Anda di halaman 1dari 20

PROMSI KESEHATAN PADA LANSIA

KELOMPOK III
Learning task
Uraikan tugas perkembangan pada usia lansia?
Uraikan proses dan tahapan menua (aging)
Uraikan promosi kesehatan yang diperlukan pada
lansia dalam domain:
Biologi
Psikososial
Spiritual
Seksual
Lingkungan
Gaya hidup
Pensiun
Uraikan strategi/media promosi kesehatan yang
dapat dilakukan, pertimbangkan pemanfaatan
teknologi.
Pengertian Lansia:
Lansia dikatakan sebagai tahap akhir
perkembangan pada daur kehidupan. Menurut
undang-undang nomor 13/Tahun1998 tentang
kesejahteraan lansia disebutkan bahwa lansia
adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih
dari 60 tahun
Batasan Umur lansia:
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO),
batasan umur lansia ada empat tahap yaitu:
Usia pertengahan : usia 45-59 tahun
Lansia : antara 60-74 tahun
Lansia tua : antara 75-90 tahun
Usia sangat tua : > 90 tahun
tugas perkembangan lansia
Mempersiapkan diri untuk kondisi yang
menurun
Mempersiapkan diri untuk pensiun
Membentuk hubungan baik dengan orang
seusianya
Mempersiapkan kehidupan baru
Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan
sosial/masyarakat secara santai
Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan
kematian pasangan (Dewi, 2014)
Teori menua
Teori biologi
Teori genetik
Wear and tear theory
Teori nutrisi
Teori mutasi somatik
Teori stres
Slow immunology theory
Teori radikal bebas
Teori rantai silang
Teori psikologis
Teori kebutuhan dasar manusia
Teori individualisme Jung
Teori pusat kehidupan manusia
Teori tugas perkembangan
Teori sosiologi
Teori interaksi sosial (social exchange theory)
Teori penarikan diri (disengagement theory)
Teori aktivitas (activity theory)
Teori berkesinambungan (continuity theory)
Subculture theory
Secara garis besar proses penuan
dibagi menjadi 3 fase:
Fase 1 Subklinik
Pada saat mencapai usia 25-35 tahun. Pada masa ini
produksi hormon mulai berkurang (mulai
mengalami penurunan produksi). Pada tahap ini,
sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai
menurun, yaitu hormon testosteron, growth
hormon, dan hormon estrogen. Pembentukan
radikal bebas, yang dapat merusak sel dan DNA,
mulai memengaruhi tubuh. Kerusakan ini biasanya
tak tampak dari luar. Karena itu, pada tahap ini
orang merasa dan tampak normal, tidak mengalami
gejala dan tanda penuaan.
Fase 2 Transisi
Pada usia 35-45 tahun. Produksi hormon sudah
menurun sebanyak 25%, sehingga tubuh pun
mulai mengalami penuaan. Biasanya pada masa
ini, ditandai dengan lemahnya penglihatan
(mata mulai mengalami rabun dekat) sehingga
perlu menggunakan kacamata berlensa plus,
rambut mulai beruban, stamina dan energi
tubuh pun berkurang.
Fase 3 Klinik
Puncaknya pada tahap fase klinikal, yakni pada usia
45 tahun ke atas. Pada masa ini produksi hormon
sudah berkurang hingga akhirnya berhenti sama
sekali. Kaum perempuan mengalami masa yang
disebut menopause sedangkan kaum pria
mengalami masa andropause. Pada masa ini kulit
pun menjadi kering karena mengalami
dehidrasi/kulit menjadi keriput, terutama di bagian
samping dan di bawah mata kita, juga kulit tangan
kita yang tidak sekencang dulu, tubuh juga menjadi
cepat lelah. Berbagai penyakit degeneratif seperti
diabetes, osteoporosis, hipertensi dan penyakit
jantung koroner mulai menyerang dan menjadi
sesuatu yang sangat mengerikan.
Biologi
Nutrisi:
Skrinning nutrisi pada lansia
Konsumsi makanan yang sehat dan enak untuk lansia
Kesehatan gigi dan mulut
Pemilihan makanan banyak serat dengan porsi sedikit tetapi sering
Pengontrolan makanan:
Pengontrolan makanan rendah garam, rendah lemak, dan tinggi serat
Pengontrolan makanan dengan 3 kali sehari dan disertai makanan 2 kali selingan
Pengontrolan BB:
Pengontrolan dengan menimbang berat badan minimal 1 kali seminggu
Kelebihan dan kekurangan berat bada pada lansia
Latihan:
Senam lansia
Latihan Yoga
Senam Otak (Brain Gym)
Penggunaan obat:
Pemberian obat dengan 6 benar
Efek samping obat
Multimedikasi
Penyakit degeneratif:
Memberikan promkes sesuai jenis penyakit yang diderita lansia, contohnya pada penyakit
Diabetes Mellitus
Psikososial
Sosial:
Pembentukan kelompok-kelompok lansia
sebagai media bersosialisasi
Dukungan sosial:
Pemberian promkes dapat ditujukan pada
keluarga
Pembentukan grup lansia untuk saling
mendukung antar anggotanya
Peran:
Peneriman perubahan peran dalam keluarga
Kehilangan pasangan:
Pendampingan keluarga
Spiritual
Kesehatan spiritual:
Kesehatan spiritual dengan meditasi
Keterlibatan dengan pemuka agama
Keterlibatanlansiadalamkegiatankeagamaan
Mengenal kematian:
Peningkatan kepercayaan kepada Tuhan
Seksual
Kepuasan seksual:
Pemenuhan kepuasan seksual dengan berpegangan tangan dan
bercerita dengan teman sesama lansia
Impotensi:
Perubahan body image
Lubrikasi yang kurang:
Penggunaan lubricant yang tepat bagi lansia
Penggunaan obat:
Penggunaan obat terkait pemenuhan kebutuhan seksual, dan kontra
indikasinya.
Alat bantu seksual:
Penggunaan alat bantu dalam pemenuhan kepuasan seksual
Lingkungan
Peran:
Peneriman perubahan peran dalam masyarakat
Melibatkan lansia dalam aktivitas di masyarakat sesuai kondisi dan
kemampuan lansia tersebut.
Tempat tinggal:
Melibatkan keluarga untuk memodifikasi lingkungan agar aman dan
nyaman untuk lansia
Keamanan psikologis dan fisik:
Pemeriksaan berkala untuk mencegah cidera akibat penurunan fungsi
tubuh
Trail:
Pemberian pengaman tempat tidur
Pencegahan jatuh:
Pengoptimalan pencahayaan
Meminimalkanpenggunaantangga
Penggunaanalat bantu berjalan
Waspadaterhadapkondisilantai yang licin
Kesendirian:
Keterlibatan keluarga untuk memberikan pendampingan pada lansia
Hubungan dengan anggota keluarga:
Keterlibatan keluarga dalam interaksi dengan lansia
Gaya hidup
Promkes merokok, alkohol dan penyalahgunaan obat (cth: obat-
obat analgetik)
Managemen stress:
Menjalankan hobby lansia
Terapi tertawa untuk lansia
Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur 6 jam/hari
Pensiun
Post power syndrome:
Pemberian tanggung jawab baru dalam keluarga
Managemen waktu
Kesiapan menjalani masa pensiun
Tingkat ketergantungan lebih tinggi:
Pemberian promosi kesehatan kepada keluarga untuk
memenuhi keutuhan lansia
Second job:
Penggunaan hobi sebagai second job
Pembuatan jadwal pada lansia
Strategi promkes
Berdasarkan keputusan WHO pada tahun 1994, strategi
promosi kesehatan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai
berikut:
Advokasi
Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar
orang lain tersebut membantu atau mendukung terhadap apa
yang diinginkan
Dukungan Sosial (Social support)
Strategi dukunngan sosial ini adalah suatu kegiatan untuk
mencari dukungan sosial melalui tokoh-tokoh masyarakat
(toma), baik tokoh masyarakat formal maupun informal.
Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)
Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang
ditujukan pada masyarakat langsung. Tujuan utama
pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan masyarakat
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka
sendiri (visi promosi kesehatan).
Keterampilan Individu (Personnel Skill)
Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat
yang terdiri dari individu, keluarga, dan
kelompok-kelompok. Oleh sebab itu, kesehatan
masyarakat akan terwujud apabila kesehatan
indivu-individu, keluarga-keluarga dan
kelompok- kelompok tersebut terwujud.
Gerakan masyarakat (Community Action)
Untuk mendukung perwujudan masyarakat yang
mau dan mampu memelihara dan meningkatkan
kesehatannya seperti tersebut dalam visi
promosi kesehatan ini, maka di dalam
masyarakat itu sendiri harus ada gerakan atau
kegiatan-kegiatan untuk kesehatan.
Media promosi kesehatan
Internet: Keuntungan dalam penggunaan internet
sebagai media promosi kesehatan dan dapat
mencangkup lansia lebih luas dengan pembentukan
grup lansia yang memiliki kebutuhan yang sama,
namun internet juga memiliki kelemahan jika
digunakan sebagai media dalam melakukan promosi
kesehatan karena tidak semua lansia mampu
memanfaatkan internet dengan baik.
Televisi : Penggunaan media televisi cukup
membantu dalam promosi kesehatan, lansia tidak
perlu keluar rumah untuk mendapatkan informasi
tentang kesehatan, kemudian dengan televise lansia
dapat mendengarkan dan melihat langsung apa
yang dibahas dalam suatu tayangan.
Radio: Media yang dipilih dalam melakukan
promosi kesehatan haruslah disesuaikan dengan
kebutuhan dan kemampuan lansia untuk menerima
informasi yang dimaksud, penggunaan radio dalam
melakukan promosi kesehatan cukup bermanfaat
bagi para lansia yang hobby dalam mendengarkan
sesuatu dan juga cukup efektif untuk lansia yang
mengalami penurunan pada pengelihatannya
Handphone: Selain media seperti televisi dan radio,
dapat pula digunakan media handphone untuk
memberikan suatu promosi kesehatan, seorang
tenaga kesehatan dapat membuat sebuah grup
lansia dengan kebutuhan kesehatan yang sama
seperti lansia dengan DM dan kemudian
memberikan promosi kesehatan melalui SMS
tentang kebutuhan pasien DM. hamper sama
dengan internet bahwa tidak semua lansia mampu
memanfaatkan telepon dengan baik.
Video : Video dapat digunakan untuk membantu dalam
melakukan promosi kesehatan pada lansia yang diadakan
oleh tenaga kesehatan di suatu tempat yang telah di sepakati
sebelumnya, hamper sama dengan media televisi, dengan
video lansia akan lebih mudah memahami dengan melihat
gerak dan suara yang dihasilkan dari video.
Slide: Slide merupakan media yang paling sering digunankan
untuk melakukan promosi kesehatan, namun media ini cukup
efektif digunakan dalam promosi kesehatan dengan tampilan
yang menarik dan jumlah kata yang tidak terlalu banyak dan
ukuran yang tidak terlalu kecil sehingga akan menarik
perhatian lansia.
Media cetak seperti koran ataupun majalah : Media cetak
seperti Koran dan majalah dapat digunakan untuk
memberikan promosi kesehatan pada lansia khususnya pada
lansia yang hobby membaca dan dengan media Koran dan
majalah lansia bias mendapatkan informasi dengan lebih
santai dan tanpa unsur paksaan.

Anda mungkin juga menyukai