Anda di halaman 1dari 36

PERMASALAHAN NARKOBA DI NTT

Kupang, 8 September 2021


NARKOBA DI INDONESIA

1. KEJAHATAN LINTAS NEGARA


(TRANSNATIONAL CRIME)

2. KEJAHATAN LUAR BIASA


(EXTRA ORDINARY CRIME)

3. KEJAHATAN SERIUS
(SERIOUS CRIME)

4. KEJAHATAN TERORGANISIR
(ORGANIZED CRIME)
UU. 35 TH. 2009 ttg NARKOTIKA
• Menjamin ketersediaan narkotika utk
kepentingan pelayanan kesehatan dan atau
pengembangan Iptek.
• Mencegah, melindungi dan menyelamatkan
bangsa Indonesia dari penyalahgunaan
narkotika.
• Memberantas peredaran gelap narkotika dan
prekursor narkotika (senyawa yg bpartisipasi
dlm reaksi kimia yg mhasilkan senyawa lain).
• Menjamin pengaturan upy rehabilitasi medis
dan sosial bagi penyalahguna narkotika.
DASAR HUKUM

UU No. 35 Th. 2009 ttg Narkotika

Permendagri RI No. 12 Th. 2019 ttg Fasilitasi P4GN

Inpres No. 2 Th. 2020 ttg Rencana Aksi Nasional P4GN


(Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan
Peredaran Gelap Narkoba) Th. 2020-2024
6 PERINTAH PRESIDEN DLM RATAS KABINET ttg PENANGANAN
PERMASALAHAN NARKOBA (Rabu 24 Februari 2016)
1. SEMUA K/L HARUS BERGERAK BERSAMA DAN MENGHILANGKAN EGO
SEKTORAL.
2. NYATAKAN PERANG THD JARINGAN NARKOBA DAN PENANGANAN
HUKUM HARUS LEBIH KERAS DAN TEGAS.
3. TUTUP SEMUA CELAH PENYELUNDUPAN NARKOBA DI PINTU2 MASUK
(PELABUHAN, BANDARA, MAUPUN PELABUHAN2 KECIL)
4. GENCARKAN KAMPANYE KREATIF BAHAYA NARKOBA KEPADA GENERASI
MUDA.
5. TINGKATKAN PENGAWASAN YG KETAT PADA LAPAS DAN LAKUKAN
PENGECEKAN SECARA RUTIN DAN MENDADAK.
6. REHABILITASI PENYALAHGUNA DAN PECANDU NARKOBA SECARA EFEKTIF
SHG RANTAI PENYALAHGUNAAN NARKOBA TERPUTUS.
Inpres Nomor 2 Tahun 2020 – Renc Aksi Nasional Pencegahan dan
Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan
Prekusor Narkotika Tahun 2020 - 2024

Inpres ini utk penguatan Program P4GN dimana Presiden


menginstruksikan kepada seluruh Kementerian/Lembaga dan
Pemerintah Daerah dg mengikutsertakan peran serta masyarakat dan
pelaku usaha utk berkolaborasi dan bersinergi dalam memerangi
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika
PENUGASAN PADA INPRES RAN P4GN 2020-2024

MENKOPOLHUKAM KA BAPPENAS
Memfasilitasi BNN dalam Mengkoordinasikan perencanaan
mengkoordinasikan kementerian kegiatan dan penganggaran utk pelaks
dan lembaga utk melaksanakan RAN P4GN 2020-2024 dan melakukan KA BNN
RAN P4GN 2020-2024 pemantauan dan evaluasi pelaksanaan
RAN P4GN 2020-2024 Mengkoordinasikan K/L dan Pemda
1.
dalam melaks RAN P4GN 2020-2024
MENDAGRI
Melakukan bin dan was thd pemerintah daerah dalam 2. Bersama Bappenas melakukan pemantauan dan
melakukan fasilitasi dan melaks RAN P4GN 2020-2024 evaluasi pelaks RAN P4GN 2020-2024

Melaporkan kepada Presiden hasil pemantauan dan evaluasi


3. pelaksanaan RAN P4GN 2020-2024 yg dilaks bersama dg Bappenas
SESKAB
setiap 6 bulan
Melakukan was pelaks Inpres
4. Melaporkan hasil pelaksanaan RAN P4GN 2020-2024 berdasarkan laporan K/L/D
(SKPD) setiap akhir tahun anggaran
INPRES NOMOR 2 TAHUN 2020
Seluruh K/L dan Pemda:
6 Aksi 73 K/L, 34 Pemprov, 514
Aksi P4GN Generik
Generik Pemkab/Pemkot
• Bid. Pencegahan 15 Aksi
• Bid. Pemberantasan 11 Aksi
• Bid. Rehabilitasi 4 Aksi
• Bid. Litbang 2 Aksi 26 Aksi K/L terkait dg tupoksi
Aksi P4GN Khusus
Khusus mendukung P4GN

RENCANA AKSI GENERIK RENCANA AKSI KHUSUS


1. Sosialisasi pencegahan bahaya narkotika dan prekursor narkotika No. Bid. P4GN AKSI
kepada pejabat negara, ASN, TNI, Polri dan masyarakat. Peningkatan Kampanye Publik, Diteksi Dini, Pendidikan
1. Pencegahan Anti Narkotika, Pemberdayaan Masyarakat Kawasan
2. Tes urin seluruh ASN di lingkungan K/L/D (SKPD).
Rawan Narkoba
3. Tes urin kepada taruna/i pendidikan kedinasan. Pembersihan Kawasan Rawan Narkoba, Pengawasan Pintu
2. Berantas Masuk Wilayah, Pengembangan Sistem Interdiksi Terpadu,
4. Pembentukan Regulasi P4GN lingkup K/L/D (SKPD).
Pengawasan Prekursor
5. Pembentukan Satgas/relawan anti narkotika.
6. Pengembangan topik anti narkotika, menjadi materi utk seluruh 3. Rehabilitasi Peningkatan Aksesibilitas, dan SDM Layanan Rehabilitasi
Lemdiklat ASN & pendidikan kedinasan.
4. Litbang Pelaks Penelitian, Penyajian Data dan Informasi P4GN
NARKOBA di Indonesia
Prevalensi/jml kss dr populasi penyalahguna
narkoba mencapai 1,77 % atau 3.376.115
penyalahguna pada kelompok usia 10 - 59 th
di 2017.
3 Tahun 2019, meningkat menjadi 1,8 % akibat
2,23
2
2,18 penyalahgunaan NPS atau new psychoactive
1,77
1,8 substances, narkoba jenis baru hasil sintesis
1
telah beredar di Indonesia mencapai 77 NPS.
0
2011
2014
2017
2019 Narkoba sebagai mesin pembunuh massal
(silent killer), di tahun 2017 terdapat 30 orang
meninggal/hari atau 11.071 jiwa/tahun

Jumlah kerugian, baik ekonomi maupun sosial


berjumlah 84,7 triliun rupiah.
NUSA TENGGARA TIMUR ?
Prevalensi penyalahguna di NTT adl. 0,99 %
atau berjumlah 36.022 penyalahguna di
tahun 2017.
Tahun 2019, prevalensi mengalami
penurunan menjadi 0,1 % atau sejumlah
4.875 penyalahguna.

Jumlah kerugian penyalahgunaan narkoba


diperkirakan sebanyak 903,6 miliar rupiah

NTT merupakan wilayah kepulauan,


memiliki wilayah perbatasan dg negara
tetangga dan tempat kunjungan wisata
shg berpotensi terjadinya peredaran narkoba
SIKKA

kl. 550 pulau, 1 Kota/21 Kab. jml pddk kl. 5.325.566 jiwa.
pulau2 besar Flores, Lembata, Alor, Timor, Rote, Sabu, &
Sumba
Berbatasan negara Australia & Timor Leste (TTU & Belu),
dan dg Prov. NTB & Maluku
1 BNNP dan 3 BNNK (Kupang, Rote Ndao, & Belu)
BANDARA NTT

NO. BANDARA KOTA/ KABUPATEN KETERANGAN

1. Bandara El Tari Kota Kupang


2. Bandara A. A. Bere Tallo Belu
3. Bandara Frans Xavier Seda Sikka
4. Bandara Komodo Manggarai Barat
5. Bandara Frans Sales Lega Manggarai
6. Bandara Tambolaka Sumba Barat
7. Bandara Umbu Mehang Kunda Sumba Timur
8. Bandara Turalelo Soa Ngada
9. Bandara H Hasan Aroeboesman Ende
10. Bandara Gewayantana Flores Timur
11. Bandara Wonopito Lembata
12. Bandara Mali Alor
13. Bandara D.C. Saudale Rote Ndao
14. Bandara Tardamu Sabu Raijua
PELABUHAN NTT
NO. KOTA/ KABUPATEN PELABUHAN KETERANGAN
1. Kota Kupang Pelabuhan Tenau
2. Kab. Kupang Pelabuhan Bolok
3. Kab. TTS Pelabuhan Kolbano
4. Kab. TTU Pelabuhan Wini
5. Kab. Belu Pelabuhan Atapupu
6. Kab. Rote Ndao Pelabuhan Pantai Baru
7. Kab. Sabu Raijua Pelabuhan Biu, Pelabuhan Seba
8. Kab. Alor Pelabuhan Maritaing
9. Kab. Sumba Barat Pelabuhan Bina Natu, Pelabuhan Antar Pulau
10. Kab. Sumba Barat Daya Pelabuhan Ferry Waikelo
11. Kab. Sumba Tengah Pelabuhan Mamboro
12. Kab. Sumba Timur Pelabuhan Waingapu
13. Kab. Flores Timur Pelabuhan Ferry Waibalun Larantuka
14. Kab. Sikka Pelabuhan Lorens Say
15. Kab. Ende Pelabuhan Ipi
16. Kab. Nagekeo Pelabuhan Marapokot
17. Kab. Ngada Pelabuhan Aimere
18. Kab. Lembata Pelabuhan Lewoleba
19. Kab. Manggarai Timur Pelabuhan Laut Pota
20. Kab. Manggarai Pelabuhan Kedindi-Reo
21. Kab. Manggarai Barat Pelabuhan Labuan Bajo
2019 2020 2021
No. Kab/Kota
Kasus Tsk Kasus Tsk Kasus Tsk
1. Kota Kupang 7 13 5 6 9 13
2. Manggarai 4 5 6 6 1 1
3. Sikka 7 11 1 1 1 1
4. Manggarai Barat 1 1 2 2 4 6
5. Sumba Timur 1 2 6 9 0 0
6. Belu 3 4 1 3 0 0
7. Alor 1 4 2 2 0 0
8. TTS 0 0 3 3 - -
9. Sumba Barat 0 0 2 2 0 0
10. Kupang 1 3 1 1 - -
11. Ende 1 1 1 1 - -
12. Ngada - - 2 5 - -
13. Flores Timur - - 1 1 - -
14. Malaka - - 1 1 - -
15. Lembata 0 0 0 0 1 1
16. Sabu Raijua 0 0 0 0 1 1
Jumlah 26 44 34 43 17 23
Sumber : Dit Narkoba Polda NTT + BNNP NTT
KATEGORISASI KAWASAN RAWAN NARKOBA
KATEGORI F. POKOK F. PENDUKUNG UPAYA P4GN WAKTU
1. Bahaya 5-8 Faktor 4-5 Faktor a. Pemberantasan 4-5 Tahun
b.Rehabilitasi
c.Dayamas Alternatif
d.Dayamas PSM
2. Waspada 3-4 Faktor 3 Faktor a.Rehabilitasi 2-3 Tahun
b.Dayamas Alternatif
c.Dayamas PSM
d.Pencegahan
3. Siaga 1-2 Faktor 2 Faktor a.Rehabilitasi 1-2 Tahun
b.Dayamas PSM
c.Pencegahan
4. Aman 0 Faktor 1 Faktor a.Dayamas PSM 1 Tahun
b.Pencegahan
PEMETAAN KAWASAN

Pemetaaan Kawasan Rawan Narkoba


adalah proses penggambaran
masyarakat yang sistematik serta
melibatkan pengumpulan data dan
informasi mengenai masyarakat
termasuk di dalamnya profile dan
masalah sosial yang ada pada
masyarakat.
8 INDIKATOR POKOK
1. Kejahatan narkoba; semakin tinggi kasus narkoba maka daerah tsb semakin rawan.
2. Angka kriminalitas; kejadian kriminalitas - aksi kekerasan
3. Bandar/pengedar narkoba; mendata bandar, pengedar dan jaringan narkoba adl.
indikasi semakin rawan nya wilayah.
4. Produksi narkoba, adl. bukti dan indikasi nyata dr kerawanan narkoba di
wil/lingkungan.
5. Pengguna narkoba, masy. menjadi pangsa pasar dr bandar dan akan berpeluang
menjadi bandar/pengedar.
6. Barang bukti narkoba, semakin banyak BB yg disita maka semakin rawan kawasan.
7. Entry point, adl. pintu masuk dalam kawasan yg dijadikan bandar/pengedar utk
memasukan/lundup narkoba dg gun jalur udara (bandara), laut (pelabuhan), darat
(terminal), perbatasan (antar negara/prov), dan aliran sungai.
8. Kurir narkoba, keberadaan kurir sbg penyalur/penyerah narkoba menjadi semakin
marak terjadinya bisnis illegal narkoba di masy.
5 INDIKATOR PENDUKUNG
1.Lokasi/tempat hiburan, adl. lokasi/tempat yg sangat potensial menjadi
target pemasaran narkoba.
2.Kost dan hunian dg privacy, memiliki kategori sebagai tempat yg
dipakai utk lahgunan narkoba, karena tk. pengawasan yg lemah dan
privacy
3.Angka kemiskinan, dinilai sbg faktor mendasar dan sebab akibat
lahgun narkoba.
4.Ketiadaan sarana publik, mrpk wadah, wahana, atau media masy. utk
dpt bersosialisasi dan berkomunikasi.
5.Rendahnya interaksi sosial masy., adanya interaksi sosial di masy.
Menjadi dasar ketahanan masy, semakin intensif masy bersosialisasi
akan semakin kuat rasa memiliki, berbagi dan mencapai tujuan
bersama.
No. Kab/Kota Kec. Desa/Kel. Kategori
1. Manggarai Barat Komodo Labuan Bajo Waspada
2. Kota Kupang Oebobo Fatululi Waspada
3. Sikka Alok Uneng Waspada
4. Belu Atambua Barat Beirafu Waspada
5. Sumba Timur Kota Waingapu Matawai Waspada
6. Manggarai Langke Rembong Wali Waspada
7. Nagekeo Aesesa Mbay Waspada
8. Alor Teluk Mutiara Motongbang Waspada
9. Belu Tasifeto Timur Silawan Waspada
10. Belu Kota Atambua Atambua Waspada
11. Kota Kupang Oebobo Oebobo Waspada
12. Manggarai Langke Rembong Waso Waspada
13. Manggarai Barat Komodo Batu Cermin Waspada
Sumber : Dit Narkoba, BNNP, BPS, dan hasil pendalaman serta diskusi.
STRUKTUR BNNP

Ka BNNP
Bag. Umum
ren, keu, kepeg, dan
adm.

Bid. P2M Bid. RehabilItasi Bid. Berantas


sebarluaskan P4GN rehab dan rawat lidik sidik
dan gerakan parmas lanjutan lahgun
2 Model Pendekatan Kebijakan thd Penyalahguna Narkoba

PENYALAHGUNA NARKOBA Compulsory


PENYALAHGUNA NARKOBA Voluntary (BUKAN PENGEDAR) wajib
sukarela
- DITANGKAP PETUGAS
- LAPOR DIRI KE IPWL - DIASSESMEN TAT (TIM ASESMEN TERPADU)
- DIASSESMEN SEBAGAI PECANDU

- DIREKOMENDASI REHABILITASI
- DIREHABILITASI SECARA GRATIS
- DITUNTUT PASAL REHABILITASI
- TIDAK DITUNTUT PIDANA

2 X DALAM MASA PERAWATAN TIDAK DITUNTUT DITETAPKAN/DIPUTUSKAN MENJALANI


PIDANA HUKUMAN REHABILITASI

Penyalahguna Sukarela Lapor Diri Penyalahguna yg tertangkap


Penyalahguna narkoba yg secara sukarela Penyalahguna narkoba yg tidak melaporkan
melaporkan diri ke IPWL atau dilaporkan oleh diri ke IPWL dapat ditangkap aparat dan akan
diproses hukum.
anggota keluarga tidak akan dituntut pidana.
UU No. 35 Th. 2009 ttg Narkotika
• Pasal 54, Pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika wajib
menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.
• Pasal 55
1. Orang tua atau wali dari pecandu narkotika yg belum cukup umur wajib
melaporkan kepada pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit, dan/atau
lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yg ditunjuk oleh Pemerintah
utk mendapatkan pengobatan dan/atau perawatan melalui rehabilitasi medis
dan rehabilitasi sosial.
2. Pecandu narkotika yg sudah cukup umur wajib melaporkan diri atau dilaporkan
oleh keluarganya kepada pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit, dan/atau
lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yg ditunjuk oleh Pemerintah
utk mendapatkan pengobatan dan/atau perawatan melalui rehabilitasi medis
dan rehabilitasi sosial.
3. Ketentuan mengenai pelaksanaan wajib lapor sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) diatur dg Peraturan Pemerintah.
PERMENKES RI NO. 4 TAHUN 2020
ttg PENYELENGGARAAN IPWL

• Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) adalah pusat kesehatan masyarakat,


rumah sakit, dan/atau lembaga rehabilitasi yang ditunjuk oleh pemerintah.

• Memberikan acuan bagi pemerintah pusat, pemerintah daerah, IPWL, dan


pecandu Narkotika yang datang secara sukarela, dalam proses penyidikan,
penuntutan atau persidangan, maupun yang telah mendapatkan
penetapan/putusan pengadilan, dalam penyelenggaraan pelayanan di IPWL.
PROSEDUR PELAYANAN IPWL

Sukarela, atas kemauan sendiri/orang Proses Penyidikan (Tersangka), Penuntutan atau


tua/wali Persidangan (Terdakwa)
1. Asesmen, menggunakan Formulir Asesmen 1. Penyerahan dilakukan penyidik atau penuntut
Wajib Lapor dan Rehabilitasi Medis. umum, didampingi pihak keluarga dan pihak
BNN/BNNP/BNNK dg lampirkan rekomendasi
2. Tes urin (urinalisis) untuk mendeteksi ada atau
rencana terapi Rehabilitasi Medis dari TAT.
tidaknya Narkotika, Psikotropika dan Zat
Adiktif lainnya (NAPZA) dalam tubuh. 2. Serah terima tersangka atau terdakwa di IPWL yg
3. Rehabilitasi Medis sesuai rencana terapi. ditunjuk disertai dg pemberian informed consent
yakni persetujuan disaksikan olh penyidik atau
penuntut umum dan pihak keluarga.
3. Rehabilitasi Medis sesuai rencana terapi.
PROSEDUR PELAYANAN DI IPWL

Putusan Pengadilan (Terpidana)

1. Penyerahan dr kejaksaan ke IPWL yg ditunjuk, disertai BAP/Putusan Pengadilan yg ditandatangani petugas


kejaksaan, terpidana yg bersangkutan dan tenaga kesehatan yg menerima terpidana, dg melampirkan :
a. Salinan/petikan surat penetapan pengadilan atau surat putusan pengadilan yg telah mempunyai
kekuatan hukum tetap; dan
b. Surat pernyataan kesanggupan terpidana utk menjalani Rehabilitasi Medis sesuai rencana terapi yg
ditetapkan tim dokter dari Tim Asesmen Terpadu dan mengikuti program yg berlaku pada lembaga
rehabilitasi dimaksud sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Surat pernyataan
kesanggupan ini harus ditandatangani oleh pasien dan keluarga/wali.
2. Penyerahan dilakukan pd jam kerja administratif lembaga rehabilitasi yg ditunjuk.
3. Rehabilitasi Medis sesuai rencana terapi.
IPWL (Institusi Pencerima Wajib Lapor) NTT
KMK No HK.01.07/MENKES/701/2018 tentang Penetapan IPWL

1. RSUD Umbu Rara Meha Waingapu – Sumba Timur 14. RS Lanud Eltari Kupang
2. RSUD TC. Hillers Maumere – Sikka 15. RS Bhayangkara Tk III Kupang
3. RSUD Soe – TTS 16. Puskesmas Umanen – Belu
4. RSUD S.K. Lerik – Kota Kupang 17. Puskesmas Sikumana – Kupang
5. RSUD WZ. Yohanes – Kota Kupang 18. Puskesmas Oebobo – Kupang
6. RSUD Naibonat – Kab. Kupang 19. Puskesmas Labuan Bajo – Manggarai Barat
7. RSUD Kefamenanu – TTU 20. Puskesmas Kupang Kota
8. RSUD Kalabahi – Alor 21. Klinik Pratama BNNP NTT
9. RSUD Ende 22. Klinik Pratama BNNK Kupang
10. RSUD Dr. Ben Mboi Ruteng – Manggarai 23. Klinik Pratama BNNK Rote Ndao
11. RSUD Ba’a – Rote 24. Klinik Pratama BNNK Belu
12. RSUD Atambua – Belu 25. Klinik Biddokkes Polda NTT
13. RST Wirasakti Kupang
Balai Rehabilitasi BNN
BALAI BESAR REHABILITASI LIDO
1.

BALAI REHABILITASI BADDOKA MAKASAR


2.

BALAI REHABILITASI TANAH MERAH


3. SAMARINDA

BALAI REHABILITASI BATAM


4.
BALAI REHABILITASI KALIANDA DAN
5. DELI SERDANG
Perka BNN No. 11 Th. 2014 ttg Tata Cara Penanganan Tersangka Dan Atau Terdakwa
Pecandu Narkotika Dan Korban Penyalahgunaan Narkotika Ke Dalam Lembaga Rehabilitasi

• pasal 1 ayat 4, Tim Asesmen Terpadu (TAT) adl. tim yg terdiri dari Tim Dokter dan Tim Hukum yg
ditetapkan oleh Pimpinan satuan kerja setempat berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan
Narkotika Nasional, Badan Narkotika Nasional Provinsi dan Badan Narkotika Nasional
Kabupaten/Kota.

• pasal 3 ayat 1 dan 2,


• Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan Narkotika yg tanpa hak dan melawan hukum
sebagai Tersangka dan atau Terdakwa dalam penyalahgunaan Narkotika yg sedang menjalani
proses penyidikan, penuntutan, dan persidangan di pengadilan diberikan pengobatan,
perawatan dan pemulihan dalam lembaga rehabilitasi.
• Penentuan rekomendasi Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan Narkotika yg tanpa
hak dan melawan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berdasarkan hasil
rekomendasi Tim Asesmen Terpadu.
TAT (Tim Asesmen Terpadu)
Perka BNN No. 11/2014 dan Perber No. 01/2014
TUGAS
▪ Melakukan asesmen; analisa medis dan psikososial serta merekomendasikan ren terapi
dan rehab seseorang yg ditangkap dan atau tertangkap tangan
▪ Melakukan analisis thd seseorang yg ditangkap dan atau tertangkap tangan dalam
kaitan peredaran gelap narkotika dan lahgun narkotika.

WEWENANG
• Melakukan analisis peran seseorang yg ditangkap atau tertangkap tangan sbg korban
lahgun, pecandu atau pengedar narkotika
• Menentukan kriteria tingkat keparahan penggunaan narkotika sesuai dg jenis
kandungan yg dikonsumsi, situasi,dan kondisi ketika ditangkap di TKP
• Merekomendasikan rencana terapi, dan rehabilitasi thd pecandu dan korban lahgun
narkotika
TATA CARA ASESMEN
1. Penyidik menempatkan Tersangka Pecandu Narkotika dan Korban
Penyalahgunaan Narkotika yg sedang dalam proses peradilan ke dalam
lembaga rehabilitasi.
2. Penempatan dilaksanakan setelah Tersangka mendapatkan rekomendasi
berdasarkan asesmen dari Tim Asesmen Terpadu.
3. Asesmen dilaksanakan berdasarkan permohonan Penyidik
4. Permohonan diajukan secara tertulis.
5. Penyidik mendapatkan nomor register asesmen berdasarkan permohonan.
TAT (Tim Asesment Terpadu)
Jaksa - Polri - BNN - Kumham
PERKA BNN NO 11 TAHUN 2014 PERBER 01/03 TAHUN 2014
• Permohonan diajukan penyidik • Hasil asesmen TAT sebagaimana
paling lama 1 x 24 jam setelah dimaksud pada ayat (1), ayat (2),
penangkapan dan ayat (4) wajib disimpulkan
• TAT memberi rekom hasil asesmen paling lama 6 (enam) hari sejak
paling lama 6 hari diterimanya permohonan dari
penyidik
• TAT laksgas dan memberikan
rekomendasi hasil asesmen dalam
jangka waktu paling lama 6 (enam)
hari kepada Penyidik utk dilaporkan
secara tertulis kepada PN setempat
MEKANISME ASESMEN TERPADU DAN PENEMPATAN PECANDU NARKOTIKA
DALAM PROSES HUKUM KE DALAM LEMBAGA REHABILITASI

Asesmen Hukum &


Penyidik Sekretariat TAT
Medis

Case Conference

Proses Lampiran P21 Rekomendasi


Sidang BAP + Rekom Penyidik Hasil
TAT DI BNNP NTT
• Pengajuan asesmen olh penyidik kepada BNN min. 3 x 24 jam
dan maks. 6 x 24 jam sejak penangkapan dg lampirkan BAP
Tersangka, Sprinkap, hasil test urine, fotokopi KTP Tsk, dan pas
foto 4 x 6 2lbr berwarna.
• Asesmen medis dan hukum dilakukan dg tatap muka utk di wil.
Kota Kupang, dan wil. di luar Kota Kupang dapat dilakukan secara
virtual/vidcall utk efektifitas karena kondisi geografis NTT yg
kepulauan.
• Rekomendasi hasil TAT dikirim seminggu setelah asesmen
dilaksanakan
MEKANISME PELAKSANAAN ASESMEN TERPADU DAN PENEMPATAN PECANDU
NARKOTIKA DALAM PROSES HUKUM DI BNNP NTT

Asesmen Hukum &


Penyidik BNNP NTT
Asesmen Medis

CASE CONFERENCE
TATAP MUKA/VIRTUAL

Rekomendasi
Penyidik
Hasil
PERAN SERTA
MASYARAKAT
PASAL 104, MASYARAKAT MEMPUNYAI KESEMPATAN YG SELUAS LUASNYA UTK BERPERAN SERTA
DALAM PENCEGAHAN & PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP
NARKOTIKA DAN PREKURSOR NARKOTIKA

PASAL 105, MASYARAKAT MEMPUNYAI HAK & TANGGUNG JAWAB DLM UPAYA PENCEGAHAN &
PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOTIKA DAN PREKURSOR
NARKOTIKA
PASAL 106, HAK MASYARAKAT DIWUJUDKAN DALAM BENTUK : MENCARI, MEMPEROLEH, DAN
MEMBERIKAN INFORMASI; MEMPEROLEH PELAYANAN; MENYAMPAIKAN SARAN DAN PENDAPAT;
MEMPEROLEH JAWABAN ATAS PERTANYAAN TTG LAPORANNYA; MEMPEROLEH PERLINDUNGAN
HUKUM.

PASAL 107, MASYARAKAT DAPAT MELAPORKAN KEPADA PEJABAT YG BERWENANG ATAU BNN
JIKA MENGETAHUI ADANYA PENYALAHGUNAAN ATAU PEREDARAN GELAP NARKOTIKA DAN
PREKURSOR NARKOTIKA
IG : infobnn_prov_ntt FB : BNN Provinsi NTT
Web : ntt.bnn.go.id Yt : BNN Provinsi NTT
sms/wa center : 0811 3811 6365

Anda mungkin juga menyukai