Anda di halaman 1dari 35

HUKUM WARIS ISLAM

YANG HARUS DISELESAIKAN


SEBELUM BAGI WARIS
 Pelunasan biaya pengobatan
 Pelunasan hutang
 Pembayaran wasiat
 Biaya perawatan jenazah
 Keperluan lain terkait dengan mayat
bersangkutan
PENGHALANG WARISAN

 Beda agama/ non muslim


 Membunuh pewaris
 Melakukan percobaan pembunuhan atau menganiaya
pewaris
PENGERTIAN
 Hukum kewarisan adalah
hukum yang mengatur
tentang pemindahan hak
pemilikan harta
peninggalan (tirkah)
pewaris, menentukan
siapa-siapa yang berhak
menjadi ahli waris dan
berapa bagiannya masing-
masing.
BEBERAPA ISTILAH KUNCI
 Pewaris adalah orang yang pada saat meninggalnya
atau yang dinyatakan meninggal berdasarkan
putusan Pengadilan beragama Islam, meninggalkan
ahli waris dan harta warisan.
 Ahli waris adalah orang yang pada saat meninggal
dunia mempunyai hubungan darah atau hubungan
perkawinan dengan pewaris, beragama Islam dan
tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli
waris.
Lanjutan...

 Harta waris adalah


harta bawaan
ditambah bagian dari
harta bersama
setelah dikurangi
pembayaran wasiat,
pengobatan (jika
ada), biaya
pengurusan jenazah.
HUKUM DAN MANFAAT PEMBAGIAN WARISAN

• Hukum Ilmu faraid (mawaris) sebagian ulama memahami


sebagai suatu hal yang memaksa.
“bagilah harta (waris) antara ahli-ahli waris menurut kitab al-
Qur’an. (HR: Muslim dan Abu Daud)

• manfaatnya adalah
1.untuk kemaslahatan umat manusia
2.agar tidak terjadi perselisihan antara sesama ahli waris.
3.Semua ahli waris mendapatkan bagian secara adil dan
berimbang.
AHLI WARIS
Ahli Waris berjumlah 25
orang terdiri dari:
15 Orang laki-laki:
 Suami  Saudara Ayah (Pak
 Anak lk De/Pak Lek) Kandung
 Cucu lk  Saudara Ayah (Pak De/
 Ayah Pak Lek) Seayah
 Kakek  Anak Saudara Ayah
 Saudara kdg lk Kandung
 Saudara seayah lk  Anak Saudara Seayah
 Saudara seibu lk  Laki-laki yang sangat
berjasa bagi pewaris
 Anak sudara kdg
 Anak saudara seayah
Lanjutan…
• 10 Orang perempuan
 Istri
 Anak prmpuan
 Cucu prmpuan
 Ibu
 Nenek dari pihak ayah
 Nenek dari pihak ibu
 Saudara prmpuan kndung
 Saudara prmpuan seayah
 Saudara prmpuan seibu
 Perempuan yang berjasa bagi pewaris.
CATATAN: 25 orang (diatas)
maksudnya dihitung
penamaan posisinya dalam
urutan nasab. Tapi secara
personal boleh jadi lebih.
Misalnya: anak laki-laki
mungkin bisa jadi anaknya
ada 2 atau bahkan lebih,
demikian juga yang
lainnya.
Istilah Kunci Dalam Pembagian Waris
• Pewaris = orang yang meninggal/ yang meninggalkan warisan
• Ahli Waris = penerima waris
• Dzawil Furud = Ahli Waris yang prosentase bagiannya telah ditentukan al-
Quran
• Dzawil Ashabah = Ahli Waris yang menerima sisa.
• Hajib = Ahli Waris yang menghalangi ahli waris lain.
• Mahjub = Ahli Waris yang terhalangi
• Ashlu Dzakar = ahli waris laki-laki ayah ke atas
• Far’u Dzakar = ahli waris laki-laki anak ke bawah
• Ashabah ma’al ghair = ahli waris perempuan yang mendapat sisa karena
terbawa pihak lain yang kebetulan mendapat sisa
• Ashabah = sisa
• Furudul muqaddarah = ketentuan prosentase bagian yang ditetapkan dalam
al-Quran
Bagian masing-masing ahli waris
Bagian Untuk Dalam keadaan

2/3 1. Dua atau lebih anak perempuan tidak mempunyai anak laki-laki
2. Dua atau lebih cucu perempuan dari tidak ada anak pr/lk kandung atau cucu laki-
anak laki-laki laki
3. Dua atau lebih saudari kandung tidak punya saudara kandung
4. Dua atau lebih saudari sebapak tidak mempunyai anak atau saudari kandung
atau cucu kandung atau saudara laki-laki
sebapak
1/3 1. Ibu kandung tidak ada anak kndung atau 2 saudara
2. Dua atau lebih saudari seibu tidak mempunyai anak atau saudara kandung
1/3 sisa Ibu kandung bapak, isteri atau suami (gharawain)
1/6 1. Bapak Kandung anak/cucu dr ank lk kandung
2. Ibu kandung anak atau cucu/ 2 saudari/ lebih
3. Kakek kandung dari bapak anak lk/cucu dan tdk ada bpk
4. Nenek kandung dari bapak Tidak ada ibu
5. Saudara seibu lk/pr Tidak ada anak
6. Cucu dari anak laki-laki Hanya ada ada seorang ank prempuan
7. Seorang/lebih saudari sebapak Hanya ada seorg saudari kandung
½ 1. Seorang anak perempuan tidak mempunyai anak laki-laki
2. Seorang cucu pr dr lk tidak mempunya anak
3. Suami/Duda tidak ada ank/cucu dr ank lk
4. Seorang saudari kandung tidak memiliki saudara laki-laki
5. Seorang saudari sebapak tidak memiliki anak kandung perempuan atau
cucu perempuan atau saudara kandung
¼ 1. Suami/duda anak atau cucu dari anak laki
2. Isteri/janda Tidak ada anak/cucu dari anak laki-laki
1/8 Isteri/janda anak atau cucu dari anak laki-laki
HUKUM HARTA BERSAMA
PENGERTIAN
• Pengertian tentang harta bersama ini dapat dilihat di dalam UU RI No. 1
Tahun 1974 pada BAB VII Pasal 35 ayat (1), yang menyebutkan bahwa
“Harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta
bersama”.
• KHI Bab I: Harta kekayaan dalam perkawinan atau Syirkah adalah harta
yang diperoleh baik sendiri-sendiri atau bersam suami-isteri selam
dalam ikatan perkawinan berlangsung selanjutnya sisebut harta
bersama, tanpa mempersoalkan terdaftar atas nama siapapun.
HARTA BERSAMA MENURUT HUKUM
ADAT
• Masyarakat adat yang sifat susunan kekeluargaannya patrilineal
dengan perkawinan jujur, seperti Batak dan Tapanuli Selatan, tidak
mengenal harta bersama. Istri tidak berhak atas harta bersama sebab
menurut aturan adat asli mereka segala harta yang didapat dalam
perkawinan adalah kepunyaan suami
• Masyarakat adat yang sifat susunan kekeluargaannya matrilineal,
seperti dalam sistem perkawinan bertandang atau urang sumando
batandang di Minangkabau, tidak terdapat harta bersama karena
suami dianggap hidup sebagai tamu di rumah keluarga istrinya, dan
suami tidak punya kekusaan di rumah istrinya.
• Pada perkawinan nyalindung ke gelung Pasundan tidak ada harta
bersama karena suami dipandang memiliki derajat yang lebih rendah
dari derajat istri. Istri adalah perempuan kaya sedangkan suami dari
golongan miskin. Suami dianggap ”numpang hidup” pada istri.
• Sebaliknya dalam perkawinan manggih kaya di Jawa juga tidak
dikenal harta bersama. Perkawinan manggih kaya adalah perkawinan
antara perempuan yang tidak punya atau miskin dengan laki-laki
kaya, istri hanya dianggap sebagai ”selir” dan suami dianggap ”tidak
hidup bersama” dengan selirnya. Sebagai selir, derajatnya dipandang
oleh masyarakat di bawah derajat suami.
ISTILAH YANG DIGUNAKAN

• Harta bersama di masyarakat Betawi atau Jakarta disebut harta


pencarian,
• di Minangkabau dinamakan dengan harta suarang,
• di Aceh disebut hareuta-sihareukat,
• di Madura disebut ghuna-ghana,
• di Jawa Barat disebut seguna sekaya,
• di Jawa Tengah dikenal dengan gono-gini, barang-gana, atau barang-
gini,
• di Kabupaten Kuningan disebut sarikat,
• di kalangan masyarakat Banjar disebut harta perpantangan,
• di kalangan masyarakat suku Melayu dikenal dengan sebutan harta
syarikat,
• di kalangan masyarakat Bugis disebut cakkara,
• di Bali disebut dengan druwe gabro
HARTA YANG TIDAK TERMASUK HARTA
BERSAMA
Yang tak termasuk harta bersama:
• Harta bawaan masing-masing suami dan isteri
• Harta warisan masing-masing
• Hadiah
Sepanjang tak ada perjanjian lain dalam perkawinan.
PEMBAGIAN

• Pasal 37 UU yang sama berbunyi “Bila perkawinan putus karena


perceraian, harta bersama diatur menurut hukumnya masing-masing
(Adat ataupun agama).
• Dalam Islam aturannya sudah jelas dalam KHI Pasal 96
1. Apabila terjadi cerai mati, maka separuh harta bersama menjadi
hak pasangan yang hidup lebih lama.
• Pasal 97
Janda atau duda cerai masing-masing berhak seperdua dari harta
bersama sepanjang tidak ditentukan lain dalam perjanjian
perkawinan.
TERIMA KASIH
WASIAT DALAM ISLAM
PENGERTIAN

• Wasiat berasal dari bahasa arab al-washiyah yang artinya pesan,


perintah atau nasihat.
• Sedangkan pengertian wasiat menurut ulama fiqih adalah
memberikan harta dengan sukarela kepada seseorang yang akan
berlaku jika si pewasiat meninggal dunia.
• Artinya: Diwajibkan atas kamu, apabila seorang diantara kamu
kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang
banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara
ma'ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa. (QS.
Al-Baqarah [2]: 180).

• Dalam Sunnah Rasulullah SAW bersabda :

• ”Seorang muslim yang mempunyai sesuatu yang boleh diwasiatkan
tidak sepatutnya tidur dua malam berturut-turut melainkan dia
menulis wasiat di sisinya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

• Unsur-unsur (rukun) Wasiat
• Dalam wasiat terdapat empat unsur, antara lain:
• Orang yang berwasiat (mushi).
• Orang yang menerima wasiat (musha –lahu).
• Sesuatu yang diwasiatkan (musha –bihi).
• Sighat.
• Orang yang berwasiat harus memenuhi syarat berikut ini:
• Baligh.
• Berakal sehat.
• Atas kehendak sendiri secara bebas.
• Baligh dan berakal sehat,
• Musha –lahu adalah orang yang dituju dalam suatu wasiat. Untuk
sahnya sesuatu wasiat, musha-lahu harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :
• Harus dapat diketahui dengan jelas.
• Telah wujud ketika wasiat dinyatakan.
• Bukan tujuan untuk kemaksiatan.
• Musha-lahu disyaratkan harus dapat diketahui dengan jelas,
• Syarat –syarat musha-bihi antara lain :
• Dapat berlaku sebagai harta warisan atau dapat berlaku sebagai
objek perjanjian.
• Sudah wujud di waktu wasiat dinyatakan.
• Milik mushi
BESARNYA WASIAT

• 1/3 dari harta


• Wasiat pada ahli waris…..
WASIAT PADA AHLI WARIS

• Kebanyakan ulama memasukkkan salah satu syarat musha-lahu ialah bukan


ahli waris mushi. Khusus untuk ahli waris, jika ahli waris lain mengizinkan,
wasiat dapat dilaksanakan. Namun jika semua tidak mengizinkan, wasiat
dipandang batal. Sedangkan jika sebagian mengizinkan dan yang lain tidak,
maka wasiat hanya dapat dilaksanakan dari bagian ahli waris yang
mengizinkan saja.
• Namun demikian, wasiat untuk ahli waris dipandang sah, dapat dilaksanakan
tanpa izin ahli waris lain, ketika hanya sebatas sepertiga harta warisan saja.
Tetapi mengingat bahwa tanpa wasiat ahli waris berhak atas harta warisan
bersama-sama dengan ahli waris lainnya, maka wasiat untuk ahli waris harus
dipandang sebagai suatu pengecualian bilamana ada pertimbangan-
pertimbangan khusus bagi ahli waris yang diberi wasiat. Meskipun demikian,
guna menghindari timbulnya perasaan tidak adil pada ahli waris lain, ahli
waris yang tidak diberi wasiat diberi hak mengajukan keberatan-keberatan
kepada hakim, yang oleh hakim akan dipertimbangkan apakah keberatan-
keberatan itu beralasan atau tidak, kemudian akan diputuskan apakah wasiat
terus berlaku dan dapat dilaksanakan ataukah harus dibatalkan.

• Batalnya Wasiat
• Suatu wasiat dipandang batal apabila:
• Mushi menarik wasiatnya.
• Mushi kehilangan kecakapan melakukan tindakan hukum karena
gila atau rusak akal.
• Mushi ketika meninggal menanggung hutang yang menghabiskan
harta peninggalannya.
• Musha-lahu meniggal sebelum mushi.
• Musha-lahu membunuh mushi.
• Musha-lahu menolak wasiat.
• Musha-bihi binasa.
• Musha-bihi diputuskan hakim menjadi hak orang lain.
• Musha-bihi keluar dari milik mushi sebelum wafat meskipun
akhirnya kembai lagi menjadi miliknya.
• Musha –bihi mengalami perubahan bentuk.
• Habis waktu wasiat


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai