Anda di halaman 1dari 5

MENURUNKAN

ANGKA UNMET POLICY


BRIEF
NEED KB

Pendahuluan
Di Indonesia, salah satu tantangan besar
dalam pelaksanaan program KB yaitu
tingginya kebutuhan KB yang tidak
terpenuhi (unmet need) pada wanita usia
subur (WUS). Di Indonesia, berdasarkan
data tahun 2021 menunjukkan bahwa
angka unmet need masih sekitar 18
persen, di mana Rencana Strategis
(Renstra) tahun 2020-2024 mentargetkan
Unmet Need tahun 2022 berada di angka
8,9 persen.

Fenomena ini pada dasarnya tidak hanya


menjadi masalah di Indonesia saja tetapi Gambar 1: Risiko Dampak Unmet Need KB
juga dihadapi oleh banyak negara di
belahan dunia. Di negara-negara Asia,
angka unmet need diperkitarakan antara
5-33%, pada negara-negara Amerika
Latin dan Karibia berkisar 6-40%,
sementara 13-38% di negara Sub Sahara
Afrika (Moreland dalam Yarsih, 2014).

Tingginya angka unmet need di atas


merupakan fenomena kependudukan
yang menjadi salah satu aspek penting
dan perlu mendapat perhatian khusus
dalam gerakan pembangunan keluarga
berencana di Indonesia.

DAMPAK TINGGINYA ANGKA


UNMET NEED

Dampak yang terkait dengan unmet need


KB bagi wanita PUS karena mengalami
kehamilan yaitu dapat berakibat
kurangnya kesiapan fisik dan mental.
Kejadian kehamilan tidak tepat waktu
(mistimed pregnancy) yang dapat
diartikan sebagai kehamilan pada wanita
usia subur yang belum siap, dalam segi
waktu untuk hamil karena masih ingin
menunda. Terjadinya kehamilan yang
tidak siap mental serta tidak tepat waktu
tersebut mengakibatkan terjadinya
kehamilan yang tidak diinginkan
(unwanted pregnancy).

memberi dampak meningkatnya risiko Akibat tingginya angka Unmet Need KB di


Kehamilan yang tidak diinginkan
kematian ibu dan anak (Saptarini and Indonesia termasuk di Sulawesi Selatan,
memberi dampak stress psikologi bagi
Suparmi 2016). selain berdampak pada laju pertumbuhan
keluarga atau munculnya kecemasan
penduduk masih tinggi, juga dapat pula
pasangan usia subur terhadap
menyebabkan angka kematian ibu dan bayi
kemungkinan terjadinya kehamilan yang
yang semakin tinggi yang berhubungan
tidak terencana akibat tidak
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan unwanted pregrancy. Berdasarkan
menggunakan alat kontrasepsi apapun
dampak bagi keluarga akibat kehamilan data dari United Nations Children's Fund
baik istri maupun suami, sehingga
yang terjadi karena Unmeet Need (UNICEF) Indonesia (2012) setiap tiga menit
adanya kecenderungan bagi pasangan
meliputi kehamilan yang tidak di Indonesia, satu anak balita meninggal
usia subur yang tidak memeriksakan
diinginkan, stress psikologi atau dunia dan setiap jamnya satu perempuan
kehamilannya, tidak memberikan
kecemasan keluarga, aborsi, serta angka meninggal dunia ketika melahirkan atau
imunisasi yang adekuat serta kurang
kematian ibu dan bayi yang terus karena sebab yang berhubungan dengan
benarnya perilaku ibu dalam menyusui
meningkat. kehamilan. Data dari World Health Statistic
(Agyekum et al. 2022).
Dampak yang terjadi saat ini adalah tahun 2021 Indonesia menempati urutan

Indonesia belum bisa menekan angka ketiga dengan angkat kematian ibu (AKI)
Kehamilan yang tidak diinginkan serta
Unmet Need yaitu masih sekitar 18 tertinggi di ASEAN dan berdasarkan data
stress psikologi bagi keluarga tersebut
persen, sedangkan Rencana Strategis dari The UN- Inter Agency for Children
dapat juga mendorong terjadinya
(Renstra) tahun 2020-2024 mentargetkan Mortality Estimates tahun 2021 Indonesia
keguguran maupun pengguguran
Unmet Need tahun 2022 berada di angka menempati urutan ketiga pula dengan angka
(aborsi), berat badan lahir rendah serta
8,9 persen. Dampak dari angka Unmet kematian bayi tertinggi di ASEAN (BKKBN,
kelahiran premature, hal tersebut tentu
Need yang tidak mencapai target, 2016).

mengakibatkan laju pertumbuhan


penduduk relatif masih diatas dari target
yang telah ditetapkan.

POLICY BRIEF
Lalitbang BKKBN Provinsi Sulawesi Selatan 2022
Page 1
Indonesia merupakan salah satu negara
yang belum mencapai target agenda
global yang disepakati oleh Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) berkaitan dengan
angka kematian ibu dan bayi,
sebagaimana target yang ditetapkan
dalam Millenium Development Goal’s
(MDGs) goal ke 4 dan 5 bidang
kesehatan ibu dan anak (Saptarini and
Suparmi 2016), serta Sustainable
Development Goals (SDGs) yang
tercantum dalam goal ke-lima yaitu
kesetaraan gender (Akses Kesehatan Gambar 2 : Capaian dan Target RPJMN Pelayanan Kontrasepsi di Indonesia

Reproduksi, Keluarga Berencana),


Tingginya angka unmet need merupakan Berdasarkan hasil analisis perbandingan studi
menjamin kesetaraan gender serta
fenomena kependudukan yang menjadi fertilitas antara beberapa negara di dunia,
memberdayakan seluruh wanita dan
salah satu aspek penting dan perlu proporsi kelompok unmet need cukup
perempuan.
mendapat perhatian khusus dalam menonjol di beberapa negara berkembang
gerakan pembangunan keluarga termasuk Indonesia. Unmet need merupakan
Tingginya Unmet Need yang
berencana. Unmet need bukan hanya suatu kondisi dimana wanita PUS tidak
mengakibatkan terjadinya ledakan
menjadi masalah dalam program menginginkan anak atau ingin
penduduk yang tidak terkendali dapat
keluarga berencana di Indonesia, akan menunda kehamilan dalam jangka waktu
juga berdampak pada sektor ekonomi
tetapi juga dihadapi di tiap belahan lebih dari 2 tahun tetapi tidak menggunakan
makro atau ekonomi nasional dan
dunia. Diperkirakan unmet need antara 5- alat kontrasepsi sebagai perlindungan dari
ekonomi mikro yang dinilai dari aspek
33% di negara-negara Asia, 6-40% di kehamilan.
ekonomi keluarga. Secara makro
negara Amerika Latin dan Karibia, dan
dampak yang dapat terjadi adalah
13-38% di negara Sub Sahara Afrika Data dan informasi yang terkait unmet need
ketersediaan fasilitas kesehatan dan
(Moreland dalam Yarsih, 2014). Terdapat sangat penting diketahui, agar penanganannya
pendidikan yang tidak tercukupi, seperti
146 juta wanita di seluruh dunia dengan bisa lebih tepat sasaran. Salah satu sumber
tidak tercukupinya fasilitas rumah sakit
usia 15-49 tahun yang sudah menikah data dan informasi yang sangat dibutuhkan
dan sekolah. Selain itu, akan terjadi
atau dalam satu ikatan keluarga tergolong yaitu hasil penelitian. Hasil penelitian
krisis lapangan pekerjaan yang
unmet need Keluarga Berencana pada tersebut dapat mendapatkan gambaran
menyebabkan semakin banyaknya
tahun 2010. Diproyeksikan sekitar 222 pencapaian program KB selama ini dilakukan
pengangguran dan berdampak pada
juta perempuan khususnya di negara- dan mengetahui keadaan sasaran yang belum
kualitas sosial yang menurun seperti
negara berkembang ingin menunda atau tergarap.
makin banyak pengemis, tuna wisma,
menghentikan kelahirannya tetapi tidak
dan kriminalitas yang terjadi dimana-
memakai alat kontrasepsi apapun yang Faktor penyebab terjadinya Unmet Need terbagi
mana (Shabuz et al. 2022).
disebut dengan kejadian unmet need menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor

(WHO, 2012). eksternal. Faktor internal adalah faktor yang


Sementara itu dampak ekonomi mikro
melekat pada pribadi wanita usia subur dengan
atau ekonomi dalam keluarga meliputi Unmet need KB sudah menjadi topik Unmet Need kontrasepsi. Faktor internal terdiri
berkurangnya kebutuhan sandang, pembicaraan sejak tahun 1960-an, namun atas usia, jumlah anak, tingkat pendidikan, status
pangan, dan papan yang layak sehingga dirasakan penting untuk diteliti lebih bekerja, dukungan pasangan, serta pengalaman
menyebabkan angka kematian ibu dan mendalam pada awal tahun 1900-an. sebelumnya mengenai kontrasepsi

bayi semakin tinggi (Negash and


Asmamaw 2022).

POLICY BRIEF
Lalitbang BKKBN Provinsi Sulawesi Selatan 2022
Page 2
BRIEF POLICY
Lalitbang BKKBN Provinsi Sulawesi Selatan 2022
Unmet Need merupakan peluang untuk meningkatkan capaian penggunaan
kontrasepsi
Salah satu faktor yang memengaruhi Semakin banyak informasi yang Peningkatan kualitas layanan merupakan
kejadian unmet need adalah riwayat diperoleh mengenai jenis alat salah satu cara yang efektif untuk
pemakaian kontrasepsi. Mahmud kontrasepsi, maka semakin besar menurunkan prevalensi unmet need KB.
(2010) dalam penelitiannya kecenderungan wanita untuk Dalam memenuhi kebutuhannya, PUS
menemukan bahwa sebanyak 7,4% memakai alat kontrasepsi, dan sering mengalami
prevalensi unmet need dipengaruhi oleh semakin kecil peluang untuk masuk hambatan dalam pemanfaatan layanan KB
timbulnya efek samping penggunaan kategori unmet need KB. sehingga akses mereka terbatas.
kontrasepsi sebelumnya. Artinya,
Kelompok unmet need dan
ketidak puasan terhadap kontrasepsi
kegagalan kontrasepsi merupakan
yang digunakan selama ini dapat
kelompok terbesar yang mengalami
berakibat terhadap timbulnya unmet
kehamilan tidak direncanakan
need KB. Menurut hasil penelitian yang
sehingga peningkatan kinerja
dilakukan oleh Husnah (2011) di Kota
petugas kesehatan dalam
Makassar menyimpulkan bahwa ada
memberikan pengetahuan untuk
hubungan antara penerimaan informasi
mengubah sikap masyarakat
KB dengan unmet need KB.
merupakan salah satu
syarat mutlak.
Gambar 3: Pemberian KIE kepada calon Akseptor KB

Gambar 4; Pelayanan Kontrasepsi Implant pada Klinik Kesehatan oleh Tenaga Medis Grafik 1; Wanita PUS tidak Menggunakan Kontrasepsi
dengan berbagai alasan di Indonesia (SKAP 2019)

Kualitas pelayanan termasuk tersedianya sarana dan Menurut Hasil Survei Kinerja Akuntabilitas
Program KB tahun 2019, menyatakan bahwa
prasarana pelayanan kontrasepsi, tenaga yang
alasan wanita tidak menggunakan kontrasepsi
kompeten dan tersedianya alat dan obat paling banyak alasan takut terhadap efek
kontrasepsi yang diinginkan calon akseptor samping sebesar 15 persen, masalah kesehatan
sebesar 13,9 persen dan menopause atau
histeroktomi sebesar 13 persen.

Page 3
BRIEF POLICY
Lalitbang BKKBN Provinsi Sulawesi Selatan 2022
Penyebab unmet need KB dapat di bagi atas faktor dari dalam diri seperti
pengetahuan, sikap, dan variabel demografi serta faktor dari luar diri wanita
pasangan usia subur seperti variabel sosial ekonomi dan akses pelayanan.
Dapat disimpulkan bahwa penyebab utama terjadinya unmet need KB yaitu
lemahnya motivasi dalam melakukan pengaturan fertilitas serta biaya
penggunaan kontrasepsi masih tinggi dalam hal ekonomi, psikologi dan
sosial budaya (Namukoko et al. 2022; Negash and Asmamaw 2022).
Kurangnya jumlah tenaga medis terlatih juga turut memberi andil terhadap
tingginya unmet need, disamping rendahnya kompetensi dan kinerja
PLKB/Penyuluh KB (cara melakukan KIE atau penyuluhan, membuat
media, advokasi, dan IT), termasuk perangkat yang digunakan sudah tidak
memadai.

Kondisi unmet need KB sebenarnya menjadi peluang untuk peningkatan penggunaan kontrasepsi. Mereka yang masuk kategori unmet
need termasuk kategori wanita subur yang ingin menunda kehamilannya atau tidak ingin punya anal lagi. Keuntungan bagi program
KB pada kondisi tersebut, karena wanita tersebut dengan kesadaran sendiri menyatakan belum mau punya anak lagi. Hanya yang
menjadi permasalahan yaitu karena tidak wanita subur tersebut tidak menggunakan kontrasepsi.

Rekomendasi
4. Seharusnya melibatkan para suami/bapak ketika
1. Wanita PUS yang berada pada kelompok umur kurang dari menyampaikan informasi/penyuluhan tentang kontrasepsi.
25 tahun dan di atas 35 tahun sebaiknya menjadi perhatian
5. Kualitas pelayanan kontrasepsi harus diupakan semaksimal
program KB, karena pada kelompok ini kencenderungan
mungkin, baik penyediaan alat kontrasepsi sesuai keinginan
unmet need lebih tinggi.
calon akseptor maupun ketersediaan tenaga pelayanan.
2. Perlu peningkatan pengetahuan wanita PUS tentang jenis,
6. Melibatkan mitra strategis seperti tokoh agama, masyarakat
manfaat, efek samping penggunaan kontrasepsi dan akibat
, dan adat dalam upaya melakukan sosialisasi program KB.
jika tidak menggunakan kontrasepsi.
7. Melakukan pengayoman terhadap akseptor KB, sehingga
3. Pemberian informasi mengenai kontrasepsi terutama
akseptor tidak merasa di abaikan setelah menjadi peserta
mengenai efek samping KB lebih disampaikan secara jelas
KB.
dengan metode yang menarik dan tepat kepada para calon
8. Peningkatan kompetensi tenaga program melalui pelatihan
akseptor. Pemahaman yang salah terhadap KB berdampak
dan refreshing
kepada rasa khawatir yang berlebihan sehingga calon
akseptor tidak berani menggunakan kontrasepsi modern

Daftar Pustaka
Agyekum, Amma Kyewaa, Kenneth Setorwu Adde, Richard Gyan Aboagye, Tarif Salihu, Abdul-Aziz Seidu, and Bright Opoku
Ahinkorah. 2022. “Unmet Need for Contraception and Its Associated Factors among Women in Papua New Guinea: Analysis
from the Demographic and Health Survey.” Reproductive Health 19(1):113. doi: 10.1186/s12978-022-01417-7.
Namukoko, Harriet, Rosemary Ndonyo Likwa, Twaambo E. Hamoonga, and Million Phiri. 2022. “Unmet Need for Family Planning
among Married Women in Zambia: Lessons from the 2018 Demographic and Health Survey.” BMC Women’s Health 22(1):137.
doi: 10.1186/s12905-022-01709-x.
Negash, Wubshet Debebe, and Desale Bihonegn Asmamaw. 2022. “Time to First Birth and Its Predictors among Reproductive Age
Women in High Fertility Countries in Sub-Saharan Africa: Inverse Weibull Gamma Shared Frailty Model.” BMC Pregnancy and
Childbirth 22(1):844. doi: 10.1186/s12884-022-05206-9.
Saptarini, Ika, and Suparmi. 2016. “Determinan Kehamilan Tidak Diinginkan Di Indonesia (Analisis Data Sekunder Riskesdas 2013).”
Indonesian Journal of Reproductive Health 7(1):15–24.
Shabuz, Zillur Rahman, M. Ershadul Haque, Md Kawsarul Islam, and Wasimul Bari. 2022. “Link between Unmet Need and
Economic Status in Bangladesh: Gap in Urban and Rural Areas.” BMC Women’s Health 22(1):176. doi: 10.1186/s12905-022-
01752-8.

Page 4

Anda mungkin juga menyukai