DOKTER INTERNSHIP
Disusun Oleh:
Pendamping:
0
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. AS
Umur : 38 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Cikarang
Agama : Islam
Suku : Sunda
Status Perkawinan : Kawin
Pekerjaan : Wirasawasta
Tanggal Masuk : 10 Oktober 2020
Tanggal Pemeriksaan : 10 Oktober 2020
No. RM : 551xxx
II. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama
1
c. Riwayat Penyakit Dahulu
d. Riwayat keluarga
e. Riwayat Pengobatan
f. Riwayat pekerjaan
2
III. PEMERIKSAAN FISIK
a. Kesan Umum
• Keadaan umum : Kesakitan.
• Kesadaran : Composmentis, GCS 15 ( E4 V5 M6 ).
• Status gizi : status gizi normal, BB:60 kg , TB:168cm
b. Tanda-tanda Vital
• Tekanan darah : 120/80 mmHg
• Nadi : 98x/mnt,regular, isi dan tegangan kuat
• RR : 22x/mnt
• Suhu : 37.6 derajat celcius
• SaO2 : 99%
c. Keadaan Tubuh
• Kepala : Normosefal
• Kulit : turgor cukup, Sianosis (-), keringat dingin (-)
• Mata : Konjungtiva anemis (-/-), pupil isokor, reflek pupil
3
Batas kiri : SIC V 2 cm medial linea
medioclavicularis sinistra Batas
kanan : Linea parasternalis dextra
Pinggang jantung dalam batas normal
Au : heart rate: 98x/menit, reguler,
bunyi jantung I-II murni, bising(-),
gallop(-)
4
Kekuatan 5/5 5/5
Tonus normotonus normotonus
Refleks fisiologis +N/+N +N/+N
Refleks patologis -/- -/-
Sensibilitas +N/+N +N/+N
• Genital : Tidak dilakukan pemeriksaan
• Anus : Tidak dilakukan pemeriksaan
5
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan Keterangan
Urin Lengkap
Makroskopis
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Jernih Jernih
Kimia Urin
pH 6.5 4.6-6.6
Berat Jenis 1.015 1.010-1.030
Albumin Negatif mg/dL Negatif
Glukosa Negatif mg/dL Negatif
Keton Negatif mg/dL Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Bilirubin Negatif mg/dL Negatif
Urobilinogen Negatif mg/dL Negatif
Darah Samar Negatif /uL Negatif
Leukosit Esterase Negatif /uL Negatif
Sedimen
Leukosit 1-3 /LPB <5
Eritrosit 0-1 /LPB 0-1
Sel Epitel Epitel (+1) /LPB Positif 1
Silinder Negatif
Kristal Negatif
Bakteria Negatif Negatif
Lain-lain Negatif
6
Kesan :
Suspect apendisitis kronis eksaserbasi akut
Suspect cairan intraperitoneal ringan ? kanan bawah
Tak tampak cholelithiasis, pankreatitis
Antrum gaster tak menebal
Kedua ginjal dalam batas normal
Kista ovarii multiple DD / Corpus luteum
Organ intraabdomen lain dalam batas normal
7
V. RESUME
Seorang perempuan 38 tahun datang ke IGD RS. ANNISA dengan
keluhan nyeri perut kanan bawah sejak 2 hari SMRS. Nyeri awalnya
dirasakan di bagian ulu hati lalu terasa dibagian perut sebelah kanan
bawah yang semakin lama semakin memberat nyerinya hingga
membuat pasien kesakitan saat beraktivitas dan berjalan. Pasien
muntah 2x, isi makanan. Pasien juga merasakan mual dan nafsu makan
menurun. Pasien juga merasakan badan sedikit demam. BAB (+) warna
kuning, BAK (+) warna kuning terakhir 4 jam SMRS.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit sedang, tidak sesak, tidak gelisah,lesu
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 98x/mnt,regular, isi dan tegangan kuat
RR : 22x/mnt
Suhu : 37.6 derajat celcius
SaO2 : 99%
Abdomen
• Inspeksi : Perut tampak datar
• Auskultasi : Bising usus (+) menurun
• Palpasi : Nyeri tekan epigastric (+) nyeri tekan (+) kanan
bawah, rovsing sign (+), mc burney sign (+), psoas sign (+), obturator
sign (+)
8
• Perkusi : Timpani, nyeri ketok (-), pekak alih (-)
VII. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan yang diberikan di IGD
- IVFD RL 20 tpm
- Injeksi Ranitidine 2x50 mg (iv)
- Injeksi Buscopan 2x1 ampul ( iv )
- Injeksi ceftriakson 1 x 2gr/ (iv)
- Parasetamol tab 3 x 500 mg (PO)
- Pro appendictomi Plan:
- Konsul Obgyn : dijawab bukan kista ovarium
Edukasi
Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit pasien yaitu appendicits akut
Menjelaskan kepada pasien untuk dirawat di bangsal
Mengedukasi kepada pasien kemungkinan dilakukan operasi
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam: dubia ad bonam
IX. FOLLOW UP
11 / 10 / 2020
Subjektif pasien mengeluh sakit di perut nya, merasa mual, belum BAB.
9
- Cor: IC tdk tampak, IC tdk kuat - T : 110/80
angkat, Batas jantung kesan tidak - Rr : 20x/menit
melebar, BJ I-II murni, intensitas - N : 94x/menit
normal, reguler, bising (-) - Suhu : 37,8 °C
- Pulmo: retraksi intercostal (-/-), - SaO2 : 100%
retraksi - Mata: CP (-/-), mata cowong -/-) - Leher:
suprasternal KGB tidak membesar.
(-/-), Pengembangan dada - Cor: IC tdk tampak, IC tdk kuat angkat,
kanan=kiri, fremitus raba
Batas jantung kesan tidak melebar, BJ I-II
kanan=kiri, sonor/sonor, SDV(+/+),
murni, intensitas normal, reguler, bising
ST(-/-)
(-)
- Abdomen: DP//DD, bising usus (+)
- Pulmo: retraksi intercostal (-/-), retraksi
menurun, tympani, supel, nyeri
suprasternal (-/-), Pengembangan dada
tekan (+) kanan bawah, hepar lien
kanan=kiri, fremitus raba kanan=kiri,
tidak teraba, area Troube timpani -
sonor/sonor, SDV(+/+), ST(-/-)
Akral dingin:
- Abdomen: DP//DD, bising usus (+)
- - menurun, tympani, supel, nyeri tekan (+)
kanan bawah, hepar lien tidak teraba,
area Troube timpani - Akral dingin: (-)
Pemeriksaa
- EKG: normal sinus rhytm HR 84 kali/menit
Penunjang
Planning
- RL/8 jam
- balance cairan
- Pro appendiktomi
Terapi
- IVFD tutofuschin 20 tpm
- Inj Cefotaxim 2 x 1 gr
Assesment
- Post appendiktomi ec Apendisitis akut
Terapi
- IVFD tutofuschin 20 tpm
- Inj Cefotaxim 2 x 1 gr
12 / 10 / 2020
Subjektif : muntah 2 kali, belum bisa BAB, perut kembung - Inj glibotic 2 x 1 amp
Objektif :
- KU: composmentis - Parasetamol tab 3 x 500 mg
10
- Inj Tofedex 2 x 1 amp - Inj. Ranitidin 2x1 amp
- Lactulax syr 1x1 - Inj Ondancentron 2 x 1 amp
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendahuluan
Apendiks yang juga disebut sebagai umbai cacing, istilah usus buntu yang
dikenal di masyarakat awam adalah kurang tepat karena usus buntu sebenarnya
adalah sekum dan bukan apendiks. Organ yang tidak diketahui fungsinya ini sering
menimbulkan masalah kesehatan. Peradangan akut apendiks memerlukan tindakan
bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya.
Apendisitis dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada anak kurang
dari satu tahun jarang dilaporkan. Insidensi tertinggi pada kelompok umur 20-30
11
tahun, setelah itu menurun. Insidens pada laki-laki dan perempuan umumnya
sebanding, kecuali pada umur 20-30 tahun, insidens pada lelaki lebih tinggi.
B. Anatomi
12
mempunyai pembuluh appendiceal dan terkadang juga memiliki limfonodi kecil.
Pada 65 % kasus, apendiks terletak intraperitoneal. Kedudukan itu
memungkinkan apendiks bergerak dan ruang geraknya bergantung pada panjang
mesoapendiks penggantungnya.
Jenis posisi:
13
Pendarahan appendiks berasal dari arteri Appendikularis , cabang dari
a.Ileocecalis,cabang dari a. Mesenterica superior. A. Appendikularis merupakan
arteri tanpa kolateral. Jika arteri ini tersumbat, misalnya karena trombosis pada
infeksi, appendiksakan mengalami gangren.Secara histologis, appendiks
mempunyai basis stuktur yang sama seperti usus besar.Glandula mukosanya
terpisahkan dari vascular submucosa oleh mucosa maskularis.Bagian luar dari
submukosa adalah dinding otot yang utama. Appendiks terbungkus oleh tunika
serosa yang terdiri atas vaskularisasi pembuluh darah besar dan bergabungmenjadi
satu di mesoappendiks. Jika apendik terletak retroperitoneal, maka appendik tidak
terbungkus oleh tunika serosa.
Histologis:
Tunika mucosa : memiliki kriptus tapi tidak memiliki villus.
Tunika submucosa : banyak folikel lymphoid.
Tunika muscularis : stratum sirculare sebelah dalam dan stratum longitudinale
(gabungan tiga tinea coli) sebelah luar.
Tunika serosa : bila letaknya intraperitoneal asalnya dari
peritoneumviscerale.
C. Definisi
Gambar 3 : Apendisitis
14
Apendisitis merupakan peradangan pada appendix vermiformis.
Peradangan akut apendiks memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah
komplikasi yang umumnya berbahaya.
D. Etiologi
Apendisitis akut merupakan infeksi bakteri. Berbagai hal berperan
mencetuskanterjadi nya apendisitis akut. Antaranya adalah sumbatan lumen
apendiks yang diajukan sebagai pencetus. Di samping hyperplasia jaringan limfe,
fekalit, tumor apendiksdan cacing askariasis dapat menyebabkan sumbatan.
Penyebab lain diduga dapat menimbul appendicitis akut adalah erosi mukosa
apendiks akibat parasit seperti E.histolitica.
Pada penelitian apidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan
makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis.
Konstipasi akan menaikan tekanan intrasekal yang mengakibatkan sumbatan
fungsional apendiks dan meningkatkan pertumbuhan kuman flora normalkolon
biasa, keadaan ini mempermudahkan timbulnya apendisitis akut.
E. Patofisiologi
Appendiks menghasilkan lendir 1-2 ml perhari. Lendir itu normalnya
dicurahkan kedalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran
lendir di muara apendiks tampaknya berperan pada patogenesis appendisitis.
Apendisitis akut terjadi karena berlaku obstruksi atau sumbatan lumen
apendiks oleh hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena
fibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Obstruksi lumen yang
tertutup disebab kan oleh hambatan pada bagian proksimalnya dan berlanjut pada
peningkatan sekresi normal dari mukosa apendiks yang dapat menyebabkan
terjadinya distensi pada kantung apendiks .Obstruksi tersebut menyebabkan
mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama mukus
tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan
sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Kapasitas lumen apendiks
normal hanya sekitar 0,1 ml. Jika sekresi sekitar 0,5 dapat meningkatkan tekanan
intalumen sekitar 60 cm.
15
Tekanan yang meningkat tersebut akan menyebabkan apendiks mengalami
hipoksia dan menghambat aliran limfe, terjadi ulserasi mukosa dan invasi
bakteri. Infeksi menyebabkan pembengkakan apendiks bertambah (edema) dan
semakin iskemik karena terjadi trombosis pembuluh darah intramural (dinding
apendiks). Kemudian terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri
epigastrium. Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat akan
menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus
dinding. Peradangan timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga
menimbulkan nyeri didaerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis
supuratif akut Bila kemudian arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks
yang diikuti dengan gangrene. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa.
Gangren dan perforasi khas dapat terjadi dalam 24-36 jam, tapi waktu tersebut dapat
berbeda-beda setiap pasien karena ditentukan banyak faktor Bila dinding yang telah
rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi Bila semua proses diatas berjalan
lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak kearah apendiks hingga
timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrate apendikularis. Peradangan apendiks
tersebut dapat menjadi abses atau menghilang. Infiltrat apendikularis
Merupakan tahap patologi apendisitis yang dimulai dimukosa dan melibatkan
seluruh lapisan dinding apendiks dalam waktu 24-48 jam pertama, ini merupakan
usaha pertahanan tubuh dengan membatasi proses radang dengan menutup apendiks
dengan omentum, usus halus, atau adneksa sehingga terbentuk
massaperiapendikular. Didalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses
yang dapatmengalami perforasi. Jika tidak terbentuk abses, apendisitis akan sembuh
dan massaperiapendikular akan menjadi tenang untuk selanjutnya akan mengurai
diri secaralambat.Pada anak-anak, karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih
panjang, dindingapendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan
tubuh yang masihkurang memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang
tua perforasi mudahterjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah.Kecepatan
rentetan peristiwa tersebut tergantung pada virulensi mikroorganisme, dayatahan
tubuh, fibrosis pada dinding apendiks, omentum, usus yang lain,
peritoneumparietale dan juga organ lain seperti vesika urinaria, uterus tuba,
16
mencoba membatasidan melokalisir proses peradangan ini. Bila proses melokalisir
ini belum selesai dansudah terjadi perforasi maka akan timbul peritonitis. Walaupun
proses melokalisir sudah selesai tetapi masih belum cukup kuat menahan tahanan
atau tegangan dalamcavum abdominalis, oleh karena itu pendeita harus benar-benar
istirahat (bedrest).Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh
sempurna, tetapi akan membentuk jaringan parut yang menyebabkan
perlengketan dengan jaringansekitarnya. Perlengketan ini dapat menimbulkan
keluhan berulang diperut kananbawah. Pada suatu ketika organ ini dapat meradang
akut lagi dan dinyatakanmengalami eksaserbasi akut.
F. Gambaran klinis
Gambaran klinis yang sering dikeluhkan oleh penderita, antara lain
1. Nyeri abdominal
Nyeri ini merupakan gejala klasik appendisitis. Mula-mula nyeri
dirasakan samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri viseral didaerah
epigastrium atau sekitar umbilikus. Setelah beberapa jam nyeri berpindah
dan menetap di abdomen kanan bawah (titik Mc Burney).Nyeri akan
bersifat tajam dan lebih jelas letaknya sehingga berupanyeri somatik
setempat. Bila terjadi perangsangan peritonium biasanya penderita akan
mengeluh nyeri di perut pada saat berjalan atau batuk.
2. Mual-muntah biasanya pada fase awal.
3. Nafsu makan menurun
4. Obstipasi dan diare pada anak-anak.
5. Demam, terjadi bila sudah ada komplikasi, bila belum ada komplikasi
biasanya tubuh belum panas. Suhu biasanya berkisar 37,5º-38,5º C. Gejala
appendisitis akut pada anak-anak tidak spesifik. Gejala awalnya sering
hanya rewel dan tidak mau makan. Anak sering tidak bisa menunjukkan
rasa nyerinya. Karena gejala yang tidak spesifik ini sering diagnosis
apendisitis diketahui setelah terjadi perforasi. Pada orang berusia lanjut
gejalanya juga sering samar-samar saja, tidak jarangterlambat diagnosis.
Akibatnya lebih dari separuh penderita baru dapat didiagnosis setelah
perforasi.
17
6. Pada kehamilan, keluhan utama apendisitis adalah nyeri perut, mual,
danmuntah. Yang perlu diperhatikan ialah, pada kehamilan trimester
pertama sering jugaterjadi mual dan muntah. Pada kehamilan lanjut sekum
dengan apendiks terdorong kekraniolateral sehingga keluhan tidak
dirasakan di perut kanan bawah tetapi lebih keregio lumbal kanan.
G. Pemeriksaan Fisik
1. Demam ringan :37,5 – 38 oC, bila berlaku perforasi akan menjadi demam
lebih tinggi
2. Pada inspeksi perut tidak ada gambaran spesifik, kembung selalu terliat
pada perforasi apendisitis, penonjolan perut kanan bawah bias dilihat pada
massa atau abses periapendikular
3. Palpasi dan tanda – tanda appendicitis yang dapat dilakukan adalah : -
Nyeri tekan Mc Burney - nyeri tekan di titik Mc Burney.
- Rovsing sign - nyeri tekan pada kiri perut bawah
- Blumberg sign – nyeri tekan lepas
- Psoas sign – nyeri pada saat paha pasien diekstensikan
18
- Obturator sign - . Nyeri pada rotasi kedalam secara pasif saat
paha pasien difleksikan
4. Pada auskultasi sering normal peristaltiknya kecuali sudah berlaku perforasi
dan berlaku peritonitis dan menyebabkan berlakunya ileus
paralitik.
H. Uji Laboratorium
1. Hitung darah lengkap (complete bloodcount,CBC)–leukositosis, neutrofilia,
tanpa eosinofil
2. Radiologi : terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi dan CT-scan. Pada
pemeriksaan ultrasonografi ditemukan bagian memanjang pada tempat yang
terjadi inflamasi pada apendiks. Sedangkan pada pemeriksaan CTscan
ditemukan bagian yang menyilang dengan apendiks al serta perluasan dari
apendiks yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran sekum.
I. Skor Alvarado
19
Leukositosis (leukosit > 10.000/ml) 2
Shift to the left (neutrofil > 75% ) 1
TOTAL 10
Interpretasi:
J. Diagnosa Banding
1. Kehamilan ektopik terganggu
- Gejala klinis mirip dengan apendisitis akut. Hampir selalu ada
riwayat terlambat haid dengan keluhanyang tidak menentu. Jika
ada ruptur tuba atau abortus kehamilan di luar rahim dengan
pendarahan, akan timbul nyeri yang mendadak dius di daerah
pelvis dan mungkin terjadi syok hipovolemik. Pada pemeriksaan
vagina, di dapatkan neri penonjolan dan penonjolan rongga
Douglas dan pada kuldosentesis di dapatkan darah
2. Gastroenteritis
20
3. Infeksi panggul
- Salpingitis akut kanan sering di kacaukan dengan apendisitis
akut. Suhu biasanya lebih tinggi dan nyeri perut bagian bawah
lebih difus. Infeksi panggul pada wanita biasanya disertai
keputihan dan infeksi urin. Pada colok vagina, akan timbul nyeri
hebat di panggul jika uterus diayunkan. Pada gadis dapat
dilakukan colok dubur jika perlu untuk diagnose banding.
4. Ureterolithiasis kanan
- Ada riwayat kolik dari pinggang kanan ke perut yang menjalar
dari inguinal kanan merupakan gambaran khas. Eritrosituria
sering ditemukan. Foto polos perut atau BNO IVP dapat
memastikan penyakit ini.
K. Penatalaksanaan
Bila sudah terdiagnosis dengan tepat, tindakan paling tepat adalah
apendektomi. Pada apendisitis tanpa komplikasi biasanya tidak diperlukan
antibiotik kecuali pada apendisitis gangrenosa dan perforate.penundaan tindakan
bedah sambil memberikan antibiotic dapat mengakibatkan abses atau perforasi.
L. Tindakan Operasi
Apendiktomi, merupakan tindakan pemotongan apendiks. Dapat dilakukan
secara terbuka atau laparoskopi
21
Pada apendektomi terbuka, insisi McBurney paling banyak dipilih. operasi ini
dilakukan di bawah pengaruh anestesi umum. Jika apendiks mengalami perforasi
maka abses disedot dan diguyur dengan NaCl dan disedot hingga bersih.
M. Prognosis
Baik, jika diagnosis yang akurat dan awal serta pembedahan akan
menurunkan tingkat mortalitas dan morbiditas.
DAFTAR PUSTAKA
22
2. Townsend C M, Beauchamp R D,Evers B M, Mattox K L. Sabiston
Textbook Of Surgery, 18th Edition, Elsevier, India, 2008; pg 1333-47
3. Anand N, Kent T S, First Aid For the Surgery. McGraw-Hill, 2003; pg 25157
23