan tersebut
dengan cermat.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


90

v. Pengetahuan tentang Pola Hidup Bersih


Persentase siswa yang mampu menjawab pertanyaan ini dengan benar pada
kelompok komik, kelompok buku, dan kelompok kontrol secara berturut-turut
sebanyak 95.8%, 91.7%, dan 96.3%. Berdasarkan data tersebut diperoleh indeks
kesukaran soal sebesar 0.9 sehingga dapat dikatakan jika pertanyaan mengenai
pola hidup bersih memiliki tingkat kesukaran dalam kategori mudah.
Penyampaian pesan mengenai pola hidup bersih, baik menggunakan buku dan
komik disajikan dalam bentuk tulisan sehingga terlihat pada hasil yang diperoleh
tidak menunjukkan adanya peningkatan persentase siswa yang mampu menjawab
dengan benar di kedua kelompok tersebut meskipun telah diberikan intervensi
(tabel 5.2-5.3). Selain itu, pada kelompok perlakuan buku bahkan menunjukkan
adanya penurunan siswa yang menjawab dengan benar sebesar 4.1%. Berbeda
dengan penyampaian pesan lainnya yang terdapat dalam komik, yaitu dengan
menggunakan gambar disertai tulisan yang menunjukkan adanya peningkatan
persentase siswa yang mampu menjawab pertanyaan dengan benar.

w. Pengetahuan tentang Aktivitas Fisik


Persentase siswa yang mampu menjawab pertanyaan ini dengan benar pada
kelompok komik, kelompok buku, dan kelompok kontrol secara berturut-turut
sebanyak 91.7%, 87.5%, dan 92.6%. Berdasarkan data tersebut diketahui jika
pertanyaan mengenai aktivitas fisik memiliki tingkat kesukaran yang tergolong
mudah (0.9). Terlihat bahwa sebagian besar siswa mampu menjawab dengan
benar bahkan pada kelompok kontrol yang tidak mendapatkan media pendidikan
menunjukkan bahwa siswa yang mampu menjawab dengan benar ada sebanyak
92.6%. Hal ini memperlihatkan bahwa siswa telah mengetahui dengan baik
mengenai kegiatan apa saja yang termasuk kedalam aktivitas fisik.

x. Pengetahuan Tentang Frekuensi Olahraga


Persentase siswa yang mampu menjawab pertanyaan ini dengan benar pada
kelompok komik, kelompok buku, dan kelompok kontrol secara berturut-turut
sebanyak 12.5%, 8.3%, dan 7.4%. Berdasarkan hasil analisis data tersebut

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


91

diketahui jika pertanyaan mengenai frekuensi olahraga dalam seminggu memiliki


tingkat kesukaran yang tergolong sulit (0.09).
Hasil analisis lebih lanjut menunjukkan jika terdapat perbedaan penulisan
pesan dalam komik dan buku dengan pertanyaan yang diberikan. Pesan yang
terdapat dalam komik dan buku menyatakan jika frekuensi olahraga yang baik
adalah lebih dari 3x seminggu sedangkan pilihan yang terdapat pada pertanyaan
soal mengenai frekuensi olahraga dalam seminggu adalah (1x/ minggu,
2x/minggu, 3x/minggu, dan 4x/minggu). Hal tersebut dapat menyebabkan siswa
sulit untuk menginterpretasikan pesan yang disampaikan dengan pertanyaan yang
diberikan.
Analisis lebih lanjut terhadap siswa yang tidak mampu menjawab pertanyaan
dengan benar pada kelompok komik, buku dan kontrol secara berturut-turut
menunjukkan bahwa sebanyak 41.7%, 41.7% dan 48.1% siswa mimilih jika
frekuensi olahraga dalam seminggu sebanyak 2x. Hal tersebut menunjukkan jika
pesan yang disampaikan belum mampu diterima dengan baik oleh siswa.

y. Pengetahuan tentang Waktu yang Diperlukan untuk Berolahraga


Persentase siswa yang mampu menjawab pertanyaan ini dengan benar pada
kelompok komik, kelompok buku, dan kelompok kontrol secara berturut-turut
sebanyak 91.7%, 70.8%, dan 44.4%. Berdasarkan data tersebut diketahui jika
pertanyaan mengenai waktu minimal yang diperlukan dalam sekali berolahraga
memiliki tingkat kesukaran yang tergolong sedang (0.68). Hasil di atas juga
memperlihatkan bahwa pesan ini lebih efektif jika disampaikan melalui komik.
Analisis lebih lanjut terhadap siswa yang tidak mampu menjawab dengan
benar pada kelompok komik, buku dan kontrol, secara berturut-turut
menunjukkan bahwa sebanyak 8.3%, 20.8% dan 22.2% siswa menjawab jika
minimal waktu yang diperlukan untuk setiap kali berolahraga adalah 20 menit.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, analisis, dan pembahasan yang telah
dilakukan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Terdapat perolehan rata-rata skor pengetahuan gizi pada kelompok komik
yang lebih tinggi saat post-test, yaitu sebesar 71.7 poin dibandingkan
dengan perolehan rata-rata skor pengetahuan gizi saat pre-test, yaitu
sebesar 47.0 poin. Berdasarkan data tersebut terlihat adanya peningkatan
rata-rata skor yang signifikan secara statistik dari hasil pre-test dan post-
test, yaitu sebesar 24.7 poin.
2. Terdapat perolehan rata-rata skor pengetahuan gizi yang lebih tinggi saat
post-test pada kelompok perlakuan komik, yaitu sebesar 71.7 poin
dibandingkan dengan perolehan rata-rata skor pengetahuan gizi pada
kelompok perlakuan buku, yaitu sebesar 58.3 poin. Berdasarkan data
tersebut terlihat adanya perbedaan rata-rata skor yang signifikan secara
statistik diantara kedua kelompok, yaitu sebesar 13.4 poin.
3. Terdapat perolehan rata-rata skor pengetahuan gizi yang lebih tinggi saat
post-test pada kelompok perlakuan komik, yaitu sebesar 71.7 poin
dibandingkan dengan perolehan rata-rata skor pengetahuan gizi pada
kelompok kontrol, yaitu sebesar 47.6 poin. Berdasarkan data tersebut
terlihat adanya perbedaan rata-rata skor yang signifikan secara statistik
diantara kedua kelompok, yaitu sebesar 24.1 poin.

92 Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


93

7.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan berdasarkan pada kesimpulan di atas
adalah sebagai berikut :
7.2.1 Bagi Siswa
Penelitian ini menunjukkan bahwa komik efektif dalam meningkatkan
pengetahuan anak mengenai gizi seimbang sehingga diharapkan komik ini
mampu diterima sebagai salah satu media baru dalam proses pembelajaran
gizi seimbang oleh siswa sekolah dasar.
7.2.2 Bagi Pengajar
Perlu diadakan pengembangan dan pembaharuan terkait media yang
digunakan dalam proses pembelajaran gizi sehingga pesan yang
disampaikan dapat diterima dengan baik oleh siswa, hal ini dilakukan
untuk menumbuhkan minat baca dan ketertarikan siswa mengenai gizi
seimbang. Pengembangan media pembelajaran hendaknya disesuaikan
dengan minat dan karakteristik siswa agar media yang dihasilkan bisa
digunakan secara efektif.
7.2.3 Bagi Sekolah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komik mampu meningkatkan
pengetahuan siswa mengenai pesan gizi seimbang. Oleh karena itu,
disarankan agar komik gizi seimbang ini dapat diaplikasikan sebagai suatu
media baru dalam proses pembelajaran mengenai gizi seimbang sehingga
terdapat media pembelajaran yang tidak hanya memberikan informasi
mengenai gizi tetapi juga mampu memberikan hiburan pada siswa. Hal ini
dilakukan agar mampu meningkatkan minat siswa untuk membaca dan
memahami gizi seimbang dengan lebih baik lagi.
7.2.4 Bagi Penelitian
Perlu diadakannya penelitian lebih lanjut terkait media pembelajaran gizi.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pada
masing-masing media pendidikan gizi yang digunakan.
Dalam penelitian ini, terdapat beberapa kekurangan sehingga ada hal-hal
yang harus diperhatikan bagi penelitian selanjutnya mengenai komik, yaitu
komik sebagai media grafis sangat ditentukan oleh kemampuan atau

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


94

teknik menggambar yang dimiliki oleh pembuatnya. Gambar yang baik


dan sesuai akan mampu meningkatkan pengetahuan siswa mengenai pesan
yang ingin disampaikan akan tetapi gambar yang tidak jelas dan kurang
dipahami oleh siswa mampu menimbulkan kesalahan dalam pemahaman
pesan yang disampaikan. Oleh karena itu, untuk mengurangi terjadinya
kesalahan seperti itu hal yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan
penjelasan atau keterangan pada gambar yang dibuat.
Sementara itu, pada media buku terlihat jika pesan yang disampaikan
dengan menggunakan tulisan disertai gambar mampu meningkatkan
pengetahuan siswa secara signifikan. Oleh karena itu, disarankan jika
dilakukan penelitian dengan menggunakan media buku hendaknya tidak
terlalu banyak menampilkan pesan dalam bentuk tulisan dan penyampaian
pesan dapat diperjelas dengan menggunakan gambar.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


DAFTAR REFERENSI

Abbatt, F.R. (1992). Teaching for better learning : a guide for teacher of primary
health care staff (2nd ed.). Geneva : World Health Organization.

Achadi, E., dkk. (2010). Pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan


pengetahuan, sikap, dan perilaku tentang gizi seimbang pada anak sekolah
dasar, di kota depok, propinsi jawa barat : suatu kegiatan multisenter. Depok
: Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (UI) dan Lembaga
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (IPB).

Alkosim, Harahap, B.H., & Arita, S.E.D. (2009). Peningkatan kesadaran siswa
sekolah dasar terhadap bahaya dan pencegahan penyakit antraks melalui
komik (PKM). Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Januari 30, 2012. http://www.respiratory.ip.ac.id.

Almatsier, S., Soetardjo, S., & Soekarti, M. (2011). Gizi seimbang dalam daur
kehidupan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Anderson,J. E. L. (1994). What should be next for nutrition education?. The


Journal Of Nutrition, 124 : 1828S-1832S. Februari 3, 2012. http://www.jn.
nutrition.org.

Anderson AS, Cox DN, McKellar S, Reynolds J, Lean ME, & Mela DJ. (1998).
Take Five, a nutrition education intervention to increase fruit and vegetable
intakes: impact on attitudes towards dietary change. US National Library of
Medicine National Institutes of Health, 80(2): 133-40. Februari 3, 2012.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9828754.

Anonymous, Briggs, Marilyn, SeAnne, & Beall. (2003). Position of the american
dietetic association, society for nutrition education, and american school food
service association-nutrition services: an essential component of
comprehensive school health programs. Journal of the American Dietetic
Association, 103 : 505-514. Februari 3, 2012. ProQuest Information and
Learning Company.

Ariawan, I. (1998). Besar dan Metode Sampel pada Penelitian kesehatan. Depok :
Jurusan Biostatistika dan Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia.

Arikunto, S. (2005). Manajemen penelitian (edisi 7). Jakarta : Rineka Cipta.

Arsyad, A. (2009). Media pembelajaran. Jakarta : Rajawali Pers.

95 Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


96

Atmaja, A.T. (2011). Pengetahuan gizi seimbang daerah perkotaan dan


perdesaan pada pendidikan gizi anak sekolah dasar kabupaten serang
propinsi banten tahun 2010 (Data Sekunder) (skripsi). Depok : Departemen
Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia.

Behrman, R.E., Kliengman R.M., & Jenson H.B. (2004). Nelson Textbook of
Pediatric (17th ed). Philadelphia : WB Saunders Elsevier.

Bonneff, M. (1998). Komik Indonesia. (Rahayu S. Hidayat, Penerjemah). Jakarta :


Kepustakaan Populer Gramedia.

Brown, J.E. (2005). Nutrition throught the life cycle (2nd ed.). Wadsworth :
Thomson Learning.

Browning, C.J., & Thomas, S. A. (2005). Behavioural Change : an evidence-


based handbook for social and public health. USA : Elsevier Churchill
Livingstone.

Cameron, M. (1983). Manual on feeding infants and young chidren (3rd ed). New
York : Oxford University Press.

Compbell, D.T., & Stanley.J.C. (1966). Experimental and quasy-experimental


design for research. USA : The American Educational research Association.

Contento,I.R. (2007). Nutrition education : linking research, theory, and practice.


Sudbury : jhon & Barlett Publishers.

Deeds, S.G. (1992). The health education specialist : self study for professional
competence. California : Loose Canon Publications.

Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. (2009). Gizi


dan Kesehatan Masyarakat Edisi I. Jakarta: Rajawali Pers.

Departemen Kesehatan R.I. (2006). Modul dan materi promosi kesehatan untuk
politeknik/ D3 kesehatan. Jakarta : Depkes RI.

----------------------------------. (2003). Pedoman umum gizi seimbang. Jakarta :


Depkes RI.

----------------------------------. (2007). Laporan hasil riset kesehatan dasar


(RISKESDAS) 2007. Jakarta. Januari 23, 2012.
http://www.kgm.bappenas.go.id.

----------------------------------. (2010). Laporan hasil riset kesehatan dasar


(RISKESDAS) 2010. Jakarta. Januari 14, 2012.
http://www.riskesdas.litbang.depkes.go.id.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


97

Dignan, M.B., & Carr. P.A. (1992). Program planning for health education and
promotion (2nd ed.). USA : Library of Congress Cataloging in Publication
Data.

Diknas. (2004). Pedoman Umum Pemilihan dan Pemanfaatan Bahan Ajar.


Jakarta. Ditjen Dikdasmenum.

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. (2003). Undang-undang sistem pendidikan


nasional republik Indonesia. Jakarta : Depdikbud. Januari 31, 2012. http://
http://www.inherent-dikti.net.

Direktorat Pendidikan Masyarakat. (2006). Panduan Umum Pelatihan Program


Keaksaraan Fungsional. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah
Depdiknas. Januari 29, 2012. http://www.file.upi.edu.

Duncan, R. & Smith, M. J. (2009). The power of comic : history, from and
culture. New York, London : Continuum.

Eboh, L.O & Boye, T.E. (2006). Nutrition knowledge and food choice of primary
school pupils in the niger–delta region Nigeria. Pakistan Journal of Nutrition,
5 (4) : 308-311. Maret 15, 2012. http://www.pjbs.org/pjnonline/fin472.pdf.

Food and Agriculture Organization & World Health Organization. (1992).


International conference on nutrition : final report of the conference. Rome :
Author. Januari 29, 2012. http://www.whqlibdoc.who.int.

Food and Agriculture Organization. (2005, November 2005). Better nutrition


education helps reduce malnutrition. Februari 3, 2012. http://www.fao.org.

Gafur, A. (2010). Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta: Universitas


Negeri Yogyakarta. Januari 30, 2012. http://www.staff.uny.ac.id.

Gilbert, G.G., Sawyer, R.G., & McNeil, E.B. (2011). Health education : creating
strategies for school and community health. USA : Jones and Barlett
Publishers.

Graeff, J.A., Elder, J.P., & Booth, E.M. (1993). Communication for health and
behavior change. San Francisco : Jossey-Bass Publishers.

Green, L.W., Kreuter, H.W., Deeds, S.G., & Patridge, K.B. (1980). Health
Education Planning : A Diagnostic Approach (1st ed.). California : Mayfield.

Gunarsa, S.D. (2006). Dasar dan teori perkembangan anak (edisi 8). Jakarta :
BPK Gunung Mulia.

Gunarsa, S.D., & Gunarsa, Y.S.D. (1991). Psikologi praktis : anak, remaja, dan
keluarga. Jakarta : BPK Gunung Mulia.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


98

Hanes,S., Vermeersch, J., & Gale, S. (1984). The national evaluation of school
nutrition program : program impact on dietary intake. The American Journal
of Clinical Nutrition, 40 : 390-413. Februari 3, 2012. http://www.ajcn.org.

Haryono, S. (2007). Workshop membuat komik untuk siswa SMA/ sederatnya.


Januari 31, 2012. http://www.jurnal.isi-ska.ac.id.

Ikada, D. (2010). Pengaruh buku cerita bergambar terhadap pengetahuan gizi


siswa kelas V SDN ciriung 02 cibinong (skripsi). Bogor : Fakultas Ekologi
Manusia. Institut Pertanian Bogor.

Indriana, D. (2011). Ragam alat bantu media pengajaran. Yogyakarta : DIVA


press.

Khomsan, A. (2000). Teknik pengukuran pengetahuan gizi. Bogor : Fakultas


Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Kostanjevec, S. Jerman, J, & Koch, V. (2011). The effects of nutrition Education


on 6th graders knowledge of nutrition in nine-years primary schools in
slovenia. Eurasia Journal of Mathematics, Science & technology Education,
7(4), 243-252. Juni 1, 2012.
http://www.ejmste.com/v7n4/EURASIA_v7n4_Kostanjevec.pdf.

Lakshman, R.R. (2010). A novel school-based intervension to improve nutrition


knowledge in children : cluster randomized controlled trial. BMC Public
Health, 10 : 123. Maret 15, 2012. http://www.biomedcentral.com/1471-
2458/10/123

Lestari, S. Putri, S, & Yuniarti. (2009). Media komik. Bandung : Fakultas Ilmu
Pendidikan, Universitas Penddikan Indonesia. Februari 20, 2012.
htpp://www.file.upi.edu.

Maharsi, I. (2010). Dunia kreatif tanpa batas. Yogyakarta : Kata Buku.

Makmun, A.S. (1999). Psikologi pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

McCloud, S. (1993). Understanding comic : the invisible art. USA : Kitchen Sink
Press. Januari 25, 2012. http://www.scrib.com.

Moerdiyanto. (2008). Bahan pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG) :


pengembangan model pembelajaran kewirausahaan. Yogyakarta : Universitas
Negeri Yogyakarta. Januari 30, 2012. http://www.staff.uny.ac.id.

Mustafida, Fida.(2009). Pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan


media surat kabar pada siswa kelas V MI mambaul ulum kasri bululawang
(skripsi). Malang : Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim.
Januari 31, 2012. http://www.female.store.co.id.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


99

Mustakim. (2010). Hubungan status gizi, asupan gizi, dan aktivitas fisik dengan
kebugaran pada siswa/siswi sekolah menengah atas (SMA) terpilih di
kabupaten sragen jawa tengah tahun 2010 (skripsi). Depok : Fakultas
Kesehatan Masyarakat, universitas Indonesia.

Nasir, A., Muhith, A., & Ideputri, M.E. (2011). Buku ajar metodologi penelitian
pendidikan kesehatan : Konsep Pembuatan Karya Tulis dan Tesis untuk
Mahasiswa Kesehatan. Yogyakarta : Muha Medika.

Netty, Roseswinda, Sari,J., Ichwani, I. (2006). Pemberdayaan media komik ilmu


pengetahuan alam (kolam) untuk meningkatkan pemahaman konsep IPA
(PKMP). Padang : Fakultas Pendidikan Biologi, Universitas Negeri Padang.
Januari 28, 2012. http://www.directory.umm.ac.id.

Notoatmodjo, S. (1983). Metodologi pendidikan dan pengajaran. Jakarta : Badan


Penerbit Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kesehatan Masyarakat.

---------------------(2003). Pendidikan perilaku dan kesehatan. Jakarta : Rineka


Cipta.

---------------------(2010). Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

---------------------(2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

---------------------(2010). Promosi kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nuryati, S. (2010). Pentingnya pendidikan gizi bagi anak. Februari 2, 2012.


http://usepsaefurohman.wordpress.com/2010/01/25/pentingnya-pendidikan-
gizi-bagi-anak/

Perez-Rodrigo, C. & Aranceta, J. (2001). School-based nutrition education :


lessons learned and new perspective. 4 : 131-139. Februari 3, 2012.
http://www.journals.cambridge.org.

Prastowo, A. (2011). Panduan kreatif membuat bahan ajar inovatif. Yogyakarta :


DIVA press.

Purwanti, R. (2010). Hubungan pengetahuan gizi ibu dan frekuensi sarapan pagi
dengan status gizi murid sekolah dasar negeri 01 sukodadi kangkung Kendal
(tesis). Semarang : Universitas Muhammadiyah Semarang. Februari 2, 2012.
http://www.digilib.unimus.ac.id.

Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan & Pusat Penelitian Keluarga Sejahtera. (2011).
Gizi seimbang buku pegangan peserta didik. Depok : Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Indonesia.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


100

Rani, S. (2008, Juli-Desember). Media pembelajaran modern pada lembaga


pendidikan formal. Jurnal Kependidikan, 1 (2). Februari 2, 2012. http://www.
isjd.pdii.lipi.go.id.

Roofe, N. L. (2010). The impact of nutrition and health education intervention on


kindergarten student nutrition and exercise knowledge (dissertation). Lowa :
Lowa State University. Februari 2, 2012. ProQuest Information and Learning
Company.

Saloso, I. (2011). Pengaruh media audio (lagu anak-anak) dan media visual
(kartu bergambar) terhadap pengetahuan gizi (PUGS dan PHBS) serta
tingkat penerimaan pada anak usia sekolah dasar negeri di kota bogor
(skripsi). Bogor : Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor.

Santyasa, I.W. (2007, Januari). Landasan konseptual media pembelajaran.


Disajikan Dalam Workshop Media Pembelajaran Bagi Guru-Guru SMA
Banjar Angkan Klungkung. Januari 27, 2012. http://www.scrib.com.

Setyaningsih, S. (2008). Pengaruh interaksi, pengetahuan, dan sikap terhadap


praktek ibu dalam pencegahan anemia gizi besi balita di kota pekalongan
(tesis). Semarang : Universitas Diponogoro. Januari 11, 2012.
http://eprints.undip.ac.id.

Shariff, Z. M. et. al. (2008). Nutrition education intervention improves nutrition


knowledge, attitude and practices of primary shool children : a pilot study.
International Electronic Journal of Health Education, 11:119-132. Maret 15,
2012. http://www.aahperd.org/aahe/publications/iejhe/loader.

Shi-Chang, X. et. al. (2004). Creating health-promoting schools in China with a


focus on nutrition. Oxford University Press, Vol. 19 No. 4. Februari, 4 2012.
http://www.bvsde.paho.org/bvsacd/cd68/CreatingChina.pdf

Soekirman. (2011). Taking the Indonesian nutrition history to leap into betterment
of the future generation: development of the Indonesian Nutrition Guidelines.
Asia Pacific Journal of Clinical Nutrition, 3 : 447-451. Januari 28, 2012.
http://www.danonenutrindo.org/media/file/13_Indonesia.pdf.

Sudjana, N.,& Rivai, A., (1999). Media pengajaran. Bandung: C.V. Sinar Baru.

Suhardjo. (1996). Berbagai cara pendidikan gizi. Jakarta : Bumi Aksara dan Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB.

Sukiarko, E. (2007). Pengaruh pelatihan dengan metode belajar berdasarkan


masalah terhadap pengetahuan dan keterampilan kader gizi dalam kegiatan
posyandu (tesis). Semarang : Universitas Diponogoro. Januari 3, 2012.
http://www.eprints.undip.ac.id.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


101

Supardi. (2009, Februari). Optimalisasi penggunaan dan pengembangan media


pembelajaran untuk profesionalisasi guru. Disampaikan Dalam Pelatihan
Penatalaksanaan dan Pengembangan Media Pembelajaran DI SMPN 2 Ambal
Kabupaten Jawa Tengah. Januari 27, 2012. http://www.staff.uny.ac.id.

Supardi. (2011). Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan pembelajaran.


Sulawesi Tenggara : Universitas Ikhsanuddin Bau-Bau. Februari 11, 2012.
http://www.ningningocha. wordpress. com.

Talib, A. et. Al. (2007). The effectiveness of nutrition education programme for
primary scholl children. Malaysia Journal of Nutrition, 13 (1). pp.45-54.
Maret 15, 2012.
http://nutriweb.org.my/publications/mjn0013_1/mjn13n1_art5.php.

Thomas, C., Parsons, C., & Stears, D. (1998). Implementing the european network
of health promoting schools in bulgaria, the czech republic, lithuania and
poland : vision and reality (vol.13). Oxford University Press. Februari 19,
2012. http://www.bvsde.paho.org.

U.S. Department Of Health And Human Service. (1996). Guidelines for school
health programs to promote lifelong healthy eating (vol. 45) . Centres For
Disease Control And Prevention, Morbidity And Mortality Weekly Report.
Januari 29, 2012. http://www.cdc.gov.

Ulfa, M. (2004). Efektivitas pembelajaran dengan media panggung boneka dan


komik transparasi dalam membentuk sikap moral siswa dan sekolah dasar.
Jurnal Penelitian Dasar, 5 (1), 11-21. Januari 30, 2012.
http://www.fip.unesa.ac.id.

Vaus, D.D. (2005). Research design in sosial research. London : Sage


Publications. Februari 28, 2012. htpp://www.gen.lib.rus.ec.

Veranita, R. (2001). Pengaruh penggunaan alat peraga papan fanel terhadap


pengetahuan gizi seimbang dan sikap gizi pada siswa SD marsudrini (skripsi).
Depok : Departemen Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas
Indonesia.

Woda, R.R. (2009). Hubungan pelatihan dengan menggunakan buku saku tentang
pedoman umum gizi seimbang (PUGS) dengan pengetahuan, sikap, dan
praktek gizi seimbang kelas 4 dan 5 sekolah dasar mardi yuana depok,
Jakarta barat (tesis). Depok : Departemen Gizi, Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Universitas Indonesia.

World Health Organization. (1988). Education for health : a manual on health


education in primary health care. Geneva : Author.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


102

Yani, A. (2007, November). Penggunaan komik tanpa kata untuk meningkatkan


keberanian mengungkapkan pendapat pada mata pelajaran geografi.
Disampaikan Pada Kegiatan Semiloka Nasional Inovasi Pembelajaran IPS
Dalam Upaya Profesionalisme Di Auditorium JICA FPMIPA Universitas
Pendidikan Indonesia. Januari 28, 2012. http://www.file.upi.edu.

Yayasan Institut Danone & Nakita. (2010). Sehat & bugar berkat gizi seimbang.
Jakarta : Kompas Gramedia.

Universitas Indonesia

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


Lampiran 1

DEPARTEMEN GIZI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS INDONESIA
TAHUN 2012

KUESIONER DATA SEKOLAH

Petunjuk : Isilah data di bawah ini pada kolom jawaban yang tersedia dan lingkari jawaban
yang diberi tanda (*) pada salah satu jawaban yang sesuai.

1. DATA UMUM
Nama sekolah
Alamat sekolah
No. telepon sekolah

Tanggal kunjungan

2. DATA SEKOLAH
Provinsi
Kota/Kabupaten
Kecamatan
Tahun berdiri sekolah
Nama kepala sekolah
Status sekolah
Nama kepala sekolah
(L/P)*
Status sekolah (Negeri/Swasta)*
Akreditasi sekolah A/B/C/Belum Terakreditasi
Jumlah tenaga Pegawai Tetap Pegawai Tidak Tetap
pengajar sesuai tingkat (Orang) (Orang)
pendidikan :
- S2
- S1/D4
- D3
- D2
- D1
- SMA/MAN/SMK
Jumlah seluruh kelas Kelas

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


(Lanjutan)
Jumlah murid Orang
-Laki-laki Siswa
-Perempuan Siswi
Jumlah kelas V Kelas
Jumlah murid Orang
-Laki-laki Siswa
-Perempuan Siswi
Jam belajar kelas V
Waktu belajar kelas V
Nama wali kelas V
(L/P)*
Nilai rata-rata ujian
semester Kelas V:
- Tahun 2010
a. Semester 1
b. Semester 2

- Tahun 2011
a. Semester 1
b. Semester 2
Nilai UAN tahun :
- 2010
- 2011
Fasilitas sekolah :
- Perpustakaan
- Lab. komputer
- Unit Kesehatan
Sekolah
- Kantin sekolah
- Lainnya…..

Pernah mengadakan (Ya/Tidak)*


atau mendapatkan Jika pernah mendapatkan penyuluhan isi pertanyaan
penyuluhan mengenai di bawah ini :
gizi Materi yang disampaikan :

Waktu pelaksanaan :
Sasaran : (Guru/Siswa/Seluruh
anggota sekolah)*

Terdapat Kurikulum (Ya/Tidak)*


khusus mengenai gizi Jika iya, jawablah pertanyaan di bawah ini :
Materi yang dipelajari :
Lama belajar : ( x/minggu)
( jam/pertemuan)

Buku yang digunakan :

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


(Lanjutan)
Kegiatan
ekstrakurikuler
sekolah :
Pramuka (Ada/Tidak)*
Mading (Ada/Tidak)*
Bela diri (Ada/Tidak)*
Lainnya…….

Prestasi yang pernah (Ada/Tidak)*


diraih sekolah Jika ada, sebutkan (jenis dan tahun) prestasi yang
berhasil di raih :
1.
2.
3.
4.
5. Lainnya……

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


Lampiran 2

DEPARTEMEN GIZI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS INDONESIA
TAHUN 2012

KUESIONER SISWA

Petunjuk : Isilah data di bawah ini pada kolom jawaban yang tersedia

Nama
lengkap
Jenis Kelamin Laki-laki/Perempuan (lingkari jawaban yang sesuai)
Tempat
Tanggal lahir
Umur Tahun
Agama
Nama sekolah
Alamat
rumah
No. Telepon
Pernah Ya / Tidak (lingkari jawaban yang sesuai)
Mendapatkan
informasi
mengenai gizi
Pengetahuan (Boleh memilih lebih dari satu jawaban)
gizi diperoleh 1. Sekolah
dari : 2. Keluarga
3. Teman
4. Media massa, sebutkan……………

Pekerjaan 1. Ayah……………………….
orang tua
2. Ibu …………………………

Pendidikan 1. Ayah……………………….
orang tua
2. Ibu……………………….....

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


Lampiran 3

DEPARTEMEN GIZI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS INDONESIA
TAHUN 2012

NAMA :
SEKOLAH :
TANGGAL :
TEST :

Petunjuk :
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda silang (X) pada
jawaban yang kamu anggap benar. Bacalah dengan teliti sebelum menjawab soal.

1. Berapa banyak pesan yang ditampilkan dalam tumpeng gizi seimbang ?


a. 2
b. 3
c. 4
d. 5

2. Pesan yang terdapat dalam tumpeng gizi seimbang adalah ?


a. Makan makanan yang beragam
b. Membaca lebel makanan
c. Membiasakan sarapan
d. Menghindari konsumsi alkohol

3. Berapa banyak konsumsi protein nabati yang dianjurkan dalam sehari ?


a. 2-3 porsi
b. 2-5 porsi
c. 3-5 porsi
d. 3-8 porsi

4. Bahan makanan sumber protein nabati adalah ?


a. Jagung
b. Kacang
c. Kentang
d. Singkong

5. Bahan makanan yang merupakan sumber zat pembangun adalah ?


a. Buah-buahan
b. Lauk- pauk
c. Makanan pokok
d. Sayur mayor

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


(Lanjutan)
6. Berapa banyak konsumsi protein hewani yang dianjurkan dalam sehari ?
a. 2-3 porsi
b. 2-5 porsi
c. 3-5 porsi
d. 3-8 porsi

7. Segelas susu dapat digantikan dengan ?


a. 1 potong tahu
b. 1 potong daging
c. 2 butir telur
d. 2 potong tempe

8. Bahan makanan yang merupakan sumber karbohidrat adalah ?


a. Jagung
b. Kedelai
c. Telur
d. Tahu

9. Berapa banyak konsumsi karbohidrat yang dianjurkan dalam sehari ?


a. 2-3 porsi
b. 2-5 porsi
c. 3-5 porsi
d. 3-8 porsi

10. Fungsi karbohidrat dalam tubuh adalah ?


a. Sumber energi
b. Sumber zat pembangun
c. Sumber zat pengatur
d. Sumber zat pengatur dan pembangun

11. Minum air putih yang dianjurkan dalam sehari sebanyak ?


a. 5 gelas
b. 6 gelas
c. 7 gelas
d. 8 gelas

12. Bahan makanan yang merupakan sumber zat pengatur adalah ?


a. Lauk hewani
b. Lauk nabati
c. Makanan pokok
d. Sayur mayur

13. Buah-buahan yang diutamakan untuk dikonsumsi adalah buah berwarna ?


a. Hijau (apel)
b. Merah (semangka)
c. Oranye / kuning tua (jeruk)
d. Ungu (anggur)

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


(Lanjutan)
14. Berapa banyak konsumsi buah yang dianjurkan dalam sehari ?
a. 2-3 porsi
b. 2-5 porsi
c. 3-5 porsi
d. 3-8 porsi

15. Vitamin yang banyak terdapat dalam buah pisang dan pepaya adalah ?
a. Vitamin A
b. Vitamin B
c. Vitamin C
d. Vitamin D

16. Bahan makanan yang banyak mengandung vitamin adalah ?


a. Bayam dan kacang
b. Kedelai dan tomat
c. Kentang dan jeruk
d. Pepaya dan wortel

17. Berapa banyak konsumsi sayuran yang dianjurkan dalam sehari ?


a. 2-3 porsi
b. 2-5 porsi
c. 3-5 porsi
d. 3-8 porsi

18. Sayuran yang diutamakan untuk dikonsumsi adalah sayuran berwarna ?


a. Hijau (brokoli) dan Merah (bayam merah)
b. Merah (bayam merah) dan Ungu (terong)
c. Oranye (wortel) dan Hijau (brokoli)
d. Ungu (terong) dan Oranye (wortel)

19. Bagaimana cara memantau berat badan ?


a. Timbang berat badan sedikitnya satu bulan sekali
b. Timbang berat badan sedikitnya dua bulan sekali
c. Timbang berat badan sedikitnya tiga bulan sekali
d. Timbang berat badan sedikitnya empat bulan sekali

20. Apa akibat dari berat badan kurang/gizi kurang, kecuali ?


a. Kecerdasan terganggu
b. Mudah sakit
c. Sering tidak masuk sekolah
d. Tidak mudah mengantuk

21. Berikut ini yang bukan merupakan penyebab berat badan berlebih atau
kegemukan adalah ?
a. Kurang aktivitas fisik
b. Makan berlebihan
c. Olahraga teratur
d. Terlalu banyak makan makanan berlemak

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


(Lanjutan)
22. Berikut ini yang merupakan pola hidup bersih adalah ?
a. Mandi sedikitnya 1 kali sehari
b. Membuang sampah ditempat yang terbuka
c. Mencuci buah dan sayur yang akan dimakan
d. Menggosok gigi hanya saat bangun tidur

23. Yang tidak termasuk aktivitas fisik dibawah ini adalah ?


a. Berbaring
b. Berkebun
c. Bermain
d. Bersepeda

24. Berapa kali sebaiknya kita berolahraga ?


a. 1 kali dalam seminggu
b. 2 kali dalam seminggu
c. 3 kali dalam seminggu
d. 4 kali dalam seminggu

25. Berapa minimal waktu yang diperlukan untuk setiap kali berolahraga ?
a. 15 menit
b. 20 menit
c. 25 menit
d. 30 menit

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


Lampiran 4

DEPARTEMEN GIZI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS INDONESIA
TAHUN 2012

Nama :
Kelas :
Usia :

Petunjuk
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda silang (X)!

1. Apakah kamu suka membaca komik ?


a. Suka sekali d. Tidak terlalu suka
b. Suka e. Tidak suka
c. Cukup suka

2. Seberapa sering kamu membaca komik ?


a. Setiap hari d. Satu kali dalam seminggu
b. 4-6 kali dalam seminggu e. Satu kali dalam sebulan
c. 2-3 kali dalam seminggu f. Kurang dari sebulan
g. Tidak pernah

3. Jenis komik apa yang paling sering kamu baca ? (boleh memilih lebih
dari satu jawaban)
a. Komik buku d. Komik online di internet
b. Komik majalah e. Kartun atau karikatur
c. Komik cerita pendek f. Lainnya, sebutkan………

4. Menurutmu, bagaimana jika komik digunakan untuk media belajar ?


a. Sangat menarik d. Cukup menarik
b. Menarik e. Tidak menarik
c. Cukup menarik

5. Menurutmu, ukuran komik yang menarik seperti apa ? (diperlihatkan


contoh komik)
a. Besar (21x 29,7 cm) c. Tidak terlalu kecil(15.5x21cm)
b. Tidak terlalu besar (18 x 23.5 cm) d. Kecil (11x17 cm)

6. Menurutmu tampilan komik yang kamu sukai?


a. Melebar b. Memanjang

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


(lanjutan)
7. Dari jenis gambar dibawah ini mana yang paling kamu sukai ?
a. Realistik c. Simbolis

b. Semi realistik d. Kartun

8. Menurutmu berapa banyak kotak-kotak (panel) yang baik dalam


komik ?

a. 3 b. 4 c. 5 d. 6

9. Tokoh kartun yang kamu sukai ? (boleh memilih lebih dari satu
jawaban)
a. Kartun anak-anak (Anak Sekolah)
b. Kartun 119isney (Mickey mouse, Donald Duck, dll)
c. Kartun jepang (Doraemon, Naruto, Tsubasa, dll)
d. Lainnya,sebutkan ………………

10. Menurutmu, gambar dan tulisan pada komik yang baik seperti apa ?
a. Komik dengan gambar yang besar dan sedikit tulisan
b. Komik dengan gambar yang kecil dan banyak tulisan
c. Komik dengan gambar yang besar dan banyak tulisan
d. Komik dengan gambar yang kecil dan sedikit tulisan

11. Jenis tulisan yang kamu sukai untuk komik pendidikan ?


a. Comic sans MS c. Arial
b. Times New Roman d. Chaucer

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


(lanjutan)
12. Menurutmu warna tulisan pada komik yang baik seperti apa?
a. Warna cerah (merah muda, kuning muda, biru muda, dll)
b. Warna gelap (hitam, biru tua, cokelat, ungu tua, dll)

13. Menurutmu ukuran tulisan yang sesuai untuk komik seperti apa ?
a. Ukuran tulisan (8) c. Ukuran tulisan (12)
b. Ukuran tulisan (10) d. Ukuran tulisan (14)

14. Menurutmu penggunaan warna komik (secara keseluruhan) yang baik


seperti apa ?
a. Warna cerah (merah muda, kuning muda, biru muda, dll)
b. Warna gelap (biru tua, cokelat, ungu tua, dll)
c. Warna-warni (warna gelap dan cerah)
d. Hitam putih

15. Menurutmu penyampaian pesan yang baik dalam komik seperti apa?
a. Pesan disampaikan dengan bahasa baku secara panjang, rinci, dan
jelas
b. Pesan disampaikan dengan bahasa baku secara singkat dan jelas
c. Pesan disampaikan dengan bahasa percakapan sehari-hari secara
panjang, rinci, dan jelas
d. Pesan disampaikan dengan bahasa percakapan sehari-hari secara
singkat dan jelas.

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


Lampiran 5
Hasil Survei Awal 4. Menurutmu, bagaimana jika komik
digunakan untuk media belajar ?
1. Apakah kamu senang membaca komik ?

Komik Sebagai Media Belajar


Kesenangan Membaca Komik
2% 5%
4% tidak menarik

tidak senang
19% 23% tidak terlalu
18% tidak terlalu senang menarik
cukup senang 32% cukup menarik
11%
senang
48% senang sekali 38% menarik

sangat menarik

2. Seberapa sering kamu membaca komik ?

5. Menurutmu, ukuran komik yang menarik


Frekuensi Membaca Komik seperti apa ?
1%

9% setiap hari Ukuran Komik


20% 4-6x/minggu
13%
2-3x/minggu
9% 1x/minggu 9%
1x/bulan besar
18% 30% kurang dari sebulan 38%
tidak pernah 24% tidak terlalu besar
tidak terlalu kecil
kecil
29%

3. Jenis komik apa yang paling sering kamu


baca ?
6. Tampilan komik yang kamu sukai?
Jenis Komik
Tampilan Komik
0% 1% komik buku
komik majalah 6%

30% 32% komik cerita pendek


komik online melebar
kartun
13% memanjang
14%
lainnya
94%
tidak ada
10%

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


(Lanjutan)
10. Gambar dan tulisan pada komik yang baik
7. Jenis gambar yang paling kamu sukai ? seperti apa ?
Gambar dan Tulisan Komik
Jenis Gambar
realistik gambar besar,
7% sedikit tulisan

19% 29% gambar kecil,


semi- banyak tulisan
realistik
gambar besar,
54% simbolik 51% 13% banyak tulisan
27%
gambar kecil,
sedikit tulisan
kartun
0%

11. Jenis tulisan yang kamu sukai untuk komik


8. Menurutmu, berapa banyak kotak-kotak pendidikan ?
(panel) yang baik dalam komik ?
Jenis Tulisan
Banyak Panel
7%
9% comics san MS
Times New Roman
17% 1
52% Arial
33% 32%
2 Chaucer
22% 3
4
28%

12.Warna tulisan pada komik yang baik seperti


9. Tokoh kartun yang kamu sukai ? apa?

Jenis Kartun Warna Tulisan

13% 10% kartun anak


kartun disney 47% warna cerah
24%
kartun jepang 53% warna gelap
53% lainnya

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


(Lanjutan)

15. Penyampaian pesan yang baik dalam komik


13. Ukuran tulisan yang sesuai untuk komik
seperti apa?
seperti apa ?

Ukuran Tulisan Bahasa Komik

bahasa baku,
panjang, rinci,jelas
10% 10% 19% 22%
ukuran 8 bahasa baku,
6% singkat, jelas
ukuran 10
ukuran 12 bahasa pergaulan,
panjang,rinci,jelas
ukuran 14 53%
80% bahasa pergaulan,
singkat, jelas

14. Penggunaan warna komik (secara


keseluruhan) yang baik seperti apa ?

Warna Komik

warna cerah
19% 23%
warna gelap

6% warna-warni
hitam putih
52%

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


Lampiran 6

DEPARTEMEN GIZI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS INDONESIA
TAHUN 2012

KUESIONER UJI COBA

Nama :
Kelas :
Sekolah :

Petunjuk
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda silang (x)!

1. Bagaimana kesanmu terhadap komik gizi seimbang ini ?


a. Sangat menarik d. Tidak terlalu menarik
b. Menarik e. Tidak menarik
c. Cukup menarik

2. Bagaimana kesanmu terhadap ukuran komik ini?


a. Terlalu besar d. Kecil
b. Besar e. Terlalu kecil
c. Cukup

3. Bagaimana kesanmu terhadap ukuran gambar dalam komik ini?


a. Terlalu besar d. Kecil
b. Besar e. Terlalu kecil
c. Cukup

4. Bagaimana kesanmu terhadap pemilihan gambar yang terdapat dalam komik


ini?
a. Sangat menggambarkan pesan gizi
b. Menggambarkan pesan gizi
c. Cukup menggambarkan pesan gizi
d. Kurang menggambarkan pesan gizi
e. Tidak menggambarkan pesan gizi

5. Bagaimana kesanmu terhadap ukuran tulisan dalam komik ini?


a. Terlalu besar d. Kecil
b. Besar e. Terlalu kecil
c. Cukup

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


(Lanjutan)

6. Bagaimana kesanmu terhadap pemilihan jenis tulisan dalam komik ini?


a. Sangat menarik d. Tidak terlalu menarik
b. Menarik e. Tidak menarik
c. Cukup menarik

7. Bagaimana kesanmu terhadap pemilihan warna dalam komik ini?


a. Sangat menarik d. Tidak terlalu menarik
b. Menarik e. Tidak menarik
c. Cukup menarik

8. Bagaimana kesanmu terhadap pesan-pesan yang disampaikan dalam komik ini?


a. Sangat mudah dipahami e. Tidak terlalu mudah dipahami
b. Mudah dipahami d. Sulit dipahami
c. Cukup mudah dipahami

9. Bagaimana kesanmu terhadap penggunaan bahasa dalam media komik ini?


a. Sangat mudah dipahami d. Tidak terlalu mudah dipahami
b. Mudah dipahami e. Sulit dipahami
c. Cukup mudah dipahami

10. Bagaimana kesanmu terhadap cara penyampaian pesan dalam komik ini?
a. Sangat menarik d. Tidak terlalu menarik
b. Menarik e. Tidak menarik
c. Cukup menarik

11. Bagian mana yang paling kamu senangi dalam komik ini?
a. Bentuk komik d. Gambar dalam komik
b. Pesan dalam komik e. Warna dalam komik
c. Tulisan dalam komik

12. Menurutmu apakah pesan yang disampaikan dalam komik ini memberikan
manfaat ?
a. Ya b. Tidak

13. Setelah membaca komik ini, maukah kamu menerapkan pesan yang
disampaikan dalam kehidupan sehari-hari?
a. Ya b. Tidak

Saran Komentar

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


Lampiran 7

Hasil Uji Coba Media

Kesan Terhadap Komik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Valid cukup menarik 6 15.0 15.0 15.0


menarik 12 30.0 30.0 45.0
sangat menarik 22 55.0 55.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

Kesan Terhadap Ukuran Komik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Valid kecil 6 15.0 15.0 15.0


cukup 34 85.0 85.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

Kesan Terhadap Ukuran Gambar

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
Valid kecil 3 7.5 7.5 7.5
cukup 33 82.5 82.5 90.0
besar 4 10.0 10.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

Kesan Terhadap Pemilihan Gambar

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Valid cukup menggambarkan 3 7.5 7.5 7.5


pesan gizi

menggambarkan pesan gizi 12 30.0 30.0 37.5


sangat menggambarkan 25 62.5 62.5 100.0
pesan gizi
Total 40 100.0 100.0

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


(Lanjutan)

Kesan Terhadap Ukuran Tulisan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Valid kecil 3 7.5 7.5 7.5


cukup 33 82.5 82.5 90.0
besar 3 7.5 7.5 97.5
terlalu besar 1 2.5 2.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

Kesan Terhadap Pemilihan Tulisan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Valid tidak terlalu menarik 1 2.5 2.5 2.5


cukup menarik 11 27.5 27.5 30.0
menarik 22 55.0 55.0 85.0
sangat menarik 6 15.0 15.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

Kesan Terhadap Pemilihan Warna

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Valid cukup menarik 6 15.0 15.0 15.0


menarik 13 32.5 32.5 47.5
sangat menarik 21 52.5 52.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

Kesan Terhadap Pesan Dalam Komik

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent
Valid tidak terlaalu mudah 1 2.5 2.5 2.5
dipahami
cukup mudah dipahami 7 17.5 17.5 20.0
mudah dipahami 18 45.0 45.0 65.0
sangat mudah dipahami 14 35.0 35.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


(Lanjutan)

Kesan Terhadap Penggunaan Bahasa

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent
Valid cukup mudah dipahami 9 22.5 22.5 22.5
mudah dipahami 18 45.0 45.0 67.5
sangat mudah 13 32.5 32.5 100.0
dipahami
Total 40 100.0 100.0

Kesan Terhadap Cara Penyampaian Pesan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
Valid tidak terlalu 1 2.5 2.5 2.5
menarik
cukup menarik 5 12.5 12.5 15.0
menarik 17 42.5 42.5 57.5
sangat menarik 17 42.5 42.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

Bagian Yang Paling Disukai

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
Valid bentuk 2 5.0 5.0 5.0
pesan 27 67.5 67.5 72.5
gambar 9 22.5 22.5 95.0
warna 2 5.0 5.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

Komik Ini Mampu Memberikan Manfaat

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
Valid ya 40 100.0 100.0 100.0

Mau Menerapkan Pesan Yang Terdapat Dalam Komik Ini

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Valid ya 40 100.0 100.0 100.0

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


Lampiran 8

Lampiran Komik

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


(Lanjutan)

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


(Lanjutan)

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012
Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012
Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012
Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012
Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012
Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012
Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012
Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012
Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012
Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012
Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012
Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012
Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012
Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012
Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012
Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012
Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012
Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012
Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012
Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012
Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012
Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012
Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012
Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012
Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012
Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012
Lampiran 10

Lampiran Surat

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


(Lanjutan)

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012


(Lanjutan)

Pengaruh pemberian..., Ditta Irma Arimurti, FKM UI, 2012

Anda mungkin juga menyukai