DOKTER INTERNSHIP
CLOSED FRAKTUR 1/3 DISTAL FEMUR DEXTRA DENGAN
FEMORALIS NERVE PALSY
Disusun Oleh:
Pendamping:
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis di Instalasi Gawat Darurat
Rumah Sakit Annisa, Cikarang pada tanggal 7 Februari 2021, pukul 12.40
WIB.
» Keluhan Utama :
Nyeri pada kaki kanan
» Keluhan Tambahan :
Kaki kanan sulit untuk digerakkan
» Riwayat Pengobatan :
Tidak ada , pasien langsung menuju RS ANNISA untuk mendapatkan
pertolongan.
» Sosial Ekonomi :
Pasien sudah menikah dan bekerja sebagai seorang Karyawan Swasta.
Dalam menjalankan pekerjaannya, pasien terkadang menggunakan
kendaraan beroda dua atau menaiki kendaraan umum untuk menuju
tempat bekerja.
Ekstremitas Superior
Dextra Sinistra
Edem - -
Akral dingin - -
Sianosis - -
Capillary refill <2 detik <2 detik
Ekstremitas Inferior
Dextra Sinistra
Edem + -
Akral dingin - -
Sianosis - -
Capillary refill <2 detik <2 detik
» Status Lokalis :
□ Ekstremitas : Regio Femoris dekstra Edema (+),
hiperemis
(+), nyeri (+), deformitas (-), luka
terbuka (-), range of motion (aktif:
terbatas, pasif: (+), nyeri), pulsasi arteri
(+), parestesi (+), paralisis (-)
Kesan :
o Fraktur spiral komplit 1/3 distal dengan angulasi dan deviasi
o Alignment dan kedudukan internal fiksasi dan fragment fraktur baik, serta
stabil
Gambar 2. X-foto Thorax PA
- CTR < 50 %
- Hilus tak melebar, suram ataupun menebal
- Corakan paru tak meningkat
- Tak tampak infiltrat
- Sinus dan diafragma baik
- Tulang lunak
Kesan :
o Cor dan pulmo dalam batas normal
o Tak tampak infiltrate
Pemeriksaan laboratorium
Tangga Periksa : 7-Februari-2021
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan Keterangan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 14.3 g/dL 11.7-15.8
Jumlah Leukosit 10.44 10^3/uL 3.00-11.00 Meningkat
Jumlah Trombosit 194 10^3/uL 150-445
Hematokrit 40 % 35-47
HITUNG JENIS
Basofil 0 % 0-1
Eosinofil 1 % 2-4
Neutrofil Batang 1 % 2-5
Neutrofil Segmen 80 % 50-70
Limfosit 10 % 25-40
Absolute Limfosit 1044 /uL
Count
NLR 8.20
Monosit 7 % 2-8
HEMOSTASIS
Masa Perdarahan 2.00 Menit 1.00 – 6.00
Masa Pembekuan 4.00 Menit 1.00 – 6.00
KIMIA KLINIK
Glukosa Sewaktu 176 mg/dL 80 – 140
IMUNOLOGI
Antigen SARS-COV-2 Negatif Negatif
V. RESUME
Seorang laki-laki berusia 57 tahun dengan keluhan nyeri pada kaki kanan
setelah terpleset saat berjalan. Setelah kejadian, pasien langsung dibawa ke RS
ANNISA untuk mendapat pertolongan pertama. Pasien mengeluh bahwa rasa
nyeri semakin memberat saat kaki kanannya digerakan atau bersentuhan dengan
benda lain. kaki kanannya juga tampak lebih besar dan berwarna lebih
kemerahan serta ada rasa kesemutan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan:
» Status lokalis regio Femoris dekstra Edema (+), hiperemis (+), nyeri (+),
Parestesi (+), range of motion (aktif: terbatas, pasif: (+), nyeri), pulsasi arteri
brachialis (+)
Pada pemeriksaan radiologi didapatkan:
o Fraktur spiral komplit 1/3 distal dengan angulasi dan deviasi
o Alignment dan kedudukan internal fiksasi dan fragment fraktur baik, serta
stabil
VI. ASSESSMENT
Diagnosis kerja : Closed Fraktur 1/3 distal Femur dekstra dengan
Femoralis Nerve Palsy
VII. INITIAL PLAN TREATMENT
» Infus Ringer Laktat 20 tpm
» Injeksi Ketorolac 1 ampul/8 jam
» Fiksasi dan immobilisasi sementara dengan menggunakan spalk
» Elevasi 2 bantal
» Open Reduction Internal Fixation (ORIF) reconstruction (7 / 2 / 2021)
VIII. INITIAL PLAN MONITORING
» Keadaan umum
» Tanda-tanda vital
» Observasi luka jahit dan surgical drain post-operasi
IX. INITIAL PLAN EDUCATION
» Menggunakan spalk
» Membatasi pergerakan pada daerah fraktur
» Melakukan perawatan luka secara teratur
» Kontrol kembali ke dokter Spesialis Ortopedi
X. PROGNOSIS
» Ad vitam : Dubia ad bonam
» Ad fungsionam : Dubia ad bonam
» Ad sanationam : Dubia ad bonam
XI. FOLLOW UP PASIEN
Tanggal Subjektif Objektif Assesment Planning
Pem.
8 Februari Os merasa KU: TSS Post ORIF H Diet: biasa
2021 pusing, mual, Kesadaran : ke 1 IVFD: RL 20 tpm
terasa nyeri CM (mikro)
dibagian TD: 110/80 - Inj. Tofedex
bekas operasi, mmHg 2x1 ampul
belum BAB N: 89 x/m - Inj.
RR: 22 x/m Ranitidine 2x1 amp
S: 37.0 - Inj.
SaO2 98% Ondancentron 4 mg
Ekstremitas 1 amp
inferior - Inj.
dekstra : akral Ceftriaxon 2x1 g
hangat, CRT < - Cek DPL
2 detik, Edema
(+), nyeri(+),
mobilitas
terbatas
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh traumatik.
Fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang (Dongoes, 2000). Fraktur
adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh (Reeves, 2001). Fraktur
adalah terputusnya kontinuitas tulang. Kebanyakan fraktur adalah akibat dari
trauma, beberapa fraktur sekunder terhadap proses penyakit seperti osteoporosis
yang menyebabkan fraktur-fraktur yang patologis (Enggram 1998).
Neuropati radialis adalah gangguan pada saraf radial. Kondisi ini juga
sering disebut dengan istilah radial nerve palsy. Saraf radial bermula di lengan
atas dan turun hingga ke pergelangan serta jari-jari tangan. Saraf ini
mengendalikan pergerakan dan sensasi pada lengan dan maupun tangan. Cedera
pada saraf radial dapat menyebabkan neuropati radialis. Kondisi ini memicu mati
rasa, kesemutan, atau rasa nyeri terbakar pada tangan.
B. Fraktur Femur
Pengertian Fraktur Femur Menurut Mansjoer Etal, (2000) yang dikutip oleh
Abdul Wahid (2013: 8) Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. “Frakture Traumatic injury to a bone
that occurs when a force exerted upon the bone is stronger than it can withstand”
(Gayle McKenzie &Tanya Porter 2011: 370). “A fracture is a disruption or break
in the continuity of the structur of bone. Traumatic injuries account for the
majority of fractures, although some fractures are secondary to a disease process
(pathologic fracture from cancer or osteoporosis)” ( Sharon L. Lewis, et al. 2011:
228). Menurut Soedarman (2000) yang dikutip oleh Abdul Wahid (2013: 8)
Patah tulang tertutup adalah patah tulang dimana tidak ada hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar. 15 Menurut FKUI (1995) sebagai mana
dikutip oleh Sugeng Jitowiyono & Weni Kristiyanasari (2012: 15) fraktur femur
adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjad akibat trauma
langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian). Dan biasanya lebih
banyak dialami oleh laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan
pendarahan yang cukup banyak, mengakibatkan penderita jatuh dalam syok.
Fraktur femur tertutup atau patah tulang paha tertutup adalah hilangnya
kontinuitas tulang paha tanpa disertai kerusakan jaringan kulit yang dapat
disebabkan oleh trauma langsung atau kondisi tertentu, seperti degenerasi tulang
(osteoporosis) dan tumor atau keganasan tulang paha yang menyebabkan fraktur
patologis (Arif Muttaqin, 2011: 222) Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
fraktur femur tertutup adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang femur yang
disebabkan adanya trauma langsung dan degenerasi tulang (osteoporosis),
dimana tidak ada hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.
Klasifikasi
Menurut Abdul Wahid (2013: 9) penampilan fraktur dapat sangat bervariasi
tetapi untuk alasan yang praktis, dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:
1/3 distal
C. Etiologi
Menurut Appley & Solomon (1995) yang dapat menyebabkan fraktur
1. Traumatik
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan ,
Bila terkena kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena
F. Diagnosis
Diagnosis patah tulang juga di mulai dengan anamnesis, adanya trauma
tertentu, seperti jatuh, terputar, tertumbuk, dan berapa kuatnya trauma tersebut.
Dalam persepsi pasien trauma yang terjadi bisa dirasa berat meskipun ringan dan
sebaliknya bisa dirasakan ringan meskipun sebenarnya
berat. Selain riwayat trauma, biasanya didapati keluhan nyeri meskipun patah
tulang yang fragmen patahannya stabil, kadang tidak menimbulkan keluhan
nyeri. Banyak patah tulang mempunyai cedera yang khas.
Pemeriksaan untuk menentukan ada atau tidaknya patah tulang terdiri atas
empat langkah: tanyakan, lihat, raba, dan gerakkan.
Pada pemeriksaan fisik mula-mula dilakukan inspeksi dan terlihat pasien
kesakitan, mencoba melindungi anggota badannya yang patah, terdapat
pembengkakan, perubahan bentuk berupa bengkok, terputar, pemendekan, dan
juga terdapat gerakkan yang tidak normal. Selain pada anamnesis nyeri juga
didapatakan papa palpasi, nyeri berupa nyeri tekan yang sifatnya sirkuler dan
nyeri tekan sumbu pada waktu menekan atau atau menarik dengan hati-hati
anggota badan yang patah searah sumbunya. Keempat nyeri ini didapatkan pada
lokalisasi yang tepat sama. Gerakan antarfragmen harus dihindari pada
pemeriksaan karena dapat menimbulkan nyeri dan mengakibatkan cedera ringan.
Pemeriksaan gerak persendian secara aktif termasuk dalam pemeriksaan rutin
patah tulang.
Pemeriksaan klinis untuk mencari trauma di bagian lain tidak boleh
dilupakan, untuk mencari kelainan lain seperti pneumotorakas, cedera otak,
seperti komplikasi vaskuler dan neurologis dari patah tulang yang bersangkutan.
Hal ini penting karena komplikasi tersebut perlu penanganan yang segera.
Pada pemeriksaan radiologis dengan pembuatan foto rontgen dua arah
90o didapatkan gambaran garis patahan. Pada patah yang fragmennya mengalami
dislokasi, gambaran garis patah biasanya jelas.
Foto rontgen harus memenuhi beberapa syarat, yaitu letak patah tulang
harus di pertengahan foto dan sinar harus menembus tempat ini secara tegek
lurus karena foto rontgen merupakan foto gambar bayangan. Harus selalu dibuat
dua lembar foto dengan arah yang saling tegak lurus. Pada tulang, panjang
persendian proksimal maupun yang distal harus ikut di foto. Bila diperlukan,
dibuat foto yang sama dari bagian anggota gerak yang sehat sebagai
perbandingan.
Pemeriksaan khusus seperti CT scan kadang diperlukan, misalnya dalam
hal patah tulang vertebra dengan gejala neurologis.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada fraktur tetap dimulai dari penilaian jalan napas
(airway), proses pernapasan (breathing), dan sirkulasi (circulation), apakah
terjadi syok atau tidak. Bila sudah dinyatakan tidak ada masalah lagi, baru
dilakukan penatalaksanaan pada fraktur itu sendiri.
Untuk frakturnya sendiri, prinsipnya adalah mengembalikan posisi
patahan tulang ke posisi semula (reposisi) dan mempertahankan posisi itu selama
masa penyembuhan fraktur (imobilisasi). Reposisi yang dilakukan tidak harus
mencapai keadaan sepenuhnya seperti semula karena tulang mempunyai
kemampuan untuk menyesuaikan bentuknya kembali seperti bentuk semula
(remodeling/proses swapugar). Kelayakan reposisi suatu dislokasi fragmen
ditentukan oleh adanya dan besarnya dislokasi ad aksim, ad peripheriam, dan
kum kontraktione, yang berupa rotasi, atau perpendekan.
Secara umum, angulasi dalam bidang gerak sendi sampai kurang lebih
20-30 derajat akan dapat mengalami swapugar, sedangkan angulasi yang tidak
dalam bidang gerak sendi tidak akan mengalaminya. Akan tetapi, rotasi antara 2
fragmen tidak pernah terkoreksi sendiri oleh proses swapugar. Ada tidaknya
rotasi fragmen tidak dapat diketahui dari foto Rontgen, melainkan harus
diketahui dari pemeriksaan klinis. Cara yang termudah untuk memeriksa rotasi
ini adalah dengan membandingkan rotasi anggota yang patah dengan rotasi
anggota yang sehat. Pemendekan anggota yang patah disebabkan oleh tarikan
tonus otot sehingga fragmen patahan tulang berada sebelah menyebelah.
Pemendekan anggota atas pada orang dewasa dan pemendekan pada anggota
atas maupun bawah pada anak, umumnya tidak menimbulkan masalah.
Macam-macam cara untuk penanganan fraktur :
1. Proteksi tanpa reposisi dan imobilisasi
Digunakan pada penanganan fraktur dengan dislokasi fragmen patahan
yang minimal atau dengan dislokasi yang tidak akan menyebabkan kecacatan
di kemudian hari. Contoh cara ini adalah fraktur costa, fraktur clavicula pada
anak, dan fraktur vertebra dengan kompresi minimal.
5. Tahap konsolidasi
Dengan aktifitas osteoblas dan osteoklast, kalus menalami pembentukan tulang
sesuai bentuk aslinya.
I. Komplikasi
Komplikasi patah tulang dapat dibagi menjadi komplikasi segera,
komplikasi dini, dan komplikasi lambat atau kemudian. Komplikasi segera
terjadi pada saat terjadinya patah tulang atau segera setelahnya, komplikasi dini
terjadi dalam beberapa hari setelah kejadian, dan komplikasi kemudian
terjadi lama setelah patah tulang. Pada ketiganya dibagi lagi masing-masing
menjadi komplikasi local dan umum.