Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL PENELITIAN

SIFAT FISIK ROTAN LAMBANG ROTAN BATANG DAN


ROTAN TOHITI DESA LELEKAA KECAMATAN WOLASI
KABUPATEN KONAWE SELATAN

ANDI ALAMSYAH
M1A117057

JURUSAN KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2022
SIFAT FISIK ROTAN LAMBANG ROTAN BATANG DAN
ROTAN TOHITI DESA LELEKAA KECAMATAN WOLASI
KABUPATEN KONAWE SELATAN

ANDI ALAMSYAH
M1A117057

JURUSAN KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2022
Judul : Sifat Fisik rotan lambang, rotan batang dan rotan tohiti Desa
Lelekaa Kecamatan Wolasi Kabupaten Konawe Selatan
Nama : Andi Alamsyah

Nim : M1A1 17 057

Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II,

Dr. Ir Hj. Rosmarlinasiah, M.P Dr. Zakiah Uslinawati, S.Hut., M.Si


NIP. 19610527 198603 2 002 NIP.1971102 7200912 2 001

Mengetahui :
Ketua Jurusan Kehutanan

Dr. Ir. Sitti Marwah, M.Si


NIP. 19600101 198503 2 003

Tanggal Disetujui :
I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang

Hasil hutan bukan kayu merupakan sumberdaya hutan yang berupa non kayi

atau bukan kayu. Hasil hutan non kayu berupa madu, rotan, karet, getah, resin, damar,

hewan dan lain-lain. Hasil hutan non kayu saat ini mulai di amati. Hal ini di

karenakan hasil hutan non kayu mudah di panen dan tidak berdampak negatif bagi

lingkungan dan prospek kedepan yang sangat menjanjikan. Kendisi tersebut

menyadarkan pemerintah untuk dapat meningkatkan pemanfaatan hasil hutan non

kayu. Hasil hutan non kayu dapat di kelolah secara berkelanjutan, hal ini di karenakan

jumlahnya yang banyak dan merupakan sumberdaya alam yang dapat di perbaharui.

Hasil hutan non kayu dapat di jadikan komoditi yang memiliki potensi dalam

memenuhi kebutuhan ekonomi. Salah satu hasil hutan non kayu yang memuliki

potensi ekonomi tinggi dan banyak dimanfaatkan masyarakat adalah rotan

(Departemen Kehutanan, 2005).

Pengolahan rotan berhubungan erat dengan sifat karaktersitik dari masing-

masing jenis rotan. Salah satu sifat dasar rotan yang sanga penting dalam menentukan

pengolahannya adalah fisika rotan. Sifat fisika rotan adalah sifat dasar rotan yang

memiliki peran penting dan erat kaitannya dengan struktur rotan itu sendiri. Diantara

sifat fisik rotan yang paling penting untuk diketahui adalah berat jenis (BJ), kadar air

(KA), dan penyusutan. Pengujian Sifat fisik diperlukan untuk mempertimbangkan

dalam perencanaan pemakaian rotan, terutama yang berhubungan dengan kekuatan

menahanan beban dan agar dapat disesuaikan dengan jenis pemakaiannya.


Pemanfaatan rotan oleh masyarakat telah lama dilakukan , tetapi sampai saat

masyarakat mengolah masih dengan cara tradisional. Hal ini disebabkan informasi

tentang sifat karakteristik jenis-jenis rotan masih sangat kurang. Di desa Lelekaa

kecamatan Wolasi Kabupaten Konawe Selatan memiliki beberapa jenis rotan

unggulan yang menjadi bahan ekspor. Jenis-jenis tersebut adalah jenis rotan Batang

(Calamus zollingeri Beccari), rotan Tohiti (Calamus inops Beccari), dan Rotan

Lambang (Calamus ornatus Beccari). Berdasarkan uraian diatas maka perlu untuk

dilakukan penelitian lebih lanjut terkait sifat dasar rotan untuk mengetahui sifat fisik

rotan lambang dan rotan batang di Desa Lelekaa Kecamatan Wolasi Kabupaten

Konawe Selatan.

I.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu belum di ketahui sifat fisik rotan

lambang dan rotan batang yang tumbuh di lelekaa :

1. Kadar air rotan Lambang, rotan Batang dan rotan Tohiti

2. Berat jenis rotan Lambang, rotan Batang dan rotan Tohiti

3. Bagaimana penyusutan rotan Lambang, rotan Batang dan rotan Tohiri

4. Bagaimana sifat perlengkungan rotan Lambang, rotan Batang dan rotan Tohiti

1.3 Tujuan dan kegunaan


Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat fisik rotan Lambang, rotan

Batang dan rotan Tohiti yang terdiri dari:

1. Kadar air rotan Lambang, rotan Batang dan rotan Tohiti

2. Berat jenis rotan Lambang, rotan Batang dan rotan Tohiti

3. Penyusutan rotan Lambang, rotan Batang dan rotan Tohiti

4. Sifat perlengkungan rotan Lambang, rotan Batang, rotan Tohiti

Kegunaan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan masukan bagi masyarakat dalam rangka mengolah dan

mengembangkan jenis rotan sebagai bahan baku produksi sekaligus

meningkatkan mutu hasil hutan non kayu.

2. Menjadikan bahan pembanding bagi penelitian lainnya yang relevan dengan

penelitian ini.

1.4 Kerangka Pikir


Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) adalah salah satu sumber daya hutan yang

memiliki keunggulan komparatif dan paling bersinambungan langsung dengan

masyarakat sekita hutan. Hasil hutan bukan kayu memberikan dampak pada

peningkatan usaha dan pendapatan masyarakat sekitar hutan. Salah saru produk

unggulan hasil hutan bukan kayu adalah rotan. Pengolahan rotan berhubungan erat

dengan sifat karaktersitik dari masing-masing jenis rotan antara lain rotan lambang,

batang dan tohiti. Rotan memiliki 5 Karakteristik antara lain morfilogi, anatomi, sifat

kimia, biologis dan sifat fisik. Salah satu karakteristik sifat rotan yang sangat penting

dalam menentukan pengolahannya adalah sifat fisik rotan. Sifat fisik rotan memiliki

peran penting dan erat kaitannya dengan struktur rotan itu sendiri. Diantara sifat fisik

rotan yang paling penting untuk diketahui adalah berat jenis (BJ), kadar air (KA), dan

penyusutan. Penelitian ini di lakukan untuk melihat bagaimana kualitas rotan

lambang, batang dan tohiti di desa Lelekaa Kecamatan Wolasi Kabupaten Konawe

Selatan. Secara ringkas kerangka pikir dalam penelitian ini di sajikan pada Gambar 1.

Hasil Hutan Bukan Kayu


Rotan

Karakteristik sifat rotan


lambang, batang dan tohiti

Morfologi Anatomi Sifat Fisik Sifat Kimia Biologis

Kadar Air Berat Jenis Penyusutan

KA. basah Bj. basah P. basah–kering


KA. kering Bj. kering P. kering-kering tanur
Bj. kering tanur P. basah-kering tanur

Kualitas rotan Tohiti, rotan


Lambang, dan rotan Batang

Gambar 1. Kerangka pikir sifat fisik rotan lambang, rotan batang dan rotan tohiti desa
lelekaa kecamatan wolasi kabupaten konawe selatan

II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Rotan

Rotan berasal dari bahasa melayu yang berarti nama dari sekumpulan

jenis tanaman family palmae yang tumbuh memanjat disebut lepidocaryodidae.

Rotan merupakan salah satu sumber hayati Indonesia (Amu, 2021) yang secara alami

tumbuh pada hutan primer maupun hutan sekunder termasuk di kawasan bekas

perladangan berpindah dan semak belukar. Rotan tergolong dalam jenis tumbuhan

pemanjat yang memerlukan pohon inang untuk proses pertumbuhannya. Jenis palem

berduri ini ditemukan di daerah tropis hingoga sub-tropis (Sakinah et al., 2019).

Rotan sebagai salah satu komoditi yang mulai dapat diandalkan untuk

penerimaan negara telah dipandang sebagai komoditi perdagangan hasil hutan non

kayu (HHNK) yang cukup penting bagi Indonesia. Hasil hutan non kayu umumnya

dikelola oleh masyarakat yang bermukim di sekitar hutan. Oleh karena itu, selain

menjadi sumber devisa negara, HHNK seperti rotan, daging binatang, madu, damar,

gaharu, getah, berbagai macam minyak tumbuhan, bahan obat-obatan, dan lain

sebagainya merupakan sumber penghidupan bagi jutaan masyarakat yang tinggal di

dalam dan sekitar hutan (Situmorang et al., 2015).

Tanaman rotan memiliki berbagai keunikan, antara lain panjang batang

dapat mencapai ± 100 meter walaupun diameternya hanya sebesar ibu jari tangan dan

ibu jari kaki. Batang rotan juga memiliki kelenturan dan kekuatan yang luar biasa,

oleh karena itu batang rotan dapat dibuat menjadi bermacammacam bentuk perabotan

rumah tangga, hiasan-hiasan, dan alat pendukung kegiatan sehari-hari (Roy, 2017).
2.2 Rotan Lambang

Rotan lambang (Calamus ornatus Beccari) merupakan spesies rotan yang

tertinggi tingkat kelimpahan tumbuhannya dari semua spesies rotan yang ada pada

ketiga ketinggian tempat tumbuh (600 mdpl, 700 mdpl, 800 mdpl.). Rotan tersebut

merupakan rotan endemik Sulawesi yang memiliki daya adaptasi terhadap

lingkungannya cukup tinggi, karena rotan ini dapat tumbuh baik di hutan sekunder

dataran rendah maupun pada hutan primer sampai pada ketinggian 1.200 mdpl

(Kalima dan Jasni, 2010).

Rotan lambang adalah jenis rotan yang memiliki daya adaptasi tinggi di hutan

alam kawasan hutan lindung zona hujan sub pegunungan, karena dapat dijumpai

permudaan alamnya, permudaan rotan alam berada di kelas lereng sangat

curam dengan tutupan vegetasi hutan yang belum terganggu (hutan primer)

(Akhbar dan Asniati, 2018). Jenis rotan tersebut tumbuhnya berumpun dan memanjat

hingga mencapai panjang 70 meter bahkan lebih. Diameter batang dengan pelepah

mencapai 7 cm, pelepah daunnya berwarna hijau dengan duri besar dan berbentuk

segitiga pipih. Durinya berwarna hitam dan bagian pangkal duri berwarna

kekuningan, berukuran 4x1 cm (Amu et al., 2021).

2.3 Rotan Batang


Rotan batang (Calamus zollingeri B.) merupakan tumbuhan yang secara

alami tumbuh pada hutan primer maupun hutan sekunder termasuk di kawasan bekas

perladangan berpindah dan semak belukar. Rotan batang (Calamus zollingeri B.)

tergolong dalam spesies tumbuhan memanjat yang memerlukan pohon sebagai

inangnya. Spesies palem berduri ini ditemukan di daerah tropis hingga sub-tropis

(Sarwiana et al., 2016).

Rotan batang termasuk tumbuhan berbunga majemuk, ada yang berumah

satu dan adapula yang berumah dua, sehingga penyerbukannya dilakukan dengan

bantuan angin atau serangga penyerbuk (Sarwiana et al., 2016). Jenis rotan ini

tumbuh berumpun, panjang batang sampai 40 m. Daun berkucir panjang sampai 7 m.

Pelepah daun dengan panjang 40 cm, warna hijau, ditumbuhi duri yang lebat beragam

bentuk segi tiga yang liat, cokelat kusam sampai hitam, panjang 5,5 cm, pangkal 8-12

duri, yang berdampingan sering menyatu membentuk kerah yang panjangnya 2,5 cm

(Perusu et al., 2019).

2.4 Rotan Tohiti (Calamus inops Becc.)

Rotan tohiti (Calamus inops Becc.) hidup tunggal dan dapat ditemukan di

pinggir sungai dan di pegunungan kemudian batang berdiameter besar, warna batang

hijau tua, tumbuh ke atas kemudian melilit pada pohon di sekitarnya. Permukaan

pelepah dipenuhi oleh duri yang rapat dan tidak beraturan, pelepah berduri tajam,

daunnya berbulu halus. Jenis rotan ini bernilai ekonomi tinggi dipergunakan sebagai
bahan baku meubel sehingga menjadi prioritas utama untuk dipungut oleh masyarakat

sekitar hutan (Kunut et al., 2014).

Rotan tohiti (Calamus inops Becc.) merupakan salah satu jenis rotan yang

memiliki diameter 1,0-6 cm, panjang ruas 30-60 cm, panjang mencapai 200m dan

tumbuh pada ketinggian tempat 10-1500 mdpl. Rotan ini belum banyak dimanfaatkan

oleh masyarakat, namun terdapat banyak dan tersebar di hutan Sulawesi Tenggara

khususnya di Desa Mata Wolasi Kecamatan Wolasi Kabupaten Konawe Selatan

(Hadjar et al., 2017).

Rotan tohiti (Calamus inops Becc.) dengan sifat tumbuh yang soliter dan

terdapat di hutan lahan kering primer. Rotan ini umumnya tumbuh di daerah puncak

atau lereng atas dengan variansi kelerengan rendah yaitu hanya dijumpai pada kelas

lereng sangat curam pada ketinggian 1.1251.425 mdpl dan tumbuh pada satu zona

saja yaitu curah hujan 2.200-2.400 mm/thn. Rotan ini adalah jenis rotan yang

memiliki daya adaptasi rendah di hutan alam kawasan hutan lindung zona hujan sub

pegunungan (Akhbar et al., 2018).

Calamus inops selain dikenal dengan nama tohiti, juga dikenal dengan nama

rotan tungka, rotan ronti, dan rotan samole. Jenis Calamus inops merupakan jenis

endemik Sulawesi (Sulawesi Tengah, Tenggara dan Selatan) (Rustiami, 2011). Rotan

tohiti merupakan jenis rotan bernilai ekonomi tinggi, sangat tahan terhadap bubuk,

dan termasuk rotan berkualitas prima kelas 1, dapat digunakan sebagai bahan baku

mebel (Jasni et al., 2012 dalam Kalima et al., 2017).

2.5 Sifat fisik rotan


Sifat fisika rotan adalah sifat dasar rotan yang memiliki peran penting dan erat

kaitannya dengan struktur rotan itu sendiri. Diantara sifat fisik rotan yang paling

penting untuk diketahui adalah berat jenis (BJ) dan kadar air (KA). Pengujian Sifat

fisik diperlukan untuk mempertimbangkan dalam perencanaan pemakaian rotan,

terutama yang berhubungan dengan kekuatan menahanan beban dan agar dapat

disesuaikan dengan jenis pemakainnya (Hadjar, 2017).

Sifat fisik rotan merupakan sifat khas yang dimiliki oleh suatu jenis rotan

secara alamiah (Kunut, 2014). Menurut Dosen (2013) Sifat fisik adalah indikator

yang penting untuk menentukan perilaku penampakkan, kekuatan dan kualitas rotan.

Sifat – sifat ini berbeda untuk tiap jenis rotan seperti rotan lambang rotan batang dan

rotan tohiti Sifat fisik rotan diuraikan sebagai berikut:

a. Kadar air

Rotan basah adalah rotan dengan kadar air di atas titik jenuh serat, biasanya

dibawah 100% dan di atas rotan kering udara, sedangkan rotan kering adalah rotan

dengan kadar air 14 – 20% dan merupakan kadar air keseimbangan dengan

kelembaban udara atau keadaan cuaca di sekitar tempat rotan tersebut berada.

b. Berat Jenis

Berat jenis adalah salah satu sifat fisik yang paling penting karena akan sangat

mempengaruhi sifat kekuatan, penyusutan, sifat menyerap bahan kimia serta sifat–

sifat lain dalam pengolahan dan penggunaan. Rotan berat, sedang atau ringan
berkaitan dengan berat jenis yang tinggi, sedang atau rendah. Rotan dengan berat

jenis yang terlalu tinggi atau terlalu rendah tidak disenangi karena terlalu kaku/keras

atau terlalu lemah/ lunak. Rotan tohiti sangat disukai dalam pemakaian karena BJ-nya

0,48 – 0,55 (sedang).

c. Penyusutan

Penyusutan termasuk salah satu sifat fisik yang turut mempengaruhi kekuatan

dan kualitas rotan. Penyusutan volumetric kondisi segar ke kondisi kering udara

berkisar antara 1,25% - 7,34%, sedangkan penyusutan volumetric kondisi kering

udara ke kering oven berkisar antara 0,37% - 1,81% (Loiwatu, 2018).

2.6 Sifat Pelengkungan Rotan

Pembengkokan batang rotan sangat diperlukan untuk komponen mebel. Secara alami

rotan dapat dilengkungkan, namun hasilnya sangat tergantung dengan jenis dan cara

pembengkokkannya. Untuk menghindari cacat dan rusak akibat proses

pembengkokan, batang rotan memerlukan perlakuan pendahuluan. Perlakuan

pendahuluan yang lazim dilakukan adalah batang rotan dipanaskan dalam waktu

tertentu sebelum dibengkokkan. Dalam melakukan proses pembengkokan, dipilih

rotan Manau dari penampang (Ø) kecil ( 2,4 cm s/d 2,8 cm sampai (Ø) besar ( 2,9 cm

s/d 3,2 cm) (Murwati, 2014) .


III METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Kehutanan dan Ilmu

Lingkungan Universitas Halu Oleo Kendari Sulawesi Tenggara pada bulan juli

sampai agustus 2022.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang di gunakan dalam penelitian ini yang di mana sebagai contoh uji

adalah jenis rotan Lambang, rotan Batang, rotan Tohiti dan aquades.

Alat yang di gunakan pada penelitian ini terdiri dari: parang, gergaji, amplas,

penggaris, meteran, oven, aluminium foil, kantong plastik dan alat tulis.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data

kualitatif yaitu data informasi yang berbentuk kalimat verbal bukan berupa simbol

atau angka bilangan seperti: jenis rotan lambang, rotan batang, rotan tohiti. Data

kuantitatif yaitu jenis data yang dapat diukur atau dihitung secara langsung sebagai

variabel angka atau bilangan seperti: jumlah rotan lambang, rotan batang, rotan tohiti

yang akan diambil dalam satu lokasi. Sumber data terdiri atas dua yaitu data primer
dan data sekunder. Data primer pada penelitian ini bersumber dari lokasi penelitian

seperti: Jumlah rotan lambang, rotan batang, rotan tohiti. Sedangkan data sekunder

pada penelitian ini bersumber dari data-data lembaga atau pemerintahan terkait, serta

studi kepustakaan berupa literatur-literatur ilmiah yang berkaitan dengan penelitian

ini.

3.4 Rancangan Penelitian

Penelitian ini di laksanakan dengan menggunakan rancangan percobaan

tersarang (variasi rotan satu, rotan dua, rotan tiga dan letak vertikal: pangkal, tengah

dan ujung pada batang rotan) dengan masing-masing perlakuan di ulang sebanyak 3

kali jumlah sampel yang di gunakan untuk penggunaan sifat fisik rotan dengan

ukuran sampel yang telah di tetapkan yaitu 3 pohon x 3 bagian (P,T,U) x 3 ulangan=

27 sampel.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi

langsung di lapangan dan di dalam laboratorium kemudian dokumentasi sumber-

sumber di lokasi yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti untuk data

primer dan studi pustaka untuk data sekunder.

3.6 Variabel Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini pengukuran/pengujian/pengamatan di lakukan

terhadap perameter volume dan berat pada sampel.


1. Pengujian kadar air meliputi Berat Basah (BB), Berat Kering Udara (BKU)

dan Berat Kering Tanur (BKT).

2. Pengujian berat jenis meliputi Berat Segar, Berat Kering Udara dan Berat

Kering Tanur.

3. Pengujian penyusutan meliputi Berat Kering Udara (BKU) dan Berat Kering

Tanur (BKT).

3.7 Prosedur Penelitian

Prosedur kerja padda penelitian ini yaitu sebagai berikut:

3.7.1 Pengambilan sampel

Sampel dari 3 batang rotan Lambang, rotan Batang dan rotan Tohiti. Rotan di

ambil pada ketinggian tempat yang sama yaitu dengan diameter 2-4 cm dan panjang

20 m selanjutnya batang rotan tersebut kemudian di bagi menjadi 3 bagian yaitu

pangkal (P), tengah (T) dan ujung (U). Bagian pangkal di tebang 45 cm di atas

permukaan tanah, bagian tengah di potong tepat di tengah-tengah batang rotan dan

bagian ujung di potong 45 di bawah bebas pelepah. Setiap bagian di buat potongan

rotan, kemudian potongan-potongan tersebut dibungkus dengan aluminium foil dan

dimasukkan dalam kantung plastik untuk pembuatan sampel kadar air, berat jenis dan

penyusutan.

3.7.2 Pembuatan sampel


Pembuatan sampel untuk keperluan pengujian sifat fisik rotan di pilih dari

bagian-bagian rotan yang bebas cacat, sebagai syarat melakukan penelitian pengujian

sampel bebas cacat.

Pembuatan sampel tersebut diambil pada varian ketinggian (pangkal),

(tengah) dan (ujung). Sehingga untuk jumlah sampel yang di gunakan untuk

pengujuan sifat fisik rotan dengan ukuran sampel yang telah di tetapkan yaitu 3

batang x 3 bagian (P,T,U) x 3 ulangan = 27 sampel

3.7.3 Pengujian sampel sifat fisik rotan

Dalam penujian sifat fisik rotan, meliputi berat jenis, kadar air dan

penyusutan. Untuk itu penentuan pengujian sampel kadar air, berat jenis dan

penyusutan yang akan di lakukan adalah sebagai berikut:

1. Sampel dibuat dengan ukuran 2 cm x 2 cm x 2 cm.

2. Sampel yang telah di buat langsung di timbang dalam kondisi basah, makadi

perolah berat basah (BB) atau berat awal.

3. Sampel dalam keadaan segar di tusukkan dengan jarumdan di masukkan ke

dalam bejana yang berisi air dan di letakkan diatas timbangan sehingga

volume sampel dalam keadaan segar = berat volume air yang didesak (B

gram).

4. Sampel yang sudah di peroleh berat basahnya kemudian di keringkan dalam

ruangan.
5. Kemudian di lakukan penimbangan setiap 24 jam, penimbangan di lakukan

berulang-ulang sehingga beratnya konstan yaitu bila selisih antara 2

penimbangan berakhir tidak lebih dsri 0,1 %. Hasil dari penimbangan di

gunakan untuk menghitung kadar air rotan kering udara sebagai berat rotan

kering udara (BKU).

6. Sampel yang telah kering udara kemudian di timbang berat volume air yang di

desak (C gram) seperti nomor 2.

7. Sampel kemudian di keringkan dalam oven yang suhunya di naikkan secara

perlahan-lahan dengan suhu awal 45oC sehingga mencapai 103 ± 2oC dengan

dengan selang waktu 12 jam.

8. Penimbangan di lakukan setiap 24 jam sampai beratnya konstan, untuk

memperoleh berat kering oven (BKT = E gram) di mana sebelum di lakukan

penimbangan sampel di masukkan dalam desicator hingga dingin selama

kurang lebih 10 menit.

9. Sampel yang telah diketahui berat kering oven kemudian di ukur berat volume

air yang di desak seperti cara nomor 2 dan dei peroleh (D gram). Namun

sebelum dicelup, sampel di masukkan kedalam parafin cair.

3.8 Analisis Data

Dalam pengolahan data, hasil pengujian/pengukuran. Data sifat fisik yang di

peroleh kemudian dianalisa menggunakan modelbanalisis statistika dengan pola


tersarang. Di mana variasi batang dan bagian dalam batang rotan di tetapkan sebagai

perlakuan.

3.9 Definisi Operasional

1. Variasi batang rotan : batang 1, batang 2 dan batang 3

2. Letak vertikal batang : Pangkal, Tengah dan Ujung batang

3. Berat jenis : berat jenis rotan merupakan kerapatan rotan

dibandingkan dengan kerapatan benda standar air

4. Kadar air : kadar air rotan merupakan perbandingan jumlah air

yang terkandung dalam berat rotan kering tanur dan di

nyatakan dalam %

5. Penyusutan : Penyusutan rotan merupakan Penyusutan dinding sel

terjadi saat molekul-molekul air terikat melepaskan

diri dari molekul-molekul selulosa berantai panjang

dan molekul-molekul hemiselulosa yang kemudian

bergerak saling mendekat.


DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai