Anda di halaman 1dari 23

REFERAT : HYPERTENSI

BAB I

Pendahuluan
Hipertensi merupakan penyakit yang sering dijumpai di masyarakat, di
negara-negara industri hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan utama,
seperti di Amerika hanya sekitar tujuh puluh persen yang mengetahui bahwa
mereka menderita hipertensi. Sedangkan di Indonesia hipertensi juga merupakan
masalah kesehatan yang perlu diperhatikan oleh dokter yang bekerja pada
pelayanan kesehatan primer karena angka prevalensinya yang tinggi dan akibat
jangka panjang yang ditimbulkannya. Oleh karena itu, kepedulian masyarakat
terhadap hipertensi perlu ditingkatkan.
Hipertensi dikenal sebagai salah satu penyebab utama kematian, di
Amerika Serikat seperempat jumlah penduduk dewasa menderita hipertensi dan
insidennya lebih tinggi dikalangan orang kulit hitam setelah usia remaja. Mereka
yang menderita hipertensi mempunyai resiko besar bukan saja terhadap penyakit
jantung, tetapi juga terhadap penyakit lain, seperti penyakit syaraf, ginjal dan
vaskular. Makin tinggi tekanan darah makin tinggi resikonya.
Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan. Penderita hipertensi
mungkin tak menunjukkan gejala selama bertahun-tahun. Masa laten ini
menyelebungi perkembangan penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang
bermakna. Bila terdapat gejala, sifatnya non spesifik misalnya sakit kepala atau
pusing.

Kalau hipertensi tidak diketahui dan tidak dirawat maka akan

mengakibatkan kematian karena payah jantung, infark miokardium, stroke, atau


payah ginjal. Penemuan dini hipertensi dan perawatan yang efektif dapat
mengurangi kemungkinan morbiditas dan mortalitas. Dengan demikian,
pemeriksaan tekanan darah secara teratur mempunyai arti penting dalam
perawatan hipertensi.
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu
hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya atau idiopatik dan hipertensi
sekunder, yaitu hipertensi yang disebabkan penyakit lain.

Halaman -

REFERAT : HYPERTENSI

Hipertensi primer meliputi lebih kurang 90% dari seluruh pasien hipertensi
dan 10% lainnya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Hanya 50% dari golongan
hipertensi sekunder dapat diketahui penyebabnya, dan dari golongan ini hanya
beberapa persen yang dapat diperbaiki kelainannya. Oleh karena itu, upaya
penanganan hipertensi primer lebih mendapatkan prioritas. Banyak penelitian
dilakukan terhadap hipertensi primer baik mengenai patogenesis maupun tentang
pengobatannya.

Halaman -

REFERAT : HYPERTENSI

BAB II

A. Definisi
Sampai saat ini belum ada definisi yang tepat mengenai hipertensi
karena tidak ada batas yang tegas untuk membedakan hipertensi dan
normotensi. Berbagai tingkat tekanan darah ditetapkan untuk mendefinisikan
peningkatan resiko dan kejadian penyakit karidovaskular dan atau untuk
kepentingan terapi secara medias. Hal ini melibatkan tidak hanya tekanan
diastol, tetapi juga tekanan sistol, umur, jenis kelamin, ras, dan penyakit yang
berhubungan. Sebagai contoh, orang-orang dengan tekanan diastol >90
mmHg mempunyai angka kesakitan dan kematian yang dapat dikurangi jika
mendapat terapi yang adekuat hal ini merupakan hipertensi dan perlu
dipertimbangkan untuk penanganannya. Tingkat tekanan sistol memainkan
peran yang penting dalam hal berhubungannya dengan tekanan arteri pada
penyakit kardiovaskular, beberapa data menyebutkan bahkan lebih penting
daripada tekanan diastol. Sebagai contoh: pria dengan tekanan diastol yang
normal (<82 mmHg) tetapi terdapat peningkatan tekanan sistol (>158 mmHg)
mempunyai resiko terkena penyakit kardiovaskular 2,5 kali lebih tinggi
dibanding orang dengan tekanan diastol yang sama tetapi tekanan sistol
normal (<130 mmHg).
Peninggian tekanan sistol yang tidak disertai peninggian tekanan
diastol disebut hipertensi sistolik (hipertensi sistolik terisolasi) yang
umumnya dijumpai pada usia lanjut.
Hipertensi malignant adalah tekanan darah diatas 200/140 mmHg
yang dapat dipastikan dengan ditemukannya papiledema yang biasa disertai
pendarahan retina dan eksudat.
Hipertensi Urgensi adalah hipertensi berat yang tidak disertai
kerusakan organ target, yang memerlukan penurunan tekanan darah dalam
beberapa jam, biasanya menggunakan obat peroral.

Halaman -

REFERAT : HYPERTENSI

Hipertensi emergensi adalah keadaan hipertensi berat disertai


kerusakan target orang yang progresif, memerlukan penurunan tekanan darah
segera dalam satuan menit sampai jam untuk mencegah kerusakan target
organ lebih lanjut, menggunakan obat parenteral.
Hipertensi urgensi dan hipertensi emergensi merupakan keadaan krisis
hipertensi dimana tekanan sistol lebih dari 220 mmHg dan atau tekanan
diastol lebih dari 130 mmHg. Merupakan keadaan yang lebih jarang terjadi (1
- 2% pada penderita hipertensi ).
B. Epidemologi
Dari penyelidikan yang ada, terlihat adanya kecenderungan bahwa
masyarakat perkotaan lebih banyak menderita hipertensi. Harmaji dan kawankawan mendapatkan prevalensi 9,3% untuk masyarakat kota Semarang.
Perbedaan yang jelas, terlihat jika dibandingkan dengan laporan masyarakat
pedesaan di daerah Randublatung Blora Jawa Tengah yang mendapatkan
angka 8,6%.
Kalau ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata wanita
lebih banyak menderita hipertensi. Dari laporan Sugiri di Jawa Tengah
didapatkan angka prevalensi 6,0% pada pria dan 11,6% pada wanita.
Budi Darmaji dalam tulisannya yang dikumpulkan dari berbagai
penelitian melaporkan bahwa 1,8 sampai dengan 28,6% penduduk berusia di
atas 20 tahun adalah pasien hipertensi.
Lima puluh juta penduduk Amerika mempunyai tekanan darah yang
meningkat (tekanan darah sistolik 140 mmHg atau tekanan darah diastolik
90 mmHg). Dari jumlah tersebut, 68% menyadari diagnosis penyakit mereka,
53% menerima pengobatan dan hanya 27% dipantau pada nilai ambang batas
140/90 mmHg. Jumlah individu yang mengalami hipertensi meningkat sejalan
dengan meningkatnya usia dan hal ini lebih banyak dijumpai pada orang kulit
hitam dibandingkan orang kulit putih. Laju mortalitas untuk stroke dan
penyakit jantung koroner, yang merupakan komplikasi utama hipertensi, telah
menurun sampai 60% dalam 3 dekade terakhir akan tetapi sekarang laju

Halaman -

REFERAT : HYPERTENSI

tersebut menetap, sedangkan insiden tetap sebagai penyebab utama dan hal itu
masih tetap meningkat.
Morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler meningkat meningkat
sejalan dengan meningkatnya tekanan darah sistolik dan diastolik tetapi pada
individu yang berusia lebih dai 50 tahun tekanan darah sistolik merupakan
prediktor komplikasi yang lebih baik. Pada Penelitian oleh 18.700 dokter,
peningkatan tekanan darah

sistolik perbatasan (140 159 mmHg)

berhubungan dengan peningkatan kejadian stroke sebanyak 42% dan


kematian kardiovaskuler 56%.
C. Etiologi dan Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan,
yaitu :
1.

Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui


penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95%
kasus. Banyak faktor yang mempengaruhi seperti genetik, lingkungan,
hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin-angiotensin, defek
dalam eksresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler, dan faktor-faktor
yang meningkatkan risiko, seperti obesitas, alkohol, merokok serta
polisitemia.

2.

Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat 5% kasus. Penyebab


spesifiknya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal,
hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom
Cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan
dengan kehamilan dan lain-lain.
Klasifikasi dan penanganan tekanan darah untuk umur 18 tahun atau
lebih berdasarkan The Sevent Report of The Joint National Commite on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure
dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Halaman -

REFERAT : HYPERTENSI

Klasifikasi
tekanan
darah

Sistol
(mmHg)

Normal
Prehipertensi

< 120
120 139

Hipertensi
Stage 1

Stage 2

Terapi antihipertensi
tanpa
faktor yang
mempengaruhi
Tidak ada indikasi

Diastol
(mmHg)

Modifikasi
Gaya hidup

dan
atau

< 80
80 89

Pertahankan
Ya

140 159

atau

90 99

Ya

Terutama
diuretik
tiazid pilihan lain
ACE, ARB, Bloker,
CCB atau komibanasi

169

atau

100

Ya

Terutama kombinasi 2
obat biasanya :
diuretik tiazid dan
ACE, atau ARB, atau
Bloker, atau CCB
(tergantung
penyebabnya)

Bila ada faktor yang mempengaruhi maka obat disesuaikan dengan


faktor yang ada pada individu tersebut.
Batasan tekanan darah di atas adalah untuk individu yang berusia 18
tahun ke atau lebih dan tidak sedang dalam pengobatan anti hipertensi atau
sedang dalam keadaan sakit mendadak. Seseorang dikatakan hipertensi jika
pada 2 kali kunjungan atau lebih yang berbeda waktu didapatkan tekanan
darah rata-ratanya diastolik > 90 mmHg atau sistolik 140 mmHg.
D. Patofisiologi
1.

Hipertensi Esensial
Pada tahap awal hipertensi esensial, curah jantung meninggi,
sedangkan tahanan perifer normal. Keadaan ini disebabkan oleh karena
peningkatan aktivitas tonus simpatis. Pada tahap selanjutnya curah jantung
kembali normal sedangkan tahanan perifer meningkat, akibat terjadinya
refleks autoregulasi. Yang dimaksud dengan refleks autoregulasi ialah
mekanisme tubuh untuk memepertahankan keadaan hemodinamik yang
normal. Oleh karena curah jantung meningkat, terjadinya konstriksi
sfingter prekapilar, yang mengakibatkan penurunan curah jantung dan

Halaman -

REFERAT : HYPERTENSI

peninggian tahanan perifer. Oleh karena peningkatan tahanan perifer pada


hipertensi esensial terjadi secara bertahap dan dalam waktu yang lama,
sedangkan proses autoregulasi seharusanya terjadi dalam waktu yang
singkat, diduga terdapat faktor lain di samping faktor hemodinamik, yang
berperan terhadap hipertensi esensial. Kelainan hemodinamik tersebut
diikuti pula kelainan struktural mengenai pembuluh darah dan jantung.
Pada pembuluh darah terjadi hipertropi dinding sedangkan pada jantung
terjadi pula penebalan dinding intravakuler.
Garam merupakan hal yang sangat sentral dalam patofisologi
hipertensi. Apabila asupan garam kurang dari 3 gram perhari, prevalensi
hipertensi beberapa persen saja, sedangkan apabila asupan garam antara 5
15 gram per hari, prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15 20%.
Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui
peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah. Keadaan ini
akan diikuti oleh peningkatan ekskresi kelebihan garam, sehingga kembali
kepada keadaan hemodinamik yang normal. Pada penderita hipertensi
esensial mekanisme ini terganggu, disamping adanya faktor lain yang
berpengaruh.
Sistem renin, angiotensin dan aldosteron diketahui berperan
terhadap timbulnya hipertensi. Produksi renin dipengaruhi oleh berbagai
hal, antara lain stimulasi saraf simpatis. Renin berperan pada proses
konversi angiotensin I, angiotensin II., sekresi aldosteron akan meningkat,
dan menyebabkan retensi natrium dan air. Keadaan tersebut akan
mempengaruhi terjadinya hipertensi. Mengenai peran sistem renin,
angiotensin dan aldosteron terhadap timbulnya hipertensi esensial masih
merupakan perdebatan. Hal ini timbul karena pada kenyataannya, 20
30% penderita hipertensi esensial mempunyai renin rendah, 50 60%
golongan renin normal sedangkan golongan tinggi renin hanya 15%.

Halaman -

REFERAT : HYPERTENSI

2.

Hipertensi Renovaskular
Faktor utama dalam patogenesis hipertensi renovaskular adalah
sistem

renin-angiotensin-aldosteron.

Ada

beberapa

mekanisme

pengontrolan penglepasan renin.


a. Terdapat 2 macam reseptor intra renal. Reseptor vaskular ginjal
terletak di arteriol aferen bagian dari aparatus juksta glomerulus , yang
peka terhadap perubahan tekanan dinding pembuluh darah. Bila perfusi
arteriol aferen menurun, melalui baroreseptor, sel jukta glomerulus
melepas renin. Makula densa merupakan reseptor yang peka terhadap
natrium. Bila ada perubahan kadar natrium di sekeliling tubuli,
reseptor ini akan merangsang sekresi renin. Mekanisme yang pasti
makula densa belum jelas.
b. Saraf Ginjal
Telah dibuktikan bahwa rangsangan saraf ginjal akan menambah
penglepasan renin. Hal tersebut serupa dengan efek blokade
baroreseptor. Reseptor beta adregentik mungkin berpengaruh pada
transmisi saraf. Saraf ginjal dan katekolamin dapat mempengaruhi
penglepasan renin melalui bermacam-macam mekanisme.
1) Reseptor vaskular terletak di arteriol aferen dan saraf ginjal.
Hormon adrenalin dapat mempengaruhi reseptor dan mengatur
penglepasan renin.
2) Perubahan lumen arteriol mempunyai tekanan kapiler glomerulus,
yang

merupakan

faktor

penting

dalam

kecepatan

filtrasi

glomerulus.
Vasokontriksi arteriol aferen menyebabkan tekanan filtrasi
glomerulus menurun hingga kecepatan filtras glomerulus menurun.
Peristiwa ini menyebabkan natrium menurun sehingga jumlah
natrium dalam tubulus yang sampai di makula densa menurun.
3) Saraf ginjal berakhir di sel glomerulus hingga saraf atau
katekolamin bekerja langsung pada penglepasan renin.

Halaman -

REFERAT : HYPERTENSI

4) Redistribusi aliran darah ginjal dari daerah korteks yang kaya renin
ke daerah medula yang miskin renin.
E. Manifestasi Klinis
Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya
gejala. Bila demikian, gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada
ginjal , mata, otak dan jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit
kepala, epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar
tidur, mata berkunang-kunang dan pusing.
Biasanya hipertensi esensial ringan sampai sedang, tidak menunjukkan
gejala, tampak sehat selama bertahun-tahun. Nyeri kepala suboksipital
berpulsasi, yang khas terjadi pada permulaan pagi dan berkurang ketika siang
hari, adalah khas dan dapat terjadi nyeri kepala jenis apapun. Hipertensi yang
terakselerasi berkaitan dengan terjadinya somnolen, bingung, gangguan visual,
mual dan muntah (ensafalopati hipertensi).
Pasien dengan feokromositoma yang mensekresi terutama norepinefrin
biasanya mengalami hipertensi terus menerus tetapi dapat pula mengalami
hipertensi episodik. Serangan (berlangsung selama bermenit-menit sampai
berjam-jam) berupa kecemasan, palpitasi, perspirasi berlebihan, pucat, tremor,
mual dan muntah; tekanan darah meningkat dengan nyata serta dapat terjadi
angina atau edema pilmoner akut. Pada aldosteronisme primer, pasien daoar
mengalami kelemahan muskuler generalisata atau paralisis, selain parestesia,
selain parestesia, poliuria dan nokturia akibat hipokalemia; jarang terjadi
hipertensi maligna.
Hipertensi kronik sering mengakibatkan hipertropi ventrikel kiri, yang
dapat berkaitan dengan disfungsi diastolik, atau pada tahap lanjut, disfungsi
sistolik. Dapat terjadi exertional dyspnea (dispnea akibat kerja atau aktivitas)
dan dispnea noktural paroksimal. Hipertropi ventrikel kiri yang berat
cenderung mengakibatkan iskemi miokrad (terutama jika disertai dengan
penyakit arteri koroner), aritmia ventrikuler dan mati mendadak.

Halaman -

REFERAT : HYPERTENSI

Terkenanya serebral dapat mengakibatkan : (1) stroke akibat trombosis


atau (2) hemoragi kecil atau luas akibat dari mikroaneurisma arteri intrakranial
yang berpenetrasi. Ensefalopati hipertensif mungkin disebabkan oleh
kongestif kapiler akut dan eksudasi dengan edema serebral. Gambaran ini
biasanya bersifat reversibel jika diberikan terapi adekuat secara tepat.
Meskipun tidak terdapat hubungan yang tegas antara tekanan darah distolik
dengan ensefalopati hipertensif, biasanya pada ensefalopati hipertensif terjadi
pada tekanan darah diastolik melebihi 130 mmHg.
F. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dimulai dari keadaan umum. Secara singkat bila
tempak wajah pucat yang tidak wajar (moon face) dan obesitas yang
penyebaran lemaknya tidak merata, yaitu hanya di badan tidak pada
ekstremitas (truncal obesity). Mungkinkah sindrom Cushing ? Bila
proporsi otot ekstremitas atas berlebihan dibandingkan ekstremitas bawah,
mungkinkah koarktasio aorta ?
Langkah selanjutnya adalah pengukuran tekanan darah dan nadi
pada kedua ekterimitas atas dalam posisi berbaring dan posisi berdiri
dengan jarak waktu sekurang-kurangnya 2 menit. Peningkatan tekanan
diastol dari posisi berbaring ke posisi berdiri sesuai dengan hipertensi
primer. Ukuran tinggi dan berat badan pasien. Funduskopi juga penting
untuk menentukan berapa lama hipertensi sudah terjadi dan sudah sejauh
mana (progronis)
Palpasi dan auskultasi denyut arteti karotis untuk menentukan
adanya stenosis atau oklusi merupakan hal yang penting. Adanya
penyempitan arteri karotis kemungkinan merupakan manifestasi penyakit
vaskular hipertensi dan kemungkinan juga merupakan petunjuk terjadinya
lesi arteri di ginjal yang dapat muncul bersma penyakit vaskular hipertensi.
Pemeriksaan jantung dan paru-paru diharapkan ada hipertrofi
ventrikel kiri dan decompensasio

cordis. Atau apakah ventrikel kiri

Halaman - 10

REFERAT : HYPERTENSI

terangkat ? Bunyi jantung ke-3 dan ronki biasanya tidak ada pada hipetesni
yang tidak berkomplikasi, bila terdengar biasanya kemungkinan disfungsi
ventrikel. Pemeriksaan dada juga termasuk adanya ekstracardiac murmur
dan terabanya vena-vena kolateral pada koarktasio aorta.
Pemeriksaan abdomen yang penting antara lain auskultasi bruit
dari stenosis arteri renalis, yang menunjukkan adanya penyempitan arteri
tersebut. Daerah yang baik untuk mendengarkannya adalah di sebalah
kanan atau kiri garis mid sternum di atas umbilikus atau dipinggang,
Palpasi abdomen untuk mencari adanya aneurisma aorta abdominal,
pembesaran ginjal pada penyakit ginjal polikistik.
Denyut arteri femoralis juga perlu diperiksa secara seksama, bila
didapatkan denyut lebih lemah dari denyut arteri radialis maka diperlukan
pengukuran tekanan dara pada ekstremitas bawah. Pengukuran tekanan
darah pada ekstremitas bawah tetap dilakukan minimal 1 kali pada pasien
hipertensi dengan usia di bawah 30 tahun walaupun denyut arteri
fermoralisnya normal pada palpasi. Pemeriksaan edema pada ekstremitas
dan adanya bukti yang menunjang adanya riwayat stroke (cerebrovaskular
accident).
2. Pemeriksaan Penunjang
Untuk evaluasi keadaan ginjal dapat dilihat dari adanya protein,
darah dan glukosa dalam urine, kadar kreatimin serum dan atau BUN
(Blood Urea Nitrogen). Penilaian kadar kalium serum berguna baik untuk
mengetahui adanya mineraloktortikoid yang menginduksi hipertensi dan
juga sebagai dasar bolehkah dilakukan pengobatan dengan diuretik. Kadar
glukosa darah juga membantu dalam diabetes melitus yang kemungkinan
berhubungan dengan aterosklerosis, penyakit vaskular ginjal dan nefropati
diabetik pada pasien hipertensi, aldosteronisme primer, sindroma cushing
dan feokromositoma yang semua ini dapat berhubungan dengan
hiperglikemi. Selain itu, karena obat antihipertensi diuretik dapat
menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah, maka penting diketahui
keadaan awal kadar glukosa darah seorang pasien hipertensi.

Halaman - 11

REFERAT : HYPERTENSI

Elektrokardiogram

perlu

untuk

mengetahui

status

jantung,

khususnya jika terdapat hipertropi ventrikel kiri, merupakan faktor risiko


yang berdiri sendiri dan memerlukan terapi antihipertensi yang serius.
Selain itu, hipertropi ventrikel kiri biasanya berhubungan dengan
peningkatan tekanan arterial yang mencolok, peningkatan yang ringan
biasanya tidak ada hipertropi ventrikel kiri. Jadi tidak dapat dipastikan ada
tidaknya hipertropi ventrikel kiri hanya dari tekanan darah arteri.
G. Diagnosa
Diagnosa hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam satu kali
pengukuran, hanya dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran
pada kunjungan yang berbeda, kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau
gejala-gejal klinis. Pengukuran tekanan darah dilakukan dalam keadaan pasien
duduk bersandar, setelah beristirahat selama 5 menit, dengan ukuran
pembungkus lengan yang sesuai (menutupi 80% lengan). Tensimeter dengan
air raksa masih tetap dianggap alat pengukur yang terbaik.
Anamnesis yang dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama
menderitanya, riwayat dan gejala penyakit-penyakit yang berkaitan seperti
penyakit jantung koroner, gagal jantung, penyakit serebrovaskular dan
lainnya. Apakah terdapat riwayat penyakit dalam keluarga, gejala-gejala yang
berkaitan dengan penyebab hipertensi, perubahan aktivitas/kebiasaan (seperti
merokok), konsumsi makanan, riwayat obat-obatan bebas, hasil dan efek
samping terapi antihipertensi sebelumnya bila ada, dan faktor psikososial
lingkungan (keluarga, pekerjaan dan sebagainya).
Dalam pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dua
kali atau lebih dengan jarak 2 menit, kemudian diperiksa ulang pada lenan
kontralateral. Dikaji perbandingan berat badan dan tinggi pasien. Kemudian
dilakukan pemeriksaan funduskopi untuk mengetahui adanya retinopati
hipertensif, pemeriksaan leher untuk mencari bising karotid, pembesaran vena
atau kelenjar tiroid. Dicari tanda-tanda gangguan irama dan denyut jantung,
pemebesaran ukuran, bising, derap dan bunyi jantung ketiga atau keempat.

Halaman - 12

REFERAT : HYPERTENSI

Paru diperiksa untuk mencari ronki dan bronkospasme, Pemeriksaan abdomen


dilakuakn untuk mencari adanya massa, pembesaran ginjal, dan pulpasi aorta
yang abnormal. Pada ekstrimitas dapat ditemukan pulpasi arteri perifer yang
menghilang, edema dan bising. Dilakukan juga pemeriksaan neurologi.
H. Penatalaksanaan
The Sevent Report of The Joint National Commite on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure menetapkan
acuan terbaru untuk pencegahan dan penanganan hipertensi, yaitu :
1. Umur > 50 tahun dengan tekanan sistol > 140 mmHg merupakan faktor
risiko penyakit kardiovaskular yang lebih berperan dibandingkan tekanan
diastol.
2. Risiko penyakit kardiovaskular dimulai pada tekanan darah 115 / 75
mmHg dan meningkat 2 kali lebih tinggi setiap kenaikan 20 / 10 mmHg.
3. Individu dengan tekanan sistol 120 139 mmHg atau tekanan diastol 80
89 mmHg dikategorikan prehipertensi dan membutuhkan modifikasi
gaya hidup untuk peningkatan kesehatannya dan mencegah penyakit
kardiovaskuler.
4. Diuretik tiazid harus digunakan untuk sebagian besar pasien hipertensi
tanpa komplikasi secara tunggal atau dikombinasi dengan antihipertensi
kelas lain.
5. Sebagian besar pasien hipertensi membutuhkan 2 atau lebih antihipertensi
untuk mencapai target tekanan darah < 140 / 90 mmHg atau 130 / 80
mmHg untuk pasien dengan Diabetes Melitus atau Chronic Disease.
6. Jika tekanan darah > 20 / 10 mmHg di atas target, perlu dipikirkan terapi
menggunakan 2 macam antihipertensi yang salah satunya diuretik tiazid.
Tujuan terapi hipertensi adalah mencapai dan mempertahankan
tekanan sistolik di bawah 140 mmHg dan tekanan diastolik di bawah 90
mmHg dan mengontrol faktor-faktor risiko, sehingga dapat mengurangi angka
kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) akibat komplikasi
penyakit jantung dan pembuluh darah, mencegah pengerasan pembuluh darah

Halaman - 13

REFERAT : HYPERTENSI

(aterosklerosis), mencegah memberatnya tekanan darah tinggi, pengobatan


penyakit penyerta hipertensi yang memperberat kerusakan organ dan
memperkecil efek samping pengobatan.
Tidak semua penderita hipertensi memerlukan obat. Pada prinsipnya
ada dua macam terapi yang bisa dilakukan untuk mengobati penyakit
hipertensi, yaitu : terapi farmakologi dengan menggunakan obat dan terapi non
farmakologi, yaitu dengan modifikasi pola hidup.
Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya hidup saja, atau dengan
obat antihipertensi.
1. Terapi Non Farmakologi
Modifikasi pola hidup merupakan langkah pencegahan yang baik
agar penderita hipertensi tidak kambuh gejala penyakitnya. Tindakan
pencegahan

bagi penderita hipertensi agar penyakitnya tidak kambuh

adalah :
a. Pengurangan Berat Badan
Hubungan antara kegemukan dan kenaikan tekanan darah telah
terbukti. Berat badan dapat diturunkan dengan pengurangan kalori.
Penurunan berat badan saja, tanpa pembatasan garam, terbukti dapat
menurunkan tekanan darah, walaupun berat badan yang ideal belum
tercapai.
Tujuan yang akan dicapai adalah berat badan dalam batas 15%
dari berat badan yang ideal. Kegemukan menaikan preload, yang
kemudian menyebabkan pembesaran ventrikel kiri yang eksentrik,
yang akhirnya akan menyebabkan payah jantung. Ganguan toleransi
glukosa pada orang gemuk disertai kemudian dengan timbulnya
diabetes melitus merupakan resiko dari berat badan yang berlebih. Hal
ini akan menimbulkan hiperinsulinemia ini berkaitan dengan
prevalensi hipertensi yang lebih tinggi pada pasien yang mendapat
terapi insulin (tipe I) atau pasien gemuk dengan kadar insulin endogen
yang tinggi.

Halaman - 14

REFERAT : HYPERTENSI

b. Pembatasan Alkohol
Alkohol yang berlebihan dapat menaikan tekanan darah.
Mekanisme kerjanya adalah melalui hambatan fungsi membran sel
untuk mengeluarkan kalsium. Tonus pembuluh darah akan meningkat
terjadi vasokonstriksi pembuluh darah ginjal dan retensi natrium.
Pasien golongan ini cenderung tidak patuh pada pengobatan,
sering terjadi hipertensi yang refrakter. Sebaliknya dosis alkohol yang
rendah dikatakan mempunyai efek proteksi terhadap serangan jantung.
c. Diet Rendah Kalium
Diet rendah kalium menaikan tekanan darah, sedangkan diet
dengan kadar kalium > 80 mEq/hari, sedikit menurunkan tekanan
darah. Kalium menimbulkan natriuresis, dan mengurangi vasokontriksi
yang disebabkan oleh inhibitor yang bersifat seperti stimulan terhadap
Na, K-ATP asepump, atau oleh noradrenalin. Kalsium dan magnesium
belum jelas manfaatnya dalam merendahkan tekanan darah.
Pada saat ini manipulasi diet dengan tambahan ketiga kation ini
belum jelas keuntungannya, masih menunggu hasil manipulasi lebih
lanjut.
d. Pembatasan Natrium
Terhadap golongan pasien hipertensi yang sensitif terhadap
pembatasan natrium tidak ada salahnya diberikan diet rendah Na. Diet
dengan natrium yang tinggi akan menghilangkan keuntungan dari
penurunan tekanan darah oleh obat.
Natrium juga berperan dalam mempertahankan tensi yang telah
tinggi. Penurunan tekanan darah dapat dicapai dengan restriksi
natrium, 70 100 mEq Na/hari (4-6 gram NaCl).
Terdapat beberapa kritik mengenai manfaat pembatasan
natrium tidak dapat disamakan dengan manfaat obat antihipertensi.
Memang pada diet yang rendah sekali natriumnya, pengeluaran renin
akan dirangsang, dengan akibat peningkatan tekanan darah.

Halaman - 15

REFERAT : HYPERTENSI

e. Pantang Merokok
Nikotin menaikkan tekanan darah secara cepat, tetapi
penggunaan nikotin yang lama tidak menaiikan tekanan darah. Nikotin
menaikkan resiko penyakit jantung koroner dan kematian mendadak
menjadi dua kali lipat. Selain itu terdapat resiko untuk timbulnya
kangket paru, hipertensi malignant dan pendarahan subarachnoid.
f. Relaksasi
Sedikit penurunan tekanan darah dapat dihasilkan dengan cara
relaksasi otot. Penurunan tekanan darah ini terbukti dapat bertahan
cukup lama. Pasien yang melaksanakan pengobatan dcngan cara
relaksasi haruslah dipantau dengan baik, karena bila tekanan darah
tekanan menurun, maka obat anti hipertensi harus diberikan. Pasien
mungkin terlalu percaya kepada pengobatan cara ini, karena berkaitan
dengan masalah kejiwaan/kepercayaan.
g. Olahraga
Olahraga teratur yang isotonik akan menurunkan darah,
penyakit

kardiovaskular

menurunkan.

Keuntungan lain adalah

menurunkan berat badan. Mengkin pula pasien yang sudah terbiasa


berolah raga secara teratur akan menghentikan kebiasaan merokok.
h. Modifikasi Lemak Yang Dimakan
Pengurangan

lemak

jenuh,

penambahan

lemak

jenuh,

penggunaan minyak ikan bertujuan merendahkan kolesterol. Dengan


demikian resiko untuk timbulnya penyakit jantung koroner dapat
diperkecil. Efek penurunan darah dari perubahan diet lemak ini tidak
nyata.
2. Terapi Farmakologi
Obat-obatan yang digunakan disesuaikan dengan kondisi pasien.
Obat-obat utama digunakan adalah Diuretika, Beta Bloker, ACE
(Angiotensin Converting Enzym) Inhibitor, Angiostensin II Receptor
Blocker, Calcium Antagonis. Obat-obatan diberikan bertahap dari satu

Halaman - 16

REFERAT : HYPERTENSI

macam, mulai dengan dosis rendah sampai kombinasi juga dimulai dengan
dosis rendah.
a. Diuretika (Furosemid, HCT, Spironolakton)
Sangat berguna untuk : Pasien yang lebih tua, payah jantung dan
bangsa kulit hitam.
Sebaliknya

dihindarkan

pada

pasien

diabetes

melitus,

hiperlipidemia, kehamilan dan gout.


Dihentikan bila : timbul impotensi dan timbul hiperlipidemia dan
hiperglikemia
Kadar kalium harus dipantau dengan baik. Bila kadar kalium turun,
sebaiknya diganti dengan diuretik yang mempunyai daya menahan
kalium (spironolakton). Kombinasi antara tiasid dengan captoril
adalah kombinasi yang baik, karena captopril bersifat menekan
kalium.
Diuretika juga bermanfaat untuk ditambahkan,

bila efek

antihipertensi dari obat lain tidak tercapai maksimal. Efek


hiperlipidemik dari diuretik mungkin tidak timbul, bila dipakai
dosis kecil.
b. Penyekat Beta (Propanolol, metaprolol, acebutolol, dll)
Penyekat beta sangat berguna untuk : pasien yang lebih muda,
pasien yang tidak tenang, tidak merokok, insufisiensi ginjal,
kehamilan, agina pektoris dan setelah infark jantung.
Penyekat beta dihindarkan pada pasien yang mempunyai penyakit :
asma bronkhiale, diabetes yang tidak stabil, perlu insulin,
claudicatio intermittent, sindrom Reynauld, heart-block derajat II
dan II, serta payah jantung.
Walaupun obat golongan ini dianggap tidak baik pada profil lipid,
tetapi jelas mempunyai daya kerja yang baik pada pasien pasca
infark. Perbedaan sifat diantara jenis-jenis obat penyekat beta

Halaman - 17

REFERAT : HYPERTENSI

mungkin tidak begitu bermakna, apalagi bila takaran yang dipakai


cukup pasar.
c. Antagonis Kalsium
Antagonis kalsium berguna pada pasien : yang lebih tua, bangsa
kulit hitam, penyakit vaskuler perifer dan penyakit serebrovaskuler.
Verapamil tidak diberika pada payah jantung dan gangguan
hantaran jantung.
d. ACE Inhibitor

ACE inhibitor berguna pada pasien : yang muda dan tua, ancaman
payah jantung/payah jantung ringan dan bila ada efek samping obat
lain.

ACE inhibitor harus hati-hati diberikan pada : stenosis arteri renalis


dan dehidrasi karena diuretik

ACE inhibitor harus dihindarkan pada penderita hamil.

e. Penyekat Alfa

Penyekat alfa berguna pada insusfisiensi ginjal dan payah jantung.

Obat ini menurunkan kholesterol dan trigliserid, tidak mengubah


HDL kholesterol. Selanjutnya untuk tahap kedua dapat dilakukan
kombinasi, subtitusi dengan obat golongan lain atau menaikkan
takaran obat tahap pertama.

I. Komplikasi Hipertensi Yang Tidak Diterapi


Komplikasi hipertensi berkaitan dengan tekanan darah yang sudah
meningkat sebelumnya dengan konsekuensi perubahan dalam pembuluh darah
dan jantung, maupun dengan aterosklerosis yang menyertai hipertensi dan
dipercepat oleh hipertensi yang suda lama diderita. Morbiditas dan mortalitas
yang meningkat yang berhubungan dengan hipertensi bersifat progresif sesuai
dengan besarnya tekanan darah sistolik dan diastolik, resiko kira-kira menjadi
dua kali lipat untuk tiap kenaikan 6 mmHg tekanan darah diastolik. Namun,
kerusakan organ target bervariasi nyata diantara individu dengan derajat
hipertensi yang hampir sama. Tekanan darah yang naik turun atau tidak stabil

Halaman - 18

REFERAT : HYPERTENSI

sangat erat kaitannya dengan kerusakan organ target. Komplikasi spesifik


antara lain :
1. Penyakit Kardiovaskular Hipertensif
Komplikasi jantung merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas pada hipertensi esensial. Tujuan utama terapi adalah mencegah
komplikasi jantung tersebut. Bukti eletrokardiografi tentang adanya
hipertropi ventrikel kiri ditemukan pada 2-15% pasien hipertensi kronik.
Ketika diagnosis ditegakkan, hipertropi ventrikel kiri merupakan indikasi
meningkatnya morbiditas dan mortalitas, untuk tiap derajat tekanan darah,
adanya hipertropi ventrikel kiri berhubungan dengan peningkatan risiko
penyakit. Ekokardiografi hipertropi ventrikel kiri dapat menyebabkan atau
mempermudah berbagai macam komplikasi jantung akibat hipertensi,
termasuk gagal jantung kongestif, aritmia ventrikel , iskemi miokard dan
mati mendadak.
Disfungsi diastolik ventrikel kiri, yang dapat menunjukkan semua
tanda dan gejala gagal jantung kongestif, biasa dijumpai pada pasien yang
telah lama menderita hipertensi. Hipertropi ventrikel kiri hipertensif
mengalami regresi dengan terapi. Regresi ini erat kaitannya dengan derajat
pengurangan tekanan darah sistolik dan nampaknya tidak bergantung pada
terapi spesifik yang diberikan. Diuretik dapat sama-sama menurunkan
tekanan darah atau bahkan lebih kuat jika dibandingkan dengan kelas obat
lainnya. Uji klinis awalnya menunjukkan bahwa pengendalian tekanan
darah yang efektif dapat memodifikasi risiko atau laju progresif disfungsi
kognitif.
2. Penyakit Serebrovaskuler Hipertensif dan Demensia
Hipertensi cenderung merupakan penyebab utama stroke, terutama
perdarahan intraserebral, juga infark serebral iskemik. Komplikasi
serebrovaskuler sangat erat berkaitan dengan tekanan darah sistolik
daripada diastolik. Insiden komplikasi ini dengan nyata berkurang oleh
terapi anthihipertensi. Hipertensi yang terjadi sebelumnya berhubungan

Halaman - 19

REFERAT : HYPERTENSI

dengan insiden demensia yang lebih tinggi, baik tipe vaskuler maupun tipe
alzheimer.
3. Penyakit Renal Hipertensif
Hipertensi kronik menyebabkan nefrosklerosis dan merupakan
penyebab umum dari insufiensi renal; hal ini dapat dihilangkan melalui
pengendalian tekanan darah agresif. Pada pasien dengan nefropati
hipertensif, tekanan darah sebaiknya 130/85 mmHg atau lebih rendah jika
terdapat proteinuria. Penyakit ginjal sekunder lebih biasa dijumpai pada
orang kulit hitam, khususnya jika diserta juga dengan diabetes melitus.
Hipertensi juga berperan penting dalam mempercepat perkembangna
penyakit ginjal lainnya, paling sering nefropati diabetik. Penghambat ACE
(Angiotensin Converting Enzyme) telah terbukti sangat efektif dalam
mencegah komplikasi lanjut, tetapi agen ini juga dapat mencegah progresi
bentuk nefropati.
4. Komplikasi Aterosklerotik
Sebagian besar pasien hipertensi di Amerika Serikat meninggal
akibat komplikasi aterosklerotis, tetapi hubungan antara hipertensi dan
penyakit kardiovakuler aterosklerotis kurang erat jika dibandingkan
dengan komplikasi yang telah dibicarakan sebelumnya. Oleh karena itu
anthihipertensi yang efektif kurang bermanfaat dalam mencegah
komplikasi penyakit jantung koroner, tetapi dapar mengurangi terjadinya
penyakit koroner pada pasien risiko tinggi.
J. Prognosis
Hipertensi yang tidak diterapi dapat meningkatkan morbiditas dan
mortalitas, komplikasi jantung merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas pada hipertensi esensial, tetapi dengan terapi dan penatalaksanaan
serta pencegahan yang baik dapat mencegah komplikasi jantung tersebut.
Penemuan dini hipertensi dan perawatan yang efektif dapat
mengurangi kemungkinan morbiditas dan mortalitas.

Halaman - 20

REFERAT : HYPERTENSI

Hipertensi cenderung merupakan penyebab utama stroke terutama


perdarahan intraserebral juga infark serebral iskemik, hipertensi juga berperan
penting dalam mempercepat perkembangan penyakit ginjal paling sering
nefropati diabetik.
Dengan demikian,

pemeriksaan

tekanan

darah secara

teratur

mempunyai arti penting dalam perawatan hipertensi pendekatan kesehatan


masyarakat seperti modifikasi gaya hidup, diet rendah lemak jenuh, rendah
garam dan peningkatan aktivitas fisik dapat menurunkan distribusi pasien
hipertensi, sehingga mengurangi angkata kesakitan, angka kematian dan
resiko seseorang terkena hipertensi.

Halaman - 21

REFERAT : HYPERTENSI

BAB III

Kesimpulan
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi dalam 2 golongan hipertensi
primer atau idiopatik yang diketahi sebabnya dan hipertensi sekunder yang
disebabkan penyakit lain.
Batasan hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah untuk individu yang
berusia 18 tahun ke atas dan tidak sedang dalam pengobatan antihipertensi atau
sedang dalam keadaan sakit mendadak. Seseorang dikatakan hipertensi jika pada 2
kali kunjungan atau lebih yang berbeda waktu didapatkan tekanan darah ratarata diastolik > 90 mmHg atau sistolik > 140 mmHg.
Gejala yang biasa berhubungan dengan hipertensi antara lain : sakit kepala
biasanya pada hipertensi yang berat, terutama di daerah oksipital, terjadi saat
bangun tidur di pagi hari dan spontang menghilang dalam beberap jam. Keluhan
lain yang berhubungan dengan peningkatan tekanan darag : pusing, berdebardebar, mudah lelah, dan impoten. Pemeriksaan penunjang ditunjukkan pada organ
target untuk menilai sudah sejauh mana hipertensi mempengaruhi organ target.
Tujuan penanganan hipertensi adalah menurunkan angka kesakitan dan
kematian karena penyakit kardiovaskuler dan ginjal. Penanganan tekanan darah
sampai target kurang dari 140 / 90 mmHg berhubungan dengan penurunan
komplikasi kardiovaskular. Pada pasien diabetes atau penyakit ginjal target
tekanan darah adalah kurang dari 130 / 80 mmHg. Modifikasi gaya hidup
menurunkan tekanan darah, meningkatkan efektivitas obat antihipertensi, dan
menurunkan risiko penyakit kardiovaskular. Diuretik tipe tiazid merupakan dasar
terapi obat antihipertensi pada banyak studi, karena dapat meningkatkan
efektivitas antihipertensi dapat digunakan tunggal maupun dikombinasi dengan
obat antihipertensi lain.

Halaman - 22

REFERAT : HYPERTENSI

DAFTAR PUSTAKA

1. Barry M. Massie. Hipertensi Sistematik. In : Price Sylvia A, Wilson Lorraine


M, editor. Fatofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1995: p. 301-403
2. Hanapi B. Trisnohadi. Revitalisasi Diuretika. In : Setiadi S, Alwi I,
Simadibrata M, Sari Kemala N, editor, Naskah Lengkap Pertemuan Ilmiah
Tahunan IPD. Jakarta : Pusat Informasi dan Penerbit Bagian Ilmu Penyakit
Dalam FKUI; 2004. p. 9-11
3. http://www.pikiran-rakyat.com/1004/14/cakrawala/lainnya4.htm
4. http://www.kompas.com/kesehatan/news/0407/26/011112.htm
5. http://www.sinarharapan.co.id /iptek/kesehatan/2002 /093/kes3.htm
6. Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1. Buku Penerbit FKUI. Jakarta. 1997
7. Mansjoer, Arif / Kuspuji Triyanti / Rakhmi Savitri / Wahyu Ika Wardhani /
Wiwiek Setiowulan : Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculpius FKUI.
Jakarta. 2001
8. Mardi Santoso. Standar Pelayanan Medis Penyakit Dalam RSUD Koja.
Jakarta. 2003
9. Mardi Santoso. Kapita Selekta
Indonesia. Jakarta. 2004

Ilmu Penyakit Dalam. Yayasan Diabetes

10. Pengendalian Hipertensi. In : Laporan Komisi Pakar WHO. Penerbit ITB


Bandung. 2001
11. Price Sylvia A, Lorraine M. Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1995: p. 533

Halaman - 23

Anda mungkin juga menyukai