Anda di halaman 1dari 27

K E T E N T U A N

DALAM ISLAM
KELOMPOK 1
• Deinanisa Atriana
• Dera Januar Ruswanti
• Inez Liviana
• M. Arif Fadillah
• M. Fahdani Riyantama
• Ruwindya Dwi Maharani
• Berasal dari Bahasa Arab—Al-miirats—yang artinya perpindahan
sesuatu kepada orang atau kaum lain. Warisan dibuat ketika
pemilik masih hidup, lalu dibagikan ketika ia meninggal dunia.
• Dalam istilah fara’id, harta warisan disebut juga tirkah atau
peninggalan. Kata ini berarti segala sesuatu yang diwariskan oleh
seseorang setelah meninggal dunia. Sementara tirkah dimaknai
sebagai harta si mayit sebelum digunakan untuk pemakaman,
pelunasan utang, serta wasiatnya. Kalau sudah dikurangi semua
itu, artinya harta siap dibagikan (al-irst).
orang yang meninggal harta peninggalan si mayat
dunia dan meninggalkan yang akan dibagikan kepada
harta yang akan ahli waris setelah
dibagikan kepada ahli dilaksanakan kewajiban-
waris. kewajibannya.

orang yang akan mewarisi harta


peninggalan si mayat.
MASALAH POKOK

BERHAK memperoleh harta waris.


• Adanya hubungan keturunan
• Adanya hubungan perkawinan
• Adanya hubungan seagama (Islam)
• Adanya hubungan memerdekakan hamba sahaya
(budak)/wala’
TIDAK BERHAK memperoleh harta waris.
• Perbedaan agama
• Murtad/ ahli waris keluar dari agama Islam
• Membunuh
• Perbudakan/budak belian/hamba sahaya
Tujuan dari pengaturan harta waris adalah agar tidak ada
persengketaan atau perselisihan mengenai harta yang telah
ditinggalkan oleh orang yang telah meninggal. Dengan
pengaturan harta waris maka tidak akan ada pihak atau orang
yang merasa berhak, merasa paling harus menguasai harta
yang ditinggalkan. Pembagian harta warisan akan lebih
kekeluargaan dan tidak mengundang konflik.
LAKI-LAKI
Seluruhnya berjumlah 15 orang. Jika
ke-15nya ada yang mendapat
warisan hanya tiga orang, yaitu
suami, ayah, dan anak laki-laki.

PEREMPUAN
Jika semua ahli waris laki-laki Seluruhnya berjumlah 10 orang. Jika
dan ahli waris perempuan yang ke-10nya ada yang mendapat warisan
berjumlah 20 orang semuanya hanya lima orang, yaitu istri, anak
ada, yang mendapat warisan perempuan, cucu perempuan, cucu
hanya lima orang, yaitu ahli perempuan dari anak laki-laki, ibu, dan
waris yang tidak bisa gugur saudara perempuan sekandung.
dalam keadaan apa pun
(suami/istri, ayah, ibu, anak laki-
laki dan anak perempuan).
Sebelum mengatur soal warisan, ada hal-hal yang perlu
diperhatikan oleh keluarga yang ditinggalkan dan wajib
dilakukan. Jika hal-hal ini tidak diperhatikan dan belum
dilaksanakan, maka lebih baik persoalan pembagian
harta waris tidak lebih dulu dilakukan. Hal-hal tersebut
adalah:
• Berkenaan dengan biaya pemakaman dari orang yang
meninggal.
• Wasiat atau pesan yang ditinggalkan.
• Hutang-Piutang yang ditinggalkan.
• Melaksanakan wasiat si mayat (Dalil: Q.S. An-Nisa:12).
• Membayar zakat.
Adalah para ahli waris yang mendapatkan bagian
tertentu sesuai dengan ketentuan nas Al-Qur’an,
sunnah, dan ijmak para ulama. Zawil Furud seluruhnya
ada 12 orang, yaitu 4 orang laki-laki dan 8 orang
perempuan. Zawil Farid terdiri dari beberapa bagian,
yaitu:

1 1 1 1 2 1
; ; ; ; ;
2 4 6 8 3 3
LAKI-LAKI

SUAMI AYAH KAKEK


• ½ jika istri tidak • Asabah jika mayat • 1/6 jika mayat
memiliki anak. memiliki anak. tidak memiliki
• ¼ jika istri memiliki • 1/6 jika mayat ayah.
anak. memiliki anak/cucu • Asabah jika mayat
laki-laki. memiliki far’un
SAUDARA LAKI-LAKI • 1/6 asabah jika dan tidak memiliki
SEIBU mayat jika mayat saudara.
• ¼ jika sendirian memiliki anak/cucu • 1/3 jika dua orang
• 1/3 jika lebih dari perempuan. atau lebih.
2 orang
PEREMPUAN

1. ISTRI 2. IBU 4.ANAK PEREMPUAN


• ¼ jika mayat tidak • 1/3 jika tidak ada • ½ jika sendiri tidak
memiliki anak. far’un atau dua ada mu’asib
• 1/8 jika
mayat saudara laki-laki • 2/3 jika dua orang
memiliki anak. atau perempuan. atau lebih dan
• 1/6 jika ada far’un tidak ada mu’asib
3. NENEK saudara/i. • Asabah jika ada
• 1/6 jika mayat • 1/3 dari sisa (sulus laki-laki yang
tidak mempunyai baqi) jika bersama menjadi mu’asib
ayah/ibu dengan ayah ayau
suami/istri.
5. Cucu perempuan dari 6. Saudara perempuan 7. Saudara perempuan se
anak laki – laki sekandung ayah
• 1/2 jika sendiri dan • 1/2 jika sendiri dan tidak • 1/2 jika sendiri dan
tidak ada anak memiliki anak tidak ada far’aun atau
perempuan atau • 2/3 jika dua orang atau saudara perempuan
mu’asib -nya lebih dan tidak bersama sekandung.
• 2/3 jika dua orang atau anak perempuan atau • 2/3 jika dua orang atau
lebih dan tidak ada mu’asib-nya lebih dan far’aun atau
mu’asib. • Asabah jika bersama anak saudara perempuan
• 1/6 jika bersama anak perempuan sekandung.
perempuan tunggal • Asabah jika dengan • Asabah jika bersama
dan tidak ada mu’asib- laki-laki mu’asib-nya. mu’asibnya (saudara
nya laki-laki seayah)
• Asabah jika bersama 8. Saudara perempuan seibu
• Asabah jika bersama
mu’asib-nya (cucu • 1/6 jika sendirian far’aun dari
laki-laki dari anak • 1/3 jika dua orang atau lebih perempuan
laki-laki).
Asabah
Asabah atau asabat ( )‫عصبة‬ialah ahli waris dalam hukum faraid,
yang menerima seluruh harta
warisan jika ia bersendirian atau menerima baki harta pusaka
sesudah dibahagikan kepada waris
lain yang berhak menerimanya.[1] Penerima baki harta pusaka
yang pertama ialah anak lelaki,
kemudian cucu lelaki, ayah, datuk, saudara lelaki seibu sebapa,
saudara lelaki sebapa sahaja dan
seterusnya.
Dari segi perolehan bagiannya, 'ashabah dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
a. 'Ashabah bi al-nafsi, yaitu menerima sisa harta karena dirinya sendiri,
bukan karena sebab lain. Termasuk ashabah binafsihi adalah semua ahli
waris laki-laki kecuali saudara laki-laki seibu.
Dengan demikian, yang termasuk 'ashabah bi al-nafsi adalah :

1. Anak laki-laki

2. Cucu laki-laki dari jalur laki-laki (anak laki-laki dari anak laki-laki) dan
seterusnya ke bawah dari garis laki-laki

3. Bapak

4. Kakek shahih (yaitu bapaknya bapak) dan seterusnya ke atas dari garis
laki-laki

5. Saudara laki-laki kandung

6. Saudara laki-laki sebapak

7. Anak laki-laki sekandung


8. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung

9. Paman sekandung (saudara laki-laki bapak sekandung)

10. Paman sebapak (saudara laki-laki sebapak)

11. Anak laki-laki paman sekandung

12. Anak laki-laki paman sebapak

13. Orang laki-laki yang memerdekakan budak


Asabah Bilgair (Asabah Bigairihi)

Asabah bilgair adalah ahli waris yang menjadi asabah


dengan sebab ditarik oleh ahli waris tertentu dari
asabah bilgair.

Adapun yang termasuk asabah bilgair hanya ada empat


orang yaitu sebagai berikut:
1. Anak perempuan dengan adanya anak laki-laki.

2. Cucu perempuan dari anak laki-laki dengan adanya


cucu laki-laki dari anak laki-laki.

3. Saudara perempuan sekandung dengan adanya


saudara laki-laki sekandung.

4. Saudara perempuan seayah dengan adanya saudara


laki-laki seayah.
Asabah Maalgair (Asabah Maalgairihi)

Asabah maalgair adalah ahli waris yang menjadi


asabah karena bersama-sama dengan ahli waris lain
yang tertentu daei zawil furud.

Asabah maalgair hanya ada dua kelompok yaitu:

1. Saudara perempuan sekandung (seorang atau


lebih) bersama dengan anak perempuan atau cucu
perempuan (seorang atau lebih).

2. Saudara perempuan seayah (seorang atau lebih)


bersama dengan anak perempuan atau cucu
perempuan (seorang atau lebih).
HARFIAH • satir ; penutup atau penghalang

• halangan seseorang untuk menerima


warisan, yaitu hal-hal yang
ISTILAH menyebabkan terhalangnya/gugurnya
hak ahli waris untuk menerima warisan
dari harta peninggalan al-muwaris.
MACAM – MACAM HIJAB

HIJAB HIJAB

NUQSHAN HIRMAN
HIJAB NUQSHAN

Penghalang yang menyebabkan berkurangnya


bagian seorang ahli waris. Hal ini terjadi karena
sebagai berikut.
1). Berkurangnya bagian dari banyakmenjadi
sedikit, seperti berkurangnya bagian suami istri
setengah menjadi seperempat
2). Pindahnya bagian tertentu kepada asabah
3). Pindahna asabah ke bagian tertentu
CONTOH :
Seorang muwaris hanya meninggalkan ahli
waris istri dan ahli waris lain, tapi tidak
meninggalkan anak/cucu, besarnya bagian
warisan istri adalah ¼ dari harta warisan.
Meskipun demikian, apabila muwaris juga
meninggalkan anak/cucu, bagian istri
berubah menjadi 1/8 dari harta warisan.

Dalam hal ini anak/cucu menjadi hijab


nuqshan bagi istri.
Hijab Hirman
Terhijabnya seorang ahli waris dalam
memperoleh seluruh bagian lantaran
ada ahli waris yang lebih dekat.
Contoh
1) Cucu laki-laki tidak berhak memperoleh warisan apabila
ada anak laki-laki.
2) Kakek tidak berhak memperoleh harta warisan selama ada
bapak.
3) Nenek tidak berhak mendapat harta warisan
selama ada ibu.
4) Saudara seibu-sebapak tidak memperoleh harta warisan
selama ada anak laki-laki dan bapak.
5) Saudara laki-laki/perempuan sebapak tidak berhak
memperoleh harta warisan apabila ada anak laki-laki, cucu
laki-laki, bapak, saudara laki-laki sekandung, dan saudara
perempuan sekandung jika ber-ashabah’ (dari pihak bapak)
bersama-sama anak perempuan (cucu perempuan).
P E M B A G I A N

1. Ahli Waris yang Mendapat ½


• Suami yang istrinya meninggal. Syarat: tidak memiliki keturunan (laki-laki
atau perempuan), walaupun keturunan tersebut adalah anak tiri.
• Anak kandung perempuan. Syarat: tidak memiliki anak laki-laki dan anak
perempuan tersebut adalah anak tunggal.
• Cucu Perempuan dari keturunan anak laki-laki. Syarat: cucu tersebut
tidak memiliki anak laki-laki, merupakan cucu tunggal (satu-satunya), dan
tidak memiliki anak perempuan ataupun anak laki-laki.
• Saudara kandung perempuan. Syarat: saudara tersebut tidak memiliki
keturunan (anak laki-laki ataupun perempuan).
• Saudara perempuan yang se-ayah. Syarat: tidak memiliki saudara (hanya
seorang diri) dan tidak memiliki saudara kandung. Ia pun tidak memiliki
ayah atau kakek.
2. Ahli Waris yang Mendapat ¼
• Suami yang ditinggalkan istrinya. Syaratnya adalah istri memiliki
anak atau cucu dari keturunan laki-lakinya. Cucu tersebut bisa dari
darah dagingnya atau tidak.
• Istri yang ditinggal suaminya. Syarat: suami tidak memiliki anak atau
cucu.

3. Ahli Waris yang mendapat 𝟏Τ𝟑


• Ibu yang tidak memiliki anak atau cucu laki-laki dari keturunan anak
laki-laki. Ia tidak memiliki dua atau lebih saudara kandung atau tidak
kandung
• Saudara perempuan dan laki-laki yang seibu, tidak memiliki anak,
ayah, atau kakek. Jumlah saudara seibu tersebut adalah dua oranng
atau lebih.
4. Ahli Waris yang Mendapat ⅔
• Dua orang anak kandung perempuan atau lebih yang tidak
memiliki saudara laki-laki
• Dua orang cucu perempuan dari keturunan anak laki-laku yang
dengan syarat bahwa pewaris tidak memiliki anak kandung dan
tidak mempunyai saudara laki-laki
• Dua saudara perempuan atau lebih dengan syarat bahwa pewaris
tidak memiliki anak, tidak memiliki ayah atau kakek, dan tidak
memiliki saudara laki-laki
• Dua perempuan yang satu ayah dengan syarat tidak memiliki
anak, ayah, atau kakek. Ia tidak memiliki saudara laki-laki se-ayah
dan tidak memiliki saudara kandung.
5. Ahli Waris yang mendapat 𝟏Τ𝟔
• Ayah yang ditinggalkan anak perempuannya. Syarat: anaknya
tersebut tidak memiliki anak laki-laki atau cucu laki-laki.
• Kakek yang ditinggalkan cucu perempuannya. Syarat: cucunya
tersebut tidak memiliki ayah.
• Cucu perempuan dari anak laki-lakinya. Syarat: bersama anak
perempuan tunggal dan tidak bersama anak perempuan mu’asib-
nya.
• Saudara perempuan seibu yang ditinggal kakak laki-lakinya
(abang). Syarat: jika sendirian.

6. Ahli Waris yang Mendapat ⅛


• Istri yang ditinggalkan oleh suaminya yang memiliki keturunan
dan cucu baik laki-lak, baik anak tersebut berasal dari rahimnya
atau bukan.

Anda mungkin juga menyukai