Anda di halaman 1dari 42

Oleh.

Rizal Abu Usamah


Sekretaris ABI DPC Malang dan
Owner Bekam Medika Azzaisy
Sejarah Bekam
Bekam sudah dikenal sejak zaman Yunani kuno
Atau dari mulai zaman kerajaan Sumeria, dan terus
berkembang sampai Babilonia, Mesir, Saba, Persia, Cina
dan Eropa.

Penggunaan metode bekam juga berkembang.


1. Mulut
2. Tanduk
3. Gelas Kaca, cawan dan mangkuk
4. Lintah
5. Kop modern
Definisi Bekam
Secara syara’
ْ
Secara bahasa arab ُ‫(ال َح ْجم‬Hijamah) menyedot / menghisap.

Istilah Bekam berasal dari bahasa Arab yang bermakna


Hijamah / Al-Hajimu (ُ‫ )ا ْلحَجْ م‬yang memiliki arti penghisapan
/ penyedotan dari kata dasar ‫( َح َج َُم َيحْ جمُ حَجْ ًما‬Hajama-
yahjumu-hajman) yang juga berarti mencegah, menyedot,
memalingkan, mematuk, dan menjatuhkan. Sehingga arti kata
Al-Hajimu (‫ )ا ْل َح َّجام‬ialah seseorang yang berprofesi sebagai
ahli Hijamah atau pelakunya bisa disebut Al-Hajim
(ُ‫ )الـْ َحاجـ ِ ْم‬yaitu "tukang Bekam".
Tiap-tiap daerah dan negara Hijamah /
Bekam juga memiliki banyak istilah yang
berbeda namun dengan maksud (arti) yang
sama
Bekam
Indonesia & Melayu (Malaysia)

Jawa dan Madura Kop atau Cantuk

Sumbawa Tangkik atau Batangkik

Cina kuno Chauva

Bahasa Inggris Blood Cupping atau Blood Letting

Ilmiah Oxidant Drainage Therapy (ODT)


Perintah Allah Dan Seruan Para Malaikat
Untuk Berbekam

Dari riwayat Ibnu Mas'ud –radhiyallahu 'anhu- diceritakan:

ٰ
ٰٰ ‫بالحجامة‬ ‫ما مررت ليلة أسري بي بمإل إال قالوا يا محمد مر أمتك‬

"Aku tidak berjalan di hadapan sekelompok malaikat pun


pada malam ketika aku diisro'kan, kecuali mereka berkata,
"Wahai Muhammad, perintahkanlah ummatmu untuk
berbekam!" (HR. Tirmidzi)
Sebaik-baik pengobatan :
‫إن أفضل ما تداويتم به الحجامة‬
"Sungguh sebaik-baik obat bagi kalian adalah bekam."
(HR. Ahmad)

Hukum Berbekam Adalah Sunnah

2. Sunnah Takririyah
1. Adat / ‘Urf
Sebuah kebiasaan
Bila tidak
yang sudah ada atau
bertentangan dengan
sebuah perbuatan
syari’at islam maka
yang dilakukan oleh
bisa menjadi hujjah
para sahabat di
sesuai ‘urf
zaman Rasulullah dan
(kebiasaan).
Rasulullah
membenarkannya.
Secara Medis
Bekam secara medis disebut juga dengan Oxidant Drainage Therapy
atau biasa disingkat dengan ODT dan memiliki definisi

"Metode pengobatan dengan cara mengeluarkan darah yang mengandung


Toxin atau Oxidant atau yang lebih spesifik adalah CPS (Causative
Pathological Substances) yaitu senyawa patologis yang berada dalam
darah sebagai penyebab dari segala macam penyakit, yang dikeluarkan
melalui permukaan kulit pada bagian-bagian tubuh tertentu dengan
menggunakan torehan tipis pada pembuluh darah perifer di kapiler
lapisan epidermis".
Sedangkan toxin atau oxidant adalah endapan
racun (zat kimia sintetis) yang tidak bisa diurai
oleh tubuh kita. Toxin atau oxidant berasal dari
pencemaran air dan udara, makanan yang
mengandung zat pewarna, MSG, zat pengawet,
zat pengembang, sayuran yang disemprot
pestisida, gaya hidup tidak sehat seperti
perokok, alkohol dan narkotika, juga
pemakaian obat-obat kimia.
Kajian Bekam
A. Waktu Sunnah Berbekam

‫ كان شفاء من كل داء‬،‫من احتجم لسبع عشرة وتسع عشرة وإحدى وعشرين‬
"Barangsiapa yang berbekam pada tanggal 17, 19, dan 21, maka itu akan
menyembuhkan penyakit." (HR. Abu Dawud, Tabrani dan Baihaqi)

B. Waktu Dilarang Berbekam


Semua hadits yang membicarakan tentang hari-hari yang dilarang untuk
berbekam adalah hadits dha’if (lemah) yang tidak bisa dijadikan sandaran
dalam beragama.

Bisa dilihat di dalam kitab At-Tamhid karya Ibnu Abdil Bar (24/350), Fathul Bâri (10/149),‘Aunul Ma’bûd
(10/241),Tuhfatul Ahwadzi (6/174-175), Nailul Authâr (9/98), Al-Inshâf karya Al-Mardhwai (1/82),
Kifâyatut Thâlib karya Al-Hasan Al-Mâliky (2/641) Sifrus Sa’âdah karya Fairûz Âbadi (264) dan dalam At-
Tahdits Bimâ Qîla LaYashihhu fihi Hadits karya Al-Allâmah Bakr Abu Zaid (334) dan kitab-kitab Silsilah
Hadits dari masing-masing perawi oleh Syaikh Al-Albani.
Jika puasa sunnah maka tidak membatalkan
puasa, karena hadits yang menyatakan
batalnya pembekam dan yang dibekam telah
dimansukh (dihapus) hukumnya dengan
hukum yang lain dengan datangnya dalil
yang belakangan datang dari Rasulullah.

Adapun haditsnya:

Pertama:

ُ‫ط َُر ْال َحاجمُ َو ْال َم ْحجوم‬


َ ‫ل أ َ ْف‬
َُ ‫عا فَقَا‬ َ ‫َوي ْر َوى َعنُ ْال َح‬
ُْ ‫سنُ َع‬
ً ‫ن َغيْرُ َواحدُ َم ْرفو‬

Diriwayatkan dari Al Hasan dari beberapa sahabat


secara marfu’ (sampai pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam). Beliau berkata, “Orang yang melakukan bekam
dan yang dibekam batal puasanya.” [Hadits ini juga
dikeluarkan oleh Abu Daud, Ibnu Majah dan Ad
Darimi. Syaikh Al Albani dalam Irwa’ no. 931
mengatakan bahwa hadits ini shohih]
Hadits ke-2

‫صا ِئم‬ َ ‫علَ ْي ُِه َو‬


َ ‫ َواحْ تَ َج َُم َوه َُو‬،ُ‫سلَّ َُم احْ تَ َج َُم َوه َُو محْ ُِرم‬ َ ُ‫صلَّى للا‬ َُّ َ‫أ‬
َُّ ‫ن النَّ ِب‬
َ ‫ي‬

“Bahwasanya Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berbekam dan


dia adalah berihrom, dan dia adalah berpuasa”. (HR. Al-
Bukhoriy di dalam “Shohih”nya (no. 1938).

Keterangan:
Hadits pertama yang menyatakan batalnya puasa bagi yang
berbekam dan yang membekam terjadi saat Fathul Makkah
pada tahun ke-8 sedangkan hadits yang datang setelah itu
saat Rasul melaksanakan haji wada' pada tahun ke-10. Dan
hal ini seperti yang dikatakan oleh Ibnul Bathol
Rohimahulloh di dalam “Syarhu Shohihil Bukhoriy” (4/81).
ADAPUN BERBEKAM PADA PUASA RAMADHAN
TERDAPAT PEMBAHASAN KHUSUS DENGAN DALIL

Dari Syaddad bin Aus, dia berkata, "Ketika kami sedang berjalan
bersama Nabi Shalallahu'alaihi wasallam pada 18 Ramadhan, tiba-
tiba ada lirikan lalu beliau melihat seseorang yang sedang dibekam,
lalu beliau bersabda; "Orang yang membekam dan yang dibekam
harus membatalkan puasanya." (HR. Ahmad 4/124, Ibnu Majah
1681, Hakim 1/429, dengan sanad shahih)
Keterangan:

1. Pendapat yang membatalkan puasa (baik Ramadhan maupun puasa sunnah) mereka
memandang puasa lebih afdhol dan utama dari pada bekam. Adapun saat berbekam itu,
manusia mengeluarkan darah dan melemahkan tubuh, maka membutuhkan nutrisi yang
banyak (untuk memulihkan tubuh), sehingga dikhawatirkan akan berdampak pada
(membatalkan) puasanya.
2. Pendapat yang tidak membatalkan puasa baik itu puasa sunnh dan juga puasa Ramadhan,
dengan alasan semua haditsnya telah manshukh (terhapus hukumnya), karena semua hadits
(termasuk hadits Syaddat bin Aus di atas) turun sebelum Haji Wada’.
3. Pendapat berikutnya membagi antara siapa yang batal, apakah hanya yang dibekam saja
ataukah keduanya sama-sama batal. Pendapat pertama menyatakan, “bila metode bekamnya
menggunakan metode kuno (seperi zaman Rasul yakni dihisap dengan mulut memakai
tanduk) maka keduanya batal puasanya”. Pendapat ke-2 menyatakan,”bila metode yang
dipakai adalah dengan metode modern, maka yang batal hanya yang dibekam saja”. Kecuali
Syaikh Al-Albani menyatakan, “walau memakai metode modern tetap keduanya batal
puasanya.”
Wallahua’lam…
D. Upah Praktisi Bekam

Upahnya khobits (jelek)

Dari Rafi’ bin Khadij radhiyallahu ‘anhu,


ٌ ‫ب ْال َح اج ِاِ َخ ِب‬
‫يث‬ ُ ‫و َك ْس‬، ٌ ‫ي َخ ِب‬
َ ‫يث‬ ِِّ ‫ َو َم ْه ُر ْالبَ ِغ‬،‫يث‬ ِ ‫ثَ َم ُن ْال َك ْل‬
ٌ ‫ب َخ ِب‬

“Harga anjing adalah khabits (haram), penghasilan pelacur


adalah khabits (haram), dan penghasilan praktisi bekam
adalah khabits (haram).” (HR. Muslim).
.ِ‫ب ْال َح اج ِا‬
ِ ‫ع ْن َك ْس‬
َ ِ‫س ْو ُل للا‬
ُ ‫نَ َهى َر‬

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam melarang dari


penghasilan praktisi bekam.” (HR. Ibnu Majah, dinyatakan
sahih oleh al-Albani dalam Shahih Ibni Majah (no. Sunan:
2195).
Keterangan:
Pendapat yang mengharamkan penghasilan dari praktik bekam
bertentangan dengan kaidah syariat bahwa ‘sesuatu yang boleh
dilakukan, berarti boleh mengambil upah darinya’. Alhasil, gabungan
seluruh hadits yang datang dari Nabi mengenai penghasilan praktik
bekam menunjukkan halal, tetapi tergolong jelek dan buruk sehingga
tidak pantas untuk dipilih sebagai pekerjaan oleh orang-orang yang
memilih perkara-perkara yang bagus dan mulia. Oleh karena itu,
dimakruhkan untuk menghidupi diri dan keluarganya dari penghasilan
praktik bekam saja (tanpa ada penghasilan yang lain -pen).

Ini adalah pendapat jumhur (mayoritas) ulama dan yang masyhur pada
mazhab Ahmad, yang dirajihkan (dikuatkan) oleh Ibnu Taimiyah, Ibnul
Qayyim, asy-Syaukani, dan Ibnu ‘Utsaimin rahimahumullah. Namun,
sesuatu yang dimakruhkan akan menjadi boleh tanpa kemakruhan
karena tuntutan kebutuhan, jika tidak ada pilihan lain selainnya. (Ibnu
Taimiyah)
Bekam Dengan Ilmu
Bila suatu saat anda terpaksa
Wajib bagi para pembekam
harus melakukan bekam dengan
untuk mendahulukan ilmu dari
titik trail, maka pastikan anda
pada sekedar praktek tanpa tetap berada pada koridor-
ilmu agar tidak timbul mal koridor dalam membekam.
praktek.
Apabila hendak mendirikan
Wajib mengikuti standart yang sebuah praktek (klinik, rumah
telah ditetapkan oleh medis. bekam, dll) wajib untuk
mengikuti ujian standarisasi
Wajib menggunakan bahan yang yang diadakan oleh ABI,
steril. mengurus semua ijin yang
berkaitan dengan praktek
Berhati-hati dalam segala bekam demi keaamanan anda
tindakan saat membekam. sendiri, juga sebagai wujud taat
terhadap peraturan waliyul
Bila anda menemukan kesulitan ‘amri(pemerintah yang sah).
dalam praktek bekam yang anda
tidak tahu, maka jangan segan Terus dan terus belajar,
jangan merasa cukup karena
untuk bertanya kepada yang
ilmu itu selalu berkembang dan
lebih mengetahuinya.
merasa cukup itu tercela.
Alat dan Bahan Titik Bekam

Macam-macam
Bekam
Sarung Tangan
Gelas Bekam/ Gelas Kop

Masker wajah
Cetikan Penutup rambut
Loyang Stenlis
Celemek Plastik

Jarum

Kasa Steril dan Bisturi + skepel / Lancing device +


Kapas jarum bekam
Minyak
Zaitun
Klem / Gunting
penjepit
Betadine

Alkohol

Tas Kresek
Tisu Kuning

Kaca Mata
Hydrogen Klorin
Sterilisator
Peroksida
Jarum komedo

Sarung tanga plastik

Timba platik
Tempat Tidur Pasien
Titik Sunnah

Titik Anatomi

Titik Sinergi

Titik Lain-lain
1. Ummu Mughits

‫ ( انه احتجم وهو محرم فى رأسه لصداع كان به) رواه البخارى‬: ‫وفى الصحيح عنه‬

“ Sesungguhnya Nabi telah berbekam di kepala dalam keadaan


ihram kerana pusing ” .(H.R. Bukhori)
2. Kahil
3. Akhdda’in

‫ وإثنتين على‬،‫ واحدة على كاهله‬: ‫(كان رسول هللا ص يحتجم ثالثا‬: ‫وفى الصحيحين عنه‬
) ‫األخدعين‬

“ Sesungguhnya Rasulullah berbekam pada 3 tempat : satu di atas


‘Kahil’ dan dua pada ‘Akhdain’ (HR. Bukhari, Muslim)
4. Katifain

Nabi melakukan bekam pada kedua bahu saat diberi makanan


lengan daging kambing yang diracun oleh orang Yahudi. (Kitab
Thibbun Nabawi oleh Ibnul Qoyyim)
5. ‘Ala Warik

Dari Jabir RA, bahawa Rasulullah pernah melakukan bekam pada


pinggulnya kerana sakit yang dideritanya (HR. An-Nasai, Ibnu
Majah).
6. ‘Ala Dhohril Qodami

Ada khilaf tentang letak titik ini, dalam kitab Thibbun Nabawi
dikatakan letakknya di belakang lekukan lutut sedangkan dalam
segi bahasa adalah di punggung kaki di atas antara ibu jari dan
telunjuk kaki.
Anatomi Kulit
1. Lapisan kulit manusia
Semua titik bekam berada di atas kulit, adapun bagian-bagian dari lapisan
kulit adalah sebagai berikut.
 Epidermis
 Dermis
 Hipodermis

2. Ketebalan kulit manusia


Kulit terdiri dari kulit tebal dan kulit tipis. Ketebalan kulit punggung tidak
sama dengan ketebalan kulit wajah, ketebalan kulit antara 1-5 mm,
toksid sebagian besar berada pada pembuluh darah pada lapisan
epidermis dan dermis. Jadi hal yang wajib diperhatikan adalah.
 Tidak menyamaratakan ketebalan semua kulit di tubuh.
 Pada saat pembekaman, baik tusukan maupun sayatan tidak boleh
melebihi lapisan hypodermis.
3. Akibat perlukaa terlalu dalam
Pada saat pembekaman, target bekam hanya ada pada pembuluh
darah kapiler (perifer) pada jaringan epidermis dan dermis.
Perlakuan bekam yang terlalu dalam, misalnya karena tidak hati-
hati atau kurangnya ilmu, akan berdampak pada.

 Darah yang keluar adalah darah yang aktif yang tidak


mengandung toksid, sehingga efek bekam akan sia-sia saja dan
bahkan dapat memadhorotkan kondisi tubuh pasien seperti,
lemas, pingsan bahkan meninggal.
 Beresiko terjadinya pendarahan.
 Dapat juga mengakibatkan cacat permanen pada jaringan kulit
pasien dan menimbulkan penyakit baru seperti vitiligo, dll.
4. Pembuluh darah kapiler
Pebuluh darah kapiler dalam bahasa latin disebut dengan capillaris adalah pembuluh darah
terkecil pada tubuh manusia, berdiameter 5-10 mm, yang menghubungkan arteriola dan
venula, dan memungkinkan pertukaran air, oksigen, karbon dioksida, serta nutrien dan zat
kimia sampah antara darah dan jaringan di sekitarnya.
Adapu fungsi pembuluh kapiler adalah.
 Penghubung pembuluh arteri dan vena.
 Tempat pertukaran zat-zat antara darah dan cairan jaringan (jaringan intertisial).
 Mengambil hasil sekresi dari kelenjar.
 Menyerap zat makanan dari usus.
 Menyaring darah di ginjal.
 Sentralisasi pertukaran darah dari arteri dan vena dan pusat pengendapan toksid (racun).
5. Pigmen kulit
Penentuan tebal atau tipisnya kulit manusia yang paling
mudah adalah dengan melihat pigmen kulit. Semakin
putih pigmen pada kulit manusia maka semakin tipis kulit
tersebut, sehingga perlakuan bekam antara setiap pasien
akan berbeda dari segi tarikan dan kedalaman invasi pada
kulit itu sendiri.

6. Estetika alur kulit


Mengetahui dan mepelajari alur kulit sangatlah penting
dalam proses pembekaman terutama dalam metode
sayatan. Sebab jika kita melakukan sayatan dengan tanpa
memperhatikan estetika kulit akan mengakibatkan cacat
permanen pada kulit pasien dan hal itu termasuk
kedalam mal praktek dalam pembekaman.
Dilarang membekam dengan alat dan bahan yang tidak steril.

Dilarang membekam lawan jenis kecuali mahram.


Dilarang membekam pasien yang terlalu lemah, tensi drop, HB drop,
dll.
Dilarang membekam pada persendian, benjolan, radang, luka, dll.

Bagi pemula hendaknya hindari membekam penyakit kronis dan menular


yang berbahaya, bayi, balita, orang tua (yang elastisitas kulitnya
menurun), wanita haid, nifas, ibu hamil, orang gila, kesurupan (terkena
sihir), dll yang dirasa belum mampu untuk melakukannya.

Dilarang membekam orang yang baru saja berhubungan.

Dilarang membekam orang yang terlalu kenyang dan terlalu lapar

Jauhkan semua alat, bahan bahkan limbah bekam dari anak kecil.
Dll..
LARANGAN MENYENTUH WANITA YANG BUKAN MAHRAMNYA

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu riwayat Bukhary-Muslim, Rasulullah shollallahu ‘alaihi
wa ‘alahi wasallam menegaskan :

ُ ‫ستِ َم‬
‫اع‬ ِ ْ ‫ان ِزنَاه َُما‬
ْ ‫اْل‬ ُِ َ‫الزنَى مد ِْركُ َذ ِلكَُ ُلَ َم َحالَ ُةَ فَا ْل َع ْين‬
ُِ َ‫ان َزنَاه َما النَّ َظرُ َو ْاْل َذن‬ َّ ‫ن‬َُ ‫ْن آ َد َُم نَ ِص ْيبَهُ ِم‬
ُِ ‫علَى اب‬ َ ‫ب‬ َُ َ ‫للا َكت‬
َُ ‫ن‬ َُّ ‫ِإ‬
ُ‫صدِقُ َذ ِلكَُ ا ْل ُفَ ْرجُ َويكَذِبه‬ َ ‫الرجْ لُ ِزنَا َها ا ْلخ َطا َُوا ْلقَ ْلبُ يَه َْوى َويَت َ َمنَّى َوي‬ ِ ‫سانُ ِزنَاهُ ا ْل َكالَمُ َوا ْليَدُ ِزنَا َها ا ْلبَ ْطشُ َو‬ َ ‫الل‬
ِ ‫َو‬

“Sesungguhnya Allah telah menetapkan bagi setiap anak Adam bagiannya dari zina, ia
mengalami hal tersebut secara pasti. Mata zinanya adalah memandang, kedua telinga zananya
adalah mendengar, lisan zinanya adalah berbicara, tangan zinanya adalah memegang dan kaki
zinanya adalah berjalan dan hati berhasrat dan berangan-angan dan hal tersebut dibenarkan
oleh kemaluan atau didustakan”.
Hadits Ma’qil bin Yasar radhyiallahu ‘anhu :

‫ام َرأَةًُ ُلَ تَ ِحلُ لَ ُه‬


ْ ُ‫س‬ ُْ َ‫ن أ‬
َّ ‫ن يَ َم‬ ُْ ‫خ ْيرُ لَهُ ِم‬ ُْ ‫ن ي ْطعَنُ فِ ْيُ َرأْ ِسُ أَ َحدِك ُْم ِب ِم ْخيَطُ ِم‬
َُ ُ‫ن َح ِد ْيد‬ ُْ َ ‫َْل‬
“Andaikata kepala salah seorang dari kalian ditusuk dengan jarum besi, itu lebih
baik baginya daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya”. (HR. Ar-
Ruyany dalam Musnadnya no.1282, Ath-Thobrany 20/no. 486-487 dan Al-
Baihaqy dalam Syu’abul Iman no. 4544 dan dishohihkan oleh syeikh Al-Albany
dalam Ash-Shohihah no. 226)

Hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dalam riwayat Al-Bukhari dan Muslim, beliau
berkata :

ُ‫ام َرأَةُ قَطُ فِي ا ْلمبَاُيَعَ ِة‬ َ ‫علَى آُِل ُِه َو‬
ْ ‫سلَّ َُم يَ َُد‬ َ ‫علَ ْي ُِه َو‬
َ ُ‫صلَّى للا‬
َ ‫للا‬
ُِ ‫ستُْ يَدُ َرس ْو ُِل‬
َّ ‫للا َما َم‬
ُِ ‫َو‬
“Demi Allah tidak pernah sama sekali tangan Rasulullah menyentuh tangan
wanita dalam berbai’at dan beliau tidak membai’at para wanita kecuali dengan
perkataannya”.
Hadits Amimah bintu Raqiqoh radhiyallahu ‘anha, sesungguhnya Nabi shollallahu
‘alaihi wa ‘alahi wasallam bersabda :

ُ‫سا َء‬ َ ‫ي ُلَ أ‬


َ ِ‫صافِحُ الن‬ ُْ ِ‫ِإن‬
“Sesungguhnya aku tidak pernah berjabat tangan dengan wanita”
(HR. Malik no. 1775, Ahmad 6/357, Ishaq Ibnu Rahaway dalam Musnadnya 4/90,‘Abdurrozzaq no. 9826, Ath-
Thoyalisy no. 1621, Ibnu Majah no. 2874, An-Nasa`i 7/149, Ad-Daraquthny 4/146-147, Ibnu Hibban
sebagaimana dalam Al-Ihsan no. 4553, Al-Baihaqy 8/148, Ath-Thobary dalam Tafsirnya 28/79, Ibnu Abi ‘Ashim
dalam Al-Ahad wal Matsany no. 3340-3341, Ibnu Sa’d dalam Ath-Thobaqot 8/5-6, Ath-Thobarany 24/no.
470,472,473 dan Al-Khollal dalam As-Sunnah no. 45. Dan dihasankan oleh Al-Hafizh dalam Fathul Bary
12/204, dan dishohihkan oleh Syeikh Al-Albany dalam Ash-Shohihah no. 529 dan Syeikh Muqbil dalam Ash-
Shohih Al-Musnad Mimma Laisa Fii Ash-Shohihain.

Dan hadits ini mempunyai syahid dari hadits Asma` binti Yazid diriwayatkan oleh
Ahmad 6/454,479, Ishaq Ibnu Rahawaih 4/182-183, Ath-Thobarany 24/no.
417,456,459 dan Ibnu ‘Abdil Barr dalam At-Tamhid 12/244. Dan di dalam
sanadnya ada rawi yang bernama Syahr bin Hausyab dan ia lemah dari sisi
hafalannya namun bagus dipakai sebagai pendukung.)

Anda mungkin juga menyukai