Anda di halaman 1dari 31

MAWARIS

KETENTUAN WARISAN DALAM ISLAM

http://www.free-powerpoint-templates-design.com

Oleh: Dian Riska Dewi, S.Th.I, MA


GURU PAI SMAN1 X KT SINGKARAK
1.7.1Mempercayai kebenaran ketentuan waris berdasarkan syariat Islam
1.7.2 Mempercayai hikmah ketentuan waris berdasarkan syariat Islam INDIKATOR
2.7.1 Menunjukkan sikap peduli pada orang yang membutuhkan
2.7.2 Menunjukkan perilaku suka menolong orang yang membutuhkan
3.7.1 Menjelaskan pengertian waris.
3.7.2 Mengidentifikasi dalil tentang warisan
3.7.4 Menjelaskan dalil tentang warisan
3.7.5 Mengidentifikasi harta sebelum diwariskan
3.7.3 Menjelaskan sebab berhak mendapat warisan
3.7.4 Menjelaskan sebab tidak berhak mendapat warisan
3.7.5 Menjelaskan dzawil furud
3.7.6 Menjelaskan cara membagi harta warisan
3.7.7 Menjelaskan hikmah faraid (Mawaris)
4.7.1 Mempraktikkan pelaksanaan ‘ashabah.
4.7.2 Mempraktikkan pelaksanaan Al- ‘Aul ( bertambah)
4.7.3Mempraktikkan pelaksanaan Ar- Raddu (mengembalikan)
4.7.4 Mempraktikkan pelaksanaan Gharawain (dua orang terang )
PETA KONSEP
PENGERTIAN

DALIL

01
HARTA SEBELUM PEMBAGIAN WARISAN

02
SEBAB MENERIMA DAN TIDAK MENERIMA

03
AHLI WARIS LAKI-LAKI

AHLI WARIS PEREMPUAN

DZAWIL FURUDH

CARA PEMBAGIAN HARTA WARIS


PENGERTIAN:
1.Mawaris:
Serangkaian kejadian pengalihan pemilikan harta benda
dari seorang yang meninggal pada seorang yang masih
hidup.
2. Ilmu mawaris/ ilmu faraidh:
Ilmu yang merupakan ketentuan Allah tentang hokum
mawaris, terutama mengenai ketentuan pembagian harta
waris.
DALIL MAWARIS

1. Q.S an-Nisa’ 7-14


2. .Q.S an-Nisa’ 33
3. Q.S an-Nisa’176
Penjelasan Dalil Warisan

1. An-Nisa 7,8,11 dan 12


ayat 7: ada bagian laki-laki dan perempuan dalam harta waris
ayat 8: jika kerabat dan yatim hadir dalam pembagian, beri mereka sebagian
dari harta tsb
ayat 11: bagian laki-laki 2x bagian perempuan. Rincian bagian untuk dzawil
furudh
ayat 12: bagian suami dan istri yang ditinggal meninggal oleh pasangannya.
2. Q.S an-Nisa‘’33: ada bagian laki-laki dan perempuan dalam harta peninggalan
ortu dan kerabat.
3. Q.S an-Nisa’176: pembagoan harta dari pewaris yang tidak punya anak dan
hanya punya saudara dan atau saudari
HARTA YANG DIKELUARKAN SEBELUM PEMBAGIAN WARISAN

01 02 03 04
PENGURUSAN JENAZAH

H
Z
U
A
T
K
WASIAT

A
A
N
T
G
SEBAB MENERIMA WARISAN

Ikatan kekeluarga Wala’

Ikatan pernikahan Hubungan seagama


SEBAB TIDAK TERIMA WARISAN

MEMBUNUH BEDA AGAMA

A B

C D

MURTAD BUDAK BELIAN


AHLI WARIS

Ahli Waris Laki-Laki:


1.Anak laki-laki
2.Cucu laki-laki dari anak laki-laki
3.Bapak
4.Kakek dari bapak
5.Saudara laki-laki sekandung
6.Saudara laki-laki sebapak
7.Saudara laki-laki seibu
8.Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung
9.Anak laki-laki saudara laki-laki sebapak
10.Paman yang sekandung dengan bapak
11.Paman yang sebapak dengan bapak
12.Anak laki-laki paman yang sekandung dengan
bapak
13.Anak laki-laki paman yang sebapak dengan bapak
14.Suami sah
15.Laki-laki yang memerdekakan si pewaris
 Ahli Waris Perempuan:
1. Anak Perempuan
2. Cucu perempuan dari anak laki-laki
3. Ibu
4. Nenek dari ibu
5. Nenek dari bapak
6. Saudara perempuan sekandung
7. Saudara perempuan sebapak
8. Saudara perempuan seibu
9. Istri sah
10.Wanita yang memerdekakan si pewaris
Istilah-istilah Dalam Mawaris

1)Dzawil Furudh: ahli waris yang bagian perolehan warisannya sudah


tertentu. (1/2, 1/4, 1/8, 1/3, 2/3 dan 1/6)
2) ‘Ashabah: ahli waris yang bagian perolehannya tidak tentu
(mendapatkan sisa dari bagian warisan setelah dibagikan untuk dzawil
furudh).
‘Ashabah terbagi tiga:
• Ashabah bi nafsihi, dengan sendirinya dapat sisa harta waris
• Ashabah bi ghairihi, dapat sisa karena ditarik oleh ashabah bi nafsihi
• Ashabah ma’a ghairihi, dapat ashabah karena berbarengan dengan
ahli waris tertentu dari golongan zawil furudh
Istilah-istilah dalam Mawaris

3) Hijab: ahli waris yang mengurangi bagian ahli waris lain atau menghalangi ahli waris lain memperoleh
warisan.
a) Hijab Nuqsan
Hijab yang dapat mengurangi bagian dari harta warisan bagi ahli waris dikarenakan berbarengan dengan ahli
waris tertentu.
Misal: Anak, cucu dan saudara/saudari mengurangi bagian Ibu: 1/3 menjadi 1/6

b) Hijab Hirman
Hijab yang menyebabkan ahli waris kehilangan hak atas harta waris dikarenakan ber-barengan dengan ahli
waris tertentu.
Misal:
Ayah menghijab hirman kakek dan paman untuk memperoleh warisan.
Ibu menghijab hirman nenek untuk memperoleh warisan
Anak laki-laki: Ashobah bi nafsihi.

Cucu laki-laki dari putra: Ashabah bi nafsihi jika Ahli waris dan
tidak ada putra Bagiannya
Bapak
- 1/6 jika ada anak atau cucu dari anak laki-laki
- Ashabah bi nafsihi jika tidak ada putra atau cucu dari putra

Suami
- 1/2 jika tidak ada anak atau cucu
- 1/4 jika ada anak atau cucu

Kakek dari bapak: menempati posisi bapak jika tidak ada bapak

Saudara kandung
‘Ashabah bi nafsihi jika tidak ada putra dan bapak
Saudara laki-laki sebapak
Ashabah bi nafsihi jika tidak ada anak laki-laki, bapak
dan saudara laki-laki sekandung
Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung
Ashabah bi nafsihi jika tidak ada anak laki-laki, bapak,
saudara laki-laki sekandung, saudara laki-laki sebapak
Anak laki-laki saudara laki-laki sebapak
Ashabah bi nafsihi jika tidak ada anak laki-laki, bapak,
saudara laki-laki sekandung, saudara laki-laki sebapak dan
anak laki-laki saudara sekandung
Begitu seterusnya dari ahli waris laki-laki semakin jauh
dari pewaris semakin kecil peluangnya dikarenakan
terhalang oleh ahli waris terdekat dengan pewaris
Putri
- 1/2 jika anak tuggal
- 2/3 dua orang atau lebih
- Ashobah bi ghoirihi jika ada anak laki-laki

Cucu perempuan dari putra


- 1/2 jika tidak ada putri
- 1/6 sendiri atau lebih jika ada putri tunggal
- 2/3 dua orang atau lebih jika tidak ada putri
- Ashabah bi ghairihi jika ada cucu laki-laki
-tidak mendapatkan harta waris selama ada putra dan bapak

Ibu
- 1/3 jika tidak ada anak atau cucu dari anak laki-laki atau dua orang saudara
pewaris
- 1/6 jika ada anak atau cucu dari putra atau dua orang saudara pewaris

Nenek
- 1/6 seorang atau lebih jika tidak ada ibu
Istri
- 1/4 seorang atau lebih jika tidak ada anak atau cucu
- 1/8 seorang atau lebih jika ada anak atau cucu dari anak laki-laki

Saudari kandung
- 1/2 seorang jika tidak ada putri
- 2/3 dua orang atau lebih jika tidak ada putri
- Ashobah ma’a ghairihi jika ada putri atau cucu perempuan dari putra
- Ashabah bi ghairihi jika ada saudara kandung
- tidak mendapatkan harta waris selama ada putra dan bapak

Ibu
- 1/3 jika tidak ada anak atau cucu dari anak laki-laki atau dua orang
saudara pewaris
- 1/6 jika ada anak atau cucu dari anak laki-laki atau dua orang saudara
pewaris
Nenek
- 1/6 seorang atau lebih jika tidak ada ibu
Saudara perempuan sebapak
- 1/2 seorang jika tidak ada saudari kandung
- 2/3 dua orang atau lebih jika tidak ada saudari kandung
- 1/6 seorang atau lebih jika ada saudari kandung
- Ashobah ma’a ghairihi jika ada anak atau cucu
perempuan dari anak laki- laki
- Ashobah bi ghairihi jika ada saudara laki-laki sebapak
- tidak mendapatkan harta waris selama ada anak laki-laki,
cucu laki-laki, bapak, saudara laki-laki sekandung dan
saudara perempuan ketika berashobah dengan anak
perempuan atau cucu perempuan

Saudara perempuan seibu


- 1/6 seorang baik laki-laki maupun perempuan
- 1/3 dua orang atau lebih baik laki-laki maupun perempuan
Perhitungan Warisan

Perhitungan warisan dilakukan setelah ditentukan ahli warisnya, dan dibagikan


sebagaimana bagian-bagian yang sudah dibahas sebelumnya.
KASUS DALAM PENGHITUNGAN WARISAN

Perhitungan waris menyalahi ketentuan umum ketika pokok masalah tidak


sama dengan jumlah bagian zawil furudh atau ahli warisnya hanya terdiri
dari istri (suami), bapak dan ibu.

1. Al Garawain terjadi ketika ahli waris terdiri dari istri (suami),


bapak dan ibu.
Bagian bapak menjadi 2/3 dan ibu menjadi 1/3. dan di bagi setelah di
kurang hak suami (istri)

Contoh:
Seorang pewaris (perempuan) meninggalkan harta warisan sebanyak
300 gram emas. Ahli waris terdiri atas suami, ibu dan bapak.
Berapakah bagian masing-masing ahli waris tersebut?

Jawaban:
Suami 1/2 x 300 gram = 150 gram  sisa harta (300-150 = 150 gram)
Ibu 1/3 x 150 gram = 50 gram
Ayah 2/3 x 150 gram = 100 gram
2. Al-Ául
Al ‘Aul terjadi ketika jumlah bagian zawil furudh melebihi
pokok masalahnya.
Contoh:
Seorang pewaris (perempuan) meninggalkan harta warisan sebanyak
Rp. 600.000.000,00. Ahli waris terdiri atas suami, ibu, seorang
saudara perempuan sekandung san seorang saudara perempuan
sebapak. Berapakah bagian masing-masing ahli waris tersebut?

Jawaban:
Ketentuan semula:
Suami 1/2
Ibu 1/6
Seorang saudara perempuan sekandung 1/2
Seorang saudara perempuan sebapak 1/6

Bagian suami 1/2 x 6 = 3 bagian, ibu 1/6 x 6 = 1 bagian, saudara


perempuan sekandung 1/2 x 6 = 3 bagian dan saudara perempuan
sebapak 1/6 x 6 = 1 bagian. Total jumlah bagian ahli waris adalah :
3+1+3+1=8
Jika perhitungan peda umumnya dilakukan maka harta waris tidak
mencukupi sebesar Rp. 200.000.000,00, maka langkah yang tepat harus di
‘Aul kan dengan cara mengganti pokok masalah yang asalnya 6 menjadi 8.
Sehingga menjadi:
Suami 3/8 x Rp. 600.000.000,00 = Rp. 225.000.000,00
Ibu 1/8 x Rp. 600.000.000,00 = Rp. 75.000.000,00
Saudara perempuan sekandung
3/8 x Rp. 600.000.000,00 = Rp. 225.000.000,00
Saudara perempuan sebapak
1/8 x Rp. 600.000.000,00 = Rp. 75.000.000,00 +
Rp. 600.000.000,00
3. Radd
Rad terjadi jika jumlah bagian zawil furudh lebih kecil dari
jumlah pokok masalahnya.

Contoh:
Seorang pewaris (laki-laki) meninggalkan harta warisan sebanyak
69.000 m2.Ahli waris terdiri atas istri, ibu dan 2 anak perempuan.
Berapakah bagian masing-masing ahli waris tersebut?

Jawaban:
Ketentuan semula:
Istri 1/8
Ibu 1/6
2 anak perempuan 2/3
Bagian istri 1/8 x 24 = 3 bagian, ibu 1/6 x 24 = 4 bagian, 2 anak
perempuan 2/3 x 24 = 16
Jumlah total bagian ahli waris adalah 3 + 4 + 16 = 23
Jika perhitungan peda umumnya dilakukan maka harta
waris mengalami kelebihan dan tentu ini akan
mengakibatkan pertentangan. Maka langkah yang tepat
harus diRaddkan dengan cara mengganti pokok masalah
yang asalnya 24 menjadi 23.
Sehingga menjadi:
Istri 3/23 x 69.000 m2 = 9.000 m2
Ibu 4/23 x 69.000 m2 = 12.000 m2
2 anak perempuan 16/23 x 69.000 m2 = 48.000 m2 +
69.000 m2
Perundang-undangan waris di Indoensia terdapat pada
Kompilasi Hukum Islam Buku II Hukum Kewarisan. Buku II
Hukum Kewarisan terdiri dari 5 Bab, 43 Pasal.
PERUNDANG-
Beberapa hal yang perlu diketahui dari Buku II Hukum
UNDANGAN
Kewarisan: WARIS
Pengertian Hukum Kewarisan DI INDONESIA
Hukum kewarisan adalah hukum yang mengatur tentang
pemindahan hak pemilikan harta peninggalan pewaris,
menentukan siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris dan
bagiannya masing-masing

Penghalang memperoleh Harta Waris terhalang menjadi ahli


waris apabila:
- dipersalahkan telah membunuh atau menoba membunuh atau
menganiaya berat pada pewaris
- dipersalahkan karena secara memfitnah telah mengajukan
pengaduan bahwa pewaris telah melakukan kejahatan
Kelompok-Kelompok Ahli Waris dan Besarnya Bagian Waris
pada prinsipnya sama dengan hukuim waris islam
 Kewajiban Ahli Waris Terhadap Pewaris terhalang menjadi ahli waris apabila:
- Mengurus dan menyelesaikan sampai pemakaman jenazah selesai
- Menyelesaikan utang-utang
- Menyelesaikan wasiat pewaris
- Membagi harta warisan di antara ahli waris yang berhak
HIKMAH MAWARIS

Memperkuat keyakinan bahwa Allah swt betul-betul Maha adil, karena keadilan
Allah swt tidak hanya terdapat pada alam ciptaan-Nya tetapi juga terdapat pada
hukum-hukum yang telah ditetapkan-Nya.
Adapun prinsip-prinsip keadilan tersebut antara lain:
- Semua ahli waris yang mempunyai hubungan darah langsung dengan pewaris
tentu terlebih dahulu mendapat harta warisan.
- Baik suami atau istri daro pewaris pasti akan mendapatkan bagiannya tanpa
terhijab siapapun
- Anak laki-laki mendapatkan dua kali lipat dari anak perempuan dikarenaka
laki-laki ke depan yang memiliki kewajiban untuk membiayai keluarganya
sedangkan kewajiban ini tidak ada pada pihak perempuan
Mematuhi hukum waris islam dengan dilandasi rasa ikhlas karena Allah dan
untuk memperoleh ridha-Nya

Anda mungkin juga menyukai