Anda di halaman 1dari 26

PRESENTASI KASUS

EPIDIDYMITIS

disusun oleh:
Putri Dinar Lestari (2010 031 0186)
Pembimbing: dr.Ita Rima Rahmawati, SpRad

KEPANITERAAN KLINIK ILMU RADIOLOGI


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
RSUD SALATIGA
2015

HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui dan disahkan, presentasi kasus dengan judul


EPIDIDYMITIS

Disusun oleh:
Putri Dinar Lestari
2010 031 0186

Telah dipresentasikan
Hari/Tangal :

November 2015

Disahkan oleh:
Dosen Pembimbing

dr. Ita Rima Rahmawati , Sp.Rad

BAB I

PENDAHULUAN
Identitas
Nama
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Agama

Tn. R
23 tahun
Laki-laki
Niten Kenteng Susukan
Islam

Anamnesis (Subjective)
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan terdapat bengkak sebesar telur angsa pada buah zakar
sebelah kanan. Bengkak berlangsung hilang timbul selama beberapa hari. Pasien mnegeluhkan
bengkak muncul pertama kali saat pulang dari rumah sakit, setelah operasi pada dada kirinya.
Dua hari setelah operasi pasien diperbolehkan pulang, kemudian beberapa jam setelah tiba di
rumah, bengkak mulai muncul.Bengkak muncul sejak 1bulan
bengkak

yang lalu, 3 hari kemudian

mengecil tanpa disertai demam dan nyeri. Setelah itu, tanpa penyembab apa-apa

membesar lagi sejak 7 hari yang lalu. Bengkak makin membesar setiap harinya. Bengkak
disertai dengan nyeri. Nyeri berlangsung pada seluruh bagian buah zakar kanan. Nyeri datang
tiba-tiba hingga mengganggu aktifitas pasien sehari-hari. Satu bulan yang lalu, saat Bengkak
pertama kali muncul pasien mengalami demam (+). Demam berlangsung 1 hari dan turun sendiri
tanpa diberi obat. Demam tidak terlalu tinggi menurut pasien. Pasien mengeluarkan cairan
seperti nanah 5 hari yang lalu. Hanya pada hari itu saja dan hanya kira2 seujung kuku yang
keluar. Tidak terdapat keluhan kesulitan membuang BAK dan BAB.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien pernah di operasi pada bagian dada kiri sebelumnya untuk mengambil benjolan yang
membuat nyeri pada dada pasien sekitar 1 bulan yang lalu. Setelah itu, benjolan pada buah zakar
mulai muncul. Pasien tidak pernah dirawat di RS selain itu. Tidak ada riwayat penyakit gula,
darah tinggi, demam lama, batuk lama, dan gejala yang sama sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak terdapat riwayat serupa pada keluarga pasien
DM (-)
Hipertensi (-)
Kanker (-)
TB (-)
Riwayat Personal Sosial
Pasien bekerja sebagai tukang. Tidak ada masalah dalam pekerjaannya. Saat ini pasien
merupakan seorang perokok yang menghabiskan sekitar 3 batang rokok setiap harinya. Pasien
belum menikah dan belum pernah melakukan hubungan seksual. Pasien masih tinggal dengan
orang tuanya. Hubungan dengan keluarga baik.
Pemeriksaan Fisik (Objective)
1
2

Kesadaran
: Compos Mentis , GCS E 4V 5M 6
Tanda-tanda Vital
o Tekanan Darah : 120/80 mmHg
o Nadi
: 80 x/menit
o Respirasi Rate
: 20x/menit
o Temperature
: 36,6C
3 Pemeriksaan Kepala
o Bentuk Kepala
: Mesochepal, rambut berwarna putih
o Wajah
: Simetris
o Mata
: Konjungtiva anemis -/- , pupil isokor +/+
o Telinga: sekret -/-, nyeri -/-, perdarahan -/-, tinitus -/o Hidung: sekret -/-, perdarahan +/+, deformitas -/-

4
5

o Mulut
: sianosis (-), bibir kering (-)
Pemeriksaan Leher : PKGB (-), JVP meningkat (-)
Pemeriksaan Thoraks
Pulmo
o Inspeksi
: Simetris
o Palpasi
: Nyeri tekan (-/-)
o Perkusi
: Sonor
o Auskultasi
: Suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
Cor
o Inspeksi
: Kuat angkat (-)
o Palpasi
: iktus tidak melebar
o Perkusi
: Batas atas jantung kanan pada SIC II parasternalis dextra, batas
atas jantung kiri pada SIC II parasternalis sinistra, batas bawah jantung kanan pada

SIC IV parasternalis dextra, dan batas bawah jantung kiri pada SIC V LMC sinistra
o Auskultasi
: SI-II reguler, bising (-), gallop (-)
6 Pemeriksaan Abdomen
o Inspeksi : Flat, defans (-), massa (-)
o Auskultasi : Bising usus (+) normal
o Perkusi : Tympani
o Palpasi
: Supel
7 Genitalia
Inspeksi
: skrotum dextra: edema (+) merah (+)
Skrotum sinistra: dalam batas normal
8 Pemeriksaan Ekstremitas Atas : akral hangat , sianosis (-/-)
9 Pemeriksaan Ekstremitas Bawah : akral hangat , sianosis (-/-)
10 Pemeriksaan Neurologi :
Fungsi kesadaran : compos mentis GCS E4V5M6
Fungsi Luhur : baik
Fungsi kognitif : dalam batas normal
Fungsi sensori : dalam batas normal
Fungsi motoris : kekuatan

USG (20/11/15)

N
N

N
N

Tonus

Testis Dextra:
Ukuran dan echostruktur daam batas normal, tak tampak lesi hipoechoic maupun hiperechoic
intraparenchimal, tak tampak kalsifikasi. Pada color Doppler, vascularisasi dalam batas normal.
Testis Sinistra:
Ukuran dan echostruktur dalam batas normal, tak tampak lesi hipoechoic maupun hiperechoic
intraparenchimal,tak tampak kalsifikasi. Pada color Doppler, vaskularisasi dalam batas normal.
Epididimis dextra tampak membesar dengan penebalan cutis subcutis region scrotalis dextra.
Pada color Doppler, tampak hipervaskularisasi pada epididymis dextra.
Epididimis sinistra dalam batas normal.
Tak tampak lesi anechoic ri region scrotalis dextra et sinistra.

Kesan:
Gambaran epididymitis dextra
Tak tampak gambaran orchitis, hydrocele, maupun torsio testis
Testis dan epididymis sinistra tak tampak kelainan

Assesment
Epididymitis

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A Epididimis
1 Anatomi Organ Kelamin Pria
Testis terdiri atas 900 lilitan tubulus seminiferous yang masing-masing
memiliki panjang yang rata rata lebih dar meter, dan merupakan tempat
pembentukan sperma. Sperma kemudian dialirkan ke dalam epididymis, suatu
tubulus lain yang juga berbentuk lilitan dengan panjang sekitar 6 meter.
Epididimis bermuara ke vas deferens , yang membesar ke dalam epididymis, yang
membesar ke dalam ampula vas deferens tepat sebelum vas deferens memasuki
corpus kelenjar prostat.
Dua vesikula seminalis, yang masing-masing terletak di sebelah prostat,
bermuara ke dalam ujung ampula prostat, dan isi dari ampula dan vesikula
seminalis masuk ke dalam ductus ejaculotorius terus melalui corpus kelenjar
prostat dan kemudian masuk kedalam uretra pars interna. Ductus pars prostaticus
juga bermuara dari kelenjar prostat kedalam ductus ejaculotorius dan dari tempat
ini kemudian bermuara ke dalam uretra pars prostatika.
Uretra merupakan penghubung terakhir testis dengan dunia luar. Uretra
disuplai dengan mucus yang berasal dar sejumlah besar kelenjar uretra kecil yang
terletak di sepanjang dan bahkan lebih jauh lagi dari kelenjar bulboureteralis
(kelenjar Cowper) bilateral yang terletak di dekat asal uretra.

. Tahap- Tahap Spermatogenesis


Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferous selama masa seksual aktif
akibat stimulasi oleh hormone gonadotropik hipofisis anterior, yang dimulai
rata-rata pada umur 13 tahun dan terus berlanjut hamper di seluruh sisa
kehidupan, namun sangat menurun pada usia tua.
Pada tahap pertama spermatogenesis, spermatogonia bermigrasi diantara
sel-sel Sertoli. Spermatogonia yang masuk ke dalam sel Sertoli akam dimodifikasi
dan membesar untuk membentuk spermatosit primer yang besar. Setiap
spermatosit akan mengalami pembelahan mitosis menjadi spermatosit sekunder.
Setelah beberapa hari, spermatosit sekunder membelah menjadi spermatid yang
akhirnya

dimodifikasi

menjadi

spermatozoa.

Keseluruhan

proses

spermatogenesis, dari spermatogonia menjadi spermatozoa, membutuhkan waktu


sekitar 74 hari.

Pematangan Sperma di Epididimis


Setelah terbentuk di tubulus seminiferous, sperma membutuhkan waktu
beberapa hari untuk melewati tubulus epididymis

yan panjangnya 6 meter.

Sperma yang bergerak dari tubulus seminiferous dan dari bagian awal epididymis
merupakan sperma yang tidak motil, dan tidak dapat membuahi ovum. Akan
tetapi, setelah sperma berada dalam epididymis selama 18 24 jam, sperma
memiliki kemampuan motilitas, walaupun beberapa inhibitor protein, cairan
epididymis masih mencegah motilitas akhir samapi setelah ejakulasi.
Dua testis orang dewasa membentuk sperma dengan jumlah mencapai 120
juta per hari. Sejumlah kecil sperma-sperma ini dapat disimpan di epididymis,
namun sebagian besar disimpan di vas deferens. Sperma tersebut dapat tetap
disimpansehingga fertilitasnya dapat dipertahankan paling tidak selama sebulan.
Selama waktu tersebut, sperma-sperma itu dijaga pada keadaan yang sangat
inaktif oleh berbagai zat inhibitor yang terdapat dalam sekresi duktus. Sebaliknya,
pada aktivitas seksual dan ejakulasi yang tinggi penyimpanan dapat berlangsung
tidak lebih dari beberapa hari.
Setelah ejakulasi, sperma menjadi motil dan juga mampu untuk membuahi
ovum, suatu proses yang disebutpematangan. Sel-sel Sertoli dan epitel epididymis
menyekresikan suatu cairan nutrisi khusus yang diejakulasikan bersama dengan
sperma. Cairan ini mengandung hormone (meliputi testosterone dan estrogen),
enzim-enzim, dan zat nutrisi khusus yang sangat penting untuk pematangan
sperma.

Epididymitis
a. Definisi
peradangan pada epididymis (suatu struktur melengkung di bagian belakang
testis yang fungsinya sebagai pengangkut, tempat penyimpanan, dan
pematangan sel sperma yang berasal dari testis). Epididimitis terbagi menjadi
dua berdasarkan lama penyakitya menjadi epididymitis akut dan kronis.
Epididimitis akut apabila kurang dari 6 minggu, sedangkan kronis apabila
lebih dari 6 minggu.

b. Epidemiologi
Epididimitis diderita 1 dari 144 laki-laki pada usia 18-35 tahun di Amerika
Serikat. Epididimitis diderita terutama oleh laki-laki usia 16-30 tahun dan usia

51-70 tahun. Kasus terjadinya epididymitis di Amerika Serikat sering


dihubungkan dengan Chlamydia dan Gonorrhoae.
c. Etiologi
Penyebab epididymitis dibedakan menjadi:
- Infeksi bakteri non spesifik
Bakteri coliform (misalnya E coli, pseudomonas, proteus, Klabsiella)
menjadi penyebab umum terjadinya epididymitis pada anak-anak, dewasa
-

dengan usia lebih dari 35 tahun.


Penyakit Menular Seksual
Chlamydia merupakan penyebab tersering pada laki-laki berusia kurang
dari 35 tahu dengan aktivitas seksual aktif. Infeksi yang disebabkan oleh
Neisseria

gonorrhorae,

Treponema

Pallidum,

Trichomonas,

dan

Gardenerella vaginalis juga sering terjadi pada populasi ini.


Virus
Virus menjadi penyebab yang cukup dominan pada anak-anak. Pada
epididymitis yang disebabkan oleh virus tidak didapatkan adanya pyuria.

Mumps merupakan virus yang sering menyebabkan epididymitis.


Tuberculosis
Epididimitis yang disebabkan oleh basil tuberculosis sering terjadi di
daerah endemis TB dan menjadi penyebab utama terjadinya TB

urogenitalis.
Obstruksi
Obstruksi seperti BPH, malformasi urogenital memicu terjadinya refluks.
Vaskulitis
Pada anak-anak penyakit Henoch-Scholein Purpura sering menyebabkan
epididymitis akibat adanya proses infeksi sistemik.
Obat-obatan
Amiodarone adalah obat yang digunakan pada kasus aritmia jantung
dengan dosis awal 600 mg/hari 800 mg/hari selama 1 3 minggu secara
bertahap dan dosis pemeliharaan 400 mg/hari. Penggunaan Amiodarone
dosis tinggi ini akan menimbulkan antibody miodarone HCL yang
kemudian akan menyerang epididymis sehingga timbullah gejala
epididymitis. Bagian yang sering terkena adalah bagian cranial dari

epididymis dan kasus ini terjadi 3 11% pasien dengan amiodarone.


Prostatitis

Prostatitis merupakan suatu inflamasi pada kelenjar prostat yang dapat


disebabkan oleh bakteri maupun non bakteri dapat menyebar ke skrotum
menyebabkan timbulnya epididymitis dengan rasa nyeri yang hebat,
pembengkakan, kemerahan dan jika disentuh terasa sangat nyeri. Gejala
yang juga sering menyertai adalah nyeri di selangkangan, daerah antara
penis dan anus serta punggung bagian bawah, demam, dan menggigil.
Pada pemeriksaan colok dubur didapatkan prostat yang membengkak dan
-

terasa nyeri jika disentuh.


Tindakan pembedahan
Tindakan pembedahan yang beresiko menimbulkan epididymitis adalah
prostatektomi. Hal tersebut dikarenakan terjadinya infeksi pada traktus
urinarius. Hal ini terjadi pada 13% pasien prostatektomi suprapubik.

d. Manifestasi Klinis
Gejala yang ditimbulkan tidak hanya berasal dari infeksi local namun juga
bersal dari sumber infeksi yang asli. Gejala yang berasal dari infeksi asli
misalnya duh urethra, nyeri, atau gatal pada urethra (urethritis), nyeri pinggul
dan frekuensi miksi yang meingkat, serta rasa terbakar pada saat miksi ,
demam, atau nyeri region flank.
Gejala local pada epididymitis berupa nyeri pada skrotum. Nyeri mulai
timbul pada bagian belakang salah satu testis namun dengan cepat akan
menyebar ke seluruh testis, skrotum, dan kadang ke daerah inguinal disertai
peningkatan suhu badan. Biasanya hanya mengenai satu skrotum saja dan
tidak disertai mual dan muntah. Selain itu, bisa juga disertai dengan
pembengkakan dan kemerahan testicular dan scrotal dan urethral discharge.
Gejala lain yang mungkin ditemukan antara lain benjolan di testis,
pembengkakan testis pada sisi epididymis yang terkena pembengkakakn
selangkangan pada sisi yang terkena, nyeri testis ketika BAB, keluar nanah
dari uretra, nyeri ketika berkemih, nyeri ketika berhubungan seksual.

e. Penegakan Diagnosis

Pada

anamnesis didepatkan epididymitis kronik apabila telah berlangsung

bahwa biasanya berlangsung lama >6 minggu


Pemeriksaan fisik sulit untuk membedakan antara akut epididymitis dengan
torsio testis. Pada pemeriksaan fisik pada akut epididymitis didapatkan pada
epididimitis
Inspeksi:
Skrotum bisa menjadi merah dan bengkak. Biasanya ditemukan pada
epididymitis akut. Terkadang disertai nanah pada urin.
Palpasi:
Ditemukan testis pada posisi normal vertical , ukuran kedua testis sama besar,
dan tidak terdapat peninggian di salah satu testis. Setelah beberapa hari,
epididymis dan testis tidak dapat teraba terpisah karena bengkak yang juga
meliputi testis. Terdapat nyeri yang terlokalisir di epididymitis dengat suhu
yang sedikit meningkat, yang mungkin dikarenakan peningkatan aliran darah
pada adaerah tersebut. Kulit skrotum teraba panas, kenyal, merah, dan
bengkak karena adanya edema dan infiltrasi.
Pada pemeriksaan reflex krem master, terlihat normal. Refleks kremaster akan
terlihat normal, hal tersebut yang membedakan dengan torsio testis.

Nyeri tekan, dan indurasi yang diawali pada epididymis tail kemudian

menyebar
Elevasi yang mempengaruhi hemiscrotum
Refleks cremasteric normal
Erythema dan mild scrotal cellulitis
Reactive hydrocele
Bacterial prostatitis atau seminal vesiculitis
Menderita Tb
Pada anak-anak, terdapat kelianan kongenital pada saliran kemih

Pada pemeriksaan laboratorium


-

Pemeriksaan darah lengkap dimana

ditemukan leukosist meningkat

dengan shift to the left (10.000-30.000).


Sperma analisa dimana terdapat leukosit > 1 juta/ml.
Kultur urin dan pewarnaan gram untuk kuman penyebab infeksi serta
bakteri positf pada urinalisa.

Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan Colour Doppler Ultrasonography
Pemeriksaan ini memiliki rentang tentang kegunaan yang luas dimana
pemeriksaan ini lebih banyak digunakan untuk membedakan epididymitis
dengan penyebab akut skrotum yang lainnya.
Pemeriksaan ini menggukan ultrasonography dilakukan untuk melihat aliran
darah pada arteri testikuaris. Pada epididymitis, aliran darah pada arteri
testikularis cenderung meningkat. Ultrasonography juga digunakan untuk

menilai adanya abses skrotum sebagai komplikasi dar epididymitis. Pada USG
Doppler akan menunjukan peningkatan aliran darah (juga dibandingkan
dengan sisi normal), yang membedakan torsio testis.

f. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan epididymitis meliputi dua hal yaitu penatalaksanaan medis
dan bedah, yaitu:
Penatalaksanaan Farmakologi
Antibiotik digunakan bila diduga adanya suatu proses infeksi. Antibiotik yang
sering digunakan adalah:
- Floroquinolon, namun penggunaannya telah dibatasi karena terbukti
-

resisten terhadap kuman Gonorrhoeae.


Cefalosporin generasi ketiga, misalnya ceftriaxone,
Levofloxacin atau Ofofloxacine untuk mengatasi infeksi Chlamydia, pada
kasus yang disebabkan oleh organisme enteric (seperti E.Coli) dan

digunakan pada klien yang alergi dengan Penicillin.


Doxycycline dan Azithromicyn digunakan untuk infeksi non gonokokal
lainnya. Pada anak-anak, kotrimoksazol atau penicillin

Penatalaksanaan Bedah
Epididymectomy adalah pengangkatan epididymis. Tindakan ini dilaporkan
berhasil mengurangi nyeri yang disebabkan oleh epididymitis kronis.
g. Komplikasi
Komplikasi dari Epididimitis adalah
- Abses dam wcrotum
- Infsrk pada testis
- Epididimitis kronis

h. Differential Diagnosis
- Torsio testis
- Hidrocele
- Orchitis
- Hernia scrotalis
Ultrasonography
Ultrasonography (USG) adalah salah satu imaging diagnostic (penctraan
diagnostic) untuk pemeriksaan alat-alat dalam tubuh manusia, diamana kita dapat
mempelajari bentuk, ukuran anatomis, gerakan serta hubungan dengan jaringan
sekitarnya.
Ultrasonik adalah gelombang suara dengan frekuensi lebih tinggi daripada
kemampuan pendengaran telinga manusia, sehingga kita tidak bisa mendengarnya
sama sekali. Suara yang dapat didengar manusia mempunyai frekuensi antara 20
-20.000 Cpd (Cicles per detik Hertz). Sedangkan pada pemeriksaaan USG
menggunakan frekuensi 1 10 MHz (1- 10 juta Hz). Gelombang suara frekuensi
tersebut dihasilkan Kristal-kristal yang terdapat dalam suatu alat yang disebut
trandusser. Perubahan bentuk akibat gaya mekanis Kristal, akan menimbulkan
tegangan listrik. Sesuai dengan polaritas medan listrik yang melaluinya, Kristal
akan mengembang dan mengkerut , maka akan dihasilkan gelombang suara
frekuensi tinggi.
Transducer bekerja sebagai pemancar dan sekaligus penerima gelombang
suara. Listrik diubah oleh tranduser menjadi energy akustik yang dipancarkan ke
bagian arah tertentu. Pantulan echo akan membentur tranducer dan kemudian
diubah menjadi energy listrik lalu selanjutnya diperlihatkan dalam bentuk cahaya
pada layar.

Masing-masing jaringan tubuh akan memiliki impedance acccoustic


tertentu. Dalam jaringa yang heterogen akan ditimbulkan berbagai macam echo,
jaringan tersebut dikatangan echogenik. Sedangkan jomogen yang sama sekali
tidak ada echo disebut anecho atau echofree. Suatu rongga berisi jaringan
anechoic misalnya: kista, asites, pembuluh darah.
6

Gambaran Genitalia Pria pada USG dan Diagnosis Banding


Organ genitalia pria
Vesicula seminalis berada diantara bladder floor dan prostat. Pada USG,
gambaran vesicular seminalis ditandai dengan gambaran hipoechoic oval yang
memanjang kea rah laterah di bawah vesica urinaria.
Prostat pada USG berbentuk elips seperti chestnut-shaped gland dengan
batas yang halus dan homogenous internal echo pattern. Volume dari prostat
dapat dihitung dengan rumus tertentu pada USG. Normalnya, prostat memiliki
luas <45 mm, kedalaman <35 mm, panjang <35 mm, dan volume < 25 mL.
Penis dapat dilihat secara posteroanterior dari perineum. Corpora
cavernosa terlihat batas yang jelas dengan low-level internal echoes. Sedangkan
corpus spongiosum terlihat hiperechoic. Testis terlihat homogeny

dengan

granular echo pattern.


Testis pada orang dewasa teelihat homogeny , dengan diameter antara 3
5 cm dengan volume sekitar 20 centimeter kubik. Appendix testis terlihat diatas
dari epididymis. Pada USG Doppler, testis terlihat low resistance arterial
waveform.
Epididimis terdiri dari kepala, badan, dan ekor. Kepala epididymis (head)
berbentuk bulat dan terletak pada superior testis. Gambarannya terlihat isoechoic
dan relative lebih hiperechoic dibandingkan dengan testis. Ukurannya sekitar 5
12 mm. Badan epididymis (body) memanjang disepanjang posterior dari testis.
Ukurannya sekitar 2 4 mm. Ekor epididymis terletak di inferior testis. Uurannya
sekiat 2 5 mm. Pada USG Doppler, epididymis terlihat low-resistance waveform.
Epididymitis
Pada Epididymitis, gambaran USG yang terlihat adalah pembesaran dari
epididymis (kepala, badan, ekor) Warna yang mucul didominasi hiperechoic

secara heterogen disertai hydrocele. Tetis terlihat seperti pan njag dang. Pada
USG Color Dopler epididmiis terlihat power Doppler
Pada USG Doppler akan terlihat sunglasess view. Skrotum dalam batas normal.

Hidrocele
Pada hidrocele, terdapat massa anechoic di region epididymis dengan ukuran
yang bervariasi. Pada USG, terlihat kumpulan cairan yang mengelilingi testis.
Pada USG Doppler tampak avascular.

Torsio Testis
Pada torsio testis, gambaran yang terlihat adalah pembesaran testis pada fase akut,
tanpa alteration of echo pattern yang signifikan. Sedangkan apabila sudah kronik,
yang terlihat area hipoechoic atau anechoic dan penurunan ukuran testis. Biasanya
torsio testis diikuti hydrocele dan penebalan dinding skrotum.

Orchitis
Pada gambaran orchitis, USG merupakan gold standard dari pemeriksaan ini.
Terdapat tanda-tanda sunglasses view. Hipoechoic pada dokal atau diffuse.
Terdapat hipervaskularisasi, pembengkakan, dan penebalan dinding skrotum.

Epididymo-Orchitis
Terdapat epidymo-orchitis yaitu peradangan pada epididymis dan orchitis. Bagian
epididymal head merupakan organ yang paling terkena, biasanya disertai
hydrocele dan penebalan dinding skrotum. Penambangan ukuran testis bergantung
pada waktu evolusi, terdapat heterogen echogenitas pada testis.

BAB III
PEMBAHASAN
Pasien datang dengan keluhan terdapat edema sebesar telur angsa pada buah zakar
sebelah kanan. Edema berlangsung hilang timbul selama beberapa hari..Benjolan muncul sejak
1bulan yang lalu, 3 hari kemudian Edema mengecil tanpa disertai demam dan nyeri. Setelah itu,
tanpa penyembab apa-apa membesar lagi sejak 7 hari yang lalu. Edema makin membesar setiap
harinya. Edema disertai dengan nyeri. Nyeri berlangsung pada seluruh bagian buah zakar kanan..
Demam berlangsung 1 hari dan turun sendiri tanpa diberi obat. Demam tidak terlalu tinggi
menurut pasien. Pasien mengeluarkan cairan seperti nanah 5 hari yang lalu. Hanya pada hari itu
saja dan hanya kira2 seujung kuku yang keluar. Tidak terdapat keluhan kesulitan membuang
BAK dan BAB.
Menurut anamnesis, Edema terasa nyeri saat dipegang. Pada inspeksi didapatkan skrotum
dextra edema (+) dan kemerahan (+),

sedangkan skrotum sinistra dalam batas normal.

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien didiagnosis orchitis, dengan diagnosis
banding torsio testis. Untuk menegakan diagnosis, dilakukan pemeriksaan USG. Pada
pemeriksaan USG didapatkan testis dextra dan sinistra dalam batas normal, namun terjadi
peradangan pada epididymis dextra. Maka, diagnosis pasien adalah epididymitis dextra.
Penatalaksanaan kasus tersebut adalah pemeberian antibiotic yang adekuat, serta tidak
melakukan hubungan seksual terlebih dahulu hingga pasien benar-benar sembuh.

BAB IV
KESIMPULAN

Kesimpulan dari kasus ini:


Sesuai dengan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, maupun pemeriksaan radiologi
(USG) disimpulkan bahwa diagnosis pada pasien ini sudah tepat yaitu :
Epididymitis. Hal tersebut ditandai dengan adanya peradangan pada epididymis dextra
pada pemeriksaan USG. Berdasarkan anamnesis, gejala-gejala yang dikeluhkan pasien
sesuai dengan tanda dan gejala pada epididymitis. Penatalaksanaan selanjutnya adalah
pemberian antibiotic yang adekuat.

DAFTAR PUSTAKA

Putz, R et Pabst R. Sobotta Atlas Anatomy Manusia. EGC: 2006


CDC. Sexually Transmitted Diseases Treatment Guidelines. 2015
http://emedicine.medscape.com/article/436154-overview Epididymitis Practice Essensial
http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/epididymitis/basics/definition/con-20032876

Anda mungkin juga menyukai