Anda di halaman 1dari 77

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR ……. TAHUN 2013


TENTANG
STATUTA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa Keputusan Menteri Agama RI Nomor 93 Tahun


2007 tentang Statuta Universitas Islam Negeri Alauddin
tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan perkembangan
keadaan;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a, perlu menyusun Statuta Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar.
Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 47 Tahun 2003, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4286 Tahun 2003);
2. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 78 Tahun 2003, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4301 Tahun 2003);
3. Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2004, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355 Tahun 2004);
4. Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 157 Tahun 2005, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4586 Tahun 205);
5. Peraturan Pemerintah RI Nomor 13 Tahun 2002 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah RI Nomor 100
Tahun 2000 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil
Dalam Jabatan Struktural (Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 33 Tahun 2002, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4194 Tahun 2002);
6. Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2005, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496
Tahun 2005);
7. Peraturan Pemerintah RI Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
1
(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 48 Tahun
2005, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4502 Tahun 2005);
8. Peraturan Pemerintah RI Nomor 55 Tahun 2007 tentang
Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 124
Tahun 2007, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4769);
9. Peraturan Pemerintah RI Nomor 48 Tahun 2008 tentang
Pendanaan Pendidikan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 91 Tahun 2008, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4864 Tahun 2008);
10. Peraturan Pemerintah RI Nomor 37 Tahun 2009 tentang
Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 76 Tahun 2009, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5007);
11. Peraturan Pemerintah RI Nomor 41 Tahun 2009 tentang
Tunjangan Profesi Guru dan Dosen, Tunjangan Khusus
Guru dan Dosen, serta Tunjangan Kehormatan Professor
(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 85 Tahun
2009, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5016);
12. Peraturan Pemerintah RI Nomor 53 Tahun 2010 tentang
Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2010, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135
Tahun 2010);
13. Peraturan Pemerintah RI Nomor 17 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2010, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5105), sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah RI Nomor 66 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 112
Tahun 2010, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5157);
14. Keputusan Presiden RI Nomor 42 Tahun 2002 tentang
Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara sebagaimana telah diubah dengan Keputusan
Presiden RI Nomor 72 Tahun 2004;
15. Peraturan Presiden RI Nomor 57 Tahun 2005 tentang
Perubahan Institut Agama Islam Negeri Sunan Gunung
Djati Bandung menjadi Universitas Islam Negeri Sunan
Gunung Djati Bandung dan Perubahan Institut Agama
Islam Negeri Alauddin Makassar menjadi Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar;
16. Peraturan Presiden RI Nomor 20 Tahun 2008 tentang

2
Perubahan Keempat atas Peraturan Presiden RI Nomor 9
Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan
Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara
Republik Indonesia;
17. Peraturan Presiden RI Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedelapan atas Peraturan Presiden RI Nomor
10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon
I Kementerian Negara Republik Indonesia (Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4828);
18. Peraturan Presiden RI Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden RI
Nomor 91 Tahun 2011 tentang Pembentukan dan
Organisasi Kementerian Negara;
19. Peraturan Presiden RI Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian
Negara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Presiden RI Nomor 92 Tahun 2011 tentang Kedudukan
Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara;
20. Peraturan Menteri Agama RI Nomor 45 Tahun 2006
tentang Tata Cara Pemilihan Calon Rektor, Calon
Pembantu Rektor, Calon Dekan, dan Calon Pembantu
Dekan di Lingkungan Institut Agama Islam Negeri dan
Universitas Islam Negeri;
21. Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor
109/PMK.05/2007 tentang Dewan Pengawas Badan
Layanan Umum;
22. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 85
Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Statuta
Perguruan Tinggi;
23. Peraturan Menteri Agama RI Nomor 10 Tahun 2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama;
24. Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor
330/PMK.05/2008 tentang Penetapan Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar sebagai Instansi Pemerintah
yang Menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum;
25. Keputusan Menteri Agama RI Nomor 407 Tahun 2000
tentang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian
dalam dan/atau dari Jabatan pada Perguruan Tinggi
Agama Negeri di Lingkungan Departemen Agama;
26. Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 045 Tahun 2002
tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum;
27. Keputusan Menteri Agama RI Nomor 492 Tahun 2003
tentang Pendelegasian Wewenang Pemberian Kuasa
Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian dalam

3
dan/atau dari Jabatan pada Perguruan Tinggi Agama
Negeri di Lingkungan Departemen Agama;
28. Keputusan Menteri Agama RI Nomor 156 Tahun 2004
tentang Pedoman, Pengawasan, Pengendalian, dan
Pembinaan Program Diploma, Sarjana, dan Pascasarjana
pada Perguruan Tinggi Agama Islam;
29. Peraturan Menteri Agama RI Nomor 353 Tahun 2004
tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan
Tinggi Agama Islam;
30. Keputusan Menteri Agama RI Nomor 387 Tahun 2004
tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembukaan Program Studi
pada Perguruan Tinggi Agama Islam.

Memperhatikan : 1. Persetujuan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur


Negara dan Reformasi Birokrasi dalam surat Nomor :
B/2718.1/M.PAN-RB/9/2012 tanggal 26 September 2012
tentang Rekapitulasi Unit Organisasi dan Eselon di
lingkungan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar;
2. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 25
Tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar;
3. Hasil Rapat Senat Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar tanggal 16 dan 28 Mei 2013.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN MENTERI AGAMA RI TENTANG


STATUTA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
ALAUDDIN MAKASSAR.
PERTAMA : Menetapkan Statuta Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan
ini.
KEDUA : Segala ketentuan yang bertentangan dengan Peraturan ini
dinyatakan tidak berlaku.
KETIGA : Peraturan ini berlaku mulai pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 28 Mei 2013

MENTERI AGAMA RI,

SURYADARMA ALI

4
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ........TAHUN 2013

TENTANG

STATUTA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI


ALAUDDIN MAKASSAR

BAB I
PENDAHULUAN

Bagian Pertama
Dasar Pemikiran

Pasal 1
Bismillahirrahmanirrahim
Usaha untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, diperlukan peningkatan kemampuan
sumber daya manusia yang andal sebagai agent of change. Untuk itu pendidikan
yang berfungsi sebagai pengendali masyarakat (social control), perekayasa sosial
(social engineering), atau penyejahtera sosial (social welfare) merupakan hal yang
sangat penting dalam rangka membangun masyarakat Indonesia yang berkualitas,
selaras, serasi, dan seimbang antara kehidupan jasmani dan rohani.
Secara objektif, sebagian besar masyarakat Indonesia menaruh harapan agar
pengembangan ilmu pengetahuan agama dengan ilmu pengetahuan dan teknologi,
seni dan/atau olahraga dijiwai oleh nilai-nilai keislaman. Harapan tersebut
mendorong untuk menghadirkan Universitas Islam Negeri yang mengembangkan
ilmu-ilmu keislaman secara terpadu dengan ilmu-ilmu umum merupakan suatu
keharusan yang tidak dapat terelakkan.
Sejalan dengan tuntutan dan harapan masyarakat yang semakin meningkat
akan peran penyelenggaraan pendidikan tinggi Islam, maka Pemerintah Republik
Indonesia sebagai penentu kebijakan dalam penyelenggaraan setiap pendidikan
merespons dengan memberikan pelayanan pendidikan sesuai dengan tuntutan dan
harapan masyarakat serta falsafah bangsa dan perundang-undangan yang berlaku,
sehingga Institut Agama Islam Negeri Alauddin Makassar melakukan pengembangan
secara Institusional menjadi sebuah Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar diharapkan dapat mendorong
dan melaksanakan usaha integrasi keilmuan yang pada gilirannya dapat
menghilangkan dikotomi antara ilmu pengetahuan agama dengan ilmu pengetahuan
umum. Oleh karena itu, secara spesifik Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
akan menjadi wadah untuk mengkaji, menciptakan, mengembangkan, menerapkan
dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan/atau olahraga yang
bersumber dan dijiwai oleh nilai-nilai keislaman sehingga mampu menghasilkan

5
sarjana yang memiliki integritas moral, kemantapan akidah, keluhuran akhlak,
keluasan ilmu pengetahuan dan kematangan profesional yang pada akhirnya dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Sebagai pedoman dasar penyelenggaraan seluruh kegiatan perencanaan dan
pengembangan program serta kegiatan institusional dan operasional menuju tujuan
yang dicita-citakan, berkat rahmat Allah swt. dan berdasarkan Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2005 tentang Perubahan Institut Agama Islam
Negeri Alauddin Makassar menjadi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar,
disusunlah Statuta Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar sebagai berikut.

Bagian Kedua
Dasar Hukum

Pasal 2
1. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 430);
2. Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4586);
3. Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi;
4. Peraturan Pemerintah RI Nomor 17 Tahun 2010 jo. Peraturan Pemerintah RI
Nomor 66 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan
Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 115,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3859);
5. Peraturan Pemerintah RI Nomor 100 Tahun 2000 tentang Pengangkatan
Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2003 tentang Pengangkatan Pegawai
Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4194);
6. Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496);
7. Peraturan Pemerisntah RI Nomor 37 Tahun 2009 tentang Dosen.
8. Peraturan Presiden RI Nomor 57 Tahun 2005 tentang Perubahan Institut Agama
Islam Negeri Sunan Gunung Jati Bandung menjadi Universitas Islam Negeri
Sunan Gunung Jati Bandung dan Perubahan Institut Agama Islam Negeri
Alauddin Makassar menjadi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar;
9. Peraturan Presiden RI Nomor 94 Tahun 2006 tentang Perubahan Ketiga Atas
Peraturan Presiden RI Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia;
10. Peraturan Presiden RI Nomor 17 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketujuh Atas
Peraturan Presiden RI nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas
Eselon 1 Kementerian Negara Republik Indonesia;
11. Peraturan Menteri Agama RI Nomor 25 Tahun 2013 Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar;

6
12. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 045 Tahun 2002 tentang
Pedoman Penyusunan Kurikulum;
13. Peraturan Menteri Agama RI Nomor 45 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pemilihan
Calon Rektor, Calon Pembantu Rektor, Calon Dekan, dan Calon Pembantu
Dekan di Lingkungan Institut Agama Islam Negeri dan Universitas Islam Negeri
tanggal 28 Septermber 2006;
14. Keputusan Menteri Agama RI Nomor 407 Tahun 2000 tentang Pengangkatan,
Pemindahan, dan Pemberhentian dalam dan/atau dari Jabatan pada Perguruan
Tinggi Agama Islam Negeri di Lingkungan Departemen Agama;
15. Keputusan Menteri Agama RI Nomor 156 Tahu 2004 tentang Pedoman,
Pengawasan, Pengendalian dan Pembinaan Program Diploma, Sarjana dan
Pascasarjana pada Perguruan Tinggi Agama Islam;
16. Keputusan Menteri Agama RI Nomor 353 Tahun 2004 tentang Pedoman
Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi Agama Islam;
17. Keputusan Menteri Agama RI Nomor 387 Tahun 2004 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pembukaan Program Studi pada Perguruan Tinggi Agama Islam;
18. Peraturan Menteri Agama RI Nomor 3 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Departemen Agama;
19. Peraturan Menteri Agama RI Nomor 25 Tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.
20. Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum.
21. Keputusan Menteri Agama RI Nomor 93 Tahun 2007 tentang Statuta Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar.

Bagian Ketiga
Tujuan

Pasal 3
Statuta Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar dimaksudkan sebagai acuan
dasar dan pedoman sivitas akademika dan tenaga kependidikan Universitas Islam
Negeri (UIN) Alauddin Makassar.

Bagian Keempat
Ruang Lingkup

Pasal 4
Statuta sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 3 menjadi acuan dasar dan
pedoman bagi penyelenggaraan Tridharma Perguruan Tinggi dan penyelenggaraan
administrasi pada Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

7
BAB II
KETENTUAN UMUM

Pasal 5
Dalam peraturan ini, yang dimaksud dengan:
1. Statuta adalah Statuta Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
2. Universitas adalah Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
3. Kementerian adalah Kementerian Agama Republik Indonesia.
4. Menteri adalah Menteri Agama Republik Indonesia.
5. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Pendidikan Islam.
6. Senat Universitas adalah Senat Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
7. Senat Fakultas adalah Senat pada Fakultas dalam lingkungan Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar.
8. Rektor adalah Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
9. Dekan adalah Dekan Fakultas pada Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
10. Direktur adalah Direktur Pascasarjana Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar.
11. Ketua Lembaga adalah pemimpin Lembaga pada Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar.
12. Kepala Pusat adalah pemimpin pada Pusat di bawah Lembaga dan di bawah Unit
Pelaksana Teknis (UPT).
13. Dosen adalah dosen tetap dan tidak tetap Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar.
14. Dosen Tetap adalah dosen Pegawai Negeri Sipil yang diangkat oleh pemerintah
melalui Kementrian Agama RI dan dosen yang non Pegawai Negeri Sipil yang
diangkat oleh Rektor;
15. Dosen Tidak Tetap adalah dosen yang tidak diangkat secara tetap oleh yang
berwenang tetapi diangkat oleh Dekan atau Rektor untuk mengajarkan mata
kuliah tertentu setiap semester.
16. Mahasiswa adalah mahasiswa Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
17. Alumni adalah lulusan program akademik, profesi dan/atau vokasi pada
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
18. Sivitas Akademika adalah satuan yang terdiri dari dosen dan mahasiswa
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
19. Tenaga kependidikan adalah pegawai atau karyawan pada Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar.
20. Warga kampus adalah sivitas akademika dan tenaga kependidikan lainnya pada
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
21. Unit Pelaksana Teknis (UPT) adalah unsur penunjang pada Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar yang merupakan perangkat pelengkap di bidang
pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat di luar
Fakultas dan Jurusan.
22. Pejabat struktural adalah PNS yang diberi tugas tambahan dalam struktural
universitas.
23. Pejabat non struktural adalah PNS yang memiliki jabatan fungsional dan
menduduki jabatan selain jabatan struktural.
24. Pejabat non eselon adalah jabatan dosen yang mendapat tugas tambahan dan
disetarakan dengan jabatan struktural.

8
25. Badan Non Struktural merupakan organ pertimbangan pada Universitas.
26. Jurusan atau nama lain yang sejenis adalah himpunan sumber daya pendukung
program studi dalam 1 (satu) rumpun disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
dan/atau olahraga.
27. Prodi adalah program yang mencakup kesatuan rencana belajar sebagai pedoman
penyelenggaraan pendidikan yang diselenggarakan atas dasar suatu kurikulum
serta ditujukan agar peserta didik dapat menguasai pengetahuan, keterampilan
dan sikap sesuai dengan sasaran kurikulum.

BAB III
VISI, MISI, DAN TUJUAN
UNIVERSITAS

Bagian Pertama
Visi

Pasal 6
Pusat Pencerahan dan Transformasi Ipteks Berbasis Peradaban Islam.

Bagian Kedua
Misi

Pasal 7
Universitas mempunyai misi:
a. Menciptakan atmosfir akademik yang kondusif bagi peningkatan mutu perguruan
tinggi dan kualitas kehidupan bermasyarakat;
b. Menyelenggarakan kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat yang merefleksikan kemapanan integrasi antara nilai ajaran Islam
dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (Ipteks);
c. Mewujudkan universitas yang mandiri, berkarakter, bertatakelola baik, dan
berdaya saing menuju universitas riset dengan mengembangkan nilai spiritual
dan tradisi keilmuan.

Bagian Ketiga
Tujuan

Pasal 8
Universitas memiliki tujuan:
a. Menghasilkan produk intelektual yang bermanfaat dan terbangunnya potensi
insani yang kuat dengan mempertimbangkan kearifan lokal;
b. Terwujudnya kampus sebagai pusat pendidikan, penelitian, dan pengabdian
kepada masyarakat yang berbasis integrasi keilmuan;
c. Terciptanya sistem manajemen, kepemimpinan, dan kelembagaan yang sehat
serta terwujudnya tata ruang, lingkungan, dan iklim kampus yang islami; dan

9
d. Terwujudnya jejaring kerjasama dengan lembaga lokal, nasional, dan
internasional.

BAB IV
IDENTITAS

Bagian Pertama
Nama, Tempat, dan Tanggal Pendirian

Pasal 9
(1) Universitas ini bernama Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, disingkat
UIN Alauddin Makassar;
(2) UIN Alauddin Makassar bertempat di Kota Makassar dan Kabupaten Gowa,
Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia.
(3) UIN Alauddin sebelumnya bernama Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Alauddin Makassar yang berdiri pada tanggal 10 November 1965 berdasarkan
Keputusan Menteri Agama Nomor 79 tanggal 28 Oktober 1965;
(4) Konversi IAIN Alauddin menjadi UIN Alauddin pada tanggal 10 Oktober 2005
bertepatan dengan tanggal 6 Ramadhan 1426 H berdasarkan Peraturan Presiden
RI Nomor 57 Tahun 2005 tentang Perubahan Institut Agama Islam Negeri Sunan
Gunung Djati Bandung menjadi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati
Bandung dan Perubahan Institut Agama Islam Negeri Alauddin Makassar
menjadi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar;

Bagian Kedua
Asas dan Dasar

Pasal 10
Universitas berasaskan Islam dan berdasarkan Pancasila dan UUD Negara RI Tahun
1945.

Bagian Ketiga
Pola Ilmiah Pokok

Pasal 11
Pola Ilmiah Pokok Universitas adalah Kajian al-Qur’an, Hadis, Ipteks, berbasis
Perdamaian dan Peradaban.

10
Bagian Keempat
Filosofi Pendidikan

Pasal 12
Universitas didasari oleh filosofi yang berkenaan dengan hakikat manusia, hakikat
pembangunan nasional, tujuan pendidikan nasional, dan usaha untuk mencapai
tujuan universitas dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, telah dilengkapi berbagai
potensi dan kemampuan. Potensi dan kemampuan itu pada hakikatnya adalah
karunia Allah kepada manusia yang semestinya dimanfaatkan dan dikembangkan
serta tidak boleh disia-siakan. Pendidikan dan pengajaran pada umumnya
berfungsi untuk mengembangkan potensi dan kemampuan tersebut sesuai dengan
sifat, karakteristik, tingkat, dan jenis yang berbeda-beda agar menjadi aktual
dalam kehidupan sehingga berguna bagi orang yang bersangkutan, masyarakat,
dan bangsanya serta menjadi bekal untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang
Maha Esa;
b. Dalam Pembangunan Nasional, manusia memiliki peranan yang strategis yakni
sebagai subyek pembangunan. Untuk dapat memainkan perannya sebagai subyek
pembangunan, manusia Indonesia perlu dikembangkan menjadi manusia yang
utuh dan paripurna melalui upaya pendidikan yang berkelanjutan yang
dilaksanakan secara terus menerus sampai kepada jenjang pendidikan tinggi,
sehingga dengan demikian manusia Indonesia mampu memekarkan potensinya
seoptimal mungkin untuk manjadi sumber daya pembangunan yang berkualitas,
handal, dan professional;
c. Pendidikan nasional diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta
tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai
keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. Pemerintah berusaha
memberikan kesempatan yang sama (equal opportunity) dan seluas-luasnya
kepada semua warga negara untuk mendapatkan dan menikmati pendidikan
dalam kerangka mewujudkan salah satu tujuan nasional yang tercantum dalam
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yakni
mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional yang berkesinambungan
pada akhinya akan dibatasi oleh kondisi obyektif peserta didik itu sendiri, yakni
kesiapan dan kemauannya untuk berkembang dan mencapai keunggulan
pendidikan. Oleh karena itu, diperlukan upaya tidak hanya memberikan
kesempatan yang sama, tetapi juga memberikan perlakuan yang sesuai dengan
kondisi objektif peserta didik sehingga tujuan pendidikan dapat terwujud yakni
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.

Bagian Kelima
Lambang

Pasal 13
Universitas memiliki lambang yang terdiri dari unsur-unsur dengan inti pengertian:

11
a. Bentuk lambang adalah garis lengkung membentuk lima sudut melambangkan
sila-sila dari Pancasila;
b. Dua bulu angsa yang pangkalnya berbentuk pena melambangkan keilmuan;
c. Konfigurasi kubah masjid yang dibentuk oleh lengkungan bulu angsa dan pita
melambangkan keislaman;
d. Kitab al-Qur’an yang terbuka melambangkan dasar keilmuan Islam;
e. Tujuh belas garis vertikal pada pita, delapan lembar pada kitab al-Qur’an, dan
empat puluh lima helai pada kedua tangkai bulu angsa melambangkan hari
kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
f. Tiga simpul pada pangkal tangkai bulu angsa melambangkan kesatuan iman,
Islam, dan ihsan;
g. Warna dasar hijau daun melambangkan kedamaian dan warna kuning pada garis
lengkung melambangkan kemuliaan dan kebesaran jiwa;
h. Gambar perahu pinisi dengan dua tiang dan tujuh layar terkembang yang terletak
di antara al-Qur’an dan tiga simpul pada pangkal tangkai bulu angsa merupakan
ciri khas daerah tempat universitas berada; dan
i. Tulisan UIN Alauddin Makassar berwarna hijau terletak di tengah-tengah pita.

Lambang Universitas

Bagian Keenam
Mars dan Hymne

Pasal 14
(1) Mars Universitas merupakan lagu bernada sedang (bariton), tinggi (sopran), dan
rendah (bas) berkombinasi, bertempo, agung, tenang, optimis, berjiwa Pancasila,
dan mencerminkan cita-cita Universitas.

Mars Universitas

5 5 3 . 3 4 3 4 6 5 . 0. 5 3 . 3 5 5 4 3 4 . 0 2 1
Bangkitlah-bangkit ma ha sis wa U I N ha ra pan
bangsa Um mat

12
7 5 7 2 4 5 4 3 2 . 5 6 5 5 4 4 3 3 2 2 3 . 0 5 5 3.3
sedang menunggu bimbinganmu Menuju ke arah medan nan jaya
Ga li mi lik

4 3 4 6 5 . 0 5 5 3 . 3 5 5 4 3 4 . 0 2 1 7 5 7 2
ro ha ni Is lam Kembangkan di per sa da bun da Nusa
menanti

4 5 4 3 2 5 6 5 5 4 4 3 3 2 2 1 .
darma bak ti mu Membangun masyarakat Indonesia

0 1 1 6 . 5 4 1 4 6 5 . 0 5 5 4 . 6 1 1 7 6 7 .
Ref : Kembangkan daya ijtihad mu Dalam se mu a se gi
Il mu

0 5 5 1 7 1 3 3 6 . 6 5 5 5 6 6 6 7 7 6 7 1 .
0
Uni ver si tas Is lam Ne gri Hi dup lah ke kal
sla ma la ma nya

(2) Hymne Universitas merupakan lagu bernada sedang (bariton), bertempo lembut
(adante), berwibawa, mengandung makna pujian, berjiwa Pancasila, dan
mencerminkan cita-cita Universitas.

Hymne Universitas
Do = C (4/4)
Dinyanyikan dengan penuh khidmat

5 1 1 5 1 2 3 4 5 6 5 . 3 4 3 2 1 2 . .
U I N harumlah namamu Is lam pusat kajianmu

2 2 2 32 12 31 2 5 5 4 3 2 1 7 6 5 . .
Menja di lambang keagungan bangsa Berasas Panca si la

2 2 2 32 12 31 2 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 6
Pembangun jiwa serta penggali Api Islam yang hak dan seja ti

5. . 5 5 5 .3 5 66 6 . 4 6 77 7 6 5 4 3 2 . 3 4
Ref : Pe ngembang jiwa patriot nusa Tanah a i r minta bak ti
mu

3 2 34 5 3 43 45 6 6 5 3 4 3 2 1. . .
Jayalah ne ga ra jayalah bangsa U I N bakti nya ta

13
Bagian Ketujuh
Bendera

Pasal 15
(1) Bendera Universitas:
a. Bendera Universitas berbentuk empat persegi panjang dengan lebar dua
pertiga dari panjangnya;
b. Bendera Universitas berwarna dasar hijau tua, melambangkan perjuangan
menegakkan kebenaran dan pembangunan nasional;
c. Di tengah bendera Universitas terpampang lambang universitas; dan
d. Di bawah lambang Universitas terdapat tulisan UIN Alauddin Makassar.

(2) Bendera Fakultas dan Pascasarjana:


a. Bendera Fakultas dan Pascasarjana berbentuk empat persegi panjang dengan
lebar dua pertiga dari panjangnya;
b. Warna dasar bendera Fakultas dan Pascasarjana adalah:
1. Fakultas Syariah dan Hukum berwarna hitam, melambangkan keteguhan
iman dan amal kebajikan.
2. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan berwarna hijau muda, melambangkan
harapan masa depan.
3. Fakultas Ushuluddin dan Filsafat berwarna biru muda, melambangkan
kejernihan jiwa.
4. Fakultas Adab dan Humaniora berwarna kuning, melambangkan
kemuliaan dan hubungan universal.
5. Fakultas Dakwah dan Komunikasi berwarna coklat muda, melambangkan
ajakan kepada kebenaran.
6. Fakultas Sains dan Teknologi berwarna biru laut, melambangkan
kedalaman dan keluasan ilmu pengetahuan.
7. Fakultas Ilmu Kesehatan berwarna putih, melambangkan kesucian dan
keikhlasan.
8. Pascasarjana berwarna merah hati, melambangkan semangat
pengembangan ilmu.
c. Di tengah bendera Fakultas dan Pascasarjana terpampang lambang
universitas.
d. Di bawah lambang Universitas terdapat tulisan nama tiap fakultas dan
pascasarjana berikut kotanya.

Bagian Kedelapan
Busana Akademik

Pasal 16
(1) Busana akademik di lingkungan Universitas terdiri atas toga jabatan dan toga
wisudawan.
(2) Toga jabatan adalah jubah yang dikenakan oleh Rektor, Wakil Rektor, Dekan
Fakultas, Direktur Pascasarjana, Ketua Lembaga, Profesor, dan Anggota Senat.

14
(3) Toga jabatan dikenakan pada upacara akademik, yakni upacara dies natalis,
wisuda sarjana, pengukuhan profesor, promosi doktor, dan penganugerahan gelar
kehormatan.
(4) Toga jabatan terbuat dari bahan/kain wol polos yang berwarna hitam, berukuran
besar sampai ke bawah lutut, dengan bentuk lengan panjang melebar ke arah
pergelangan tangan. Pada pergelangan tangan, dilapisi bahan beludru berwarna
sesuai dengan warna fakultas selebar kurang lebih 12 cm. Pada bagian atas
lengan sebelah luar dan pada bagian punggung toga terdapat lipatan (ploi). Leher
toga dan sepanjang garis pembuka dilapisi beludru dengan warna:
a. Hijau tua untuk toga Rektor, Wakil Rektor, dan Ketua Lembaga;
b. Kuning emas untuk toga Profesor; dan
c. Toga jabatan lainnya disesuaikan dengan warna masing-masing fakultas dan
pascasarjana.
(5) Toga jabatan dilengkapi dengan topi jabatan dan kalung jabatan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Topi jabatan adalah penutup kepala terbuat dari bahan berwarna hitam
berbentuk segi lima sisi masing-masing 20 cm; di tengahnya terdapat hiasan
kuncir lilitan benang. Warna kuncir dan warna leher/garis pembuka toga sama
dengan warna universitas, fakultas, atau pascasarjana;
b. Kalung jabatan Rektor dikenakan di atas toga jabatan, berbentuk rangkaian
lambang UIN terbuat dari logam tipis berwarna kuning emas;
c. Kalung jabatan Wakil Rektor, Dekan Fakultas, Direktur Pascasarjana, dan
Ketua Lembaga dan Ketua Dewan Besar sama dengan kalung jabatan rektor
tetapi dalam ukuran yang lebih kecil dan berwarna putih perak;
d. Kalung jabatan profesor terbuat dari pita selebar 10 cm sesuai dengan warna
fakultas.
e. Kedua ujung pita kalung jabatan dipertemukan dengan lambang Universitas
yang terbuat dari bulatan logam tipis garis tengah 10 cm dan berwarna kuning
emas.
(6) Toga wisudawan adalah jubah yang dikenakan pada upacara wisuda oleh para
wisudawan yang telah menyelesaikan studi di lingkungan Universitas baik
program diploma, sarjana, magister, doktor, atau program profesi.
(7) Toga wisudawan terbuat dari kain berwarna hitam, ukuran besar, panjang, dan
rata sampai ke bawah lutut. Terdapat lipatan (ploi) pada lengan atas dan
punggung toga. Tampak bagian belakang berbeda pada lebar toga antara jenjang
studi: sarjana persegi empat; Magister segi tiga pendek ukuran kurang lebih 40
cm; doktor segitiga panjang ukuran 55 cm; program profesi berbentuk bundar.
(8) Kelengkapan toga bagi wisudawan adalah topi wisudawan yang terbuat dari
bahan berwarna hitam berbentuk segi lima sisi masing-masing 20 cm. Di
tengahnya terdapat hiasan kuncir lilitan benang. Warna kuncir dan warna
leher/garis pembuka toga sama dengan warna fakultas atau warna pascasarjana.
(9) Pin yang terbuat dari emas berupa lambang UIN yang dikenakan pada waktu
upacara akademik/resmi.

15
BAB V
ORGANISASI PENGELOLA

Bagian Pertama
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi

Pasal 17
(1) UIN Alauddin Makassar adalah perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh
Kementerian Agama RI yang dipimpin oleh Rektor, berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Menteri Agama RI.
(2) UIN Alauddin Makassar secara teknis fungsional dalam bidang ilmu agama
dibina oleh Menteri Agama melalui Direktur Jenderal Pendidikan Islam. Adapun
pembinaan bidang ilmu umum secara teknis akademis dilaksanakan oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Pasal 18
UIN Alauddin Makassar mempunyai tugas menyelenggarakan pendidikan tinggi
yang meliputi program akademik, vokasi dan/atau profesi, penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi keagamaan Islam
dan ilmu umum untuk mendukung program bidang ilmu agama Islam.

Pasal 19
UIN Alauddin Makassar dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada
pasal 18, menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan dan penetapan visi, misi, kebijakan teknis, dan perencanaan program;
b. Penyelenggaraan dan pelaksanaan pendidikan akademik, vokasi dan/atau profesi;
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat dalam bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi keagamaan Islam dan ilmu umum;
c. Pelakasanaan pembinaan sivitas akademika;
d. Pelaksanaan administrasi dan pelaporan;

Pasal 20
Organisasi UIN Alauddin Makassar terdiri dari organ pengelola, organ pertimbangan,
dan organ pengawasan.

Bagian Kedua
Susunan Organisasi Pengelola

Pasal 21
Organisasi pengelola UIN Alauddin Makassar terdiri atas:
a. Rektor dan Wakil Rektor;
b. Fakultas:
1) Syariah dan Hukum;
2) Tarbiyah dan Keguruan;
3) Ushuluddin, Filsafat dan Politik;
4) Adab dan Humaniora;
5) Dakwah dan Komunikasi;

16
6) Sains dan Teknologi;
7) Ilmu Kesehatan;
8) Ekonomi dan Bisnis Islam; dan
9) Pendidikan Kedokteran.
c. Pascasarjana;
d. Rumah Sakit Pendidikan;
e. Biro:
1) Biro Administasi Umum, Perencanaan dan Keuangan;
2) Biro Administrasi Akademik, Kemahasiswaan, dan Kerjasama;
f. Lembaga Penjaminan Mutu:
1) Pusat Pengembangan Standar Mutu;
2) Pusat Audit dan Pengendalian Mutu;
g. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat:
1) Pusat Penelitian dan Penerbitan;
2) Pusat Pengabdian pada Masyarakat;
3) Pusat Studi Gender dan Anak;
4) Pusat Kajian Islam, Sains dan Teknologi; dan
5) Pusat Peradaban Islam Sulawesi Selatan;
h. Unit Pelaksana Teknis:
1) Pusat Perpustakaan;
2) Pusat Pengembangan Bahasa;
3) Pusat Tekonologi Informasi dan Pangkalan Data;
4) Pusat Pengembangan Bisnis;
5) Pusat Pengembangan Karakter (character building center); dan
6) Pusat International Office.

Bagian Ketiga
Rektor dan Wakil Rektor

Pasal 22
(1) Rektor mempunyai tugas memimpin dan mengelola penyelenggaraan pendidikan
tinggi sebagaimana pasal 18 dan pasal 19 Statuta ini.
(2) Rektor adalah pembantu Menteri Agama RI dalam penyeleggaraan Tridharma
perguruan tinggi di Universitas.
(3) Rektor bertanggung jawab kepada Menteri Agama.
(4) Rektor diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Agama setelah melalui
mekanisme pemilihan dan/atau pertimbangan Senat Universitas.
(5) Rektor adalah pemimpin dan penanggung jawab tertinggi universitas.
(6) Rektor bertanggung jawab atas:
a. Tercapainya visi, misi, dan tujuan universitas; serta
b. Tercapainya standar mutu pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat yang telah ditetapkan.
(7) Masa jabatan Rektor 4 (empat) tahun dan dapat diangkat kembali untuk masa
jabatan berikutnya dengan ketentuan tidak boleh lebih dari 2 (dua) kali masa
jabatan.

17
Pasal 23
(1) Rektor dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh 4 (empat) orang Wakil Rektor
yang bertanggung jawab kepada Rektor.
(2) Wakil Rektor terdiri atas:
a. Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga, mempunyai
tugas dan tanggung jawab membantu Rektor dalam memimpin pelaksanaan
pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat
serta pengembangan kelembagaan.
b. Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Perencanaan, dan Keuangan,
mempunyai tugas dan tanggung jawab membantu Rektor dalam memimpin
pelaksanaan kegiatan dalam bidang administrasi umum, perencanaan,
pembinaan, dan keuangan.
c. Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, mempunyai tugas dan
tanggung jawab membantu Rektor dalam memimpin pelaksanaan pembinaan,
pelayanan kesejahteraan mahasiswa, pemberdayaan alumni, dan kerjasama.
d. Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Hubungan Masyarakat, mempunyai
tugas dan tanggungjawab membantu dan/atau mewakili Rektor dalam
memimpin pelaksanaan kerjasama dan hubungan masyarakat.

Pasal 24
(1) Wakil Rektor diangkat dan diberhentikan oleh Rektor setelah melalui mekanisme
pemilihan dan/atau pertimbangan Senat Universitas.
(2) Masa jabatan Wakil Rektor adalah 4 (empat) tahun dan dapat diangkat kembali
untuk masa jabatan berikutnya dengan ketentuan tidak boleh lebih dari 2 (dua)
kali masa jabatan.

Bagian Keempat
Fakultas

Pasal 25
(1) Fakultas adalah unsur pelaksana akademik universitas yang melaksanakan tugas
dan fungsi universitas yang menyelenggarakan pendidikan akademik, vokasi
dan/atau profesi dalam 1 (satu) rumpun disiplin ilmu pengetahuan, teknologi,
dan/atau seni.
(2) Fakultas mempunyai tugas menghasilkan lulusan yang bermutu dan berdaya
saing tinggi dalam salah satu rumpun ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau seni.

Pasal 26
Pimpinan Fakultas dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada pasal 25,
menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan visi, misi, tujuan dan kebijakan teknis;
b. Pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan akademik pada tingkat Sarjana,
Magister, Doktor, pendidikan vokasi dan/atau profesi di lingkungan fakultas;
c. Pelaksanaan penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan bidang
tugas fakultas;
d. Pelaksanaan pengembangan standar mutu pendidikan;

18
e. Pembinaan civitas akademika, tenaga kependidikan, dan kerjasama dengan
lembaga-lembaga lain;
f. Pelaksanaan administrasi dan manajemen fakultas;
g. Pelaksanaan evaluasi kinerja dan pelaporan.

Pasal 27
Organisasi Fakultas terdiri atas:
a. Dekan dan Wakil Dekan;
b. Jurusan;
c. Laboratorium; dan
d. Bagian Tata Usaha.

Pasal 28
(1) Fakultas dipimpin oleh seorang Dekan yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Rektor.
(2) Dekan mempunyai tugas memimpin dan mengelola penyelenggaraan kegiatan
yang menjadi tugas dan fungsinya sebagaimana pasal 25 dan 26 Statuta ini sesuai
dengan kebijakan Rektor.
(3) Dekan bertanggung jawab atas mutu hasil pendidikan, penelitian, dan pengabdian
kepada masyarakat yang dilaksanakan oleh fakultas yang dipimpinnya.
(4) Dekan diangkat oleh Rektor setelah melalui mekanisme pemilihan dan/atau
pertimbangan Senat Fakultas.
(5) Masa jabatan Dekan 4 (empat) tahun dan dapat diangkat kembali untuk masa
jabatan berikutnya dengan ketentuan tidak boleh lebih dari 2 (dua) kali masa
jabatan.

Pasal 29
(1) Dekan dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana pasal 28 ayat (2) dibantu oleh
tiga (3) orang Wakil Dekan.
(2) Wakil Dekan terdiri atas:
a. Wakil Dekan Bidang Akademik;
b. Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Perencanaan, dan Keuangan; dan
c. Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama.

Pasal 30
(1) Wakil Dekan Bidang Akademik mempunyai tugas membantu Dekan dalam
penyelenggaraan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
(2) Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Perencanaan, dan Keuangan
mempunyai tugas membantu Dekan dalam pelaksanaan kegiatan bidang
perencanaan, dan pelaksanaan anggaran, akuntansi dan pelaporan keuangan,
pengelolaan sarana dan prasarana, kepegawaian, serta ketatausahaan dan
kerumah tanggaan.
(3) Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama mempunyai tugas
membantu Dekan dalam pelaksanaan kegiatan di bidang kemahasiswaan dan
kerjasama.

19
Pasal 31
(1) Wakil Dekan diangkat dan diberhentikan oleh Rektor atas usul Dekan setelah
melalui mekanisme pemilihan dan/atau pertimbangan Senat Fakultas.
(2) Wakil Dekan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Dekan.
(3) Masa jabatan Wakil Dekan 4 (empat) tahun dan dapat diangkat kembali untuk
masa jabatan berikutnya dengan ketentuan tidak boleh lebih dari 2 (dua) kali
masa jabatan.

Bagian Kelima
Jurusan

Pasal 32
(1) Jurusan adalah satuan pelaksana akademik pada Fakultas yang melaksanakan
pendidikan akademik, vokasi dan/atau profesi.
(2) Jurusan mempunyai tugas menyelenggarakan program studi dalam 1 (satu)
disiplin ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
(3) Penyelenggaraan Program Studi pada tingkat Magister dan Doktor dapat dibuka
berdasarkan persyaratan yang berlaku dan berbasis Program Studi pada Fakultas.
(4) Jurusan bertanggung jawab atas mutu lulusan.

Pasal 33
Organisasi Jurusan terdiri atas:
a. Ketua Jurusan;
b. Sekretaris Jurusan; dan
c. Dosen.

Pasal 34
(1) Jurusan dipimpin oleh seorang Ketua Jurusan yang dipilih melalui mekanisme
pemilihan di Senat Fakultas.
(2) Ketua Jurusan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Dekan;
(3) Ketua jurusan mempunyai tugas memimpin dan melaksanakan penyelenggaraan
program studi sebagamana dimaksud dalam pasal 32 ayat (2) berdasarkan
kebijakan Dekan.
(4) Ketua Jurusan bertanggung jawab atas mutu hasil pendidikan yang dilaksanakan
pada jurusan yang dipimpinnya.
(5) Ketua Jurusan dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh seorang Sekretaris
Jurusan yang diangkat oleh Dekan atas pertimbangan Ketua Jurusan.
(6) Sekretaris Jurusan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Ketua
Jurusan.
(7) Sekretaris Jurusan mempunyai tugas membantu Ketua Jurusan dalam
melaksanakan urusan administrasi umum, keuangan, kepegawaian, dan
pelaporan.
(8) Masa jabatan Ketua dan Sekretaris Jurusan 4 (empat) tahun dan dapat diangkat
kembali untuk masa jabatan berikutnya dengan ketentuan tidak boleh lebih dari 2
(dua) kali masa jabatan.

20
Pasal 35
(1) Penambahan Jurusan pada setiap fakultas dapat dilakukan setelah mendapat
pertimbangan Senat Universitas dan ditetapkan oleh Rektor
(2) Penambahan Program Studi pada setiap jurusan dapat dilakukan setelah
mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian
Agama RI atau Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan RI.
(3) Permohonan izin penyelanggaraan Program Studi dilakukan melalui tahapan
berikut:
a. Dekan membentuk tim untuk mengkaji kemungkinan pembukaan Program
Studi baru berdasarkan persyaratan yang ditetapkan Direktur Jenderal
Pendidikan Islam/Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi. Hasil kajian ini
berupa usulan pembukaan Program Studi baru yang diajukan oleh Rektor.
b. Dekan mengajukan usulan pembukaan Program Studi kepada Rektor setelah
mendapat persetujuan Senat Fakultas; dan
c. Rektor mengajukan permohonan izin pembukaan Program Studi kepada
Direktur Jenderal Pendidikan Islam/Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi
setelah mendapat persetujuan Senat Universitas.
(4) Program Studi yang sudah tidak memenuhi syarat maka ditutup oleh Direktur
Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI atau Direktur Jenderal
Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atas usul Rektor
setelah mendapatkan pertimbangan Senat Fakultas.
(5) Pembukaan Program Studi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) hanya dapat
dilakukan Rektor selama izin penyelenggaraan dari Direktur Jenderal Pendidikan
Islam/Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi untuk Jurusan dan Program Studi
yang bersangkutan masih berlaku.
(6) Izin penyelenggaraan Program Studi dapat dicabut oleh Direktur Jenderal
Pendidikan Islam/Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi apabila dinilai telah
melanggar ketentuan peraturan perundanng-undangan yang berlaku.

Bagian Keenam
Laboratorium

Pasal 36
(1) Laboratorium adalah perangkat penunjang pelaksanaan pendidikan pada Fakultas
dalam penyelenggaran pendidikan akademik, profesi dan/atau vokasi yang berada
di bawah dan bertanggung jawab kepada Dekan.
(2) Laboratorium dipimpin oleh seorang Kepala yang berasal dari tenaga fungsional
sesuai dengan bidangnya.
(3) Kepala Laboratorium dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Dekan.
(4) Kepala Laboratorium diangkat dan diberhentikan oleh Rektor atas usul Dekan.
(5) Penambahan dan penutupan Laboratorium ditetapkan oleh Rektor, setelah
mendapat persetujuan Senat Universitas.
(6) Khusus Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) pada Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan ditetapkan adanya Laboratory School yang dipimpin oleh
seorang Direktur yang diangkat oleh Rektor atas usul Dekan.

21
(7) Pada Fakultas Adab dan Humaniora dibentuk Museum Sejarah dan Kebudayaan
Islam Sulawesi Selatan.

Bagian Ketujuh
Bagian Tata Usaha

Pasal 37
Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan administrasi umum, pendidikan,
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, serta pembinaan pelayanan
kemahasiswaan dan alumni, organisasi dan tatalaksana, kepegawaian, perencanaan,
keuangan, dan pelaporan di lingkungan Fakultas.

Pasal 38
(1) Bagian Tata Usaha dalam melaksanaan tugasnya menyelenggarakan fungsi:
a. Pelaksanaan perencanaan program dan keuangan di lingkungan Fakultas;
b. Pelaksanaan administrasi kepegawaian, ketatausahaan, kerumahtanggaan,
barang milik negara dan sistem informasi di lingkungan Fakultas;
c. Pelaksanaan administrasi akademik, kemahasiswaan, dan alumni di
lingkungan Fakultas; dan
d. Pelaksanaan pelaporan Fakultas.
(2) Bagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang kepala dan berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Dekan.
(3) Pengangkatan dan pemberhentian Kepala Bagian Tata Usaha melalui mekanisme
Baperjakat Universitas.

Pasal 39
Bagian Tata Usaha pada Fakultas Syariah dan Hukum; Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan; Fakultas Ushuluddin dan Filsafat; Fakultas Adab dan Humaniora,
Fakultas Dakwah dan Komunikasi; Fakultas Sains dan Teknologi; Fakultas Ilmu
Kesehatan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, dan Fakultas Pendidikan
Kedokteran, terdiri atas:
a. Subbagian Administrasi Umum;
b. Subbagian Perencanaan, Akuntansi, dan Keuangan; dan
c. Subbagian Akademik, Kemahasiswaan, dan Alumni.

Pasal 40
(1) Subbagian Administrasi Umum mempunyai tugas melaksanakan ketatausahaan,
layanan administrasi kepegawaian, hubungan masyarakat, pengelolaan barang
milik negara, kerumahtanggaan dan sistem informasi Fakultas.
(2) Subbagian Perencanaan, Akuntansi, dan Keuangan mempunyai tugas
melaksanaan penyusunan rencana dan anggaran perbendaharaan, akuntansi,
pelaporan keuangan dan pelaporan Fakultas.
(3) Subbagian Umum dan Keuangan mempunyai tugas melaksanakan ketatausahaan,
layanan administrasi kepegawaian, hubungan masyarakat, pengelolaan barang
milik negara, kerumahtanggaan, sistem informasi Fakultas, penyusunan rencana
dan anggaran, perbendaharaan, akuntansi, pelaporan keuangan dan pelaporan
Fakultas.
22
(4) Subbagian Akademik, Kemahasiswaan, dan Alumni mempunyai tugas
melaksanakan layanan administrasi akademik, penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, kemahasiswaan, serta pembinaan alumni.

Pasal 41
(1) Subbagian pada Bagian Tata Usaha Fakultas berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Kepala Bagian Tata Usaha.
(2) Pengangkatan dan pemberhentian Kepala Subbagian Fakultas melalui
mekanisme Baperjakat Universitas.

Bagian Kedelapan
Pascasarjana
Pasal 42
(1) Pascasarjana adalah unsur pelaksana akademik Universitas yang melaksanakan
pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat di
tingkat pascasarjana.
(2) Pascasarjana mempunyai tugas menyelenggarakan program pendidikan
Magister, Spesialis, dan Doktor.

Pasal 43
(1) Pascasarjana menyelenggarakan fungsi pelaksanaan pendidikan dan pengajaran,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, pembinaan sivitas akademika,
serta kerjasama dengan Fakultas, dan/atau lembaga-lembaga lain dalam dan luar
negeri.
(2) Penyelenggaraan Pascasarjana dapat dibuka pada Fakultas atau Program Studi
yang memenuhi syarat.

Pasal 44
(1) Susunan organisasi Pascasarjana terdiri atas:
a. Direktur dan Deputi Direktur;
b. Program Studi dan Konsentrasi;
c. Bagian Tata Usaha/Subbagian;
d. Divisi Penjaminan Mutu; dan
e. Perpustakaan;
(1) Pascasarjana dipimpin oleh seorang Direktur.
(2) Direktur Pascasarjana bertanggung jawab atas mutu hasil pendidikan dan
pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan
oleh Pascasarjana yang dipimpinnya.
(3) Direktur Pascasarjana mengkoordinasikan semua Program Studi dan/atau
Konsentrasi pada Pascasarjana yang dipimpinnya untuk menjamin standar mutu
pendidikan.
(4) Masa jabatan Direktur Pascasarjana 4 (empat) tahun, dan dapat dipilih kembali
untuk masa jabatan berikutnya dengan ketentuan tidak boleh lebih dari dua kali
masa jabatan.
(5) Direktur Pascasarjana dalam melaksanakan tugasnya, dibantu oleh 2 (dua) orang
Deputi Direktur.
23
(6) Deputi Direktur Akademik dan Kemahasiswaan berfungsi membantu dan/atau
mewakili Direktur memimpin pelaksanaan pendidikan dan pengajaran,
penelitian, pengabdian kepada masyarakat, kemahasiswaan, dan alumni.
(7) Deputi Direktur Bidang Administrasi Umum mempunyai tugas membantu
dan/atau mewakli direktur dalam memimpin pelaksanaan perencanaan,
pembinaan dan pengembangan SDM, kerjasama, keuangan, dan administrasi
umum, IBMN dan rumah tangga.
(8) Deputi Direktur diangkat dan diberhentikan oleh Rektor atas usul Direktur
setelah melalui mekanisme pemelihan dan/atau pertimbangan Senat Universitas.
(9) Masa jabatan Deputi Direktur Pascasarjana 4 (empat) tahun, dan dapat dipilih
kembali untuk masa jabatan berikutnya dengan ketentuan tidak boleh lebih dari
dua kali masa jabatan.

Pasal 45
Bagian Tata Usaha Pascasarjana mempunyai tugas melaksanakan administrasi
pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, serta
pembinaan pelayanan kemahasiswaan dan alumni, organisasi dan tatalaksana, tata
usaha, dan administrasi umum.

Pasal 46
(1) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 45, Bagian Tata Usaha
Pascasarjana menyelenggarakan fungsi:
a. Pelaksanaan administrasi pendidikan dan pengajaran, pengajaran, penelitian,
dan pengabdian kepada masyarakat
b. Pelaksanaan administrasi organisasi, tatalaksana;
c. Pelaksanaan urusan tata usaha; dan
d. Pelaksanaan administrasi kemahasiswaan dan alumni.
(2) Bagian Tata Usaha Pascasarjana dipimpin oleh seorang kepala yang diangkat
oleh Rektor dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur.
(3) Bagian Tata Usaha Pascasarjana terdiri atas:
a. Subbagian Akademik dan Kemahasiswa
b. Subbagian Administrasi Umum.
(4) Pembinaan bagian Tata Usaha secara teknis dilakukan oleh Deputi Direktur
Bidang Administrasi Umum.
(5) Kepala Subbag pada Pascasarjana bertanggung jawab kepada Kepala Bagian
Tata Usaha Pascasarjana.
(6) Pengangkatan dan pemberhentian Kepala Bagian Tata Usaha dan Kepala
Subbagian Pascasarjana melalui mekanisme Baperjakat.

Pasal 47
(1) Program Studi Pascasarjana adalah unit pelaksana akademik yang melaksanakan
pendidikan akademik dan/atau profesi.
(2) Program Studi Pascasarjana mempunyai tugas menghasilkan lulusan yang
bermutu dan berdaya saing tinggi dalam satu atau seperangkat cabang ilmu
pengetahuan, ilmu agama Islam, sains dan teknologi, dan/atau seni.

Pasal 48
(1) Program Studi Pascasarjana terdiri atas:

24
a. Program Studi Dirasah Islamiah;
b. Program Studi lain dapat dibentuk sesuai dengan kebutuhan.
(2) Program Studi Dirasah Islamiah terdiri atas konsentrasi:
a. Konsentrasi Tarbiyah dan Keguruan;
b. Konsentrasi Syariah dan Hukum Islam; serta
c. Konsentrasi-konsentrasi lainnya dapat dibentuk sesuai kebutuhan melalui
pertimbangan Rektor atas usul Direktur setelah mendapat persetujuan Senat
Universitas. Selama belum dibentuk konsentrasi baru, maka tanggung jawab
pengelolaan konsentrasi tersebut berada di bawah Program Studi Dirasah
Islamiah.
(3) Program Studi Dirasah Islamiah terdiri atas: Program Magister dan Program
Doktor;
(4) Program Studi Pascasarjana dipimpin oleh seorang ketua yang diangkat oleh
Rektor atas usul Direktur.
(5) Ketua Program Studi dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh seorang
Sekretaris yang diangkat oleh Rektor atas usul Direktur.
(6) Ketua Program Studi bertanggungjawab langsung kepada Direktur, Sekretaris
Program Studi bertanggungjawab langsung kepada Ketua Program studi.
(7) Pembukaan Program Studi baru, dapat dilakukan berdasarkan kebutuhan atas
izin Dirjen Diktis setelah memperoleh pertimbangan senat universitas.
(8) Pada setiap Program Studi dapat dibuka konsentrasi sesuai dengan kebutuhan
atas persetujuan Senat Universitas.
(9) Konsentrasi dipimpin oleh seorang Ketua.
(10) Pembinaan Program Studi/Konsentrasi secara teknis dilakukan oleh Deputi
Direktur Bidang Akademik Pasca Sarjana.
(11) Masa jabatan Ketua Program Studi/Ketua Konsentrasi mengikuti masa jabatan
Direktur.

Pasal 49
(1) Pascasarjana memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa setiap mahasiswa
yang dinyatakan lulus oleh Pascasarjana telah memiliki mutu dan daya saing
yang tinggi.
(2) Untuk memberikan jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pascasarjana
menetapkan standar minimum mutu lulusan untuk setiap jurusan/program studi.
(3) Divisi Penjaminan Mutu Pascasarjana dipimpin oleh seorang Ketua yang
diangkat oleh dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur.
(4) Ketua Divisi Penjaminan Mutu dalam menjalankan tugasnya, dibantu oleh
seorang Sekretaris dan Tim Penjaminan Mutu sesuai kebutuhan yang
bertanggung jawab kepada Direktur.
(5) Pembinaan Divisi Penjaminan Mutu secara teknis dilakukan oleh Deputi
Direktur Bidang Akademik Pasca Sarjana.
(6) Masa Jabatan Ketua dan sekretaris Divisi Penjaminan Mutu mengikuti masa
jabatan Direktur.

25
Pasal 50
(1) Perpustakaan Pascasarjana adalah unit pelaksana teknis di bidang pengadaan,
pelayanan, dan pemeliharaan bahan pustaka.
(2) Kepala Perpustakaan dalam menjalankan tugasnya, dibantu oleh pustakawan dan
staf Tata Usaha dan bertanggungjawab kepada Direktur.
(3) Kepala Perpustakaan Pascasarjana diangkat oleh Rektor atas usul Direktur.
(4) Pembinaan secara teknis perpustakaan dilakukan oleh Deputi Direktur Bidang
Akademik.
(5) Masa Jabatan Kepala Perpustakaan Pascasarjana mengikuti masa jabatan
Direktur.

Bagian Kesembilan
Rumah Sakit Pendidikan (Teaching Hospital)

Pasal 51
(1) Rumah Sakit Pendidikan adalah unit pelaksana teknis ditingkat universitas
dalam bidang pelayanan kesehatan masyarakat secara umum sekaligus sebagai
tempat praktik mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan dan Kedokteran
(2) Rumah Sakit Pendidikan dipimpin oleh seorang Direktur yang diangkat dan
bertanggung jawab kepada Rektor
(3) Susunan Organisasi Rumah Sakit Pendidikan terdiri atas:
a. Direktur dan Wakil Direktur;
b. Dokter dan Paramedis;
c. Bagian Tata Usaha.
(4) Direktur Rumah Sakit Pendidikan dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh
seorang Wakil Direktur.
(5) Direktur dalam menjalankan tugas administrasi dibantu oleh Kepala Bagian Tata
Usaha yang bertanggungjawab kepada Direktur.
(6) Pembinaan secara teknis terhadap Rumah Sakit Pendidikan dilakukan oleh Wakil
Rektor Bidang Administrasi Umum.
(7) Masa jabatan Direktur dan Wakil Direktur Rumah Sakit Pendidikan mengikuti
masa jabatan Rektor.

BAB VI
BIRO

Pasal 52
(1) Biro merupakan unsur pelaksana administrasi yang mempunyai tugas
melaksanakan urusan administrasi, perencanaan dan keuangan, akademik, dan
kemahasiswaan di lingkungan Universitas.
(2) Biro dipimpin oleh seorang Kepala yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Rektor.
(3) Kepala Biro diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Agama RI melalui
mekanisme Baperjakat Kementerian Agama RI.

26
Pasal 53
Organisasi Biro terdiri atas:
a. Biro Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan; dan
b. Biro Administrasi Akademik, Kemahasiswaan dan Kerjasama;

Bagian Kesatu
Biro Administrasi Umum, Perencanaan, dan Keuangan

Pasal 54
(1) Biro Administrasi Umum, Perencanaan, dan Keuangan yang selanjutnya disebut
Biro AUPK mempunyai tugas melaksanakan penataan organisasi, administrasi
keuangan, peraturan perundang-undangan, ketatausahaan, dan kerumahtanggaan.

Pasal 55
(1) Biro AUPK dalam melaksanakan tugasnya menyelenggarakan fungsi:
a. Pelaksanaan penyusunan rencana, evaluasi program dan anggaran serta
pelaporan;
b. Pelaksanaan administrasi umum yang meliputi pelaksanaan ketatausahaan,
kearsipan, pengelolaan barang milik negara, dokumentasi dan publikasi, serta
kerumahtanggaan;
c. Penataan tata organisasi dan tata laksana, kepegawaian, hukum, dan peraturan
perundangan-undangan; dan
d. Penyiapan laporan Universitas.
(2) Biro AUPK terdiri atas:
a. Bagian Umum;
b. Bagian Perencanaan;
c. Bagian Keuangan dan Akuntansi;
d. Bagian Organisasi, Kepegawaian, dan Perundang-undangan; dan
e. Kelompok Jabatan Fungsional.

Pasal 56
(1) Bagian Umum mempunyai tugas melaksanakan ketatausahaan, kearsiapan,
pengelolaan barang milik negara, kerumahtanggaan, dokumen dan publikasi.
(2) Bagian Umum dalam melaksanakan tugasnya menyelanggarakan fungsi:
a. Pelaksanaan ketatausahaan dan kearsipan;
b. Pelaksanaan kerumahtanggaan dan pengelolaan barang milik negara; dan
c. Pelaksanaan dokumen dan publikasi.
(3) Bagian Umum terdiri atas:
a. Subbagian Tata Usaha;
b. Subbagian Rumah Tangga; dan
c. Subbagian Humas, Dokumentasi, dan Publikasi.

Pasal 57
(1) Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan ketatausahaan dan
kearsipan.
27
(2) Subbagian Rumah Tangga mempunyai tugas melaksanakan kerumahtanggaan
dan pengelolaan barang milik negara.
(3) Subbagian Hubungan Masyarakat, Dokumentasi dan Publikasi mempunyai tugas
melaksanakan kehumasan, dokumentasi, dan publikasi.

Pasal 58
(1) Bagian Perencanaan mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan data dan
informasi penyusunan rencana, program dan anggaran, evaluasi serta pelaporan
kinerja.
(2) Bagian Perencanaan dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan fungsi:
a. Pelaksanaan pengelolaan data dan informasi;
b. Pelaksanaan penyusunan rencana, program dan anggaran; dan
c. Pelaksanaan evaluasi program, anggaran, dan pelaporan kinerja.
(3) Bagian Perencanaan terdiri atas:
a. Subbagian Data dan Informasi; dan
b. Subbagian Penyusunan, Evaluasi, Pelaporan Program dan Anggaran.

Pasal 59
(1) Subbagian Data dan Informasi mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan data
dan informasi.
(2) Subbagian Penyusunan Evaluasi, Pelaporan Program dan Anggaran mempunyai
tugas melaksanakan penyusunan evaluasi program, anggaran, dan pelaporan
kinerja.

Pasal 60
(1) Bagian Keuangan dan Akuntansi mempunyai tugas melaksanakan anggaran,
perbendaharaan, akuntansi instansi, sistem informasi manajemen dan akuntansi
barang milik negara (SIMAK BMN), akuntansi Badan Layanan Umum (BLU)
dan pelaporan keuangan.
(2) Bagian Keuangan dan Akuntansi dalam melaksanakan tugasnya
menyelenggarakan fungsi:
a. Pelaksanaan anggaran dan verifikasi anggaran;
b. Pelaksanaan perbendaharaan;
c. Pelaksanaan akuntansi instansi dan SIMAK BMN;
d. Pelaksanaan akuntansi BLU; dan
e. Pelaksanaan penyusunan laporan keuangan.
(3) Bagian Keuangan dan Akuntansi terdiri atas:
a. Subbagian Pelaksanaan Anggaran dan Perbendaharaan; dan
b. Subbagian Verifikasi, Akuntansi, dan Pelaporan Keuangan.

Pasal 61
(1) Subbagian Pelaksanaan Anggaran dan Perbendaharaan mempunyai tugas
melaksanakan anggararan dan perbendaharaan.
(2) Subbagian Verifikasi, Akuntansi dan Pelaporan Keuangan mempunyai tugas
melaksanakan verifikasi anggaran, akuntansi instansi, SIMAK BMN, akuntansi
BLU dan penyusunan laporan keuangan.

Pasal 62
28
(1) Bagian Organisasi, Kepegawaian dan Perundang-undangan mempunyai tugas
melaksanakan penataan organisasi, tata laksana, kepegawaian, dan penyusunan
peraturan perundang-undangan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh
Rektor.
(2) Bagian Organisasi, Kepegawaian dan Perundang-undangan dalam melaksanakan
tugasnya menyelenggarakan fungsi:
a. Pelaksanaan penataan organisasi, tata laksana, penyusunan standar
operasional, dan standar pelayanan minimal;
b. Pelaksanaan administrasi kepegawaian; dan
c. Penyusunan peraturan perundang-undangan.
(3) Bagian Organisasi, Kepegawaian dan Perundang-undangan terdiri atas:
a. Subbagian Organisasi dan Perundang-undangan; dan
b. Subbagian Kepegawaian.

Pasal 63
(1) Subbagian Organisasi dan Perundang-undangan mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan penataan organisasi, tata laksana, standar operasional prosedur,
standar pelayanan minimal dan evaluasi kinerja organisasi, penyusunan laporan
kinerja dan penyiapan peraturan perundang-undangan.
(2) Subbagian Kepegawaian mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan data dan
informasi pegawai penyiapan pelaksanaan seleksi, pengangkatan, kepangkatan,
mutasi, assessment dan pengembangan, dan kesejahteraan pegawai di
lingkungan Universitas.

Bagian Kedua
Biro Administrasi Akademik, Kemahasiswaan, dan Kerjasama

Pasal 64
(1) Biro Administrasi Akademik, Kemahasiswaan, dan Kerjasama selanjutnya
disebut Biro AAKK mempunyai tugas melaksanakan administrasi akademik,
kemahasiswaan, pemberdayaan alumni dan kerjasama.
(2) Biro AAKK dalam melaksanakan tugasnya menyelenggarakan fungsi:
a. Pelaksanaan penyusunan rencana, evaluasi program, dan anggaran serta
pelaporan;
b. Pengelolaan informasi dan pelayanan administrasi akademik;
c. Pelaksanaan administrasi kemahasiswaan dan pemberdayaan alumni;
d. Pelaksanaan kerjasama perguruan tinggi dan pembinaan Perguruan Tinggi
Agama Islam Swasta (PTAIS);
(3) Biro AAKK terdiri atas:
a. Bagian Akademik;
b. Bagian Kemahasiswaan dan Alumni;
c. Bagian Kerjasama dan Kelembagaan; dan
d. Kelompok jabatan fungsional.

Pasal 65
(1) Bagian Akademik mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan informasi
akademik, pelayanan administrasi akademik, dan layanan akademik.
29
(2) Bagian Akademik dalam melaksanakan tugasnya menyelenggarakan fungsi:
a. Pelaksanaan pengelolaan informasi akademik;
b. Pelaksanaan administrasi akademik; dan
c. Pelaksanaan layanan akademik.
(3) Bagian akademik terdiri atas:
a. Subbagian Informasi Akademik;
b. Subbagian Administrasi Akademik;
c. Subbagian Layanan Akademik.

Pasal 66
(1) Subbagian Informasi Akademik mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan
informasi akademik.
(2) Subbagian Administrasi Akademik mempunyai tugas melakukan pelaksanaan
administrasi akademik.
(3) Subbagian Layanan Akademik mempunyai tugas melakukan layanan akademik.

Pasal 67
(1) Bagian Kemahasiswaan dan Alumni mempunyai tugas melaksanakan
administrasi kemahasiswaan, pembinaan bakat dan minat mahasiswa, dan
pemberdayaan alumni.
(2) Bagian Kemahasiswaan dan Alumni dalam melaksanakan tugasnya
menyelenggarakan fungsi:
a. Pelaksanaan administrasi kemahasiswaan;
b. Pembinaan bakat dan minat mahasiswa; dan
c. Pelaksanaan administrasi alumni.
(3) Bagian Kemahasiswaan dan Alumni terdiri atas:
a. Subbagian Kemahasiswaan; dan
b. Subbagian Alumni.

Pasal 68
(1) Subbagian Kemahasiswaan mempunyai tugas melaksanakan administrasi
mahasiswa, pembinaan bakat dan minat mahasiswa serta kesejahteraan
mahasiswa.
(2) Subbagian Alumni mempunyai tugas melaksanakan administrasi dan
pemberdayaan Alumni.

Pasal 69
(1) Bagian Kerjasama dan Kelembagaan mempunyai tugas melaksanakan
admnistrasi kerjasama, pengembangan kelembagaan dan pembinaan PTAIS.
(2) Bagian Kerjasama dan Kelembagaan dalam melaksanakan tugasnya
menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan dan pelaksanaan administrasi kerjasama;
b. Pengembangan kelembagaan; dan
c. Pelaksanaan administrasi pembinaan PTAIS.
(3) Bagian Kerjasama dan Kelembagaan terdiri atas:
a. Subbagian Kerjasama dan Pengembangan Lembaga; dan
b. Subbagian Bina PTAIS;
30
Pasal 70
(1) Subbagian Kerjasama dan Pengembangan Lembaga mempunyai tugas
malaksanakan penyiapan administrasi dan pengembangan kerjasama dengan
perguruan tinggi dan lembaga lain.
(2) Subbagian Bina PTAIS mempunyai tugas melaksanakan penyiapan dan
pembinaan administrasi PTAIS.

Pasal 71
(1) Bagian pada Biro dipimpin oleh seorang Kepala yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Biro.
(2) Pengangkatan dan pemberhentian Kepala Bagian pada Biro melalui mekanisme
Baperjakat Universitas.
(3) Subbagian pada Bagian yang ada pada Biro dipimpin oleh seorang Kepala yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bagian.
(4) Pengangkatan dan pemberhentian Kepala Subbagian pada Bagian yang ada pada
Biro melalui mekanisme Baperjakat Universitas

BAB VII
LEMBAGA

Pasal 72
(1) Lembaga merupakan unsur pelaksana akademik yang melaksanakan sebagian
tugas dan fungsi universitas di bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian
kepada masyarakat.
(2) Lembaga terdiri atas:
a. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat; dan
b. Lembaga Penjaminan Mutu.
(3) Lembaga dipimpin oleh seorang Ketua yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Rektor.
(4) Ketua Lembaga diangkat dan diberhentikan oleh Rektor setalah melalui
mekanisme pemilihan dan/atau pertimbangan Senat Universitas.
(5) Masa jabatan Ketua Lembaga adalah 4 (empat) tahun dan dapat diangkat
kembali untuk masa jabatan berikutnya dengan ketentuan tidak boleh lebih dari
2 (dua) kali masa jabatan.

Bagian Kesatu
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

Pasal 73

31
(1) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat yang selanjutnya disebut
LP2M mempunyai tugas melaksanakan, mengkoordinasikan, memantau dan
menilai kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, studi gender dan
anak, kajian Islam, sains dan teknologi, serta peradaban Islam berdasarkan
kebijakan Rektor.

(2) LP2M dalam melaksanakan tugasnya menyelenggarakan fungsi:


a. Pelaksanaan penyususan rencana, evaluasi program, dan anggaran serta
pelaporan;
b. Pelaksanaan penelitian ilmiah murni dan terapan;
c. Pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat;
d. Pelaksanaan publikasi hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat;
e. Pelaksanaan studi pemberdayaan gender dan anak;
f. Pelaksaan kajian Islam sains dan teknologi;
g. Pelaksanaan peradaban Islam Sulawesi Selatan; dan
h. Pelaksanaan administrasi lembaga.

Pasal 74
(1) Organisasi LP2M terdiri atas:
a. Ketua;
b. Sekretaris;
c. Kepala Pusat; dan
d. Subbagian Tata Usaha.
(2) Ketua LP2M mempunyai tugas memimpin dan mengelola kegiatan penelitian,
pengabdian kepada masyarakat, studi gender dan anak, kajian Islam, sains, dan
teknologi, dan peradaban Islam Sulawesi Selatan berdasarkan kebijakan Rektor.
(3) Ketua LP2M bertanggung jawab atas mutu hasil penelitian dan pengabdian pada
masyarakat yang dilaksanakan oleh Pusat-pusat.
(4) Ketua LP2M dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh seorang Sekretaris.
(5) Sekretaris LP2M mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelayanan
administrasi, keuangan, ketenagaan, pelaporan dan menyusun konsep-konsep
pengembangan dan pelaksanaan kegiatan Pusat-pusat di lingkungan LP2M sesuai
dengan kebijakan Ketua.
(6) Sekretaris LP2M bertanggung jawab kepada Ketua LP2M.
(7) Sekretaris LP2M diangkat dan diberhentikan oleh Rektor.

Pasal 75
(1) Pusat-Pusat pada LP2M adalah unsur pelaksana yang menyelenggarakan
penelitian, pengabdian kepada masyarakat, studi gender dan anak, kajian Islam
sains dan teknologi, peradaban Islam, baik akademik maupun non-akademik.
(2) Untuk melaksanakan tugas, LP2M dibentuk pusat-pusat.
(3) Pusat-pusat yang berada di bawah LP2M, yaitu:
a. Pusat Penelitian dan Penerbitan;
b. Pusat Pengabdian kepada Masyarakat;
c. Pusat Studi Gender dan Anak;
d. Pusat Kajian Islam, Sains dan Teknologi; dan
32
e. Pusat Peradaban Islam.
(4) Pusat-pusat pada LP2M dipimpin oleh seorang Kepala yang berada di bawah
dan berbertanggung jawab kepada Ketua LP2M.
(5) Kepala Pusat bertanggung jawab atas mutu hasil dan efektivitas kegiatan yang
dilaksanakan oleh pusat yang dipimpinnya.
(6) Kepala Pusat pada LP2M diangkat dan diberhentikan oleh Rektor.

Pasal 76
(1) Pusat Penelitian dan Penerbitan mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan
penerbitan.
(2) Pusat Penelitian dan Penerbitan mempunyai tenaga peneliti dan tenaga
penerbitan yang berorientasi pada program penelitian terapan, program
penelitian murni, dan program penerbitan dan publikasi.
(3) Pusat Penelitian terdiri dari Kepala Pusat, Tenaga Peneliti dan staf Tata Usaha.
(4) Pusat Pengabdian kepada Masyarakat mempunyai tugas melaksanakan
pengabdian kepada masyarakat.
(5) Pusat Pengabdian kepada Masyarakat mempunyai program KKN, desa
bina/mitra, program konsultasi dan bantuan hukum serta program terapan hasil
penelitian.
(6) Pusat Pengabdian kepada Masyarakat terdiri dari Kepala Pusat, Tenaga Ahli, dan
staf Tata Usaha.
(7) Pusat Studi Gender dan Anak mempunyai tugas melaksanakan studi gender dan
anak.
(8) Pusat Studi Gender dan Anak mempunyai program pemberdayaan dan
konseling, program perlindungan dan advokasi serta program kemitraan.
(9) Pusat Studi Gender dan Anak terdiri dari Kepala Pusat, Tenaga Ahli, dan staf
Tata Usaha.
(10) Pusat Kajian Islam, Sains, dan Teknologi mempunyai tugas melaksanakan kajian
Islam, sains, dan teknologi.
(11) Pusat Kajian Islam, Sains, dan Teknologi mempunyai program integrasi Islam
dan sains dan teknologi, dan program pengembangan Ipteks.
(12) Pusat Kajian Islam Sains dan Teknologi terdiri dari Kepala Pusat, Tenaga Ahli,
dan staf Tata Usaha.
(13) Pusat Peradaban Islam Sulawesi Selatan mempunyai tugas melaksanakan kajian
dan pengembangan peradaban Islam Sulawesi Selatan.
(14) Pusat Peradaban Islam mempunyai program perumusan model peradaban,
pendataan dan informasi peradaban, program pelayanan dan pengembangan
budaya.
(15) Pusat Peradaban Islam Sulawesi Selatan terdiri dari Kepala Pusat, Tenaga Ahli,
dan staf Tata Usaha.

Pasal 77
(1) Untuk menjalankan tugas-tugas administrasi kesekretariatan Ketua LP2M
dibantu oleh Kepala Subbagian Tata Usaha.
(2) Subbagian Tata Usaha pada LP2M mempunyai tugas melaksanakan layanan
administrasi, perencanaan, keuangan, kepegawaian, ketatausahaan, dan
kerumahtanggaan di lingkungan LP2M.

33
(3) Kepala Subbagian Tata Usaha pada LP2M berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Ketua LP2M.
(4) Pengangkatan dan pemberhentian Kepala Subbagian LP2M melalui mekanisme
Baperjakat Universitas.

Bagian Kedua
LEMBAGA PENJAMINAN MUTU (LPM)

Pasal 78
(1) Lembaga Penjaminan Mutu selanjutnya disebut LPM adalah unsur pelaksana
dalam bidang pengembangan standar mutu, audit, dan pengendalian mutu
akademik pada tingkat universitas.
(2) LPM mempunyai tugas mengkoordinasikan, mengendalikan, mengaudit,
memantau, menilai dan mengembangkan mutu penyelenggaraan kegiatan
akademik.
(3) LPM dalam melaksanakan tugasnya menyelenggarakan fungsi:
a. Pelaksanaan penyusunan rencana, evaluasi program dan anggaran serta
pelaporan;
b. Pelaksanaan pengembangan mutu akademik;
c. Pelaksanaan audit, pemantauan, dan penilaian mutu akademik; dan
d. Pelaksanaan administrasi LPM.
(4) Fungsi penjaminan mutu sebagaimana pasal 74 ayat (3) dilakukan oleh Pusat-
pusat di bawah LPM, Fakultas, Pascasarjana, dan unit-unit lainnya.

Pasal 79
(1) Organisasi LPM terdiri atas:
a. Ketua;
b. Sekretaris;
c. Kepala Pusat; dan
d. Kepala Subbagian Tata Usaha.
(2) Ketua LPM mempunyai tugas memimpin dan mengelola kegiatan pengendalian
mutu akademik sesuai kebijakan Rektor.
(3) Ketua LPM bertanggung jawab atas mutu dan efektivitas kegiatan penjaminan
mutu yang dilaksanakan oleh lembaga yang dipimpinnya.
(4) Ketua LPM dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh seorang Sekretaris.
(5) Sekretaris LPM berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Ketua LPM.
(6) Sekretaris LPM mempunyai tugas memberikan dukungan administrasi,
keuangan, ketenagaan, pelaporan dan menyusun konsep-konsep pengembangan
dan pelaksanaan kegiatan Pusat-pusat sesuai dengan kebijakan Ketua LPM
(7) Sekretaris LPM diangkat dan diberhentikan oleh Rektor.

Pasal 80
(1) Untuk melaksanakan tugas-tugas LPM dibentuk Pusat-pusat.

34
(2) Pusat-pusat pada LPM adalah unsur pelaksana dalam bidang penjaminan mutu
akademik.
(3) Pusat-pusat pada LPM bertanggung jawab atas mutu dan efektivitas kegiatan
penjaminan mutu yang dipimpinnya.
(4) Pusat-pusat pada LPM terdiri atas:
a. Pusat Pengembangan Standar Mutu; dan
b. Pusat Audit dan Pengendalian Mutu;
(5) Pusat-Pusat pada LPM dipimpin oleh seorang Kepala Pusat yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Ketua LPM.
(6) Pusat-Pusat pada LPM terdiri dari Kepala Pusat, Tim Ahli, dan staf Tata Usaha.
(7) Kepala Pusat pada LPM diangkat dan diberhentikan oleh Rektor.

Pasal 81
(1) Pusat Pengembangan Standar Mutu Akademik mempunyai tugas melaksanakan
pengembangan mutu akademik.
(2) Pusat Pengembangan Standar Mutu mempunyai program pengembangan mutu
akademik, program pengembangan pembelajaran, program kerjasama
pengembangan mutu akademik.
(3) Pusat Pengembangan Standar Mutu terdiri dari Kepala Pusat, Tim Ahli, dan staf
Tata Usaha.
(4) Pusat Audit dan Pengendalian Mutu Akademik mempunyai tugas melaksanakan
pengawasan dan pengendalian mutu akademik.
(5) Pusat Audit dan Pengendalian Mutu mempunyai program audit mutu internal
akademik, program Course of Evaluation Survey (CES), program pemantauan
mutu, dan program pemantapan persiapan audit eksternal oleh Lembaga
Akreditasi Mandiri dan BAN-PT.
(6) Pusat Audit dan Pengendalian Mutu terdiri dari Kepala Pusat, Tim Auditor, dan
staf Tata Usaha.

Pasal 82
(1) Untuk menjalankan tugas-tugas administrasi kesekretariatan Ketua LPM dibantu
oleh Kepala Subbagian Tata Usaha.
(2) Subbagian Tata Usaha pada LPM mempunyai tugas melaksanakan layanan
administrasi, perencanaan, keuangan, kepegawaian, ketatausahaan, dan
kerumahtanggaan di lingkungan LPM.
(3) Kepala Subbagian Tata Usaha pada LPM bertanggung jawab kepada Ketua
LPM.
(4) Pengangkatan dan pemberhentian Kepala Subbagian LPM melalui mekanisme
Baperjakat Universitas.

BAB VIII
UNIT PELAKSANA TEKNIS

35
Pasal 83
(1) Unit Pelaksana Teknis selanjutnya disebut UPT merupakan unsur penunjang
dalama penyelenggaraan pendidikan di lingkungan universitas.
(2) UPT terdiri atas:
a. Pusat Perpustakaan;
b. Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data;
c. Pusat Pengembangan Bahasa; dan
d. Pusat Pengembangan Bisnis.
(3) Pusat pada UPT dipimpin oleh seorang Kepala.
(4) Kepala Pusat UPT dibantu oleh staf Tata Usaha.
(5) Kepala pada Pusat UPT melaksanakan tugas sesuai dengan kebijakan Rektor.
(6) Kepala pada Pusat UPT diangkat dan diberhentikan oleh Rektor.

Bagian Kesatu
Pusat Perpustakaan

Pasal 84
(1) Pusat Perpustakaan mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, pembinaan, dan
pengembangan kepustakaan, mengadakan kerjasama antar perpustaaan,
mengendalikan, mengevaluasi dan menyusun laporan kepustakaan.
(2) Pusat Perpustakaan dalam melaksanakan tugasnya menyelenggarakan fungsi:
a. Pelaksanaan penyusunan rencana, evaluasi program dan anggaran serta
pelaporan;
b. Pelaksanaan pengembangan perpustakaan; dan
c. Pelaksanaan administrasi Pusat Perpustakaan.
(3) Pusat Perpustakaan adalah unit pelaksana teknis di bidang pengadaan,
pelayanan, dan pemeliharaan bahan pustaka pada tingkat universitas.
(4) Pusat Perpustakaan terdiri dari Kepala Pusat, Pustakawan dan staf Tata Usaha.
(5) Pusat Perpustakaan mempunyai program pengadaan bahan pustaka, program
pengelolaan bahan pustaka serta program pelayanan pemakai.
(6) Pusat perpustakaan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Wakil
Rektor bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga.
(7) Kepala Pusat UPT Perpustakaan diangkat dan diberhentikan oleh Rektor.

Bagian Kedua
Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data

Pasal 85
(1) Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data mempunyai tugas melaksanakan
pengelolaan, pelayanan, pemeliharaan, pembinaan, dan pengembangan sistem
teknlogi informasi dan pangkalan data, mengadakan kerjasama dengan lembaga
lain, mengendalikan, mengevaluasi dan menyusun laporan.
(2) Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data dalam melaksanakan tugasnya
menyelenggarakan fungsi:

36
a. Pelaksanaan penyusunan rencana, evaluasi program dan anggaran serta
pelaporan;
b. Pelaksanaan pengembangan teknologi informasi;
c. Pelaksanaan pengelolaan pangakalan data; dan
d. Pelaksanaan administrasi Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data.
(3) Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data adalah unit pelaksana teknis di
bidang pengadaan, pelayanan, dan pemeliharaan teknologi informasi dan
pangkalan data pada tingkat universitas.
(4) Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data terdiri dari Kepala Pusat, Tim
Information Technolgy (IT) dan staf Tata Usaha.
(5) Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data mempunyai program
pengembangan dan pemeliharaan jaringan, program sistem informasi
manajemen dan aplikasi kampus, dan program pengembangan website dan
multimedia.
(6) Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Wakil Rektor bidang Administrasi Umum,
Perencanaan dan Keuangan.
(7) Kepala Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data diangkat dan
diberhentikan oleh Rektor.

Bagian Ketiga
Pusat Pengembangan Bahasa

Pasal 86
(1) Pusat Pengembangan Bahasa mempunyai tugas melaksanakan pelatihan dan
pengembangan bahasa bagi sivitas akademika dan tenaga kependidikan pada
tingkat universitas.
(2) Pusat Pengembangan Bahasa dalam melaksanakan tugasnya menyelenggarakan
fungsi:
a. Pelaksanaan penyusunan rencana, evaluasi program dan anggaran serta
pelaporan;
b. Pelaksanaan pelayanan dan penguasaan bahasa untuk mendukung penguatan
keilmuan bagi dosen dan mahasiswa serta pemberdayaan pegawai;
c. Pelaksanaan pembinaan dan pengembangan kebahasaan; dan
d. Pelaksanaan administrasi Pusat Pengembangan Bahasa.
(3) Pusat Pengembangan Bahasa adalah unit pelaksana teknis di bidang pelayanan,
pembinaan, pengembangan dan penguasaan bahasa pada tingkat Universitas.
(4) Pusat Pengembangan Bahasa, terdiri dari Kepala Pusat, Tim Ahli dan staf Tata
Usaha.
(5) Pusat Pengembangan Bahasa mempunyai program pengembangan bahasa asing,
program pelayanan bahasa, dan program pelatihan.
(6) Pusat Pengembangan Bahasa berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Wakil Rektor bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga.
(7) Kepala Pusat Pengembangan Bahasa diangkat dan diberhentikan oleh Rektor.

Bagian Keempat
Pusat Pengembangan Bisnis

37
Pasal 87
(1) Pusat Pengembangan Bisnis mempunyai tugas melakasanakan pengelolaan,
pemasaran, pengembangan, dan kerjasama bisnis Universitas.
(2) Pusat Pengembangan Bisnis dalam melaksanakan tugasnya menyelenggarakan
fungsi:
a. Pelaksanaan penyusunan rencana, evaluasi program dan anggaran serta
pelaporan;
b. Pelaksanaan pengawasan dan pembinaan manajemen operasional unit usaha
Universitas;
c. Pelaksanaan pengembangan unit usaha agar dapat berkontribusi secara
maksimal;
d. Pelaksanaan pelatihan dan pengembangan SDM unit usaha;
e. Pelaksanaan pendidikan kewirausahaan terhadap caturgarba ilmiah; dan
f. Pelaksanaan administrasi Pusat Pengembangan Bisnis.
(3) Pusat Pengembangan Bisnis adalah unit pelaksana teknis di bidang pengelolaan,
pemasaran, pengembangan, dan kerjasama bisnis pada tingkat Universitas.
(4) Pusat Pengembangan Bisnis terdiri dari Kepala Pusat, Tim Ahli dan staf Tata
Usaha.
(5) Pusat Pengembangan Bisnis mempunyai program pengembangan dan pemasaran
usaha, program pembinaan dan pengawasan usaha, program pendidikan
kewirausahaan.
(8) Pusat Pengembangan Bisnis berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Wakil Rektor bidang Administrasi Umum, Perencanaan, dan Keuangan.
(9) Kepala Pusat Pengembangan Bisnis diangkat dan diberhentikan oleh Rektor.

Bagian Kelima
Pusat Pengembangan Karakter
(character building center)

Pasal 88

(1) Pusat Pengembangan Karakter mempunyai tugas melaksanakan perencanaan


program kegiatan pelatihan dan pembinaan karakter mahasiswa;
(2) Pusat Pengembangan Karakter dalam melaksanakan tugasnya
menyelenggarakan fungsi:
a. Pusat Pengembangan Karakter mengelola pendalaman materi sumber
keislaman
b. Melaksanakan pelatihan softskill kebahasan;
c. Malakukan pembentukan wawasan keislaman dan kebangsaan;
d. Malakukan pengembangan kepribadian yang berperadaban dan berbasis
akhlak yang mulia; dan
e. Pelaksanaan administrasi Pusat Pengembangan Karakter.
(3) Pusat Pengembangan Karakter adalah unit pelaksana teknis di bidang program
baca tulis al-Qur’an, program intensifikasi bahasa asing, dan program
pengembangan karekter.

38
(4) Pusat Pengembangan Karakter terdiri dari Kepala Pusat, Tim ahli dan staf Tata
Usaha.
(5) Pusat Pengembangan Karakter berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Wakil Rektor bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama.
(6) Kepala Pusat Pengembangan Karakter diangkat dan diberhentikan oleh Rektor.

Bagian Keenam
UPT International Office

Pasal 89
(1) UPT International Office adalah unit pelaksana teknis di tingkat universitas
dalam bidang pelayanan hubungan luar negeri dan kerjasama Internasional.
(2) International UPT Office dipimpin oleh seorang Direktur yang diangkat dan
bertanggung jawab kepada Rektor.
(3) Susunan organisasi UPT International Office terdiri atas:
a. Direktur;
b. Sekretaris;
c. Staf Tata Usaha.
(4) Direktur UPT International Office dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh
seorang seorang Sekretaris.
(5) Sekretaris UPT International Office diangkat oleh Rektor dan bertanggung
jawab kepada Direktur International Office.
(6) UPT International Office mempunyai Divisi Akademik dan Kemahasiswaan,
Divisi Ketenagaan dan Kelembagaan serta Divisi Kerjasama Internasional.
(7) Pembinaan secara teknis terhadap UPT International Office dilakukan oleh
Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Hubungan Masyarakat.
(8) Masa jabatan Direktur dan Sekretaris UPT International Office mengikuti masa
jabatan Rektor.

BAB IX
ORGAN PERTIMBANGAN

Pasal 90
Organ Pertimbangan Universitas terdiri atas:
a. Dewan Penyantun;
b. Senat Universitas; dan
c. Senat Fakultas.

Pasal 91

39
(1) Dewan Penyantun merupakan badan non struktural yang terdiri tokoh
masyarakat yang mempunyai fungsi memberikan saran dan pertimbangan di
bidang non akademik kepada Rektor.
(2) Senat Universitas merupakan badan normatif dan perwakilan tertinggi
Universitas yang mempunyai tugas memberikan saran dan pertimbangan bidang
akademik kepada Rektor.
(3) Senat Fakultas merupakan badan normatif dan perwakilan di tingkat Fakultas
yang mempunyai tugas memberikan saran bidang akademik dan non akademik
kepada Dekan.

Bagian kesatu
Dewan Penyantun

Pasal 92
(1) Dewan Penyantun adalah organ yang menjalankan fungsi pertimbangan dalam
bidang non- akademik yang anggotanya terdiri atas pemerintah, tokoh
masyarakat, pengusaha, pakar, profesional yang memiliki perhatian yang besar
terhadap pengembangan universitas.
(2) Dewan Penyantun memberikan saran dan pertimbangan otonomi perguruan
tinggi bidang non-akademik dan fungsi lain kepada Rektor sesuai Statuta.
(3) Non-akademik dimaksud, adalah bidang kemahasiswaan, sumber daya manusia,
manajemen, sarana prasarana, dan keuangan.
(4) Dewan Penyantun dipimpin oleh seorang Ketua yang dipilih dari dan oleh para
anggota.
(5) Ketua Dewan Penyantun dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh seorang
Sekretaris yang dijabat oleh Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum dan
beranggotakan sekurang-kurangnya 7 (tujuh) orang yang diangkat oleh Rektor.
(6) Masa jabatan Dewan Penyantun mengikuti masa jabatan Rektor.
(7) Dewan Penyantun ditetapkan dengan keputusan Rektor setelah mendapat
pertimbangan Senat Universitas.
(8) Dewan Penyantun bersidang sekurang-kurangnya satu kali dalam setahun.

Bagian Kedua
Senat Universitas

Pasal 93
(1) Senat Universitas adalah badan normatif dan perwakilan tertinggi di tingkat
universitas.
(2) Senat Universitas mempunyai tugas:
a. Merumuskan dan mensahkan kebijakan akademik dan pengembangan
universitas;
b. Memberikan pertimbangan terhadap pelaksanaan kebijakan akademik dan
pengembangan universitas termasuk audit mutu akademik internal dalam hal
pembukaan dan penutupan jurusan;
c. Merumuskan kebijakan tentang penilaian prestasi akademik, kecakapan,
kepribadian sivitas akademika dan tenaga kependidikan;
40
d. Merumuskan norma dan tolok ukur penyelenggaraan universitas;
e. Memilih dan memberikan pertimbangan calon Rektor yang akan diajukan
kepada Menteri untuk diangkat menjadi Rektor;
f. Memilih dan memberikan pertimbangan calon Wakil Rektor, Ketua Lembaga
Direktur Pascasarjana yang diajukan oleh Rektor untuk diangkat menjadi
Wakil Rektor, Ketua Lembaga, dan Direktur Pascarjana;
g. Menilai pertanggungjawaban Rektor atas pelaksanaan kebijakan yang telah
ditetapkan;
h. Merumuskan peraturan pelaksanaan kebebasan akademik, kebebasan mimbar,
dan otonomi keilmuan pada universitas; dan
i. Menegakkan norma-norma yang berlaku bagi sivitas akademika, tenaga
kependidikan, dan tenaga pelayanan lainnya.
(3) Mengukuhkan mahasiswa baru, lulusan universitas, profesor dan memberikan
gelar kehormatan kepada seseorang yang memenuhi persyaratan.
(4) Senat Universitas terdiri dari Rektor, Wakil Rektor, Dekan, Direktur
Pascasarjana, Ketua Lembaga, Profesor, dan Wakil Dosen.
(5) Jumlah anggota Senat Universitas dari unsur wakil dosen setiap fakultas
dihitung secara proporsional dengan rasio 50:1 (satu) orang wakil, jika jumlah
dosen fakultas tertentu kurang 50 maka diwakili 1 orang. Apabila terdapat
jumlah lebih dari rasio maka dihitung 2 orang wakil, demikian seterusnya.
(6) Masa jabatan anggota Senat dari unsur wakil dosen adalah empat tahun dan
dapat dipilih kembali pada jabatan berikutnya dengan ketentuan tidak boleh
lebih dari 2 (dua) kali masa jabatan.
(7) Anggota Senat Universitas dari unsur wakil dosen tidak boleh dijabat oleh dosen
yang menduduki jabatan struktural dan non struktural di dalam dan di luar
universitas.
(8) Jika anggota Senat Universitas dari wakil dosen yang dalam masa jabatannya
menjadi Profesor atau diangkat dalam jabatan struktural atau non struktural di
dalam dan di luar Universitas maka posisinya sebagai wakil dosen secara hukum
berakhir dengan sendirinya dan pemilihan kembali pengganti antar waktu.
(9) Pemilihan anggota Senat Universitas dari unsur wakil dosen dilakukan dengan
pemilihan oleh seluruh dosen tetap pada fakultas yang bersangkutan,
(10) Senat Universitas diketuai oleh Rektor, didampingi oleh seorang Sekretaris yang
dipilih di antara para anggota Senat Universitas.
(11) Senat Universitas dalam melaksanakan tugasnya, dapat membentuk komisi-
komisi yang beranggotakan anggota Senat Universitas dan bila dianggap perlu
ditambah dari unsur lain.
(12) Pengambilan keputusan dalam rapat Senat Universitas dilakukan melalui
musyawarah mufakat atau pemungutan suara.
(13) Jabaran Statuta Universitas lebih lanjut dituangkan ke dalam rincian tugas unit
dan uraian jabatan pada semua jenjang struktur organisasi universitas ditetapkan
oleh Senat Universitas.

Bagian Ketiga
Senat Fakultas
41
Pasal 94
(1) Senat fakultas merupakan badan normatif dan perwakilan tertinggi di tingkat
fakultas yang mempunyai tugas memberikan saran dan pertimbangan bidang
akademik dan non akademik kepada Dekan.
(2) Senat Fakultas mempunyai fungsi membina dan meningkatkan standar mutu di
bidang akademik Fakultas yang bersangkutan.
(3) Senat Fakultas mempunyai tugas:
a. Merumuskan kebijakan akademik fakultas;
b. Merumuskan kebijakan penilaian prestasi akademik, kecakapan dan
kepribadian dosen, serta disiplin pegawai;
c. Merumuskan norma dan tolok ukur pelaksanaan penyelenggaraan fakultas;
d. Menilai pertanggungjawaban Dekan atas pelaksanaan tugas yang ditetapkan;
dan
e. Memilih dan memberi pertimbangan kepada Rektor mengenai calon yang
diusulkan untuk diangkat menjadi Dekan, Wakil Dekan, Ketua dan Sekretaris
jurusan.
(4) Senat Fakultas terdiri dari Dekan, Wakil Dekan, Ketua Jurusan, Profesor dan
Wakil Dosen.
(5) Jumlah wakil dosen setiap Jurusan dihitung secara proporsional dengan rasio
25:1 (satu) orang wakil, jika jumlah dosen Jurusan tertentu kurang 25 maka
diwakili 1 orang. Apabila terdapat jumlah lebih dari rasio maka dihitung 2 orang
wakil, demikian seterusnya.
(6) Masa jabatan anggota Senat Fakultas dari unsur wakil dosen adalah empat tahun
dan dapat dipilih kembali dengan ketentuan tidak boleh lebih dari dua kali masa
jabatan.
(7) Anggota Senat Fakultas dari unsur wakil dosen tidak boleh dijabat oleh dosen
yang menduduki jabatan struktural dan non struktural di dalam dan di luar
Fakultas.
(8) Pemilihan anggota Senat Fakultas unsur wakil dosen dilakukan dengan
pemilihan oleh seluruh dosen tetap pada jurusan yang bersangkutan dan
dipimpin oleh Dekan.
(9) Senat Fakultas diketuai oleh Dekan dan dibantu seorang Sekretaris yang dipilih
di antara para anggota Senat Fakultas.
(10) Senat Fakultas dalam melaksanakan tugasnya, dapat membentuk komisi-komisi
yang beranggotakan anggota Senat Fakultas dan bila dianggap perlu ditambah
dari unsur lain.
(11) Pengambilan keputusan dalam rapat Senat Fakultas dilakukan melalui
musyawarah mufakat atau pemungutan suara.

BAB X
ORGAN PENGAWASAN

42
Pasal 95
Satuan Pemeriksa Intern

(1) Satuan Pemeriksa Intern selanjutnya disebut SPI dibentuk dalam rangka
pengawasan secara internal yang mempunyai tugas melaksanakan pengawasan,
pengendalian, evaluasi, dan audit di bidang keuangan dan kinerja universitas.
(2) SPI dalam melaksanakan tugasnya menyelenggarakan fungsi:
a. Pelaksanaan penyusunan rencana, evaluasi program, dan anggaran serta
pelaporan;
b. Perumusan sistem pengendalian intern;
c. Pelaksanaan audit dan penilaian bidang keuangan, barang milik negara, dan
kinerja Universitas;
d. Penyampaian laporan kepada Rektor; dan
e. Pelaksanaan administrasi SPI.

Pasal 96
(1) SPI dipimpin oleh seorang Kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Rektor.
(2) Kepala SPI mempunyai tugas memimpin, mengkoordinasikan, dan
melaksanakan tugas berdasarkan kebijakan Rektor.
(3) Satuan Pemeriksa Intern adalah unit intern universitas untuk mendukung
terciptanya sistem pengendalian internal universitas yang dibentuk dan
bertanggung jawab kepada Rektor.
(4) Satuan Pemeriksa Intern melaksanakan audit secara rutin terhadap seluruh
kinerja universitas, meliputi bidang pendidikan dan pengajaran, penelitian,
pengabdian kepada masyarakat, kemahasiswaan, keuangan, ketenagakerjaan,
sumber daya manusia, sarana dan prasarana.
(5) Satuan Pemeriksa Intern melakukan tugas audit secara rutin sekurang-kurangnya
2 (dua) kali dalam setahun.
(6) Kepala SPI dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh sekretaris.
(7) SPI terdiri dari Kepala, Sekretaris, Tim Audit, dan staf Tata Usaha.
(8) Sekretaris SPI mempunyai tugas memberikan dukungan administrasi, keuangan,
ketenagaan dan pelaporan sesuai dengan dengan kebijakan Kepala SPI.
(9) Kepala dan Sekretaris SPI diangkat dan diberhentikan oleh Rektor.

Bagian Kedua
Penegakan Kode Etik

Pasal 97
(1) Penegakan Kode Etik selanjutnya disebut PKE adalah unsur pelaksana dalam
bidang penegakan kode etik caturgarba ilmiah universitas dan pengawasan
lingkungan kampus.
(2) PKE mempunyai tugas menegakkan peraturan perundangan-udangan berlaku,
menyelesaikan kasus-kasus dan mengawasi lingkungan kampus.
(3) PKE dalam menjalankan tugasnya menyelenggarakan fungsi:

43
a. Merumuskan sistem penegakan kode etik, pengawasan pelaksanaan peraturan
perundang-undangan, dan pengawasan lingkungan kampus;
b. Memeriksa dan menyelesaikan kasus-kasus yang terjadi didalam kampus bagi
caturgarba ilmiah;
c. Mengawasi infrastruktur sarana prasarana kampus; dan
d. Menyampaikan laporan dan tindak lanjut kepada Rektor; dan
e. Pelaksanaan administratif PKE.
(4) PKE dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Rektor.
(5) Kepala PKE dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh sekretaris.
(6) Sekretaris PKE mempunyai tugas memberikan dukungan administrasi,
keuangan, ketenagaan dan pelaporan sesuai dengan dengan kebijakan Kepala
PKE.
(7) Kepala dan Sekretaris PKE diangkat dan diberhentikan oleh Rektor.

BAB XI
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

Pasal 98
(1) Kelompok jabatan funsional terdiri dari Dosen, Peneliti, Pustakawan, Laboran,
Arsiparis, Pranata Komputer, Guru Besar dan jabatan fungsional lainnya yang
diangkat sesuai dengan kebutuhan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(2) Kelompok Jabatan fungsional dapat dibentuk melalui konsorsium, asosiasi, atau
sejenisnya.
(3) Kelompok jabatan fungsional dapat dibentuk bila mencapai serendah-rendahnya
25 orang anggota.
(4) Kelompok jabatan fungsional itu dipimpin oleh seorang pejabat fungsional
senior sebagai koordinator yang ditetapkan oleh Rektor.

BAB XII
ESELONISASI

Pasal 99
(1) Jabatan Non Eselon merupakan jabatan dosen yang mendapat tugas tambahan.
(2) Jabatan Non Eselon disetarakan dengan jabatan struktural.
(3) Jabatan Non Eselon terdiri dari Rektor, Wakil Rektor, Dekan, Wakil Dekan,
Direktur Pascasarjana, Ketua Jurusan, Sekretaris Jurusan, Ketua Lembaga,
Sekretaris Lembaga, Kepala Pusat, Kepala Satuan Pemeriksa Intern, dan
Sekretaris Satuan Pemeriksa Intern.

Pasal 100

44
(1) Kepala Biro adalah jabatan Struktural Eselon II.a.
(2) Kepala Bagian adalah jabatan Struktural Eselon III.a.
(3) Kepala Subbagian adalah jabatan Struktural Eselon IV.a,

BAB XIII
LEMBAGA NON STRUKTURAL

Pasal 101
(1) Lembaga nonstruktural merupakan bagian dari unsur penunjang, berupa lembaga
atau badan organisasi, atau bentuk lainnya di luar organisasi dan tata kerja
Universitas.
(2) Universitas dapat membentuk lembaga nonstruktural sesuai dengan kebutuhan.
(3) Penambahan jabatan di luar Peraturan Menteri Agama Nomor 25 Tahun 2013
tentang Organisasi dan Tata Kerja Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
dapat dilakukan sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang berlaku.

DOSEN

Pasal 102
(1) Dosen adalah Pendidik profesional di lingkungan Universitas yang berada di
fakultas dan bertanggungjawab kepada dekan.
(2) Dosen terdiri atas:
a. Dosen Tetap; dan
b. Dosen Tidak Tetap.
(3) Jenis dan jenjang kepangkatan dosen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal
ini, diatur sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB XIV
TATA KERJA

Bagian Pertama
Umum

Pasal 103
Dalam melaksanakan tugasnya, setiap pimpinan satuan organisasi/satuan kerja di
lingkungan universitas wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan
sinkronisasi secara hierarkis baik di lingkungan masing-masing maupun antar satuan
organisasi/satuan kerja, serta dengan instansi lain di luar universitas sesuai dengan
tugas masing-masing.

Pasal 104
45
Setiap pimpinan satuan organisasi/satuan kerja di lingkungan Universitas
bertanggung jawab memimpin dan mengoordinasikan bawahannya masing-masing
dan memberikan bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahan.

Pasal 105
Setiap pimpinan organisasi/satuan kerja wajib mengembangkan tugas dan fungsinya
berdasarkan visi, misi dan kebijakan universitas serta mengikuti dan mematuhi
petunjuk kerja pimpinan satuan organisasi/satuan kerja di atasnya, dan bertanggung
jawab menyampaikan laporan tugas secara berkala dan tepat waktu kepada atasan
masing-masing.

Pasal 106
Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan satuan organisasi/satuan kerja dan
bawahan wajib melakukan pengolahan atas laporan pelaksanaan tugas tersebut untuk
dipergunakan sebagai salah satu bahan utama dalam penilaian prestasi kerja,
pengambilan keputusan, dan pembinaan karir pegawai serta penyempurnaan
pelaksanaan tugas lebih lanjut.

Pasal 107
Wakil Rektor, Dekan, Direktur Pascasarjana, Ketua Lembaga, Kepala Biro, Kepala
Pusat UPT, dan Kepala SPI menyampaikan laporan kepada Rektor, selanjutnya
Kepala Biro Adminsitrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan menyusun laporan
akuntabilitas kinerja pelaksanaan tugas universitas.

Pasal 108
Setiap laporan yang disampaikan kepada atasan, wajib ditembuskan kepada satuan-
satuan organisasi lain yang secara fungsional mempunyai hubungan kerja.

Pasal 109
Setiap melaksanakan tugas, pimpinan satuan organisasi/satuan kerja dibantu oleh
Kepala-kepala satuan organisasi dibawahnya, dan dalam rangka pemberian
bimbingan kepada bawahan, masing-masing wajib mengadakan rapat berkala.

Bagian Kedua
Prinsip Manajemen dan Akuntabilitas

Pasal 110
(1) Setiap pimpinan satuan organisasi/kerja menerapkan prinsip manajemen berbasis
kinerja dan tata kelola perguruan tinggi yang baik.
(2) Penerapan manajemen berbasis kinerja pada ayat (1) meliputi perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan, dan pelaporan.
(3) Tata kelola sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bercirikan partisipatori,
berorientasi pada konsensus, akuntabilitas, transparansi, responsif terhadap
kebutuhan masyarakat di masa kini dan masa datang, efektif, efisien, inklusif,
dan mengikuti aturan hukum.

46
(4) Penjabaran prinsip manajemen berbasis kinerja dan tata kelola sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan Rektor dengan memperhatikan pertimbangan
Senat Universitas.

Pasal 111
(1) Pada awal memangku jabatan, Rektor menjabarkan tujuan-tujuan yang akan
dicapai selama periode jabatannya yang didasarkan pada visi, misi, dan
programnya dalam proses seleksi Rektor. Jabaran tujuan program ini
disampaikan dihadapan Senat untuk mendapatkan penyempurnaan dan
persetujuan.
(2) Tujuan-tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus berfokus pada
peningkatan kualitas hasil pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan oleh universitas.
(3) Setiap tahun anggaran, Rektor menyusun program kerja untuk mencapai tujuan-
tujuan program yang telah ditentukan sebelumnya.
(4) Program kerja tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disusun
berdasarkan pada anggaran pemerintah dan perkiraan pendapatan dari sumber-
sumber lain.
(5) Program kerja tahunan yang telah disusun, dikonsultasikan kepada Direktur
Jenderal untuk diperiksa kesesuaiannya dengan prioritas tujuan yang ingin
dicapai Direktorat Jenderal di bidang peningkatan mutu Program Tinggi Agama
Islam.
(6) Apabila ada koreksi Direktur Jenderal atas progam kerja tahunan sebagaimana
dimasud pada ayat (5), Rektor melakukan penyesuaian-penyesuaian sesuai
arahan Direktur Jenderal.
(7) Program kerja Rektor yang telah disusun, menjadi acuan penilaian bagi kinerja
Rektor oleh Senat Universitas pada akhir tahun anggaran yang bersangkutan.
(8) Perubahan terhadap tujuan program kerja Rektor sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), ayat (5) dan ayat (7), dapat dilakukan Rektor setelah mendapat
masukan dari pihak-pihak terkait.

Pasal 112
(1) Rektor meyampaikan laporan pencapaian tujuan program pada tahun anggaran
yang bersangkutan secara tertulis kepada Menteri melalui Direktur Jenderal
setelah memperoleh masukan dari rapat pimpinan universitas.
(2) Setiap akhir tahun, Rektor menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan pada
tahun berjalan, kepada Menteri melalui Direktur Jenderal.
(3) Pada akhir masa jabatannya, Rektor menyampaikan laporan
pertanggungjawaban secara tertulis kepada Menteri melalui Direktur Jenderal.
(4) Laporan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan
ayat (3) ditempatkan di Perpustakaan dan website universitas.

Pasal 113
(1) Rektor menetapkan standar kinerja pada pejabat universitas yang bertanggung
jawab kepadanya.
(2) Pejabat yang bertanggung jawab langung kepada Rektor menyampaikan laporan
tertulis pelaksanaan dan pencapaian tujuan program secara berkala.

47
(3) Setiap tahun, Rektor menilai kinerja para pejabat yang bertanggungjawab
kepadanya berdasarkan standar yang telah ditetapkan.
(4) Penilaian kinerja dilakukan berdasarkan prinsip objektifitas, berkeadilan, dan
akuntabel.
(5) Penilaian Rektor atas kinerja para pejabat yang bertanggung jawab kepadanya
disampaikan kepada yang bersangkutan secara tertulis, disertai penghargaan
apabila kinerja mereka di atas standar atau peringatan apabila kinerja mereka
berada di bawah standar.
(6) Setiap pejabat yang bertanggungjawab kepada Rektor, tidak memenuhi standar,
Rektor dapat memutuskan untuk mengganti mereka sesuai mekanisme
pengangkatan untuk jabatan yang bersangkutan.

Pasal 114
Ketentuan mengenai laporan dan akuntabilitas pejabat dan/atau pegawai yang berada
di bawah pejabat yang bertanggung jawab kepada Rektor ditetapkan oleh Senat
berdasarkan peraturan yang berlaku.

Bagian Ketiga
Pengangkatan, Pemberhentian, dan
Masa Jabatan Rektor, dan Wakil Rektor

Pasal 115
(1) Rektor diangkat dan diberhentikan oleh Menteri setelah mendapat pertimbangan
Senat.
(2) Apabila calon Rektor yang mendapat pertimbangan Senat tidak memenuhi
persyaratan dan/atau proses pertimbangannya tidak memenuhi ketentuan yang
berlaku, Menteri bisa meminta Senat untuk mengulang proses pemberian
pertimbangan.
(3) Masa jabatan Rektor adalah empat tahun dan dapat diangkat kembali dengan
ketentuan tidak boleh lebih dari dua kali masa jabatan.
(4) Apabila Rektor berhalangan tidak tetap, Rektor menunjuk salah seorang Wakil
Rektor.
(5) Apabila Rektor berhalangan tetap, Menteri mengangkat pejabat sementara
Rektor sebelum diangkat Rektor pengganti antar waktu.
(6) Apabila Senat tidak dapat menyelenggarakan rapat untuk memilih dan
memberikan pertimbangan calon Rektor, Menteri dapat mengangkat caretaker
Rektor.

Pasal 116
(1) Wakil Rektor diangkat dan diberhentikan oleh Rektor setelah mendapat
pertimbangan Senat.
(2) Masa jabatan Wakil Rektor mengikuti masa jabatan Rektor.
(3) Pemilihan Wakil Rektor dilakukan paling lambat dua bulan setelah pelantikan
Rektor.
(4) Wakil Rektor dapat dipilih kembali untuk masa jabatan berikutnya dengan
ketentuan tidak boleh lebih dari dua kali masa jabatan.

48
(5) Apabila salah seorang Wakil Rektor berhalangan tidak tetap, Rektor menunjuk
seorang Wakil Rektor lainnya sebagai pelaksana harian.
(6) Apabila Wakil Rektor berhalangan tetap, Rektor mengangkat Wakil Rektor baru
sebagai pejabat antar waktu berdasarkan tata cara pengangkatan Wakil Rektor.
(7) Pejabat antar waktu sebagaimana Pasal 109 ayat (6) yang menjabat lebih dari
seperdua masa jabatan dianggap 1 (satu) periode.
(8) Apabila Rektor sebagai pejabat antar waktu, maka Wakil Rektor tetap menjabat
sampai akhir masa jabatannya.

Pasal 117
(1) Rektor dan Wakil Rektor dapat diberhentikan karena:
a. Meninggal dunia;
b. Permohonan sendiri;
c. Masa jabatannya berakhir;
d. Diangkat dalam jabatan lain;
e. Dikenakan hukuman disiplin sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
f. Diberhentikan sementara dari pegawai negeri sipil; dan
g. Diberhentikan sementara dari jabatan fungsional dosen.
h. Jabatan dilikuidasi
(2) Tata cara pemberhentian Rektor dan Wakil Rektor sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Bagian Keempat
Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Pertimbangan
Calon Rektor, Calon Wakil Rektor, Ketua Lembaga, dan Direktur Pascasarjana

Pasal 118
(1) Syarat-syarat calon Rektor adalah:
a. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. Berusia maksimal 61 tahun;
c. Lulusan program Doktor;
d. Pegawai negeri sipil yang menduduki jabatan fungsional sekurang-kurangnya
Lektor Kepala;
e. Pernah memangku jabatan struktural atau non-struktural serendah-rendahnya
ketua jurusan/prodi, baik di dalam maupun di luar Universitas.
f. Apabila terpilih, bersedia melepaskan seluruh jabatan struktural yang sedang
dipangkunya, baik di dalam maupun di luar Universitas.
g. Sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan keterangan dari dokter ahli yang
ditunjuk oleh panitia pemilihan sebelum pemilihan berlangsung;
h. Bersedia dicalonkan dan mencalonkan diri menjadi Rektor secara tertulis;
i. Memiliki track record dan kepribadian yang baik;
j. Menyerahkan pernyataan tertulis berupa visi, misi, program yang jelas dan
dapat diterapkan, meliputi:
1) Program peningkatan mutu Universitas selama empat tahun ke depan;
2) Program peningkatan kualitas, kreativitas, prestasi, dan akhlak mulia
sivitas akademika;

49
3) Program penciptaan suasana lingkungan kampus yang asri, islami dan
ilmiah, dan
4) Program pelaksanaan efektivitas, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas.
(2) Tata cara pemberian pertimbangan Senat untuk pengangkatan calon Rektor
adalah:
a. Seleksi calon Rektor dilakukan oleh panitia seleksi yang dibentuk oleh Senat;
b. Seleksi calon Rektor terbuka untuk pegawai negeri sipil yang memenuhi
syarat, baik dari Universitas maupun dari luar Universitas;
c. Bakal calon Rektor minimal tiga orang;
d. Semua bakal calon Rektor yang sudah terdaftar memaparkan visi, misi, dan
programnya di depan tim panel akademik yang dibentuk oleh panitia seleksi
terdiri dari pakar yang memiliki komitmen pada peningkatan kualitas
Universitas;
e. Anggota tim panel terdiri dari tiga sampai lima orang dan harus melibatkan
anggota tim panel dari luar Universitas;
f. Pemaparan visi, misi dan program bakal calon Rektor sebagaimana dimaksud
pada huruf d dilakukan di dalam rapat Senat yang diselenggarakan khusus
untuk maksud tersebut dan terbuka untuk umum;
g. Pertimbangan Senat diberikan melalui rapat Senat yang diselenggarakan
khusus untuk maksud tersebut dan tertutup untuk umum;
h. Pertimbangan Senat diberikan dengan memperhatikan indikator kualitas
bakal calon meliputi:
1) Wawasan kependidikan, komitmen pada kualitas lulusan, tridharma
Perguruan Tinggi, kemampuan manejerial, integritas akademik dan
pribadi;
2) Visi dan misi kepemimpinan;
3) Program peningkatan mutu universitas selama empat tahun ke depan;
4) Program peningkatan kualitas, kreativitas, prestasi, dan akhlak mulia
sivitas akademika;
5) Program penciptaan suasana lingkungan kampus yang asri, Islami dan
ilmiah; dan
6) Program pelaksanaan efektivitas, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas.
i. Setiap anggota Senat memilih satu nama bakal calon Rektor yang dianggap
lebih berkulitas untuk memimpin Universitas berdasarkan kriteria pada huruf
h.
j. Pertimbangan Senat menghasilkan tiga nama calon Rektor yang mendapat
dukungan terbanyak pertama, kedua, dan ketiga dari anggota Senat.
k. Hasil pertimbangan Senat dianggap sah apabila rapat pemberian
pertimbangan tersebut dihadiri oleh minimal dua pertiga dari seluruh anggota
Senat;
l. Apabila ketentuan huruf k tidak terpenuhi, maka rapat pertimbangan Senat
ditunda satu kali 24 jam dan dianggap sah.
m. Hasil pertimbangan Senat sebagaimana dimaksud pada huruf k, harus sudah
diterima oleh Menteri selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum masa
jabatan Rektor berakhir.

50
Pasal 119
(1) Syarat-syarat calon Wakil Rektor adalah:
a. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. Berusia maksimal 61 tahun;
c. Lulusan program Doktor (S3)
d. Pegawai negeri sipil yang menduduki jabatan fungsional sekurang-kurangnya
Lektor Kepala;
e. Pernah memangku jabatan struktural atau non-struktural serendah-rendahnya
ketua jurusan/prodi, baik di dalam maupun di luar Universitas.
f. Apabila terpilih, bersedia melepaskan seluruh jabatan yang sedang
dipangkunya, baik di dalam maupun di luar Universitas.
g. Sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan keterangan dari dokter ahli yang
ditunjuk oleh panitia pemilihan sebelum pemilihan berlangsung;
h. Bersedia dicalonkan menjadi Wakil Rektor secara tertulis;
i. Memiliki track record dan kepribadian yang baik; dan
j. Apabila terpilih, bersedia melepaskan seluruh jabatan struktural yang sedang
dipangkunya, baik di dalam maupun di luar Universitas.
(2) Tata cara pemilihan dan pemberian pertimbangan Senat terhadap calon Wakil
Rektor sebagai berikut:
a. Rektor menyampaikan nama-nama calon Wakil Rektor masing-masing 2
(dua) orang pada setiap jabatan Wakil Rektor kepada senat untuk
dipertimbangkan;
b. Pertimbangan diberikan oleh Senat melalui musyawarah mufakat atau
pemungutan suara;
c. Dalam hal pemungutan suara, setiap anggota Senat memilih satu dari nama
calon Wakil Rektor sebagaimana dimaksud pada huruf a di atas;
d. Hasil pertimbangan senat dianggap sah apabila rapat Senat tersebut dihadiri
oleh minimal dua pertiga dari seluruh anggota Senat;
e. Apabila ketentuan pada huruf d tidak terpenuhi, maka rapat pertimbangan
Senat ditunda satu kali 24 jam dan dianggap sah.
f. Hasil pertimbangan senat sebagaimana dimaksud pada huruf d harus sudah
diterima oleh Rektor selambat-lambatnya dua bulan setelah pelantikan Rektor
terpilih.
(3) Rektor atas nama Menteri mengangkat Wakil Rektor yang telah mendapat
persetujuan Senat Universitas.

Pasal 120
(1) Syarat-syarat calon Ketua Lembaga adalah:
a. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa;
b. Berusia maksimal 61 tahun;
c. Lulusan program Doktor (S3)
d. Pegawai negeri sipil yang menduduki jabatan fungsional sekurang-kurangnya
Lektor Kepala;
e. Pernah memangku jabatan struktural atau non-struktural serendah-rendahnya
ketua jurusan/prodi, baik di dalam maupun di luar Universitas.
f. Apabila terpilih, bersedia melepaskan seluruh jabatan yang sedang
dipangkunya, baik di dalam maupun di luar Universitas.
51
g. Sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan keterangan dari dokter ahli yang
ditunjuk oleh panitia pemilihan sebelum pemilihan berlangsung;
h. Bersedia dicalonkan menjadi Ketua Lembaga secara tertulis;
i. Memiliki track record dan kepribadian yang baik; dan
j. Apabila terpilih, bersedia melepaskan seluruh jabatan struktural yang sedang
dipangkunya, baik di dalam maupun di luar Universitas.
(2) Tata cara pemilihan dan pemberian pertimbangan Senat terhadap calon Ketua
Lembaga sebagai berikut:
a. Rektor menyampaikan nama-nama calon Wakil Rektor masing-masing 2
(dua) orang pada setiap jabatan Ketua Lembaga kepada senat untuk
dipertimbangkan;
g. Pertimbangan diberikan oleh Senat melalui musyawarah mufakat atau
pemungutan suara;
h. Dalam hal pemungutan suara, setiap anggota Senat memilih satu dari nama
calon Ketua Lembaga sebagaimana dimaksud pada huruf a di atas;
i. Hasil pertimbangan senat dianggap sah apabila rapat Senat tersebut dihadiri
oleh minimal dua pertiga dari seluruh anggota Senat;
j. Apabila ketentuan pada huruf d tidak terpenuhi, maka rapat pertimbangan
Senat ditunda satu kali 24 jam dan dianggap sah.
k. Hasil pertimbangan senat sebagaimana dimaksud pada huruf d harus sudah
diterima oleh Rektor selambat-lambatnya dua bulan setelah pelantikan Rektor
terpilih.
(3) Rektor atas nama Menteri mengangkat Ketua Lembaga yang telah mendapat
persetujuan Senat Universitas.

Pasal 121
(1) Syarat-syarat calon Direktur Pascasarjana adalah:
a. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. Berusia maksimal 61 tahun;
c. Lulusan program Doktor (S3)
d. Pegawai negeri sipil yang menduduki jabatan fungsional sekurang-kurangnya
Lektor Kepala;
e. Pernah memangku jabatan struktural atau non-struktural serendah-rendahnya
ketua jurusan/prodi, baik di dalam maupun di luar Universitas.
f. Apabila terpilih, bersedia melepaskan seluruh jabatan yang sedang
dipangkunya, baik di dalam maupun di luar Universitas.
g. Sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan keterangan dari dokter ahli yang
ditunjuk oleh panitia pemilihan sebelum pemilihan berlangsung;
h. Bersedia dicalonkan menjadi Direktur Pascasarjana secara tertulis;
i. Memiliki track record dan kepribadian yang baik; dan
j. Apabila terpilih, bersedia melepaskan seluruh jabatan struktural yang sedang
dipangkunya, baik di dalam maupun di luar Universitas.
(2) Tata cara pemilihan dan pemberian pertimbangan Senat terhadap calon Direktur
Pascasarjana sebagai berikut:
a. Rektor menyampaikan nama-nama calon Direktur Pascasarjana masing-
masing 2 (dua) orang pada setiap jabatan Direktur Pascasarjana kepada senat
untuk dipertimbangkan;

52
b. Pertimbangan diberikan oleh Senat melalui musyawarah mufakat atau
pemungutan suara;
c. Dalam hal pemungutan suara, setiap anggota Senat memilih satu dari nama
calon Direktur Pascasarjana sebagaimana dimaksud pada huruf a di atas;
d. Hasil pertimbangan senat dianggap sah apabila rapat Senat tersebut dihadiri
oleh minimal dua pertiga dari seluruh anggota Senat;
e. Apabila ketentuan pada huruf d tidak terpenuhi, maka rapat pertimbangan
Senat ditunda satu kali 24 jam dan dianggap sah.
f. Hasil pertimbangan senat sebagaimana dimaksud pada huruf d harus sudah
diterima oleh Rektor selambat-lambatnya dua bulan setelah pelantikan Rektor
terpilih.
(3) Rektor atas nama Menteri mengangkat Direktur Pascasarjana yang telah
mendapat persetujuan Senat Universitas.

Bagian Kelima
Pengangkatan, Pemberhentian, dan
Masa Jabatan Dekan dan Wakil Dekan

Pasal 122
(1) Dekan diangkat dan diberhentikan oleh Rektor melalui mekanisme pemililihan
dan/atau pertimbangan Senat Fakultas.
(2) Dekan bertanggung jawab kepada Rektor.
(3) Dekan diangkat untuk masa jabatan empat tahun dan dapat dipilih kembali
dengan ketentuan tidak boleh lebih dari dua kali masa jabatan.
(4) Pengangkatan Dekan didasarkan pada potensi dan kemampuan calon Dekan
untuk meningkatkan kinerja dan mutu fakultas di bidang pendidikan, penelitian,
dan pengabdian kepada masyarakat.
(5) Apabila Dekan berhalangan tidak tetap, Rektor menunjuk salah seorang Wakil
Dekan sebagai pelaksana harian Dekan.
(6) Apabila Dekan berhalangan tetap, Rektor mengangkat Dekan baru sebagai
pejabat antar waktu berdasarkan tata cara pengangkatan Dekan.
(7) Pejabat antarwaktu sebagaimana Pasal 113 ayat (5) yang menjabat lebih dari
seperdua masa jabatan dianggap 1 (satu) periode.
(8) Selama Dekan definitif belum ditetapkan, Rektor mengangkat pelaksana harian
Dekan.
(9) Rektor berwenang menolak usul pengangkatan dan pemberhentian Dekan bila
tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pasal 123
(1) Wakil Dekan diangkat dan diberhentikan oleh Rektor melalui mekanisme
pemililihan dan/atau pertimbangan Senat Fakultas.
(2) Wakil Dekan bertanggung jawab kepada Dekan.
(3) Masa jabatan Wakil Dekan mengikuti masa jabatan Dekan.
(4) Wakil Dekan dapat dipilih kembali dengan ketentuan tidak lebih dari dua kali
masa jabatan.
(5) Apabila Wakil Dekan berhalangan tidak tetap, Dekan menunjuk salah seorang
Wakil Dekan lainnya sebagai pejabat sementara.
53
(6) Apabila Wakil Dekan berhalangan tetap, Rektor mengangkat Wakil Dekan baru
sebagai pejabat antar waktu berdasarkan pertimbangan Senat Fakultas.
(7) Pejabat antarwaktu sebagaimana Pasal 114 ayat (5) yang menjabat lebih dari
seperdua masa jabatan dianggap 1 (satu) periode.
(8) Pemberian pertimbangan calon Wakil Dekan dilakukan oleh Senat Fakultas
paling lambat dua bulan setelah pelantikan Dekan terpilih.
(9) Apabila Dekan sebagai pejabat antar waktu, maka Wakil Dekan tetap menjabat
sampai akhir masa jabatannya.
(10) Rektor berwenang menolak usul pengangkatan Wakil Dekan bila tidak sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.

Pasal 124
b. Dekan dan Wakil Dekan dapat diberhentikan dari jabatannya karena:
a. Permohonan sendiri;
b. Masa jabatannya berakhir;
c. Diangkat pada jabatan lain;
d. Dikenakan hukuman disiplin sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
e. Diberhentikan sementara dari pegawai negeri sipil;
f. Diberhentikan sementara dari jabatan fungsional dosen;
g. Diberhentikan oleh Rektor setelah mendapat penilaian, pertimbangan dan
usul dari mayoritas senat fakultas melalui rapat senat fakultas; dan
h. Jabatan dilikuidasi.
c. Tata cara pemberhentian Dekan dan Wakil Dekan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
d. Rektor berwenang menolak usul pemberhentian Dekan dan Wakil Dekan bila
tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Bagian Keenam
Tata Cara Pemberian
Pertimbangan Calon Dekan dan Wakil Dekan

Pasal 125
(1) Syarat-syarat calon Dekan adalah:
a. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. Berusia maksimal 61 tahun;
c. Lulusan program doktor;
d. Menduduki jabatan fungsional sekurang-kurangnya Lektor Kepala;
e. Apabila syarat-syarat jabatan fungsional sebagaimana ketentuan huruf d tidak
terpenuhi atau karena Senat Fakultas belum terbentuk maka Rektor
mengajukan nama untuk mendapat pertimbangan Senat Universitas;
f. Pernah memangku jabatan struktural atau non-struktural, baik di dalam
maupun di luar Universitas.
g. Bersedia dicalonkan dan mencalonkan diri untuk menjadi Dekan; dan
h. Menyerahkan pernyataan tertulis meliputi;
1) Visi dan misi kepemimpinan;
2) Program peningkatan mutu fakultas selama empat tahun ke depan;

54
3) Program peningkatan kualitas, kreaktivitas, prestasi, dan akhlak mulia
sivitas akademika dan tenaga kependidikan;
4) Program penciptaan suasana lingkungan kampus yang Islami, ilmiah dan
asri; serta
5) Program pelaksanaan efektivitas, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas.
(2) Tata cara pemilihan dan pemberian pertimbangan Senat Fakultas terhadap calon
Dekan adalah:
a. Seleksi calon Dekan dilaksanakan panitia yang dibentuk oleh Senat Fakultas;
b. Seleksi calon Dekan terbuka bagi semua dosen yang memenuhi syarat, baik
dari dalam maupun dari luar Universitas;
c. Bakal calon Dekan minimal 3 (tiga) orang;
d. Bakal calon Dekan memaparkan visi, misi, dan programnya di depan tim
panel akademik yang dibentuk panitia seleksi yang terdiri dari pakar yang
memiliki komitmen pada peningkatan kualitas fakultas di hadapan rapat
Senat Fakultas yang terbuka untuk umum.
e. Anggota tim panel maksimal 3 (tiga) orang yang berasal dari dalam dan luar
Fakultas/Universitas;
f. Pertimbangan Senat fakultas diberikan melalui rapat Senat fakultas yang
diselenggarakan khusus untuk maksud tersebut dan tertutup untuk umum;
g. Pertimbangan senat diberikan dengan memperhatikan indikator kualitas bakal
calon yang meliputi:
1) Wawasan kependidikan, komitmen pada kualitas lulusan, Tridharma PT,
kemampuan manajerial, dan integritas akademik dan pribadi;
2) Visi dan misi kepemimpinan;
3) Program peningkatan mutu fakultas selama empat tahun ke depan;
4) Program peningkatan kualitas, kreativitas, prestasi, dan akhlak mulia
sivitas akademika dan tenaga kependidikan;
5) Program penciptaan suasana lingkungan kampus yang Islami, Islami,
Ilmiah dan asri; serta
6) Program pelaksanaan efektivitas, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas.
h. Setiap anggota Senat Fakultas memilih satu nama bakal calon dekan yang
dianggap lebih berkualitas untuk memimpin fakultas, berdasarkan kriteria
sebagaimana dimaksud pada huruf g;
i. Pertimbangan Senat Fakultas menetapkan 3 (tiga) nama calon dekan yang
mendapat dukungan terbanyak pertama, kedua, dan ketiga;
j. Pemilihan dan Pertimbangan Senat Fakultas dianggap sah apabila rapat Senat
Fakultas tersebut dihadiri oleh minimal dua pertiga dari seluruh anggota
Senat Fakultas.
k. Apabila ketentuan pada huruf j tidak terpenuhi, maka rapat pemilihan dan
pertimbangan Senat ditunda satu kali 24 jam dan dianggap sah.
(3) Hasil pertimbangan Senat Fakultas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf i
disampaikan oleh Dekan kepada Rektor selambat-lambatnya dua bulan sebelum
masa jabatan Dekan berakhir, dilampiri berita acara rapat Senat Fakultas,
program kerja masing-masing calon, dan persyaratan administratif yang
diperlukan.
(4) Apabila calon dekan yang diusulkan olehSenat Fakultas tidak memenuhi
persyaratan kualifikasi calon dekan atau tidak memenuhi ketentuan yang

55
berlaku, Rektor bisa meminta Senat Fakultas untuk melakukan pertimbangan
ulang calon dekan.
(5) Rektor atas nama Menteri menetapkan dan mengangkat Dekan yang telah
mendapatkan pertimbangan Senat Fakultas;
(6) Rektor berhak menolak usul penetapan Dekan/Wakil Dekan, apabila tidak
memenuhi syarat sebagaimana disebutkan pada pasal 92 ayat (1).
(7) Dalam hal fakultas belum memiliki Senat Fakultas, maka penetapan Dekan
dilakukan oleh Rektor melalui pertimbangan Senat Universitas.

Pasal 126
(1) Syarat-syarat calon Wakil Dekan adalah:
a. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. Berusia maksimal 61 tahun;
c. Menduduki jabatan fungsional sekurang-kurangnya Lektor Kepala bagi
lulusan program Magister atau Lektor bagi yang sudah memiliki gelar
Doktor;
d. Pernah memangku jabatan struktural atau non-struktural, baik di dalam
maupun di luar Universitas;
e. Sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan keterangan dari dokter pemerintah
yang ditunjuk oleh panitia pemilihan sebelum pemilihan berlangsung;
f. Bersedia dicalonkan menjadi Wakil Dekan secara tertulis; dan
g. Apabila terpilih, bersedia melepaskan seluruh jabatan struktural yang
dijabatnya, baik di dalam maupun diluar Universitas.
(2) Tata cara pemberian pertimbangan Senat Fakultas terhadap Wakil Dekan adalah:
a. Dekan menyampaikan nama-nama calon Wakil Dekan masing-masing 2 (dua)
orang pada setiap jabatan Wakil Dekan kepada senat fakultas dengan
mengutamakan dosen fakultas untuk dipertimbangkan;
b. Pertimbangan diberikan oleh senat fakultas melalui musyawarah mufakat
atau pemungutan suara;
c. Dalam hal pemungutan suara, setiap anggota senat fakultas memilih satu dari
dua nama calon Wakil Dekan sebagaimana dimaksud pada huruf a di atas;
d. Pertimbangan Senat Fakultas dianggap sah apabila rapat Senat Fakultas
tersebut dihadiri oleh minimal dua pertiga dari seluruh anggota Senat
Fakultas; dan
e. Apabila ketentuan pada huruf d tidak terpenuhi, maka rapat pemilihan dan
pertimbangan Senat ditunda satu kali 24 jam dan dianggap sah.
(3) Dekan menyampaikan hasil pertimbangan Senat Fakultas mengenai calon Wakil
Dekan kepada Rektor dengan melampirkan berita acara pemilihan dan seluruh
persyaratan calon Wakil Dekan, selambat-lambatnya dua bulan setelah
pelantikan Dekan;
(4) Rektor atas nama Menteri menetapkan dan mengangkat Wakil Dekan yang telah
mendapat pertimbangan Senat Fakultas;
(5) Rektor berhak menolak usul penetapan Wakil Dekan, apabila tidak memenuhi
syarat sebagaimana disebutkan pada pasal 116 ayat (1).

56
Bagian Ketujuh
Pengangkatan, Pemberhentian, dan Masa jabatan
Ketua dan Sekretaris Jurusan

Pasal 127
(1) Ketua dan Sekretaris Jurusan diangkat dan diberhentikan oleh Rektor, atas usul
Dekan berdasarkan suara terbanyak setelah dipilih oleh dosen jurusan.
(2) Masa jabatan Ketua Jurusan adalah empat tahun, dan dapat dipilih kembali
untuk masa jabatan berikut dengan ketentuan tidak boleh lebih dari dua kali
masa jabatan.
(3) Masa jabatan Sekretaris Jurusan mengikuti masa jabatan Ketua Jurusan.

Bagian Kedelapan
Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Pertimbangan
Calon Ketua dan Sekretaris Jurusan

Pasal 128
(1) Syarat-syarat calon Ketua dan Sekretaris Jurusan adalah:
a. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. Menduduki jabatan fungsional sekurang-kurangnya Lektor;
c. Berlatarbelakang pendidikan dan keahlian sesuai dengan jurusan/program
studinya;
d. Sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan keterangan dari dokter pemerintah
yang ditunjuk oleh panitia pemilihan sebelum pemilihan berlangsung; dan
e. Bersedia dicalonkan menjadi ketua atau Sekretaris jurusan.
(2) Tata cara pengangkatan Ketua dan Sekretaris Jurusan sebagai berikut:
a. Dekan menyampaikan nama calon Ketua atau Sekretaris Jurusan masing-
masing 2 (dua) orang yang telah memenuhi syarat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) kepada Senat Fakultas;
b. Bakal calon ketua/sekretaris Jurusan menyampaikan visi, misi dan program
secara lisan di hadapan rapat pemilihan;
c. Pemilihan dilakukan secara musyawarah untuk mufakat atau pemungutan
suara;
d. Dalam hal pemungutan suara, dosen jurusan memilih 1 (satu) di antara nama
balon Ketua/Sekretaris Jurusan untuk diajukan ke Dekan;
e. Nama Balon Ketua/Sekretaris Jurusan selanjutnya diajukan oleh Dekan
dalam mekanisme pemilihan dan/atau pertimbangan Senat Fakultas;
f. Hasil pemilihan oleh dosen jurusan dianggap sah apabila rapat pemilihan
dihadiri minimal 2/3 (dua pertiga) dari seluruh dosen jurusan;
g. Apabila ketentuan pada huruf e tidak terpenuhi, maka rapat pemilihan ditunda
satu kali 24 jam dan dianggap sah; dan
h. Pemilihan ketua dan sekretaris jurusan dilakukan secara terpisah dalam waktu
yang sama.

57
Bagian Kesebelas
Pengangkatan, Pemberhentian, dan Masa Jabatan
Ketua Lembaga, Kepala Pusat, Kepala Pusat Unit Pelaksana Teknis

Pasal 129
(1) Ketua Lembaga, Kepala pusat, dan Kepala Pusat Unit Pelaksana Teknis diangkat
dan diberhentikan oleh Rektor.
(2) Apabila Ketua Lembaga, Kepala Pusat, dan Kepala Pusat Unit Pelaksana Teknis
berhalangan tidak tetap, Rektor menunjuk pejabat sementara.
(3) Apabila Ketua Lembaga, Kepala Pusat, dan Kepala Pusat Unit Pelaksana Teknis
berhalangan tetap, Rektor menunjuk pejabat baru.

Bagian Keduabelas
Persyaratan Sekretaris Lembaga dan Kepala Pusat

Pasal 130
Syarat-syarat Sekretaris Lembaga, dan Kepala Pusat adalah:
a. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. Berusia maksimal 61 tahun;
c. Berijazah Doktor bagi Ketua dan Sekretaris Lembaga;
d. Bagi Sekretaris Lembaga menduduki jabatan fungsional serendah-rendahnya
Lektor Kepala;
e. Sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan dengan keterangan dokter pemerintah
sebelum pemilihan berlangsung;
f. Memiliki keahlian di bidang terkait; dan
g. Memiliki wawasan kependidikan, komitmen pada kualitas lulusan, Tridharma
perguruan tinggi, kemampuan manejerial, dan integritas akademik maupun
pribadi;

Bagian Ketigabelas
Persyaratan Kepala Pusat pada Unit Pelaksana Teknis

Pasal 131
Syarat-syarat Kepala Pusat Unit Pelaksana Teknis adalah:
a. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. Berusia maksimal 61 tahun untuk dosen;
c. Berijazah sekurang-kurangnya Magister;
d. Menduduki jabatan fungsional serendah-rendahnya Lektor;
e. Sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan dengan keterangan dokter pemerintah;
f. Memiliki keahlian di bidang terkait;
g. Memiliki wawasan kependidikan, komitmen pada kualitas lulusan, Tridharma
perguruan tinggi, kemampuan manejerial, dan integritas akademik maupun
pribadi;

58
BAB XV
KURIKULUM PENGEMBANGAN PROGRAM STUDI

Bagian Pertama
Kurikulum

Pasal 132
(1) Kurikulum disusun oleh masing-masing jurusan yang dikoordinasikan oleh
fakultas atau pascasarjana dengan memperhatikan jenjang dan jenis pendidikan,
kompetensi lulusan jurusan, serta upaya pencapaian integrasi keislaman dengan
keilmuan sesuai dengan visi dan misi universitas serta berpedoman pada
peraturan perundang-undangan.
(2) Kurikulum disusun mengacu pada kompetensi lulusan.
(3) Kompetensi lulusan meliputi aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan.
(4) Kompetensi lulusan dikelompokkan menjadi tiga: kompetensi dasar, kompetensi
utama dan kompetensi tambahan.
(5) Kompetensi dasar adalah kompetensi yang wajib dimiliki oleh setiap lulusan
universitas; kompetensi utama adalah kompetensi yang menjadi ciri khas
jurusan; dan kompetensi tambahan adalah kompetensi di luar kompetensi dasar
dan kompetensi utama yang ditetapkan oleh jurusan.
(6) Kurikulum disusun dengan mempertimbangkan pendapat pimpinan, jurusan, dan
stakeholder.
(7) Kurikulum ditetapkan bersifat fleksibel sehingga memungkinkan para
mahasiswa mempunyai banyak pilihan terutama di bidang kompetensi
tambahan.
(8) Kurikulum dapat dilaksanakan setelah mendapat pengesahan dari Rektor.

Bagian Kedua
Pengembangan Program Studi

Pasal 133
(1) Pendidikan akademik pada Universitas dan Fakultas meliputi program sarjana,
program magister, dan program doktor.
(2) Program studi pada program sarjana, program magister, dan program doktor
disesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan pelaksanaan sistem pendidikan
nasional serta keperluan akan pengembangan ilmu agama, ilmu pengetahuan dan
teknologi, dan/atau seni.
(3) Pendidikan vokasi terdiri dari program diploma dan sarjana terapan serta
program pendidikan profesi dan program spesialis sesuai dengan perkembangan
Universitas.
(4) Penyelenggaraan program-program pendidikan tersebut pada ayat (1) dan (4)
diatur dalam peraturan universitas sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(5) Untuk menjaga relevansi jumlah dan jenis jurusan/program studi, secara
periodik universitas mengkaji dan bekerjasama dengan lembaga-lembaga
pengguna lulusan.

59
BAB XVI
PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

Bagian Pertama
Penerimaan Mahasiswa

Pasal 134
(1) Penerimaan mahasiswa baru setiap program studi dapat dilakukan melalui pola
penerimaan mahasiswa secara nasional dan bentuk lain.
(2) Calon mahasiswa yang telah memenuhi persyaratan akademik wajib diterima
oleh perguruan tinggi sesuai daya tampung.
(3) Perguruan Tinggi menjaga keseimbangan antara jumlah maksimum mahasiswa
dalam setiap program studi dan kapasitas sarana dan prasarana, dosen dan tenaga
kependidikan serta layanan dan sumber daya pendidikan lainnya.
(4) Penerimaan Mahasiswa baru perguruan tinggi merupakan seleksi akademis dan
dilarang dikaitkan dengan tujuan komersil.
(5) Universitas wajib mencari dan menjaring calon Mahasiswa yang memiliki
potensi akademik tinggi tetapi kurang mampu secara ekonomi dan calon
mahasiswa dari daerah terdepan, terluar, dan tertinggal untuk diterima paling
sedikit 20% (dua puluh persen) dari seluruh mahasiswa baru yang terima dan
tersebar pada semua program studi.
(6) Program studi yang menerima calon mahasiswa sebagaimana pasal 125 ayat (6)
dapat memperoleh bantuan biaya pendidikan dari pemerintah, pemerintah
daerah, perguruan tinggi dan/atau masyarakat.

Pasal 135
(1) Penerimaan mahasiswa baru dapat dilakukan setiap semester dalam satu tahun
akademik.
(2) Persyaratan untuk menjadi mahasiswa ditetapkan berdasarkan keputusan Rektor
atau peraturan lainya tentang hal itu.
(3) Warga negara asing dapat diterima menjadi mahasiswa setelah memenuhi
persyaratan dan prosedur yang ditetapkan sesuai ketentuan yang berlaku.
(4) Khusus Pascasarjana, penerimanaan mahasiswa baru non regular dapat
dilakukan setiap semester, sedangkan khusus regular dapat dilakukan setiap
tahun akademik.

Pasal 136
(1) Tahun akademik bagi penyelenggaraan pendidikan dimulai pada bulan
September tahun berjalan dan berakhir pada bulan Agustus tahun berikutnya.
(2) Tahun akademik dibagi dalam dua semester yaitu semester gasal dan semester
genap.
(3) Semester gasal dimulai September tahun berjalan sampai dengan Pebruari tahun
berikutnya dan semester genap dimulai Maret tahun berjalan sampai dengan
Agustus tahun yang sama.
(4) Setiap semester minimum enam belas minggu.
60
Bagian Kedua
Sistem Perkuliahan

Pasal 137
(1) Penyelenggaraan perkuliahaan jurusan/program studi dilakukan dengan
menerapkan sistem kredit semester.
(2) Penyelenggaraan perkuliahan dapat dilakukan dalam bentuk tatap muka,
kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri seperti seminar, simposium, diskusi
panel, lokakarya, praktikum, tutorial, dan/atau perkuliahaan umum, penggunaan
electronic learning, kuliah kerja nyata, kegiatan kokurikuler, dsb.
(3) Beban studi minimum dan masa studi maksimum untuk menyelesaikan suatu
jurusan/program studi dalam setiap program pendidikan ditetapkan oleh rektor
sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan yang berlaku.
(4) Kebijakan akademik universitas yang lebih rinci ditetapkan dengan keputusan
rektor, dituangkan dalam buku pedoman akademik.
(5) Kebijakan akademik jurusan/program studi pada fakultas atau pascasarjana di
tetapkan oleh dekan atau direktur dengan ketentuan tidak bertentangan dengan
kebijakan yang lebih tinggi.
(6) Penyusunan pedoman akademik tingkat fakultas, jurusan/program studi
ditetapkan berdasarkan keputusan dekan.

Bagian Ketiga
Bahasa Pengantar

Pasal 138
Bahasa pengantar perkuliahan menggunakan bahasa Indonesia, Arab, Inggris, dan
bahasa lainnya.

Bagian Keempat
Administrasi Akademik

Pasal 139
(1) Administrasi akademik merekam dan menyimpan layanan pendidikan yang
diberikan kepada mahasiswa serta hasilnya mulai dari penerimaan mahasiswa
baru, penyelenggaraan perkuliahan, ujian sampai pemberian ijazah serta
pelaporan.
(2) Administrasi akademik dilaksanakan dengan menggunakan sistem informasi
manajemen berbasis teknologi modern.

Bagian Kelima
Upacara Akademik dan Upacara Resmi Lainnya

Pasal 140
61
(1) Upacara akademik diselenggarakan oleh universitas dalam rapat senat terbuka,
dipimpin oleh ketua senat universitas.
(2) Upacara akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Penerimaan mahasiswa baru;
b. Peringatan hari jadi universitas;
c. Wisuda lulusan (diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor);
d. Promosi doktor;
e. Pengukuhan jabatan guru besar; dan
f. Penganugerahan gelar kehormatan.
(3) Upacara akademik yang dilaksanakan universitas sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) diselenggarakan dengan tata cara sesuai tradisi keilmuan dan
kepribadian bangsa Indonesia.
(4) Tata cara dan penggunaan atribut upacara akademik ditetapkan dengan
keputusan rektor setelah mendapat persetujuan senat universitas.

Pasal 141
Upacara resmi lainnya diselenggarakan oleh universitas pada kegiatan:
a. Pelantikan pejabat;
b. Penganugrahan penghargaan;
c. Peringatan hari-hari besar;
d. Pembukaan kuliah perdana;
e. Penerimaan tamu-tamu resmi universitas; dan
f. Dan lain-lain yang ditetapkan Rektor.

Bagian Keenam
Pengembangan Tridharma Perguruan Tinggi

Pasal 142
(1) Tridharma perguruan tinggi terdiri atas pendidikan dan pengajaran, penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat.
(2) Universitas berkewajiban untuk mengembangkan Tridharma perguruan tinggi.
(3) Pendidikan diselenggarakan secara terencana dan akuntabel yang bertujuan
untuk menghasilkan lulusan yang bermutu dan berdaya saing tinggi.
(4) Penelitian diselenggarakan secara terencana dan akuntabel yang bertujuan untuk
menghasilkan penelitian yang bermutu tinggi dan dapat memberikan sumbangan
yang berarti bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan/atau pemecahan masalah
yang dihadapi masyarakat.
(5) Pengabdian kepada masyarakat diselenggarakan secara terencana dan akuntabel
yang bertujuan untuk mengabdikan hasil-hasil pendidikan dan penelitian yang
dilakukan oleh universitas bagi kemaslahatan masyarakat.

62
Bagian Ketujuh
Pengembangan Layanan

Pasal 143
(1) Pelayanan umum dan administrasi akademik dikembangkan untuk mewujudkan
pelayanan prima.
(2) Prinsip dan indikator pelayanan prima sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur lebih lanjut oleh Rektor.

BAB XVII
EVALUASI HASIL BELAJAR DAN PENJAMINAN MUTU

Bagian Pertama
Evaluasi Hasil Belajar

Pasal 144
(1) Evaluasi hasil belajar didasarkan pada nilai mengenai kemajuan dan kemampuan
mahasiswa.
(2) Penilaian ini dilakukan secara berkala dan dapat berbentuk ujian, pelaksanaan
tugas, praktikum, dan pengamatan dosen dan/atau kegiatan lainnya sesuai
kekhususan bidang/mata kuliah.
(3) Penilaian dapat dilaksanakan pada setiap akhir pokok bahasan, tengah semester,
akhir semester, atau gabungan kegiatan-kegiatan terstruktur lainnya.
(4) Evaluasi hasil belajar harus meliputi aspek pengetahuan, sikap dan perilaku, dan
keterampilan.
(5) Ujian akhir program dapat diselenggarakan melalui ujian pelaksanaan tugas
akhir, ujian skripsi, tesis, disertasi, dan/atau bentuk ujian lainnya yang ditetapkan
oleh masing-masing fakultas/jurusan/program studi.
(6) Evaluasi hasil belajar menghasilkan nilai yang dinyatakan dalam huruf A, B, C,
D, E yang masing-masing setara dengan angka 4, 3, 2, 1, 0.
(7) Konversi nilai ditetapkan lebih lanjut dalam Pedoman Akademik.
(8) Senat universitas menetapkan standar minimum mutu soal ujian dan standar
minimum prosedur penyelenggaraan ujian untuk menjamin transparansi dan
objektivitas penilaian kemajuan dan kemampuan mahasiswa.
(9) Senat universitas menetapkan prosedur penyelesaian masalah apabila terjadi
sengketa antara mahasiswa dan dosen dalam pelaksanaan dan hasil ujian.
(10) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal ini ditetapkan
dengan keputusan Rektor dan/atau Dekan/Direktur/Ketua Jurusan/Program Studi
yang dimuat dalam Buku Pedoman Akademik.
(11) Nilai mahasiswa dapat diunduh melalui online system.

63
Bagian Kedua
Penjaminan Mutu

Pasal 145
(1) Pemerintah menyelenggarakan sistem penjaminan mutu pendidikan tinggi untuk
mendapatkan pendidikan bermutu.
(2) Penjaminan mutu dilakukan melalui penetapan, pelaksanaan, evaluasi,
pengendalian dan peningkata standar pendidikan tinggi.
(3) Sistem penjaminan mutu pendidikan tinggi didasarkan pada Pangkalan Data
Pendidikan Tinggi.
(4) Sistem penjaminan mutu pendidikan tinggi terdiri atas:
a. Sistem penjaminan mutu internal yang dikembangkan oleh perguruan tinggi;
dan
b. Sistem penjaminan mutu eksternal yang dilakukan melalui akreditasi.
(5) Mutu hasil belajar setiap lulusan merupakan prioritas program penyelenggaraan
pendidikan di universitas.
(6) Universitas memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa setiap mahasiswa
yang dinyatakan lulus oleh universitas telah memiliki mutu dan daya saing yang
tinggi.
(7) Untuk memberikan jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), universitas
menetapkan standar minimum mutu lulusan untuk setiap jurusan.
(8) Standar minimum mutu lulusan universitas adalah:
a. Memiliki kepribadian sebagai ilmuan muslim Indonesia;
b. Memiliki kemampuan membaca dan menulis huruf al-Qur’an (Arab);
c. Memiliki pengetahuan tentang ilmu keislaman secara umum;
d. Memiliki kemampuan memahami isi buku teks berbahasa Arab dan Inggris
dengan lancar;
e. Memiliki kemampuan menggunakan komputer dan mengakses informasi dari
internet;
f. Memiliki kemampuan berpikir logis, kritis, analitis, ilmiah; dan
g. Memiliki kemampuan memecahkan masalah secara efektif.
(9) Universitas menetapkan standar minimum mutu soal dan prosedur pelaksanaan
ujian, untuk mengukur kemampuan mahasiswa dalam mencapai standar
minimum mutu lulusan yang telah ditetapkan.
(10) Ujian sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dapat dilaksanakan setiap semester
dan/atau akhir tahun akademik.
(11) Setiap pascasarjana/jurusan/program studi dapat menetapkan standar minimum
mutu lulusan masing-masing, sebagai tambahan atas standar minimum mutu
lulusan yang ditetapkan universitas sebagaimana dimaksud pada ayat (4) sesuai
pascasarjana/jurusan/program studi yang bersangkutan
(12) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (6)
ditetapkan dengan keputusan dekan/direktur atau Rektor.
(13) Audit secara internal dilakukan oleh Penjaminan Mutu melalui tenaga Auditor
Mutu Akademik Internal (AMAI).
(14) Untuk pengendalian mutu lulusan serta program akademik yang diselenggarakan
oleh Lembaga Penjaminan Mutu.

64
(15) Penjaminan mutu dilakukan dengan mengkaji luaran, proses, dan kegunaan tiap
program akademik.
(16) Standar penilaian mutu ditetapkan secara internal oleh Rektor.

BAB XVIII
KEBEBASAN AKADEMIK, KEBEBASAN MIMBAR AKADEMIK,
OTONOMI KEILMUAN, INTEGRITAS AKADEMIK
DAN KODE ETIK

Bagian Pertama
Kebebasan Akademik dan Kebebasan Mimbar Akademik

Pasal 146
(1) Kebebasan akademik merupakan kebebasan yang dimiliki sivitas akademika
untuk melaksanakan kegiatan yang terkait dengan pendidikan dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dijiwai nilai-nilai
keilmuan, keislaman dan keindonesiaan secara bertanggung jawab dan mandiri.
(2) Kebebasan mimbar akademik berlaku sebagai bagian dari kebebasan akademik
yang memungkinkan sivitas akademika menyampaikan pikiran dan pendapat di
kampus dengan norma keilmuan dan kaidah keislaman.
(3) Rektor menjamin dan mengupayakan agar sivitas akademika dapat
melaksanakan kebebasan akademik dan kebebasan mimbar akademik dalam
rangka pelaksanaan tugas dan fungsinya secara mandiri sesuai dengan aspirasi
pribadi dan dilandasi oleh norma keilmuan dan kaidah keislaman.
(4) Dalam melaksanakan kebebasan akademik dan kebebasan mimbar akademik,
sivitas akademika harus mengupayakan agar kegiatan dan hasilnya dapat
meningkatkan pelaksanaan kegiatan akademik universitas.
(5) Dalam melaksanakan kebebasan akademik, sivitas akademika bertanggung
jawab secara pribadi atas pelaksanaan dan hasilnya sesuai dengan norma
keilmuan dan kaidah keislaman.
(6) Dalam melaksanakan kebebasan akademik dan kebebasan mimbar akademik,
rektor dapat mengizinkan penggunaan sumberdaya universitas sepanjang
kegiatan tersebut tidak dimaksudkan untuk merugikan orang lain dan/atau untuk
memperoleh keuntungan materi bagi pribadi yang melakukannya.
(7) Senat universitas merumuskan pengaturan kebebasan akademik dan kebebasan
mimbar akademik dengan berpedoman pada terwujudnya pengembangan diri
sivitas akademika, ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan/atau kemanusiaan.

Bagian Kedua
Otonomi Keilmuan

Pasal 147
(1) Otonomi keilmuan merupakan kegiatan yang berpedoman pada norma keilmuan
yang harus ditaati oleh sivitas akademika dan tenaga kependidikan.

65
(2) Dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, universitas dan
sivitas akademika berpedoman pada otonomi keilmuan.
(3) Senat universitas menetapkan pengaturan perwujudan otonomi keilmuan di
universitas.

Bagian Ketiga
Intergritas Akademik

Pasal 148
(1) Integritas akademik merupakan kejujuran, keterbukaan, dan tanggung jawab
yang harus dimiliki oleh sivitas akademika dalam melaksanakan kegiatan
akademik.
(2) Integritas akademik merupakan prinsip dasar yang harus menjadi acuan bagi
seluruh kegiatan akademik di universitas.
(3) Dosen, peneliti, tenaga kependidikan dan mahasiswa wajib menaati ketentuan
integritas akademik.
(4) Senat universitas menetapkan ketentuan yang menyangkut integritas akademik
sivitas akademika.

Bagian Keempat
Kode Etik

Pasal 149
(1) Kode Etik terdiri dari kode etik secara umum, kode etik mahasiswa, dosen, dan
pegawai.
(2) Setiap warga kampus wajib menaati dan menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman,
keilmuan dan keindonesiaan dalam berbicara, berpenampilan, berpakaian, dan
berperilaku.
(3) Dalam hal berbicara, setiap warga kampus wajib menggunakan asas kejujuran
dan tidak merugikan pihak lain.
(4) Dalam hal berpenampilan, setiap warga kampus wajib menggunakan asas
kesederhanaan dan kewajaran.
(5) Dalam hal berpakaian, setiap warga kampus wajib menggunaan asas
kesederhanaan dan kewajaran, dan bagi perempuan wajib memakai busana
muslimah.
(6) Dalam hal berperilaku, setiap warga kampus wajib menjunjung tinggi akhlak
islami.
(7) Setiap warga kampus wajib menjaga kredibilitas dan kejujuran akademik, tidak
melakukan hal-hal seperti: memperoleh ijazah dari lembaga pendidikan yang
tidak kredibel, melakukan plagiat karya ilmiah, menggunakan ijazah dan gelar
akademik atau sebutan lulusan yang tidak sesuai dengan peraturan dan/atau
berbagai tindakan ketidakjujuran ilmiah lainnya.
(8) Dalam melaksanakan kebebasan akademik, kebebasan mimbar akademik, dan
otonomi keilmuan, sivitas akademika bertanggung jawab secara pribadi yang
tidak merugikan universitas.

66
(9) Pelaksanaan kebebasan akademik, kebebasan mimbar akademik, dan otonomi
keilmuan diarahkan untuk memantapkan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta seni yang bernafaskan Islam dan pembangunan kemanusiaan.
(10) Universitas menjunjung tinggi kebebasan dan etika akademik serta toleransi
dalam perbedaan pendapat.
(11) Setiap warga kampus wajib menjunjung tinggi etika akademik dan menghargai
pendapat dan penemuan ilmiah lainnya.
(12) Kebebasan dan etika akademik ditanamkan oleh universitas kepada mahasiswa
sejak awal perkuliahan dan dalam berbagai kegiatan akademik lainnya.
(13) Senat universitas menetapkan kode etik yang wajib ditaati oleh warga kampus.
(14) Universitas dapat membentuk Penegakan Kode Etik untuk menjamin
pelaksanaan kode etik dengan memantau, mengoordinasi dan menilai
pelanggaran terhadap kode etik yang dilakukan oleh warga kampus.
(15) Kepengurusan Penegakan Kode Etik diangkat oleh Rektor.

Bagian Kelima
Sanksi

Pasal 150
(1) Warga kampus yang melakukan pelanggaran dikenakan sanksi sesuai peraturan
perundang-undangan.
(2) Pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pelanggaran
terhadap kode etik akademik, perusakan sarana dan prasarana universitas.
(3) Pencabutan gelar akademik dan/atau sebutan lulusan yang diperoleh dari
universitas karena pelanggaran etika akademik, hanya dapat dilakukan oleh
Rektor atas dasar persetujuan Senat Universitas.
(4) Setiap warga kampus bertanggung jawab atas kegiatan yang dilaksanakan atas
nama pribadi atau kelompok.
(5) Kegiatan sivitas akademika di luar kampus yang mengatasnamakan Universitas
tanpa izin tertulis Rektor dapat dikenai sanksi.
(6) Pemberian sanksi berupa pemecatan mahasiswa dengan alasan non akademik
dilakukan oleh Rektor setelah mendapat persetujuan Penegakan Kode Etik.
(7) Pemberian sanksi berupa pemecatan mahasiswa dengan alasan akademik
dilakukan oleh Rektor atas pertimbangan Dekan.
(8) Sivitas akademika yang akan dikenakan sanksi diberi kesempatan membela diri
pada forum yang dibentuk untuk keperluan itu.
(9) Ketentuan rinci mengenai sanksi dan prosedur pemeriksaan terhadap warga
kampus yang melanggar kode etik ditetapkan oleh Senat Universitas.

67
BAB XIX
GELAR, IJAZAH, SEBUTAN LULUSAN, DAN PENGHARGAAN

Bagian Pertama
Gelar, Ijazah dan Sebutan Lulusan

Pasal 151
(1) Mahasiswa yang telah menyelesaikan semua tugas dan kewajiban yang
dibebankan dalam mengikuti suatu program studi dan telah mencapai standar
minimum mutu lulusan yang ditetapkan, berhak mendapatkan:
a. Ijazah dan transkrip nilai;
b. Gelar akademik; atau
c. Sebutan lulusan sesuai Program Studi.
(2) Gelar akademik atau sebutan lulusan sesuai fakultas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b dan huruf c diatur oleh Menteri dan/atau Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan.
(3) Ijazah dan transkrip nilai dicetak/ditulis dalam bahasa Indonesia.
(4) Apabila diperlukan, terjemahan resmi ijazah dan transkrip nilai dalam bahasa
asing dapat diberikan oleh universitas.
(5) Ijazah program Sarjana ditandatangani oleh Rektor dan Dekan.
(6) Ijazah program Magister dan Doktor ditandatangani oleh Rektor dan Direktur.
(7) Bentuk, ukuran, isi, bahan, dan kewenangan penandatanganan ijazah diatur
dengan peraturan Menteri.
(8) Pedoman penerbitan Ijazah dan transkrip nilai serta terjemahan resminya
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sama dengan ayat (5) diatur dengan
Keputusan Rektor berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bagian Kedua
Pemberian Penghargaan

Pasal 152
(1) Universitas dapat memberikan penghargaan kepada warga kampus dan pihak
lain, secara perorangan atau kelembagaan, yang dinilai berjasa atau berprestasi
dalam kegiatan Tridharma perguruan tinggi.
(2) Penghargaan dapat berupa:
a. Penghargaan kesetiaan;
b. Penghargaan prestasi akademik dan/atau non akademik; serta
c. Penghargaan/jasa yang luar biasa dalam bidang ilmu pengetahuan agama
Islam, teknologi, seni budaya, dan kemanusiaan.
(3) Ketentuan pemberian penghargaan pada bab ini diatur lebih lanjut dengan
keputusan Rektor.

68
BAB XX
DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Pasal 153
(1) Dosen adalah pendidik yang mempunyai tugas utama merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat.
(2) Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan
diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan dan bertugas
melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan
pelayanan universitas.
(3) Tenaga kependidikan universitas terdiri atas:
a. Tenaga penunjang akademik adalah mereka yang mempunyai tugas utama
membantu pelaksanaan kegiatan akademik; dan
b. Tenaga administrasi adalah mereka yang mempunyai tugas utama
menyelenggarakan pelayanan teknis administratif.

Pasal 154
Dalam melaksanakan perkuliahan, dosen wajib:
a. Membuat rancangan/desain matakuliah berdasarkan tujuan matakuliah yang
tertera dalam kurikulum. Desain matakuliah ini harus disetujui oleh Unit
Penjaminan Mutu jurusan/program studi;
b. Membuat silabus berdasarkan desain matakuliah yang sudah dibuat. Silabus ini
harus disetujui oleh Unit Penjaminan Mutu jurusan/program studi;
c. Melakukan kontrak perkuliahan dan menyampaikan silabus kepada mahasiswa
diawal perkuliahan;
d. Menjelaskan kepada mahasiswa tentang pentingnya integritas akademik serta hak
dan kewajiban mahasiswa dalam matakuliah tersebut;
e. Memberikan kuliah sesuai dengan silabus yang telah disepakati;
f. Mendidik mahasiswa untuk menjadi calon ilmuwan muslim dengan standar mutu
yang tinggi;
g. Mengevaluasi prestasi akademik mahasiswa secara obyektif dan adil;
h. Mengembalikan pekerjaan mahasiswa yang sudah dinilai kepada mahasiswa;
i. Membagikan kuesioner evaluasi cara mengajar dosen kepada mahasiswa pada hari
terakhir kuliah, sebelum ujian akhir;
j. Menyerahkan nilai hasil evaluasi mahasiswa ke bagian administrasi akademik
tepat pada waktunya;
k. Membuat evaluasi diri tentang kinerjanya sebagai dosen setiap tahun dan
menyerahkannya kepada ketua jurusan/program studi;
l. Membaca hasil evaluasi mahasiswa dan memanfaatkan komentar mahasiswa
dalam evaluasi tersebut untuk meningkatkan profesionalisme dirinya; dan
m. Merevisi desain matakuliah dan silabus paling lama setiap dua tahun guna
menampung perkembangan mutakhir di bidang ilmu dan/atau di bidang
pembelajaran.

69
Pasal 155
(1) Dosen pada program diploma atau program sarjana memiliki kualifikasi
sekurang-kurangnya berijazah magister untuk program diploma atau program
sarjana, dan berijazah doktor untuk program pascasarjana.
(2) Dosen yang diangkat telah memiliki pengalaman kerja sebagai pendidik pada
perguruan tinggi sekurang-kurangnya dua tahun, memiliki jabatan akademik
sekurang-kurangnya asisten ahli dan memiliki sertifikat mengajar di perguruan
tinggi yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang.
(3) Dosen terdiri dari dosen tetap, dan dosen tidak tetap (tambah defisini dosen tamu
dan dosen ahli)
(4) Dosen tetap adalah dosen yang diangkat dan ditetapkan sebagai tenaga tetap di
Universitas, baik berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil maupun dosen kontrak
Universitas.
(5) Dosen tidak tetap adalah dosen yang bukan tenaga tetap di Universitas.
(6) Dosen tamu adalah mereka yang diundang dan diangkat untuk menjadi dosen di
Universitas selama jangka waktu tertentu.
(7) Jenjang jabatan akademik dosen diatur sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pasal 156
(1) Pemilihan dan pengangkatan tenaga dosen didasarkan pada kualifikasi dan
kebutuhan.
(2) Pengangkatan tenaga dosen diusulkan oleh Dekan kepada Rektor setelah
mendapat pertimbangan Senat Fakultas.
(3) Proses dan prosedur penerimaan pegawai akan diatur lebih lanjut dalam
peraturan Rektor.

Pasal 157
(1) Setiap dosen dan tenaga kependidikan diberi kesempatan yang sama untuk
membina dan mengembangkan karier.
(2) Ketentuan lebih rinci terhadap pembinaan dan pengembangan dosen dan tenaga
kependidikan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
keputusan Rektor.
(3) Senat menentukan perioritas pembinaan dosen dan tenaga kependidikan dengan
memperhatikan pengembangan kelembagaan.
(4) Program pengembangan karir dalam jabatan dilaksanakan oleh Rektor atas usul
senat dan/atau oleh tim yang bertugas untuk itu.
(5) Program pengembangan karir dalam jabatan diadakan dengan:
a. Memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan
b. Kebutuhan kelembagaan.

Pasal 158
(1) Kriteria untuk promosi jabatan ditentukan oleh rektor berdasarkan persetujuan
senat dan dengan berpedoman kepada peraturan perundang-undangan.
(2) Kriteria promosi jabatan bersifat terbuka dan jelas.
(3) Promosi jabatan administrasi dilakukan berdasarkan pemantauan atas prestasi
kerja yang bersangkutan.

70
Pasal 159
(1) Setiap dosen dan tenaga kependidikan berhak untuk:
a. Mendapatkan bimbingan dan pembinaan karier;
b. Mengetahui peraturan kriteria promosi;
c. Memperoleh penghargaan dan/atau dukungan dalam melaksanakan tugas; dan
d. Setiap dosen yang menjalankan tugas berhak mendapatkan perlindungan
hukum.
(2) Setiap dosen dan tenaga kependidikan berkewajiban untuk melaksanakan dan
mengindahkan statuta serta ketentuan lain yang ditetapkan.

Pasal 160
(1) Kelompok ilmuan pada universitas adalah kelompok yang terdiri dari dosen dan
peneliti, dapat membentuk konsorsium.
(2) Pengelompokan ilmuan disesuaikan dengan bidang kajian universitas.
(3) Jumlah dan jenis kelompok ilmuan dapat ditambah sesuai dengan perkembangan
dan pertumbuhan universitas.
(4) Kelompok ilmuan dapat bergabung dengan konsorsium ilmu agama Islam, ilmu
pengetahuan, teknologi, dan/atau seni.
(5) Kelompok ilmuan bertugas melakukan pembinaan, pelatihan, pengkajian,
diskusi, dan seminar dalam kelompok ilmu masing-masing.

BAB XXI
MAHASISWA, ALUMNI, DAN
PERSATUAN ORANG TUA MAHASISWA

Pasal 161
(1) Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar dengan beban jumlah
satuan kredit semester tertentu di universitas
(2) Persyaratan untuk menjadi mahasiswa program sarjana dan program diploma
adalah:
a. Memiliki surat tanda tamat belajar dan/atau surat tanda lulus pendidikan
menengah, atau sesuai dengan ketentuan; dan
b. Memiliki kemampuan yang disyaratkan.
(3) Persyaratan untuk menjadi mahasiswa program magister/spesialis I adalah:
a. Memiliki ijazah program sarjana; dan
b. Memiliki kemampuan yang disyaratkan.
(4) Persyaratan untuk menjadi mahasiswa program doktor dan/atau spesialis II
adalah:
a. Memiliki ijazah program magister/spesialis I; dan
b. Memiliki kemampuan yang disyaratkan.
(5) Persyaratan lebih rinci ditetapkan berdasarkan peraturan Rektor.

Pasal 162
(1) Mahasiswa mempunyai hak menggunakan kebebasan akademik secara
bertanggung jawab untuk menuntut dan mengkaji ilmu sesuai dengan norma
keislaman dan susila yang berlaku dalam lingkungan akademik.
71
(2) Mahasiswa mempunyai hak memperoleh pendidikan dan pengajaran, bimbingan
dosen, layanan informasi dan kesejahteraan, sesuai dengan minat, bakat,
kegemaran, dan kemampuan, serta layanan bidang akademik yang berkualitas.
(3) Mahasiswa mempunyai hak memanfaatkan sumberdaya yang ada melalui
organisasi kemahasiswaan.
(4) Mahasiswa mempunyai hak memanfaatkan fasilitas universitas dalam rangka
kelancaran proses belajar dan menyelesaikan studi sesuai persyaratan dan
ketentuan.
(5) Mahasiswa mempunyai hak alih program atau pindah ke perguruan tinggi lain
sesuai persyaratan.
(6) Mahasiswa berhak memperoleh wawasan kebangsaan.

Pasal 163
(1) Setiap mahasiswa berkewajiban menjunjung tinggi integritas akademik dalam
melaksanakan kegiatan akademiknya.
(2) Setiap mahasiswa berkewajiban ikut menanggung biaya penyelenggaraan
pendidikan kecuali bagi mahasiswa yang dibebaskan dari kewajiban tersebut
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(3) Setiap mahasiswa berkewajiban mematuhi semua peraturan/ketentuan serta
norma keislaman dan norma akademik yang berlaku di universitas.
(4) Setiap mahasiswa berkewajiban ikut memelihara sarana dan prasarana,
kebersihan, ketertiban, dan keamanan universitas.
(5) Setiap mahasiswa berkewajiban menghargai ilmu agama, ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan olahraga.
(6) Setiap mahasiswa berkewajiban menjaga kewibawaan dan nama baik
universitas.
(7) Setiap mahasiswa berkewajiban menjunjung tinggi simbol-simbol negara
kebudayaan nasional, dan kearipan lokal.
(8) Setiap mahasiswa berkewajiban mematuhi tata tertib mahasiswa Perguruan
Tinggi Agama Islam yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal.

Pasal 164
(1) Organisasi kemahasiswaan di universitas diselenggarakan dari, oleh, dan untuk
mahasiswa melalui pendampingan.
(2) Organisasi kemahasiswaan dibentuk dengan tujuan untuk melaksanakan
kegiatan peningkatan akhlakul karimah, ibadah, penalaran, kepekaan sosial,
minat, bakat, dan kesejahteraan mahasiswa di universitas.
(3) Organisasi kemahasiswaan di Universitas dibentuk dan diselenggarakan sesuai
dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan.
(4) Organisasi kemahasiswaan wajib memiliki kode etik dan/atau pedoman perilaku
bagi para anggotanya.
(5) Organisasi kemahasiswaan wajib mematuhi ketentuan yang berlaku di
lingkungan universitas.
(6) Organisasi kemahasiswaan didasarkan pada pedoman umum yang ditetapkan
Direktur Jenderal.
(7) Pedoman lebih rinci tentang organisasi kemahasiswaan di Universitas ditetapkan
berdasarkan Keputusan Rektor.

72
Pasal 165
(1) Alumni adalah lulusan program akademik, profesi, dan vokasi yang ada di
universitas.
(2) Alumni universitas dapat membentuk organisasi alumni dalam upaya menunjang
tercapainya tujuan universitas.
(3) Organisasi alumni dapat dibentuk pada tingkat Universitas, Fakultas, Jurusan,
Pascasarjana dan di daerah yang memenuhi persyaratan baik provinsi maupun
kabupaten kota .
(4) Hubungan kerja organisasi alumni sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
ketentuan-ketentuan lain yang menyangkut organisasi aumni disusun sendiri
oleh alumni dalam suatu musyawarah alumni.
(5) Kepengurusan alumni tingkat Universitas disahkan oleh Rektor, tingkat
Fakultas/Pascasarjana oleh Dekan/Direktur, tingkat Jurusan dan oleh ketua
Jurusan, atau semua tingkat dapat disahkan oleh Rektor sesuai ketetapan yang
dihasilkan oleh musyawarah alumni.
(6) Hubungan Ikatan Alumni (IKA) dengan almamater bersifat kekeluargaan dan
didasarkan pada kesamaan visi dan aspirasi serta untuk melestarikan hubungan
emosional antara alumni dengan universitas sebagai almamaternya.
(7) Pendirian Ikatan Alumni dimaksudkan untuk:
a. Mempererat dan membina kekeluargaan dan komunikasi antar alumni dan
almamater;
b. Membantu peningkatan peranan almamater dalam pelaksanaan Tridharma
perguruan tinggi;
c. Menjalankan usaha dan aktif memberikan bantuan untuk pencapaian tujuan
almamater, dan untuk kemajuan serta kesejahteraan mahasiswa dan alumni;
d. Memberikan motivasi kepada alumni untuk pengembangan serta penerapan
keahlian serta profesinya bagi kepentingan masyarakat, bangsa, negara dan
alamamater; dan
e. Memelihara dan menjunjung tinggi nama almamater.
(8) Organisasi alumni tunduk pada peraturan universitas.
(9) Rekam jejak alumni dikelola oleh Subbagian Alumni.
(10) Alumni hendaknya memberikan kontribusi atas perkembangan almamater.
(11) Hal-hal lain yang lebih rinci tentang organisasi alumni ditetapkan dengan
Keputusan Rektor.

Pasal 166
(1) Persatuan Orang Tua Mahasiswa (POTM) adalah organisasi yang dibentuk dan
diselenggarakan dari dan oleh orang tua mahasiswa.
(2) Persatuan Orang Tua Mahasiswa dibentuk pada tingkat Fakultas dan/atau tingkat
Universitas.
(3) Organisasi Persatuan Orang Tua Mahasiswa dibentuk dengan tujuan membantu
Universitas dalam peningkatan mutu dan daya saing lulusan.
(4) Hubungan kerja Persatuan Orang Tua Mahasiswa sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dan ketentuan-ketentuan lain yang menyangkut organisasi Persatuan
Orang Tua Mahasiswa disusun sendiri oleh orang tua mahasiswa dalam suatu
musyawarah orang tua mahasiswa.

73
(5) Kepengurusan Persatuan Orang Tua Mahasiswa tingkat Fakultas/Pascasarjana
disahkan oleh Dekan/Direktur dan pada tingkat Universitas disahkan oleh
Rektor.
(6) Hal-hal lain yang lebih rinci tentang organisasi Persatuan Orang Tua Mahasiswa
ditetapkan dengan Keputusan Rektor.

BAB XXII
SARANA DAN PRASARANA

Pasal 167
(1) Sarana dan prasarana yang diadakan oleh universitas bertujuan sebanyak-
banyaknya untuk menunjang penyelenggaraan Tridharma perguruan tinggi di
universitas.
(2) Sarana dan prasarana bagi penyelenggaraan Tridharma perguruan tinggi di
universitas dapat diperoleh dari pemerintah, bantuan masyarakat, serta pihak
lain.
(3) Sarana dan prasarana yang diperoleh dari bantuan masyarakat dan pihak lain
menjadi milik dan bagian dari barang inventaris universitas, kecuali ada
perjanjian tertentu.
(4) Sarana dan prasarana yang diadakan oleh universitas menjadi hak milik negara.
(5) Apabila diperlukan, universitas dapat melakukan kerjasama dengan pihak lain
untuk mengadakan dan/atau memanfaatkan sarana dan prasarana lainnya bagi
kepentingan pendidikan.

Pasal 168
Pengelolaan, pemanfaatan dan sanksi-sanksi perusakan terhadap sarana dan
prasarana universitas ditetapkan oleh Rektor dengan memperhatikan ketentuan yang
berlaku.

BAB XXIII
PEMBIAYAAN

Pasal 169
(1) Pemerintah menyediakan dana pendidikan tinggi yang dialokasikan dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
(2) Pemerintah daerah dapat memberikan dukungan dana pendidikan tinggi yang
dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
(3) Pembiayaan Universitas diperoleh dari sumber pemerintah, pemerintah daerah,
masyarakat, dan sumber lain yang dimungkinkan termasuk sumber yang berasal
dari luar negeri.
(4) Dana yang bersumber dari pemerintah dan masyarakat adalah dana yang
bersumber dari APBN/APBD, PNBP, dan BLU yang tertuang dalam dokumen
DIPA (Daftar Isian Penggunaan Anggaran).

74
(5) Penggunaan dana yang berasal dari pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) di atas diatur sesuai dengan ketentuan.
(6) Perguruan tinggi dapat berperan serta dalam pendanaan pendidikan tinggi
melalui kerjasama pelaksanaan tridharma.
(7) Pendanaan pendidikan tinggi dapat juga bersumber dari biaya pendidikan yang
ditanggung oleh mahasiswa sesuai dengan kemampuan mahasiswa, orang tua
mahasiswa atau orang lain yang membiayainya.
(8) Pemerintah dan pemerintah daerah dapat memberikan hak pengelolaan kekayaan
Negara kepada perguruan tinggi untuk kepentingan pendidikan tinggi.
(9) Penggunaan dana yang berasal dari masyarakat sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) di atas, berpedoman kepada prinsip transparansi, akuntabilitas, efisien,
dan efektivitas, ketepatan sasaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(10) Penerimaan dan penggunaan dana yang diperoleh dari pihak luar negeri diatur
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
(11) Pengelolaan keuangan melalui sistem BLU.

Pasal 170
(1) Penerimaan, penyimpanan dan penggunaan dana, baik yang berasal dari
pemerintah, masyarakat atau sumber lainnya, termasuk yang berasal dari luar
negeri dikelola oleh universitas sesuai dengan peraturan yang berlaku.
(2) Pembukuan dana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di atas dilakukan secara
terpadu oleh Universitas berdasarkan peraturan.

BAB XXIV
AKREDITASI

Pasal 171
(1) Akreditasi merupakan kegiatan penilaian sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan berdasarkan Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT).
(2) Akreditasi dilakukan untuk menentukan kelayakan program studi dan perguruan
tinggi atas dasar kriteria yang mengacu SNPT.
(3) Akreditasi program studi secara eksternal dilakukan oleh Lembaga Akreditasi
Mandiri (LAM), sedangkan akreditasi Universitas dilakukan oleh Badan
Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT).
(4) Penjabaran tata cara pengawasan mutu dan efisiensi kegiatan yang meliputi
mutu lulusan, kurikulum, jumlah dosen dan tenaga kependidikan, mahasiswa,
pelaksanaan pendidikan, tata laksana administrasi akademik, ditetapkan secara
internal oleh lembaga akreditasi mandiri dan BAN-PT.
(5) Penjaminan mutu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan
mengkaji luaran, proses, dan kegunaan tiap program akademik.
(6) Standar penilaian mutu ditetapkan secara internal oleh Rektor dan secara
eksternal oleh Menteri sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(7) Langkah-langkah pembinaan dilakukan oleh Direktur Jenderal setelah menerima
hasil penilaian oleh Badan Akreditasi Nasional, dan/atau Tim Evaluasi yang
ditunjuk oleh Direktur Jenderal.

75
BAB XXV
KERJASAMA PERGURUAN TINGGI

Pasal 172
(1) Pemerintah memfasilitasi kerjasama antar Perguruan Tinggi dan antara
Perguruan Tinggi dengan dunia usaha, industri, alumni, pemerintah daerah
dan/atau pihak lain.
(2) Kerjasama perguruan tinggi dilakukan untuk meningkatkan mutu hasil
pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
(3) Kerjasama dengan pihak lain dilakukan atas dasar saling menguntungkan.
(4) Kerjasama dilakukan dengan perguruan tinggi atau lembaga di dalam maupun di
luar negeri yang sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
(5) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berbentuk:
a. Kontrak manajemen;
b. Program kembaran;
c. Program pemindahan kredit;
d. Tukar menukar dosen dan mahasiswa dalam penyelenggaraan kegiatan
akademik;
e. Pemanfaatan sumber daya pendidikan;
f. Penerbitan karya ilmiah;
g. Seminar, lokakarya, dan temu ilmiah;
h. Penelitian dan pengembangan;
i. Pengabdian kepada masyarakat; dan
j. Bentuk-bentuk kerjasama lainnya yang dianggap perlu.
(6) Kerjasama dalam bentuk kontrak manajemen program kembaran dan program-
program pemindahan kredit dengan perguruan tinggi luar negeri sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilaksanakan sepanjang program studi dari
perguruan tinggi yang bersangkutan telah terakreditasi di negaranya.
(7) Ketentuan teknis penyelenggaraan kerjasama ditetapkan berdasarkan Keputusan
Rektor dengan persetujuan senat universitas.

BAB XXVI
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 173
(1) Semua peraturan pelaksanaan mengenai Statuta yang telah ada pada saat
berlakunya Statuta ini masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan
ketentuan dalam Statuta ini.
(2) Beban anggaran sebagai akibat pengembangan organisasi dan tata kerja
Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar yang ditetapkan dalam
Peraturan Menteri Agama Nomor 25 Tahun 2013 ditanggung oleh Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara.
(3) Hal-hal yang belum diatur dalam Statuta, operasionalnya diatur dengan
Keputusan Rektor.

76
BAB XXVII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 174
(1) Perubahan Statuta hanya dapat dilakukan atas dasar perubahan organisasi dan tata
kerja yang disetujui oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negera dan
Reformasi Birokrasi dan Menteri Agama yang diundangakan oleh Menteri
Hukum dan HAM RI.
(2) Dengan ditetapkannya Statuta ini, Keputusan Menteri Agama Nomor 93 Tahun
2007 tentang Statuta Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar tidak
berlaku.

Pasal 175
Statuta ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Makassar
Pada Tanggal : 28 Mei 2013
An. MENTERI AGAMA RI
Rektor UIN Alauddin Makassar

Prof. Dr. H. A. Qadir Gassing HT, MS.


NIP. 19541116 197703 1 004

77

Anda mungkin juga menyukai