Anda di halaman 1dari 51

Publikasi ini dibuat oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan dukungan C-

Change (Communication for Change), sebuah proyek yang dikelola oleh Academy for
Educational Development (AED) dan didanai oleh U.S. Agency for International
Development (USAID).

Pendapat yang tertuang dalam publikasi ini tidak mereÁeksikan pendapat USAID atau
pemerintah Amerika Serikat.
PANDUAN SOSIALISASI
TATALAKSANA DIARE
BALITA
UNTUK PETUGAS KESEHATAN
2

DAFTAR ISI
Daftar Isi 2

Kata Pengantar 3

Pendahuluan 4

Struktur Sosialisasi 6

Kebijakan Pemerintah Tentang Pengendalian Penyakit Diare di Indonesia 7

a. Fakta Permasalahan Diare di Indonesia 8

b. Kebijakan Pemerintah Tentang Pengendalian Penyakit Diare di Indonesia 11

Tatalaksana Diare 13

1. Diare 15

2. Tatalaksana Diare 17

a. Prinsip Tatalaksana Diare 17

i. Mencegah Terjadinya Dehidrasi 17

ii. Mengobati Dehidrasi (ORALIT) 17

iii. Mempercepat Kesembuhan (Obat ZINC) 18

iv. Memberi Makanan 20

v. Mengobati Masalah lain 21

b. Prosedur Tatalaksana Diare 22

• Rencana Terapi A – Untuk Terapi Diare Tanpa Dehidrasi 23

• Rencana Terapi B – Untuk Terapi Diare Dehidrasi Ringan/Sedang 24

• Rencana Terapi C – Untuk Terapi Diare Dehidrasi Berat 25

Konseling: Pentingnya Konseling Dalam Tatalaksana Diare 27

a. Teknik/Keterampilan Komunikasi 28

b. Tiga langkah cara mengajarkan ibu tentang tatalaksana diare dirumah 29

Lampiran Simulasi Konseling 31

Daftar Referensi 36
3

KATA PENGANTAR

Penyakit Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia karena mordibilitasnya
cenderung meningkat, dari hasil survey mordibilitas yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI tahun
2000 diketahui bahwa kasus diare di masyarakat sebesar 301 per 1000 penduduk, tahun 2003 sebesar 374
per 1000 penduduk, tahun 2006 sebesar 423 per 1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) masih
sering terjadi, tahun 2008 terjadi 49 KLB dengan dengan jumlah penderita 8133 meninggal 239 (CFR
2,94%), tahun 2009 terjadi 23 KLB dengan jumlah penderita 5734, kematian 98 (CFR 1,71%) dari hasil
Riskesdas tahun 2007diare masih sebagai penyebab kematian nomor satu pada Balita.

Sesuai rekomendasi WHO/UNICEF dan IDAI, sejak tahun 2008 Departemen Kesehatan Republik
Indonesia memperbaharui tatalaksana diare yang dikenal dengan istilah LINTAS DIARE (Lima Langkah
Tuntaskan Diare) sebagai salah satu strategi pengendalian penyakit diare di Indonesia. Lintas Diare
meliputi pemberian oralit, Zinc selama 10 hari, pemberian ASI dan makanan sesuai umur, antibiotika
selektif dan nasihat bagi penggunaan Zinc untuk penderita diare dapat mengurangi lama dan keparahan
diare, mengurangi frekuensi dan volume buang air besar, serta mencegah kekambuhan kejadian diare
sampai 3 bulan berikutnya.

Salah satu langkah dalam pencapaian MDG’s goal ke-4 adalah penurunan kematian anak sehingga perlu
diterapkannya tatalaksana Diare yang benar di Sarana Kesehatan. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu
adanya sosialisasi LINTAS Diare yang berkesinambungan, untuk itu harus disusun Panduan Tatalaksana
Diare bagi petugas kesehatan.

Terima kasih, kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya buku panduan ini
dan sewaktu-waktu perlu ditinjau kembali untuk disempurnakan sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.

Direktur Jenderal PP dan PL,

Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, SpP (K), MARS, DTM&H,


DTCE NIP 195509031980121001
4

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia karena
morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Survei mordibitas yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI
tahun 2006 angka kesakitan diare semua umur sebesar 423 per 1000 penduduk, angka kesakitan ini meningkat bila
dibandingkan dengan hasil survei yang sama pada tahun 2000 sebesar 301 per 1000 penduduk dan tahun 2003
sebesar 374 penduduk. Jumlah Kejadian Luar Biasa (KLB) pada tahun 2008 terjadi 49 KLB, dengan jumlah
penderita 8133 orang, meninggal 239 (CFR 2,94%) sedang tahun 2009 terjadi 24 KLB, dengan jumlah penderita
meninggal 5756 orang meninggal 100 (CFR 1,74 %).

Kematian balita karena penyakit diare juga masih sangat tinggi di Indonesia, bahkan sejak tahun 2001 terlihat
terjadi peningkatan angka kematian balita karena penyakit diare, dari data SKRT 2001 (13%), studi mortalitas
2005 (15,3%) dan Riskesdas 2007 (25,2%). Sama halnya dengan kematian bayi karena diare juga meningkat,
SKRT 2001 (9%), Studi mortalitas 2005 (9,1%) dan Riskesdas 2007 (42%). Hal ini tentunya sangat
disayangkan mengingat bahwa pengobatan diare sebenarnya tidak terlalu sulit.

Penggunaan ORALIT di beberapa negara sangat menurun termasuk di Indonesia. Berdasarkan hasil survey
IDHS 2007 (Indonesia Demographic Health Survey), hanya 35% dari balita diare yang diberikan ORALIT/
ORS (Oral Rehydration Solution) dan 61% balita diare diberikan ORT (Oral Rehydration Therapy dan Cairan
Rumah Tangga).

Sejak tahun 2007, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam KEPMENKES RI No: 1216/MENKES/
SK/XI/2001 Edisi ke-5 tahun 2007 memperbaharui tatalaksana diare sesuai rekomendasi Joint Statement
WHO/UNICEF tahun 2004 dan meluncurkan LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare) sebagai salah satu
strategi pengendalian penyakit diare di Indonesia dengan mencantumkan penggunaan/pemberian ZINC dan
ORALIT sebagai paduan obat diare. Studi WHO membuktikan bahwa pemberian ZINC kepada penderita diare
dapat mengurangi prevalensi diare sebesar 34%, mengurangi jangka waktu diare akut sebesar 20%, mengurangi
jangka waktu diare persisten sebesar 24% dan dapat mencegah kegagalan terapi atau kematian akibat terapi diare
persisten sebesar 42%.

Selama ini masyarakat telah mengenal ORALIT sebagai obat diare yang sudah diperkenalkan di Indonesia
sejak tahun 1970-an dan dengan diperbaharuinya tatalaksana diare dengan menggunakan ZINC tentunya perlu
mensosialisasikan ZINC kepada masyarakat agar mereka menggunakan ZINC dan ORALIT sebagai obat
diare.

Berdasarkan laporan SUSENAS 2007, sebanyak 58,9% keluarga membawa balita sakitnya untuk rawat jalan;
sebagian besarnya dibawa ke Puskesmas (45%) dan 31,7 % dibawa ke praktek tenaga kesehatan. Sedangkan
berdasarkan studi awal yang dilakukan oleh POUZN (Point of Use Water Disinfection ZINC Treatment)
Project yang dilaksanakan oleh AC Nielsen, Mei 2009 di Bandung; dalam perilaku mendapatkan saran
kesehatan (care seeking behavior) maka ibu yang anaknya diare akan mencari nasehat dari tetangga (69%),
dari bidan (31%), Puskesmas (16%), Posyandu (6%) dan Dokter (6%). Oleh karena itu penting untuk
mensosialisasikan tatalaksana diare yang diperbaharui ini kepada bidan dan petugas kesehatan lainnya dan
panduan ini dikembangkan sebagai alat bantu bagi petugas kesehatan untuk mensosialisasikan tatalaksana
diare balita kepada rekan sesama profesi.
5

II. TUJUAN SOSIALISASI

Tujuan Umum
Mensosialisasikan tatalaksana diare balita kepada petugas kesehatan

Tujuan Khusus
1. Petugas kesehatan mengetahui prosedur tatalaksana diare balita
2. Petugas kesehatan memiliki keterampilan konseling tatalaksana diare balita

III. PESERTA SOSIALISASI TATALAKSANA DIARE


Peserta sosialisasi tatalaksana diare ini adalah petugas kesehatan

IV. WAKTU
Pelaksanaan sosialisasi tatalaksana diare dilakukan selama satu hari

V. TOPIK BAHASAN DALAM SOSIALISASI TATALAKSANA DIARE


A. Kebijakan Pemerintah Dalam Pengendalian Penyakit Diare di Indonesia
1. Fakta dan Permasalahan Diare pada balita di Indonesia
2. Kebijakan Pemerintah Dalam Pengendalian Penyakit Diare di Indonesia
B. Tatalaksana Diare:
1. Diare
2. Tatalaksana Diare
C. Konseling : Pentingnya Konseling Dalam Tatalaksana Diare
1. Teknik/Keterampilan komunikasi
2. Tiga langkah cara mengajarkan Ibu tentang tatalaksana diare di rumah
6

STRUKTUR SOSIALISASI

TABEL 1: STRUKTUR SOSIALISASI TATALAKSANA DIARE UNTUK PETUGAS


KESEHATAN

JUDUL Kebijakan Pemerintah Tentang Konseling: Pentingnya


Pengendalian Penyakit Diare di Tatalaksana Diare Konseling Dalam
MATERI
Indonesia Tatalaksana Diare
1. Setelah sesi ini, peserta Peserta mengenal diare dan Setelah sesi ini,
mengerti tentang fakta tatalaksana diare balita. peserta mampu
permasalahan diare pada mempraktekkan
TUJUAN balita di Indonesia prinsip-prinsip
2. Peserta mengetahui konseling dalam
kebijakan pemerintah melakukan tatalaksana
tentang pengendalian diare.
penyakit diare di Indonesia.
1. Fakta Permasalahan Diare 1. Diare 1. Prinsip-prinsip
pada Balita Di Indonesia • Defi nisi diare konseling
2. Kebijakan Pemerintah • Jenis diare 2. Simulasi konseling
Tentang Pengendalian • Derajat dehidrasi Tatalaksana Diare
Penyakit Diare Di Indonesia: diare
a. Tujuan Umum • Epidemiologi diare
b. Kebijakan
c. Strategi 2. Tatalaksana Diare:
2.1 Prinsip Tatalaksana Diare
• Mencegah Terjadi
Dehidrasi
• Mengobati Dehidrasi
(ORALIT)
• Mempercepat
POKOK Kesembuhan (OBAT
ZINC)
BAHASAN • Memberi Makanan
• Mengobati Masalah
Lain
2.2 Prosedur Tatalaksana
Diare
• Rencana Terapi A –
Untuk Terapi Diare
Tanpa Dehidrasi
• Rencana Terapi B –
Untuk Terapi Diare
Dehidrasi Ringan/
Sedang
• Rencana Terapi C –
Untuk Terapi Diare
Dehidrasi Berat
1. Presentasi 1. Presentasi 1. Curah pendapat
METODE 2. Tanya Jawab 2. Peragaan 2. Presentasi
3. Tanya Jawab 3. Peragaan
4. Simulasi
WAKTU 20 menit 120 menit 110 menit
7

Kebijakan Pemerintah
Tentang Pengendalian
Penyakit Diare di
Indonesia
1. Fakta Permasalahan Diare pada Balita di
Indonesia

2. Kebijakan Pemerintah tentang Pengendalian


Penyakit Diare di Indonesia
8
Cara Memfasilitasi

Fakta Permasalahan Diare di Indonesia

TUJUAN PEMBELAJARAN:
Setelah sesi ini, peserta mengerti tentang fakta permasalahan diare pada balita di Indonesia

POKOK BAHASAN:
Fakta permasalahan diare pada balita di Indonesia
WAKTU: 10 menit MEDIA: ALAT &
BAHAN:
1. Bahan presentasi 1. LCD Projector
METODE:
2. Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare
1. Presentasi 3. Buku Saku Petugas Kesehatan
2. Tanya Jawab

Langkah-langkah:
1. Fasilitator membuka sesi pertemuan dan menjelaskan tujuan sesi
2. Fasilitator menjelaskan tentang: fakta permasalahan diare pada balita di Indonesia
3. Tanya Jawab
4. Sesi ditutup
9

2. DIARE penyebab KEMATIAN utama

1. Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah


Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan Riset
Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun
diketahui bahwa DIARE masih menjadi
penyebab utama kematian balita di
Indonesia.
Materi

Fakta Permasalahan Diare di Indonesia

Berdasarkan hasil beberapa penelitian yang telah dilakukan


selama sepuluh tahun terakhir bahwa angka kematian balita
karena diare masih sangat tinggi dibandingkan dengan
kematian balita karena penyebab penyakit lain. Juga terjadi
kecenderungan peningkatan angka kematian balita karena
diare dari tahun ke tahun. Angka kematian bayi dan balita
karena diare berdasarkan hasil beberapa survei yaitu SKRT
2001: angka kematian bayi sebesar 9%, angka kematian
balita
sebesar 13%; Studi Mortalitas 2005: angka kematian bayi sebesar 9,1% dan angka kematian balita sebesar
15,3%; Riskesda 2007: angka kematian bayi sebesar 42% dan angka kematian balita sebesar 25,2% (lihat grafi
k 1-6 di bawah ini).

Kelainan Saraf Infeksi saluran 5,5% 0,6%


Diare: 42%
3% napas 22.3% Pneumonia
Tetanus 28% 6,4% Pertusis Pneumonia
3% Diare 24%
4,9% Muntah-dehidrasi Diare
Diare 1,1% Malaria 42%
9% Campak-komplikasi
2% DBD
1,9% Infeksi Berat
0.3% Tifoid
Kelainan Gizi Buruk & BGM
saluran cerna Prematur
4% 9,1% BBLR Malnutrisi, TB,
Asfiksia/Distress Pernapasan Campak
Lain-lain 14,1% Infeksi Berat (Sepsis/Meningitis) 5%
17% Tetanus Neonatorum Tetanus
1,3% Ikterus 3%
0,8%
0,8% Trauma Lahir Sepsis
1,4% Kelainan Kongenital 4%
Gangguan 5,1% 10,6% Masalah lain (termasuk Kecelakaan) Kel. Jantung kongenital
Tidak ada
perinatal 9% & hidrosefalus Meningitis /
Diare: 9 % 36% 1,7%
1,2%
Diare: 9,1 % 5% Kelainan saluran
enselfalitis
5%

pencernaan
9%

Lainnya Peny. Saluran


35% cerna 23.
6%

1,6%

2,9%

Peny. Saluran 0,05% 2,9%


napas 2,7%
23%
2,2% 4,9%
Diare 0,2%
0,4%
13% 0,7%
3,8%
2,4%
1,1% 15,1%
0,4%
Tifus Peny. Syaraf 3,6%
11% 12% 3,8%

Diare: 13 % Diare: 15,3 %


Diare: 25,2%
Pneumonia Diare Pneumonia
25,2%
15,5%
Pertusis
NEC

Diare

Muntah-dehidrasi

Malaria 10,7%
Lain-lain

Campak-komplikasi
(TB, Malaria,
Leukimia)
DBD 9,7%
Tenggelam Meningitis /

4,9% enselfalitis
Infeksi Berat 8,8%
Campak
DBD
5,8%
6,8%
Tifoid

Gizi Buruk & BGM

Prematur
BBLR

Asfiksia/Distress Pernapasan

Infeksi Berat (Sepsis/Meningitis)


Tetanus Neonatorum

Ikterus

Trauma Lahir
Kelainan Kongenital

Masalah lain (termasuk

Kecelakaan) Tidak ada


10
Materi

Kejadian diare pada balita berdasarkan kategori umur dari hasil survei IDHS 2007 (Indonesian Demographic Health
Survey) bahwa selama 2 minggu terakhir sebelum survey diketahui bahwa ada 20,7% yang terkena diare dari 3094
anak berumur 12-23 bulan yang disurvey dan merupakan yang paling sering terkena diare (lihat tabel 1). Praktek
keluarga dalam hal pengobatan diare juga masih rendah terlihat dari data IDHS 2007 pada tabel 2 seperti penderita
diare yang dibawa ke sarana kesehatan, pemberian cairan selama diare, pemberian makanan selama diare, pemberian
ORALIT bahkan masih banyak penderita diare yang tidak diobati yaitu bayi dibawah 6 bulan (50,1%). Demikian
halnya pada grafik 7 bahwa masih ada sekitar 15%-24% balita penderita diare yang memberi cairan lebih
sedikit/tidak diberikan dan pemberian makan yang lebih sedikit/tidak diberi bahkan lebih banyak lagi (44%-48%).
Data-data tersebut di atas menunjukkan perilaku keluarga tentang perawatan balita diare masih sangat rendah di
Indonesia. Oleh karena itu sangat penting, agar petugas kesehatan yang memberikan perawatan balita diare perlu
menginformasikan dan melibatkan keluarga dalam tatalaksana diare dan memberitahukan kepada ibu/ pengasuh
balita cara melakukan tatalaksana diare di tingkat rumah tangga.

Tabel 1: Kejadian Diare Pada Balita (dalam 2 minggu terakhir) Berdasarkan Kategori Umur (IDHS 2007)
Kategori umur Diare dalam 2 minggu sebelum survey Jumlah balita yang di survey
< 6 bulan 11.7 1686
6 - 11 bulan 17.6 1719
12 - 23 bulan 20.7 3094
24 - 35 bulan 15.3 3162
36 - 47 bulan 9.9 3098
46 - 59 bulan 8.3 3166

Tabel 2: Praktek Keluarga Dalam hal Pengobatan Diare Pada Saat Balitanya Terkena Diare (IDHS 2007)
%
penderita
diare
yang
dibawa % diberi Cairan Jumlah
ke % Rumah Tangga ORS Mengingkatan Oralit,CRT atau Obat anak
Umur petugas diberi (CRT) yang atau pemberian meningkatkan Pil/ Intrave tradisio- Tidak dengan
(bulan) kesehatan oralit direkomendasikan CRT cairan pemberian cairan sirup Injeksi nous nal diobati diare
<6 31.3 6.6 7.3 11.8 22.8 33.4 27.9 0.0 0.0 10.1 50.1 187
6-11 59.1 28 15.4 37.2 23.0 51.7 45.5 0.6 0.0 14.0 23.0 302
12-23 57.1 40.2 25.2 52.7 33.8 67.9 49.8 0.7 0.3 17.3 9.2 640
24-35 52.0 37.7 25.1 50.8 33.9 65.1 50.8 0.1 0.0 10.8 14.0 482
36-47 39.7 35.1 29.3 50.2 26.0 59.7 44.3 0.6 0.1 16.6 16.3 306
48-59 52.3 42.7 21.4 51.5 34.3 68.0 58.1 0.9 0.1 11.7 11.3 261

Grafik 7: Praktek Pemberian Makan dan Minum/Cairan Pada Balita Selama Diare Oleh Keluarga
(IDHS 2007)
60 57
50 44 46
47 45 44 48
43 1997
40 30
30 26 28 30 30 2002-2003
24
22
20 15 2007
10 10 8

Sama seperti Ditingkatkan Lebih sedikit/ Sama seperti Ditingkatkan Lebih sedikit/
biasa tidak diberi biasa tidak diberi
Jumlah cairan yang diberi Pemberian Makan
11
Cara Memfasilitasi
Kebijakan Pemerintah Tentang
Pengendalian Penyakit Diare di Indonesia
Tujuan Pembelajaran:
Peserta mengetahui kebijakan pemerintah tentang pengendalian penyakit diare di Indonesia

Pokok Bahasan:
1. Tujuan Umum Pengendalian Diare
2. Kebijakan Pengendalian Diare
3. Strategi Pengendalian Diare

Waktu: 10 menit MEDIA: ALAT & BAHAN:


1. Bahan presentasi
1. LCD Projector
METODE: 2. Kebijakan Pemerintah tentang Pengendalian
1. Presentasi Penyakit Diare Di Indonesia
2. Tanya Jawab 3. Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Balita

Langkah-langkah:
1. Fasilitator membuka sesi pertemuan dan menjelaskan tujuan sesi
2. Fasilitator menjelaskan tentang:
a. Tujuan Umum Pengendalian Diare
b. Kebijakan Pengendalian Diare
c. Strategi Pengendalian Diare
3. Tanya Jawab
4. Sesi ditutup
12
Materi
Kebijakan Pemerintah Tentang
Pengendalian Penyakit Diare di Indonesia

Menurunkan angka kematian


balita sebesar dua pertiga dari
tahun 1990 sampai dengan
tahun 2015

MDGs 4
Millennium Development Goals

TUJUAN
Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian karena diare bersama lintas program dan lintas sektor
terkait.

KEBIJAKAN
Kebijakan yang ditetapkan pemerintah untuk menurunkan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian
(mortalitas) karena diare adalah:
• Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar, baik di sarana kesehatan maupun
masyarakat/rumah tangga
• Melaksanakan Surveilens epidemiologi & Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)
• Mengembangkan pedoman pengendalian penyakit diare
• Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas dalam pengelolaan program yang meliputi
aspek managerial dan teknis medis
• Mengembangkan jejaring lintas program dan sektor Apa saja LINTAS DIARE?
• Pembinaan teknis dan monitoring pelaksanaan
pengendalian penyakit diare ORALIT Untuk mencegah dehidrasi
• Melaksanakan evaluasi sebagai dasar perencanaan
ZINC Mengurangi parahnya.
selanjutnya.
diare, mengurangi durasi
STRATEGI dan mencegah berulangnya
diare 2 sampai 3 bulan ke
Strategi pengendalian penyakit diare yang dilaksanakan depan
pemerintah adalah: Makan Teruskan pemberian ASI
1. Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar di pada bayi 0 - 6 bulan. Balita
sarana kesehatan melalui Lima Langkah Tuntaskan Diare > 6 bulan, berikan ASI dan
(LINTAS DIARE) MP ASI
2. Meningkatkan tatalaksana diare di tingkat rumah tangga Antibiotik Antibiotik diberi hanya
yang tepat dan benar Selektif pada penyakit kolera,
3. Meningkatkan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) dan diare berdarah
Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) Nasihat Segera kembali ke petugas
4. Melaksanakan upaya kegiatan pencegahan yang efektif kesehatan jika menemukan
5. Melaksanakan Monitoring dan Evaluasi. tanda bahaya
13

Tatalaksana Diare
1. Diare
• Definisi diare
• Jenis diare
• Derajat dehidrasi diare
• Epidemiologi diare

2. Tatalaksana Diare

2.1 Prinsip Tatalaksana Diare


• Mencegah Terjadi Dehidrasi
• Mengobati Dehidrasi (ORALIT)
• Mempercepat Kesembuhan (Obat ZINC)
• Memberi Makanan
• Mengobati Masalah Lain

2.2 Prosedur Tatalaksana Diare


• Rencana Terapi A – Untuk Terapi Diare Tanpa Dehidrasi
• Rencana Terapi B – Untuk Terapi Diare Dehidrasi Ringan/Sedang
• Rencana Terapi C – Untuk Terapi Diare Dehidrasi Berat
14
Cara Memfasilitasi

Tatalaksana Diare

TUJUAN PEMBELAJARAN:
Peserta mengenal diare dan tatalaksana diare balita

Pokok Bahasan:
1. Diare
• Defi nisi diare, jenis diare, derajat dehidrasi diare, epidemiologi diare

2. Tatalaksana Diare
2.1 Prinsip Tatalaksana Diare 2.2 Prosedur Tatalaksana Diare
• Mencegah Terjadi Dehidrasi • Rencana Terapi A – Untuk Terapi Diare Tanpa
• Mengobati Dehidrasi (ORALIT) Dehidrasi
• Mempercepat Kesembuhan (Obat ZINC) • Rencana Terapi B – Untuk Terapi Diare Dehidrasi
• Memberi Makanan Ringan/Sedang
• Mengobati Masalah Lain
• Rencana Terapi C – Untuk Terapi Diare Dehidrasi
Berat

WAKTU: 120 menit Media: Alat dan Bahan:


1. Bahan presentasi 1. Kertas Plano
2. Spidol besar
Metode: 2. Lembar balik 3. Gelas
1. Curah pendapat 3. Contoh kasus 4. Air
5. Sendok
2. Presentasi 4. Panduan sosialisasi tatalaksana diare balita 6. ORALIT
3. Peragaan 5. Buku saku Petugas Kesehatan 7. Obat ZINC
4. Simulasi 8. Boneka

Langkah-langkah:
1. Fasilitator membuka sesi pertemuan dan menjelaskan tujuan sesi
2. Fasilitator menjelaskan tentang diare: definisi diare, jenis diare, derajat dehidrasi diare, dan epidemiologi
diare
3. Fasilitator menjelaskan tentang gambaran umum tatalaksana diare:
Prinsip Tatalaksana Diare dan Prosedur Tatalaksana Diare
4. Fasilitator menjelaskan tentang ORALIT dan fungsinya dalam mengobati dehidrasi serta memeragakan
cara membuat larutan ORALIT dan cara pemberiannya
5. Fasilitator menjelaskan tentang ZINC dan fungsinya dalam pengobatan diare serta memeragakan cara
memberikan ZINC
6. Fasilitator menjelaskan tentang prinsip-prinsip pemberian makan balita sakit
7. Fasilitator menjelaskan sekaligus memeragakan cara melakukan prosedur tatalaksana diare: Rencana
Terapi A, Rencana Terapi B dan Rencana Terapi C
8. Fasilitator meminta salah satu peserta mengulang cara melakukan prosedur tatalaksana diare dengan studi
kasus yang diberikan oleh fasilitator
9. Tanya Jawab
10. Sesi ditutup.
Materi
15

Diare IBU PERLU TAHU

APA Penyakit yang diderita balitanya

SEBAB Mengapa balita bisa terkena diare

BAHAYA Tanda-tanda bahaya diare


Apa sebenarnya Diare itu, mengapa DIARE Jelaskan bahwa ibu harus membawa
penting untuk mengetahui tanda-tanda
balitanya kembali segera ke petugas
bahayanya? jika balitanya mengalami tanda-tanda
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa diare bahaya diare
sangat berbahaya terlihat dari hasil penelitian-
penelitian. Oleh karena itu sangat penting
untuk petugas kesehatan menjelaskan kepada ibu balita; apa sebenarnya diare dan apa tanda-tanda bahayanya.
Dengan begitu ibu balita bisa mengambil keputusan yang terbaik untuk menyelamatkan balitanya dari
kematian.

Berdasarkan definisi dari WHO (World Health Organization), salah satu lembaga PBB (Perserikatan bangsa-
bangsa) mendefi nisikan bahwa DIARE adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering dari biasanya (tiga
kali atau lebih) dalam satu hari.

Berdasarkan lamanya maka diare dibagi menjadi 2 yaitu:


1. DIARE AKUT adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari, sedangkan
2. DIARE KRONIS/PERSISTEN adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari

Berdasarkan Diare Bermasalah dibagi menjadi 2 yaitu:


1. Disentri, yaitu diare dengan darah dan lendir dalam feses.
2. Diare kronis/persisten

DERAJAT DEHIDRASI DIARE

1. DIARE TANPA DEHIDRASI


Kehilangan cairan < 5% Berat Badan penderita diare. Tanda-tandanya:
• Balita tetap aktif,
• Memiliki keinginan untuk minum seperti biasa
• Mata tidak cekung
• Turgor kembali segera

2. DIARE DEHIDRASI RINGAN/SEDANG


Kehilangan cairan 5 -10% Berat Badan penderita diare. Tanda-tandanya:
• Gelisah atau rewel
• Mata cekung
• Ingin minum terus/rasa haus meningkat DIARE adalah Berak encer atau
• Turgor kembali lambat bahkan berupa air saja (mencret)
yang terjadi lebih sering dari
biasanya (3 kali atau lebih)
dalam 1 hari
Materi
16

Diare mungkin saja diikuti dengan penyakit

penyerta seperti:
• ISPA: bronchial pneumonia, bronchitis, dll
• Saluran susunan saraf:
3. DIARE DEHIDRASI BERAT meningitis, enfasilitis, dll
• Infeksi saluran kemih
Kehilangan carian > 10% Berat Badan penderita diare. • Infeksi sistemis lain: sepsis, campak, dll
Tanda-tandanya: • Kurang Gizi (KEP, kurang Vitamin A, dll)
• Lesu/lunglai, tidak sadar • Penyakit lainnya
• Mata cekung
• Malas minum
• Turgor kembali sangat lambat ≥ 2 detik

Epidemiologi Diare
Secara umum epidemiologi penyakit diare disebabkan oleh:
A. Infeksi (kuman-kuman penyakit) seperti; bakteri, virus, parasit
B. Penurunan daya tahan tubuh
C. Faktor lingkungan dan perilaku

Dibawah ini penjelasan tentang epidemiologi penyebab penyakit diare:

A. Infeksi (kuman-kuman penyakit)


Kuman-kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui makanan/minuman yang tercemar atau kontak
langsung dengan tinja penderita (feces oral)
Di dalam istilah bahasa Inggris disebutkan 5 F (Feces, Flies, Food, Finger, Fomites) siklus penyebaran
penyakit diare bisa digambarkan sebagai berikut melalui:
Feces atau tinja Flies
atau lalat Food atau
makanan
Fomites atau peralatan makanan
Finger atau tangan (jari tangan)
Dibawah ini beberapa contoh perilaku terjadinya penyebaran kuman yang menyebabkan penyakit diare:
• Tidak memberikan ASI (Air Susu Ibu) secara esklusif (ASI eksklusif) sampai 6 bulan kepada bayi atau
memberikan MP ASI terlalu dini. Memberi MP ASI terlalu dini mempercepat bayi kontak terhadap kuman
• Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena penyakit diare karena sangat sulit
membersihkan botol dan juga kualitas air dibeberapa wilayah Indonesia juga sudah terkontaminasi
kuman-kuman penyakit seperti bakteri E. Coli
• Menyimpan makanan pada suhu kamar dan tidak ditutup dengan baik
• Minum air/menggunakan air yang tercemar
• Tidak mencuci tangan setelah BAB, membersihkan BAB anak
• Membuang tinja (termasuk tinja bayi) sembarangan.

B. Penurunan Daya Tahan Tubuh


• Tidak memberikan ASI kepada bayi sampai usia 2 tahun (atau lebih). Di dalam ASI terdapat antibodi
yang dapat melindungi bayi dari kuman penyakit
• Kurang gizi/malnutrisi terutama anak yang kurang gizi buruk akan mudah terkena diare
• Imunodefisiensi/Imunosupresi, terinfeksi oleh virus (seperti campak, AIDS)
• Segera proporsional, balita lebih sering terkena diare (55%).

C. Faktor Lingkungan dan Perilaku


Penyakit diare adalah penyakit yang berbasis lingkungan yang faktor utama dari kontaminasi air atau tinja
berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat.
17
Materi
Tatalaksana Diare PRINSIP TATALAKSANA DIARE
A. Mencegah terjadinya dehidrasi
B. Mengobati dehidrasi (ORALIT)
C. Mempercepat kesembuhan (OBAT ZINC)
D. Memberi Makanan
E. Mengobati masalah lain
Prinsip Tatalaksana Diare adalah:
PROSEDUR TATALAKSANA DIARE
Kematian karena diare dapat dihindari jika diberikan: • Rencana Terapi A – Untuk Terapi Diare Tanpa
cairan rumah tangga, ORALIT, ZINC, Makanan sesuai Dehidrasi
umur (saat diare dan selama masa penyembuhan) dan • Rencana Terapi B – Untuk Terapi Diare
Dehidrasi Ringan/Sedang
mengobati penyakit penyerta.
• Rencana Terapi C – Untuk Terapi Diare
Dehidrasi Berat
A. MENCEGAH TERJADINYA DEHIDRASI
Dehidrasi adalah berkurangnya cairan tubuh total dapat berupa hilangnya air lebih banyak dari natrium
(DEHIDRASI HIPERTONIK) atau hilangnya air dan natrium dalam jumlah yang sama (DEHIDRASI
ISOTONIK) atau hilangnya natrium yang lebih daripada air (DEHIDRASI HIPOTONIK).

Tindakan pencegahan dehidrasi yang bisa dilakukan di tingkat rumah tangga jika balita mengalami diare
adalah:
1. Memberikan ASI lebih sering dan lebih lama dari biasanya bagi
bayi yang masih menyusui (bayi 0 – 24 bulan atau lebih) dan bagi
petugas kesehatan sangat penting untuk mendukung dan
membantu ibu untuk menyusui bayinya jika ibu berhenti menyusui
bayinya yang masih berusia 0-24 bulan
2. Pemberian ORALIT sampai diare berhenti
3. Memberikan cairan rumah tangga, cairan/minuman yang biasa
diberikan oleh keluarga/masyarakat setempat dalam mengobati
diare, dan memberikan sari makanan yang cocok, contoh: kuah “BERIKAN ASI LEBIH SERING DAN LEBIH
sayur, air tajin, kuah sup. Jika tidak tersedia cairan rumah tangga LAMA bagi BAYI YANG MASIH MENYUSUI
dan ORALIT di rumah, bisa dengan memberikan air minum (bayi 0- 24 bulan atau lebih)”
4. Segera membawa balita diare ke sarana kesehatan “BERI ORALIT SAMPAI

DIARE BERHENTI”
B. MENGOBATI DEHIDRASI
Bila terjadi diare, segera bawa ke petugas kesehatan atau ke sarana
kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang cepat dan tepat sesuai
dengan tatalaksana diare.

ORALIT
ORALIT adalah campuran garam elektrolit seperti natrium klorida
(NaCl), kalium klorida (KCl), dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa anhidrat.

MANFAAT ORALIT
ORALIT diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare. Walaupun air
sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air minum tidak mengandung garam elektrolit yang diperlukan
untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga lebih diutamakan ORALIT. Campuran
glukosa dan garam yang terkandung dalam ORALIT dapat diserap dengan baik oleh usus penderita diare.
18
Materi
Cara mencegah terjadinya dehidrasi yaitu
dengan mengembalikan cairan tubuh yang
hilang akibat diare, dan bisa dilakukan sejak
awal di rumah
Oralit Osmolaritas rendah
Sejak tahun 2004, WHO/UNICEF merekomendasikan (WHO/UNICEF 2004)
ORALIT dengan osmolaritas rendah. Berdasarkan penelitian NaCl 2.6 g
dengan ORALIT osmolaritas rendah diberikan kepada Na Citrate 2.9 g
penderita diare akan: KCl 1.5 g
a. Mengurangi volume tinja hingga 25% Glucose 13.5 g
Na+ 75 mEq/l
b. Mengurangi mual muntah hingga 30% K+ 20 mEq/l
c. Mengurangi secara bermakna pemberian cairan melalui Citrate 10 mmol/l
intravena sampai 33%. Cl- 65 mEq/l
Glucose 75 mmol/l
Osmolaritas. 245 mmol/l
MEMBUAT DAN MEMBERIKAN LARUTAN
ORALIT

A. CARA MEMBUAT/MENCAMPUR LARUTAN


ORALIT
1. Cuci tangan dengan air dan sabun
2. Sediakan 1 gelas air minum yang telah dimasak/air teh (200 cc)
3. Masukkan satu bungkus ORALIT 200 cc
4. Aduk sampai larut benar
5. Berikan larutan ORALIT kepada balita.

B. CARA MEMBERIKAN LARUTAN ORALIT


1. Berikan dengan sendok atau gelas
2. Berikan sedikit-sedikit sampai habis, atau hingga anak
tidak kelihatan haus
3. Bila muntah, dihentikan sekitar 10 menit, kemudian
lanjutkan dengan sabar sesendok setiap 2 atau 3 menit
4. Walau diare berlanjut, ORALIT tetap diteruskan
5. Bila larutan ORALIT pertama habis, buatkan satu gelas
larutan ORALIT berikutnya. Berikan 1/2 gelas larutan ORALIT
setiap BAYI (< 1TAHUN) mencret

C. MEMPERCEPAT KESEMBUHAN
Bagi seorang ibu/keluarga tentunya akan sangat khawatir jika
balitanya mengalami diare dan tidak kunjung sembuh (diare
terus menerus). Semakin panjang durasi diare maka semakin
tinggi risiko balita mengalami dehidrasi dan terutama bagi balita
malnutrisi, jika mengalami dehidrasi karena diare, bisa
menyebabkan kematian pada balita.

Selama bertahun-tahun WHO membuat penelitian-penelitian


yang dapat menurunkan parahnya diare dan mempercepat
kesembuhan.
Berikan 1 gelas larutan ORALIT
setiap BALITA (USIA > 1 TAHUN
mencret
Materi
19

BERIKAN OBAT ZINC SEKALI SEHARI

SELAMA 10 HARI BERTURUT-TURUT


MESKIPUN DIARE SUDAH BERHENTI
ZINC UNTUK EFEKTIFITAS OBAT ZINC DALAM
Bukti ZINC baik dan aman untuk pengobatan diare MEMPERCEPAT KESEMBUHAN,
berdasarkan hasil penelitian Departement of Child and MENGURANGI PARAHNYA DIARE DAN
Adolescent Health and Development, World Health MENCEGAH KAMBUHNYA DIARE
Organization yaitu: SELAMA 2-3 BULAN KE DEPAN.

a. ZINC sebagai obat pada diare


• 20% lebih cepat sembuh jika anak diare diberi ZINC (Penelitian di India)
• 20% risiko diare lebih dari 7 hari berkurang
• 18% – 59% mengurangi jumlah tinja
• Mengurangi risiko diare berikutnya 2-3 bulan ke depan.

b. ZINC dan pengobatan diare akut


• 25% mengurangi lama diare
ZINC tersedia di beberapa tempat
c. ZINC dan pengobatan diare persisten seperti:
• 24% diare persisten berkurang 1. Puskesmas
2. Apotek
d. ZINC sebagai obat pencegah diare akut dan persisten 3. Rumah Sakit
• Jika ZINC diberikan 5-7 kali per minggu dengan dosis ½
yang dianjurkan (RDA) memberikan ZINC tersedia dalam kemasan:
- 18% penurunan insiden diare
- 25% penurunan diare
• Pada penelitian lanjutan didapatkan
- 11% penurunan insiden diare persisten
- 34% penurunan prevalen diare Tablet

e. ZINC pencegahan dan pengobatan diare berdarah


• Pemberian ZINC baik dalam jangka pendek dan panjang
terbukti menurunkan kejadian diare berdarah.

f. ZINC dan penggunaan antibiotik irasional


• Sampai saat ini pemakaian antibiotik pada diare masih
Bubuk
80% sedangkan jumlah diare yang seharusnya diberi
dalam sachet
antibiotik tidak lebih dari 20%, sangat tidak rasional,
(data sesuai dari hasil presentasi dr. M. Juffrie, PhD,
SpA(K) dalam Kongres XIV Ikatan Bidan Indonesia,
Padang, 2008).
• Pemakaian ZINC sebagai terapi diare apapun
penyebabnya akan menurunkan pemakaian antibiotik
irasional.
Sirup
g. ZINC mengurangi biaya pengobatan dalam botol
• Mengurangi jumlah pemakaian antibiotik dan,
• Mengurangi jumlah pemakaian ORALIT.

h. ZINC aman diberikan kepada anak.


20
Materi

Dosis obat ZINC (1 tablet = 20 mg)

CARA PEMBERIAN OBAT ZINC


Dosis obat ZINC (1 tablet = 20 mg)
• Pastikan semua anak yang menderita diare mendapat obat ZINC
selama 10 (sepuluh) hari berturut-turut
• Larutkan tablet dalam 1 sendok air minum atau ASI (tablet
mudah larut kira-kira 30 detik, segera berikan ke anak)
• Bila anak muntah sekitar setengah jam setelah pemberian obat
ZINC, ulangi pemberian dengan cara potongan lebih kecil
dilarutkan beberapa kali hingga 1 dosis penuh
• Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan
infus, tetap berikan obat ZINC segera setelah anak bisa minum
Umur kurang dari 6 bulan : 1/2 tablet /hari
atau makan

D. MEMBERI MAKANAN
Memberikan makanan selama diare kepada balita (usia 6 bulan ke atas)
penderita diare akan membantu anak tetap kuat dan tumbuh
serta mencegah berkurangnya berat badan. Sering sekali balita Umur lebih dari 6 bulan : 1 tablet /hari yang terkena diare
jika tidak diberikan asupan makanan yang
sesuai umur dan bergizi akan menyebabkan anak kurang gizi. Bila anak
kurang gizi akan meningkatkan risiko anak terkena diare kembali. Oleh
karena perlu diperhatikan:
1. Bagi ibu yang menyusui bayinya, dukung ibu agar tetap menyusui bahkan meningkatkan pemberian ASI
selama diare dan selama masa penyembuhan (bayi 0 – 24 bulan atau lebih).
2. Dukung ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi berusia 0-6 bulan, jika bayinya sudah diberikan
makanan lain atau susu formula berikan konseling kepada ibu agar kembali menyusui eksklusif. Dengan
menyusu lebih sering maka produksi ASI akan meningkat dan diberikan kepada bayi untuk mempercepat
kesembuhan karena ASI memiliki antibodi yang penting untuk meningkatkan kekebalan tubuh bayi.
3. Anak berusia 6 bulan ke atas, tingkatkan pemberian makan:
Makanan Pendamping ASI (MP ASI) sesuai umur pada bayi 6 – 24 bulan dan sejak balita berusia 1 tahun
sudah dapat diberikan makanan keluarga secara bertahap.
4. Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan
berat badan anak.

Pemberian makan sesuai umur sangat penting saat sakit maupun sehat
1. Bayi berusia 0 – 6 bulan
Saat usia ini, bayi HANYA diberikan Air Susu Ibu (ASI) saja sesuai keinginan anak, paling sedikit 8 kali
sehari; pagi, siang maupun malam hari. Jangan berikan makanan atau minuman lain selain ASI.

Jika ibu memberikan susu formula atau makanan lain:


• Bangkitkan rasa percaya diri ibu untuk HANYA memberikan ASI saja, jelaskan keuntungan ASI dan
dengan memberi ASI saja mencukupi kebutuhan bayi meskipun bayi sedang diare
• Susui bayi lebih sering, lebih lama; pagi, siang maupun malam
• Secara bertahap mengurangi pemberian susu formula atau makanan lain
21
Materi
Selama diare dan selama masa penyembuhan:
1. Berikan ASI lebih sering dan lebih lama (bayi 0–
24 bulan)
2. Bayi berusia 6 – 24 bulan
2. Berikan makanan sesuai umur lebih sering,
• Teruskan pemberian ASI
sedikit-sedikit, lebih bervariasi, lebih lembut sejak
• Mulai memberikan Makanan Pendamping ASI (MP
bayi berusia 6 bulan
ASI) yang teksturnya lembut seperti bubur, susu,
3. Petugas kesehatan memberikan Konseling kepada
pisang
ibu dengan bayi agar kembali menyusui eksklusif,
• Secara bertahap sesuai pertambahan umur berikan
karena ASI memiliki antibodi yag penting untuk
bubur tim lumat ditambah kuning telur/
meningkatkan kekebalan tubuh bayi, disarankan
ayam/ikan/ tempe
kepada ibu untuk melanjutkan peran ASI hingga
• Setiap hari berikan makanan sebagai berikut: Usia
anak berusia 24 bulan
6 bulan : 2 x 6 sdm peres
Usia 7 bulan : 2 – 3 x 7 sdm peres
Usia 8 bulan : 3 x 8 sdm peres

3. Balita umur 9 sampai 12 bulan


• Teruskan pemberian ASI
• Berikan MP ASI lebih padat dan kasar seperti nasi tim, bubur nasi
• Tambahkan telur/ayam/ikan/tempe/wortel/sapi/kacang hijau
• Setiap hari berikan makanan sebagai berikut: Usia
9 bulan : 3 x 9 sdm peres
Usia 10 bulan : 3 x 10 sdm peres
Usia 11 bulan : 3 x 11 sdm peres
• Berikan selingan 2 kali sehari di antara waktu pemberian makan sesuai umur sangat penting saat sakit
maupun sehat

4. Balita umur 12 sampai 24 tahun


• Teruskan pemberian ASI
• Berikan makanan keluarga secara bertahap sesuai dengan kemampuan anak
• Berikan 3 x sehari, sebanyak 1/3 porsi makan orang dewasa terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur, buah
• Beri makanan selingan kaya gizi 2 x sehari diantara waktu makan
• Perhatikan variasi makanan
• Sejak umur 12 bulan, anak sudah bisa makan makanan keluarga

5. Balita umur 2 tahun lebih


• Berikan makanan keluarga 3 x sehari, sebanyak 1/3 – 1/2 porsi makan orang dewasa
• Berikan makanan selingan kaya gizi 2 x sehari diantara waktu makan

ANJURAN MAKAN UNTUK DIARE PERSISTEN


• Jika anak masih mendapat ASI: Berikan lebih sering dan lebih lama, pagi, siang dan malam
• Jika anak mendapat susu selain ASI:
- Kurangi pemberian susu tersebut dan tingkatkan pemberian ASI
- Gantikan setengah bagian susu dengan bubur nasi di tambah tempe
- Jangan diberi susu kental manis
- Untuk makanan lain, ikuti anjuran pemberian makan sesuai dengan kelompok umur

E. MENGOBATI MASALAH LAIN


Apabila ditemukan penderita diare disertai dengan penyakit lain, maka diberikan pengobatan sesuai indikasi.
22
Materi

Prosedur tatalaksana diare


Di dalam melakukan prosedur tatalaksana diare, petugas kesehatan harus melakukan tahap demi tahap untuk
membantu ibu/pengasuh dari balita penderita diare dapat terlibat aktif dalam pengobatan diare balitanya.

A. MENILAI DERAJAT DEHIDRASI


Petugas kesehatan dalam melakukan prosedur penilaian derajat dehidrasi balita yang harus dilakukan adalah:

1. Tanyakan Riwayat Penyakit Anak


• Berapa lama anak sudah mengalami diare?
• Berapa kali anak buang air besar dalam satu hari?
• Apakah tinjanya ada darah?
• Apakah anak muntah?
• Apakah ada penyakit lainnya?

2. Lihat dan Periksa


• Bagaimana keadaan umum anak?
• Sadar atau tidak sadar?
• Lemas atau terlihat sangat mengantuk?
• Apakah anak gelisah?
• Berikan minum, apakah dia mau minum? Jika iya, apakah ketika minum ia tampak sangat haus atau
malas minum?
• Apakah matanya cekung atau tidak cekung?
• Lakukan cubitan kulit perut (turgor),
Apakah kulitnya kembali segera, lambat atau sangat lambat (lebih dari 2 detik)?

3. Lakukan penilaian dengan membaca tabel di bawah

PENILAIAN A B C

BILA TERDAPAT 2 TANDA ATAU LEBIH


1.LIHAT:
Keadaan Umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai atau tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung dan kering
Rasa Haus Minum biasa, tidak haus Haus, ingin minum banyak Malas minum/tidak bisa minum
2.PERIKSA:
Turgor Kulit Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat lambat
3.DERAJAT Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan/sedang Dehidrasi berat
DEHIDRASI (dehidrasi tidak berat)
4.RENCANA Rencana Terapi A Rencana Terapi B Rencana Terapi C
PENGOBATAN

B. MENENTUKAN RENCANA PENGOBATAN DIARE


Rencana pengobatan diare dibagi menjadi tiga (3) berdasarkan derajat dehidrasi yang dialami oleh balita
1. Rencana Terapi A, jika penderita diare tidak mengalami dehidrasi
2. Rencana Terapi B, jika penderita diare mengalami dehidrasi ringan/sedang
3. Rencana Terapi C, jika penderita diare mengalami dehidrasi berat.
23
A
Diare tanpa dehidrasi
Bila terdapat dua tanda atau lebih
Keadaan Umum baik, sadar
Mata tidak cekung
Minum biasa, tidak haus
Cubitan kulit perut/turgor kembali segera

RENCANA TERAPI A
UNTUK TERAPI DIARE TANPA DEHIDRASI

MENERANGKAN 5 LANGKAH TERAPI DIARE DI RUMAH


1. BERI CAIRAN LEBIH BANYAK DARI BIASANYA
• Teruskan ASI lebih sering dan lebih lama
• Anak yang mendapat ASI eksklusif, beri ORALIT atau air matang sebagai tambahan
• Anak yang tidak mendapat ASI eksklusif, beri susu yang biasa diminum dan ORALIT atau cairan rumah tangga sebagai
tambahan (kuah sayur, air tajin, air matang, dsb)
• Beri ORALIT sampai diare berhenti. Bila muntah, tunggu 10 menit dan dilanjutkan sedikit demi sedikit
- Umur < 1 tahun diberi 50-100 ml setiap kali berak
- Umur > 1 tahun diberi 100-200 ml setiap kali berak
• Anak harus diberi 6 bungkus ORALIT (200 ml) di rumah bila:
- Telah diobati dengan Rencana Terapi B atau C
- Tidak dapat kembali kepada petugas kesehatan jika diare memburuk
• Ajari ibu cara mencampur dan memberikan ORALIT

2. BERI OBAT ZINC


Beri ZINC 10 hari berturut-turut walaupun diare sudah berhenti. Dapat diberikan dengan cara dikunyah atau dilarutkan
dalam 1 sendok air matang atau ASI
• Umur < 6 bulan diberi 10 mg (1/2 tablet) per hari
• Umur > 6 bulan diberi 20 mg (1 tablet) per hari

3. BERI ANAK MAKANAN UNTUK MENCEGAH KURANG GIZI


• Beri makan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehat
• Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur setiap porsi makan
• Beri makanan kaya Kalium seperti buah segar, pisang, air kelapa hijau.
• Beri makan lebih sering dari biasanya dengan porsi lebih kecil (setiap 3-4 jam)
• Setelah diare berhenti, beri makanan yang sama dan makanan tambahan selama 2 minggu

4. ANTIBIOTIK HANYA DIBERIKAN SESUAI


INDIKASI MISAL: DISENTERI, KOLERA dll

5. NASIHATI IBU/PENGASUH
Untuk membawa anak kembali ke petugas kesehatan bila:
• Berak cair lebih sering
• Muntah berulang
• Sangat haus
• Makan dan minum sangat sedikit
• Timbul demam
• Berak berdarah
• Tidak membaik dalam 3 hari
24
B
Diare dehidrasi Ringan/Sedang
Bila terdapat dua tanda atau lebih
Gelisah, rewel
Mata cekung
Ingin minum terus, ada rasa haus
Cubitan kulit pertu/turgor kembali lambat

RENCANA TERAPI B
UNTUK TERAPI DIARE DEHIDRASI RINGAN/SEDANG

JUMLAH ORALIT YANG DIBERIKAN DALAM 3 JAM PERTAMA DI SARANA KESEHATAN

ORALIT yang diberikan = 75 ml x BERAT BADAN anak

• Bila BB tidak diketahui berikan ORALIT sesuai tabel di bawah ini:


Umur sampai < 4 bulan 4-12 bulan 12-24 bulan 2-5 tahun
Berat Badan < 6 kg 6-10 kg 10-12 kg 12-19 kg
Jumlah cairan 200-400 400-700 700-900 900-1400

• Bila anak menginginkan lebih banyak ORALIT, berikanlah


• Bujuk ibu untuk meneruskan ASI
• Untuk bayi < 6 bulan, tunda pemberian makan selama 3 jam kecuali ASI dan ORALIT
• Beri obat ZINC selama 10 hari berturut-turut

AMATI ANAK DENGAN SEKSAMA DAN BANTU IBU MEMBERIKAN ORALIT:


• Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan
• Berikan sedikit demi sedikit tapi sering dari gelas
• Periksa dari waktu ke waktu bila ada masalah
• Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian ORALIT dan berikan air masak atau ASI
• Beri ORALIT sesuai Rencana Terapi A bila pembengkakan telah hilang

SETELAH 3-4 JAM, NILAI KEMBALI ANAK MENGGUNAKAN BAGAN PENILAIAN, KEMUDIAN PILIH
RENCANA TERAPI A, B ATAU C UNTUK MELANJUTKAN TERAPI
• Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke Rencana Terapi A. Bila dehidrasi telah hilang, anak biasanya kencing kemudian
mengantuk dan tidur
• Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/sedang, ulangi Rencana Terapi B
• Anak mulai diberi makanan, susu dan sari buah
• Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan Rencana Terapi C

BILA IBU HARUS PULANG SEBELUM SELESAI RENCANA TERAPI B


• Tunjukkan jumlah ORALIT yang harus dihabiskan dalam Terapi 3 jam di rumah
• Berikan ORALIT 6 bungkus untuk persediaan di rumah
• Jelaskan 5 langkah Rencana Terapi A untuk mengobati anak di rumah
25
C
Diare dehidrasi Berat
Bila terdapat dua tanda atau lebih
Lesu, lunglai/tidak sadar
Mata cekung
Malas minum
Cubitan kulit perut/turgor kembali sangat lambat > 2 dtk

RENCANA TERAPI C
UNTUK TERAPI DIARE DEHIDRASI BERAT DI SARANA KESEHATAN

• Beri cairan Intravena segera.


Ringer Laktat atau NaCl 0,9% (bila RL tidak tersedia) 100 ml/kg BB, dibagi sebagai
berikut:
UMUR Pemberian I Kemudian
Ikuti Tanda Panah. 30ml/kg BB 70ml/kg BB
Jika jawaban “YA”,
Lanjutkan ke KANAN. Bayi < 1 Tahun 1 jam* 5 jam
Anak >1 tahun 30 menit* 2 ½ jam
Jika “TIDAK”,
Lanjutkan ke BAWAH. * Diulangi lagi bila denyut nadi masih lemah atau tidak teraba

Dapatkan Saudara • Nilai kembali tiap 15-30 menit. Bila nadi belum teraba, beri tetesan lebih cepat.
memberikan cairan YA • Juga beri ORALIT (5 ml/kg/jam) bila penderita bias minum; biasanya setelah 3-4 jam
intervena?
(bayi) atau 1-2 jam (anak).
TIDAK

• Berikan obat ZINC selama 10 hari berturut-turut


• Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi derajat dehidrasi.
Kemudian pilihlah rencana terapi yang sesuai (A, B atau C) untuk melanjutkan terapi.

• Rujuk penderita untuk terapi Intravena.


Adakah Terapi terdekat Y
• Bila penderita bisa minum, sediakan ORALIT dan tunjukkan cara memberikannya
A
(dalam 30 menit)? selama di perjalanan.
TIDAK

• Mulai rehidrasi dengan ORALIT melalui Nasogastrik/Orogastrik. Berikan sedikit demi


sedikit, 20 ml/kg BB/jam selama 6 jam.
• Nilai setiap 1-2 jam:
Apakah Saudara dapat
menggunakan pipa - Bila muntah atau perut kembung berikan cairan lebih lambat.
YA
nasogastrik/orogastrik
untuk rehidrasi?
- Bila rehidrasi tidak tercapai setelah 3 jam rujuk untuk terapi Intravena.
• Setelah 6 jam nilai kembali dan pilih rencana terapi yang sesuai (A, B atau C)
TIDAK

• Mulai rehidrasi dengan ORALIT melalui mulut. Berikan sedikit demi sedikit, 20 ml/
kg BB/jam selama 6 jam.
• Nilai setiap 1-2 jam:
Apakah penderita bisa Y - Bila muntah atau perut kembung, berikan cairan lebih lambat.
minum? A - Bila rehidrasi tidak tercapai setelah 3 jam, rujuk untuk terapi Intravena.
• Setelah 6 jam nilai kembali dan pilih rencana terapi yang sesuai.
TIDAK

Catatan:
• Bila mungkin amati penderita sedikitnya 6 jam setelah rehidrasi untuk memastikan bahwa
ibu dapat menjaga mengembalikan cairan yang hilang dengan memberi
ORALIT.
• Bila umur anak di atas 2 tahun dan kolera baru saja berjangkit di daerah Saudara,
Segera rujuk anak pikirkan kemungkinan kolera dan beri antibiotika yang tepat secara oral begitu anak
untuk rehidrasi melalui YA
Nasogastrik/0rogastrik
sadar.
atau Intravena.
26

Konseling:
Pentingnya Konseling
Dalam Tatalaksaksana Diare
a. Teknik/Keterampilan Komunikasi

b. Tiga langkah cara mengajarkan ibu tentang


tatalalaksana diare di rumah
27
Cara Memfasilitasi

Konseling: Pentingnya Konseling


Dalam Tatalaksana Diare

Tujuan Pembelajaran:
Setelah sesi ini, peserta mampu mempraktekkan prinsip-prinsip konseling dalam melakukan tatalaksana diare

Pokok Bahasan:
1. Prinsip-Prinsip Konseling
2. Simulasi konseling Tatalaksana Diare

Waktu : 110 menit Media: Alat dan Bahan:


1. Bahan presentasi 1. Boneka
Metode: 2. Lembar balik 2. Sendok
1. Curah pendapat 3. Contoh kasus 3. Gelas
4. Air minum
2. Presentasi 4. Formulir pengamatan praktek tatalaksana diare 5. ORALIT
3. Peragaan 5. Panduan sosialisasi tatalaksana diare balita 6. Obat ZINC
4. Simulasi

Langkah-langkah:
• Fasilitator membuka sesi pertemuan dan menjelaskan tujuan sesi.
• Fasilitator menanyakan kepada peserta pengertian konseling yang mereka ketahui.
• Fasilitator menjelaskan tentang pengertian konseling dan prinsip-prinsip konseling di pelayanan kesehatan
dan aplikasi prinsip-prinsip konseling pada tatalaksana diare.
• Fasilitator meminta pendapat peserta tentang:
- Hal-hal yang perlu di TANYA, LIHAT, dan PERIKSA pada pasien penderita diare
- Fasilitator menyimpulkan tentang hal-hal yang perlu di TANYA, LIHAT, dan PERIKSA pada pasien
penderita diare sesuai dengan Tatalaksana Diare
• Fasilitator meminta peserta membagi kelompok dan kelompok diminta untuk melakukan simulasi tentang
tata laksana diare di pelayanan kesehatan.
• Berikan kesempatan kepada kelompok mendiskusi peran masing-masing
- Peran sebagai bidan/petugas kesehatan
- Peran sebagai ibu/pengasuh dari balita yang sedang diare
- Peran sebagai pasien yang sedang antri di pelayan kesehatan (sekaligus sebagai pengamat)
Topik Simulasi, contoh kasus (terlampir):
1. Ibu/pengasuh dari balita dengan diare tanpa dehidrasi
2. Ibu/pengasuh dari balita dengan diare dehidrasi sedang/ringan
3. Ibu/pengasuh dari balita dengan diare tanpa dehidrasi dan mempunyai masalah pemberian makan
• Fasilitator memandu kelompok melakukan simulasi.
• Fasilitator meminta kelompok untuk mensimulasikan kasus yang diberikan kepada kelompoknya dan
kelompok lainnya mengamati berlangsungnya simulasi dan membuat catatan tentang: teknik
komunikasi/konseling (TANYA, DENGAR, PUJIAN, SARAN dan PERIKSA PEMAHAMAN) yang
digunakan oleh petugas kesehatan ketika memberikan konseling kepada ibu.
• Fasilitator dan kelompok mendiskusikan hasil simulasi tentang hal-hal yang sudah dilakukan dengan baik
dan yang perlu ditingkatkan dalam melaksanakan konseling Tatalaksana Diare.
• Fasilitator menjelaskan tentang tips melakukan konseling Tatalaksana Diare.
• Sesi ditutup.
28
Materi

Konseling: Pentingnya Konseling


Dalam Tatalaksana Diare
• Komunikasi yang baik dari petugas
kesehatan membantu ibu melakukan
tatalaksana diare saat di rumah

Sebagai petugas kesehatan di pelayanan kesehatan,


sangat penting memiliki kemampuan konseling.
Konseling adalah proses pemberian bantuan yang
dilakukan oleh seorang ahli
(disebut konselor) kepada individu yang mengalami sesuatu masalah (disebut konsele) yang bermuara pada
teratasinya masalah yang dihadapi pasien/klien.

TEKNIK/KETERAMPILAN KOMUNIKASI YANG BAIK


TANYA/DENGAR BERI PUJIAN SARAN PERIKSA
Tanya dan dengarkan hal- Berikan pujian kepada Berikan saran kepada Periksa sampai
hal apa saja yang sudah pengasuh/ibu balita akan pengasuh/ibu balita dimana
dilakukan oleh ibu dalam hal-hal baik yang sudah cara merawat balita pemahaman ibu
merawat anaknya ketika dilakukan ibu dalam sakit di rumah. tentang cara merawat
dia diare. merawat anaknya. balita sakit.

TANYA dan DENGAR


a. Tanda-tanda bahaya yang dialami balita pada saat sakit.
b. Apa saja yang sudah dilakukan oleh ibu balita/pengasuhnya untuk mengatasi tanda-tanda bahaya tersebut;
apa saja yang sudah dilakukan ibu balita/pengasuh dengan baik dan apa yang perlu diperbaiki.

BERI PUJIAN
Komunikasi yang baik saat melakukan
Petugas kesehatan memberikan pujian kepada ibu
konseling:
balita/pengasuh jika melakukan tindakan yang baik dalam
mengatasi penyakit/tanda-tanda bahaya sakit yang dialami
Pastikan ibu mengerti tentang cara
balita.
melakukan tatalaksana diare di rumah
sebelum ibu meninggalkan sarana
BERI SARAN kesehatan, oleh karena itu petugas
kesehatan penting untuk:
• Gunakan kalimat yang dimengerti oleh ibu/pengasuh
balita. 1. Memberikan informasi yang tepat dan
• Gunakan alat bantu yang ibu/pengasuh balita kenali. relevan kepada ibu
• Berikan pujian jika ibu/pengasuh melakukan/ 2. Memperagakan contoh cara melakukan
mempraktekkan dengan benar dan bantu ibu/ pengasuh tatalaksana diare dan
jika ibu/pengasuh belum mempraktekkan dengan 3. Minta ibu untuk mempraktekkan sendiri
benar. dan bantu ibu dengan sabar jika ibu belum
• Berikan kesempatan untuk melakukan praktek lebih mengerti cara melakukannya
dari satu kali jika dibutuhkan.
4. Jika diperlukan jelaskan dan peragakan kembali
cara melakukan tatalaksananya.
29
Materi

• Dorong ibu/pengasuh untuk aktif bertanya jika ada hal-hal yang ingin dia tanyakan dan jawab semua
pertanyaannya
• Berikan saran yang relevan saat ini

PERIKSA PEMAHAMAN
Berikan beberapa pertanyaan kepada ibu/pengasuh untuk mengetahui pemahaman ibu dan berikan penjelasan
ulang jika ibu/pengasuh balita belum paham. Hindari pertanyaan tertutup (pertanyaan yang mengarahkan).
Sebagai petugas kesehatan, anda mengharapkan ibu/pengasuh balita mengerti cara merawat balita sakitnya
setelah anda mengajarkannya. Dengan bertanya, anda akan tahu tingkat pemahaman ibu/pengasuh balita.

TIGA LANGKAH DASAR CARA MENGAJARKAN IBU TENTANG TATALAKSANA DIARE BALITA
DI RUMAH:
1. Berikan informasi kepada ibu, contoh bagaimana cara memberikan ZINC kepada bayinya.
2. Peragakan kepada ibu, contoh cara memberikan ZINC kepadanya bayinya.
3. Ibu diminta untuk mempraktekkan cara memberikan ZINC kepada bayinya. Setelah mengajarkan ibu
tentang tatalaksana diare, selanjutnya petugas kesehatan memeriksa pemahaman ibu, caranya:
1. Gunakan pertanyaan seperti; mengapa, bagaimana, kapana ibu harus melakukan tatalaksana diare di
rumah
2. Hindari pertanyaan yang mengarahkan
3. Berikan waktu kepada ibu untuk berfi kir lalu menjawab pertanyaan
4. Berikan pujian kepada ibu jika ibu menjawab dengan benar
5. Jika dibutuhkan, beri informasi tambahan, contoh atau praktekkan kembali

Ajarkan kepada ibu tentang tatalaksana diare di rumah:


1. Jelaskan apa tatalaksana diare dan mengapa harus melakukannya
2. Jelaskan langkah-langkah melakukan tatalaksana diare di rumah
3. Jika obat yang diberikan lebih dari satu jenis, perhatikan ketika ibu melakukannya.
4. Jelaskan kepada ibu berapa lama harus melakukan tatalaksana diare tersebut di rumah
5. Periksa pemahaman ibu sebelum ibu meninggalkan sarana kesehatan

Ajarkan ibu tentang cara pemberian obat oral di rumah:


1. Berikan obat yang sesuai dan jelaskan dosis yang harus diberikan sesuai umur atau Berat Badan
2. Jelaskan alasan mengapa memberi obat tersebut dan penyakit yang diobati
3. Peragakan cara mengukur dosis yang diberikan
4. Minta ibu untuk memberikan dosis yang pertama kepada balita

Ajarkan ibu tentang cara memberikan obat oral di rumah:


1. Minta ibu untuk memberikan dosis yang pertama kepada balita
2. Jelaskan dengan perlahan bagaimana memberikan obat, jelaskan label yang ada di obat dan paket obat
yang diberikan
3. Jika obat yang diberikan lebih dari, hitung jumlah obat yang diberikan dan pisahkan obat berdasarkan jenis
dan pisahkan di kantong yang berbeda
4. Jelaskan kepada ibu untuk menghabiskan semua obat yang diberikan meskipun balita sudah membaik dari
sakitnya
5. Periksa pemahaman ibu sebelum ibu meninggalkan sarana kesehatan
30
Materi

A. KUNJUNGAN SEGERA
Nasihati ibu untuk membawa anak kembali ke petugas kesehatan bila:
• Berak cair lebih sering
• Muntah berulang
• Sangat haus
• Makan dan minum sangat sedikit
• Timbul demam
• Berak berdarah
• Tidak membaik dalam 3 hari

B. KUNJUNGAN LANJUTAN
Beritahukan kepada ibu melakukan kunjungan
Jenis Diare Kunjuangan
lanjutan ke sarana kesehatan meski balita kelihatan
membaik. lanjutan
- Jika balita tidak mempunyai masalah/penyakit Disentri 2 hari
baru, gunakan instruksi MTBS kunjungan Diare persisten 5 hari
lanjutan untuk masalah yang spesifik: Diare dehidrasi ringan/sedang 3 hari
• Periksa balita sesuai instruksi Diare tanpa dehidrasi 3 hari
• Gunakan informasi untuk mengenali tanda-
tanda bahaya yang dialami balita untuk
memberikan perawatan yang sesuai
- Lihat jika ada kemajuan anak (semakin membaik atau tidak) atau berikan pengobatan lain jika balita tidak
membaik
- Mungkin perlu mencoba obat jenis lain (second-line drug)
- Untuk kunjungan lanjutan berikutnya jika:
• Balita mengalami disentri, sarankan untuk melakukan kunjungan lanjutan 2 hari berikutnya
• Balita dengan diare persisten, sarankan untuk melakukan kunjungan 5 hari berikutnya
31
Lampiran Simulasi Konseling

Pedoman Ketika Menyelenggarakan Permainan Peran


• Sebelum bermain peran, fasilitator harus mengetahui tentang tujuan bermain peran, peran yang akan
tugaskan, informasi yang diperlukan dan pokok-pokok penting yang harus dibuat oleh kelompok sesudah
bermain peran.
• Yang harus dikerjakan sebelum bermain peran
- Penugasan peran. Mula-mula, pilihlah peserta yang tidak pemalu, dengan cara meminta sukarelawan.
Bila perlu, seorang fasilitator bisa berperan dalam bermain peran yang awal
- Berikan kepada peserta, keperluan peralatan untuk bermain peran misalnya: boneka, obat, dll
- Berikan catatan informasi bagi pemeran. (Biasanya tersedia informasi untuk pemeran “Ibu” yang
terdapat dalam panduan ini yang bisa di fotocopi)
- Mintalah agar peserta permainan peran berbicara dengan cukup keras
- Berikan cukup waktu persiapan peserta
• Setelah semuanya siap, aturlah tempat bagi pemain. Aturlah sehingga “ibu” dan “petugas kesehatan”
duduk terpisah dari peserta lain, sehingga semua dapat melihatnya.
• Mulailah dengan memperkenalkan pemain dan peran mereka dan menyebutkan tujuan dan situasinya.
Sebagai contoh, mungkin saudara perlu menyebutkan umur anak, hasil penilaian kasus dan obat yang telah
diberikan.
• Saudara boleh melakukan interupsi jika peserta mengalami kesulitan yang cukup berarti atau melenceng
dari tujuan bermain peran.
• Setelah permainan peran selesai, ucapkan terimakasih kepada pemain. Pastikan bahwa umpan balik yang
diberikan oleh peserta yang lain cukup menunjang. Pertama kali bahaslah apa yang sudah dikerjakan
dengan baik dan selanjutnya bahaslah apa yang perlu diperbaiki.
• Upayakan agar semua peserta terlibat dalam diskusi setelah permainan peran.
• Mintalah peserta untuk menyimpulkan apa yang telah mereka pelajari peran ini.

KASUS YANG AKAN DIKERJAKAN KELOMPOK PADA SAAT


SIMULASI KASUS 1:
Ibu membawa anaknya Yayuk umur 2 tahun ke klinik karena diare. Selama 2 hari (5 kali sehari). Petugas
kesehatan tidak menemukan tanda-tanda bahaya umum. Tidak ada darah dalam tinja. Yayuk sangat rewel,
kelopak matanya cekung, cubitan kulit perut kembali dengan segera. Ia minum dengan lahap. Selain itu tidak
ada masalah.

Tugas kelompok:
1. Tentukan jenis diare yang dialami Yayuk?
2. Tentukan pengobatan apa yang dianjurkan?
3. Praktek konseling

KASUS 2:
Heryawan, anak umur 5 bulan, keluhan ibu walau Heryawan tetap bermain seperti biasa, minum seperti biasa
tetapi Heryawan sudah mengalami diare selama 5 hari dengan batuk dan pilek dan Heryawan terlihat kurus.
Sejak 1 bulan yang lalu, ibu memberi bubur encer 1x sehari dan susu sapi segar 2 kali setengah botol sehari.

Tugas Kelompok:
1. Apa jenis diare yang dialami oleh Heryawan?
2. Apa perilaku yang salah dari ibu dalam merawat Heryawan?
3. Pengobatan yang dianjurkan?
4. Praktek konseling
32
Lampiran Simulasi Konseling

KASUS 3:
Ibu membawa Rina anak perempuan, umur 11 bulan ke klinik karena menderita diare dan sudah diberikan teh
manis selama diare yang sudah berlangsung 3 hari ini. Rina biasanya makan bubur beras, daging, sayuran dan
buah. Ibu meneruskan pemberian makan tersebut dan tetap memberi ASI. Ibu mengatakan rumahnya jauh dari
klinik sehingga ia tidak mungkin kembali ke klinik, walaupun keadaan anak memburuk.

Pertanyaan:
1. Apa perilaku yang salah dari ibu tersebut?
2. Pengobatan apa yang dianjurkan
3. Praktek konseling

PETUNJUK FASILITATOR UNTUK MEMFASILITASI SIMULASI


KASUS KASUS 1:
Dalam permainan ini, petugas kesehatan akan mengajari ibu cara merawat anak dengan dehidrasi. Pada bagian
pertama, anak membutuhkan Rencana Terapi B. Pada bagian kedua, anak diberi Rencana Terapi A.

GAMBARAN TENTANG KASUS:


Ibu membawa anaknya Yayuk umur 2 tahun, ke klinik karena diare selama 2 hari (5 kali sehari). Petugas
kesehatan tidak menemukan tanda bahaya umum. Tidak ada darah dalam tinja. Yayuk sangat rewel, kelopak
matanya cekung, cubitan kulit perut, kembali dengan segera. Ia minum dengan lahap. Selain itu tidak ada
masalah lain. Klasifikasi Yayuk DIARE DEHIDRASI RINGAN/SEDANG, status gizi NORMAL. Tidak ada
klasifikasi lain. Petugas memberi Rencana Terapi B dengan ORALIT.

PERAN PETUGAS KESEHATAN:


Menyampaikan kepada ibu bahwa Yayuk harus mendapat penanganan dengan ORALIT. Ibu diminta untuk
tetap di klinik karena Yayuk harus mendapat ORALIT. Laksanakan Rencana Terapi B untuk mengajak ibu
memberi ORALIT. Tunjukkan jumlah ORALIT yang harus diberikan dan cara memberi ORALIT. Jawab
semua pertanyaan ibu dan bantu ibu memecahkan masalah.

PERAN IBU:
Ibu mendengarkan keterangan petugas kesehatan dan berusaha mengerjakan hal-hal yang disampaikan petugas
kesehatan. Setelah memberi ORALIT beberapa menit, sampaikan pada petugas kesehatan bahwa Yayuk
memuntahkan cairan yang diberikan.

PERAN PENGAMAT:
Lihat Rencana Terapi B dan amati permainan peran ini. Perhatikan apakah petugas kesehatan memberi
keterangan dengan baik dan hal apa lagi yang dapat dilakukan lebih baik.
33
Lampiran Simulasi Konseling

KEJADIAN 3 JAM KEMUDIAN


Setelah 3 jam, Yayuk diperiksa ulang. Keadaan sekarang: DIARE TANPA DEHIDRASI. Diare berlangsung
terus, tetapi petugas kesehatan menganggap bahwa Yayuk boleh pulang untuk diberi Rencana Terapi A.

PERAN PETUGAS KESEHATAN:


Mengajari ibu Rencana Terapi A. Beri ORALIT dan obat ZINC untuk dibawa pulang. Ajukan pertanyanan
untuk mengecek pemahaman ibu, untuk memastikan apakah ibu ingat dan mengerti aturan perawatan diare di
rumah.

PETUNJUK FASILITATOR UNTUK MEMFASILITASI SIMULASI KASUS.

KASUS 2:
Dalam latihan ini, Peserta akan bermain peran tentang penilaian dan masalah pemberian makan dan
memberikan saran tentang Rencana Terapi.

Heryawan umur 5 bulan dengan batuk dan pilek. Tidak menunjukkan tanda-tanda bahaya umum dan
diklasifikasikan sebagai DIARE TANPA DEHIDRASI, DIARE AKUT, dan KURUS. Tidak ada klasifikasi
lain. Sejak 1 bulan yang lalu, karena anak rewel, ibu memberi bubur encer 1x sehari dan susu sapi segar 2 kali
setengah botol sehari.

Berikut adalah contoh bagian dari Formulir Pencatatan untuk anak umur

LAKUKAN PENILAIAN PEMBERIAN MAKAN, jika anak KURUS atau


UMUR < 2 TAHUN dan tidak dirujuk segera.
* Apakah ibu menyusui anak ini? Ya____Tidak_____
Jika ya, berapa kali dalam 24 jam? ____kali
Apakah juga menyusu di malam hari? Ya____Tidak____

*Apakah anak mendapat makanan atau minuman lain? Ya___Tidak____

Jika ya, makanan atau minuman apa?


Berapa kali sehari? ________kali
Alat apa yang digunakan untuk memberi makan/minum anak?
_____________________________________________________________

Jika kasus KURUS:


Berapa banyak makanan/minuman diberikan pada anak?
____________________________________________________________

Apakah anak mendapat makanan tersendiri? Ya_____Tidak______


Siapa yang memberi makan dan bagaimana caranya?
_____________________________________________________________

Selama sakit ini apakah ada perubahan pemberian makan?


Ya________Tidak_____Jika ya, bagaimana? _______________________
34
Lampiran Simulasi Konseling

PERAN PETUGAS KESEHATAN:


Menyampaikan kepada ibu bahwa Heryawan mengalami masalah diare akut tanpa dehidrasi dan menjelaskan
tentang Rencana Terapi A. Petugas kesehatan juga menilai pemberian makan Heryawan serta menjelaskan tentang
Anjuran Makan yang Baik. Petugas menjelaskan tentang pemberian ORALIT dan obat ZINC kepada ibu Heryawan
serta memberi nasihat untuk kunjungan berikutnya ke tenaga kesehatan.

PERAN IBU:
Ibu mendengarkan keterangan petugas kesehatan dan mengikuti saran petugas kesehatan untuk melakukan
tatalaksana diare di rumah.

PERAN PENGAMAT:
Lihat Rencana Terapi A dan anjuran makan yang baik amati pemain peran ini. Perhatikan apakah petugas
kesehatan memberi keterangan dengan baik dan hal apa lagi yang dapat dilakukan lebih baik.

PETUNJUK FASILITATOR UNTUK MEMFASILITASI SIMULASI


KASUS KASUS 3:
Ibu membawa Rina anak perempuan, umur 11 bulan ke klinik karena menderita diare. Rina biasanya makan
bubur beras, sepotong daging, sayuran dan buah. Ibu meneruskan pemberian makan tersebut dan tetap
memberi ASI. Ibu mengatakan rumahnya jauh dari klinik sehingga ia tidak mungkin kembali ke klinik,
walaupun keadaan anak memburuk. Rina tidak mempunyai tanda bahaya umum, klasifi kasinya DIARE
TANPA DEHIDRASI, status gizi NORMAL. Tidak ada klasifikasi lain. Rina akan ditangani dengan
RencanaTerapi A.

PERAN PETUGAS KESEHATAN:


Menilai tingkat dehidrasi Rina, menentukan Rencana Terapi untuk Rina dan menjelaskan tatalaksana diare
yang harus dilakukan oleh Ibu Rina di rumah.

PERAN IBU:
Ibu memberikan keluhan yang dialami Rina dan situasi rumahnya yang jauh dari klinik.

PERAN PENGAMAT:
Lihat Rencana Terapi A. Perhatikan apakah petugas kesehatan memberi keterangan
dengan baik dan hal apa lagi yang dapat dilakukan lebih baik.
35
Lampiran Simulasi Konseling

Formulir Pengamatan Simulasi Tatalaksana Diare

Hal-hal yang diamati Ya Tidak Catatan


Apakah petugas kesehatan TANYA:
- Berapa lama anak sudah mengalami diare?
- Berapa kali anak buang air besar dalam satu hari?
- Apakah tinjanya ada darah?
- Apakah balita muntah?
- Apakah ada penyakit lainnya?
Apakah petugas kesehatan sudah LIHAT dan PERIKSA:
- Bagaimana keadaan umum anak?
- Sadar atau tidak sadar?
- Lemas atau terlihat sangat mengantuk?
- Apakah anak gelisah?
- Berikan minum, apakah dia mau minum?
- Ketika minum balita tampak sangat haus atau malas minum?
- Apakah matanya cekung atau tidak cekung?
- Melakukan cubitan kulit perut (turgor). Apakah kulitnya kembali segera,
lambat atau sangat lambat (lebih dari 2 detik)?
Apakah petugas kesehatan menanyakan kepada ibu balita/pengasuh tentang
tindakan yang telah diberikan oleh ibu atau pengasuh untuk mengatasi masalah
diare (tanda-tanda bahaya) pada balita?
Apakah petugas kesehatan memberikan PUJIAN atas tindakan/praktek yang baik
yang sudah dilakukan ibu/pengasuh dalam mengatasi masalah diare (tanda-tanda
bahaya) pada balitanya?
Apakah petugas kesehatan menjelaskan kepada ibu balita/pengasuhnya tentang
keadaan diare yang dialami balitanya:
- Diare tanpa dehidrasi - Diare persisten berat
- Diare dehidrasi ringan - Diare persisten
- Diare dehidrasi berat - Disentri
Apakah petugas kesehatan memberikan saran tentang cara merawat balita sesuai:
- Rencana Terapi A untuk diare tanpa dehidrasi
- Rencana Terapi B untuk diare dehidrasi ringan/sedang
- Rencana Terapi C untuk diare dehidrasi berat
Apakah petugas kesehatan memeragakan cara pembuatan ORALIT dan
pemberian ORALIT?
Apakah petugas kesehatan memeragakan cara melarutkan ZINC dan pemberian
ZINC?
Apakah petugas kesehatan memberikan kesempatan kepada ibu balita/ pengasuh
untuk memeragakan cara pembuatan dan pemberian ORALIT?
Apakah petugas kesehatan memberikan kesempatan kepada ibu balita/ pengasuh
untuk memeragakan cara pembuatan dan pemberian ZINC?
Apakah petugas kesehatan menjelaskan tentang pemberian cairan rumah tangga?
Apakah petugas kesehatan menjelaskan cara pemberian makan pada balita sakit?
Apakah petugas kesehatan menjelaskan kapan harus melakukan kunjungan ulang
ke petugas kesehatan (tanda-tanda bahaya/ jika tidak sembuh)?
36

Daftar Referensi

Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Buku Saku
Petugas Kesehatan: LINTAS DIARE-Lima Langkah Tuntaskan Diare, 2009.

Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Pedoman Kader
Untuk Memberantas Diare, 2007.

Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Pedoman
Pemberantasan Penyakit Diare, Edisi ke-5, 2007.

Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Pengendalian
Penyakit Diare, 2009.

Departemen Kesehatan RI, Buku Modul-4 Managemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), Rev. 2008.

Departemen Kesehatan RI, Buku Bagan Managemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), Rev. 2008.

Departemen Kesehatan RI, Buku Panduan Fasilitator Managemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), Rev. 2008.

Departemen Kesehatan RI, WHO, IDAI. Buku Saku “Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit”-Pedoman Bagi
Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota, cetakan 1, 2009.

Fontaine, Oliver. 2008. Konika XIV-Ikatan Dokter Anak Indonesia, Sari Pediatri, Edisi Khusus, Suplemen, Vol. 10,
No. 1.

“IMCI-Session 9 Counseling and Follow Up Care”. http://www.scribd.com/doc/10508418/IMCI-Session-9-


Counseling-and-Followup-Care.

Juffrie, M. Dr., PhD, SpA(K), 2008. Zinc: Tatalaksana Baru Diare. Makalah disajikan dalam Kongres XIV Ikatan
Bidan Indonesia, Padang, Sumatera Barat, 2-6 November.

Juffrie, M. Dr., PhD, SpAK, dan Mulyani, N.S., Dr., SpAK. Modul Pelatihan Diare, UKK Gastro-hepatologi IDAI,
edisi pertama, 2009.

“Keamanan dan Efektivitas Pengobatan Zink Pada Managemen Diare.” Medika, Desember 2008., No. 12 Tahun ke
XXXIV, Desember 2008.

LINKAGES. Facts for Feeding: Feeding Infants and Young Children During and After Illness., November 2006.

Sulani, Fatni, dr. Hj. DTM&H, MSi. “Analisa Situasi Balita Di Indonesia: SDKI 2007, Riskesdas 2007, Susenas
2007”, Presentasi Direktorat Bina Kesehatan Anak, Departemen Kesehatan RI.

WHO/UNICEF. Joint Statement “Clinical Management of Acute Diarrhea”. The United Nation Children’s Fund/
World Health Organization, 2004.

“Zinc Dalam Penatalaksanaan Diare .”Ethical Digest, Agustus 2008., hlm. 44.

“Zinc sebagai Pengobatan Baru Untuk Semua Kasus Diare”. Medika, Agustus 2008., No. 8 Tahun ke XXXIV.

“Zink sebagai Terapi Baru Tatalaksana Diare”. Medika, Oktober 2008., No. 10 Tahun ke XXXIV.

“Zink Sangat Poten Untuk Pengobatan Diare”. Medika, November 2008., No. 11, Tahun Ke XXXIV.
EDISI JUNI 2010

Anda mungkin juga menyukai