Anda di halaman 1dari 4

Ujian Tengah Semester Hari : Senin

MK. Bahasa Indonesia Tanggal : 01 Maret 2021

UTS B.INDONESIA
Oleh :
Levi amggraini P031913411057

DIII Gizi Tk. 2B

Dosen Pengampu :
Hadi Rumadi

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU
JURUSAN GIZI

2021
SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER

 JURUSAN GIZI

POLTEKKES KEMENKES RIAU 

Nama Mata Kuliah     : Pendidikan Bahasa Indonesia

Jumlah SKS                : 2

Waktu Ujian               : 70 Menit

Petunjuk

1. Bacalah soal secara saksama, kemudian buat lah jawaban di file word, dan kirimkan jawaban
sesuai tenggat waktu ujian
2. Jawablah secara tepat dan benar.

                       

1. Ketika dua orang remaja putra dan putri pertama berkenalan, saling menyapa secara formal dengan
sebutan ‘kak’ dan ‘bang’. Kemudian setelah semakin akrab, penyapaan berubah menjadi sebutan nama
panggilan mereka masing-masing, Seperti “Rin” untuk “Ririn” dan “Rud” untuk “Rudi”. Ketika
mereka mulai menjadi pasangan kekasih, penyapaan mereka berubah menjadi ‘mommy’ dan ‘daddy’
atau sejenisnya. Bagaimana tanggapan Anda mengenai kasus ini? Kaitkan dengan ilmu bahasa!
2. Penjual Bakso memanggil calon-calon pembeli dengan membunyikan mangkuk yang dipukul sendok,
penjual sate ayam madura menjajakan dagangannya dengan bunyi-bunyi kelinting yang membuat
gemerincik, penjual bakmi jawa dan siomay berkeliling di kampung dengan menggunakan kentongan.
Fenomena bahasa seperti apakah ini? Kasus lainnya seorang wanita sering menggunakan kerlingan
mata untuk menarik perhatian lawan jenisnya, gerakan bibir, goyangan pinggul dan gerakan tangan
konon juga dapat menunjukkan maksud tertentu. Bagaimana tanggapan Anda mengenai kasus ini?
Kaitkan dengan ilmu bahasa!
3. Dulu yang dimaksud dengan sarjana adalah orang yang benar-benar pandai dan cerdas, tetapi sekarang
maknanya cenderung menyempit, semata-mata menunjuk pada orang yang sudah lulus dari jenjang
pendidikan tinggi tertentu, dan dia tidak pasti orang yang pandai dan cerdas. Bagaimana tanggapan
Anda mengenai kasus ini? Kaitkan dengan ilmu bahasa!
4. Di dalam masyarakat ada orang yang sering dipanggil dengan berbagai macam nama. Jika namanya
Hendrik, misalnya saja, akan muncul panggilan-panggilan yang bermacam-macam, seperti Hen, Ndrik,
Hehen, dan lain-lain. Ada juga panggilan atau sebutan akrab seperti choy, bro dan sejenisnya.
Bagaimana tanggapan Anda mengenai  kasus ini? Kaitkan dengan ilmu bahasa!
5. Di surat kabar sering kita temukan kata-kata seperti ‘telah meninggal dengan tenang’, padahal faktanya
tidaklah selalu demikian. Banyak orang yang meninggal dunia dalam keadaan yang tidak tenang
bahkan dengan penuh kesulitan. Selain itu kedua-duanya sesungguhnya menunjuk pada satu referensi
yang sama, yakni ‘mati’ atau ‘menjadi tidak bernyawa lagi’. Bagaimana tanggapan Anda mengenai
kasus ini? Kaitkan dengan ilmu bahasa!
Jawaban :

1. Tanggapan saya terhadap kasus ini adalah Kasus ini merupakan kegiatan interaksi
antara dua orang yang terdapat proses penggunaan sapaan (panggilan) di dalamnya.
Nama panggilan yang digunakan seseorang untuk memanggil orang lain sering kali
tidak dapat dikendalikan. Contohnya seperti kasus di atas, terjadi tiga kali perubahan
nama panggilan seiring kedekatan antara keduanya yang menyebabkan munculnya
variasi nama panggilan. Dalam masa yang singkat juga biasanya makna kata akan
tetap atau tidak berubah, akan tetapi dalam kurun waktu yang lama ada kemungkinan
makna suatu kata tersebut mengalami perubahan ataupun pergeseran dari segi
maknanya untuk tujuan tertentu oleh pemakainya. Misal, perubahan nama seperti
kejadian di atas untuk menjalin kedekatan, keakraban dan lain sebagainya, akibat
adanya sikap dan penilaian tertentu pada penutur atau pemakainya. Selain itu,
penyebutan dan penggunaan nama panggilan seseorang dalam percakapan akan
sangat menentukan bagi proses pembentukan identitas seseorang dalam suatu
kelompok atau masyarakat.
Dan sapaan merupakan cara mengacu seseorang di dalam interaksi linguistik yang
dilakukan secara langsung. Sementara itu, Pusat Bahasa (2014:1225) menyatakan
bahwa sapaan adalah kata atau frasa untuk saling merujuk dalam pembicaraan dan
yang berbeda-beda menurut sifat hubungan di antara pembicara itu, seperti Anda, Ibu,
Saudara.Dengan demikian, kata sapaan adalah kata-kata yang dapat digunakan untuk
menyapa,menegur, menyebut orang kedua, atau orang yang hendak diajak
komunikasi, baik secara lisan maupun tertulis.Berdasarkan penjabaran di atas maka
dapat dikaitkan dengan ilmu bahasa yaitu semantik. Semantik adalah cabang dari
linguistik yang menyelidiki tentang makna bahasa. Dengan kata lain, semantik adalah
pembelajaran tentang makna.

2. Tanggapan saya Pada kasus ini adalah contoh dari penggunaan isyarat, dimana
terdapat mangkuk yang diketuk menggunakan sendok sebagai isyarat bahwa penjual
bakso memanggil calon pembeli untuk membeli baksonya, begitu juga dengan penjual
sate, penjal bakmi jawa ataupun penjual siomay. Menurut KBBI, isyarat adalah segala
sesuatu (gerakan tangan, anggukan kepala, dan sebagainya) yang dipakai sebagai
tanda atau alamat. Isyarat merupakan salah satu bentuk komunikasi selain bahasa dan
simbol.Begitu juga pada kasus berikutnya, kerlingan mata juga merupakan isyarat
yang bermaksud untuk menarik perhatian lawan jenis. Goyangan pinggul, gerakan
bibir dan gerakan tangan juga termasuk isyarat.

3. Tanggapan saya terdapat Kasus ini adalah salah satu contoh perubahan makna dari
suatu kosakata dan merupakan contoh kedinamisan yang pernah terjadi dalam bahasa
Indonesia.Manusia yang berakal budi juga memiliki sifat yang tidak suka pada
sesuatu yang statis atau tetap. Manusia pada umumnya selalu menginginkan sesuatu
yang lain dari yang pernah dimilikinya. Ada dinamika dan perubahan dalam
kehidupan komunitas pengguna bahasa, perubahan itu berdampak pada bahasa.
Akibatnya sangat jelas, bahasa memiliki sifat untuk berubah dan berkembang, seperti
yang terjadi pada perubahan makna. Sejalan dengan sifat manusiawi pada bahasa,
sifat dinamis pada bahasa mengikuti sifat manusia yang selalu potensial berubah.
Akibatnya, tidak jarang unsur-unsur suatu bahasa mengalami perubahan. Kita ambil
contoh perubahan yang pernah terjadi pada bahasa Indonesia. Dalam hal tatatulis,
misalnya, sudah tiga kali ejaan bahasa Indonesia mengalami perubahan, yaitu (1)
ejaan Vanopusen berubah menjadi (2) ejaan Suwandi, kemudian menjadi (3) Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD), dan terakhir adalah Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).

4. Tanggapan saya terhadap kasus ini adalah penggunaan panggilan atau sebutan akrab
seperti kasus diatas merupakan panggilan yang lumrah digunakan pada teman sebaya
atau kerabat dekat. Panggilan ini sedang tren digunakan sebagai dasar dalam
pemilihan sapaan yang digunakan untuk kerabat atau teman, misalnnya bentuk
Bro,Sis, dan Choy. Bentuk Bro, Sis, dan Choy selain digunakan dalam penyapaan
kepada kerabat, juga digunakan untuk menyapa teman sebagaimana yang terjadi
dalam masyarakat. Dalam sosial media, ditemukan banyak sapaan yang variatif,
seperti Gan, Cin, Say, dan lain sebagainya. Penggunaan sapaan yang sedang tren di
kalangan teman bersifat sangat personal. Maksudnya, fungsi penggunaan sapaan yang
sedang tren antara satu orang dengan orang yang lain berbeda-beda. Ada yang
menggunakannya dengan teman sebaya, teman dekat, atau teman di media sosial.

5. Tanggapan saya terhadap kasus ini adalah tentang Sosok bahasa itu ada yang bergerak
maju,berdinamika progresif, dan akhimya berkembang menjadi bahasa yang
berwibawa dan bermartabat tinggi. Berbalikan dengan itu ada juga sosok bahasa yang
pergeserannya justru ke arah belakang, dia tidak berdinamika maju, melainkan
bergerak ke arah dalam atau bersifat involutif. Maka, sosok bahasa yang demikian itu
terancam kehidupan dan perkembangannya. Dia akan segera punah jika ranah
keluarga yang menjadi penjaga gawang terakhirnya tidak segera diberdayakan untuk
menjadi penyelamatnya. ilustrasi di depan menunjukkan, bahwa sosok bahasa
senyatanya memang selalu bergerak. Dia berubah dan bergeser sejalan dengan
perguliran zamannya. Dan, gerakan itu bisa bersifat progresif atau bisa pula bersifat
involutif. Sosok yang berubah bisa simbol atau ikonnya, tetapi bisa pula acuan makna
atau maksudnya.
Dapat juga di temukan fakta bahwa sosok bahasa tertentu kadangkala kukuh sekali
dalam mempertahankan acuan maknanya, dan membiarkan simbol atau lambang
bahasanya berubah sesuai dengan gerak dinamikanya. Kata 'mati, wafat, mampus, gu-
gur, meninggal', bahkan ada pula yang dimodifikasi sedemikian rupa sehingga aspek
ketidak langsungan atau kesamudanaan itu menjadi sangat kentara. Akan tetapi, tetap
saja acuan maknanya tidak berubah, yakni 'menjadi tidak bernyawa lag!'. Kata-kata
'meninggal dunia dengan tenang' yang lazim ditemukan di dalam berbagai berita
lelayu pada bermacam-macam surat kabar pun menunjuk pada fakta 'ketidak
bernyawaan'itu.

Anda mungkin juga menyukai