BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Aborsi
Aborsi adalah kehamilan yang terhenti pada usia kehamilan kurang dari 20
minggu yang berakibat kematian janin dengan kriteria kelahiran janin yaitu, berat
badan lahir kurang dari 500 gram dan panjang badan kurang dari 25 cm (Syaiful &
Fatmawati, 2019:164). Menurut Nam H Nguyen (2018) Abortus merupakan
pengeluaran dini hasil konsepsi yang biasanya didapatkan gejala: kontraksi rahim,
perdarahan rahim, pelunakan rahim, serta dilatasi rahim. Abortus bisa terjadi secara
tidak sengaja (spontan) atau secara sengaja (provokatus). Abortus yang tidak
disengaja (spontan) merupakan kondisi patologis dengan pengeluaran hasil konsepsi
secara mekanisme alamiah. Sedangkan abortus secara sengaja (provokatus)
merupakan abortus yang dilakukan suatu intervensi tertentu yang bertujuan untuk
mengakhiri proses kehamilan (Kasiman, 2016:107).
B. Dampak Aborsi
Ketika tindakan aborsi dilakukan, baik saat dan setelahnya memiliki dampak
tersendiri bagi pelaku, baik dari segi kesehatan fisik maupun psikososial. Pada kesehatan,
dampak yang akan ditemui antara lain:
1. Kerusakan serviks, penggunaan alat aborsi yang dimasukkan ke dalam rahim
dapat mengakibatkan robeknya serviks.
2. Infeksi, penggunaan alat aborsi yang tidak hyeginis meningkatkan resiko, selain
itu janin yang tidak terangkat sempurna dapat mengakibatkan infeksi juga.
3. Perdarahan, hal ini merupakan dampak yang dialami oleh ibu yang melakukan
aborsi, perdarahan terjadi karna leher rahim robek dan terbuka lebar.
4. Meningkatkan resiko kanker serviks dan kanker rahim.
5. Kematian (Munawir, 1991)
Selain dampak terhadap kesehatan, dampak psikososial menurut Lubis, 2016
meliputi:
1. Hubungan dengan pasangan
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Burke, 2004 setengah dari pasangan yang
melakukan aborsi memilih untuk mengakhiri hubungan mereka, hal ini sebagian besar
diakibatkan karna kepercayaan dan intimacy yang terjalin terganggu.
2. Hubungan dengan teman sebaya
Sebagian besar perempuan yang melakukan aborsi cenderung menjadi pesimis dan
berpikir negatif, sehingga akan mempengaruhi self esteem yang dimiliki akan
menurun dan cenderung menghindari kontak sosial.
3. Hubungan dengan pasangan masa depannya
Seringkali perempuan yang mengalami aborsi merahasiakan tindakan aborsi yang
pernah dilakukan dari pasangan masa depannya karna takut akan judgement dan
penolakan.
C. Pengertian Sikap
Saifudin Azwar (2010: 3) menjelaskan bahwa sikap adalah suatu reaksi atau
respon yang muncul dari seorang individu terhadap objek yang kemudian
memunculkan perilaku individu terhadap objek tersebut dengan cara-cara tertentu.
Gerungan (2004: 160) juga menguraikan pengertian sikap atau attitude sebagai
suatu reaksi pandangan atau perasaan seorang individu terhadap objek tertentu.
Walaupun objeknya sama, namun tidak semua individu mempunyai sikap yang sama,
hal itu dapat dipengaruhi oleh keadaan individu, pengalaman, informasi dan
kebutuhan masing- masing individu berbeda. Sikap seseorang terhadap objek akan
membentuk perilaku individu terhadap objek.
Menurut Slameto (1995: 191) sikap merupakan sesuatu yang dipelajari dan
menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang
dicari oleh individu dalam hidupnya.
D. Jenis Aborsi
1. Aborsi spontan
Aborsi spontan adalah aborsi tidak sengaja atau terjadi dengan sendirinya
(alami) baik dengan sebab tertentu maupun tidak. Aborsi ini biasanya disebabkan
karena kelainan kromosom ataupun karena kualitas sel telur dan sel sperma yang
kurang baik. Adapun sebab- sebab lain yang menyebabkan terjadinya aborsi spontan
ini seperti seorang ibu yang tidak sengaja jatuh kemudian bagian perutnya terpukul,
kemudian karena penyakit, virus toxoplasma, anemia dan sebagainya.
Aborsi spontan terbagi menjadi beberapa jenis yaitu:
a) Aborsi imminens yaitu sudah terlihat gejala-gejala akan terjadinya aborsi, tetapi
kadang-kadang dalam hal ini kehamilannya masih bisa di selamatkan.
b) Abortsi incipiens yaitu sudah terdapat gejala yang akan menyebabkan terjadinya
aborsi, tetapi janin masih berada di dalam rahim. Untuk kasus aborsi incipiens ini
kehamilannya sudah tidak dapat di pertahankan lagi.
c) Aborsi incompletus yaitu apabila janin yang sudah keluar tetapi masih terdapat
sisa janin di dalam rahim. Biasanya terjadi perdarahan yang cukup banyak. Untuk
mengatasi jenis aborsi ini biasanya dilakukan pengosongan rahim.
d) Aborsi completus yaitu pengeluaran seluruh janin yang ada di dalam rahim tanpa
tersisa sedikit pun. Jenis aborsi ini biasanya tidak perlu di lakukan pengobatan.
2. Aborsi provocatus ( aborsi yang di sengaja )
Aborsi provocatus adalah aborsi yang dilakukan dengan sengaja karena suatu hal
tertentu. Biasanya dilakukan dengan cara meminum obat obatan untuk menggugurkan
kandungannya atau dengan cara mendatangi dokter maupun dukun untuk meminta
bantuan dalam menggugurkan kandungannya. Aborsi ini di bagi menjadi 2 jenis yaitu:
a) Aborsi provocatus medicinalis/therapeticus, yaitu pengguguran janin yang
dilakukan berdasarkan indikasi medis. Aborsi ini biasanya di lakukan untuk
menyelamatkan nyawa ibu karena jika tidak di lakukan akan membahayakan
nyawa si ibunya. Seperti contoh seorang ibu yang sedang hamil tetapi memiliki
penyakit darah tinggi ataupun penyakit jantung yang sudah parah yang dapat
membahayakan nyawa ibu maupun janinnya sehingga di lakukan aborsi jenis ini.
b) Aborsi provocatus criminalis yaitu pengguguran dilakukan tanpa adanya indikasi
medis dan di larang oleh hukum, biasanya dilakukan dengan menggunakan alat-
alat atau meminum obat-obatan. Aborsi ini bisa disebabkan leh beberapa faktor
yakni karena faktor ekonomi keluarga, khawatir akan sanksi moral dan
sebagainya.
3. Aborsi yang menyerupai kesengajaan
Misalnya ketika seorang suami yang menganiaya istrinya yang sedang hamil sampai
mengakibatkan janin yang di kandungnya terjadi keguguran. Penganiayaan itu
sebenernya bukan diniatkan kepada janinnya melainkan kepada sang ibu, tetapi akibat
dari penganiaayaan tersebut sehingga membuat janin yang dikandung ibunya
mengalami keguguran.
4. Aborsi karena darurat atau pengobatan
Aborsi jenis ini dilakukan karena suatu keadaan yang darurat yang apabila janinnya di
pertahankan akan membahayakan nyawa ibunya.
5. Aborsi karena khilaf atau di sengaja Misalnya ketika seorang pemburu yang akan
menembak seekor binatang buruannya akan tetapi meleset mengenai seorang ibu yang
sedang hamil yang sedang berjalan di area sekitar pemburuan dan mengakibatkan ibu
yang sedang hamil tersebut mengalami keguguran.
E. Faktor Aborsi
1. Tingkat Pendidikan
Tingkat menurut KBBI adalah susunan yang berlapis-lapis atau berlenggek-
lenggek seperti rumah, tumpuan pada tangga (jenjang). Tingkat merupakan suatu
pangkat, kedudukan, lapisan atau kelas suatu susunan. Dimana tingkat sangat penting
dalam kedudukan yang menandakan bahwa adanya suatu perbedaan tinggi rendahnya
suatu posisi. Dengan kata lain tingkat merupakan pembatas antara kedudukan yang
tinggi dengan yang rendah karena tingkat dapat dikatakan pemisah antara pangkat
yang tinggi ke pangkat yang lebih rendah (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Pendidikan menurut para pakar atau ahli pendidikan menurut kajian literature
sebagai berikut :
John Dewny, pendidiakn adalah proses pembentukan kecakapan kecakapan
fundamental, emosionalke arah alam dan sesama manusia.
M.j. langeveld, pendidikan adalah usaha, penagruh, perlindungan dan bantuan yang
diberikan kepada anak agar tertuju kepada kedewasaannya, atau lebih tepatnya
.membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri.
Ki Hajar Dewantara, menyatakan pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan
budi pekerti, pikiran, serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup
yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya
( Neolaka, Amos. 2017).
Pendidikan lebih dari sekedar pengajaran,, karena dalam kenyataan pendidkan
adalah suatu proses dimana suatu bangsa atau negara membina atau mengembangkan
kesadaran diri diantara individu-individu, dengan kesadaran tersebut, suatu bangsa
atau negara mewariskan kekayaan budaya atau pemikiran kepada generasi berikutnya,
sehingga menjadi inspirasi bagi mereka dalam setiap aspek kehidupan.
Dari pendapat para ahli ahli pendidikan dapat diambil kesimpulan adanya titik
persamaan yang secara ringkas dapat di kemukakan bahwa pendidikan adalah
bimbingan yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak didk dalam masa
pertumbuhan agar ia memiliki kepribadian.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia tingkat pendidikan adalah tahap yang
berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan para peserta didik,
keluasan bahan pengajaran dan tujuan pendidikan yang di cantumkan dalam
kurikulum.
Jadi dapat simpulkan bahwa tingkat pendidikan adalah suatu proses peserta
didik dalam meningkatkan pendidikan sesuai dengan jenjang yang akan di tempuhnya
dalam melanjutkan pendidikan yang di tempuh (Desak Ketut, dkk. 2016).
Umur
Menurut Elisabet dalam wawan dan dewe (2010) umur adalah usia individu
yang terhitung mulai dari saat dilahirkan sampai berulang tahun. Samakin cukup
umur, tingkat kematangan dan kekuatan seorang akan lebih matang dalam berfikir dan
bekerja.
Istilah usia diartikan sebagai lamanya keberadaaan seseorang di ukur dalam
satuan waktu di pandang adri segi kronologik, individu normal yang memperlihatkan
derajat perkemabangan anatomis dan fisiologik sama. (Nuswantari, 1998)
Klasifikasi umur menurut WHO antara lain :
Masa balita : 0-5 tahun
Masa anak- anak : 6-11 tahun
Masa remaja :12-17 tahun
Masa dewasa : 18-40 tahun
Masa tua : 41-65 tahun
Azwar, Saifudin. 2013. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya edis ke 2. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia. 2013
Desak Ketut Ratna Dewi, dkk. 2016. Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Motivasi Kerja
Terhadap Kinerja Karyawan. E-journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Duli, Nikolaus. (2019). Metodologi Penelitian Kuantitatif: Beberapa Konsep Dasar Untuk
Penulisan Skripsi & Analisis Data Dengan SPSS. Yogyaakarta: Deepublish
Dwiana Ocviyanti & Maya Dorothea. 2018. Aborsi Di Indonesia J Indon Med Assoc,
Volum: 68, Nomor: 6. Jakarta : Departemen Obstetri dan Ginekologi, Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo
Ekasari, Tutik & Mega S.N. 2019. Deteksi Dini Preeklamsi dengan Antenatal Care. Sulawesi
Selatan : Yayasan Ahmar Cendekia Indonesia
Kasiman, Sutomo. (2016). Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan Edisi 5. Jakarta: EGC
Lowdermilk, Deitra., Perry, Shannon., & Cashion, Mary Cathrine. (2013). Maternity Nursing
8th edition. USA: Mobsy Elseiver
Lubis, Namora Lumannga. 2016. Psikologi Kespro. Wanita dan Perkembangan Kesehatan
Reproduksinya. Jakarta: Kencana.
Neolaka, Amos, dkk. 2017. Landasan Pendidikan Pengenalan Diri Sendiri Menuju
Perubahan Hidup. Depok : KENCANA
Nguyen, Nam H. (2018). Penting 18000 Kata Medical Dictionary di Indonesia: Essential
18000 Medical Words Dictionary in Indonesian. Indonesia: The Nook Book
Setyawan, Febri Endra Budi. (2017). Pedoman Metodologi Penelitian: (Statistika Praktis).
Sidoarjo: Zifatama
Sumantri, Arif. (2017). Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi Pertama). Jakarta: Prenada
Media
Suryono Ekotama dkk, 2001, Abortus provocatus bagi korban perkosaan, Andi Offset
Yogyakarta, hlm 34-35.
Syaiful, Yuanita & Fatmawati Lilis. (2019). Asuhan Keperawatan Kehamilan. Surabaya:
Jakad Media Publishing
Yusuf, Muri. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan Penelitian Gabungan.
Jakarta: Prenada Media