Anda di halaman 1dari 41

PENGARUH LIKUIDITAS, LEVERAGE dan SOLVABILITAS TERHADAP

PERTUMBUHAN LABA DENGAN UKURAN PERUSAHAAN SEBAGAI VARIABEL


MODERASI PADA PERUSAHAAN SEKTOR LQ45 YANG TERDAFTAR DI BURSA
EFEK INDONESIA PERIODE 2017-2021

1.1. LATAR BELAKANG

Persaingan dalam dunia industri menjadi semakin kuat dengan adanya


teknologi dan informasi yang semakin berkembang. Dengan adanya persaingan dalam
dunia industri tersebut, perkonomian baik lokal maupun global tidak ada yang
selamanya aman. Hal tersebut perlu adanya pengembangan strategi baru bagi setiap
perusahaan untuk bisa bersaing dan mempertahankan pertumbuhan perusahaannya
terutama dalam memperoleh laba (profit). Sama halnya yang terjadi pada perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu perusahaan disektor industri
perdagangan, jasa dan investasi. Dengan jumlah perusahaan pada industri ini yang
terus meningkat, tentu dapat mengakibatkan adanya peningkatan persaingan antar
pelaku usaha dalam industri tersebut. Walaupun persaingan dalam suatu dunia usaha
pada dasarnya merupakan syarat untuk terjadinya suatu perekonomian (Gulo,
Irmayanti, Monikha dan Ike, 2021).
Pasar modal memegang peranan penting dalam mendorong perusahaan yang
telah go publik untuk lebih meningkatkan kinerja mereka, salah satunya dengan
mengumumkan laba dan dividen yang akan dibagikan kepada para pemegang saham
perusahaan. Perusahaan LQ45 adalah perusahaan yang paling likuid di Bursa Efek
Indonesia. Perusahaan dengan kategori indeks LQ45 adalah perusahaan yang
mempunyai nilai kapitalisasi dan likuiditasnya paling besar.
Indeks LQ 45 merupakan indikator indeks saham di BEI (Bursa Efek Indonesia)
yang terdiri dari 45 saham-saham yang paling aktif diperdagangkan atau yang
berlikuiditas tinggi. Saham yang terdaftar dalam indeks LQ 45 akan berubah setiap
periodenya bergantung pada tinggi rendahnya perdagangan saham pada emiten-
emiten tersebut. Hanya saham yang aktif diperdagangkan saja yang akan masuk dalam
indeks LQ 45. Hal ini berarti indeks LQ 45 merupakan saham dari emiten yang banyak
diminati oleh para investor, oleh sebab itu indeks LQ 45 dapat dijadikan sebagai acuan
dalam menilai aktivitas kinerja perdagangan saham di pasar modal.
Dalam menilai kinerja perusahaan bagi entitas berkepentingan seperti investor,
laba atau rugi merupakan laporan yang menjadi tolak ukur untuk mengetahui kinerja
operasional perusahaan yang dapat mengukur terjadinya peningkatan atau penurunan
bisnis yang dijalankan dalam satu periode. Laba merupakan pengumpulan jumlah
ekonomi yang ada di dalam perusahaan meliputi seluruh kegiatan operasional
perusahaan ataupun kegiatan non operasional. Pertumbuhan laba tidak hanya
dipengaruhi oleh kondisi perusahaan itu sendiri tetapi kondisi luar mempengaruhi
sebagaimana pada pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi. Pertumbuhan laba dapat
diukur menggunakan Earning After Tax (EAT). Laporan keuangan yang digunakan
dalam menghitung pertumbuhan laba perusahaan dalam satu periode menggunakan
perhitungan laba periode berjalan setelah pajak. Laba perusahaan yang diperoleh
setiap tahunnya diharapkan mengalami peningkatan, karena laba dikatakan lebih baik
apabila perusahaan mengalami pertumbuhan laba setiap periodenya. Perusahaan
dengan kondisi kinerja yang baik akan terlihat dari pertumbuhan laba perusahaan yang
diperoleh. Laba merupakan ukuran kinerja dalam suatu perusahaan, jika laba
meningkat maka perusahaaan akan lebik baik dan begitu juga sebaliknya. Perubahan
dalam laba diduga disebabkan dari faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan laba,
terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya Pertumbuhan laba diantaranya
adalah Likuiditas, Leverage, Solvabilitas, Profitabilitas dan ukuran perusahaan. Pada
penelitian ini penulis mengambil Likuiditas, Leverage, dan Solvabilitas sebagai variable
penelitian.
Likuiditas menggunakan angka Current Ratio (CR), yaitu rasio likuiditas
mengukur pelunasan hutang jangka pendek yang telah ditagih secara keseluruhan
berupa aktiva lancar yang dimiliki perusahaan (Kasmir, 2015:134). Dalam penelitian
yang dilakukan oleh Jihan Lestiana (2022), likuiditas secara simultan memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba, hasil penelitian Nur Amalina, Adi
Rizfal Efriandi (2021) , juga menunjukkan pengaruh positif likuiditas terhadap
pertumbuhan laba. Adanya nilai keuangan yang tidak stabil, menunjukkan faktor lain
yang mempengaruhi likuiditas terhadap pertumbuhan laba tingkat likuiditas yang tinggi
menjadi sinyal positif bahwa perusahaan dapat dikatakan sehat secara ekonomi apabila
nilai likuiditas dapat dimanfaatkan dengan baik yang akan memikat para investor untuk
memasukkan modalnya.
Leverage, digunakan untuk melihat penggunaan dana utang atau pinjaman
yang dipergunakan untuk meningkatkan return atau keuntungan dalam sebuah bisnis
atau investasi. Biasanya leverage digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang
jika perusahaan dibubarkan (Kasmir,2017:151). Penelitian Adventius Gulo Irmayanti
Lumban Gaol,Monikha Tampubolon , Ike Rukmana Sari (2021) , menunjukkan
pengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba perusahaan.Hal ini
menunjukkan bahwa apabila semakin tinggi leverage maka terjadi penurunan pada
pertumbuhan laba. Tingginya leverage perusahaan maka semakin besar pula resiko
yang dimiliki perusahaan. Dimana perusahaan lebih bergantung dalam memperoleh
modal dari pihak luar untuk menjalankan kegiatan operasionalnya sehingga hal ini
dapat memperberat beban perusahaan yang menyebabkan perolehan laba menjadi
menurun.
Kemudian, Solvabilitas juga dapat menjadi faktor yang dapat menjadi praktik
Pertumbuhan Laba tersebut. Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dilikuidasi
dengan aset atau modal sendiri yang dijadikan jaminan dalam membayar kewajiban.
Sutrisno (2003:249) mengemukakan bahwa rasio utang dengan modal sendiri (debt to
equity ratio) merupakan imbangan antara utang yang dimilikiperusahaan dengan modal
sendiri. Penelitian Christine Dwi Karya Susilawati (2012) , menunjukkan ada pengaruh
signifikan terhadap harga saham LQ 45 hanya pengaruhnya kecil.
Adanya nilai keuangan yang tidak stabil, menunjukkan faktor lain yang
mempengaruhi likuiditas terhadap pertumbuhan laba. Ketidakkonsistenan penelitian
terdahulu membahas likuiditas terhadap pertumbuhan laba membuktikan terdapat
faktor lainnya yang dapat mempengaruhi, sehingga memakai variabel moderasi untuk
ukuran. Dengan hal tersebut, ditambahkannya variabel moderasi yaitu ukuran
perusahaan dapat menguat atau lemahkan hubungan variabel. Adanya variabel
pemoderasi ukuran perusahaan yang digunakan diduga karena berpengaruh pada
pertumbuhan laba (Petra et.al., 2020). Kemampuan perusahaan dipengaruhi dari
ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan yang lebih besar maka pemanfaatannya juga
akan bertambah untuk hasil perusahaan. Ukuran perusahaan merupakan skala ukur
kecil atau besarnya perusahaan berdasarkan aset atau aktiva, pendapatan laba, dan
kapasitas pasar. Besarnya kecilnya ukuran perusahaan mempengaruhi keputusan
manajemen dalam menjalankan aktivitas operasional perusahaan. Besarnya
perusahaan memperlihatkan kapasitas produksi suatu perusahaan yang semakin besar
apabila dijalankan dengan baik sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan laba dalam
penjualan, mengelola beban pajak dan mampu dalam menghadapi pengaruh eksternal
perusahaan.
Penelitian ini menggunakan sektor LQ45 terdaftar BEI periode 2017 - 2021
sebagai objek penelitian, dikarenakan perusahaan sektor LQ45 setiap tahunnya hampir
semua laporan keuangan diterbitkan baik di BEI atau website profil perusahaan.
Perusahaan sektor LQ45 merupakan sektor penyumbang utama pertumbuhan ekonomi
di Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah Likuiditas berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba?


2. Apakah Leverage berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba?
3. Apakah Solvabilitas berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba?
4. Apakah Ukuran Perusahaan memoderasi pengaruh Likuiditas terhadap
Pertumbuhan Laba?
5. Apakah Ukuran Perusahaan memoderasi pengaruh Leverage terhadap
Pertumbuhan Laba?
6. Apakah Ukuran Perusahaan memoderasi pengaruh Solvabilitas terhadap
Pertumbuhan Laba?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dari Likuiditas, Leverage,
Solvabilitas terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan sector LQ45. Berdasarkan
penelitian terdahulu dengan hasil beragam, sehingga penulis merumuskan masalah
yang dipaparkan diatas dengan tujuan untuk:
1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Likuiditas terhadap Pertumbuhan Laba
2. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Leverage terhadap Pertumbuhan Laba
3. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Solvabilitas terhadap Pertumbuhan
Laba
4. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Ukuran Perusahaan memoderasi
pengaruh Likuiditas terhadap Pertumbuhan Laba
5. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Ukuran Perusahaan memoderasi
pengaruh Leverage terhadap Pertumbuhan Laba
6. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Ukuran Perusahaan memoderasi
pengaruh Solvabilitas terhadap Pertumbuhan Laba
1.4. Kontribusi Penelitan
Dengan adanya penelitian inidiharapkan dapat memberikan suatu manfaat dan
kontribusi yang baik bagi penulis maupun bagi pihak-pihak yang terkait. Adapun
kontribusi dari penelitian ini sebagai berikut.
1.4.1. Kontribusi Teoritis
Penelitian ini dimaksud dapat memberikan pengembangan teori dan
pengetahuan dibidang akuntansi, serta dapat menjadi tambahan informasi dan
referensi bagi penelitian selanjutnya.
1.4.2. Kontribusi Praktis
Pada praktiknya penelitian ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang
berkepentingan:
1. Bagi Perusahaan
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan atau informasi dan
pertimbangan kepada pengambil keputusan dengan tujuan memaksimalkan
laba perusahaan dan diharapkan kepada pemerintah maupun instansi terkait
dalam menentukan langkah-langkah kebijakan,khususnya dalam membantu
meningkatkan kembali ekonomi Indonesia.
2. Bagi Peneliti
Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan dan referensi dari hasil
penelitian mengenai informasi pertumbuhan laba pada perusahaan sektor
LQ45 yang diuji dengan variabel likuiditas, leverage, dan solvabilitas pada
moderasi Ukuran Perusahaan.
3. Bagi Akademik,
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai rujukan bagi peneliti
selanjutnya yang akan meneliti dengan menggunakan variabel penelitian
yang sama.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Teori Sinyal

Teori sinyal memberikan gambaran bahwa sinyal atau isyarat merupakan suatu
tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor
tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. teori ini
mengungkapkan bahwa investor dapat membedakan antara perusahaan yang memiliki
nilai tinggi dengan perusahaan yang memiliki nilai rendah (Brigham dan Houston,
2013). Menurut Putri dan Santoso (2020) mengacu dalam Jama’an (2008) menjelaskan
pemberian informasi terhadap pihak yang bersangkutan dengan suatu informasi yang
menggambarkan keunggulan perusahaan disebut teori sinyal.

Sinyal yang dimiliki perusahaan dapat menunjukkan kualitas perusahaan


tersebut. Semakin baik kualitas perusahaan tersebut maka semakin mudah menarik
respon pasar terhadap perusahaan. Informasi yang diberikan perusahaan, diharapkan
mampu membedakan kualitas perusahaan yang baik dan kualitas perusahaan yang
buruk. Contoh informasi perusahaan tersebut ialah laba dan informasi lain yang
terdapat di dalam laporan keuangan.
Manajer dapat menggunakan, profitabilitas, dan likuiditas yang tinggi sebagai
sinyal yang baik bagi para investor karena profit yang tinggi menunjukkan perusahaan
mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menghasilkan laba bersih untuk pemegang
saham, likuiditas yang tinggi menunjukkan perusahaan mempunyai kemampuan
memenuhi kewajiban jangka pendek yang tinggi. Investor akan merespon informasi
rasio keuangan tersebut positif bagi dirinya untuk menginvestasikan dananya ke
perusahaan. Permintaan atas saham perusahaan yang tinggi menyebabkan nilai
perusahaan akan ikut meningkat.

2.1.2. Pertumbuhan Laba

Ukuran kinerja salah satunya menggunakan rasio pertumbuhan laba. Mengukur


pertumbuhan perusahaan untuk memperkirakan dalam mempertahankan
perekonomian dan pasar produk bekerja. Pertumbuhan laba berkaitan terhadap
kestabilan laba di masa mendatang. Keuangan yang baik dikatakan perusahaan dapat
mengendalikan dan memanfaatkan secara tepat untuk memperoleh untung sehingga
mencerminkan laba berkembang dengan baik. Sedangkan menurut Putri dan Santoso
(2020) pertumbuhan laba dilihat dengan menilai kinerja keuangan..

2.1.3. Rasio Likuiditas

Likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan


kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi
tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan utang lancar. Current Ratio
merupakan salah satu rasio likuiditas. Current Ratio menunjukkan tingkat keamanan
(margin of safety) kreditor jangka pendek. Tetapi current ratio yang tinggi belum tentu
menjamin akan dapat dibayarnya utang perusahaan yang sudah jatuh tempo karena
proporsi atau distribusi dari aktiva lancar yang tidak menguntungkan (Munawir, 2004).

Rasio ini dapat dibuat dalam bentuk berapa kali atau dalam bentuk prosentase.
Apabila rasio lancar ini 1:1 atau 100%, ini berarti bahwa aktiva lancar dapat menutupi
semua utang lancar. Rasio lancar yang lebih aman adalah jika berada di atas 1 atau di
atas 100% (Harahap, 1998:301). Hal yang paling penting dalam mengukur rasio modal
kerja (rasio likuiditas) bukanlah pada besar kecilnya perbedaan aktiva lancar dengan
utang jangka pendek, melainkan harus dilihat pada hubungannya atau
perbandingannya yang mencerminkan kemampuan mengembalikan utang. Current
ratio yang tinggi mungkin menunjukkan adanya uang kas yang berlebihan dibandingkan
dengan tingkat kebutuhan atau adanya unsur aktiva lancar yang rendah likuiditasnya
(seperti persediaan) yang berlebihan. Current ratio yang tinggi tersebut memang baik
dari sudut pandang kreditor, namun dari sudut pandang investor, hal ini kurang
menguntungkan karena aktiva lancar tidak didayagunakan dengan efektif. Sebaliknya,
current ratio yang rendah relatif lebih riskan, tetapi menunjukkan bahwa manajemen
telah mengoperasikan aktiva lancar secara efektif (Djarwanto, 2004:150).

Menurut Putri dan Fuadati (2019) rasio likuiditas ialah indikator kemampuan
perusahaan melunasi kewajiban finansial saat hari yang ditentukan dengan memakai
aktiva lancar saat ini. Rasio likuiditas menjadi takaran perusahaan membayar hutang
waktu dekat yang segera berakhir. Rasio likuiditas digunakan melihat seberapa
likuidnya perusahaan.

2.1.2. Rasio Leverage

Leverage adalah rasio yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam


memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukan oleh bagian modal sendiri yang
digunakan untuk membayar hutang (Kasmir, 2012). Leverage yang diproksikan dengan
debt to equity ratio dihitung dengan membagi total kewajiban perusahaan dengan total
ekuitas pemegang saham. Salah satu ukuran leverage keuangan perusahaan adalah
rasio utang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio - DER). Debt to equity ratio yaitu
perbandingan antara total kewajiban (liabilities) dengan total modal sendiri (equity).
Rasio ini menunjukkan sejauh mana modal sendiri menjamin seluruh utang. Debt to
equity ratio yang tinggi berarti sebuah perusahaan telah melaksanakan pembiayaan
yang agresif sehingga perusahaan tumbuh bersamaan dengan utangnya Semakin
besar rasio debt to equity ratio menujukkan semakin besar pula tingkat ketergantungan
perusahaan terhadap pihak eksternal (kreditur) dan semakin besar pula beban biaya
hutang yang harus dibayar perusahaan. Peningkatan hutang akan mempengaruhi
besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi pemegang saham termasuk dividen yang
akan diterima.

Leverage digunakan untuk mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai


dengan utang (Fahmi 2019). Dalam penelitian ini leverage diukur dengan Debt Equity
Ratio (DER). Menurut Sayekti & Saputra (2015), leverage tidak mempunyai pengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan laba karena besarnya DER menunjukan tingginya
ketergantungan perusahaan dalam memperoleh modal dari pihak luar yang
menyebabkan beban perusahaan semakin berat sehingga dapat membuat
pertumbuhan laba manurun. Dalam penelitian Rahayu & Sitohang (2019), terdapat
pengaruh bersifat positif dan tidak signifikan antara leverage terhadap pertumbuhan
laba. Dari hasil tersebut, tingginya tingkat rata-rata DER perusahaan, menunjukan
bahwa dalam menjalankan aktivitas operasionalnya, perusahaan lebih banyak
manggunakan hutang dari pada modal perusahaan.

2.1.3. Rasio Solvabilitas


Solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan
dilikuidasi. Rasio-rasio ini dapat dihitung dari pos-pos yang sifatnya jangka panjang
seperti aktiva tetap dan utang jangka panjang. Debt Equity Ratio merupakan salah satu
rasio solvabilitas. Sutrisno (2003:249) mengemukakan bahwa rasio utang dengan
modal sendiri (debt to equity ratio) merupakan imbangan antara utang yang dimiliki
perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri
semakin sedikit dibandingkan dengan utangnya. Bagi perusahaan, sebaiknya besarnya
utang tidak boleh melebihi modal sendiri agar beban tetapnya tidak terlalu tinggi. Untuk
pendekatan konservatif, besarnya utang maksimal sama dengan modal sendiri, artinya
debt to equitynya maksimal 100% atau dengan kata lain, DER akan lebih baik jika
kurang dari 1 yang mengartikan bahwa perusahaan mampu membayar seluruh
utangnya dengan modal yang dimiliki (Salim, 2010). Menurut Jusuf (2007), debt equity
ratio menunjukkan sejauh mana modal sendiri menjamin seluruh utang. Rasio ini juga
dapat dibaca sebagai perbandingan antara dana pihak luar dengan dana pemilik
perusahaan yang dimasukkan ke perusahaan.
2.1.4. Ukuran Perusahaan

Dalam Teori Keagenan menyatakan bahwa perusahaan skala besar


mempunyai biaya keagenan yang relatif lebih besar dibandingkan dengan perusahaan
skala kecil. Perusahaan besar dianggap memiliki informasi yang lebih banyak
dibandingkan dengan perusahaan kecil. Perusahaan besar akan mampu
mengungkapkan informasi yang lebih banyak dalam rangka untuk mengurangi biaya
keagenan. Namun, perusahaan besar juga akan menghadapi risiko politis yang jauh
lebih besar dibandingkan dengan perusahaan dengan skala kecil (Kusumawati dan
Wardhani, 2018). Ukuran perusahaan merupakan gambaran mengenai besar kecilnya
suatu perusahaan yang dapat ditunjukkan melalui total aset, total penjualan, rata-rata
tingkat penjualan, serta rata-rata dari total aset.

Menurut Agustin et.al. (2020) ukuran perusahaan sebuah faktor yang ditinjau
investor dalam investasi. Perusahaan besar maka kegiatan operasional yang dimiki
akan besar. Ukuran perusahaan menggambarkan adanya resiko yang cukup berbeda
usaha perusahaan besar dan usaha perusahaan kecil. Perusahaan yang memiliki aset
besar memperlihatkan kemampuan lebih banyak dan lebih dapat mengontrol aktivitas
bisnisnya, sehingga dapat menghasilkan laba lebih baik. Berdasarkan hasil penelitian
oleh Wigati (2020) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan ikut andil dalam mengatur
pengaruh likuiditas (current ratio) terhadap pertumbuhan laba. Besarnya ukuran
perusahaan dapat memperkuat (memoderasi) dalam menghadapi gejolak ekonomi.
Perusahaan yang besar dan terkontrol akan memperkuat perusahaan dengan tingkat
keuntungan yang akan diperoleh oleh perusahaan. Besarnya aktiva perusahaan, aset
yang dimiliki akan semakin besar. Besarnya penjualan akan membuat perputaran yang
luas sehingga memberikan keuntungan perusahaan.
2.2. Kajian Empiris

ALAT
NO JUDUL PENULIS TAHUN VARIABEL METODOLOGI KESIMPULAN
ANALISIS
Secara Parsial
Seluruh Variabel
Berpengaruh
Variabel Terhadap
Pengaruh
Dependen: Pertumbuhan Laba
Debt To
Pertumbuhan Perusahaan Hal Ini
Equity
Laba Dapat Dirangkum
Ratio,
Nur Sebagai Berikut:
Current Regresi
Amalina, Variabel Debt To Equity
1. Ratio Dan 2021 Deskriptif Kausal Linear
Adi Rizfal Independen: Ratio
Net Profit Berganda
Efriandi Debt To Equity Mempunyai Nilai
Margin
Ratio, Sig. T Sebesar
Terhadap
Current Ratio 0,116 > 0,05.
Pertumbuh
Net, Menjelaskan
an Laba
Profit Margin Secara Parsial
Berpengaruh Positif
Terhadap
Pertumbuhan Laba
Pengaruh
Likuiditas
Terhadap
Pertumbuh
an Laba
Variabel
Dengan
Dependen:
Ukuran
Pertumbuhan
Perusahaa
Laba
n Sebagai
Normalinda
Variabel Moderated
Diyanti, Variabel Regresi
2. Moderasi 2021 Regression
Muhadjir Independen: Moderasi
Pada Analysis
Anwar Likuiditas
Perusahaa
n Sektor
Moderasi:
Consumer Likuiditas
Ukuran
Goods Mempengaruhi
Perusahaan
Industry Secara
Yang Negatif Dan
Terdaftar Di Signifikan
Bursa Efek Terhadap
Indonesia Pertumbuhan Laba
Pengaruh Variabel Current Ratio (CR)
Rasio Dependen: Secara Parsial
Keuangan Pertumbuhan Berpengaruh Positif
Terhadap Laba Dan Tidak
Iman
Pertumbuh Signifikan
Rusdianto,
an Laba Variabel Analisis Regresi Purposive Terhadap
3. Bambang 2020
Perusahaa Independen: Data Panel Sampling Pertumbuhan Laba
Waluyo,
n Sub Ratio Keuangan Perusahaan Sub
Fatimah
Sektor Sektor
Konstruksi Moderasi: Sub Konstruksi Di Bursa
Di Bursa Sektor Efek Indonesia.
Efek Konstruksi Debt To Assets
Ratio (DAR)
Secara Parsial
Berpengaruh Positif
Dan Signifikan
Terhadap
Indonesia
Pertumbuhan Laba
Perusahaan Sub
Sektor Konstruksi
Di Bursa Efek
Indonesia.
Current Ratio (Cr)
Dan Debt To Equity
Ratio (Der) Tidak
Memiliki Pengaruh
Terhadap
Pertumbuhan
Laba,Gross Profit
Margin (Gpm) Dan
Total Asset
Turnover (Tato)
Memiliki Pengaruh
Positif Dan
Signifikan
Terhadap
Pengaruh Variabel Pertumbuhan Laba
Rasio Dependen: Perusahaan,Moder
Keuangan Pertumbuhan ated Regression
Terhadap Laba Analysis (Mra)
Sekar Arum Dapat Disimpulkan
Pertumbuh
Mitha Bahwa Ukuran
an Laba Variabel Purposive
4. Saraswati1, 2020   Perusahaan Hanya
Dengan Independen: Sampling
Ida Mampu
Ukuran Ratio Keuangan
Nurhayati2 Memperkuat
Perusahaa
n Sebagai Moderasi: Hubungan Antara
Variabel Ukuran Current Ratio (Cr)
Moderasi Perusahaan Dengan
Pertumbuhan
Laba,Ukuran
Perusahaan Tidak
Dapat Memoderasi
Hubungan Antara
Debt To Equity
Ratio (Der), Gross
Profit Margin
(Gpm), Dan Total
Asset Turnover
(Tato)
Secara Parsial
Current Ratio Dan
Debt To Total
Assets Tidak
Berpengaruh
Terhadap
Pertumbuhan Laba.
Kemudian Secara
Pengaruh Simultan Current
Variabel
Rasio Ratio Dan Debt To
Dependen :
Likuiditas Total Assets
Pertumbuhan
dan Rasio Berpengaruh Positif
Laba
Solvabilitas Dan Signifikan
Terhadap Terhadap
Variabel   Moderated
Pertumbuh Jihan Purposive Pertumbuhan Laba
5 2022 Independen : Regression
an Laba Lestiana Sampling Sedangkan Pada
Likuiditas, Analysis
Dengan Uji Moderate
Solvabilitas
Ukuran Regresion Analysis
Perusahan (MRA) Ukuran
Moderasi:
sebagai Perusahaan Tidak
Ukuran
Variabel Dapat Mmoderasi
Perusahaan
Moderasi Hubungan Antara
Current Ratio Dan
Debt To Total
Assets Terhadap
Pertumbuhan Laba
Dan Ukuran
Perusahaan
Bukanlah Variabel
Moderasi
Ukuran
Perusahaan Tidak
Bisa Memoderasi
Hubungan
Profitabilitas (X1)
Variabel Dengan
Dependen: Pertumbuhan Laba
Pertumbuhan (Y).
Laba Ukuran
Perusahaan Tidak
Apakah Eny
Variabel Bisa Memoderasi
Ukuran Maryanti ,
Independen : Hubungan
Perusahaa Sarwenda Regresi Data Purposive
6 2022 Profitabilitas, Likuiditas (X2)
n Sebagai Biduri , Panel Sampling
Likuiditas, Dengan
Variabel Herlinda
Tingkat Pertumbuhan Laba
Moderasi? Maya K
Penjualan (Y).
Ukuran
Moderasi: Perusahaan Tidak
Ukuran Bisa Memoderasi
Perusahaan Hubungan
Pertumbuhan
Penjualan
Terhadap
Pertumbuhan Laba
(Y)
Variabel Yang
Paling
Berpengaruh
Terhadap Harga
Saham LQ 45
Adalah
Profitabilitas
Analisis Dengan Indikator
Perbanding ROA (Return On
an Asset ) Sebesar
Pengaruh 40,2%. 2. Variabel
Likuiditas, Penelitian
Solvabilitas, Solvabilitas
Christine Regresi
Dan Purposive Menunjukkan
7 Dwi Karya 2012 Linear
Profitabilita Sampling Pengaruh Yang
Susilawati Sederhana
s Terhadap Signifikan
Harga Terhadap Harga
Saham Saham LQ 45
Pada Hanya
Perusahaa Variabel Pengaruhnya Kecil
n LQ 45 Dependen : Hanya Sebesar
Harga Saham 7,5%. 3. Variabel
Penelitian
Variabel Likuiditas Tidak
Independen: Menunjukkan
Likuiditas, Pengaruh
Solvabilitas, Dan Terhadap Harga
Profitabilitas Saham LQ 45
Solvabilitas,
Profitabilitas Dan
Aktivitas
Berpengaruh
Variabel
Terhadap
Dependen:
Pertumbuhan Laba
Pertumbuhan
Rasio Dan Ukuran
Laba
Fundament Perusahaan
al Terhadap Merupakan
Andri Variabel
Pertumbuh Analisis Variabel Moderasi.
Gunawan Independen:
an Laba: Purposive Regresi Rasio Likuiditas
8 Putra As’ari, 2021 Likuiditas ,
Variabel Sampling Linear Tidak Berpengaruh
Tri Kartika Solvabilitas,
Moderasi Berganda Terhadap
Pertiwi Profitabilitas,
Ukuran Pertumbuhan Laba
Aktivitas
Perusahaa Dan Ukuran
n Perusahaan Tidak
Moderasi:
Mampu
Ukuran
Memoderasi
Perusahaan
Hubungan Antara
Rasio Likuditas
Terhadap
Pertumbuhan Laba
Laverage Yang Di-
Proksikan Oleh-
Der, Profitabilitas-
Yang-Di Proksikan
Roe Terhadap
Pertumbuhan Laba.
Sementara Itu
Ukuran
Perusahaan Yang
Di-Proksikan Oleh
Pengaruh
Variabel Total-Aktiva
Leverage,
Dependen : TidakMemiliki-
Profitabilita Tien Kartika
Pertumbuhan Pengaruh Atau
s, Ukuran Kumala
Laba Dampak Yang
Perusahaa Dewi,
Variabel Pada
n Kartika Regresi Linier Purposive
9 2021 Independen: Pertumbuhan-
Dan Hendra Berganda Sampling
Leverage, Laba. Kemudian
Tingkat Titisari,
Profitabilitas, Didapatkan Nilai
Inflasi Purnama
Ukuran Koefisien-
Terhadap Siddi
Perusahaan, Determinan
Pertumbuh
Tingkat Inflasi Sebesar 46.2%
an Laba
Yang Menunjukkan
Apabila Masih-
Terdapat Variabel
Yang-Lain Memiliki
Kontribusi-
Terhadap-
Pertumbuhan-Laba
Dengan Nilai-
Persentase
Sebesar 53,8%.
Pengaruh Secara Simultan
Ukuran VariabelIndepende
Perusahaa n Terdiri Dari
n, Ukuran
Likuiditas, Perusahaan,
Leverage, Likuiditas,
Dan Leverage Dan
Variabel
Aktivitas AktivitasBerpengar
Adventius Dependen:
Terhadap uh Signifikan
Gulo Pertumbuhan
Pertumbuh Terhadap Variabel
Irmayanti Laba
an Laba Pertumbuhan Laba.
Lumban Analisis
Pada Secara Parsial
Gaol,Monik Variabel Purposive Regresi
10 Perusahaa 2021 MenunjukanBahwa
ha Independen: Sampling Linear
n Sektor Ukuran
Tampubolo Ukuran Berganda
Perdagang Perusahaan Dan
n , Ike Perusahaan,
an, Jasa Likuiditas Tidak
Rukmana Likuiditas,
Dan Terdapat Pengaruh
Sari Leverage,
Investasi Dan Tidak
Aktivitas
Yang SignifikanTerhadap
Terdaftar Pertumbuhan Laba.
DiBursa Sementara
Efek Variabel Leverage
Indonesia Terdapat Pengaruh
Periode BersifatNegatif Dan
2016-2019 Signifikan
Terhadap
Pertumbuhan Laba
Dan Variabel
Aktivitas
TerdapatPengaruh
Bersifat Positif Dan
Signifikan
Terhadap
Pertumbuhan Laba
2.3. Kerangka Penelitian

Likuiditas (X1)

Pertumbuhan Laba (Y)

Leverage (X2)

Solvabilitas (X3)

Ukuran Perusahaan (Z)

Gambar 2.1 Kerangka Penelitian

2.4. Hipotesis Penelitian


2.4.1. Pengaruh Likuiditas terhadap Pertumbuhan Laba
Likuiditas dapat menunjukan kondisi perusahaan mampu untuk memenuhi
kewajiban finansialnya dalam jangka pendek dengan menggunakan dana lancar
yang tersedia. Penelitian (Trirahaju, 2017) menyatakan bahwa Rasio Likuiditas
yang tinggi menunjukkan kinerja keuangan yang baik karena dapat menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang jangka pendeknya. Selain itu
dengan likuiditas yang tinggi maka perusahaan mampu menggunakan aktiva
lancarnya untuk meningkatkan kapasitas operasionalnya terutama kapasitas
produksi pada perusahaan yang nantinya akan berimbas pada perolehan laba
sehingga laba yang dihasilkan akan terus meningkat. Menurut (Diyanti dan
Anwar,2021). Likuiditas menunjukkan bahwa perusahaan mampu untuk
memenuhi kewajiban finansialnya dalam jangka pendek menggunakan dana
lancar yang tersedia. Namun apabila likuiditas perusahaan terlalu
besar maka perusahaan tersebut tidak mampu mengelola aktiva lancarnya
semaksimal mungkin sehingga kinerja keuangan menjadi kurang baik dan
kemungkinan ada manipulasi laba untuk mempercantik informasi
informasi laba tersebut. Menurut Djarwanto (2004:150) hal yang paling penting
dalam mengukur rasio modal kerja (rasio likuiditas) bukanlah pada besar kecilnya
perbedaan aktiva lancar dengan utang jangka pendek, melainkan harus dilihat pada
hubungannya atau perbandingannya yang mencerminkan kemampuan
mengembalikan utang. Current ratio yang tinggi mungkin menunjukkan adanya
uang kas yang berlebihan dibandingkan dengan tingkat kebutuhan atau adanya
unsur aktiva lancar yang rendah likuiditasnya (seperti persediaan) yang berlebihan.
Current ratio yang tinggi tersebut memang baik dari sudut pandang kreditor, namun
dari sudut pandang investor, hal ini kurang menguntungkan karena aktiva lancar
tidak didayagunakan dengan efektif. Sebaliknya, current ratio yang rendah relatif
lebih riskan, tetapi menunjukkan bahwa manajemen telah mengoperasikan aktiva
lancar secara efektif. Berdasarkan penelitian Amalina dan Efriadi (2021) Likuiditas
mempunyai nilai Sig. t sebesar 0,152 > 0,05 secara parsial menjelaskan
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh penelitian Iman, Bambang dan Fatimah (2020) variabel Likuiditas
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba perusahaan
sub sektor konstruksi di Bursa Efek Indonesia. Artinya, setiap kenaikan current ratio
diikuti dengan kenaikan pertumbuhan laba namun tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap pertumbuhan laba perusahaan sub sektor konstruksi di Bursa
Efek Indonesia. Dapat disimpulkan current ratio tidak dapat digunakan sebagai
variabel prediktor perubahan laba. Penelitian yang dilakukan oleh Sekar dan Ida
(2020) hal ini menunjukkan bahwa CR memiliki pengaruh positif namun tidak
signifikan terhadap pertumbuhan laba. Oleh karena itu, hipotesis pertama yang
menyatakan bahwa Current Ratio (CR) berpengaruh terhadap pertumbuhan laba
dinyatakan ditolak.
Namun beberapa penelitian juga ada yang menyatakan bahwa Likuidtas
dan Pertumbuhan Laba berpengaruh negatif. Menurut Diyanti dan Anwar (2021)
bahwa Likuiditas berpengaruh negatif signifikan terhadap Pertumbuhan Laba pada
Perusahan Consumer Goods Industry yang terdaftar di BEI periode 2017-2019.
Artinya, tidak hanya dilihat dari besarnya likuiditas untuk meningkatkan
pertumbuhan laba. Likuiditas sebuah kemampuan perusahaan membayar hutang.
Likuiditas yang tinggi maka perusahaan sanggup memenuhi kewajiban finansial
jangka dekat. Akan tetapi, likuiditas yang tinggi juga akan menunjukkan bahwa
terjadinya penurunan laba. Kelancaran perusahaan dalam melunasi hutang
lancarnya bukan jaminan akan lebih baik dalam ketersediaan modal kerja yang
tidak akan efisien apabila aktiva lancarnya tidak dimanfaatkan dengan baik untuk
menunjang kegiatan perusahaan seperti kurang maksimalnya perusahaan dalam
peningkatan penjualan, sehingga dapat mengurangi kemampulabaan perusahaan
dari tahun sebelumnya. Likuiditas yang terlalu tinggi terdapat aktiva lancar yang
pengelolaannya tidak efektif artinya terdapat dana yang mengendap di dalam
perusahaan karena tidak bermanfaat dengan baik sehingga laba yang didapatkan
mengurangi pendapatan yang tidak sesuai dengan harapan perusahaan. Jihan
(2020) sependapat dengan hasil dari penelitian mereka mengemukakan bahwa
Likuiditas tidak memiliki pengaruh dengan signifikan terhadap pertumbuhan laba.
Adanya tingkat Ikuiditas yang tinggi pada suatu perusahaan tidak selalu menjamin
keuangan perusahaan dalam keadaan baik. Dengan likuiditas yang tinggi akan
menyebabkan meningkatnya pembiayaan yang tentunya harus ditanggung oleh
perusahaan untuk memproses bahan baku dan persediaan lainnya yang
mengakibatkan penurunan laba. Selain itu dengan adanya tingkat likuiditas yang
tinggi mengindikasi adanya kas yang menganggur atau tidak digunakan secara
efektif dalam pengelolaanya. Menurut Christine (2012) likuiditas terhadap harga
saham LQ 45 menunjukkan tidak ada pengaruh signifikan likuiditas dengan
indikator current ratio terhadap harga saham. Menurut Andri dan kartika (2021)
bahwa variabel Likuiditas tidak memberikan pengaruh kepada pertumbuhan laba
perusahaan. Hal tersebut menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendek masih rendah dibandingkan dengan rata-rata industry
yang lainnya. Tetapi, perusahaan yang memiliki kemampuan baik dalam memenuhi
kewajibannya juga tidak dapat memberikan jaminan bahwa pertumbuhan laba
perusahaan akan meningkat. Artinya, nilai Current Ratio yang tinggi tidak selalu
mengidentifikasikan kondisi yang baik bagi perusahaan. Misalnya tingginya jumlah
persediaan, mengindikasikan bahwa perusahaan kurang optimal dalam melakukan
kegiatan penjualan dan kegiatan promosi serta minimnya inovasi. Sehingga jumlah
persediaan yang relative tinggi dibandingkan taksiran penjualan di masa
mendatang menyebabkan perputaran persediaan rendah dan menunjukkan over
investment. Menurut Idventus, Irmayanti, Monikha dan Ike (2021) bahwa likuiditas
tidak dapat mempengaruhi dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba pada
perusahaan sektor perdagangan, jasa dan investasi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Hal ini menunjukan bahwa dengan perusahaan mampu memenuhi
beban jangka pendeknya, tidak dapat memberi jaminan adanya ketersediaan modal
kerja dalam mendukung kegiatan operasionalnya, sehingga laba yang diperoleh
pun menjadi tidak sesuai harapan. Maka likuiditas dalam hal ini tidak berdampak
pada pertumbuhan labaBerdasarkan uraian teoritis diatas, maka hipotesis yang
digunakan sebagaian berikut :
H1 : Likuiditas Berpengaruh Terhadap Pertumbuhan Laba

2.4.2. Pengaruh Leverage Terhadap Pertumbuhan Laba


Leverage digunakan untuk menjelaskan kemampuan perusahaan dalam
menggunakan aset dan sumber dana perusahaan. Perusahaan dengan leverage
yang tinggi menyebabkan investor beranggapan bahwa perusahaan akan lebih
mengutamakan pembayaran hutang daripada dividennya (Darabali dan Saitri,
2016). Berdasarkan penelitian Nur dan Adi ( 2021) leverage berpengaruh positif
terhadap pertumbuhan laba. Menurut Iman, Bambang dan Fatimah (2020)
sependapat bahwa Leverage terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan sub
sektor konstruksi di Bursa Efek Indonesia menunjukkan adanya pengaruh positif
dan signifikan DAR terhadap pertumbuhan laba perusahaan sub sektor konstruksi
di Bursa Efek Indonesia (terima H2). Artinya, semakin tinggi DAR maka
pertumbuhan laba perusahaan konstruksi juga akan semakin tinggi. Menurut Sekar
dan Ida (2020) Leverage memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap
pertumbuhan laba.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tien, Kartika, Purnama (2022)
Leverage berpengaruh negatif terhadap Pertumbuhan Laba. Leverage akan
menurunkan pertumbuhan laba menunjukkan bahwa perusahaan di sektor industri
barang konsumsi memiliki daya ungkit lebih besar dalam operasinya, yang dimasa
depan akan menimbulkan biaya bunga yang agak lebih tinggi bagi perusahaan,
yang akan mempengaruhi pertumbuhan laba operasi. Begitu juga dengan penelitian
dari Idventus, Irmayanti, Monikha dan Ike (2021) bahwa leverage menunjukan
bahwa terdapat pengaruh bersifat negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba
pada perusahaan sektor perdagangan, jasa dan investasi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Hal ini menunjukan bahwa apabila semakin tinggi leverage maka
terjadi penurunan pada pertumbuhan laba. Tingginya leverage perusahaan maka
semakin besar pula resiko yang dimiliki perusahaan. Dimana perusahaan lebih
bergantung dalam memperoleh modal dari pihak luar untuk menjalankan kegiatan
operasionalnya sehingga hal ini dapat memperberat beban perusahaan yang
menyebabkan perolehan laba menjadi menurun.
Berdasarkan penjelasan sebelumya, maka dapat dirumuskan hipotesis
penelitian sebagai berikut :
H2: Leverage berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba

2.4.3. Pengaruh Solvabilitas terhadap Pertumbuhan Laba


Solvabilitas mengacu pada seberapa jauh suatu perusahaan bergantung
pada kreditor dalam membiayai aktiva perusahaan. Menurut Aryaningsih dan
Budiartha (2014) Solvabilitas dapat pula diartikan sebagai perbandingan antara
jumlah hutang dengan jumlah ekuitas yang dimiliki perusahaan. Dalam
hubungannya dengan signaling theory adalah bahwa jika perusahaan memiliki
kabar baik atau good news maka perusahaan akan segera menginformasikan
kepada pihak luar. Dalam hubungannya dengan agency theory setiap pihak
diasumsikan selalu bertindak untuk kepentingan dirinya sendiri terutama pihak
agen. Karena agent merupakan pihak yang mengatur jalannya perusahaan. Fungsi,
kondisi, situasi dan tujuan pihak agent bisa berbeda dengan pihak principal. Untuk
menghasilkan keuntungan bagi kepentingan agent, agent dapat bertindak boros
dalam pengeluaran yang tidak berdampak banyak terhadap kemajuan perusahaan,
sehingga akan membuat perusahaan memiliki jumlah hutang yang banyak.
Solvabilitas yang diproksikan dengan Debt to Asset Rasio (DAR) digunakan untuk
mengukur seberapa banyak aset perusahaan yang dibiaya dengn menggunakan
hutang. Semakin tinggi rasio DAR menunjukkan semakin tingginya aset
perusahaan yang dibiayai dengan menggunakan hutang. Sehingga dapat
menimbulkan semakin tingginya beban bunga kredit yang harus dibayar oleh
perusahaan, yang pada akhirnya dapat menurunkan jumlah laba yang dapat
diperoleh. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Jihan (2022) Solvabilitas
Berpengaruh Positif Dan Signifikan Terhadap Pertumbuhan Laba.

Pada penelitian ini likuiditas menggunakan angka Current Ratio (CR),


yaitu rasio likuiditas mengukur pelunasan hutang jangka pendek yang telah ditagih
secara keseluruhan berupa aktiva lancar yang dimiliki perusahaan (Kasmir,
2015:134). Adanya nilai keuangan yang tidak stabil, menunjukkan faktor lain yang
mempengaruhi likuiditas terhadap pertumbuhan laba. Ketidakkonsistenan penelitian
terdahulu membahas likuiditas terhadap pertumbuhan laba membuktikan terdapat
faktor lainnya yang dapat mempengaruhi, sehingga memakai variabel moderasi
untuk ukuran. Dengan hal tersebut, ditambahkannya variabel moderasi yaitu ukuran
perusahaan dapat menguat atau lemahkan hubungan variabel. Adanya variabel
pemoderasi ukuran perusahaan yang digunakan diduga karena berpengaruh pada
pertumbuhan laba (Petra et.al., 2020).

H3: Solvabilitas Berpengaruh Negatif Terhadap Pertumbuhan Laba

2.4.4. Pengaruh Likuiditas terhadap Pertumbuhan Laba yang dimoderasi oleh


Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan skala yang dapat mengelompokkan
perusahaan menjadi perusahaan besar dan atau kecil menurut berbagai cara
seperti total aktiva dan tingkat penjualan.Perusahaan yang masuk dikelompok
besar, biasanya akan menghasilkan laba lebih stabil dibandingkan perusahaan
dikelompok kecil. Namun, perusahaan besar juga akan menghadapi risiko politis
yang jauh lebih besar dibandingkan dengan perusahaan dengan skala kecil
(Kusumawati dan Wardhani, 2018). Perusahaan berskala besar mempunyai nilai
dan volume transaksi penjualan yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan
perusahaan yang lebih kecil. Perusahaan yang memiliki total asset besar
menunjukan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan,
dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu panjang, mencerminkan
perusahaan relative stabil dan dianggap lebih mampu menghasilkan laba
dibandingkan perusahaan dengan total asset yang kecil (Puspasari, 2017). Ukuran
perusahaan biasanya diukur dengan menggunakan total penjualan, total aset, dan
kapitalisasi pasar. Semakin besar nilai total penjualan, total aset, dan kapitalisasi
pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan sehingga dapat disimpulkan
bahwa Ukuran perusahaan memoderasi dalam pengaruh antara rasio keuangan
terhadap pertumbuhan laba ukuran perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut,
maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut:
H4 : Likuditias berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba dengan ukuran
perusahaan sebagai variabel moderasi
2.4.5. Pengaruh Leverage terhadap Pertumbuhan Laba yang dimoderasi oleh
Ukuran Perusahaan
Leverage merupakan sebuah kemampuan atau gambaran suatu perusahaan dalam
mengetahui seberapa jauh perusahaan menggunakan utang dalam operasional
atau pembiayaan kegiatan perusahaan. Menurut Kasmir (2011) leverage
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aset
perusahaan dibiayai dengan utang atau rasio yang menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya apabila perusahaan
mengalami kebangkrutan. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disusun
hipotesis sebagai berikut:
H5 : Leverage berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba dengan ukuran
perusahaan sebagai variabel moderasi
2.4.6. Pengaruh Solvabilitas terhadap Pertumbuhan Laba yang dimoderasi oleh
Ukuran Perusahaan
Rasio solvabilitas menurut Kasmir (2012) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan kewajiban. Dalam arti
luas dapat dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka
pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan. Dengan
melakukan analisis rasio solvabilitas perusahaan akan mengetahui rasio
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dengan aset yang
dimilikinya.
H6 : Solvabilitas berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba dengan ukuran
perusahaan sebagai variabel moderasi
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian adalah sebuah proses yang harus dilakukan dalam perencanaan dan
pelaksaan penelitian dimana tujuannya adalah memperoleh jawaban dari pertanyaan
suatu penelitian hingga ditariklah sebuah kesimpulan penelitian. Jenis penelitian ini
menggunakan pendekatan deskriftif kuantitatif yang menggambarkan keadaan serta
fenomena suatu objek disertai data statistik melalui data sampel penelitian kuantitatif
merupakan penelitian salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya sistematis,
terencana, terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitiannya,
dan pengumpulan data digunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Alasan
menggunakan penelitian kuantitatif dikarenakan data yang tercantum sudah cukup
jelas, dikarenakan juga penelitian ini bermaksud untuk menguji hipotesis.

Data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang sumbernya
berasal dari annual report dalam laporan tahunan di LQ45. Data sekunder yaitu sumber
data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara
diperoleh dan dicatat oleh pihak lain Sugiyono (2014:131).

3.2. Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang sumbernya berasal dari annual report
dalam laporan tahunan di LQ45. Menurut Sugiyono (2014:131), data sekunder
merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung
melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).

3.3. Populasi dan Sampel

Suatu generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang memiliki kuantitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan Sugiyono, (2018: 130). Populasi dalam penelitian ini merupakan
perusahaan manufaktur sektor industri dan dasar kimia, sektor aneka industri dan
sektor industri barang dan konsumsi yang telah terdaftar dalam indeks LQ45 di Bursa
Efek Indonesia. Indeks yang digambarkan di LQ45 adalah salah satu indeks saham
yang ada pada Bursa Efek Indonesia yang menghitung indeks rata-rata 45 saham yang
memenuhi kriteria berkapitalisasi pasar terbesar dan mempunyai tingkat likuiditas nilai
perdagangan yang tinggi. Indeks LQ45 pertama kali dimulai pada bulan Februari 1997
dan dievaluasi setiap enam bulan sekali.

Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode


judgement sampling yang merupakan salah satu bentuk purposive sampling dalam
mengambil sampel yang telah ditentukan dimana sampel sengaja dipilih untuk mewakili
populasinya yang didasarkan oleh maksud, tujuan serta kriteria-kriteria yang ditentukan.
Adapun kriteria-kriteria tersebut antara lain:

1. Perusahaan LQ45 yang menggunakan mata uang Rupiah dalam laporan


keuangannya.
2. Perusahaan LQ 45 yang telah menyampaikan laporan keuangan tahunan berturut-
turut untuk tahun 2017-2021 dimana di dalamnya terdapat data dan informasi yang
dapat digunakan dalam penelitian ini serta laporan keuangan tahunan tersebut
dilengkapi dengan laporan auditor independen. Berdasarkan kriteria diatas terdapat
45 perusahaan yang masuk kedalam LQ45 terdapat 45 sampel 225 unit selama 5
tahun

Tabel 3.1.
Daftar Perusahaan LQ45
No Kode Nama Perusahaan Sektor
1. ACES Ace Hardware Indonesia Tbk. Trade, Service
& Investment
2. ADRO Adaro Energy Tbk. Materials

3 AKRA AKR Corporindo Tbk. Trade, Service


& Investment
4 ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk Materials

5 ASII Astra International Tbk. Misc Industry

6 BBCA Bank Central Asia Tbk. Finance

7 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Finance


Tbk.

8 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Finance


Tbk

9 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Finance


Tbk.

10 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk. Finance

11 BRPT Barito Pacific Tbk. Chemical


Industry

12 BSDE Bumi Serpong Damai Tbk. Property &


Construction

13 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk Chemical


Industry

14 ERAA Erajaya Swasembada Tbk. Trade, Service


& Investment

15 EXCL XL Axiata Tbk. Infrastructure &


Transportation

16 GGRM Gudang Garam Tbk. Consumer


Goods

17 HMSP H.M. Sampoerna Tbk. Consumer


Goods

18 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Consumer


Goods

19 INCO Vale Indonesia Tbk Materials

20 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk. Consumer


Goods

21 INKP Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. Chemical


Industry

22 INTP Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Chemical


Industry

23 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk. Materials

24 JPFA JAPFA Comfeed Indonesia Tbk Chemical


Industry

25 JSMR Jasa Marga (Persero) Tbk. Infrastructure &


Transportation

26 KLBF Kalbe Farma Tbk. Consumer


Goods

27 MDKA Merdeka Copper Gold Tbk. Materials

28 MEDC Medco Energi Internasional Tbk Materials


29 MIKA Mitra Keluarga Karyasehat Tbk. Trade, Service
& Investment

30 MNCN Media Nusantara Citra Tbk. Trade, Service


& Investment

31 PGAS Perusahaan Gas Negara (Persero) Infrastructure &


Tbk. Transportation

32 PTBA Tambang Batubara Bukit Asam Tbk Materials

33 PTPP PP (Persero) Tbk. Property &


Construction

34 PWON Pakuwon Jati Tbk. Property &


Construction

35 SMGR Semen Indonesia (Persero) Tbk. Chemical


Industry

36 SMRA Summarecon Agung Tbk. Property &


Construction

37 TBIG Tower Bersama Infrastructure Tbk. Infrastructure &


Transportation

38 TINS Timah (Persero) Tbk Materials

39 TKIM Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk. Chemical


Industry

40 TLKM Telekomunikasi Indonesia (Persero) Infrastructure &


Tbk. Transportation

30 MNCN Media Nusantara Citra Tbk. Trade, Service


& Investment

31 PGAS Perusahaan Gas Negara (Persero) Infrastructure &


Tbk. Transportation
32 PTBA Tambang Batubara Bukit Asam Tbk Materials

33 PTPP PP (Persero) Tbk. Property &


Construction

34 PWON Pakuwon Jati Tbk. Property &


Construction

35 SMGR Semen Indonesia (Persero) Tbk. Chemical


Industry

36 SMRA Summarecon Agung Tbk. Property &


Construction

37 TBIG Tower Bersama Infrastructure Tbk. Infrastructure &


Transportation

38 TINS Timah (Persero) Tbk Materials

39 TKIM Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk. Chemical


Industry

40 TLKM Telekomunikasi Indonesia (Persero) Infrastructure &


Tbk. Transportatio

41 TOWR Sarana Menara Nusantara Tbk. Infrastructure &


Transportation

42 TPIA Chandra Asri Petrochemical Tbk Chemical


Industry

43 UNTR United Tractors Tbk. Trade, Service


& Investment

44 UNVR Unilever Indonesia Tbk. Consumer


Goods

45 WIKA Wijaya Karya (Persero) Tbk. Property &


Construction
3.4. Definisi dan Pengukuran Variabel

Variabel penelitian yaitu segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian
ditarik kesimpulannya. Dalam variabel yang digunakan adalah variabel Dependent,
variabel Independent, variabel Moderasi sebagai berikut:

3.4.1. Variabel Terikat (Dependent Variabel)

Variabel Dependent (terikat) adalah merupakan variabel yang mempengaruhi yang


dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel independent (bebas).
Variabel dependent (terikat) pada penelitian ini adalah Pertumbuhan Laba sebagai
variabel (Y).

Pertumbuhan laba dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

1. Besarnya perusahaan, yang berarti semakin besar suatu perusahaan, maka


ketepatan pertumbuhan laba yang diharapkan semakin tinggi.
2. Umur perusahaan, yang berarti perusahaan yang baru berdiri kurang memiliki
pengalaman dalam meningkatkan laba, sehingga ketepatannya masih rendah.
3. Tingkat leverage, yang berarti bila perusahaan memiliki tingkat hutang yang tinggi,
maka manajer cenderung memanipulasi laba sehingga dapat mengurangi ketepatan
pertumbuhan laba.
4. Tingkat penjualan, yang berarti tingkat penjualan di masa lalu yang tinggi, semakin
tinggi tingkat penjualan di masa yang akan datang sehingga pertumbuhan laba
semakin tinggi.
5. Perubahan laba masa lalu, yang berarti semakin besar perubahan laba masa lalu,
semakin tidak pasti laba yang diperoleh di masa mendatang.

Pertumbuhan laba adalah perubahan persentase kenaikan laba yang diperoleh


perusahaan serta menunjukkan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan laba
bersih yang diperoleh dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan laba merupakan salah
satu aspek yang dibutuhkan oleh manajer keuangan untuk mengevaluasi kinerja
keuangan perusahaan. Indikator yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan laba
dalah sebagai berikut:

Et−Et −1
∆ Et =
Et −1
Keterangan:
ΔEt = Pertumbuhan Laba
Et = Laba berjalan periode dihitung
Et-1 = Laba berjalan periode tahun sebelumnya

3.4.2. Variabel Bebas (Independent Variabel)

Variabel Independent (bebas) adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau


yang menjadi sebab perubahnnya atau timbulnya variabel dependent (terikat). Variabel
independent dalam penelitian ini Likuiditas sebagai X1, Leverage sebagai X2,
Solvabilitas sebagai X3.

1. Likuiditas
Likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendek. Likuiditas suatu perusahaan dapat digunakan sebagai
pengambilan keputusan karena likuiditas berhubungan dengan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban. Pengukuran rasio likuiditas dianggap likuid
jika perusahaan mampu memenuhi kewajiban pada saat ditagih. Pengukuran rasio
likuiditas dianggap likuid apabila perusahaan mampu memenuhi 35 kewajiban pada
saat di tagih. Tingkat likuiditas perusahaan yang tinggi disebabkan oleh
ketidakmampuan perusahaan dalam mengelola aset lancar. Perusahaan dengan
likuiditas yang tinggi akan memiliki resiko yang relatif kecil. Semakin tinggi tingkat
likuiditas perusahaan maka dapat dikatakan bahwa kondisi perusahaan dalam
keadaan sehat karena dapat melunasi kewajiban jangka pendeknya dengan tepat
waktu. Pengukuran likuiditas menggunakan Current ratio (CR). Curren ratio (CR)
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan
dalam membayarkan kewajiban jangka pendek. Current ratio (CR) yang tinggi
biasanya dianggap menunjjukkan tidak terjadi masalah dalam likuiditas, sehingga
semakin tinggi likuiditas maka laba yang dihasilkan suatu perusahaan berkualitas.

Rasio yang pakai yaitu rasio lancar (current rasio). Sejalan dengan Signalling
Theory yang menyatakan, perusahaan yang mampu melunasi kewajiban-kewajiban
jangka pendeknya merupakan sinyal yang baik untuk investor terkait kinerja dimasa
depan memberikan perkembangan di masa selanjutnya. Perusahaan yang dapat
melunasi kewajiban jangka pendek memberikan sinyal positif untuk investor
menentukan keputusan asetnya karena memiliki laba bersih yang tinggi agar tetap
mampu dalam membayar kewajiban suatu perusahaan (As’ari dan Pertiwi, 2021).

Aset Lancar
Current Ratio=
Utang Lancar

2. Leverage
Leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui tingkat aset
perusahaan yang dibiayai oleh hutang. Rasio leverage mempunyai tujuan dan
manfaat tidak hanya bagi manajemen saja tetati juga pihak eksternal perusahaan
yang memiliki hubungan atau kepentingan dengan perusahaan seperti untuk menilai
dan menganalisis kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang
bersifat tetap. Pengukuran rasio leverage menggunakan rasio debt equity ratio
(DER). Debt equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang
dengan ekuitas. Rasio ini dihitung dengan cara membandingkan seluruh utang.
Apabila rasionya tinggi, maka semakin sulit bagi perusahaan memperoleh tambahan
pinjaman. Karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang-utangnya
dengan aktiva yang dimilikinya. Rumus yang digunakan sebagai berikut:

Total Liabilitas
Debt ¿ Equity Ratio= x 100 %
Ekuitas
3. Solvabilitas
Menurut Kasmir (2012:151) solvabilitas adalah "Rasio yang digunakan untuk
mengukur berapa aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Maksudnya berapa
besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibanding dengan aktivanya",
Menurut Hery (2016:161) solvabilitas adalah "Rasio yang digunakan untuk
mengukur berapa aset perusahaan dibiyai dengan utang. Rasio solvabilitas ataupun
rasio leverage ialah rasio yang digunakan dalam mengukur seberapa besar beban
utang yang harus ditanggung perusahaan dalam rangka pemenuhan aset".
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa rasio solvabilitas dapat
diartikan sebagai perbandingan antara jumlah hutang dengan jumlah aset yang
dimiliki perusahaan. Jika sebuah perusahaan mampu membayar utang-utangnya
dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut akan mampu menyajikan laporan
keuangannya tepat waktu. Rumus yang digunakan sebagai berikut:

Total Kewajiban
Debt Ratio=
Total Aktiva

3.4.3. Variabel Moderasi (Moderasi Variabel)


Variabel moderasi adalah variabel yang bersifat memperkuat atau memperlemah
pengaruh variabel predictor atau penjelasan (independent) terhadap variabel
respon atau tergantung (dependent). Variabel moderasi pada penelitian ini
adalah Ukuran perusahaan sebagai variabel (Z).
Menurut Setiawan (2013) dalam Miradhi & Juliansa (20016) Ukuran Perusahaan
diartikan sebagai suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil
perusahaan dengan berbagai cara antara lain dinyatakan dalam total aktiva, nilai
pasar saham, dan lain-lain. Ukuran perusahaan mencerminkan seberapa besar
kekayaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan serta mencerminkan ukuran dari
perusahaan tersebut.
Penelitian ini menggunakan total aset yang kemuadian diukur dengan natural log
(Ln) sebagai tolak ukur dari besar kecilnya suatu perusahaan. Total aset dipilih
karena mengacu pada penelitian yang menyatakan semakin besar nilai aset
suatu perusahaan, maka semakin pendek audit delay dan sebaliknya. Tidak
hanya itu total aset diseleksi untuk pengukuran perusahaan karena total aset
dapat menggambarkan berapa besar skala dari perusahaan yang dilihat dari
banyak kekayaan perusahaan tersebut.

Umumnya, ukuran perusahaan juga dapat menentukan cara


perusahaan dalam menguasai persaingan yang muncul selama menjalani
kegiatan bisnis. Perusahaan dengan ukuran besar, cenderung memiliki
kegiatan operasional yang besar pula ikut adalah indikator yang digunkan
dalam menghitung besarnya ukuran perusahaan:

Rumus : Ln (Total Asset)

3.5. Metode Analisis


Analisis kuantitatif dalam penelitian ini menggunakan alat analisis program SPPS
(Statistical Package for Social Science) for windows 26, analisis yang digunakan
untuk menguji hipotesis yang telah dikemukakan. Pengolahan data dengan
analisis kuantitatif melalui beberapa tahap yaitu uji asumsi klasik dan uji regresi
linier berganda.

3.5.1. Statistik Deskriptif


Statistik deskriptif memberikan cerminan ataupun deskripsi suatu informasi yang dilihat
dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, dan minimum atas ukuran
perusahaan, profitabilitas, dan solvabilitas berdasarkan data olahan SPSS (Ghozali,
2011). Sedangkan variabel Pertumbuhan Laba tidak di ikutsertakan dalam perhitungan
statistik deskriptif karena variabel-variabel tersebut memiliki skala nominal. Skala
nominal merupakan skala pengukuran kategori atau kelompok. Angka tersebut hanya
dapat digunakan sebagai label kategori semata tanpa nilai intrinsik, maka dari itu
kurang tepat apabila digunakan untuk menghitung nilai rata-rata (mean) dan standar
deviasi dari variabel tersebut. Jenis penelitian kuantitatif meliputi data-data penelitian
berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.

3.5.2. Uji Asumsi Klasik

Kelayakan model penelitian yang baik dapat dilakukan dengan pengujian uji asumsi
klasik. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini mencakup uji
heteroskedastisitas dan uji multikolinearitas. Pengujian uji asumsi klasik dilakukan untuk
menentukan kalah sampel yang diteliti terbebas dari gangguan normalitas,
multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi dalam model regresi.

3.5.2. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data dalam sebuah model regresi,
variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal atau tidak. Model
regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi normal atau mendekati
normal (Ghozali, 2011). Dalam penelitian ini uji normalitas memakai One-Sample
Kolmogorov-Smirnov Test. Dasar keputusan berdasarkan pada taraf signifikan hasil
hitung dengan ketentuan sebagai berikut:

 Probabilitas > 0,05: hipotesis diterima artinya data terdistribusi secara normal
 Probabilitas < 0,05: hipotesis ditolak artinya data tidak terdistribusi secara normal

3.5.3. Uji Heterokedastisitas


Uji heteroskedastisitas dilakukan menguji apakah sebuah model regresi terjadi
ketidaksamaan varian residual berdasarkan satu pengamatan ke pengamatan
yang lain tetap, maka dianggap Heteroskedastisitas (Ghozali,2011:139). Dengan
memakai uji spearman bisa mengetahui tidak adanya heteroskedastisitas
ditunjukkan tidak terdapat satupun variabel independen yang signifikan secara
statistik mempengaruhi variabel dependen nilai Absolut Residual (AbsRes).
Dasar untuk mengambil keputusan pada uji Heteroskedasitas yakni dengan
melihat nilai signifikan lebih besar dari 0.05 kesimpulannya tidak terjadi
heteroskedastitas.

3.5.4. Uji Multikolinieritas


Ghozali (2011:105) memaparkan bahwa uji multikolinearitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam regresi ditemukan adanya hubungan antar variabel bebas
pada penelitian. Model regresi yang baik seharusnya tidak mengandung korelasi
diantara variabel bebas. Cara mendeteksi terjadinya multikolinearitas dilihat dari
nilai tolerance value dan lawannya, yaitu variance inflation factor (VIF). Kedua
ukuran ini menunjukkan variabel bebas yang dijelaskan oleh variabel bebas
lainnya. Apabila tolerance value > 0,10 dan VIF < 10 maka dapat disimpulkan
bahwa model regresi bebas dari multikolinearitas. Sebaliknya, untuk tolerance
value < 0,10 dan VIF > 10 maka terjadi multikolinearitas yang tinggi diantara
variabel bebas.

3.5.5. Uji Autokorelasi


Uji autokorelasi untuk mengetahui apakah pada suatu model regresi linier
terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu dalam periode t menggunakan
kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Apabila terjadi korelasi, disinyalir ada
problem autokorelasi. Autokorelasi muncul disebabkan adanya observasi yang
berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena
residual (kesalahan penganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi
yang lainnya. Kerap ditemui pada informasi runtut waktu ataupun time series
karena "gangguan" pada individu/kelompok cenderung mempengaruhi
"gangguan” pada individu/ kelompok yang sama pada periode selanjutnya.
Bebas dari autokorelasi adalah model regresi yang baik. Untuk mengetahui ada
tidaknya autokorelasi, sehingga dilakukan pengujian Durbin-Watson (DW). Model
dikatakan bebas dari autokorelasi apabila nilai DW lebih besar dari nilai DU pada
tabel.

3.5.6. Uji Regresi Linier Berganda


Dikarenakan penelitian ini menggunakan variabel moderasi, Model analisis yang
digunakan untuk menguji hipotesis adalah Moderated Regression Analysis
(MRA). Moderated Regression Analysis (MRA) atau uji interaksi adalah aplikasi
khusus regresi linear berganda dimana dalam persamaan regresinya
mengandung unsur interaksi (perkalian dua atau lebih variabel independen)
(Liana, 2009 dalam sulistiawati, 2018). Jika variabel tersebut merupakan variabel
moderating maka nilai koefisien harus signifikan pada tingkat signifikan yang
ditentukan. Adapun contoh dasar berdasarkan regresi linier berganda dari
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Y i ,t =α + β 1 X 1i ,t + β 2 X 2i ,t + β 3 X 3i ,t + β 4 Z i ,t + β 5 ( X 1i ,t Z i ,t ) + β 6 ( X 2i , t Z i ,t ) + β 7 ( X 3 i ,t Zi , t ) +∈ 2i ,t

Keterangan:

Y= Pertumbuhan Laba

X1 = Likuiditas

X2 = Leverage

X3 = Solvabilitas

Z = Ukuran Perusahaan

α = Konstanta

β1,β2,β3,β4 = Koefisien regresi masing-masing variabel independen

β5,β6,β7 = Koefisien regresi interaksi variabel moderasi dan independen


∈ = Error term

i,t = Data perusahaan, tahun

3.8. Uji Hipotesis

3.8.1 Uji Parsial (Uji t)

Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel


penjelasan atau independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen (Ghozali, 2013:98). Pengujian dilakukan menggunakan
significance level 0,05 (α-5%) artinya pengambilan keputusan pada uji t dapat
dilakukan dengan melihat nilai signifikannya pada taraf kepercayaan 0,05.
Penerimaan dan penolakan hipotesis dilakukan dengan kriteria sebagai
berikut:

Jika nilai signifikannya > 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi tidak
signifikan) hal tersebut berarti variabel independen tidak mempunyai pengaruh
signifikan terhadap variabel dependen.
b. Jika nilai signifikannya < 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi
signifikan) ini berarti variabel independen berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.
c. Jika t hitung << t tabel maka variabel independen secara individu tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen.
d. Jika t hitung > t tabel maka variabel independen secara individu
berpengaruh terhadap variabel dependen.

3.8.2 Uji Kelayakan Model (Uji f)


Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen
(bebas) yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan
terhadap variabel dependen (terikat) (Ghozali, 2013). Uji f adalah uji yang
bertujuan untuk mengetahui model regresi adalah model yang tepat dan layak.
Uji f juga digunakan untuk membuktikan apakah secara simultan seluruh
variabel independen mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen.
Kriteria pengujian ini adalah jika probabilitas < 0.05, maka variabel
independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen. Jika
probabilitas > 0.05, maka variabel independen secara simultan tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen.

3.83 Koefisien Determinasi (Adjusted-R Square)

Koefisien determinasi (R) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh


kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali,
2013). Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang
kecil menandakan kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi-variabel dependen sangat terbatas. Sebaliknya nilai R2 y
yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen. Secara garis besar koefisien determinasi dalam bentuk data silang
(crossection) relatif rendah ini disebabkan adanya variasi yang besar antara
masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time series)
biasanya memiliki nilai koefisien determinasi yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai