Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL PENELITIAN

MODUL METODOLOGI PENELITIAN


RUMPUN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS INDONESIA
Kampus UI Depok

A. LEMBAR UTAMA
1. Judul Penelitian

Perilaku Masyarakat Sehubungan dengan Hygiene Sanitasi mempengaruhi


Tumbuh Kembang Anak Usia Pre-School

2. Nama Peneliti

Nama: Irma Widyasari NPM: 1706038885

3. Pembimbing Penelitian
Nama: Ns. Tuti Afriani S.Kep, M.Kep.

Fakultas: Ilmu Keperawatan

4. Kata Kunci
Hygiene & Sanitasi
5. Jangka Waktu Penelitian (Bulan)

6. Dana Penelitian

B. LEMBAR PERNYATAAN DAN PENGESAHAN


7. Pernyataan Peneliti
Dengan ini kami menyatakan:

1
a. Penelitian dengan judul seperti tertera pada lembar utama nomor 1
merupakan penelitian asli bukan plagiat.
b. Sepakat untuk melakukan penelitian dengan judul seperti tertera pada lembar
utama nomor 1.

Peneliti Tanda Tangan Tanggal

1. Irma Widyasari

8. Pengesahan Ketua Penanggung Jawab Modul Riset dan Pembimbing yang


Bertanggung Jawab

Nama penanggung jawab modul Tanda Tangan


METLIT

Ns. Tuti Afriani S.Kep, M.Kep.


Nama pembimbing Tanda Tangan

Ns. Tuti Afriani S.Kep, M.Kep.

C. LEMBAR URAIAN PENELITIAN (Menggunakan huruf Arial dengan font berukuran 11pt
dan 1,5 spasi)

2
9. Latar Belakang Masalah

Kesehatan merupakan suatu hal yang penting yang harus dijaga oleh manusia.
Menurut Kemenkes RI, 2016, kesehatan adalah pendukung untuk membangun perekonomian
dan memiliki pernanan penting untuk upaya penanggulangan kemiskinan. Selain untuk
meningkatkan perekonomian, dan penanggulangan kemiskinan, kesehatan juga memiliki
manfaat untuk meningkatkan sumber daya manusia. Peningkatan kesehatan merupakat salah
satu upaya yang harus dilakukan oleh semua warga Bangsa Indonesia. Hal ini bertujuan
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap individu
supaya derajat kesehatan manusia dapat meningkat dan sumber daya manusia yang produktif
secara sosial dan ekonomis. Untuk meningkatkan kesehatan tersebut, upaya yang dilakukan
dengan cara hygiene dan sanitasi.Hygiene adalah suatu upaya kesehatan yang dilakukan
dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan (sebagai contoh mencuci tangan dengan
benar menggunakan air bersih dan sabun) (Depkes RI, 2004). Sedangkan sanitasi adalah
suatu pencegahan penyakit yang menitikberatkan kegiatan pada usaha kesehatan lingkungan
hidup manusia (Widyati,2002).
Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki penduduk yang cukup padat
sekitar 264 juta peduduk. Di daerah perkotaan, banyak masyarakat miskin yang tinggal di
daerah kumuh. Hal ini menjadi pusat perhatian pemerintah. Di daerah-daerah kumuh
perkotaan, sanitasi yang tidak memadai, praktek kebersihan yang buruk, kepadatan
penduduk yang berlebihan, serta air yang terkontaminasi secara sekaligus yang dapat
menciptakan kondisi yang tidak sehat. Bagi anak-anak yang bertahan hidup, seringnya
menderita diare berkontribusi terhadap masalah gizi, sehingga menghalangi anak-anak untuk
dapat mencapai potensi maksimal mereka. Kondisi ini selanjutnya menimbulkan implikasi
serius terhadap kualitas sumber daya manusia dan kemampuan produktif suatu bangsa di
masa yang akan datang.
Permasalahan yang ditimbulkan akibat situasi tersebut adalah timbulnya bebrbagai
macam penyakit. Penyakit-penyakit yang ditimbulkan akibat masalah tersebut meliputi
disentri, kolera, dan penyakit diare lainnya, tipus, hepatitis, leptospirosis, malaria, demam
berdarah, kudis, penyakit pernapasan kronis dan infeksi parasit usus. Selain itu, keluarga
miskin yang kurang berpendidikan cenderung melakukan praktek-praktek kebersihan yang
buruk, yang berkontribusi terhadap penyebaran penyakit dan peningkatan resiko kematian
anak. Studi yang sama menghitung angka kematian anak sampai lima kali lebih tinggi di
kecamatan-kecamatan miskin di pinggiran kota Jabotabek daripada di pusat kota Jakarta.

3
10. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Rumusan Masalah

Daerah Jalan Lewa 3, keadaan lingkungannnya lumayan kumuh. Hal ini


dikarenakan banyak warga yang mencari rezekin dengan cara menjadi pemulung.
Sehingga kebun-kebun di daerah tersebut banyak sampah-sampah yang dikelola
baik. Lahan-lahan kosong yang tidak dibangun rumah pun menjadi pusat yang
menarik untuk masyarakat dalam membuang sampah. Dalam mengelola keberihan
pun, masyarakat kurang peduli. Hal ini dikarenakan masyarakat membersihkan
lingkungan tersebut jika ada warga yang mengajak untuk mengeloal kebersihan. Hal
itu pun juga tidak dilakukan dengan teratur.

Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian


sebagai berikut:
1. Bagaimana perilaku hygiene sanitasi pada masyarakat Jalan Lewa 3?
2. Apa dampak perilaku hygiene sanitasi pada masyarakat terkait
dengantumbuh kembang anak usia sekolah?
3. Bagimana respon dari para orang tua jika anaknya terkena penyakit akibat
perilaku hygiene sanitasi yang buruk di Jalan Lewa 3?
4. Bagaimana peran masyarakat dalam menangani masalah hygiene sanitasi di
lingkungan Jalan Lewa 3?

11. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus serta Manfaat Penelitian


Tujuan Umum:
Untuk mengidentifikasi hubungan antara aspek hygiene sanitasi dengan tumbuh
kembang anak usia pre-school pada masyarakat Jalan Lewa 3

Tujuan Khusus:
1. Untuk mengidentifikasi perilaku masyarakat Jalan Lewa 3 tentang perilaku
hygiene sanitasi
2. Untuk mengidentifkasi cara pengolahan makanan pada para orang tua di
Jalan Lewa 3
3. Untuk mengidentifikasi pola asuh anak pada para orang tua di Jalan Lewa 3
No.83
4. Untuk mengidentifikasi perilaku yang ditunjukkan anak usia sekolah di Jalan
Lewa 3
5. Untuk menganalisis variabel bebas (perilaku hygiene sanitasi) yang paling
berpegaruh terhadap tumbuh kembang anak usia sekolah di jalan Lewa 3

Manfaat Penelitian:

1. Manfaat bagi Masyarakat atau Instansi Terikat


a. Menambah wawasan dan informasi mengenai manfaat perilaku hygiene
sanitasi
b. Memberi informasi mengenai dampak dari perilaku hygiene sanitasi
c. Masyarakat dapat melakukan pencegaan risiko akibat perilaku hygiene
sanitasi yang buruk
2. Manfaat bagi Perguruan Tinggi
a. Mewujudkan visi Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia menjadi

4
Research University yang diakui dunia internasional.
b. Meningkatkan kerjasama antara fakultas dalam Rumpun Ilmu Kesehatan
Universitas Indonesia.
c. Mengamalkan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

12. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

Bab II
Tinjauan Pustaka
2.1 HIV/AIDS
2.1.1 Pengertian dan Cara Penularan
Kementerian Kesehatan RI (2014) menjelaskan bahwa HIV (Human Immunodificiency
Virus) merupakan sejenis virus yang menyerang sel darah putih yang akan menyebabkan
menurunnya sistem kekebalan tubuh manusia. HIV merupakan virus yang akan
menyebabkan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). Virus yang menyebabkan
AIDS ini terdapat didalam cairan tubuh seperti darah, air mani, cairan vagina dan air susu ibu
(ILO & WHO, 2005). Sebelum HIV berubah menjadi AIDS, penderita akan tampak sehat
dalam waktu 5 hingga 10 tahun. Walaupun penderita tampak sehat, namun penderita
tersebut dapat menularkan virus HIV pada orang lain melalui hubungan seks yang tidak
aman, transfusi darah dan pemakain jarum suntik secara bergantian.
Virus ini menular dari satu orang ke orang lain, ketika darah, air mani atau cairan vagina
yang terinfeksi bersentuhan atau menyentuh kulit orang yang tidak terinfeksi. HIV juga dapat
menular melalui ibu yang sedang hamil kepada anak yang berada dalam kandungannya.

5
Virus ini tidak dapat menular melalui gigitan nyamuk, memakai peralatan makan dan minum
secara bersamaan, bersalam mauapun berpelukan. Umumnya tidak terdapat tanda dan
gejala khusus pada orang yang terinfeksi HIV dalam waktu 5-10 tahun, namun setelah
berkembangan menjadi AIDS akan menunjukkan tanda dan gejala seperti kehilangan berat
badan secar dratis, diare yang berkelanjutan, pembengkakan pada leher atau ketiak dan
batuk terus menerus.
2.1.2 Faktor Resiko Infeksi HIV
Badan Pusat Statistik dan Departemen Kesehatan (2006), menjelaskan bahwa
beberapa studi menunjukan tingkat epidemic HIV/AIDS yang tinggi. Terdapat tiga faktor resiko
tingginya prevalensi HIV/AIDS di Papua yaitu kurangnya pengetahuan berkaitan dengan
infeksi HIV, gaya hidup, dan faktor budaya. Badan Pusat Statistik dan Departemen Kesehatan
(2006) menjelaskan bahwa perilaku seks pada masyarakat Papua merupakan faktor resiko
terjadinya HIV/AIDS. Hal tersebut dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan masyarakat
Papua mengenai HIV/AIDS, salah satunya mengenai penggunaan kondom saat berhubungan
seks. Data penggunaan kondom pada seks terakhir, tanpa membedakan jenis hubungan seks
(dengan pasangan tetap, tidak tetap, atau dengan imbalan), menunjukkan bahwa hanya 2,8
persen penduduk Papua yang menggunakan kondom. Pada penduduk laki-laki sebesar 3,9
persen, sedangkan pada penduduk perempuan sebesar 1,7 persen.
Masyarakat Papua memiliki gaya hidup dan budaya yang cukup berisiko untuk
terinfeksi HIV/AIDS. beberapa contoh perilaku tersebut yaitu konsumsi minuman keras dan
meraknya penggunaan narkoba. Masyarakat Papua juga memiliki tradisi warisan nenek
moyang yang terus terjaga kelestariannya. Beberapa tradisi yang masih dijalani yakni
berhubungan dengan hubungan seksual. Hal ini ditegakkan sebagai sebuah konsep religius
dengan alasan meningkatkan kesuburan adalah sangat penting. Contohnya upacara bagi
anak laki-laki yang beranjak dewasa harus melalui ritual berhubungan fisik dengan laki-laki
yang lebih tua. Tujuan upacara tersebut ialah untuk meningkatkan kesuburan laki-laki
sebelum menjalani bahtera perkawainan dengan perempuan.
2. 1.3 Dampak HIV dan Pengaruhnya terhadap Perkembangan Penyakit pada Penderita
2.1.3.1 Dampak Fisik
Infeksi HIV menyebabkan timbulnya beberapa dampak pada ODHA (Orang dengan
HIV AIDS). Virus HIV menyerang sistem imun penderita. Hal ini menyebabkan tubuh sangat
rentan terhadap penyakit. Nilai CD4 merupakan indikator kuat atau lemahnya sistem imun
tubuh. Pada penderita HIV/AIDS jumlah CD4 akan mengalami penurunan.Tanda dan gejala
yang muncul akibat penurunan sistem imun ini antara lain oral thrust,mual, penurunan selera
makan, batuk lama, penurunan berat badan, diare dan nyeri (Seth et al, 2011). Beberapa
penderita HIV/AIDS sangat mudah terkena penyakit kronik seperti kanker paru, sarcoma
kaposi, limfadenitis, penumonia, tuberkulosis (Alleyne, 2007).
2.5.2 Dampak Spiritual
Penderita HIV AIDS menganggap penyakit ini merupakan sebuah kutukan dari Tuhan

6
(Baumgartner & Niemi, (2013). Hal ini menyebabkan penurunan keyakinan pada Tuhan.
Penurunan keyakinan pada Tuhan mengakibatkan timbulnya respon maladaptif terhadap
perkembangan penyakit HIV AIDS. Secara umum, penderita akan mengalami keputusasaan
dan penurunan semangat hidup.
2.5.3 Dampak Psikososial
Dampak psikososial dibedakan menjadi dua yaitu dampak internal dan eksternal.
Dampak internal berasl dari penderita HIV AIDS sedangkan dampak eksternal berasal dari
masyarakat luas. Pengalaman suatu penyakit akan membangkitkan berbagai perasaan dan
reaksi stres, frustasi, kecemasan, kemarahan, penyangkalan, rasa malu, berduka
dan ketidak pastian menuju pada adaptasi terhadap penyakit pada penderita HIV (Seth et al,
2011).
Masyarakat Indonesia menghubungkan penyakit ini dengan perilaku seks bebas dan
penggunaan narkoba. Stigma negatif lain yang muncul yaitu mengenai penderita HIV/AIDS
yang berpotensi untuk menularkan penyakitnya. Hal ini menyebabkan penderitan HIV
mengalami perilaku diskriminatif oleh masyarakat. Sebagian besar penderita akan mengalami
isolasi sosial akibat respon negatif keluarga dan masyarakat terhadap penyakitnya. Kondisi
ini membuat penderita HIV/AIDS mengalami stress dan depresi.
Alleyne (2007) menjelaskan bahwa kondisi stress dan depresi yang tinggi
mengakibatkan sistem imun tubuh menurun. Kondisi stress akan memodulasi sistem imun
melalui jalur HPA (hipothalamic-Pituitary-Adrenocortical) axis dan sistem limbik. Kondisi stress
tersebut akan menstimulasi hypothalamus untuk melpaskan neuropeptida yang akan
mengaktivasi ANS (Automatic Nerve System) dan hipofisis untuk mengeluarkan
kostikosteroid dan katekolamin. Peningkatan kadar glukokortikoid akan mengganggu sistem
imunitas sehingga penderita HIV/AIDS akan semakin rentan terhadap penyakit. Hal tersebut
didukung oleh hail penelitian Alleyne (2007) yang menjelaskan bahwa penderita HIV/AIDS
yang mengalami depresi dan stress kronik akan mengalami penurunan tajam jumlah sel CD4
selama 2 tahun dibandingkan dengan penderita HIV/AIDS yang tidak mengalami depresi.
Tentunya hal ini akan memengaruhi perkembangan kondisi kesehatan klien.

2.2. Perkembangan angka CD4 pada ODHA (orang dengan HIV/AIDS)


2.2.1. Definisi dan Faktor yang Memengaruhi CD4
Menururt WHO (2007), infeksi HIV sebagian besar disebabkan oleh menurunnya sistem
kekebalan tubuh. Salah satu unsur yang penting dari sistem kekebalan tubuh adalah sel CD4.
Sel CD4 adalah jenis sel darah putih atau limfosit. Sel ini melindungi dari beragam bakteri,
virus dan kuman lainnya. Bartlett dan Gallan, (2005) menjelaskan bahwa terdapat faktor yang
dapat mempengaruhi jumlah CD4 yaitu peredaan analisis, perbedaan musim dan diurnal,
beberapa penyakit dan penggunaan kortikosteroid.
2.2.2. Test CD4 sebagai Indikator Keparahan HIV

7
Bartlett dan Gallan, (2005) menjelaskan bahwa tes CD4 merupakan tes baku untuk
menilai prognosis HIV yang berlanjut ke AIDS dan mengambil keputusan mengeai terapi
antiretroviral (ART). Untuk menentukan jumlah CD4 yaitu dengan menggunakan flow
cytometer, alat analisis hematologik dan darah segar yang kurang dari 18 jam. Tes CD4 ini
dilakukan setiap tiga sampai enam bulan untuk penderita yang belum diobati dengan ART
dan jangka waktu dua sampai empat bulan pada pasien yang memakai ART. Tes CD4
tersebut sebaiknya diulangi bila hasil tidak konsisten dengan kecenderungan sebelumnya.
Nilai normal laboratorium CD4 pada umumnya berkisar dengan rata-rata 800 hingga 1050
(sel/mm3).
Jumlah CD4 merupakan indikator yang paling diandalkan untuk mengetahui prognosis.
Tes ini mengukur jumlah sel CD4 (sel T) dalam tubuh berdasarkan kesehatan sistem
kekebalan tubuh. Sel CD4 merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh yang bertuga
untuk melawan infeksi. Dalam perkembangannya, HIV mengambil alih sel CD4 dan
memanfaatkan sel-sel ini untuk bereplikasi sehingga dalam proses tersebut sel CD4 yang asli
terbunuh. Hal inilah yang menjadikan tes jumlah CD4 menjadi indikator yang berguna untuk
menentukan kesehatan sistim kekebalan tubuh. Semakin banyak sel CD4 yang mati, maka
sistem kekebalan tubuh akan semakin rendah sehingga menyebabkan sistem kekebalan
tubuh tidak berfungsi lagi. Seseorang yang hidup dengan HIV dianjurkan untuk memonitor
jumlah CD4 mereka untuk memastikan jumlahnya di atas 200. Waktu yang dibutuhkan
laboratorium umumnya dua minggu untuk memproses tes ini (Mocroft et al, (2007).

Kerangka Teori

Budaya Masyarakat Rendahnya Tingkat Pengetahuan


Gaya Hidup

Infeksi HIV

Dampak Spiritual Dampak Psikososial Dampak Fisik

Memengruhi nilai CD4 pada ODHA

8
Kerangka Konsep

13. Definisi Operasional dan Hipotesis

Definisi Operasional
 Depresi yang dimaksud adalah persepsi responden terhadap tanda dan
gejala dasar gangguan mental umum yang ditandai dengan kesedihan,
kehilangan minat atau kesenangan, perasaan bersalah, kesulitan
berkonsentrasi, tidur terganggu, nafsu makan berubah dan energi rendah
 Stress yang dimaksud adalah perasaan tertekan, cemas, tegang yang
dialami responden sebagai respon psikologis terhadap penyakitnya
 Nilai CD4 adalah Angka yang menunjukkan jumlah CD4 pada responden
yang akan dijadikan patokan untuk menentukan kuat atau lemahnya sistem
imun responden
 Tingkat penghasilan adalah besarnya penghasilan yang diperoleh oleh
responden setiap bulannya
 Usia adalah lama hidup responden yang terhitung sejak lahir sampai dengan
waktu pengisian kuisioner
 Jenis kelamin adalah karakteristik seks antara pria atau wanita berdasarkan
ciri-ciri fisik dan biologis responden
 Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal yang berhasil ditempuh oleh
responden hingga tamat sampai dengan pengisian data
 Gaya hidup adalah kebiasaan responden dalam menjalankan hidup dan
dilakukan secara berulang

Hipotesis
Ada hubungan antara aspek psikososial dengan penurunan nilai CD4 pada ODHA
di 9Kabupaten Nabire Tahun 2015
14. Metode Penelitian
14.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional analitik dengan kuesioner
untuk mengetahui hubungan aspek psikososial dengan penurunan nilai CD4 pada
ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) di Kabupaten Nabire dengan perkembangan
penyakitnya.
14.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuisioner.
14.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi Penelitian :Rumah Sakit Umum Daerah Nabire Provinsi Papua
Waktu Penelitian : 1 Juni 2015 – 1 Desember 2015
Waktu tersebut dimulai sejak proses pembuatan proposal, pengajuan
komisi etik, pengumpulan data, analisa data, penyusunan laporan, hingga publikasi
penelitian. Jadwal penelitian dapat dilihat pada lampiran
14.4 Populasi dan Sampel
Populasi target adalah seluruh ODHA yang sedang menjalani perawatan di
Rumah Sakit Umum Daerah Nabire, Papua pada Juni 2015 sampai Desember 2015.
Sampel dari penilitian ini adalah populasi target yang memenuhi kriteria inklusi dan
tidak memenuhi kriteria eksklusi penelitian.
Adapun kriteria yang dimaksud untuk penelitian ini sebagai berikut :
Kriteria Inklusi
1. Responden dengan kesadaran penuh (compos mentis)
2. Bersedia berpartisipasi dalam penelitian dan kooperatif

10
3. Dapat membaca dan menulis
4. Berusia produktif (20-45) tahun
5. Didiagnosa HIV positif sejak minimal 1 bulan yang lalu
Kriteria Ekslusi
1. Memutuskan untuk tidak melanjutkan pengisian ataupun tidak mengisi
kuisioner secara lengkap
2. Mengalami ketidaknyamanan fisik yang memberat (seperti nyeri, pusing atau
lainnya) sehingga tidak memungkinkan untuk responden melanjutkan
penelitian.
14.5 Kriteria Drop Out
1. Responden meninggal dunia
2. Subyek yang tidak mengembalikan lembar kuesioner
3. Subyek yang tidak mengisi lembar kuisioner secara lengkap
4. Subyek tidak bersedia melanjutkan pengisian kuisioner

14.6 Jumlah Sampel Minimal


Peneliti mengambil nilai = 0,05 maka = 1,96 (table kurva normal). P
adalah proporsi ODHA di Kabupaten Nabire, karena belum ada referensi data
penelitian sebagai acuan, maka digunakan nilai p = 50%, dan d = 10%. Besar
sampel yang dibutuhkan adalah:

n = 97 sebagai jumlah sampel minimal


Melalui koreksi sampel, untuk mengatasi masalah drop out, maka
n = n + 10% n
n = 97 + 9.7
n = 106,7 107 orang

Maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 107 ODHA di
Rumah Sakit Umum Daerah Nabiredi Provinsi Papua pada bulan Juni 2015.
14.4 Teknik Sampling
Teknik sampling dilakukan dengan pusposive sampling. Pada teknik ini
peneliti akan menentukan sendiri sampel yang akan diambil sesuai dengan
kriteria inklusi dan lolos dari kriteria eksklusi. Alasan peneliti memilih teknik ini
yaitu tidak setiap individu memenuhi kriteria yang ditetapkan peneliti.
14.5 Pengelolaan Data
Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan
software khusus untuk analis data. Data yang akan dimasukkan dalam
program adalah identitas dan karakteristik subyek meliputi:
 Usia
 Jenis Kelamin

11
 Tingkat Pendidikan
 Gaya Hidup
 Tingkat penghasilan

14.7 Uji Statistik


14.7.1 Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik variabel yang
diteliti. Untuk data numerik dengan menghitung nilai mean, median, standar deviasi,
nilai minimum dan nilai maksimum. Data numerik pada penelitian ini adalah usia.
Data kategorik pada penelitian ini meliputi stress, depresi, tingkat penghasilan, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, nilai CD4 dan gaya hidup. Data yang telah diolah
selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel dan diinterpretasikan berdasarkan hasil
yang diperoleh.
14.7.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat bertujuan untuk mengatahui ada atau tidaknya hubungan
yang signifikan antara 2 variabel. Nilai confidence intervaln yang ditetapkan adalah
95% dengan tingkat kemaknaan 5% (α =0,05). Analisis bivariat yang akan
digunakan dalam penelitian ini tercantum dalam tabel berikut:
No. Variabel Independen Variabel Jenis Uji Statistik
Dependen
1. Depresi Chi Square
2. Stress Chi Square
No. Variabel Perancu Chi Square
1. Tingkat Penghasilan Chi Square
2. Usia Nilai CD4 T-test Independen
3. Jenis Kelamin Chi Square
4 Tingkat Pendidikan Chi Square
5. Gaya Hidup Chi Square

Berdasarkan hasil analisis bivariat, diperoleh pembuktian terhadap hipotesis


penelitian. Kriteria penolakan dan penerimaan H0 (hipotesis nol) adalah:
 Bila nilai p ≤ α maka keputusanya adalah H0 ditolak artinya terdapat
hubungan antara kedua variabel.
 Bila nilai p ≥ α maka keputusannya adalah H0 gagal ditolak, artinya tidak
ada hubungan antara kedua variabel.

12
15. Etik Penelitian

Penelitian yang ingin dilakukan menggunakan desain penelitian cross-


sectional, sehingga tidak melakukan intervensi kepada responden yang akan diteliti
melainkan dengan mengobservasi informasi yang diberikan oleh responden. Untuk
menjaga penelitian ini dapat berlangsung dengan benar dan tidak merugikan pihak
lain, kami menerapkan konsep etik penelitian diantaranya;
1. Mendapatkan persetujuan dari Komite Etika Penelitian Universitas Indonesia
untuk melakukan penelitian
2. Mendapatkan persetujuan dan izin dari Fakultas Rumpun Ilmu Kesehatan
Universitas Indonesia dan ketua modul penelitian kesehatan.
3. Mendapatkan perizinan dari RSUD Nabire
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan sebelum, sesaat
ataupun setelah terjadinya penelitian
5. Menghargai otonomi responden, dilakukan dengan memberikan informed
consent (memberikan informasi mengenai penelitian yang dilakukan kepada
responden dan meminta persetujuan kepada responden untuk dijadikan subjek
penelitian); menjaga kerahasiaan data pasien; menghargai privasi responden;
menghormati harkat dan martabat responden, menghargai rasionalitas
responden, tidak mengintervensi responden dalam membuat keputusan;
membiarkan responden mengambil keputusan sendiri; serta memberikan hak
penuh kepada subjek jika ingin keluar dari penelitian
6. Menerapkan keadilan, dilakukan dengan memberlakukan segala sesuatu secara
universal, tidak membedakan responden atas dasar SARA, status sosial, dan
lainnya; tidak melakukan penyalahgunaan informasi yang diberikan responden;
berterus terang dan keterbukaan dari peneliti; meminta partisipasi responden
sesuai dengan kemampuannya; dan tidak memberi beban berat kepada
responden secara tidak merata tanpa alasan sah/tepat.
7. Memberi tanda mata kepada subjek penelitian sebagai ucapan terima kasih

13
Lampiran 1
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Variabel
Independen
Depresi Persepsi responden Bertanya Kuisioner Tingkat Ordinal
terhadap tanda dan depresi
gejala dasar
gangguan mental
umum yang ditandai
dengan kesedihan,
kehilangan minat
atau kesenangan,
perasaan bersalah,
kesulitan
berkonsentrasi, tidur
terganggu, nafsu
makan berubah dan
energi rendah.
Stress Perasaan tertekan, Bertanya kuisioner Tingkat Ordinal
cemas, tegang yang stress
dialami responden
sebagai respon
psikologis terhadap
penyakitnya
Variabel
Dependen
Nilai CD4 Angka yang Tes Hasil Nilai CD4 Ordinal
menunjukkan jumlah Laboratorium Test CD4
CD4 pada CD4
responden yang
akan dijadikan
patokan untuk
menentukan kuat
atau lemahnya
sistem imun
responden
Variabel
Perancu
Tingkat Besarnya Bertanya Kuisiner Tingkat Ordinal
penghasilan penghasilan yang penghasilan
diperoleh oleh
responden setiap
bulannya
Usia Lama hidup Bertanya Kuisioner Umur dalam Ratio
responden yang atau melihat tahun
terhitung sejak lahir identitas
sampai dengan responden
waktu pengisian
kuisioner
Jenis Karakteristik seks Bertanya Kuisioner 0 = pria Nominal
kelamin antara pria atau atau melihat 1 = wanita
wanita berdasarkan identitas

14
ciri-ciri fisik dan responden
biologis responden
Tingkat Pendidikan formal Bertanya Kuisioner 0 = SD Ordinal
Pendidikan yang berhasil 1 = SMP
ditempuh oleh 2 = SMA
responden hingga 3 = PT
tamat sampai
dengan pengisian
data
Gaya hidup Kebiasaan Bertanya Kuisioner 0 = sehat Nominal
responden dalam 1 = tidak
menjalankan hidup sehat
dan dilakukan
secara berulang

15
Daftar Pustaka

Alleyne, B. D. (2007). Psychosocial factors that contribute to HIV/AIDS risk behaviors among
young black college women (Order No. 3286905). Dissertations & Theses Global.
(304813424). Retrieved from:
http://search.proquest.com/docview/304813424?accountid=17242
Badan Pusat Statistik (BPS) & Departemen Kesehatan RI. (2006). Situasi perilaku berisiko
dan prevalensi HIV di tanah papua 2006. Retrieved : http://aids-
ina.org/files/publikasi/sthppapua2006.pdf
Baumgartner, L. M., & Niemi, E. (2013). The perceived effect of HIV/AIDS on other identities.
The Qualitative Report, 18(8), 1-23. Retrieved from
http://search.proquest.com/docview/1505017412?accountid=17242
Bartlett, J.G dan Gallant, J.E. (2006). Medical Management of HIV Infection, Johns Hopkins
University School of Medicine. Retrieved from :
http://www.spiritia.or.id/cst/dok/tescd41.pdf
Catumbela et al. BMC Health Services Research. (2013). Definition of a core set of quality
indicators for the assessment of HIV/AIDS clinical care: a systematic review. Retrieved
from : http://www.biomedcentral.com/1472-6963/13/236
Department of health and human service. (2001). Epidemiology and disease control unit.
Retrived from : http://www.dhhs.saccounty.net/pub/documents/az-health-
info/pub_aidsbrochure.pdf
Ditjen PPM & PL Departemen Kesehatan RI. (2007). Statistik kasus HIV/AIDS di indonesia
dilapor sampai dengan 2007. Retrieved from: http://spiritia.or.id/Stats/Stat2007.pdf
Esposito, C. A., Steel, Z., Gioi, T. M., Huyen, T. N., & Tarantola, D. (2009). The prevalence of
depression among men living with HIV infection in Vietnam. American Journal Of Public
Health, 99 Suppl 2S439-S444. doi:10.2105/AJPH.2008.155168
Kementerian Kesehatan RI. (2014). Situasi dan analisis HIV/AIDS. Retrieved from :
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/Infodatin%20AIDS.pdf
Mocroft, A., Phillips, A. N., Gatell, J., Ledergerber, B., & al, e. (2007). Normalisation of CD4
counts in patients with HIV-1 infection and maximum virological suppression who are
taking combination antiretroviral therapy: An observational cohort study. The
Lancet, 370(9585), 407-13. Retrieved from :
http://search.proquest.com/docview/199001444?accountid=17242
Organisasi Perburuhan Internasional dan Organisasi Kesehatan Dunia. (2005). Pedoman
bersama ILO/WHO tentang pelayanan kesehatan dan HIV/AIDS. Retrived from :
http://www.who.int/hiv/pub/guidelines/who_ilo_guidelines_indonesian.pdf

16
World Health Organization (WHO). (2007). Who case definitions of HIV for surveillance and
revised clinical staging and immunological classification of HIV related disease in adults
and children. Retrieved from :
http://www.who.int/hiv/pub/guidelines/HIVstaging150307.pdf
UNAIDS. (2013). UNAIDS report on the global AIDS epidemic 2013. Retrieved from:
http://www.unaids.org/sites/default/files/media_asset/UNAIDS_Global_Report_2013
_en_1.pdf
Wohl, A. R., Galvan, F. H., Myers, H. F., Garland, W., George, S., Witt, M., & ... Lee, M. L.
(2011). Do social support, stress, disclosure and stigma influence retention in HIV care
for Latino and African American men who have sex with men and women?. AIDS And
Behavior, 15(6), 1098-1110. doi:10.1007/s10461-010-9833-6

17
18

Anda mungkin juga menyukai