Anda di halaman 1dari 11

Zd/< > W E >/d/ E

RELAKSASI AUTOGENIK TERHADAP PENURUNAN SKALA


NYERI PADA IBU POST OPERASI SECTIO SAECAREA

AUTOGENIC RELAXATION TO DECREASE SECTIO CAESAREA POST OPERATION¶6


PAIN SCALE

Nung ati Nurhayati1*, Septian Andriyani2, Novi Malisa3


1,3 AkperRS. Dustira
2 Prodi D3 keperawatan Universitas Pendidikan Indonesia
*E-mail: nungatinurhayati@yahoo.co.id

ABSTRAK
Pendahuluan: Sectio saecarea merupakan metode melahirkan janin melalui insisi
pada dinding abdomen (laparotomi) dan dinding uterus (histeretomi). Salah satu
komplikasi sectio caesaria adalah nyeri pada daerah insisi. Strategi penatalaksanaan
nyeri metode untuk mengatasi nyeri secara non-farmakologis adalah terapi relaksasi
autogenik. Tujuan: Tujuan dari penelitian adalah mengidentifikasi pengaruh relaksasi
autogenik terhadap penurunan skala nyeri pada Ibu post operasi Sectio Caesarea di
Ruang Perawatan V/VI RS. TK.II Dustira Cimahi. Metode: Desain penelitian yang
digunakan adalah penelitian eksperimen dengan One Group Pretest Posttest Design
dengan jumlah sampel yang digunakan sebanyak 75 ibu post sectio caesarea dalam
waktu 1 bulan dengan tehnik pengambilan sampel menggunakan Non Probability
Sampling berupa tehnik Purposive Sampling. Hasil: Skala nyeri post operasi SC
sebelum dilakukan intervensi 64% responden mengalami nyeri luka post operasi
dengan rentang skala 4-6 (nyeri sedang). Sedangkan skala nyeri post operasi SC
setelah dilakukan intervensi 73,3% responden mengalami nyeri dengan rentang skala
4-6 (nyeri sedang).Terdapat pengaruh yang signifikan antara relaksasi autogenik
dengan penurunan skala nyeri. Hasil uji t menunjukkan 0,0001 artinya ada perbedaan
skala nyeri antara sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi autogenik dengan nilai
mean = 1,080 yaitu terjadi kecenderungan penurunan skala nyeri sesudah perlakuan
dengan rata-rata penurunan skala nyerinya 1,080.

Kata Kunci: Sectio caesarea,Relaksasi Autogenik, Nyeri

ABSTRACT
Introduction: Sectio Caesarea is defined as the delivery method of a fetus through
surgical incisions which made in the abdominal wall (laparotomy) and the uterine wall
(hysterotomy). One of the complications of sectio caesarea is pain in the incision area.
A non-pharmacological pain management strategies to overcome pain is autogenic
relaxation therapy. Objective: The aim of the research was to evaluate the effect of
autogenic relaxation to decrease pain scale on postoperative mother undergoing
Sectio Caesarea (SC) in the V/VI ward Tk.II Dustira Cimahi Hospital. Method:
Research design used was experimental research with One Group Pretest Posttest
Design involving 75 post sectio caesarea mother within 1 month. Sampling technique
used was Non Probability Sampling namely Purposive Sampling techniques. Result:
Postoperative pain scale before the intervention 64% of respondents experienced a
post-operative incision pain with range scale of 4-6 (moderate pain), while post-
operative pain scale after the intervention 73.3% of respondents experienced pain with JURNAL
range scale of 4-6 (moderate pain). There is a significant effect of autogenic relaxation
with decreased pain scale. T-test results showed 0.0001 means that there are
differences between the pain scale before and after autogenic relaxation with a mean
SKOLASTIK
= 1,080 ie the pain scale tendentiously decreased after treatment with an average
reduction in pain scale is 1,080.
KEPERAWATAN
Vol. 1, No.2
Juli - Desember 2015
Keywords: Sectio caesarea, Autogenic Relaxation, Pain
ISSN: 2443 ² 0935
E-ISSN: 2443 - 1699

52
Relaksasi autogenik terhadap penurunan skala nyeri pada ibu post operasi sectio saecarea

PENDAHULUAN menyebabkan ketidaknyamanan pasien


adalah nyeri (Asmadi, 2008). Rasa
Setiap wanita menginginkan persalinannya ketidaknyamanan (nyeri) dapat disebabkan
berjalan lancar dan dapat melahirkan bayi oleh terjadinya keruskan saraf sensorik atau
dengan sempurna. Ada dua cara persalinan juga diawali rangsangan aktivitas sel T ke
yaitu persalinan lewat vagina yang lebih korteks serebri dan menimbulkan persepsi
dikenal dengan persalinan alami dan nyeri (Hidayat,2005).
persalinan caesar atau sectio caesarea
yaitu tindakan operasi untuk mengeluarkan Nyeri adalah pengalaman sensori dan
bayi dengan melalui insisi pada dinding emosional yang tidak menyenangkan akibat
perut dan didnding rahim dengan syarat dari kerusakan jaringan yang actual dan
rahim dalam keadaan utuh serta berat janin potensial. Nyeri sangat mengganggu dan
diatas 500 gram (Wiknjosatro, 2007). menyulitkan banyak orang dibanding suatu
penyakit manapun (Smeltzer, 2010).Tanpa
Tindakan sectio caesarea merupakan melihat sifat, pola atau penyebab nyeri,
pilihan utama bagi tenaga medis untuk nyeri yang tidak diatasi secara adekuat
menyelamatkan ibu dan janin. Ada bebeapa mempunyai efek yang membahayakan
indikasi dilakukan tindakan sectio caesarea diluar ketidaknyamanan yang
adalah gawat janin, diproporsi Sepalopelvik, disebabkannya, hal ini dapat
persalinan tidak maju, plasenta previa, mempengaruhi system pulmonary,
prolapsus tali pusat Letak Lintang (Norwitz kardiovaskular, gastrointestinal, endokrin
E, Schorge J, 2007), Panggul Sempit dan dan imunologik (Yeager dkk, 1987 dalam
Preeklamsia (Jitowiyono S & Kristiyanasari Smeltzer, 2010). Strategi penatalaksanaan
W, 2010). World Health Organization nyeri mencakup baik pendekatan
(WHO) menetapkan standar rata-rata sectio farmakologis dan non farmakologis. Semua
caesarea di sebuah negara adalah sekitar intervensi akan sangat berhasil bila
5-15 % per 1000 kelahiran di dunia. Rumah dilakukan sebelum nyeri menjadi lebih
Sakit pemerintah kira ± kira 11 % sementara parah dan keberhasilan sering dicapai jika
Rumah Sakit swasta lebih dari 30% beberapa intervensi diterapkan secara
(Gibbson L. et all, 2010). Menurut WHO simultan (Smeltzer, 2010).
peningkatan persalinan dengan sectio
caesarea di seluruh Negara selama tahun Metode non farmakologis bukan merupakan
2007 ± 2008 yaitu 110.000 per kelahiran di pengganti obat - obatan, tindakan ini
seluruh Asia (Kounteya, S. 2010). diperlukan untuk mempersingkat episode
nyeri yang berlangsung hanya beberapa
Di Indonesia angka kejadian sectio detik atau menit. Mengkombinasikan
caesarea mengalami peningkatan pada metode non farmakologis dengan obat-
tahun 2000 jumlah ibu bersalin dengan obatan merupakan cara yang paling efektif
sectio caesarea 47,22%, tahun 2001 untuk mengontrol nyeri. Pengendalian nyeri
sebesar 45,19%, tahun 2002, sebesar non farmakologis menjadi lebih murah,
47,13%, tahun 2003 sebesar 46,87%, tahun mudah, efektif dan tanpa efek yang
2004 sebesar 53,2%, tahun 2005 sebesar merugikan (Potter & Perry, 2005). Salah
51,59%, dan tahun 2006 sebesar 53,68% satu metode untuk mengatasi nyeri secara
dan tahun 2007 belum terdapat data yang non-farmakologis adalah terapi relaksasi
signifikan (Grace, 2007). Survei Nasional autogenik (Asmadi, 2008). Relaksasi
tahun 2009, 921.000 persalinan dengan merupakan suatu keadaan dimana
sectio dari 4.039.000 persalinan atau sekitar seseorang merasakan bebas mental dan
22,8% dari seluruh persalinan. fisik dari ketegangan dan stress. Teknik
relaksasi bertujuan agar individu dapat
Setiap individu membutuhkan rasa nyaman. mengontrol diri ketika terjadi 30 rasa
Kebutuhan rasa nyaman ini dipersepsikan ketegangan dan stres yang membuat
berbeda pada tiap orang. Dalam konteks individu merasa dalam kondisi yang tidak
asuhan keperawatan, perawat harus nyaman (Potter & Perry, 2005).
memperhatikan dan memenuhi rasa
nyaman. Salah satu kondisi yang

Jurnal Skolastik Keperawatan _ Vol.1, No. 2 _ Jul t Des 2015 _ 53


Nung ati Nurhayati, Septian Andriyani, Novi Malisa

Dixhoorna and Whiteb (2004) dalam Thompson (2010) mengenai Systematic


penelitiannya yang berjudul Relaxation Review Of The Efficacy Of Relaxation
Therapy For Rehabilitation And Prevention Techniques In Both Acute And Chronic
In Ischaemic Heart Disease : A Systematic Pain, menjelaskan bahwa relaksasi
Review And Meta-Analysis menjelaskan autogenik berfungsi untuk menurunkan
bahwa intervensi relaksasi dapat nyeri pada pasien post operasi.
meningkatkan penyembuhan pada iskemik
jantung dan merupakan tindakan preventif Hasil studi pendahuluan di Ruang
sekunder. Menurut Aryanti (2007) dalam Perawatan V/VI RS. Dustira pada tanggal 3
Pratiwi (2012), relaksasi autogenik April 2014 didapatkan data angka kejadian
merupakan relaksasi yang bersumber dari Sectio caesaria (SC) cukup tinggi yaitu
diri sendiri dengan menggunakan kata-kata sebanyak 126 orang per triwulan pertama di
atau kalimat pendek yang bisa membuat tahun 2014. Hasil wawancara kepada 10
pikiran menjadi tenang. Widyastuti (2004) orang pasien yang menjalani post operasi
menambahkan bahwa relaksasi autogenik SC, didapatkan data bahwa walaupun
membantu individu untuk dapat mereka mendapatkan suntikan obat anti
mengendalikan beberapa fungsi tubuh nyeri tetapi tetap saja sensasi nyeri masih
seperti tekanan darah, frekuensi jantung mereka rasakan, terutama setelah efek
dan aliran darah. Luthe (1969) dalam Kang anestesi hilang dan belum mendapatkan
et al (2009) mendefinisikan relaksasi suntikan obat anti nyeri.
autogenic sebagai teknik atau usaha yang
disengaja diarahkan pada kehidupan Berdasarkan fenomena di atas, penulis
individu baik psikologis maupun somatik tertarik untuk melakukan penelitian tentang
menyebabkan perubahan dalam kesadaran pengaruh relaksasi autogenik terhadap
melalui auto sugesti sehingga tercapailah penurunan skala nyeri pada pasien post
keadaan rileks. operasi Sectio Caesarea di Ruang
Perawatan V/VI RS.TK.II Dustira Cimahi.
Penelitian Shinozaki et al (2009) terhadap
pengaruh autogenic training pada
peningkatan keadaan umum pasien METODE PENELITIAN
dengan irritable bowel syndrome (IBS)
melaporkan bahwa teknik relaksasi Desain penelitian yang digunakan adalah
autogenik efektif dalam peningkatan emosi penelitian eksperimen dengan One Group
dan kesehatan pasien dengan irritable Pretest Posttest Design. Pretest dilakukan
bowel syndrome (IBS). Menurut Gunter, untuk mengukur skala nyeri pasien dengan
Eye (2006) dalam Shinozaki et all (2009) post operasi SC sebelum dilakukan
autogenic training sudah sejak lama intervensi relaksasi autogenik. Selanjutnya
digunakan sebagai teknik relaksasi dan Postest dilakukan setelah diberikan
telah digunakan untuk mengurangi intervensi relaksasi autogenik pada pasien
kecemasan, nyeri kronis, dan sakit kepala. dengan post operasi Sectio Caesarea.
Sejauh peneliti ketahui bahwa, pengaruh
teknik relaksasi autogenik terhadap nyeri Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
pada pasien post operasi sectio caesarea ibu post operasi Sectio Caesarea yang
belum pernah diteliti. dirawat di Ruang Perawatan V/VI RS.
Dustira Cimahi sebanyak 92 pada bulan Mei
6HHUV DQG &DUUROO¶V GDODP 'XQIRUG 2015. Jumlah sampel yang digunakan
and Thompson (2010) dalam penelitiannya sebanyak 75 ibu post sectio caesarea dalam
mengenai Systematic Review Of Relaxation waktu 1 bulan. Tehnik pengambilan sampel
In Acute Pain, mengidentifikasi ada tiga menggunakan Non Probability Sampling
penelitian yang melaporkan bahwa berupa tehnik Purposive Sampling dengan
penggunaan relaksasi dapat menurunkan kriteria inklusi :
sensasi nyeri dan distress akibat nyeri 1) Pasien post operasi Sectio Caesarea (24
termasuk nyeri akibat prosedur jam post partum)
pembedahan. Penelitian Kwekkeboom dan 2) Pasien yang mendapatkan anestesi
Gretarsdottir (2006) dalam Dunford and spinal.

54 | Jurnal Skolastik Keperawatan _ Vol.1, No. 2 _ Jul t Des 2015


Relaksasi autogenik terhadap penurunan skala nyeri pada ibu post operasi sectio saecarea

3) Pasien yang bersedia menjadi HASIL


responden penelitian dari awal hingga
akhir Tabel 1. Distribusi Frekuensi Usia ibu Post
Operasi Sectio Caesarea di RP. V/VI
Kriteria eksklusi : RS.TK.II Dustira Cimahi bulan Mei 2015.
1) Pasien yang mengalami komplikasi post Usia Frekuensi
Persentase (%)
partum (tahun) (orang)
2) Pasien yang selama penelitian 17-25 28 37.3
menggunakan analgetik.
47 62.7
26-45
Cara pengumpulan data dalam penelitian ini Total 75 100.0
adalah dengan memberikan penjelasan
kepada responden mengenai maksud dan
tujuan diadakannya penelitian ini serta Tabel 2. Distribusi Frekuensi Paritas Ibu
meminta responden untuk menandatangani Post Operasi Sectio Caesarea di RP. V/VI
lembar persetujuan menjadi responden RS.TK.II Dustira Cimahi bulan Mei 2015.
penelitian. Setelah responden penelitian
menandatangani lembar persetujuan, Paritas
Frequensi
Percentase (%)
peneliti mengisi lembar checklist yang berisi (orang)
data karakteristik pasien dan melakukan anak pertama 21 28.0
pengukuran skala nyeri responden sebelum anak kedua 29 38.7
dilakukan teknik relaksasi autogenik, serta anak ke 3 20 26.7
mencatat skala nyeri. Peneliti meminta anak ke 4
responden untuk berbaring rileks, peneliti 5 6.7
atau lebih
melakukan teknik relaksasi autogenic Total 75 100.0
kepada pasien selama 20 menit dan di iringi
dengan musik instrumental yang diletakkan
di samping responden. Setelah teknik Tabel 3. Distribusi Frekuensi riwayat
relaksasi autogenik selesai dilakukan, operasi Sectio Caesarea Responden di RP.
peneliti kembali mengukur dan mencatat V/VI RS.TK.II Dustira Cimahi bulan Mei
skala nyeri responden pada lembar 2015.
observasi. Peneliti melakukan wawancara Riwayat
kepada pasien mengenai apa yang Frekuensi Persentasi
operasi SC
dirasakan sebelum, selama dan sesudah
Tidak pernah 58 77.3
dilakukan relaksasi autogenik.
Ya 1 kali 13 17.3
Pada penelitian ini, peneliti tidak melakukan Ya 2 kali 4 5.3
uji validitas karena peneliti menggunakan Total 75 100.0
alat ukur NRS yang telah dilakukan uji
validitas sebelumnya dengan nilai uji
validitas r=0,90 dan pada penelitian ini, Tabel 4. Distribusi Frekuensi skala nyeri ibu
peneliti tidak melakukan uji reliabilitas post operasi Sectio Caesarea sebelum
karena peneliti menggunakan alat ukur NRS dilakukan intervensi relaksasi autogenik
yang telah dilakukan uji reliabilitas dengan
Skala nyeri Frekuensi %
hasil menunjukkan reliabilitas lebih dari
0,95. Nyeri sedang,
48 64.0
skala nyeri 4-6
Data diolah dengan menggunakan analisa Nyeri hebat,
univariat untuk mengetahui karakteristik skala nyeri 7- 27 36.0
responden yang meliputi usia, paritas dan 10
riwayat operasi, sedangkan analisa bivariat Total 75 100.0
untuk mengetahui pengaruh teknik relaksasi
autogenik terhadap skala nyeri pada pasien
post operasi Sectio Caesarea digunakan uji
statistik uji t berpasangan (paired t-test).

Jurnal Skolastik Keperawatan _ Vol.1, No. 2 _ Jul t Des 2015 _ 55


Nung ati Nurhayati, Septian Andriyani, Novi Malisa

Tabel 5. Distribusi Frekuensi skala nyeri ibu


post operasi Sectio Caesarea setelah Tabel 6. Korelasi relaksasi autogenik
dilakukan intervensi relaksasi autogenik terhadap skala nyeri post operasi Sectio
Caesarea di RP. V/VI RS. Dustira Cimahi
Skala Nyeri Frekuensi %
bulan Mei 2015.
nyeri ringan, skala N Correlation Sig.
nyeri 1-3 11 14.7
Pair skala 75 .958 .000
nyeri sedang, skala 1 nyeri
nyeri 4-6 55 73.3
pre
nyeri hebat, skala nyeri dan
7-10 9 12.0
post
Total 75 100.0

Tabel 7. Pengaruh relaksasi autogenik terhadap skala nyeri post operasi Sectio Caesarea di
RP. V/VI RS. Dustira Cimahi bulan Mei 2015.

Berdasarkan data diatas terlihat nilai memperhitungkan status perkawinannya


mean perbedaan antara sebelum dan (Kemenkes, 2011). Usia dapat
sesudah relaksasi autogenic adalah 1,080 mempengaruhi proses persalinan semakin
dengan standar deviasi 0,359. Hasil uji tinggi usia seseorang maka akan beresiko
statistik didapatkan nilai P = 0,000 dimana dalam proses persalinan. Menurut (Depkes,
nilai tersebut < 0,05 dengan tingkat 2010) dari aspek kesehatan ibu yang
kepercayaan 95% maka dapat disimpulkan berumur < 20 tahun rahim dan panggul
ada perbedaan yang signifikan rata-rata belum berkembang dengan baik, begitu
antara sebelum dan sesudah dilakukan sebaliknya yang berumur > 35 tahun
relaksasi autogenik. kesehatan dan keadaan rahim tidak sebaik
seperti saat ibu berusia 20 ± 35 tahun. Umur
ibu < 20 tahun dan > 35 tahun merupakan
PEMBAHASAN umur yang tidak reproduktif atau umur
tersebut termasuk dalam resiko tinggi
Berdasarkan hasil penelitian dari 75 kehamilan. Umur pada waktu hamil sangat
responden, frekuensi usia ibu tertinggi yaitu berpengaruh pada kesiapan ibu untuk
berada pada rentang usia 26-45 tahun menerima tanggung jawab sebagai seorang
(62,7%). Rentang usia ini masih termasuk ibu sehingga kualitas sumber daya manusia
dalam usia produktif bagi seseorang. makin meningkat dan kesiapan untuk
Penduduk usia produktif adalah penduduk menyehatkan generasi penerus dapat
yang berumur 15 - 64 tahun. Wanita Usia terjamin.
Subur adalah semua wanita yang telah
memasuki usia antara 15-49 tahun tanpa

56 | Jurnal Skolastik Keperawatan _ Vol.1, No. 2 _ Jul t Des 2015


Relaksasi autogenik terhadap penurunan skala nyeri pada ibu post operasi sectio saecarea

Kehamilan diusia muda atau remaja menunjukkan tidak ada hubungan paritas
dibawah usia 20 tahun akan mengakibatkan dengan kejadian SC.
rasa takut terhadap kehamilan dan
persalinan, hal ini disebabkan pada usia Menurut Sudirman, 2009 faktor-faktor medis
tersebut ibu mungkin belum siap untuk dilakukan SC adalah karena faktor ibu dan
mempunyai anak dan alat - alat reproduksi faktor janin. Faktor medis ibu dilakukannya
ibu belum siap untuk hamil. Begitu juga SC adalah plasenta previa (5,3%), riwayat
kehamilan di usia tua yaitu diatas 35 tahun persalinan ibu yang lalu mengalami SC
akan menimbulkan kecemasan terhadap (5,7%), disproporsi sefalopelvic (3,3%), Pre-
kehamilan dan persalinan serta alat - alat eklampsi Berat (25,6%), Ketuban Pecah
reproduksi ibu terlalu tua untuk hamil Dini (31,7%). Faktor medis Janin dilakukan
(Wiknjosastro, H 2008). Wanita usia subur tindakan SC yaitu letak sungsang (11%),
termasuk usia yang sangat produktif untuk letak lintang (5,3%), gawat janin (7,7%) dan
mengalami kehamilan, sehingga wanita gemelli (7,7%) (Jovany, 2012).
usia subur perlu mengetahui upaya
pencegahan perdarahan pada ibu hamil Berdasarkan hasil penelitian ibu yang
supaya tidak terjadi perdarahan selama mempunyai riwayat terbanyak adalah
kehamilan, dan kejadian kematian pada ibu kehamilan kedua. Keadaan yang pernah
hamil dapat diantisipasi. mengalami persalinan atau baru akan
terjadi dapat menyebabkan seorang wanita
Hasil penelitian seperti yang terlihat dalam yang akan melahirkan merasa ketakutan,
tabel diatas didapatkan hampir khawatir dan cemas menjalaninya, karena
setengahnya dari responden (38,7%) kekhawatiran dan kecemasan mengalami
adalah multipara yaitu 29 ibu post operasi rasa sakit tersebut memilih persalinan
sectio caesarea. Menurut Saifuddin, 2009 sectio caesarea untuk mengeluarkan
(dalam Trivonia, 2012), paritas yang paling bayinya (Kasdu, 2003).
aman adalah multi gravida. Primi gravida
dan Grande multi gravida mempunyai Perbedaan rerata skala nyeri pada ibu
angka kematian maternal lebih tinggi. Hal ini post operasi SC sebelum dan sesudah
dipengaruhi oleh kematangan dan dilakukan relaksasi autogenik
penurunan fungsi organ-organ persalinan. Hasil penelitian menunjukkan skala
Secara umum paritas multi gravida nyeri ibu post operatif sebelum dilakukan
merupakan paritas paling aman bagi relaksasi autogenic didapatkan 48 ibu
seorang ibu untuk melahirkan dan masih (64%) mengalami nyeri sedang dengan
digolongkan dalam kehamilan resiko (skala nyeri 4-6), 27 orang ibu (36%)
rendah. Meskipun demikian tetap ada faktor mengalami nyeri hebat dengan (skala nyeri
resiko yang menyebabkan kemungkinan 7-10), sedangkan setelah dilakukan
resiko atau bahaya terjadinya komplikasi tindakan relaksasi autogenik didapatkan 11
pada persalinan yang dapat menyebabkan orang ibu (14,7%) mengalami nyeri ringan
kematian atau kesakitan pada ibu dan dengan (skala nyeri 1-3), 55 orang ibu
bayinya. Pada ibu multi gravida yang pernah (73,3%) mengalami nyeri sedang ( skala
gagal kehamilan, pernah melahirkan nyeri 4-6), dan 9 orang ibu (12%)
dengan vakum, transfusi darah, serta mengalami nyeri hebat.
riwayat bedah sesar pada persalinan
sebelumnya (Trivonia, dkk, 2011). Hasil penelitian pada tabel
Persalinan yang pertama sekali biasanya menunjukan rata-rata sebelum tindakan
mempunyai resiko yang relatif tinggi relaksasi autogenik 6,03 dengan standar
terhadap ibu dan anak, akan tetapi resiko ini deviasi 1.219 dan setelah dilakukan
akan menurun pada paritas kedua dan relaksasi autogenik didapatkan rata-rata
ketiga, dan akan meningkat lagi pada 4,95 dengan standar deviasi 1.240, dari
paritas keempat dan seterusnya. Paritas hasil tersebut terdapat perbedaan skala
yang paling aman jika ditinjau dari sudut nyeri sebelum dan sesudah tindakan
kematian maternal adalah paritas 2 dan 3 relaksasi autogenic pada ibu post operasi
(Prawirohardjo, 2011). Hasil analisis bivariat sectio caesarea yaitu perbedaannya
sebesar 1,080. Hal ini dapat disebabkan

Jurnal Skolastik Keperawatan _ Vol.1, No. 2 _ Jul t Des 2015 _ 57


Nung ati Nurhayati, Septian Andriyani, Novi Malisa

karena responden dalam penelitian ini (Van Kooten, 1999 dalam Anggorowati dkk.,
merasa nyaman setelah dilakukan relaksasi 2007),. Sehingga dibutuhkan kombinasi
autogenik sehingga menurunkan skala nyeri farmakologi untuk mengontrol nyeri dengan
pada luka operasi. Pasien post SC yang non farmakologi agar sensasi nyeri dapat
dilakukan relaksasi autogenik mengalami berkurang serta masa pemulihan tidak
penurunan tingkat nyeri tetapi tidak memanjang (Bobak, 2004).
menghilangkan nyeri tersebut karena luka
dari operasi SC tersebut merupakan luka Pengendalian nyeri non-farmakologi
yang dibuat mulai dari lapisan perut sampai menjadi lebih murah, simpel, efektif, tanpa
ke lapisan uterus yang penyembuhannya efek yang merugikan, dan ibu dapat
bertahap sehingga masih merasakan nyeri. mengendalikan sendiri keluhan nyerinya
Persalinan dengan cara sectio caesarea (Potter, 2005). Manajemen nonfarmakologi
dapat memungkinkan terjadinya komplikasi yang sering diberikan antara lain yaitu
lebih tinggi daripada melahirkan secara dengan meditasi, latihan autogenic, latihan
pervaginam atau persalinan normal. relaksasi progresif, guide imagery, nafas
Komplikasi yang bisa timbul pada ibu post ritmik, operant conditioning, biofeedback,
sectio caesarea seperti nyeri pada daerah membina hubungan terapeutik, sentuhan
insisi, potensi terjadinya thrombosis, potensi terapeutik, stimulus kutaneus, hipnosis,
terjadinya penurunan kemampuan musik, accupresure, aromatherapi (Sulistyo,
fungsional, penurunan elastisitas otot, perut 2013).
dan otot dasar panggul, perdarahan, luka
kandung kemih, infeksi, bengkak pada Rasa ketidaknyamanan jika tidak
ekstremitas bawah, dan gangguan laktasi. diatasi akan mempengaruhi fungsi mental
Pada proses operasi digunakan anestesi dan fisik individu sehingga mendesak untuk
agar pasien tidak nyeri pada saat dibedah. segera mengambil tindakan/terapi secara
Namun setelah operasi selesai dan pasien farmakologis atau non farmakologis. Dalam
mulai sadar akan merasakan nyeri di daerah lingkup keperawatan dikembangkan terapi
sayatan yang membuat sangat terganggu non farmakologis sebagai tindakan mandiri
(Whalley, 2008). Nyeri yang dikeluhkan perawat seperti terapi holostik. Kesehatan
pasien post operasi SC yang berlokasi pada holistik merupakan suatu kelangsungan
daerah insisi, disebabkan oleh robeknya kondisi kesejahteraan yang melibatkan
jaringan pada dinding perut dan dinding upaya merawat diri sendiri secara fisik,
uterus. Ibu post operasi SC akan mengekspresikan emosi dengan benar dan
merasakan nyeri dan dampak dari nyeri efektif, menggunakan pikiran dengan
mengakibatkan mobilisasi ibu menjadi konstruktif, secara kreatif terlibat dengan
terbatas, Activity of Daily Living (ADL) orang lain dan upaya memiliki tingkat
terganggu, bonding attachment (ikatan kesadaran yang lebih tinggi (Association for
kasih sayang) dan Inisiasi Menyusui Dini Holistic Health,1981 dalam Perry & Potter,
(IMD) tidak terpenuhi karena adanya 2006).
peningkatan tingkat nyeri apabila ibu
bergerak. Hal ini mengakibatkan respon ibu Terapi holistic untuk mengatasi
terhadap bayi kurang, sehingga ASI nyeri dapat menggunakan Sentuhan
sebagai makanan terbaik bagi bayi dan Terapeutik, Akupresur dan Relaksasi.
mempunyai banyak manfaat bagi bayi Teknik relaksasi memberikan individu
maupun ibunya tidak dapat diberikan secara kontrol diri ketika terjadi rasa nyeri serta
optimal (Purwandari, 2009). dapat digunakan pada saat seseorang
sehat ataupun sakit. (Perry & Potter, 2006).
Penanganan yang sering digunakan Teknik relaksasi merupakan intervensi
untuk menurunkan nyeri post sectio keperawatan secara mandiri untuk
caesarea berupa penanganan farmakologi. menurunkan intensitas nyeri, meningkatkan
Pengendalian nyeri secara farmakologi ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi
efektif untuk nyeri sedang dan berat. Namun darah. Relaksasi otot skeletal dipercaya
demikian pemberian farmakologi tidak dapat menurunkan nyeri dengan
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan merilekskan tegangan otot yang menunjang
klien sendiri untuk mengontrol nyerinya nyeri, ada banyak bukti yang menunjukkan

58 | Jurnal Skolastik Keperawatan _ Vol.1, No. 2 _ Jul t Des 2015


Relaksasi autogenik terhadap penurunan skala nyeri pada ibu post operasi sectio saecarea

bahwa relaksasi efektif dalam meredakan tidak mempunyai riwayat operasi SC


nyeri (Smeltzer, 2002). Relaksasi secara sebelumnya. Skala nyeri post operasi SC
umum sebagai metode yang paling efektif sebelum dilakukan intervensi relaksasi
terutama pada pasien yang mengalami autogenik sebanyak 64% responden
nyeri (National Safety Council, 2003) mengalami nyeri luka post operasi dengan
rentang skala 4-6 (nyeri sedang).
Pengaruh relaksasi autogenik terhadap Sedangkan skala nyeri post operasi SC
skala nyeri ibu post operasi SC. setelah dilakukan relaksasi autogenik
Hasil penelitian pada tabel menunjukkan 73,3% responden mengalami
menunjukan adanya pengaruh dari nyeri dengan rentang skala 4-6 (nyeri
relaksasi autogenic teradap skala nyeri ibu sedang). Terdapat pengaruh yang signifikan
post operasi SC dengan nilai mean antara relaksasi autogenik dengan
perbedaan antara sebelum dan sesudah penurunan skala nyeri yaitu dengan t hitung
relaksasi autogenik adalah 1,080 dengan 26,077. Hasil uji t menunjukkan 0,0001
standar deviasi 0,359 (Pvalue < 0,05). Nyeri artinya ada perbedaan skala nyeri antara
yang disebabkan oleh tindakan operasi sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi
termasuk nyeri nociceptive dimana proses autogenik dengan nilai mean = 1,080 yaitu
terjadinya nyeri meliputi tahapan transduksi, terjadi kecenderungan penurunan skala
transmisi, persepsi dan modulasi (Briggs, nyeri sesudah perlakuan dengan rata-rata
2010). Pada tahap mudulasilah dilakukan penurunan skala nyerinya 1,080.
mekanisme memblok rangsang nyeri dari
spinal cord ke otak dan metode pokok untuk
proses ini menggunakan teori gate control DAFTAR PUSTAKA
dimana relaksasi autogenic menjadi bagian
dari teori gate control ini (Melzack & Wall,
2008).
Alimul, Aziz. (2008). Keterampilan dasar
praktik klinik kebidanan (ed. 2).
Keberhasilan penatalaksaan terhadap nyeri
Jakarta : Salemba Medika.
post operasi dapat meningkatkan kepuasan
pasien terhadap pelayanan yang diberikan
Anonim. (2011). Ilmu Kebidanan. Jakarta :
oleh perawat (tenaga kesehatan) hal ini
PT. Bina Pustaka
sejalan dengan hasil systematic review
yang dilakukan oleh Sherwood, McNeill, Aryanti, N.P. (2007). Terapi modalitas
Starck & Disnard (2003) mengenai keperawatan. Jakarta : Balai
³Changing acute pain management Penerbit FKUI.
outcomes in surgical patients´ GLGDSDWNDQ
kesimpulan bahwa dengan adanya Berman, A., Snyder, S., Kozier, B., & Erb,
kesadaran dan perhatian terhadap nyeri Glenora. (2009). Buku ajar praktik
yang dirasakan oleh pasien post operasi keperawatan klinis (ed. 5). Jakarta :
serta dilakukannya intervensi untuk EGC.
mengurangi keluhan nyeri akan
menigkatkan kepuasan pasien terhadap Bird, J. (2006). Autogenic therapy.
pelayanan kesehatan walaupun nyeri yang International therapist Issue.
dialaminya dikategorikan nyeri sedang
sampai berat dan harus beraktivitas saat Bobak, M. I, et al. (2005). Buku ajar
mengalami sensai nyeri tersebut. keperawatan maternitas (ed. 4).
Jakarta : EGC.
KESIMPULAN
Briggs E. (2010). Understanding the
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat experience and physiology of pain.
disimpulkan bahwa karakteristik usia Nursing Standard. 25, 3, 35-39. Date
responden sebagian besar (62,7%) berusia of acceptance: January 18 2010
26-45 tahun dengan Paritas responden
melahirkan anak kedua dengan persentase
38,7% dan sebanyak 77,3% responden

Jurnal Skolastik Keperawatan _ Vol.1, No. 2 _ Jul t Des 2015 _ 59


Nung ati Nurhayati, Septian Andriyani, Novi Malisa

Chamberlain, Steer, Zander. (2012) ABC Melzack, R & Wall, P.D. (2008). The
Asuhan persalinan. Alih bahasa Eka Challenge of Pain. Second edition.
anisa Mardela. Jakarta : EGC Penguin Books, London.

Cunningham, G. F, et.al. (2006). Obstetri Potter, P.A & Perry, A.G. (2005). Buku Ajar
william, (ed. 21). Jakarta : EGC. Fundamental Keperawatan;Konsep,
Proses dan Praktik, Vol.2 Alih
Gloth, F., Scheve, A. A., Stober, C. V., Bahasa. Editor Monica Ester Dkk.
Chow, S., Prosser, J. (2001). The Jakarta : EGC
functional pain scale: reliability,
validity and responsiveness in an Potter, P.A & Perry, A.G. (2006). Buku ajar
elderly population. Journal of the fundamental keperawatan konsep,
American Medical Directors proses, dan praktik (ed.4, vol 1).
Association, 2 (3), 110-114. Jakarta : EGC.

Grace, V. J. (2007). Journal Dexa Medika Pratiwi, R. (2012). Penurunan intensitas


dalam Fenomena Sosial Operasi nyeri akibat luka post sectio
Sectio Caesarea di Salah Satu caesarea setelah dilakukan latihan
Rumah Sakit Swasta Besar teknik relaksasi pernapasan
surabaya Periode 1 Jan ± 31 Des menggunakan aroma terapi
2005 lavender di rumah sakit al islam
bandung. Skripsi, FIK Unpad
Gruendemann, B & Billie, F. (2006). Buku
ajar keperawatan perioperatif Prawirohardjo, Sarwono. (2009). Ilmu
(Vol.2). Jakarta : EGC. kebidanan. Jakarta : PT. Bina
Pustaka.
Hidayat, A. (2009). Metode penelitian
keperawatan dan analisis data. Saryono. (2011). Metodologi penelitian
Jakarta : Salemba Medika. keperawatan. Purwokerto : UPT.
Percetakan dan Penerbitan Unsoed.
Isselbacher, J. K. (1999). Prinsip-prinsip
LOPX SHQ\DNLW GDODP KDUULVRQ¶V Sherwood, G.D., McNeill, J.A., Starck, P.L.,
principles of internal medicine), (ed. Disnard, G. (2003). Changing acute
13 vol.1). Jakarta : EGC. pain management outcomes in
surgical patients. Association of
Jitowiyono, S & Kristiyanasari, W. (2010). Operating Room Nurses. AORN
Asuhan Keperawatan Post Operasi Journal; Feb 2003; 77, 2; ProQuest
dengan Pendekatan, NIC, NOC. pg. 374
Nuha Medica Yogyakarta.
Shinozaki, M., et.,al. (2009). Effect of
Jovany, M. (2012). Faktor-faktor yang autogenic training on general
Mempengaruhi Keputusan Ibu improvement in patients with irritable
Dilakukan Seksio Sesarea yang bowel syndrome: a randomized
Kedua. Depok : FIK UI. controlled trial. Appl Psychophysiol
Biofeedback Springer
Kasdu, D. (2003). Operasi Caesar Masalah Science+Business Media.
dan solusinya. Jakarta :
Puspaswara. Smeltzer, S. C, & Bare, B.G. (2010). Buku
ajar keperawatan medikal bedah.
Kemenkes. (2011). Data penduduk Sasaran Jakarta : EGC.
Program Pembangunan Kesehatan
2011- 2014. Jakarta Trivonia, dkk. (2011). Indikasi Persalinan
Sektio Caesarea berdasarkan umur
dan paritas, librarygriyahusada.
Com

60 | Jurnal Skolastik Keperawatan _ Vol.1, No. 2 _ Jul t Des 2015


Relaksasi autogenik terhadap penurunan skala nyeri pada ibu post operasi sectio saecarea

Widyastuti, P. (2004). Manajemen stres.


Jakarta : EGC

Wiknjosastro, H. (2007). Ilmu Kebidanan.


Jakarta : Penerbit Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Wiknjosastro, H. (2008). Ilmu Bedah


Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka

Jurnal Skolastik Keperawatan _ Vol.1, No. 2 _ Jul t Des 2015 _ 61

Anda mungkin juga menyukai