Anda di halaman 1dari 8

Jakarta – Sesuai dengan namanya, setiap wajib pajak memiliki kewajiban perpajakan muali dari bayar

hingga lapor pajaknya. Pajak yang wajib dibayar pun berbeda bagi setiap wajib pajak, tergantung
dengan jenis pemasukan dan transaksinya. Salah satu jenis pajak yang paling umum adalah Pajak
Penghasilan (PPh). Pajak penghasilan merupakan pajak yang dikenakan baik kepada orang pribadi
maupun badan atas penghasilan yang diperoleh dalam kurun waktu satu tahun pajak. Pajak
penghasilan melekat pada subjeknya sehingga sering kali disebut dengan sebutan pajak subjektif.
Pajak Penghasilan berdasarkan sifat pemotongan/pemungutan dibagi menjadi 2 jenis yaitu PPh final
dan PPh tidak final.

Pajak Penghasilan final merupakan pajak yang dikenakan dengan tarif dan dasar pengenaan pajak
tertentu atas penghasilan yang didapatkan atau diperoleh dalam satu tahun berjalan. Pembayaran,
pemotongan, atau pemungutan PPh final yang dipotong oleh pihak lain ataupun sendiri bukanlah
pembayaran di muka atas PPh terutang melainkan merupakan pelunasan PPh terutang atas
penghasilan, oleh karena itu Wajib Pajak dianggap telah melakukan kewajiban pajaknya. Penghasilan
yang diterima atau diperoleh akan dikenakan PPh dengan tarif dan dasar pengenaan pajak tertentu
pada waktu penghasilan tersebut diterima atau diperoleh. PPh yang dikenakan, baik dipotong oleh
pihak lain maupun yang disetor sudah langsung melunasi PPh terutang untuk penghasilan tersebut,
sehingga Wajib Pajak tidak memiliki utang atas Pajak Penghasilan yang harus dibayarkan. Hal ini
berarti nantinya penghasilan yang dikenakan PPh final ini tidak lagi dihitung di SPT Tahunan dan
juga merupakan bukan kredit pajak di SPT Tahunan.

Pajak Penghasilan tidak final tidak akan memotong suatu penghasilan saat itu juga, sehingga Wajib
Pajak akan ditetapkan belum melunasi kewajiban perpajakan sebelum melaporkan pajak. Akan
dianggap lunas saat perhitungan dan pelaporan pajak di akhir tahun telah selesai. Beberapa perbedaan
PPh final dan PPh tidak final adalah:

Dalam SPT Tahunan PPh badan, PPh final tidak digabungkan dengan penghasilan lain yang dikenai
tarif umum dalam. Sedangkan, penghasilan pada PPh tidak final digabungkan dengan penghasilan lain
yang dikenakan tarif umum.

PPh Final, biaya yang berkaitan untuk menagih, menghasilkan, dan memelihara penghasilan yang
dikenai PPh tidak dapat dikurangkan. Sedangkan pada PPh tidak final, biaya tersebut dapat
dikurangkan.

Bukti potong PPh untuk PPh final tidak dapat diperhitungkan sebagai kredit pajak bagi pihak yang
dipotong ataupun dipungut. Kebalikannya, bukti potong PPh tidak final dapat dihitung sebagai kredit
pajak.
Tarif PPh final ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) atau Keputusan Menteri Keuangan
(KMK). Sedangkan tarif PPh tidak final adalah tarif umum seperti yang diatur dalam Pasal 17 UU
PPh.

Tersebut merupakan urian perbedaan antara PPh final dan PPh tidak final. Sebagai Wajib Pajak, kita
perlu mengetahui jenis pajak supaya memudahkan kita dalam proses pelaporan pajak. Singkatnya,
jika PPh final artinya pajak yang sudah selesai maka PPh tidak final merupakan kebalikannya yaitu
pajak yang masih belum selesai...

Perbedaan Pajak Penghasilan (PPh) Final dan Tidak Final


Apa perbedaan pajak final dan tidak final? Apa saja objek PPh final dan tidak final? Penjelasan
mengenai objek pajak final, selengkapnya Mekari Klikpajak akan mengulasnya untuk Anda.

Berdasarkan sifat pemotongan atau pemungutannya, PPh dibedakan menjadi dua, yakni PPh Final dan
Tidak Final. Tentu saja, keduanya memiliki perbedaan yang dignifikan baik dari sisi objek pajak final
maupun penggunaannya.

Pajak Penghasilan (PPh) merupakan pajak yang dikenakan kepada Orang Pribadi atau Badan atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu Tahun Pajak.

Pajak Final merupakan pajak yang dikenakan dengan tarif dan dasar pengenaan pajak tertentu atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh selama tahun berjalan.

Pajak penghasilan final yang dipotong pihak lain maupun yang disetor sendiri bukan merupakan
pembayaran di muka atas PPh terutang, melainkan merupakan pelunasan PPh terutang atas
penghasilan tersebut, sehingga Wajib Pajak dianggap telah melakukan pelunasan terhadap kewajiban
pajaknya.

Penghasilan yang dikenakan pajak penghasilan Final tidak akan dihitung lagi di SPT Tahunan untuk
dikenakan tarif umum bersama dengan penghasilan lainnya.

PPh yang sudah dipotong atau dibayarkan tersebut juga bukan merupakan kredit pajak di e SPT Masa.
Secara sederhana, perbedaan PPh Final berarti pajak yang sudah selesai atau dikenakan langsung saat
wajib pajak menerima penghasilan.

Sedangkan PPh Tidak Final adalah pajak yang belum selesai atau pajak yang diperhitungkan kembali
dengan penghasilan lainnya untuk dikenakan tarif umum dalam pelaporan SPT Tahunan.

Perbedaan Pajak PPh Final dan Tidak Final


Perbedaan PPh Final dan Tidak Final bisa dilihat misalnya terkait pengenaan pada Surat
Pemberitahuan (SPT) Tahunan.

Adapun rincian perbedaannya adalah sebagai berikut:

Pada pajak penghasilan final, penghasilan tidak digabungkan dengan penghasilan lain yang dikenai
tarif umum dalam SPT Tahunan PPh Badan. Sedangkan, pada PPh Tidak Final penghasilan
digabungkan dengan penghasilan lain yang dikenai tarif umum
Pada pajak penghasilan final, biaya sehubungan untuk menghasilkan, menagih, dan memelihara
penghasilan yang dikenai PPh tidak dapat dikurangi. Sedangkan, pada PPh Tidak Final biaya tersebut
dapat dikurangkan
Pada pajak penghasilan final, bukti potong PPh tidak dapat diperhitungkan sebagai kredit pajak bagi
pihak yang dipotong dan atau dipungut. Sedangkan, pada PPh Tidak Final bukti potong dapat
diperhitungkan sebagai kredit pajak bagi pihak yang dipotong atau dipungut
Tarif PPh final diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) atau Keputusan Menteri Keuangan
(KMK), sedangkan tarif pajak PPh tidak final menggunakan tarif umum Pasal 17 UU PPh.

a. Dasar Pengenaan PPh Final


Menurut ketentuan perpajakan yang berlaku, dasar pengenaan kedua pajak tersebut adalah:

Sebagai upaya mendorong perkembangan investasi dan tabungan masyarakat


Kesederhanaan dalam pemungutan pajak
Mengurangi beban administrasi perpajakan bagi DJP maupun wajib pajak itu sendiri
Upaya pemerataan pengenaan pajak
Sebagai langkah dalam memerhatikan perkembangan ekonomi dan moneter, di mana atas
penghasilan-penghasilan tersebut perlu diberikan perlakuan tersendiri dalam pengenaan pajaknya
b. Objek Pajak Final dan Tidak Final
Objek Pajak PPh Final

Sedangkan yang termasuk Objek Pajak PPh Final menurut perundangan perpajakan adalah sebagai
berikut:

Bunga Deposito dan Tabungan serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia


Bunga Obligasi
Diskonto Surat Perbendaharaan Negara (SPN)
Hadiah Undian
Transaksi Penjualan Saham dan sekuritas lainnya
Penghasilan Perusahaan Modal Ventura dari Transaksi Penjualan Saham atau Pengalihan Penyertaan
Modal pada Perusahaan Pasangan Usahanya
Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan adalah objek pajak PPh final
Penghasilan dari Pengalihan Real Estate dalam Skema Kontrak Investasi
Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi
Penghasilan dari Persewaan Tanah dan/atau Bangunan
Penghasilan Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri
Penghasilan Perusahaan Pelayaran dan/atau Penerbangan Luar Negeri
Penghasilan Wajib Pajak Luar Negeri yang Mempunyai Kantor Perwakilan Dagang di Indonesia.
Selisih Lebih Penilaian Kembali Aktiva Tetap.

Perbedaan Pajak Penghasilan (PPh) Final dan Tidak Final


Apa perbedaan pajak final dan tidak final? Apa saja objek PPh final dan tidak final? Penjelasan
mengenai objek pajak final, selengkapnya Mekari Klikpajak akan mengulasnya untuk Anda.

Berdasarkan sifat pemotongan atau pemungutannya, PPh dibedakan menjadi dua, yakni PPh Final dan
Tidak Final. Tentu saja, keduanya memiliki perbedaan yang dignifikan baik dari sisi objek pajak final
maupun penggunaannya.
Pajak Penghasilan (PPh) merupakan pajak yang dikenakan kepada Orang Pribadi atau Badan atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu Tahun Pajak.

Pajak Final merupakan pajak yang dikenakan dengan tarif dan dasar pengenaan pajak tertentu atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh selama tahun berjalan.

Pajak penghasilan final yang dipotong pihak lain maupun yang disetor sendiri bukan merupakan
pembayaran di muka atas PPh terutang, melainkan merupakan pelunasan PPh terutang atas
penghasilan tersebut, sehingga Wajib Pajak dianggap telah melakukan pelunasan terhadap kewajiban
pajaknya.

Penghasilan yang dikenakan pajak penghasilan Final tidak akan dihitung lagi di SPT Tahunan untuk
dikenakan tarif umum bersama dengan penghasilan lainnya.

PPh yang sudah dipotong atau dibayarkan tersebut juga bukan merupakan kredit pajak di e SPT Masa.

Secara sederhana, perbedaan PPh Final berarti pajak yang sudah selesai atau dikenakan langsung saat
wajib pajak menerima penghasilan.

Sedangkan PPh Tidak Final adalah pajak yang belum selesai atau pajak yang diperhitungkan kembali
dengan penghasilan lainnya untuk dikenakan tarif umum dalam pelaporan SPT Tahunan.

Daftar Isi
1 Perbedaan Pajak PPh Final dan Tidak Final
1.1 a. Dasar Pengenaan PPh Final
1.2 b. Objek Pajak Final dan Tidak Final
2 Lapor SPT Pajak Lebih Mudah Dengan Klikpajak
Perbedaan Pajak PPh Final dan Tidak Final
Perbedaan PPh Final dan Tidak Final bisa dilihat misalnya terkait pengenaan pada Surat
Pemberitahuan (SPT) Tahunan.

Adapun rincian perbedaannya adalah sebagai berikut:


Pada pajak penghasilan final, penghasilan tidak digabungkan dengan penghasilan lain yang dikenai
tarif umum dalam SPT Tahunan PPh Badan. Sedangkan, pada PPh Tidak Final penghasilan
digabungkan dengan penghasilan lain yang dikenai tarif umum
Pada pajak penghasilan final, biaya sehubungan untuk menghasilkan, menagih, dan memelihara
penghasilan yang dikenai PPh tidak dapat dikurangi. Sedangkan, pada PPh Tidak Final biaya tersebut
dapat dikurangkan
Pada pajak penghasilan final, bukti potong PPh tidak dapat diperhitungkan sebagai kredit pajak bagi
pihak yang dipotong dan atau dipungut. Sedangkan, pada PPh Tidak Final bukti potong dapat
diperhitungkan sebagai kredit pajak bagi pihak yang dipotong atau dipungut
Tarif PPh final diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) atau Keputusan Menteri Keuangan
(KMK), sedangkan tarif pajak PPh tidak final menggunakan tarif umum Pasal 17 UU PPh
Baca Juga: Pajak Penghasilan Final: Objek, Tarif dan Perhitungan PPh Final

a. Dasar Pengenaan PPh Final


Menurut ketentuan perpajakan yang berlaku, dasar pengenaan kedua pajak tersebut adalah:

Sebagai upaya mendorong perkembangan investasi dan tabungan masyarakat


Kesederhanaan dalam pemungutan pajak
Mengurangi beban administrasi perpajakan bagi DJP maupun wajib pajak itu sendiri
Upaya pemerataan pengenaan pajak
Sebagai langkah dalam memerhatikan perkembangan ekonomi dan moneter, di mana atas
penghasilan-penghasilan tersebut perlu diberikan perlakuan tersendiri dalam pengenaan pajaknya.

b. Objek Pajak Final dan Tidak Final

Objek Pajak PPh Final

Sedangkan yang termasuk Objek Pajak PPh Final menurut perundangan perpajakan adalah sebagai
berikut:

Bunga Deposito dan Tabungan serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia


Bunga Obligasi
Diskonto Surat Perbendaharaan Negara (SPN)
Hadiah Undian
Transaksi Penjualan Saham dan sekuritas lainnya
Penghasilan Perusahaan Modal Ventura dari Transaksi Penjualan Saham atau Pengalihan Penyertaan
Modal pada Perusahaan Pasangan Usahanya
Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan adalah objek pajak PPh final
Penghasilan dari Pengalihan Real Estate dalam Skema Kontrak Investasi
Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi
Penghasilan dari Persewaan Tanah dan/atau Bangunan
Penghasilan Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri
Penghasilan Perusahaan Pelayaran dan/atau Penerbangan Luar Negeri
Penghasilan Wajib Pajak Luar Negeri yang Mempunyai Kantor Perwakilan Dagang di Indonesia.
Selisih Lebih Penilaian Kembali Aktiva Tetap.

Objek Pajak PPh Tidak Final

Adapun Objek Pajak PPh Tidak Final adalah sebagai berikut:

Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh
Hadiah dari pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan
Laba usaha
Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta
Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan pembayaran
tambahan pengembalian pajak
Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang
Dividen
Royalti atau imbalan atas penggunaan hak
Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan
Peraturan Pemerintah
Keuntungan selisih kurs mata uang asing
Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva
Premi asuransi
Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang
menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak
Penghasilan dari usaha berbasis syariah
Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai ketentuan
umum dan tata cara perpajakan
Surplus Bank Indonesia.
Demikian penjelasan singkat mengenai PPh final objek pajak final, juga perbedaannya.

Sehubungan dengan ketentuan PPh Tidak Final, Wajib Pajak diberikan kesempatan sampai akhir
tahun buku untuk menuntaskan kewajiban perpajakannya.

Wajib Pajak diperbolehkan untuk menghitung sendiri seluruh penghasilan dan biaya-biaya lainnya
selama satu Tahun Pajak, untuk selanjutnya diperhitungkan dengan PPh Final yang sudah dibayarkan.

Anda mungkin juga menyukai