Anda di halaman 1dari 68

MP_4 Rahmania Elvinasari

Pendahuluan

Buku ini merupakan pembelaan dari gagasan bahwa apa yang disebut metode ilmiah. Ini juga
merupakan pembelaan terhadap gagasan bahwa metode semacam ini dapat dibenarkan, atau
dilegitimasi. Ada sebagian besar orang yang berpikir tentang metode ilmiah yang dapat
dibenarkan, meskipun tidak semua sepakat tentang hal ini. Tetapi ada juga banyak orang yang
berpikir bahwa tidak ada satu metode untuk dibenarkan. Bagi sebagian orang, keseluruhan
gagasan itu adalah sebuah perdebatan masa lalu, yang kelanjutannya dapat disimpulkan seperti
sebuah pepatah "mencambuk kuda mati". Ada alasan untuk pandangan negatif, beberapa di
antaranya akan muncul ketika kita menyelidiki pandangan kontemporer yang menentang
keberadaan metode ilmiah. Dua sumber negatif mengejutkan datang dari arah yang berbeda :
pertama, dari beberapa ilmuwan; kedua, dari beberapa filsuf bersama kelompok yang lebih besar
dari sejarawan dan sosiolog sains dan mereka yang berada dalam studi budaya.

Beberapa ilmuwan menggunakan metode

Beberapa ilmuwan membahas tentang metode. Posisi beberapa ilmuwan secara mengejutkan
yang ditandai dengan ilmuwan pemenang hadiah Nobel, Peter Medawar, yang dirinya sendiri
cukup bersedia mengambil pentungan atas nama metode ilmiah (sebagian besar mengikuti Karl
Popper). Ia menjelaskan kepada kita bahwa para ilmuwan (termasuk Charles Darwin) sering
menipu diri mereka sendiri apakah mereka mengikuti metode ilmiah atau tidak; dan jika mereka
telah mengikuti, maka mereka tertipu tentang apa metode ini. Dia kemudian menambahkan
bahwa para ilmuwan:

1
Bukan suatu kebiasan mereka untuk berpikir tentang kebijakan-kebijakan metedologis.
Jika kita bertanya kepada seorang ilmuwan apakah dia yakin dengan metode ilmiah, maka dia
akan mengadopsi sebuah ungkapan atau frasa yang lebih baik dan lebih khidmat, karena dia
merasa dia harus mendeklarasikan sebuah gagasan atau ide; Dengan mata sipit, karena dia
bertanya-tanya bagaimana menyembunyikan fakta bahwa dia tidak punya gagasan atau ide yang
harus dinyatakan.

(Medawar 1984:80)

Medawar menyatakan bahwa beberapa ilmuwan akan menyesal beberapa dibeberapa bidang
keilmuwan non-sains, dari politisi sampai ilmuwan di bidang pendidikan; tetapi mereka tidak
dapat menyatakan bagaimana menjadi ilmiah.

Medawar memiliki pandangan yang tidak mengenal belas kasih. Salah satu cara yang
menantang dalam mempertegas cirinya adalah dengan mengatakan bahwa pemahaman seorang
ilmuwan adalah tindak dinyatakan (diam-diam), sesuatu yang baru saja mereka peroleh ketika
mereka dilatih dalam teori mereka. Pemahaman yang tidak dinyatakan adalah sama dengan
pemahaman kita tentang bagaimana sebuah kesimpulan logis tidak dnyatakan (meskipun ada
penelitian empiris yang menunjukkan bahwa pemahaman yang tidak dinyatakan adalah sering
salah atau cacat). Meskipun, Medawar menyatakan secara lebih explicit tentang bagaimana
metode pemahaman yang tidak dinyatakan dan pemahaman logis yang seharusnya,
meninggalkan misteri tak terduga. Jika seorang ilmuwan tidak dapat melakukan pekerjaan
mereka untuk membuat gagasan atau pemahaman mereka menjadi lebih exksplisit yang
kemudian tugas itu dilakukan oleh orang lain. Filsuf?Sosiologt?Bahkan seorang ahli statistik
kemungkinan bisa jadi lawan yang terbaik.

Tidak mudah untuk menjelaskan mengapa seorang ilmuwan tidak memiliki pemahaman
eksplisit tentang metode ilmiah. Tetapi faktanya adalah kurangnya ketertarikan para ilmuwan
terhadap metodologi yang merupakan hantaman paksa bagi Medawar:

Anda harus mengakui bahwa ini menambah keadaan luar biasa. Ilmu pengetahuan, yang
dipertimbangkan secara luas, adalah hal yang tak terbandingkan yang dimasuki oleh manusia;

2
namun metodologi yang mungkin membuatnya demikian, ketika diajukan oleh orang awam yang
terpelajar, tidak diperhatikan oleh para ilmuwan, dan ketika diajukan oleh para ilmuwan adalah
gambaran yang keliru dari apa yang mereka lakukan. Hanya sebagian kecil ilmuwan yang
menerima instruksi dalam metodologi ilmiah, dan yang telah melakukannya tampaknya tidak
lebih baik.

(ibid)

Penghargaan lain dimenangkan oleh, seorang fisikawan Richard Feynman, mendukung


gagasan terakhirnyaketika ia menyatakan bahwa “Filsuf sains adalah berguna atau bermanfaat
bagi ilmuwan yang mempelajari tentang ilmu burung”. Seseorang dapat menanyakan: siapa yang
akan mendapatkan manfaatnya? Jika burung dapat menggambil manfaat maka seorang ahli
burung juga akan mendapatkan manfaat yang sama, setidaknya ketika mereka memiliki
pemahaman ilmiah tentang perilaku burung. Namun, burung juga dapat manfaat jika apa ahli
burung tidak membantu mereka untuk bertahan. Analoginya, jika seorang ilmuwan tidak dapat
menberikan manfaat terhadap filsuf sains maka setidaknya filsuf, investigator, dan orang lain
dapat memperoleh manfaatnya selama kita punya pemahaman tentang sains ilmiah. Dan juga
dapat ditambahkan bahwa seorang ilmuwan juga bisa mengambil manfaatnya, tidak membuat
mereka lebih sadar dengan begitu saja tentang metodologi yang mereka libatkan, tetapi dalam
memperoleh klarifikasi tentang usaha alami yang mereka lakukan.Sindiran Feynman tidak tanpa
kutipan filosofis “banyak ilmuwan cenderung memiliki sedikit pemahaman tentang sains
daripada tentang hydrodinamik ikan” (Lakatos 1978: 62 n.2).Hanya karena prinsip hydrodinamik
dibutuhkan untuk keberlangsungan ikan, sehingga prinsip metode dibutuhkan untuk sains;
namun ikan dan ilmuwan memiliki kesamaan tidak memahami prinsip masing-masing.

Beberapa ilmuwan berusaha untuk menjadi seorang ahli metodolog.Ketika Feynman


melakukan hal tersebut, dan dia secara sopan menyatakan “Sains adalah sebuah metode untuk
menemukan.Metode ini berdasarkan prinsip dimana observasi menjadi hakim atau penilai jika
sesuatu itu adalah sesuatu atau tidak….observasi atau pengamatan adalah penilaian akhir atau
utama dari sebuah kepercayaan atau ide” (Feynman 1998:15).Tetapi pernyataan ini adalah sangat
sempit dan tidak dapat dikonfimasi lebih lanjut tentang metode pengujian-hipotesis. Feynman

3
menyatakan bahwa ia tidak selalu menghina atau mengolok usaha yang dilakukan oleh para
filsuf selama mereka memiliki aturan main: “Umumnya yang dinyatakan oleh filsuf tentang
sains adalah terbatas pada aspek tehnis saja mereka tidak mencoba meyakinkan apakah suatu
metode bekerja dengan baik atau tidak” (ibid:20). Feynman menyatakan bahwa “Metode” di sini
adalah berhubungan dengan usaha yang lebih teliti baik itu konteks makna kata (dimana
pandangannya dapat dilakukan) dalam konteks berikut: “Semakin nyata atau jelas sebuah
penyataan, maka semakin menarik untuk diuji” (ibid: 19). Apa maksud dari penyataan tersebut?
Apakah itu pernyataan yang benar?Apakah ini harus mempunyai aturan dalam sebuah metode
bagaimana melakukan pengujian yang baik dalam sains? Inilah yang disebut Feynman sebagai
“aspek tehnis” metodologi yang dapat dilihat di masa yang akan datang, banyak penelitian telah
dilakukan berdasarkan klaim ini, khususnya yang berhubungan dengan tingkat fleksibilitas, atau
dapat diuji atau tidak, serta pernyataan dan keterbukaannya terhadap tes.

Meskipun para ilmuwanmungkin menyatakan bahwa ada sebuah metode ilmiah, yang
membuat para filsuf sains selalu optimis dalam menemukannya. Dalam sebuah bab yang
berjudul “Melawan filosofis” seorang pemenang nobel Steven Weinberg mempertanyakan
“Dapatkah filosofi memberikan petunjuk terhadap sebuah teori akhir?” (Weinberg 1993:
132).Jawabannya adalah Tidak.Dia menyatakan bahwa filosofi sains, seperti metodologi “Kita
tidak mengharapkan ia sangat berkontribusi dengan memberikan bimbingan atau arahan yang
bermanfaat bagi para imuwan hari ini tentang bagaimana melakukan penelitian mereka dan apa
yang akan mereka temukan”. (ibid.:133). Tugas filsuf adalah membantu dalam membuat
konstruksi teori akhir seperti apa yang diimpikan oleh Weinberg and filsuf yang lain. Namun,
jika ini adalah tugas mereka, filsufakan berhenti menjadi seorang filsuf dan memilih menjadi
seorang ilmuwan biasa seperti yang lain. Jika tugas mereka adalah membuat dan menyarankan
tentang bagaimana membuat sebuah metodologi dan bagaimana membuat teori, sehingga
mereka kemungkinan tidak memiliki saran untuk diberikan. (Ini adalah fakta bukan algoritmik,
atau non-algoritmik, prosedur dalam konstruksi teori: sebuah hasil negatif yang penting di
tengah-tengah kasus yang melibatkan prosedur; lihat 1.4). Sehingga, apa yang dilakukan dan
ditinggalkan oleh para filsuf dapat bermanfaat bagi ilmuwan.

Yang menjadi pertanyaannya adalah, ada sebuah penyimpangan tujuan filosofi ilmuwan
khusus yang tidak mereka miliki. Ini memberikan harapan tidak nyata para ilmuwan, sebagai

4
filsuf sains Wesley Salmon (1998b: ch.26) menyatakan respon pandangan kritisnya terhadap
Weinberg. Apa perbedaan tujuan yang mungkin menjadi tugas para filsuf untuk menjelaskan
secara lebih jelas kepada para ilmuwan. Salah satu tujuannya adalah penjelasan konsep yang
tidak empiris, tentang pelatihan ilmiah.Banyak yang telah ditulis oleh para filsuf sains yang
menyangkut konsep seperti penjelasan lebih ilmiah, hukum ilmiah, lebih realistis, pengurangan,
munculnya, metodologi, dan pentingnya sebuah penjelasan.

John Passmore (1983) menyatakan bahwa ada banyak jawaban Baconian tuntuk
menjawab pertanyaan, mengapa sains?Ini membantu kita memahami dan menguasai secara
alami. Namun ia juga menyatakan bahwa tidaklah mudah untuk menjawab pertanyaan seperti itu,
mengapa filosofi sains? Passmore menyatakan ada beberapa perbedaan cara untuk menjawab
pertanyaan tersebut, salah satunya dengan penjelasan konsep seperti yang baru saja disebutkan.
Ada 3 rencana atau cara menjawab menurut Passmore sebagai beirkut. Dapat memerankan peran
kritis dengan respek terhadap sains, contohnya apakah dalam pengujian bentuk klaim “sains
telah menunjukkan bahwa…” sangat memegang, khususnya dalam kasus dimana kesimpulan etis
yang diberikan adalah mengikuti klaimilmiah. Ini juga dapat memainkan sebuah peran kordinatif
dalam menjelaskan hubungan antara sains dan usaha keras manusia disisi lain seperti agama,
seni, hukum, filosofi, atau bahkan sains itu sendiri. Yang pada akhirnya, sebuah filosofi sains
yang subtantif sering memainkan sebuah peran jangka panjang, contonya pada tingkat teoritis
yang lebih tinggi, pada teori kercerdasan artifisial di mana isu-isu tentang kesadaran alami
menjadi penting. Secara umum, beberapa tujuan filosofi sains membantu kita memahami tentang
sains, contohnya apa yang bisa dikatakan sebagai teori akhir, tetapi tidak untuk membantu dalam
menghasilkan teori tersebut.

Sehingga banyak yang mencatat bahwa Albert Einstein membuat konsep pandangannya
tentang kebebasan epistemologi (termasuk metodologi) dan sains. Dia mulai dengan menulis
pernyataan dari Kant: “Epistemologitanpa kontak dengan sains menjadi sebuah skema kosong.
Sains tanpa epistemologi adalah-sejauh dapat di pikirkan-primitif dan kacau.” Namun karena
epistemologi telah menjadi disiplin yang sangat sistematis, ia menambahkan:

Meskipun beberapa ilmuwan tidak dapat menunjukkan usaha keras mereka untuk sebuah
epistemologi yang sistematis lebih jauh lagi. Namun mereka; sangat bersyukur dengan adanya
analisis konsep epistemologi; tetapi ia diatur oleh sebuah kondisi external melalui pengalaman,

5
tidak membiarkan ia banyak dibatasi oleh konstruksi konsep dunianya dengan kepatuhannya
terhadap sistem epistemologi. Kemudiania harus nampak menjadi epistemologisistematis seperti
para oportunis yang tidak bermoral.

(Einstein 1959:684)

Ini memberikan penjelasan bahwa apa yang dinyatakan oleh para filsuf antara
epistemologi dan metodelogi merupakan pandangan yang sangat sempit bagipara ilmuwan
praktisi yang bijaksana yang dikenal memiliki kesuksesan dibidangnya masing-masing. Mereka
nampak seperti oportunis tetapi faktanya bisnis sains tidak dilakukan dengan baik oleh para
filsuf.Berdasarkan fakta ini, seorang filsuf sains Paul Feyerabend membuat sejenis anarkisme
filosopikal (atau Dadaisme) yang mendeklarasikan mengikuti aturan sederhana yang diajukan
oleh kaum metodologis yang melumpuhkan sains (Feyerabend 1975: 17-22). Meskipun, ada satu
cara lain dengan mengambil ucapan Einstein. Dia sangat sadar akan nilai dan bagaimana
menggunakan metodologi dalam sains. Sikap oportunisnya lebih dapat dipahami serta menjadi
rekomendasi bagi para ilmuwan untuk menggunakan filosofis sebagai sebuah acuan yang baik
dimana mereka dapat mengambarkan kesimpulan sains mereka.Bagaiman itu dapat menjadi
acuan butuh penjelasan.

Pembangkangan terhadap metodologi

Dengan menyebut Feyerabend membawa kita ke petunjuk kedua dari sebuah ide kritis tentang
metode ilmiah berasal; dari filsuf, sejarawan, dan sosiolog sains. Feyerabend adalah sosok yang
paling terkenal dalam mengklaim hanya ada satu metode prinsip ilmiah yaitu rasionalisme,ini
dapat dipertahankan di segala keadaan (ibid; 28). Ini memberikan kesan bahwa tidak ada teori
metode seperti ini dalam buku apa pun. Ia hanya menjadi hiasan seperti batu kuburan untuk satu
subjek yang mati. Namun pandangan ini mendapatkan banyak hasil, tetapi tidak dinyatakan oleh
Feyerabend, yang memperoleh §11.2 setalah menulis dan membaca 1975 book, Feyerabend
menyadari ini seperti sebuah lelucon dimana ia ingin mengatakan bahwa “semuanya berjalan”
menjadi boomerang bagi dirinya sendiri; ini bukanlah pandangannya sendiri, tetapi ini ia

6
dapatkan karena krikikannya terhadap bebrapa orang tertentu. Pada tulisan berikutnya, text yang
tidak begitu panjang, dia mencoba-tidak berhasil-mundur.Keadaanya adalah sangat kompleks,
dimana kita harus setuju dan mendukung idenya tentang metodologi, namun tidak langsung
menerima pandangan tentang hal itu.

Thomas Kuhn adalah seseorang yang memiliki pemikiran yang merusak gagasan atau ide
sebuah metode ilmiah dalam bukunya yang berjudul “Revolusi struktur ilmiah” tahun
1962.Namun kita harus mengakui dengan pencapaiannya §2.4 dan §11.1, ini menjadi langkah
awal pandangan atau gagasan Kunn terhadap metode yang mengalami perubahan yang cukup
besar dalam tulisan-tulisan selanjutnya. Hasil karya beliau post-structure terdiri atas hal-hal yang
berkaitan dengan metode ilmiah berdasarkan pada teori nilai dalam sains, dan hal yang
mengejutkan adalah ia mengklaim nahwa nilai-nilai ini dapat diuji untuk melawan makna “sains
“itu sendiri (lihat §11.1.3). Selain pandangan umum Kuhn dan Feyerabend merupakan
pembangkangan terhadap metodologi (bidang-bidang untuk menemukan beberapa tulisan
mereka), ini tidak menggambarkan keadaan mereka yang lebih matang.

Gagasan tentang hal seperti metode ilmiah menjadi tantangan bagi banyak pengetahuan
ilmiah para sosiolog.Pengetahuan ilmiah para sosiolog awal, sepeprti Karl Mannheim yang
membuat tulisan pada tahun 1930an, menyisahkan ruang untuk menjelaskan kepercayaan dalam
sains dengan menarik sebuah prinsip metode sedangkan yang lainnya dijelaskan secara
sosiologis. Meskipun, anjuran yang telah banyak diketahui sebagai “Program yang kuat” dalam
pengetahuan ilmiah sosiologi yang mengadopsi beberapa posisi yang lebih kuat dimana tidak ada
peran principal sebuah metode ilmiah. Semua penjelasan kepercayaan ilmiah sebaiknya
menghindari hal-hal principal pokok dalam menjelaskan sarana sosial, dan faktor-faktor kausal
budaya dan politik.Salah satu yang menghindari program ini, David Bloor yang mengadopsi
ungkapan yang dikemukakan oleh Wittgenstein dan mengacu pada program yang kuat “sebagai
salah satu ahli waris subjek yang dulu dikenal dengan filosofi” (1983:183) pemahaman filosofi
untuk memasukkan metodologi dengan sistem nilai, prinsip, dan sejenisnya. Bloor kemudian
melahirkan “Identitas sesungguhnya dan apa yang menjadi warisannya: mereka tergolong ke
dalam kelompok aktivitas yang disebut pengetahuan sosiologi” (ibid). Meskipun ada perbedaan
yang sangat nampak antara jumlah perkembangan para praktisi ilmu pengetahuan sosiologi, ada
satu hal yang mereka sepakati bahwa peran khusus filsuf adalah sumber dari metodologi yang

7
ditantang dan keseluruhan subjek yang tergantikan. Beberapa sejarawan sains juga menyetujui
pandangan ini, tuas mereka sebagai sejarawan sains adalah bukan salah satu dimana
membutuhkan metodologi khusus. Sehingga akanada pertanyaan dalam praktek sejarah itu
sendiri yang dikendalikan oleh prinsip-prinsip metodologi (berkaitan dengan bukti, pengujian
hipotesis, dll) beberapa yang lain memiliki peran baik dalam sains maupun histograpi.

Yang lain telah mengikuti perkembangan pengetahuan ilmiah para sosiolog, seperti para
konstruktivis,multikulturalis, peneliti-peneliti budaya dan sebagian besar postmodernisme dari
strip yang berbeda-beda, seperti postmodernisme di Perancis yang dikritik oleh Alan Sokal dan
Jean Bricmont (1998) dan Noretta Koertge (1998). Ini bukanlah tugas kami untuk ikut dalam
perdebatan, meskipun beberapa hal telah ditangani dibidang lain dengan cara konstan dengan
beberapa pendekatan.

Bagian dari yang mencurigakan tentang pandangan metode ilmiah berasal dari sebuah
kecurigaan persuasif sains itu sendiri yang tersebar dalam masyarakat.Dengan memberikan
bahaya baru yang menakuti dunia melalui perang nuklir, perkembangan polusi, perubahan iklim
dan sejeniisnya, telah menumbuhkan etos baru yaitu anti-sains dan anti-teknologi (lihat Passmore
1978; Holton 1993).Dari perkembangan skeptisme tentang metode-metode pengetahuan ilmiah
yang telah diatur. Memberikan ketakutan kepada eksistensi manusia yang mempercayai
munculnya sains, pertanyaanya “Hal apa yang luar biasa dalam sains dan metodenya?”.Sering
tidak ada jawaban atas pertanyaan ini. Disisi lain, hal ini diduga memiliki cara “alternatif” untuk
memperoleh “pengetahuan” yang tidak mendukung dalam sains namun banyak ditemukan dalam
kehidupan biasa, dalam beberapa nilai agama, biasanya dalam budaya-budaya non-barat.
Diperkirakan bahwa sifat homogen dalam sains dan metodenya telah menekan dan menaklukkan
“pengetahuan” mereka. Ini bukanlah tema yang dibahas dalam bab ini, namun petunjuk ketiga
mengenai pandangan metode sains menjadi pertanyaan. Tiga petunjuk berbeda ini cukup
memadai untuk menjelaskan beberapa cara dimana ide-ide metode ilmiah yang menjadi
pertanyaan.

Secara umum, pandangan kaum modernis menekankan bahwa sebuah rasional ilmiah
memiliki ciri tersendiri. Yang menentang pandangan ini mengklaim bahwa sains dan metodenya
adalah setara dengan aktivitas budaya lain dan dengan legitimasi yang lebih dari pada praktek-
praktek lain yang banyak kita nikmati, atau permainan yang kita mainkan pada suatu budaya

8
khusus. Dengan memberikan gambaran umum ini, Sudut pandang buku ini menekankan pada
kritik tradidonal. Diharapkan dapat memberikan setidaknya gambaran tentang usaha terbaru
untuk menjelaskan tentang apa itu metode ilmiah. Banyak yang berperan dalam usaha ini,
termasuk para ilmuwan, ahli-ahli statistik di abad 20an, dan sejumlah filsuf sain mulai dari
penganut logikapostif di awal abad 20an. Dengan mengacu pada pandangan pesimis Medawar,
ada beberapa kerja dari para ilmuwan yang mengambil pengalaman praktek mereka dalam sains
dan mengembangkan metodologinya (Lihat Gauch, 2003).

Gagasan bahwa metode ilmiah menjadi sebuah penemuan penting yang dibuat oleh dunia
postmodern baru-baru ini.Dari pandangan sejarah secara umum, sebuah penyimpangan sesaat
dalam sejarah pemikiran tentang metodologi.Dunia awal sains, khususnya dari masa kerajaan
Yunani, filsuf (mereka yang tidak dapat dibedakan dari para ilmuwan pada masa itu) menetapkan
tidak hanya teori ilmiah khusus dan teori-teori matematika namun mereka juga melakukan usaha
yang keras terhadap sains itu sendiri.Meskipun mereka tidak memulainya dengan sebuah
investigasi, beberapa teori Aristoteles, yang dikumpulkan dalam bukunya yang berjudul The
Organon (instrument harfiah)yang terdiri atas penjelasan sistematis beberapa isu-isu filosofis dan
metodologi sains. Aristoteles memberikan pemahaman kepada kita tentang penjelasan dan sebab
akibat secara alami, dia menyusun beberapa teori kesimpulan deduktif, khususnya sebuah
kesimpulan silogistik, ia juga menjelaskan tentang teori-teori induksi dan struktur. Aristoteles
tidak menggunakan istilah “sains”, ia lebih menggunakan istilah pengetahuan dan pemahaman,
namun dalam sebuah konteks yang dikenal dengan sains.

Istilah “sains” berasal dari bahasa latin scientia, “Pengetahuan” diambil dari kata kerja
scire yang artinya “mengetahui”. Seiring dengan perkembangan pengetahuan tentang sains itu
sendiri, para kaum metodologis menambahkan sejumlah teori tentang sains.Khususnya, Francis
Bacon seorang metodologis yang memperoleh penghargaan membuat teori baru yang dikenal
New Organon, aturan-aturan Descrates (untuk penjelasan yang lebih jelas lihat §3.3) dan aturan-
aturan Newton (§3.4). William Whewell yang menciptakan istilah “ilmuwan” atas dasar analogi
antara “seni” dan “artis” yang menghasilkan keduanya sejarah dan filosofi sains yang sangat
mempengaruhi konsep sains di abad 19, pengaruh logika positif sains mendorong perkembangan
metode teori-teori logis (deduktif dan induktif). Beberapa sejarah penting ini akan kami bahas
secara singkat, namun banyak yang akan kita lewati. Fokus utama kami lebih pada konsep

9
metode yang diajukan oleh para filsuf; dukungan yang diperoleh dari masalah-masalah
epistemologi umum dan juga dari beberapa kebutuhan praktek sains (para ahli statistik muda).
Mungkin karena fokus ini, Feynman atau Weinberg akan melihat ini sebagai upaya lain "ho
hum" para filsuf.

Penjelasan synopsis buku ini

Pada bab I kami sajikan penjelasan beberapa perbedaan “Metodologi”. Pada bab II kami
menyajikan beberapa pandangan baik sebahagian maupun keseluruhan tentang nilai dan sifat
“Metodologi”, yang berhubungan dengan teori kami. Pada bab IIIkami juga menyajikan
pandangan-pandangan tentang teori metode ilmiah untuk dipahami sebagai sebuah kumpulan
aturan atau prinsip untuk memenuhi teori kami, dan kami menunjukkan ide-ide tentang
metodologi yang meilputi nilai-nilai dari metodologi itu sendiri. Dengan adanya pembahasan
tentang nilai dan prinsip dari sebuah metodologi, sehingga akan muncul beberapa pertanyaan:
apa yang hebat dari mereka? Pembenaran apa yang mereka miliki? Ini menjadi bagian dari
pembahasan meta-metodologi; usaha yang dilakukan oleh kaum metodologis untuk
menunjukkan metode ilmiah dan rasional kami. (bab IV). Bagian ke II kami menyajikan
beberapa prinsip metode induktif dan mengambil beberapa masalah, penjelasan Hume akan kami
tampilkan. Kami juga akan membahas metode pemikiran umum sebagai rival dari kaum
induktivisme yang dikenal sebagai hypotetiko-deduktivisme (H-D); dengan melihat beberapa
perbedaan yang kami jelaskan. Sedangkan metode hypotetiko-deduktivisme (H-D) tidak
menyajikan aspek sains yang memiliki beberapa kekurangan dalam memberikan penjelasan teori
yang dapat diperbaiki oleh teori-teori lain.

Bagian III adalah pendahuluan untuk mode kemungkinan pandangan, khsusnya pengikut
Bayesian dalam beberapa nama samaran. Beberapa penelitian tentang metodologi memperoleh
isyarat dari teori metode ini.Ini dapat memberikan sebuah penjelasan beberapa nilai dan aturan
metode yang telah disebutkan pada bagian I, termasuk kesimpulan penjelasan terbaik,
konfirmasi, hypotetiko-deduktivisme (H-D), aspek induksi, nilai-nilai yang dinyatakan oleh
Kuhn dan sejenisnya.Meskipun subjektif kaum Bayesian adalah yang paling menjelaskan tentang
kemungkinan pandangan, namun beberapa telah memodifikasi untuk menyelesaikan masalah-

10
masalah yang dirasakan.Masalah-masalah beserta solusinya disajikan membawa kita kepada
banyaknya penelitian tentang teori-teori metode ilmiah.

Bagian IV menjelaskan beberapa filsuf yang mengajukan teori-teori metode yang berbeda
sepeeti Propper, Lakatos, Kuhn, dan Feyerabend.Bagian V merupakan kelanjutan dari tema ini
dengan mempertimbangkan metode teori-teori “ilmiah” apa-apa yang diajukan oleh para filsuf
seperti Quine, Laudan, dan Rescher.Buku ini menyimpulkan bahwa prinsip metode telah
diperdebatkan oleh kaum realis ilmiah yang menantang beberapa versi non-realis dalam sains.

11
I. Pandangan-pandangan tentang Metodologi

12
I. Apa itu metode ilmiah?

Apa yang dimaksud dengan “metode” dalam sains? Istilah bahasa inggris yang berasal dari
jaman yunani metoodos, yang memiliki akar kata dari ide menjadi “terampil” dan “licik”.
Kemudian dari bahasa Yunani yang berasal dari “mengejar pengetahuan” atau “cara bertanya”
(secara harfiah “cara melakukan pengejaran”). Bagi kami modern digunakan secara lebih
luas.Kamus Bahasa Inggris Oxford menjelaskan kita sebuah metode untuk melakukan sesuatu
dengan rencana, atau prosedur khusus, atau dengan cara sistematis atau teratur baik itu dalam
memperlakukan seseorang atau untuk mencapai sebuah tujuan. Ini juga membutuhkan sebuah
susunan topik, wacana, atau ide secara sistematis.Secara umum, seseorang dapat berkata bahwa
sebuah metode adalah seperti sedang memotong ikan, memanggang kue, memeprbaiki aliran
kotak listrik, meninjau dataran, tidak mengikuti metode yang telah ditentukan dan biasanya
membawa hasil yang tidak dapat diterima secara sosial.Ada juga metode dalam pembelajaran
bahasa, contohnya metode imersi; metode untuk mengajarkan anak-anak bermain biola, metode
Suzuki; ada beberapa metode belajar dan bermain curling, atau sebuah seruling dihidung dan
sebagainya.Secara umum, ada beberapa metode meskipun tidak hanya ada satu yang terbaik
yang dapat mengajarkan dan mempelajari subjek yang diberikan, namun sebuah kasus yang
efektif di bidang hukum, penulisan laporan, menyelenggarakan orchestra atau meeting dan
sebagainya.

Akan menjadi sesuatu yang mengejutkan jika sessorang tidak menemukan metode dalam
sains. Seperti yang diketahui oleh seluruh peneliti, ada metode yang digunakan dalam
mengaplikasikan yang dapat menjamin, metode untuk mempresentasikan hasil penelitian,
metode untuk menulis makalah, metode untuk mendapatkan persetujuan etik, metode untuk
menyelenggarakan survey, dan yang sejenisnya. Aktivitas-aktivitas sains tersebut dipenuhi
dengan metode yang ia miliki sendiri; metode awal untuk membuat dan menemukan hipotesis;
metode untuk mengekstraksi hipotesis atas data; metode pengujian hipotesis pada saat mereka
dibentuk; metode yang berbeda untuk menyelenggarakan jenis-jenis penelitian yang berbeda;

13
metode untuk mengaplikasikan teori dalam situasi yang berbeda; metode untuk mebuat
perhitungan; dan sebagainya.

Pada bab ini kami menyajikan 4 kategori umum metode : metode-metode yang digunakan
dalam berbagai praktek sains (§1.1, §1.2), metode menemukan dan metode justifikasi (§ 1.3,
§1.4), dan metode sebagai heuristik dalam teori konstruksi (§1.5). Pada bagian akhir (§1.6) kami
juga mempertimbangkan metedologi yang berkaitan dengan metode logis.Semuanya ini adalah
untuk mengatur hal-hal yang berkaitan dengan metodologi tidak langsung untuk menilai sistem
kepercayaan kami dalam sains; sebagai sesuatu yang umum dalam filosofi sains; fokus utama
buku ini adalah membahas metode-metode justifikasi.

I.1 Praktek-praktek metodologikal berbeda dalam sains

Ada banyak praktek sain yang memiliki ciri metodologi yang berbeda-beda; memahami metode-
metode ini dianggap bagian dari aktivitas magang pada setiap jenis sains.Kami menyebutnya
dengan praktek yang dapat diobservasi, materi praktek dalam penelitian dan praktek matematika.
Mereka adalah bagian dari keahilian yang diperoleh, layak digunakan, kemampuan yang
terkandung dalam pengetahuan kita tentang bagaimana mengobservasi, bagaimana meneliti dan
bagaimana cara menghitungnya.

Observasi adalah sebuah aktivitas yang memiliki tujuan yang harus lebih diperhatikan
oleh seorang peneliti , dan harus dilakukan dengan cara yang baik untuk tujuan tertentu. Setiap
sains memiliki metode sendiri yang berkaitan dengan unsur praktek obeservasional mereka. Jane
Goodall, meneliti komunitas simpanse yang baru di Taman Nasional Gombe Kenya, telah
menemukan cara untuk mengobservasi mereka tanpa menggangu aktivitas mereka (Goodall
1986:51-59, 597-608). Awalnya dia mengamati kegiatan mereka dengan terlalu mencolok; dia
bahkan mencoba akrab dengan simpanse cara-cara terbatasseperti memberi mereka makan.
Akhirnya dia belajar menjaga jarak yang cukup untuk mengamati mereka, dan untuk menjadi
lebih akrab dengan lingkungan kehidupan simpanse di mana ia seolah-olah tidak ada. Metode
pengamatan seperti ini adalah penting dalam etologi, dari mengamati burung sampai mengamati

14
ikan paus. Yang lebih sulit untuk diikuti adalah metode pengamatan yang tidak mencolok yang
harus diterapkan oleh para antropolog yang tinggal di masyarakat asing.

Dalam ilmu pengamatan seperti astronomi, metode khusus harus digunakan untuk
mengamati, dan kemudian mencatat, posisi pada waktu yang tepat. Tapi ini bisa menimbulkan
kesalahan sistematis dalam pengamatan, bisa melibatkan jeda waktu, yang harus dihilangkan jika
seseorang menjadi pengamat metodologis . Metode eliminasi menemukan pribadi masing-
masing persamaan para pengamat .Metode normal untuk melakukan pengamatan dengan
teleskop optik adalah untuk memperbaiki posisi suatu objek dengan sebuah kebetulan dengan
kawat silang di sebuah telescope view finder, dan kemudian dengan memperhatikan waktu
pengamatan. Sehingga dapat dikatakan bahwa dampak dari persamaan pribadi pertama kali
terdeteksi oleh Astronomer Royal Nevil Maskelyne yang bekerja di Greenwich pada tahun
1786 .Asistennya David Kinnebrook membuat pengamatan posisi dan waktu, menggunakan jam
pemukulan detik, yang secara sistematis dapat melakukan pengamatan 0,5 hingga 0,8 detik lebih
lambat dari pengamatan atasannya. Maskelyne memecahkan masalah dengan memecat
Kinnebrook. Tapi beberapa-fenomena pengamatan yang berbeda untuk setiap pengamat pada
umumnya dikenali untuk semua pengamat, cara yang berbeda harus digunakan untuk
menghilangkan atau mengurangi masalah ini. Seperti mengembangkan teleskop untuk digunakan
oleh banyak pengamat penelitian dalam persepsi psikologi eksperimental untuk mengukur setiap
tingkat kesalahan pengamatan, yaitu dengan melihat persamaan pribadi mereka. Ini
menghasilkan faktor yang dapat dimasukkan ke dalam hasil pengamatan yang mereka buat. Hal
ini adalah bagian penting dari metodologi astronom saat menggunakan teleskop optik, tetapi
tidak dengan jenis teleskop lain di mana pengamat diganti dengan mesin, yang mungkin
memiliki jenis kesalahan sistematis yang berbeda dalam rekaman penelitian yang harus
ditentukan.

Yang cukup berbeda adalah metode yang harus diterapkan dalam eksperimen jika kita
menginginkan hasil eksperimen yang sukses.Ini kita sebut dengan praktik materi eksperimen
dalam sains. Ada berbagai macam eksperimen dalam sains yang melibatkan metode dan
prosedur metodologis; tidak mengikuti petunjuk umum ini maka akan memperoleh hasil yang
tidak dapat diterima atau tidak ilmiah. Sebagai contoh, ada prosedur metodologis yang
dikembangkan untuk mengukur kuantitas, seperti prosedur Robert Millikan yang digunakan

15
untuk mengukur rasio massa / beban suatu elektron. Ada banyak teknik yang harus dikuasai
dalam membuat penentuan eksperimental ini, yang paling penting adalah bagaimana mengamati
gerakan tetesan kecil dengan mikroskop ketika mereka bergerak dalam medan listrik dan
gravitasi. Awalnya Millikan meneliti teknik tetesan air, tetapi percobaan itu jauh meningkat
ketika ia berubah menjadi tetesan minyak. Ini adalah satu pengertian di mana kita dapat
membahas tentang metode yang dapat dikembangkan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat
untuk rasio massa / beban. Eksperimen juga melibatkan metode untuk melakukan intervensi
dalam beberapa proses untuk menyelidiki hasil alternatif dalam situasi yang berbeda, seperti
penggunaan hormon pertumbuhan untuk meningkatkan atau memperlambat metabolisme di
berbagai organ dan jaringan. Eksperimen juga digunakan untuk menguji hasil yang dapat
digambarkan oleh beberapa teori.Namun terkadang eksperimen hanyalah tampilan dari beberapa
fenomena, seperti pada penggunaan awal pelepasan listrik pada tabung tertutup yang dievakuasi
jauh sebelum digunakan sebagai lampu neon atau tabung televisi.

Berbagai macam prosedur dapat dimasukkan ke dalam sebuah judul percobaan yang
lebih luas.Ada metode yang pasti untuk diikuti dalam semua prosedur medis, seperti
memasukkan stent ke dalam arteri untuk mencegah atau memperbaiki penyempitan. Untuk ahli
biologi ada metode untuk persiapan jaringan yang dilihat di bawah mikroskop, jenis
persiapannya berbeda sesuai dengan jenis mikroskop yang akan digunakan. Beberapa mikroskop
optik membutuhkan pewarnaan jaringan yang jelas sehingga dapat dilihat dengan jelas,
sedangkan mikroskop elektron membutuhkan gaya persiapan bahan yang berbeda untuk dilihat.
Untuk ahli kimia ada metode, untuk menyiapkan larutan dengan nilai pH tertentu, atau
menentukan nilai pH larutan yang diberikan. Akhirnya, ahli biokimia mempelajari metode
khusus yang dalam melakukan reaksi berantai polimerase untuk memperbesar dan kemudian
"mengkopi" beberapa DNA kecil. Metode-metode ini mendasari teknik sidik jari DNA yang
digunakan dalam penyelidikan forensik, sehingga memiliki metodologi tambahan yang rumit
bagi mereka sendiri untuk menghindari kontaminasi, label yang keliru dan sejenisnya.

Bagian penting dari kebanyakan bidang sains adalah aplikasi matematika dalam
pengembangan teori-teori ilmiah. Ketika teori telah menjadi teori matematikan, ada sejumlah
praktik matematika yang perlu dikuasai dalam proses memahami dan mengembangkan teori,
memecahkan teka-teki yang diajukan dalam teori atau menemukan aplikasi dari teori tersebut.

16
Seperti yang telah diketahui, metode infinites diterapkan oleh Newton untuk mengembangkan
teori matematika tentang gerak benda-benda angkasa dan angkasa.Pekerjaan gabungan dari
Newton Leibniz dan yang lainnya menghasilkan teori modern tentang diferensial dan integral.
Ini menyediakan metode untuk menemukan fungsi maksimum dan minimum, area di bawah
kurva dan banyak lagi yang lain. Ada juga metode dalam arti strategi untuk membuktikan hasil
matematika dalam setiap ilmu matematika. Kami menyatakan lebih banyak ini dalam § 1,6.

1.2 Metodologi dan uji klinis

Penjelasan Dasar-Dasar Uji Klinisoleh Lawrence Friedman dkk (1998) : "Uji klinis kontrol acak
telah menjadi metode ilmiah standar emas untuk evaluasi obat-obatan, perangkat biologis,
prosedur dan tes diagnostik ". Dan memang benar, sejak R. A. Fisher memulai reformasi desain
eksperimental pada 1920-an yang membuat beberapa metode pengacakan dan inferensi statistik
yang seharusnya digunakan. Uji klinis seperti penyelidikan efek dan nilai intervensi yang
melibatkan manusia, meskipun metode yang sama dapat diperluas ke domain non-manusia
seperti pertanian. Tugasnya adalah untuk mengendalikan hanya satu variabel yang dianggap
memiliki efek pada hasil di antara banyak variabel lain yang mungkin - beberapa di antaranya
benar-benar relevan, dan yang lain yang masih relevan namun dianggap keliru , dan yang lain
benar-benar relevan tetapi tidak dipertimbangkan - dan kemudian untuk melihat apakah variabel
itu mempengaruhi hasil. Ada prosedur yang pasti untuk melakukan ini secara terperinci dalam
sejumlah buku tentang metodologi uji coba ; mereka menggunakan pengalaman bertahun-tahun
sejak awal penggunaan uji coba umum tersebut pada tahun 1930-an.

Kami menetapkan versi memotong dari banyak prosedur yang ditetapkan dalam buku-
buku yang ditulis oleh Friedman dkk.(1998) dan Pocock (1983). Untuk mengilustrasikannya,
kami melakukan percobaan untuk menentukan apakah ada efek doa pada pemulihan pasien
yang menjalani operasi bypass koroner. Pasien diketahui memiliki tingkat komplikasi pasca
operasi yang tinggi pada bulan setelah operasi mereka, termasuk depresi, stres dan bahkan
kematian; ini diduga oleh sebagian orang dikarenakan dengan doa. Sebuah studi tentang ini

17
diatur dalam Herbert Benson et aldkk. "Studi Efek Terapi Doa (STEP) pada Pasien Bypass
Jantung" (2006) (STEP). Ini adalah proyek US $ 2,4 juta yang didukung oleh Yayasan John
Templeton. Metode prosedural uji klinis melibatkan setidaknya berikut ini.

1. Tujuan dari uji coba (prospektif dan bukan retrospektif) perlu dijabarkan dengan
pertanyaan yang sudah pasti untuk dijawab, biasanya dalam bentuk hipotesis yang
akan diuji, seperti: doa mengurangi komplikasi pasca operasi untuk pasien bypass
koroner. Jika dua atau lebih pertanyaan diajukan maka uji coba terpisah harus
dilakukan.

2. Diperlukan protokol tertulis. Ini adalah perjanjian antara penyelidik, peserta dan
komunitas ilmiah pada umumnya yang menetapkan tujuan, desain dan pelaksanaan
uji coba dan mencakup setidaknya beberapa masalah penting berikut ini, :

(a) latar belakang penelitian (publikasi akhir biasanya akan mencakup laporan penelitian
lain; Langkah menyebutkan empat studi sebelumnya yang memiliki hasil yang
bertentangan, dengan beberapa mendapat kritikan karena kurangnya kekuatan
statistik yang memadai untuk mencapai kesimpulan apa pun);

(b) tujuan percobaan;

(c) garis besar desain eksperimental, yang mencakup hal-hal seperti pendaftaran peserta,
resiko yang mungkin bagi mereka, jenis intervensi dan metode pengacakan yang akan
digunakan, sejauh mana eksperimen itu buta, tindak lanjut dengan para peserta, data
yang diperoleh dan analisisnya, pemberhentian percobaan dan sebagainya;

(d) spesifikasi masalah organisasi, seperti keterlibatan ahli statistik, penggunaan berbagai
pusat penyelidikan (STEP dilakukan menggunakan beberapa rumah sakit dan gereja),
dana dan sumbernya, dan sebagainya.

Serta protokol keterlibatan peserta dan etika panitia dan persetujuan mereka semua di
atas.

3. Rincian lengkap dari aspek teknis desain percobaan (yang lebih singkat) perlu
ditentukan dan kemudian uji coba harus benar-benar dilakukan.

18
4. Rincian analisis statistik dari data dan penjelasan tentang kesimpulan apa yang dapat
ditarik tentang hipotesis yang sedang diuji perlu ditentukan.

5. Hasil akhir dipublikasikan dalam bentuk standar sesuai dengan ketentuan di atas.

Kelima fitur uji coba ini menetapkan metodologi yang prosedural.Tetapi dalam langkah 3
dan 4 ada persyaratan metodologi yang berbeda dan memiliki ciri yang logis; ini terletak di
jantung metodologi uji klinis.Kami menyoroti tiga aspek ini, yang pertama adalah pengacakan.
Ini adalah masalah yang sangat penting yang dihasilkan dari reformasi percobaan Fisher. Ini
membedakan antara faktor-faktor yang memengaruhi hasil yang diketahui dan dapat dikontrol
oleh para penguji, dan faktor-faktor yang pengaruhnya tidak diketahui atau bahkan tidak diduga;
pengacakan dimaksudkan untuk meminimalkan atau menghilangkan "kebisingan" dari pengaruh
apa pun yang mungkin dimiliki oleh faktor akhir. Satu prosedur umum adalah secara acak untuk
memilih sekelompok orang untuk diamati.Ini secara acak dibagi menjadi kelompok eksperimen
yang diberi beberapa prosedur, pengobatan atau perawatan dan kelompok kontrol yang tidak
diberikan ini tetapi sebagai ganti "placebo”.Maka hasilnya dicatat.Dalam kasus langkah-langkah
sekelompok orang yang cukup besar sudah dipilih berdasarkan beberapa fitur umum, seperti
sedang menjalani operasi bypass koroner, kemudian mereka secara acak ditugaskan untuk
menjadi peserta kontrol dan kelompok eksperimen.Langkah berbeda sedikit dalam tiga
kelompok yang berbeda dipilih secara acak. Satu kelompok yang terdiri dari 1802 pasien secara
acak ditugaskan sebagai berikut: kelompok 1 terdiri dari 597 pasien yang diberitahu bahwa
mereka mungkin menerima doa dari pendoa syafaat dan, tanpa diketahui oleh mereka, tidak
menerimanya, kelompok 2 terdiri dari 604 pasien yang diberitahu mereka mungkin menerima
doa syafaat dan, tanpa diketahui mereka, benar-benar menerimanya, dan kelompok 3 terdiri dari
601 pasien yang diberitahu bahwa mereka akan menerima doa syafaat dan benar-benar
menerimanya. Doa syafaat syafaat berasal dari tiga gereja Kristen yang berbeda yang diberi
nama orang-orang untuk dimasukkan dalam doa mereka setiap hari selama dua minggu mulai
dari malam sebelum operasi. Tidak ada kontrol doa pribadi, doa kerabat dan teman, atau konten
doa apa pun yang mungkin dimiliki.

Materi metodologis penting kedua adalah apakah pasien dan para peneliti "buta" terhadap
(mis.Tidak mengetahui) jenis informasi tertentu tentang percobaan. Ini untuk menghilangkan
bias yang dapat muncul pada subjek yang sedang diuji, para peneliti dan bahkan mereka yang

19
menganalisis data. dalam uji coba yang tidak buta subjek dan peneliti tahu intervensi mana yang
dimiliki subjek. Dalam eksperimen satu-buta anggota dari salah satu kelompok ini, biasanya
subjek, tidak tahu siapa yang berada dalam kontrol atau kelompok eksperimen; dengan demikian
setiap subjek tidak akan tahu apakah mereka mendapatkan plasebo atau prosedur yang sedang
diuji. Dalam uji coba double-blinded baik subjek maupun peneliti tidak tahu.Dan dalam
percobaan triple-blinded, analisis data tidak tahu siapa yang berada dalam kelompok kontrol atau
eksperimen. Bias semacam itu telah terungkap melalui eksperimen itu sendiri, terutama
penelitian tentang efek plasebo. Jadi atas dasar empiris yang baik, kontrol penyilauan perlu
diterapkan untuk menghilangkan efek yang dapat dimiliki oleh para peneliti dan subjek terhadap
satu sama lain. Kasus STEP menunjukkan jenis penyamaran yang sedikit berbeda; beberapa
pasien tahu bahwa mereka sedang didoakan sementara yang lain tidak pasti. Tetapi tidak ada
mastektomi radikal yang dapat dilakukan di mana jaringan payudara yang cukup diangkat sambil
memastikan bahwa sisanya bebas tumor. Bagaimana seseorang menguji apakah prosedur
konservatif yang baru memiliki tingkat pemulihan yang sama dari kanker dengan menggunakan
prosedur lama dan lebih radikal?

Metode standar pengacakan dengan kontrol dan kelompok eksperimen telah digunakan
dalam kasus ini.Namun, pengacakan tampaknya mengesampingkan perbandingan penggunaan
prosedur historis sebelumnya dengan prosedur baru selanjutnya karena kurangnya kontrol;
pasien historis tidak secara acak ditugaskan untuk kelompok kontrol dan eksperimental. Tetapi
mungkinkah kelompok kontrol dibentuk dengan cara lain menggunakan kasus historis yang
dikumpulkan dari catatan prosedur radikal lama yang kemudian dibandingkan dengan kasus
yang sangat mirip dari kelompok pasien yang berkembang yang menjadi subjek dari prosedur
baru yang kurang radikal? Beberapa berpendapat bahwa ini dapat dilakukan dan telah
mengembangkan metode yang berbeda yang timbul dari pendekatan berdasarkan teorema Bayes
yang memungkinkan sesuatu seperti saran di atas untuk digunakan.Metode Bayesian juga
mengatasi beberapa masalah keuangan dan etika yang tidak diinginkan yang timbul dari
pengacakan. Suatu pendekatan melalui pengacakan umumnya mengharuskan sejumlah besar
orang terlibat dalam kelompok kontrol dan eksperimen, dan ini bisa menjadi masalah yang besar.
Selain itu studi percontohan mungkin menunjukkan bahwa bentuk pengobatan atau prosedur
baru akan berhasil. Tetapi jika kelompok kontrol dan eksperimental harus dibentuk, mereka yang
berada dalam kelompok kontrol mungkin akan menolak apa yang sebenarnya yang menjadi

20
bentuk pengobatan yang berhasil. Seperti itulah ketika berbagai pengobatan AIDS diusulkan;
mereka yang ditugaskan ke kelompok kontrol dibiarkan dalam jumlah besar agar tidak
kehilangan manfaat yang mungkin timbul dari mediasi baru yang sedang diuji.Sekali lagi
pendekatan Bayesian, dalam menghindari bentuk pengacakan tradisional, dapat menghindari
masalah etika dan keuangan seperti itu. Hal ini memungkinkan peneliti untuk menggunakan
informasi yang masuk untuk memperbarui hipotesis mereka mengenai manfaat relatif dari
prosedur baru bila dibandingkan dengan yang lama, atau bentuk pengobatan baru bila
dibandingkan dengan bentuk lama atau tanpa adanya pengobatan sebelumnya d. Pendekatan
Bayesian untuk uji klinis bukanlah sesuatu yang akan kita diskusikan di sini.

I.3 Metodologi dalam konteks penemuan dan konteks justifikasi


atau pembenaran

Para filsuf ilmu menarik perbedaan antara dua jenis metode.Pertama, konteks penemuan terdiri
dari metode-metode untuk menemukan, menemukan, membangun atau menemukan hipotesis
(teori atau konsep).Kedua, konteks pembenaran terdiri dari metode-metode pembenaran,
pembuktian, validasi, penjaminan atau penilaian hipotesis (teori atau konsep) yang mereka telah
diberikan. Tidak semua filsuf menggambarkan perbedaan ini dengan cara yang sama. Di sini
konteks pembenaran akan dianggap sangat normatif karena bertujuan untuk memberi tahu kita
bahwa kita memiliki hipotesis yang benar, atau terbaik yang tersedia, atau bahwa kita memiliki
beberapa surat kepercayaan, atau untuk menerima atau menolak, suatu hipotesis. Sebaliknya
konteks menemukan adalah menetapkan metode untuk sampai pada suatu hipotesis tanpa perlu
memberitahu kita bahwa itu benar atau benar, atau hipotesis terbaik.Kebanyakan filsuf setuju
bahwa ada metode dalam konteks pembenaran. Ini adalah metode dalam konteks ini yang
sebagian besar akan dibahas dalam buku ini. Namun, sesuatu yang perlu diketahui tentang
metode apa yang mungkin ada untuk suatu penemuan.

Para filsuf berbeda mengenai apakah ada metode dalam konteks penemuan. Beberapa
mengklaim bahwa tidak ada metode penemuan, dan bahwa ini adalah ranah yang hanya perlu

21
diselidiki sejauh mungkin, oleh psikologi atau sosiolog = Mata air kreativitas dan penemuan
manusia dikatakan berjalan dalam dan tidak dapat diterima untuk analisis logis tetapi terbuka
untuk sebuah penyelidikan empiris. Ini mungkin tampak seperti dalam kasus, katakanlah,
komposer yang menciptakan karya musik mereka; dan analoginya dibawa ke para ilmuwan
seperti Darwin atau Einstei yang menciptakan teori masing-masing. Sebaliknya orang lain
mengklaim bahwa ada beberapa metode penemuan. Tetapi pertama-tama, beberapa komentar
tentang berbagai "objek" diskresi yang berbeda.Pertimbangkan kasus di mana kata kerja "untuk
menemukan" secara gramatikal mengambil objek langsung.Jika seseorang, atau grup, P
menemukan X (di mana X adalah khusus, mis. Objek atau material peristiwa ), maka karena
"menemukan" adalah kata kerja yang sukses, berarti X ada atau diperoleh. Kami tidak dapat
menemukan X yang tidak ada.Kata kerja "untuk menemukan dapat mengambil klausa" bahwa
"sebagai objek gramatikalnya, sehingga Herschel menemukan bahwa “ada sebuah planet di luar
Saturnus” (yaitu Uranus). Kita juga dapat menemukan bahwa X tidak ada, misalnya, P
menemukan bahwa ada tidak ada fusi dingin. Kisaran grammatikal "benda" X cukup luas,
termasuk objek, peristiwa, properti, proses dan sebagainya, seperti; penemuan benda seperti
quasar; penemuan keadaan, seperti penemuan tingkat pekerjaan saat ini di beberapa masyarakat
penemuan agen penyebab, seperti obat untuk AIDS, dan sebagainya.

Hal yang penting adalah, seseorang dapat membuat penemuan berkaitan dengan
hipotesis, seperti menemukan hipotesis mana yang paling cocok dengan beberapa data, misalnya,
penemuan Johannes Kepler bahwa elips yang paling sesuai dengan pengamatan yang dibuat
oleh Tycho Brahe dari orbit Mars. "Objek" penemuan juga dapat dinyatakan secara
proposisional, seperti beberapa hipotesis H yang paling cocok dengan data tertentu.Atau
"objek" dapat berupa penemuan beberapa dukungan bukti, yaitu, bahwa beberapa hipotesis
mendapat dukungan kuat dari beberapa bukti, bukti tersebut pada gilirannya juga menjadi objek
penemuan lebih lanjut.Akhirnya, penemuan mungkin beberapa hipotesis adalah benar (atau
paling mungkin benar), atau beberapa hipotesis adalah salah (atau mungkin salah). Di sini kami
menemukan bahwa beberapa hipotesis H memiliki sifat epistemik tertentu: yang benar (atau
salah), atau menjadi baik (atau buruk) didukung dengan bukti.

"Objek" penemuan akhir sering dikatakan sebagai bagian dari konteks pembenaran yang
sangat berbeda.Meskipun ada beberapa hal dalam hal ini, klaim tentang eksklusivitas bisa jadi

22
berlebihan. "Objek" yang sama, misalnya, bahwa beberapa hipotesis H adalah benar atau paling
baik didukung oleh beberapa bukti, dapat berupa objek penemuan dan objek pembenaran.
Penemuan memiliki dimensi kesuksesan.Tetapi klaim keberhasilan seringkali perlu didukung
oleh justifikasi yang menunjukkan bahwa H memiliki dugaan sifat epistemik; jika tidak, fitur
keberhasilan "menemukan" tidak dapat dilihat untuk diperoleh. Popper terkenal karena menulis
buku dengan judul The Logic of Scientific Discovery (dalam bahasa Jerman Forschung) dan
kemudian untuk menulis buku ini: "tidak ada metode yang digunakan untuk memiliki ide-ide
baru, atau rekonstruksi logis dari proses ini" (Popper 1959: 32); yaitu, tidak ada logika
penemuan. Tetapi penemuan ilmiah tentang apa? Ini bisa masuk akal hanya jika pernyataan di
atas tentang berbagai "objek" penemuan dan saling tumpang tindih untuk diingat. Popper, the
arch-methodologist, juga terkejut ketika dia menulis dalam kata pengantar dengan judul "Pada
Keberadaan Metode Ilmiah": "Sebagai aturan saya memulai perkuliahan saya tentang Metode
Ilmiah dengan memberi tahu siswa saya bahwa metode ilmiah tidak ada" (Popper 1983: 5)
.Tetapi terungkap bahwa yang ia maksudkan adalah tiga klaim berikut:

(1) Tidak ada metode untuk menemukan teori ilmiah:

(2) Tidak ada metode untuk memastikan kebenaran hipotesis ilmiah, yaitu, tidak ada
metode verifikasi;

(3) Tidak ada metode untuk memastikan apakah suatu hipotesis mungkin ", atau mungkin
benar.(Ibid .: 6)

Namun dia kemudian mengklaim bahwa "apa yang disebut metode ilmiah adalah terdiri atas
kritik" (ibid: 7). Akun tentang metode kritik Popper diberikan dalam $ 10,1. Tetapi apakah ketiga
klaim ini benar?

Poin pertama ia menegaskan kembali pandangannya yang sudah lama dipegang tentang
tidak ada yang bisa dilakukan analisis logis dalam konteks penemuan; kita hanya bisa menerima
investigasi empiris. Tapi ini pasti salah karena para ahli statistik, sejak pertengahan abad ke-19,
telah mengembangkan metode untuk mengekstraksi hipotesis dari sekumpulan data
tertentu.Dalam topik analisis regresi yang luas dapat menemukan metode kuadrat rata-rata dan
metode kurva -yang tepat. Pada bagian selanjutnya kita akan menguraikan secara singkat
beberapa program yang telah dikembangkan untuk mengeluarkan hipotesis dari data.

23
Poin kedua adalah verifikasi yang benar "berarti" secara nyata menunjukkan kebenaran
".Meskipun ini mungkin untuk klaim tunggal dan kontingen dalam sains tentang hal-hal yang
dapat diamati secara umum, tidak mungkin untuk klaim yang cukup umum dan berlaku untuk
domain yang dipilih tanpa batas tanpa batas. atau sangat besar: Kita manusia, secara kolektif atau
sendiri-sendiri, tidak punya cukup waktu untuk memburu domain besar sedemikian untuk
memastikan kebenaran karena banyaknya kasus untuk diselidiki, kita juga tidak memiliki akses
yang memadai ke semua domain mereka karena keterbatasannya di seluruh ruang dan
waktu.Selain itu masalah induksi ada setiap kesimpulan untuk kebenaran mereka, dan verifikasi,
Jika kita tidak dapat menunjukkan bahwa hipotesis itu benar, maka mungkin kita dapat
menunjukkan bahwa itu mungkin benar, karena Poin ketiga menunjukkan. Ada perselisihan yang
panjang (di mana kita tidak akan masuk) antara Popperian dan teori probabilitas tentang
bagaimana kita memahami komentar seperti "probabilitas hipotesis H pada bukti E adalah r.
Tetapi dalam bab-bab berikutnya kita akan mempertimbangkan beberapa kisah Bayesian tentang
hal ini yang bertentangan dengan klaim Popper dalam (c) dan menampilkan beberapa keutamaan
pendekatan probabilistik terhadap metode ilmiah.

1.4 Metode untuk penemuan

Jika ada metode untuk menemukan hipotesis, lalu apakah ini berarti bahwa ada "logika" untuk
penemuan mereka?Sebagaimana yang dicatat ada tradisi panjang yang menyatakan bahwa tidak
ada hal seperti itu.Carl Hempel memberikan tiga alasan yang sering dikutip mengapa tidak. Yang
pertama dimulai dengan pandangan induktif yang menyatakan bahwa ada fakta-fakta tak
terhingga dari pengamatan yang dikumpulkan, seperti perubahan bentuk awan, semua fitur dan
hubungan butiran pasir di pantai, dan sebagainya. Mengingat hal ini, tidak ada alasan mengapa
seseorang harus fokus pada satu fakta daripada yang lain. Untuk membuat kemajuan, harus ada
beberapa prosedur penyortiran yang relevan.Tapi ini mengarah pada keberatan kedua. Jika
sejumlah besar fakta dilengkapi dengan kanon inferensi logis, maka masih tidak ada cara yang
dapat kita lakukan untuk mengurutkan semua fakta karena logika saja tidak cukup untuk
memasukkannya ke dalam sebuah pengelompokan yang relevan. Hipotesis perlu diperkenalkan:
"Oleh karena itu, 'fakta' atau temuan, dapat dikualifikasikan sebagai sesuatu yang relevan secara
logis atau tidak relevan hanya dengan merujuk pada hipotesis yang diberikan" (Hempel 1966:
24
12). Tetapi karena masalah kita adalah untuk menemukan hipotesis di awal kita tampaknya tidak
dapat menunjukkan perkembangan.

Keberatan ketiga adalah bahwa ada tindakan kreativitas konseptual yang tidak dapat
diatasi yang tidak dapat diatasi oleh mode inferensi, deduktif atau induktif:

Aturan induksi dari jenis yang digambarkan di sinisehingga harus menyediakan rutinitas
mekanis untuk membangun, berdasarkan data yang diberikan, suatu hipotesis atau teori
yang dinyatakan dalam beberapa konsep yang cukup baru, yang tidak digunakan di mana
pun dalam deskripsi data diri.Tentunya tidak ada aturan umum prosedur mekanis yang
dapat diharapkan untuk mencapai ini.

(Ibid .: 14)

Hipotesis yang diekspresikan dengan menggunakan konsep seperti "elektron" atau "virus",
diduga melampaui data apa pun yang dapat disimpulkan secara rutin. Hempel kemudian
melanjutkan pernyataannya bahwa transisi dari data ke hipotesis "memerlukan imajinasi kreatif"
atau membuat "tebakan yang menyenangkan" (ibid: 15) dari apa yang dibuat dalam penemuan
teori kuantum atau teori relativitas, Dapatkah suatu kasus dibuat untuk sebuah logika temuan"
yang berlaku hukum dan hipotesis sederhana daripada sebuah teori besar ?

Baru-baru ini beberapa metode yang dapat diprogram telah diusulkan untuk menemukan
hipotesis dari data, dan bahkan menciptakan konsep.Ada beberapa program perangkat lunak
yang sekarang tersedia, dan banyak digunakan oleh para ilmuwan yang menyediakan sejumlah
data tertentu yang sesuai, fungsi matematika yang menyesuaikan data dengan tingkat kecocokan
atau kesesuaian tertentu. Program-program semacam itu menyediakan sarana untuk
merealisasikan tujuan yang menghargai waktu dalam sains: yaitu membawa sejumlah besar data
pengamatan di bawah hukum tertentu, atau formula matematika. Kasus klasik dari prosedur
semacam itu dalam sejarah sains adalah penggunaan Kepler tentang pengamatan posisi planet
Mars yang dibuat oleh Brahe. Dalam Astronomia Nova-nya tahun 1609, Kepler menetapkan
sebuah cara yang sulit di mana ia mencoba sejumlah tokoh yang berbeda, dari lingkaran ke
berbagai jenis oval, akhirnya tiba di hukum elips (dan juga hukum areanya). Hari ini tugas
Kepler akan jauh lebih mudah. Bahkan, menggunakan data Kepler.program komputer telah
dirancang sampai pada hukum Kepler.

25
Pat Langley dkk. (1987) menunjukkan bahwa berbagai program penemuan BACON yang
telah mereka rencanakan dari data Kepler, menemukan hukum ketiga tentang pergerakan
planeter: kubus jarak (rata-rata) planet dari matahari, D, sebanding dengan kuadrat dari
periodenya, T yaitu D3 ∞ 'T2(ibid .: bab 3). Faktanya, program BACON juga menemukan dari
data para ilmuwan , hukum Boyle (untuk massa gas tertentu pada suhu tetap jauh dari titik
pencairannya, produk tekanan dan volume adalah konstan), hukum Galileo (jarak jatuh adalah
sebanding dengan kuadrat waktu), dan hukum awal Ohm yang menghubungkan arus yang
mengalir dalam kabel dengan panjang tertentu dan tegangan yang melintasinya.

Daftar itu dapat diperluas secara mengesankan ke hukum-hukum lain yang ditemukan
secara historis seperti hukum pembiasan Snell, hukum gas ideal, versi hukum gravitasi universal
yang berdasarkan eksperimen dan seterusnya. Program berbasis teori juga telah dirancang;
mereka mengambil asumsi teoretis dari sains tentang data yang sedang diselidiki dalam proses
menemukan undang-undang yang lain. Namun program lain seperti GLAUBER, STAHL dan
DALTON telah dikembangkan berkaitan dengan penemuan hukum kualitatif daripada kuantitatif
seperti yang tercantum di atas. Mereka telah diterapkan, seperti namanya, untuk mengungkap
klaim kualitatif dalam teori phlogiston dan teori awal Dalton tentang konstituen molekul reaksi
kimia.

Program tidak hanya menemukan undang-undang baru, tetapi mereka dapat, secara
terbatas, memperkenalkan konsep-konsep baru, Hempel dengan memperkenalkan mereka ke
dalam undang-undang yang mereka temukan. Para penulis tidak mengklaim bahwa program
mereka saat ini menyediakan pergeseran paradigma yang menyeluruh penuh dengan beberapa
perubahan besar konseptual. Tetapi ini adalah bagian dari program mereka yang berkelanjutan
untuk menunjukkan bahwa pendekatan mereka dapat diperluas ke kasus-kasus radikal seperti ini
yang akan menghasilkan penemuan konsep dan hukum yang secara kualitatif berbeda dari yang
digunakan dalam mengekspresikan data yang digunakan oleh program mereka. Bahkan mereka
mengklaim bahwa pendekatan dasar mereka terhadap masalah-masalah penemuan ilmiah adalah
pendekatan yang berkelanjutan dengan proses penyelesaian masalah yang cukup normal, tetapi
salah satunya disesuaikan dengan fitur-fitur khusus dari domain yang sedang diteliti.

Jadi bagaimana hal ini dilakukan dalam beberapa kasus sederhana, dan bagaimana
dengan keberatan yang diajukan oleh Hempel? Banyak hal bergantung pada apa yang dimaksud

26
dengan "logika penemuan". Dalam menjawab beberapa kritiknya, Herbert Simon memperjelas
bahwa dia tidak bermaksud dengan sistem inferensi formal ini, induktif atau deduktif, dijamin
untuk menemukan beberapa undang-undang: "Maksud saya (dan selalu berarti) seperangkat
aturan normatif, sifatnya heuristik, yang meningkatkan keberhasilan mereka yang
menggunakannya (dibandingkan dengan mereka yang tidak) dalam membuat penemuan ilmiah
"(Simon 1992: 75). Di samping data ada peran penting untuk apa yang disebut Simon "aturan
heuristik". Ini, seperti yang akan dilihat, tidak sama dengan hipotesis empiris yang diduga
Hempel akan mengatasi keberatan keduanya terhadap metode penemuan. Ada sejumlah fakta
besar untuk disortir dan logika saja tidak dapat mengatasi tugas ini.Di sini aturan heuristik
memainkan peran penting dalam memandu penemuan hipotesis.

Apakah program seperti BACON benar-benar meniru konteks penemuan, katakanlah,


Kepler dan hukumnya D3∞ T2? Pada pemeriksaan lebih dekat masalah ini tidak jelas (lihat
Gillies 1993: $ 3,5). Kepler mungkin telah bekerja relatif buta tentang hasil akhir, tetapi pembuat
BACON tidak karena mereka memiliki bagian akhir dari penemuan Kepler. Dalam
pemrograman banyak tergantung pada apa yang dimasukkan ke dalam program. Tentu saja data
itu penting; tetapi peran penting juga dimainkan oleh tiga prinsip heuristik yang membantu
menghasilkan hasil BACON.

Hal pertama yang harus dipertimbangkan adalah variabel apa yang harus dihubungkan
satu sama lain. Variabel D (jarak rata-rata dari matahari) dan T (periode orbit) harus dipilih dari
beberapa yang mungkin membentuk beberapa hubungan seperti hukum yang berkaitan dengan
gerakan planet, seperti periode, jarak, jarak rata-rata, kecerahan warna dan sebagainya.Sudah
dicatat bahwa, pada model Copernicus, planet yang lebih jauh mengorbit lebih lambat; jadi di
sini ada hipotesis seleksi yang relevan mengenai jarak dan periode planet untuk menyertai data
yang mungkin digunakan Kepler untuk memilih variabel yang mungkin (tetapi tidak Brahe
karena dia bukan sebuah Copernican yang keras).

Berikutnya menyangkut masalah hubungan fungsional antara D dan T. Bagaimana


hukum bentuk Dx∞ Tymenjadi titik fokus? Aturan heuristik yang digunakan merekomendasikan
pilihan berikut:

(a) jika nilai suatu variabel adalah konstan, anggaplah selalu konstan 3;

27
(b) jika nilai dua variabel meningkat bersama-sama mempertimbangkan rasio mereka%;

(c) jika nilai-nilai dari satu variabel meningkat ketika yang lain menurun, pertimbangkan produk
mereka.

Seperti Langley et al. ditetapkan secara lebih rinci (1987: 66-7), dari data diketahui bahwa D dan
T meningkat bersama; jadi dengan heuristik (b) beberapa jenis rasio terlibat. Menggunakan data
yang sama, heuristik (c) diterapkan dua kali untuk sampai pada rasio D3/T2. Yang akhirnya
menunjukkan rasio ini adalah konstan dengan penerapan heuristik (a). Jadi seseorang berada di
hukum ketiga Kepler dari data dan bantuan yang penting dari ketiga aturan heuristik.

Tab Garis besar di atas menunjukkan bahwa program BACON tidak melibatkan
pencarian acak melalui data akhir tanpa heuristik yang membantu. Perhatikan bahwa pernyataan
ini membenarkan keberatan pertama Hempel.Tapi itu tidak sepenuhnya membuktikan keberatan
keduanya.Ada seruan kepada fakta empiris yang luas tentang peningkatan periode orbital dengan
jarak dari matahari. Ini mengarahkan seseorang untuk fokus pada sejumlah kecil variabel yang
perlu dipertimbangkan, di antaranya adalah D dan T; tetapi itu tidak membawa kita langsung ke
D dan T. Tapi begitu D dan T dipilih, maka tiga aturan heuristik diperlukan untuk menemukan
hubungan fungsional yang tepat di antara mereka. Mengapa tiga aturan heuristik ini daripada
beberapa aturan lain dipilih mungkin melibatkan beberapa tinjau balik tentang jenis hubungan
fungsional yang dicari. Apakah mereka mirip dengan heuristik yang mungkin diterapkan Kepler
yang menjadi pertanyaan terbuka. Hal yang penting, aturan heuristik tidak sama dengan hipotesis
empiris; tetapi mereka melakukan fungsi yang sama dalam memandu proses seperti halnya
hipotesis empiris yang disarankan Hempel juga dapat dilibatkan. Sbahagian penyataan Hempel
adalah benar dalam klaimnya bahwa suatu tambahan diperlukan.

apakah ini meninggalkan kita? Mungkin itu hanya perdebatan tentang "logika
penemuan". Maksud beberapa orang ini semacam logika formal; sebaliknya Simon secara
eksplisit menyatakan bahwa itu adalah seperangkat aturan heuristik. Jika "heuristik" terdiri dari
"logika".Dengan terminologi yang berbeda ini, aspek-aspek konfrontasi antara Hempel dan
Simon hanyalah sebuah pertentangan.

Program semacam itu dirancang untuk menemukan beberapa hukum yang sesuai dengan
data yang diberikan. Tetapi apakah ada jaminan bahwa hukum-hukum tersebut akan sesuai

28
dengan data baru yang muncul? Tidak ada jaminan. Program hanya menemukan hukum yang
cocok dengan kumpulan data yang diberikan; dan tidak bisa, menunjukkan bahwa hukum secara
induktif adalah benar. Ini penting karena ia menarik satu aspek dari perbedaan antara konteks
perpecahan dan pembenaran cukup tajam. BACON adalah program penemuan, bukan program
untuk pembenaran.BACON tidak memberikan jaminan tentang hal-hal normatif mengenai
dukungan induktif, atau pembenaran, dari hipotesis yang ditemukan.Yang dilakukan adalah
menjalankan program pada data untuk menemukan hipotesis yang sesuai dengan data pada
tingkat yang ditentukan.Mengingat keberhasilan program yang nyata dalam mereplikasi aspek-
aspek dari episode historis aktual dari penemuan, ada beberapa bukti untuk mendukung
pandangan Langley dkk.bahwa ada yang namanya metode, atau “logika, penemuan. Suatu
program yang secara teratur menemukan item tertentu, seperti hukum-hukum, dapat dikatakan
cukup baik untuk menyediakan metode penemuan.Jika ini benar, maka klaim bahwa tidak ada
metode penemuan secara umum tidak mungkin benar dan membutuhkan kualifikasi.

1.5 Heuristik sebagai sebuah metodologi

Biasanya yang kita pikirkan adalah dalam setiap sains terdapat metode (non-algoritmik), resep
atau pedoman umum untuk membangun teori atau model, dan untuk membangun penjelasan
dan / atau prediksi. Metode seperti itu jelas bukan bagian dari praktik material sains; mereka juga
bukan bagian dari metodologi dalam arti konteks pembenaran, atau penilaian teori, seperti yang
dikatakan Imre Lakatos untuk menghindari nada induktif yang muncul dari pembicaraan tentang
pembenaran. Di sini kita akan menarik beberapa ide berguna yang terkandung dalam Lakatos
(1978: bab 1 §3): gagasannya tentang program penelitian ilmiah (SRP) (dibahas lebih lanjut
dalam $ 10.2.1). Lakatos menggantikan gagasan umum teori, yang dipandang agak statis sebagai
sistem aksiomatis, dengan sistem SRP, yang, seperti benda organik apa pun, tumbuh dan
kemudian meluruh seiring berjalannya waktu. Seperti item lain yang sifatnya temporal, SRPS
memiliki bagian temporal yang berbeda yang digunakan Lakatos untuk menggunakan istilah
"teori". SRP hanyalah serangkaian teori yang berbeda, tumbuh dan membusuk seiringnya
waktu.Apa yang menyatukan semua teori adalah apa yang Lakatos sebut sebagai inti keras
umum dari prinsip-prinsip teoretis dan heuristik yang sama. Heuristik Lakatos berbeda dari

29
aturan heuristik yang disebutkan di bagian sebelumnya, tetapi keduanya memainkan peran dalam
penemuan.

Mengingat pandangan yang lebih dinamis dari struktur sains sebagai SRP, satu tugas
metodologi penilaian adalah untuk memberi tahu kami apakah setiap fase teoritis progresif atau
merosot dan bagaimana SRP total, yang terdiri dari semua fase teoritis yang harus dinilai .Ini
adalah masalah yang dibahas lebih lanjut dalam $ 10.2.1.Tugas berbeda metodologi juga
dipertimbangkan di sini; ini menyangkut pembangunan setiap fase teoritis SRP.Di sini kita dapat
membahas tentang metode penemuan, karena "objek" yang dibangun adalah fase SRP yang baru
dan berbeda. Konstruksi mereka diatur oleh apa yang oleh Lakatos disebut "heuristik". Kata
"heuristik" berasal dari kata-kata Yunani seperti heuretikos, inventif atau cerdik, dan heuresis,
sebuah temuan atau penemuan. Kata ini biasanya digunakan dalam bidang pendidikan di mana
metode heuristik adalah cara di mana anak-anak menemukan sesuatu untuk diri mereka sendiri
(setelah beberapa instruksi yang sesuai) Ini dapat diperluas ke kasus sains, para ilmuwan
membangun sendiri berbagai fase SRP agar sesuai dengan apa yang disebutSRP heuristik.

Analisis Lakatos ada dua macam heuristik. Heuristik negatif hanyalah arahan tidak-
khusus untuk tidak membiarkan anomali yang dihadapi suatu program untuk menyangkal apa
yang Lakatos sebut sebagai prinsip "inti keras" dari program. Heuristik negatif tidak memberi
tahu kita dengan cara apa kita harus melakukan ini; hanya bahwa kita harus melakukannya,
dengan cara apa pun. Menggunakan teori Newton sebagai ilustrasi, prinsip-prinsip inti keras
adalah hukum geraknya. Heuristik negatif memberi tahu kita bahwa kita tidak boleh menyerah
pada hukum ini dan diarahkan untuk menemukan cara lain untuk melindunginya, seperti yang
diharapkan, mereka menghadapi kesulitan yang mengancam untuk menjungkirbalikkannya.
Heuristik negatif adalah arahan umum untuk mendukung nilai keuletan; seseorang tidak
membiarkan anomali untuk membatalkan hukum "inti" sebelum mereka memiliki kesempatan
untuk menunjukkan keuntungan mereka dalam menghasilkan sebuah SRP yang meningkat.

Menemukan cara untuk melindungi "inti keras" adalah tugas ahli heuristik positif.
Heuristik positif adalah kekuatan pendorong program yang memberi tahu kita bagaimana
mengembangkan berbagai fase teoretis program, khususnya model-modelnya. Fokus utamanya
bukan pada menyelamatkan program dari keganjilannya; melainkan, untuk mengungkapkan
kekuatan heuristik dengan menunjukkan bagaimana fase-fase program dapat dikembangkan

30
dengan sukses bahkan dalam menghadapi anomali di sekitarnya.Menilai berbagai fase sebagai
benar atau tidak bukan bagian dari heuristik sebagai metode.Tugas heuristik positif adalah
menunjukkan bagaimana kita membangun, atau menemukan berbagai fase sejak awal.

Dengan menggunakan contoh mekanika Newton untuk ilustrasi, dimungkinkan untuk


mengekspresikan heuristik positif sebagai prinsip kuasi-metafisik: semua gerak dihasilkan dari
interaksi inersia dan gravitasi tubuh. Dinyatakan sebagai prinsip metodologis heuristik positif
akan mengarahkan kita sebagai berikut: menjelaskan semua gerak sebagai interaksi tubuh inersia
dan gravitasi. Prinsip metafisik mungkin salah (seperti dalam kasus ini karena mengabaikan jenis
kekuatan lain yang menghasilkan gerak), tetapi ketika dipahami bukan sebagai proposisi tetapi
sebagai prinsip heuristik, ia dapat memiliki banyak keberhasilan yang diberikankan padanya.
Sebagai suatu prinsip ini tidak semua adalah khusus, tetapi itu mengesampingkan jenis heuristik
lainnya seperti daya tarik terhadap kekuatan fisik lain, kekuatan non-fisik atau okultisme, atau
untuk sebuat tindakan utama atau seorang perancang yang cerdas. Juga tidak memberi tahu kita
bagaimana kita memperhitungkan gerakan seperti itu, hanya kita harus memperhitungkannya
dalam hal arahan. Setiap ilmuwan memiliki kebebasan untuk membangun model gerakan yang
sesuai dengan heuristik positif. Tetapi mereka tidak harus keluar dari rumus heuristik dalam
melakukannya. Ini adalah titik sentral, karena mengabaikan rumus heuristik dalam pembuatan
model sama saja dengan mengabaikan salah satu fitur utama yang memisahkan satu SRP dari
yang lain.

Catat heuristik apa yang dapat dan tidak bisa memberi tahu kami. Ia tidak dapat memberi
tahu kita fase teoritis apa yang akan dibangun selanjutnya; ini bukan algoritma untuk
membangun fase teoretis. Tetapi apa yang dikatakannya kepada kita, ketika kita telah
membangun fase berikutnya, apakah itu sesuai dengan heuristik positif dari program tersebut.
Ini menunjukkan konstruksi masing-masing fase teoritis untuk ilmuwan sebagai pembangun teori
kreatif.Tetapi bangunan itu harus sesuai dengan arahan heuristik positif.

Konstruksi setiap fase dapat diilustrasikan sekali lagi menggunakan SRP Newtonian.
Sebagaimana Lakatos menggambarkan kasus ini (1978: 50) ada serangkaian model yang
dibangun: (i) matahari titik tetap di sekitar yang mengorbit planet yang titik tunggal; (ii) matahari
dan planet memiliki pusat gravitasi yang sama yang tidak, seperti pada (i), di pusat matahari; (iii)
semua planet mengorbit matahari dengan pusat gravitasi yang sama; (iv) planet-planet dan

31
matahari tidak lagi berbentuk seperti titik tetapi merupakan benda-benda besar; (v) semua benda
saling mengganggu secara gravitasi; (vi) planet berputar pada sumbunya, yang juga bergetar; dan
seterusnya. Dalam setiap kasus konstruksi model sesuai dengan arahan heuristik positif; tetapi
tidak memuat rumus yang memberi tahu kami model apa yang harus dibangun. Mungkin ada
"kekuatan heuristik" yang cukup untuk urutan model yang akan dibangun sesuai dengan
heuristik positif. Kekuatan pendorong mungkin sebagian besar berasal dari heuristik itu sendiri
dan bukan dari upaya untuk memecahkan anomali yang dihadapi SRP (meskipun akan terlibat di
sini juga).

Ini adalah salah satu dari banyak contoh yang digunakan Lakatos untuk menggambarkan
cara di mana heuristik terlibat dalam pengembangan ilmu pengetahuan apa pun. Ternyata
metodologi peringkat sebagai heuristik dari metodologi sebagai sarana penilaian teori, dan
sebagai sarana untuk membenarkan mereka.Tugas heuristik (positif) adalah untuk membantu
kami menemukan dan membangun varian SSRP yang selalu baru yang kemudian terbuka untuk
diuji oleh aspek metode lainnya.

1 1.6 Metode ilmiah dan metodologi logika

Setelah menyoroti berbagai jenis metodologi, seperti praktik metodologi dalam sains, metode
untuk penemuan dan metode heuristik, kita sekarang berada dalam posisi untuk
mengesampingkan ini dan fokus pada aspek metodologi yang akan dibahas dalam buku ini.
Tetapi tidak semua melakukan hal sederhana untuk mencapai titik ini karena ada karang yang
lebih besar selanjutnya yang akan dihadapi. Salah satunya adalah keberatan yang dibuat oleh
beberapa orang Bayesian, seperti John Earman, bahwa tidak ada yang tersisa untuk metodologi
yang harus dilakukan yang tidak diperhitungkan oleh Bayesianisme; jadi metodologi bisa
dibiarkan layu. Tetapi ke depan adalah ibarat sebuah perairan yang dinavigasi dari akun Rudolf
Carnap tentang hubungan antara logika dan metode.

Earman menulis, "Saya setuju dengan Feyerabend bahwa tidak ada Metodologi" (1992:
205), tetapi alasannya tidak ada hubungannya dengan epistemologi Dadaist; sebaliknya, mereka

32
muncul dari "sedikit Bayesianisme dan banyak refleksi".Dalam pandangannya, jika Popper,
Lakatos, dan Kuhn menganggap sebagai model seorang ahli adalah metodologi, maka ada
beberapa keberatan yang diajukan terhadap pernyataan ini. Pertama, apa yang baik dalam
masing-masing metodologi dapat ditangkap dalam Bayesianisme, sedangkan hal-hal buruk yang
mereka tidak dukung, dan harus dibuang. Seperti yang dikatakan Earman, "Semua aturan valid
dari inferensi ilmiah harus diturunkan dari kalkulus probabilitas dan aturan kondisionalisasi.
Karena itu tidak ada lagi yang tersisa untuk dilakukan oleh para metodologi di bidang ini"
(ibid .: 204).

Keberatan kedua menyalakan upaya beberapa metodologi mereka sebagai kriteria


demarkasi untuk sains: "para ahli metodologi menghabiskan waktu mereka dalam mencari
kriteria demarkasi yang akan menarik garis merah terang antara sains dan non-sains dalam hal
metodologi pembentukan kepercayaan dan validasi"(ibid.). Dalam pandangan Earman, apa yang
membatasi sains adalah sesuatu yang memiliki dimensi sosial, yaitu, “karakter profesional dari
pencarian [sains ] nya untuk keyakinan yang kuat.” Beberapa pendukung gagasan metode ilmiah,
misalnya Popper dan Lakatos, mendukung Gagasan bahwa garis demarkasi merah yang cukup
terang dapat ditarik.Popper mengusulkan kriteria demarkasi dalam hal fitur logis dan
epistemologis kepalsuan; Lakatos mengusulkan kriteria program penelitian yang progresif dalam
setidaknya satu fase perkembangannya.yang lain yang juga menganjurkan gagasan metode
ilmiah menyangkal bahwa ada garis demarkasi substantif yang dapat ditarik dari jenis yang
dicari oleh Popper dan Lakatos (mis. Laudan 1996: bab 11). Namun, masih ada aturan metode
yang dapat ditemukan Sistem kepercayaan kita akan menjadi ilmiah hanya ketika mereka sesuai
dengan prinsip-prinsip metode ilmiah, sistem kepercayaan semu-ilmiah melanggar beberapa
aturan metode. Mungkin sebuah kasus dapat dibuat untuk menempatkan Earman di kedua
kubu.Ada aturan pengkondisian yang merupakan bagian dari teori Bayesian tentang metode atau
rasionalitas ilmiah; tidak memperbarui keyakinan seseorang sesuai dengan aturan yang berarti
irasional, dan karenanya tidak ilmiah.

Earman menyarankan perlindungan terakhir yang mungkin ingin dilakukan oleh para ahli
metodologi dalam bidang "taktik dan strategi penelitian".Kemudian dia mengatakan bahwa
"tidak ada yang tersisa bagi mereka untuk melakukan kecuali mengulang, mungkin dalam bentuk
yang disamarkan, saran untuk memilih tindakan yang memaksimalkan utilitas yang diharapkan"

33
(1992: 205). Dalam pandangan Earman, ahli metodologi adalah semacam seorang gelandangan
terlantar yang mencari nafkah di sekitar pinggiran sains sementara orang Bayesian merebut
posisi mereka sebelumnya dan telah berlindung di perusahaan yang menjadi jantung penelitian-
penelitian ilmiah.

Sebaliknya Carnap menemukan pekerjaan yang terhormat bagi para ahli metodologi.
Dalam pandangan Carnap, sistem logika deduktif dan induktif memerlukan peran untuk ahli
logika dan metodologi logika (orang yang sama mungkin melakukan kedua tugas ini). Ahli
logika akan memberi tahu kita apa teorema suatu sistem logika deduktif. Peran ahli metodologi
adalah untuk memberikan saran atau strategi untuk menemukan bukti teorema, atau bagaimana
memberikan bukti yang lebih sederhana, atau ketika bukti tidak langsung mungkin lebih efektif,
dan sejenisnya.Strategi semacam itu dapat dianggap sebagai heuristik pembuktian teorema.
Mereka juga berada di bawah apa yang kita sebut $ 1,2 sebagai metodologi praktik matematika.
Meskipun mungkin ada sedikit cara kodifikasi praktik tersebut, setidaknya ada aturan praktis
bahwa setiap orang yang menerapkan matematika dalam sains akan mengambil dan mengikuti.

Dalam logika induktif Carnap ada peran yang lebih besar untuk ahli metodologi.Dalam
pandangan Carnap, ahli logika induktif memiliki peran yang serupa dengan ahli logika deduktif.
Sama seperti tujuan ahli logika deduktif adalah untuk memberi tahu kami, dengan memberikan
dua proposisi P dan Q, satu adalah, atau tidak, konsekuensi deduktif yang valid dari yang lain,
maka ahli logika induktif bertujuan untuk memberi tahu kami, untuk setiap proposisi H dan E,
berapakah tingkat konfirmasi H yang diberikan E. Artinya, tugas ahli logika induktif adalah
menentukan nilai fungsi konfirmasi, atau fungsi-c c(H, E); tugas mereka adalah menemukan
beberapa r sehingga c(H, E) = r, di mana 0 ≤ r ≤ 1. Metodolog mengambil alih dari ahli logika
dengan berbagai cara. Seperti dalam kasus logika deduktif, ada peran untuk metodologi dalam
memberikan strategi untuk membuktikan teorema dalam logika induktif.Namun ada peran lebih
lanjut.

Salah satu tugas baru ahli metodologi adalah menentukan jenis percobaan apa yang akan
menghasilkan bukti E untuk H. Ahli logika ini tidak melakukan; mereka membutuhkan bukti
yang sudah diberikan. Atau di mana bukti tampaknya tidak sesuai dengan semua hipotesis yang
tersedia, ahli metodologi akan bekerja pada cara-cara menemukan hipotesis baru karena tidak
ada prosedur yang efektif untuk menemukan hipotesis dalam logika induktif Carnap. Ahli

34
metodologi memiliki lebih banyak hal untuk dilakukan dalam skema Carnap. Dalam
mengerjakan nilai c(H, E) = r, seberapa banyak bukti yang harus kita terapkan: sebagian, atau
semua yang tersedia? Yang perlu kita tambahkan adalah “persyaratan bukti total” metodologis
berikut (yang tidak memiliki padanan dalam logika deduktif): “dalam penerapan logika induktif
pada situasi pengetahuan tertentu, total bukti yang tersedia harus diambil sebagai dasar untuk
menentukan tingkat konfirmasi "(Carnap [1950] 1962: 221). Di sini, para ahli metodologi
memainkan peran epistemologis dalam menentukan bukti totalnya.

Metodologi juga memiliki peran penting dalam menetapkan aturan untuk penerapan
logika induktif dalam pengambilan keputusan praktis. Tidak seperti Earman, yang melihat ini
sebagai subsumable di bawah maksimalisasi utilitas yang diharapkan, Carnap melihat aturan ini,
dan lima aturan lain yang ia usulkan, sebagai pusat metodologi yang tepat di luar logika induktif
Carnapian. Secara umum, untuk Carnap, aturan metodologis harus ditambahkan ke logika
induktifnya jika ingin memiliki aplikasi dalam konteks ilmiah atau keseharian.Karena
metodologi seperti itu memiliki peran yang jauh lebih substantif untuk dimainkan daripada
sekadar menyediakan heuristik untuk pembuktian teorema.

Salah satu perbedaan besar antara Earman dan Carnap adalah bahwa, meskipun mereka
berdua menetapkan pertimbangan probabilitas sebagai peran besar, mereka memiliki pandangan
berbeda tentang itu. Ketika Earman mendukung Bayesianisme (tidak setiap hari dalam
seminggu) ia adalah Bayesian yang subyektif sedangkan Carnap tidak demikian, setidaknya
dalam bukunya The Logical Foundations of Probability ([1950] 1962). Di sana, Carnap
membedakan tugas-tugas yang baru saja diuraikan: tugas seorang ahli logika yang menentukan
untuk setiap kalimat suatu fungsi-c sedemikian rupa sehingga c(H, E) = r, dan bahwa ahli
metodologi yang menentukan bagaimana logika induktif untuk diterapkan. Namun, sebagian
besar sekarang sepakat bahwa program Carnap menemukan fungsi-c tidak dapat diselesaikan dan
menemui jalan buntu. Untuk Bayesians subjektif, dengan berakhirnya gagasan fungsi-c juga ada
akhir peran apa pun untuk ahli metodologi Carnapian.

Mungkin perbedaan di antara para ahli teori ini semata-mata mengarah pada bagaimana
seseorang menggunakan istilah "metodologi". Di sini kita akan melangkah lebih jauh dari Carnap
dan menggunakan istilah ini untuk mencakup kedua prinsip logika dan prinsip-prinsip yang
secara eksklusif berkaitan dengan metodologi Carnapian, bersama dengan banyak prinsip lain

35
yang menjadi ciri metodologi lain (lihat $ 3.1). Sekarang telah membedakan beberapa dari
banyak kegunaan yang berbeda dari istilah "metodologi", dalam Bab 2 dan 3 kami
mempertimbangkan nilai kontribusi dan aturan apa yang dibuat untuk teori yang berbeda dari
metode ilmiah dan akun rasionalitas ilmiah yang mereka berikan.

36
2. Nilai-nilai Teoritis dalam sains

Bab ini berkaitan dengan nilai-nilai, atau kelebihan yang oleh para ahli metodologi berbeda telah
diklaim sebagai teori dan hipotesis ilmiah. Nilai-nilai dan ketidaksetujuan seperti itu, atau nilai
dan keburukan, menurut mereka, masuk ke dalam keputusan kami tentang sains, terutama yang
menyangkut penerimaan atau penolakan teori, hipotesis atau, bahkan, sistem kepercayaan apa
pun. Berbagai macam nilai teoretis (epistemik, pragmatis, dll.)Telah diajukan yang menyangkut
masalah internal ilmu pengetahuan karena mereka diarahkan pada isi teori dan hipotesis itu
sendiri.Ini, dapat kita katakan, adalah nilai-nilai yang intrinsik bagi sains (apakah mereka juga
esensial bagi sains adalah klaim yang berbeda, jauh lebih kuat). Nilai-nilai lain
menginformasikan pilihan yang eksternal untuk sains: nilai-nilai ekstrinsik. Pilihan semacam itu
adalah tentang manfaat berbagai ilmu; mereka tidak secara langsung mementingkan isi
sains.Dominasi sains dalam kehidupan kita membuktikan berbagai manfaat yang digunakan
dalam sains, baik atau buruk, dan nilai-nilai yang menginformasikan pilihan yang telah dibuat.
Baik jenis nilai maupun pilihan yang mereka bawa sama pentingnya. Kami membahas nilai
ekstrinsik secara singkat dalam $ 2.1. Perhatian utama kami adalah dengan berbagai nilai teoretis
intrinsik, yang telah diusulkan, apa nilai-nilai ini telah diartikan dan bagaimana mengadopsi
mereka dapat dibenarkan. Dari banyak metodologi yang menganjurkan nilai-nilai intrinsik untuk
sains, kami membatasi diskusi kami dalam bab ini dengan yang diusulkan oleh W. V. Quine dan
Joseph Ullian, Kuhn, Popper, Duhem dan Bas van Fraassen. Usulan mereka adalah karakteristik
dari yang dibuat oleh banyak ahli metodologi lain; proposal yang berbeda dibahas dalam bab-bab
lain.

37
2.1 Tujuan sains dan ilmuwan

Manusia umumnya terlibat dalam kegiatan yang rasional dalam arti bahwa mereka memiliki
tujuan (sasaran atau tujuan) yang mencerminkan nilai-nilai mereka dan bahwa mereka berusaha
untuk mewujudkan dengan menggunakan cara-cara yang diyakini untuk mewujudkan tujuan-
tujuan itu. Aktivitas ilmuwan tidak terkecuali; mereka juga memiliki tujuan yang mencerminkan
apa yang mereka hargai. Dengan demikian, mereka mungkin memiliki tujuan pribadi yang ingin
mereka wujudkan melalui sains, seperti memuaskan keingintahuan mereka, mendapatkan
keamanan kerja dan tingkat upah yang relatif tinggi atau terlibat dalam kegiatan yang
menyenangkan dan menantang. Para ilmuwan juga dapat memiliki tujuan profesional seperti
menarik hibah, mengatur tim penelitian atau mengedit jurnal yang berpengaruh di bidangnya.
Akhirnya mereka mungkin memiliki tujuan kemanusiaan untuk diwujudkan melalui sains,
seperti meningkatkan kekuatan manusia atas alam (mis. Prediksi, kontrol atau perbaikan banjir
dan gempa bumi), peningkatan kekuatan atas diri kita sendiri (seperti penyakit yang rawan, atau
sarana kontrol sosial, dll.), atau membuat inovasi yang meningkatkan produktivitas, lapangan
kerja dan kekayaan melalui "pengetahuan ekonomi". Umumnya, tetapi tidak selalu, ilmuwan
yang menerapkan sains memiliki tujuan kemanusiaan dalam pemikiran. Tetapi, seperti yang
sudah dikenal, mungkin ada konsekuensi yang tidak diinginkan dari pilihan mereka yang dapat
merusak tujuan-tujuan ini; kami akan menjelaskan salah satunya.

Nilai-nilai yang juga terlibat dalam pengambilan keputusan tentang sains. Ilmuwan
pemula akan membuat, berdasarkan nilai-nilai yang mereka pegang, keputusan tentang program
penelitian mana yang harus mereka ikuti untuk mempromosikan perkembangan sains. Mereka
mungkin memiliki pilihan antara penelitian yang menjanjikan, katakanlah, meningkatkan
kelangsungan hidup spesies yang hampir punah yang berbeda dari penelitian dalam pengolahan
daging ikan paus; atau penelitian yang dapat mengarah pada pengurangan diabetes yang berbeda
dari penelitian kosmetik; atau penelitian tentang produksi garis sel induk yang menjanjikan jenis
penyembuhan yang belum diketahui. Ketika sebuah proyek penelitian mengarah pada hasil
ilmiah baru atau perkembangan teknologi, nilai-nilai juga masuk ke dalam pengambilan
keputusan tentang aplikasi mereka dan utilitas sosial atau disutilitas mereka.Contoh paling

38
terkenal adalah produksi dan penggunaan bom atom.Ini adalah salah satu keputusan yang lebih
baru yang telah dibuat dalam sejarah panjang pengembangan teknologi senjata, dimulai dengan
tombak, busur dan panah, yang mengarah lebih baru ke teknologi senjata yang didukung oleh
ilmu pengetahuan. Yang tidak kalah dramatis adalah nilai-nilai yang masuk ke dalam keputusan
tentang, katakanlah, penggunaan fertilisasi in vitro, atau keputusan yang harus diambil di masa
depan tentang penelitian sel induk (yang saat ini belum direalisasikan).

Nilai-nilai yang disokong secara sosial dan kebutuhan sosial juga dapat menjadi
pendorong dan pengembangan penelitian, seperti ketika ditemukan bahwa fluorocarbon
terklorinasi (CFCS) dapat digunakan sebagai pendingin, sehingga mengarah pada perluasan
penggunaan lemari es, AC dan sejenisnya di setengah dari abad kedua puluh. Namun, para
peneliti seperti Mario Molina dan F. Sherwood Rowland menunjukkan bahwa CFCS dapat
menguras lapisan ozon di atas bumi yang melindungi kita dari sinar ultraviolet berbahaya dari
matahari.Dan pada pertengahan 1980-an ini ditemukan demikian, dengan penipisan ozon terjadi
dalam jumlah yang lebih besar bahkan hingga dekade pertama abad kedua puluh satu.(CFCS
dapat dilepaskan ke atmosfir dari banyak sumber, seperti lemari es yang ditinggalkan.)Awalnya
ada banyak perlawanan terhadap penemuan-penemuan ini dari perusahaan yang memproduksi
refrigant.' Tetapi pada akhirnya program penelitian dikembangkan untuk menemukan zat
pendingin lain yang tidak akan menguras lapisan ozon dan yang tidak jauh lebih mahal untuk
diproduksi daripada CFCS. Dalam contoh ini, nilai-nilai para ilmuwan seringkali sangat berbeda
dari nilai-nilai perusahaan tempat beberapa dari mereka bekerja.Tujuan para ilmuwan dan nilai-
nilai yang terkait, nilai-nilai masyarakat luas dan nilai-nilai industri tidak semua harus
kompatibel dan dapat menarik ke arah yang berbeda. Tetapi penting untuk membedakan antara
nilai yang memiliki bahan kimia yang tidak menipiskan ozon dalam aplikasi sains teknologi kita,
dan masalah yang sangat berbeda, yang menjadi perhatian utama kita, yaitu, nilai apa, jika ada,
yang terlibat dalam epistemologis tugas mengevaluasi secara kritis kebenaran atau bukti
dukungan Tab dari hipotesis seperti CFCS adalah agen kimia yang menyebabkan penipisan
atmosfer ozon.

Mengenai para ilmuwan, kita mungkin juga bertanya manfaat intelektual apa yang harus
mereka teladani. Kami mengambil petunjuk dari Aristoteles (Buku Etika Nicomachean 6) kita
dapat mempertimbangkan manfaat intelektual seperti: memiliki keterampilan yang diperlukan

39
dari sains (teknik atau seni); memiliki pengetahuan dan pemahaman dasar-dasar teoretis sains
(epistēmē); memiliki kecerdasan praktis dan penilaian dalam menggunakan sarana yang tepat
untuk suatu tujuan (phronësis); dan memiliki kebijaksanaan (sophia) setidaknya dalam arti
mengetahui tujuan yang tepat yang dapat digunakan dalam sebuah pengetahuan. Manfaat
intelektual semacam itu tidak perlu diwujudkan oleh semua ilmuwan, tetapi mereka dapat
berfungsi sebagai cita-cita yang layak untuk dicapai.Kebijaksanaan, bahkan dengan banyak
pengetahuan, bukanlah Manfaat yang mudah dicapai.

Jika para ilmuwan memiliki tujuan dan mencontohkan nilai, dapatkah sains (dianggap
sebagai teori atau badan kepercayaan) juga memiliki tujuan dan nilai?Sejauh sains ada
hubungannya dengan rasionalitas, itu juga bisa dikatakan memiliki tujuan dan sarana untuk
mewujudkannya. Jadi apa tujuan ini? Popper, yang mengajukan pertanyaan ini (1972: bab 5),
mengatakan bahwa tujuan sains adalah untuk memberikan penjelasan yang memuaskan yang
juga menampilkan penjelasan yang mendalam yang semakin meningkat. Terlepas dari
bagaimana ini dapat dipahami, itu adalah tujuan yang diperebutkan, terutama oleh mereka yang
meremehkan aspek penjelasan ilmu pengetahuan yang mendukung aspek deskriptif. Ini juga
menimbulkan pertanyaan: apa perbedaan antara tujuan dan nilai dalam sains? Meskipun tidak
ada perbedaan yang disepakati di sini, kami akan mengadopsi pandangan yang bertujuan untuk
ilmu pengetahuan adalah sejumlah kecil tingkat tinggi, atau nilai tertinggi, atau nilai, yang
memiliki peran dalam menentukan nilai-nilai lain apa yang harus kami dukung, atau nilai lain
apa yang harus dicontohkan oleh teori kami. Koneksi di sini bersifat kon- quensialis atau
teleologis dalam hal nilai-nilai yang kita adopsi adalah nilai-nilai yang paling mungkin mengarah
pada realisasi tujuan tingkat tinggi, atau tujuan akhir, (sebanyak 500 orang dari kami mengatakan
lebih banyak dalam $ 2,5). Sejauh rasionalitas berlaku untuk sains, tujuan semacam itu harus
dilibatkan.Ilmu pengetahuan bukanlah kegiatan tanpa tujuan, meskipun mungkin tidak ada tujuan
menyeluruh yang diakui oleh semua orang.Tentu saja ada perbedaan besar dalam nilai-nilai yang
didukung oleh para ilmuwan.Sebelum beralih ke beberapa contoh nilai-nilai teoretis,
pertimbangkan dahulu beberapa nilai yang berbeda.

40
2.2 Klasifikasi umum tentang jenis nilai

Nilai-nilai secara luas dapat berupa intelektual, kognitif atau teoretis. Bicara tentang nilai-nilai
adalah bagian dari teori umum aksiologi (dari axia Yunani, nilai makna), yang mencakup akun
nilai-nilai estetika dan moral serta nilai-nilai intelektual dan kognitif yang orang harus
perlihatkan dan nilai-nilai teoritis sains dan sistem kepercayaan yang harus diperlihatkan. Nilai-
nilai yang harus dicontohkan oleh teori-teori kita tidak harus sama dengan nilai-nilai yang
dicontohkan oleh kepercayaan umum yang diberikan oleh perangkat kognitif kita. Sebagai
contoh, keduanya mungkin menghargai kebenaran tetapi keyakinan kita bersama tidak perlu
memiliki kekuatan prediksi atau penjelasan yang kita harapkan dari keyakinan ilmiah. Di sini
kita akan memusatkan perhatian pada ciri-ciri teori yang secara umum diinginkan dan atas dasar
mana kita memilih untuk terlibat dengan teori itu, seperti mengerjakannya, memercayainya,
menerimanya, dan sejenisnya. Fitur-fitur yang diinginkan ini kita sebut sebagai nilai atau nilai.
Meskipun ada perbedaan dalam konteks lain antara nilai dan nilai, ketika istilah-istilah ini
diterapkan pada teori-teori ilmiah, tidak ada perbedaan yang signifikan dan kami tidak akan
menarik satu kesimpulan. Beberapa teori mungkin kurang memiliki fitur yang diinginkan; namun
yang lain mungkin menunjukkan fitur yang tidak diinginkan, atau sifat buruk; mereka tidak
dihargai atau secara positif tidak dihargai.

Hempel berbicara tentang pilihan teori desiderata; tetapi ini hampir sama dengan nilai-
nilai yang harus dicontohkan oleh teori kami:

Para ilmuwan secara luas setuju dalam memberikan preferensi pada teori yang
menunjukkan karakteristik tertentu yang sering disebut dalam literatur metodologis
sebagai "tanda hipotesis yang baik"; Saya akan menyebut mereka sebagai desiderata.
Diantaranya adalah sebagai berikut: sebuah teori harus menghasilkan prediksi yang
akurat, kuantitatif adalah yang lebih disukai ; harus akurat dalam arti bahwa konsekuensi
yang dapat diuji yang diturunkan darinya harus sesuai dengan hasil pengujian
eksperimental; harus konsisten baik secara internal maupun dengan teori yang saat ini
diterima di bidang sebelah; harus memiliki ruang lingkup yang luas; ia harus meramalkan
fenomena yang baru dalam arti tidak diketahui atau diperhitungkan ketika teori itu
dirumuskan; itu harus sederhana; itu harus berbuah.

41
(Hempel 2001: 384-5)

Hempel memberikan sampel nilai-nilai yang banyak orang tunjukkan yang ingin untuk
diperlihatkan oleh teori-teori ilmiah kami. Daftar ini hampir sama dengan daftar Kuhn yang kita
bahas dalam $ 2,4.

Dalam metodologi ilmiah kita menyatakan bahwa nilai v adalah nilai teoretis hanya
dalam kasus v terlibat dalam penilaian yang kita buat dari sebuah teori (tubuh kepercayaan, dll.),
Terutama pilihan yang kita buat dalam menerima atau menolak teori, dalam memilih antara teori
alternatif, dan sejenisnya. Nilai-nilai teoretis datang dalam dua jenis yang sangat luas: epistemik
dan pragmatis. Secara umum kita dapat mengatakan bahwa v adalah nilai epistemik jika peran v
adalah untuk membuat pilihan antara teori berdasarkan fitur epistemik mereka seperti kebenaran
atau justifikasi mereka.Ini mengarah ke dua spesies dengan nilai epistemik.Kebenaran adalah
nilai utama alethic (dari bahasa Yunani alētheia, yang berarti kebenaran). Yang lain, seperti
Alvin Goldman (1999), membahas tentang kepercayaan kita yang memiliki nilai atau nilai
veritistik (dari bahasa Latin veritas, yang berarti kebenaran). Pembenaran bukti teori mengenai
keunggulan dari konfirmasi mereka.

Dalam sains kita sering menghargai teori-teori yang benar dan bebas dari kesalahan, di
mana gagasan kebenaran terkait beberapa hubungan antara teori dan dunia.(Nilai kebenaran etis
tidak perlu dikaitkan dengan teori kebenaran korespondensi.) Jika kita menghargai kebenaran,
maka kita dapat dengan mudah mendapatkannya dengan memercayai segala sesuatu; tetapi ini
tidak hanya menyatakan kebenaran tetapi juga yang salah. Kita dapat menghindari kesalahan
dengan tidak mempercayai apa pun (kecuali hal-hal seperti tautologi); tapi kemudian kita
kehilangan banyak kebenaran. Sebaliknya, kita seharusnya menghargai memperoleh kebenaran
sambil menghindari kesalahan.Lebih kuat lagi kita harus menghargai teori-teori yang
memaksimalkan kebenaran dan meminimalkan kesalahan. Hal ini mengarah pada nilai aletis dari
verisimilitude: ukuran sejauh mana teori mendekati kebenaran tetapi gagal. Seperti yang
ditunjukkan oleh banyak ahli metodologi, kami juga menghargai bukan hanya kebenaran lama,
atau banyak kebenaran yang cenderung membosankan; jika, kami menghargai kebenaran yang
menarik, seperti kebenaran teori relativitas umum.Tentu saja teori ini memberi tahu kita banyak
tentang struktur dunia dan memiliki banyak konsekuensi dan penerapan yang menarik.Dalam hal
ini lebih menarik daripada kebenaran yang tampaknya membosankan tentang distribusi dan arah

42
retakan di trotoar beton.Tetapi tergantung pada konteks dan keadaannya, ini mungkin kebenaran
yang menarik, menarik bagi seismolog atau insinyur sipil.Keutamaan alethic yang sering dipuji
adalah konsistensi teori kita; ini aletis karena konsistensi didefinisikan dalam istilah kebenaran
dan kepalsuan.Nilai-nilai konfirmasi berkaitan dengan pilihan antara teori berdasarkan tingkat
dukungan mereka terhadap bukti. Ada berbagai teori tentang hubungan teori-bukti (yang akan
dibahas dalam bab-bab berikutnya) yang menguraikan nilai-nilai konfirmasi dengan cara yang
berbeda.

Pilihan teori dapat dibuat atas dasar nilai-nilai epistemik seperti sifat-sifat estetika teori
yang tidak menarik, keanggunan, kemudahan komunikasi, sejauh mana ia dapat diterima, sejauh
mana ia dapat diberikan ekspresi matematis dan sejenisnya. Lebih kuat lagi, beberapa menolak
keterlibatan nilai-nilai aletika dan epistemis yang lebih luas, dan mendukung apa yang umumnya
disebut dengan manfaat pragmatis. Dalam menghindari kebenaran, nilai-nilai pragmatis masuk
ke dalam pilihan teori sejauh mereka mencerminkan keprihatinan manusia dengan sains seperti
penggunaan atau kegunaannya, keindahannya dan sebagainya.Selain mengesahkan beberapa
nilai teoretis epistemik, van Fraassen juga mendukung nilai pragmatis, yang "memberikan alasan
untuk menggunakan teori, atau merenungkannya, apakah kita menganggapnya benar atau tidak,
dan tidak dapat secara rasional memandu sikap dan keputusan epistemik kita" (1980: 87).Di sini
nilai-nilai pragmatis, yang diambil dari segala hubungan dengan nilai-nilai aletis, merupakan
nilai-nilai teoretis yang penting. Perbedaan lebih lanjut antara jenis-jenis nilaiakan dibahas Jater.
Beberapa nilai teoretis akan diuraikan. Terlepas dari bagaimana mereka dapat dijelaskankan
lebih lanjut.

2.3 Beberapa keutamaan teori ilmiah

Nilai-nilai yang kita inginkan untuk dicontohkan oleh teori-teori kita bisa sangat spesifik karena
berkaitan dengan beberapa fitur tertentu dari suatu teori.Dengan demikian pertimbangkan teori
yang melibatkan hukum atau fungsi kuantitatif. Untuk berbagai keperluan, kami dapat menilai
fungsi yang dapat dibedakan dan / atau dapat diintegrasikan dengan yang tidak (atau hanya dapat
diintegrasikan dengan asumsi yang terlalu ideal); atau kami mungkin menghargai persamaan
yang dapat dihitung dengan mudah daripada yang melibatkan banyak waktu dan daya komputasi

43
atau tidak dapat dihitung sama sekali; atau kami mungkin menghargai fungsi-fungsi yang
sederhana (dalam beberapa hal) dibandingkan yang tidak; atau kami mungkin menghargai
fungsi-fungsi yang kontinu dari yang menunjukkan diskontinuitas; dan seterusnya. Dalam fisika
yang lebih maju ada beberapa jenis kendala yang dapat ditafsirkan sebagai nilai-nilai spesifik
teori yang harus diwujudkan.Sebagai contoh, dalam fisika teori relativitas menjelaskan kita
untuk menghargai persamaan-persamaan yang tidak berubah berkenaan dengan semua kerangka
referensi di atas yang tidak; atau mekanika kuantum memberi tahu kita untuk menghargai teori
yang memenuhi batasan simetri tertentu dibandingkan teori yang tidak; dan seterusnya.Tidak
satu pun dari nilai-nilai yang disebutkan berlaku untuk teori non-kuantitatif. Jadi, nilai apa yang
lebih umum yang dianggap dapat diterapkan secara luas untuk semua, atau sebagian besar, teori
ilmiah?

Mengambil petunjuk dari Quine dan Ullian (1978: bab 6), berikut adalah lima nilai
teoretis yang banyak orang lain juga mengklaim sebagai hipotesis ilmiah (atau teori) yang harus
dicontohkan: konservatif, kesederhanaan, generalisasi, dan refutabilitas. Ilmu pengetahuan,
tidak dapat bertahan atas dasar pengamatan saja; diperlukan hipotesis untuk penjelasan dan
prediksi. Setiap teori yang gagal menjelaskan apa pun, atau gagal memprediksi apa pun, akan
kekurangan sifat, dan bahkan menunjukkan sifat buruk. Quine dan Ullian tidak memasukkan
kekuatan penjelas dan / atau prediksi dalam daftar singkat nilai teori mereka; melainkan mereka
mengandaikannya dalam mengkarakterisasi nilai yang mereka lakukan. Di sini mungkin berguna
untuk menganggap kekuatan penjelas dan / atau prediktif sebagai nilai tingkat tinggi yang cukup
tinggi; atau lebih baik, kita bisa memikirkan (tingkat) kejelasan setidaknya sebagai tujuan utama
untuk ilmu pengetahuan yang menetapkan adegan untuk nilai-nilai lain. Kami akan mengadopsi
pandangan yang terakhir dan mengikuti Duhem dan Popper, yang berpikir untuk memberikan
penjelasan (tetapi tidak harus prediksi) sebagai tujuan ilmu pengetahuan yang penting, jika
bukan tujuan akhir. Tujuan ini cukup umum dan tidak terikat pada teori penjelasan
tertentu.Filsafat sains baru-baru ini penuh dengan model penjelasan yang berbeda; model mana
yang diadopsi tidak perlu menjadi perhatian kita di sini tetapi pilihan model dapat mencerminkan
nilai lebih lanjut.Ini mengungkapkan bahwa di balik tujuan yang tampaknya sederhana tetapi
umum seperti kurangnya penjelasan mungkin ada tersembunyi teori filosofis besar untuk
dijabarkan dalam metodologi.

44
Perhatikan juga bahwa hipotesis dapat salah memberikan contoh banyak nilai yang
dinyatakantetapi mereka tidak memiliki nilai sebagai kebenaran. Kebenaran bukanlah nilai yang
dinyatakan Quine dan Ullian.Masih belum jelas apakah ketidakhadirannya menunjukkan bahwa
mereka mengadopsi akun pragmatis dari nilai yang tidak termasuk kebenaran. Mari kita beralih
kelima (nilai-nilai) yang mereka nyatakan.

Nilai 1: Konservatisme. Ini adalah nilai yang terutama menyangkut dinamika perubahan
hipotesis dalam sains. Hipotesis Hapa pun yang kami usulkan dapat bertentangan dengan
hipotesis H* lain yang juga kami punya. Jika tidak ada konflik, dan konsisten secara logis
dengan, H*, maka tidak ada masalah. Tetapi teori-teori ilmiah tumbuh dan berkembang sehingga
teori-teori yang belakangan sering menyaingi teori-teori yang diterima sebelumnya dalam arti
bahwa mereka paling tidak bertentangan karena keduanya tidak mungkin benar (keduanya
bahkan mungkin salah).Mengapa kita ingin menyelesaikan kontradiksi di antara kepercayaan
kita? Salah satu alasan mungkin adalah bahwa, menurut logika klasik, dari suatu kontradiksi,
setiap klaim adalah apa adanya seperti berikut: wakil memiliki banyak konsekuensi logis dari
hipotesis kami. Pertimbangan ini dan lainnya telah menjadi pendorong penting yang mengarah
ke penghapusan kontradiksi dalam teori-teori dalam filsafat dan sains dari saat paradoks Zeno
dan seterusnya. Untuk menguraikan keutamaan konservatisme kita perlu menyoroti nilai lebih
lanjut yang tidak ditemukan secara eksplisit dalam limanilai yang dinyatakan oleh Quine dan
Ullian, tetapi dibuat eksplisit oleh para ahli metodologi lain.

Nilai 6: Konsistensi. Untuk setiap hipotesis H: (a) H harus konsisten secara internal; (B)
H harus konsisten secara eksternal dengan hipotesis lain H* kami juga berpendapat, di mana H
dan H* adalah bagian dari sistem kepercayaan yang sama luas .

Konsistensi adalah nilai aletis. Banyak, tetapi tidak semua, metodologi akan menerima 6
(a) sebagai nilai; tetapi beberapa mungkin menolak 6(b) sebagai suatu nilai. Mereka yang
menganjurkan logika dialeth tidak akan menerima peran untuk nilai 6(a) bahkan pada sains
akhir; mereka berpendapat bahwa kita harus belajar untuk hidup dengan kontradiksi (dan
menangani dugaan kejahatan seperti konsekuensi dengan cara lain yang dapat melibatkan
penolakan logika klasik dan mengadopsi beberapa bentuk dialethisme). Bahkan keadaan sains
akhir tidak harus bebas dari kontradiksi; sains akhir terbaik mungkin mengandung kontradiksi.
Jadi ada perselisihan tentang apakah konsistensi adalah nilai yang asli dan, jika demikian,

45
bagaimana nilai itu dapat dipahami (seperti apakah itu nilai jangka panjang, atau harus segera
direalisasikan atau bahkan tidak dalam jangka panjang).

Metodologi lain, seperti Lakatos dan Feyerabend, mengklaim bahwa mereka memiliki
metodologi yang memungkinkan kita untuk hidup dengan kontradiksi internal dan eksternal.
Mereka adalah pendorong penting pertumbuhan ilmiah dan tanpa mereka SRPS bisa
mandek.Klaim yang tidak konsisten juga dapat diisolasi dan dikarantina secara memadai, dan
sementara itu ilmu pengetahuan berkembang tanpa harus menghilangkannya. Dalam pandangan
mereka, metodologi apa pun yang layak dipertimbangkan harus mencakup peran kontradiksi
yang bermanfaat. Jadi tidak semua kontradiksi adalah jahat atau buruk. Mereka dapat dibiarkan
menang dalam jangka waktu yang lama dan mungkin hanya dihilangkan dalam jangka panjang
sehingga nilai konsistensi perlu diwujudkan hanya pada sains akhir. Bahkan Feyerabend
menganjurkan nilai dari "prinsip proliferasi", yang memberitahu kita untuk menolak nilai 6 (b)
dan secara aktif mencari dan mengembangkan teori yang tidak konsisten dengan sudut pandang
yang berlaku (lihat $ 11.2.1).

Jika kita memberikan nilai 6, apa itu konservatisme? Jika H dan H* adalah teori yang
tidak konsisten secara eksternal, berapa banyak perubahan dalam salah satu dari H atau H * yang
harus diizinkan untuk menghilangkan kontradiksi yang kita anggap sebagai sifat buruk?
Perubahan besar, atau hanya minimum yang cukup untuk mengembalikan konsistensi?Alternatif
kedua mengasumsikan bahwa seseorang memiliki prosedur untuk menemukan sesuatu yang
minimum, tetapi ini mungkin tidak selalu tersedia atau jelas.Konservatisme mengusulkan agar
kami melakukan perubahan terkecil untuk mengembalikan konsistensi.Di tempat lain, Quine
mengungkapkan ini dalam bentuk aturan sebagai "pepatah mutilasi minimum" (1995:
49).Mengapa kita harus mengadopsi nilai atau aturan seperti itu?Jika H adalah kumpulan
kepercayaan lama kita dan H* baru mengacaukannya melalui kontradiksi, maka mungkin ada
beberapa alasan metodologis yang baik untuk tidak mengimbangi H* di awal, sehingga tidak ada
revisi yang diperlukan. Beberapa mungkin mengusulkan, dan mengadopsi, nilai saingan
keuletan, atau tidak menyerah terlalu mudah, dan berpegang teguh pada H dan berharap
bahwaH* yang bermasalah dapat ditangani dengan cara lain.

Sebuah batas kasus dipertimbangkan oleh William Lycan di mana Ilmuwan I, yang
memegang hipotesis H, dihadapkan dengan teori baru H*, yang diajukan oleh Ilmuwan II, yang

46
tidak konsisten dengan H, tetapi keduanya sama-sama mencontohkan semua nilai lain dari
dukungan bukti, kesederhanaan, kekuatan penjelas, konsistensi dengan semua pengamatan yang
diketahui dan seterusnya. Nilai konservatisme berkuasa ketika Lycan menasihati: "Saya katakan,
jaga [H] yang asli, tanpa rasa malu, karena ia ada lebih dulu" (1988: 176). Dalam hal ini nilai
konservatisme adalah dianologikan trik penipu bagi Ilmuwan I ; jika salah satu teori menang atas
yang lain hanya pada satu nilai lain maka konservatisme berjalan. Hal yang sama berlaku untuk
Ilmuwan II, yang kita anggap, belum pernah mendengar tentang H ketika mereka mengusulkan
H*. Dalam mengadopsi konservatisme Ilmuwan II akan berpegang teguh pada H* ketika
berhadapan dengan H karena H* ada di sana pertama kali. Tampaknya konservatisme dalam
kasus ekstrem ini tidak dapat berbuat lebih baik daripada kemungkinan-kemungkinan sejarah.

Nilai 6 memainkan perannya ketika H tidak konsisten dengan beberapa pengamatan baru
yang telah kita buat, atau ketika H bertentangan dengan beberapa teori yang sudah mapan, kita
juga menerima.H dapat direnovasi dengan mengubahnya menjadi SDM sehingga
mengembalikan konsistensi dengan pengamatan atau teori-teori mapan lainnya. Di sini
konservatisme menjadi suatu nilai untuk diadopsi dalam dinamika pemilihan teori di bawah
proses revisi. Tapi mengapa konservatif dalam revisi daripada liberal dalam membuat sejumlah
perubahan ke H? Mengingat bahwa H adalah sistem kepercayaan kami sebelumnya, yang kami
gunakan sebelum direnovasi sehingga menciptakan SDM, mungkin tampak lebih masuk akal
untuk menganggap bahwa sedikit klaim dalam H yang salah (meskipun kasus terakhir tidak
dapat dikesampingkan). Jadi alasan untuk konservatisme dalam membuat modifikasi ke H dapat
didasarkan pada pertimbangan yang masuk akal. Lebih masuk akal untuk berasumsi bahwa
hipotesis H, yang bermanfaat bagi kita di masa lalu, memiliki beberapa hal yang salah
dengannya dan tidak masuk akal untuk menganggap bahwa hipotesis itu memiliki banyak
kesalahan. Jadi dalam merevisinya kita harus melakukan perubahan minimum.Mengejar ini lebih
jauh membawa kita ke teori metode probabilistik (lihat Bagian III). Conservativeness juga
memiliki beberapa alasan dalam satu atau lain dari beberapa teori revisi keyakinan yang
menjabarkan secara rinci prinsip-prinsip apa yang berlaku ketika membuat perubahan dalam
keyakinan seseorang. Jadi sekali lagi, di balik keutamaan konservatisme yang kelihatannya
sederhana, mungkin ada teori metode yang lebih kompleks, seperti teori revisi-kepercayaan,
yang harus dipertimbangkan dalam mengeja apakahnilai ini adalah alasannya.

47
Nilai 2: Kesederhanaan. Quine dan Ullian memberi tahu kita bahwa hipotesis H lebih
sederhana daripada H* lainnya ketika secara logis lebih lemah, yaitu, ketika H* menyiratkan H
tetapi tidak sebaliknya.Ini disebut dnegan kesopanan ,. Namun, tidak jelas kesopanan itu, harus
selalu menjadi nilai. Hukum Galileo tentang jatuh bebas dapat diturunkan (di bawah asumsi
idealisasi tentang gaya tarik gravitasi yang dekat dengan permukaan bumi) dari teori Newton
yang terdiri dari tiga hukum gerak dan hukum gravitasi universal. Kesopanan, akan menyesatkan
kita secara menyuruh untuk memilih hukum Galileo daripada hukum Newton.

Tetapi ada rasa kesopanan, di mana ketika beberapa keadaan yang dijelaskan oleh E
diperoleh, maka (dengan asumsi informasi latar belakang yang sama dan dua hipotesis saingan)
kita harus mengadopsi hipotesis yang lebih mungkin berdasarkan E dan bukan semakin kecil
kemungkinannya. Artinya, kita diundang untuk membandingkan P (E, H) dengan P (E, H*).(Ini
harus dibaca sebagai "probabilitas E diberikan H", atau "kemungkinan H pada E").Jika kita
menganggap E sebagai bukti, kerendahan hati nilai, mengundang kita untuk memilih hipotesis
yang membuat salah satu dari P (E, H) atau P (E, H*) semakin besar. Untuk menggambarkan
dengan menggunakan contoh Quine dan Ullian, anggaplah bukti E adalah sebagai berikut: ketika
telepon berdering dijawab, penelepon meminta maaf karena telah memutar nomor yang salah.
Hipotesis mana yang paling menjelaskan hal ini: penelepon ceroboh dalam melakukan panggilan
(H), atau seorang pencuri memeriksa untuk melihat apakah ada orang di rumah (H*)? Baik P (E,
H) dan P (E, H*) dapat memiliki nilai numerik positif nol, karena melakukan kesalahan dalam
panggilan dan aktivitas pencuri keduanya terjadi dengan frekuensi yang diberikan.Mari kita
anggap, untuk kita ketahui, bahwa H memenangkan hari dengan memberikan probabilitas yang
lebih tinggi pada E daripada H*.H kemudian dikatakan lebih sederhana, daripada H*; jadi kami
memilih H yang lebih baik daripada H* yang kurang baik.Dengan kesederhanaan seperti itu,
tidak ada hubungannya dengan konservatisme.Apakah nilai kesopanan, yang dapat diterima?
Bisa jadi; tetapi seperti konservativitas, ia mendapatkan alasannya dari teori metode
probabilistik. Jadi apakah kesopanan dalam arti tertentu atau tidak merupakan suatu
nilaitergantung pada nilai-nilai metodologis apa yang terkandung dalam penggunaan
probabilitas, terutama kemungkinan, dan tidak terlepas dari mereka. Kalau tidak, itu tetap
menjadi misteri mengapa kita tidak seharusnya menghargai ketidaksopanan, dalam
hipotesis.Kerendahan hati mungkin tampak sebagai nilai kuno yang tidak perlu ditolak ketika
mengusulkan teori-teori yang tidak sopan yang banyak menyatakan dan yang karenanya dapat

48
dengan lebih baik mewujudkan tujuan teoretis kita dalam banyak dan klaim berisiko yang
mereka buat.

Nilai 3: Kesederhanaan. Kesederhanaan adalah nilai teoretis yang populer, seperti yang
dikonfirmasi oleh sebuah survei terhadap para ekonom pemenang hadiah Nobel (Zellner et al.
2001: bab 17). Tapi itu sama sekali tidak menyetujui konsep kesederhanaan itu dan ini dikatakan
sebagai lawan dari kompleksitas, kesuburan atau kelimpahan. Mungkin disepakati bahwa banyak
bidang sains harus sesuai dengan beberapa prinsip kesederhanaan. Tetapi prinsip semacam itu
tidak perlu merinci beberapa cara yang efektif untuk menemukan kesederhanaan dalam sains;
mungkin hanya mensyaratkan mengetahuinya bahwa ada prinsip kesederhanaan, namun itu harus
diperoleh. Dalam buku ini kami hanya menyebutkan tiga aspek kesederhanaan. Dalam $ 5,6 kita
membahas beberapa kriteria untuk menentukan kapan satu persamaan lebih sederhana dari yang
lain; dan dalam §5.7 kita membahas peran yang dimainkan oleh kesederhanaan dalam
menemukan persamaan yang paling cocok dengan serangkaian data tertentu. Ini, secara garis
besar, berkaitan dengan fitur sintaksis dari persamaan (seperti jumlah parameter) sebagai kriteria
untuk kesederhanaan itu sendiri. Di sini kita akan membahas kesederhanaan sebagai doktrin
ontologis; prinsip ini berkaitan dengan kesulitan, mengingat sejumlah item dalam beberapa
kategori, menjelaskan kita untuk menerima jumlah terkecil daripada jumlah yang lebih banyak.

Prinsip-prinsip semacam itu menerapkan pertimbangan kesulitan pada sejumlah item


ontologis yang berbeda. Mereka memiliki bentuk umum: semua hal lain yang dianggap sama, di
mana ada teori-teori saingan yang salah satunya mendalilkan item m dan yang lain mendalilkan
item dan m <n, maka seseorang harus memilih teori dengan jumlah item yang lebih sedikit, m.
(Di sini "seharusnya" lebih metodologis daripada yang "seharusnya" kepercayaan rasional,
meskipun keduanya kadang-kadang diambil bersama-sama.) Pertimbangkan beberapa "item"
berikut ini seperti aksioma, prinsip dasar, hipotesis ad hoc, hipotesis ontologis, kategori ontologis
dan seterusnya. (a) Mengingat sejumlah cara sistem aksioma (seperti kalkulus proposisional)
kita harus memilih sistem yang memiliki jumlah aksioma paling sedikit. Untuk membenarkan
hal ini, banding terhadap kebenaran yang diperoleh tidak mungkin terjadi karena semua aksioma
yang berbeda menghasilkan kebenaran yang sama. Sebuah justifikasi dapat ditemukan dalam
seruan kepada prinsip keanggunan atau efisiensi karena seseorang mampu membuktikan
sebanyak mungkin teorema tetapi dengan aksioma yang lebih sedikit. (b) Ketika mencoba untuk

49
menjabarkan sains empiris dalam hal hukum fundamental, sebagai contoh, ada berbagai cara
menghadirkan mekanika klasik beberapa di antaranya menggunakan prinsip tindakan paling
tidak dan yang lain tidak, yang sebelumnya sering mereka ambil untuk memberikan seperangkat
hukum dasar yang lebih pelit dari yang yang paling akhir. Tetapi perhatikan bahwa kesulitan
ontologis semacam ini mungkin bertentangan dengan kesederhanaan sintaksis karena set hukum
dasar kecil yang diperlukan oleh kesulitan hukum yang berisi, kriteria sintaksis yang lebih
kompleks. (c) Teori sering membuat asumsi ad hoc;

prinsip kesulitan terkait dengan mereka yang mengharuskan kita untuk memilih teori
dengan jumlah paling sedikit (termasuk nol) dari asumsi ad hoc. Prinsip kesulitan ontologis juga
dapat berlaku untuk entitas atau penyebab yang tidak dapat diobservasi. (d) Hal-hal lain
dianggap sama, jika teori T1, mendalilkan lebih banyak entitas (dalam kategori, katakanlah,
objek, properti, hubungan, dll.) daripada teori T2 lain, maka kita harus memilih T2, lebih dari T1.
Ini biasanya dinyatakan sebagai versi pisau cukur Ockham: jangan gandakan entitas di luar
kebutuhan. (e) Akhirnya, hal-hal lain dianggap sama, jika teori T1, mendalilkan lebih banyak
jenis penyebab (atau mekanisme sebab-akibat) daripada teori T2 lainnya, maka kita harus
memilih T2, di atas T1, (lihat dua aturan penalaran pertama Newton dalam filsafat mengenai
menyebabkan $ 3,4). Prinsip-prinsip kesulitan seperti itu tidak perlu disaingi oleh jenis-jenis lain
dari prinsip yang lebih permisif yang memberi tahu kita bahwa di mana postulasi (katakanlah)
satu jenis entitas tidak cukup untuk tujuan apa pun, maka kita perlu menggunakan dua jenis
entitas yang berbeda. Setelah semua pisau cukur Ockham konsisten dengan prinsip yang
mengatakan bahwa lebih banyak entitas dalam arti "perlu" maka kita harus mendalilkan mereka
dan tidak dirugikan dengan mendalilkan terlalu sedikit entitas. Namun, kualifikasi "hal lain
dianggap sama" menunjukkan bahwa kesulitan adalah hanya dikelola secara dan bukan menjadi
pertimbangan utama dalam konteks nilai-nilai atau aturan metode lain.

Mengapa seseorang harus mengadopsi prinsip-prinsip kesulitan seperti itu, dan


pembenaran apa yang mereka miliki? Tidak jelas bahwa mereka adalah panduan untuk
kebenaran (atau nilai lain yang seharusnya disadari oleh kesederhanaan). Misalkan kita dapat
memesan teori sesuai dengan tingkat kesulitan ontologis mereka.Juga anggaplah bahwa ada
prinsip kesulitan kekuatan yang berbeda.Yang terkuat adalah yang memberi tahu kita untuk
menerima teori-teori yang secara maksimal berlawanan dalam hal mereka mendalilkan jumlah

50
entitas yang paling sedikit; tetapi ada prinsip-prinsip lain yang lebih santai yang tidak maksimal
dan memberitahu kami untuk menerima jumlah entitas terkecil kedua, atau jumlah terkecil ketiga
dan seterusnya.Maka seseorang dapat dengan mudah membayangkan dunia-dunia yang mungkin
di mana asas parlementasi maksimal bukanlah panduan untuk kebenaran tetapi yang kedua (atau
yang ketiga, dll.)Dalam urutan prinsip-prinsip kesulitan adalah panduan yang baik untuk
kebenaran.Dalam hal ini tidak diperlukan prinsip penghematan; mereka semua adalah
bergantung.Kita sekarang bisa menanyakan.Apakah kita berada di dunia di mana prinsip
kesulitan maksimal adalah panduan terbaik untuk sebuah kebenaran?Atau apakah kita berada di
dunia di mana ada prinsip parsimoni yang lebih longgar, katakan yang kelima sesuai urutan
prinsip parsimoni?Dan apakah kita dalam posisi untuk menemukan asas penghematan mana
yang benar?Tinjauan sejarah sains dapat membantu di sini.Misalkan kita memiliki akses
independen kepada kebenaran tentang jumlah jenis entitas yang ada dalam domain investigasi
yang seharusnya diberikan oleh prinsip kesulitan.Maka kita mungkin berada dalam posisi untuk
menguji prinsip-prinsip kesulitan dan menemukan apakah itu adalah prinsip kesulitan yang
maksimal, atau prinsip kedua secara berurutan, atau yang ketiga, dan seterusnya, yang
memberikan kebenaran ini. Prosedur seperti itu akan menjadi pendekatan empiris untuk menguji
prinsip-prinsip kesulitan. Namun, anggapan seperti itu tidak masuk akal karena akses independen
terhadap kebenaran yang dipersyaratkan tidak tersedia; Selain itu, prinsip-prinsip metodologis
kesulitan sering dilibatkan dalam menentukan kebenaran-kebenaran itu.

Pendekatan apriori untuk pembenaran prinsip penghematan tidak akan terjadi. Klaim-
klaim teologis mengenai efek bahwa Allah menciptakan dunia yang sederhana membutuhkan
paling tidak bahwa kita memiliki wawasan tentang pikiran dan tujuan-tujuan Allah, sesuatu yang
bagi sebagian orang tidak mungkin (kita tidak dapat mengetahui pikiran Tuhan) dan bagi yang
lain adalah starter (Tuhan tidak ada). Pendekatan teologis juga mengandaikan kebenaran klaim
ontologis bahwa dunia itu sederhana. Meskipun banyak ilmuwan terkesan oleh apa yang mereka
pikir sebagai dunia sederhana, seringkali sulit untuk melihat bagaimana klaim seperti itu dapat
diuji. Mungkin pembenaran teologis dapat digantikan oleh pembenaran metafisi, atau dengan
pembenaran dalam hal rasionalitas; tetapi beberapa pendekatan ini tidak memberikan
pembenaran yang nyata karena mereka sering mengambil penghematan sebagai prinsip primitif
yang terbukti sendiri dapat menjelaskan hal-hal lain dalam metafisika atau teori rasionalitas.

51
Virtue 4: Generality. Karena nilai ini bertentangan dengan kesederhanaan, bagaimana hal
itu dipahami?Hipotesis yang lebih umum H* dapat mencakup hipotesis yang kurang umum H.
Dalam memiliki sifat umum, H* harus dipilih daripada H; tetapi karena kurang sopan daripada
H, H* tidak memiliki sifat baik dan tidak bisa dipilih.Keutamaan kerendahan hati dan
generalisasi tidak dapat direalisasikan secara bersamaan karena mereka membuat rekomendasi
yang berbeda tentang memilih antara H dan H* (suatu hal yang diakui Quine dan Ullian).
Masalahnya adalah masalah umum untuk metodologi yang didasarkan pada nilai-nilai (dan juga
aturan) dan dapat dimasukkan dengan cara berikut. Dalam mengungkapkan nilai-nilai kami,
kami mengucapkan hipotesis saingan berikut:

 hal-hal lain dianggap sama sehubungan dengan semua nilai lain, pilih hipotesis yang
paling sederhana;
 hal-hal lain dianggap sama sehubungan dengan semua nilai lain, pilih hipotesis yang
paling konservatif;
 hal-hal lain dianggap sama sehubungan dengan semua nilai lain, pilih hipotesis dengan
kekuatan penjelas terbesar;
 dan seterusnya, untuk setiap nilai.
Klaim semacam itu tidak bermasalah hanya ketika klausa anteseden ceteris paribus
berlaku dan di mana ada beberapa ukuran yang dengannya kita dapat menentukan mana yang
paling sederhana, paling konservatif, atau paling jelas. Tetapi seringkali asumsi-asumsi ini tidak
berlaku, dan berbagai nilai saling bersaing satu sama lain mengenai mana yang harus kita
adopsi, atau masing-masing bobot diberikan. Ini memunculkan kemungkinan bahwa dua nilai
atau lebih mungkin tidak semuanya dapat diwujudkan pada saat yang sama dalam teori yang
sama; beberapa pertukaran antara nilai harus dilakukan. Tetapi bagaimana trade-off dilakukan
dengan cara metodologis berprinsip karena tampaknya tidak ada pengadilan banding yang lebih
tinggi terhadap nilai-nilai yang lebih banyak? Adakah ketidakterbandingan antara pilihan-
pilihan berbeda yang dapat didukung oleh nilai, dan karenanya versi relativisme tentang pilihan
teori dalam sains mengancam? Kami akan kembali ke ini dalam $ 2,4 ketika membahas model
pilihan teori Kuhn dalam hal nilai-nilai tertimbang; tetapi tidak memiliki harapan tinggi untuk
mendapatkan jawaban yang dapat menangkis ancaman relativisme.

52
Generalitas dapat dipahami dengan lebih baik dengan cara lain: H* dapat memiliki lebih
banyak contoh daripada H dan karenanya lebih baik. Ini dapat diilustrasikan dalam kasus
percobaan berulang. Tidak ada dua percobaan yang persis sama: mereka akan terjadi di waktu
dan tempat yang berbeda; beberapa jumlah yang diperiksa akan memiliki besaran yang berbeda
dalam percobaan yang berbeda yang dilakukan di tempat dan waktu yang berbeda; dan
seterusnya. Sebagai contoh, sebuah hipotesis dapat memiliki hasil eksperimen yang berbeda
.Semakin banyak contoh yang dimiliki beberapa hipotesis H*, semakin besar generalitasnya;
semakin sedikit contoh hipotesis H memiliki semakin sedikit generalitasnya.Begitu dipahami,
atas dasar nilai umum, H* lebih disukai daripada H. Kesederhanaan bukanlah nilai di sini.
Keutamaan umum dapat diilustrasikan dengan cara lain. Misalkan ada seperangkat O
pengamatan eksperimental yang relevan dengan domain dari dua hipotesis H dan H*, dan
bahwa kami memerlukan kedua hipotesis untuk melibatkan pengamatan di O. Misalkan
kumpulan pengamatan Odibagi menjadi dua himpunan bagian. O1dan O2. Anggapan yang
lebih jauh bahwa hipotesis H menangkap semua pengamatan di kedua himpunan bagian;
sebaliknya H hanya memerlukan pengamatan satu himpunan bagian, O1, dan tidak memerlukan
pengamatan di himpunan bagian lainnya, O2 , Misalkan akhirnya bahwa tidak ada pengamatan
di subset O2menjanggahH; namun mereka relevan dengan domain H. Dengan semua hal di atas,
H terlalu sempit untuk tidak melibatkan pengamatan O2 yang relevan dengan domainnya.
Meskipun H tidak disangkal oleh anggota O2, itu masih dapat ditolak demi H* karena
kesempitannya; ia menderita kekurangan sifat umum dalam menangkap hanya apa yang ada
dalam O1 dan tidak ada dalam O2. Dalam hal ini, hipotesis yang lebih sederhana ditimpa oleh
hipotesis yang lebih umum.
Nilai 5: Refutability. Nilai ini hampir sama dengan nilai Popper yang dapat dipalsukan,
dan dinyatakan sebagai berikut: "beberapa peristiwa yang dapat dibayangkan, dapat dikenali
jika terjadi. Harus cukup untuk menyangkal hipotesis.Kalau tidak, hipotesis tidak memprediksi
apa-apa, dikonfirmasi oleh tidak ada apa-apa, dan menganugerahkan kepada kita tidak ada
bumi.baik melampaui kedamaian pikiran "(Quine & Ullian 1978: 79). Jelaslah bahwa
keutamaan ini harus direalisasikan jika tujuan penjelasan yang utama harus direalisasikan; yaitu,
ada beberapa peristiwa aktual yang diketahui yang dijelaskan hipotesis. Kegagalan untuk
menjelaskan atau meramalkan, atau secara umum memerlukan, apa pun yang kita ketahui tentu
saja adalah kurangnya nilai dalam suatu hipotesis. Tetapi sifat buruk yang tak terbantahkan

53
menarik perhatian pada cacat yang berbeda dalam hipotesis kami. Sebuah hipotesis (ketika
diterapkan dalam beberapa situasi) mungkin tidak memerlukan klaim observasi, dan karenanya
tidak dapat dikonfirmasi atau disangkal oleh apa yang sebenarnya kita amati. Namun, ada
beberapa kemungkinan penerapan hipotesis yang menghasilkan klaim pengamatan, meskipun
hanya dapat diuji dengan beberapa pengamatan yang mungkin dapat kita lakukan dalam waktu
yang penuh dan bukan yang dapat kita uji dengan apa yang sebenarnya kita miliki dan diamati.
Di sini, ada enam nilai dan satu tujuan tertinggi dari kekuatan penjelas yang telah
kemukakan oleh para filsuf ilmu pengetahuan atau sains, bersama dengan sketsa thumbnail
tentang nilai apa yang dimiliki masing-masing, dan dalam beberapa kasus beberapa alasan
mengapa kita mungkin mengadopsi mereka. Kita telah melihat bahwa beberapa nilai dapat
saling bertentangan.Dan kita telah melihat bahwa seringkali, di balik beberapa nilai ini, ada
teori metode yang lebih kompleks yang pada awalnya tidak terbukti.Mengapa kita harus
mengadopsi nilai-nilai ini?Kami telah mengajukan beberapa pertanyaan tentang mengapa
sebagian dari nilai ini, berdasarkan pemahaman, mungkin tidak terlalu bagus. Dalam kasus-
kasus lain, ada sebuah permintaan untuk teori metode lebih lanjut untuk memberikan beberapa
alasan. Tetapi dalam semua kasus, pembenaran atas nilai secara langsung atau tidak langsung
terletak pada teori metode yang melekat padanya.Memberikan beberapa pembenaran adalah
topik metamethodologi.

2.4 Nilai-nilai Kuhn

Kuhn menyarankan beberapa nilai di atas dalam sains bersama dengan yang lain. Dalam The
Structure of Scientific Revolution, ia memberi tahu kita bahwa ada "seperangkat komitmen yang
tanpanya tidak ada manusia yang menjadi ilmuwan. Misalnya, ilmuwan harus peduli untuk
memahami dunia dan untuk memperluas ketelitian dan ruang lingkup yang dengannya telah
dipesan "(1970a: 42). Dia terus menyebutkan penghapusan gangguan dan menambahkan: "Tidak
diragukan lagi masih ada aturan lain seperti ini, yang telah berlaku untuk para ilmuwan setiap
saat". Meskipun Kuhn berbicara tentang aturan di sini, komitmen ini juga bisa dianggap sebagai
nilai Kuhn. Terlepas dari klaim-klaim lain di tempat lain dalam edisi pertama bukunya, ini bukan
nilai-nilai paradigma-relatif tetapi nilai-nilai untuk sains setiap saat; Selain itu kata "harus" dapat
diambil dalam arti yang kuat untuk menunjukkan bahwa nilai-nilai ini merupakan konstitutif dari

54
ilmu pengetahuan, Kuhn mendukung tidak hanya tujuan pemahaman, yang dapat kita ambil
untuk memasukkan tujuan penjelasan, tetapi juga nilai-nilai presisi ( keakuratan) dan ruang
lingkup teori sehubungan dengan jumlah ordo yang dimiliki yang ditangkap oleh dunia .
Meskipun tidak jelas arti dari bagian yang terakhir ini, mungkin ini mendekati nilai Duhemian
dari sistematika klasifikasi (lihat $ 2.6). Dalam "Postscript" ke edisi 1970 dari bukunya Kuhn
menambah nilai-nilai ini (ibid .: 184): prediksi akurat, dengan preferensi untuk prediksi
kuantitatif daripada prediksi kualitatif; kemampuan untuk membuatnya menjadi teka-teki dan
memberikan solusi; kesederhanaan; konsistensi, baik secara internal maupun eksternal
sehubungan dengan teori-teori lain. Dan dalam bukunya The Essential Tension (1977: ch. 13) ia
menambahkan ruang lingkup (dalam arti berbeda seperti pada kutipan di atas) dan keberhasilan.
Beberapa dari ini juga ada dalam daftar desiderata Hempel yang telah disebutkan sebelumnya.

Kuhn mendukung dua nilai aletis: konsistensi (yang telah kami temui) dan akurasi pada
tingkat pengamatan. Sepanjang tulisannya, Kuhn menganjurkan nilai akurasi, baik kualitatif dan
kuantitatif, dengan preferensi pada bagian akhir di mana itu sesuai dan tersedia.Kita tidak harus
bingung dengan nilai kepastian. Laporan ilmiah tentang pengamatan dan pengukuran umumnya
datang dengan beberapa perkiraan tingkat kesalahan yang terlibat dalam pembuatannya,
sehingga mereka tidak pasti (meskipun tingkat kepastian yang tinggi mungkin melekat pada
tingkat kesalahan yang ditugaskan untuk jenis pengukuran apa pun). Akurasi penting dari Kuhn
diperlukan untuk dua nilai lain atau tujuan, bahwa Kuhn menyebutkan hanya secara sepintas,
yaitu, kekuatan penjelas dan prediksi, "karakteristik yang banyak digambarkan oleh para
ilmuwan secara khusus dan mereka tidak menyerah akan hal tersebut" (ibid .: 323). Di sini
mungkin Kuhn, seperti Quine dan Ullian, mendukung nilai tingkat tinggi, atau tujuan, kejelasan.

Akurasi adalah nilai yang datang dalam derajat sehingga menimbulkan perbandingan
seperti "teori T menghasilkan prediksi yang lebih akurat dari pada teori T*.Seberapa akuratkah
sebuah teori untuk menunjukkan nilai? Ketika disiplin ilmu berkembang, cara yang lebih akurat
menentukan berbagai jumlah yang muncul (seperti rasio e / m untuk elektron, atau penanggalan
karbon radioaktif dari artefak arkeologi). Untuk menerapkan persyaratan akurasi yang baik
dengan tingkat ambang batas akurasi yang tetap akan menghilangkan beberapa hipotesis sebelum
waktunya; jumlah minimum untuk derajat akurasi harus fleksibel dan tergantung pada tingkat
perkembangan sains. Juga untuk perhitungan tingkat akurasi kita tidak hanya membutuhkan teori

55
kesalahan tetapi juga teori kelayakan, namun terbatas pada klaim pengamatan sains atau jumlah
yang dapat diukur. Teori kebenaran akan menjelaskan kita bahwa meskipun dua hipotesis
mungkin salah, satu hipotesis lebih (atau kurang) salah daripada yang lain, atau lebih (atau
kurang) akurat, dan lebih dekat (lebih jauh dari) dengan prinsip kebenaran "(Kuhn 1970a: 206).
Di sini Kuhn, seperti yang akan kita lihat sebentar lagi, bergabung dengan Duhem dan van
Fraassen dalam menolak nilai realis tentang kebenaran dan kebenaran di tingkat teoretis; tetapi
mereka perlu mempertahankannya di tingkat pengamatan;.

Anehnya, Kuhn tidak secara eksplisit menyebutkan nilai konfirmasi epistemik yang
bergantung pada beberapa gagasan tentang tingkat dukungan oleh bukti.Kita sering menghargai
teori yang memiliki tingkat dukungan bukti tertinggi terhadap para pesaingnya; tidak adanya
dukungan, atau dukungan yang rendah merupakan sifat buruk.Tapi dia menganjurkan nilai-nilai
lain yang bersifat epistemik; jadi secara tidak langsung ada penekanan pada nilai konfirmasi
tertentu.Dia mendukung nilai pembentukan teke teki dan solusi. Hal lain dianggap sama, kita
harus menilai T lebih dari T* jika T membentuk jumlah teka-teki yang lebih besar daripada T*;
dan hal-hal lain yang dianggap sama, kita harus menghargai T terhadap T* jika T memecahkan
lebih banyak teka-teki yang diajukan daripada T*. Tetapi gagasan bahwa T memecahkan (mis.
Mendapatkan yang benar) beberapa teka-teki disertai dengan gagasan bahwa T mengambil
konfirmasi sehubungan dengan memperbaikinya, sementara T tidak melakukan ini, atau
melakukannya dengan tingkat yang sama.

Nilai luasnya ruang lingkup Kuhn juga menarik bagi nilai konfirmasi. Sebuah teori
"harus memiliki ruang lingkup yang luas: khususnya konsekuensi teori harus jauh melampaui
pengamatan, hukum atau sub-teori yang pada awalnya dirancang untuk dijelaskan" (Kuhn 1977:
322). Keutamaan memiliki konsekuensi berlebihan yang berlebihan atas apa yang diasumsikan
dalam desain awal teori secara standar dianjurkan dalam, dan dijelaskan dalam teori konfirmasi.
Kuhn juga menekankan nilai konfirmasi yang berbuah terkait erat ketika ia menulis: "sebuah
teori harus berbuah dari temuan penelitian baru: itu , yaitu harus mengungkapkan fenomena baru
atau sebelumnya hubungan yang tidak diketahui di antara hubungan yang sudah dikenal"
(ibid.).Sedangkan ruang lingkup mensyaratkan bahwa teori memiliki konsekuensi selain yang
dirancang untuk mengakomodasi, berbuah mensyaratkan bahwa beberapa konsekuensi ini
seharusnya tidak diketahui oleh perancang teori pada saat itu dirancang.Meskipun dibantah oleh

56
sebagian orang, persyaratan bahwa teori mengarah pada fakta atau undang-undang baru adalah
fitur penting dari banyak metodologi dari Popper dan Lakatos hingga pengikut Bayesia; itu
adalah nilai yang dapat memberikan alasan dalam metodologi mereka mengenai pilihan teori.

Kuhn mengklaim bahwa daftar nilainya dapat dibagikan oleh semua ilmuwan; dan atas
dasar inilah mereka membuat pilihan teorinya. Tetapi ini tidak cukup untuk memastikan
kesamaan pilihan, karena dua alasan: pertama, para ilmuwan dapat memahami nilai-nilai ini
secara berbeda; kedua, mereka dapat menerapkannya secara berbeda. Mempertimbangkan hal
pertama, ketika masing-masing nilai secara jelas dapa menentukan kesalahpahaman dapat
diminimalkan. Kesederhanaan dapat dipahami dalam berbagai cara. Hal ini dapat
dipertimbangkan sehubungan dengan jumlah entitas yang dijelaskan, atau sehubungan dengan
jumlah hipotesis ad hoc yang diadopsi, atau tingkat dan urutan persamaan yang dipertimbangkan.
Teori Copernicus lebih sederhana daripada Ptolemy dalam jumlah titik equant buatan yang
diusulkannya (tidak seperti Ptolemy, Copernicus tidak mengusulkan satu pun); tetapi keduanya
sama-sama sederhana (atau kompleks) satu sama lain dalam jumlah epiklus dan perbedaan yang
digunakan masing-masing. Tetapi begitu jenis kesederhanaan telah ditentukan sepenuhnya, ada
sedikit ruang untuk pemahaman yang berbeda. Penilaian tentang konsistensi harus cukup tajam
dan tidak ambigu; dan baik ruang lingkup tidak terbuka untuk variasi pemahaman yang luar
biasa. Begitu ada perbedaan dalam pemahaman nilai-nilai yang dijelaskan dan ambiguitas akan
dihilangkan, para ilmuwan masih bisa berbeda dalam kepentingan mereka yang melekat pada
nilai yang diberikan; setiap nilai dapat diberikan bobot istimewa saat menilai teori.

Ini mengarah pada masalah kedua, dan model pilihan teori Kuhn, dipahami tidak hanya
sebagai deskripsi tentang bagaimana para ilmuwan sebenarnya telah membuat pilihan mereka,
tetapi juga sebagai model yang memiliki kekuatan normatif tentang bagaimana seseorang harus
membuat pilihan.Para ilmuwan tidak menerapkan nilai satu per satu dalam memilih teori;
mereka menggunakannya mereka secara bersamaan.Seperti yang telah kita lihat dalam kasus
generalitas dan kerendahan hati, nilai-nilai itu mungkin tidak semuanya dapat diwujudkan
bersama; mereka memiliki arah yang berbeda. Setelah nilai ditentukan secara jelas, satu ilmuwan
mungkin bersedia untuk mengecilkan satu demi yang lain. Dengan demikian satu ilmuwan akan
lebih memilih akurasi daripada ruang lingkup dan / atau keberhasilan sementara yang lain
melakukan sebaliknya. Sekali lagi, seorang ilmuwan akan mengecilkan kesederhanaan demi

57
keakuratan (mis. Mereka mendukung fungsi yang lebih akurat yang menangkap sekumpulan titik
data pada grafik, yang seringkali juga kurang sederhana); sebaliknya ilmuwan lain mungkin
melakukan yang sebaliknya. Dan seterusnya. Meskipun mereka mungkin berbagi nilai yang
sama, mereka tidak perlu berbagi bobot yang sama dengan yang mereka berikan untuk setiap
nilai. Dengan demikian model pilihan teori Kuhn adalah digunakan oleh setiap ilmuwan, satu set
nilai-nilai umum, tetapi dengan bobot untuk setiap nilai yang dapat berbeda dari satu ilmuwan ke
ilmuwan yang lain. Konsensus akan muncul dalam komunitas ilmuwan tentang pilihan teori
ketika ada kesamaan bobot. Bisa juga secara kebetulan muncul bahkan ketika ada bobot yang
berbeda; tetapi lebih umum akan ada pertikaian ketika ada perbedaan bobot.

Sekarang ini memunculkan apa yang kita sebut masalah agregasi. Bagaimana para
ilmuwan mengumpulkan nilai-nilai yang berbeda, mengingat bobot masing-masing, untuk
membuat pilihan tentang teori?Berikut ini adalah sketsa tentang bagaimana hal ini dapat
dilakukan. Untuk teori Tyang diberikan akan ada beberapa derajat, atau ukuran, sejauh mana T
menyadari setiap nilai. Jadi ada beberapa tingkatan di mana T menyadari kesederhanaan, ruang
lingkup, kesuburan, jumlah masalah yang diajukan dan diselesaikan, dan seterusnya.(Konsistensi
tidak datang dalam derajat, sehingga dapat dikesampingkan.)Mungkin sangat sulit, jika bukan
tidak mungkin, untuk mendapatkan ukuran absolut dari tingkat di mana nilai direalisasikan pada
skala dari 0 persen (tidak direalisasikan pada semua) hingga 100 persen (terwujud
sepenuhnya).Namun, mungkin kurang bermasalah untuk mendapatkan langkah-langkah
komparatif, seperti ketika kita mengklaim bahwa T adalah lebih sederhana, atau memecahkan
lebih banyak masalah dan sebagainya, dari pada T*. Mari kita anggap pada waktu tertentu bahwa
setiap ilmuwan mendukung nilai V1,., Vn, dan mari kita anggap, ini agak idealis dimana teori
Memperlakukan ini untuk beberapa derajat D1, .. Dn (baik mutlak atau dibandingkan dengan
beberapa teori saingan). Menyatukan semua ini, kita perlu mengandaikan bahwa ada derajat
tertentu di mana T menyadari setiap V,; sebut ini (DV)i(i = 1, ..., n). Selain itu, bagi seorang
ilmuwan untuk membuat pilihan keseluruhan tentang teori T, kita perlu menggabungkan, atau
"menjumlahkan", masing-masing (DV)i dalam beberapa cara. Mari kita nyatakan "jumlah" ini
sebagai (DV)1 + ... + (DV)n (di mana "+" adalah fungsi agregasi yang mungkin atau tidak
mungkin ada penambahan numerik).

58
Tetapi dibutuhkan lebih banyak. Agregasi apa pun harus menggunakan bobot istimewa
masing-masing ilmuwan dari masing-masing nilai yang disetujui. Bobot ini dapat bervariasi dari
waktu ke waktu untuk ilmuwan yang berbeda dan untuk berbagai teori yang mereka evaluasi.
Jika bobot untuk ilmuwan S mempertimbangkan teori T (pada waktu tertentu) adalah w1 ke w2,
maka fungsi berikut perlu diperhitungkan dalam menentukan nilai keseluruhan T untuk ilmuwan
S, yaitu, VS(T) : VS (T) = w1 (DV)1 + .. + wn (DV)n Dalam beberapa hal fungsi ini seharusnya
menghasilkan hasil yang memungkinkan setiap ilmuwan untuk membuat peringkat keseluruhan
untuk masing-masing teori T, T* dan seterusnya, di antara pilihan yang harus dibuat.

ia mengidealkan fungsi VS (T) menangkap aspek sentral dari model pilihan teori Kuhn
yang melibatkan lebih dari satu nilai, tetapi juga mengedepankan masalah dalam
mengadopsinya. Dalam kasus yang ideal, setiap ilmuwan diharuskan untuk memperkirakan
sejauh mana setiap nilai telah direalisasikan (pada skala tertentu), dan untuk memiliki skala
bobot secara eksplisit untuk masing-masing DVi Sulit untuk melihat bagaimana proses
membangun skala dan kemudian melakukan agregasi bisa menjadi apa pun selain samar dan
tidak jelas. Apa yang awalnya mungkin tampak sebagai cara yang masuk akal untuk dilanjutkan
ternyata pada analisis yang lebih dekat untuk terperosok dalam masalah. Masalah agregasi akhir
muncul ketika setiap pilihan ilmuwan digunakan dalam beberapa cara untuk menentukan apa
yang diperlukan dalam komunitas ilmiah yang relevan untuk menjadi pilihan mereka secara
keseluruhan. Di sini mungkin ada bobot pandangan masing-masing ilmuwan karena tidak semua
dapat dipertimbangkan sama.

Apakah ini dalam jangka panjang memerlukan relativisme tentang pilihan teori?
Konsensus menutupi fakta bahwa tampaknya hanya masalah keberuntungan anggota komunitas
ilmiah mencapai kesimpulan yang sama. Ini hanyalah fakta kasar bahwa mereka mencapai
konsensus; tidak ada jaminan bahwa mereka harus mencapai kesepakatan dan tidak ada dasar
rasional lebih lanjut yang dapat ditemukan untuk kesepakatan bersama mereka.Dissensus
mengungkap fakta bahwa bobot yang berbeda dapat mengarah pada pilihan yang berbeda dan
tidak ada alasan rasional lebih lanjut dalam model nilai oleh Kuhn untuk mengatasi perbedaan
dalam pilihan. Kami mengatakan lebih banyak tentang masalah ini dalam $ 11,1 oleh Kuhn.

59
2.5 Tujuan dan nilai-nilai sains: Popper

Penjelasan di atas akan berfungsi untuk menggambarkan beberapa nilai yang telah
dianjurkan dalam sains. Di sini kita akan mempertimbangkan beberapa proposal yang telah
dibuat untuk mengekstraksi dari berbagai nilai inti terkecil yang merupakan tujuan akhir dalam
ilmu pengetahuan. Tetapi sama seperti mungkin ada ketidaksepakatan tentang nilai-nilai apa
yang harus diadopsi, demikian juga mungkin masih ada ketidaksepakatan di tingkat yang lebih
tinggi dari tujuan ilmu pengetahuan.

Sosiolog sains Robert Merton mengusulkan bahwa salah satu nilai sains adalah
skeptisisme yang terorganisir. (Sebenarnya dia berbicara tentang norma-norma di sini; tetapi
seperti yang akan kita bahas di Bab 3, nilai-nilai dan norma-norma dalam metodologi terkait
erat.) Dalam sains kita biasanya menghargai kepercayaan yang terbuka untuk penilaian kritis
(meskipun mereka mungkin tidak benar-benar telah dikritik) atas kepercayaan yang dianggap
kebal dari kritik dengan alasan yang ada hubungannya dengan keyakinan politik, keyakinan
agama, kepentingan ekonomi atau apa pun. Nilai Merton melibatkan skeptisisme karena tidak
ada kepercayaan yang sakral dan dikecualikan dari evaluasi kritis; juga tidak diterima secara
dogmatis dan tidak kritis. Semua kepercayaan harus terbuka untuk pemeriksaan dengan cara apa
pun yang sesuai. Ini bahkan dapat berlaku, misalnya, pada pemeriksaan teks Alkitab (atau buku
agama lainnya), masalah yang melibatkan penerapan metode ilmiah yang kontroversial sejak
pemeriksaan semacam itu dimulai pada pertengahan abad ke-19.Merton mengusulkan nilai
skeptisisme terorganisir sebagai nilai institusional untuk diadopsi oleh komunitas ilmuwan.
Secara kolektif mereka seharusnya tidak meninggalkan kepercayaan yang tidak diteliti; jika
dilindungi dari penilaian kritis maka itu sama saja diklasifikasikan sebagai sesuatu yang tidak
ilmiah.

Ini juga merupakan mitra metodologis terhadap nilai kelembagaan.Beberapa, seperti


Popper muda, yang tumbuh pada awal 1920-an, mencatat perubahan besar yang terjadi dalam
sains; tidak hanya teori-teori baru Sigmund Freud dan Karl Marx yang perlu dievaluasi, tetapi
ada juga revolusi yang mendalam dalam fisika di mana teori mekanika Newton yang
kelihatannya telah mapan digulingkan oleh teori relativitas khusus dan umum Einstein.Dan oleh
mekanika kuantum. Sains bukanlah sistem kepercayaan statis yang tertutup; dan dinamis, terus

60
mengalami revisi dan perubahan melalui proses penyelidikan kritis. Ini membuat Popper
bergabung dengan mereka yang melihat:

karakteristik pembeda dari pernyataan empiris [teori-teori ilmiah] dalam kerentanannya


terhadap revisi - pada kenyataan bahwa mereka dapat dikritik, dan digantikan oleh yang
lebih baik; dan siapa yang menganggapnya sebagai tugas mereka untuk menganalisis
kemampuan karakteristik sains untuk maju, dan cara karakteristik di mana pilihan dibuat,
dalam kasus-kasus penting, antara sistem teori yang saling bertentangan.

(Popper 1959: 49-50)

Di sini Popper mendukung tujuan mendasar yang harus direalisasikan oleh semua bidang
sains: terbuka untuk memimpin evaluasi kritis, jika perlu, untuk direvisi atau diganti. (Apa
standar evaluasi kritis yang menjadi masalah kontroversial yang dapat disisihkan untuk saat ini.)

Dalam pandangan Popper, sains adalah kegiatan rasional dan karenanya harus diatur oleh
tujuan yang cukup umum; ini bukan kegiatan tanpa tujuan.Popper juga mengakui bahwa
beberapa mungkin memiliki tujuan yang sangat berbeda untuk ilmu pengetahuan selain yang
baru saja disarankan. Tetapi sulit untuk membayangkan seperti apa sains itu jika setidaknya tidak
mengajukan klaim evaluasi kritis yang mengarah pada penerimaan atau revisi (sementara) dan /
atau penggantian. Tidak terbuka terhadap penilaian kritis semacam itu sama saja dengan tidak
menjadi ilmu pengetahuan. Atau beberapa orang mungkin setuju dengan tujuan evaluasi kritis
Popper tetapi tidak setuju dengan nilai-nilai yang harus diadopsi untuk mewujudkan tujuan itu.
Di sini kami akan menarik perbedaan yang tidak sepenuhnya dibuat Popper, yaitu, di antara
seperangkat nilai kecil yang cukup umum dan dianggap sebagai tujuan yang merupakan
konstitutif dari konsepsi atau "citra" sains tertentu dan nilai-nilai yang perannya kurang umum.
dalam mewujudkan tujuan tersebut. Di sini mungkin muncul perbedaan dalam nilai karena ada
ketidaksepakatan tentang sejauh mana masing-masing nilai mampu mewujudkan tujuan yang
disepakati.Tetapi perbedaan dalam nilai terbuka lebar jika ada perbedaan dalam tujuan.

Untuk mengilustrasikannya, pertimbangkan teori Popper tentang rasionalisme kritis atau


kepalsuan adalah cara yang paling disukai untuk mewujudkan tujuan evaluasi kritis yang cukup
umum. Untuk mewujudkan tujuan ini, ia menempatkan nilai tinggi pada kepalsuan; dan dari sini
ia menarik sejumlah nilai dan aturan tambahan yang menjadi ciri teorinya tentang metode ilmiah.

61
Dalam hal ini Popper berpendapat bahwa nilai-nilai ini, yang berada di bawah tujuan secara
keseluruhan, bertentangan dengan nilai-nilai induktif dan konvensionalis untuk sains dan
metodologi yang terkait. Popper cukup terkenal dalam menulis proposal, yang ia sebut kriteria
demarkasi sains dari non-sains, bahwa "harus dianggap sebagai acuan untuk perjanjian atau
konvensi beberapa tujuan yang sama…….antara pilihan yang memiliki tujuan umum, yang pada
akhirnya menjadi masalah keputusan, melampaui argumen rasional "(1959: 37). Di sini,
kombinasi antara tujuan dan nilai memainkan peran yang cukup mendasar dalam menentukan
apa yang dianggap sebagai perbedaan Popper antara sains dan non-sains. Namun, Popper
memang memungkinkan adanya tujuan dan nilai yang tidak dapat dibandingkan untuk ilmu
pengetahuan. Apakah tidak ada cara lebih lanjut untuk memutuskan antara bebrapa tujuan
saingan dan nilai-nilai yang terkait dan adopsi mereka hanyalah masalah keputusan yang
tampaknya tidak rasional adalah masalah penting untuk dibahas dalam metamethodologi: teori
tentang bagaimana kita dapat memutuskan antara metodologi saingan metodologi ilmiah yang
mewujudkan tujuan dan / atau nilai yang berbeda (dibahas lebih lanjut dalam $ 10.1.3).

Seperti yang telah disebutkan, Popper juga mengadopsi tujuan lain dari sains: untuk
menemukan penjelasan yang memuaskan. Dia juga mengakui bahwa penjelasan mendalam dapat
mencapai tingkat tertentu dalam ceramahnya tentang penjelasan yang mendalam. Dengan
demikian teori Takan lebih jelas daripada T* jika T menyatukan dua set hukum atau fenomena
yang berbeda sementara T* tidak; atau T akan lebih menjelaskan bahwa T* jika menjelaskan
hukum atau teori dengan menunjukkan kondisi pembatas di mana T* berlaku sedangkan T* tidak.
(Dengan demikian teori kinetik gas memiliki kedalaman yang lebih jelas daripada hukum Boyle-
Charles dalam yang pertama menjelaskan kondisi terbatas di mana yang terakhir berlaku.) Model
penjelasan pendukung Popper hampir sama dengan yang dari deduktif-nomologis, model
penjelasan Hempel (juga dapat diperluas untuk penjelasan non-deduktif dan menggunakan
hukum statistik dengan cara yang dianjurkan oleh Hempel). Dalam pandangan Popper, apa yang
dijelaskan akan memuaskan jika memenuhi kriteria demarkasi, yaitu kepalsuan. Jadi
kelihatannya eksplanatoriness merupakan tujuan bawahan sementara tujuan yang "dapat
dikritik", dengan nilai-nilai yang menyertainya dan aturan pemalsuan Popperian merupakan
tujuan yang lebih mendasar.

62
2.6 Tujuan dan nilai-nilai sains: Duhem

Duhem mengusulkan tujuan yang hampir sama dengan Popper, yaitu penjelasan, ketika
dia bertanya: "Apa tujuan teori fisik?" Tetapi kesamaan itu tidak terlalu mendalam karena ia
mengadopsi teori penjelasan yang sangat berbeda dari teori Popper-Hempel. Dua jawaban yang
ia dapat kumpulkan adalah: (a) "Teori fisik ... memiliki objek penjelasan tentang sekelompok
hukum yang ditetapkan secara eksperimental"; dan (b) "Teori fisik ... adalah sistem abstrak yang
tujuannya adalah untuk meringkas dan mengklasifikasikansecara logis sekelompok hukum
eksperimental tanpa mengklaim untuk menjelaskan hukum-hukum ini "(Duhem 1954: 7). Dalam
pandangan Duhem jawaban (a) berkomitmen untuk pemikiran berikut:" Untuk menjelaskan
(menjelaskan, menjabarkan) adalah mengupas realitas dari penampilan yang menutupinya seperti
kerudung, untuk melihat realitas telanjang itu sendiri "(ibid.). (a) berkomitmen pada gagasan
bahwa teori yang menjelaskan kepada kita apa benda yang tidak dapat diamati, sifat-sifat dan
proses yang ada dalam kenyataan, dan bahwa hukum-hukum teori dengan benar berlaku untuk
realitas ini (atau berlaku dengan beberapa tingkat kepastian).Tujuan penjelasan adalah untuk
membuat kita berhubungan dengan realitas ini.

Dipahami dengan cara ini, realisme ilmiah dibangun ke dalam tujuan penjelasan. Di sini
tujuan lain yang cukup umum untuk sains sedang bekerja, tujuan alethic (atau veritistic) untuk
mendapatkan teori yang memberi tahu kita kebenaran tentang bagaimana dunia ini, tidak hanya
pada tingkat apa yang dapat kita amati tetapi juga pada tingkat teoretis (yaitu teori-teori yang
memiliki tingkat verisimilitude yang tinggi). Karakterisasi Duhem tentang (a) melalui tujuan
aletisnya adalah fitur dari teori penjelasan Popper-Hempel karena ini membutuhkan kebenaran
(perkiraan) penjelas (yang menjelaskan). Menurut Duhem, ini membuat sains, terutama ilmu
fisika menjadi perhatiannya, lebih rendah dari metafisika dalam persyaratan yang melampaui
metode eksperimental, seperti yang ia pahami, dikenakan pada apa yang dianggap sebagai
penjelasan dan apa yang dianggap sebagai memahami kebenaran. Sekali lagi apa yang dianggap
sebagai metode dalam sains berperan dalam menyempurnakan apa yang dianggap sebagai tujuan
yang dapat diterima, setidaknya untuk teori fisik.

Bagian (b) dari pernyataan Duhem di atas menghindari penjelasan dan menggunakan
penjelasan lain, dengan demikian membebaskan sains dari batasan-batasan metafisika yang
diduga tidak diinginkan. Ini membuat sesuatu seperti hubungan deduktif Popper-Hempel antara

63
apa yang menjelaskan dan apa yang dijelaskan; dan itu membuat aspek nomologis dalam dimana
deduksi menghubungkan hipotesis yang lebih mendasar dari sebuah teori dengan hukum yang
ditentukan secara eksperimental. Ada persyaratan bahwa hipotesis fundamental harus benar dari
kenyataan yang tersembunyi; mereka harus secara deduktif dikaitkan dengan hukum yang
ditentukan secara eksperimental. Hipotesis benar hanya dalam arti bahwa mereka secara deduktif
menangkap hukum eksperimental: "Kesepakatan dengan eksperimen adalah satu-satunya
kriteria kebenaran untuk teori fisik" (ibid .: 21) Memahami tujuan ilmu pengetahuan yang
secara memadai menangkap hukum eksperimental ( yaitu kecukupan empiris) mengarah ke set
nilai bawahan yang berbeda dari nilai realis.

Tujuan secara keseluruhan, Duhem mengikuti Ernst Mach dalam mengadopsi nilai-nilai
"pemikiran ekonomi" di mana seseorang memilih teori yang tidak hanya setuju dengan
eksperimen tetapi juga memiliki fitur yang diinginkan. Yang pertama adalah nilai penyatuan:
sejumlah besar hukum dan fakta eksperimental independen yang sebelumnya disatukan dalam
arti bahwa mereka terbukti dapat dikurangi dari beberapa hipotesis mendasar dari suatu teori
(mungkin dilengkapi dengan hipotesis bantu). Karena pengurangan jumlah hukum dan fakta
independen adalah bersifat sentral, ada ukuran kesatuan dalam arti berikut: teori T memiliki
kesatuan yang lebih besar daripada T* jika, sehubungan dengan domain ilmiah D yang sama,
dari T dapat disimpulkan lebih banyak hukum dan fakta dalam D daripada dari T*. Nilai
"psikologis" dari "pemikiran ekonomi" diwujudkan ketika sejumlah besar hukum dan fakta
independen yang harus dipahami seseorang digantikan oleh beberapa hipotesis mendasar (dan
asumsi tambahan yang diperlukan) dari mana seseorang dapat menyimpulkan jumlah yang lebih
besar dari hukum dan pernyataan fakta independen.

Persatuan adalah nilai amorf yang dapat berarti banyak hal yang berbeda.Nilai persatuan
Duhem mendekati nilai umum Quine-Ullian.Tapi itu memunculkan hal-hal tambahan yang perlu
dibahas. Jika seperangkat hukum independen dan pernyataan pengamatan tunggal disatukan
adalah besar atau tidak terbatas untuk waktu yang tidak terbatas, maka mungkin akan sulit untuk
membangun ukuran-ukuran derajat persatuan di mana beberapa teori T dikelolah untuk
menyatukan lebih dari beberapa teori T* lainnya. Ada kasus yang jelas tentang tingkat penyatuan
yang lebih besar ketika seperangkat hukum dan klaim tunggal bahwa menyatukan T* dengan
benar termasuk dalam kelas T; jika tidak, ukuran tingkat penyatuan jauh lebih sulit untuk

64
dibangun. Selain itu, sering dalam proses penyatuan teori adalah mengoreksi hukum untuk
disatukan. Salah satu contoh klasik penyatuan adalah hukum jatuh bebas dari Galileo dan hukum
kepler tentang gerakan planet oleh hukum gerak Newton; hukum yang akan disatukan dikoreksi
dalam proses deduksi mereka dari teori Newton, dengan demikian menunjukkan kondisi terbatas
di mana mereka berlaku. Di sini gagasan penyatuan perlu disertai tidak hanya dengan teori
deduksi tetapi juga teori deduksi dalam kondisi terbatas atau dalam beberapa tingkat
perkiraan.Duhem membuat banyak inkonsistensi antara teori Newton dan hukum Kepler dan
Galileo; tapi dia tidak menjelaskan kualifikasi nilainya yang memungkinkan pengurangan dalam
kondisi terbatas.

Misalkan ada kegagalan penyatuan bahkan di bawah kondisi yang kurang tepat dan ketat
seperti yang baru saja disebutkan.Lalu jika beberapa domain hukum dan fakta tidak disatukan
dalam kondisi yang lebih bebas, apakah ini pertanda kurangnya nilai, atau bahkan sifat buruk,
dalam sebuah teori? Beberapa orang yang memiliki pemahaman sains "postmodern" yang lebih
banyak, atau yang menentang ide-ide persatuan dalam sains karena mereka anti-reduksionis dan
mengadvokasi gambaran sains yang lebih emergentis, tidak akan melihat kurangnya persatuan
sebagai sifat buruk, melainkan sebagai nilai oleh lampu mereka. Suatu kasus untuk kesatuan
secara keseluruhan dapat dibuat atas dasar fakta bahwa berbagai bagian bersatu untuk
membentuk suatu keseluruhan yang merealisasikan nilai-nilai konfirmasi dengan memperoleh
dukungan konfirmasi yang lebih besar sebagai hasil dari pembentukan secara keseluruhan; juga
teori terpadu memiliki kekuatan penjelas yang lebih besar. Kita akan melihat dalam $ 3,5 bahwa
konsepsi Duhem tentang peran persatuan lebih sederhana dan tidak termasuk persatuan ideal
secara keseluruhan. Anehnya ia memungkinkan terjadinya perpecahan, bahkan perpecahan
inkonsistensi logis. Bagi Duhem, persatuan adalah keutamaan lokal, bukan teoretis global.

Duhem juga menyatakan nilai umum yang telah dibahas di atas sebagai pemikiran
ekonomi yang menyatukan banyak contoh di bawah satu hukum. Ada juga nilai sistematisitas
klasifikasi.Dalam membangun hubungan deduktif antara teori T dan hukum eksperimental,
pengelompokan hukum terstruktur (bersama dengan klaim observasional tunggal) yang dapat
muncul.Hukum yang semula dianggap berlainan dapat disatukan menjadi kelompok baru karena
kesamaan dalam hubungan logis dengan T. Contoh klasik di sini adalah penyatuan, oleh teori
gerak Newton, tentang hukum gerak yang dianggap diperoleh secara berbeda. Ranah: hukum

65
Galileo yang jatuh bebas, yang diterapkan di wilayah terestrial, dan hukum gerak planet Kepler,
yang diterapkan di ranah selestial. Sebaliknya beberapa hukum yang semula dianggap terkait erat
dapat berakhir pada pengelompokan yang lebih jauh karena hubungan logis mereka yang
berbeda dengan T. Sebuah teori akan lebih bernilai semakin sistematis klasifikasi yang
diusulkannya (walaupun ada masalah yang menjengkelkan tentang bagaimana derajat
sistematisitas klasifikasi dapat diukur). Mengikuti dari nilai-nilai ini, nilai-nilai kebaikan
pragmatis juga dapat diwujudkan melalui persatuan, generalisasi dan klasifikasi sistematis.

Duhem berharap kita dapat menahan keinginan untuk melihat terkait meningkatnya
kesatuan, generalitas, dan sistematisitas teori-teori ilmiah kita yang sedang tumbuh, realisasi dari
tujuan realist 'untuk cenderung ke klasifikasi alami, dengan ini menjelaskan kita tentang
"kenyataan kosong".Bahwa para realis mengalah pada godaan itu dan berpikir bahwa teori-teori
yang merealisasikan nilai-nilai ini ke tingkatan yang lebih besar dan juga menyadari nilai alethic
kebenaran tentang realitas kasat mata (bahkan jika mereka tidak menceritakan keseluruhan cerita
tentang realitas yang kasat mata). Walaupun kita mungkin merasa kuat mengarah ke arah realis,
ini merupakan sesuatu yang melampaui batas yang sah dari apa yang bisa dihasilkan oleh
metodologi dan tujuan Duhemian. Ini memberikan satu alasan untuk teori Newton dan hukum
Kepler dan Galileo, tetapi dia tidak secara eksplisit menolak suatu nilai: tidak dapat
direalisasikannya, atau kurangnya kriteria yang jelas tentang kapan kita menyadarinya. Sebagai
tanggapan, realis harus menentukan teori metode yang berbeda yang realiabel untuk mendorong
kita terhadap kebenaran teori kita.

2.7 Nilai-nilai epistemik dan pragmatis

Perbedaan antara Popper dan Duhem di atas, dan banyak lainnya yang jatuh ke dalam
salah satu dari kamp ini, menimbulkan masalah tentang tujuan saingan untuk ilmu pengetahuan.
Realis menjelaskan kebenaran sementara anti-realis, dari empiris inti keras terhadapempiris
konstruktif yang lebih teratur, menolak atau meremehkan nilai ini. Keduanya menghargai teori
yang benar dari semua fenomena yang dapat diamati, tidak peduli apakah itu masa lalu, sekarang
atau masa depan. Teori-teori semacam itu dikatakan memadai secara empiris. (Lebih tepatnya,
karena beberapa empiris konstruktif berpendapat bahwa teori adalah serangkaian model, teori

66
secara empiris memadai jika dan hanya jika modelnya memiliki sub-model yang isomorfik [atau
dapat diidentifikasi] dengan fenomena tersebut.) Agar secara empiris tidak memadai, yaitu salah
dari beberapa fenomena masa lalu, sekarang atau masa depan, dianggap oleh keduanya untuk
menjadi wakil. Namun, kaum realis menginginkan lebih dari ini; mereka juga memberi nilai
tinggi pada teori-teori yang memberi kita kebenaran tentang ranah tak teramati yang biasa
dijelaskankan dalam sains, dari klaim tentang keberadaan yang tak dapat diobservasi dan sifat-
sifatnya hingga hubungan seperti hukum di antara mereka.Jika kebenaran seperti itu tidak
tersedia maka realis mungkin setuju dengan teori-teori yang setidaknya memiliki beberapa
kesamaan-kebenaran atau verisimilitude. Apa yang penting bagi realis ilmiah adalah apakah teori
kita benar atau salah dari dunia, atau memiliki beberapa kesamaan atau mewakilinya, tidak
hanya dalam hal apa yang dapat kita amati tetapi juga apa yang tidak dapat kita amati tetapi
menjelaskan teori kita .

Sebaliknya, para empiris konstruktif seperti van Fraassen (1980) meninggalkan


kebenaran realis dan hanya bertujuan untuk kecukupan empiris.Mereka juga menambahkan
bahwa ketika mereka menerima teori, ini tidak berarti bahwa mereka percaya teori adalah benar.
Sebaliknya, penerimaan mereka sebagai suatu teori menunjukkan bahwa mereka mengklaim
nilai-nilai tertentu yang mungkin akan gagal, dan tidak bergantung pada nilai kebenaran etis
sebagai suatu kepedulian terhadap hubungan penuh yang diberikan oleh sebuah teori kepada
dunia. Tetapi tidak sepenuhnya, sebagaimana dimasukkan dalam nilai teoretis mereka memiliki
kecukupan empiris, konsistensi, dan kekuatan empiris.Seperti yang telah ditunjukkan, dua nilai
pertama memang memiliki keterlibatan dengan kebenaran, tetapi bagaimana dengan yang ketiga,
kekuatan empiris? Tujuan empiris konstruktif adalah untuk memodelkan fenomena yang dapat
kita amati; agaknya semakin banyak fenomena yang dimodelkan, maka akan semakin baik.
Bahkan dalam kasus di mana dua teori T dan T* secara empiris memadai, T mungkin
memodelkan lebih banyak fenomena daripada T, sehingga memiliki kekuatan empiris yang lebih
besar. (Lebih teknis kita dapat mengatakan tentang model M teori T dan model M* teori T*, jika
setiap sub-struktur empiris dari M adalah isomorfik dengan beberapa sub-struktur empiris M*,
maka T secara empiris setidaknya sama kuatnya dengan T*[ibid .: 67]). Jika demikian, maka
teori adalah nilai dari kekuatan empiris yang lebih besar daripada T * dan dapat dipilih atas dasar
itu. Penempatan yang lebih bebas ini memunculkan sebuah kaitan dengan nilai-nilai aletis: T
menangkap lebih banyak kebenaran tentang fakta-fakta pengamatan daripada T*.

67
Untuk empiris konstruktif ada nilai teoritis penting yang bukan sebuah nilai epistemik.
Ini adalah nilai pragmatis yang ditunjukkan oleh teori seperti: kebaikan matematis, keindahan,
kesederhanaan, ruang lingkup, penyatuan dan penjelasan. Dari van Fraassen ini menulis: “Sejauh
mereka melampaui konsistensi, kecukupan empiris, dan kekuatan empiris, mereka tidak
mementingkan hubungan antara teori dan dunia, tetapi lebih pada penggunaan dan kegunaan
teori; mereka memberikan alasan untuk memilih teori secara independen dari pertanyaan
kebenaran"(ibid .: 88). Perhatikan bahwa dalam penjelasan empirisme yang konstruktif tidak
dianggap sebagai tujuan dalam pengertian yang ditetapkan dalam $ 2,5; tetapi tetap menjadi
sebuah keutamaan yang penting. Nilai memiliki kekuatan penjelas tidak perlu dikaitkan dengan
gagasan realis tentang kebenaran, tetapi ia masih dapat melayani tujuan dari catatan empiris
konstruktif tentang ilmu pengetahuan jika hipotesis penjelas secara empiris memadai, konsisten
dan kuat secara empiris.

Bagaimana dengan nilai konfirmasi untuk seorang empiris yang konstruktif?Sebelumnya,


nilai teoritis dibagi menjadi dua kelompok, epistemik dan pragmatis, dan epistemik selanjutnya
dibagi lagi menjadi alethic dan konfirmasi.Ini menunjukkan pandangan tradisional di mana nilai
konfirmasi memainkan peran bersama nilai aletik di mana konfirmasi tinggi dari suatu hipotesis
terkait dengan gagasan H yang mungkin benar.Kaum empiris yang konstruktif ingin
memutuskan hubungan semacam itu. Kelebihan epistemik dari sebuah teori tidak terletak pada
kebenarannya, tetapi lebih pada kecukupannya secara empiris dan kuat secara empiris dan dalam
bukti apa pun yang mungkin kita miliki. Tetapi posisi mereka lebih dari ini; mereka menolak
akun konfirmasi tradisional dengan aturan induksi, aturan kesimpulan untuk penjelasan terbaik,
dan sejenisnya.Mereka memilih konsepsi epistemologi yang sangat berbeda yang bersifat
probabilistik tetapi tanpa banyak epistemologi tradisional.

Ini melengkapi survei kami tentang pengertian tujuan dan nilai-nilai dalam sains.Mereka
memainkan peran penting dalam teori metode, tetapi belum tentu peran otonom seperti yang
telah disarankan.Ada aspek-aspek lebih lanjut dari metodologi yang terikat dengan gagasan
tentang aturan-aturan metodologis - yang sekarang sedang kita bahas.

68

Anda mungkin juga menyukai