Andreas Fritsche1,2,3
Kadar glucagon secara klasik tersupresi setelah paparan glukosa. Tetapi masih belum jelas apakah tidak
adanya supresi berkontribusi terhadap hiperglikemia dan perkembangan diabetes. Kami menginvestigasi
hubungan perubahan post paparan pada glucagon saat tes toleransi glukosa (OGTT), menghipotesiskan
bahwa kadar glucagon yang meningkat post tantangan pada subjek dengan toleransi glukosa yang terganggu
(IGT). Kadar glucagon diukur menggunakan OGTT pada total 4194 individu tanpa diabetes pada tiga
kohort Eropa. Perubahan longitudinal pada supresi glucagon tersupresi diteliti pada 50 partisipan yang
mendapat intervensi gaya hidup. Hanya 66-79% dari partisipan menunjukkan supresi glucagon pada 120
menit (perubahan glucagon 120,0 <1) saat OGTT, dimana 21-34% menunjukkan peningkatan kadar
glucagon (perubahan glucagon >1). Paristipan dengan glucagon non supresi mempunyai resiko IGT
menurun pada semua penelitian kohort (odds ration 0,44-0,53, p<0,01). Pada subjek glucagon non supresi
juga lebih ramping dan lebih sensitive insulin dan mempunyai kadar lemak yang lebih rendah. Pada
penelitian longitudinal, peningkatan glucagon lipat berhubungan dengan peningkatan sensitivitas insulin (P
= 0,003)> Kami menilai karakteristik glucagon ter non supresi saat OGTT. Supresi glucagon yang menurun
setelah pemberian glukosa oral berhubungan dengna fenotip metabolic yang sehat, menunjukkan bahwa itu
bukanlah fenomena samping
Pada keadaan normal, kadar glucagon diduga data cross-sectional dari tiga penelitian kohort
menurun setelah pemberian gluksa. Model Eropa besar. Smeua peserta melakukan OGTT
diabetes mencit mensugesti bahwa aksi terstandarisasi. Dua dari penelitian kohort
glucagon adalah penyebab penting diperkaya untuk diabetes. Berdasarkan data
hiperglikemia. (1) Pada manusia, glucagon puasa sebelumnya, dimana supresi yang
yang meningkat berhubungan dengan resistensi dipertahankan glucagon sampai 300 menit
insulin (2) dan diabetes (3). Penelitian penting setelah tantangan glukosa oral (4-6) telah
menyangkut 20-31 partisipan menunjukkan diamati, kami membandingkan glucagon puasa
bahwa supresi glucagon setelah pemberian dengan kadar glucagon post-tantangan 2 jam
glukosa oral berkurang pada diabetes dan untuk menentukan supresi saat OGTT. Kami juga
toleransi glukosa yang menurun (IGT). Maka, bila meneliti perubahan longitudinal supresi
glucagon membeirkan kontribusi kausal glucagon pada subkelompok individu yang
terhadap pathogenesis diabetes, orang dengan mendapat intervensi gaya hidup 9 bulan.
IGT akan tampak dengan supresi sedikit (atau
Desain penelitian dan Metode
justru peningkatan glucagon) saat pemeriksaan
toleransi glukosa oral (OGTT). Maka kami Subjek
mengajukan bahwa supresi yang berkurang dari
Tubingen Family Study dan Tubingen
glucagon saat OGTT berhubungan dengan IGT.
Intervention Program
Untuk menguji hipotesis ini, kami menganalisasis
Data dianalis dari subjek yang berpartisipasi Penelitian Diet dan Kanker Malmo
pada Tubingen Family Study (TUEF) and
Populasi penelitian terdiri dari laki-laki dan
Tubingen Lifestyle Prevention Program (TULIP).
perempuan yang berpartisipasi pada penelitian
Pada TUEF, peserta tanpa diabetes dengan
tahun 2007-2012 (Penelitian ulang) dari Kohort
riwayat keluarga diabetes tipe 2, BMI > 27 kg/m2,
Kardiovaskuler Penelitian Diet dan Kanker
atau diagnosis sebelumnya IGT mendapat
Malmo. Semua peserta dalam penelitian
fenotip metabolic. Glukagon awalnya diukur
baseline (n = 6103) yang hidup yang tidak
pada 625 peserta kohort TUEF awal, 23 yang
beremigrasi dari Swedia ( n = 4924) diundang
mempunyai diabetes insiden. Peserta dengan
untuk pemeriksaan ulang. Total 3734 subjek
diabetes insiden dieksklusi dari penelitian.
mendatangi penelitian follow up (76% dari
Karakteristik klinis dipaparkan pada Tabel 1.
populasi yang layak). Dari jumlah ini, 2371
TULIP adalah penelitian intervensi gaya hidup mempunyai informasi lengkap untuk semua sifat
terstandarisasi didesain untuk mengidentifikasi yang dianalisis. 148 partisipan lainnya
predictor perubahan metabolic sepanjang 9 mengembangkan diabetes dan dieksklusi dari
bulan olahraga sedang dan diet. Pada projek ini, analisis. Semua partisipan kemudian diberikan
glucagon dinilai saat OGTTs pada 50 subjek. informed consent tertulis, dan penelitian
Protokol penelitian disetujui oleh komite etik disetujui oleh Komite Etik Universitas Lund.
Universitas Tubingen. Semua partisipan diberi
Pengukuran
informed consent tertulis.
Pada semua penelitian, semua subjek
Penelitian Prevalensi, Prediksi, dan Pencegahan
berpartisipasi pada OGTT 75 g setelah puasa
Penelitian Diabetes Botnia
sepanjang malam.
Penelitian Prevalensi, prediksi, dan pencegahan
Pada TUEF dan TULIP, sampel darah didapat
Diabetes (PPP) Botnia dari Finlandia Barat.
setelah menit ke 30, 60, 90, dan 120. Kemudian
Penelitian itu didesain untuk mendapat estimasi
langsung diletakkan apda es, disentrifugasi, dan
akurat dari prevalensi dan faktor resiko diabetes
disimpan pada -80OC. Metode glukosa oksidase
dan prediabetes. Penelitian baseline dilakukan
digunakan untuk menentukan glukosa plasma.
dari thaun 2004 sampai 2008 pada lima pusat
Insulin plasma ditentukan oleh assay
Botnia yang terdiri dari total populasi 135,000
Chemiluminescence untuk Centaur ADVIA.
orang. Pada total 5,208 wanita dan laki-laki yang
berpartisipasi (54,7% dari yang diundang). Pada semua peenlitian, glucagon didapat pada
Partisipan memberikan infrmed consent tertulis, tabung EDTA mengandung aprotinin dan
dan protocol penelitian disetujui oleh komite disimpan langsung pada -80OC (TUEF dan TULIP)
etik Rumah Sakit Universitas Helsinki. atau -20OC (MDCS dan PPP-Botnia). Pada
TIEF/TULIP dan PPP-Botnia, sampel disimpan
Glukagon plasma diukur pada peserta yang
dilelehkan hanya untuk assay glucagon setelah
direkrut setelah tahun 2006. Kami mengeksklusi
lag rata-rata 6 bulan dan 1,3 tahun, secara
98 subjek dengan diabetes insiden, dan 1369
berturut—turut, sebelum analisis sebenarnya
mempunyai set data yang lengkap untuk semua
dari data. UNtuk sebab praktik, analisis dilakukan
sifat intermediet. Detail klinis dipaparkan pada
pada MDCS dan PPP-Botnia setelah semua
Tabel 2.
sampel dikumpulkan. Glukagon diukur pada saat
puasa dan 120 menit pada kumpulan data dari test/ANOVA. Variabel kategorik dibandingkn
semua pusat penelitian. Pada TUEF, glucagon dengan uji X2. Model regresi linear multivariable,
juga dinilai setelah 30, 60, dan 90 ment (n = 598, atau dalam kondisi outcome dikotomi, model
447, dan 446 secara berturut-turut). Kami logistic digunakan. Variabel dengan distribusi
menggunakan radioimmunoassay yang tersedia yang menyamping adalah log, tertransformasi.
secara komersil. Batas deteksi analitik adalah 5,3 Perubahan relatif glucagon dari 0 sampai 120
pmol/L, dan koefisien Intra dan interassay variasi menit (Glukagon120/glukagon0) disebut sebagai
adalah <6,8% dan <13,5%, secara berturut-turut. perubahan lipat glukagon120/0 sepanjang artikel.
Lemak hati diukur pada 148 peserta oleh MRS Perhitungan dilakukan dengan JMP10 untuk
seperti yang dideskripsikan sebelumnya. TUEF dan SPSS22 untuk PPP-Botnia dan MDCS.
Data glikemik pada TUEF dan PPP-Botnia Glukagon120 tidak tersupresi pada 21-34% dari
terstratifikasi oleh kategori prediabetes 4194 subjek yang berpartisipasi pada tiga kohort
ditunjukkan pada tabel suplementer 1 dan 2. independent. Individu dengan glukagon120
Kadar rata-rata glukosa, glucagon, dan insulin nonsupresi lebih ramping dan mempunyai resiko
saat OGTT lima titik dengan perjalanan glucagon lebih rendah IGT dan peningkatan sensitivitas
relatif teragregasi mensugesti bahwa tidak insulin. Pada subgroup yang menjalankan MRS,
adanya supresi glukaogn tidak spesifik saat 30 peserta ini juga mempunyai lemak hati yang
menit terakhir OGTT. Bila secara langsung lebih rendah dibandingkan dengan penurunan
membandingkan supresi glucagon saat NGT, IFG, klasik glucagon. Patut dicatat bahwa subjek
dan IGT pada penelitian TUEF pada interval tanpa glucagon120 ternonsupresi mempunyai
kadar glucagon puasa yang berpotensi pengukuran kami dilakukan dengna assay
berkontribusi terhadap fenotip glukagon120 komersil pada setting multicenter, dan data
ternonsupresi. Walau demikian, kadar glucagon konsisten dengan semua kohort kami
AUC yang mirip dan pengendalian lebih lanjut
Apakah asosiasi dari glukagon129 nonsupresi
untuk glucagon puasa mensugesti bahwa
dengna NGT dan sensitivitas insulin lebih tinggi
glucagon puasa tidak dengan sendirinya
adalah mekanisme fisiologis terkait pencegahan
menjelaskan hubungan antara supresi glucagon
hipoglikemia postprandial lanjut tidak bisa
dan sensitivitas insulin. Maka, tampak terdapat
ditentukan dari penelitian deskriptif kami.
hubungan antara glucagon ternonsupresu 2 ham
setelah tanganan glukosa dan suatu fenotip Walau demikian, menarik untuk
metabolic yang lebih sehat yang tidak mempertimbangkan potensi konsekuensi
behrubungan dengna glucagon puasa lebih fisiologis dari peningkatan kadar glukagon saat
rendah. OGTT akhir. Telah ditunjukkan bahwa aksi
glukagon pada sistem saraf pusat berujung ke
Suatu penelitian oleh Faerch et al. meneliti kadar
inhibisi produksi glukosa hepatic, mencegah
glucagon pada 1400 individu pada 0, 30, dan 120
overshoot giperglikemia setelah masuknya
menit saat OGTT menemukan supresi glucagon
glukagon plasma. Glukagon adalah sinyal rasa
awal yang lebih erndah antara menit ke-0 dan 30
kenyang yang penting dan meningkatkan
dan supresi glucagon yang lebih tinggi antara 30
termogeensis adaptif. Pada penelitian kami,
dan 120 pada subjek dengan prediabetes dan
individu dengan glukagon120 . mempunyai BMI
diabetes insiden dibandingkan dengan subjek
yang lebih rendah signifikan. Kadar trigliserid
dengan NGT. Dimana data untuk supresi
hepatic mempunyai hubungan terbalik kuat
glukagon lanjut (perubahan lipat120/0) sesuai
dengan glukagon120 ternonsupresi pada data
dengna ini, data OGTT lima titik pada kohort
kami. Fakta bahwa glukagon menghambat
TUEF menunjukkan tidak adanya perbedaan
sintesis trigliserid hepatic dan meningkatkan
interval waku yang lebih wal pada OGTT antara
melawan steatosis hepatic. Memang, glukagon
NGT dan prediabetes (30/0. 60/0, dan 90/0).
dapat menangani fatty liver pada sapi. Koagonis
Selebihnya, artikel oleh Faerch et al.
Glukagon/GLP-1 masih dalam perkembangan
menunjukkan bahwa sensitivitas insulin yang
untuk penatalaksanaan obesitas dan diabetes.
lebih tinggi berhubungan dengan supresi
Inihibitor Kontransporter sodium-glukosa 2
glukagon awal yang lebih tinggi dan supresi
telah diimplikasikan untuk stimulasi langsung
glukagon akhir yang lebih rendah. Yang kedua,
sekresi glukagon pada sel-a dan liraglutide
lagi, sesuai dengan data kami menunjukkan
memicu peningkatan “paradoksal” pada
sensitivitas insulin yang lebih tinggi pada pasien
glukagon post-tantangan dalam penggunaan
dengan perubhana lipat glukagon yang lebih
kronis.Glukagon ternonsurpesi dapat
tinggi120/0. Kesimpulannya, data ini mensugesti
berkontribusi terhadap efek bermanfaat kedua
bahwa fenotip sensitive insulin atau NGT
kelas obat ini.
dicirikan oleh nonsupresi glukagon120.
Hubungan yang dipresentasikan pada data kami
Perlu dicatat bahwa kadar glukagon dua kali lipat
tidak menunjukkan inferensi kausal.
lebih tinggi pada penelitian kami dibandingkan
Keterbatasan lain adalah pengukuran glukagon
dengan penelitian Faerch et al. KOntras dengan
dapat dipengaruhi oleh degradasi dan spesifitas
assay yang diakui di penelitian oleh Faerch at al,
assay. Walau demikian, bias sistemik jarang
terjadi, karena sampel diperlakukan secara
uniform di dalam penelitian dan hasil konsisten
dengan semua kohort yang terinvestigasi