HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
1. Tim HACCP
yang terdiri dari dua anggota yaitu Sri Nurannisa dan Halimatussa’diyyah.
2. Deskripsi Produk
mendeskripsikan produk.
cathering.
mengkonsumsi produk.
Untuk produk Tomacca yaitu Ayam Bakar deskripsi pengguna
pedoman bagi orang atau lembaga lainnya yang ingin mengerti proses dan
verifikasinya.
Penerimaan Bahan Baku
Perebusan Daging
Bumbu Di Blender
Ayam
Setengah Halus
PembakaranAyam
Bumbu Disiram Minyak
dan Dioleskan Kecap Panas Sebanyak 2 Kali
PENYAJIAN
Dengan merujuk pada diagram alir proses, tim HACCP mendaftarkan semua bahaya yang nyata atau potensial yang
mungkin diperkirakan layak terjadi pada setiap tahap proses. Bahaya tersebut meliputi bahaya Biologi atau mikrobiologis,
Tabel 4.2: Hasil analisis bahaya pada proses produksi ayam bakar sambal rica-rica
rahan kansi
bawang putih& K : logam berat, pestisida Terbawa dari suplayer H M TN Jaminan suplayer
merah, cabai rawit F : kerikil, serangga, benda Terbawa dari suplayer L L TN Pengayakan
& besar. asing, tanah
minyak)
sebelum dimasak
bersih
No. Bahan Mentah Bahaya B (M) K/F Jenis Bahaya Cara Pencegahan
1. Ayam Biologi Clostridium botolinum, Pemilihan daging ayam yang segar, serta
salmonella, saereus, E. bebas dari aroma yang menyengat.
Coli patogenik.
Disimpan dalam suhu beku untuk
menghindari terjadinya pembusukan pada
daging ayam.
Fisik Bau busuk, hancur bila Secepat mungkin penanganan/direbus dengan air
disentuh mendidih pada suhu >100 C.
5. Minyak Kimia Penjedalan, ketengikan Spesifikasi penyimpanan minyak pada tempat yang
tertutup, penggunaan maksimal minyak hanya 2 kali.
10. Bawang putih Kimia pestisida Sebaiknya dilakukan pencucian dengan air yang
mengalir pada bawang sebelum dipakai agar sisa
pestisida hilang.
11. Cabai rawit Kimia Pestisida Sebaiknya dilakukan pencucian dengan air yang
mengalir pada bawang sebelum dipakai agar sisa
pestisida hilang.
17. Jahe Fisik Tanah, ulat Memisahkan bagian yang rusak dan mencuci sampai
bersih
A B C D E F
1. Ayam ✔ ✔ - ✔ ✔ ✔ I (+)
2. Kecap ✔ ✔ - ✔ ✔ ✔ I (+)
3. minyak ✔ ✔ - ✔ ✔ ✔ I (+)
8. Jahe ✔ ✔ - ✔ ✔ ✔ I (+)
9. serai ✔ ✔ - ✔ ✔ ✔ I (+)
Ket:
Bahaya C Proses tidak memiliki tahap pengolahan yang terkendali yang secara
efektif membunuh mikroba berbahaya atau menghilangkan bahaya
kimia atau fisik
Bahaya F Tidak ada tahap pemanasan akhir setelah pengemasan atau ditangan
konsumen atau tidak ada pemanasan akhir atau tahap pemusnahan
mikroba setelah pengemasan sebelum memasuki pabrik (untuk
bahan baku) atau tidak ada cara apapun bagi konsumen untuk
mendeteksi, menghilangkan atau menghancurkan bahaya kimia atau
fisik.
Tahap 7 : Penetapan Batas Kritis
Untuk setiap CCP yang teridentifikasi maka harus ditentukan batas kritis.
Batas kritis menunjukkan perbedaan antara produk yang aman dan tidak aman
P1. Apakah ada bahaya dalam P1. Apakah ada bahaya dalam
bahan baku ini? bahan baku ini?
YA YA
P2. Apakah proses atau konsumen P2. Apakah proses atau konsumen
akan menghilangkan bahaya akan menghilangkan bahaya
tersebut? tersebut?
T
YA TIDA
K
P3. Apakah ada resiko
kontaminasi silang terhadap
fasilitas atau produk lain yang
tidak dapat dikendalikan
T
TIDA
K
P1. Apakah ada bahaya dalam P1. Apakah ada bahaya dalam
bahan baku ini? bahan baku ini?
i i
YA
YA
P2. Apakah proses atau konsumen P2. Apakah proses atau konsumen
akan menghilangkan bahaya akan menghilangkan bahaya
tersebut? tersebut?
YA YA
T T
TIDA TIDA
K K
i i
YA YA
P2. Apakah proses atau konsumen P2. Apakah proses atau konsumen
akan menghilangkan bahaya akan menghilangkan bahaya
tersebut? tersebut?
YA YA
P3. Apakah ada resiko kontaminasi P3. Apakah ada resiko kontaminasi
silang terhadap fasilitas atau produk silang terhadap fasilitas atau produk
lain yang tidak dapat dikendalikan lain yang tidak dapat dikendalikan
T T
TIDA TIDA
K K
i i
YA YA
P2. Apakah proses atau konsumen P2. Apakah proses atau konsumen
akan menghilangkan bahaya akan menghilangkan bahaya
tersebut? tersebut?
YA YA
P3. Apakah ada resiko kontaminasi P3. Apakah ada resiko kontaminasi
silang terhadap fasilitas atau produk silang terhadap fasilitas atau produk
lain yang tidak dapat dikendalikan lain yang tidak dapat dikendalikan
T T
TIDA TIDA
K K
i
YA
YA
T
TIDA
K
i
YA Ya
YA
P3. Apakah bahaya dapat meningkat
sampai batas tidak aman?
P3. Apakah bahaya dapat meningkat
sampai batas tidak aman?
Tidak
T
TIDA
K
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya Ya
5. penyimpanan 6. Pendistribusian
P1. Apakah terdapat bahaya (B, K, M) P1. Apakah terdapat bahaya (B, K, M)
pada tahap/proses ini? pada tahap/proses ini?
Ya Ya
P1a. Apakah ada tindakan pencegahan untuk P1a. Apakah ada tindakan pencegahan untuk
mengendalikan bahaya tersebut? mengendalikan bahaya tersebut?
Ya Ya
P2. Apakah proses ini di rancang P2. Apakah proses ini di rancang
khusus untuk khusus untuk
menghilangkan/mengurangi menghilangkan/mengurangi
bahaya sampai aman? bahaya sampai aman?
Ya Ya
P3. Apakah bahaya dapat meningkat P3. Apakah bahaya dapat meningkat
sampai batas tidak aman? sampai batas tidak aman?
T T
TIDA TIDA
K K
Tabel 4.5 Hasil Penetapan Titik Kendali Kritis CCP (Bahan Baku)
No Bahan Baku Indentifikasi CCP
P1 P2 P3 CCP/ Bukan
CCP
3 Pemasakan Ya Ya Y - - CCP
1. Identifikasi
Bahan-bahan pembuatan ayam bakar rica-rica yang telah disebutkan
diatas mengandung beberapa jenis bahaya yang perlu untuk dicegah atau
dikendalikan karena sangat berbahaya apabila dikonsumsi secara terus
menerus.
Identifikasi bahaya adalah salah satu upaya dalam merancang atau
menyusun HACPP (Hazard Analysis Critical Control Point). Identifikasi
bahaya terdiri dari beberapa tahap yaitu identifikasi bahaya, penetapan
bahaya, penetapan tindakan dan pencegahan kategori risiko
Identifikasi bahaya dan tindakan pengendalian atau pencegahan pada
bahan baku dapat diliat pada Tabel 4.1 Berikut penjelasan mengenai
beberapa bahaya yang terdapat pada bahan baku pembuatan ayam bakar
rica-rica.
a. Daging ayam
Daging ayam juga ada manfaatnya yaitu menurunkan berat badan,
mencegah kesehatan jantung dan lainnya. Daging ayam ialah bahan
pokok utama dalam pembuatan ayam bakar rica-rica, ayam bakar rica
merupakan masakan olahan dari daging ayam yang diberi bumbu kecap
dan lombok rica. Bahaya yang didapatkan yaitu bahaya biologi yang
memungkinkan E.Coli dan Clostridium Botolinum ada pada daging ayam
bisa jadi dikarenakan pencucian yang kurang bersih atau penyimpanan
yang tidak bagus. Dari hasil penelitian yang dilakukan bersama oleh
Indonesia One Health University Network (Indohun), Udayana One
Health Collaborating Center (Udayana OHCC), dan Dinas Peternakan
dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali pada Desember 2018 lalu
menemukan bakteri E.Coli yang terisolasi pada daging ayam yang
banyak dikonsumsi masyarakat apalagi jika penyimpanannya tidak
berdasarkan Standar Nasional Indonesia yang telah ditentukan
pengendalian yang dapat dilakukan yaitu menjaga temperatur, pH,
keadaan lingkungan sekitar . Sedangkan, Clostridium botolinum
merupakan bakteri gram positif yang dapat membentuk spora tahan
panas, bersifat anaerobik, dan tidak tahan asam tinggi. Toksin yang
dihasilkan dinamakan botolinum, bersifat meracuni saraf yang dapat
menyebabkan paralisis. Pengendalian yang dapat dilakukan dengan cara
pemanasan pangan sampai suhu 80º selama 30 menit cukup untuk
merusak toksin tersebut.
b. Jahe
Jahe (Zingiber Officinale) adalah tanaman rimpang yang sangat
populer sebagi rempah-rempah dan bahan obat. Rimpangnya berbentuk
jemari yang menggembung di ruas-ruas tengah. Rasa dominan pedas
disebabkan senyawa keton bernama zingeron. Tidak menutup
kemungkinan bahaya ada pada jahe tersebut apalagi bahan tersebut tidak
dicuci, bahaya biologis yang terdapat pada jahe yaitu norovirus sejenis
virus yang dapat menyebabkan peradangan di sistem pencernaan, seperti
lambung dan usus. Kondisi ini dapat dialami pada anak-anak maupun
orang dewasa. Tanda paling jelas yang akan dialami yaitu mual, muntah,
dehidrasi dan diare. Bahaya kimia yang memungkinkan terkontaminasi
yaitu logam berat dan pestisida yang sangat berbahaya bagi tubuh,
sedangkan bahaya fisik yang teridentifikasi yaitu serangga, kerikil, benda
asing lainnya, cara pengendalian yaitu cuci bersih jahe setelah dikupas.
c. Bawang putih
Bawang putih (Allium Sativum L.) ialah salah satu bumbu penyedap
rasa yang populer dengan kehidupan masyarakat Indonesia maupun
dunia. Manfaatnya sebagai metabolisme lemak dan kolesterol, proses
oksidasi sel kanker, sistem kardiovaskular, tulang dan sendi. Bahaya
kimia yang memungkinkan terkontaminasi yaitu logam berat dan
pestisida yang sangat berbahaya bagi tubuh, sedangkan bahaya fisik yang
teridentifikasi yaitu serangga, kerikil, benda asing lainnya, cara
pengendalian yaitu cuci bersih bawang putih setelah dikupas.
d. Bawang merah
Bawang merah (Allium cepa L.) ialah salah satu bumbu penyedap
utama di Indonesia dan dunia seperti halnya bawang putih. Bahaya kimia
yang memungkinkan terkontaminasi yaitu logam berat dan pestisida
yang sangat berbahaya bagi tubuh, sedangkan bahaya fisik yang
teridentifikasi yaitu serangga, kerikil, benda asing lainnya, cara
pengendalian yaitu cuci bersih jahe setelah dikupas.
e. Kecap
Kecap adalah bumbu dapur atau penyedap makanan yang berupa
cairan berwarna hitam yang rasanya manis atau asin, bahan dasar
pembuat kecap umumnya kedelai atau kedelai hitam. Namun ada pula
kecap yang dibuat dari bahan dasar air kelapa yang umumnya berasa
asin. Bahaya fisik yang diidentifkasi yaitu debu karena melihat cara
pembakarannya berada tepat dipinggir jalanan sehingga diidentifikasi
terkena debu serta bahaya biologi yang mungkin diidentifikasi yaitu
mikroba-mikroba yang berasal dari lingkungan sekitar pada saat proses
pembakaran.
f. Serai
Serai atau sereh adalah tumbuhan anggota suku rumput-rumputan
yang dimanfaatkan sebagai bumbu dapur untuk mengharumkan
makanan. Manfaat serai adalah mengatasi depresi, menghindari gigitan
nyamuk, menurunkan tekanan darah, menjaga sistem pencernaan dll.
bahaya biologis yang terdapat pada serai yaitu norovirus sejenis virus
yang dapat menyebabkan peradangan di sistem pencernaan, seperti
lambung dan usus. Bahaya kimia yang memungkinkan terkontaminasi
yaitu logam berat dan pestisida yang sangat berbahaya bagi tubuh,
sedangkan bahaya fisik yang teridentifikasi yaitu serangga, kerikil, benda
asing lainnya, cara pengendalian yaitu cuci bersih serai setelah dikupas.
h. Cabai Rawit
Cabai rawit atau cabai kathur adalah buah dan tumbuhan anggota
genus Capsicum. Selain di Indonesia, ia juga tumbuh dan populer sebagai
bumbu masakan di negara-negara Asia tenggara lainnya. Cabai rawit ini
sangat pedis jika dikonsumsi begitu saja, cabai rawit jika dikonsumsi
dalam jumlah banyak dapat membuat sakit perut hingga BAB berlebihan,
anak-anak juga tidak disarankan mengkonsumsi cabai rawit karena dapat
menyebabkan diare. Cabai juga jika dikonsumsi terlalu sering dapat
mengganggu usus, membuat lambung rusak, insomnia dan mengurangi
sensitivitas lidah. Bahaya biologis yang terdapat pada cabai rawit yaitu
norovirus sejenis virus yang dapat menyebabkan peradangan di sistem
pencernaan, seperti lambung dan usus. Bahaya kimia yang
memungkinkan terkontaminasi yaitu logam berat dan pestisida yang
sangat berbahaya bagi tubuh, sedangkan bahaya fisik yang teridentifikasi
yaitu serangga, kerikil, benda asing lainnya, cara pengendalian yaitu cuci
bersih cabai rawit setelah dikupas.
Pada Tabel 4.4 yang telah diisi, ditemukan hasil bahwa produk
makanan yaitu ayam bakar sambal rica-rica, bahan-bahan baku
pembuatannya mengandung bahan bahaya A, bahaya B (yang mengandung
bahan sensitif terhadap bahaya biologi, kimia atau fisik), bahaya D, bahaya
E dan bahaya F.
2. Penetapan HACCP
Pada bahan baku yaitu daging ayam, bawang merah, bawang putih,
sereh, cabe besar merah, cabe rawit, cabai hijau, minyak goreng dan kecap
untuk penetapan CCP pada bahan baku diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Daging ayam
b. Kecap
c. Minyak
d. Bawang merah
f. Cabai rawit
g. Cabai besar
i. Serai
b. Pemotongan
Berdasarkan hasil dari decision tree, bahaya pada tahapan atau proses
ini yang ada pada kulit bumbu tersebut dan bisa masuk ke dalam
bahan yang sudah dikupas. Kontaminasi bahan yang digunakan ada
yang menimbukan bakteri dan akan meningkat ke tahapan yang tidak
aman dan tidak ada pencegahan bagi mereka untuk mencegah bahaya
tersebut. Selain itu penjamu tidak menggunakan topi, celemek dan
pengolahan berada ditempat terbuka sehingga dapat mengakibatkan
kontaminasi silang pada saat proses pemotongan berlangsung dan
dapat mengakibatkan mikroba lainnya berkembang secara pesat. Ada
proses ini bukan merupakan kontrol kritis
c. Penghancuran bumbu
d. Pemasakan
e. Pembakaran
Berdasarkan hasil decision tree, bahaya pada proses atau tahan ini
ialah Pada proses ini alat pembakaran yang digunakan jarang
dibersihkan dan hanya dibiarkan begitu saja terbuka jika habis pakai
memungkinkan kontaminasi yang terjadi seperti debu dan mikroba
lainnya yang berasal dari daging maupun dari sanitasi lingkungan
yang buruk. Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan memilih
alat anti karat, mencuci bersih alat-alat yang bersangkutan dengan
pembakaran dengan air bersih yang mengalir agar meminimalisir
kontaminasi yang terjadi dan memindahkan tempat pembakaran ke
tempat yang baik atau layak. Pada tahapan atau proses ini bukan
merupakan kontrol kritis
f. Penyimpanan
Berdasarkan dari hasil decision tree, bahaya yang terdapat pada proses
atau tahapan ini ialah adanya kontaminasi pada wadah ayam bakar dan
bumbu. Pencegahan yang dilakukan dengan mencuci bersih wadah
tersebut dengan sabun dan air bersih yang mengalir sebelum
digunakan serta selalu menutup wadah tersebut agar tidak ada bahaya
atau kontaminasi yang terjadi lagi. Pada tahapan atau proses ini bukan
merupakan kontrol kritis
g. Pendistribusian
Pendistribusian dilakukan secara langsung ke pembeli namun
kebersihan penjamu dalam pendistribusian perlu diperhatikan.
Penjamu seharusnya menggunakan sarung tangan, penutup kepala,
masker dan celemek yang sesuai standar serta tidak menggunakan
aksesoris seperti cincin dan lainnya. Selain itu lingkungan sekitar
pendistribusian harus dijaga sanitasinya. Peralatan yang digunakan
seperti sendok, piring dan pembungkus nasi seharusnya dalam
keadaan steril atau bersih.
a. Daging ayam
c. Minyak goreng
d. Bawang merah
Penentuan batas kritis pada bawang merah yaitu jika sudah rusak
atau busuk serta berubah warna hitam dan berjamur, pada saat itu bawang
merah sudah tidak dapat digunakan lagi.
e. Bawang putih
Penentuan batas kritis pada bawang putih yaitu jika sudah rusak
atau busuk serta berubah warna hitam dan berjamur, pada saat itu bawang
putih sudah tidak dapat digunakan lagi dan bisa jadi terdapat potensi
bahaya biologis seperti mikroorganisme.
f. Cabai besar
Penentuan batas kritis pada cabai besar yaitu jika sudah rusak atau
busuk, berubah menjadi lembek, dan berair , pada saat itu cabai besar
sudah tidak dapat digunakan lagi dan bisa jadi terdapat potensi bahaya
biologis seperti mikroorganisme.
g. Cabai rawit
Penentuan batas kritis pada cabai besar yaitu jika sudah rusak atau
busuk, berubah menjadi lembek, dan berair , pada saat itu cabai besar
sudah tidak dapat digunakan lagi dan bisa jadi terdapat potensi bahaya
biologis seperti mikroorganisme.
h. Jahe
Penentuan batas kritis pada jahe yaitu mengering dan berbau tidak
sedap, sehingga pada saat itu jahe sudah tidak dapat digunakan lagi
karena teksturnya tidak baik dan bisa jadi terdapat potensi bahaya
biologis seperti mikroorganisme.
i. Serai
C. Rekomendasi
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini pada bahan ayam bakar
sambal rica-rica yaitu, daging ayam, serai, jahe, bawang putih,bawang merah,
kecap, minyak, cabai kecil dan cabai besar diperoleh bahwa bahan mentah
B. Saran
saat melakukan pengolahan karena pada tahap ini sangat rentan terjadi
kontaminasi silang antara alat dan bahan yang digunakan. Dan senantiasa
pada saat menjajakan atau mengolah makanan yang akan dijualkan kepada
konsumen.
DAFTAR PUSTAKA
Arisman. 2009. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC.
Kurniawati, N. 2010. Sehat dan Cantik Alami Berkat Khasiat Bumbu Dapur.
Bandung: Mizan Pustaka.
Majewski M. 2004. Allium Sativum: Facts and Myths Regarding Human Health. J
Natl Ins Public Health.
Muhandri T, Kadarisman D. 2008. Sistem Jaminan Mutu Industri Pangan. Bogor:
IPB Press.Nasution MN. 2005. Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management).
Bogor: Ghalia Indonesia.
(RKT) Rencana Kerja Tahunan. 2018.
SNI 01-4852-1998. 1998. Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis
(HACCP) Serta Pedoman Penerapannya. Badan Standarisasi Nasional.
SNI 7388:2009. 2009. Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalam Pangan. Badan
Standarisasi Nasional.
Supriyanto. 2008. Potensi Ekstrak Sereh Wangi (Cymbopogon nardus L.) Sebagai
Anti Streptococcus mutans. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Surono, I. S., Sudibyo, A., & Waspodo, P. 2016. Pengantar Keamanan Pangan
untuk Industri Pangan. Yogyakarta: Deepublish.