Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KEPERAWATAN PALIATIF

TERAPI KOMPLEMENTER MANAJEMEN NYERI PADA PASIEN


KANKER

DOSEN PENGAMPU : Ns. Riau Roslita, M.Kep., Sp.Kep.An

Kelompok 1
Siti Mawaddai Marzirah 17031001
Ardiansah 17031011
Nelda Arfina 17031013
Trisna Velinda 17031020
Putri Alawiyah 17031026
Atika Amri Yeni Putri 17031031
Rika Amelia 17031032
Ronaldo Liano 17031035
Rilanda Andrean Hanafi 17031040

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKes HANG TUAH PEKANBARU
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas berkat,
rahmat dan hidayah-Nya kami bisa menyelesaikan makalah ini. Makalah ini kami buat untuk
memenuhi tugas dari dosen. Makalah ini membahas tentang “Terapi Komplementer
Manajemen Nyeri Pada Kanker”. Semoga dengan makalah yang kami susun ini, kita sebagai
mahasiswa dapat menambah dan memperluas pengetahuan.
Kami mengetahui makalah yang kami susun ini masih sangat jauh dari sempurna,
maka dari itu kami masih mengharapkan kritik dan saran dari ibu selaku dosen pembimbing
kami serta temen-temen sekalian, karena kritik dan saran itu dapat membangun kami dari
yang salah menjadi benar.
Semoga makalah yang kami susun ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita, akhir
kata kami mengucapkan terima kasih.

Pekanbaru, 5 Desember 2019

TIM
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG.......................................................................................1
1.2 TUJUAN............................................................................................................1
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1KONSEP NYERI................................................................................................3
2.2 KONSEPKANKER...........................................................................................9
BAB III ANALISIS JURNAL............................................................................................13
BAB IV PENUTUP.............................................................................................................15
4.1 KESIMPULAN..................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Nyeri merupakan salah satu keluhan yang sering dijumpai pada pasien dengan
keganasan. Masa tumor yang bertambah besar akan menekan saraf, tulang, dan organ lain
yang ada di sekitarnya sehingga menimbulkan nyeri. Nyeri dapat juga disebabkan oleh
adanya metastasis, prosedur tindakan diagnostik dan komplikasi terapi.
Tata laksana nyeri merupakan salah satu bagian dari terapi paliatif. Terapi paliatif
adalah terapi yang bertujuan untuk menghilangkan gejala atau keluhan, baik yang disebabkan
oleh penyakit itu sendiri maupun sebagai komplikasi dari terapi kuratif, agar pasien
mendapatkan kualitas hidup yang terbaik menjelang hari-hari terakhirnya. Terapi paliatif
seharusnya mulai dipertimbangkan pada saat terapi kuratif tidak memberikan perbaikan. Tata
laksana nyeri mencakup terapi farmakologis dan non farmakologis.
Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan
masyarakat, baik di Indonesia maupun di dunia. Penyakit ini berakibat serius pada quality of
life, di mana pasien sering mengalami penderitaan fisik, psikososial, spiritual, dan berbagai
masalah lain. Gejala fisik yang paling sering menyertai penyakit kanker adalah nyeri.
Insidensi nyeri pada pasiendengan diagnosis kanker baru dilaporkan sebesar 38% dan 81%
pada pasien kanker terminal. Nyeri yang tidak tertangani akan berdampak pada kecemasan,
depresi, helplessness, hopelessness, keinginan untuk mengakhiri kehidupan, dan ketakutan
pada pasien maupun keluarga mereka.
Pasien dengan kanker stadium lanjut melaporkan nyeri yang lebih berat. Pemberian
analgesik pada beberapa kasus tidak sepenuhnya dapat mengurangi nyeri pada pasien kanker
stadium lanjut. Pasien mencari terapi untuk mengurangi penderitaan pada akhir kehidupan
mereka. Bagi pasien kanker stadium lanjut, paliatif adalah perawatan yang dominan
diberikan. Tren perawatan paliatif yang berkembang saat ini adalah menggabungkan terapi
medis dengan terapi komplementer (Complementary and Alternative Medicine/CAM) untuk
mengurangi gejala yang mengganggu pasien, termasuk nyeri. Secara global, dari 80% pasien
kanker dilaporkan telah menggunakan beberapa jenis terapi CAM.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat mengetahui manajemen nyeri dan terapi komplementer pada
nyeri kanker.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Agar mahasiswa mengetahui tentang konsep nyeri
2. Agar mahasiswa mengetahui tentang konsep kanker
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Nyeri


2.1.1 Definisi
Menurut The International Association For the Study of Pain (IASP).
Nyeri didefinisikan sebagai pengalaman sensoris dan emosional yang tidak
menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan atau potensial sehingga
akan menyebabkan kerusakan jaringan. Persepsi yang disebabkan oleh rangsangan yang
potensial dapat menimbulkan kerusakan jaringan yang disebut nosisepsion. Nosisepsion
merupakan langkah awal proses nyeri. Respon neurologik yang dapat membedakan
antara rangsang nyeri dengan rangsang lain disebut nosiseptor. Nyeri dapat
mengakibatkan impairment dan disabilitas.Impairment adalah abnormalitas atau
hilangnya struktur atau fungsi anatomik, fisiologik maupun psikologik.Sedangkan
disabilitas adalah hasil dari impairment, yaitu keterbatasan atau gangguan kemampuan
untuk melakukan aktivitas yang normal (Potter &Perry, 2006).

2.1.2 Klasifikasi
1. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Durasi
a. Nyeri Akut
Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit, atau intervensi
bedah dan memiliki proses yang cepat dengan intensitas yang bervariasi (ringan sampai
berat), dan berlangsung untuk waktu yang singkat (Andarmoyo, 2013). Nyeri akut
berdurasi singkat (kurang lebih 6 bulan) dan akan menghilang tanpa pengobatan setalh
area yang rusak pulih kembali (Prasetyo, 2010).
b. Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan yang intermiten yang menetap sepanjang suatu
priode waktu, Nyeri ini berlangsung lama dengan intensitas yang bervariasi dan biasanya
berlangsung lebih dari 6 bulan (Potter &Perry, 2006).
2. Klasifikasi Nyeri Berdasrkan Asal
a. Nyeri Nosiseptif
Nyeri Nosiseptif merupakan nyeri yang diakibatkan oleh aktivitas atau sensivitas
nosiseptor perifer yang merupakan respetor khusus yang mengantarkan stimulus naxious
(Andarmoyo, 2013). Nyeri Nosiseptor ini dapat terjadi karna adanya adanya stimulus
yang mengenai kulit, tulang, sendi, otot, jaringan ikat, dan lain-lain (Andarmoyo, 2013).
b. Nyeri neuropatik
Nyeri neuropatik merupakan hasil suatu cedera atau abnormalitas yang di dapat
pada struktur saraf perifer maupun sentral , nyeri ini lebih sulit diobati (Andarmoyo,
2013).
3. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Lokasi
a. Supervicial atau kutaneus
Nyeri supervisial adalah nyeri yang disebabkan stimulus kulit. Karakteristik dari
nyeri berlangsung sebentar dan berlokalisasi. Nyeri biasanya terasa sebagai sensasi yang
tajam (Potter dan Perry, 2006). Contohnya tertusuk jarum suntik dan luka potong kecil
atau laserasi.
b. Viseral Dalam
Nyeri viseral adalah nyeri yang terjadi akibat stimulasi organ-organ internal
(Potter dan Perry, 2006). Nyeri ini bersifat difusi dan dapat menyebar kebeberapa arah.
Contohnya sensasi pukul (crushing) seperti angina pectoris dan sensasi terbakar seperti
pada ulkus lambung.
c. Nyeri Alih (Referred pain)
Nyeri alih merupakan fenomena umum dalam nyeri viseral karna banyak organ
tidak memiliki reseptor nyeri. Karakteristik nyeri dapat terasa di bagian tubuh yang
terpisah dari sumber nyeri dan dapat terasa dengan berbagai karakteristik (Potter dan
Perry, 2006). Contohnya nyeri yang terjadi pada infark miokard, yang menyebabkan
nyeri alih ke rahang, lengan kiri, batu empedu, yang mengalihkan nyeri ke selangkangan.
d. Radiasi Nyeri
Radiasi merupakan sensi nyeri yang meluas dari tempat awal cedera ke bagian
tubuh yang lain (Potter dan Perry, 2006). Karakteristik nyeri terasa seakan menyebar ke
bagian tubuh bawah atau sepanjang kebagian tubuh. Contoh nyeri punggung bagian
bawah akibat diskusi interavertebral yang ruptur disertai nyeri yang meradiasi sepanjang
tungkai dari iritasi saraf skiatik.
e. Pengukuran Intensitas
Nyeri Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan
oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri bersifat sangat subjektif dan nyeri dalam
intensitas yang sama dirasakan berbeda oleh dua orang yang berbeda (Andarmoyo,
2013).
Ada beberapa metode yang umumnya digunakan untuk menilai intensitas nyeri,
antara lain :
1) Verbal Rating Scale (VRSs)
Menggunakan suatu word list untuk mendeskripsikan nyeri yang dirasakan.
Pasien disuruh memilih kata-kata atau kalimat yang menggambarkan karakteristik
nyeri yang dirasakan dari word list yang ada. Metode ini dapat digunakan untuk
mengetahui intensitas nyeri dari saat pertama kali muncul sampai tahap
penyembuhan. Penilaian ini menjadi beberapa kategori nyeri, yaitu :
 tidak nyeri (none)
 nyeri ringan (mild)
 nyeri sedang (moderate)
 nyeri berat (severe)
 nyeri sangat berat (very severe)
2) Numeric Rating Scale (NRSs)
Metode ini menggunakan angka-angka untuk menggambarkan range dari
intensitas nyeri. Umumnya pasien akan menggambarkan intensitas nyeri yang
dirasakan dari angka 0-10. “0” menggambarkan tidak ada nyeri sedangkan “10”
menggambarkan nyeri yang hebat.

3) Visual Analogue Scale (VASs)


Paling sering digunakan untuk mengukur intensitas nyeri. Metode ini
menggunakan garis sepanjang 10 cm yang menggambarkan keadaan tidak nyeri
sampai nyeri yang sangat hebat. Pasien menandai angka pada garis yang
menggambarkan intensitas nyeri yang dirasakan. Keuntungan menggunakan
metode ini adalah sensitif untuk mengetahui perubahan intensitas nyeri, mudah
dimengerti dan dikerjakan, dan dapat digunakan dalam berbagai kondisi klinis.
Kerugiannya adalah tidak dapat digunakan pada anak-anak dibawah 8 tahun dan
mungkin sukar diterapkan jika pasien berada dalam nyeri hebat.
4) The Face Pain Scale
Dengan cara melihat mimik wajah pasien dan biasanya untuk menilai
intensitas nyeri pada anak-anak

5) McGill Pain Questionnaire (MPQ)


Menggunakan check list untuk mendeskripsikan gejala-gejala nyeri yang
dirasakan. Metode ini menggambarkan nyeri dari berbagai aspek antara lain
sensorik, afektif, dan kognitif. Intensitas nyeri digambarkan dengan meranking dari

“0” sampai “3”.

2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi


Pengalaman nyeri pada seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, Menurut
Potter & Perry, 2006 di antaranya adalah:
1. Arti nyeri 
Bagi seserang memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian arti nyeri merupakan
arti yang negatif, seperti membahayakan, merusak, dan lain-lain. Keadaan ini
dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti usia, jenis kelamin, latar belakang sosial
kultural, lingkungan, dan pengalaman.
2. Persepsi Nyeri
Persepsi nyeri merupakan penilaian sangat subyektif tempatnya pada korteks pada
fungsi evaluatif kognitio. Persepsi ini dipengaruhi oleh faktor yang dapat memicu
stimulasi nociceptor.
3. Toleransi Nyeri
Toleransi ini erat hubungannya dengan adanya intensitas nyeri yang dapat
memengaruhi seseorang menahan nyeri.Faktor yang dapat memengaruhi peningkatan
toleransi nyeri antara lain alkohol, obat-obatan, hipnosis, gesekan atau garukan,
pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat dan sebagianya.Sedangkan faktor yang
menurunkan toleransi antara lain kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang
tidak kunjung hilang, sakit, dan lain-lain.
4. Reaksi terhadap Nyeri
Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respons seseorang terhadap nyeri, seperti
ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan menjerit. Semua ini merupakan bentuk
respons nyeri yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: arti nyeri, tingkat
persepsi nyeri, pengalaman masa lalu, nilai budaya, harapan sosial, kesehatan fisik
dan mental, takut, cemas, usia dan lain-lain.
5. Skala Nyeri
Reaksi yang dialami oleh pasien mempunyai ukuran tersendiri dari 0-10 dengan
tingkatan sebagai berikut :
a. Skala Normal 
b. Skala ringan
c. Skala sedang
d. Skala berat

2.1.4 Manajemen Nyeri


Dalam manajemen nyeri, terdapat empat teknik yang bisa digunakan, Menurut Potter
& Perry, 2006 antara lain :
1. Stimulas kutaneus
Merupakan teknik reduksi nyeri dengan melakukan stimulasi pada kulit untuk
menghilangkan nyeri. Beberapa teknik untuk stimulasi kulit antara lain :
a. Kompres dingin
b. Analgetic ointments
c. Counteriritan, seperti plester hangat
d. Contralateral stimulation, yaitu massage kulit pada area yang berlawanan dengan
area nyeri
2. Distraksi
Merupakan teknik reduksi nyeri dengan mengalihkan perhatian kepada hal lain
sehingga kesadaran terhadap nyerinya berkurang. Teknik distraksi dapat dilakukan
diantaranya dengan cara :
a. Nafas dalam lambat dan berirama
b. Massage and slow, rhythmic breating
c. Rhythmic singing and tapping
d. Active listening
e. Guided imagery (kekuatan imajinasi klien bisa dengan mendengarkan musik yang
lembut)
3. Anticipatory Guidance
Merupakan teknik reduksi yang dilakukan oleh perawat dengan cara memberikan
informasi yang dapat mencegah terjadinya misinterpretasi dari kejadian yang dapat
menimbulkan nyeri dan membantu pemahaman apa yang diharapkan. Informasi yang
diberikan kepada klien diantaranya :
a. Penyebab nyeri
b. Proses terjadinya nyeri
c. Lama dan kualitas nyeri
d. Berat-ringannya nyeri
e. Lokasi nyeri
f. Informasi tentang keamanan yang akan diberikan kepada klien
g. Metode yang digunakan perawat pada klien untuk mengurangi nyeri
h. Hal-hal yang diharapkan klien selama prosedur
4. Relaksasi
Teknik relaksasi terutama efektif untuk nyeri kronik dan memberikan beberapa
keuntungan, antara lain :
a. Relaksasi akan menurunkan ansietas yang berhubungan dengan nyeri atau stres.
b. Menurunkan nyeri
c. Menolong individu untuk melupakan nyeri
d. Meningkatkan periode istirahat dan tidur
e. Meningkatkan keefektifan terapi nyeri lain
f. Menurunkan perasaan tak berdaya dan depresi yang timbul akibat nyeri
Stewart 1976, menganjurkan beberapa teknik relaksasi antara lain sebagai berikut :

2.1 5 Penatalaksanaan
1. Tindakan Farmakologis
a. Analgesik Narkotik
b. Analgesik Lokal
c. Analgesik yang dikontrol klien
d. Obat – obat nonsteroid
2. Tindakan Non Farmakologis
a. Stimulasi kulit
Beberapa teknik untuk stimulasi kulit antara lain :
 Kompres dingin
 Analgesics ointments
 Counteriritan, seperti plester hangat.
 Contralateral Stimulation, yaitu massage kulit pada area yang berlawanan  dengan
area yang nyeri.
b. Stimulasi electric (TENS)
c. Akupuntur
d. Plasebo

2.2 Konsep Kanker


2.2.1 Definisi
Penyakit Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan
tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Dalam perkembangannya, sel-sel kanker ini dapat
menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan kematian. Kanker adalah
istilah yang mencakup sekelompok kompleks lebih dari berbagai jenis penyakit kanker .
Kanker dapat mempengaruhi hampir setiap organ dalam tubuh manusia. Banyak orang
terkejut ketika mengetahui kanker yang dapat mempengaruhi bagian-bagian tubuh seperti
mata dan jantung. Setiap jenis kanker khas dengan penyebab, gejala, dan metode pengobatan
yang berbeda. Seperti kelompok penyakit yang lain, beberapa jenis kanker ada yang lebih
umum daripada yang lain.

2.2.2 Gejala
Gejala penyakit kanker secara umum yang timbul tergantung dari jenis atau organ
tubuh yang terserang yaitu :
a. Perubahan kebiasaan buang air besar
b. Luka yang tidak sembuh - sembuh.
c. Benjolan pada payudara .
d. Perubahan tahi lalat atau kulit yang mencolok.
e. Gangguan pencernaan, misalnya sukar menelan yang terus menerus.
f. Penurunan berat badan dengan cepat akibat kurang lemak dan protein (kaheksia)
g. Tuli, atau adanya suara - suara dalam telinga yang menetap.
h. Nyeri dapat terjadi akibat tumor yang meluas menekan syaraf dan pembuluh darah
disekitarnya, reaksi kekebalan dan peradangan terhadap kanker yang sedang tumbuh,
dan nyeri juga disebabkan karena ketakutan atau kecemasan.

2.2.3 Faktor Penyebab


Penyebab Penyakit Kanker tidak diketahui secara pasti karena merupakan gabungan
dari sekumpulan faktor genetik dan lingkungan. Namun sebenarnya ada faktor-faktor yang
diduga meningkatkan resiko terjadinya Penyakit Kanker, antara lain adalah :
1. Faktor keturunan Faktor genetik
2. Faktor kejiwaan, emosional stres yang berati dapat menyebabkan ganggguan
keseimbangan seluler tubuh.
3. Faktor prilaku Perilaku (merokok, mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung
lemak, daging yang diawetkan, minuman beralkohol dan Perilaku seksual yaitu
melakukan hubungan intim diusia dini dan sering berganti ganti pasangan).
4. Penyinaran yang berlebihan Sinar ultra violet yang berasal dari matahari dapat
menimbulkan kanker kulit. Sinar radio aktif, sinar X yang berlebihan atau sinar
radiasi dapat menimbulkan kanker kulit dan leukemia.
5. Virus Beberapa jenis virus berhubungan erat dengan perubahan sel normal menjadi
sel kanker. Jenis virus ini disebut virus penyebab kanker atau virus onkogenik.
6. Hormon Hormon adalah zat yang dihasilkan kelenjar tubuh yang fungsinya adalah
mengatur kegiatan alat-alat tubuh dari selaput tertentu. Pada beberapa penelitian
diketahui bahwa pemberian hormon tertentu secara berlebihan dapat menyebabkan
peningkatan terjadinya beberapa jenis kanker seperti payudara, rahim, indung telur
dan prostat (kelenjar kelamin pria).
2.2.4 Penanganan Nyeri Kanker
Penanganan nyeri dapat dilakukan dengan terapi farmakologi dan terapi
nonfarmakologi
1. Farmakologi
a. Analgesik non opioid
Anti inflamasi non steroid (AINS) bekerja dengan cara menghambat enzim
siklooksigenase, sehingga mengganggu konversi asam arakhidonat menjadi
prostaglandin yang merupakan mediator nyeri. Obat ini umumnya bekerja di perifer,
kecuali parasetamol yang bekerja di susunan saraf pusat dengan meng hambat sintesis
prostaglandin di hipotalamus. Berdasarkan rekomendasi WHO, AINS
sebagaianalgesik tunggal efektif untuk mengatasi nyeri kanker ringan. Untuk nyeri
sedang dan berat, AINS dapat diberikan untuk meningkatkan efek analgesik opioid.
Anti inflamasi non steroid mempunyai ceiling effect,yaitu pemberian dosis yang lebih
tinggi dari dosis maksimal, namun tidak menyebabkan bertambahnya efek analgesik.
Penggunaan AINS jangka panjang memberikan banyak efek samping.
b. Analgesik opioid
Opioid merupakan pilihan utama pada nyeri keganasan sedang berat. Terdapat 2
jenis opioid, yaitu opioid lemah seperti kodein dan tramadol; sedangkan opioid kuat
yaitu morfin, metadon, fentanil, dan heroin. Opioid sedapat mungkin diberikan dalam
bentuk oral, dan sebaiknya diberikan secara rutin agar tercapai kadar opioid plasma
yang stabil. Opioid tidak memiliki standar dosis dan ceiling effect. Dosis yang
diberikan sebaiknya dititrasi sesuai dengan rasa nyeri yang dialami pasien. Opioid
sering menimbulkan efek samping, seperti sedasi, konstipasi, mual, muntah, dan
depresi pernapasan. Pada anak, pemberian opioid sebaiknya diikuti dengan pemberian
laksatif. Pada anak usia kurang dari 1 tahun, pemberian opioid harus dilakukan secara
hati-hati karena dosis standar untuk anak sering menyebabkan depresi pernapasan.
Pemberian opioid dapat menyebabkan ketergantungan, adiksi dan toleransi, namun
adiksi jarang terjadi pada anak.
c. Terapi ajuvan
Obat ajuvan dapat dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu obat yang bekerja sebagai
ko-analgesik (meningkatkan kerja analgesik) dan obat yang mengurangi efek samping
atau toksisitas analgesik. Obat ko-analgesik, mencakup anti depresan (seperti
amitriptilin), anti konvulsan (seperti karbamazepin dan diazepam), dan kortikosteroid.
2. Terapi Non Farmakologis
Intervensi non farmakologis yang sesuai umur dapat digunakan untuk mengurangi
rasa nyeri. Tindakan ini tidak dapat mengganti peran analgesik, melainkan meningkatkan
efektivitas terapi farmakologis. Distraksiatau mengalihkan perhatian dapat dilakukan untuk
mengurangi rasa nyeri yang disebabkan tindakan medis, seperti pemasangan infus atau
pemberian sitostatik. Teknik lain yang dapat menenangkan anak adalah dengan memegang,
memijat, mengelus, dan mengayun
BAB III
ANALISA JURNAL

Judul : Pengaruh Self-Selected Individual Music Therapy (SeLIMuT) terhadap


Tingkat
Nyeri Pasien Kanker Paliatif di RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta
Indonesian Journal of Cancer Vol. 9, No. 4
Penulis : Nuzul Sri Hertanti, Sri Setiyarini, Martina Sinta Kristanti
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah
Mada
Tahun Terbit : Oktober 2015

ABSTRAK
Pasien kanker paliatif melaporkan nyeri yang lebih berat. Pada beberapa kasus, terapi
farmakologi pada tidak sepenuhnya dapat mengurangi nyeri. Self-selected Individual Music
Therapy (SeLIMuT) merupakan terapi komplementer perangsang relaksasi nonfarmakologis
yang aman, mudah, murah, dan efektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
SeLIMuT terhadap tingkat nyeri pasien kanker paliatif. Penelitian intervensi Quasi
Experiment- pre-test and post-test design with Comparison Group dengan purposive and
consecutive sampling ini dilakukan di IRNA I RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta. Responden
dibagi dalam kelompok intervensi (n=23) yang menerima terapi SeLIMuT sebanyak empat
kali masing-masing selama 15−20 menit dan kelompok kontrol (n=23) yang tidak diberikan
terapi. Kedua kelompok dilakukan pengukuran nyeri pre- dan post- dengan Visual Analog
Scale (VAS). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan rerata selisih nyeri pre-
post pada kedua kelompok dengan nilai p=0,001 (p<0,05). Penurunan nyeri terjadi pada
kelompok SeLIMuT setelah mendapatkan intervensi dengan nilai mean (SD) 2,144 (0,91).
Penurunan nyeri pada kelompok SeLIMuT juga bermakna secara klinis (mean ≥ 1,0).
Peningkatan skor nyeri terdapat pada kelompok kontrol dengan nilai mean (SD) -0,03 (0,15).
Dapat disimpulkan bahwa secara statistik dan klinis, intervensi SeLIMuT berpengaruh
terhadap tingkat nyeri pasien kanker paliatif. Pengaruh tersebut berupa efektivitas SeLIMuT
dalam menurunkan nyeri.
Kata Kunci: kanker paliatif, nyeri, SeLIMuT, Visual Analog Scale.
ANALISA JURNAL :
Bagi pasien kanker stadium lanjut, paliatif adalah perawatan yang dominan diberikan.
Tren perawatan paliatif yang berkembang saat ini adalah menggabungkan terapi medis
dengan terapi komplementer (Complementary and Alternative Medicine/CAM) untuk
mengurangi gejala yang mengganggu pasien, termasuk nyeri. Nyeri yang tidak tertangani
akan berdampak pada kecemasan, depresi, helplessness, hopelessness, keinginan untuk
mengakhiri kehidupan, dan ketakutan pada pasien maupun keluarga mereka.
Saat ini, terapi musik merupakan bagian dari terapi komplementer pada perawatan
kanker yang berdampingan dengan terapi medis. Terapi music memiliki kelebihan sebagai
intervensi yang dapat diterapkan secara sederhana, noninvasif, perangsang relaksasi
nonfarmakologis yang aman, murah, dan efektif. Karena itu, terapi music dapat digunakan
khususnya sebagai terapi komplementer pasien kanker paliatif dengan nyeri.
Terapi yang diberikan yaitu Terapi SeLIMuT yang merupakan prosedur pemberian
terapi musik yang mudah, murah, dan efektif dengan mendengarkan jenis musik slow tempo
stabil, level suara rendah dan soft dynamic, serta tekstur konsisten (kombinasi suara dan
instrumental). Terapi ini diberikan selama 15−20 menit dan memberikan kebebasan pasien
untuk memilih musik yang disukai dan dikombinasikan dengan napas dalam.
Dari terapi yang di berikan di dapatkan hasil secara stastistik maupun klinis yang
menunjukkan intervensi dari terapi SeLIMuT ini berpengaruh terhadap tingkat nyeri pasien
kanker paliatif. Pengaruhnya berupa penurunan nyeri pada kelompok yang di berikan terapi
SeLIMuT ini.
Cara kerja terapi ini yaitu dengan cara mempengaruhi hipofisis otak untuk melepas
endorphin. Dengan pelepasan endorphin ini akan memberikan reaksi pada reseptor spesifik di
otak untuk mengubah emosi, mood, dan fisiologi, adanya respon psikofisiologi ini juga dapat
berpengaruh terhadap persepsi dan respon pasien terhadap nyeri yang dirasakan.
Jenis music yang didengar pasien juga mempengaruhi penurunan nyeri, jenis music
yang diberikan yaitu dengan kriteria music yang relaxing dan meditative, yang dapat
memberikan ketenangan bagi pasien.
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Penyakit Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel
jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Dalam perkembangannya, sel-sel kanker ini
dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan kematian. Pada pasien
dengan penyakit kanker yang sudah stadium lanjut sering mengalami masalah nyeri, sehingga
pengobatan sudah tidak dapat mengurangi nyeri maka dilakukanlah terapi komplementer
yaitu dengan pemberian terapi SeLIMuT dengan cara mempengaruhi hipofisis otak untuk
melepas endorphin. Dengan pelepasan endorphin ini akan memberikan reaksi pada reseptor
spesifik di otak untuk mengubah emosi, mood, dan fisiologi, adanya respon psikofisiologi ini
juga dapat berpengaruh terhadap persepsi dan respon pasien terhadap nyeri yang dirasakan.
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi.2008. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta: Salemba Medika.
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta
Kozier. Fundamental Of Nursing. Potter dan Perry.2006. Fundamental Keperawatan. Vol:2.
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai