Anda di halaman 1dari 4

Hukum Waris Islam dan Cara

Pembagiannya
Hukum waris Islam adalah aturan yang digunakan untuk membagi harta peninggalan yang
berlandaskan dalil di dalam kitab suci Al-Quran, hadis Nabi, dan kesepakatan para ulama. Aturan
inilah yang dijadikan pedoman untuk melakukan pembagian warisan.

Kedudukan hukum waris Islam tidak berbeda dengan kedudukan syariat lainnya yang berlandaskan
sama, seperti hukum dalam salat, zakat, muamalah dan masalah hukum lainnya.

Setiap musim atau orang yang beragama Islam wajib melaksanakan dan mengamalkan ajaran-
ajaran Nabi dan Rasul termasuk menggunakan hukum waris Islam dalam pembagian warisan.

Syarat Waris dalam Islam


Dalam hukum waris Islam bersumber dari Dr. Musthafa Al-Khin dalam kitabnya menyebutkan bahwa
terdapat empat syarat utama yang harus dipenuhi sebelum melakukan pembagian warisan, di
antaranya adalah sebagai berikut.

 Orang yang mewariskan harta peninggalan benar telah meninggal dunia atau telah
ditetapkan oleh hukum bahwa yang bersangkutan telah meninggal dunia jika telah lama
hilang atau tidak diketahui keberadaannya.
 Ahli waris masih hidup.
 Ahli waris memiliki hubungan dengan pewaris karena hubungan pernikahan, kekerabatan,
dan memerdekakan budak.
 Ahli waris yang ditetapkan oleh hakim berhak menerima warisan.

Rukun Waris dalam Islam


Masih menurut Dr. Musthafa Al-Khin bahwa ada tiga rukun warisan yang perlu dipenuhi, yaitu:

 Orang yang mewariskan hartanya (Pewaris),


 orang yang mewarisi hartanya (Ahli Waris), dan
 harta warisan yang ditinggalkan oleh pewaris setelah meninggal dunia.

Kelompok yang mendapatkan pembagian warisan


dalam Islam
 Ashab Al-Furiid adalah kelompok yang menerima bagian tertentu. Contohnya ahli waris
perempuan dan ahli waris laki-laki seperti anak perempuan, cucu perempuan dari anak laki-
laki, ibu, nenek dari garis ibu dan bapak, saudara perempuan sekandung, sebapak, seibu,
istri.
 Ashabah adalah kelompok yang menerima sisa setelah dilakukan pembagian kepada ashab
Al-furuiid.
 Zawi Al-Arham adalah kelompok yang tidak menerima bagian kecuali tidak ada Ashab Al-
Furiid dan Ashabah. Contohnya seperti cucu perempuan dari anak perempuan dan kakek
dari garis ibu.

Langkah-Langkah Pembagian Warisan dalam Hukum


Islam
 Menentukan ahli waris yang masih hidup dan berhak mendapatkan warisan.
 Menentukan bagian masing-masing ahli waris antara ashab Al-furuiid (ahli waris yang
menerima bagian berdasarkan ketentuan dalam Al-Quran) dan Ashabah (Ahli waris yang
mendapatkan sisa setelah semua warisan dibagikan berdasarkan pembagiannya).
 Menentukan asal masalah (kelipatan persekutuan terkecil/KPT), contohnya 1/2  asal
masalahnya 2, 1/3 asal masalahnya 3.
 Menentukan siham (Nilai yang dihasilkan dari perkalian KPK dan bagian pasti ahli waris dari
golongan ashab Al-furuiid) masing-masing ahli waris.

Tabel pembagian warisan berdasarkan hukum Islam


No Ahli Waris Syarat Bagian Warisan
1 Istri Tidak ada anak/cucu Seperempat
Ada anak/cucu Seperdelapan
2 Suami Tidak ada anak/cucu Setengah
Ada anak/cucu Seperempat
3 Anak Perempuan Sendirian tidak ada anak/cucu lain Setengah
Dua saudara perempuan atau Dua Pertiga

anak perempuan tidak ada anak atau

cucu laki-laki
4 Anak Laki-Laki Sendirian atau bersama anak / cucu Sisa seluruh harta
(lk/pr) setelah dibagi
Pemberian antara laki-laki dan

perempuan 2 banding 1
5 Ayah Kandung Tidak ada anak/cucu Sepertiga
Ada anak/cucu Seperenam
6 Ibu Kandung Tidak ada anak/cucu dan Sepertiga
tidak ada dua saudara atau lebih dan Seperenam

tidak bersama ayah kandung Sepertiga dari sisa


Ada anak/cucu dan atau sesudah diambil istri/janda

ada dua saudara atau atau suami/duda

lebih dan tidak bersama ayah kandung

Tidak ada anak/cucu dan

tidak ada dua saudara atau

lebih tetapi bersama ayah kandung


7 Saudara Laki-Laki Sendirian tidak ada anak/cucu dan Seperenam
atau Perempuan Seibu tidak ada ayah kandung Sepertiga

Dua orang lebih tidak ada anak/cucu


dan

 tidak ada ayah kandung


8 Saudara perempuan Sendirian tidak ada anak/cucu dan Setengah
kandung tidak ada ayah kandung Dua Pertiga
atau seayah
Dua orang lebih tidak ada anak/cucu
dan

tidak ada ayah kandung


9 Saudara laki-laki kandung Sendirian atau bersama saudara lain dan Sisa seluruh harta
atau seayah tidak ada anak/cucu dan setelah dibagi

tidak ada ayah kandung pembagian lain

Pembagian laki-laki dan

perempuan 2:1
10 Cucu/keponakan Menggantikan kedudukan orang tuanya Sesuai yang diganti
(anak saudara) yang menjadi ahli waris. kedudukannya
sebagai ahli waris
Persyaratan berlaku sesuai kedudukan

ahli waris yang digantikan


Sumber: Nasichum Amin, M.Ag (Penghulu Muda KUA Kecamatan Gresik, Jawa Timur)

Hukum waris Islam memang memiliki perhitungan yang lebih kompleks jika dibandingkan dengan
hukum waris adat ataupun hukum waris perdata. Namun demikian, sudah ada salah satu bidang
keilmuan yang membahas tentang hukum waris Islam secara khusus yaitu Ilmu Faraidl.
Di dalam hukum waris adat maupun hukum waris perdata, ahli waris masih bisa menolak warisan.
Berbeda dengan aturan hukum waris Islam yang mewajibkan ahli waris untuk menerima warisan
sebagai salah satu bentuk ketaatan terhadap tuntunan agama Islam.

1. http://repository.radenintan.ac.id/1520/3/BAB_II.pdf

2. https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-waris-islam

3. http://digilib.uinsby.ac.id/3362/7/Bab%202.pdf

4. https://lifepal.co.id/blog/hukum-waris-islam/

5. https://media.neliti.com/media/publications/240180-asas-asas-hukum-kewarisan-dalam-islam-st-
ca1ba806.pdf

a. Dalil-dalil yang bersumber dari al-Qur’an Surat al-Nisa>: 7

              


              
     

          

Artinya:”Bagi laki-laki ada hak bagian dar

Anda mungkin juga menyukai