Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan kawasan yang memiliki potensi besar terhadap hasil


hasil alam, terutama dalam melihat kekayaan alam bumi,baik biotik maupun
abiotik yang bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan manusia dan kesejah teraan
manusia seperti: tumbuhan, hewan, udarah,air,tanah ,bahan
tambang,angina,cahaya,matahari,dan mikroba (jasad renik. Pada dasarnya
memiliki sifat yang beraneka ragam serta serasi dan seimbang.

Semua kekayaan yang ada di bumi ini,baik biotik maupun abiotik,sangat


bermanfaat dalam menunjang kesejah teraan umat manusia. Salah satu sumber
daya alam yang memilki manfaat yang cukup tinggi terhadap kehidupan manusia
adalah kawasan hutan yang berfungsi sebagai penyangga yang tidak dapat diganti
oleh benda apapun sehinnga sangat berarti bagi kehidupan manusia baik di masa
lampau, masa sekarang, maupun di masa yang akan datang.

Hutan merupakan rumah manusia karena hutan adalah habitatnya . Dalam


kesederhanaan kehidupan hutan,fungsi intrinsik lainnya merupakan pengatur tata
air dan iklim dan pencegah bencana sehingga kondisi iklim ekstrim yang berujung
pada bencana banjir dan kekeringan merupakan bagian dari pembentukan
bentangan dan sebagai kepatutan yang hakiki. Dimasa sekarang ini,hutan dipilah-
pilah untuk melayani kebutuhan manusia dan untuk memudahkan manusia dan
mengelolah sumber daya yang ada di dalamnya. Kawasan yang memiliki kondisi
bentangan yang memadai untuk menghasilkan kayu dialokasikan menjadi hutan
produksi. Hutan yang memiliki perwakilan keunikan suatu ekosistem dilindungi
sebagai kawasn konservasi, sedangkan hutan yang memiliki karasteristik sebagai
pengaturan tata air ditetapkan sebagai hutan lindung .

Menurut Eva Wolenberg (1999:24), bahwa penggunaan hasil hutan perlu


mempertimbangkan kondisi dampak ekologi, finansial dan sosial. Pemeliharaan

1
dan pemanfaatan hasil hutan merupan penyesuaian terhadap situasi dalam
kerangka pola hubungan antara usaha dan hasil hutan dengan pasar, kemudian
hutan dengan ekonomi masyarakat. Berdasarkan hasil tersebut maka wilayah
hutan merupakan kawasan yang dapat memberikan manfaat terhadap kehidupan
manusia secara turun temurun. Selai itu arti penting dari adanya kawasn hutan
adalah sebagai pelindung atau penyangga dari adanya hal-hal yang dapat
mengancam jiea manusia, seperti erosi dan kebanjiran,sehingga hutan berfungsi
sebagai tempat penyerapan air dalam mengurangi terjadinya ancaman alam yang
dapat menghambat atau mengganggu aktifitas manusia.

Sesuai peraturan pemerintah yang terkandung dalam UUD 45,UU No.5


tahun 1990,UU No. 23 tahun 1997, UU NO. 41 tahun1999, PP No. 28 tahun 1985
dan beberapa keputusan menteri kehutanan di jelaskan bahwa hutan memiliki
perlindungan yang sangat aman terhadap kehidupan manusia oleh karena itu perlu
di lindungi dan di tetapkan dalam undang-undang perlindungan hutan oleh
pemerintah. Hal ini untuk menjaga kemungkinan-kemungkinan yang dapat
menyebabkan kerusakan hutan yang fatal oleh tangan-tangan manusia yang tidak
bertanggung jawab.

Berdasarkan observai yang di peroleh berbagai sumber baik


tertulis maupun lisan bahwa ternyata selama ini perhatian khusus mengenai
keberadaan hutan terhadap masyarakat mengalami penurunan dratis. Hal ini di
karenakan oleh pengetahuan masyarakat yang cenderung minim sehingga hutan
selalu identik dengan bank hidup yang mampu memberikan keuntungan dan
kepuasan ekonomi di antaranya dalam bentuk uang tunai.Hal ini mencolok dalam
perubahan pola hidup masyarakat terutama yang berada di sekitar hutan.

Kondisi ekonomi yang terus mengalami perubahan dari wkatu ke


waktu mendorong laju perubahan pola hidup masyarakat yang semakin cepat.
Kebutuhan uang menjadi dasar yang sangat krusial dalam memanfaatkan
sumbernya hutan.namun sangat tidak dibenarakan bahwaperubahan-perubahan

2
tersebut tidak di seimbangkan dengan kemampuan manajemen hasil dan
manajemen usaha ruamh tangga yang baik.

Kerusakan hutan berawal dari aktifitas manusia dalam mencari


keuntungan besar secara illegal sehingga menyebabkan kerusakan yang meliputi ;
karan hutan penebangan liar dan lainnnya merupakan bentuk gangguan sekian
sering terjadi .Dampak negative yang di timbulkan oleh kerusakan hutan sangat
besar mencakup kerusakan ekologis,menurunkan keanekaragaman
hayati,loncatnya nilai ekonomi hutan dan produktif tanah yang menurun, lahan
iklim makron ,dan asap dari kebakaran hutan ganngguan kesehatan masyarakat
serta mengganggu transportasi baik darat, laut ,maupun udara. Sehingga dengan
keadaan ini pulamenyababkan aktifitas manusia menjadi terhambat.

Berdasarkan upaya pencegahan dari perlindungan kebakaran hutan


dan penebangan liar telah di lakukan termasuk mengefektifkan perangkat hokum
namun tidak memeberikan hasil yang optimal. Tercatat bahwa penerus yang di
lakukan terhadap hutan menyebabkan kerugian yang cukup besarterhadap bangsa
Indonesia secara umum (Badab Statistik daerah , 2000).

Sehubungan dengan hal tersebut tidak jauh berbeda dengan kondisi


yang terjadi di Sulawesi Tenggara khususnya di Wilayah Kabupaten Kendari.
Kehidupan Hutan yang indah,danau dan subur berubah pemandangan yang kurang
baik. Penebangan maupun pembakaran hutan yang terjadi di Kabupaten Kendari
pada tahun 1964 berawal dari pembangunan infranstruktur yang dipandang kurang
memadai sehingga menyebabkan sistem ekologi hutan terganggu. Perkembangan
dan kemajuan cukup pesat menyebabkan eksistensi hutan berubah menjadi
wilayah pemukiman masyarakat atau pusat pemerintahan yang strategis yang
menunjang dari segi material maupun nonmaterial.

Pada tahun 1964 kondisi hutan di Kabupaten Kendari seharusnya


mengalami penanganan yang cukup serius di bidang kehutanan berupa konservasi
dan rehabilitas yang perlu di lakukan pihak pemerintah Kabupaten Kendari.Sejak
penepatan Kabupaten Kendari secara definitive pada tabggal 2 Maret 1960 dan

3
dilanutkan penetapan provinsi Sulawesi tenggara sebagai daerah otonompada
tahun 1954 maka perhatian tentang atau mengenai kehutanan belum menunjukan
realisasi yang cukup jelas aktifitas masyarakat di Kabupaten Kendari khusunya
dalam memanfaatkan hutan sebagai sumber kehidupan mengalami hal yang sangat
fatal terutama melakukan hal tindakan pembel hutan secara besar-besaran baik
penebangan pepohonan maupun dalam bercocok tanam seperti yang di lakukan di
Wilayah hutan Nipa-Nipa dan hutan Nanga-Nanga yang melihat dari pemikiran
dampak lingkungan yang berbahaya baik kehidupan manusia secara umum.

Berdasarkan kenyataan tersebut dengan pertimbangan bahwa


penelitian ini belum sepenuhnya tersentuh oleh substansi kehutan secara historis
sehingga penulis merasa tertarik untuk melakukan penulisan sejarah yang terkait
dengan Judul ‘’ Sejarah Kehutanan di Kabupaten Kendari (1964-2003).

1.2. Rumusan dan Batasan Masalah

1.2.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat di rumuskan beberapa


permasalahan yang menjadi objek penelitian diantaranya:

1) Bagaimana kondisi Kehutanan di Kota Kendari dari Tahun 1964


sampai 2003 ?
2) Bagaimana peranan Dinas Kehutanan dalam memberikan
rehabilitas dan reboisasi hutan di Kabupaten Kendari?
3) Bagaimana dampak hutan terhadap kehidupan sosial ekonomi
masyarakat sosial di Kabupaten Kendari?
1.2.2 Batas Masalah

Mengapa luasnya ruang lingkup permaslahan yang di temukan dan untuk


menghindari bersentuhan arah serta kesimpangturan pembahasan,maka perlu di
batasi pembahasan.

Batas temporetnya yaitu 1964-2003 sebagai awal dan akhir kajian hal ini
di sebabkan karena pada tahun 1964 kebijakan di bidang pemerintah mengenai

4
kondisi hutan di Kabupaten Kendari belum menunjukan realisasi yang cukup
baik, hal ini mengingat baru terbentuknya Kabupaten Kendari pada tahun 1960
dan di susul pembentukan provinsi Sulawesi Tenggara sebagai daerah otonom
sehingga kondisi hutan di kabupaten kendari mengalami penurunan dan
memerlukan karena pembel liar yang dilakukan masyarakat secara besar-besaran.
Sedangka 2003 penulisan tetapkan sebagai batas akhir kajian penelitian di
Kabupaten Kendari karena pada tahun 2003 ke-atas terjadi perubahan di Bidang
Pemerintahan khususnya terjadi pemekaran wilayah kabupaten sehingga
mempengaruhi wilayah kerja khususnya penelitian mengenai Sejarah Kehutanan
di Kabupaten Kendari.

Batasan spesial mengambil lokasih penelitian di Kbupaten Kendari


Provinsi Sulawesi Tenggara,

Adapun batas tematis yang penulis angkat dari permasalahan adalah


sebagai berikut:

1) Kondisi kehutanan di Kabupaten Kendari dari tahun 1964-2003


2) Peranan Dinas Kehutanan dalam memberikan rehabilitas dan
reboisasi hutan di Kabupaten Kendari
3) Dampak hutan terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat di
Kabupaten Kendari

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang di capai dalam penelitian ini adalah:

1) Untuk mengetahui sejarah kehutan di Kabupaten Kendari dari


tahun 1964-2003
2) Untuk mengetahui peranan dinas kehutanan dalam memberikan
rehabilitas dan reboisasi hutan di Kabupater Kendari.
3) Untuk mengetahui dampak hutan terhadap kehidupan sosial
kehidupan masyarakat di Kabupaten Kendari

5
1.3.2. Manfaat penelitian

Ada dua manfaat penelitian yang ingin di capai adalah sebagai berikut

a. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, penelitian ini di harapkan dapat memberikan tambahan


ilmu pengetahuan mengenai kehutanan khususnya bagi kalangan akademis sangat
bermanfaat terhadap penelitian yang memiliki referensi terhadap perkembangan
penelitian ini, Selanjutnya dapat memperkenalkan karya historiografi sejarah
kehutanan di Kabupaten Kendari.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian dilakukan di harapkan dapat menjadi bahan


informasi sekaligus bahan pertimbangan dalam meningkatkan efektifitas kerja
dinas kehutanan sebagai mediator dalam memberikan pemahan kepada publik
khususnya terkait dengan masalah-masalah Kehutanan di Sulawesi Tenggara pada
umumnya.

1.4. Sistematika penulisan

Keseluruhan dari penulisan skripsi ini terdiri dari enam bab,dan tiap-tiap
bab terdiri dari beberapa sub bab, karena antara satu dengan yang lainnya
mempunyai kaitan menjadi satu kesatuan yang saling memperjelas dalam
sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan meliputi latar belakang, rumusan masalah dan


pembatasan masalah, tujuan penelitian manfaat penelitian, serta sistematika
penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka dengan menggunakan beberapa konsep yang


ada hubungannya dengan judul skripsi ini yaitu pengertian kehutanan, konsep
sejarah kehutanan, pengelolaan kehutanan, konserfasi dan sumber daya hutan
serta adminitrsi serta kebijakan hutan.

6
BAB III Metode Penelitian yang meliputi, lokasi dan waktu penelitian,
sifat penelitian, subyek penelitian, populasi dan sampel, Serta Tehnik penumpulan
data.

BAB IV Gmbaran Umum Wilayah Penelitian yang meliputi, keadaan


geografis,keadaan demografi dan keadaan sosial budaya.

BAB V pembahasan hasil penelitian yang terdiri dari kondisi kehutanan


di Kabupaten Kendari (1964-2003), peranan dinas kehutanan dalam memberikan
rehabilitas dan reboisasi hutan di Kabupaten Kendari,dampak hutan terhadap
perkembangan sosial ekonomi Masyarakat di Kabupaten Kendari.

BAB VI Penutup yang terdiri dari kesimpulan keseluruhan dari


pembahasan dan hasil penelitian serta saran-saran yang perhubungan dengan
permasalahan penelitian yang di kaji oleh penulisa.

7
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Kehutanan

Hutan merupakan sumber daya alam yang mampu menyediakan bahan-


bahan kebutuhan dasar masyarakat seperti pangan,papan,obat-obatan dan juga
sebagai sarana pendapatan keluarga. Masyarakat mengupayakan pengelolaan
hutan agara dapat menjamin kesinambungan pemanfaatannya.Bagi masyarakat
hutan bukan sekedar komoditi melainkan bagian dari sistem kehidupan mereka.
Oleh karena itu, pemanfaatannya tidak didasari pada kegiatan eksploitasi
saja,tetapi lebih dilandasi pada usaha-usaha untuk memelihara keseimbangan
keberlanjutan sumberdaya hutan tersebut.

Kebijakan pemerintah dalam mengelolah sumber daya hutan selama ini


belum menyentuh kepentingan masyarakat yang menjamin kesejahteraan dan
perlindungan bagi pemanfaatan secara berkelanjutan.Akibat konverensi hutan
menjadi berbagai peruntukan lain seperti area konsesi hak pengusahaan hutan
(HPH),Perkebunan besar swasta,transmigrasi, dan pertambangan tanpa
memperhatikan aspek kepentingan masyarakat setempat, telah menimbulkan
anggapan bahwa masyarakat terutama masyarakat di sekitar hutan tidak memiliki
akses atas hutan meskipun kadang masyarakat tersebut juga telah memelihara
hutan tersebut.anggapan seperti ini bias jadi membuat masyarakat justru merusak
hutan untuk meningkatkan taraf hidupnya.

Sulawesi Tenggara merupakan sebuah provinsi di Indonesia yang terletak


bagian tenggara pulau Sulawesi dengan ibukota Kendari.Provinsi Sulawesi
Tenggara terletak di Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi, secara geografis terletak di
bagian selatan garis khatulistiwa di antara 02°45' – 06°15' Lintang Selatan dan
120°45' – 124°30' Bujur Timur serta mempunyai wilayah daratan seluas 38.140
km² (3.814.000 ha) dan perairan (laut) seluas 110.000 km² (11.000.000
ha).Sulawesi Tenggara awalnya merupakan nama salah satu kabupaten di Provinsi
Sulawesi Selatan dan Tenggara Sulselra dengan Baubau sebagai ibukota

8
kabupaten.Sulawesi Tenggara ditetapkan sebagai Daerah Otonom berdasarkan
Perpu No. 2 tahun 1964 Juncto UU No.13 Tahun 1964.

2.2. Masa Pemerintahan Negara Kesultanan – Kerajaan Nusantara

Sulawesi Tenggara pada masa pemerintahan Negara Kesultanan –


Kerajaan Nusantara hingga terbentuknya Kabupaten Sulawesi Tenggara pada
tahun 1952, sebelumnya merupakan Afdeling. Onderafdeling ini kemudian
dikenal dengan sebutan Onderafdeling Boeton Laiwoi dengan pusat
Pemerintahannya di Bau-Bau. Onderafdeling Boeton Laiwui tersebut terdiri dari :

 Afdeling Boeton;
 Afdeling Muna;
 Afdeling Laiwui.

Yang perlu diketahui bahwa Onderafdeling secara konsepsional


merupakan suatu wilayah administratif setingkat kawedanan yang diperintah oleh
seorang (wedana bangsa Belanda) yang disebut Kontroleur (istilah ini kemudian
disebut Patih) pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Sebuah
onderafdeling terdiri atas beberapa landschap yang dikepalai oleh seorang hoofd
dan beberapa distrik (kedemangan) yang dikepalai oleh seorang districthoofd atau
kepala distrik setingkat asisten wedana.

Status Onderafdeling diberikan oleh pemerintah Hindia Belanda kepada


daerah-daerah yang memiliki kekuasaan asli dan kedaulatan yang dihormati
bahkan oleh pemerintah Hindia Belanda sendiri. Pengakuan kekuasaan ini
diberikan karena daerah-daerah tersebut bukanlah daerah jajahan Belanda namun
sebagai daerah yang memiliki jalinan hubungan dengan Belanda.

Dalam beberapa anggapan bahwa Onderafdeling merupakan jajahan


kiranya tidaklah benar, karena dalam kasus Onderafdeling Boeton Laiwoi terdapat
hubungan dominasi yang agak besar oleh Belanda sebagai pihak yang super
power pada masa itu dengan Kesultanan dan Kerajaan di Sulawesi Tenggara

9
khususnya Kesultanan Buton, sehingga diberikanlah status Onderafdeling Boeton
Laiwoi.

Afdeling Kolaka pada waktu itu berada di bawah Onderafdeling Luwu


(Sulawesi Selatan), kemudian dengan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 1952
Sulawesi Tenggara menjadi satu Kabupaten, yaitu Kabupaten Sulawesi Tenggara
dengan ibu Kotanya Baubau. Kabupaten Sulawesi Tenggara tersebut meliputi
wilayah-wilayah bekas Onderafdeling Boeton Laiwui serta bekas Onderafdeling
Kolaka dan menjadi bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan Tenggara dengan Pusat
Pemerintahannya di Makassar ( Ujung Pandang ).

2.3. Masa Orde Lama 1964

Selanjutnya dengan Undang-Undang No. 29 Tahun 1959, Kabupaten


Sulawesi Tenggara yang dimekarkan menjadi empat kabupaten, yaitu:

 Kabupaten Buton
 Kabupaten Kendari,
 Kabupaten Kolaka, dan
 Kabupaten Muna.

Keempat Daerah Tingkat II tersebut merupakan bagian dari Provinsi


Sulawesi Selatan dan Tenggara. Betapa sulitnya komunikasi perhubungan pada
waktu itu antara Daerah Tingkat II se Sulawesi Selatan Tenggara dengan pusat
Pemerintahan Provinsi di Ujung Pandang, sehingga menghambat pelaksanaan
tugas-tugas pemerintahan maupun pelaksanaan tugas pembangunan. Disamping
itu gangguan DI/TII pada saat itu sangat menghambat pelaksanaan tugas-tugas
pembangunan utamanya dipedesaan.

Daerah Sulawesi Tenggara terdiri dari wilayah daratan dan kepulauan


yang cukup luas, mengandung berbagai hasil tambang yaitu aspal dan nikel,
maupun sejumlah bahan galian lainya. Demikian pula potensi lahan pertanian
cukup potensial untuk dikembangkan. Selain itu terdapat pula berbagai hasil hutan
berupa rotan, damar serta berbagai hasil hutan lainya. Atas pertimbangan ini tokoh

10
– tokoh masyarakat Sulawesi Tenggara, membentuk Panitia Penuntut Daerah
Otonom Tingkat I Sulawesi Tenggara.

Tugas Panitia tersebut adalah memperjuangkan pembentukan Daerah


Otonom Sulawesi Tenggara pada Pemerintah Pusat di Jakarta. Berkat Rahmat
Tuhan Yang Maha Esa, cita-cita rakyat Sulawesi Tenggara tercapai dengan
keluarnya Perpu No. 2 Tahun 1964 Sulawesi Tenggara di tetapkan menjadi
Daerah Otonom Tingkat I dengan ibukotanya Kendari.

Realisasi pembentukan Daerah Tingkat I Sulawesi Tenggara dilakukan


pada tanggal 27 April 1964, yaitu pada waktu dilakukannya serah terima wilayah
kekuasaan dari Gubernur Kepala Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tenggara,
Kolonel Inf.A.A Rifai kepada Pejabat Gubernur Kepala Daerah Provinsi Sulawesi
Tenggara, J. Wajong.Pada saat itu Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tenggara
mulai berdiri sendiri terpisah dari Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan.
Oleh karena itu tanggal 27 April 1964 adalah hari lahirnya Provinsi Daerah
Tingkat I Sulawesi Tenggara yang setiap tahun diperingati

2.4. Masa Orde Baru Tahun 1995

Dibentuk satu kota yaitu Kota Kendari, pemekaran dari Kabupaten


Kendari, sekarang Kabupaten Konawe (3 Agustus 1995).

2.5. Masa Awal Reformasi

Dibentuk satu kota Baru yaitu: Kota Baubau, pemekaran dari Kabupaten
Buton (21 Juni 2001).

2.6. Masa Berikutnya Reformasi

Terbentuk beberapa kabupaten baru:

o Kabupaten Bombana, pemekaran dari Kabupaten Buton (18


Desember 2003)
o Kabupaten Wakatobi, pemekaran dari Kabupaten Buton (18
Desember 2003)

11
o Kabupaten Kolaka Utara, pemekaran dari Kabupaten Kolaka (18
Desember 2003)
o Kabupaten Konawe Selatan, pemekaran dari Kabupaten Konawe
(25 Februari 2003)
o Kabupaten Konawe Utara, pemekaran dari Kabupaten Konawe (2
Januari 2007)
o Kabupaten Buton Utara, pemekaran dari Kabupaten Muna (2
Januari 2007)
o Kabupaten Kolaka Timur, pemekaran dari Kabupaten Kolaka (14
Desember 2012)
o Kabupaten Konawe Kepulauan, dimekarkan dari Kabupaten
Konawe (12 April 2013)
o Kabupaten Buton Tengah, dimekarkan dari Kabupaten Buton (Juli
2014)
o Kabupaten Buton Selatan, dimekarkan dari Kabupaten Buton (Juli
2014)
o Kabupaten Muna Barat, dimekarkan dari Kabupaten Muna (Juli
2014)

Setelah pemekaran, Sulawesi Tenggara mempunyai 15 kabupaten dan 2


kota. Saat ini Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki Kantor Penghubung Provinsi
Sulawesi Tenggara pada Gedung Menara Global yang berlokasi di Jalan Gatot
Subroto DKI Jakarta.

2.7. Demografi Daerah

2.7.1. Jumlah Penduduk

Pada tahun 1990 jumlah penduduk Sulawesi Tenggara sekitar 1.349.619


jiwa. Kemudian tahun 2000 meningkat menjadi 1.776.292 jiwa dan berdasarkan
hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional Badan Pusat Statistik tahun 2005 adalah
sejumlah 1.959.414 jiwa.

12
Dari publikasi Proyeksi Penduduk Indonesia 2010–2035 disebutkan bahwa
jumlah penduduk Sulawesi Tenggara berturut-turut (dalam ribuan) 2.243,6 (2010),
2.499,5 (2015), 2.755,6 (2020), 3.003,3 (2025), 3.237,7 (2030) dan 3.458,1
(2035).

2.7.2. Pertumbuhan Penduduk

Laju pertumbuhan penduduk Sulawesi Tenggara selama tahun 1990–2000


adalah 2,79% per tahun dan tahun 2004–2005 menjadi 0,02%.[butuh rujukan]
Laju pertumbuhan penduduk menurut kabupaten selama kurun waktu 2004–2005
hanya kota Kendari dan Kabupaten Muna yang menunjukan pertumbuhan yang
positif, yaitu 0,03 % dan 0,02 % per tahun, sedangkan kabupaten yang lain
menunjukkan pertumbuhan negatif.

2.7.3. Struktur Penduduk

Struktur umur penduduk Sulawesi Tenggara pada tahun 2005, penduduk


usia di bawah 15 tahun 700.433 jiwa (35,75%) dari total penduduk, sedangkan
penduduk perempuan mencapai 984.987 jiwa (20.27%) dan penduduk laki-laki
mencapai 974.427 jiwa (49,73%).

2.7.4. Potensi Perekonomian Daerah

2.7.4.1. Komoditi unggulan

o Pertanian, meliputi: kakao, kacang mede, kelapa, cengkih, kopi,


pinang lada dan vanili
o Kehutanan, meliputi: kayu gelondongan dan kayu gergajian
o Perikanan, meliputi: perikanan darat dan perikanan laut
o Peternakan, meliputi: sapi, kerbau dan kambing
o Pertambangan, meliputi: aspal[2], nikel, emas, marmer, batu
setengah permata, onix, batu gamping dan tanah liat

2.7.4.2. Potensi Kepariwisataan Daerah

o Wisata Sejarah

13
o Benteng Keraton Buton, di Kota Baubau yang merupakan
benteng terluas di dunia;
o Makam Raja Mekongga Sangia Nibandera, Kab. Kolaka
o Makan Raja Sangia Ngginoburu, Kab. Konawe
o Rumah Adat Laika Mbu'u, Kab. Konawe
o Rumah Adat Mekongga Raha Bokeo, Kab. Kolaka
o Gua Sejarah Watuwulaa, Kab. Kolaka
o Replika Istana Kerajaan Konawe Laika Aha, Kab. Konawe
o Gua Tengkorak Lawolatu, Kab. Kolaka Utara
o Gua Soronga (Makam) Kuno Suku Tolaki, Kab. Kolaka
Timur
o Gua Tengkorak Wiwirano, Kab. Konawe Utara
o Istana Kerajaan Laiwoi, Kota Kendari
o Benteng Lapadi, Kab. Konawe Selatan
o Situs Benteng Bende Wuta, Kab. Kolaka
o Gua Prasejarah Liangkobori, Kab. Muna
o Kompleks Rumah Adat Muna, Kab. Muna
o Benteng Kerajaan Tiworo, Kab. Muna Barat
o Benteng Keraton Kulisusu, Kab. Buton Utara
o Kompleks Pemakaman Kuno Kerajaan
Waworete/Wawonii, Kab. Konawe Kepulauan
o Istana Kamali Baadia, di Kota Baubau yang merupakan
Istana dari Sultan Ke-38 La Ode Falihi dan Sultan Ke-39
Drs. H. La Ode Manarfa;
o Istana Malige, di Kota Baubau dengan arsitektur khas Suku
Buton dan merupakan bangunan adat yang tidak
menggunkan paku;
o Istana Kamali Kara, di Kota Baubau yang terletak di dalam
benteng keraton Buton;
o Istana Kamali Bata, di Kota Baubau yang letaknya
bersebelahan dengan Istana Kamali Kara;

14
o Kasulana Tombi, di Kota Baubau yang merupakan bekas
tiang bendera Kesultanan Buton yang umurnya lebih dari
tiga abad;
o Masjid Agung Keraton Buton (Masigi Ogena), di Kota
Baubau yang merupakan masjid pertama yang berdiri di
Sulawesi Tenggara;
o Kampua, di Kota Baubau yang merupakan mata uang
Kerajaan dan Kesultanan Buton;
o Petilasan Arung Palakka; yang merupakan tempat
persembunyian Arung Palakka ketika berlindung di Tanah
Buton;
o Benteng Kerajaan Moronene Kabaena (Benteng Istana
Tangkeno dan Benteng Tontontari) di pulau Kabaena
Kabupaten Bombana
o Festival Benteng Tindoi di Pulau Wangi-Wangi, Kabupaten
Wakatobi
o Wakatobi Wave (Wakatobi Wonderful Festival) di Wangi-
Wangi, Biasanya dilaksanakan pada tanggal 11-13
November)
o Festival Tukang Besi dilaksanakan di Pulau Binongko
o Tomia Maritime Festival dilaksanakan di pulau Tomia,
Kabupaten Wakatobi. Festival ini dilaksanakan setiap tahun
o Wisata Budaya
o Kalosara Suku Tolaki, Kab. Konawe dan Kab. Kolaka
o Upacara Adat Mosehe Wonua (Penyucian Negeri) Suku
Tolaki, Kab. Konawe dan Kab. Kolaka
o Upacara Adat Monahu Nda'u (Upacara Panen Padi) Suku
Tolaki, Kab. Konawe dan Kab. Kolaka
o Upacara Adat Motasu (Pembukaan Ladang) Suku Tolaki,
Kab. Konawe dan Kab. Kolaka
o Festival Lulo Ngganda, Kab. Konawe Selatan

15
o Festival Mepae-pae, Kab. Kolaka
o Ritual Mo'oli (Membuka LadanG Pertanian) Suku Tolaki,
Kabupaten Konawe, dan Kab. Kolaka
o Ritual Pensucian Pusaka Kerajaan Konawe 1 Muharam,
Kab. Konawe
o Tenunan Tolaki, Ameroro Kab. Konawe dan Lalombaa
Kab. Kalaka
o Festival Tangkeno, Kab. Bombana
o Festival Meleura, Kab. Muna
o Tenunan Buton di kota Baubau, Kabupaten Buton dan
Kabupaten Buton Utara;
o Tenun Ikat di Kabupaten Wakatobi;
o Upacara Adat Mataa, dari Kabupaten Buton;
o Pekande-kandea, upacara adat masyarakat Buton Raya
(Kabupaten Buton, Kabupaten Buton Utara, Kota Baubau,
Kabupaten Wakatobi);
o Pengrajin Besi, di Binongko, Kabupaten Wakatobi;
o Upacara Adat Posuo, Tandaki, dan Posusu (Masyarakat
Buton Raya);
o Upacara Adat Kabuenga, dari Kabupaten Wakatobi;
o Upacara Adat Karia, dari Wangi-wangi di Kabupaten
Wakatobi;
o Upacara Adat Tururangiana Andala, dari Pulau Makassar di
Kota Baubau;
o Layang-layang Tradisional Khagati, dari Kabupaten Muna;
o Aduan Kuda, dari Kabupaten Muna;
o Pacuan Kuda Kabaena, dari Kabupaten Bombana;
o Upacara Adat Religi Goraana Oputa, hanya oleh Sultan
Buton;
o Upacara Adat Religi Qunua, oleh masyarakat Buton Raya;

16
o Gambus dan Dhole-Dhole, alat musik khas masyarakat
Buton Raya;
o Upacara adat Bhangka Mbule Mbule di Kabupaten
Wakatobi;
o Barata Kaledupa Festival di Kaledupa, Kabupaten Wakatobi
o Upacara Pongkotu'A (panen padi) di Kabupaten Bombana;
o Wisata Atraksi
o Tari Lulo (Molulo) Tarian Suku Tolaki, dari Kota Kendari,
Kab. Konawe, Kab. Konawe Utara, Kab. Konawe Selatan,
Kab. Kolaka Timur, Kab. Kolaka, Kab. Kolaka Utara
o Tari Dinggu (Modinggu) Tarian Panen dari Suku Tolaki, di
Kota Kendari, Kab. Konawe, Kab. Konawe Utara, Kab.
Konawe Selatan, Kab. Kolaka Timur, Kab. Kolaka, Kab.
Kolaka Utara
o Tari Umo'ara, tarian perang Suku Tolaki, dari Kabupaten
Konawe, Kabupaten Kolaka, Kabupaten Kolaka Timur,
Konawe Selatan, Konawe Utara, dan Kota Kendari
o Tari Lulo Sangia, dari Kabupaten Kolaka
o Tari Lariangi Tolaki, Tarian Kuno Masyarakat Tolaki di
Kab. Konawe dan Kolaka
o Tari Mondotambe, tarian penjemputan Suku Tolaki, dari
Kabupaten Kolaka, Kabupaten Kolaka Timur
o Tari Lumense, dari Kab. Bombana
o Tari Lulo Alu, dari Kab. Bombana
o Tari Molihi, dari Kab. Konawe Kepualauan
o Tari Lense, dari Kab. Buton Utara
o Tari Balumpa dari Kabupaten Wakatobi;
o Atraksi Perahu Naga, di Kota Baubau;
o Atraksi Momani (Tarian Perang Moronene), di Kabaena
Kabupaten Bombana;
o Tari Lulo Alu, dari Kabaena Kabupaten Bombana;

17
o Tari Galangi, Buton Raya;
o Tari Mangaru, Buton Raya;
o Tari Lumense, dari Kabaena di Kabupaten Bombana;
o Tari Dudenge, dari Kabaena di Kabupaten Bombana;
o Posepaa, dilaksanakan Kompleks Benteng Liya Togo,
Wanci, Kabupaten Wakatobi.
o Wisata Alam
o Taman Nasional Wakatobi, di Kabupaten Wakatobi yang
merupakan surga bawah laut segitiga karang dunia yang
memiliki spesies terumbu karang sebanyak 750 dari 850
spesies karang dunia;
o Sombu Dive di Pulau wangi-Wangi
o Wisata Bawah Laut Basilika, di Kabupaten Buton Selatan
o Air Terjun Moramo, di Kabupaten Konawe Selatan
o Pulau Bokori, di Kabupaten Konawe (Mini Maldives)
o Pantai Toronipa, di Kabupaten Konawe
o Pulau Labengki, di Kabupaten Konawe Utara (Raja Ampat
Kecil Sultra)
o Pantai Taipa, di Kabupaten Konawe Utara
o Pemandian Air Panas Wawolesea, di Kabupaten Konawe
Utara
o Pulau Senja, di Kabupaten Konawe Selatan
o Air Terjun Tetewa, dengan puluhan pancuran air yang
berderet sejajar terletak di Kabupaten Kolaka Timur
o Puncak Sorombipi, Keindahan Hutan Pinus di atas
pegunungan yanf terletak di Kabupaten Kolaka Timur
o Puncak Mowewe, Keindahan Pemandangan Persawahan
dari Puncak Ketinggian terletak di Kabupaten Kolaka Timur
o Sungai Tamborasi yang merupakan sungai terpendek di
dunia yang terletak di Kabupaten Kolaka;
o Danau Biru, di Kabupaten Kolaka Utara

18
o Pantai Nambo, di Kota Kendari
o Hutan Mangrove Bungkutoko, di Kota Kendari
o Kebun Raya Kendari Kota Kendari
o Pantai Nirwana, di Kota Baubau;
o Pantai Lakeba, di Kota Baubau;
o Puncak Ahuawali, di Kabupaten Konawe Selatan
o Kaburaburana, air terjun bertingkat di Kabupaten Buton;
o Gua Moko, di Kota Baubau;
o Gua lakasa, di Kota Baubau;
o Pantai Kamali, di Kota Baubau;
o Wantiro, di Kota Baubau;
o Hutan Tirta Rimba, di Kota Baubau;
o Batu Poaro, di Kota Baubau;
o Gua Kaisabu, di Kota Baubau;
o Danau Napabale, di Kabupaten Muna
o Gua Liang Kobori di Kabupaten Muna
o Gua Metanduno di Kabupaten Muna
o Pantai Walengkabola di Kabupaten Muna
o Danau Napabalano di Kabupaten Muna
o Lagawuna, di Kota Baubau;
o Air Terjun Samparona, di Kota Baubau;
o Pulau Sagori, di Kabupaten Bombana
o Goa Batu Buri di Kabaena Kabupaten Bombana;
o Hutan Lambusango, di Kabupaten Buton yang memiliki
keanekaragaman hayati yang tinggi.
o Suaka Margasatwa Buton Utara, di Kabupaten Buton Utara;
o Cagar Alam Wakonti, di Kota Baubau;
o Permandian Bungi, di Kota Baubau;
o Kali Baubau, di Kota Baubau;
o Kolagana, di Kota Baubau;
o Sulaa, di Kota Baubau;

19
2.7.5. Sarana Infrastruktur Daerah

o Pendidikan Tinggi
o Univeristas HaluOleo (UNHALU), Kendari
o Universitas Dayanu Ikhsanuddin (UNIDAYAN[3]), Baubau
o Universitas Muhammadiyah Kendari (UMK), Kendari
o Universitas Muhammadiyah Buton (UMB), Baubau
o Universitas Islam Buton Nusantara (UNISBUN), Baubau
o UPBJJ-Universitas Terbuka Kendari
o AMIK Milan Dharma, Baubau
o Akademi Kebidanan Kabupaten Buton (AKBID Buton),
Baubau
o Akademi Kebidanan Buton Raya (AKBID Buton Raya),
Baubau
o Akademi Kebidanan YAPENAS (AKBID YAPENAS),
Baubau
o Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI), Baubau
o Universitas Sulawesi Tenggara (UNSULTRA), Kendari
o Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN), Kendari
o Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer
(STIMIK Catur Sakti), Kendari
o Universitas Negeri Sembilanbelas November (UNSN),
Kolaka
o AMIK Milenium kolaka
o SEkolah Tinggi Agama Islam Kolaka (STAI Kolaka)
o POLTEK Indotec kolaka
o STIK Avicena Kendari
o Akademi Kebidayan Konawe (AKBID KONAWE),
Konawe
o Universitas Lakidende (UNILAKI), Konawe
o Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Wakatobi

20
o Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mandala Waluya (STIKES
MW) Kendari
o Bandara Udara
o Bandar Udara Haluoleo, Konawe Selatan
o Bandar Udara Matahora, Wakatobi
o Bandar Udara Tomia, Wakatobi
o Bandar Udara Betoambari, Baubau
o Bandar Udara Sangia Nibandera, Kolaka
o Pelabuhan Laut
o Pelabuhan Murhum Baubau
o Pelabuhan Nusantara Kendari
o Pelabuhan Pangulu Belo, di Pulau Wangi-Wangi Wakatobi
o Pelabuhan Samudra Kolaka
o Pelabuhan Ferry (ASDP)Kolaka
o Pelabuhan Fery Wamengkoli Buton Tengah
o Pelabuhan Fery Batulo Baubau
o Pelabuhan Liana Banggai Buton Tengah
o Pelabuhan Simpu Buton Selatan
o Pelabuhan Transito Talaga Raya – Buton Tengah
o Pelabuhan Antam Pomalaa

2.8. Perkembangan daerah penyangga Taman Nasional Rawa Aopa


Watumohai

2.8.1. Perkembangan Desa, Kecamatan dan Kabupaten pada Masyarakat

Sekitar TNRAW Sejarah Pembentukkan Provinsi dan Kabupaten Pasca


Indonesia merdeka tahun 1945, Provinsi Sulawesi Tenggara menjadi satu-
kesatuan dengan wilayah di Sulawesi lainnya dalam cakupan administrasi
Provinsi Sulawesi. Perubahan terjadi pada era demokrasi terpimpin tahun 1960,
ketika dilakukan pemekaran wilayah provinsi yang terlalu luas tersebut menjadi

21
Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara. Pada saat itu, Sulawesi Tenggara
masih menginduk pada Provinsi Sulawesi Selatan. Sementara Provinsi Sulawesi
Tengah masih menginduk pada Provinsi Sulawesi Utara. Baru pada tahun 1964,
Sulawesi Tenggara ditetapkan sebagai Provinsi tersendiri dengan ibukota di Bau-
bau. Provinsi ini berpisah dari Provinsi Sulawesi Selatan dengandikeluarkannya
Perpu No. 2 tahun 1964 Juncto UU No. 13 Tahun 1964. Sebagai
Gubernurpertama ditunjuk J. Wayong. Untuk menghormati namanya, Wayong
ditetapkan sebagaisalah satu nama jalan di Kota Kendari.Pada perkembangan
selanjutnya, pada tahun yang sama ibu kota Sulawesi Tenggaraberpindah dari
Bau-bau ke Kendari. Sebagai daerah yang baru mekar, Sultra hanya terdiriatas 4
(empat) kabupaten yaitu Kabupaten Kendari (ibu kota di Unaaha), Kabupaten
Kolaka(ibu kota di Kolaka), Kabupaten Muna (ibu kota di Raha) dan Kabupaten
Buton (ibu kota diBau-bau).Wilayah yang saat ini ditempati oleh TN Rawa Aopa
Watumohai dahulu sangat dikenal olehmasyarakat karena berada pada segitiga
Bukari (Buton-Kolaka-Kendari). Ketiga kabupatentersebut bertemu di satu titik
yaitu di puncak gunung Mendoke (790 mdpl). GunungMendoke adalah gunung
tertinggi di TN Rawa Aopa Watumohai.Sebelum TN Rawa Aopa Watumohai
terbentuk, khususnya pada era 1980-an, TNRAWdikenal sebagai kawasan PPA
(Perlindungan dan Pelestarian Alam). Penyebutan itu hinggakini masih bertahan,
bahkan bagi sebagian orang lebih dikenal daripada nama TN RawaAopa
Watumohai itu sendiri.Desa Penyangga TN Rawa Aopa Watumohai (Sugiarto,
2012).

Pada tahun 1970-an dan 1980-an, kawasan di sekitar hutan PPA saat itu
masihberpenduduk sangat jarang. Sebagian kawasan di sekitar PPA lalu
dikembangkan sebagaikawasan transmigrasi. Penduduk transmigran didatangkan
terutama dari suku Bali, Jawadan Sunda. Mereka membangun pemukiman yang
sebelumnya hanya ditempati oleh sukuasli Sulawesi Tenggara (Moronene dan
Tolaki) serta sebagian suku Bugis.Wilayah yang baru mereka tempati itu dikenal
sebagai wilayah SP (satuan Pemukiman).Begitu banyak wilayah transmigrasi
dibangun di sekitar PPA (TNRAW) saat itu, hingga kinikawasan TNRAW sendiri

22
hampir terkelilingi oleh pemukiman masyarakat transmigran danjuga penduduk
pendatang berasal dari Sulawesi Selatan (terutama suku Bugis).Tidak semua
warga transmigran mampu bertahan hingga sekarang, sebagian memilihmenjual
lahan yang diperuntukkan bagi mereka atau bahkan dengan sukarela
merekatinggalkan untuk memilih kembali hidup di daerah asalnya. Namun
demikian, programtransmigrasi di sekitar PPA (TNRAW) secara umum cukup
berhasil. Wilayah transmigrasiyang dahulu dibangun di daerah-daerah sulit dan
sepi berdekatan dengan kawasan PPA(TNRAW), kini telah berkembang menjadi
daerah yang ramai. Bahkan sebagian diantaranyatelah menjadi ibu kota
kecamatan. Sebagai contoh adalah Desa Atari Jaya yang telahmenjadi ibu kota
Kecamatan Lalembuu atau Desa Lantari sebagai ibu kota KecamatanLantari
Jaya.Wilayah administrasi dengan komposisi 3 Kabupaten masih bertahan hingga
penetapankawasan TN Rawa Aopa Watumohai tahun 1990 melalui Surat
Keputusan MenteriKehutanan nomor 756 tahun 1990 dengan luas 105.194 ha.
Kawasan TNRAW sebenarnyabukan merupakan kawasan yang baru ditunjuk
sebagai kawasan hutan. Sebelumnya,kawasan ini telah difungsikan sebagai
kawasan hutan/ kawasan lindung. Status sebelumnyaadalah kawasan Suaka
Margasatwa, Taman Buru dan Cagar Alam.Pasca Reformasi tahun 1997/1998,
dikeluarkannya UU Otonomi daerah tahun 1999. Eforiapemekaran wilayah
menjadi marak di Indonesia, tak terkecuali di Provinsi SulawesiTenggara. Pada
tahun 2003, terjadi pemekaran wilayah kabupaten di bumi anoa ini.Kawasan
TNRAW yang pada mulanya berada pada 3 kabupaten (Buton, Kolaka,
Kendari)mekar menjadi 4 Kabupaten (Bombana, Kolaka, Konawe dan Konawe
Selatan). KabupatenBombana (ibu kota Rumbia) merupakan wilayah pemekaran
dari Kabupaten Buton.Sedangkan Kabupaten Konawe Selatan (ibu kota Andoolo)
dimekarkan dari KabupatenKendari.Kabupaten Kendari sendiri akhirnya berubah
nama menjadi Kabupaten Konawe dengan ibukotanya masih di Unaaha.
Perubahan nama Kabupaten Kendari ini mulai berlaku padatanggal 28 September
2004 dengan dikeluarkannya PP Nomor 26 tahun 2004. Sementarauntuk
pembentukkan Kabupaten Konawe Selatan menggunakan dasar hukum UU
Nomor 4tahun 2003 dan Kabupaten Bombana dengan UU nomor 29 tahun

23
2003.Sejarah Perkembangan Kecamatan dan DesaSampai pemekaran wilayah
kabupaten tahun 2003, telah terbentuk 10 kecamatan di sekitarkawasan TN Rawa
Aopa Watumohai. Kecamatan-kecamatan tersebut adalah KecamatanDesa
Penyangga TN Rawa Aopa Watumohai (Sugiarto, 2012).

Tinanggea, Angata, Puriala, Lambuya, Tirawuta, Ladongi, Lambandia,


Tanggetada,Watubangga, dan Rarowatu.Dengan berkembangnya waktu dan
kebutuhan pengembangan wilayah, sampai tahun 2012telah terjadi kembali
pemekaran wilayah kecamatan di sekitar TNRAW. Saat initeridentifikasi 16
kecamatan bersinggungan langsung dengan kawasan TN Rawa AopaWatumohai.
Diantara kecamatan-kecamatan tersebut, kecamatan terluas adalah
KecamatanMata Usu (456,17 km2) sedangkan kecamatan terkecil adalah
Kecamatan Polinggona(46,65 km2). Daftar luas masing-masing kecamatan
tersebut selengkapnya sebagaimanatersaji pada tabel 1.Tabel 1. Luas Wilayah
Kecamatan di Sekitar TN Rawa Aopa WatumohaiKABKOT No KECAMATAN
IBU KOTA LUAS (km2) 1. Lantari Jaya Lantari 285,01BOMBANA 2. Matausu
Kolumbi Mata Usu 456,17 3. Ladongi Atula 194,43 4. Lambandia Penanggo Jaya
308,63 5. Loea Loea 107,94KOLAKA 6. Polinggona Polinggona 46,65 7.
Tanggetada Anaiwoi 409,91 8. Tirawuta Rate-rate 206,80 9. Watubangga
Watubangga 388,79 10. Onembute Onembute 99,13KONAWE 11. Puriala
Watundehoa 236,85 12. Angata Motaha 330,00 13. Basala Basala
106,00KONAWE SELATAN 14. Benua Benua 138,31 15. Lalembuu Atari Jaya
204,82 16. Tinanggea Tinanggea 354,74Sumber : KCDA BPS Provinsi Sulawesi
Tenggara (2012)Pada radius kurang lebih 3 km, teridentifikasi setidaknya 96 desa
memiliki posisi cukupdekat dengan kawasan TN Rawa Aopa Watumohai.
Terdapat pula desa-desa berlokasicukup jauh namun masih masuk dalam katagori
desa penyangga bernilai penting karenamemiliki interaksi cukup erat dengan
kawasan taman nasional khususnya melalui jalur laut,seperti Desa Akuni dan
Desa Bungin Permai. Keduanya berada pada wilayah administratifKecamatan
Tinanggea. Apabila digabungkan, maka secara keseluruhan desa terkait
eratdengan kawasan taman nasional karena kedekatannya berjumlah 98 desa, yang

24
terletakpada 16 kecamatan dan 4 kabupaten.Desa Penyangga TN Rawa Aopa
Watumohai (Sugiarto, 2012).

Berdasarkan data Kecamatan Dalam Angka BPS Sulawesi Tenggara tahun


2012, totalpenduduk pada 98 desa di sekitar TNRAW berjumlah 100.622 jiwa dan
terbagi ke dalam 24.226 KK. Desa Ladongi Jaya tercatat sebagai desa dengan
penduduk terbanyak, yaitu3.976 jiwa dari 882 kepala keluarga. Sedangkan jumlah
penduduk terendah dimiliki olehDesa Ahuawali dengan total penduduk 245 jiwa
dari 59 kepala keluarga. Data nama-namadesa sekitar TNRAW selengkapnya
disajikan pada tabel 2. Tabel 2. Daftar Nama Desa-desa Sekitar Kawasan TN
Rawa Aopa Watumohai KABUPATEN KECAMATAN NO DESA 1. Morengke
MATAUSU 2. Lamuru 3. Lantari 4. Passare Apua BOMBANA 5. Lomba Kasih
LANTARI JAYA 6. Langkowala 7. Rarongkeu 8. Watu-Watu 9. Tinabite
WATUBANGGA 10. Mataosu 11. Tondowolio TANGGETADA 12. Popalia 13.
Pewisoa Jaya POLINGGONA 14. Plasma Jaya 15. Gunung Jaya 16. Lembah
Subur 17. Dangia 18. Raraa LADONGI 19. Welala KOLAKA 20. Ladongi Jaya
21. Wande 22. Wungguloko 23. Pombeyoha 24. Penanggoosi 25. Mokupa 26.
Lowa LAMBANDIA 27. Atolanu 28. Aere 29. BouDesa Penyangga TN Rawa
Aopa Watumohai (Sugiarto, 2012). 30. Lere Jaya 31. Iwoi Mea Jaya 32. Pekorea
33. Taore 34. Tumbudadio TIRAWUTA 35. Lara 36. Roko-Roko 37. Iwoikondo
LOEA 38. Peatoa 39. Puriala 40. Watusa 41. Tetehaka 42. Poanaha 43. Ahuawali
44. Watandehoa 45. Sonai 46. Wonua Morome PURIALA 47. Puusangi 48.
Lalonggatu KONAWE 49. Tetewatu 50. Mokaleleo 51. Unggulino 52. Puuhopa
53. Lalo Onaha 54. Wawo Sanggula 55. Trimulya 56. Napoosi ONEMBUTE 57.
Kasumeia 58. Suka Maju (Ulu Meraka) 59. Mataiwoi 60. Pudambu 61.
Matabondu 62. Angata KONAWE SELATAN ANGATA 63. Mataiwoi 64. Aopa
65. Pewutaa 66. PuulipuDesa Penyangga TN Rawa Aopa Watumohai (Sugiarto,
2012) 67. Boloso 68. Lere 69. Tombekuku 70. Iwoi Mendoro BASALA 71.
Epeesi 72. Basala 73. Lipu Masagena 74. Polo-Pololi 75. Uelawa 76. Puunggawu
Kawu 77. Horodopi 78. Benua Utama BENUA 79. Puosu 80. Lamara 81.
Waworaha 82. Tapundoi 83. Atari Indah 84. Atari Jaya 85. Lambodi Jaya 86.

25
Potuho Jaya LALEMBUU 87. Makupa Jaya 88. Sumber Jaya 89. Lambandia 90.
Mandoke 91. Padaleu 92. Tinanggea 93. Bungin Permai 94. Lanowulu
TINANGGEA 95. Roraya 96. Telutu Jaya 97. Tatangge 98. AkuniKe depan,
komposisi kabupaten di sekitar TNRAW masih berpotensi berubah denganadanya
usulan pemekaran wilayah pada Kabupaten Kolaka. Calon kabupaten baru
tersebutdirencanakan bernama Kabupaten Kolaka Timur dengan anggota
Kecamatan Lambandia,Loea, Ladongi dan sekitarnya. Pemekaran juga dapat
terjadi pada level pemerintahan desamaupun kecamatan. Dari sisi tujuan,
pemekaran merupakan salah satu cara untuk lebihDesa Penyangga TN Rawa
Aopa Watumohai (Sugiarto, 2012) meningkatkan pelayanan pada masyarakat,
mengoptimalkan pemanfaatan potensi wilayahserta meningkatkan taraf hidup
warganya.

26
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah di laksanakan di wilayah Kabupaten Kendari ( 1964-


2003) yang terdiri dari beberapa kecamatan di antara Tinanggea, Lainea, Wawoni,
Moramo, Ranomeeto, Lambuya, Wawotobi, Sampara, Mandonga, Poasia,
Kendari, Soropia, Lasolo, Unaaha, dan Asera. Waktu penelitian di mulai sejak
bulan Juni 2011 sampai selesai.

3.2.Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yaitu memamerkan atau


menjelaskan secara historis tentang sejarah Kehutanan di Kabupaten Kendari dari
tahun 1964 sampai tahun 2003.

3.3.Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini terdiri dari masyarakat yang memiliki


kemampuan dalam memberikan informasi tentang sejarah Kehutanan di
Kabupaten Kendari ( 1964-2003) baik dari lingkup dinas kehutanan atau
pemerintah maupun dari swasta

3.4.Tehnik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data penelitian ini menggunakan 2 tehnik yang terdiri


dari Metode Penelitian dan Sumber Data Penelitian.

3.5. Metode Penelitian

Metode penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini penulisan telah


menggunakan metode sejarah yang di kemukakan oleh Kuntowijoyo (1995: 89 )
adalah sebagai berikut :

a. Memilih Topik

27
b. Pengumpulan Sumber ( Heuristik)

c. Ferifikasih ( Kritik sejarah terhadap keabsahan sumber )

d. Interprestasi (Analisis dan Sintesis)

e. Penulisan

28

Anda mungkin juga menyukai