Anda di halaman 1dari 14

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, UMUR, PARITAS DAN

PEKERJAAN DENGAN SIKAP ABORSI PADA IBU DAN PASANGAN

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Aborsi
Aborsi adalah kehamilan yang terhenti pada usia kehamilan kurang dari 20
minggu yang berakibat kematian janin dengan kriteria kelahiran janin yaitu, berat
badan lahir kurang dari 500 gram dan panjang badan kurang dari 25 cm (Syaiful &
Fatmawati, 2019:164). Menurut Nam H Nguyen (2018) Abortus merupakan
pengeluaran dini hasil konsepsi yang biasanya didapatkan gejala: kontraksi rahim,
perdarahan rahim, pelunakan rahim, serta dilatasi rahim. Abortus bisa terjadi secara
tidak sengaja (spontan) atau secara sengaja (provokatus). Abortus yang tidak
disengaja (spontan) merupakan kondisi patologis dengan pengeluaran hasil konsepsi
secara mekanisme alamiah. Sedangkan abortus secara sengaja (provokatus)
merupakan abortus yang dilakukan suatu intervensi tertentu yang bertujuan untuk
mengakhiri proses kehamilan (Kasiman, 2016:107).

Abortus spontan terdiri atas abortus imminens, abortus insipiens, abortus


incompletus, abortus completes, abortus septik, abortus habitualis, dan missed
abortion. Abortus imminens adalah peristiwa perdarahan ringan pada kehamilan
kurang dari 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih berada di dalam uterus dan
dilatasi serviks tertutup (Syaiful & Fatmawati, 2019:164). Abortus insipiens adalah
peristiwa perdarahan sedang sampai banyak pada kehamilan kurang dari 20 minggu,
dengan dilatasi serviks terbuka tetapi hasil konsepsi masih berada di dalam uterus.
Abortus incompletus adalah peristiwa terjadinya ekspulsi sebagian hasil konsepsi,
yang ditandai dengan serviks yang terbuka dan nyeri/kram yang sangat kuat pada
perut bagian bawah. Abortus completus adalah peristiwa pengeluaran hasil konsepsi
kurang dari 20 minggu yang ditandai dengan uterus lebih kecil dari usia kehamilan
normal. Abortus septik adalah abortus yang terjadi akibat infeksi setelah melakukan
abortus spontan/ tidak aman (Syaiful & Fatmawati, 2019:165). Abortus habitualis
adalah abortus yang terjadi secara berulang atau tiga kali/lebih berturut-turut,
biasanya disebabkan oleh kelainan anatomi uterus atau kelainan faktor-faktor
immunologi. Missed abortion adalah kematian janin dan nekrosis jaringan konsepsi
kurang dari 20 minggu, dimana tanpa pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan
4 – 8 minggu. (Syaiful & Fatmawati, 2019:166).

Abortus provokatus terdiri atas abortus medisinalis dan abortus kriminalis.


Abortus medisinalis adalah abortus yang terjadi atas permintaan wanita yang sedang
hamil disebut elective abortus dan abortus yang terjadi akibat adanya
pertimbangan/indikasi kesehatan wanita atau suatu penyakit yang membahayakan ibu
dan janin disebut therapeutic abortion (Lowdermilk, 2013:118). Abortus kriminalis
adalah abortus yang dilakukan secara illegal tanpa adanya indikasi medis dan tanpa
dilakukan oleh tenaga medis ahli (Kasiman, 2016:107).

B. Dampak Aborsi
Ketika tindakan aborsi dilakukan, baik saat dan setelahnya memiliki dampak
tersendiri bagi pelaku, baik dari segi kesehatan fisik maupun psikososial. Pada kesehatan,
dampak yang akan ditemui antara lain:
1. Kerusakan serviks, penggunaan alat aborsi yang dimasukkan ke dalam rahim
dapat mengakibatkan robeknya serviks.
2. Infeksi, penggunaan alat aborsi yang tidak hyeginis meningkatkan resiko, selain
itu janin yang tidak terangkat sempurna dapat mengakibatkan infeksi juga.
3. Perdarahan, hal ini merupakan dampak yang dialami oleh ibu yang melakukan
aborsi, perdarahan terjadi karna leher rahim robek dan terbuka lebar.
4. Meningkatkan resiko kanker serviks dan kanker rahim.
5. Kematian (Munawir, 1991)
Selain dampak terhadap kesehatan, dampak psikososial menurut Lubis, 2016
meliputi:
1. Hubungan dengan pasangan
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Burke, 2004 setengah dari pasangan yang
melakukan aborsi memilih untuk mengakhiri hubungan mereka, hal ini sebagian besar
diakibatkan karna kepercayaan dan intimacy yang terjalin terganggu.
2. Hubungan dengan teman sebaya
Sebagian besar perempuan yang melakukan aborsi cenderung menjadi pesimis dan
berpikir negatif, sehingga akan mempengaruhi self esteem yang dimiliki akan
menurun dan cenderung menghindari kontak sosial.
3. Hubungan dengan pasangan masa depannya
Seringkali perempuan yang mengalami aborsi merahasiakan tindakan aborsi yang
pernah dilakukan dari pasangan masa depannya karna takut akan judgement dan
penolakan.

C. Pengertian Sikap
Saifudin Azwar (2010: 3) menjelaskan bahwa sikap adalah suatu reaksi atau
respon yang muncul dari seorang individu terhadap objek yang kemudian
memunculkan perilaku individu terhadap objek tersebut dengan cara-cara tertentu.

Menurut Thursione Dalam bukunya, Ahmadi (2009), menjelaskan bahwa


sikap sebagai tingkatan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang
berhubungan dengan objek psikolgi, sikap positif apabila ia suka sebaliknya orang
yang dikatakan memiliki sikap yang negatif terhadap objek psikologi bila ia tidak
suka.

Gerungan (2004: 160) juga menguraikan pengertian sikap atau attitude sebagai
suatu reaksi pandangan atau perasaan seorang individu terhadap objek tertentu.
Walaupun objeknya sama, namun tidak semua individu mempunyai sikap yang sama,
hal itu dapat dipengaruhi oleh keadaan individu, pengalaman, informasi dan
kebutuhan masing- masing individu berbeda. Sikap seseorang terhadap objek akan
membentuk perilaku individu terhadap objek.

Menurut Slameto (1995: 191) sikap merupakan sesuatu yang dipelajari dan
menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang
dicari oleh individu dalam hidupnya.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai sikap, maka dapat disimpulkan


bahwa sikap adalah suatu reaksi atau respon berupa penilaian yang muncul dari
seorang individu terhadap suatu objek. Sikap juga dapat dikatakan sebagai suatu
perwujudan adanya kesadaran terhadap lingkunganya.

D. Jenis Aborsi
1. Aborsi spontan
Aborsi spontan adalah aborsi tidak sengaja atau terjadi dengan sendirinya
(alami) baik dengan sebab tertentu maupun tidak. Aborsi ini biasanya disebabkan
karena kelainan kromosom ataupun karena kualitas sel telur dan sel sperma yang
kurang baik. Adapun sebab- sebab lain yang menyebabkan terjadinya aborsi spontan
ini seperti seorang ibu yang tidak sengaja jatuh kemudian bagian perutnya terpukul,
kemudian karena penyakit, virus toxoplasma, anemia dan sebagainya.
Aborsi spontan terbagi menjadi beberapa jenis yaitu:
a) Aborsi imminens yaitu sudah terlihat gejala-gejala akan terjadinya aborsi, tetapi
kadang-kadang dalam hal ini kehamilannya masih bisa di selamatkan.
b) Abortsi incipiens yaitu sudah terdapat gejala yang akan menyebabkan terjadinya
aborsi, tetapi janin masih berada di dalam rahim. Untuk kasus aborsi incipiens ini
kehamilannya sudah tidak dapat di pertahankan lagi.
c) Aborsi incompletus yaitu apabila janin yang sudah keluar tetapi masih terdapat
sisa janin di dalam rahim. Biasanya terjadi perdarahan yang cukup banyak. Untuk
mengatasi jenis aborsi ini biasanya dilakukan pengosongan rahim.
d) Aborsi completus yaitu pengeluaran seluruh janin yang ada di dalam rahim tanpa
tersisa sedikit pun. Jenis aborsi ini biasanya tidak perlu di lakukan pengobatan.
2. Aborsi provocatus ( aborsi yang di sengaja )
Aborsi provocatus adalah aborsi yang dilakukan dengan sengaja karena suatu hal
tertentu. Biasanya dilakukan dengan cara meminum obat obatan untuk menggugurkan
kandungannya atau dengan cara mendatangi dokter maupun dukun untuk meminta
bantuan dalam menggugurkan kandungannya. Aborsi ini di bagi menjadi 2 jenis yaitu:
a) Aborsi provocatus medicinalis/therapeticus, yaitu pengguguran janin yang
dilakukan berdasarkan indikasi medis. Aborsi ini biasanya di lakukan untuk
menyelamatkan nyawa ibu karena jika tidak di lakukan akan membahayakan
nyawa si ibunya. Seperti contoh seorang ibu yang sedang hamil tetapi memiliki
penyakit darah tinggi ataupun penyakit jantung yang sudah parah yang dapat
membahayakan nyawa ibu maupun janinnya sehingga di lakukan aborsi jenis ini.
b) Aborsi provocatus criminalis yaitu pengguguran dilakukan tanpa adanya indikasi
medis dan di larang oleh hukum, biasanya dilakukan dengan menggunakan alat-
alat atau meminum obat-obatan. Aborsi ini bisa disebabkan leh beberapa faktor
yakni karena faktor ekonomi keluarga, khawatir akan sanksi moral dan
sebagainya.
3. Aborsi yang menyerupai kesengajaan
Misalnya ketika seorang suami yang menganiaya istrinya yang sedang hamil sampai
mengakibatkan janin yang di kandungnya terjadi keguguran. Penganiayaan itu
sebenernya bukan diniatkan kepada janinnya melainkan kepada sang ibu, tetapi akibat
dari penganiaayaan tersebut sehingga membuat janin yang dikandung ibunya
mengalami keguguran.
4. Aborsi karena darurat atau pengobatan
Aborsi jenis ini dilakukan karena suatu keadaan yang darurat yang apabila janinnya di
pertahankan akan membahayakan nyawa ibunya.
5. Aborsi karena khilaf atau di sengaja Misalnya ketika seorang pemburu yang akan
menembak seekor binatang buruannya akan tetapi meleset mengenai seorang ibu yang
sedang hamil yang sedang berjalan di area sekitar pemburuan dan mengakibatkan ibu
yang sedang hamil tersebut mengalami keguguran.

E. Faktor Aborsi
1. Tingkat Pendidikan
Tingkat menurut KBBI adalah susunan yang berlapis-lapis atau berlenggek-
lenggek seperti rumah, tumpuan pada tangga (jenjang). Tingkat merupakan suatu
pangkat, kedudukan, lapisan atau kelas suatu susunan. Dimana tingkat sangat penting
dalam kedudukan yang menandakan bahwa adanya suatu perbedaan tinggi rendahnya
suatu posisi. Dengan kata lain tingkat merupakan pembatas antara kedudukan yang
tinggi dengan yang rendah karena tingkat dapat dikatakan pemisah antara pangkat
yang tinggi ke pangkat yang lebih rendah (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Pendidikan menurut para pakar atau ahli pendidikan menurut kajian literature
sebagai berikut :
John Dewny, pendidiakn adalah proses pembentukan kecakapan kecakapan
fundamental, emosionalke arah alam dan sesama manusia.
M.j. langeveld, pendidikan adalah usaha, penagruh, perlindungan dan bantuan yang
diberikan kepada anak agar tertuju kepada kedewasaannya, atau lebih tepatnya
.membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri.
Ki Hajar Dewantara, menyatakan pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan
budi pekerti, pikiran, serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup
yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya
( Neolaka, Amos. 2017).
Pendidikan lebih dari sekedar pengajaran,, karena dalam kenyataan pendidkan
adalah suatu proses dimana suatu bangsa atau negara membina atau mengembangkan
kesadaran diri diantara individu-individu, dengan kesadaran tersebut, suatu bangsa
atau negara mewariskan kekayaan budaya atau pemikiran kepada generasi berikutnya,
sehingga menjadi inspirasi bagi mereka dalam setiap aspek kehidupan.

Dari pendapat para ahli ahli pendidikan dapat diambil kesimpulan adanya titik
persamaan yang secara ringkas dapat di kemukakan bahwa pendidikan adalah
bimbingan yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak didk dalam masa
pertumbuhan agar ia memiliki kepribadian.

Tingkat Pendidikan menurut Andrew E. sikula menyatakan tingkat pendidkan


adalah suatu proses jangka panjang yang menggunakan prosedur sistematis dan
terorganisir. Pendapat lain menurut Azyumardi Azra menyatakan bahwa tingkat
pendidikan merupakan suatu kegiatan seseorang dalam mengemebangkan
kemampuan, sikap, dan bentuk tingkah lakunya,baik untuk kehidupan masa kini dan
sekaligus perisapan bagi kehidupan masa yang akan dating dimana melalui organisasi
tertentu ataupun tidak terorganisir.

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia tingkat pendidikan adalah tahap yang
berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan para peserta didik,
keluasan bahan pengajaran dan tujuan pendidikan yang di cantumkan dalam
kurikulum.

Jadi dapat simpulkan bahwa tingkat pendidikan adalah suatu proses peserta
didik dalam meningkatkan pendidikan sesuai dengan jenjang yang akan di tempuhnya
dalam melanjutkan pendidikan yang di tempuh (Desak Ketut, dkk. 2016).

Jenjang pendidikan menurut UU SISDIKNAS No. 20 (2003) yaitu dimulai


dari (1) pendidikan dasar yaitu jenjang pendidikan awal selama 9 (Sembilan) tahun
pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah. (2)
pendidikan menengah yaitu jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar. (3)
pendidikan tinggi yaitu jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang
mencakup program sarjana, magister, doctor dan spesialis yang diselenggarakan oleh
pengrguruan tinggi.

Umur
Menurut Elisabet dalam wawan dan dewe (2010) umur adalah usia individu
yang terhitung mulai dari saat dilahirkan sampai berulang tahun. Samakin cukup
umur, tingkat kematangan dan kekuatan seorang akan lebih matang dalam berfikir dan
bekerja.
Istilah usia diartikan sebagai lamanya keberadaaan seseorang di ukur dalam
satuan waktu di pandang adri segi kronologik, individu normal yang memperlihatkan
derajat perkemabangan anatomis dan fisiologik sama. (Nuswantari, 1998)
Klasifikasi umur menurut WHO antara lain :
Masa balita : 0-5 tahun
Masa anak- anak : 6-11 tahun
Masa remaja :12-17 tahun
Masa dewasa : 18-40 tahun
Masa tua : 41-65 tahun

Menuruut Prof. koesoemanto kalsifikasai umur di golongkan :

Usai dewasa muda (18/20-25 tahun


Usia dewasa tua (25-60/65 tahun)
Lanjut usia (>65 tahun)
2. Paritas
Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari atau sama dengan
500gram yang pernah dilahirkan hidup maupun mati, paritas 2-3 merupakan paritas
paling aman ditinjau dari kasus kematian ibu/maternal. Paritas pertama berhubungan
dengan kurangnya pengalaman dan pengetahuan ibu dalam perawatan kehamilan.
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman . paritas satu dan paritas tinggi (lebih dari
tiga) merupakan pariitas berisiko terjadinya preeklamsi. (Wiknjosastro, 2014)
Ibu dengan paritas lebih dari 3 memiliki angka maternal yang tinggi karena
dapat terjadi gangguan endometrium. Penyebab gangguan endometrium tersebut
karena kehamilan berulang. Sedangkan pada paritas pertama berisiko karena Rahim
baru pertama kali menerima hasil konsepsi dan keluwesan otot Rahim masih terbatas
untuk pertumbuhan janin.
Tingkat paritas telah menarik perhatian peneliti dalam kesehatan ibu dan anak.
Dikatakannya bahwa terdapat kecenderungan kesehatan ibu yang berparitas rendah
lebih baik daripada yang berparitas tinggi, terdapat asosiasi antar tingkat paritas dan
penyakit – penyakit tertentu yang berkaitan dngan kehamilaan (Notoatmoodjo, 2012).
Paritas dapat dibedakan menjadi nulipara yaitu paritas 0, primira yaitu paritas 1,
multipara yaitu paritas 2-4, dan grandemultipara yaitu paritas lebih dari 4
(Prawirohardjo, 2014).
3. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia
dewasa yang sehat, dimana pun kapan pun dirinya berada. Betapa orang akan merasa
sangat susah dan gelisah jika tidak memiliki pekerjaan yang jelas, apalagi menjadi
pengangguran. Namun demikian pekerjaan tidak sepenuhnya juga di artikan sebagai
karier. Kata pekerjaan (work, job, employment) menunjukan pada setiap kegiatan
yang menghasilkan barang atau jasa, sedangkan karier (career) lebih menunjukan
pada pekerjaan atau jabatan yang ditekuni dan diyakini sebagai panggilan hidup, yang
merasapi seluruh alam pikiran dan perasaan seseorang, serta mewarnai seluruh gaya
hidupnya. Maka dari itu pemilihan karier lebih memerlukan persiapan dan
perencanaan yang matang tidak sekedar mendapat pekerjaan yang sifatnya sementara
waktu.
Oleh karena itu sangat penting bagi individu di awal pemilihan pekerjaan nya
benar-benar di rencanakan dengan matang, sehingga dalam menjalani karirnya,
individu mempunyai kemantapan dan sudah sesuai dengan minat serta bakatnya.
Kemantapan menjalani karir sesuai dengan pengetahuan diri, pengetahuan tentang
pekerjaan dan kemampuan untuk merencanakan langkah-langkah menuju karir yang
diharapkan tersebut disebut dengan kemantapan karir.
Hakikat kerja, bekerja mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang
diakhiri dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan.
Faktor pendorong penting yang menyebabkan manusia bekerja adalah adanya
kebutuhana yang harus dipenuhi. Aktivitas dalam kerja mengandung unsur suatu
kegiatan social, menghasilkan sesuatu dan pada akhirnya bertujuan untuk memenuhi
kebuthannya. Namun demikian di balik tujuan yang tidak langsung tersebut orang
bekerja untuk mendapatkan imbalan yang berupa upah atau gaji dari hasil kerjanya
itu. Jadi pada hakikatnya orang bekerja, tidak saja untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya, tetapi juga bertujuan untuk mencapai taraf hidup yang lebih
baik.
F. Undang Undang yang Mengatur Tentang Aborsi dan Berlaku di Indonesia
Aborsi adalah sebutan yang lebih dikenal masyarakat dengan istilah keguguran. Aborsi
atau keguguran dapat terjadi biasanya pada waktu kehamilan 0-20 minggu masa kehamilan.
Dalam istilah kedokteran aborsi sendiri merupakan tindakan untuk mengakhiri
kehamilan dengan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan. Di dalam kalangan masyarakat aborsi sendiri dianggap tindakan yang
negatifyang biasanya dilakukan oleh wanita hamil di luar nikah.
Indonesia merupakan negara hukum, yang tentunya semua tindakan diatur
dalam undang undang, segala bentuk pelanggaran maka akan diberi hukuman yang
seeadil-adilnya. Mengenai aborsi tentunya terdapat undang-undang yang mengatur,
sebagaimana yang kita ketahui ada beberapa kondisi dimana aborsi harus dilakukan
jika kehamilan mengancam nyawa ibu, dan ada juga aborsi yang dilakukan secara
ilegal oleh karena itu indonesia sangat mengatur tindakan aborsi dalam undang-
undang menurut Hasnil Basri Siregar (1994, hal. 53) sebagai berikut:
1. KUHP
Hasnil Basri Siregar (1994: 53) mengungkapkan
“Bentuk tindakan aborsi adalah dilarang, dan tidak ada pengecualiannya dalam
prinsip-prinsip demokrasi pancasila . Berikut pasal yang ada pada KUHP Bab XIX
Pasal 346 s/d 350 dinyatakan sebagai berikut :”
a) Pasal 346
“Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau
menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun” (Siregar,1994: 53).
b) Pasal 347
“Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas
tahun” (Siregar,1994: 53).
“Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,diancam dengan pidana
penjara paling lama lima belas tahun” (Siregar,1994: 53).
c) Pasal 348
“Barang siapa dengan sengaja menggunakan atau mematikan kandunga seorang
wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun enam bulan” (Siregar,1994: 53).
“Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,diancam dengan pidana
penjara paling lama tujuh tahun” (Siregar,1994: 53).
d) Pasal 349
“Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukankejahatan
berdasarkan pasal 346, ataupun membantu melakukan salah satu kejahatan dalam
pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat dditambah
dengan sepertiga dandapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam
manakejahatan dilakukan” (Siregar,1994: 53).
2. PP No. 61 Tahun 2014
Hasnil Basri Siregar (1994: 53) mengungkapkan
“PP No. 61 Tahun 2014 Pasal 31 tentang Kesehatan Reproduksi ini berisi sebagai
berikut :”
a) Pasal 31 ayat (1)
Hasnil Basri Siregar (1994: 53) mengungkapkan
secara lengkap, berbunyi : “Tindakan aborsi hanya dapat dilakukan berdasarkan:
indikasi kedaruratan medis; atau kehamilan akibat perkosaan.”
Pasal 31 ayat (2) menyatakan “Tindakan aborsi akibat perkosaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b hanya dapat dilakukan apabila usia kehamilan paling lama berusia 40
(empat puluh) hari dihitung sejak hari pertama haid terakhir ”. Peraturan pemerintah yang
mengatur aborsi ini menuai kontroversi diberbagai kalangan masyarakat. Hal ini karena
Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2014 ini melegalkan tindakan aborsi dengan alasan
tertentu” (Siregar,1994: 53).
3. Undang-undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992
Hasnil Basri Siregar (1994: 53) mengungkapkan
“Didalam UU Kesehatan pasal 15 ini tidak dikatakan secara jelas tidak
memakai kata aborsi atau pengguguran kandungan seperti juga hukuman
penuduh zina . UU kesehatan ini juga memiliki celah seperti PP yang
melegalkan aborsi dengan syarat seperti diatas.”
“Pasal 15 ayat (1) mengatakan : Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk
menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis
tertentu” (Siregar,1994: 53).
Hasnil Basri Siregar (1994: 53) mengungkapkan
“(Pasal 15 ayat (2) mengatakan : Tindakan medis tertentu sebagaimana
dimaksud dalam Ayat (1) hanya dapat dilakukan: Berdasarkan indikasi
medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut. Oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan
dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan
pertimbangan tim ahli. Dengan persetujuan ibu hamil yang
bersangkutan atau suami atau keluarganya. Pada sarana kesehatan
tertentu”

G. Faktor-faktor yang Memengaruhi Sikap Terhadap Aborsi


Menurut Azwar (2013) sikap seseorang dapat dipengaruhi hal berikut, yaitu:
1. Pengalaman pribadi
Pada pengalaman pribadi, biasanya pengalaman yang meninggalkan kesan kuat
dapat menjadi dasar membentuk sikap, pengalaman pribadi tersebut juga
dipengaruhi oleh faktor emosional yang juga mempengaruhi pembentukan
sikap.
2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Individu biasanya memiliki sikap yang sama atau searah dengan sikap orang
yang dianggap penting. Hal ini dimotivasi oleh keinginan untuk berhubungan
atau ingin menghindari konflik dari orang tersebut.
3. Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan menanamkan garis pengaruh tanpa disadari terhadap berbagai
masalah, karenanya kebudayaan dapat memberi corak terhadap sikap anggota
masyarakatnya
4. Media Massa
Dalam pemberitaan media massa, atau media komunikasi, berita cenderung
dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap
konsumennya.
5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan dan lembaga agama adalah dua lembaga yang dapat
menanamkan konsep moral yang sangat mempengaruhi sikap seseorang.
6. Faktor emosional
Pembentukan sikap terkadang didasari oleh faktor emosi, faktor emosi tersebut
berfungsi sebagai penyalur frustasi atau mekanisme pertahanan ego.
DAFTAR PUSTAKA (SEMENTARA)

Asmarawati, Tina.2013. hukum dan abortus. Yogyakarta: deepublish


Ayu dan Kurniawati. 2017. Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Aborsi
Dengan Sikap Remaja Terhadap Aborsi di MAN 2 Kediri Jawa Timur. Unnes Journal Of
Public Health 6 (2) (2017)

Azwar, Saifudin. 2013. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya edis ke 2. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia. 2013

Desak Ketut Ratna Dewi, dkk. 2016. Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Motivasi Kerja
Terhadap Kinerja Karyawan. E-journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha

Duli, Nikolaus. (2019). Metodologi Penelitian Kuantitatif: Beberapa Konsep Dasar Untuk
Penulisan Skripsi & Analisis Data Dengan SPSS. Yogyaakarta: Deepublish

Dwiana Ocviyanti & Maya Dorothea. 2018. Aborsi Di Indonesia J Indon Med Assoc,
Volum: 68, Nomor: 6. Jakarta : Departemen Obstetri dan Ginekologi, Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo

Ekasari, Tutik & Mega S.N. 2019. Deteksi Dini Preeklamsi dengan Antenatal Care. Sulawesi
Selatan : Yayasan Ahmar Cendekia Indonesia

Kasiman, Sutomo. (2016). Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan Edisi 5. Jakarta: EGC

Lowdermilk, Deitra., Perry, Shannon., & Cashion, Mary Cathrine. (2013). Maternity Nursing
8th edition. USA: Mobsy Elseiver

Lubis, Namora Lumannga. 2016. Psikologi Kespro. Wanita dan Perkembangan Kesehatan
Reproduksinya. Jakarta: Kencana.

Maulana, Heri D. J. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC

Neolaka, Amos, dkk. 2017. Landasan Pendidikan Pengenalan Diri Sendiri Menuju
Perubahan Hidup. Depok : KENCANA

Nguyen, Nam H. (2018). Penting 18000 Kata Medical Dictionary di Indonesia: Essential
18000 Medical Words Dictionary in Indonesian. Indonesia: The Nook Book

Notoadmojo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta


Polit, Denise F., dan Beck, Cheryl Tatano. (2017). Nursing Research: Generating And
Assessing Evidence For Nursing Practice. New York: Wolters Kluwer

Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2014


Tentang Kesehatan Reproduksi. 2014 p. 1–34.

Setyawan, Febri Endra Budi. (2017). Pedoman Metodologi Penelitian: (Statistika Praktis).
Sidoarjo: Zifatama

Sudarto. 2020. Masailul Fiqhiyah Al-Haditsah, Yogyakarta: Budi Utama

Sumantri, Arif. (2017). Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi Pertama). Jakarta: Prenada
Media

Suryono Ekotama dkk, 2001, Abortus provocatus bagi korban perkosaan, Andi Offset
Yogyakarta, hlm 34-35.

Syaiful, Yuanita & Fatmawati Lilis. (2019). Asuhan Keperawatan Kehamilan. Surabaya:
Jakad Media Publishing

Yusuf, Muri. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan Penelitian Gabungan.
Jakarta: Prenada Media

Anda mungkin juga menyukai