Anda di halaman 1dari 18

Universitas Ahmad Dahlan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Program Studi Ekonomi Pembangunan
1 Juli 2022

DETERMINAN KONSUMSI ROKOK


DI SEPULUH PROVINSI INDONESIA
TAHUN 2016-2020
(ANALISIS DATA PANEL SEEMINGLY
UNRELATED REGRESSION)

Rani Zaenatul Laeli


NIM 1800010116
LATAR BELAKANG

 Kebiasaan Merokok di Indonesia

 Banyaknya Perusahaan
Tembakau di Indonesia

 Persentase Konsumsi
Rokok di 10 Provinsi
Tertinggi
Sumber: BPS
Bagaimana dampak pajak rokok, indeks daya beli, upah minimum,
RUMUSAN penduduk miskin dan PDRB terhadap konsumsi rokok di sepuluh
provinsi Indonesia tahun 2016-2020?
PENELITIAN
Agar dapat diketahui dampak pajak rokok, indeks daya beli, upah
minimum, penduduk miskin dan PDRB terhadap konsumsi rokok di
TUJUAN sepuluh provinsi Indonesia tahun 2016-2020

PENELITIAN Diharapkan dapat melengkapi serta menambah ilmu pengetahuan


Teoritis tentang Konsumsi Rokok di Indonesia terutama di sepuluh Provinsi
yang memiliki persentase paling tinggi pada tahun 2016-2020
MANFAAT
PENELITIAN Dijadikan bahan untuk belajar dalam memberikan referensi
Praktis tambahan agar pengembangan studi dengan ruang lingkup yang
sama menjadi lebih lengkap. Serta membantu pemerintah dalam
memberikan kebijakan agar masyarakat tidak terus menerus
mengkonsumsi rokok tanpa menyadari dampak buruk dari rokok
tersebut.

Penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini memiliki variabel


dependen yaitu persentase konsumsi rokok serta variabel
BATASAN MASALAH independen yaitu PDRB, jumlah penduduk miskin, upah
minimum, indeks daya beli dan pajak rokok. Lokasi penelitian
dilakukan di 10 Provinsi Indonesia dengan persentase konsumsi
rokok tertinggi.
PENELITIAN TERDAHULU
No Variabel H. Sari et al (2017) Ervina Yunita Afif & Annisa Marianti et Desliyani Tri
(2018) Sasana(2019) al (2020) Wandita (2020)
Penelitian
1. Pendapatan + + - +
2. Pengeluaran rumah +
tangga tanpa rokok

3. Pendidikan +

4. Kesehatan +
5. Harga Rokok - - +

6. Kemiskinan +

7. Produksi Rokok +

8. Pengeluaran Konsumsi +
Rokok

9. Jenis Kelamin -

10. Usia -
11. Bea Cukai -
12. Pendidikan +
KERANGKA BERFIKIR

PAJAK ROKOK

UPAH MINIMUM

KONSUMSI
PDRB ROKOK

PENDUDUK MISKIN

INDEKS DAYA BELI


MASYARAKAT
H1 = Adanya pengaruh pajak rokok terhadap persentase
konsumsi rokok

H2 = Adanya pengaruh upah minimum terhadap persentase


konsumsi rokok

HIPOTESIS
H3 = Adanya pengaruh indeks daya beli terhadap persentase
konsumsi rokok

H4 = Adanya pengaruh PDRB terhadap persentase konsumsi


rokok

H5 = Adanya pengaruh jumlah penduduk miskin terhadap


persentase konsumsi rokok
METODE PENELITIAN
INTERVENS SETTING
JENIS I PENELITIA
PENELITIA PENELITIA N
N N Contrived setting (studi kausal), untuk
Intervensi minimal, peneliti tidak menguji apakah satu variabel
Deskriptif melakukan intervensi dalam aktivitas menyebabkan variabel lain berubah atau
Kuantitatif normal terhadap kasus yang sedang diteliti tidak

HORIZON LOKASI
UNIT WAKTU PENELITIA
ANALISIS N
Persentase Konsumsi Rokok di
Sepuluh Provinsi Indonesia Time Horizon atau dimensi waktu penelitian Sepuluh Provinsi Indonesia
Tahun 2016-2020 ini menggunakan penelitian one-shot atau
cross section, yang mana penelitian ini
dilaksanakan dalam satu periode
SUMBER DATA
BPS dan PPID
Provinsi TEKNIK
JENIS DATA PENGUMPULAN
DATA
Observasi ANALISIS
Data Kuantitatif DATA PANEL
1. Common Effect Model (CEM)
2. Fixed Effect Model (FEM)
3. Random Effect Model (REM)

TEKNIK ANALISIS
DATA
Metode Regresi Data Panel Seemingly
Unrelated Regression
DEFINISI VARIABEL PENELITIAN
Jenis Variabel Keterangan Skala Sumber
Variabel
Dependen Konsumsi Rokok Kegiatan seseorang untuk Rasio BPS Pusat
menghisap asap tembakau Tahun 2016-
yang masuk ke tubuh setelah 2020
dibakar kemudian
dihembuskan kembali
Independen Pajak Rokok Pungutan atas cukai rokok Rasio PPID dari 10
oleh pemerintah daerah yang Provinsi
memiliki wewenang
Upah Minimum Sebuah imbalan yang berasal Rasio BPS Provinsi
dari wirausahawan kepada Tahun 2016-
pekerja yang diakui dan 2020
dinilai dalam bentuk uang
Indeks Daya Beli Kemampuan seseorang Rasio BPS Provinsi
untuk mendapatkan barang Tahun 2016-
dan jasa dalam memenuhi 2020
kebutuhan sehari-hari
Produk Domestik Nilai akhir pasar dari barang Rasio BPS Pusat
Regional Bruto akir dan jasa (final goods Tahun 2016-
(PDRB) and service). 2020
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel Statistika Deskriptif

Y X1 X2 X3 X4 X5
Mean 32.313 23.351 26.438 14.546 9.237 11.560
Maximum 36.56 25.728 28.790 15.012 9.414 17.72
Minimum 27.95 16.972 24.783 14.087 9.108 5.09
Std 1.975 1.412 1.013 0.203 0.071 4.029
Deviasi
Kurtosis 2.643 9.662 2.861 2.676 2.996 1.565
Skewness 0.131 -1.565 -0.502 -0.070 -0,455 -0,218
Obs 50 50 50 50 50 50
RESULT OF DATA PANEL
Variabel Pooled OLS FEM REM
PDRB 0,368 0,417 0,253

(0,383)* (0,364)* (0,377)*


Pajak Rokok -0,111 -0,345 0,910

(0,554)* (0,682)* (1,917)*


Upah Minimum -3,718 -5,254 -12,474

(1,573)* (2.087)* (4,080)*


Indeks Daya Beli 5,098 17,204 50,205

(5,856)* (8,850)* (15,646)*


Jumlah Penduduk 0,209 0,320 0,537
Miskin
(0,108)** (0,177)** (0,590)*
Uji Chow 0,0040

Uji Hausman 0,0090


RESULT OF PANEL
SUR
Variabel Coef Std.Error Z P > |z|

PDRB 0.368 (0.384) 0.96 0.337**

Pajak Rokok -0.111 (0.538) -0.21 0.836**

Upah Minimum -3.718 (2.115) -1.76 0.079*

Indeks Daya Beli 5.098 (5.301) 0.96 0.336**

Jumlah Penduduk 0.209 (0.096) 2.16 0.031*


Miskin

Cons 31.23357
PEMBAHASAN Hubungan PDRB dengan Konsumsi
Rokok
PDRB suatu wilayah dapat meningkat disebabkan oleh salah satu pengeluaran di daerah seperti pengeluaran konsumsi rumah
tangga. Suatu daerah apabila konsumsi rokok terus meningkat, artinya pengeluaran masyarakat bertambah dan tembakau yang
di produksi juga banyak. Dari adanya industri tembakau juga akan mengurangi pengangguran di daerahnya. Maka dari itu,
pendapatan daerah dari sektor tembakau akan meningkat. Hasil penelitian sesuai dengan hipotesis menunjukkan bahwa PDRB
berpengaruh positif terhadap konsumsi rokok sebesar 0.368%. Berkaitan dengan penelitian (Triono, 2017) penerimaan cukai
yang meningkat setiap tahunnya disebabkan oleh hubungan kausal kebijakan kenaikan tarif cukai hasil tembakau terhadap
pendapatan negara dan produksi tembakau.

Hubungan Pajak Rokok dengan Konsumsi


Agar akibat rokok diRokok
Indonesia dapat dikendalikan maka terdapat cukai rokok yang melatar belakangi
terciptanya pajak rokok. Pajak rokok memiliki manfaat anggaran untuk memanifestasikan dana dalam kas
daerah dengan menyumbang pendapatan daerah khususnya untuk PAD. Konsumsi rokok di Indonesia agar dapat
terkendali, maka pemerintah menerapkan kebijakan fiskal berupa pajak. Hasil penelitian tidak sesuai hipotesis
yang mana pajak rokok berpengaruh negatif terhadap konsumsi rokok sebesar 0.111%. Bertolak belakang
dengan penelitian (Bani Alkausar, Hamidah Nayati Utami dan Yuniadi Maowan, 2015) menghasilkan bahwa:
adanya kaitan pajak rokok terhadap daya beli rokok. Hal ini dapat terjadi karena rokok memiliki sifat inelastis,
artinya tidak adanya hubungan kenaikan harga dengan jumlah konsumsi.
Hubungan Upah Minimum dengan Konsumsi
Rokok
Upah yang didapatkan masyarakat akan menjadi penghasilan yang digunakan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Penelitian
ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh (Prasetyo & Sihaloho, 2020) bahwa pendapatan uang saku mahasiswa
berpengaruh positif dan signifikan terhadap konsumsi rokok. Ditemukan pada penelitian (Suprihanti et al., 2018) menunjukkan bahwa
pendapatan masyarakat mempengaruhi volume impor tembakau di Indonesia secara signifikan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa ketika
masyarakat dengan pendapatan yang tinggi maka volume impor tembakau juga akan meningkat, begitu juga sebaliknya. Hasil penelitian
tidak sesuai dengan hipotesis menunjukkan adanya hubungan negatif antara upah minimum dengan konsumsi rokok sebesar 3.718%. Hal
tersebut dikarenakan upah minimum di lima tahun dalam penelitian memiliki angka cenderung naik, maka ketika upah naik jumlah tenaga
kerja turun dan pengangguran semakin banyak. Ketika pengangguran banyak maka mereka cenderung mengurangi konsumsi rokok karena
pendapatan lebih kecil.

Hubungan Indeks Daya Beli dengan Konsumsi Rokok


Indeks daya beli menjadi salah satu indikator untuk meninjau pembangunan di suatu daerah. Sejalan dengan penelitian (Hifa
Sari, Sarim Sofyan Syahnur dan Chenny Seftaria, 2017) bahwa pengeluaran makanan tanpa rokok dapat berpengaruh terhadap
pengeluaran untuk membeli rokok di keluarga miskin Aceh Tahun 2010. Penelitian lainnya oleh (Darma & Dawood, 2017) bahwa
adanya hubungan negatif total pengeluaran konsumsi rokok dengan total pengeluaran konsumsi makanan, sehingga ketika konsumsi
rokok meningkat maka konsumsi makanan akan mengalami penurunan. Sedangkan variabel lain diluar pengeluaran yang memiliki
pengaruh kecil yaitu selera, usia, perilaku, beban kesehatan serta pendidikan. Hasil penelitian sesuai dengan hipotesis menunjukkan
bahwa indeks daya beli berpengaruh positif terhadap konsumsi rokok sebesar 5.098%.
Hubungan Penduduk Miskin dengan Konsumsi
Rokok
Masyarakat dianggap miskin ketika mereka memiliki pengeluaran rata-rata per kapita dalam satu bulan dibawah
garis kemiskinan. Penelitian (Ervina, 2018) menjelaskan bahwa adanya hubungan positif jumlah pengeluaran
konsumsi rokok dalam masyarakat miskin di Kabupaten/Kota Provinsi Aceh. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya
konsumsi rokok yang tetap dan terus menerus meningkat, maka kemiskinan juga akan meningkat. Bahkan dalam
penelitian (Andri Yudhi Supriadi, 2018) menyatakan bahwa pada keluarga miskin dengan anggota rumah tangga
perokok secara rata-rata mengkonsumsi beras relatif lebih sedikit daripada konsumsi rokok.. Kenyataan menunjukkan
bahwa konsumsi rokok di Indonesia berada pada ranking kedua setelah beras. Artinya rokok memberikan dampak
secara signifikan terhadap garis kemiskinan. Hasil penelitian sesuai dengan hipotesis dimana penduduk miskin
berpengaruh positif terhadap konsumsi rokok sebesar 0.209%
KESIMPULAN
Tujuan dari penelitian ini agar peneliti dapat membuktikan secara empiris terkait
determinan Konsumsi Rokok di Sepuluh Provinsi Indonesia Tahun 2016-2020.
Berdasarkan data yang telah di analisis, maka dapat disimpulkan:

1. Upah minimum memiliki pengaruh negatif terhadap konsumsi rokok di sepuluh


provinsi Indonesia tahun 2016 sampai 2020

2. Indeks daya beli masyarakat memiliki pengaruh positif terhadap konsumsi rokok di
sepuluh provinsi Indonesia tahun 2016 sampai 2020

3. Pajak rokok memiliki pengaruh negatif terhadap konsumsi rokok di sepuluh


provinsi Indonesia tahun 2016 sampai 2020
4. PDRB memiliki pengaruh positif terhadap konsumsi rokok di sepuluh provinsi
Indonesia tahun 2016 sampai 2020
5. Penduduk miskin memiliki pengaruh positif terhadap konsumsi rokok di sepuluh
provinsi Indonesia tahun 2016 sampai 2020
SARAN
Bagi Diharapkan bagi masyarakat
Bagi Peneliti
Pemerintah pecandu rokok, agar sadar akan Selanjutnya
bahaya merokok bagi kesehatan
tubuh, bagi orang-orang
Diharapkan pemerintah dapat disekitar dan bagi masa depan. Diharapkan peneliti dapat
mengendalikan cukai dan pajak rokok, Sehingga sebaiknya masyarakat mengembangkan dalam metode
agar masyarakat dapat mengkonsumsi yang sudah kecanduan dapat analisis ekonometrika dan
rokok tidak dengan jumlah yang terlalu mengurangi konsumsi rokok menambah faktor-faktor lain yang
tinggi guna menjaga kesehatan perokok itu secara perlahan memberikan dampak terhadap
sendiri serta orang-orang disekitarnya. konsumsi rokok, karena variabel
Selain itu, diharapkan juga pemerintah yang mempengaruhi rokok masih
sebaiknya memberikan kebijakan lain agar Bagi terbatas
konsumsi rokok dapat dikurangi.
Masyarakat
TERIMAKASIH…

Anda mungkin juga menyukai