Anda di halaman 1dari 10

Hubungan Antara Riwayat Pemberian Imunisasi dan Penyakit Infeksi dengan

Status Gizi pada Anak Usia 24-59 Bulan di Kecamatan


Ratahan Kabupaten Minahasa Tenggara.
(Relationship Between History of Immunization and Infectious Disease with
Nutritional Status in Children aged 24-59 Months in Ratahan Subdistrict,
Southeast Minahasa Regency)
1) 1) 1)
Elshaday Kasim *, Nancy Malonda , Marsella Amisi
*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi, Manado 95115
*Email korespondensi:enkasim96@gmail.com

Diterima 15 Februari 2019, diterima untuk dipublikasi 28 Februari 2019


ABSTRAK
Riwayat pemberian imunisasi dan penyakit infeksi erat kaitannya dengan
pertumbuhan dan perkembangan anak berusia di bawah lima tahun. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis hubungan antara riwayat pemberian imunisasi dan
penyakit infeksi dengan status gizi pada anak usia 24-59 bulan di Kecamatan
Ratahan Kabupaten Minahasa Tenggara. Metode observasional analitik dengan
rancangan penelitian cross sectional study. Penelitian ini adalah anak usia 24-59
bulan dengan jumlah 447 balita, teknik pengambilan sampel yaitu simple random
sampling dengan penentuan jumlah sampel dilakukan dengan cara perhitungan
menggunakan rumus slovin sehingga jumlah sampel yang diambil yaitu 88 sampel.
Riwayat pemberian imunisasi, penyakit infeksi dan status gizi diukur menggunakan
kuesioner dan pengukuran antropometri dengan alat timbangan untuk mengukur
berat badan, serta microtoise untuk mengukur tinggi badan, kemudian menghitung
z-score. Berdasarkan hasil uji chi square mendapati tidak adanya hubungan antara
riwayat pemberian imunisasi dengan status gizi menurut indeks antropometri TB/U,
BB/U, BB/TB dan tidak adanya hubungan antara penyakit infeksi dengan status gizi
menurut TB/U, BB/U dan BB/TB.
Kata Kunci : Imunisasi, penyakit infeksi, status gizi. Kabupaten Minahasa
Tenggara.

ABSTRACT
History of Immunization and Infectious Disease is a factor that is very closely
related to the growth and development of children under the age of five. This study
aims to determine the relationship between the History of Immunization and
Infectious Disease with Nutritional Status in Children aged 24-59 Months in
Ratahan Subdistrict, Southeast Minahasa Regency. Analytical observational
method with cross sectional study design. This study is a child aged 24-59 months
with a total of 447 toddlers, the sampling technique is simple random sampling by
determining the number of samples carried out by calculation using the slovin
formula so that the number of samples taken is 88 samples. History of
immunization, infectious disease and nutritional status was measured using a
questionnaire and anthropometric measurements with a scale tool to measure
weight, and microtoise to measure height, then calculate the z-score. Based on the
results of the chi square test, there was no correlation between the history of
immunization and nutritional status according to the anthropometric index TB / U,
BB / U, BB / TB and the absence of an association between infectious diseases and
nutritional status according to TB / U, BB / U and BB / TB.
Keywords: Immunization, infectious disease, nutritional status, Southeast Minahasa
Regency

PENDAHULUAN baik dapat di tentukan dari kualitas


Masalah Status Gizi kurang balita yang baik pula. Oleh sebab itu
mempengaruhi kualitas generasi harus dilakukan pengawasan kepada
selanjutnya. Generasi mendatang yang status gizi balita supaya dapat
Kasim dkk., Hubungan antara… 35

mengurangi masalah gizi dengan prioritas untuk menurunkan


(Susiloningrum 2017). angka kejadian gizi kurang menjadi 32%
Menurut hasil Riset Kesehatan (Kemenkes RI, 2015). Faktor yang
Dasar (Riskesdas), di Indonesia jumlah mempengaruhi status gizi pada anak
anak yang menderita gizi kurang tahun balita adalah pemberian imunisasi dan
2007 pada umur dibawah 5 tahun penyakit infeksi (Aridiyah et al. 2015).
adalah 36,8%. Pada tahun 2010 Sejak tahun 1956 di Indonesia telah
mengalami penurunan menjadi 35,6%, melaksanakan program imunisasi
tahun 2013 terjadi penurunan sebesar sebagai upaya dalam mengurangi
3,2%. Presentasi gizi kurang di Sulawesi kasus penyakit yang biasa dicegah oleh
Utara pada tahun 2015 yang di peroleh imunisasi. Imunisasi menjadi salah satu
dari pemantauan status gizi oleh upaya investasi kesehatan yang murah
Kementrian Kesehatan yaitu 15,9% dilakukan dalam mencegah penyakit.
pendek dan 6,3% sangat pendek. World Salah satu program yang menjadi
Health Organization (WHO) mengatakan prioritas pembangunan kesehatan tahun
bahwa sampai pada tahun 2017 2015-2019 yaitu penurunan prevalensi
terdapat kurang lebih 178 juta anak- balita pendek yaitu dengan
anak yang berumur dibawah 5 tahun meningkatkan status gizi dari
mengalami gizi kurang .Pola asuh, masyarakat. Salah satu upaya yang
ketersediaan pangan sanitasi dilakukan dalam mengintervensi
lingkungan, dan pelayanan kesehatan kejadian stunting pada balita yaitu
yang meliputi akses imunisasi dapat dengan imunisasi dasar yang lengkap
menyebabkan stunting. Lambatnya (Kemenkes RI 2016).
pertumbuhan anak dan imunitas yang Hasil riset kesehatan dasar tahun
masih rendah, serta menurunnya 2013 mengenai cakupan imunisasi
prestasi belajar, mengganggu lengkap meningkat dari tahun 2007
produktifitas merupakan akibat dari sampai 2013 yaitu dari 41,6% ditahun
status gizi. Kemiskinan serta masalah 2007 meningkat menjadi 59,2% akan
gizi menjadi poin satu dan dua dalam tetapi ditahun 2013 terdapat 32,1%
Sustainable Development Goals (SDGs) balita yang belum diimunisasi lengkap
(Riskesdas 2013). dan masih ada sebanyak 8,7% balita
Hasil Riset Kesehatan Dasar yang belum diberikan imunisasi. Pada
tahun 2013 menunjukan bahwa di tingkat provinsi , Sulawesi Utara dengan
Sulawesi Utara prevalensi status gizi tingkat prevalensi pencapaian imunisasi
balita sangat pendek sebesar 17% dan sebesar 79,09 yang belum memenuhi
balita yang pendek sebesar 17,8%. Di target WHO 90%. (Ditjen PPPL,
Kabupaten Minahasa Tenggara Kemenkes RI 2013). Berdasarkan
menunjukkan bahwa prevalensi balita dengan data Puskesmas Ratahan, bayi
sangat pendek masih terbilang tinggi yang mendapatkan imunisasi dasar
yaitu sebesar 20,9% dan prevalensi berjumlah 1041 bayi (Anonim 2016¹).
balita pendek sebesar 20,9% hal ini Pemberian Imunisasi berupaya untuk
menyatakan bahwa jumlah balita yang menurunkan kejadian penyakit yang
sangat pendek dan pendek di Minahasa bias dicegah melalui pemberian
Tenggara lebih tinggi dibandingkan imunisasi. Penyakit infeksi yang sering
prevalensi di Sulawesi utara (Suharmiati menyerang anak yaitu infeksi
et al. 2013). pernafasan ISPA dan pencernaan Diare.
Masalah yang berkaitan Penyakit infeksi terutama infeksi
perkembangan gizi masih sangat pernafasan dan pencernaan merupakan
kompleks ditemui di Indonesia. Masalah penyebab kematian terbesar pada anak
mengenai kurang gizi perlu diperhatikan di negara berkembang termasuk
serta perlu untuk ditangani serius, Indonesia (Gerungan 2014). Kasus di
berbagai upaya yang dilakukan untuk Indonesia pada tahun 2016, jumlah
menanggulangi masalah stunting anak balita yang mengalami diare
36 JURNAL BIOS LOGOS, FEBRUARI 2019, VOL.9 NOMOR 1

36,9% dan di Sulawesi Utara terdapat berjumlah 30 sampel dan umur 48-59
9,7% mengalami diare. Kasus ISPA bulan berjumlah 29 sampel. Responden
yang di dapati di Indonesia berjumlah dalam penelitian ini yaitu ibu kandung
503,738% dan di Sulawesi Utara dari sampel. Umur ibu dibagi menjadi
terdapat 55,9% mengalami ISPA tiga kategori mulai dari 17-28 tahun
(Kemenkes RI 2017). Penelitian ini berjumlah 34 responden, 29-40 tahun
bertujuan untuk menganalisis hubungan berjumlah 35 responden dan 41-53
antara riwayat pemberian imunisasi dan tahun berjumlah 19 responden (Tabel 1)
penyakit infeksi dengan status gizi pada
anak usia 24-59 bulan di Kecamatan Tabel 1. Karakteristik umum jenis
Ratahan Kabupaten Minahasa kelamin dan umur
Tenggara.
Karakteristik N %
METODE PENELITIAN Jenis Kelamin Sampel
Penelitian ini dilaksanakan di Perempuan
Kecamatan Ratahan Kabupaten Laki-laki 40 45,5
Minahasa Tenggara. Kecamatan 48 54,5
Ratahan terdiri dari 2 desa dan 9 Umur
kelurahan yaitu, Desa Rasi, Desa Rasi 1. Sampel (bulan)
Satu, Kelurahan Nataan, Kelurahan a. 24-35 29 33
Lowu I, Kelurahan Lowu II, Kelurahan b. 36-47 30 34
Lowu Utara, Kelurahan Tosuraya, c. 48-59 29 33
2. Ibu (tahun)
Kelurahan Tosuraya Selatan, Kelurahan
a. 17-28 34 38,6
Tosuraya Barat, Kelurahan Wawali, b. 29-40 35 39,8
Kelurahan Wawali Pasan c. 41-53 19 21,6
Desain menggunakan deskriptif
analitik dengan metode cross sectinal Pendidikan ibu paling banyak
study. Sampel dalam penelitian ini yaitu berpendidikan SMA dengan jumlah
berjumlah 88 responden yang diperoleh 47 responden,berpendidikan SMP
secara simple random sampling. dengan jumlah 23 respnden,
Instrumen penelitian yang digunakan
berpendidikan SD dengan jumlah 6
yaitu kuesioner mengenai riwayat
responden, berpendidikan S1 dengan
pemberian imunisasi dan penyakit
jumlah 7 responden, berpendidikan
infeksi, microtois untuk mengukur tinggi
diploma dengan jumlah 4 responden,
badan balita dengan ketelitian 0,1 cm,
dan yang paling kurang tidak tamat SD
dan timbangan untuk menimbang berat
badan. Analisis data menggunakan dengan jumlah 1 responden (Tabel 2).
analisis univariat dan bivariat Status gizi sampel berdasarkan
menggunakaan uji chi square dengan indeks antropometri Berat Badan
a= 0,05. Menurut Umur (BB/U) yaitu sebesar
20.5% yang mengalami status gizi
HASIL PENELITIAN kurang dan 79.5% mengalmi status gizi
Analisis Univariat baik. Gambaran status gizi sampel
Karakteristik umum berjumlah 88 menurut Tinggi Badan berdasarkan
sampel. Berdasarkan jenis kelamin, Umur (TB/U) sebesar 38.6% mengalami
yaitu 40 sampel berjenis kelamin status gizi pendek dan 61.4% memiliki
perempuan dan 48 sampel berjenis status gizi yang normal. Gambaran
kelamin laki-laki, sampel laki-laki lebih status gizi sampel berdasarkan Berat
banyak dari pada sampel perempuan. Badan Menurut Tinggi Badan yaitu 6.8%
Karakteristik sampel berdasarkan umur memiliki status gizi yang kurus dan
yaitu kelompok umur 24-35 bulan 93.2% memiliki status gizi yang normal
berjumlah 29 sampel, umur 36-47 bulan (Tabel 3).
Kasim dkk., Hubungan antara… 37

Tabel 2. Karakteristik umum pendidikan hepatitis berjumlah 87 (98.9 %) dan 1


ibu dan pekerjaan ibu (1.1 %) balita tidak mendapat imunisasi
hepatitis (Tabel 4)
Karakteristik N %
Pendidikan Ibu Tabel 4. Gambaran riwayat pemberian
Tidak Tamat SD 1 1,1 imunisasi pada balita
SD 6 6,8
SMP 23 26,1 Variabel N %
SMA 47 53,4 Lengkap 84 95,5
D1/DII/DIII 4 4,5 Imunisasi Tidak
S1 7 8 Lengkap 4 4,5
Pekerjaan Ibu Ya 87 98,9
IRT 69 78,4 BCG Tidak 1 1,1
PNS 7 8,0
Pegawai Honorer 2 2,3 Ya 87 98,9
DPT
Pegawai Swasta 6 6,8 Tidak 1 1,1
Wiraswasta 4 4,5 Ya 88 100,0
Polio
Tidak 0 0
Ya 85 96,6
Campak
Tidak 3 3,4
Tabel 3. Gambaran status gizi Ya 87 98,9
Hepatitis
Tidak 1 1,1
Status Gizi N %
Gizi buruk 0 0 Gambaran penyakit infeksi pada
BB/ balita yang mengalami penyakit infeksi
U Gizi Kurang 18 20,5
berjumlah 26 (29,5%) dan 62 (70,5%)
Gizi Baik 70 79,5 tidak mengalami penyakit infeks (Tabel
Gizi Lebih 0 0 5).
Sangat Pendek 0 0
TB/ Pendek 34 38,6 Tabel 5. Gambaran penyakit infeksi
U Normal 54 61,4 pada balita
Tinggi 0 0
Variabel N %
Sangat Kurus 0 0
BB/ Ya 26 29,5
TB Kurus 6 6.8 Penyakit Infeksi Tidak 62 70,5
Baik 82 93,2
Gemuk 0 0
Analisis Bivariat
Status gizi balita menurut BB/U
Riwayat pemberian imunisasi yang mempunyai status gizi kurang
balita yang mendapatkan imunisasi sebanyak 18 (20.5%) balita. Bagi balita
lengkap berjumlah 84 (95.5 %) balita yang mempunyai status gizi kurang dan
dan 4 (4.5 %) balita belum diberikan diberikan imunisasi lengkap sebanyak
imunisasi dasar lengkap. Balita yang 17 (19.3%), sebanyak 1 (1.1%) balita
memiliki imunisasi BCG sebanyak 87 yang mempunyai status gizi kurang
(98.9 %) dan 1 (1.1 %) balita yang yang belum mendapatkan imunisasi
belum diberikan imunisasi BCG. Balita dasar lengkap. Status gizi baik pada
yang memiliki imunisasi DPT sebesar 87 balita sebanyak 70 (79.5%). Bagi balita
(98.9 %) dan 1 (1.1 %) balita yang yang mempunyai status gizi baik yang
belum memiliki imunisasi DPT. Semua telah diberikan imunisasi lengkap 67
balita mendapatkan imunisasi polio. (76.1%), sebanyak 3 (3.4%) balita yang
Balita yang diberikan imunisasi campak mempunyai status gizi baik akan tetapi
sebanyak 85 (96.6 %) dan 3 (3.4 %) belum mendapatkan imunisasi lengkap.
balita belum dibrikan imunisasi campak. Berdasarkan hasil penelitian ini
Balita yang mendapatkan imunisasi mendapati p value = 1000, sehingga
38 JURNAL BIOS LOGOS, FEBRUARI 2019, VOL.9 NOMOR 1

penelitian ini menyatakan bahwa tidak status gizi normal dan diberikan
adanya hubungan antara riwayat imunisasi lengkap sebesar 78 (88.6 %),
pemberian imunisasi dengan status gizi 4 (4.5%) balita yang mempunyai status
berdasarkan BB/U (Tabel 6). gizi yang normal dan tidak diberikan
imunisasi yang lengkap. Berdasarkan
Tabel 6. Hubungan riwayat pemberian hasil penelitian ini menyatakan bahwa p
imunisasi dengan status gizi value = 1000, sehingga dari penelitian
balitaberdasarkan BB/U ini menyatakan bahwa tidak adanya
hubungan antara riwayat pemberian
Status gizi balita imunisasi dengan status gizi
Imuni- BB/U p berdasarkan BB/TB (Tabel 8).
Total
sasi Gizi value
Gizi Baik
Kurang
N % N % N % Tabel 7. Hubungan riwayat pemberian
imunisasi dengan status gizi balita
Tidak
1 1.1 3 3.4 4 4.5 1.000 berdasarkan TB/U
Lengkap
Lengkap 17 19.3 67 76.1 84 95.1 Status gizi balita
Imuni- TB/U p
Total 18 20.5 70 79.5 88 100.0 Total
sasi value
Pendek Normal
*Fisher’s Exact Test
N % N % N %
Status gizi balita menurut TB/U Tidak
yang mempunyai status gizi pendek 2 2.3 2 2.3 4 4.5 0.638
Lengkap
sebanyak 34 (38.6%) balita. Bagi balita
yang mempunyai status gizi pendek dan Lengkap 32 36.4 52 59.1 84 95.5
diberikan imunisasi lengkap sebanyak
Total 34 38.6 54 61.4 88 100.0
32 (36.4%) dan 2 (2.3%) balita yang
mendapatkan status gizi pendek yang
tidak diberikan imunisasi lengkap. Status gizi balita menurut BB/U
Status gizi balita yang normal 54 yang mempunyai status gizi yang
(61.4%). Bagi balita yang mempunyai kurang sebesar 18 (20.5%) balita. Bagi
status gizi normal dan diberikan balita yang mempunyai status gizi yang
imunisasi lengkap sebesar 52 (59.1%)
kurang yang memiliki penyakit infeksi
dan 2 (2.3%) balita yang mempunyai
status gizi normal yang tidak diberikan sebesar 8 (9.1%) dan sebesar 10
imunisasi lengkap. Berdasarkan hasil (11.4%) balita yang mendapatkan status
penelitian ini mendapati bahwa p value gizi yang kurang yang tidak mempunyai
= 0.638, sehingga dari penelitian ini penyakit infeksi. Status gizi balita yang
menyatakan bahwa tidak ditemukan baik 70 (79.5%) balita. Bagi balita yang
hubungan antara riwayat pemberian mendapatkan status gizi kurang yang
imunisasi dengan status gizi
berdasarkan TB/U (Tabel 7). mempunyai penyakit infeksi sebesar 18
Status gizi balita menurut BB/TB (20.5%) dan sebesar 52 (59.1%) balita
yang mempunyai status gizi yang kurus yang mendapatkan status gizi yang baik
sebanyak 6 (6.8%) balita. Bagi balita yang tidak ditemukan adanya penyakit
yang mempunyai status gizi yang kurus infeksi. Berdasarkan hasil penelitianini
yang memiliki imunisasi lengkap 6 mendapati bahwa p value = 0.206,
(6.8%) dan tidak didapati balita yang
sehingga dari penelitian ini mendapati
mempunyai status gizi kurus yang tidak
diberikan imunisasi yang lengkap. bahwa tidak adanya hubungan penyakit
Status gizi balita yang normal sebanyak infeksi dengan status gizi berdasarkan
82 (93.2%). Bagi balita yang mempunyai BB/U (Tabel 9).
Kasim dkk., Hubungan antara… 39

Tabel 8. Hubungan riwayat pemberian tidak adanya hubungan antara


imunisasi dengan status gizi balita hubungan antara penyakit infeksi
berdasarkan BB/TB dengan status gizi berdasarkan TB/U
(Tabel 10).
Status gizi balita
Imuni- BB/TB p
Total Tabel. 10 Hubungan Penyakit Infeksi
sasi value
Pendek Normal Dengan Status Gizi Balita berdasarkan
N % N % N %
TB/U

Tidak Status gizi balita


0 0.0 4 4.5 4 4.5 1.000
Lengkap Penyakit TB/U p
Total
Lengkap 6 6.8 78 88.6 84 95.5 Infeksi Pendek Normal value

Total 6 6.8 82 93.2 88 100.0 N % N % N %


*Fisher’s Exact Test Ya 11 12.5 15 17.0 26 29.5 0.827
Tidak 23 26.1 39 44.3 62 70.5
Total 34 38.6 54 61.4 88 100.0
Tabel 9. Hubungan penyakit infeksi
dengan status gizi balita berdasarkan
Gizi balita menurut BB/TB yang
BB/U
mendapatkan status gizi kurus
Status gizi balita sebanyak 6 (6.8%) balita. Bagi balita
Penyakit BB/U p yang mempunyai status gizi yang kurus
Total
Infeksi Gizi Gizi Baik value yang mendapatkan penyakit infeksi
Kurang
sbanyak 1 (1.1%) dan sebanyak 5
N % N % N % (5.7%) balita mempunyai status gizi
Ya 8 9.1 18 20.5 26 29.5 0.206 yang kurus yang tidak ditemukan
Tidak 10 11.4 52 59.1 62 70.5 adanya penyakit infeksi (Tabel 11).
Total 18 20.5 70 79.5 88 100.0
Tabel. 11 Hubungan penyakit infeksi
Status gizi balita menurut TB/U dengan status gizi balita berdasarkan
yang mempunyai status gizi yang BB/TB
pendek sebesar 34 (38.6%) balita. Bagi
balita yang mempunyai status gizi Status gizi balita
pendek yang menderita penyakit infeksi Penyakit BB/TB p
Total
Infeksi Kurus Normal value
sebesar 11 (12.5%) dan 23 (26.1%)
balita yang mempunyai status gizi
pendek yang tidak ditemukan adanya N % N % N %
penyakit infeks. Status gizi balita yang Ya 1 1.1 25 28.4 26 29.5 0.665
normal 54 (61.4%). Bagi balita yang Tidak 5 5.7 57 64.8 62 70.5
mempunyai status gizi yang normal Total 6 6.8 82 93.2 88 100.0
yang menderita penyakit infeksi sebesar *Fisher’s Exact Test
52 (59.1%) dan 2 (2.3%) balita yang
mempunyai status gizi yang normal Status gizi balita yang normal
yang tidak ditemukan adanya penyakit sebanyak 82 (93.2%) balita. Bagi balita
infeks. Berdasarkan hasil penelitian ini yang mempunyai status gizi yang
menyatakan p value = 0.638, sehingga normal yang mendapatkan penyakit
dari penelitian ini menyatakan bahwa infeksi sebanyak 25 (28.4%) dan 57
40 JURNAL BIOS LOGOS, FEBRUARI 2019, VOL.9 NOMOR 1

(64.8 %) balita mempunyai status gizi (23,8%) memiliki status gizi kurang dan
yang normal yang tidak ditemukan 77 balita (76,2%) memiliki status gizi
adanya penyakit infeksi. Berdasarkan baik. Distribusi status gizi balita
berdasarkan TB/U menunjukan terdapat
hasil dari penelitian ini menyatakan p =
1 balita (1,0%) memiliki status gizi
value 0.665, sehingga dari penelitian ini sangat pendek, 25 balita (24,7%)
menyatakan bahwa tidak adanya memiliki status gizi pendek, dan 75
hubungan penyakit infeksi dengan balita (74,3%) memiliki status gizi
status gizi berdasarkan BB/TB. normal. Distribusi status gizi balita
berdasarkan BB/TB menunjukan balita
PEMBAHASAN (2,0%) memiliki status gizi sangat kurus,
Karakteristik Responden Penelitian 8 balita (7,9%) memiliki status gizi kurus
Masalah gizi pada anak lebih dan 91 balita (74,3%) memiliki status
banyak terdapat pada kelompok gizi normal.
responden dengan pendidikan tamat
SMA, DIII, dan SI dari pada responden Hubungan antara Riwayat Pemberian
yang memiliki pendidikan dibawahnya. Imunisasi dengan Status Gizi (BB/U)
Kelompok responden dengan Hasil penelitian ini didapatkan
pendidikan SMA, DIII dan SI juga bahwa riwayat pemberian imunisasi
memiliki jumlah anak yang berstatus gizi yang lengkap 76.1% yang memiliki gizi
normal dibandingkan jenjang pendidikan baik dan 19.3% yang memiliki gizi
dibawahnya. Balita yang memiliki kurang. Tidak mendapat imunisasi
masalah gizi berasal dari kelompok ibu lengkap 3.4% yang memiliki gizi baik
yang tidak bekerja dari pada ibu yang dan .1.1% yang memiliki gizi kurang.
bekerja, sekaligus kelompok balita yang Dari hasil uji statistik didapatkan p value
memiliki status gizi normal juga berasal 1.000, sehingga tidak terdapat
dari kelompok ibu yang tidak bekerja. hubungan yang bermakna antara
riwayat pemberian imunisasi dengan
Status Gizi status gizi berdasarkan BB/U.
Terdapat 34 (38.6%) balita yang Berbeda dengan hasil penelitian
memiliki status gizi yang pendek, 54 yang dilakukan oleh Vindriana (2012) di
(61.4%) balita memiliki status gizi yang kelurahan Watonea wilayah kerja
normal. Indeks status gizi BB/U terdapat Puskesmas Katobu Kabupaten Muna,
18 (20.5%) balita memiliki status gizi dimana terdapat hubungan yang
yang dikategorikan gizi kurang, 70 bermakna antara kelengkapan imunisasi
(79.5%) balita memiliki status gizi yang dengan status gizi, diperoleh nilai p=
dikategorikan gizi baik. Indeks status 0,000 yang berarti lebih kecil dari nilai α
gizi BB/TB terdapat 6 (6.8%) balita (0,05). Faktor ibu sangat berperan nyata
memiliki status gizi yang dikategorikan dalam menentukan status gizi anak.
kurus dan 82 (93.2%) balita memiliki Menurunnya status gizi pada anak dapat
status gizi yang dikategorikan normal. disebabkan oleh munculnya penyakit
Hasil penelitian Sinaga (2014), didapati infeksi pada anak, status ekonomi yang
bahwa balita yang berstatus gizi pendek kurang dan pola asuh orang tua yang
berjumlah 38 (62.3%) dan 13 (21.3%) tidak baik.
memiliki status gizi normal. Indeks
status gizi berdasarkan BB/U yang Hubungan antara Riwayat Pemberian
memiliki status gizi kurang berjumlah 5 Imunisasi dengan Status Gizi (TB/U)
(8.2%) balita dan 56 (91.8%) balita Hasil penelitian ini didapatkan
memiliki status gizi baik. bahwa balita yang memiliki status gizi
Hasil penelitian Cristina (2017) normal yang mendapatkan imunisasi
distribusi status gizi balita berdasarkan lengkap berjumlah 59.1% dan 36.4%
BB/U menunjukan terdapat 24 balita yang memiliki status gizi pendek. Balita
yang memiliki status gizi pendek yang
Kasim dkk., Hubungan antara… 41

mendapat imunisasi lengkap berjumlah memberikan perlindungan pada anak


2.3% dan 2.3% balita yang memiliki tersebut tetapi juga berdampak kepada
status gizi normal. Hasil uji statistik anak lainnya, karena terjadi tingkat
didapatkan p value 0.638, sehingga imunitas umum yang meningkat dan
tidak terdapat hubungan yang bermakna mengurangi penyebaran infeksi
antara pemberian imunisasi dengan
status gizi berdasarkan TB/U. Sejalan Hubungan antara Penyakit Infeksi
dengan penelitian yang dilakukan oleh dengan status gizi BB/U
Gaol (2016) di Wilayah Kerja Balita yang mengalami penyakit
Puskesmas Kombos, dimana tidak infeksi dan memiliki status gizi yang baik
terdapat hubungan antara pemberian berjumlah 20,7% dan 5,3% yang
imunisasi dengan status gizi, diperoleh memiliki status gizi kurang. Balita yang
nilai p=0.945 yang berarti lebih besar tidak mengalami penyakit infeksi dan
dari α (0.05). memiliki status gizi baik berjumlah
Menurut Sastroasmoro (2007) 49,3% dan 12,7% yang memiliki gizi
upaya untuk memperoleh kekebalan kurang. Hasil uji statistik didapatkan p
dalam hal ini kekebalan terhadap value 0.206, sehingga tidak terdapat
penyakit infeksi adalah dengan hubungan yang bermakna antara
melakukan imunisasi. Imunisasi dalam penyakit infeksi dengan status gizi
sistem kesehatan nasional adalah salah BB/U.
satu bentuk intervensi kesehatan yang Sejalan dengan penelitian yang
sangat efektif dalam upaya menurunkan dilakukan oleh Putri (2015) di Desa
angka kematian balita. Faktor Mopusi Kecamatan Loloyan Kabupaten
pendidikan dari ibu dapat menentukan Bolaang Mongondow Induk, dimana
baik tidaknya pertumbuhan dari anak tidak terdapat hubungan antara penyekit
tersebut. infeksi dengan status gizi BB/U,
diperoleh nilai p=0.268 yang berarti lebih
Hubungan antara Riwayat Pemberian besar dari α=0.05. Berbeda dengan
Imunisasi dengan Status Gizi (BB/TB) penelitian yang dilakukan oleh
Hasil penelitian ini didapatkan Dirgantara (2017) di Kecamatan Kelapa
bahwa balita yang memiliki status gizi Lima Kota Kupang dimana p value
normal dan mendapatkan imunisasi 0.024 yang berarti lebih kecil dari
lengkap berjumlah 88.6% dan 6.8% α=0.05, dari hasil penelitian Dirgantara
balita yang memiliki status gizi kurus. Dikatakan bahwa penyakit infeksi
Balita yang memiliki status gizi normal sangat berpengaruh terhadap status gizi
dan tidak mendapat imunisasi lengkap anak dikarenakan adanya penurunan
berjumlah 4.5% dan 0.0% balita yang nafsu makan. Pola makan yang salah,
memiliki status gizi kurus.Hasil uji pola asuh anak berpengaruh pada
statistik didapatkan nilai p value 1.000, timbulnya kurang gizi/penyakit infeksi.
sehingga tidak terdapat hubungan yang Anak yang diasuh ibunya sendiri dengan
bermakna antara riwayat pemberian kasih sayang, apalagi ibunya
imunisasi dengan status gizi berpendidikan, manfaat pelayanan
berdasarkan BB/TB. kesehatan, pentingnya ASI pada anak
Berbeda dengan penelitian yang dan sanitasi lingkungan yang bersih
dilakukan oleh Gaol (2016) di Wilayah dapat menjadi faktor utama agar anak
Kerja Puskesmas Kombos, dimana tidak mendapat penyakit infeksi.
terdapat hubungan antara pemberian
imunisasi dengan status gizi Hubungan antara Penyakit Infeksi
berdasarkan BB/TB, diperoleh nilai dengan Status Gizi TB/U
p=0.016 yang berarti lebih kecil dari Status gizi normal dan mengalami
α=0.05. Pendapat Erwin (2015) penyakit infeksi berjumlah 17,0% dan
menyebutkan bahwa dengan melakukan 12.5% balita yang memiki status gizi
imunisasi kepada balita, tidak hanya
42 JURNAL BIOS LOGOS, FEBRUARI 2019, VOL.9 NOMOR 1

pendek. Balita yang tidak mengalami Hasil penelitian ini sejalan dengan
penyakit infeksi 44.3% yang memiliki penelitian yang dilakukan oleh Gaol
status gizi normal dan 26.1% yang (2016) di wilayah kerja Puskesmas
memiliki status gizi pendek. Dari hasil uji Kombos Kota Manado, dimana tidak
statistik didapatkan nilai p value 0.827, terdapat hubungan yang bermakna
antara penyakit infeksi dengan status
sehingga tidak terdapat hubungan yang
gizi BB/TB, diperoleh nilai p=0.348 yang
bermakna antara penyakit infeksi berarti lebih besar dari α=0.05. Sejalan
dengan status gizi TB/U. juga dengan hasil penelitian yang
Hasil penelitian ini sejalan dilakukan oleh Putri (2016) di Desa
dengan penelitian yang dilakukan oleh Mopusi Kecamatan Loloyan Kabupaten
Gaol (2016) di wilayah kerja Puskesmas Bolaang Mongondow Induk, dimana
Kombos Kota Manado, dimana tidak tidak terdapat hubungan yang bermakna
terdapat hubungan yang bermakna antara penyekit infeksi dengan status
antara penyakit infeksi dengan status gizi (BB/TB), diperoleh nilai p=0.372
gizi TB/U, diperoleh nilai p=0.270 yang yang berarti lebih besar dari α=0.05.
Berbeda dengan penelitian yang
berarti lebih besar dari α=0.05.
dilakukan oleh Handayani (2017) di
Sejalan juga dengan penelitian Wilayah Kerja Puskesmas Seberang
yang dilakukan oleh Putri (2016) di Desa Padang, dimana terdapat hubungan
Mopusi Kecamatan Loloyan Kabupaten antara penyakit infeksi dengan status
Bolaang Mongondow Induk, dimana gizi. Dari hasil uji statistik didapatkan
tidak terdapat hubungan antara penyakit nilai p=0.001 yang berarti lebih kecil dari
infeksi dengan status gizi TB/U, α=0.05. Menurut Rahmawati (2008),
diperoleh nilai p=0.580 yang berarti lebih semakin baik status gizi balita maka
besar dari α=0.05. Gizi mempunyai semakin besar peluang tidak menderita
peran sangat penting dalam penyakit infeksi. Status gizi yang baik
umumnya akan meningkatkan resistensi
pemeliharaan kesehatan tubuh balita.
tubuh terhadap penyakit-penyakit
Jika balita mengalami status gizi kurang infeksi. Faktor utama timbulnya penyakit
maka akan mempermudah infeksi yaitu seperti kondisi lingkungan
kumankuman patogen menyerang tubuh yang buruk dan status imunitas yang
sehingga terjadi infeksi. Maka dari itu rendah. Lingkungan didalam rumah
untuk mengurangi angka kejadian yang penuh dengan asap rokok juga
penyakit infeksi maka status gizi balita menyebabkan anak lebih mudah
harus selalu dijaga dan ditingkatkan. terserang penyakit infeksi saluran
pernafasan. Status imunitas rendah
Hubungan Antara Penyakit Infeksi selain memudahkan anak terserang
Dengan Status Gizi BB/TB infeksi juga menyebabkan durasi
Balita yang mengalami penyakit penyakit infeksi menjadi lama.
infeksi dan memiliki status gizi normal
berjumlah 28.4% dan 1.1% balita yang KESIMPULAN
memiliki status gizi kurus. Balita yang Hasil penelitian menunjukan
tidak mengalami penyakit infeksi bahwa tidak adanya hubungan antara
memilki status gizi normal berjumlah riwayat pemberian imunisasi dengan
64,8% dan 5.7% yang memiliki status status gizi anak usia 24-59 bulan
gizi kurus. Dari hasil uji statistik menurut indeks antropometri BB/U,
didapatkan p value 0.665, sehingga TB/U dan BB/TB. Hubungan antara
tidak terdapat hubungan yang bermakna penyakit infeksi dengan status gizi anak
antara penyakit infeksi dengan status usia 24-59 bulan menurut indeks
gizi BB/TB. antropometri BB/U, TB/U dan BB/TB
tidak terdapat hubungan.
Kasim dkk., Hubungan antara… 43

DAFTAR PUSTAKA
Riset kesehatan dasar (RISKESDAS)
Anonim (2016) Profil kesehatan
Kabupaten Minahasa Tenggara.. (2013) Badan penelitian dan
Cristina R (2017) Faktor-faktor yang pengembangan kesehatan
berhubungan dengan pemberian kementrian kesehatan RI.
imunisasi BCG dan DPT pada Sinaga P (2014) Hubungan status gizi
Bayi di Posyandu Beo diwilayah dan status imunisasi dengan
kerja Puskesmas Batahan kejadian infeksi Saluran
Kabupaten Mandailing Natal, Pernapasan Akut (ISPA) pada
Sumatera Utara.
Dirgantara A (2017) Hubungan riwayat balita di wilayah kerja puskesmas
penyakit infeksi dan pemberian Soposurung Kecamatan Balige
ASI eksklusif dengan status gizi Kabupaten Toba Samosir.
anak usia 7-12 bulan di Sastroasmoro S. 2007. Membina
Kecamatan Kelapa Lima, Kupang.. tumbuh kembang bayi dan balita.
Erwin H (2015) Hubungan pemberian ikatan dokter anak Indonesia,
ASI dan imunisasi dengan status Jakarta.
gizi anak 0-23 bulan di Pulau
Sulawesi. Syukriawati R (2011) Faktor-faktor yang
Gaol KL (2016) Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi
berhubungan dengan status gizi kurang pada anak usia 24-59
anak balita di wilayah kerja bulan di Kelurahan Pamulang
Puskesmas Kombos, Manado Barat Kota Tangerang Selatan
Gerungan GP (2014) Hubungan antara Tahun 2011. Program Studi
riwayat penyakit infeksi dengan KesMas Fakultas Kedokteran dan
kejadian stunting pada anak usia
13-36 bulan di wilayah kerja Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Puskesmas Tuminting, Manado. Hidayatullah, Jakarta.
Handayani R (2017) Faktor - faktor yang Susiloningrum WT (2017) Hubungan
berhubungan dengan status gizi pengetahuan ibu dan status
pada anak Balita. Padang. imunisasi dengan status gizi balita
Kementerian Kesehatan RI (2015) 2-3 tahun. Surakarta.
Rencana strategis kementerian Vindriana V (2015) Hubungan
kesehatan tahun 2015-2019.
Kementerian Kesehatan RI (2016) kelengkapan imunisasi dengan
Situasi Balita Pendek 2016. status gizi pada balita usia 1-5
Kementrin kesehatan RI (2017) Data tahun Di Kelurahan Watonea
dan informasi profil kesehatan Wilayah Kerja Puskesmas Katobu
Indonesia 2017 Kabupaten Muna.
Putri RF (2015) Faktor-faktor yang WHO (2010) Nutrition Landscape
berhubungan dengan status gizi Information System (NLIS)
anak balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Nanggalo, Padang. Country Profile Indicators.

Anda mungkin juga menyukai