Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS

DOKTER INTERNSHIP

SEORANG PEREMPUAN USIA 38 TAHUN DENGAN APENDISITIS


AKUT

Disusun Oleh:

dr. Aulia Febriana Romadhona

Pendamping:

dr. Cecep Awaludin

RUMAH SAKIT ANNISA


KABUPATEN BEKASI
2020

0
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. AS
Umur : 38 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Cikarang
Agama : Islam
Suku : Sunda
Status Perkawinan : Kawin
Pekerjaan : Wirasawasta
Tanggal Masuk : 10 Oktober 2020
Tanggal Pemeriksaan : 10 Oktober 2020
No. RM : 551xxx

II. ANAMNESIS

a. Keluhan Utama

Nyeri perut kanan bawah

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Ny. AS, 38 tahun datang ke IGD RS. ANNISA dengan


keluhan nyeri perut kanan bawah sejak 2 hari SMRS. Nyeri
awalnya dirasakan di bagian ulu hati lalu terasa dibagian perut
sebelah kanan bawah yang semakin lama semakin memberat
nyerinya hingga membuat pasien kesakitan saat beraktivitas dan
berjalan. Pasien juga mengeluh muntah 2x, isi makanan. Pasien
juga merasakan mual dan nafsu makan menurun. Pasien juga
merasakan badan sedikit demam. BAB (+) warna kuning, BAK
(+) warna kuning terakhir 4 jam SMRS.
Pasien belum pernah merasakan keluhan yang sama sebelumnya.
Pasien jarang memakan sayuran dan buah-buahan dalam menu
makanan sehari-harinya.

1
c. Riwayat Penyakit Dahulu

• Riwayat sakit serupa disangkal


• Riwayat hipertensi : disangkal
• Riwayat sakit gula : disangkal
• Riwayat sakit jantung: disangkal
• Riawayat asma: disangkal
• Riwayat operasi: (+) Operasi tumor jinak payudara kanan
tahun 2016.

d. Riwayat keluarga

• Keluarga tidak ada yang mengeluhkan hal serupa seperti

yang di keluhkan pasien

• Riwayat hipertensi di sangkal

• Riwayat diabetes mellitus di sangkal

e. Riwayat Pengobatan

Pasien sudah berobat di In House Klinik Perusahaan dan di


diagnosa Colic Abdomen e.c Susp App Akut dan sudah mendapat
pengobatan Paracetamol 3x1 tablet dan Cefixime 2x1 tablet. Pasien
sudah di rapid tes tanggal 10 oktober 2020 jam 07.15 dengan hasil
“NON-REAKTIF”.

f. Riwayat pekerjaan

Pasien bekerja sebagai buruh pabrik. Pendidikan terakhir pasien


adalah SMA. Pasien berobat dengan Asuransi. Kesan ekonomi
menengah ke atas.

g. Kondisi lingkungan social dan fisik:

Pasien sudah menikah, tinggal bersama suami dan satu orang


anaknya.

2
III. PEMERIKSAAN FISIK
a. Kesan Umum
• Keadaan umum : Kesakitan.
• Kesadaran : Composmentis, GCS 15 ( E4 V5 M6 ).
• Status gizi : status gizi normal, BB:60 kg , TB:168cm
b. Tanda-tanda Vital
• Tekanan darah : 120/80 mmHg
• Nadi : 98x/mnt,regular, isi dan tegangan kuat
• RR : 22x/mnt
• Suhu : 37.6 derajat celcius
• SaO2 : 99%
c. Keadaan Tubuh
• Kepala : Normosefal
• Kulit : turgor cukup, Sianosis (-), keringat dingin (-)
• Mata : Konjungtiva anemis (-/-), pupil isokor, reflek pupil

(+/+), sclera ikterik (-/-), diplopia (-), kabur (-), oedem

palpebra (-/-), mata cowong (-/-)

• Hidung : sekret (-/-)


• Telinga : discharge (-/-), gangguan pendengaran (-)
• Mulut : bibir kering (-), mukosa kering (-), sianosis (-)
• Leher : simetris, tidak ada pembesaran kelenjar

limfe,kaku kuduk (-)

• Tenggorokan : T1-T1, faring hiperemis (-)


• Thoraks : bentuk dada normal, simetris, sela iga melebar
(-), retraksi intercostal (-), retraksi suprasternal (-), retraksi
epigastrium (-)
Cor I :Ictus cordis tak tampak
Pa :Ictus cordis teraba di SIC V 2 cm
medial linea medioclavicularis
sinistra, kuat angkat (-), melebar
(-), sternal lift (-), pulsasi
parasternal (-), pulsasi epigastrial
(-),

Pe :Batas atas : SIC II linea


parasternalis sinistra

3
Batas kiri : SIC V 2 cm medial linea
medioclavicularis sinistra Batas
kanan : Linea parasternalis dextra
Pinggang jantung dalam batas normal
Au : heart rate: 98x/menit, reguler,
bunyi jantung I-II murni, bising(-),
gallop(-)

Pulmo I :simetris saat statis dinamis


Pa :sterm fremitus paru kanan dan
kiri normal

Pe :sonor di hemitoraks dekstra dan


sinistra

Au :suara dasar vesikuler +/+, suara


tambahan
Ronki basah halus(-/-), wheezing(-/-)
• Abdomen : I : datar, venektasi (-)

Au : bising usus (+) menurun


Pe : timpani, pekak sisi (+) N , pekak
alih (-), area traube timpani, nyeri
ketok kostovertebra (-)
Pa : supel, nyeri tekan epigastric
(+) nyeri tekan (+) kanan
bawah, defans muskular (-),
rovsing sign (+), mc burney
sign (+), psoas sign (+),
obturator sign
(+), hepar dan lien tak teraba
 Ekstremitas :
superior inferior
Oedema -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Capillary refill < 2"/< 2" < 2"/< 2"

4
Kekuatan 5/5 5/5
Tonus normotonus normotonus
Refleks fisiologis +N/+N +N/+N
Refleks patologis -/- -/-
Sensibilitas +N/+N +N/+N
• Genital : Tidak dilakukan pemeriksaan
• Anus : Tidak dilakukan pemeriksaan

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Hematologi tanggal 10/10/ 2020

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan Keterangan

Hemoglobin 12.5 g/dL 11.7-15.8


Jumlah Leukosit 21.73 10^3/uL 3.00-11.00 Meningkat
Jumlah Trombosit 322 10^3/uL 150-445
Hematokrit 40 % 35-47
Hitung Jenis
Basofil 0 % 0-1
Eosinofil 2 % 2-4
Neutrofil Batang 4 % 2-5
Neutrofil Segmen 60 % 50-70
Limfosit 30 % 25-40
Absolute Limfosit 1502 /uL
Count
NLR 14.53
Monosit 2 % 2-8
Clotting time 3 Menit 3-6
HbSAg Negatif Negatif
GDS 120 mg/dL 76-126
Cek Urine Lengkap 10 / 10 / 2020

5
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan Keterangan
Urin Lengkap
Makroskopis
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Jernih Jernih
Kimia Urin
pH 6.5 4.6-6.6
Berat Jenis 1.015 1.010-1.030
Albumin Negatif mg/dL Negatif
Glukosa Negatif mg/dL Negatif
Keton Negatif mg/dL Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Bilirubin Negatif mg/dL Negatif
Urobilinogen Negatif mg/dL Negatif
Darah Samar Negatif /uL Negatif
Leukosit Esterase Negatif /uL Negatif
Sedimen
Leukosit 1-3 /LPB <5
Eritrosit 0-1 /LPB 0-1
Sel Epitel Epitel (+1) /LPB Positif 1
Silinder Negatif
Kristal Negatif
Bakteria Negatif Negatif
Lain-lain Negatif

USG Abdomen 10 / 10 / 2020

6
Kesan :
 Suspect apendisitis kronis eksaserbasi akut
 Suspect cairan intraperitoneal ringan ? kanan bawah
 Tak tampak cholelithiasis, pankreatitis
 Antrum gaster tak menebal
 Kedua ginjal dalam batas normal
 Kista ovarii multiple DD / Corpus luteum
 Organ intraabdomen lain dalam batas normal

Foto BNO 3 Posisi 10 / 10 / 2020

7
V. RESUME
Seorang perempuan 38 tahun datang ke IGD RS. ANNISA dengan
keluhan nyeri perut kanan bawah sejak 2 hari SMRS. Nyeri awalnya
dirasakan di bagian ulu hati lalu terasa dibagian perut sebelah kanan
bawah yang semakin lama semakin memberat nyerinya hingga
membuat pasien kesakitan saat beraktivitas dan berjalan. Pasien
muntah 2x, isi makanan. Pasien juga merasakan mual dan nafsu makan
menurun. Pasien juga merasakan badan sedikit demam. BAB (+) warna
kuning, BAK (+) warna kuning terakhir 4 jam SMRS.

PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan umum : Tampak sakit sedang, tidak sesak, tidak gelisah,lesu
 Kesadaran : Compos mentis
 Tekanan darah : 120/80 mmHg
 Nadi : 98x/mnt,regular, isi dan tegangan kuat
 RR : 22x/mnt
 Suhu : 37.6 derajat celcius
 SaO2 : 99%

Abdomen
• Inspeksi : Perut tampak datar
• Auskultasi : Bising usus (+) menurun
• Palpasi : Nyeri tekan epigastric (+) nyeri tekan (+) kanan
bawah, rovsing sign (+), mc burney sign (+), psoas sign (+), obturator
sign (+)

8
• Perkusi : Timpani, nyeri ketok (-), pekak alih (-)

VI. DIAGNOSIS KERJA


Apendisitis akut

VII. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan yang diberikan di IGD
- IVFD RL 20 tpm
- Injeksi Ranitidine 2x50 mg (iv)
- Injeksi Buscopan 2x1 ampul ( iv )
- Injeksi ceftriakson 1 x 2gr/ (iv)
- Parasetamol tab 3 x 500 mg (PO)
- Pro appendictomi Plan:
- Konsul Obgyn : dijawab bukan kista ovarium

Edukasi
 Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit pasien yaitu appendicits akut
 Menjelaskan kepada pasien untuk dirawat di bangsal
 Mengedukasi kepada pasien kemungkinan dilakukan operasi

VIII. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam: dubia ad bonam

IX. FOLLOW UP

11 / 10 / 2020
Subjektif pasien mengeluh sakit di perut nya, merasa mual, belum BAB.

Obyektif - KU: tampak lemah, compos mentis - SaO2 : 100%


- T : 120/70 - Mata: CP (-/-), mata
- Rr : 20 x/menit cowong (-/-) -
- N : 88 x/menit Leher: KGB tidak
- Suhu : 37,6°C membesar.

9
- Cor: IC tdk tampak, IC tdk kuat - T : 110/80
angkat, Batas jantung kesan tidak - Rr : 20x/menit
melebar, BJ I-II murni, intensitas - N : 94x/menit
normal, reguler, bising (-) - Suhu : 37,8 °C
- Pulmo: retraksi intercostal (-/-), - SaO2 : 100%
retraksi - Mata: CP (-/-), mata cowong -/-) - Leher:
suprasternal KGB tidak membesar.
(-/-), Pengembangan dada - Cor: IC tdk tampak, IC tdk kuat angkat,
kanan=kiri, fremitus raba
Batas jantung kesan tidak melebar, BJ I-II
kanan=kiri, sonor/sonor, SDV(+/+),
murni, intensitas normal, reguler, bising
ST(-/-)
(-)
- Abdomen: DP//DD, bising usus (+)
- Pulmo: retraksi intercostal (-/-), retraksi
menurun, tympani, supel, nyeri
suprasternal (-/-), Pengembangan dada
tekan (+) kanan bawah, hepar lien
kanan=kiri, fremitus raba kanan=kiri,
tidak teraba, area Troube timpani -
sonor/sonor, SDV(+/+), ST(-/-)
Akral dingin:
- Abdomen: DP//DD, bising usus (+)
- - menurun, tympani, supel, nyeri tekan (+)
kanan bawah, hepar lien tidak teraba,
area Troube timpani - Akral dingin: (-)

Pemeriksaa
- EKG: normal sinus rhytm HR 84 kali/menit
Penunjang

Assesment - Apendisitis akut

Planning
- RL/8 jam
- balance cairan
- Pro appendiktomi
Terapi
- IVFD tutofuschin 20 tpm
- Inj Cefotaxim 2 x 1 gr

- Inj glibotic 2 x 1 amp, parasetamol tab 3 x 500 mg , Inj


ketorolac 3 x 1 amp, redacid tab 2 x1

Assesment
- Post appendiktomi ec Apendisitis akut

Terapi
- IVFD tutofuschin 20 tpm
- Inj Cefotaxim 2 x 1 gr
12 / 10 / 2020
Subjektif : muntah 2 kali, belum bisa BAB, perut kembung - Inj glibotic 2 x 1 amp
Objektif :
- KU: composmentis - Parasetamol tab 3 x 500 mg

10
- Inj Tofedex 2 x 1 amp - Inj. Ranitidin 2x1 amp
- Lactulax syr 1x1 - Inj Ondancentron 2 x 1 amp

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendahuluan
Apendiks yang juga disebut sebagai umbai cacing, istilah usus buntu yang
dikenal di masyarakat awam adalah kurang tepat karena usus buntu sebenarnya
adalah sekum dan bukan apendiks. Organ yang tidak diketahui fungsinya ini sering
menimbulkan masalah kesehatan. Peradangan akut apendiks memerlukan tindakan
bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya.
Apendisitis dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada anak kurang
dari satu tahun jarang dilaporkan. Insidensi tertinggi pada kelompok umur 20-30

11
tahun, setelah itu menurun. Insidens pada laki-laki dan perempuan umumnya
sebanding, kecuali pada umur 20-30 tahun, insidens pada lelaki lebih tinggi.

B. Anatomi

Gambar 1: Anatomi apendiks


Apendiks merupakan suatu organ yang berbentuk tabung dan panjangnya
kira-kira 10 cm( kisaran 3-15 cm), dan berpangkal di seku. Lumennya nsempit di
bagian proximal dan melebar di bagian distal. Pada bayi appendiks berbentuk
kerucut, lebar pada pangkalnya dan menyempit dihujungnya. Pangkalnya terletak
pada posteromedial caecum. Apendiks terletak dikuadran kanan bawah abdomen.
Tepatnya di ileosecum dan merupakan pertemuan ketiga taenia coli (taenia libera,
taenia colica, dan taenia omentum). Dari topografianatomi, letak pangkal appendiks
berada pada titik Mc Burney, yaitu titik pada garis antara umbilicus dan SIAS kanan
yang berjarak 1/3 dari SIAS kanan.
Apendiks vermiformis disangga oleh mesoapendiks (mesenteriolum)
yang bergabung dengan mesenterium usus halus pada daerah ileum terminale.
Mesenteriolum berisi a. Apendikularis (cabang a.ileocolica). Orificiumnya terletak
2,5cm dari katup ileocecal. Mesoapendiknya merupakan jaringan lemak yang

12
mempunyai pembuluh appendiceal dan terkadang juga memiliki limfonodi kecil.
Pada 65 % kasus, apendiks terletak intraperitoneal. Kedudukan itu
memungkinkan apendiks bergerak dan ruang geraknya bergantung pada panjang
mesoapendiks penggantungnya.
Jenis posisi:

Gambar 2: Jenis posisi dan letak apendiks

1. 12 o clock: Retrocolic or retrocecal (dibelakang cecum atau colon)

2. 2 o clock: Splenic (ke atas kiri – Preileal and Postileal)

3. 3 o clock: Promonteric (secara horizontal menuju ke kiri ke arah sacral


promontory)

4. 4 o clock: Pelvic (turun ke dalam pelvis)

5. 6 o clock: Subcecal (di bawah caecum dan menuju ke inguinal canal)

6. 11 o clcok: Paracolic (menuju keatas kanan)


Appendiks dipersarafi oleh parasimpatis dan simpatis. Persarafan
parasimpatis berasaldari cabang nervus vagus yang mengikuti arteri mesenterika
superior dan arteriappendikularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari nervus
thorakalis X. Olehkarena itu, nyeri viseral pada appendisitis bermula di sekitar
umbilikus.

13
Pendarahan appendiks berasal dari arteri Appendikularis , cabang dari
a.Ileocecalis,cabang dari a. Mesenterica superior. A. Appendikularis merupakan
arteri tanpa kolateral. Jika arteri ini tersumbat, misalnya karena trombosis pada
infeksi, appendiksakan mengalami gangren.Secara histologis, appendiks
mempunyai basis stuktur yang sama seperti usus besar.Glandula mukosanya
terpisahkan dari vascular submucosa oleh mucosa maskularis.Bagian luar dari
submukosa adalah dinding otot yang utama. Appendiks terbungkus oleh tunika
serosa yang terdiri atas vaskularisasi pembuluh darah besar dan bergabungmenjadi
satu di mesoappendiks. Jika apendik terletak retroperitoneal, maka appendik tidak
terbungkus oleh tunika serosa.
Histologis:
Tunika mucosa : memiliki kriptus tapi tidak memiliki villus.
Tunika submucosa : banyak folikel lymphoid.
Tunika muscularis : stratum sirculare sebelah dalam dan stratum longitudinale
(gabungan tiga tinea coli) sebelah luar.
Tunika serosa : bila letaknya intraperitoneal asalnya dari
peritoneumviscerale.

C. Definisi

Gambar 3 : Apendisitis

14
Apendisitis merupakan peradangan pada appendix vermiformis.
Peradangan akut apendiks memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah
komplikasi yang umumnya berbahaya.
D. Etiologi
Apendisitis akut merupakan infeksi bakteri. Berbagai hal berperan
mencetuskanterjadi nya apendisitis akut. Antaranya adalah sumbatan lumen
apendiks yang diajukan sebagai pencetus. Di samping hyperplasia jaringan limfe,
fekalit, tumor apendiksdan cacing askariasis dapat menyebabkan sumbatan.
Penyebab lain diduga dapat menimbul appendicitis akut adalah erosi mukosa
apendiks akibat parasit seperti E.histolitica.
Pada penelitian apidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan
makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis.
Konstipasi akan menaikan tekanan intrasekal yang mengakibatkan sumbatan
fungsional apendiks dan meningkatkan pertumbuhan kuman flora normalkolon
biasa, keadaan ini mempermudahkan timbulnya apendisitis akut.

E. Patofisiologi
Appendiks menghasilkan lendir 1-2 ml perhari. Lendir itu normalnya
dicurahkan kedalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran
lendir di muara apendiks tampaknya berperan pada patogenesis appendisitis.
Apendisitis akut terjadi karena berlaku obstruksi atau sumbatan lumen
apendiks oleh hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena
fibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Obstruksi lumen yang
tertutup disebab kan oleh hambatan pada bagian proksimalnya dan berlanjut pada
peningkatan sekresi normal dari mukosa apendiks yang dapat menyebabkan
terjadinya distensi pada kantung apendiks .Obstruksi tersebut menyebabkan
mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama mukus
tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan
sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Kapasitas lumen apendiks
normal hanya sekitar 0,1 ml. Jika sekresi sekitar 0,5 dapat meningkatkan tekanan
intalumen sekitar 60 cm.

15
Tekanan yang meningkat tersebut akan menyebabkan apendiks mengalami
hipoksia dan menghambat aliran limfe, terjadi ulserasi mukosa dan invasi
bakteri. Infeksi menyebabkan pembengkakan apendiks bertambah (edema) dan
semakin iskemik karena terjadi trombosis pembuluh darah intramural (dinding
apendiks). Kemudian terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri
epigastrium. Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat akan
menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus
dinding. Peradangan timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga
menimbulkan nyeri didaerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis
supuratif akut Bila kemudian arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks
yang diikuti dengan gangrene. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa.
Gangren dan perforasi khas dapat terjadi dalam 24-36 jam, tapi waktu tersebut dapat
berbeda-beda setiap pasien karena ditentukan banyak faktor Bila dinding yang telah
rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi Bila semua proses diatas berjalan
lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak kearah apendiks hingga
timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrate apendikularis. Peradangan apendiks
tersebut dapat menjadi abses atau menghilang. Infiltrat apendikularis
Merupakan tahap patologi apendisitis yang dimulai dimukosa dan melibatkan
seluruh lapisan dinding apendiks dalam waktu 24-48 jam pertama, ini merupakan
usaha pertahanan tubuh dengan membatasi proses radang dengan menutup apendiks
dengan omentum, usus halus, atau adneksa sehingga terbentuk
massaperiapendikular. Didalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses
yang dapatmengalami perforasi. Jika tidak terbentuk abses, apendisitis akan sembuh
dan massaperiapendikular akan menjadi tenang untuk selanjutnya akan mengurai
diri secaralambat.Pada anak-anak, karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih
panjang, dindingapendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan
tubuh yang masihkurang memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang
tua perforasi mudahterjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah.Kecepatan
rentetan peristiwa tersebut tergantung pada virulensi mikroorganisme, dayatahan
tubuh, fibrosis pada dinding apendiks, omentum, usus yang lain,
peritoneumparietale dan juga organ lain seperti vesika urinaria, uterus tuba,

16
mencoba membatasidan melokalisir proses peradangan ini. Bila proses melokalisir
ini belum selesai dansudah terjadi perforasi maka akan timbul peritonitis. Walaupun
proses melokalisir sudah selesai tetapi masih belum cukup kuat menahan tahanan
atau tegangan dalamcavum abdominalis, oleh karena itu pendeita harus benar-benar
istirahat (bedrest).Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh
sempurna, tetapi akan membentuk jaringan parut yang menyebabkan
perlengketan dengan jaringansekitarnya. Perlengketan ini dapat menimbulkan
keluhan berulang diperut kananbawah. Pada suatu ketika organ ini dapat meradang
akut lagi dan dinyatakanmengalami eksaserbasi akut.

F. Gambaran klinis
Gambaran klinis yang sering dikeluhkan oleh penderita, antara lain
1. Nyeri abdominal
Nyeri ini merupakan gejala klasik appendisitis. Mula-mula nyeri
dirasakan samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri viseral didaerah
epigastrium atau sekitar umbilikus. Setelah beberapa jam nyeri berpindah
dan menetap di abdomen kanan bawah (titik Mc Burney).Nyeri akan
bersifat tajam dan lebih jelas letaknya sehingga berupanyeri somatik
setempat. Bila terjadi perangsangan peritonium biasanya penderita akan
mengeluh nyeri di perut pada saat berjalan atau batuk.
2. Mual-muntah biasanya pada fase awal.
3. Nafsu makan menurun
4. Obstipasi dan diare pada anak-anak.
5. Demam, terjadi bila sudah ada komplikasi, bila belum ada komplikasi
biasanya tubuh belum panas. Suhu biasanya berkisar 37,5º-38,5º C. Gejala
appendisitis akut pada anak-anak tidak spesifik. Gejala awalnya sering
hanya rewel dan tidak mau makan. Anak sering tidak bisa menunjukkan
rasa nyerinya. Karena gejala yang tidak spesifik ini sering diagnosis
apendisitis diketahui setelah terjadi perforasi. Pada orang berusia lanjut
gejalanya juga sering samar-samar saja, tidak jarangterlambat diagnosis.
Akibatnya lebih dari separuh penderita baru dapat didiagnosis setelah
perforasi.

17
6. Pada kehamilan, keluhan utama apendisitis adalah nyeri perut, mual,
danmuntah. Yang perlu diperhatikan ialah, pada kehamilan trimester
pertama sering jugaterjadi mual dan muntah. Pada kehamilan lanjut sekum
dengan apendiks terdorong kekraniolateral sehingga keluhan tidak
dirasakan di perut kanan bawah tetapi lebih keregio lumbal kanan.

Gejala klinis berdasarkan letak anatomis apendiks


Timbulnya gejala ini bergantung pada letak apendiks ketika meradang. Berikut
gejala yang timbul tersebut:
1. Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal, yaitu di belakang sekum
(terlindung oleh sekum), tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan
tidak ada tanda rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih kearah perut kanan atau
nyeri timbul pada saat melakukan gerakan seperti berjalan, bernapas dalam,
batuk, dan mengedan. Nyeri ini timbul karena adanya kontraksi m.psoas mayor
yang menegang dari dorsal.
2. Bila apendiks terletak di rongga pelvis
Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada rektum, akan timbul gejala
dan rangsangan sigmoid atau rektum, sehingga peristalsis meningkat,
pengosongan rektum akan menjadi lebih cepat dan berulang-ulang (diare).
Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada kandung kemih, dapat
terjadi peningkatan frekuensi kemih, karena rangsangannya dindingnya.

G. Pemeriksaan Fisik
1. Demam ringan :37,5 – 38 oC, bila berlaku perforasi akan menjadi demam
lebih tinggi
2. Pada inspeksi perut tidak ada gambaran spesifik, kembung selalu terliat
pada perforasi apendisitis, penonjolan perut kanan bawah bias dilihat pada
massa atau abses periapendikular
3. Palpasi dan tanda – tanda appendicitis yang dapat dilakukan adalah : -
Nyeri tekan Mc Burney - nyeri tekan di titik Mc Burney.
- Rovsing sign - nyeri tekan pada kiri perut bawah
- Blumberg sign – nyeri tekan lepas
- Psoas sign – nyeri pada saat paha pasien diekstensikan

18
- Obturator sign - . Nyeri pada rotasi kedalam secara pasif saat
paha pasien difleksikan
4. Pada auskultasi sering normal peristaltiknya kecuali sudah berlaku perforasi
dan berlaku peritonitis dan menyebabkan berlakunya ileus
paralitik.

H. Uji Laboratorium
1. Hitung darah lengkap (complete bloodcount,CBC)–leukositosis, neutrofilia,
tanpa eosinofil
2. Radiologi : terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi dan CT-scan. Pada
pemeriksaan ultrasonografi ditemukan bagian memanjang pada tempat yang
terjadi inflamasi pada apendiks. Sedangkan pada pemeriksaan CTscan
ditemukan bagian yang menyilang dengan apendiks al serta perluasan dari
apendiks yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran sekum.

3. Urinalisis : untuk menyingkirkan infeksi saluran kemih dan di saluran


kemih, ginjal dan ureter.

I. Skor Alvarado

Skor Alvarado adalah suatu sistem pen-skor-an yang digunakan untuk


menetapkan ada atau tidaknya diagnosis appendisitis akut (penyakit usus buntu).
Skor Alvarado merupakan delapan komponen skor yang terdiri dari enam
komponen klinik dan dua komponen laboratorium dengan total skor maksimal 10.
Dibawah adalah tabel skor Alvarado:
Skor 7-10 = Apendisitis akut
Skor 5-6 = Curiga apendisitis akut
Skor 1-4 = Bukan apendisitis akut

19
Leukositosis (leukosit > 10.000/ml) 2
Shift to the left (neutrofil > 75% ) 1

TOTAL 10

Interpretasi:
J. Diagnosa Banding
1. Kehamilan ektopik terganggu
- Gejala klinis mirip dengan apendisitis akut. Hampir selalu ada
riwayat terlambat haid dengan keluhanyang tidak menentu. Jika
ada ruptur tuba atau abortus kehamilan di luar rahim dengan
pendarahan, akan timbul nyeri yang mendadak dius di daerah
pelvis dan mungkin terjadi syok hipovolemik. Pada pemeriksaan
vagina, di dapatkan neri penonjolan dan penonjolan rongga
Douglas dan pada kuldosentesis di dapatkan darah

2. Gastroenteritis

Tabel 1: Skor Alvarado


Tabel Skor Alvarado Skor
Gejala Klinis
Nyeri abdominal pindah ke fossa iliaka kanan 1
Nafsu makan menurun 1
Mual dan atau muntah 1
Tanda Klinis
Nyeri lepas 1
Nyeri tekan fossa iliaka kanan 2
Demam (suhu > 37,2⁰ C) 1
Pemeriksaan Laboratoris

- Pada gastroenteritis, mual, muntah, dan diare mendahalui rasa


nyeri. Nyeri perut bersifat lebih ringan dan tidak berbatas tegas.
Sering dijumpai adanya hiperperistalsis. Panas dan leukositosis
kurang menonjol dibandingkan dengan apendisitis akut

20
3. Infeksi panggul
- Salpingitis akut kanan sering di kacaukan dengan apendisitis
akut. Suhu biasanya lebih tinggi dan nyeri perut bagian bawah
lebih difus. Infeksi panggul pada wanita biasanya disertai
keputihan dan infeksi urin. Pada colok vagina, akan timbul nyeri
hebat di panggul jika uterus diayunkan. Pada gadis dapat
dilakukan colok dubur jika perlu untuk diagnose banding.
4. Ureterolithiasis kanan
- Ada riwayat kolik dari pinggang kanan ke perut yang menjalar
dari inguinal kanan merupakan gambaran khas. Eritrosituria
sering ditemukan. Foto polos perut atau BNO IVP dapat
memastikan penyakit ini.
K. Penatalaksanaan
Bila sudah terdiagnosis dengan tepat, tindakan paling tepat adalah
apendektomi. Pada apendisitis tanpa komplikasi biasanya tidak diperlukan
antibiotik kecuali pada apendisitis gangrenosa dan perforate.penundaan tindakan
bedah sambil memberikan antibiotic dapat mengakibatkan abses atau perforasi.
L. Tindakan Operasi
Apendiktomi, merupakan tindakan pemotongan apendiks. Dapat dilakukan
secara terbuka atau laparoskopi

Gambar 4: Apendektomi secara terbuka

21
Pada apendektomi terbuka, insisi McBurney paling banyak dipilih. operasi ini
dilakukan di bawah pengaruh anestesi umum. Jika apendiks mengalami perforasi
maka abses disedot dan diguyur dengan NaCl dan disedot hingga bersih.

Gambar 5: Apendektomi menggunakan teknik lapaskopi

Laparoskopi merupakan tindakan mengguankan kamera fiberoptik yang


dimasukkan kedalam abdomen, apendiks dapat divisualisasi secara langsung.
Teknik ini dilakukan dibawah pengaruh anestesi umum. Bila saat melakukan
tindakan ini di dapatkan peradangan pada apendiks maka dapat langsung dilakukan
pengangkatan apendiks

M. Prognosis
Baik, jika diagnosis yang akurat dan awal serta pembedahan akan
menurunkan tingkat mortalitas dan morbiditas.

DAFTAR PUSTAKA

1. Riwanto. Apendiks. Dalam : De Jong W., Sjamsuhidajat R. Buku Ajar Ilmu


Bedah, Edisi 3, di terbitkan EGC, Jakarta, 2007 ; hal 755-62

22
2. Townsend C M, Beauchamp R D,Evers B M, Mattox K L. Sabiston
Textbook Of Surgery, 18th Edition, Elsevier, India, 2008; pg 1333-47

3. Anand N, Kent T S, First Aid For the Surgery. McGraw-Hill, 2003; pg 25157

4. Medchrome : Medical And Health Articles, Anatomy Of Appendix


AndAppendicitis, December 9, 2015:
http://medchrome.com/basicscience/anatomy/anatomy-appendix-appendicitis/
5. Emergency Diagnostic Radiology, Alvarado Score for Acute Appendicitis,
2009 : http://emergencyradiology.wordpress.com/2009/02/05/alvarado-
scorefor-acute-appendicitis/

23

Anda mungkin juga menyukai