Anda di halaman 1dari 3

Fakror-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian

Arthritis Rheumatoid Pada Lansia

1. Latar Belakang
Di dunia, osteoarthritis merupakan penyakit muskuloskeletal yang paling sering terjadi.
Prevalensi osteoarthritis lutut di dunia yaitu sebesar 3,8% dan osteoarthritis pinggul sebesar 0,85%.
Sementara, prevalensi Rheumatoid arthritis di dunia yaitu sebesar 0,24%. Di Amerika Serikat,
prevalensi penyakit Rheumatoid arthritis yang sering disebabkan oleh osteoarthritis sekitar 27 juta
penduduk Amerika Serikat dan meningkat setiap tahunnya yaitu berjumlah sekitar 21 juta. (Smith,
E., Hoy, 2014).

Estimasi prevalensi Rheumatoid arthritis untuk negara dengan pendapatan rendah dan
menengah berdasarkan meta- analisis adalah di Asia Tenggara sebesar 0,4%, Mediterania Timur
sebesar 0,37%, Eropa sebesar 0,62%, dan Amerika sebesar 1,25%. Prevalensi pada laki-laki lebih
rendah yaitu 0,16% dibandingkan wanita yaitu 0,75% dan dinyatakan signifikan secara statistik.
Sekitar 2,6 juta laki-laki dan 12,21 juta wanita menderita Rheumatoid arthritis pada tahun 2000
kemudian meningkatmenjadi 3,16 juta laki-laki dan 14,87 juta wanita yang menderita Rheumatoid
arthritis pada tahun 2010 (Rudan dkk, 2015 dalam Masyeni, 2018).

Perbandingan lansia di dunia diperkirakan mencapai 22 persen dari penduduk dunia atau
sekitar 2 miliar pada tahun 2020, sekitar 80% lansia hidup di negara berkembang. Jumlah lansia di
seluruh dunia dapat mencapai jumlah 1 miliar orang dalam kurun waktu 10 tahun mendatang.
World Health Organization (2016) menyatakan bahwa Penderita reumatoid atritis diseluruh dunia
sudah mencapai angka 335 juta, dan diperkirakan jumlah penderita Rheumatoid arthritis akan selalu
mengalami peningkatan. Angka Rheumatoid arthritis di Indonesia tahun 2011 diperkirakan jumlah
keseluruhan kasus mencapai 29,35%, sedang pada tahun 2012 jumlah keseluruhan kasus
Rheumatoid arthritis sebanyak 39,47% dan pada tahun 2013 jumlah keseluruhan kasus nya
sebanyak 45,59% (Bawarodi dkk, 2017).

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (2018) Menunjukkan bahwa kecenderungan


prevalensi rematik di Indonesia pada tahun 2013 mencapai sekitar 45,59% Sedangkan data
penderita rematik di Indonesia berdasarkan jenis kelamin cenderung terjadi pada perempuan dengan
prevalensi 34% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian RI, 2018).
Berdasarkan data dari dinas kesehatan kabupaten kampar kasus Rheumatoid Arthritis
menduduki peringkat ke 9 dari 10 penyakit terbanyak, yaitu berjumlah 8,010 kasus pada tahun
2021, Pada tahun 2020 sebesar 13,386 (8,40%), dan pada tahun 2019 sebesar....

Perawat dalam hal ini berperan sebagai pemberi asuhan keperawatan kepada anggota
keluarga yang sakit, antara lain sebagai pendidik kesehatan dan sebagai fasilitator agar pelayanan
kesehatan mudah dijangkau agar perawat dengan mudah dapat menampung permasalahan yang
dihadapi keluarga dan membantu mencarikan solusi yang terbaik , misalnya mengajarkan kepada
keluarga untuk mencegah agar tidak terjadi penyakit Rheumatoid arthritis (Wachid, 2011).

Peran klien dan keluarga lebih difokuskan untuk menjalankan lima tugas keluarga tersebut
adalah mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat, memberi
perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, mempertahankan atau menciptakan suasana rumah
yang sehat, mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas kesehatan masyarakat
(Yulifitri, 2011).

Pola makanan yang salah menjadi salah satu pencetus terjadinya Rhumatoid arthritis.
Dimana pola makan yang sehat sebaiknya dimulai dengan mengadakan perubahan-perubahan kecil
pada makanan yang kita pilih, juga mengurangi makanan seperti produk kacang-kacangan yaitu
susu kacang, kacang buncis, organ dalam hewan seperti usus, hati, limpah, paru, otak dan jantung.
Makanan kaleng seperti sarden, kornet sapi, makanan yang dimasak menggunakan santan kelapa,
beberapa jenis buah-buahan seperti durian, air kelapa muda dan produk olahan melinjho, Minuman
seperti alkohol, sayur seperti kangkung dan bayam (Putri, 2012).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Bawarodi 2017, Mengatakan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara Makanan dengan Rheumatoid arthritis. Berdasarkan hasil analisis
didapatkan p value 0,017, ini dapat berarti bahwa lansia yang mengkonsumsi makanan yang kurang
baik lebih beresiko terkena Rheumatoid arthritis.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Eka P,2012 yang
menyatakan bahwa adanya riwayat trauma pada sendi merupakan faktor yang dapat menimbulkan
penyakit reumatik.

Rheumatoid arthritis bisa kena semua ras. Tapi perbandingan laki-laki dan perempuan
adalah 1:3. Jadi memang lebih banyak menyerang perempuan pada umur 20-45 tahun. Sampai saat
ini belum diketahui mengapa perempuan lebih rentan. Rheumatoid arthritis ini banyak menyerang
perempuan, sedangkan asam urat lebih banyak laki laki. Perempuan hampir tidak pernah kena
rematik gout kecuali ada genetik. (Ramadhan, 2015).
Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk membahas tentang Faktor- faktor yang
berhubungan dengan kejadian Rheumatoid Arthritis pada lansia di wilayah kerja Puskesmas
Bangkinang Kota Tahun 2022.

Anda mungkin juga menyukai