Anda di halaman 1dari 11

TUGAS

MANAJEMEN SDM

ANALISIS KASUS

Oleh:

AHMAD RIDWAN
G2D119099

PROGRAM STUDI ILMU MANAJEMEN


PASCASARJANA
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
KASUS I

1) Apa saja tantangan yang dihadapi karyawan manakala


krisis ekonomi berakibat pada usaha kecil dan menengah
masih berlanjut?
2) Apa saja konflik yang memerlukan pengusaha sebagian
besar dalam mempertahankan perusahaan di satu sisi dan
kondisi krisis ekonomi yang tidak mungkin ditolak? Apa
yang harus dilakukan oleh pimpinan perusahaan dalam
menerapkan MSDM strategik?
3) Apa saja saran Anda terhadap dua isu (butir 1 dan 2) di
atas?
Jawab:

1) Manakala terjadi krisis ekonomi implikasinya termasuk pada bisnis UMKM.


Salah satu tantangan yang paling potensial menimpa para pekerja di sektor
bisnis UMKM ini adalah terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK).
Secara teoritis, peningkatan pengangguran berhubungan searah dengan
terjadinya krisis, walaupun data pengangguran tidak langsung berkaitan
dengan masalah PHK. Tetapi informasi mengenai pengangguran membantu
memahami mengenai PHK.
Pada tahun 1998, saat krisis moneter menimpa Indonesia, sektor
UMKM masih mampu menyelamatkan Indonesia, begitupula pada tahun
2008, krisis yang terjadi juga masih cukup tertolong dengan meningkatkan
konsumsi dalam negeri, sebab kejadian pada saat itu lebih bersifat eksternal.
Namun, berkaitan dengan kasus yang perlu didiskusikan di atas, pandemi
COVID-19 sangat rumit. Sebab merebaknya virus Corona membuat aktivitas
produksi terpukul sehingga menyebabkan supply shock. Dampak selanjutnya
orang-orang akan kehilangan pendapatan dan pekerjaan sehingga
menyebabkan demand shock. Maka, dari sini nampak bahwa krisis akibat
COVID-19 amat berpengaruh pada aktivitas bisnis UMKM, secara khusus
juga para pekerjanya.
Diketahui bahwa kunci dari sebuah aktivitas ekonomi adalah
terjadinya transaksi atau adanya pasar. Pasar itu terdefinisi sebagai tempat
bertemunya orang untuk mempertukarkan barang dan jasa. Namun karena
adanya pembatasan sosial, orang-orang tidak boleh bertemu.
Hal ini berimbas pada efisiensi yang bagaimanapun perlu
dipraktikan oleh bisnis, termasuk pula UMKM. Efisiensi ini implikasinya
adalah pemangkasan tenaga kerja dengan kebijakan PHK, yang selanjutnya
memicu peningkatan angka pengangguran.
Tantangan selanjutnya bagi para pekerja akibat PHK yakni
keterbatasan daya beli karena tidak adanya sumber pendapatan sebagaimana
sebelumnya. Imbasnya yaitu tantangan dalam pemenuhan kebutuhan pokok.
Tantangan dalam pemenuhan kebutuhan pokok ini,
memunculkan tantangan baru kepada para ex-pekerja yang di maksud.
Tantangan tersebut yakni keberhasilan untuk memperoleh pekerjaan baru
sebagai sumber pendapatan baru pasca PHK. Maka, untuk menyelesaikan
persoalan ini para ex-pekerja tersebut dituntut agar mengevaluasi dampak
perubahan, dengan meninjau kembali kompetensi (competence) yang
dimiliki. Faktor instrinsik manusia amat berpengaruh di sini dalam
membentuk kompetensi yang berdaya saing, misalnya saja tingkat
pengetahuan, keterampilan, motivasi dan pengalaman. Juga Faktor eksternal
manusia seperti hubungan sosial juga berkaitan dengan kompetensi yang
berguna untuk memperoleh pekerjaan baru selama krisis berlangsung.
2) Dalam mencoba menjelaskan kasus kedua, dalam kajian ekonomi,
diasumsikan bahwa pengambilan keputusan ekonomi berkaitan dengan trade-
off, yakni situasi dimana seseorang harus membuat keputusan terhadap dua
hal atau lebih, mengorbankan/kehilangan suatu aspek dengan alasan tertentu
untuk memperoleh aspek lain dengan kualitas yang berbeda sebagai pilihan
yang diambil. Pandangan sosio-economic Archie Carrol akan mengantarkan
kita pada pemahaman bahwa tanggung jawab kepada perusahaan perlu lebih
dulu didahulukan ketimbang akuntabilitas terhadap tuntutas etis ataupun
philanthropic/ sosial. Maka, dalam menghadapi krisis ekonomi, tentu saja
perusahaan perlu mengedepankan keberlangsungan perusahaan, dengan
mempertahankan pertumbuhan dan tingkat laba yang diperolehnya. Krisis
mempengaruhi tingkat pendapatan tersebut sehingga menurun, maka agar
menyeimbangkannya agar tetap tumbuh dan profitable, tentu saja perlu
dilakukan efisiensi biaya seperti PHK terhadap para pekerja.
PHK ini merupakan konsekuensi keputusan yang
diakibatkan adanya trade-off dalam pengambilan kebijakan ekonomi yang
perlu mengedepankan keberlangsungan hidup bisnis. Maka, perlu dilakukan
pendekatan MSDM strategic untuk menunjang keputusan ini, misalnuya saja,
identifikasi pada lingkungan MSDM eksternal, dengan mempertimbangkan
teknologi dan otomatisasi. Dua hal ini dapat ditunjukan dengan penggunaan
pola padat modal sebagai pengganti manusia guna mendukung efisiensi.

3) Saran bagi butir (1) untuk mengantisipasi adanya krisis ekonomi, para pekerja
perlu mengembangkan kompetensi (competence) dirinya, seperti memupuk
etos kerja, kejujuran, pengetahuan, keterampilan maupun kepemimpinan.
Atau perlu dilakukan repositioning SDM secara individu, terlebih adanya
kecepatan perubahan teknologi.
Saran bagi butir (2) adalah agar perusahaan sebelum
mengambil tindakan implementatif atas manajemen strategic, perlu
melakukan monitoring lingkungan baik internal maupun eksternal, evaluasi
dampak perubahan, mengambil tindakan proaktif, mendapatkan dan
menganalisa feed back, kemudian melakukan devaluasi untuk mengetahui
apakah sasaran telah tercapai.
KASUS II

Jawab:
1) Adanya urbanisasi mengakibatkan mobilitas yang relative tinggi dari desa
ke kota yang akhirnya memiliki implikasi penting di antaranya: struktur
permintaan terhadap barang kebutuhan hidup semakin beragam dan
berorientasi pada komoditi, atau dengan kata lain, hal ini meningkatkan
permintaan kebutuhan pokok dan penunjangnya, khususnya pangan.
Adapun bagi daerah yang ditinggalkan angkatan kerja di pedesaan,
misalnya, akan semakin sedikit dan secara relative daya serap untuk sektor
pertanian akan semakin menurun yang pada gilirannya akan
mempengaruhi keragaman usaha pertanian, seperti upah sektor ini akan
meningkat yang menjadikan sektor pertanian menjadi lapangan kerja yang
prospektif bagi pencari kerja di sektor informal. Fenomena demografis ini
diikuti dengan gejala lain, di mana daya serap sektor industry manufaktur
perkotaan tidak mampu menyerap tenaga kerja secara besar-besaran,
akibat kapasitas produksi yang terbatas juga karena tingkat pendidikan
pekerja yang relative rendah, apalagi ketersediaan lapangan kerja formal di
perkotaan pertumbuhannya sangat lambat, maka UKM di sektor agribisnis
mampu bertindak sebagai katup pengaman terjadinya pengangguran
dengan menyediakan kesempatan kerja bagi para angkatan kerja yang
menganggur.
2) Item-item tersebut digunakan dalam analisis pekerjaan. Analisis
pekerjaan dilakukan dengan (1) menentukan tugas-tugas utama, kegiatan-
kegiatan, perilaku-perilaku atau kewajiban-kewajibanyang akan
dilaksanakan dalam pekerjaan. (2) menetapkan pengetahuan (knowledge),
kemampuan-kemampuan (abilities), kecakapan-kecakapan (skills), dan
beberapa karakteristik lainnya (faktor-faktor kepribadian, sikap,
ketangkasan atau karakteristik fisik dan mental yang di perlukan bagi
pekerjaan) yang dibutuhkan untuk pelaksanaan tugas-tugas.
Sedangkan data yang tersaji pada kasus di atas hanya
terbatas pada pemahaman mengenai prospek pekerjaan pada UKM di
sektor agribisnis sebagai implikasi gejala demografis sehingga diperoleh
batasan kegiatan yakni pada sektor agribisnis.
3) Perkiraaan data sebaran penduduk yang tersaji pada tahun 1999 sebanyak
40% sebagai akibat urbanisasi dapat membantu memahami prospek
pekerjaan yang dihasilkan dengan menggunakan analisis ekonomi atas
proyeksi usaha yang potensial akibat adanya gejala demografis tersebut.
Analisis ini sebagai suatu proses identifikasi awal analisis pekerjaan
sehingga gambaran mengenai batasan kegiatan dapat diperoleh.
KASUS III

Jawab:
1) Strategi perencanaan SDM pada sektor agribisnis dalam menghadapi
perkembangan IPTEK, yakni ditempuh dengan (1) Memetakan Kapasitas
SDM yang Dimiliki—dengan mengenali kapasitas SDM yang sekarang
dimiliki oleh koperasi. Pemetaan ini bisa memberikan banyak informasi
mengenai kemampuan yang dimiliki karyawan dalam menghadapi
tantangan perkembangan IPTEK, jumlah karyawan yang aktif, jumlah
karyawan yang akan pensiun, jumlah karyawan yang harus menjalani
pelatihan, jumlah karyawan yang telah memiliki pencapaian, jumlah
karyawan yang perlu melakukan peningkatan kinerja, dan informasi
kepegawaian lain. Koperasi bisa melakukan pemetaan ini dengan beberapa
cara, misalnya saja dengan penyebaran kuesioner. Selanjutnya, (2)
Memperkirakan Kebutuhan SDM koperasi untuk Beberapa Waktu
Kedepan—Perkiraan kebutuhan dilakukan untuk mengetahui SDM seperti
apa yang diperlukan koperasi (penambahan jumlah ataukah peningkatan
kualitas) sedangkan perkiraan ketersediaan dilakukan untuk mengetahui
SDM yang sedang membutuhkan pekerjaan dan siap direkrut. Tentu
kemudian perkiraan SDM yang sedang dibutuhkan ini juga
mempertimbangkan keadaan SDM yang kini dimiliki koperasi. (3)
Pengembangan tenaga kerja—Yang terdiri atas tahapan-tahapan:
perekrutan, seleksi, memilih dan mempekerjakan dan pelatihan/
pengembangan. Kemudian terakhir (4) evaluasi dan monitoring—Proses
akhir ini akan memberikan gambaran jelas bagaimana SDM bekerja dan
memenuhi target koperasi. Jika kemudian ditemui ketidaksesuaian, bisa
dilakukan koreksi atau peruhanan.
2) Koperasi agribisnis sebaiknya melakukan pelatihan IPTEK,
mengikutsertakan secara proaktif dalam lokakarya serta pertemuan-
pertemuan bisnis dan IPTEK.
3) Adanya perubahan teknologi serta dalam maksud mengantisipasi implikasi
negative sebgai akibat perubahan IPTEK, maka mengakibatkan perlunya
dilakukan repositioning dalam peran sumber daya manajemen secara
strategic, dengan menekankan pada pemberdayaan karyawan sehingga
tebentuk etos kerja dan motivasi. Serta repositioning kompetensi SDM
dengan: (1) inovasi, kerjasama dan kemandirian yang bersifat jangka
panjang, serta (2) menerapkan strategi kualitas. Pengelolaan dilakukan
dengan keterlibatan kerja dan pelibatan keunggulan kompetitif.
Perubahan IPTEK merupakan dampak lingkungan eksternal, untuknya itu
tetap perlu monitoring lingkungan, dan evaluasi dampak perubahan.

Anda mungkin juga menyukai